Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir Tulungagung Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Email :
[email protected] ABSTRAK: Hasil observasi dan wawancara pada kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir 50,79 dan KKM 73. Prestasi belajar fisika siswa dapat dilihat pada nilai UTS yang telah dilaksanakan. Persentase siswa yang lulus sesuai KKM hanya 16,67 %. Siswa yang tidak lulus 83,33 %. Siswa tidak berani dalam menyampaikan pendapatnya, siswa pasif karena hanya menerima penjelasan dari guru, siswa tidak bersemangat, siswa banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Akibatnya, siswa tidak berani mengemukakan pendapat bila diberi pertanyaan oleh guru. Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu diterapkan suatu pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) yang membuat siswa terlihat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana deskripsi pelaksanaan model pembelajaran SFAE yang dapat meningkatkan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar fisika siswa, bagaimana peningkatan kemampuan berpendapat melalui penerapan model SFAE dan bagaimana peningkatan prestasi belajar fisika siswa. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, lembar observasi keterlaksanaan model SFAE, lembar observasi kemampuan berpendapat, dan tes kognitif. Hasil penelitian ini adalah keterlaksanaan model pembelajaran SFAE siklus I dan siklus II adalah 53, 631 % dan 88,423 %, kemampuan berpendapat siklus I dan siklus II adalah 35,026 % dan 61,024 %, dan prestasi belajar fisika siswa siklus I dan siklus II adalah 28% dan 80%. Kata Kunci: SFAE, Kemampuan Berpendapat, Prestasi Belajar. Pada abad ke -21 siswa SMA diharuskan untuk memiliki High Order Thingking (HOT) dan memiliki pola belajar aktif dimana siswa diminta bekerja,
melakukan sesuatu, dan berpendapat. Observasi awal mengenai prestasi belajar fisika siswa adalah nilai rata-rata kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir 50,79 dan KKM 73. Prestasi belajar fisika siswa dapat dilihat pada nilai UTS yang telah dilaksanakan. Persentase siswa yang lulus sesuai KKM hanya 16,67 %. Siswa yang tidak lulus 83,33 %. Siswa yang idak lulus mengikuti remidi. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMAN 1 Kalidawir kelas XI-IPA 1 terdapat berbagai masalah tentang pembelajaran di kelas. Permasalahan tersebut diantaranya, siswa pasif karena hanya menerima penjelasan materi dari guru, siswa tidak bersemangat, siswa banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Akibatnya, siswa tidak berani mengemukakan pendapat bila diberi pertanyaan oleh guru. Siswa tidak berani dalam menyampaikan pendapatnya. Keterlibatan siswa yang kurang dalam berinteraksi dan komunikasi baik sesama siswa maupun guru selama proses pembelajaran memberikan dampak negatif terhadap motivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal tersebut disebabkan pembelajaran yang diterapkan oleh guru Fisika kelas XI-IPA 1 SMAN 1 Kalidawir merupakan pembelajaran konvensional, berupa penjelasan oleh guru tanpa melibatkan siswa berkomunikasi dengan siswa lain untuk aktif di dalam proses pembelajaran. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Salah satu pengembangan pembelajaran kooperatif adalah model belajar siswa aktif yaitu SFAE yang terdapat dalam buku milik Agus Suprijono yang berjudul Coopertif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM . Pada model pembelajaran ini, siswa dituntut dalam hal keterampilan sosialnya yaitu bekerjasama dalam kelompok. Setiap kelompok mendapatkan permasalahan yang berbeda, kemudian mereka menemukan solusi dari permasalahan tersebut dan mengungkapkan kepada teman-teman lainnya.(Suprijono, 2013: 67). Cooperative Learning membuat siswa terlihat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Slavin (Isjoni, 2012:12 ) model pembelajaran SFAE merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Masing-masing kelompok bertanggung jawab untuk mengorganisasi kelompoknya dalam mencari informasi tentang tugas yang didapatkan melalui sumber belajar. Menurut Isjoni (2012:13) Pembelajaran kooperatif model SFAE dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Langkah-langkah pembelajaran SFAE adalah 1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai (persiapan); 2) guru mendemonstrasikan/menyajikan materi (presentasi guru); 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya (presentasi siswa); 4) guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa; 5) guru menerangkan semua materi yang disajikan guru (pengulasan materi); 6) evaluasi (Suprijono, 2013:128). Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sangat perlu karena tuntutan kurikulum saat ini yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (Dedi, 2013:19) berarti giat (bekerja atau
berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru. Kemampuan berpendapat adalah kemampuan dalam mengemukakan pendapat di depan umum atau suatu kemampuan untuk berpendapat dalam forum diskusi dengan sesama temannya (Hamalik, 1999 dalam Ma’shum, 2007 dalam Amalia, 2009). Belajar dengan model SFAE dapat memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Indikator dari kemampuan berpendapat yaitu (a) bertanya, (b) menjawab pertanyaan, (c) memberi saran atau komentar, dan (d) kecakapan dalam berdebat (Mahmud, 2011). Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing. Kehadiran prestasi belajar dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah. Prestasi belajar berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar sehingga dapat menentukan perlunya dilakukan diagnosis, bimbingan, atau penempatan anak didik. Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah belajar dan mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. Perbedaan kemampuan belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari setiap siswa karena faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa juga berbeda-beda. Pada penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah kognitif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam aspek, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. a. Mengingat / remember (C1) Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau. b. Memahami / understand (C2) Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi. c. Mengaplikasikan/menerapkan / apply (C3) Menerapkan merujuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. d. Menganalisis / analyze (C4) Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagaian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut menimbulkan permasalahan. e. Mengevaluasi / evaluate (C5)
f.
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Menciptakan / create (C6) Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dalam penelitian ini adalah penelitian untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam kelas yang diteliti dengan memberikan tindakan berupa model SFAE dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, di mana satu siklus terdapat tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapannya yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan perubahan yang ingin dicapai. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan observasi kelas dan wawancara dengan guru fisika yang mengajar kelas XI-IPA 1. Berpatokan pada hasil observasi kelas dan wawancara, perencanaan penelitian tindakan kelas dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model SFAE, lembar observasi kemampuan berpendapat, format catatan lapangan, RPP,worksheet dan soal kognitif siklus I dan II. HASIL Keterlaksanaan Penerapan Model SFAE Berdasarkan temuan-temuan dalam siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran SFAE telah terlaksana dengan baik di kelas XI IPA 1. Keterlaksanaan model pembelajaran SFAE mengalami peningkatan sebesar 34,792 %. Persentase siklus I keterlaksanaan model pembelajaran SFAE adalah 53, 631 %. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Data Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran SFAE pada Siklus I dan Siklus II Langkah Pembelajaran Siklus I Siklus II Persiapan 59, 375 % 91, 667 % Presentasi guru 55,208 % 90, 625 % Presentasi siswa 44, 167 % 82, 5 % Penyimpulan ide/pendapa 50 % 87, 5 % Pengulasan materi 41, 667 % 87, 5 % Evaluasi 54, 167 % 79, 167 % Penutup 70, 833 % 100 % Rata-rata 53, 631 % 88,423 %
Data di atas membuktikan bahwa keterlaksanaan pembelajaran model SFAE siklus II sudah meningkat sebesar 34,792 %. Analisis Kemampuan Berpendapat Kemampuan berpendapat siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 25, 998 %. Persentase siklus I adalah 35,026 %. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Data Persentase Kemampuan Berpendapat pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II 35,026 % 61,024 %
Data di atas membuktikan bahwa kemampuan berpendapat siswa siklus II sudah meningkat sebesar 25, 998 %. Analisis Prestasi Belajar Setelah dilakukan tindakan hasil prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu rata-rata nilai mengalami peningkatan dari 70 pada siklus I menjadi 99 di siklus II. Nilai rata-rata hasil prestasi siswa siklus I dan siklus II selengkapnya disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Data Nilai Rata-Rata Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Observasi Awal Siklus I Siklus II 50,79 70 99
Data persentase hasil prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II selengkapnya disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Data Persentase Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Observasi Awal Siklus I Siklus II 16,67 % 28% 80 %
Persentase prestasi pada siklus I yaitu 28%. Sesuai dengan kriteria keberhasilan maka siklus II sudah melebihi target, dimana target yang telah ditentukan di awal bahwa persentase prestasi belajar 76 %. Data di atas membuktikan bahwa prestasi belajar siklus II sudah mencapai target yang telah ditentukan di awal berdasarkan kriteria keberhasilan dengan persentase 80 %. Uraian di atas, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran SFAE pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berlaku juga untuk kemampuan berpendapat dan prestasi belajar siswa yang sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Maka dari itu proses pembelajaran dapat dihentikan pada siklus II, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran SFAE dapat terlaksana dengan baik dan meningkatkan kemampuan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar siswa. PEMBAHASAN Deskripsi Proses Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran SFAE
Hasil keterlaksanaan model pembelajaran SFAE pada siklus I adalah 53, 631 %. Tahapan presentasi siswa pada siklus I persentasenya rendah. Hal ini disebabkan kurang maksimalnya proses pembelajaran pada tahapan tersebut. Permasalahan pada siklus I berupa tidak berdoa, tidak menjelaskan tujuan pembelajaran, dan siswa yang kurang memperhatikan pelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat di atasi pada siklus II.Persentase tiap tahapan pada siklus II mengalami peningkaan, terlihat pada grafik keterlaksanaan model pembelajaran SFAE. Berdasarkan grafik tersebut persentase tahapan evaluasi pada sikls II rendah dibandingkan tahapan lainnya. Hal ini disebabkan tidak semua siswa tuntas dalam menyelesaikan soal berdasarkan KKM. Siklus II keterlaksanaan model pembelajaran SFAE adalah 88,423 % ini berarti mengalami peningkatan sebesar 34,792 %. Kemampuan Berpendapat setelah Menerapkan Model Pembelajaran SFAE Siklus I kemampuan berpendapat siswa masih rendah itu terlihat dari sedikitnya siswa yang menyampaikan pendapatnya. Hal ini dikarenakan siswa masih malu dalam menyampaikan pendapatnya. Siswa tidak percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya. Mereka takut kalau pendapat mereka itu salah, maka akan membuat mereka merasa tidak pintar dalam kelas tersebut. Mereka malu kalau pendapat mereka salah di depan teman-temannya. Masalah pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Siswa tidak malu lagi dalam menyampaikan pendapatnya. Mereka sudah terbiasa dengan proses pembelajaran dengan model SFAE. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran model SFAE secara umum mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan kemampuan berpendapat siswa lebih jelas terlihat pada saat proses presentasi siswa berlangsung, di situ siswa dituntut untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok lain mengenai topik yang dibicarakan pada pertemuan tersebut. Selain itu siswa juga dituntut untuk menjawab setiap pertanyaan dari siswa lain setelah berdiskusi dengan kelompoknya. Prestasi Belajar setelah Menerapkan Model Pembelajaran SFAE Data hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil evaluasi adalah 70 dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi adalah 90. Persentase prestasi belajar siswa siklus I adalah 28 %. Kebanyakan siswa menemui kesulitan saat mengejarkan soal nomor 3 untuk sub pokok bahasan hukum I termodinamika pada berbagai proses termodinamika. Siswa sulit dalam memahami dan menganalisis yang berupa gambar. Meskipun guru membantu mengarahkan jawaban siswa, tetap saja siswa masih kebingungan mengerjakan soal tersebut. Jadi kebanyakan pekerjaan siswa untuk nomor 3 salah. Beberapa siswa yang benar mengerjakan nomor 3 hanya ada 1 siswa yaitu Ibnu Rosyidi. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika memang anak tersebut memiliki kemampuan akademik yang tinggi. Data hasil observasi pada siklus II bahwa rata-rata nilai hasil evaluasi adalah 99 dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi adalah 99. Persentase prestasi belajar siswa siklus II adalah 80 %. Terbukti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II berdasarkan uraian tersebut. Pada siklus II siswa lebih
memperhatikan saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa lebih memahami mengenai materi yang diberikan jadi berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Selain itu siswa tidak malu untuk bertanya ketika mereka kesulitan dalam mengerjakan soal. Rasa tidak malu ini sebagai hasil dari peningkatan kemampuan berpendapat mereka. Peningkatan prestasi belajar sebesar 52 % ini membuktikan bahwa prestasi belajar meningkat dari siklus I ke siklus II. Terjadinya peningkatan prestasi belajar tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa meningkat dikarenakan siswa lebih paham mengenai materi yang diberikan melalui tahapantahapan yang ada dalam model pembelajaran SFAE dimana siswa lebih aktif dalam menggali informasi yang berkaitan dengan materi tersebut. Jadi disini siswa bertindak sebagai fasilitator dan menjelaskan informasi yang diperoleh kepada siswa yang lainnya. KESIMPULAN Proses pembelajaran model SFAE diawali dengan persiapan dimana guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru mendemonstrasikan/ menyampaikan materi, siswa disuruh kerja kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa lain mengenai hasil kelompok, dilanjutkan dengan guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa selama persentasi. Guru menerangkan semua materi setelah persentasi dilaksanakan dan proses pembelajaran diakhiri dengan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran SFAE pada siklus I menunjukkan persentase 53, 631 % dan dikategorikan cukup baik. Siklus II sudah meningkat, ditunjukkan dengan persentase pada siklus II 88,423 % dan dikategorikan baik. Penerapan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan kemampuan berpendapat siswa. Persentase kemampuan berpendapat pada siklus I adalah 35,026 % yang dikategorikan sedang. Kemampuan berpendapat pada siklus I dikategorikan sedang maka diperlukan perbaikan pada siklus II. Siklus II meningkat, ditunjukkan dengan persentase 61,024 % dan dikategorikan tinggi. Penerapan model pembelajaran SFAE dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Persentase prestasi belajar siswa pada siklus I adalah 28%. Berdasarkan kriteria keberhasilan pada tabel 3.2 prestasi belajar pada siklus I belum mencapai target maka diperlukan perbaikan pada siklus II. Siklus II sudah mencapai target yang sudah ditentukan, ditunjukkan dengan persentase pada siklus II 80% yang melebihi target 76 %. DAFTAR PUSTAKA Amelia. 2009. Penerapan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dengan Teknik Talking Chip Untuk Meningkatkan Keaktifan Berpendapat Dan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Usaha Dan Energi Siswa Kelas VIII E SMAN 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Universitas Negeri Malang. Arikunto, S. 2010. Penelitian tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Dedi. 2013. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning), (online), (http://dedi26. Blogspot.com/2013/05/pengertian-pembelajaran kooperatif.html, diakses tanggal 1 september 2013). Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:Alfabeta. Mahmud, Fitriadi. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining. (Online), (http://blogspot.com/model-pembelajaran-kooperatif-student) diakses 27 November 20013. Nurfaizah, Evi. 2013. Makalah Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining. (Online), (http://blogspot.com/makalah-metode-pembelajaran-student.html) diakses 27 November 20013. Suprijono, Agus. 2013. Cooperatve Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.