Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kemampuan Kerja Ilmiah Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas X Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan Vivien Dwi Indriyani, Muhardjito, Parno Jurusan Fisika, FMIPA,Universitas Negeri Malang E-mail :
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan kerja ilmiah mata pelajaran fisika siswa kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan dua siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi atau evaluasi, dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XMultimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan berjumlah 32 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi, observasi, tes prestasi belajar, dan wawancara. Data yang diperoleh melalui metode dokumentasi dan wawancara dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif, sedangkan data yang diperoleh melalui metode observasi dan tes prestasi belajar dianalisis dengan teknik deskriptif-kuantitatif. Hasil yang didapat dari penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan nilai prestasi belajar dan kemampuan kerja ilmiah mata pelajaran fisika siswa kelas X-Multimedia 1. Prestasi belajar siswa meningkat dari sebelum diberi tindakan persentase pencapaian ketuntasan yaitu 0% atau sangat kurang baik (E), pada siklus I sebesar 56,25% atau taraf keberhasilan cukup baik (C), meningkat lagi pada siklus II menjadi 65,63% atau taraf keberhasilan baik (B) dan sudah mencapai indikator keberhasilan ≥ 60%. Kemampuan kerja ilmiah siswa juga meningkat untuk aspek kemampuan membuat rumusan masalah dari pra tindakan hanya 30%, pada siklus I menjadi 78,13%, dan siklus II menjadi 100%; aspek melakukan praktikum dari pra tindakan hanya 50%, pada siklus I menjadi 100%, dan pada siklus II tetap 100%; aspek menggunakan alat praktikum dari pra tindakan hanya 50%, pada siklus I menjadi 100%, dan pada siklus II tetap 100%; aspek mengumpulkan data dari pra tindakan hanya 50 %, pada siklus I menjadi 100%, dan pada siklus II tetap 100%; aspek melaporkan hasil praktikum dari pra tindakan hanya 30%, pada siklus I menjadi 75%, dan pada siklus II menjadi 100%. Kemampuan kerja ilmiah pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 90%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan kerja ilmiah siswa. Untuk peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang telah dilakukan ini agar sistem pembelajaran fisika di sekolah lebih bervariasi untuk memperbaiki kekurangan dan memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Kata kunci : Discovery Learning, Prestasi Belajar, Kemampuan Kerja Ilmiah. Abstract This study aimed to improve the study achievement and scientific work ability of physics lesson 10th class Multimedia 1 student SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan used the implementation of discovery learning as learning model. This study is classroom action research were perform with two cycle which consist of planning, action, observation or evaluation, and reflection stage on each cycle. The subjects on this study is 10th class Multimedia 1 student SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan amounted to 32 students. The data collected using documentation, observation, learning achievement test and interview methods. The data collected from documentation and interview method analyzed by qualitative descriptive technique, where as the data collected from observation and learning achievement test analyzed by quantitative descriptive technique. The result of this study showing an improvement on learning achievement value and science work ability of physics lesson 10th class Multimedia 1 student by using discovery learning as learning model. Precentage
of mastery achievement increase form 0% or very dissatisfactory (E), to 56,25% or level of success is quite good (C) on 1st cycle and 65,63% or level of success is good (B) on 2nd cycle. This achievement has achieved success indicator ≥ 60%. The ability of the scientific work of students also increased for the capability to formulate the problem from 30% on pre-action, to 78,13% on 1st cycle, and 100% on 2nd cycle; capability of practical aspect from 50% on pre-action to 100% on 1st and 2nd cycle; aspects of using practical tools from 50% on pre-action to 100% on 1st and 2nd cycle; aspects of collecting data from 50% on pre-action to 100% on 1st and 2nd cycle; aspects of reporting the lab results from 30% on pre-action to 75% on 1st cycle and 100% on 2nd cycle. The ability of the scientific work in 2nd cycle has achieved success indicator ≥ 90%. This is suggests that the “Discovery Learning” learning model can be applied to improve the study achievement and ability of scientific work of students. For other studies are expected to develop this research in order to improve school physics learning system become more varied and correct the deficiencies to get the better results. Keywords: Discovery learning, study achievement, scientific work ability.
PENDAHULUAN Sesuai UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang” (Tirtahardja dan S.L. La Sulo, 2005: 129144). Oleh karena itu, pendidikan harus menyiapkan peserta didik sesuai dengan tuntutan zaman melalui perbaikan sistem pendidikan nasional. Proses pembelajaran di SMK berdasarkan kurikulum 2013 berpusat pada siswa dan lebih ditekankan pada kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri (Kemedikbudb, 2012: 14-23). Oleh karena itu pihak sekolah wajib untuk meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa dengan melakukan kegiatan praktikum agar kompetensi keterampilan siswa dapat terpenuhi sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL). Pembelajaran yang menekankan peningkatan kemampuan kerja ilmiah menyebabkan siswa mampu membangun pengetahuannya tentang sesuatu yang diamati secara langsung sehingga dapat bertahan lama dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Mulyati, Prestasi belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diterapkan (dalam Prihantini, 2009:15). Peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika menunjukkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif (pengetahuan) pada mata pelajaran fisika sehingga siswa memiliki kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mampu mengembangkan ilmu dan teknologi (Sudarmadi, 2012:197).
Berdasarkan wawancara dengan guru fisika yang mengajar di kelas diperoleh keterangan guru jarang mengajak siswa melakukan kegiatan praktikum. Guru melakukan praktikum dengan demonstrasi dan siswa mencoba alat secara bergantian karena alat yang dimiliki hanya satu. Data ini didukung dengan adanya gejala-gejala yang menunjukkan bahwa kemampuan kerja ilmiah siswa termasuk kurang, diantaranya kemampuan melakukan praktikum (50 %), menggunakan alat praktikum (50 %), membuat rumusan masalah percobaan (30 %), mengumpulkan data (50 %), melaporkan hasil percobaan (30 %). Pada saat melakukan praktikum, siswa sudah dibentuk menjadi beberapa kelompok agar pelaksanaan proses kegiatan praktikum dapat berjalan lancar. Guru belum mengajak siswa untuk membuat perumusan masalah dengan benar untuk dibuktikan dalam kegiatan praktikum. Siswa tidak mengisikan data hasil percobaan ke dalam tabel karena guru tidak menyediakan lembar data hasil percobaan sehingga data yang diperoleh tidak tersusun secara sistematis. Setelah melakukan praktikum, siswa diajak untuk melaporkan hasil percobaan dengan cara presentasi kelas, namun kemampuan siswa menganalisis data hasil percobaan dan menyimpulkan hasil percobaan untuk melaporkan hasil percobaan masih kurang. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan terdapat kenyataan bahwa prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran fisika rendah ditunjukkan dengan ketuntasan hasil nilai ulangan harian siswa 100% di bawah KKM. Nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 25 dan 65. Nilai rata-rata kelas untuk prestasi belajar siswa juga masih kurang, yakni sebesar 53,75. Kondisi belajar fisika yang terjadi di kelas X-Multimedia1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan ini membutuhkan sebuah perbaikan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan juga yang dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru harus berpusat pada siswa sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan tidak merasa bosan. Siswa di kelas juga perlu dilatihkan kerja ilmiah sebagai bekal mereka di masa mendatang pada saat mereka dihadapkan pada situasi yang memerlukan kemampuan kerja ilmiahnya digunakan. Guru harus lebih kreatif dalam menyediakan media pembelajaran
sehingga siswa dapat melakukan praktikum untuk melatih kemampuan kerja ilmiahnya. Model pembelajaran yang efektif dan efisien dalam meningkatkan kemampuan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa di SMK Muhammadiyah I Pasuruan, salah satunya adalah model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran penemuan. Dalam model pembelajaran ini, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri dan guru hanya membimbing atau memberikan instruksi. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat tertinggal mendalam dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa, (c) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing, (d) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki kemauan yang kuat untuk belajar lebih giat, (e) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri (Asnahwati, 2013: 3-4). Tahap-tahap yang digunakan dalam model pembelajaran Discovery Learning yaitu (1) stimulasi atau rangsangan, (2) perumusan masalah, (3) pengumpulan data,(4) analisis data, (5) verifikasi atau pembenaran, (6) generalisasi atau kesimpulan. Setiap tahap yang dilakukan sangat bagus untuk melatih kemampuan kerja ilmiah siswa di SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan yang pada dasarnya sangat kurang. Untuk melatih membuat rumusan masalah, siswa dibantu guru dengan memberikan stimulasi. Untuk membuktikan kebenaran rumusan masalah yang dibuat juga ada tahap verifikasi yang dilakukan secara bersama. Tahap pengumpulan data dan analisis data juga dilakukan secara
berkelompok sehingga siswa dapat melakukan diskusi. Pembelajaran model Discovery Learning ini materi atau bahan ajar yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final, akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir, sehingga sangat bagus melatih kemampuan kerja ilmiah siswa. Hasil penelitian Pamungkas (2009) menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Discovery Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata diklat laporan keuangan Perusahaan Dagang. Penelitian Yupita dan Waspodo (2013) juga menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Surabaya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, diajukan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan kerja ilmiah mata pelajaran fisika siswa kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan? 2. Apakah penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fisika siswa kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan? 3. Apakah penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan kerja ilmiah mata pelajaran fisika siswa kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan?
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan dua siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi atau evaluasi, dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan berjumlah 32
orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi, observasi, tes prestasi belajar, dan wawancara. Data yang diperoleh dari suber data keterlaksanaan model pembelajaran discovery learning, kemampuan kerja ilmiah siswa dan peningkatannya, prestasi belajar siswa dan peningkatannya. Berikut merupakan sumber data dan prosedur pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Sumber Data dan Prosedur Pengumpulan Data No.
Aspek
Sumber Data
Prosedur Pengumpulan Data
1.
Keterlaksanaan penerapan model Discovery Learning
Kegiatan guru dalam menyelenggarakan model Discovery Learning
Observasi dan dokumentasi
2.
Prestasi belajar siswa Kemampuan kerja ilmiah
Hasil tes akhir siklus siswa
Tes
Aktivitas siswa selama praktikum
Observasi
3.
Data yang diperoleh melalui metode dokumentasi dan wawancara dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif, sedangkan data yang diperoleh melalui metode observasi dan tes prestasi belajar dianalisis dengan teknik deskriptif-kuantitatif. Indikator keberhasilan merupakan acuan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini. Berikut merupakan indikator keberhasilan dari keterlaksanaan pembelajaran model Discovery Learning, kemampuan kerja ilmiah, dan prestasi belajar siswa (Tabel 2). Tabel 2. Indikator Keberhasilan No.
Indikator
Kondisi Awal
1
Keterlaksanaan pembelajaran model Discovery Learning Kemampuan Kerja Ilmiah a. Membuat rumusan masalah b. Melakukan praktikum c. Menggunakan alat praktikum d. Mengumpulkan data e. Melaporkan hasil praktikum
0%
Kondisi Akhir ≥ 95 %
30 % 50 % 50 %
≥ 90 % ≥ 90 % ≥ 90 %
50 % 30 %
≥ 90 % ≥ 90 %
Prestasi Belajar
0%
≥ 60 %
2
3
Persentase kualitas keterlaksanaan pembelajaran model Discovery Learning, kemampuan kerja ilmiah dan prestasi belajar ditetapkan dengan kriteria pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Indikator Keberhasilan Adaptasi dari (Arikunto, 2003) NO 1 2 3 4 5
Persentase Indikator Keberhasilan (%) 80 – 100 60 – 79 40 – 59 20 – 39 0 - 19
Taraf Keberhasilan Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang Baik
A B C D E
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prestasi belajar menurut Mulyati merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diterapkan (dalam Prihantini, 2009:15). Prestasi mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada bidang studi tertentu. Prestasi belajar yang tinggi dapat dipertahankan dan mungkin juga ditingkatkan, sebaliknya prestasi yang rendah dapat diperbaiki melalui perubahan dan perbaikan tahap-tahap dalam proses belajar mengajar yaitu perubahan pada proses perencanaan strategi pengajaran, pelaksanaan dan evaluasi. Dari evaluasi belajar inilah dapat diketahui prestasi belajar. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran fisika kelas X Multimedia 1 di SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan sebelum menggunakan model pembelajaran Discovery Learning masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai hasil ulangan harian siswa menunjukkan prestasi belajar siswa berada di bawah standar, 100% siswa belum tuntas. Siswa yang mendapat nilai 25 sebanyak 1 anak (3,125%). Siswa yang mendapat nilai 35 sebanyak 1 anak (3,125%). Siswa yang mendapat 40 sebanyak 4 anak (12,5%). Siswa yang mendapat 45 sebanyak 1 anak (3,125%). Siswa yang mendapat 55 sebanyak 10 anak (31,25%). Siswa yang mendapat 60 sebanyak 14 anak (43,75%). Siswa yang mendapat 65 sebanyak 1 anak (3,125%). Kategori persentase pencapaian nilai KKM atau indikator keberhasilan yaitu sangat kurang baik (E) atau 0%. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal
dengan guru mata pelajaran fisika di kelas tersebut, penyebab rendahnya prestasi belajar siswa yaitu proses pembelajaran masih berpusat pada guru, guru masih mengajar dengan ceramah atau hanya menerangkan saja, peran siswa dalam proses pembelajaran sangat pasif, soal-soal yang diberikan harus sama dengan contoh soal dan jika berbeda siswa kesulitan mengerjakan, banyak siswa tidak mau mendengar dan mencatat penjelasan guru, dan tidak tersedia buku cetak atau LKS untuk mata pelajaran fisika sehingga siswa tidak punya sumber untuk belajar. Dari data tersebut, peneliti melakukan perencanaan tindakan pada siklus I yaitu dengan penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika kelas X Multimedia 1 di SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan. Pembelajaran yang berlandaskan pada model pembelajaran discovery learning dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar memperoleh pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang sedang dipelajari. Guru menyediakan LKS untuk melakukan praktikum. Di dalam LKS terdapat bacaan, petunjuk melakukan praktikum, serta analisis data yang berisi soal-soal untuk latihan siswa. Dengan demikian, siswa lebih memungkinkan untuk mengingat konsep dan pengetahuan yang ditemukan pada diri mereka sendiri. Jika siswa paham dengan materi yang dipelajarinya maka siswa tidak perlu menghapal materi yang dipelajari untuk mengerjakan tes prestasi belajar tetapi siswa hanya mengingat materi yang sudah dipelajari sendiri melalui kegiatan praktikum. Hal ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus I. Perbandingan prestasi belajar siswa sebelum tindakan (pra tindakan) dengan tindakan pada siklus I dapat di sajikan pada tabel berikut. Tabel 4. Perbandingan Prestasi Belajar Pra Tindakan dan Prestasi Belajar Siklus I No 1
Pra Tindakan 0 siswa tuntas
Persentase Peningkatan 56,25%
Siklus I 18 siswa tuntas (56,25%)
Berdasarkan Tabel 4. setelah dilakukan tindakan pada siklus I prestasi belajar mengalami peningkatan dari 0% menjadi 56,25%. Siswa yang dinyatakan tuntas mencapai KKM sebanyak 18 anak (56,25%), yang masih belum tuntas 14 anak (43,75%). Persentase prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 56,25%
atau taraf keberhasilan cukup baik (C). Pada siklus I persentase prestasi belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan pada kondisi akhir yaitu ≥ 60% sehingga perlu dilakukan siklus II. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I diperbaiki pada perencanaan siklus II agar indikator keberhasilan prestasi belajar dapat tercapai. Berikut Tabel 5. yang menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Tabel 5. Perbandingan Prestasi Belajar Siklus I dan Siklus II No
Siklus I
Persentase Peningkatan
Siklus II
1
18 siswa tuntas (56,25%)
9,38%
21 siswa tuntas (65,63%)
Indikator Keberhasilan ≥ 60 %
Hasil dari pelaksanaan tindakan kelas dengan model discovery learning pada siklus II ini ternyata berhasil, hal ini ditunjukkan dengan hasil prestasi belajar siswa yang meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan siklus I, ini dikarenakan sudah ada perbaikan dari refleksi pada siklus I. Pada Tabel 5 dapat dilihat peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 9,38%. Pada siklus II, 21 orang dinyatakan tuntas KKM atau 65,63% dengan taraf keberhasilan baik (B). Indikator keberhasilan yang diinginkan pada kondisi akhir yaitu ≥ 60% sehingga sudah tercapai dan kegiatan penelitian berhenti sampai siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model discovery learning dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fisika siswa kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan. Hasil penelitian relevan yang menunjukkan keberhasilan model discovery learning dapat meningkatkan prestasi belajar adalah penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2009) dengan judul penelitian Penerapan Pembelajaran dengan Model Discovery Learning dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Laporan Keuangan Perusahaan Dagang. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model discovery learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kemampuan kerja ilmiah menurut Khairil (2009: 44-45) adalah mengajukan pertanyaan, merencanakan dan melakukan suatu kerja dalam bentuk penelitian, menyusun hipotesis, cara mengumpulkan data, berpikir logis sampai
pada cara mengambil kesimpulan dan mengkomunikasikan secara ilmiah. Kerja ilmiah bukan dijelaskan secara teoritis oleh guru tetapi harus dilakukan oleh siswa sehingga kerja ilmiah perlu dikembang saat proses pembelajaran mengenai konsep-konsep fisika berlangsung. Dengan demikian guru harus memfasilitasi siswa untuk melatih kemampuan kerja ilmiah siswa. Kemampuan kerja ilmiah siswa untuk mata pelajaran fisika kelas X Multimedia 1 di SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan sebelum menggunakan model pembelajaran discovery learning masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika. Berdasarkan data yang diungkap oleh guru mata pelajaran fisika kelas X Multimedia 1, prosentase kemampuan kerja ilmiah siswa diantaranya kemampuan siswa melakukan praktikum (50 %), kemampuan siswa menggunakan alat praktikum (50 %), kemampuan siswa dalam membuat rumusan masalah percobaan (30 %), kemampuan siswa dalam mengumpulkan data (50 %), kemampuan siswa melaporkan hasil percobaan (30%). Penyebab rendahnya kemampuan kerja ilmiah siswa yaitu guru jarang mengajak siswa melakukan praktikum. Hanya sekali guru mengajak praktikum pada bab pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Guru melakukan demonstrasi melakukan praktikum kemudian siswa melakukan praktikum secara bergantian karena alat jangka sorong yang dimiliki hanya satu. Tidak adanya alat untuk melakukan praktikum membuat kemampuan kerja ilmiah siswa kurang. Pada saat melakukan praktikum, siswa sudah dibentuk menjadi beberapa kelompok agar pelaksanaan proses kegiatan praktikum dapat berjalan lancar. Guru belum mengajak siswa untuk membuat perumusan masalah dengan benar untuk dibuktikan dalam kegiatan praktikum. Siswa tidak mengisikan data hasil percobaan ke dalam tabel karena guru tidak menyediakan lembar data hasil percobaan sehingga data yang diperoleh tidak tersusun secara sistematis. Setelah melakukan praktikum, siswa diajak untuk melaporkan hasil percobaan dengan cara presentasi kelas, namun kemampuan siswa menganalisis data hasil percobaan dan menyimpulkan hasil percobaan untuk melaporkan hasil percobaan masih kurang karena guru tidak menyediakan lembar kerja siswa yang membantu siswa untuk melakukan analisis data dan menyimpulkan hasil percobaan.
Dari permasalahan tersebut, peneliti melakukan perencanaan tindakan pada siklus I yaitu dengan penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa mata pelajaran fisika kelas X Multimedia 1 di
SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan.
Langkah-langkah
pembelajaran yang berlandaskan pada model pembelajaran discovery learning yaitu (1) stimulasi atau rangsangan, (2) perumusan masalah, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, (5) verifikasi atau pembenaran, (6) generalisasi atau kesimpulan. Setiap tahap yang dilakukan sangat bagus untuk melatih kemampuan kerja ilmiah siswa yang pada dasarnya kurang. Untuk membuat rumusan masalah siswa dibantu guru dengan memberikan stimulasi melalui demonstrasi dan pengarahan terhadap permasalahan yang harus dirumuskan. Untuk membuktikan kebenaran terhadap rumusan masalah yang dibuat juga ada tahap verifikasi yang dilakukan secara bersama. Siswa diberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuannya sendiri melalui tahap pengumpulan data pada kegiatan praktikum kemudian dianalisis dengan menjawab pertanyaan yang ada di LKS serta menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Tahap pengumpulan data dan analisis data juga dilakukan secara berkelompok sehingga siswa dapat melakukan diskusi untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Selain itu, guru memfasilitasi siswa dengan menyediakan alat praktikum dan LKS untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan kerja ilmiahnya. Berikut Tabel 6. yang menunjukkan peningkatan kemampuan kerja ilmiah siswa siklus I. Tabel 6. Perolehan Penilaian Kemampuan Kerja Ilmiah Pra Tindakan dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siklus I No
1 2 3 4 5
Aspek Membuat rumusan masalah Melakukan praktikum Menggunakan alat praktikum Mengumpulkan data Melaporkan hasil praktikum
Siklus I Pertemuan Pertemuan 1 2
Pra Tindakan
Peningkatan
30%
48,13%
51,61%
78,13%
50%
50%
100%
100%
50%
50%
100%
100%
50%
50%
90,32%
100%
30%
45%
64,52%
75%
Indikator Keberhasilan ≥ 90%
≥ 90% ≥ 90% ≥ 90% ≥ 90%
Berdasarkan Tabel 6 setelah dilakukan tindakan pada siklus I kemampuan kerja ilmiah siswa mengalami peningkatan. Untuk aspek melakukan praktikum dan menggunakan alat praktikum sudah mencapai ketuntasan 100% pasca tindakan pertemuan 1 dan pertemuan 2 sedangkan indikator keberhasilan yaitu ≥ 90% sehingga aspek melakukan praktikum dan menggunakan alat praktikum sudah mencapai indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan siswa memperoleh langkah-langkah praktikum di dalam LKS sehingga dengan panduan tersebut siswa mampu melakukan praktikum dan menggunakan alat praktikum dengan benar. Sedangkan pada saat pra tindakan, siswa melakukan praktikum tanpa menggunakan LKS yang berisi langkah-langkah praktikum sehingga siswa melakukan praktikum hanya menggunakan pedoman lisan yang diberikan guru. Untuk aspek mengumpulkan data, sudah ada peningkatan dari pra tindakan ke pasca tindakan pertemuan 1 mencapai 90,32%. Namun masih ada beberapa siswa saat menuliskan data hasil percobaan di LKS belum terbiasa untuk menuliskan satuannya. Pada saat pertemuan 2 sudah mencapai ketuntasan 100% artinya siswa sudah terbiasa menuliskan data hasil percobaan lengkap dengan satuannya sedangkan indikator keberhasilan yaitu ≥ 90% sehingga aspek mengumpulkan data sudah mencapai indikator keberhasilan. Untuk aspek membuat rumusan masalah pasca tindakan pertemuan pertama mencapai 51,61% dan pertemuan kedua mencapai 78,13% sedangkan indikator keberhasilan yaitu ≥ 90% sehingga aspek membuat rumusan masalah belum mencapai indikator keberhasilan. Begitu juga untuk aspek melaporkan hasil praktikum pasca tindakan pertemuan pertama mencapai 64,52% dan pertemuan kedua mencapai 75% sedangkan indikator keberhasilan yaitu ≥ 90% sehingga aspek melaporkan hasil praktikum belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan pada saat pra tindakan siswa jarang disuruh oleh guru untuk membuat rumusan masalah dan melaporkan hasil praktikum dengan menganalisis data sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam LKS. Pada saat tindakan siklus 1 pertemuan 1 dan pertemuan 2, siswa diajari bagaimana membuat rumusan masalah dan melaporkan hasil praktikum namun belum mencapai indikator keberhasilan. Penyebab siswa yang belum tuntas untuk aspek kemampuan membuat rumusan masalah yaitu siswa hanya membuat rumusan masalah sebagian dan siswa tidak bisa membuat rumusan masalah.
Penyebab siswa yang belum tuntas untuk aspek melaporkan hasil praktikum yaitu siswa melaporkan hasil praktikum tetapi tidak disertai kesimpulan dan tidak dapat menjawab pertanyaan analisis data. Oleh karena itu perlu diadakan siklus II untuk meningkatkan perolehan nilai tersebut dengan memperbaiki kekurangan di siklus I dan tetap mempertahankan kemampuan kerja ilmiah siswa pada aspek yang sudah mencapai ketuntasan 100% di siklus I. Pada Tabel 7. dapat dilihat peningkatan kemampuan kerja ilmiah siswa dari siklus I menuju siklus II. Tabel 7. Perolehan Penilaian Kemampuan Kerja Ilmiah Siklus I dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siklus II No
1 2 3 4 5
Aspek Membuat rumusan masalah Melakukan praktikum Menggunakan alat praktikum Mengumpulkan data Melaporkan hasil praktikum
Siklus I Pertemuan Pertemuan 1 2
Peningkatan
Siklus II Pertemuan Pertemuan 1 2
Indikator Keberhasilan
51,61%
78,13%
21,87%
93,75%
100%
≥ 90 %
100%
100%
0%
100%
100%
≥ 90 %
100%
100%
0%
100%
100%
≥ 90 %
90,32%
100%
0%
100%
100%
≥ 90 %
64,52%
75%
25%
100%
100%
≥ 90 %
Setelah dilakukan perbaikan pada tindakan siklus II maka diperoleh data penelitian seperti pada Tabel 7. Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan kerja ilmiah siswa untuk aspek membuat rumusan masalah meningkat 21,87% mencapai ketuntasan 100% dan aspek melaporkan hasil praktikum meningkat 25% mencapai ketuntasan 100%, sedangkan untuk aspek melakukan praktikum, menggunakan alat praktikum dan mengumpulkan data tetap konstan mencapai ketuntasan 100%. Berdasarkan data peningkatan kemampuan kerja ilmiah pada siklus II, maka kemampuan kerja ilmiah siswa untuk aspek membuat rumusan masalah, melakukan praktikum, menggunakan alat praktikum, mengumpulkan data, dan melaporkan hasil praktikum sudah mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan pada kondisi akhir yaitu ≥ 90% sehingga kegiatan penelitian dihentikan pada siklus II. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan kemampuan kerja ilmiah
mata pelajaran fisika siswa kelas X Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan. Peningkatan prestasi belajar dan kemampuan kerja ilmiah ini diperoleh karena adanya upaya strategi perbaikan untuk menemukan langkah-langkah dan teknik yang tepat agar proses pembelajaran tersebut lebih kondusif sehingga perhatian siswa tetap fokus tehadap tujuan pembelajaran. Usaha yang dilakukan tersebut meliputi pemanfaatan bahan ajar meliputi penggunaan alat praktikum dan LKS lebih dominan sehingga penerapan model pembelajaran yang berbasis menemukan pengetahuan sendiri tersebut dapat berlangsung, kebebasan siswa dalam mengemukakan masalah yang dihadapi, mengupayakan belajar mandiri siswa lebih ditingkatkan, serta memberdayakan efektifitas diskusi kelompok. Pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan kerja ilmiah dengan metode belajar yang sifatnya mandiri dimana siswa cenderung lebih aktif untuk mencari dan menemukan pengetahuan melalui kegiatan praktikum. Namun, dalam penerapan model discovery learning bukanlah tanpa hambatan. Mulai awal pertemuan yaitu saat siklus I pertemuan pertama dimulai sudah terlihat kendala yang dihadapi yaitu (1) kurang adanya semangat atau motivasi dalam diri siswa sehingga masih banyak siswa yang belum melibatkan diri dalam pembelajaran dengan keinginanan sendiri sehingga sulit bagi guru untuk mengeksplorasi respon-respon siswa ketika diberi pertanyaan secara lisan dan kalaupun ada yang merespon harus ditunjuk terlebih dahulu, mereka belum berani mengangkat tangan dan menyampaikan pendapat, (2) kesalahan dalam membuat rumusan masalah, kesalahan dalam membaca dan kekurang telitian siswa dalam mengumpulkan data dan menganalisis data hasil percobaan untuk melaporkan hasil praktikum, (3) keterkejutan siswa yang baru mengikuti kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa merasa belum terbiasa melakukan kegiatan tersebut yang dapat dilihat dari sulitnya membiasakan siswa untuk membaca LKS praktikum yang diberikan oleh guru karena siswa terbiasa dibelajarkan oleh guru, bukan siswa yang aktif sehingga pada saat melakukan praktikum masih ada siswa yang mengalami kesulitan dan bertanya, (4) kekurang kompakan atau kurang kerjasama siswa saat
diskusi kelompok, siswa yang aktif hanya beberapa kelompok saja dan yang lainya tidak mau memperhatikan atau ada yang bermain sendiri. Guru berupaya menemukan solusi guna meminimalisir kendala yang dihadapi saat penerapan model pembelajaran discovery learning sehingga pembelajaran bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun upaya yang dilakukan dengan mengoptimalkan proses pembelajaran tiap fase yang dilakukan dengan sintak model pembelajaran discovery learning yaitu 1) guru melakukan demonstrasi dan memberikan pengarahan yang harus diamati karena memuat permasalahan. 2) peserta didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan yang disajikan dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Permasalahan yang dipilih selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan rumusan masalah. 3) untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah, peserta didik diberi kesempatan untuk membuktikan melalui kegiatan praktikum. Guru menyediakan alat praktikum dan LKS untuk membantu siswa melakukan praktikum. 4) semua data yang diperoleh dari hasil praktikum ditabelkan di LKS yang disediakan dan diolah kemudian dianalisis dengan menjawab pertanyaan yang ada di dalam LKS. 5) berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya dapat dicek kebenarannya atau dilakukan verifikasi. 6) berdasarkan hasil verifikasi tadi, peserta didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi. Dengan menerapkan sintak model discovery learning tersebut, maka siswa 1) memperoleh pengetahuannya sendiri sehingga dapat bertahan lama dalam ingatan peserta didik, 2) dapat membangkitkan semangat belajar siswa karena mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan terus maju sesuai dengan kemampuan masing-masing, 3) melatih kemampuan kerja ilmiahnya, 4) dapat memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri, 5) lebih aktif karena berpusat pada siswa tidak pada guru.
KESIMPULAN Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan model pembelajaran discovery learning pada siklus I dan II sudah terlaksana 100%.
Prestasi belajar mengalami peningkatan pencapaian ketuntasan dari pratindakan hanya 0% menjadi 56,25% pada siklus I dan 65,63% pada siklus II. Kemampuan kerja ilmiah mengalami peningkatan pencapaian ketuntasan untuk aspek membuat rumusan masalah dari pratindakan hanya 30% menjadi 78,13% pada siklus I dan 100% pada siklus II, melaporkan hasil praktikum dari pratindakan hanya 30% menjadi 75% pada siklus I dan 100% pada siklus II, sedangkan aspek melakukan praktikum, menggunakan alat praktikum dan mengumpulkan data dari pratindakan hanya 50% menjadi 100% pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil tersebut maka penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan kerja ilmiah mata pelajaran fisika siswa kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan
terimakasih kepada
Dr. Muhardjito, MS
selaku
pembimbing I atas arahan dan dorongan kepada penulis, Dr. Parno, M.Si selaku pembimbing II atas arahan dan dorongan kepada penulis untuk senantiasa banyak belajar. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Ratnaningsih, S.Si selaku guru mata pelajaran fisika kelas X-Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan atas kesempatan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Asnahwati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Discovery Pada Pelajaran IPA Kelas III SD. Artikel penelitian, Prodi PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Kemendikbudb. 2012. Pengembangan Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Khairil, 2009. Potensi Model Perkuliahan Genetika di Jurusan Biologi FMIPA UM dalam Memberdayakan Kemampuan Metakognisi, Kerja Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Pamungkas, Titin Oktaviani. 2009. Penerapan discovery learning pada mata pelajaran akuntansi untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa akuntansi keuangan (studi kasus pada siswa kelas X AK SMK Shalahuddin Malang). Skripsi, Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Prihantini, Yulia. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS(Think Pair Share) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 19 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Sudarmadi. 2012. Meningkatkan Kemampuan Guru-guru Fisika SMA/SMK Binaan dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan di Kabupaten Kulonprogo. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012, ISSN : 0853-0823. Tirtahardja, U. dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Yupita, I.A. dan Waspodo, T.S. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(2):1-10.