e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015)
PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN KELISTRIKAN SISWA KELAS IX A2 SMP NEGERI 6 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2014/2015 1
I Kadek Diky Andrya Rusadi, 2Putu Suka Arsa, 3Agus Adiarta Jurusan Pendidian Teknik Elektro, FTK Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email: {
[email protected] ,
[email protected] , 3
[email protected] } ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) yang dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan kelistrikan siswa kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Data hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode tes, yang dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan peninggkatan rata-rata hasil belajar keterampilan kelistrikan dari 74,61 dengan kategori sedang pada siklus I menjadi sebesar 82,11 dengan kategori tinggi pada siklus II. Ketuntasan belajar klasikal juga meningkat dari 57,69% (15 orang) pada siklus I menjadi sebesar 88,46% (23 orang) pada siklus II. Dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 30,77% pada ketuntasan klasikalnya. Kata kunci: Numbered Heads Together, keterampilan kelistrikan, hasil belajar. ABSTRACT The purposed of this research was to know the students’ movement of the electrical skills learning outcomes grade IX A2 in SMPN 6 Singaraja in academic year 2014/2015 through the implementation of cooperative model NHT (Numbered Heads Together). This research was a classroom action research conducted in two cycles. The subjects were students of grade IX A2 in SMPN 6 Singaraja in academic year 2014/2015 which consisted of 26 number of students, 14 male students and 12 female students. The data of the students’ outcomes obtained by using test method which analyzed using descriptive quantitative analysis method. The result showed that there was an improvement of students learning process from 74,61 for medium category in the first cycle into 82,11 for high category in the second cycle. The classical mastery was also increase from 57,69% (15 students) in the first cycle into 88,46% (23 students) in the second cycle. In other word it can be said that there was 30,77% improvement in classical completeness. Key Words: Numbered Heads Together, electrical skills, result of study
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang lebih baik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dari ketercapaian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan yang dimaksud dapat diamati dari dua sisi yaitu dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru (Sudjana, 2001). Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perbahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan caracara lama dalam penyampaian materinya. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan pengoptimalkan pencapaian tujuan yang di rumuskan. Usman (2000:4) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (1990:1). Mengacu dari pendapat tersebut, proses belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Dalam pelajaran keterampilan kelistrikan diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa sangat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Hal tersebut sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak pernah lepas dengan dunia keterampilan kelistrikan yang dekat dengan aktivitas kehidupan mereka. Salah
satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Senior Secondary Education Project 2006 memperlihatkan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru berperan dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa, sehingga siswa sangat pasif. Dengan demikian ketepatan guru dalam memilih dan mengunakan metode pembelajaran sangat diperlukan. Berdasarkan observasi di kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti materi yang sedang diajarkan dan lebih khususnya pada kondisi pembelajaran mata pelajaran keterampilan kelistrikan. Sistem pengajaran yang diterapkan oleh guru kepada siswa di kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja hanya sampai pada taraf memberi bekal pengetahuan dan keterampilan sebatas sekedar tahu saja, belum sampai kepada memanfaatkan lingkungan sekitar dan interaksi yang aktif. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh guru kepada siswa bersifat mengulang-ulang dan kurang kreasi dalam mengembangkan pelajaran dan seni mengajarnya. Guru yang mengajar menggunakan buku dan catatan yang sama sepanjang tahun, kurang menguasai bahan. Guru mengajar dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat. Keterlibatan siswa dalam belajar kurang, karena guru tidak melibatkan siswa dalam pengalaman langsung, tidak mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa dan sistem hafalan yang mendominasi kegiatan pembelajaran dan tidak mengambarkan karakter pembelajaran keterampilan kelistrikan itu sendiri, sehingga kurang mendorong daya nalar siswa untuk menelaah lebih mendalam isi materi pembelajaran yang sedang berlangsung dan pengaplikasian ide-ide ke dalam sebuah produk/alat yang bermanfaat dalam kehidupan juga dirasa masih kurang. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan masih rendahnya kreatifitas
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) siswa dalam belajar. Pendekatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat, sehingga berdampak pada tingkat ketuntasan belajar siswa masih di bawah standar yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok. Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang tujuannnya untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim at all, 2000:25). Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu: 1). Hasil belajar akademik stuktural, 2). Pengakuan adanya keragaman, 3). Pengembangan keterampilan social. Numbered Heads Together dikembangkan oleh Spencer Kagen dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai berikut: Langkah 1, penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3
hingga 5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda, Langkah 2 pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum, Langkah 3, berpikir bersama (Heads Together): para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut, Langkah 4, pemberian jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas (Trianto, 2007: 62). Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) yaitu: 1. Model NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Mampu memperdalam pamahaman siswa. 3. Memberi suasana senang kepada siswa saat belajar. 4. Mengembangkan sikap positif siswa. 5. Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa. 6. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa. 7. Meningkatkan rasa percaya diri siswa. 8. Mengembangkan rasa saling memiliki. 9. Mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 1987: 28). Dalam proses belajar dan mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes (Depdiknas: 2002). Pembelajaran merupakan suatu usaha dasar yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai), peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaannya. Horward Kysley dalam Sudjana (1990:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masingmasing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motorik. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative (Sudjana, 1990:22). Menurut Purwanto (1986) bahwa hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 1987: 39-40). Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Keterampilan Kelistrikan Pada Siswa Kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. KAJIAN TEORI Keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir. Sehingga untuk menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya. Keterampilan kelistrikan merupakan kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut dengan memanfaatkan energi listrik. Listrik merupakan suatu muatan yang terdiri dari muatan positif dan muatan negatif
, dimana sebuah benda akan dikatakan memiliki energi listrik apabila suatu benda itu mempunyai perbedaan jumlah muatan. Listrik memiliki besaran-besaran diantaranya sebagai berikut : 1. Tegangan Listrik Tegangan listik yaitu perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. 2. Arus Listrik Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan couloumb/detik atau Ampere. 3. Hambatan Listrik Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik (misalnya resistor ) dengan arus listrik yang melewatinya. Hambatan listrik yang mempunyai satuan Ohm. Yang dapat dirumuskan dengan : R adalah hambatan (Ohm) V adalah tegangan (Volt) I adalah arus (ampere) 4. Gaya Gerak Listrik (GGL) Gaya gerak listrik (GGL) adalah besarnya energi listrik yang berubah menjadi energi bukan listrik atau sebaliknya, jika satu satuan muatan melalui sumber itu, atau kerja yang dilakukan sumber arus persatuan muatan. dinyatakan dalam Volt. 5. Muatan Listrik Muatan listrik adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang membuatnya mengalami gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga memiliki muatan listrik. Simbol Q sering digunakan untuk menggambarkan muatan. 6. Kapasitansi Kapasitans adalah ukuran jumlah muatan listrik yang disimpan (atau dipisahkan) untuk sebuah potensial listrik yang telah ditentukan. Bentuk paling umum dari piranti penyimpanan muatan adalah
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) sebuah kapasitor dua lempeng/pelat/keping. Jika muatan di lempeng/pelat/keping adalah +Q dan –Q, dan V adalah tegangan listrik antar lempeng/pelat/keping 7. Induktansi Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktasi sendiri. Sedang apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama. Satuan induktansi dalam satuan internasional adalah weber per ampere atau dikenal pula sebagai henry (H). 8. Kuat Medan Listrik Medan listrik adalah ruang di sekitar benda bermuatan listrik dimana benda-benda bermuatan listrik lainnya dalam ruang ini akan merasakan atau mengalami gaya Arah Medan Listrik. Kuat medan listrik adalah besaran yang menyatakan gaya coloumb per satuan muatan di suatu titik. 9. Fluks Magnet Fluk magnetik adalah ukuran total medan magnetik yang menembus bidang. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran keterampilan kelistrikan di kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja Tahun ajaran 2014/2015? Maka tujuan penelitian yang diajukan adalah Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan kelistrikan kelas IX A2 di SMP Negeri 6 Singaraja melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang secara umum bertujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Keterlibatan peneliti dalam pembelajaran
dalam bentuk kolaborasi antara peneliti dan praktisi (dalam hal ini adalah guru) sehingga memungkinkan terjadinya pemahaman dan kesepakatan terhadap suatu masalah yang dihadapi, pengambilan keputusan yang demokratis sehingga melahirkan kesamaan persepsi terhadap tindakan yang dilakukan. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu metode Tes. Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimul) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawabanjawaban yang untuk dijadikan penetapan skor angka. Ada jenis tes dalam penelitian adalah tes hasil belajar, prestasi belajar dan tes kecerdasan (Paizaluddin dan Ermalinda). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar Keterampilan Kelistrikan siswa kelas IX SMP Negeri 6 Singaraja. Tes tersebut berupa butir-butir tes sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik, yaitu dengan menyusun kisikisi, memenuhi validitas isi (content validity) sesuai dengan standar isi yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu tes mampu mengukur sampel bahan ajar dan atau perubahan perilaku hasil belajar secara representatif (Arikunto, 2008:168). Setyosari (2008: 187) menyatakan, untuk menetapkan validitas isi, diperlukan adanya ahli bidang studi, ahli pengukuran, dan para pakar yang memiliki keahlian yang relevan dengan bidang kajiannya. Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli (expert). Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti. Akan tetapi, untuk memberikan suatu gambaran bagaimana tes divalidasi dengan menggunakan validitas isi diperlukan kisi-kisi tes hasil belajar. Penelitian ini akan berlangsung melalui beberapa siklus sesuai dengan waktu dan hasil yang dicapai atau diinginkan. Dengan demikian pada siklus ke-N target yang diinginkan sudah tercapai. Target yang diinginkan di sini ialah nilai siswa dapat mencapai di atas KKM yang telah ditetapkan yaitu 75 dan 80% pada ketuntasan
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) klasikalnya (Ketuntasan Belajar). Pada setiap siklus terdapat beberapa tahapan kegiatan. Ebbut, 1985 (dalam Kasihani, dkk. 2006:8) dinyatakan bahwa salah satu karateristik penelitian tindakan kelas adalah adanya proses pelaksanaan penelitian sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus. Yaitu siklus I dan siklus II. Masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1) Perencanaan tindakan 2) Pelaksanaan tindakan 3) Observasi/evaluasi 4) Refleksi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam tiga tahapan yaitu (1) reduksi data, (2) paparan data, (3) penyimpulan hasil analisis. Sedangkan analisis kuantitatif hanya sebagai penunjang data untuk dapat memperkuat argumentasi. Reduksi data merupakan proses pembaharuan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokan dan mengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna. Paparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan. Penyimpulan hasil analisis merupakan pengambilan inti dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pertanyaan atau kalimat singkat dan bermakna. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan dinamika proses, sedangkan analisis kuantitatif hanya sebagai pendukung analisis kualitatif untuk data tentang peningkatan hasil belajar dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil belajar siswa dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1). Menentukan Tingkat ketuntasan individual NA =
SHT x 100 SMI
Penjelasanya: NA SHT
(1) = Nilai Akhir Individu = Skor Hasil Tes
SMI = Skor Maksimal Ideal 2). Menentukan Rerata Hasil Belajar (2) M= Penjelasanya: M = Rata-rata Hasil Belajar = Jumlah Total Nilai Seluruh Siswa N = Jumlah Subjek 3). Ketuntasan Belajar (3) KB =
∑ S .Tuntas x100%, SKBM 75 ∑S
Penjelasanya: ∑S.tuntas = Jumlah siswa yang tuntas ∑S. = Jumlah seluruh siswa SKBM = Standar Ketuntasan Belajar Minimum yang ditetapkan sekolah = 75 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari tanggal 17 Februari sampai dengan 14 April 2015 pada siswa kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 26 orang, terdiri dari 14 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu hasil belajar Keterampilan Kelistrikan siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan tekhnik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Rincian hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut. Hasil tes evaluasi awal/refleksi awal mata pelajaran keterampilan kelistrikan kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja diperoleh ratarata hasil belajar siswa sebesar 67,31 dengan ketuntasan klasikal sebesar 19,23% (5 orang). Berdasarkan hasil belajar tersebut peneliti dan guru mata pelajaran keterampilan kelistrikan menyepakati menerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT guna memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar pada kelas tersebut. Setelah model pembelajaran kooperatif tipe NHT diterapkan, rata-rata hasil
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) belajar siswa pada tes siklus I diperoleh sebesar 74,61 dengan ketuntasan klasikal sebesar 57,69% (15 orang). Karena hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan yaitu 80%, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan kendala-kendala yang dihaapi pada siklus I. Berdasarkan implementasi rancangan pada siklus II yang merupakan perbaikan dari tindakan pada siklus I, memberikan hasil berupa peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan. Adapun peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
sebesar 82,11 dengan ketuntasan klasikal sebesar 88,46% (23 orang). Dari paparan diatas secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan yang diharapkan. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena semua kriteria yang ditentukan telah terpenuhi. Hal ini menandakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan kelistrikan kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja tahun ajaran 2014/2015. Data hasil belajar dari tahap refleksi awal/evaluasi awal, siklus I sampai dengan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut:
82.11
88.46
74.61 67.31 57.69 Rata-rata Ketuntasan Klasikal 19.23
Refleksi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Refleksi Awal, Siklus I dan Siklus II
Gambar 2. Kegiatan PBM siklus 1
Gambar 3. Kegiatan PBM siklus 2
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembelajaran dan analisis hasil pembelajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan kelistrikan pada siswa kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja tahun ajaran 2014/2015 . Rata-rata hasil belajar keterampilan kelistrikan meningkat dari 74,61 dengan kategori sedang pada siklus I menjadi sebesar 82,11 dengan kategori tinggi pada siklus II. Ketuntasan belajar klasikal juga meningkat dari 57,69% (15 orang) pada siklus I menjadi sebesar 88,46% (23 orang) pada siklus II. Dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 30,77% pada ketuntasan klasikalnya. Beberapa saran yang dikemukakan terkait hasil pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam mata pelajaran keterampilan kelistrikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) ini dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk dapat berfikir kreatif dan tanggung jawab atas pembelajaran yang telah dilakukannya. 2. Bagi Guru a. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. b. Sebagai pedoman dalam mengajar mata pelajaran keterampilan kelistrikan untuk merancang suatu model pembelajaran keterampilan kelistrikan yang lebih inovatif dan sebagai alternatif agar pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai syarat untuk naik pangkat kejenjang yang lebih tinggi.
3. Bagi Sekolah Memberikan ide yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran dan sebagai bentuk inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran keterampilan kelistrikan maupun mata pelajaran yang lain. 4. Bagi Peneliti lain Dapat memberikan pengalaman langsung dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif, serta akan menjadi pedoman dalam merancang suatu model pembelajaran yang inovatif. UCAPAN TERIMAKASIH Penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Made Santo Gitakarma, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Ganesha, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, 2. Dr. I Putu Suka Arsa, S.T., M.T. selaku pembimbing I, yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini, 3. Agus Adiarta, S.T., M.T selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini, 4. Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai di lingkungan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha yang tidak dapat disebutkan satu persatu, 5. Drs. Gusti Agung Oka Yadnya, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 6 Singaraja yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, 6. I Ketut Murdita selaku guru keterampilan kelistrikan di kelas IX A2 di SMP Negeri 6 Singaraja atas bimbingan, saran, dan kerja samanya dalam pelaksanaan penelitian ini, 7. Seluruh siswa kelas IX A2 SMP Negeri 6 Singaraja yang sangat antusias dalam
e-Journal Jurnal JPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume: 4 No.1 Tahun 2015) mengikuti kegiatan pembelajaran selama mengadakan penelitian, 8. Serta, seluruh rekan-rekan mahasiswa PTE yang telah membantu dalam penelitian ini, sehingga skripsi ini bisa selesai. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan peneliti. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. DAFTAR PUSTAKA I Wayan Sanggri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri 1 Bugbug, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. I Ketut Murdita, 2014. RPP Keterampilan kelistrikan, Produk Penghasil Gerak Bersumber Arus Listrik DC, Kelas IX Semester II SMP Negeri 6 Singaraja. Ni Wayan Eka Wijayanti. 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Lodtunduh Kecamatan Ubud Gianyar. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA. Nurwahyuni Latif. 2011. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari Pada Pokok Bahasan Limit Fungsi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Paizaluddin, M.Pd.I. & Ermalinda, M.Hum. 2014. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reasearch)
Panduan Teoritis dan Praktis. Penerbit : ALFABETA, cv. Putra Selayar, 08 februari 2011. Proposal Skripsi Pembelajaran NHT. Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah IDI Tello Baru Kecamatan Panakukang Kota Makassar. Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.