e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LT (LEARNING TOGETHER) PADA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIPA2 SMA NEGERI 3 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2014/2015 1
Ni Putu Ari Listya Dewi, 2I Putu Suka Arsa, 3Ketut Udy Ariawan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, FTK Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email: {
[email protected],
[email protected], 3
[email protected]} ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) terhadap hasil belajar siswa kelas XI MIPA 2 di SMA Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Variabel bebas berupa model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) dan variable terikat berupa hasil belajar Prakarya dan Kewirausahaan siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI MIPA 2 semester genap SMA Negeri 3 Singaraja. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes untuk hasil belajar ranah kognitif dan lembar observasi untuk hasil belajar ranah afektif dan psikomotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) yang mengalami perbaikan yang signifikan dalam pembelajaran siswa pada siklus I dan siklus II. Jumlah persentase meningkat dari 44% dengan rata-rata 73,48 pada siklus I menjadi 88% dengan rata-rata 80,8 pada siklus II. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Prakarya dan kewirausahaan ini dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata-kata kunci : Model pembelajaran kooperatif, Learning Together (LT), hasil belajar. ABSTRACT The purpose of this study was to determine the application of cooperative learning method Learning Together (LT) type on learning outcomes of students of class XI MIPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. This research is a classroom action research. Independent variable in the form of cooperative learning method Learning Together (LT) and the dependent variable in the form of learning outcomes craft and entrepreneurial students. The study population was all students of class XI MIPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Data collection techniques using test techniques for cognitive learning outcomes and learning outcomes observation sheet for affective and psychomotor. The results showed that after applying the cooperative learning method Learning Together (LT) type to improve learning outcomes of students of class XI MIPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. This can be seen from the results of studying before using cooperative learning method Learning Together (LT) type is experiencing significant improvements in students learning in the first cycle and second cycle. The percentage increased from 44% with an average of 73,48 in the first cycle to 88% with an average of 80,8 on the second cycle. It can be concluded that the craft and entrepreneurial learning by using cooperative learning method Learning Together (LT) type can improve student learning outcomes. Keywords: Cooperative learning method, Learning Together (LT), learning outcomes.
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) PENDAHULUAN Pada jaman sekarang perkembangan suatu pendidikan semakin hari semakin pesat, seiring dengan perkembangan pendidikan tersebut pada masyarakat, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mengalami perkembangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1991:21) yang mengemukakan bahwa “Kehidupan di dunia berubah, masyarakat berubah, pengajaran berubah, semuanya berubah”. Maka dari itu untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan itu, pendidikan harus dapat berjalan seiring dengan perkembangan itu guna mencapai keberhasilan pendidikan. Beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan pendidikan diantaranya adalah adanya sumber daya manusia yang berkualitas, daya dukung peralatan atau sarana dan prasarana yang memadai serta perangkat kebijakan yang mendukung. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Belajar dianggap properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar disekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidaklah seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah the process of acquiring knowl-edge (Agus Suprijono, 2009:3). Melalui proses komunikasi pada pembelajaran yang terjadi di sekolah, tepatnya pada SMA Negeri 3 Singaraja yang proses pembelajarannya dimana para pendidik menyampaikan materi masih menggunakan metode konvensional yang menjadikan pendidik sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Peserta didik pada umumnya hanya menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam kurang begitu kuat. Dari metode ini hasil yang dicapai kurang optimal dalam menyelesaikan suatu masalah. Ini dapat dilihat dalam data penilaian Prakarya dan Kewirausahaan tahun 2014/2015 semester genap untuk kelas XI MIPA2, masih terdapatnya siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang ditetapkan sekolah sebesar 78. Dari 25 siswa, hanya 5 orang yang lulus KKM, dengan rerata hasil belajar 67.90, dan
ketuntasan belajar hanya tercapai 20% sementara ketuntasan yang diharapkan 85%. Munculnya masalah-masalah di kelas XI MIPA2 di SMA Negeri 3 Singaraja tersebut pada dasarnya disebabkan oleh proses pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang belum optimal dalam menumbuhkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di kelas XI MIPA2 masih berpusat pada guru. Proses pembelajaran seperti ini tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkreativitas dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan pembelajar Prakarya dan Kewirausahaan menjadi kurang bermakna bagi siswa. Secara keseluruhan, permasalahan yang terjadi di kelas XI MIPA2 ini merupakan masalah yang perlu segera diselesaikan. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di kelas XI MIPA2 tersebut adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran baru di bidang pendidikan. Melalui model tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti menjadikannya diangkat judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe LT (Learning Together) Pada Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Peserta Didik Kelas XI MIPA2 SMA Negeri 3 Singaraja”. KAJIAN TEORI Model Pembelajaran Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Ada beberapa ciri-ciri
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah: 1. Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:37). Anita Lie (2007:29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Pembelajaran Konvensional Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Pendekatan konvensional dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi.
Model Pembelajaran Tipe Learning Together (LT) Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991). Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan pada empat unsur (Johnson, Johnson, Holubec, dan Roy, 1984) yakni: a. Interaksi tatap muka: para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa. b. Interdependensi positif: para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok. c. Tanggung jawab individual: para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya. d. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka. Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai
Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya (Slavin, 2008, 250). Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka harus meningkatkan kinerja kelompoknya. Adapun Sintaks atau Langkahlangkah model pembelajaran Learning Together (LT) dalam buku Cooperative Learning (Slavin, 2008, 25) metode yang merekan teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas 4 atau 5 kelompok dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan (Slavin, 2008). Adapun kelebihan model pembelajaran Learning Together (LT) adalah: a. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi oleh guru. b. Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama (learning together). c. Siswa dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. d. Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar. e. Siswa lebih kreatif karena pembelajarannya menggunakan
pendekatan salingtemas yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan, dan masyarakat. Adapun kekurangan/kelemahan model pembelajaran Learning Together adalah: a. Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi. b. Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan. c. Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam kelompok. Penghargaan yang diberikan kepada kelompok dalam model pembelajaran Learning Together didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan (Slavin, 2008). Prosedur Pembelajaran Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu; orientasi, fasilitas pembelajaran, bekerja bersama/kelompok, test, praktik dan penilaian. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para pendidik dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut: 1) Orientasi Dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Pendidik mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik, serta sistem penilaiannya. 2) Bersama/kelompok Pada tahap ini peserta didik melakukan pembelajaran secara bersama/kelompok sebagai inti proses kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. 3) Tes/Ujian Pada akhir kegiatan pembelajaran diharapkan semua peserta didik telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) masing-masing peserta didik menjawab tes untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. 4) Praktik Setelah materi pembelajaran telah tersampaikan dengan metode Learning Together (LT), dimana Pendidik memperagakan metode sebagai media pembelajaran yang selanjutnya adalah penerapan kerja praktik dengan dapat terlaksana sesuai dengan prosedur dan kualitas kerja. 5) Penilaian Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa dalam materi yang sudah diserap sebagai penilaian kebehasilan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran praktik nantinya diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan penilaian diatas angka lulus produktif. Pengertian Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Prakarya dan Kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang mengembangkan kemampuan untuk berwirausaha. Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan memiliki empat bidang yang bisa dipilih salah satu oleh masingmasing sekolah. Hasil Belajar Memahami pengetian hasil belajar harus bertitik tolak pada pengertian belajar itu sendiri. Ada beberapa sumber yang memberikan definisi tentang belajar, salah satunya yang dikemukakan oleh ahli psikologi pendididkan, menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu belajar adalah “suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya” (Slameto, 2003:2). Perubahan yang terjadi tersebut mempunyai banyak sifat dan jenisnya sehingga tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian PTK adalah Penelitian Tindakan Kelas atau dalam bahasa Inggris dinamakan Classroom Action Research merupakan suatu penelitian tentang praktik pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri (an inquiry on practice from within). PTK merupakan salah satu upaya peneliti atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Kegiatan penelitian oleh peneliti ini dipicu oleh permasalahan praktis yang real terjadi dan dialami langsung (jadi, bersifat spesifik-konstektual, practice driven), dan bagaimana masalah tersebut ditangani secara langsung pula (action driven). Pada pembelajaran disekolah tentunya setiap kegiatan yang dilakukan pada proses pembelajaran perlu dipantau. Pada tahun 1986, bersama dengan Wilf Carr, Kemmis menggalakkan istilah “penelitian tindakan pendidikan”. Pada penelitian ini aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah hasil belajar siswa saat standar kompetensi mengukur dengan menggunakan alat ukur berskala dengan implementasi model pembelajaran Learning Together (LT) melihat perubahan hasil belajar siswa, untuk mengetahui kemajuan belajarnya dengan alat pengumpul data seperti lembar test, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi. Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan untuk membahas Daya Listrik dan Kabel Instalasi Listrik dan satu kali tes. Pada siklus II terdiri dari dua pertemuan untuk membahas Simbol-simbol Peralatan Instalasi Listrik dan Gambar One Line Diagram, serta satu kali pertemuan tes.
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) Tabel 2. Kategori ri Hasil Belajar Siswa Refleksi Awal
No
Pelaksanaan 1
Pelaksanaan 2
Evaluasi 1
Evaluasi 2
Gambar 1. Rancangan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Gambar di atas, tamp pak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikattakan sebagai dua siklus. Untuk uk p pelaksanaan sesungguhnya,, jumlah siklus sangat s bergantung kepada permassalahan yang perlu diselesaikan. Apabila permasalahan terkait belum terselesaikan n dalam d u a siklus maka perlu dilaku kukan siklus selanjutnya yang disertai dengan d tindak lanjut dari penyelesaian masa alah dari siklus sebelumnya. Penelitian litian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom classroom action research) research yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIPA2 untuk Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan SMA Negeri 3 Singaraja dengan penerapan metode LT (Learning Together). HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pelaksanaan dan Pembelajaran Refleksi Awal Berdasarkan hasil tes siswa yang berjumah 25 siswa dan siswi pada refleksi awal,, diperoleh hasil belajar dengan rerata nilai 57,95 dan dengan siswa yang tuntas sebanyak 0 orang (0%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 22 orang (88%). Tabel 1. Rata-rata rata Hasil Belajar Siswa Refleksi Awal
Jumlah Nilai 1275
Rata-rata Ketuntasan 57,95 0%
Frek Persentase Interval Kategori Sangat 1 0 0% 85-100 Baik 2 4 16 % 70-84,9 Baik 3 15 60 % 55-69,9 Cukup 4 2 8% 40-54,9 Kurang 1 4% Sangat 5 0-39,9 Kurang Jml 22 88%
15
Amat Baik Baik
10 5
Cukup Kurang Sangat Kurang
0
Gambar 2. Persentase Hasil Belajar Siswa Refleksi Awal Berdasarkan analisis analisi data, maka dapat diuraikan bahwa rata-rata rata hasil belajar siswa kelas XI MIPA2 SMA Negeri 3 Singaraja pada refleksi awal yaitu sebesar 57,95 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 0%. Dari 25 jumlah siswa diperoleh data evaluasi hasil belajar, jika dibandingkan dingkan dengan pedoman konversi hasil belajar maka diperoleh jumlah siswa yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 0 orang (0%), %), kategori baik sebanyak 4 orang (16%), %), kategori cukup sebanyak 15 orang (60%), %), kategori kurang 2 orang (8%) %) dan kategori sangat s kurang 1 orang (4%). Deskripsi Pelaksanaan dan Pembelajaran Siklus I Proses pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dalam penelitian tindakan kelas ini mencakup proses pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dengan metode LT (Learning Together) yang dilaksanakan pada siswa kelas XI MIPA2 SMA Negeri 3 Singaraja. Pada pembelajaran siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, pertemuan pertama dan kedua dilakukan proses pembelajaran serta pertemuan ketiga pemberian tes. Pertemuan pertama dilaksanakan n pada tanggal 28 Februari 2015, pada jam ke 3 sampai jam ke 4,
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) dengan materi Teknologi Tepat Guna dengan sub materi Daya Listrik. Sedangkan pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 07 Maret 2015 dengan sub materi Kabel Instalasi Listrik. Sedangkan pada pertemuan ketiga, yaitu pada tanggal 14 Maret 2015 siswa kelas XI MIPA2 diberikan tes secara individu. Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang berlangsung sekitar 15 menit. Kegiatan pendahuluan diawali dengan orientasi terkait dengan siswa bersama peneliti membuka PBM dengan ungkapan sukur/doa. Sambil mengikuti peneliti melaksanakan kegiatan administrasi (presensi), siswa menyiapkan diri secara fisik dan psikologi. Kemudian siswa diberikan motivasi terkait penyampaian peta materi, tujuan, serta manfaat yang harus dicapai setelah proses pembelajaran. Selanjutnya siswa diberikan apersepsi terkait dengan materi yang akan dibahas. Misalnya pada pertemuan pertama, sub materi yang dibahas adalah Daya Listrik. Untuk mengetahui pemahaman siswa dengan materi yang akan diajarkan, guru menyampaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sebagai berikut: 1) Pernahkah kalian menghitung daya listrik di rumah? 2) Tahukah kalian hubungan antara daya listrik dengan instalasi listrik? Semua permasalahan tersebut disampaikan secara lisan kepada siswa untuk mengetahui secara langsung sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dibahas sekaligus memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dengan mengemukakan argumen mereka. Dari kegiatan awal yang dilakukan, siswa antusias untuk melakukan pembelajaran, hal ini terlihat antusias untuk siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan sangat tinggi. Proses pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti yang berlangsung sekitar 60 menit. Kegiatan inti terdiri atas fase orientasi, pengorganisasian peserta didik, penyelidikan individu dan kelompok, pengembangan dan penyajian hasil, analisa dan evaluasi proses pemecahan masalah. Fase orientasi sesuai dengan pembelajaran metode LT (Learning Together) dimana siswa menyiapkan buku
pelajaran dan peneliti menyiapkan media, alat dan bahan pembelajaran yang berhubungan dengan daya listrik. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran. Fase pengorganisasian peserta didik dimana siswa masuk dan duduk dalam kelompokkelompok yang ditentukan peneliti berdasarkan variasi gender dan kemampuan akademik. Setelah dibagi kelompok, kelompok berdiskusi menyelesaikan persoalan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai daya listrik. Diakhir diskusi kelompok, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk presentasi hasil diskusinya. Fase penyelidikan individu dan kelompok dimana siswa berdiskusi dengan kelompoknya menyelesaikan persoalan pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Kemudian pada fase pengembangan dan penyajian hasil dimana siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa dan menambahkan yang dianggap perlu penekanan pada konsep tertentu setelah presentasi siswa selesai. Sedangkan pada tahap analisa dan evaluasi proses pemecahan masalah dimana siswa menjawab tes tertulis pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkaitan dengan daya listrik. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti mengobservasi secara langsung kegiatan yang dilakukan siswa, dari hal ini sudah mulai terlihat bagaimana proses kerja dari siswa itu sendiri. Dari hasil observasi yang sudah dilaksanakan masih banyak siswa terlihat kurang aktif, siswa yang tampak bekerja hanya itu saja sementara teman dalam satu kelompok tersebut hanya bisa menyaksikan temannya bekerja bahkan mereka bermain sesama anggota kelompok. Kegiatan dilanjutkan dengan fase pengembangan dan penyajian hasil, yaitu siswa memperlihatkan hasil diskusi kelompok sehingga peneliti dapat melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa yang sudah dilakukan, peneliti memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa tersebut dan siswa menyimak hasil-hasil pekerjaan sebagai pengalaman belajar, maka kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan penutup yang
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) berlangsung sekitar 15 menit. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, dalam tahap ini siswa bersama dengan guru melakukan refleksi/mengevaluasi efleksi/mengevaluasi PBM dengan menemukan manfaat langsung dan tak langsung PBM.
memperbaiki hasil pembelajaran menjadi lebih baik sehingga bisa mencapai target yang diinginkan. Tabel 4.Kategori Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
Frek Persentase Interval Kategori 1 4% 85-100 Sangat 1 Baik 2 16 64% 70-84,9 Baik 3 8 32% 55-69,9 Cukup 4 0 0% 40-54,9 Kurang 0 0% 0-39,9 Sangat 5 Kurang Jml 25 100% 70
Gambar 3. Foto saat pembelajaran siklus I
60
Amat Baik
50
Baik
40
Tes akhir siklus I dilaksanakan pada pertemuan ketiga, yang mencakup materi Teknologi Tepat Guna, dengan sub materi Daya Listrik dan Kabel Instalasi Listrik. Listrik Tes akhir ini dilakukan akukan secara individu atau perorangan. Tes akhir siklus yang berbentuk tes objektif yang terdiri dari 20 soal dengan sistem penyelesaian tes ini adalah close book.. Dalam pengerjaan tes, tes siswa tidak diijinkan untuk bekerja sama. Kegiatan ini berlangsung selama elama 60 menit, dan an kegiatan ini berlangsung dengan lancar. Berdasarkan hasil tes siswa yang berjumah 25 siswa dan siswi pada tindakan siklus I, diperoleh hasil belajar Prakarya dan Kewirausahaan dengan rerata nilai 73,48 dan dengan siswa yang tuntas sebanyak 11 orang (44%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 14 orang (56%). Tabel 3. Rata-rata rata Hasil Belajar Siswa Siklus I
Jumlah Nilai 1837
Rata-rata Ketuntasan 73,48 44%
Untuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, di SMA Negeri 3 Singaraja yang menetapkan standar ketuntasan yaitu 78, karena arena target yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu ketuntasan hasil belajar 85%, maka untuk siklus I yang belum mencapai target harus har dilanjutkan pada siklus II untuk
Cukup
30 20 10
Kurang Sangat Kurang
0
Gambar 4. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I Deskripsi Pelaksanaan elaksanaan dan Observasi Pembelajaran Siklus II Berdasarkan hasil Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I, masih terdapat kekurangan pada hasil tes yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, akan dilanjutkan pada pertemuan siklus II. Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yang terdiri atas dua kali pertemuan tatap muka dan satu tu kali pertemuan untuk pemberian tes belajar. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2015 dengan sub materi Simbol-simbol Simbol Instalasi Listrik. Pada tanggal 11 April 2015 dilaksanakan pertemuan kedua dengan sub materi Gambar One Line Diagram. Sedangkan edangkan pada pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 25 April 2015 dengan memberikan tes secara individu. Pertemuan ke-1 Secara umum kegiatan pembelajaran hampir sama dengan siklus I, namun terdapat perbaikan sesuai dengan refleksi pertemuan sebelumnya. Perbaikan P yang dilakukan sebagai berikut:
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) 1. Merevisi draft awal perangkat pembelajaran yaitu RPP sebagai sarana peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Mengingatkan kembali untuk memperhatikan dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti. 3. Memberikan tugas kepada siswa, siswa diwajibkan untuk mencari materi dari buku atau sumber lain seperti internet. Hal ini dilakukan agar mereka lebih menguasai materi sehingga mempermudah mereka dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan diberikan motivasi terkait penyampaian peta materi, tujuan, serta manfaat yang harus dicapai setelah proses pembelajaran. Pada tahap pendahuluan sebelum apersepsi, peneliti mengumumkan yang mendapat skor tertinggi yang dicapai siswa pada saat pemberian tes belajar minggu sebelumnya berjumlah 1 orang siswa. Alokasi waktu dan langkah kegiatan yang dilakukan sama dengan siklus I. Kegiatan pendahuluan peneliti awali dengan pemberian pujian terhadap siswa yang mendapat nilai tertinggi bertujuan agar siswa lainya mempunyai keinginan untuk mendapat nilai yang sama. Pelaksanaan tahap kegiatan inti yang pertama pada fase orientasi yaitu dimana siswa menyiapkan buku pelajaran dan peneliti menyiapkan media, alat dan bahan pembelajaran yang berhubungan dengan Simbol-simbol Instalasi Listrik. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran. Fase pengorganisasian peserta didik dimana siswa masuk dan duduk dalam kelompokkelompok yang ditentukan peneliti berdasarkan variasi gender dan kemampuan akademik. Setelah dibagi kelompok, kelompok berdiskusi menyelesaikan persoalan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai Simbol-simbol Instalasi Listrik di siklus II. Siswa sudah mampu menyampaikan hal yang ditanyakan oleh peneliti, hal ini disebabkan siswa sudah memiliki materi yang cukup bervariasi karena rata-rata mereka menelusuri melalui internet. Diakhir diskusi kelompok, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Fase
penyelidikan individu dan kelompok dimana siswa berdiskusi dengan kelompoknya menyelesaikan persoalan pada Lembar Kerja Siswa. Kemudian pada fase pengembangan dan penyajian hasil dimana siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Peneliti melakukan penilaian kinerja siswa dan menambahkan yang dianggap perlu penekanan pada konsep tertentu setelah presentasi siswa selesai. Sedangkan pada tahap analisa dan evaluasi proses pemecahan masalah dimana siswa menyelesaikan soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) dan hasil presentasi siswa.
Gambar 5. Foto dokumentasi pembelajaran siklus II Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan pada tahap ini, siswa terlihat mengalami peningkatan dalam kedisiplinan mengikuti pembelajaran walaupun masih terlihat beberapa siswa yang masih bercanda ataupun sibuk dengan kegiatannya sendiri. Dengan memperlihatkan hasil diskusi kelompok dan presentasi kelompok sehingga peneliti dapat melakukan penilaian terhadap hasil kerja kelompok siswa yang sudah dilakukan, peneliti memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa tersebut dan siswa menyimak hasil-hasil pekerjaan sebagai pengalaman belajar, maka kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan penutup yang berlangsung sekitar 15 menit. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada tahap ini sesuai observasi yang sudah dilakukan peneliti, siswa memiliki antusias tinggi dalam melakukan pembelajaran, hal ini terlihat dari jumlah siswa yang bertanya, yang mengungkapkan pendapat ataupun menyimpulkan dari hasil pembelajaran yang sudah dilakukan mereka cukup banyak dan jawaban yang mereka kemukakan cukup bervariatif.
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) Pada pertemuan ketiga tiga pada siklus II dilaksanakan tes akhir siklus II, yang mencakup sub materi Simbol-simbol Instalasi Listrik dan Gambar One Line Diagram.. Tes akhir ini dilakukan secara individu atau perorangan. Sistem pelaksanaan tes akhir ini dilaksanakan sama seperti pada siklus I dengan tes akhir siklus yang berbentuk tes objektif yang terdiri dari 20 soal dengan waktu 60 menit dan sistem penyelesaian tes ini adalah close book.. Dalam pengerjaan tes, tes siswa tidak diijinkan untuk bekerja sama. Sesuai dengan pedoman yang digunakan maka pada siklus II diperoleh nilai tertinggi pada 25 siswa dan siswi untuk hasil belajar siswa sebesar 86 dan nilai terendah sebesar 72,67 dan dengan rerata 80.8 8 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 22 2 orang (88%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 orang (12%). Tabel 5. Rata-rata rata Hasil Belajar Siswa Siklus II
Jumlah Nilai 2020
Rata-rata Ketuntasan 80,80 88%
Tabel 6. Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
Frek Persentase Interval Kategori Sangat 1 2 8% 85--100 Baik 2 23 92 % 70-84,9 84,9 Baik 3 0 0% 55-69,9 69,9 Cukup 4 0 0% 40-54,9 54,9 Kurang 0 0% Sangat 5 0-39,9 39,9 Kurang Jml 25 100% 100 80
penelitian tindakan kelas ini yaitu ketuntasan hasil belajar 85%, maka penelitian ini dihentikan sampai di siklus II, karena a sudah mencapai keberhasilan dalam penelitian. Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh data hasil belajar siswa sisw untuk Refleksi awal, siklus I dan siklus II. II Pada refleksi awal rata-rata rata hasil belajar siswa 57,95 dengan ketuntasan 0%, siklus I ratarata hasil belajar siswa 73,48 73 dengan ketuntasan sebesar 44%, sedangkan pada siklus II rata-rata rata nilai belajar siswa 80,8 dengan ketuntasan sebesar 88%. Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama lama 2 siklus menunjukkan terjadinya peningkatan dalam hasil belajar siswa dengan penerapan metode LT (Learning Together) dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Kewirausahaan Temuan aspek kognitif, kognitif afektif dan psikomotor menunjukkan bahwa penerapan metode LT (Learning Together) dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan meningkatkan hasil belajar dari refleksi awal ke siklus I kemudian ke siklus II. Berdasarkan hasil analisis data, terjadi peningkatan skor rata--rata hasil belajar siswa dari 57,95 dengan kategori kat cukup menjadi 73,48 dengan kategori baik kemudian menjadi 80,8 8 dengan kategori baik. Penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian dari peneliti harapkan, yaitu persentase ersentase ketuntasan sudah mencapai 88% % dengan rerata hasil belajar siswa 80,8.
Amat Baik Baik
60
100 80
Cukup
40 20 0
Refleksi Awal
60 Kurang
Siklus I
40 Sangat Kurang
Siklus II
20 0
Gambar 6. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II Untuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMA Negeri 3 Singaraja yang menetapkan standar ketuntasan, ketuntasan yaitu 78, karena arena target yang ingin dicapai dalam
Gambar 7. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Refleksi Awal, Siklus I dan Siklus II Peningkatan rata--rata disebabkan oleh 1) peran fasilitator dalam memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk belajar dengan
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) lebih optimal, 2) fasilitator memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk mengeksplor kemampuannya dalam menemukan dan memecahkan serta mencarikan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi secara berkelompok berbekal sumber-sumber yang mereka peroleh, 3) pelaksanaan kegiatan praktikum yang dilakukan secara mandiri menyebabkan siswa terbiasa untuk mengembangkan keterampilan memahami Teknologi Tepat Guna dengan mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi, dengan harapan bila masalah tersebut ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mereka telah memiliki keterampilan untuk memberikan solusisolusi yang kreatif, 4) materi pembelajaran diperoleh melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan, hal ini menyebabkan siswa lebih mudah memahami, dan 5) RPP yang digunakan dalam pembelajaran dirancang untuk membangun kreativitas siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Beberapa kendala atau kekurangan yang ditemui selama proses pembelajaran dalam penelitian ini antara lain 1) karakteristik metode pembelajaran LT (Learning Together) yang sangat unik menyebabkan siswa belum terbiasa dengan metode tersebut, 2) siswa belum terbiasa mengungkapkan berbagai permasalahan yang mereka hadapi dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) bersama kelompok, 3) kendala juga ditemui ketika mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dimana pada awalnya siswa tidak terbiasa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), padahal dalam metode LT (Learning Together) siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan atas permasalahan yang mereka hadapi. Pada awalnya penerapan metode LT (Learning Together) memang sangat sulit untuk dilakukan. Namun, dengan mengatasi kendala-kendala tersebut, metode LT (Learning Together) dapat diterapkan.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe LT (Learning Together) pada Pembelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan dapat Meningkatkan Hasil Belajar pada Peserta Didik Kelas XI MIPA2 SMA Negeri 3 Singaraja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan refleksi awal yang nilai rata-rata 57,95 dengan persentase ketuntasan 0% mengalami kenaikan pada Siklus I yang nilai rata-rata 73,48 dengan persentase ketuntasan belajar 44% dengan kenaikan yang cukup signifikan pada siklus II yaitu dengan nilai rata-rata 80,8 dan dengan persentase ketuntasan belajar 88%. Penelitian ini dapat dikategorikan berhasil karena nilai rata-rata hasil belajar di siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yaitu K ≥ 85% dan berada pada kategori baik dengan total peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 44%. SARAN Berdasarkan simpulan yang telah ditarik penulis dalam penelitian tindakan kelas ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa mengikuti arahan dari guru sehingga metode yang dipergunakan oleh guru dalam setiap pembelajaran dapat diterapkan secara maksimal, baik dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan maupun pembelajaran yang lain agar apa yang dipelajari menjadi bermakna. 2. Khususnya guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, temuan penelitian penerapan metode LT (Learning Together) ini hendaknya mampu dijadikan metode alternatif dalam meningkatkan kegairahan belajar siswa dan keberhasilan dalam proses pembelajaran maupun dalam proses praktik dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi siswa. 3. Bagi peneliti lain diharapkan meneliti kembali penelitian ini untuk lebih banyak refrensi yang dapat dijadikan patokan keberhasilan penerapan metode LT (Learning Together).
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) DAFTAR PUSTAKA Agus Juny Artha, Edy. 2014. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Memperbaiki Peralatan Rumah Tangga Listrik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Jurusan TITL Kelas XI SMK N 3 Singaraja. Skripsi. Singaraja:Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Undiksha Singaraja. Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2013. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara. Artining, Lia. 2009. Hakikat Pembelajaran Kooperatif. Tersedia pada https://www.google.com/search?q=HA KIKAT+PEMBELAJARAN+KOOPERA TIF.htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl 21/11/2014) Maulina, Deasy. 2010. Model Pembelajaran Learning Together. Tersedia pada https://www.google.com/search?q=Bel ajar+Sabar+Ikhlas++MODEL+PEMBE LAJARAN+LEARNING+TOGETHER. htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl 21/11/2014). Narayana Prasada, I Dewa Nyoman. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Pada Mata Pelajaran Perakitan Pc Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X TKJ2 SMK Negeri 3 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Singaraja:Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Undiksha Singaraja. Ochy’s. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif. Tersedia pada https://www.google.com/search?q=Mo del+Pembelajaran+Kooperatif+_+Och y%27s+Blog.htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl 21/11/2014). Paisaluddin, M.Pd.I., Ermalinda, M.Hum. 2014. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reserch) Panduan
Teoritis dan Praktis. Bandung, Alfabeta. Santyasa, I W. 2005. Analisis Butir dan Kosistensi Internal Tes. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung, Nusa Media. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja, Rosdakarya. Susilofy’s. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif. Tersedia pada https://www.google.com/search?q=Mo del+Pembelajaran+Kooperatif+_+Susi lofy%27s+Blog.htm&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=fflb (diakses pada tgl 21/11/2014). Taofik. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Demonstration Dan Experiment Pada Pembelajaran Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan Dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Dan Keaktifan Pada Peserta Didik Kelas X TGB Program Keahlian Bangunan Di Smk Negeri 2 Surakarta. Skripsi. Surakarta:Jurusan Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan. Tersedia pada http://www.google.com/url?sa=t&rct=j &q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved =0CHMQFjAH&url=http%3A%2F%2F core.kmi.open.ac.uk%2Fdownload%2 Fpdf%2F12345159.pdf&ei=ZhBWU7ZIsq4rAevpYGYDg&usg=AFQjCNGVX8AuD1G4msD99mpjmTSwn0iQ&sig2=fkIYQf VAjmdO6aJezwWlDQ (diakses pada tgl 21/11/2014). -------. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Tai Dalam Pembelajaran Dapat Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Panembahan Kecamatan Kraton, Kabupaten Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%2 02%20-%2008108241038.pdf (diakses pada tgl 21/11/2014).