KABUPATEN BONDOWOSO
I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah Pemerintah Kabupaten Bondowoso berkedudukan di jalan Letnan Amir Kusman Nomor 2 Kelurahan Dabasah Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso. Luas wilayah Kabupaten Bondowoso mencapai 1.560,10 Km² atau sekitar 3,26% dari luas total Provinsi Jawa Timur, yang terbagi menjadi 23 Kecamatan, 209 Desa, 10 Kelurahan dan 1.133 Dusun.
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
Tabel I.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Bondowoso No.
Kecamatan
Jumlah Desa
Kelurahan
Dusun
1.
Maesan
12
0
62
2.
Grujugan
11
0
41
3.
Tamanan
9
0
43
4.
Jambesari Darusholah
9
0
39
5.
Pujer
11
0
65
6.
Tlogosari
10
0
53
7.
Sukosari
4
0
17
8.
Sumber Wringin
6
0
56
9.
Tapen
9
0
48
10.
Wonosari
12
0
69
11.
Tenggarang
11
1
48
12.
Bondowoso
11
7
19
13.
Curahdami
11
1
102
14.
Binakal
8
0
33
15.
Pakem
8
0
37
16.
Wringin
13
0
76
17.
Tegalampel
7
1
43
18.
Taman Krocok
7
0
40
19.
Klabang
11
0
47
20.
Botolinggo
8
0
45
21.
Sempol
6
0
32
22.
Prajekan
7
0
37
23.
Cermee
15
0
81
209
10
1.133
Jumlah
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012
Wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso yaitu : • Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten o dan Banyuwangi, • Sebelah selatan dengan Kabupaten Jember • Sebelah barat dengan K abupaten Situbondo dan Probolinggo. Kabupaten Bondowoso tidak berbatasan langsung dengan laut atau pantai, karena wilayah Kabupaten Bondowoso tidak memiliki laut.
B. Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis, Kabupaten Bondowoso berada di wilayah bagian Timur Provinsi Jawa Timur dengan jarak kurang lebih 200 km dari
02
Ibu Kota Provinsi (Surabaya). Koordinat wilayah terletak antara 113°48’10” - 113°48’26” Bujur Timur dan antara 7°50’10” - 7°56’41” Lintang Selatan. Kabupaten Bondowoso meskipun berada di tengahtengah eks Karesidenan Besuki juga tidak terletak pada jalur yang menguntungkan karena tidak dilewati jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Wilayah Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalur utama Provinsi Jawa Timur bagian Utara (Banyuwangi - Situbondo Probolinggo - Pasuruan - Surabaya) dan jalur utama Provinsi Jawa Timur bagian Tengah (Banyuwangi - Jember - Lumajang - Probolinggo - Pasuruan -Surabaya). Kedua jalur tersebut memiliki daya dukung sumberdaya potensial bagi pengembangan ekonomi dan perdagangan. Dengan demikian, Kabupaten Bondowoso merupakan daerah tujuan yang hanya dilalui jalur Provinsi Bondowoso - Situbondo dan Bondowoso - Jember dan sebaliknya. Untuk mencapai Bondowoso dapat ditempuh melalui tiga pintu gerbang utama, yaitu Kecamatan Prajekan (dari Kabupaten Situbondo sebelah utara/timur), Kecamatan Maesan (dari Kabupaten Jember sebelah selatan) dan Kecamatan Wringin (dari Kabupaten Situbondo sebelah barat). Disamping itu juga dapat ditempuh lewat jalur alternatif Kecamatan Sempol (dari Kabupaten Banyuwangi) dan Kecamatan Tamanan (dari Kabupaten Jember).
C. Topografi Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan yang bervariasi dengan 44,4% wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan dataran rendah, dan 24,9% merupakan dataran tinggi. Ditinjau dari ketinggiannya, Kabupaten Bondowoso rata – rata berada pada posisi 253 meter dpl Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
(diatas permukaan laut) dengan puncak tertinggi 3.287 meter dpl (kecamatan sempol dan Sukosari) dan terendah 73 meter dpl (Kecamatan Cermee dan Prajekan)
lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%). Namun demikian, kondisi geologi wilayah Bondowoso secara khusus masih sangat jarang diteliti sehingga informasi yang lebih akurat perlu dikaji lebih mendalam.
Tabel I.2
Tabel I.4 Jenis Tanah Kabupaten Bondowoso
Keadaan Topografi Kabupaten Bondowoso No.
Klasifikasi Lereng
Luas Km2
%
No.
Jenis Tanah
Luas Km2
%
1.
Litosol
49,00
3,14%
1.
Datar (0 – 2%)
190,83
12,23
2.
Regosol
782,87
50,18%
2.
Landai (2 – 15%)
568,17
36,42
3.
Andosol
328,59
21,06%
3.
Agak Curam (15 - 40%)
304,70
19,53
4.
Gromosol
5,10
0,33%
4.
Sangat Curam (>40%)
496,40
31,82
5.
Mediteran
112,30
7,20%
1.560,10
100,00
6.
Latosol
282,24
18,09%
Jumlah
1.560,10
100,00
Jumlah
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
Tabel I.3 Ketinggian Tempat Kabupaten Bondowoso No.
Ketinggian
E. Hidrologi Luas
Km2
%
1.
0 – 100 meter
50,94
3,27
2.
100 – 500 meter
766,23
49,11
3.
500 – 1.000 meter
308,10
19,75
4.
> 1.000 meter
434,83
27,87
1.560,10
100,00
Jumlah
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
D. Geologi Berdasarkan tinjauan geologis, Kabupaten Bondowoso termasuk dalam rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktifitas gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent Volcanic Formation). Batuan penyusun utama terdiri dari batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung api kwarter muda 62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran dominan Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
Air tanah saat ini masih menjadi sumber utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat Bondowoso. Wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan Ijen yang terletak dibagian timur dan pegunungan Argopuro disebelah barat mengakibatkan kabupaten Bondowoso menjadi daerah cekungan, resapan dan tangkapan air sehingga ketersediaan sumber mata air cukup melimpah. Kondisi topografi, kekerasan batuan, struktur geologi, sejarah geologi dan geomorfologi suatu wilayah merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap pola aliran sungai yang berkembang pada suatu wilayah. Berdasarkan kondisi topografi diatas, wilayah Kabupaten Bondowoso dengan kemiringan yang relatif besar memungkinkan berkembangnya pola aliran sungai dendritik stadia muda, trelis dan sebagian kecil sub radial. Terdapat beberapa sungai atau sekitar 35 sungai yang mengaliri kabupaten Bonowoso. Sungai Sampean merupakan sungai utama yang melalui wilayah Kabupaten Bondowoso terletak memanjang hingga ± 61 km ke arah laut pantai utara melewati kabupaten Situbondo, selain itu juga terdapat sungai Deluang (30 km), sungai Bedadung (70 km) dan sungai Mrawan (32 km). Hampir seluruh wilayah perairan berada dalam koordinasi DAS Sampean. Terdapat 119 mata air biasa dan 3 sumber air panas yang tersebar di seluruh wilayah, yang sebagian besar sumber tersebut telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti air bersih, irigasi, perikanan dan pariwisata.
F. Klimatologi Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang sejuk berkisar 20,40C – 25,90C dengan suhu rata-rata 25,70C, karena berada diantara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur
03
serta kaki pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar 6.475 mm/tahun dengan lama hujan 9 hari per bulan, dimana curah hujan minimum sebesar 1.622 mm terjadi pada bulan Juni dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari sebesar 13.102 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai Mei. Akan tetapi bulan April, September dan Oktober merupakan bulan peralihan musim, sehingga walaupun terjadi hujan tetapi relatif kecil.
H. Penggunaan Lahan Pola penggunaan tanah untuk sawah beririgasi seluas 323,56 km2 atau 20,74% luas wilayah, luas lahan kering sebesar 432,77 km2 (27,74%), sehingga luas areal potensial yang sudah digunakan untuk kegiatan produktif dalam pengembangan pertanian seluas 756,33 km2 atau 48,48% dari luas wilayah Kabupaten Bondowoso, sementara seluas 558,05 km2 atau 35,77% merupakan kawasan hutan (hutan sejenis, semak belukar dan rimba). Rincian pola penggunaan lahan di Kabupaten Bondowoso tersaji dalam Tabel 5. Tabel I.5 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah (km2) Tahun 2011 No
Jenis Penggunaan
Luas (km2)
%
1
Hutan
558,05
35,77
2
Lahan Kering (Tegal)
432,77
27,74
3
Sawah
323,56
20,74
4
Perkebunan
88,61
5,68
5
Permukiman
73,17
4,69
6
Tanah Tandus
33,23
2,13
7
Padang Rumput
31,83
2,04
8
Lain-Lain (lahan untuk industri, kebun campur, danau kolam, pertambangan, sungai dan jalan)
18,88
1,21
1,560,10
100,00
Jumlah
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012
Gambar I.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Km2)
II. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH Pengelolaan kawasan wilayah Kabupaten Bondowoso secara terpadu sangatlah penting sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan dan perkembangan wilayah Kabupaten Bondowoso. Kabupaten Bondowoso memiliki beberapa kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan strategis atau kawasan yang dalam penanganannya perlu diprioritaskan. Kawasan tersebut memiliki potensi ekonomi yang besar dan diharapkan memberikan dukungan bagi pengembangan wilayah. Terdapat beberapa sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik wilayah dan analisis peluang ekonomi, antara lain :
a. Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Bondowoso dan selaras terhadap arahan RTRW Provinsi Jawa Timur yaitu memberi perhatian lebih pada pengembangan sektor pertanian. Bahkan, melalui sektor pertanian ini telah memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Bondowoso. Untuk itu hubungan antara desa dengan kota dalam jalinan rural-urban linkage harus terjaga dalam mendukung pengembangan sektor pertanian. Dengan demikian, rencana pengembangan lahan pertanian diarahkan dengan memperhatikan daya dukung lahan yang sinergi dengan rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Bondowoso. Upaya pengembangan lahan sawah untuk ketahanan pangan dan penambahan luasan kawasan lindung dilakukan dengan mengurangi luasan lahan kering dan mengalihfungsikan lahan kering menjadi sawah irigasi teknis serta kawasan perkebunan atau hutan rakyat. Pengembangan lahan pertanian dilakukan dengan memperhatikan kecenderungan tingkat konsumsi penduduk ter-
(Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012)
04
Potensi dan dan Produk Produk Unggulan Unggulan Jawa Jawa Timur Timur Potensi
b. Sektor Perkebunan Kondisi geografis yang dominan perbukitan menjadikan kabupaten Bondowoso sangat potensial untuk pengembangan sektor perkebunan. Dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif, pengembangan sektor perkebunan bisa lebih semakin optimal melalui penanaman tanaman semusim dan tahunan. Perkebunan tanaman semusim disesuaikan dengan kondisi tanah, iklim dan curah hujan yang sesuai dengan jenis komoditas. Untuk perkebunan tanaman tahunan diarahkan untuk tanaman keras dengan perakaran kuat. Alokasi perkebunan tanaman tahunan ini terutama di kawasan yang berbatasan dengan kawasan lindung yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga.
c. Sektor Perikanan Kondisi wilayah kabupaten Bondowoso yang tidak memiliki garis pantai menjadikan pengembangan kawasan pendukung budidaya perikanan air tawar sebagai fokus rencana pengembangan sektor perikanan. Pengembangan sektor perikanan diarahkan pada pengelolaan pembenihan hingga pasca panen beserta penyediaan fasilitas penunjang.
memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya dan memberikan jaminan terhadap kelestarian lingkungan hidup, meliputi hutan produksi dan hutan rakyat di wilayah Kabupaten Bondowoso. Luasnya lahan kritis serta adanya potensi ancaman banjir dan longsor pada wilayah perbukitan yang cukup dominan di wilayah Bondowoso, mengharuskan adanya perhatian lebih terhadap penanganan kawasan hutan. Melalui pengelolaan yang optimal pada sektor kehutanan diharapkan akan berdampak terhadap berkurangnya lahan kritis sehingga hal ini juga mendukung pengembangan potensi yang besar di sektor pertanian. Peran serta masyarakat, baik melalui hutan rakyat maupun sistem tumpangsari pada pengelolaan hutan negara sangat mendukung keberhasilan pengembangan sektor kehutanan supaya lebih optimal.
f. Sektor Pariwisata Kondisi wilayah yang masih alami menjadikan Kabupaten Bondowoso memiliki banyak potensi alam yang menarik untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Pengembangan pariwisata merupakan penunjang bagi pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Bondowoso. Dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat lokal, pengembangan pariwisata mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat melalui semakin meningkatnya aktifitas perekonomian secara lokal. Dalam pengelolaan kawasan pariwisata di kawasan lindung dan konservasi dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, mengingat sebagian besar obyek wisata yang ada berlokasi di sekitar kawasan hutan dan merupakan bagian dari kawasan konservasi.
t
hadap kebutuhan beras, tingkat produksi padi, serta kecukupan kebutuhan pangan dengan membandingkan tingkat produksi dan konsumsi.
Air TerjunTancak Kembar
d. Sektor Peternakan Hampir setiap kecamatan di Kabupaten Bondowoso memiliki komoditi ternak unggulan, sehingga pengembangan sektor peternakan dijadikan sebagai salah satu prioritas pembangunan sebagai strategi pendorong perekonomian wilayah. Peternakan yang dikembangkan masyarakat baik secara perorangan maupun kolektif merupakan embrio penentuan kawasan peternakan. Peningkatan usaha peternakan dilakukan dengan mengembangkan teknologi budidaya ternak dan usaha pengolahan hasil ternak.
e. Sektor Kehutanan Pengembangan sektor kehutanan dimaksudkan sebagai upaya untuk
Potensi Potensi dan dan Produk Produk Unggulan Unggulan Jawa Jawa Timur Timur
05
g. Sektor Perindustrian Pengembangan Kawasan Industri di Kabupaten Bondowoso dilakukan dengan senantiasa memperhatikan arahan RTRW Kabupaten Bondowoso, merupakan sebuah kebutuhan dalam pengembangan wilayah. Sektor industri sangat berperan dalam meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan penyerapan tenaga kerja. Pengembangan kawasan industri didasarkan pada aspek ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, permintaan pasar, infrastruktur dan perkembangan perekonomian regional.
h. Sektor Pertambangan Salah satu sektor yang perlu dikembangkan secara optimal untuk mendukung perekonomian wilayah Kabupaten Bondowoso adalah sektor pertambangan. Sumberdaya alam yang telah dikelola dan perlu lebih dioptimalkan adalah tambang pasir, batu belah, batu poles, tras dan batu gamping. Potensi sumberdaya alam lainnya yang akan dikembangkan di masa mendatang adalah cadangan panas bumi. Dalam pengelolaan dan pengembangan potensi pertambangan perlu memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup sehingga keberadaan eksploitasi sumberdaya alam tersebut tidak memberikan dampak negatif yang sangat merugikan masyarakat.
I. Sektor Perdagangan dan Jasa Pembangunan sarana pelayanan masyarakat atau fasilitas sosial (perkantoran, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, dsb) diarahkan dengan merujuk struktur tata ruang wilayah yang dituju dalam RTRW Kabupaten Bondowoso melalui rekomendasi perijinan. Pembangunan fasilitas pelayanan tersebut diprioritaskan sesuai urutan hirarki pelayanan (ordo kota) dan tingkat kerusakan.
III. WILAYAH RAWAN BENCANA Kondisi wilayah yang sebagian besar terdiri dari perbukitan dan pegunungan menjadikan hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bondowoso berpotensi untuk terjadinya ancaman bencana alam seperti tanah longsor, banjir, angin puting beliung dan letusan gunung berapi. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana dan memini-
06
malisir besarnya kerugian yang ditimbulkan. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bondowoso ditetapkan sebagai berikut :
a. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Meliputi kawasan di sekitar kawah gunung berapi Ijen dan Raung serta sepanjang alur sungai pembuangan air kawah/lahar. Daerah tersebut terdiri dari Kecamatan Sempol, Tlogosari, Sukosari dan Sumberwringin.
b. Kawasan rawan banjir. Kawasan ini terletak di sepanjang aliran Sungai Sampean yang merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Bondowoso. Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso sebagian disebabkan dengan masih luasnya lahan kritis sehingga cenderung meningkatkan terjadinya erosi dan banjir bandang.
c. Kawasan rawan bencana longsor dan gerakan tanah Kondisi topografi Kabupaten Bondowoso dengan kemiringan lereng melebihi 400 (31,82% dari luas wilayah keseluruhan) dengan kondisi jenis tanah atau struktur tanah relatif labil, merupakan kawasan berbahaya dan rawan longsor. Tingkat kemiringan, struktur tanah dan tingkat vegetasi berperan sebagai salah satu penyebab terjadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadangan air. Kondisi ini dapat dijumpai di hampir se-
Potensi P Po ote tennssi da ddan dan an Pr P Produk rod oduukk U Unggulan nggguula ng lan Ja JJawa aJawa wa TTimur wa iim mur ur Potensi Produk Unggulan Timur
d Angin Puyuh Puting Beliung) Puting beliung terjadi akibat perubahan tekanan udara yang menimbulkan terjadinya gerakan awan Cumulonimbus (Cb), terjadi sangat singkat dan tidak bisa diprediksi secara spesifik serta dapat berpindah/bergeser seusai dengan tekanan tinggi ke tekanan rendah dalam skala luas. Karakteristik wilayah Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan (50,76%) menyebabkan sering terjadinya perbedaan tekanan udara yang menyolok. Hal ini terbukti dengan terjadinya beberapa kejadian terjangan angin puting beliung di beberapa wilayah seperti Kecamatan Pakem, Wringin, Binakal, Cermee, Sukosari, Sumberwringin dan wilayah lainnya. Kondisi Kabupaten Bondowoso yang rawan bencana menjadikan sebuah upaya yang komprehensif sebagai langkah antisipatif meminimalis dampak bencana. Perlunya infrastruktur khusus daerah rawan bencana, menciptakan
Potensi P otteens nsi dda dan an P Pr Produk roodduk rod duk uk U Unggulan nggguullaan ng an Ja JJawa awa wa TTimur imuurr im Po Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
peraturan bangunan, membatasi keleluasaan membangun, pengendalian pola pemanfaatan lahan pada daerah perbukitan dan pegunungan, dengan menyediakan ruang untuk evakuasi perlu dilakukan secara berkesinambungan dengan dukungan penuh dari masyarakat.
IV. DEMOGRAFI PENDUDUK Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso dari hasil registrasi akhir tahun 2011 sebanyak 745.267 jiwa, terdiri dari 364.491 jiwa penduduk laki-laki dan 380.776 jiwa penduduk perempuan, meningkat sebesar 0,61% dari penduduk tahun 2010 sebanyak 740.737 jiwa. Angka sex ratio (perbandingan jenis kelamin) sebesar 95,72 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 96 penduduk laki-laki, dengan angka kepadatan penduduk mencapai 487 jiwa/km2 mengalami kenaikan bila dibanding dengan kepadatan tahun 2010 yaitu sebesar 475 jiwa/ km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di kecamatan Bondowoso sebesar 73.987 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.454 jiwa/km2 sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kecamatan Sempol sebesar 11.377 jiwa/km2 dengan kepadatan mencapai 113 jiwa/km2.
t
luruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso.
Kawah Ijen
07
Tabel IV.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Bondowoso Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 No
Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jumlah
Maesan Grujugan Tamanan Jambesari DS Pujer Tlogosari Sukosari Sbr. Wringin Tapen Wonosari Tenggarang Bondowoso Curahdami Binakal Pakem Wringin Tegalampel Taman Krocok Klabang Botolinggo Sempol Prajekan Cermee
21.928 17.958 17.046 17.046 18.540 21.413 7.491 15.862 15.821 18.189 19.592 36.235 15.610 7.904 11.268 19.313 11.934 7.836 9.342 14.710 5.644 12.476 21.333 364.491
22.131 18.102 17.708 17.863 20.985 22.020 7.275 16.346 17.277 19.041 20.205 37.752 15.588 8.364 11.607 20.406 12.841 8.326 10.296 15.242 5.733 13.455 22.213 380.776
44.059 36.060 34.754 34.909 39.525 43.433 14.766 32.208 33.098 37.230 39.797 73.987 31.198 16.268 22.875 39.719 24.775 16.162 19.638 29.952 11.377 25.931 43.546 745.267
Rasio Sex 99,08 99,20 96,26 95,43 88,35 97,24 102,97 97,04 91,57 95,53 96,97 95,98 100,14 94,50 97,08 94,64 92,94 94,11 90,73 96,51 98,45 92,72 96,04 95,72
Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012 Tabel IV.2
Komposisi Jumlah Penduduk Kabupaten Bondowoso Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011
(dalam jiwa)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34
8.
35 – 39
9. 10. 11. 12. 13. 14. Jumlah
40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 +
No
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
27.024 30.609 30.975 26.274 25.322 28.696 27.991
26.046 29.130 28.916 25.334 26.213 31.020 29.966
53.070 59.739 59.891 51.608 51.535 59.716 57.957
Rasio Sex 103,75 105,08 107,12 103,71 96,60 92,51 93,41
30.673 28.632 26.376 24.063 18.793 14.490 24.573
30.468 29.624 27.051 23.864 17.840 17.403 37.901
61.141 58.256 53.427 47.927 36.633 31.893 62.474
100,67 96,65 97,50 100,83 105,34 83,26 64,83
364.491
380.776
745.267
95,72
Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012
08
Gambar IV.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bondowoso (Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012)
Gambar IV.2. Perkembangan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bondowoso (Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012) Penduduk usia kerja diatas usia 15 tahun setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sebanyak 574.079 orang dari jumlah 564.640 orang pada tahun 2010. Angkatan kerja sebanyak 382.433 orang, dari angkatan kerja tersebut sebanyak 370.454 orang yang bekerja, sedangkan pengangguran terbuka mencapai 11.979 orang (2,08%), sebagaimana pada tabel berikut : Tabel IV.3 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2010 – 2011 No
Rincian
1
Tahun 2010
2011
Usia Kerja
564.640
574.079
2
Angkatan Kerja
380.152
382.433
3
Bukan Angkatan Kerja
184.488
191.646
4
Bekerja
367.471
370.454
5
Pengangguran Terbuka
12.681
11.979
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, 2011 Masalah penyediaan lapangan kerja merupakan suatu masalah yang sangat kompleks dan sulit untuk diatasi dalam kurun waktu yang singkat. Banyak faktor yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, diantaranya (a) kualitas sumberdaya manusia belum memenuhi standar yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan yang tersedia dan (b) lapangan kerja yang tersedia lebih kecil daripada jumlah pencari kerja. PenyePotensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
diaan lapangan kerja merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Gambar IV.4. Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Lapangan Usaha
Tabel IV.4 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2007-2011 Kondisi
2007
2008
2009
2010
2011
1.
Pencari Kerja
10,339
2,569
7,683
3,476
2,978
2.
Penempatan Kerja
1,032
433
1,524
1,638
1,835
3.
Penghapusan Pencari Kerja
5,242
0
0
4.
Belum Ditempatkan
4,065
2,166
6,159
1,838
1,143
5.
Permintaan Lowongan
1,148
433
674
1,638
4,675
6.
Dipenuhi
1,032
433
674
1,638
1,835
7.
Penghapusan Lowongan
218
0
0
0
2,295
8.
Sisa Lowongan
0
0
0
0
545
1,732
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 20082012 Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Bondowoso tahun 2007-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Kualifikasi tingkat pendidikan pencari kerja di Kabupaten Bondowoso secara rerata antara tahun 2007-2011 masih didominasi oleh tamatan SD sebesar 67% dan tamatan SMA sebesar 19,12%. Sementara itu untuk tamatan SLTP hanya sebesar 7,85%, sedangkan tenaga kerja yang menamatkan pendidikan tinggi (akademi dan sarjana) hanya sebesar 6,05%. Kualifikasi dan jumlah pencari kerja disajikan dalam Gambar IV.3 dan berdasarkan lapangan usaha disajikan dalam Gambar IV.4. Gambar IV.3 Kualifikasi Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Tingkat Pendidikan (Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 20082012)
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
(Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012)
Gambar IV.4 memperlihatkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang ada di Kabupaten Bondowoso terserap pada sektor angkutan dan pergudangan sebesar 34,78%, sedangkan sektor lain-lain sebesar 18,72%, jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebesar 18,32%, pertanian masih menyerap tenaga kerja sebesar 10,17%, industri pengolahan sebesar 5,92%, konstruksi dan bangunan sebesar 4,73%, perdagangan dana rumah makan sebesar 4,06%, pertambangan dan penggalian sebesar 3,28%; sedangkan sektor asuransi dan listrik, gas dan air minum belum secara signifikan menyerap tenaga kerja. Pergeseran perekonomian daerah dari sektor primer ke arah sektor sekunder dan tersier, berdampak pada pola pencaharian masyarakat yang beralih ke sektor sekunder, tetapi sebagian besar masih bekerja di sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk yang bekerja di sektor pertanian (60,00%), perdagangan (14,59%), industri (8,79%), jasa kemasyarakatan (7,71%), angkutan (4,94%), konstruksi (3,03%), pertambangan dan penggalian (0,51%), dan lainnya (0,43%). Secara rinci sebagaimana tabel beikut ini : t
No.
Tape Bondowoso
09
Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012 No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
Pertanian
223.385
2
Industri
32.554
3
Perdagangan
53.923
4
Jasa Kemasyarakatan
28.568
5
Angkutan
18.518
6
Konstruksi
11.138
7
Pertambangan, Penggalian
1.265
8
Lain-Lain
1.103
Jumlah
370.454
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, data diolah, 2012
V. PELUANG PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS Dari seluruh luas wilayah yang ada di Kabupaten Bondowoso 90,08 persen digunakan untuk pertanian yaitu persawahan, tanah kering, perkebunan,kehutanan, rawa dan tambak. Sedangkan sisanya sebesar 9,92 persen digunakan untuk pemukiman, industri, padang rumput, pertambangan, lahan yang sementara tidak digunakan dan lainnya. Bila dirinci menurut penggunaannya, lahan terluas digunakan untuk kehutanan yaitu sebesar 35,77 persen. Kemudian urutan terluas berikutnya adalah lahan yang digunakan untuk tegalan/tanah kering 27,66 persen dan digunakan persawahan sebesar 20,74 persen.
A. Produksi PERTANIAN TANAMAN PANGAN Dari luas panen 59.575 ha, rata-rata produksi 53,84 ton/tahun dan produksi padi yang dihasilkan 320.752 ton, jagung 191.768 ton, kentang 1.221 ton, lombok 23.906 ton. Produksi tanaman buah-buahan terdiri dari mangga yaitu sebesar 76.875 ton, alpukat 10.820 ton, durian 9.136 ton.
PERKEBUNAN Luas lahan perkebunan mencapai 5,87 persen atau 9.153,32 hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 2.676,06 hektar,perkebunan besar seluas 6.181,20 hektar dan kebun campuran seluas 296,06 hektar. Produksi perkebunan yang dihasilkan meliputi kelapa 1.872,02 ton, kopi arabika rakyat 20,11 ton, kopi robusta rakyat 305,05 ton, tebu 23.009 ton, tembakau kasturi 1.205 ton, tembakau rajangan 5.329 ton.
KEHUTANAN Luas seluruh kawasan hutan adalah 59.425,54 hektar yang terdiri dari hutan produksi seluas 25.028,80 hektar, hutan lindung seluas 30.935,00 hektar dan Hutan Lainnya seluas 3.461,14 hektar. Luas lahan kritis sebesar 13.998 hektar. Produksi hasil hutan yang disajikan dalam publikasi ini meliputi kayu jati 1.160,6 ton, pinus (3.610,60 ton), sonokeling (7,41 ton),mahoni (904,5 ton), rimba lain (1.653,80 ton),kayu bakar jati dan kayu bakar rimba. Sedangkan produksi ikutan terdiri dari getah pinus (1.355.006 ton) dan kopi glondong basah (337.690 ton).
t
t Tanaman kopi
10
Hasil panen pohon ketela
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
Tabel 4.3. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas
PETERNAKAN Populasi ternak besar yang terdiri dari sapi potong (203.794 ekor) dan sapi perah (44 ekor). Populasi ternak kecil yang terdiri dari kambing (31.312 ekor) dan domba (24.871 ekor). Populasi unggas pada ayam buras (511.096 ekor), ayam petelor (90.585 ekor), ayam pedaging (211.924 ekor) dan itik (42.381 ekor).
PERIKANAN Jumlah produksi perikanan tercatat 1.847.166 kg. Penangkapan ikan yang dilakukan oleh rumah tangga terdiri atas budidaya, perairan umum dan lahan bebas. Produksi hasil ikan budidaya sebesar 996.004 kg, yang terdiri dari keramba, kolam, mina padi dan air mengalir. Produksi hasil ikan di perairan umum sebesar 667.410 kg yang terdiri dari waduk, sungai dan rawa. Untuk penangkapan di lahan bebas produksi sebesar 183.752 kg.
Kacang hijau dan Kedele No
Bahan Baku
1.
Kacang hijau
Industri makanan
Tepung, Sirup, Makanan Ringan
2.
Kedele
Industri makanan dan minuman
Kecap, tahu, tempe, susu
3.
Kacang Tanah
Industri makanan
Kacang tanah olahan
Peluang Industri
Produk
Tabel 4.4. Peluang Pengembangan Potensi
Ko-
moditas Ubikayu No 1.
Bahan Baku Umbi ubikayu
2.
Ampas kayu
ubi-
3.
Tepung tapioka
4.
Limbah cair
Peluang Industri
Produk
Industri tepung
Tepung tapioka
Industri Makanan
Tape, dodol, suwar-suwir, dan tiwul instan
Industri pakan ternak
Pakan ternak
Industri hidrolisi
Maltodekstrin, HFS dan sorbitol
Industri fermentasi
Cuka, asam cuka, asam sitrat dan MSG
Tabel 4.5. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Ubi Jalar No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ubi Jalar
Industri Tepung
Tepung ubi jalar
Industri Kripik ubi jalar
Kripik ubi jalar
B. Pengembangan potensi Untuk meningkatkan potensi ekonomi masingmasing komoditas di wilayah kecamatan dapat dikembangkan industri berbasis komoditas seperti yang terlihat pada tabel berikut: 4.1. Tanaman Pangan Tabel 4.1. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Padi No 1.
Bahan Baku Gabah
Peluang Industri Industri benih
Benih padi unggul
Industri penggilingan padi
Beras Kepala
Beras
Industri tepung beras
Tepung beras
3.
Dedak padi
Industri pakan ternak
Pakan ternak
Bahan Baku
Peluang Industri
1.
Bahan Baku Umbi b a w a n g merah
2.
Limbah
Peluang Industri
Produk
Bibit Tanaman
Bibit bawang merah unggul
Industri penyulingan
Minyak atsiri
Industri pengeringan
Tepung, bubuk seasoning & bumbu
Industri pupuk organik
Kompos
Produk
1.
Biji Jagung
Industri benih
Benih jagung unggul
2.
Biji Jagung
Industri tepung
Tepung maizena
Industri makanan ringan
Makanan ringan
Industri minyak
Minyak jagung
3.
Tongkol Jagung
Industri pakan ternak
Pakan ternak
4.
Dedak Jagung
Industri pakan ternak
Pakan ternak
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
No
Produk
2.
No
4.2.Tanaman Hortikultura Tabel 4.6. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Bawang Merah
11
Tabel 4.7. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Lombok No
Bahan Baku
Peluang Industri
1.
Lombok
Industri pengolahan
Cabai kering, saos, pasta, tepung, cabai kaleng, dan oleoresin
2.
Limbah
Industri pupuk organik
Kompos
Produk
Tabel 4.8. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kentang No 1.
Bahan Baku
Peluang Industri
Ubi kentang
Industri Pembibitan
Bibit Unggul Kentang
Industri Pengolahan
Kentang beku
Tabel 4.11. Peluang Pengembangan P otensi Komoditas Mangga
Produk No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas Mangga
Industri Pembibitan
Bibit Mangga Unggul
2.
Buah Mangga
Industri Makanan dan Minuman
Mangga beku
Keripik Kentang
Manisan mangga Sirop mangga
Tepung Industri ekstraksi
Mangga kalengan
Kosmetik
Dodol
Tabel 4.9. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kubis, Sawi, Labu Siam, Kacang Panjang dan Ketimun No
Bahan Baku
1. 2.
Peluang Industri
Produk
Bibit
Penangkaran Hortikultura
Bibit unggul
Kubis
Industri sayuran sehat bebas pestisida
Sayuran Beku, Sayur organik
Industri pupuk organik
Kompos dan pupuk organik
Sawi Labu Siam Kacang panjang Ketimun 3.
Limbah tanaman
Tabel 4.12. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Rambutan
Tabel 4.10. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tomat No
Bahan Baku
1.
Peluang Industri
Produk
Bibit tomat
Budidaya tomat organik
Buah segar tomat organik
2.
Buah Tomat
Industri Pengolahan
Pasta tomat, saos tomat, manisan tomat, dan sari buah tomat
3
Limbah tanaman
Industri pupuk organik
Kompos dan pupuk organk
No
BahanBaku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas Rambutan
Industri Pembibitan
Bibit Rambutan Unggul
2.
Buah Rambutan
Industri Makanan dan Minuman
Rambutan kalengan Rambutan beku Sirop Rambutan
Tabel 4.13. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Durian No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas Durian
Industri Pembibitan
Bibit Durian Unggul
2.
Buah Durian
Industri Makanan dan Minuman
Durian beku Dodol Durian Sirop Durian
12
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
Tabel 4.14. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Nangka No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1
Biji nangka
Budidaya nangka unggul
Buah segar
3.
Daging buah
Industri makanan
Kripik nangkaa dan dodol
Tabel 4.15. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Pepaya No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/bibit
Budidaya pepaya
Buah segar
2.
Daging buah
Industri makanan
Dodol, asinann
Tabel 4.16. Peluang Pengembangan No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Buah Pisang
Industri Pembekuan
Pisang segar
Industri Pengolahan
Tepung pisang
TANAMAN PERKEBUNAN Tabel 4.18. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tebu
Makanan ringan 2.
Batang Pisang
Industri Kerjainan
Tali dan Karung
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
Rayon
1.
Molase Tebu
Destilasi
Alkohol
Fermentasi
Cuka
Handy Craft
Asam asetat, sitrat dan laktat
Tabel 4.17. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Alpukat No
Bahan Baku
Peluang Industri
1
Biji alpukat
Industri pakaian
2
Kulit batang
3
Daging buah
4
Batang Pohon
Industri penyamak kulit hewan Industri bahan dasar kecantikan & kosmetik Industri mebeler dan perabot rumah
Keripik Nangka
t
Potensi Komoditas Pisang
Butanol
Produk
asam atonik dan isotonik
Bahan pewarna pakaian Pewarna kulit hewan
Dekstrose Monosodium Glutamat
Larutan pelembab dan bahan untuk masker. Meja, kursi dan kusen, pintu
2.
Bagase Tebu
Serat
Pulp dan kertas Papan serat dan partikel
3.
4.
Blotong Tebu
Daun Tebu
Bahan Bakar
Briket
Industri Pakan
Pakan ternak
Industri pupuk
Pupuk organik
Destilasi
Protein, etanol dan sakarin
Industri pakan
Pakan ternak
Tabel 4.19. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kopi No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas Kopi
Industri pembibitan
Bibit kopi Unggul
2.
Biji Kopi
Industri Makanan dan Minuman
Bubuk Kopi Bubuk Kopi instan Minuman Kopi dan Permen
3
Limbah kulit kopi
Industri pupuk organik
Kompos dan Pupuk organik
Pusat pembenihan kopi t
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
13
Hasil budidaya kelapa
t
t
Hasil budidaya jambu merah t
Tabel 4.23. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Jambu Mente
Tabel 4.20. Peluang Pengembangan
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas Jambu mente
Industri pembibitan
Bibit jambu mente
2.
Biji Mente
Industri Makanan
Mente olahan
3
Limbah tanaman
Industri pupuk organik
Kompos dan Pupuk organik
Potensi Komoditas Kelapa No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Buah Kelapa
Industri Bahan Pangan
Santan Kelapa Minyak Kelapa
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daun Tembakau
Industri Rokok
Rokok
Industri daun rajangan
Rajangan daun tembakau
Cocopeat
Industri Obat-obatan
Pestisida organik
Handy Craft
Industri Pupuk
Pupuk organik
Margarine 2.
Air Kelapa
Industri Minuman
Tabel 4.24. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tembakau Rajangan
Nata de Coco Kecap
3.
Serat kelapa
4.
Tempurung Kelapa
Industri Pengolahan
Industri Bahan Bakar dan kerajinan
Cocofiber
Arang tempurung Handy Craft
Tabel 4.25. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tembakau
Tabel 4.21. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Pinang
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daun Tembakau
Industri Rokok
Rokok
Industri tembakau
Rajangan dan krosok tembakau
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji Pinang
Industri farmasi /obat
Obat untuk kesehatan
Industri makanan dan tekstil
Pewarna kain
Industri Obat-obatan
Pestisida organik
Pewarna makanan
Industri Pupuk
Pupuk organik
Industri pupuk organik
Pupuk organik
2.
3
Biji dan buah pinang Limbah kulit
PETERNAKAN Tabel 4.26. Peluang Pengembangan Potensi Ternak
Tabel 4.22. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kapuk Randu No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Buah Randu
Industri kapuk randu
Kapuk randu
2.
Kapuk randu
Benang
Tekstil
14
Sapi No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daging sapi
Industri Pengalengan
Daging beku sapi
2
Kulit sapi
Industri penyamak kulit
Bahan tas, dompet, jaket, dll
3.
Limbah padat dan cair
Industri pupuk organik
Pupuk organik
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
Tabel 4.27. Peluang Pengembangan Potensi Kambing
Tabel 4.32. Peluang Pengembangan Potensi Industri Makanan dan Minuman
dan Domba No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daging
Industri Pengalengan
Daging beku
1.
Ubikayu
Industri Makanan
Tape
2.
Limbah padat dan cair
Industri pupuk organik
Pupuk organik
Keripik Tiwul Instan
Tabel 4.28. Peluang Pengembangan Potensi Ayam Buras No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ayam
Industri Budidaya
Bibit Unggul yam Buras
2.
Tape
Industri Makanan
Suwar-Suwir dan dodol
3.
Jagung
Industri Makanan
Keripik
4.
Kedelai
Industri Makanan
Tahu, tofu, tempe, dan keripik
Daging
INDUSTRILOGAM Tabel 4.33. Peluang Pengembangan Industri Logam
2.
Tulang
Industri tepung
Tepung tulang
3.
Bulu
Industri rumah tangga
Alat rumah tangga
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Kuningan, Emas dan Perak
Industri Logam
Berbagai jenis souvenir dari kuningan
Tabel 4.29. Peluang Pengembangan Potensi Itik No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Itik
budidaya/ternak itik
Bibit unggul itik dan daging
2
Telor
Industri makanan
Kue dan makanan
2.
Tulang
Industr tepung tulang
Tepung tulang
3
Bulu
Industri rumah tangga
Perabot rumah t angga
2.
Limbah padat dan cair
Industri pupuk organik
Pupuk organik
Perhiasan Emas dan Perak
TEKSTIL Tabel 4.34. Peluang Pengembangan Potensi Industri Tekstil No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Kain
Industri tekstil
Bordir Batik
PERIKANAN AIR TAWAR
Konveksi
Tabel 4.30. Peluang Pengembangan Potensi Perikanan Air Tawar No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ikan
Industri Budidaya
Bibit Unggul Ikan lele, nila dan tombro Daging ikan
2.
Daging Ikan
Industri tepung
Tepung ikan
MAKANAN DAN MINUMAN Tabel 4.31. Peluang Pengembangan Potensi Industri Makanan dan Minuman No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ubikayu
Industri Makanan
Tape Keripik Tiwul Instan
2.
Tape
Industri Makanan
Suwar-Suwir dan dodol
3.
Kedelai
Industri Makanan
Tahu, tofu, tempe, an keripik
4.
Daging sapi
Industri Makanan
Dendeng
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
t
Pengemasan tape
15