Kajian Al-Qur’an , Al-Baqarah ayat 26. TAFSIR AL-QUR’AN DIGITAL versi 2.1. 62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [56] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orangorang yang menyembah bintang atau dewa-dewa. [57] Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah Termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah. [58] Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.
STUDY QUR’AN (Indonesian : Muhammad Quraish Shihab et al.) 62. Sesungguhnya orang –orang yang beriman kepada para nabi terdahulu, orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang yang mengultuskan bintang dan malaikat, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada risalah Muhammad setelah ia diutus untuk menjadi rasul, yang mengesakan Allah, beriman kepada kebangkitan dan perhitungan pada hari kiamat dan mengerjakan amal saleh, mereka adalah orang-orang yang diberi pahala dari Tuhan dan tidak akan merasakan kekhawatiran dari hukuman serta tidak akan ersedih hati karena kehilangan pahala. Karena sesunguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan.
Mari kita telaah ayat ini dengan pendekatan : 1) Subyek nya : SIAPA SAJA DIANTARA MEREKA , orang-orang beriman, Yahudi, Nasrani dan Sabi’in, ke-empat-empatnya adalah sebutan kepada “KAUM” bukan “PENGIKUT AGAMA” dan lebih-lebih bukan “AGAMA”. 2) Predikat nya : (a)YANG BENAR-BENAR BERIMAN KEPADA ALLAH, tentu bermakna beriman seutuhnya dan secara total, meng-ESA-kan Allah, beriman kepada Malaikat, beriman kepada semua Kitab NYA dan semua Nabi-NYA, (b)BERIMAN KEPADA HARI KEMUDIAN, dan (c)BERAMAL SALEH. 3) Obyek nya : (mereka) AKAN MENERIMA PAHALA DARI TUHAN MERKA, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Jika kita gunakan pendekatan skala ruang waktu di zaman Nabi mereka masing-masing, maka, setiap orang dalam setiap komunitas/Kaum memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Sepanjang mereka memiliki sikap hidup : benar-benar dalam beriman kepada Tuhan, beriman kepada hari kemudian dan beramal saleh Maka , mereka akan menerima pahala dari Tuhan. Jika kita gunakan skala ruang waktu pasca ke-Rasul-an Nabi Mustafa SAW, maka, setiap orang berada dalam ruang waktu yang sama, yaitu ruang waktu lintas komunitas/kaum yang memiliki kedudukan sama di hadapan Tuhan. Sepanjang mereka memiliki sikap hidup : benar-benar dalam beriman kepada Tuhan. ..... Bagi yang disebut sebagai Orangorang yang beriman, dapat dianggap sebagai telah memenuhi syarat ini. Namun bagi mereka yang masih menempatkan diri sebagai Kaum Yahudi, Nasrani dan Sabi’in, ayat ini menjadi petunjuk agar mereka menyempurnakan ke-Iman-an mereka. Pada hakikatnya ke-tiga kaum ini adalah pengikut Nabi, sedang semua Nabi tentu Muslim dan ke-Muslim-an nya kaffah dan semua Nabi tentu Mukmin dan ke-Mukmin-an nya Benar. Maka jika mereka benar-benar mengikuti Nabi nya, mereka harus mengikuti Sunnah Nabi nya, yaitu menjadi Muslim yang Kaffah dan Mukmin yang Benar. Maka tidak ada pilihan selain mereka harus meng-iman-i Mustafa SAW dan Al-Qur’an. beriman kepada hari kemudian, tidak ada bedanya bagi setiap kaum beramal saleh, tidak ada bedanya bagi setiap kaum. Maka , mereka akan menerima pahala dari Tuhan.
Ayat ini menjadi pintu Taubat bagi Orang-orang yang belum sempurna ke-Iman-an nya karena belum mengimani Al-Qur’an dan Nabi Mustafa SAW. Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah SWT selalu memberi kesempatan kepada semua manusia untuk menyempurnakan Iman nya, sebagaimana beberapa sahabat Nabi Mustafa SAW, yang semula adalah termasuk golongan kaum Kafir, tapi atas Kehendak NYA dan dengan Izin NYA mereka beriman kepada Nabi Mustafa SAW dan Al-Qur’an bahkan menjadi Sahabat Nabi.
Tugas yang diberikan Allah kepada Nabi Mustafa SAW tentu tidak selesai dan berhenti dengan wafatnya Nabi. Kita semua tentu maklum bahwa Tugas Nabi Mustafa SAW adalah memperbaiki Akhlaq manusia. Selain itu, Allah memerintahkan agar Nabi Musfata SAW mengikuti Agama Tauhid, Agama Ibrahim, Ishaq, Ismail dan Yakqub/Israil. Itulah Agama ISLAM. Di dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa disisi Allah hanya ada 1 Agama yaitu Agama Islam. Nilai-nilai Islam-lah yang diajarkan Allah kepada semua Nabi. Kepada Nabi Adam AS turun sebagai “PETUNJUK”, lalu Allah berfirman : barang siapa yang mengikuti nya (petunjuk Allah yang diturunkan kepada Nabi Adam AS) mereka akan beruntung, dan barang siapa yang mengingkarinya akan merugi. Seiring berjalannya waktu , Allah turunkan Ayat-ayat baru yang tentu untuk mengakomodasi kepentingan manusia di zamannya dan bersifat kontekstual dengan kondisi setiap zaman. Tetapi karena Sayang NYA Allah kepada manusia, maka Allah meringankan manusia dengan cukup mengimani (menggunakan sebagai LANDASAN & PEGANGAN HIDUP) AYAT-AYAT-NYA yang diturunkan dari SIDRATUL MUNTAHA yang terkumpul sebagai Syuhuf Ibrahim, Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Semua ayat-ayat Allah tersebut adalah “PETUNJUK dan HUKUMHUKUM ALLAH” bagi manusia yang merupakan SATU KESATUAN PETUNJUK & HUKUM yang Allah sebut sebagai “AGAMA ISLAM”. Sekali lagi , ingat.... disisi Allah hanya ada 1 Agama yaitu Islam. Agama ini yang diajarkan kepada semua Nabi dan diperintahkan untuk disyiarkan kepada ummat manusia. Allah tidak pernah menyebut Agama lain di dalam semua Kitab Suci-NYA. Sekali lagi, sebutan Yahudi, Nasrani dan Sabi’in adalah sebutan kepada sebuah Kaum, bukan sebutan kepada sebuah agama. Allah telah membantah di dalam Al-Qur’an bahwa Ibrahim, Ishaq, Ismail dan Ya’qub maupun Isa Al-Masih bukan Yahudi ataupun Nasrani. Isa Al-Masih sendiri menyatakan dirinya sebagai MUSLIM begitupun 12 orang sahabatnya yang menyediakan diri sebagai “Penolong Isa Al-Masih” dalam menegakkan Agama Allah, yang tentu saja Agama Islam. Allah tentu Maha Mengetahui bahwa sesudah wafatnya Nabi Mustafa SAW masih banyak orang yang belum meng-iman-i Al-Qur’an dan Nabi Mustafa SAW. Maka Allah turunkan AlQur’an, surat-7. Al-A’raf ayat 158 :
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".
Ayat ini tentu ditujukan kepada orang-orang yang telah beriman kepada Al-Qur’an dan Nabi Mustafa SAW. Maka menjadi TUGAS Ummat Nabi Muhammad SAW, sebagai orang-orang yang beriman (lengkap ke-iman-an nya) untuk mengajak semua ummat manusia (yang belum beriman kepada Al-Qur’an dan nabi Muhammad SAW) untuk menyempurnakan ke-iman-an mereka, yaitu dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang
beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk. Jadi secara sederhana AGAMA adalah PETUNJUK ALLAH bagi manusia agar hidupnya beruntung , lahir-bathin, dunia-akhirat. Kepada Nabi Adam AS hingga Nabi MuhammadSAW polanya tetap, Allah berikan “Petunjuk” kepada manusia melalui Nabi-NYA. Barang siapa mengikuti petunjuk itu, dia akan beruntung dan sebaliknya. Hanya Allah yang memiliki dan menguasai semua yang ada di langit dan di bumi, dan hanya Allah yang Maha Kuasa di Hari Kebangkitan dan Hari Akhirat, hanya Allah yang menguasai Surga dan Neraka. Maka dengan LOGIKA manusia manapun dari generasi manapun, hanya Allah yang ber-hak dan ber-kuasa membuat PETUNJUK atau AGAMA bagi manusia. Bahkan tidak pernah ada Nabi yang membuat AGAMA sendiri. Tidak juga pernah ada Nabi yang merubah Agama Allah. Itulah ISLAM. Lalu, tiba-tiba sekarang muncul sekelompok orang-orang yang menciptakan “istilah” ISLAM LIBERAL. Siapa mereka dan apa kedudukan mereka di Alam Semesta ini sehingga patut dan berhak meng-embel-embeli kata LIBERAL dibelakang ISLAM dengan alasan yang tidak datang dari Allah ?? Al-Qur’an itu makna nya tidak terbatas, Allah mempersilahkan manusia untuk menafsirkan Al-Qur’an, menggunakan semua pohon sebagai kertas dan air lautan sebagai tinta, tidak akan habis makna Al-Qur’an yang harus ditulis. Kepada setiap orang Allah anugerahkan pengertian/makna setiap ayat itu berbeda-beda , ini disesuaikan dengan kepentingan setiap orang pada setiap ruang waktunya. Allah akan wahyukan makna setiap ayat kepada setiap orang secara kontekstual. Inilah yang membuat Al-Qur’an tidak akan pernah habis ditulis maknanya. Inilah yang dimaksud Allah sudah Aku sempurnakan Islam sebagai Agama RAS Manusia. Tantangan Allah ini berlaku selamanya. Lalu kemampuan me-liberalisasi Islam, (yang tentu saja meliberalisasi Al-Qur’an sebagai PETUNJUK ALLAH) seperti apa yang bisa dilakukan segelintir manusia yang umurnya paling lama juga 100 tahun yang mampu menandingi kemampuan Allah meliberalisasi makna Al-Qur’an tanpa batas waktu dan tempat ?? Agama mengikat kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Agama berkonsekuensi Surga dan Neraka. Lalu, apakah orang-orang yang menciptakan Islam Liberal itu menguasai
kehidupan dunia dan akhirat , surga dan neraka sehingga berhak menciptakan Agama baru yang bernama “Islam Liberal”. Ingat ya..... siapa yang merubah Ayat-ayat Allah, apalagi menciptakan Agama sendiri yang disebut ISLAM LIBERAL lalu dikatakan sebagai Agama dari sisi Allah, mereka ini Allah sebut Kaum FASIK dan menjadi musuh Allah , Malaikat , Para Rasul serta musuh seluruh Ummat Manusia. ISLAM adalah AGAMA, adalah PETUNJUK ALLAH, adalah Kumpulan Ayat-ayat ALLAH. Mengubah satu ayat saja sudah Fasik apalagi mengubah Agama yang berisi beribu-ribu Ayat Allah. Mengubah ayat adalah “LARANGAN” ALLAH. Iblis akan selalu menghasut manusia untuk melanggar larangan Allah ini. Iblis akan mengajarkan logika-logika berfikir agar manusia sampai kepada pemahaman bahwa melanggar larangan Allah itu sebuah kebutuhan yang logis bahkan seakan sebuah keniscayaan. Maka waspadalah ........................
Kembalilah kepada FITRAH dengan bercermin untuk apa kita , manusia, diciptakan. Manusia adalah Khalifah Allah, Penguasa di muka bumi, tugasnya membangun Bumi sebagai SURGA tempat tinggal RAS MANUSIA. Malaikat bertanya, mengapa Allah harus menciptakan mahluq yang akan membuat pertumpahan darah di muka bumi ? Lalu , karena keangkuhan-nya, Iblis tidak mau bersujud kepada manusia, maka Allah usir Iblis dari Surga, kemudian terjadilah sumpah Iblis untuk menghasut manusia agar tidak patuh kepada Allah dan Allah mengizinkan Iblis melakukan hasutannya kepada manusia, tetapi tidak akan berhasil kepada manusia yang tergolong HAMBA-NYA YANG SHOLEH. Allah berfirman bahwa : tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk ibadah dan menyembah kepada-KU. Jadi jelas, kita semua bertugas membangun BUMI ini sebagai SURGA bagi kita sendiri dan bagi generasi yang akan datang. Tugas lain kita adalah mencegah terjadinya sinyalemen Malaikat bahwa manusia hanya akan membuat pertumpahan darah di muka bumi. Dari dua tugas tersebut kita tentu dapat memaknai bahwa manusia harus saling berkasih-
sayang dan bergandengan tangan membangun bumi dan mencegah permusuhan apalagi pertumpahan darah. Kemudian karena ada ancaman hasutan Iblis , Allah mengajarkan manusia agar bersikap IHLAS sebagai HAMBA ALLAH. Jadi manusia, sebagai Khalifah Allah dan Hamba Allah harus bersikap IHLAS dalam menjalankan Tugas nya di muka bumi. Ihlas dibangun dengan niat
karena Allah dan apapun pekerjaan nya dialamatkan sebagai ibadah dan pengabdian kepada Allah. Lalu, sebagai Khalifah dan Hamba Allah, sudah barang tentu seharusnya ber-Akhlaq yang mendekati Akhlaq-NYA ALLAH, karena tidak pantas seorang Wakil dan Hamba (Tangan Kanan) Allah ber-Akhlaq yang berseberangan dengan Akhlaq-Nya ALLAH. Tugas yang sederhana tersebut diatas , kalau kita mau jujur pada diri sendiri , tidak pernah sepenuhnya berhasil dilakukan oleh manusia. Nabi Adam AS dan Siti Hawa mengawali dengan kegagalan karena mendekati dan memakan Buah Quldi, lalu terjadi pertumpahan darah antara Habil dan Qabil, dan seterusnya hingga sekarang, tidak pernah ada zaman dimana manusia tidak saling bermusuhan. Maka jangan lagi menambah perpecahan dengan menciptakan Agama atau apapun sebutannya yang dinamakan Islam Liberal. Itu kontra produktif dengan Fitrah dan Kodrat Manusia. Nabi Muhammad SAW diutus mula-mula kepada penduduk Mekkah karena mereka terpecah-belah dan terjerumus dalam kekafiran atau keber-iman-an yang salah. Mereka menodai Islam dan Ummat Islam. Ketika Nabi masih hidup , tugas itu tercapai. Tetapi setelah beliau wafat, Ummat Islam mulai terpecah belah dan hingga sekarang semakin tercerai berai bahkan saling membunuh. Ini semua bukan ciri Ummat Islam. Ini semua kontra produktif dengan perjuangan Rasulullah. Perpecahan diantara ummat manusia itu berseberangan dengan Kodrat Ilahiah Manusia. Saat ini yang seharusnya kita lakukan adalah ISLAH diantara sesama Ummat Nabi Muhammad SAW yang sementara ini terkotak-kotak dalam aliran-aliran dan faham-faham atau mashab-mashab. lalu Islah ini diikuti dengan gerakan SYIAR KOLEKTIF yang berskala Global. Bukankah setiap orang beriman Allah tugasi mengajak semua ummat manusia yang belum sempurna iman nya agar beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an !!!! (QS 7 ayat 158 di atas). Ingat,.... hanya Allah yang berhak mengatakan kekafiran seseorang atau sebuah kaum itu final, karena hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa serta Maha Berkehendak. Sedang bagi kita , manusia , kita harus berfikir bahwa masih ada kesempatan bagi orangorang yang belum sempurna iman nya untuk bertaubat lalu menyempurnakan iman nya dengan meng-iman-i Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Ini tugas kolektif Ummat Muhammad SAW. Mari hentikan mengkotak-kotak kan diri. Allah menciptakan manusia sebagai Ummat yang SATU. Satu Ayah : ADAM, satu Ibu : HAWA, satu RAS : MANUSIA, satu tempat tinggal : BUMI dan satu tujuan : AKHIRAT. Kita menyembah Tuhan yang SATU : ALLAH SWT. Jadi tidak pantas dan tidak ada alasan bagi kita untuk saling bermusuhan karena perbedaan “wahyu” yang Allah turunkan kedalam QALBU kita masing-masing, karena wahyu kepada setiap orang itu adalah dalam konteks TUGAS bagi masing-masing orang. Itulah NIKMAT Allah bagi setiap orang yang seharusnya dikabar-beritakan kepada sesama manusia, bukan dipertentangkan. Allah sudah memperingatkan agar manusia tidak berdebat atau berselisih tentang sesuatu
yang tidak dikuasai “Ilmu”nya. Karena sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan Allah Yang Maha ber-Ilmu. Sesama manusia seharusnya saling berbagi saja, saling mengabarkan tentang nikmat Allah tanpa bermaksud sombong melainkan agar memotivasi sesama ummat manusia. Wallahu A’lam. Harap dibaca dengan semangat Ukhuwah Islamiah dan kesadaran sebagai Satu Ummat, Ummat Manusia. Idy Prajitno.