JURNAL PSIKIATRI INDONESIA Vol.1 No.1 Tahun 2016 ISSN: 2502-2512
Analisis Faktor-Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecemasan Tahanan di Ruang Tahanan Polres Kediri Ariani Sulistyorini1, 1
Stikes Karya Husada
ABSTRAK Kecemasan/ansietas merupakan suatu pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku disfungsional yang diartikan sebagai kesulitan dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti. Kondisi ini sering dialami oleh seseorang yang mengalami mengalami masalah, termasuk juga tahanan. Kecemasan berdampak secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan pada tahanan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan masan tahanan. Desain penelitian menggunakan cross sectional.Tehnik sampling purposive sampling dengan jumlah 18 responden. Pengumpulan data menggunakan HARS (Hamilton Ansiety Rating Scale). Berdasarkan hasil uji regresi logistik faktor yang signifikan mempengaruhi mempengaruhi kecemasan yaitu status perkawinan dengan nilai p value 0,044 dan lama penahanan dengan p value 0,034. Dengan melihat nilai OR (odds rasio) atau Exp (B) maka diketahui bahwa lama penahanan memiliki peran lebih besar dibandingkan dengan status perkawinan awinan karena nilai OR dari lama penahanan 2,316 dan OR dari status perkawinan 0,745. Kata Kunci: Faktor-faktor faktor Kecemasan, Tahanan
Pendahuluan Kecemasan/ansietas merupakan suatu pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku disfungsional yang diartikan sebagai kesulitan dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti (Varcarolis, 2007). Kondisi ini sering dialami oleh seseorang yang mengalami masalah, termasuk juga tahanan. Tahanan adalah seorang eorang tersangka atau terdakwa yang ditempatkan ditempat tertentu oleh penyidik atau penuntut tut umum atau hakim. Penahanan adalah penempatan tersangka atau a terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang undang (KUHAP). Narapidana adalah pelaku tindak pidana yang diputus oleh hakim dan dihukum penjara dalam kurun waktu tertentu (Atmasasmita,1995). Selama menunggu putusan, seorang tahanan berada dalam tahanan sementara. Dalam Undang-Undang Undang No 13 tahun 1961 tentang ketentuan –ketentuan ketentuan pokok kepolisian negara
pasal 13 dinyatakan bahwa untuk kepentingan penyidikan, idikan, maka Kepolisian negara berwenang menahan orang sementara. Menurut Niec dan Mc Ewan: Effendi 2009: Widianti 2011 beberapa masalah yang sering menjadi konflik sehingga menimbulkan kecemasan pada tahanan adalah takut tidak diterima oleh lingkungan, ra rasa malu untuk bergaul kembali kemasyarakat, gangguan harga diri dan sikap masyarakat yang cenderung menjauhi mereka. Selain itu juga disebabkan oleh suasana tahanan seperti hubungan mereka dengan tahanan yang lain, suasana tahanan dan hubungan mereka denga dengan petugas. Prevalensi terjadinya masalah psikososial tahanan yaitu kecemasan adalah temuan Trencin (WHO, 2008) dalam International Journal Of Nursing Sudies (2010) menyatakan satu dari sembilan pelaku menderita masalah kesehatan mental berat, sebagian lagi menderita masalah kesehatan mental yang ringan seperti kecemasan ringan dan depresi. Widianti (2011) menyebutkan dari 33 tahanan 16 orang
Evidence Based Practice Indonesia Web: http://ebpi.asia Email:
[email protected]
Jurnal Psikiatri Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 diantaranya mengalami masalah ansietas dimana 80% ansietas berat, 15 % ansietas sedang dan sisanya ansietas ringan. Kecemasan dan stress memiliki dua aspek yang sehat dan membahayakan yang bergantung pada tingkat, lama kecemasan maupun stress yang dialami, dan koping individu (Videbeck, 2008). Menurut Stuart (2007) kecemasan dapat menyebabkan ketidakseimbangan fisik, psikologi dan sosial. Ketidakseimbangan fisik berupa keluhan-keluhan somatik (fisik) seperti terjadinya palpitasi, peningkatan tekanan darah, insomnia, dan ketegangan pada otot dan disertai aktivitas saraf otonom. Selain dari faktor tahanan, interaksi antara tahanan dengan tahanan lain, interaks antara tahanan dan petugas, beberapa faktor penyebab terjadinya kecemasan pada tahanan adalah usia, jenis kelamin, pendidikan ,pekerjaan, status perkawinan, lama ditahan, kunjungan keluarga dan pendampingan dari pengacara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan pada tahanan di ruang tahanan Polres Kediri Metode Peneltian ini menggunakan desain Cross Sectional. Variabel independent (bebas) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, variabel dependent (terikat) yaitu tingkat kecemasan. Populasi dalam penelitian ini semua tahanan dewasa dengan kasus yang ringan misalnya perjudian, penggelapan, pencurian tanpa kekerasan dan pengguna narkoba. Sample yang digunakan yang memenuhi kriteria inklusi dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling dan didapat jumlah sampel 18 sampel. Instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan tahanan menggunakan kuesioner dari HARS (hamilton anxiety rating scale) yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dengan menggunakn uji spearmens dengan nilai r lebih besar dari r tabel (r < 0.602) yaitu 0.878, dan uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach dengan nilai r lebih besar r tabel (r <0.602) yaitu 0,784. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 24 Juni – 16 Juli 2015. Pengambilan data dilakukan setelah mendapat ijin dari Kapolres melauli Kasat Reskrim (reserse dan kriminal) dan Kasat ISSN: 2502-2512
Hal.27 Tahti (tahanan dan barang bukti) dengan menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan yaitu Regresi Logistik. Hasil Penelitian A.Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden Di Ruang Tahanan Polres Kediri Bulan Juni-Juli Tahun 2015 Variabel
Kategori
Usia
< 20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun Total
Kelom Kelompok pok Kontrol Perlaku ( N = 9) an (N = 9) N % N % 0 00,0 2 22,2 4 44,4 2 22,2 2 22,2 2 22,2 3 33,3 3 33,3 9 100 9 100
Pendidikan
SD SMP SMA Total
4 3 2 9
44,4 33,3 22,2 100
2 3 4 9
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total
3 6 9
33,3 66,7 100
9 100 0 00,0 9 100
Pekerjaan
IRT Tani Wiraswasta Swasta Total
3 1 0 5 9
33,3 11,1 00,0 56,6 100
0 0 3 6 9
Kunjungan keluarga
Pernah Tidak pernah Total
8 1 9
88,9 11,1 100
6 66,7 3 33,3 9 100
Lama ditahan
7-15 hari 16 – 30 hari Total
5 4 9
55,6 44,4 100
3 33,3 6 66,7 9 100
Pendampingan pengacara
Ada Tidak ada Total
0 9 9
00,0 100 100
0 00,0 9 100 9 100
Status perkawi nan
Belum/tidak kawin Kawin Janda/duda Total
2 4 3 9
22,2 44,4 33,3 100
3 6 0 9
22,2 33,3 44,4 100
00,0 00,0 33,3 66,7 100
33,3 66,7 00,0 100
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa untuk kelompok intervensi hampir setengahnya
Jurnal Psikiatri Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016
Hal.28
(44,4%) usia 21 – 30 tahun , hampir setengahnya (44,4%) pendidikan SD, sebagian besar (66,7%) berjenis kelamin perempuan, sebagian besar (88,9%) pernah dikunjungi keluarga, lebih dari setengahnya (55,6%) lama ditahan 7-15 hari, seluruhnya (100%) tidak ada pendampingan oleh pengacara, dan hampir setengahnya (44,4%) status perkawinan adalah kawin. Untuk kelompok kontrol hampir setengahnya (33,3%) usia > 40 tahun, hampir setengahnya (44,4%) pendidikan SMA, seluruhnya (100%) jenis kelamin laki-laki, sebagian besar (66,7%) dikunjungi keluarga, sebagian besar (66,7%) lama ditahan 16–30 hari, seluruhnya (100%) tidak ada pendampingan oleh pengacara, dan sebagian besar (66,7%) status perkawinan kawin.
Dari tabel 3 didapatkan pada kelompok kontrol pada pre lebih dari setengahnya (55,6%) cemas sedang dan post hampir setengahnya (44,4%) cemas ringan B. Analisis Multivariat Tabel 4 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Responden Di Ruang Tahanan Polres Kediri Bulan Juni-Juli 2015 Variabe Koe l
Variabel
Kecemasan
Kategori
Tidak cemas Ringan Sedang Berat Total
Pre ( N=9 ) N % 0 00,0 3 33,3 6 66,7 0 00,0 9 100
Post ( N = 9) N % 0 00,0 7 77,8 2 22,2 0 00,0 9 100
Dari tabel 2 didapatkan pada kelompok perlakuan pada pre sebagian besar (66,7%) cemas sedang dan post sebagian besar (77,8%) cemas ringan
Tabel 3: Tingkat Kecemasan Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Kontrol Di Ruang Tahanan Polres Kediri Pada Bulan Juni-Juli 2015 Variabel
Kecemas An
Kategori
Tidak cemas Ringan Sedang Berat Total
Pre ( N=9 ) N % 0 00,0 4 44,4 5 55,6 0 00,0 9 100
Post ( N = 9) N % 1 11,1 3 33,3 4 44,4 1 11,1 9 100
E.
Wal d d
Sig.
OR
f
IK 95% Min Mak
n usia_1
A. Analisis Univariat Tabel 2 Tingkat Kecemasan Responden Pada Kelompok Perlakuan Sebelum Dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif Dan Terapi Kognitif Di Ruang Tahanan Polres Kediri Bulan Juni-Juli 2015
fisie
S.
,746 1,5 ,237 1 ,626 2,10 ,105 42,4
statuspe rkawina
32
8
97
- 1,7 ,029 1 ,044 ,745
- 21,5
n_1
,294
lamape
,840 1,9 ,189 1 ,034 2,31
nahana n_1 Constan
17
31
,026
68
- 102,
6 ,053
021
-2,5 5,2 ,228 1 ,633 ,082 04
48
t
Dari tabel 4 didapatkan 2 variabel yang signifikan mempengaruhi kecemasan yaitu status perkawinan dengan nilai p value 0,044 dan lama penahanan dengan p value 0,034. Dengan melihat nilai OR (odds rasio) atau Exp (B) maka diketahui bahwa lama penahanan memiliki peran lebih besar dibandingkan dengan status perkawinan karena nilai OR dari lama penahanan 2,316 dan OR dari status perkawinan 0,745. Pembahasan Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan tahanan di ruang tahanan Polres Kediri Dari tabel 4 didapatkan 2 variabel yang signifikan mempengaruhi kecemasan yaitu status
ISSN: 2502-2512
Jurnal Psikiatri Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 perkawinan dengan nilai p value 0,044 dan lama penahanan dengan p value 0,034. Dengan melihat nilai OR (odds rasio) atau Exp (B) maka diketahui bahwa lama penahanan memiliki peran lebih besar dibandingkan dengan status perkawinan karena nilai OR dari lama penahanan 2,316 dan OR dari status perkawinan 0,745. Dari hasil analisa uji regresi logistik didapatkan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada tahanan, sehingga walaupun relaksasi otot progresif dan terapi kognitif terbukti berpengaruh terhadap tingkat kecemasan tahanan akan tetapi juga harus diperhatikan faktor lain yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan dimana status perkawinan dan lama penahanan akan mempengaruhi tingkat kecemasan pada tahanan. Tabel 1 didapatkan bahwa responden yang status perkawinanya kawin pada kelompok perlakuan hampir setenganya (44,4%) dan pada kelompok kontrol sebagian besar (66,7%) kawin. Dengan status perkawinan tersebut apabila seseorang ditahan karena adanya suatu masalah hukum maka dapat menimbulkan kecemasan. Mereka akan kepikiran bagaimana dengan kondisi pasanganya atau keluarga yang ditinggal. Apalagi bila posisinya sebagai kepala rumah tangga yang merupakan tulang punggung ekonomi rumah tangga. Sesuai pendapat Tarwoto & Wartonah (2003) bahwa status ekonomi dan pekerjaan akan menimbulkan stress yang dapat mencetuskan terjadinya kecemasan. Apalagi bila pasanganya meminta cerai karena merasa malu suami/istri sebagai narapidana. Hal itu akan menambah kecemasan dari tahanan. Lama ditahan juga akan mempengaruhi kecemasan seseorang karena mereka akan terus dihadapkan pada masalah yang ada pada tahanan baik itu masalah psikologis ditahanan maupun masalah terkait suasana tahanan. Dengan semakin lama ditahan semakin lama kehilangan kemerdekaan. Hal ini dijelaskan pada pasal 1 ayat (7) Undang-Undang nomer 12 tahun 1995 bahwa narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana yang hilang kemerdekaanya. Selain itu semakin lama ditahan , mereka juga semakin lama kontak dengan tahanan yang lainya yang juga merupakan sumber stressor bagi tahanan. Sebenarnya mereka berusaha menggunakan mekanisme koping untuk ISSN: 2502-2512
Hal.29 mengatasinya. Seperti dijelaskan oleh Stuart (2005) bahwa individu yang mengalami ansietas akan menggunakan mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan pembahasan pada tahanan di ruang tahanan Polres kediri menunjukkan variabel yang signifikan mempengaruhi kecemasan yaitu status perkawinan dengan dan lama penahanan. Saran Institusi pendidikan keperawatan hendaknya juga mengembangkan psikoterapi ini pada tahanan sebagai bentuk pengabdian masyarakat dalam membantu menurunkan tingkat kecemasan pada tahanan. Selain itu bagi institusi Polri khususnya Polres dalam hal ini unit tahanan dan barang bukti menyedikan layanan konseling khususnya untuk mengatasai masalah psikososial pada tahanan seperti kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA Atmasasmita, R. (1995). Pengantar Hukum Pidana Internasional. Bandung : Eresco Chen, et Al. (2009). Efficacy Of Progressive Muscle Relaxation Training In Reducing Anxiety In Patient With Acute Schizophrenia. Journal Of Clinical Nursing, 18, 2187-2196 But How?. Journal Of AnxietyDisorder. 21, 234-264 Effendi dkk, (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Glenn D. Walters, Gregrory Crawford , (2013). In And Out Of Prison : Do Importatation Factors Predict All Forms Of Misconduct Or Just The More Serious Ones?, Diakses tanggal 17 Oktober 2014, Pukul 11.56 International Journal of Nursing Studies 47 (2010). Lest Teory And More Action? The State of International Prison Menthal Health Care. Journal Homepage. www.elseiver.com/ijns. diakses tanggal 2 Oktober 2014 Pukul 16.08
Jurnal Psikiatri Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 KUHAP dan KUHP. (2000). Buku PerundangUndangan. Jakarta: Sinar Grafika Liping Zhao, at,all, (2012). Effects of Progressive Muscular Relaxation Training on Anxiety, Depression And Qualility Of Life of Endometriosis Patiens Under Gonadotrophin Releasing Hormone Agonist Therapy. Diakses tanggal 23 Pebruari 2015 pukul 10.20 Maryani , Ani. (2009). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan, Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tesis, Tidak di publikasikan Melky G. Junhar, Pieter L. Suling, Aurelia S R Supit (2015). Gambaran Stomatitis Aftosa Rekuren Dan Stress Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Bitung, Diakses tanggal 17 April 2015 pukul 15.03 Navidreza Hosseinzadeh Asl, Usha Barahman, (2014). Effectiveness of Mindfulness-Based Cognitive Therapy for Co-Morbid Depression in Drug-Dependent Males, www.elsevier.com/locate/apnu. Diakses tanggal 17 Oktober 2014 pukul 11.30 Nevid, J.S., Rathus, S.A., Green, E.B. (2006). Psikologi Abnormal. Erlangga : Jakarta Prawitasari, J.E. Rochman, M. Ramdhani, N. Dana Utami, M.S. (2002). Psikoterapi : Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yohyakarta : Pustaka Pelajar Offset Sarfika R. (2012), Pengaruh Terapi Kognitif dan Logoterapi terhadap Depresi, Ansietas, Kemampuan Mengubah Fikiran Negatif, Dan Memaknai Hidup Klien Diabetes Melitus Di RSUP Dr.M Djamil Padang. Diakses tanggal 20 September 2014, pukul 10.34
ISSN: 2502-2512
Hal.30 Synder, M. & Lanquist, R. (2002). Complementary / Alternative Therapies In Nursing (4 th ed). New York: Springer Publising Company Stuart & Laraia, (2005), Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (8th ed). Elsevier . Mosby, Inc Supriyati, L. (2010). Pengaruh TerapinThought Stopping dan Progressive Muscle Relaxation terhadap Ansietas Pada Klien Dengan Gangguan Fisik di RSUD Dr Soedono madiun, thesis FK UI, diakses tanggal 19 Maret 2015 jam 08.36 Tarwoto & Wartonah, (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan ProsesKeperawatan, edisi 5. Jakarta: Salemba Medika Townsend Marry C.(2009). Mental Health Nursing Concepts Of Care In Evidence-Based Practice. (6thed). St. Louis, Missouri : Saunders Elsevier. Varcarolis, E.M. & Halter, M.J. (2010). Foundations Of Psychiatric Mental Health Nursing: A Clinical Approach. (6thed). St. Louis, Missouri: Saunders Elseiver Videbeck S.L. PhD,RN. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC Widianti Efri, (2011). Pengaruh Terapi Logo dan Suportif Kelompok Terhadap Ansietas Remaja di Rumah tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan Wilayah Propinsi Jawa Barat, diakses tanggal 30 September 2014 pukul 20.00