KADAR ABU & MINERAL
1
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
PENDAHULUAN Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral dalam bahan atau produk pangan Merupakan parameter penting nilai gizi pangan Dalam analisis pangan yang penting tidak hanya kuantitas tetapi juga abu larut dan tidak larut air, alkalinitas abu larut, dan abu yang tidak larut asam 2
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Pengertian Abu merupakan residu anorganik dari hasil pengabuan Kadar abu ditentukan dengan cara mengukur residu setelah sampel dioksidasi pada suhu 500600C dan mengalami volatilisasi Untuk pengabuan yang sempurna, pemanasan dilakukan sampai warna sampel menjadi seragam dan berwarna abu-abu sampai putih, serta bebas dari sisa sampel yang tidak terbakar 3
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Residu abu yang diperoleh tidak sama dengan kadar mineral yang ada dalam sampel bahan pangan asal karena mineral dapat hilang selama pengabuan atau mengalami interaksi dengan komponen pangan lain Pengabuan dapat dilakukan dalam tanur, dalam sistem tertutup dengan adanya oksigen, atau dengan cara basah menggunakan asam sulfat, asam nitrat, asam perklorat atau campurannya 4
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Jenis pengabuan Ada dua jenis pengabuan yang bertujuan terutama untuk menentukan jenis mineral dalam sampel Pengabuan kering atau secara langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dalam tanur pada suhu tinggi Pengabuan basah atau secara tidak langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dengan asam kuat pekat
5
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Jenis pengabuan yang lain Teknik pengabuan tidak langsung seperti konduktometri yang
menentukan total elektrolit dalam bahan atau produk pangan
Pemilihan metode pengabuan bergantung pada Tujuan pengabuan Jenis mineral yang akan diukur Metode penentuan mineral yang digunakan
6
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
1. Pengabuan kering
7
Merupakan metode standar untuk menentukan kadar abu dalam sampel
Pada pengabuan kering, sampel dioksidasi pada suhu tinggi 500-600C tanpa adanya flame
Bahan anorganik yang tidak mengalami volatilisasi disebut abu
Kadar abu ditentukan dengan cara menimbang residu yang tertinggal setelah pengabuan
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Berat Sampel & Preparasi Berat bahan yang ditimbang untuk pengabuan beragam bergantung pada jenis bahan Bahan dengan kadar air tinggi dihilangkan dulu airnya Bahan dengan kadar asam dan lemak tinggi diabukan pada suhu rendah terlebih dahulu kemudian suhu dinaikkan Bahan dengan kadar air tinggi seperti produk cair harus dikeringkan sebelum diabukan
Proses pengabuan lama untuk produk pangan tinggi protein 8
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Bahan tinggi karbohidrat seringkali menimbulkan buih sehingga perlu ditambahkan beberapa tetes minyak zaitun Sampel tinggi lemak mengalami pengabuan yang cepat Untuk mempercepat pengabuan, penambahan gliserin dan alkohol dapat dilakukan
9
Oksidator kimi seperti H2O2 dapat ditambahkan untuk mempercepat pengabuan Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Preparasi sampel
10
Bahan nabati
• Dikeringkan dahulu (dua tahap: suhu rendah dan tinggi) • Bahan dengan kadar air <15% bisa langsung diabukan
Produk lemak dan gula
• Produk hewani, sirup dan bumbu perlu perlakuan pendahuluan karena kadar lemak, air, atau gula tinggi • Daging, gula dan sirup: dikeringkan dulu dalam penangas air • Lemak diekstrak dulu • Bahan dibakar dulu
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Jenis dan Berat Bahan
11
Jenis Bahan
Berat Bahan (g)
Ikan dan produknya,kacang-kacangan, pakan
2
Serealia, susu, keju
3-5
Gula, daging, sayuran
5-10
Jeli, sirup, selai, buah kering
10
Jus, buah segar, buah kaleng
25
Anggur
50
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Suhu Pengabuan Harus diperhatikan karena banyak unsur abu yang dapat menguap pada suhu tinggi
Pengabuan dilakukan dalam tanur dengan suhu dimulai 250C dan secara bertahap ditingkatkan menjadi 450C dalam waktu 1 jam Tujuannya adalah memberikan kesempatan bahan-bahan organik terdekomposisi 12
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Kehilangan Garam selama Pengabuan (%) Jenis Garam
KCl K2SO4 K2CO3 CaCl2 CaSO4 CaCO3 CaO MgSO4 MgCl2 13
250C 16 jam
450C 1-3 jam
650C 8 jam
700C 8 jam
750C 8 jam
-
0.99 1.11 1.53 1.92 1.37 0.22 3.03 32.61 78.29
0.37 0.33 0.07 0.93 0.40 42.82 0.55 0.33 0.30
1.36 0.00 1.01 14.31 0.00 0.00 -
8.92 0.00 2.45
31.87 74.72
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
mencair
0.00 0.00 0.00
Suhu Pengabuan Beberapa Bahan Jenis Bahan
Suhu (C)
Buah-buahan dan produknya
525
Daging dan produk olahan daging
525
Gula dan produk tinggi gula
525
Sayuran
525
Ikan dan produk olahannya
500
Seafood
500
Rempah-rempah
500
Keju
500
Anggur
500
Serealia
600
Pakan ternak
600
14 Teti Estiasih - THP - FTP - UB
2. Pengabuan basah Sampel didigesti dengan asam kuat (dioksidasi) Suhu yang digunakan lebih rendah Biasa digunakan untuk menentukan jenis mineral yang menguap pada suhu tinggi, mineral trace, dan beracun Kelebihan: lebih singkat, kerusakan mineral minimal Filtrat (larutan abu atau alikuot) digunakan untuk penentuan jenis mineral 15
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Pengabuan basah lebih baik karena kerusakan mineral rendah
Pengabuan kering: penguapan mineral dan kelarutan abu rendah Penggunaan satu jenis asam mempunyai kelemahan yaitu dekomposisi sampel tidak sempurna sehingga biasanya digunakan campuran asam Asam nitrat merupakan oksidator kuat tetapi biasanya menguap sebelum proses oksidasi sempurna Biasanya digunakan campuran asam nitrat asam perklorat. Residu asam perklorat diuapkan sehingga yang tertinggal adalah abu yang larut dalam asam nitrat 16
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
3. METODE KONDUKTOMETRI Merupakan metode tidak langsung untuk menentukan total elektrolit dalam bahan atau produk pangan Digunakan untuk menentukan kadar abu pada gula Prinsip: mineral penyusun abu dalam gula berdisosiasi dalam larutan, sedangkan gula bersifat nonelektrolit yang tidak berdisosiasi Konduktansi dari larutan merupakan indeks yang menunjukkan konsentrasi ion yang ada Jika digunakan pengabuan basah atau kering terbentuk buih (akibat tinggi karbohidrat) 17
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
4. Metode lain Abu larut dan tidak larut air
Alkalinitas abu
18
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Abu tidak larut asam
a. Abu larut dan tidak larut air Digunakan sebagai indeks yang menunjukkan kandungan buah dalam manisan atau jelly. Fraksi abu larut air yang rendah menunjukkan penambahan buah ekstra pada produk
Prosedur: abu ditambah air, dididihkan, kemudian disaring. Residu dalam saringan adalah abu yang tidak larut air 19
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
b. Abu tidak larut asam Menunjukkan kontaminasi pada produkbuah, sayuran, gandum, dan beras. Kontaminan tersebut biasanya adalah silikat yang tidak larut asam
Prosedur seperti abu larut air tetapi air diganti dengan HCl 10% 20
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
c. Alkalinitas abu Abu dari sayuran dan buah-buahan bersifat alkali (Ca, Mg, K, Na), sedangkan daging dan sejumlah serealia bersifat asam (P, S, Cl) Alkalinitas abu biasa menjadi indeks mutu produk dan jus buah Prinsip penentuan dengan melarutkan abu dalam HCl 0.1N.
Setelah ditambah air, kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH Alkalinitas dinyatakan dalam ml asam 1 N/100 g sampel 21
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
PERBANDINGAN PENGABUAN KERING DAN BASAH
22
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
KEUNTUNGAN PENGABUAN KERING
23
PENGABUAN BASAH
Sederhana
Suhu rendah
Selama pengabuan tidak perlu perlakuan khusus
Peralatan sederhana
Tidak digunakan bahan kimia
Oksidasi cepat
Analisis dapat dilakukan dalam jumlah banyak
Dalam bentuk cairan yang sesuai untuk analisis mineral
Merupakan metode standar
Peralatan yang digunakan murah
Merupakan abu larut, abu tidak larut, dan abu larut asam
Volatilisasi mineral lebih rendah
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
KERUGIAN PENGABUAN KERING Butuh suhu tinggi
Memerlukan reagen yang korosif dalam jumlah besar
Alat mahal
Asam bersifat eksplosif
Volatilisasi mineral
Perlu koreksi
Terjadi interaksi antar mineral
Bahan kimia berbahaya
Mineral tertentu dapat terserap oleh proselen
Sulit jika jumlah sampel banyak
Tidak sesuai untuk analisis Hg, As, P, dan Se
Prosedur rumit dan lama
Pemanasan berlebihan sehingga beberapa mineral tidak larut Penanganan abu sulit karena higroskospis, dan ringan 24
PENGABUAN BASAH
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
PENENTUAN MINERAL
25
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
METODE
Gravimetri
Kompleksometri
26
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
• Mineral diendapkan kemudian ditimbang • Pengendapan harus bersifat selektif • Contoh: analisis kalsium, kalsium diendapkan dalam bentuk kalsium oksalat
• Titrasi kompleksometri yaitu pembentukan kompleks dengan EDTA • EDTA dapat membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam • Contoh: penentuan Ca
27
Reaksi redoks
• Berdasarkan pada prinsip reduksi-oksidasi • Dilakukan dengan titrasi • Contoh: penentuan kalsium (interferensi P dan Mg), penentuan Fe
Titrasi presipitasi
• Produk hasil titrasi merupakan presipitat • Metode Mohr: penentuan Cl, reaksi Ag + Cl AgCl
Kolorimetri
• Digunakan untuk sejumlah mineral • Contoh: penentuan Fe dan P (vanadat-molibdat)
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
AAS
28
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Pendahuluan AAS mengukur jumlah absorpsi radiasi elektromagnetik
29
oleh atom-atom diskret dalam fase gas AAS merupakan metode analitik berdasarkan absorpsi radiasi uv atau visible oleh atom bebas dalam keadaan gas Sederhana dan banyak digunakan untuk pangan Sampel/elemen yang dianalisis mengalami atomisasi Dua jenis atomisasi: elektrotermal (grafit furnace) dan flame atomisasi (atomisasi nyala api)
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Atomisasi Spektra absorpsi atom dihasilkan ketika atom pada
kondisi ground (atau ion) mengabsorbsi energi radiasi dari sumber radiasi AAS memerlukan atom dari elemen bukan dalam bentuk kompleks Oleh karena itu, seluruh elemen harus diatomisasi terlebih dahulu sebelum mengabsorbsi Pada atomisasi, partikel-partikel yang sudah terpisah dalam bentuk molekul individual (vaporisasi) dan molekul pecah menjadi atom. 30
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
31
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Atomisasi dilakukan pada suhu tinggi dalam flame Larutan yang mengandung elemen yang akan dianalisis
dimasukkan ke dalam flame dalam bentuk kabut Pelarut secara cePat menguap, meninggalkan partikel padat dari analit. Partikel padat menguap dan terdekomposisi menjadi atom dan mengabsorbsi radiasi
32
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Pada flame AAS, pembakar nebulizer digunakan untuk mengubah
lasutan menjadi uap atom Sampel harus dalam bentuk larutan sebelum analisis dengan AAS
Larutan sampel dinebulisasi (didispersikan dalam droplet
berukuran kecil) dicampur dengan bahan bakar dan pengoksidasi, dan dibakar dalam flame yang dihasilkan dari oksidasi bahan bakar oleh oksidan Atom dan ion terbentuk dari komponen-komponen dalam
sampel yang terdekomposisi pada suhu tinggi Flame sendiri berperan sebagai tempat sampel
33
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Atomisasi dalam Flame
34
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Bahan bakar untuk mengoksidasi adalah kombinasi udara-
asetilen dan nitrogen oksida-asetilen Ketika sampel teratomisasi dalam flame, kuantitas elemen diukur dengan mengukur perubahan radiasi yang melewati flame Intensitas radiasi yang meninggalkan flame lebih rendah dari intensitas radiasi yang masuk ke dalam flame Hal ini disebabkan sampel atom dalam flame menyerap sejumlah radiasi yang dinyatakan dalam abosrbansi
35
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
36
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Jumlah radiasi yang diabsorpsi sampel mengikuti Hukum Beer
yaitu:
37
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Analisis Dengan Spektroskopi Serapan Atom
38
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Pengabuan basah Timbang sejumlah sampel yang mengandung 5-10 g padatan
dan masukkan ke dalam labu Kjedahl Tambah 10 ml H2SO4 dan 10 ml (atau lebih) HNO3 dan beberapa buah batu didih Panaskan perlahan-lahan sampai larutan berwarna gelap, hindari pembentukan buih yang berlebihan Tambah 1-2 ml HNO3 dan pemanasan selama 5-10 menit sampai larutan tidak gelap lagi
39
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Lanjutkan penambahan HNO3 dan pemanasan selama 5-10
menit sampai larutan tidak gelap lagi (semua zat organik telah teroksidasi) kemudian dinginkan Tambahkan 10 ml akuades (larutan akan menjadi tidak berwarna atau menjadi kuning muda jika mengandung Fe) dan panaskan sampai berasap Diamkan larutan sampai dingin kembali kemudian tambahkan 5 ml akuades, didihkan sampai berasap Dinginkan dan encerkan sampai volume 100 ml
40
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Pembuatan kurva standar Larutan standar Ca 1000 ppm diambil 5 ml dan dimasukkan
labu takar 50 ml Tepatkan volume menjadi 50 ml dengan akuades, dan laruta ini menjadi larutan induk untuk larutan standar Ca Ambil dari larutan yang sudah diencerkan sebanyak 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 ml, Tepatkan volume masing-masing menjadi 100 ml
41
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Contoh soal Analisis kadar Ca dari susu bubuk dilakukan dengan
menggunakan AAS. Susu bubuk seberat 10 g diabukan dengan pengabuan basah dengan volume terakhir filtrat setelah pengabuan adalah 1000 ml Pembuatan kurva standar dilakukan sesuai dengan prosedur pembuatan kurva standar. Jika hasil analisis kurva standar adalah sebagai berikut dan setelah ditera dengan AAS sampel mempunyai absorbansi 0.49, berapa kadar Ca (mg/100 g) dalam susu bubuk? 42
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Kurva standar:
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6 43
Volume (ml) 0 2 4 6 8 10
Konsentrasi Ca (ppm)
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
Absorbansi
0.02 0.13 0.26 0.34 0.47 0.58
Jawaban KURVA STANDAR No.
44
Konsentrasi Ca (ppm) 0 2
Absorbansi
1. 2.
Volume (ml) 0 2
3. 4. 5. 6
4 6 8 10
4 6 8 10
0.26 0.34 0.47 0.58
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
0.02 0.13
0.6 y = 0.0557x + 0.0014
Absorbansi
0.5 0.4 0.3
0.2 0.1 0 0
2
4
6
8
Konsentrasi Ca (ppm) 45
Teti Estiasih - THP - FTP - UB
10
12
Absorbansi sampel = 0.49
Absorbansi sampel-Absorbansi blanko = 0.49-0.02 = 0.47 Konsentrasi Ca dalam alikuot = 8.413 ppm Konsentrasi Ca = 8.413 mg/L
1 L alikuot berasal dari 10 g sampel =8.413 mg/10 g = 84.13 mg/100 g
46
Teti Estiasih - THP - FTP - UB