JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
1
ANALISIS PENGARUH PERCEPATAN INSTALASI HULL OUTFITTINGS DALAM PEMBANGUNAN MARINE DISASTER PREVENTION SHIP DENGAN PENERAPAN CRITICAL PATH METHOD Viranti Sulistyoningrum, Imam Rochani, Mas Murtedjo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak Jurnal ini membahas mengenai analisis pengaruh percepatan waktu pada pembangunan Hull Outfittings Marine Disater Prevention Ship. Hal yang melatarbelakangi analisis ini adalah dikarenakan adanya keterlambatan penyelesaian order selama 60 hari, sedangkan proyek maksimall harus selesai sesuai kontrak. Dengan demikian penulis akan mempercepat waktu pembangunan awal sebesar 240 hari menjadi 180 hari, dengan asumsi tidak ada keterlambatan lagi pada fabrikasi komponen-komponen kapal yang lain. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah critical path method. Melalui penerapan metode ini maka akan diperoleh aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam lintasan kritis. Pada analisis ini tidak semua aktivitas pada lintasan kritis mengalami percepatan durasi. Hal ini dikarenakan adanya prioritas pemampatan waktu terhadap aktivitas yang memiliki total biaya yang paling murah. Perhitungan biaya pada analisis ini hanya difokuskan pada biaya tenaga kerja langsung. Total biaya dengan durasi 240 hari membutuhkan dana Rp. 170.634.500,-. Dengan adanya pemampatan waktu pembangunan, maka didapatkan 2 solusi yaitu dengan menambah pekerja atau dengan menerapkan lembur. Total biaya dengan penerapan menambahkan pekerja senilai Rp. 169.597.000,- dengan durasi 180 hari dan total biaya dengan penerapan lembur senilai Rp.170.810.000,- dengan durasi 180 hari. Kata kunci : Critical Path Methode , Hull Outfittings, Network Planning I. PENDAHULUAN Dalam suatu proyek pembangunan kapal, langkah yang diambil pada umumnya adalah mempertajam prioritas dengan mengusahakan peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan agar dicapai hasil yang maksimal. Variabelvariabel yang ditinjau dalam manajemen proyek ini adalah waktu, sumber daya manusia, dan biaya. Mengingat macam dan jumlah bagian dari hull outfittings yang cukup banyak maka di dalam proses instalasi hull outfitting tersebut perlu dilakukan Analisis Percepatan Instalasi Hull Outfittings dalam pembangunan Marine Disaster Prevention Ship dengan menggunakan Critical Path Method agar diperoleh output sumber daya manusia, waktu dan biaya produksi yang optimal dan efisien. Critical Path Method (CPM) adalah teknik membuat diagram jaringan kerja yang digunakan untuk memperkirakan durasi proyek secara total dan merupakan serangkaian aktivitas yang menentukan waktu tersingkat untuk penyelesaian suatu proyek. Metode ini merupakan metode bagaimana mengorganisir suatu proyek yang melibatkan berbagai aktivitas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Atas dasar tersebut penulis berharap dapat memberikan solusi dalam jadwal pembangunan Hull Outfittings pada kapal melalui Critical Path Method.
II. URAIAN PENELITIAN A. Data Analisis ini dilakukan dengan mencari literatur dan mengumpulkan data-data terlebih dahulu. Data mengenai dimensi kapal, aktivitas, durasi, dan beban kerja diperoleh dari PT Citra Mas. Untuk data mengenai standar jam kerja, standar jam orang (JO), dan tarif pekerja diperoleh dari PT Dumas. Objek yang digunakan dalam analisis ini adalah Marine Disaster Prevention Ship. Armada ini memiliki fungsi yang sama seperti Patrol Boat pada umumnya dan juga memiliki bow thruster. Bow thruster pada Marine Disaster Prevention Ship memiliki fungsi yaitu dapat melakukan maneuver tajam dengan radius belok lebih kecil. Berikut ukuran kapal yang akan dianalisis: Ship’s name : Marine Disaster Prevention Ship Length Over All (LOA) : 61.00 m Length Between Perpendiculars (LPP) : 55.00 m Breadth Moulded (B) : 8.50 m Depth Moulded (H) : 4.50 m Draught (T) : 3.00 m Berikut adalah data-data yang digunakan untuk analisis.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Tabel 1. Pengelompokan Aktivitas, Durasi Aktivitas, Berat Tiap Aktivitas dan Ketergantungan MDPS
2
diperoleh critical path yaitu A-C-F-J-K-L-M-N-T-U-VW-X-Y.
D. PEMAMPATAN DURASI Pada network diagram dengan jadwal awal yang memiliki total durasi 240 hari, selanjutnya dilakukan pemampatan waktu 60 hari sehingga menjadi 180 hari. Pemampatan dilakukan dengan menggunakan durasi yang baru. Durasi baru diperoleh dengan melakukan beberapa perhitungan, yaitu perhitungan mengenai total float dan perhitungan mengenai durasi baru.
1. Perhitungan Total Float
B. NETWORK DIAGRAM
Gambar 1. Sebuah aktivitas Keterangan: j i L X EETi EETj LETi LETj
= peristiwa akhir aktivitas X = peristiwa awal aktivitas X = durasi aktivitas X yang diperkirakan = aktivitas = earliest even time peristiwa awal = earliest even time peristiwa akhir = saat paling lambat peristiwa awal = saat paling lambat peristiwa akhir
Dari informasi yang tertera pada Tabel 1, maka langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat network diagram awal pembangunan Marine Disaster Prevention Ship dengan susunan yang sesuai dengan dependency (ketergantungan). Pada jadwal ini durasi pengerjaan proyek untuk instalasi Hull Outfittings adalah 240 hari. Langkah selanjutnya adalah menganalisis durasi tiap aktivitas dengan tujuan untuk mengetahui EET (Earliest Even Time) dan LET (Latest Even Time) secara menyeluruh dari network diagram yang telah dibuat sebelumnya
C. Penentuan Critical Path Prosedur yang dilakukan sebelum melakukan aplikasi Critical Path Method adalah menentukan lintasan kritis pada network diagram awal yang telah dibuat sebelumnya. Dengan cara melihat aktivitas yang memiliki harga EET dan LET yang sama. Melalui cara tersebut maka dapat
Perhitungan total float dilakukan pada seluruh aktivitas. Misalnya dalam perhitungan untuk aktivitas Y. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari PT. Citra Mas, telah diketahui bahwa pada aktivitas Y dikerjakan selama 54 hari. Dan telah diketahui pula bahwa aktivitas Y merupakan salah satu aktivitas yang termasuk dalam lintasan kritis. Aktivitas-aktivitas yang termasuk pada lintasan kritis memiliki pengaruh dalam pemampatan waktu. Dengan kata lain, aktivitas-aktivitas yang tidak termasuk pada lintasan kritis, jika dilakukan pemampatan maka tidak akan berpengaruh pada aktivitas-aktivitas yang lain. Oleh karena itu dalam upaya mempersingkat waktu, aktivitas Y mengalami pemampatan durasi sebesar 18 hari. Sehingga pada aktivitas Y yang semula adalah 54 hari, memiliki durasi yang baru yaitu 36 hari. Berikut dapat dilihat perhitungan mengenai total float. TF = LET – L – EET = 180 – 54 – 186 = -60
(1)
Dimana, TF = Total Float LET = Peristiwa paling lama EET = Peristiwa paling awal L = Durasi awal Setelah nilai total float diperoleh, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan perhitungan untuk memperoleh durasi yang baru. Perolehan nilai total float untuk seluruh aktivitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Nilai Total Folat Tiap Aktivitas
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2. Perhitungan Untuk Durasi Baru Dalam perhitungan untuk mencari durasi baru, nilai total float merupakan salah satu variable dalam perhitungan ini. Berdasarkan perhitungan sebelumnya telah diperoleh total float dengan nilai -60. Berikut perhitungan durasi baru pada Aktivitas Y. Ln (baru) = Ln (lama)+ Ln (lama) x (UREN-UPER) Li = 54 + 54 x (180-240) 180 = 36 hari Dimana; Ln (baru) = durasi aktivitas baru Ln (lama) = durasi aktivitas lama Li = durasi pada satu lintasan yang harus UREN = Umur rencana proyek UPER = Umur perkiraan proyek TF = UREN – UPER
(2)
dipercepat
Pada network diagram dengan jadwal awal yang memiliki total durasi 240 hari, selanjutnya dilakukan pemampatan waktu 60 hari sehingga menjadi 180 hari. Dari perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu untuk aktivitas Y dapat dilakukan pemampatan minimal dengan durasi 36 hari. Perhitungan pada aktivitas yang lainnya dilakukan dengan cara yang sama. Sehingga pada akhirnya tiap aktivitas memiliki durasi baru. Namun setelah diperoleh durasi baru, hanya aktivitas yang berada di jalur kritis yang bisa diubah. Hal ini dikarenakan hanya aktivitasaktivitas yang berada di jalur kritis yang memiliki pengaruh terhadap percepatan total durasi dari suatu proyek. Perolehan nilai durasi baru untuk seluruh aktivitas disajikan pada tabel sebagai berikut:
3
penambahan suatu waktu kerja (lembur) atau penambahan tenaga kerja pada aktivitas-aktivitas yang mengalami percepatan durasi. Pada tahap ini dilakukan perhitungan mengenai biaya serta jumlah tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dalam pembangunan Marine Disaster Prevention Ship dengan mensubstitusikan durasi awal dan durasi setelah pemampatan. Semua perhitungan ini diaplikasikan terhadap seluruh aktivitas. Namun dalam pembahasan ini contoh perhitungan yang diambil adalah pada aktivitas Y. 1. Perhitungan Untuk Durasi Awal Untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan maka dalam perhitungan ini memerlukan adanya jam orang. Perhitungan jam orang dapat dilihat melalui pembahasan sebagai berikut: a. Perhitungan Jam Orang (JO) Diketahui standar JO PT Dumas adalah 125 JO/Ton, karena satuan berat pekerjaan adalah dalam kilogram (Kg) maka 125 = 0,125 JO/kg. Rumus yang 1000 digunakan adalah JO = Standar JO (PT Dumas) x Berat pekerjaan (3) Sehingga perhitungannya, JO = Standar JO (PT Dumas) x Berat pekerjaan = 0,125 X 6150 = 768,75 jam orang Standar yang dimaksud adalah tiap pekerja memiliki 125 jam untuk beban tiap 1 ton. Hasil perhitungan JO untuk seluruh aktivitas disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 4. Nilai Jam Orang Tiap Aktivitas
Tabel 3. Durasi baru tiap Aktivitas
E. PERHITUNGAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN BIAYA Percepatan waktu terhadap pembangunan proyek memiliki pengaruh terhadap tenaga kerja yang dipekerjakan dan biaya yang dikeluarkan untuk upah pekerja. Hal tersebut dikarenakan karena adanya
b. Perhitungan Durasi dalam Satuan Jam Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, dalam perhitungan ini diperlukan adanya variable durasi. Namun durasi awal yang telah diketahui adalah durasi dalam bentuk satuan hari. Durasi diubah ke dalam bentuk jam karena juga akan berpengaruh terhadap perhitungan biaya. Hal ini dikarenakan tarif
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) yang digunakan adalah dengan sistem per jam. Pembahasan mengenai perhitungan durasi disajikan sebagai berikut: Diketahui: Jumlah jam kerja pada Hari Senin s/d Kamis = 8 jam Jumlah jam kerja pada Hari Jumat = 7,5 jam Jumlah total durasi pada kegiatan Y = 54 hari Jumlah hari Jumat pada kegiatan Y = 11 hari Sehingga durasi dalam satuan jam adalah, Durasi (jam) = 8(54-11) + (7,5 x 11) = 426,5 jam Hasil perhitungan durasi dalam satuan jam untuk seluruh aktivitas disajikan pada tabel sebagai berikut:
4
∑ Pekerja = ___________Jam Orang_______ (5) Durasi (hari) x Rata-rata (jam/hari) = 768,750 54x 8 = 1,8 orang = 2 orang Berikut adalah hasil perhitungan mengenai berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk seluruh aktivitas. Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja untuk Durasi Awal
Tabel 5. Aktivitas dengan Durasi (jam)
c. Perhitungan Jumlah Pekerja yg dibutuhkan Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata jam kerja efektif tiap minggu. Hal ini perlu dilakukan karena tiap jumlah jam kerja efektif pada hari Senin sampai dengan hari Kamis adalah 8 jam, sedangkan pada hari Jumat jumlah jam kerja efektif adalah 7,5 jam. Jumlah jam kerja efektif pada hari jumat berbeda dikarenakan adanya kegiatan Sholat Jumat. Sehingga pihak galangan memberi toleransi durasi istirahat dengan penambahan 30 menit durasi istirahat. Perhitungan ratarata jam efektif tidak perlu dilakukan apabila jumlah jam kerja efektif per harinya dari hari Senin samapai dengan hari Jumat adalah 8 jam. Pembahasan mengenai perhitungan rata-rata jumlah jam kerja efektif disajikan sebagai berikut: (4) Rata-rata dalam sehari = Durasi (jam) Durasi (hari) = 426,5 jam 54 hari = 7,90 jam/hari = 8 jam/hari Setelah nilai jumlah jam kerja efektif diketahui, perhitungan mengenai jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat dilaksanakan. Pembahasan mengenai perhitungan jumlah tenaga kerja yang diperlukan serta rumus yang digunakan disajikan sebagai berikut:
d. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan untuk Pekerja Pembagian pekerja berdasarkan beban kerja yang telah ada. Karena pada kegiatan Y tidak membutuhkan welder maka pembagian pekerjanya adalah sebagai berikut: Fitter = 1orang Helper = 1 orang Telah diketahui bahwa standar per jamTarif pekerja di PT Dumas adalah sebagai berikut:
∑ Biaya Pekerja = ∑pekerja x durasi (jam) x tarif /jam = {(∑fitter x tarif per jam) + (∑helper x tarif per jam)} x durasi (jam) (6) = {(1 x Rp.12.000,-) + (1 x Rp.11.000,-)} x 426,5 = Rp. 9.809.500,Berikut adalah hasil perhitungan mengenai total biaya yang dikeluarkan untuk tiap aktivitas serta keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Tabel 7. Perhitungan Biaya Durasi Awal
2. Perhitungan Untuk Durasi Baru Dalam penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan maka dalam perhitungan ini memerlukan adanya jam orang. Perhitungan jam orang serta hasil perhitungan jam orang sama dengan perhitungan jam orang pada durasi awal, sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan jam orang lagi. 2.1 Perhitungan untuk Penambahan Pekerja a. Perhitungan Durasi dalam Satuan Jam Dalam penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan maka dalam perhitungan ini memerlukan adanya jam orang. Perhitungan jam orang serta hasil perhitungan jam orang sama dengan perhitungan jam orang pada durasi awal, sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan jam orang lagi. Pada aktivitas Y mengalami pemampatan waktu, sehingga membuat jumlah hari Jumat pada aktivitas Y mengalami perubahan. Pembahasan mengenai perhitungan durasi disajikan sebagai berikut: Diketahui: Jumlah jam kerja pada Hari Senin s/d Kamis = 8 jam Jumlah jam kerja pada Hari Jumat = 7,5 jam Jumlah total durasi pada kegiatan Y = 36 hari Jumlah hari Jumat pada kegiatan Y = 7 hari Sehingga durasi dalam jam adalah, Durasi (jam) = 8(36-7) + (7,5x 7) = 284,5 jam Hasil perhitungan durasi dalam satuan jam untuk seluruh aktivitas disajikan pada tabel sebagai berikut:
5
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja untuk Durasi Baru
b. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan untuk Pekerja Pembagian pekerja berdasarkan beban kerja yang telah ada. Karena pada kegiatan Y tidak membutuhkan welder maka pembagian pekerjanya adalah sebagai berikut: Fitter = 2 orang Helper = 1 orang ∑ Biaya untuk Pekerja = ∑ pekerja x durasi (jam) x tarif per jam ={(∑ fitter x tarif per jam) + (∑ helper x tarif per jam)}x durasi (jam) ={(2xRp.12.000,-)+(1xRp.11.000,)}x 284,5 = Rp 9.957.500,Berikut adalah hasil perhitungan mengenai total biaya yang dikeluarkan untuk tiap aktivitas serta keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan. Tabel 9. Perhitungan Biaya dengan Penambahan Pekerja
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
6
2.2 Perhitungan untuk Lembur Tabel 11. 11 Perhitungan Biaya dengan Lembur a. Perhitungan Durasi dalam Satuan Jam Perbedaan dalam perhitungan ini adalah dari segi waktu (jumlah jam kerja). Hal ini dikarenakan adanya waktu lembur, namun untuk jumlah pekerja Tidak mengalami penambahan, sehingga jumlah pekerja serta pembagian pekerja untuk welder, fitter dan helper sama seperti perhitungan dengan durasi awal. Durasi lembur (hari) diperoleh dengan melakukan perhitungan seperti dibawah ini: Durasi Lembur = Durasi awal – durasi baru = 54 hari – 36 hari = 18 hari
(7)
Untuk menghitung durasi lembur dalam satuan jam maka, 18 hari X 8 jam = 144 jam, dimana 1 hari = 8 jam ∑ durasi dengan lembur = Durasi lembur + durasi baru = 144 + 284,5 = 428, 5 jam
(8)
Hasil perhitungan durasi dengan lembur dalam satuan jam untuk seluruh aktivitas disajikan pada tabel sebagai berikut. Tabel 10. Durasi dengan Lembur Tiap Aktivitas
Dari analisis yang telah dilakukan, faktor jumlah jam kerja dan biaya tenaga kerja langsung merupakan faktor yang paling sensitive terhadap adanya penerapan critical path method. Agar pencapaian target waktu terlaksana maka dibutuhkan tambahan jumlah jam kerja bagi para tenaga kerja yang terlibat. Maka dengan adanya penambahan jam kerja, serta penambahan jumlah pekerja akan memiliki dampak terhadap pengeluaran biaya tenaga kerja yang dibutuhkan. III. KESIMPULAN/RINGKASAN
b. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan untuk Pekerja Jumlah pekerja yang dibutuhkan sama dengan jumlah pekerja pada durasi awal. Sehingga pada sub bab perhitungan lembur tidak dilakukan perhitungan jumlah tenaga kerja yang diperlukan. ∑ Biaya untuk Pekerja =∑ pekerja x durasi (jam) x tarif per jam ={(∑ fitter x tarif per jam) + (∑ helper x tarif per jam)}x durasi (jam) ={(1xRp.12.000,-) + (1xRp.11.000,-)} x 428,5 = Rp 9.855.500,Berikut adalah hasil perhitungan mengenai total biaya yang dikeluarkan untuk tiap aktivitas serta keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan.
Berdasarkan analisis terhadap studi kasus yang telah dilakukan maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis terhadap network planning diagram menunjukkan bahwa aktivitas yang termasuk dalam lintasan kritis adalah aktivitas A-C-F-J-K-L-M-N-T-UV-W-X-Y dengan total durasi 240 hari. 2. Lintasan kritis tidak berubah meski sudah dilakukan pemampatan durasi sebesar 60 hari. 3. Pemampatan durasi hanya memiliki pengaruh terhadap jumlah jam kerja masing-masing pekerja di tiap aktivitas, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, serta berpengaruh terhadap pengeluaran biaya untuk tenaga kerja. 4. Adanya pemampatan durasi pembangunan selama 60 hari terjadi perbedaan kebutuhan akan tenaga kerja. Pada durasi awal yaitu selama 240 hari membutuhkan tenaga kerja sejumah 138 orang. Sedangkan pada durasi yang mengalami pemampatan membutuhkan tambahan tenaga kerja sejumlah 25 orang. Sehingga total keseluruhan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk megerjakan proyek dengan durasi 180 hari tanpa lembur adalah sejumlah 163 orang. Namun untuk pengerjaan proyek dengan lembur tidak terjadi penambahan tenaga kerja, sehingga total keseluruhan tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sama dengan total
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) keseluruhan tenaga kerja yang dibutuhkan pada durasi awal yaitu 138 orang. 5. Pada pengeluaran biaya untuk tenaga kerja juga ikut terpengaruh oleh adanya pemampatan durasi proyek. Pada total biaya untuk durasi awal akan menghabiskan biaya sejumlah Rp. 170.634.500,-. Untuk total biaya dengan durasi yang mengalami pemampatan dengan penambahan tenaga kerja tanpa lembur membutuhkan biaya pengeluaran sebesar Rp 169.597.000,-. Sedangkan untuk total biaya dengan durasi yang mengalami pemampatan dengan lembur tanpa penambahan tenaga kerja akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 170.810.000,- . 6. Dari segi jumlah rupiah yang akan dikeluarkan, total biaya dari aktivitas-aktivitas yang mengalami pemampatan durasi dengan penambahan tenaga kerja tanpa lembur merupakan total biaya termurah. Hal ini dikarenakan pihak galangan PT Dumas tidak membuat perbedaan tarif baik dari segi lembur ataupun dari segi tarif untuk penambahan tenaga kerja. Selain itu hal ini juga disebabkan adanya faktor penghitungan jumlah jam yang berbeda pada hari Jumat. Maka dari itu terjadilah perbedaan pada perhitungan total jumlah jam kerja. IV. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam pengerjaan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan serta dorongan moral maupun material dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada kedua orang tua yang tak perna lelah mendoakan penulis dalam keadaan apapun, kepada Bapak Ir. Imam Rochani, M.Sc. dan Bapak Ir. Mas Murtedjo, M.Eng. yang telah bersedia membimbing dan memberikan saran untuk membantu menyelesaikan tugas akhir ini. Dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Citra Mas dan PT Dumas sebagai pihak yang telah memberikan data dan bimbingan kepada penulis.
Daftar Pustaka [1] Citra Mas, PT. 2011. Documents and Drawings of MDPS. Surabaya. [2] Ervianto, Wulfran I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Andi: Yogyakarta. [3] GÖksu, Ali. 2012. Implementation of Critical Path Method And Project Evaluation And Review Technique. Sarajevo [4] Harold, Kerzner. 1995. Project Management: A System Approach to Planning Scheduling, and Controlling. New York. Internatinal Thomson Publishing Inc. [5] H. A. Tubagus, 1986, “Prinsip-prinsip network planning” Jakarta : Gramedia [6] Herjanto, Eddy. 2004. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo. [7] Ni’mah, Lilik Hidayatun. 2012. Analisa PenerapanMetode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Construction LCU 300DWT Dan
7
Pengaruhnya Terhadap Sumber Daya Galangan. Penelitian. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [8] Soeharto, Imam. 1998. Manajemen Proyek Jilid 1 (Konsep, Studi Kelayakan, dan Jaringan Kerja). Erlangga: Jakarta
.