MEASURING THE DEPTH AND THE DISTRIBUTION OF DACITE ROCKS AT RINGIN KEMBAR VILLAGE, SUMBER MANJING WETAN DISTRICT, MALANG REGENCY WITH POLE-POLE GEO-ELECTRICAL CONFIGURATION METHOD. Muhamad Lukman1), Burhan Indriawan2), Sujito3) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Email :
[email protected]
ABSTRACT Malang regency has considerable potential mining and be found at South Malang area, one of them, was in the Ringin Kembar Village, Sumbermanjingwetan District, Malang Regency. In the village, there are many rocks dacite of mine. Ageological formation of dacite rocks that were in the Ringin Kembar Village general of sediment dacite having the nature, to scatter, and limite resources. Dacite rocks can be used as a basic material for construction and as a mixed food (secondary food) for fishes. At Ringin Kembar village, Sumbermanjing Wetan district, Malang regency, there are dacite mining. It could be denied that dacite mining already operated since long time ago to cover the people life requirement. The mining is categorized as traditional mining. Activities ceased in substance is an activity basic industry, where its function as the provider of the raw materials for purpose of other industries. Given that the occurrence of a prepicitate the excavation of material requires very long time ( in the size of geological time), then in its use and mangement can be really optimal. Therefore, this research is done to analyze the distribution, and the depth of dacite rocks. Loke (1999) said, excess from the configuration of pole-pole could include regions that horizontal broad and the depth to which in. The configuration of pole-pole has two electrode placed far not until of measurements. The tool needed into this research is Oyo type McOhm – El model – 2219d. To begin this method was preceded by a make design research, then determine the lenght of the trajectory with meteran and calculate coordinates with a GPS. After that, ordered the instrument in accordance with rules of pole-pole configuration. Next, noted that the voltage (V), current (I), and constrains (R) on the trajectory of line a line. After that, calculate resistivity value (ρ) and geometry factor (K). From the data, it si processed using Res2dinv and Surfere 10 software. From the measurements stated that meter. The coverage area is 162,15 m2 and the percentage is 83,9 %. On the track 2, the depth between 1,05 – 16,7 meter by distance between 5- 62,5 meter. In other side, dacite rocks also can be found at depth about 43,9 meter by depth 25-30 meter. For coverage area about 357,04 m2 and the percentage 20,78 %. On the track 3, located at depth around 2,10-6,10 meter by distance about 15-25 meter. In other hand, dacite rocks also can be found at depth around 10,6-22,6 meter by distance 2,5 – 5 meter. The coverage area is 72,34 m2 and the percentage 1,7 %. On the track 4, located at depth around 2,10-17 meter by distance about 17,5-32,5 meter. The coverage area is 323 m2 and percentage 39,2 %. On the track 5, located at depth around 16,736,45 meter by distance about 2,5-27,5 meter. In other hand, dacite rocks also can be found at depth around 9,40 – 29 meter by distance about 47,5-72,5 meter. The coverage area is 832,63 m2 and percentage 41 %. Keyword : Dacite, Resistivity, Geoelectric Method, Pole-Pole Configuration, Res2Dinv, surfer 10 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki bermacam-macam kekayaan alam. Kekayaan alam ini diharapkan mampu mengangkat perekonomian dalam negeri. Akan tetapi, realitasnya kekayaan alam ini justru dinikmati oleh investorinvestor luar negeri. Hal ini berkontradiksi dengan teori hukum kausalitas. Negara yang memiliki kekayaan melimpah seharusnya dapat hidup berkecukupan, bukan hidup penuh kemelaratan.
Saat ini, pertumbuhan populasi manusia di Indonesia khususnya di wilayah Malang semakin meningkat. Hal ini, tentu berpengaruh terhadap sumber daya alam, baik terhadap sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Namun, lebih berdampak pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui misalnya tambang emas, tembaga, dan batubara. Bahan tambang tersebut akan semakin sedikit dan lama 1
kelamaan akan habis karena dikeruk untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan bahan tambang yang dapat diperbaharui masih bisa tumbuh generasi baru lagi. Kegiatan manusia yang menggali bahan tambang demi memenuhi kebutuhan hidup ini dinamakan penambangan (Almaida, 2008). Kegiatan usaha penambangan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan industri dasar, dimana fungsinya sebagai penyedia bahan baku bagi keperluan industri lainnya. Mengingat bahwa terjadinya suatu endapan bahan galian tersebut memerlukan waktu yang sangat lama (dalam ukuran waktu geologi), maka di dalam pemanfaatannya dan pengelolaannya harus benar-benar dapat optimal. Oleh karena itu, penyajian informasi data seperti peta topografi, peta geologi, penyelidikan eksplorasi serta studi kelayakan dan AMDAL untuk suatu kegiatan usaha penambangan sangat besar peranannya dalam menunjang keberhasilan kegiatan tersebut. Selain bahan tambang, batuan juga bisa dijadikan usaha penambangan demi memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai kondisi geologi dan hidrologi alam yang berpengaruh terhadap penambangan, antara lain : tanah, lapisan batuan , sifat tanah, kedalaman untuk mendapatkan air, retakan atau patahan. Untuk mengetahui di dalamnya maka harus dilakukan pengujian. Salah satu metode dalam pengujiannya ialah metode geolistrik. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik, dan cara mendeteksinya di dalam bumi maupun di permukaan bumi. Hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara lain : metoda potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, IP (Induced Polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan lain-lain (Rolia, 2011). Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500 feet. Oleh karena itu, metoda ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi geothermal (Rolia, 2011). Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial dan elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis, antara lain metoda Schlumberger, metoda Wenner, pole-pole, dan dipole-dipole (Rolia, 2011). Dasit merupakan batuan yang memiliki ciriciri berwarna abu-abu terang. Batuan dasit berbutir sangat kasar, porfiri, dengan mineral-mineral kuarsa
yang bipiramidal. Batuan ini telah lapuk. Batuan dasit menerobos Formasi Mandalika. Umur batuan terobosan ini diperkirakan lebih muda dari Formasi Mandalika. Batuan dasit dapat digunakan untuk bahan bangunan dan campuran makanan ikan (Suyanto, dkk, 1992:93). Berdasarkan informasi dari Kepala Bidang Geologi dan Batuan Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Malang, salah satu daerah di Malang yang terdapat jenis batuan dasit ialah di Desa Ringin Kembar, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Formasi geologi dari Batuan Dasit yang terdapat di Desa Ringin Kembar umumnya berupa endapan dasit dimana memiliki sifat, sebaran dan sumber daya yang terbatas. Di daerah ini juga terdapat penambangan batuan dasit. Tidak bisa dipungkiri bahwa penambangan ini sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat sekitar demi memenuhi kebutuhan hidup. Penambangan di daerah ini masih dilakukan dengan manual. Mengacu pada kondisi di atas, maka perlu dilakukan suatu studi geofisika agar dapat diketahui sebaran, dan kedalaman batuan dasit di Malang, khususnya di daerah Ringin Kembar, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Pada penelitian ini menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi elektroda pole-pole. Penelitian ini merupakan survei awal sebagai penunjang dilakukannya eksploitasi lebih lanjut terhadap batuan dasit. Nantinya diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan penetapan kebijakan bagi pelaku usaha penambangan batuan dasit skala kecil untuk mendorong pengelolaan/pemanfaatan dasit agar lebih optimal. METODE EKSPERIMEN Penelitian dilakukan di Desa Ringin Kembar, Kec. Sumbermanjing Wetan, Kab. Malang. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada 08017’ 17.3” LS dan 112043’57” BT pada hari sabtu, 21 Maret 2015 dimulai pukul 08.00- 17.00 WIB.
Gambar 1. Peta Geologi Lokasi Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang diperoleh secara langsung dengan mensurvei tempat eksperimen. Pada dasarnya 2
penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap yang pertama adalah persiapan, pada tahap ini dilakukan pencarian literatur, informasi tentang penelitian dan survei tempat penelitian. Pencarian iteratur dan informasi dilakukan secara online maupun dengan wawancara dengan narasumber. Setelah pencarian literature dan informasi dirasa cukup kemudian memastikan tempat penelitian. Tahap yang kedua adalah pelaksanaan, pada tahap ini dilakukan pengukuran arus dan potensial daerah penelitian kemudian nantinya akan didapatkan nilai resistivitas daerah penelitian. Pada tahap yang ketiga adalah pengolahan data, data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah arus dan potensil daerah penelitian. Kemudian dengan menggunakan Microsoft excel dihitung nilai resistivitasnya. Langkah selanjunya data resistivitas diolah dengan software Res2Dinv.
Lintasan 1 merupakan lintasan yang memiliki data singkapan, sehingga lintasan 1 dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengetahui resistivitas dasit di lintasan yang lainnya.Dari gambar tersebut batuan dasit ditunjukkan dengan Batuan dasit pada lintasan I terdapat pada kedalaman antara 1,05 – 18,1 meter dengan jarak antara 2,25- 25 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna coklat sampai ungu yang ada pada gambar di atas. Resistivitasnya antara 125- 450 Ωm. Menurut Yatini (2008) bahwa batuan dasit ditemukan dengan resistivitas antara 100-500 Ωm. Sedangkan,menurut bukuTelford besarnya resistivitas batuan dasit ialah 2 x 10 4 Ωm. Namun, kenyataan di lapangan tidak seperti itu dikarenakan batuan dasit disana sudah tercampur beberapa mineral lain seperti pirit, piropilit, zeolit, emas dan tembaga yang memiliki nilai resistivitas yang kecil sehingga mempengaruhi nilai resistivitas batuan dasit yang ada di lokasi penelitian, bahkan batuan dasit juga ada yang mengalami pelapukan selama beberapa ratusan tahun. Persentase error pada lintasan I ialah 3 %. Setelah dimasukan data ketinggian dari GPS, dapat diketahui lebih jelas gambaran lintasan pada lintasan 1 yang ditunjukan pada gambar di bawah ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu pada metode yang dijelaskan dalam bab III. Dari hasil peneltian lapangan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas diperoleh data nilai arus dan nilai potensial dari lintasan 1, lintasan 2, lintasan 3, lintasan 4, dan lintasan 5. Kemudian dari nilai arus dan potensial ini nantinya akan diketahui nilai resistivitasnya. Nilai resistivitas inilah yang nantinya akan diolah dengan menggunakan software res2dinv. Dari pengolahan data dengan menggunaakn res2dinv ini nantinya akan didaptkan anomaly resistivitas bawah permukaan di daerah penelitian. Anomali resisistivitas ini menggambarkan keadaan bawah permukaan daerah penelitian, kemudian dapat di tentukan sebaran dan kedalaman batuan penyusun tanah di Desa Ringin Kembar, Kec.Sumbermanjing wetan, Kab.Malang. A. Data Lintasan 1 Lintasan 1 secara geografis
Gambar 3. Kontur 2D setelah dimasukkan data GPS pada Lintasan 1
Berikut adalah hasil data lintasan 1 yang telah diolah dengan menggunakan software res2divn yang sudah digabungkan dengan Grid Editor hasil dari pengolahan software Surfer 10 untuk menentukan koordinat X dan koordinat Y sehingga dapat ditentukan luasan area yang mengadung dasit dan presentase deposit kandungan dasit
terletak pada
8 017'17.3" LS dan 112 0 43'57.0" BT hingga titik 8 017 '17 .9" LS dan 112 0 43'56.7" BT.Panjang lintasan 1 adalah 25 meter dengan spasi elektroda 2.5 meter. Berikut adalah hasil data yang telah diolah dengan menggunakan software Res2dinv:
Gambar 4. Kontur 2D menggunakan Software Res2divn + Grid editor Lintasan 1
Gambar 2. Kontur 2D menggunakan software Res2dinv pada Lintasan 1
3
Panjang lintasan 1 adalah 25 meter. Daerah yang diduga mengandung batuan dasit, kedalaman antara 1,05 – 18,1 meter dengan jarak antara 2,25- 25 meter .Luas dasit di lintasan 1 adalah adalah 162.15 m2 dan persentasenya 83.9 %. B.Data Lintasan 2
Berikut adalah hasil data lintasan 2 yang telah diolah dengan menggunakan software res2divn yang sudah digabungkan dengan Grid Editor hasil dari pengolahan software Surfer 10 untuk menentukan koordinat X dan koordinat Y sehingga dapat ditentukan luasan area yang mengadung dasit dan presentase deposit kandungan dasit.
Lintasan 2 secara geografis terletak pada 0
8 17'18.7" LS dan 112 0 43'58.0" BT hingga titik 8 017 '17.5" LS dan 112 0 43'56.9" BT. Dengan panjang lintasan 65 meter dan spasi 5 meter. Berikut adalah hasil data yang telah diolah dengan menggunakan software Res2dinv:
Gambar 7. Kontur 2D menggunakan Software Res2divn + Grid editor pada Lintasan 2
Panjang lintasan 2 adalah 65 meter. Daerah yang diduga mengandung batuan dasit sekitar 43.9 meter dengan jarak 25-30 meter. Luas dasit di lintasan 2 adalah 357.04 m2 dan persentasenya 20.78 %. C.Data Lintasan 3 Gambar 5 Kontur 2D menggunakan Software Res2dinv pada Lintasan 2
Lintasan 3 secara geografis terletak pada 0
8 17'18.2" LS dan 112 0 43'57.0" BT hingga titik 8 017 '17.3" LS dan 112 0 43'59.9" BT.Dengan
Batuan dasit pada lintasan 2 terdapat pada kedalaman antara 1,05 – 16.7 meter dengan jarak antara 5- 62.5 meter. Selain itu, batuan dasit juga terdapat pada kedalaman sekitar 43.9 meter dengan jarak 25-30 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna coklat sampai ungu yang ada pada gambar di atas. Resistivitasnya antara 125- 330 Ωm. Menurut Yatini(2008)bahwa batuan dasit ditemukan dengan resistivitas antara 100-500Ωm. Sedangkan, menurut buku Telford besarnya resistivitas batuan dasit ialah 2 x 10 4 Ωm. Namun, kenyataan di lapangan tidak seperti itu dikarenakan batuan dasit disana sudah tercampur beberapa mineral lain seperti pirit, piropilit, zeolit, emas dan tembaga yang memiliki nilai resistivitas yang kecil sehingga mempengaruhi nilai resistivitas batuan dasit yang ada di lokasi penelitian, bahkan batuan dasit juga ada yang mengalami pelapukan selama beberapa ratusan tahun. Persentase error pada lintasan 2 ialah 16.3 %. Setelah dimasukan data ketinggian dari GPS, dapat diketahui lebih jelas gambaran lintasan pada lintasan 2 yang ditunjukan pada gambar di bawah ini.
panjang lintasan 100 meter dan spasi 5 meter. Berikut adalah hasil data yang telah diolah dengan menggunakan software Res2dinv:
Gambar 8. Kontur 2D menggunakan Software Res2dinv pada Lintasan 3
Batuan dasit pada lintasan 3 terdapat pada kedalaman antara 2.10-6.10 meter dengan jarak antara 15-25 meter. Selain itu, batuan dasit juga terdapat pada kedalaman 10.6-22.6 meter dengan jarak 2.5 – 5 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna kuning sampai coklat yang ada pada gambar di atas. Resistivitasnya antara 125- 154 Ωm. Menurut Yatini (2008) bahwa batuan dasit ditemukan dengan resistivitas antara 100-500Ωm. Sedangkan, menurut buku Telford besarnya resistivitas batuan dasit ialah 2 x 10 4 Ωm. Namun, kenyataan di lapangan tidak seperti itu dikarenakan batuan dasit disana sudah tercampur beberapa mineral lain seperti pirit, piropilit, zeolit, emas dan tembaga yang memiliki nilai resistivitas yang kecil sehingga mempengaruhi nilai resistivitas batuan dasit yang ada di lokasi
Gambar 6. Kontur 2D setelah dimasukkan data GPS pada Lintasan 2
4
penelitian, bahkan batuan dasit juga ada yang mengalami pelapukan selama beberapa ratusan tahun. Persentase error pada lintasan 3 ialah 23 %. Setelah dimasukan data ketinggian dari GPS, dapat diketahui lebih jelas gambaran lintasan pada lintasan 3 yang ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Batuan dasit pada lintasan 4 terdapat pada kedalaman antara 2.10-17 meter dengan jarak antara 17.5-32.5 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna ungu yang ada pada gambar di atas. Resistivitasnya sekitar 125 Ωm. Menurut Yatini (2008) bahwa batuan dasit ditemukan dengan resistivitas antara 100-500Ωm. Sedangkan, menurut buku Telford besarnya resistivitas batuan dasit ialah 2 x 10 4 Ωm. Namun, kenyataan di lapangan tidak seperti itu dikarenakan batuan dasit disana sudah tercampur beberapa mineral lain seperti pirit, piropilit, zeolit, emas dan tembaga yang memiliki nilai resistivitas yang kecil sehingga mempengaruhi nilai resistivitas batuan dasit yang ada di lokasi penelitian, bahkan batuan dasit juga ada yang mengalami pelapukan selama beberapa ratusan tahun.Persentase error pada lintasan 4 ialah 27.4 %. Setelah dimasukan data ketinggian dari GPS, dapat diketahui lebih jelas gambaran lintasan pada lintasan 4 yang ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 9. Kontur 2D setelah dimasukkan data GPS pada Lintasan 3
Berikut adalah hasil data lintasan 3 yang telah diolah dengan menggunakan software res2divn yang sudah digabungkan dengan Grid Editor hasil dari pengolahan software Surfer 10 untuk menentukan koordinat X dan koordinat Y sehingga dapat ditentukan luasan area yang mengadung basalt dan presentase deposit kandungan dasit.
Gambar 12. Kontur 2D setelah dimasukkan data GPS pada Lintasan 4
Berikut adalah hasil data lintasan 4 yang telah diolah dengan menggunakan software res2divn yang sudah digabungkan dengan Grid Editor hasil dari pengolahan software Surfer 10 untuk menentukan koordinat X dan koordinat Y sehingga dapat ditentukan luasan area yang mengadung dasit dan presentase deposit kandungan dasit.
Gambar 10. Kontur 2D menggunakan Software Res2divn + Grid editor pada Lintasan 3
Panjang lintasan 3 adalah 100 meter. Daerah yang diduga mengandung batuan dasit, berada pada pada kedalaman 10.6-22.6 meter dengan jarak 2.5 – 5 meter. Luas dasit di lintasan 3 adalah 72.34 m2 dan persentasenya 1.7 %. D. Data Lintasan 4 Lintasan 4 secara geografis terletak pada
8 017'18.1" LS dan 112 0 43'56.8" BT hingga titik 8 017 '19 .4" LS dan 112 0 43'57.9" BT. Dengan panjang lintasan 55 meter dan spasi 5 meter. Berikut adalah hasil data yang telah diolah dengan menggunakan software Res2dinv: Gambar 13. Kontur 2D menggunakan Software Res2divn + Grid editor pada Lintasan 4
Panjang lintasan 4 adalah 55 meter dengan spasi 5 meter. Daerah yang diduga mengandung batuan dasit kedalaman antara 2.10-17 meter dengan
Gambar 11. Kontur 2D menggunakan software Res2dinv pada Lintasan 4
5
jarak antara 17.5-32.5 meter. Luas daerah dasit di lintasan 4 adalah 323 m2 dan persentasenya 39.2%.
yang sudah digabungkan dengan Grid Editor hasil dari pengolahan software Surfer 10 untuk menentukan koordinat X dan koordinat Y sehingga dapat ditentukan luasan area yang mengadung dasit dan presentase deposit kandungan dasit.
E. Data Lintasan 5 Lintasan 5 secara geografis terletak pada
8017'15,9" LS
0
dan 112 43'59.9" BT hingga titik
8 017 '13 .9" LS dan 1120 43'58,2" BT.
Dengan panjang lintasan 75 meter dan spasi 5 meter. Berikut adalah hasil data yang telah diolah dengan menggunakan software Res2dinv:
Gambar 16. Kontur 2D menggunakan Software Res2divn + Grid editor pada Lintasan 5
Panjang lintasan 5 adalah 75 meter dengan spasi 5 meter. Daerah yang diduga mengandung batuan dasit kedalaman antara 16.7-36.45 meter dengan jarak antara 2.5-27.5 meter. Luas daerah dasit di lintasan 4 adalah 832.63 m2 dan persentasenya 41%.
Gambar 14. Kontur 2D menggunakan software Res2dinv pada Lintasan 5
F. Penggabungan 5 Lintasan Berikut adalah gambar area pengagabungan semua Lintasan :
Batuan dasit pada lintasan 5 terdapat pada kedalaman antara 16.7-36.45 meter dengan jarak antara 2.5-27.5 meter. Selain itu, batuan dasit juga terdapat pada kedalaman 9.40 – 29 meter dengan jarak antara 47.5-72.5 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna orange-ungu yang ada pada gambar di atas. Resistivitasnya sekitar 125- 250 Ωm. Menurut Yatini (2008) bahwa batuan dasit ditemukan dengan resistivitas antara 100-500Ωm. Sedangkan, menurut buku Telford besarnya resistivitas batuan dasit ialah 2 x 10 4 Ωm. Namun, kenyataan di lapangan tidak seperti itu dikarenakan batuan dasit disana sudah tercampur beberapa mineral lain seperti pirit, piropilit, zeolit, emas dan tembaga yang memiliki nilai resistivitas yang kecil sehingga mempengaruhi nilai resistivitas batuan dasit yang ada di lokasi penelitian, bahkan batuan dasit juga ada yang mengalami pelapukan selama beberapa ratusan tahun. Persentase error pada lintasan 5 ialah 19.2 %. Setelah di masukan data ketinggian dari GPRS, dapat diketahui lebih jelas gambaran lintasan pada lintasan 5 yang ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 17. Penggabungan 5 Lintasan
Dari ke-lima lintasan, lintasan 1 merupakan lintasan yang paling banyak persebaran dasit dengan presentase 83.9% dan lintasan 1 paling banyak terdapat singkapan. Untuk lintasan 2 dan lintasan 4 yang lintasannya memanjang ke arah barat dan timur memiliki potensi dasit sebesar 20.78 % dan 39.2 %. Sedangkan untuk lintasan 3 persebaran dasitnya semakin sedikit ke arah selatan dari lintasan 1 yaitu 1.7 % . Untuk lintasan 5 memanjang dari arah utara ke selatan memiliki persebaran dasit sebesar 41 %. KESIMPULAN 1.
Gambar 15. Kontur 2D setelah dimasukkan data GPS pada Lintasan 5
Berikut adalah hasil data lintasan 5 yang telah diolah dengan menggunakan software res2divn 6
Batuan dasit pada lintasan 1 terletak pada kedalaman 1,05 – 18,1 meter dengan jarak antara 2,25- 25 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna coklat sampai ungu. Resistivitasnya antara 125- 450 Ωm. Pada lintasan 2 terdapat pada kedalaman antara 1,05 – 16.7 meter dengan jarak antara 5- 62.5 meter. Selain itu, batuan dasit juga terdapat pada kedalaman
2.
sekitar 43.9 meter dengan kedalaman 25-30 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna coklat sampai ungu. Resistivitasnya antara 125- 330 Ωm. Sedangkan, pada lintasan 3 terdapat pada kedalaman antara 2.10-6.10 meter dengan jarak antara 15-25 meter. Selain itu, batuan dasit juga terdapat pada kedalaman 10.6-22.6 meter dengan jarak 2.5 – 5 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna kuning sampai coklat. Resistivitasnya antara 125- 154 Ωm. Pada lintasan 4 terdapat pada kedalaman antara 2.10-17 meter dengan jarak antara 17.5-32.5 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna ungu. Resistivitasnya sekitar 125 Ωm. Dan pada lintasan 5 terdapat pada kedalaman antara 16.736.45 meter dengan jarak antara 2.5-27.5 meter. Selain itu, batuan dasit juga terdapat pada kedalaman 9.40 – 29 meter dengan jarak antara 47.5-72.5 meter. Hal ini ditunjukan oleh warna orange-ungu. Resistivitasnya sekitar 125- 250 Ωm. Diprediksi batuan dasit di lokasi penelitian berdasarkan luasan area yang disurvei adalah pada lintasan 1 adalah 162.15 m2 dan persentasenya 83.9 %. Pada lintasan 2 adalah 357.04 m2 dan persentasenya 20.78 %.Pada lintasan 3 adalah 72.34 m2 dan persentasenya 1.7 %. Pada lintasan 4 adalah 323 m2 dan persentasenya 39.2 %. Pada lintasan 5 adalah adalah 832.63 m2 dan persentasenya 41 %.
Mulyono,Moch.2013.Identifikasi Babel pada Lapindo.Skripsi, Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Verra,Regina.2013. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat(Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep).Jurnal TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, Edisi Juni 2013 ISSN: 2337-3539 Pujomiarto ,Dwi Wahyu.2013. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Untuk Mengidentifikasi Lapisan Akuifer Di Desa Slamparejo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.Jurnal Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Qomariyah, S., Zulaikah, S., & Indriawan, B. 2013. Penentuan Pola Resistivitas Struktur Lapisan Tanah dengan Metode Geolistrik dan Perbandingannya dengan Pengukuran Suseptibilitas Menggunakan Metode Geomagnet. Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang. Dinas ESDM Kabupaten malang, potensi tambang galian c kabupaten malang Paulus.2012. Pemodelan 3D Cavity Daerah "X" Dengan Menggunakan Metode Resistivity Konfigurasi Dipole-Dipole.Skripsi, Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Saran Agar penelitian ini bisa memperoleh data yang lebih valid, maka disarankan : 1. Penelitian ini dikombinasikan dengan metode geofisika lain untuk mengetahui daerah yang lebih luas. 2. Disarankan uji lanjut dan analisis kimia untuk mengetahui keberadaan dan sebatran batuan dasit secara pasti.
Hendrajaya, Lilik dan Idam Arif.1990.Geolistrik Tahanan Jenis.1990.Bandung : Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA ITB Massinai.2013. Aplikasi Metoda Geolistrikuntuk Identifikasi Sesar Bawah Permukaan Di Wilayah Das Jeneberang Sulawesi Selatan. Jurnal Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makasar. Suyanto,dkk. 1992. Geologi Lembar Turen Jawa. Departemen Pertambangan dan Energi Direktorat Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral: Indonesia. Loke, M.H., 1999. Time-lapse resistivity imaging inversion. Proceedings of the 5th Meeting of the Environmental and Engineering Geophysical Society (in press). V.S.Kamenetsky. et.all. 2000. Origin of high-Si dacite from rhyolitic melt: evidence from melt inclusions in mingled lavas of the 1.6 Ga Gawler Range
DAFTAR RUJUKAN Rolia, Eva. 2011. Pengunaan Metode Geolistrik Untuk Mendeteksi Keberadaan Air Tanah. Jurnal,Tapak: FT Universitas Muhammadiyah Metro. Nadliroh, S. Ulien.2013. Pemodelan Fisis Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Fosfat Dalam Batuan Gamping. Jurnal, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
7
Volcanics,South Australia. University of Tasmania,Hobart : Australia. Ravindran, A. Antony, dkk. 2012. Gwenner Array Resistivity And Sp Logging For Ground Water Exploration In Sawerpuram Teri Deposits,. ARPN Journal of Earth Sciences. Vol.1, No.1. Reynolds, J.M. 1997. An Introduction to Applied and Eviromental Geophysics. England : John Wiley and Sons Ltd, Baffins, ChisChester, West Susex PO19 IUD. Jain, R. L. 2007. Study Eksplorasi Lapisan Batubara dengan Menggunakan Resistivitas Geolistrik 3D Konfigurasi Pole-pole. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Jember: Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember. Dinas pemerintahan kota Malang. 2012. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. ( http://malangkab.go.id/download/ILPPDTAPUM%202012.pdf diakses 16-12-2014 jam 10:00) Morais. 2013. The Location of Infinite Electrodes in Pole-Pole Electrical Surveys: Consequences for 2D Imaging. Journal of Applied Geophysics 41. 313-333.
8