BUKU AJAR Sistem Neurobehaviour (Psikiatri)
Disusun oleh : dr. Arum Kartikadewi
Reviewer : dr. Suprihatini, SpKJ
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2015
1
www.repository.unimus.ac.id
PENYUSUN dr. Arum Kartikadewi
ISBN : 978-602-61093-8-5
REVIEWER dr. Suprihatini, SpKJ
PENYUNTING dr. Arum Kartikadewi
DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK …….
PENERBIT Unimus Press Jl. Kedung Mundu Raya No. 18 Semarang 50273 Telp. 024 76740296
Cetakan Pertama, April 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
2
www.repository.unimus.ac.id
VISI & MISI
Visi Menjadi program studi yang unggul dalam pendidikan kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga dan kedokteran okupasi yang islami berbasis teknologi dan berwawasan internasional pada tahun 2034
Misi 1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul berbasis Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Kompetensi dan Karakter Dokter Muhammadiyah (SKKDM). 2. Menyelenggarakan penelitian di bidang kedokteran dasar, kedoteran klinik, kedokteran komunitas, kedokteran okupasi dan kedokteran islam guna mendukung pengembangan pendidikan kedokteran dan kesehatan masyarakat. 3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat. 4. Mengembangkan dan memperkuat manajemen fakultas untuk mencapai kemandirian. 5. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan baik nasional maupun internasional.
3
www.repository.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR
Kompetensi klinis adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan dokter sebagai syarat untuk melakukan praktik kedokteran di masyarakat. Pendidikan Kedokteran di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), mewajibkan sejumlah kompetensi klinis yang harus dikuasai oleh lulusan setelah mengikuti pendidikan dokter. Di dalam SKDI tahun 2012, terdapat 275 ketrampilan klinik dan 736 daftar penyakit yang harus dikuasai oleh lulusan dokter. Dari 736 daftar penyakit tersebut, terdapat 144 penyakit yang harus dikuasai penuh oleh lulusan dokter karena diharapkan dokter dapat mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas (level kompetensi 4) dan 261 penyakit yang harus dikuasai lulusan untuk dapat mendiagnosisnya sebelum kemudian merujuknya, apakah merujuk dalam keadaaan gawat darurat maupun bukan gawat darurat (level kompetensi 3). Penyusunan buku ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mempelajari penyakit-penyakit yang menjadi kompetensinya, sehingga mahasiswa memiliki kompetensi yang memadai untuk membuat diagnosis yang tepat, memberi penanganan awal atau tuntas, dan melakukan rujukan secara tepat dalam rangka penatalaksanaan pasien. Buku ajar ini ditujukan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran pada Tahap Pendidikan Profesi, mengingat buku ajar ini berisi ringkasan penyakit untuk aplikasi praktis di situasi klinis. Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun buku ajar ini. Mengingat ketidaksempurnaan buku ajar ini, penulis juga akan berterima kasih atas berbagai masukan dan kritikan demi kesempurnaan buku ajar ini dimasa datang.
Semarang,
Penulis
4
www.repository.unimus.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... Kata Pengantar .................................................................................................. Daftar Isi ............................................................................................................ Tinjauan Mata Kuliah ....................................................................................... Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1.1. ........................................................................................................ Pem eriksaan Status Mental.......................................................................... .......
Bab II Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif......... 2.1. Intoksikasi akut zat psikoaktif............................................................... 2.2. Adiksi dan ketergantungan narkoba.......................................................
Bab III Psikosis........................................................................................... 3.1. Skizofrenia........................................................................................... 3.2. Gangguan waham ................................................................................. 3.3. Gangguan skizoafektif............................................................................ 3.4.Gangguan bipolar episose manik.............................................................. 3.5. Gangguan bipolar episode depresi............................................................ 3.6.Depresi post partum................................................................................
Bab IV Gangguan neurotik, gangguan yang berhubungan dengan stress, gangguan soamtoform, gangguan cemas, fobia 4.1. Gangguan somatoform........................................................................... 4.2. Sindrom stres pasca trauma................................................................... 4.3. Gangguan panik.................................................................................... 4.4. Gangguan cemas menyeluruh.................................................................. 4.5.Trikotilomania....................................................................................... Bab V Gangguan emosional dan perilaku dengan onset khusus pada masa anak dan remaja
5
www.repository.unimus.ac.id
5.1.Retardasi mental...................................................................................... Bab VI.Tics 6.1. Tics...................................................................................................... Bab VII. Kelainan dan disfungsi seksual......................................................... 7.1. Gangguan keinginan dan gairah seksual................................................... 7.2. Gangguan orgasmus dan gangguan ereksi................................................. 7.3. Gangguan psikoseksual........................................................................... Bab.VIII.Gangguan tidur. ............................................................................ 8.1. Hipersomnia......................................................................................... 8.2. Insomnia.............................................................................................. Daftar Pustaka .....................................................................................................
6
www.repository.unimus.ac.id
TINJAUAN MATA KULIAH
I. Deskripsi Singkat Buku ajar ini berisi ringkasan simtom, pemeriksaan status mental
untuk
menegakkan diagnosis penyakit Sistem Psikiatri, disertai panduan tata laksana dan edukasi. Buku ajar ini disusun dalam bab-bab berdasarkan Kompetensi Sistem Psikiatri yang tercantum dalam SKDI 2012
II. Relevansi Buku ajar ini merupakan salah satu buku ajar yang disusun untuk membantu mahasiswa kedokteran mencapai kompetensi klinisnya. Buku ajar ini berisi ringkasan penyakit untuk aplikasi praktis di situasi klinis.
III.Kompetensi Level 3 A : Lulusan
dokter
mampu
membuat
diagnosis
klinik
dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. Level 3 B : Lulusan
dokter
mampu
membuat
diagnosis
klinik
dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. Level 4
: Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
7
www.repository.unimus.ac.id
IV. Petunjuk Belajar Mahasiswa memiliki dasar pemahaman tentang patofisiologi penyakit sistem Psikiatri. Mahasiswa memiliki dasar pemahaman simtomatologi dari gejala psikatri Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang pemeriksaan status psikiatri Mahasiswa memiliki kemampuan dalam mendiagnosa kasus psikiatri berdasarkan PPDGJ III dan DSM-TR-IV Mahasiswa memahami prinsip psikoterapi dan medikamentosa di bidang psikiatri. Mahasiswa memiliki dasar edukasi kasus psikiatri baik pada penderita ataupun keluarga.
8
www.repository.unimus.ac.id
9
www.repository.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
A. ANAMNESIS 1. IDENTITAS Meliputi nama, usia, staus perkawinan, jenis kelamin, pekerjaan, bahasa Meliputi identitas pasien dan identitas pemberi informasi, untuk memperkirakan reliabilitas informasi 2. Keluhan utama Menggambarkan mengapa dia datang,menggunakan bahasa pasien 3. RPS Kapan Pemicunya apa Bagaimana pemicu dapat mempengaruhi Adakah gejala negatif ( disfungsi /hendaya) Adakah gejala positif /gangguan psikofisiologis (waham, halusinasi dan lain-lain) 4. RPD Gejala penyakit jiwasebelumnya, bagaimana gejalanya, apakah sama dengan sekarang, berapa lama sakit, dirawat,kembali normal? Dengan obat atau tanpa obat. Perhatian khusus pada episode pertama kelainan, karena sangat bermakna klinis Riwayat bedah mayor, trauma mayor, trauma craniocerebral, gangguan neurologis karena tumor, epilepsy, di diagnose positif HIV/AIDS Untuk kelainan psikosomatis : berhubungan dengan penyakit alergi, atopic, rheumatoid arthritis, gangguan Gastrointestinal Penyalagh gunaan alcohol/zat psikosomatis 5. RPK
10
www.repository.unimus.ac.id
Riwayat gangguan jiwa keluarga, terutama keluarga dekat. Jangan lupa membuat sislilah keluarga. Riwayat penyalahgunaan zat pada keluarga Siapa saja yang tinggal serumah. Bagaimana hubungan dia dengan keluarganya Sikap keluarga terhadap penyakit pasien 6. Riwayat pribadi
Riwayat perinatal: apakah anak yang diinginkan, ada masalah selama kehamilan dan persalinan, bagaimana keadaan emosisonal ibu pada masa perinatal, apakah ada penyalah gunaaan alcohol padaibu
Masa kanak-kanakn awal (0-3 tahun) Interaksi dengan ibu, kualitas pemberian makan, bagaimana toilet training,
gangguan
tidur,
adakah
kebutuhan
yang
tidak
terpenuhi,siapa yang mengasuh anak, adakah penyiksaan saat anak-anak/ kekerasan dalam rumah tangga. Kepribadian : apakah anak pemalu, gelisah, overaktif, menarik diri, terbuka Bagaimana
kemampuan
anak
dalam
:
memusatkan
diri,
mentoleransi frustasi, menunda kesenangan Kebiasaan makan, perkembangan awal, latihan buang air, gejala masalah perilaku, kepribadian sebagai anak, mimpi/fantasi berulang
Masaanak-anak menengah (3-11 tahun) Identifikasi gender, hukuman dirumah, adakah cemass berpisah, kedekatan dengan teman, pola perilaku, perkembangan intelektual, motorik, , gangguan belajar, fobia,mengompol, adakah kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan terhadap anak.
Masa Dewasa Riwayat Pekerjaan : riwayat pekerjaan , sikap terhadap pekerjaan ada tidaknya konflik dalam pekerjaan, perubahan status pekerjaan 11
www.repository.unimus.ac.id
Riwayat kepribadian pramorbid Sikap dan karakter sebelum sakit.Apa yang disenangi, bagaimana mereka menghadapi masalah, kkepercayaan yang dianut, apakah merassa nyaman
Riwayat Pernikahan dan Hubungan Menikah? Dengan pilihan sendiri? Umur berapa saat menkah?ada masalah dengan pasangan, kualitas hubungan sex Belum menikah? Berhungungan dengan seseorang? Kendala?
Riwayat militer Apakah pernah
menyaksikan/menjalani pertempuran, melihat
orang cidera, pernah mengalami hukuman disipliner
Riwayat pendidikan Latar belakang pendidikan, intelegensi, motivasi,halangan dalam mencapaicita-cita, prestasi, sikap terhadap pencapaian prestasi
Agama Bagaimana
latar belakang agamanya, bagaimana pendidikan
agama dikeluarga
Aktivitas social Persahabatan, berapa lama, dengan sesame jenis/lawan jenis, apakah mengasingkan diri,
Riwayat Hukum Pernah berurusan dengan yang berwajib, pernah dipenjara
Riwayat Seksual Adakah
riwayat
seksual
infantile(permainan
seksual
dini),
bagaimana pasien belajar mengenai sex, bagaimana sikap orang tua terhadap sex. Fantasi sex, adakah gejala sexual abnormal(sadism, fatisme dll)
Fantasi dan mimpi Sering bermimpi berulang, fantasi hidupnya seperti apa? 12
www.repository.unimus.ac.id
Nilai Sistem nilai yang dianut pasien, nilai moral, bagaimana menganggap benar dan salah
B. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL 1. Deskribsi umum Penampilan fisik,: kesan fisik keseluruhan , penampilan, pakaian, kerapihan, higene pribadi, apakah ada bekas sayatan, tato Postur : tampak postur tertentu, tanda ansietas, tegang 2. Perilaku dan aktivitas psikomotor Kesopanan, keinginan untuk bekerja sama, ekspresi wajah, merespon halusinasi, apakah ada agitasi psikomotor,atau retardasi psikomotor, adakah gerakan ekstrapiramidal, adakah gerakan abnormal seperti tic, chorea, sterotypi, menerisme,atau gaya berjaln abnormal 3. Bicara dan percakapan Nada dan variasi tinggi rendahnya nada(pada depresi akan menurun), kecepatan dan volume suara, volume pembicaraan meningkat Normalnya pembicaraan : spontan, logis, koheren, relevan Catat adakah sircumstantialisme, perservasi, verbigerasi Bagaimana arus pembicaraan apakah flight of idea, retardasi atau blocking Bagaimana kualitas dan kuantitas bicaranya 4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif/tidak 5. Mood dan afek Mood : emosi yang menetap. mengandung komponen kedalaman, durasi, fluktuasi. Mood objektif berupa :Hypotimia, euthymia, hypertymia. Mood subjektif berupa gambaran perasaan dari pasien sendiri Afek: responsivittas emosi pasien saat ini, tersirat dalam ekspresi wajah. Manifestasi eksternal dari perasaan yang dapat diamati. Misal afek tumpul datar dan menyempit. Kesesuaian afek, sesuai/tidak. Mood dapat dianalogikan sebagi iklim, afek sebagai cuaca 13
www.repository.unimus.ac.id
7. Gangguan persepsi Gangguan persepsi : ilusi /halusinasi Ilusi : mempersepsi secara salah benda yang ditangkapa panca indrai Ilusi dapat berupa ilusi pancaindra Halusinasi : mempersepsi sesuatu yang tidak ada objeknya, seperrti ditangkapa oleh pancaindra. Dapat berupa visual, olfaktori, auditori (akustik/ phoneme) Paling sering halusinasi audittorik dan visual 8. Isi pikir dan kecenderungan mental
Bentuk pikir : proses pikir cepat/lambat Apakah ada hubungan sebab akibat yang jelas dalam perkataannya, bagaimana asosianya, adakah neologisme
Isi pikir : waham, depersonalisasi, derealisasi,
keperrcayaan
abnormal terhadap ide yang berrlebihan, ide referensi, preokupasi, obsesif, kompulsif,
Jenis waham : kejar (marasa dikejar sesuatu yang mengganggu dan merusak) kebesaran : kepercayaan terhadap ide berlebih dan non realistic, misal menjadi sangat kaya, punya kekuatan super referensi : tindakn orang atau pemberitaan media dirasakan mengacu pada pemikiran atau tindakan pasien insersi/penyerapan/penyiaran ikiran : pikiran dapat dikendalikan pengaruh dari lluar atau dipancarkan ke orang lain passivity : perasaan merasa dikendalkan dari luar, dan pasien tidak dapat berbuat apa-apa
Syarat waham : non realistic, 100% dipercaya, tidak dapat dipatahkan
9. Sensorium kognisi Kesadaran : kesadaran berkabut atau tidak? Kesadaran berkabut biasanya mengindikasikan
kerusakan
organic
pada
tingkatkesadaran 14
www.repository.unimus.ac.id
otak..
deskribsikan
Biasanya kesadaran berkabut terjadi gangguan orientasi
10. Orientasi/memori Orientasi Terhadap tempat, waktu, ruang, personal , suasana Memori terhadap kejadian jangka panjang, menengah, pendek, segera. Adakah uasaha pasien untuk menutupi gangguan ingatan seperti kofabulasi, sikumstantialitas dan lain-lain 11. Konsentrasi dan pikiran Konsentrasi terganggu karena : gangguan kognitif, ansietas, depresi, stimulus interenal, halusinasi auditorik 12. Membacadan menulis 13. Kemampuan visuospasial Menyalin gambar. 14. Pikiran abstrak Pikiran untuk menangani konsep. Misal tanyakan apa berbedaan apel dengan jeruk 15. Informasi dan intelegensi Mengetahui tingkat intelegensi dengan cara member pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang sulit 16. Impulsivitas ; kemampuan untuk mengendalikan impuls 17. Daya nilai/ tilikan Daya nilai : bagaimanan pasien menilai aspek social.misal bertanya mencuri itu baikatau buruk 18. Insight/ tilikan : kesadaran/pemahaman pasien terhadapapenyakitnya Tingkatanya: 1. Penyangkalan total atas penyakitnya 2. Sedikit memahami bahea dia butuh bantuan, kemudian saat yang bersamaan dia menyangkal 3. Sadar kalau dia sakit tapi menyalahkan factor eksternal 4. Kesadaran bahwasakitnya disebabkan Karena factor yang tidak diketahui dalam dirinya
15
www.repository.unimus.ac.id
5. Tilikan intelektual: kesadaran bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak benar dalam dirinya tapi tidak menggunakan kesadaran ini untuk pengalaman dimasa depan 6. Tilikan emosionalsejati: kesadaran emosional atas motif danperasaan dalam diri pasien
dan orang disekitarnya yang menyebabkan
perubahan perilaku mendasar 19. Reliabilitas Kesan dokter apakah pasien melaporkan apa yang dialaminya dengan akurat C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM Terutama berubungan dengan kemungkinan penyebab organic. Misal kesadaran (derilium), status neurologis, keadaan kehamilan atau post partum, adakah demensia, adakah trauma cerebri, kejang D. PEMERIKSAAN PSIKOLOGI Tidak
setiap
pasien
memerlukan,
tapi
bermanfaat
dalam
memperluaspemahaman pasien. Bertujuan membantu mendeteksi sindrom organic, membantu mengidentifikasi psikotik ambang, memberikan data dasar mengenai fungsi khusus dan umum. Testyang dipakai dapat berupa (MMPI, WAIS, Bender gelstat test, Raschoach test, MMSE dan lain-lain E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Bertujuan
menyingkirkan
keadaan
organic.
Dapat
berupa
pemeriksaan kadar zat dalam darah, pencitraan otak dan lain-lain
16
www.repository.unimus.ac.id
EEG,
BAB II GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
2.1. INTOKSIKASI AKUT ZAT PSIKOAKTIF
No. ICPC II: No. ICD X: F10-19: mental and behavioral disorder due to psicoactive use
PPDGJ III Kode.F1x.00 tanpa komplikasi F1x.01 dengan trauma dan cedera tubuh lainnya F1x.02 dengan komplikasi medis lainny F1x.03 dengan derilium F1x.04 dengan distorsi persepsi F1x.05 dengan koma F1x.06 dengan konvulsi
Tingkat Kemampuan: 3B
Masalah Kesehatan Adalah kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan zat psikoaktif atau alcohol sehigga terjadi penurunan kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepi, gangguan afek,fungsi dan respon psikofisioogis lainya. Intoksikasiberkurang dengan berjalannya waktu dan efeknya akan hilang. Dan orang akan kembali normal jika tidak menggunakan lagi, kecuali sudah terjadi kerusakan jaringan
17
www.repository.unimus.ac.id
Penggolongan Zat psikoaktif 1.Narkotika Narkotika yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semin yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, dan menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Menurut undang-undang nomot 22 tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungan sebagai berikut: a. Narkotika golongan I: berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak digunakan untuk terapi (pengobatan). Macam jenisnya ; heroin, putauw (heroin tidak murni bubuk) kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II: berpotensi menyebabkan ketergantungan. Digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Macam jenisnya; morfin, petidin dan metadon. c. Narkotika golongan III: berpotensi menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi, macam jenisnya; kodein. 2. Psikotropika Psikotropika yaitu zat atau obat, baik alami maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat, dan meyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menurut potensi yang dapat menyebabkan ketergantungan, yaitu: a. Psikotropika golongan I: berpotensi sangat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Macam jenisnya; ekstasi b. Psikotropika golongan II: berpotensi kuat menyebabkan ketergantungan, digunakan sangat terbatas pada terapi. Macam jenisnya; amfertamin, metamfetamin (sabu), fensiklidin, dan ritalin.
18
www.repository.unimus.ac.id
c. Psikotropika golongan III: berpotensi sedangn menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi. Macam jenisnya; pentobarbital dan flunitrazepam. d. Psikotropika golongan IV: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan, dan sangat luas digunakan dalam terapi. Macam jenisnya; diazepam, klobazam, fenobarbi barbital, kiorazepam, kiordiazepoxide, dan nitrazepam (nipam, pil KB/koplo, DUM, Mg, lexo, rohyp). 3. Zat psikoaktif lain Yang dimaksud adalah zat/bahan lain yangbukan narkotika dan psikotropika, namun berpengaruh pada kerja otak, dan tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan tentang narkotika dan psikotropika. Zat psikoaktif lain yang sering disalahgunakan adalah: a. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras. b. Inhalansia/ solven, yaitu gas atau zat yangmudah menguap, yang terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor, dan rumah tangga. c. Nikotin, yang terdapat pada tembakau. d. Kafein, yang terdapat pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepala tertentu.
Hasil Anamnesis(Subjective)
Sedang mengkonsumsi zat psikoaktif
Terdapat perubahan tingkah laku psikologis maladaptive
Tidak disebabkan gangguan medis lain
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) ALKOHOL
Bicara meracau
Inkoordinasi
Gaya berjalan tidak stabil
Nystagmus 19
www.repository.unimus.ac.id
Hendaya atensi/memori
Stupor/koma
Pemeriksaan psikiatri didapatkan : agresif, perilaku seksual yang tidak pada tempatnya, labilitas mood, gangguan daya nilai, gangguan fungsi social dan occupational)
Tanda intoksikasi :
Penurunan kesadaran, stupor, koma,
Perubahan status mental
Kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah
AMFETAMIN
Perilaku
maladaptive
signifikan
(euphoria,
penumpulan
afek,
hipervigilitas, sensitivitas interpersonal, ansietas, ketegangan, perilaku sterotypi, daya nilai terganggu, fungsi sosialdan okupasional terganggu
Pemeriksaan fisik didapatkan : takikardia, atau bradikardia, tekanan darah naikatau turun, berkeringat/menggigil, mual/muntah, agitasi/retardasi psikomotor, kelemahan otot, depresi nafas, nyeri dada, atau aritmia
KAFEIN
Paling tidak terdapat 5 tanda : gelisah, gugup, eksitasi, insomnia, dieresis, muka merah, gangguan gastrointestinal, alur pikir kacau, takikardia, aritmia, periode tidak merasa lelah, agitasi psikomotor
Gejala
diatas
menimbulkan
penderitaan,
hendaya
fungsi
social,
ocupasional secara signifikan KANABIS
Perubahan perilaku maladaptive secara signifikan (koordinasi terganggu, euphoria, ansietas, sensasi waktu melambat, daya nilai terganggu, penarikan social.
Dua atau lebih tanda berikut dalam waktu 2 jam : injeksi konjungtiva, peningkatan nafsu makan, mulut kering, takikardia
20
www.repository.unimus.ac.id
KOKAIN
Perubahan maladaptive bermakna(euphoria, afek tumpul, perubahan sosialibilitas, hipervigilitas, ansietas, perilaku sterotypi, kemarahan, ketegangan, gangguan fungsi social dan okupasional
Dua atau lebih gejala dibawah ini setelah 2 jam, takikardia, bradikardia, dilatasi pupil, peningkatan dan peningkatan tekanan darah, berkeringatatau menggigil, penurunan berat badan, kelemahan otot, depresi nafas, nyeri dada dan aritmia
HALUSINOGEN
Perubahan perilaku maladaptive, perubahan psikologis, berupa ansietaas, depresi, ketakutan menjadi gila, ide paranoid, daya nilai terganggu, fungsi social dan okupasional terganggu
Perubahan
persepsi,
dalam
kesadaran
dan
kewaspadaan
penuh(intensifikasi persepsi subjektif, depersonalisasi, derealisasi, ilusi, halusinasi, sinestesia
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, dilatasi pupil, takikardia, berkeringat, palpitasi, pandangan kabur, tremor, inkoordinasi
OPIOID
Perubahan perilaku maladaptive, psikologis : euphoria iisial yangf diikuti apati, agitasi/ retardasi psikomotor, daya nilai terganggu, gangguan fungsi social dan okupasional
Konstriksi pupil akibat anoksia dan satu atau lebih yaitu : mengantuk, koma, hendaya atensi dan memori
HIPNOTIK, SEDATIVE, ANSIOLITIK
Perubahan perilaku maladaptive, perubahan psikologis, berupa perilaku yang tidak pada tempatnya, agresif, labilitas mood, daya nilai terganggu, fungsi social dan okupasional terganggu
Satu atau tanda berikut : bicara cadel, inkoordinasi, cara berjalan tidak stabil, nistagmus, hendaya atensi dann memori, stupor,koma
21
www.repository.unimus.ac.id
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Penunjang bertujuan untuk mencari Diagnosis penyakit utama, yaitu: Pemeriksaan kandungan zat dalam darah dan urin Pada intoksikasi alcohol terdapat :
Kadar γ-glutamil transpeptidase meningkat
Kadar MCV meningkat
Kadar asam urat, trigliserida meningkat
Kadar SGOT dan SGPT meningkat
Penegakan Diagnostik(Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis klinis Diagnosis Banding 1.Intoksikasi zat psikoaktif 2. Gejala putus obat zat psikoaktif 3. Gangguan psikosis akut
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Tujuan Terapi a. life saving akibat intoksikasi b. detoksifikasi c. eliminasi d. antidotum e. mengurangi gejala akibat zat psikoaktif f. Rehabilitasi
Tahapan Penatalaksanaan :
Stabilisasi Cek Airway, breathing, circulation dulu, lakukan RJP bila perlu
Dekontaminasi Gastrointestinal Cegah absorbs lebih lanjut, sehingga mencegah kerusakan bilas lambung menggunakan air, bila kejadian
< 2 jam.
Berikan karbon aktif untuk mengikat racun dalam usus
22
www.repository.unimus.ac.id
Dekontaminasi pulmoner Menjauhkan dari inhalasi zat racun bila ada
Dekontaminasi mata Apabila terkena mata, irigasi dengan air dengan kepala menghadap sisi mata yang terburuk
Dekontaminasi kulit, kuku Lepaskan pakaian yang terkena
Eliminasi Tindakan mempercepat pengeluaran racun yang ada pada aliran darah, bila keracunan lebih 4 jam
Berikan antidotum jika ada
Bila terjadi koma, posisi face down untuk mencegah aspirasi
Injeksi Tiamine 100 mg I.v untuk profilaksis wernike ensephalophaty, lalu dextrose 50 %
Apabila agitasi, berikan clore diazepoxid oral 25-100 mg tiap 6 jam
Apabila terjadi agitasi parah /halusinosis, berikan diazepam oral 5-10 mg tiap 4-6 jam
Apabila kejang, putus kejang dengan diazepam intravena 0,15 mg/kg-2,5 mg/kg
Apabila terjadi derilium tremens injeksi lorazepam intravena 0,1-2 mg/kg BB
Komplikasi
Paralisis pernafasan
Obstructive sleep apnea
Aritmia jantung
Konseling & Edukasi Memberikan informasi terhadap keluarga/ care giver agar mereka dapat memahami tentang bahaya. Intoksikasi zat psikoaktif
23
www.repository.unimus.ac.id
Kriteria Rujukan
Bila Terdapat intoksikasi berat
Bila gejala agitasi telah terkendali,
ancaman gagal nafas,
koma pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan rujukan sekunder untuk mengatasi intoksikasi berat
SaranaPrasarana: UGD
Prognosis Prognosis tergantung berat ringannya intoksikasi, tergantung kerusakan organ akibat intoksikasi
2.2. ADIKSI DAN KETERGANTUNGAN NARKOBA Kemapuan ;3A IPCP II:P15-19: substance abuse ICD X:F.10-19 : substance abuse KODE MENURUT PPDGJ III F1x.2
sindrom ketergantungan
F1x.20
kini abstinen
F1x.21
kini abstinen tapi dia berada pada lingkungan yang terlindung (dalam
rumah, tempat
rehabilitasi, rumah sakit, lembaga
pemasyarakatan) F1x.22
kini dalam pengawasan dengan terapi pemeliharaan dengan zat pengganti(ketergantungan
dan
terkendali)
misalnya
methadone,penggunaan nicotinegum atau nicotine patch) F1x.23
Kini abstinen, tapi sedang dalam terapi obataversif atau penyekat (disulfirmatau naltrexon)
F1x.24
kini sedang menggunakan zat psikoatif
F1x.25
penggunaan berkelajtan
F1x.26
penggunaan episodic 24
www.repository.unimus.ac.id
KRITERIA DIAGNOSTIK PPDGJ III Diagnosis ditegakkan jika terdapat 3 atau lebih gejala dibawah ini dan dialami 1 tahun sebelumnya Ada
keinginan
kuat/dorongan
yangmemaksa
(kompulsi)
untuk
menggunakan psikoaktif Kesulitan dalam perilaku mengendalikan perilaku meggunakan zat, termasuk sejak mualainya, usaha penghentian atau pada tingkat menggunakan Keadaan putus zatsecarafisiologisatau keadaan penghentian penggunaan zat, pengurangan . Terbukti dengan gejala putus obat yang khas. Atau orang tersebut sedang menggunakan zatsejenisuntuk mengurangi gejala putus obat Terbukti adanya toleransi berupa peningkatan dosis psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama(misal orang yang kecanduan alcohol, kan menggunakan dosis harian yang mematikan apabila dipakai oleh pemula Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan lain/minat lain. Disebabkan oleh penggunaan zatpsikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkannya, atau menggunakan zat untuk pulih dari akibatnya Tetap menggunakan zat meskipun menyadari ada akibat yang merugikan kesehatan. Misal : gangguan fungsi hati karena alcohol Perlu usaha untuk mengetahui bahwa pengguna bersungguh-sungguh dan sadar akan bahayanya
KRITERIA DIAGNOSTIK MENURUT DSM-TR-IV Suatu pola maldaptif penggunaan zat yang menimbulkan hendaya dan penderitaan klinis secara signifikan. Yang dimanifestasikan 3 hal berikut, berlangsung dalam 12 terakhir 25
www.repository.unimus.ac.id
1. Toleransi
Kebutuhan untukterusmeniingkatkan jumlahzat untuk mencapai intoksikasi/efek yang diinginkan
Penurunan
efek
yang
sangat
nyata
dengan
berlanjutnya
penggunaan zat dalam jumlah yang sama 2. Putus zat, dimanifestasikan sbb:
Karakteristik sindrom putus zat spesifik
Zat yang sama atau yang berkaitan dikonsumsi untuk mengurangi efek putus zat
3. Zat sering dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar atau dalam periode yang lebih lama daripada seharusnya 4. Terdapat
keingina
persisten,
atau
tidak
berhasil
dalam
upaya
mengurangiatau mengendalikan pemakaian 5. Menghabiskan banyak waktu untuk memperoleh zat untuk pulih dari efeknya Missal : mengunjungi banyak dokter untuk mendapatkan obat tersebut 6. Mengorbankan atau mengurangi aktivitas rekreasional, pekerjaan atau soaial yangpenting, karena penggunaan zat 7. Pengguaan zat berlanjut, meski menyadari ada masalah fisik atau psikologis rekuren yang disadarinya disebabkan oleh penggunaan zat
Tentukan apakah: Gejala diatas disertai ketergantungan fisiologis(bukti adanya toleransi/putus zat)no 1 dan 2 Tanpa ketergantungan fisiologis yaitu tidak ada bukti toleransi/putus obat- no 1 dan 2 tidak ada Penentuan perjalanan waktu
Remisi penuh dini
Remisi parsial dini
Remisi penuh berkelanjutan
Remisiparsial berkelanjutan 26
www.repository.unimus.ac.id
Dalam terapi agonis
Dalam lingkungan terkontrol
PENANGANAN DAN REHABILITASI Beberapa orang dengan ketergantungan zat akan hilang sendiri dengan bertambahnya usia. Pasien dengan kecanduan ringan, penanganan dalam waktu singkat juga akan efektif. Penatalaksanaan paling utama adalah mengubah motivasi dari pengguna untuk lepas dari zat. Selain itu perlu mengubah
lingkungan sehingga mendukung
penghentian. Terapi individu,terapi keluarga dan
terapi kelompok juga
diperlukan. Untuk mencegah relapas diperlukan juga terapi farmakologi sesuaidengan jenis kecanduan PENANGANAN DAN REHABILITASI MENURUT JENIS ZAT A. ALKOHOL
Dukungan keluarga dan lingkungan
Berkumpul dengan orang yang telah lepas dari ketergantungan
Pemeriksaan gangguan medis yang timbul karena alcohol
Istirahat cukup, nutrisi adekuat,vitamin multiple
Terapi detoksifikasi pada keadaan ringan, 5 hari sejak putus dengan zat depresan otak tidak berfungsi,maka sebagai gantinnya kita dapat mensubtitusi dengan depresan otak, kemudian obat subtitusi ini di tapering off selama 5 hari. Selain itu juga terapi detoksikasi social ditambah penggunaan α adrenergic agonis yang bekerja secara sentral juga sama efektifnya
Terapi detoksifikasi gejala yang berat : diberikan sesuai dengan gejala,bila agtasi beratsampai derilium benzodiazepine dapat digunakan pada hari pertama, kemudiuan tapering off selama 5 hari. Bila ada gejala psikotik, maka diberikan antipsikotik, haloperidol, kemudian di tapering off,bila terbukti ada kejang dapat diberikan antikonvulsan
27
www.repository.unimus.ac.id
Rehabilitasidan konseling Ada 3 komponen yaitu 1.mempertahankan motivasi untuk berrhenti, 2. Membantu usaha pasien dalam menyesuaikan diri dalamhidup yang bebas alcohol, 3. Pencegahan relaps
B. Amfetamin
Psikoterapi individual, keluarga, kelompok
Penanganan spesifik sesuai gejala missal ansietas terinduksi amfetamin diberikan ansiolitik dan anti psikotik(bila ada gejala psikosis), bila tidakada grjala psikosis berikan diazepam untuk agitasinya. Semua obat di tapering off
Bupropion untuk substitusi saat putus obat
C. Kafein
Analgesic, untuk nyeri otot
Benzodiazepine jarang diperlukan. Hanya dipakai 7-10 hari
Konseling perubahan perilaku dengan cara membuat jadwal konsumsi kafeinsendiri
D. KOKAIN
Strategi social biologis dan psikologis
Rawat inapuntuk abstinensia cocain
Terapipsikologis pada penderita, keluarga dan kelompok social
Heroin : diberikan ajuvan farmakologis metadon, Gangguan gangguan moodakkibat putus obat : diterapi dengan metal fenidat/lithium
Detoksifikasi
E. KANABIS
Abstinensia, rawat inap, pemantauan ketat zat dalam urin selama 4 minggu
Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok
Anti ansietas untuk terapi jangka pendek gejala putus obat
Bila ada gejala depresi dapat diberikan anti depresan
28
www.repository.unimus.ac.id
F. HALUSINOGEN
Psikosis terinduksi halosinogen : anti psikotik, lithium carbonat, anti depresan,anti konvulsan dan elektrokonvulsif
Terapi suporif, edukasional dan keluarga
Tujuan
terapi
adalah
pengendalian
gejala,
meminimalkan
perawatan Rumah sakit, berkembangnya pekerjaan harian, hubungan
social
dan
penatalaksanaan
komorbidseperti
ketergantungan alcohol G. OPIOID
Penangan overdosis ABCD,amankan jalan nafas, pasnag ventilasimekanik sampai naloxon dapat diberikan, secret pada jalan nafas diaspirasi Tanda perbaikan : laju nafasmeningkat, dilatasi pupil
Metadondiberikan untuk mengurangigejala putus obat
Psikoterapi individuberupa terapi perilaku kognitif, terapikeluarga dan kelompok pendukung
Komunitas terapeutik(komunitas yang anggotanya terdiri dari orang yang bermasalah sama) sehingga dapat saling memotivasi untuk
abstinensia,
megembangkan
kejujuran
pribadi,
dan
meningkatkan ketrampilan social
Swa – bantu dengan kelompok yang telah terbebas dari kecanduan
Edukai
tentang
tukar-menukarjarum
yang
membahayakan
berpotensi penularan HIV
Rujukan :
Bila terdapat gejala putus obat yang berat dan mengancam nyawa
Bila terdapat gangguan psikiatri berat
Tidak tersedia sarana dan obat untuk mengatasi ketergantungan dan putus obat
29
www.repository.unimus.ac.id
Prognosis Ketergantungan alcohol akan ditandai denga periode remisi dan kambuh. 40% penderita meninggal lebih awal(15 % karena bunuh diri, 30% karena bermasalah dengan alcohol). Sekitar 1/3 pecandu alcohol dapat pulih dari ketrgantungan.
30
www.repository.unimus.ac.id
BAB III PSIKOSIS (SKIZOFRENIA, GANGGUAN WAHAM MENETAP, PSIKOSIS AKUT, SKIZOAFEKTIF) 3.1. SKIZOFRENIA Kemampuan : 3A F.20.Skizofrenia F.20.1-9 Masalah Kesehatan Gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gangguan penilaian realita (waham dan halusinasi).Sekitar 1 % penduduk dunia
mengalami gangguan psikotik
selama hidupnya. Di Amerika sekitar 2 juta orang menderita skizofrenia. Skizofrenia banyak terjadi pada penduduk urban dengan sosial ekonomi rendah Etiologi a. Biologi Ditemukan pelebaran ventrikel 3 dan lateral, atrofi lobus temporal medial bilateral(girus hippocampus, parahipocampus dan amygdale). Terdapat disorientasispasial sel pyramid hippocampus, penurunan volume cortex prefrontal
dorsolateral.
GAngguan
hipokampus
dikaitkan
dengan
gangguan memori, Atrofi lobus frontalis dihubungkan dengan gejala negatif skizofrenia, Pada penderitaskizofrenia ditemukan antibody terhadap cytomegalovirus dalam LCS, terdapat limfosit yang teraktivasi pada LCS,
kelainan
hemisfer kiri, gangguan transmisi, pengurangan volume corpus callosum, pengecilan vermis cerebri, penurunan aliran darahdan metabolism glukosa dalam lobus frontal Peningkatan insiden
skizofrenia dihubungkan dengan BBLR,lahirpada
masa epidemic influenza, gangguan neurologi minor
31
www.repository.unimus.ac.id
b. Bokimia Hipotesis yang banyak ditemukan yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yang dihubungkan dengan aktivitas dopamine yang berlebihan, berdasar 3 penemuan utama
Aktivitas
antipsikotik
typical
bertujuan
memblokade
neurotransmitter dopamine pascasinaps
Psikosis amfetamin secara klinis sukar dibedakan
dengan
skizofrenia paranoid akut. Mengingat, amfertamin juga melepas dopamine sentral
Terdapatpeningkatan reseptor D pada nucleus caudataus, nucleus acumben dan putamen
Teori lain juga berhubungan dengan peningkatan
neurotransmitter
serotonin, kelebihan NE pada sistem limbic c. Genetik Skizofrenia adalah gangguan familial,meningkat pada saudara kembar terutama kembar monozigot. Anak yang orang tuanya menderita skizofrenia tetapi dirawat oleh orang normal, angka tejadian skizofrenia akan
sama
dengan
anak
yang
diasuh
oleh
orang
tua
skizofrenia.Angkakejadian skizofrenia meningkat jika da riwayat keluarga, dihubungkan dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal, gangguan obsesif kompulsif, gangguan kepribadian paranoid dan antisocial Terdapat bukti chromosomal linkange pada kromiosom no 6 d. Proses Keluarga Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal dilingkunagn keluarga yang penuh permusuhan,keluarga yang overprotektif, atau dikekang. Pola komunikasi keluarga yang kontradiktif memberikan kecenderungan anak menderita skizofrenia
32
www.repository.unimus.ac.id
Manifestasi Klinik
Gangguan proses pikir asosiasi longgar, ekolalia, overinklusif, neologisme, blocking, clanging,konkritisasi, alogia
Gangguan isi pikir waham : adalah suatu keyakinan yang salah yang menetap, tidak sesuai dengan fakta, diyakini 100% dan tidak dapat dipatahkan. Jenis waham antara lain : waham kejar, waham kebesaran, waham penyiaran isi pikir, waham penyisipan isi pikir, waham aneh, waham rujukan, waham mempengaruhi,
Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi pada beberapa pancaindra, pada skizofenia terutama halusinasi auditorik phonema
Gangguan emosi afek datar/ tumpul, afek tak serasi, afek labil
Gangguan perilaku berbagai perilaku yang tak sesuai atau aneh dapat terlihat . Misalnya sikap tubuh yang aneh, perilaku ritual, agresif, perilaku seksual yang tidak serasi biasanya gejala aktif ini berlangsung selama berminggu atau bulan. Kemudian pasien mengalami kekambuhan aktif dan periode remisi
Gangguan motivasi kehilangan kehendak atau tidak ada aktifitas. Biasanya gejala ini muncul jika akan terjadi kekambuhan.
Gangguan neurokognitif terdapat
gangguan atensi, gangguan
memori,menurunnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah serta fungsi eksekutif
Pedoman diagnosis berdasar ICD 10 dan PPDGJ III a. Pikiran bergema (thought echo), penarikan pikiran atau penyisipan pikiran (thought withdrawal atau thought insertion) dan penyiaran pikiran (thought broadcasting) b. Waham dikendalikan, waham dipengaruhi atau “passivity” , yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, pikiran, perbuatan atau perasaan khusus
33
www.repository.unimus.ac.id
c. Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien atau sekelompok orang yang sedang mendiskusikan pasien atau bentuk halusinasi suara lainnya yang datang dari bagian tubuh d. Waham menetap sejenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, missal mampu berkomunikasi dengan makhluk luar angkasa e. Overvalued ideas yang menetap yang terjadi setiap hari selama berminggu – minggu f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoheren atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, sikap tubuh tertentu atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor h. Gejala – gejala negative, seperti sikap masa bodoh, pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi antipsikotik i. Perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi hilangnya minat,tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam – diam dan penarikan diri secara sosial. Penggolongan Skizofrenia menurut PPDGJ III 1. Skizofrenia herbefrenik
Memenuhi criteria umum skizofrenia
Onset usia muda
Kepribadian premorbid : pemalu, soliter, tetapi tidak harus ada
Perilaku yang tidak bertanggung jawab,soliter, hampa tujuan, hampa perasaan
Afek dangkal dan tidak wajar(inappropriate)
Perasaan puas diri, senyum sendiri, giggling, menyeringi, grimacere, proses pikir yang mengalami disorganisasi dan inkohern 34
www.repository.unimus.ac.id
Gangguan afektif
dan berkehendak yang menonjol sehingga
timbulperilaku yang tidak bertujuan
Gangguan waham dan halusinasi yang tidak menonjol
2. Skizofrenia paranoid
Memenuhi criteria skizofrenia, ditambah halusinasi auditorik phoneme yang bersifat menyuruh, mengejek, mengancam. Halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal seperti berdengung, suara tawa,suara peluit
Waham yang menonjol adalah delution of control dan delution of insertion, delution of passivity, keyakinan dikejar-kejar orang
Gangguan afektif dan dan berkehendak dan pembicaraan tidak nyata
3. Skizofrenia tak terinci(undeferentiated)
Memenuhi criteria umum skizofrenia
Tidak memenuhi skizofrenia katatonik dan herbefrenik
Tidak memenuhi untuk skizofrenia presidual atau depresi pasca skizofrenia
4. Skizofrenia residual
Gejala negatif menonjol:perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek rumpul, pasif, tidak ada inisiatif, kualitas dan kuantitas
komunikasi
menurun,
komunikasi
non
verbal
memburuk, posisi tubuh, perawatan diri memburuk, kinerja sosial memburuk
Sedikitnya terdapat 1 episode psikotik aktif (gejala positif) sebelumnya
Setidaknya sudah setahun, sjak gejala positif waham dan halusinasi mennurun dan telah terjadi sindromnegatif skizofrenia
Tidak terdapat bukti adanya demensia atau gangguan mental organic, depresi kronis yang menjelaskan sindrom negatif tersebut
35
www.repository.unimus.ac.id
5. Skizofrenia simpleks
Gejala
negatif
yang
khas
dari
skizofrenia
residualtapi
tanpadidahului oleh riwayat gejala aktif sperti waham dan halusinasi atau manifestasi dari gejala psikotik akut
Disertai dengan perubahan perilaku yang mencolok : seperti berbuat sesuatu tanpa tujuan, gangguan minat, penarikan diri secara sosial
Gejala aktifpsikotik kurang jelas dibandingkan dengan gangguan skizofrenia lain
Pedoman Diagnostik Minimal satu gejala yang jelas (dua atau lebih bila gejala kurang jelas)yang tercatat pada kelompok a sampai d di atas , atau paling sedikit dua gejala dari kelompok e sampai h, yang harus ada dengan jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi – kondisi yang memenuhi persyaratan pada gejala tersebut tetapi lamanya kurang dari satu bulan (baik diobati atau tidak) harus di diagnosis sebagai gangguan psikotik lir skizofrenia akut Secara retrospekstif, mungkin terdapat fase prodromal dengan gejala – gejala dan perilaku kehilangan minat dalam bekerja, dalam aktifitas (pergaulan) sosial, penelantaran penampilan pribadi dan perawatan diri, bersama dengan kecemasan yang menyeluruh serta depresi dan preokupasi yang berderajat ringan, mendahului awitan gejala – gejala psikotik selama berminggu – minggu bahkan berbulan – bulan. Karena sulitnya menentukan onset kriteria lamanya satu bulan berlaku hanya untuk gejala – gejala khas tersebut di atas dan tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal Diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan bila terdapat secara luas gejala – gejala depresif atau manic kecuali bila memang jelas, bahwa gejala – gejala skiizofrenia itu mendahului gangguan afektif tersebut
36
www.repository.unimus.ac.id
Skizofrenia tidak dapat didiagnosis bila terdapat penyakit otak yang nyata, atau dalam keadaan intoksikasi atau putus zat Pedoman diagnose Skizofrenia berdasar DSM-TR-IV
Berlangsung sedikitnya 6 bulan
Hendaya pada fungsi sosial, pekerjaan, perawatan diri dan pemanfaatan waktu luang
Terdapat gejjalaaktif psikosis(sepertidisebutkan diatas) selama periode tertentu
Tidak ditemukan gejala yang mengarah kepada gangguan skizoafektif,gangguan mood mayor, atau gangguan organik
Klasifikasi Psikosis Menurut DSM IV a. Type disorganisasi Afek tumpul, tolol, tidakserasi Sering inkoheren Waham tidak simetris, menyeringai, manerisme yang aneh sangat sering ditemui b. Type katatonik Stupor kataton/ mutisme Negativism katatonik Rigiditas katatonik Postur katatonik Kegembiraan katatonik c. Type paranoid Paling sering dan paling stabil Waham paranoid yang konsisten yang kadang tidak dapat diatasi oleh pasien Tidak kooperatif, agresif, mudah marah Jarang memperlihatkan perilaku inkoheren dan disorganisasi d. Type yang tidak terdeferensiasi Halusinasi menonjol, waham dan dan gejala psikotik aktif menonjol(misal inkoheren atau kebingungan), tapi tidakspesifik pada ke tiga type diatas 37
www.repository.unimus.ac.id
e. Type residual Pasien dalam masa remisi psikosis akut, tapi masih memperlihatkan gejala residual(penarikan diri, afek datar/tidak serasi, perilaku ekstrensik, asosiasi longgar dan pikiran tidak logis)
Diagnosis Banding 1. Gangguan kondisi medis umum misalnya epilepsy lobus temporalis, stadium awal multiple sklerosis dan sindrom lupus eritematosus 2. Penyalahgunaan alkohol dan zt psikoaktif 3. Gangguan skizoafektif 4. Gangguan afektif berat 5. Gangguan waham 6. Gangguan kepribadian skizotipal 7. Gangguan kepribadian schizoid 8. Gangguan kepribadian paranoid
Penatalaksanaan a. Fase akut
Farmakoterapi Terapi bertujuan mencegahpasien melukai dirinya atau orang lain, mengendalikan perilaku yang merusak, mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah Obat injeksi :
olanzapine, dosis 10mg/injeksi, im, dapat diulang tiap 2 jam, dosis maks 30mg/hr
haloperidol, dosis 5 mg/injeksi, im, dapatr diulang tiap setengah jam, dosis maks 20mg/hr
diazepam 10mg/injeksi, iv/im, dosis maks 30 mg/hr
38
www.repository.unimus.ac.id
obat oral pemilihan antipsikotika ditentukan oleh pengalaman pasien sebelumnya. Pada fase akut obat segera diberikan setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkanperlahan secara bertahapdalam waktu 1-3 minggu sampai dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala
Psikoedukasi Tujuan intervensi mengurangi stimulus yang berlebihan, stressor lingkungan dan peristiwa kehidupan.
Terapi lain ECT
b. Fase stabilisasi
Farmakoterapi Tujuan adalah mempertahankan remisi gejala atau mengontrol, meminimalisasi
risiko
atau
konsekuensi
kekambuhan
dan
mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan. Setelah diperoleh dosis optimal, dosis dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat diberikan antipsikotika jangka panjang setiap 2-4 minggu
Psikoedukasi Tujuan
adalah
meningkatkan
keterampilan
orang
dengan
skizofrenia dan keluarga dalam gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat diri, mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan
c. Fase rumatan
Farmakoterapi Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai dosis minimal yang masih mampu mencegah kekambuhan
Psikoedukasi
39
www.repository.unimus.ac.id
Tujuan adalah mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan masyarakat
Indikasi Rawat Keadaan derilium, ancaman bunuh diri, membunuh atau penderita yang tidak mempunyai dukungan dimasyarakat Apabila memungkinkan rawat jalan karena rawatlama dirumah sakit berefek pada penarikan diri dan kehilangan keterampilan Apabila dirawat ciptakan lingkungan perawatan
yang mendukung, bebaskan
pasien selama tidak membahayakan, Ciptakan tempat pasien mengembangkan keterampilan, peningkatan komunikasi interpersoinal dan mengajarkan metode baru dalam penyelesaian masalah.
Selain itu diajarkan modifikasi perilaku
tertentu yang dapat diterima dimasyarakat
Prognosis Perjalanan penyakit bersifata kronis. Terdapat skizofrenia proses( perjalanan penyakityang berangsur-angsur dari akut sampai mengalami kemunduran kronis) dan skizofrenia reaktif yang onsetnya cepat dan prognosa baik. Apabila dominan gejala positif, maka akan berespon terhadap antipsikotik, tetapi gejala negatif tidak berespon terhadap antipsikotik typical namun berespon baik terhadap antipsikotik atypical Berprognosis baik jika:
Onset ke fase aktif cepat
Onset setelah umur 30 tahun
Fungsi sosial dan pekerjaan pada fase premorbid baik
Terjadi kebingungan yang jelas dan gambaran emosi yang menonjol pada saat periode akut(gejala positif)
Stressor jelas
Tidak ada bukti kelainan SSP
Tidak ada riwayat keluarga yangmenderita skizofrenia
40
www.repository.unimus.ac.id
3.2. GANGGUAN WAHAM Kemapuan : 3 A F.22 F.22.0 Gangguan waham menetap F.22.8 Gangguan waham menetap lainnya F.22.9. Gangguan waham menetap YTT
A. PENGERTIAN Waham adalah keyakinan yang salah terhadap sesuatu yang eksternal, yang tidak sejalan dengan sosiokultur dan intelegensi sesoerang, dan tidak dapat dikoreksidengansatu alas an. Syarat waham
Non realistic
Egosentris berasal dari diri pasien
Tidak dapat dipatahkan
100% diyakini
Tidak logis
Waham menurut konsepnya terbagi menjadi 1. Waham sistematis: keyakinan palsu yang dihubungkan dengan suatu peristiwa, tanggal atau tema yang melibatkan situasi menurut pikiran terjadipad kehidupan nyata. 2. Waham bizarre : keyainan yang salah bersifat non realistic dihubungkan dengan pengalaman hidupnya Waham Berdasarkan Temanya:
Waham erotomania : waham yang menganggap status yang lebih tinggi darinya jatuh cinta padanya
Waham kebesaran :
type waham ini terdapat kekuatan,
kemampuan, penghargaan atau identitas yang berlebih
Waham cemburu : waham yang menganggap pasangan seksual tidak setia
41
www.repository.unimus.ac.id
Wahamkejar : orang yangdekat dianggap diperlakukan dengan kasar
Waham somatic:menganggap bahwa iamempunyai cacat fisik atau kondisi medis umum
Waham campuran : keadaan yang memperlihatkan campuran diatas tapi tidak ada salah satu yang menonjol
Gangguan Waham
adalah Gangguan waham
non bizarre sekurang-
kurangnya 1 bulan dan tidak disebabkan gangguan psikiatri lain Tidak bizarre bahwa waham mengenai pengalaman dalam kehidupan nyata, mereka mengalami fenomena tersebut walaupun tidak nyata Missal : dicintai dari jauh, diikuti orang dan lain-lain B. Masalah Kesehatan Pasien biasanya umur 40 an. Dapat dikenali karena sistem wahamnya dikenali oleh keluarga dan teman dekatnya. Sukar dididiagnosa karena pasien sangat tidak percaya dengan pemeriksa. C. Etiologi Factor biologis : dapat terjadi karena zatpsikoaktif, tumor pada daerah limbic dan ganglia basalis. Teori Psikodinamika: anggapan tentang orang yang hipersensitif, dan mekanismeego spesifik, (formasi reaksi, penyangkalan dan proyeksi) D. Kriteria Diagnostik Gangguan Waham menurut DSM-IV-TR
Waham
tidak bizarre(melibatkan situaasi dalam kehidupan
nyata(merasa diikuti, merasa diracun, merasa terifeksi)sekurang kurangnya 1 bulan
Kriteria A skizofrenia tidak terpenuhi Halusinasi taktil dan olfaktori dapat terjadi.
Berbeda dengan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak terganggu secara nyata,perilaku tidak secara jelas aneh dan bizarre
Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya lebih singkat dari durasi totalwaham 42
www.repository.unimus.ac.id
Gangguan waham tidak disebabkan oleh efek fisiologis oleh zat secara
langsung (missal penggunaan obat atau kondisi medic
umum) Kriteria menurut PPDGJ
Waham merupakan satu-satunya cirri khas yang mencolok,dapat tunggal maupun suatusistem waham setidaknya sudah berlangsung 3 bulan
Gejala
depresifmungkin
intermiten,
tapi
waham
tetapadawalauperiode afekyif hilang
Tidakada kelainan otak
Tidakboleh ada halusinasi auditorik,bila ada hanya sementara
Tidak ada gejala skizofrenia
E. Anamnesis
Terdapat pemikiran yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan
Berupa pengalaman hidup sehari-hari
Periode sekurang-kurangnya 1 bulan
Riwayat premorbid : sering berhubungan dengan hokum, terdapat gangguan kepribadian, , mempunyai lingkungan social yang tidak sesuai harapannya, depriviasi sosioekonomik, isolasi social, terdapat peristiwa yang tidak menyenangkan yang membuat pasien defensive
Terdapat gangguan kepribadian paranoid,
F. Pemeriksaan status psikiatri
Deskribsi umum :
penampilan dapat rapi, layak tapi juga dapat berpenampilan ekstensik.
Tidak ada disintegrasi kepribadian atau disintegrassi aktivitas harian menyeluruh
Bersikap aneh, bermusuhan, curiga
43
www.repository.unimus.ac.id
Pada pemeriksaan psikiatri dapat normal kecuali pada isi pikiran (terdapat waham)
Tidak mempunyai halusinasi yang menonjol dan bertahan
Halusinasi taktil dan olfaktori terjadi jika sesuai wahamnya, terkadang ada yang mempunyai halusinasi pendengaran dan penglihatan
Type waham -
Waham kejar :
Waham kejar dan waham cemburu merupakan gangguan waham yang sering dijumpai. Pada gangguan waham kejernihan pikiran dan elaborasi sistemik tidak mengganggu fungsi, tidak ada gangguan psikopatologi lain, tidak ada gangguan kepribadian atau gangguan pada sebagian fungsi -
Waham cemburu:
Disebut juga paranoia conjugal(waham bahwa pasangan tidak setia) Waham ini biasanya mengenai laki-laki tapi tidak terdapat gangguan psikiatri lain. Timbul mendadak,biasanya berhubungan dengan peristiwa dimasa lalu yang melibatkan pasangan. Hanya bisa dikuarang dengan berpisah dengan pasangan Gejala berupa cemburu yang patologis, epilepsy gangguan mood,penyalahgunaan zat dan alcohol. Cemburu patologis ini berpotensi membahayakan pasangan, atau bunuh diri -
Waham erotomania Biasanya perempuan, penampilan tidak menarik, bekerja pada tingkat
rendah,
menarik
diri,
jarang
kontak
seksual.
Menganggap dia punya kekasih rahasia yang jauh lebih baik dari dirinya Apabila dialami laki-laki dia akan bertindak agresif dan melakukan kekerasan dalam mengejar cinta.
44
www.repository.unimus.ac.id
-
Waham somatic Waham menetap,tidak dapat dibantah dan sangat kuat secara total meyakini bahwa dirinya mempunyai gangguan fisik. Macamnya 1. Waham infestasi (parasit) dalamubuhnya 2. Waham dismorfofobia (bentuk tidak menyenangkan) 3. Waham bau tubuh tidak sedap, halistosis Pasien lebihbanyak berkunjung ke dokter spesialis lain untuk menghilangkan ‘Kelainan fisiknya’ berhubungan dengan riwayat kecanduan zat, cedera kepala. Terkadang ada gejala kekerasan, kemarahan depresi bahkan bunuh diri akibat penderitaannya
-
Waham kebesaran/ megalaomania : merasa dirinya penting, tinggi derajadnya
-
Waham campuran : campuran 2/lebih tema waham, tanpa satu type waham menonjol
-
Waham tak terinci Tidak dapat digolongkan pada salah jenis waham Dapat disebabkan dimensia, epilepsy, gangguan organic Dapat berlangsung singkat, rekuren, persisten
Gangguan Waham Terinduksi (shared PhysicoticDisorder)
Gangguan ditandai dengan transferwaham dari orang satu keorang lain, kkedua oang itusangat dekat dan hidup bersamadalam waktu yang lamadan terisolasi sosial
Orang pertama yang mengalami gangguan mempunyai gangguan yang bersifat kronis
Orang yang terpengaruh biasanya orang yang mudah tersugesti, mudah tertipu, kuarng cerdas, kurang menghargai diri sendiri 45
www.repository.unimus.ac.id
Faktor Risiko
Ada pengaruh kuat
Intelegensi rendah
Usia tua
Gangguan sensorik
Penyakit serebrovasculer
Pengguanaan alcohol
Factor genetik
G. Diagnosa banding -
Gangguan psikotik akut predominan waham
-
Skizofrenia paranoid
-
Gangguan kepribadian paranoid
-
Derilium
-
Demensia
-
Gangguan terkaitpenggunaan zat psikoaktif
-
Malingering
-
Gangguan buatan (factitious)
H. Terapi Gangguan waham sering resisten terhadap terapi. Tujuan terapi diarahkan pada morbidias dan mengurangi efek gangguan waham terhadap kehidupan pasien Tujuan pengobatan yang lain adalah menegakkan diagnose, perencanaan terapi yang efektif, dan menangani komplikasi Untuk waham terinduksi, pasien harus dirawat inap supaya memutus kontak dengan pengaruh waham yang lain Jenisnya: 1. Psikoterapi Membangun hubungan yang aik dengan terapis Terapi individual lebih baik Terapi perilaku,terapi kognitif, dan suportif yang berorientasi pemahaman 46
www.repository.unimus.ac.id
Dokter
menekankan
membantu
mengurangi
iritabilitas
tanpa
menunjukkan waham dapat diobati Dokter tidak boleh menentang dan menyetujui waham yang diutarakan Dokter tidak memberikan kepuasan berlebih padapasien karena menimbulkan bahaya kekerasan dan kecurigaan pasien Tujuan akhiradalah membantu pasien meragukan persepsinya Libatkan keluarga Tanda pengobatan berhasil bukan pengurangan waham, tapi interaksi social yang memuaskan 2. Rawat inap Alasan : -
Ingin mengevaluasi kelainan neurologis, psikiatri secara lengkap, ingin mengetahui apakah ada kondisi medis umum yang menyebabkan waham
-
Pasien tidak dapat mengontrol impuls kekerasan,seperti bunuh diri/melukai orang lain
-
Perilaku pasien secara signifikan mempengaruhi fungsi dan hubungandengan keluarga
3. Farmakoterapi -
Apabila terdapat kegawatan psikiatri, agitasi, berikan anti psikotik intreamuscular
-
Jangan
memaksakan
memberri
farmakoterapi,
bangun
kepercayaan dulu dengan pasien -
Pemberian antipsikotik sering gagal, berhubungan juga dengan kkepatuhan
-
Pertimbangkan penggunaan antidepresan
-
Gawat darurat psikiatri
-
Agitasi
K. Penyulit
47
www.repository.unimus.ac.id
L. Rujukan -
Gawat darurat psikiatri
-
Waham terinduksi
-
Agitasi
M. Prognosis Keberhasilan terapi bergantung pada kemapuan psikiater dalam membangkitkan respon kepercayaan orang lain Ada tidaknya, konflik interpersonal, frustasi dan kegagalan yang terjadi pada pasien Keteraturan minum obat
3.3. GANGGUAN SKIZOAFEKTIF Kemampuan 3A ICD X.F.25. Gangguan Skizoafektif A. Definisi Adalah istilah yang digunakan pada keadaan terdapat gejala skizofrenia persisten (delusi dan halusinasi) dan gejala afektif berat (mood depresif, manic,campuran) yang terjadi secara bersamaan. Akan tetapi gejala skizofenia lebih dominan B. Masalah Kesehatan Gangguan skizoafektif, terjadi pada 0,2 % dari populasi umum di Amerika. 9% dari penderita skizoafektif Gangguan skizoafektif
dirawat di Rumah Sakit.
lebih sering angka kejadiannya dibanding
gangguan bipolar. Meningkat dengan adanya riwayat keluarga. C. Faktor Risiko
Skizoafektif depresi lebih sering pada orang tua
Tipe bipolar lebih sering pada dewasa muda
Prevalensi perempuan lebih tinggi, terutama wanita menikah
Awitan perempuan lebih lanjut
Apabila terjadi pada laki-laki maka akan bersamaan dengan perilaku antisocial dan afek yang tumpul 48
www.repository.unimus.ac.id
D. Gambaran klinis 1.Kriteria diagnosis menurut DSM-IV-TR
Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu depresif mayor, episode manic, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan criteria skizofrenia Periode depresif mayor harus mencakup criteria skizofrenia dengan mood terdepresi
Selama periode penyakit yang sama terdapat waham dan halusinasi selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol
Gejala yang memenuhi criteria episode mood, timbul dalam jumlah bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit
Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis penggunaan zat psikoaktif Tentukan type : Bipolar apabila gejala mencakup episode manic dan campuranaau campuran manic dan depresif mayor Type depresif apabila hanya mencakup depresi mayor
2.Kriteria menurut PPDGJ III
Diagnose dibuat jika gejala skiziofrenia dan afektif sama-sama menonjol dalam satu waktu
Apabila gejala tidak muncul dalam satu waktu makatidak bisa menegakkan diagnose
Apabila pasien mengalami depresi setelah mengalami gejala psikotik maka masukkan dalam diagnose depresi pasca skizofrenia (F.20.4). Beberpa pasien akan mengalami gangguan skizoafektif manik dan depresi atau campuran.
E. Gejala Klinis Gejala psikotik : waham (bizarre, pikiran yang disiarkan, pikiran yang dikendalikan dari luar, ada kekuatan dari luar yang mengendalikan tindakannya), halusinasi (mendengar suara-suara yang tidak ada objeknya) 49
www.repository.unimus.ac.id
Gejala afektif : Afek depresif : Afek manic: enerrgi yang berlebihan, waham kebesaran, waham kejar, agresif, iritabel, Afek campuran F. Diagnosa Laboratoris Scan otak bila perlu untuk menyingkirkan kelainan vascular Periksa apakah ada zat psikoaktif dalam darah Adakah focus epileptikdengan pemeriksan EEG G. Diagnosa banding Gangguan skizoafektif akibat zat(amfetamin, fensiklidin, atau steroid eksogen) H. Prognosis Prognosis sulit ditentukan karena perjalananyang tidak pasti Adanya gejala skizofrenik memperlihatkan hasil yang lebih buruk Setelah 1 tahun,apabila gejala dominannya afektif, prognosis lebih baik Semakin lamagangguan, akan lebih mengarah ke prognosis buruk, skizofrenia I. Terapi 1. farmakoterapi Pemberian mood stabilizer untuk gangguan bipolar dan skizoafektif. Karbamazepin efektif unytuk gangguan skizoafektif type depresif. Dalam prakteek penggunaannya secara luas dan dikombinasi dengan agen psikotik. Pada episode manic, terapi menggunakan mood stabilizer agresif sampai kadar dalam darah adekuat. Pada masa pemeliharaan pemberiaan dosis dapat dikurangi sampai dosis minimal efektif Pantau fungsi hepar dan ginjal jugafungsi hematologis untuk mengetahui efek samping obat Pada mania yang sulit disembuhkan dapat diterapkan ECT
50
www.repository.unimus.ac.id
Pada periode depresif mayor, membutuhkan antidepresan.Tujuan pengobatan bukan mengubah depresifmenjadi manic dengan cepat. Pengobatan dengan antidepresan harus memperhatikan kegagalan obat sebelumnya.SSRI digunakan sebagi lini pertama. Pada keadaan mood depresif, pemakaian ECT dapat dipertimbangkan Penggunaan
antipsikotik
bermanfaat,
terkadang
lithium
lebih
bermanfaat. 2. Pengobatan psikososial Terapi psikososial berupa terapi keluarga, latihan keterampilan dan rehabilitasi kognitif. Pasien dan keluarga harus menerima penjelasan bahwa spektrumpenyakit sangat luas jadi sulit menentukan prognosis penyakit. Keluarga disiapkan dalam menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien. Pemberian regimen obatmungkin lebih rumit, jadi perlupendidikan farmakologis untuk keluarga
3.4. GANGGUAN SKIZOAFEKTIF BIPOLAR EPISODE MANIK No.ICPC II : No. ICD X : F.30 Tingkat Kemampuan : 3A Masalah Kesehatan Gangguan afektif bipolar memiliki sifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (hipomania&mania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Ciri khas dari gangguan bipolar adalah adanya penyembuhan sempurna antar episode. Untuk episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu hingga 4-5 bulan. Episode sering terjadi setelah stress yang berat atau trauma mental lain. Episode mania dihubungkan dengan tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron khususnya pada sistem limbik.
51
www.repository.unimus.ac.id
Anamnesis Gejala gangguan bipolar episode manik : -
Peningkatan mood/suasana perasaan
-
Lekas marah/mudah tersinggung/iritabel
-
Peningkatan aktivitas
-
Kebutuhan tidur yang berkurang
-
Ide-ide tentang kebesaran dan optimistik
-
Ekspresif
-
Lebih banyak bicara/adanya dorongan untuk terus berbicara
-
Perhatian mudah teralih
-
Keterlibatan berlebih dalam aktivitas yang mengandung kemungkinan risiko tinggi merugikan apabila tidak bijaksana seperti belanja berlebihan, tingkah laku seksual yang terbuka, penanaman modal secara bodoh, mengebut secara tidak bertanggungjawab dan lainnya
-
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan penyebab gangguan ini : -
Faktor genetik
-
Faktor lingkungan
-
Faktor psikososial
-
Dan sebagainya
Pemeriksaan Fisik dan Status Mental Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan ini kemungkinan didapatkan hasil yang normal, sedangkan pada pemeriksaan status mental,dapat diperoleh simptom seperti : -
Penampilan : tidak wajar,mencolok,berlebihan/tidak sesuai
-
Mood euforik/iritabel
-
Bicara : kuantitas berlebih (sampai tidak dapat disela), kualitas kurang
-
Arus pikir : flight of idea, word salad, neologisme, inkoherensi (manik akut)
-
Isi pikir : dapat disertai waham
52
www.repository.unimus.ac.id
-
Bentuk pikir : dapat nonrealistik maupun realistik
-
Persepsi : dapat disertai halusinasi dan/ ilusi
-
Sensorium dan kognisi : kemungkinan berkurang
-
Pengendalian impuls : kurang (sulit dikendalikan)
-
Judgement : buruk (kemungkinan pelanggaran aturan sangat tinggi)
-
Tilikan : biasanya buruk
-
Reliabilitas : sering tidak dapat dipercaya
Penegakan Diagnosis (Assessment) Berdasarkan PPDGJ III Gangguan Bipolar Episode Manik dapat digolongkan lagi menjadi beberapa diagnosis : 1. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik (F31.0) Pedoman Diagnostik :
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan
Harus
ada
sekurang-kurangnya
satu
episode
afektif
lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau Pedoman Diagnostik untuk Hipomania : -
Derajat gangguan lebih ringan dari mania ( F30.1), afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurangkurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia (F34.0) dan tidak disertai halusinasi atau waham.
-
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
2. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik (F31.1) Pedoman Diagnostik :
53
www.repository.unimus.ac.id
Episode yang sekarang sekurang-kurangnya harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1), dan
Harus
ada
sekurang-kurangnya
satu
episode
afektif
lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau Pedoman Diagnostik untuk Mania tanpa Gejala Psikotik : -
Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
-
Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran (grandiose idea) dan terlalu optimistik.
3. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik (F31.2) Pedoman Diagnostik :
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2)
Harus
ada
sekurang-kurangnya
satu
episode
afektif
lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau Pedoman Diagnostik untuk Mania dengan gejala Psikotik : -
Gambaran klinis merupakan bentuk yang lebih berat dari mania tanpa gejala psikotik
-
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
Diagnosis Banding 1.
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik : hipertiroidi, anoreksia nervosa, masa dini dari “depresi agitatif”, hipomania
54
www.repository.unimus.ac.id
2.
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik : mania dengan gejala psikotik, skizofrenia, skizoafektif tipe manik.
Komplikasi Pada bentuk yang berat dapat menjadi gangguan jiwa yang berat, sesuai dengan waham atau halusinasi yang dialami.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Terapi untuk gangguan ini tentu saja gabungan antara farmakoterapi dan psikoterai ( terapi psikososial, terapi interpersonal, terapi keluarga, terapi kognitif, terapi perilaku). Farmakologi :Pengobatan sesuai episode yaitu mania : 1.
Pada keadaan akut : haloperidol (plus lithium carbonate), carbamazepine, asam valproat, divalproex
2.
Untuk profilaksis : lithium carbonate (alternatif yang dapat dipakai : carbamazepine atau asam valproat)
Sediaan dan dosis : a.
Lithium carbonate (frimania) : tablet 200-300-400-500mg, dosis : 250500 mg/h
b.
Haloperidol (haloperidol, haldol, serenace) : tablet 0,5-1-1,5-2mg ; liq 2mg/ml ; ampul 5mg/cc, dosis : 4,5-15mg/h atau 5mg (im) setiap 2jam maksimal 100mg/h
c.
Carbamazepine : tablet/kapsul 200mg , dosis : 400-600mg/h atau 2-3x per hari
d.
Asam valproat : syrup 250mg/5ml, dosis : 3x250mg/h
e.
Divalproex Na : tablet 250 mg , dosis : 3x250mg/h
Catatan : -
Perhatikan efek samping dan gejala intoksikasi lithium carbonate. Terdapat pula efek teratogenik pada ibu hamil.
55
www.repository.unimus.ac.id
-
Jika terjadi intoksikasi lithium : forced diuresis dengan NaCl 0,9% iv 10 cc, bila perlu hemodialisis. Pencegahan dengan banyak minum air, sekitar 2500cc per hari.
-
Efek obat lithium carbonate terjadi setelah 7-19 hari pengobatan.
-
Sebelum dan selama pengobatan dengan lithium carbonate harus dilakukan pemeriksaan : kadar serum Na dan K, tes fungsi ginjal dan kelenjar tiroid, pemeriksaan EKG.
Konseling dan Edukasi -
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami
-
Menjelaskan bahwa pasien membutuhkan psikoterapi selain obat-obatan
-
Menjelaskan bahwa pasien perlu bersikap terbuka untuk kepentingan penyembuhan
-
Menjelaskan bahwa pasien harus patuh terhadap aturan pemakaian obatobatan yang diberikan.
Kriteria Rujukan -
Apabila pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan pendekatan psikologis dan obat standar dari dokter lini pertama.
Prognosis Gangguan afektif bipolar baik manik maupun depresif sangat mungkin terjadi kekambuhan (terjadi beberapa episode).
3.5. GANGGUAN BIPOLAR, EPISODE DEPRESI No.ICPC II : No. ICD X : F.31 Tingkat Kemampuan : 3A Masalah Kesehatan Gangguan afektif bipolar memiliki sifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu
56
www.repository.unimus.ac.id
tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (hipomania&mania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Ciri khas dari gangguan bipolar adalah adanya penyembuhan sempurna antar episode. Untuk episode depresi biasanya cenderung lebih lama, sekitar 6 bulan hingga 1 tahun, namun jarang melebihi 1 tahun. Episode depresi juga sering terjadi setelah stress yang berat atau trauma mental lain. Anamnesis Gejala gangguan bipolar episode depresi : -
Perasaan murung
-
Hilang minat dan rasa senang
-
Kurangnya tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
-
Penurunan konsentrasi dan perhatian
-
Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
-
Pikiran terfokus perihal dosa dan rasa diri tidak berguna lagi
-
Pesimistik
-
Gagasan melukai diri sendiri/bunuh diri
-
Gangguan tidur
-
Pengurangan nafsu makan
-
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan penyebab gangguan ini : -
Faktor genetik
-
Faktor lingkungan
-
Faktor psikososial
-
Dan sebagainya
Pemeriksaan Fisik dan Status Mental Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan ini kemungkinan didapatkan hasil yang normal, sedangkan pada pemeriksaan status mental,dapat diperoleh simptom seperti :
57
www.repository.unimus.ac.id
-
Penampilan/kesan umum : retardasi psikomotor, postur membungkuk, pandangan putus asa, memalingkan pandangan,sulit bergerak spontan sampai kataton.
-
Mood depresif
-
Bicara : kuantitas dan kualitas cenderung berkurang
-
Arus pikir : flight of idea, word salad, neologisme, inkoherensi (manik akut)
-
Isi pikir : dapat disertai waham sesuai mood.
-
Bentuk pikir : dapat nonrealistik maupun realistik
-
Persepsi : dapat disertai halusinasi dan/ ilusi
-
Sensorium dan kognisi : kemungkinan berkurang (atau malas menjawab pertanyaan yang diberikan)
-
Pengendalian impuls : dapat sulit dikendalikan atau sebaliknya tidak memiliki energi untuk bertindak.
-
Judgement : buruk (kemungkinan pelanggaran aturan sangat tinggi)
-
Tilikan : biasanya buruk
-
Reabilitas : pasien dapat memberikan informasi palsu sehingga klinisi harus jeli.
Penegakan Diagnosis (Assessment) Berdasarkan PPDGJ III Gangguan Bipolar Episode Depresidapat digolongkan lagi menjadi beberapa diagnosis : 1. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang (F31.3) Pedoman Diagnostik :
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0) atau sedang (F32.1); dan
Harus
ada
sekurang-kurangnya
satu
episode
afektif
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau Pedoman Diagnostik untuk Depresi Ringan : -
Sekurang-kurangnya terdapat 2 gejala utama; 58
www.repository.unimus.ac.id
lain
-
Ditambah sekurang-kurangnya 2 gejala lainnya
-
Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
-
Lamanya episode sekurang-kurangnya selama 2 minggu
-
Hanya sedikit kesulitan dalam hal pekerjaan dan lingkungan sosialnya
Pedoman Diagnostik untuk Depresi Sedang : -
Sekurang-kurangnya terdapat 2 gejala utama;
-
Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya (sebaiknya 4)
-
Lamanya episode sekurang-kurangnya selama 2 minggu
-
Terdapat kesulitan yang nyata dalam hal pekerjaan,lingkungan sosial, dan urusan rumah tangga. Gejala Utama : afek depresif, hilangnya minat dan kegembiraan, berkurangnya energi menuju keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas Gejala Lainnya : konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan terganggu.
2. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik (F31.4) Pedoman Diagnostik :
Episode yang sekarang sekurang-kurangnya harus memenuhi kriteria untuk episode Depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
Harus
ada
sekurang-kurangnya
satu
episode
afektif
lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau Pedoman Diagnostik untuk episode depresif berat tanpa Gejala Psikotik : -
Semua 3 gejala utama harus ada.
-
Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya dan diantaranya harus berintensitas berat 59
www.repository.unimus.ac.id
-
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau/ tidak mampu memaparkan gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian penilaian secra menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
-
Lamanya episode biasanya selama 2 minggu, namun apabila gejala sangat berat dan onset sangat cepat maka dibenarkan penegakan diagnosis episode depresif berat dalam waktu kurang dari 2 minggu.
-
Sangat tidak mungkin pasien dapat meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali dalam hal yang sangat terbatas.
3. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik (F31.5) Pedoman Diagnostik :
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2)
Harus
ada
sekurang-kurangnya
satu
episode
afektif
lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau Pedoman Diagnostik untuk episode depresif berat dengan gejala Psikotik : -
Episode depresif berat memenuhi kriteria untuk F32.2, dan
-
Disertai waham,halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab atas itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek.
Diagnosis Banding -
Episode depresif
-
Gangguan depresif berulang
-
Gangguan susana perasaan yang menetap
60
www.repository.unimus.ac.id
Komplikasi Pada bentuk yang berat dapat menjadi gangguan jiwa yang berat, sesuai dengan waham atau halusinasi yang dialami, dan bunuh diri.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Terapi untuk gangguan ini tentu saja gabungan antara farmakoterapi dan psikoterai ( terapi psikososial, terapi interpersonal, terapi keluarga, terapi kognitif, terapi perilaku). Farmakologi :Pengobatan sesuai episode yaitu depresi : 1. Golongan anti-depresi trisiklik : amitriptilin (acuan), imipramin, clomipramin, tianeptine 2. Golongan anti-depresi tetrasiklik : maprotilin, mianserin, amoxapine 3. Golongan anti-depresi MAOI-reversible (reversible inhibitor of monoamine oxydase-A) 4. Golongan anti-depresi SSRI (selective serotonin reiptake inhibitor) : sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine, duloxetine, citalofarm 5. Golongan anti-depresi atypical : trazodone, mirtazapine, venflafaxine. Beberapa contoh sediaan dan dosis : 1.
Amitriptyline : drag 25mg, dosis : 75-150mg/h
2.
Imipramine : tablet 25mg, dosis : 75-150mg/h
3.
Setraline : tablet dan kaplet 50mg, dosis : 50-100mg/h
4.
Fluoxetine : kaplet 20mg, tablet 20mg, kapsul 10-20mg, dosis : 2040mg/h
5.
Veniafaxine : kapsul 75mg, dosis : 75-150mg/h
6.
Trazodone : tablet 50-150mg, dosis : 100-200mg/h
7.
Meclobemide (MAOI) : tablet 50mg, dosis : 300-600mg/h
Catatan : -
Efek samping : sedasi, antikolinergik, anti-adrenergik alfa, neurotoksis.
-
Overdosis trisiklik atropine toxic syndrome eksitasi SSP, hipertensi,
konvulsi,
toxic
confusional
61
www.repository.unimus.ac.id
state
(confusion,delirium,disorientation) gastric lavage, diazepam 10mg i.m, monitoring EKG. -
Perhatikan interaksi obat : SSRI/TCA+MAOI = serotonin malignant syndrome; MAOI+simpatomimetik = krisis hipertensi; MAOI+senyawa tyramine = krisis hipertensi.
-
Mengingat profil efek sampingnya, sebaiknya klinisi pada layanan primer mengikuti urutan pemilihan obat sebagai berikut : golongan SSRI trisiklik tetrasiklik / atypical/ MAOI
-
TCA memiliki efek teratogenik
-
Onset efek primer tercapai dalam waktu 2-4 minggu, efek sekunder sekitar 12-24 jam, waktu paruh 12-48 jam (pemberian 1-2x sehari)
-
Terdapat 5 proses dalam pengaturan dosis : a. Initiating dose (test dose) untuk mencapai dosis anjuran : 1 minggu pertama b. Titrating dose (optimal dose) dimulai dari dosis anjuran sampai dosis optimal : minggu kedua c. Stabilizing dose dipertahankan 2-3 bulan kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan d. Maintaining dose selama 3-6 bulan. Biasanya ½ dari dosis optimal. e. Tapering dose selama 1 bulan.
-
Dosis pemeliharan sebaiknya menggunakan 1 obat tunggal. Untuk trisiklik dan tetrasiklik pada malam hari, SSRI pada pagi hari setelah sarapan pagi.
Konseling dan Edukasi -
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami
-
Menjelaskan bahwa pasien membutuhkan psikoterapi selain obat-obatan
-
Menjelaskan bahwa pasien perlu bersikap terbuka untuk kepentingan penyembuhan
-
Menjelaskan bahwa pasien harus patuh terhadap aturan pemakaian obatobatan yang diberikan.
62
www.repository.unimus.ac.id
Kriteria Rujukan -
Apabila pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan pendekatan psikologis dan obat standar dari dokter lini pertama.
Prognosis Gangguan afektif bipolar baik manik maupun depresif sangat mungkin terjadi kekambuhan (terjadi beberapa episode).
3.6. DEPRESI POST-PARTUM No.ICPC II : No. ICD X : F.53 Tingkat Kemampuan : 3A Masalah Kesehatan Depresi post-partum merupakan keadaan yang didasari oleh gangguan mood. Kondisi bersifat ditandai oleh afek yang menurun,rasa takut, lelah, kecemasan, iritabilitas dan sebagain ya segera setelah melahirkan dan berlangsung selama 4-6 minggu. Kondisi ini jangan dikacaukan oleh psikosis post-partum. Depresi post-partum tidak memiliki aktivitas waham ataupun halusinasi. Depresi post-partum juga sebenarnya sedikit berbeda dengan post-partum blues dimana lebih banyak dialami oleh wanita setelah melahirkan dan berlangsung biasanya hanya dalam beberapa hari dan tidak melebihi 2 minggu.. Depresi post-partum dihubungkan dengan penurunan hormon reproduksi secara cepat setelah melahirkan. Anamnesis Depresi post-partum menunjukkan gejala yang sama seperti gangguan mood depresi. Anamnesis diarahkan pada gejala-gejala seperti hilangnya minat, afek menurun,
kurangnya
aktivitas
karena
hilangnya
energi,
mudah
lelah,
takut/pesimistik, hilangnya nafsu makan, keinginan mencelakai diri sendiri/bunuh diri dan bayi, dan sebagainya. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan penyebab gangguan ini :
63
www.repository.unimus.ac.id
-
Stress
-
Riwayat depresi sebelumnya
-
Riwayat gangguan mood (pada diri dan keluarga)
-
Dan lainnya
Pemeriksaan Fisik dan Status Mental Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan ini kemungkinan didapatkan hasil yang normal, sedangkan pada pemeriksaan status mental,dapat diperoleh simptom seperti : -
Penampilan/kesan
umum
:
tampak
menunduk
atau
dapat
juga
teragitasi,keterbatasan psikomotor -
Mood depresif
-
Bicara : kuantitas dan kualitas cenderung berkurang
-
Isi pikir : tanpa disertai waham
-
Bentuk pikir : realistik
-
Persepsi : tidak disertai halusinasi dan/ ilusi
-
Sensorium dan kognisi : kemungkinan berkurang (atau malas menjawab pertanyaan yang diberikan)
-
Pengendalian impuls : tidak memiliki energi untuk bertindak.
-
Tilikan : biasanya buruk
Penegakan Diagnosis (Assessment) Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorders, edisi keempat (DSM IV), depresi postpartum dimulai dalam empat minggu setelah melahirkan Gejala Depresi Mayor dengan Onset Postpartum : Depresi mayor adalah didefinisikan dengan adanya lima dari gejala berikut, yang mana salah satunya harus ada mood yang tertekan atau penurunan ketertarikan atau kesenangan (Gejala yang harus ada sepanjang hari hampir setiap hari selama dua minggu) : - Mood yang tertekan sering berhubungan dengan kebingungan yang berat. - Adanya penurunan ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas
64
www.repository.unimus.ac.id
- Gangguan nafsu makan, biasanya diikuti dengan kehilangan berat badan - Gangguan tidur, paling sering insomnia atau tidur yang tidak nyaman bahkan ketika bayinya tertidur. - Agitasi fisik, atau pelambatan psikomotor - Lemah, penurunan energi - Merasa kurang berguna - Penurunan konsentrasi - Adanya keinginan bunuh diri Secara lebih luas untuk menegakkan diagnosis juga dapat digunakan uji Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Diagnosis Banding -
Post-partum blues
-
Psikosis post-partum
-
Gangguan afektif bipolar
-
Gangguan depresif berulang
Komplikasi Pada bentuk yang berat dapat berkembang menjadi psikosis post-partum yang sangat berisiko mencelakai hingga membunuh dirinya sendiri dan bayi.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan depresi post-partum dapat meliputi terapi psikologis, terapi farmakologi, terapi hormonal dan terapi profilaksis. Terapi farmakologis mengacu pada obat-obatan anti-depressan seperti SSRI dan golongan trisiklik. Obat-obatan ini juga dapat diberikan untuk mencegah terjadinya depresi post-partum (terapi profilaksis). Konseling dan Edukasi -
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami
-
Menjelaskan bahwa pasien membutuhkan psikoterapi selain obat-obatan
-
Menjelaskan bahwa pasien perlu bersikap terbuka untuk kepentingan penyembuhan
65
www.repository.unimus.ac.id
-
Menjelaskan bahwa pasien harus patuh terhadap aturan pemakaian obatobatan yang diberikan.
Kriteria Rujukan -
Apabila pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan pendekatan psikologis dan obat standar dari dokter lini pertama.
Prognosis Apabila ditangani dengan baik,kondisi dapat membaik dengan sempurna.
66
www.repository.unimus.ac.id
BAB IV GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRESS, GANGGUAN SOAMTOFORM, GANGGUAN CEMAS, FOBIA 1.1. Gangguan Somatoform No.ICPC II : No. ICD X : F.45 Tingkat Kemampuan : 4A Masalah Kesehatan Penting untuk mengetahui apakah kelainan fisik yang diderita passien merupakan gangguan fisik. Adakalanya terdapat gangguan psikis yang termanifestasi menjadi penyakit fisik sehingga diterapi dengan
obat tidak
sembuh. Tetapi tidak boleh mengesampingkan bahwa reaksi konversi juga merupakan penyakit fisik yang tidak terdeteksi. Menurut penelitian sebanyak 1530% diagnose reaksi konversi menunjukkan penyakit fisik yang salah diagnose. Keadaan hysteria palsu ini dapat terjadi pada penyakit, SSP, gangguan degenerative, dan penyakit kronik lain. Sebanyak 25% pasien konversi berhubungan dengan patologi organic. Biasanya dengan terapi psikologis gangguan konversi sembuh sempurna kecuali mempunyai hubungan dengan kondisi patologi fisiknya. Sebagian penderita gangguan somatoform dimulai pada usia 20 tahun dan terutama terjadi pada wanita, sebanyak 1 % dari seluruh wanita. Definisi Gangguan somatoform adalah kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai kompensasi utama. Otak mengirimkan berbagai sinyal yang mempengaruhi kesadaran pasien dan menunjukkan adanya masalah serius di dalam tubuh dengan cara yang belum diketahui. Perubahan ringan neurokimia, neurofisiologi, dan neuroimunologi
67
www.repository.unimus.ac.id
dapat terjadi akibat mekanisme otak atau jiwa yang tidak diketahui yang menyebabkan penyakit. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ-III), gangguan somatoform digolongkan menjadi : -
Gangguan somatisasi (F45.0)
-
Gangguan somatoform tak terinci (F45.1)
-
Gangguan hipokondrik (F45.2)
-
Disfungsi otonomik somatoform (F45.3)
-
Gangguan nyeri somatoform menetap (F45.4)
-
Gangguan somatoform lainnya (F45.8)
-
Gangguan somatoform YTT (F45.9)
Anamnesis Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang terjadi berulang-ulang dan disertai permintaan pemeriksaan medis meski sudah berkalikali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan bahwa tidak ditemukan kelainan medis yang mendasari keluhan-keluhan yang terjadi. Penderita biasanya juga menyangkal atau menolak untuk membahas tentang permasalahan atau konflik yang diaalaminya (yang mungkin akan berkaitan dengan keluhan fisiknya), bahkan meskipun telah didapatkan tanda-tanda depresi dan anxietas. Faktor risiko : -
Faktor psikososial Pada gangguan somatisasi,formulasi psikososial melibatkan interpretasi gejala sebagai komunikasi sosial,akibatnya dapat beruba menghindari kewajiban, ekspresi emosi, atau menyimbolkan suatu perasaan atau keyakinan. Hipotesis mengatakan bahwa gejala-gejala tersebut menggantikan impuls berdasarkan insting yang ditekan. Sejumlah pasien gangguan somatisasi datang dari keluarga yang tidak stabil dan mengalami penyiksaan fisik.
-
Faktor biologis dan genetik data genetik menunjukkan bahwa gangguan somatisasi dapat memiliki komponen genetik (cenderung menurun).
68
www.repository.unimus.ac.id
-
Faktor psikodinamik menurut teori, pasien mengalihkan perasaan kecewa, marah dan sebagainya dengan keluhan fisik (hipokondri, nyeri) dengan harapan dapat lebih mendapatkan perhatian/pertolongan, sebagai kompensasi rasa berdosa/bersalah, atau untuk menekan agresi.
-
Dan sebagainya
Pemeriksaan Fisik dan Status Mental Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan somatoform tidak ditemukan kelainan yang berarti yang dapat mendasari keluhan-keluhan fisiknya. Pada pemeriksaan status mental, simptom yang mencolok adalah tilikan yang buruk. Pasien umumnya tidak menyadari bahwa kekhawatiran terhadap keluhan fisiknya adalah berlebihan dan tidak mendasar. Pada kasus ini juga harus dipastikan tidak ada keyakinan yang mengarah kepada waham,karena jika terdapat waham maka gangguan ini dapat lebih tepat disebut sebagai gangguan waham.
Penegakan Diagnosis (Assessment) Masing-masing golongan gangguan somatoform memiliki kriteria diagnosis tersendiri. Berikut rinciannya berdasarkan PPDGJ-III : Gangguan Somatoform : Diagnosis ditegakkan atas semua hal berikut : a. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya selama 2 tahun; b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya; c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya dalam masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.
69
www.repository.unimus.ac.id
Gangguan Somatoform Tak Terinci : a. Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi, dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi ; b. Kemungkinan ada atau tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.
Gangguan Hipokondrik Untuk mendiagnosis, kedua hal ini harus ada : a. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, atau adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham) b. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan adanya penyakit atau abnormalitas fissik yang mendasari keluhan-keluhannya.
Disfungsi Otonomik Somatoform Diagnosis pasti memerlikan semua hal berikut : a. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas/ “flushing”, yang menetap dan mengganggu ; b. Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak khas) ; c. Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaanpemeriksaan berulang, maupun penjelasan-penjelasan dari para dokter ; d. Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud.
70
www.repository.unimus.ac.id
Karakter kelima : F45.30 = jantung dan sistem kardiovaskuler F45.31 = saluran pencernaan bagian atas F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah F45.33 = saluran pernapasan F45.34 = sistem genito-urin F45.38 = sistem atau organ lainnya
Gangguan Nyeri Somatoform Menetap : a. Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik. b. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut. c. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang bersangkutan.
Gangguan Somatoform Lainnya : a. Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom, dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini sangat berbeda dengan Gangguan Somatisasi (F45.0) dan Gangguan Somatoform Taak Terinci (F45.1) yang menunjukkan keluhan yang banyak dan berganti-ganti. b. Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan. c. Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini : - “globus hystericus” (perasaan ada benjolan di kerongkongan yang menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya; - Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali sindrom Tourette); - Pruritus psikogenik; - Dismenore psikogenik;
71
www.repository.unimus.ac.id
- “teeth grinding”.
Gangguan Somatoform YTT Tidak memenuhi semua kriteria diagnostik di atas.
Menurut DSM –IV TR Gangguan Somatoform terbagi atas: 1.
Gangguan konversi Adalah pasien mengeluh terdapat gangguan syaraf signifikan tanpa ditemukan patologi organic Jenisnya : Konversi motorik: paralisis, astasia, abasia, retensi urin, afonia, histerikus globus Sensorik: parestesia, anesthesia, anosmia, kebutaan, tunel vision, tuli Lainnya : tidak sadar muntah Mempunyai tujuan psikologis: Keuntungan primer : mengubur konflik mental yang tidak disadari. Pikiran yang menyakitkan tidak dapat diterima, direpresi dan dikonversi menjadi gejala fisik Keuntungan sekunder : digunakan pasien untuk mendapatkan yang diinginkannya Gambaran : Gejala biasanya tiba-tiba setelah stress akut Ada riwayat konversi dengan gejala sama atau berbeda Gangguan pertama saat remaja (umur 20 tahunan) Memiliki ciri kepribadian dependen, histirionik, antisocial, pasif agresif Pasien dapat menunjukkan ansietas/depresi
72
www.repository.unimus.ac.id
Pasien imatur, pemalu, banyak tuntutan, intelegensi rendah, insight terbatas, sosial ekonomi rendah Sikap acuh tak acuh terhadap gejala 2.
Gangguan Somatisasi Gejala hysteria yang diwujudkan dengan berbagai keluahan fisik yang kompleks dan dramatis, melibatkan berbagai sistem organ Yaitu : Semua type gejala konversi Nyeri samar yang tidakdapat didefinisikan Problem menstruasi/seksual/orgasme yang terhambat Kesualitan gastrointestinal/genitourinaria/kardiopulmonar Pergantian status kesadaran yang sulit ditandai Disebut juga sindrom Briquets. Gejalanya
Kondisi kronis dimulai masa remaja,usia 20 tahunan
Terjadi pada wanita , mmeliputi 1 %dari populasi wanita
Umumnya terdapat ansietas, iritabilitas dan depresi, sering percobaan bunuh diri tapi tidak berhasil
Kelompok sosial ekonomi dan intelegensia rendah
Ada masalah interpersonal atau perkawinan
Riwayat perilaku antisocial dan riwayat sekolah yang buruk
Riwayat Gangguan Kepribadian Dependen, histerionik, antisocial
Keturunan pertama, apabila wanita 20% menjadi gangguan somatisasi, jika pria menjadi pelaku penyalahgunaan zat, atau gangguan kepribadian antisosial
3.
Gangguan nyeri Gangguan berupa nyeri yang tidak ditemukan penyebab organiknya Muncul tiba-tiba setelah stress Berlangsung
dan hilang
dalam beberapa hari dan kambuh dalam
hitungan tahun
73
www.repository.unimus.ac.id
4.
Hipokondriasis Sangat yakin dirinya menderita sakit tertentu, bersikeras meminta pemeriksaan dan penatalaksanaan tertentu, suka berganti ganti dokter, jiika dinyatakan sakit maka akan bersikeras mencari pengobatan tambahan Menjadi tenang juka ditenangkan, kemudian gejala datang lahi beberapa hari kemudian Dimulai usia muda, masa pertengahan. Kadang lazim pada orang tua Resisten terhadap terapi
5.
Gangguan citra tubuh Preokupasi dengan keyakina bahwa dia mempunyai kecacatan fisik khayal yang menyebabkan gangguan terhadap penampilannya Mencari pertolongan dokter untuk memperbaiki Menarik diri dalam pergaulan sosial
6.
Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan Kelemahan, kelelahan, gejala medis yang samar membuat pasien tidak berdaya Terdapat gangguan somatorm lain tanpa focus yang jelas
Diagnosis Banding
Gangguan somatoform harus dibedakan dengan gangguan karena penyakit medis lain. Dokter harus berhati-hati untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan fisik yang kadang-kadang sulit terdiagnosis seperti AIDS, endokrinopati, sklerosis multipel,dan sebagainya.
Beberapa
pasien
dengan
konversimempunyai
keluhan
primer
skizofrenia/depresi berat (harus disingkirkan gejala psikotik/depresi)
Gangguan somatoform mirip dengan somatisasi dan nyeri organic
Singkirkan juga malingering(orang dengan sadar membuat gejala fisik tertentu, untuk mendapatkan keuntungan, menghindari proses hokum.
74
www.repository.unimus.ac.id
Biasanya orang ttersebut tidak kooperatif terhadap pengobatan, bila diketahui bohong, mereka menyerah, tidak menampakkan lagi gejalanya
Gangguan buatan: pasien dengan sadar m,embuat gejala palsu, tetapi bukan untuk mencari keuntungan,melainkan pasien senang dirawat dirumah sakit,mereka kooperatif dengan semua prosedur medis. Terkadang untuk membuat gejala palsu pasien meminum obat untuk menginduksi gejala tertentu, cenderung merusak diri
Komplikasi Pada pasien yang disertai depresi berat dapat terjadi ancaman bunuh diri.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Pada gangguan somatoform tidak ada terapi spesifik. Terapi psikologis baik individual
maupun
kelompok
dapat
berpengaruh
besar
apabila
pasien
menginginkan. Obat-obatan dapat digunakan dengan indikasi tepat misalnya terdapat anxietas atau depresi berat. Dokter juga diharapkan dapat mengurangi stress yang dialami oleh pasien. Dokter berusaha sesering mungkin untuk bertemu dengan pasien, agar pasien tidak merasa ditelantarkan dan merasa didengarkan, yang akan membantu proses penyembuhan.
Konseling dan Edukasi -
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami
-
Menjelaskan bahwa pasien membutuhkan terapi psikologis
-
Menjelaskan bahwa pasien perlu bersikap terbuka untuk kepentingan penyembuhan
Kriteria Rujukan -
Apabila pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan pendekatan psikologis dari dokter lini pertama.
-
Apabila keluhan pasien semakin memberat misalnya terdapat depresi berat hingga ancaman bunuh diri. 75
www.repository.unimus.ac.id
Prognosis Gangguan somatoform bersifat fluktuatif dan kronis. Kondisi pasien dapat memburuk apabila terdapat stress.
1.2. SINDROMA STRESS PASCA TRAUMA Kemapuan 3A F.43.1
A. Definisi Sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat didalam atau mendengar stressor traumatic yang ekstrem ( perkosaan,kecelakaan yang parah, bencana alam, perang, dipenjara). Orang tersebut bereaksi terhadap pengalaman tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, secara menetap
menghidupkan
peristiwa
tersebut
dan
mencoba
untukmenghindarai mengingat peristiw tersebut Gejala tersebut bertahan hingga 1 bulan pasca trauma, Harus memenuhi area kehidupan yang signifikan seperti keluarga atau pekerjaan.
B. Masalah Kesehatan Sindrom stress pasca trauma dapat timbul pada siapa saja. (ditemukan 19%). Rata-rata 3,6% pada populasi tertentu. Pasien stress pasca trauma umumnya tidak patuh pada pengobatan 70-80% putus obat.karena tidak dapat mentolerir ingatan traumatis tersebut
C. Komorbiditas Komorbid yang lazim berupa depresi,gangguan akibat penyalahgunaan zat, gangguan ansietas lain, gangguan bipolar. Gangguan Komorbid menyebabkan orang menjadi sindrom stress pasca trauma. Pada tahap awal beruppa post traumaticsymtom, yang gejalanya tidak berat, dan dapat diatasi. Apabila memberat menjadi post traumatic stress
76
www.repository.unimus.ac.id
disorder. Apabila PTSD tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan gangguan kepribadian
D. Anamnesis Terdapat stressor yang bermakna dalam hidupnya (missal perang, penyiksaan, penyerangan, penculikan, kekerasan seksual, instrumentasi medis yang invasif dan lain-lain) Bertahan hingga 4 minggu pasca trauma Criteria diagnosis menurut PPDGJ III 1. Diagnosis ditegakkan bila gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan pasca kejadian traumatic.Masa laten berlangsung beberapa minggu 2. Didapatkan bayangan atau mimpi yang terulang mengenai gambaran trauma 3. Gangguan aotonom,gangguan afek dan gangguan tingkah laku dapat mewarnai gejala, tapi tidak khas 4. Sequele menahun dapat terjadi bertahun tahun setelah peristiwa stress yang luarbiasa (masukkan pada F.62 yaitu perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofi)
Kriteria diagnosis menurut DSM-TR-IV a. Orang tersebut terpajan terhadap peristiwa traumatic dan kedua hal dibawah ini 1. Orang tersebut mengalami, menyaksikan atau dihadapkan dengan peristiwa atau sejumlah peristiwa yang mengakibatkan kematian, cedera atau ancaman integritas fisik dirinya atau oranglain 2. Respon orang tersebut melibatkan rasa takut yang intens, rasa tidak berdaya, atau horror Catatan. Pada anak-anakdapat diperlihatkan pada perilakun agitasi dan kacau
77
www.repository.unimus.ac.id
b. Peristiwa traumatic secara terus-menerus dialami kembali pada salah satu atau lebih cara berikut 1. Mengingat kembali peristiwa secara berulang dan mengganggu dan menimbulkan distress, termasuk bayangan, pikiran,persepsi, Pada anak : sering bermain memainkan subtema kejadian traumatic tersebut 2. Mimpi berulang mengenai peristiwa tersebut yang menimbulkan penderitaan Pada anak: sering mimpi menakutkkan tanpa mengenali isi mimpi 3. Bertindak atau merasakan seolah-olahperistiwa traumatic tersebut terjadi kembal Ilusi,halusinasi, episode kilas balik disosiatif, termasuk terjadi saat bangun atau saat intoksikasi Pada anak kecil dapat melakukan kembali hal spesifik yang terjadisaat trauma 4. Penderitaan psikologis yang intens pada pajanan terhadap sinyal internal/eksternal, menyimbolkan atau menyerupai aspek peristiwa traumatic
Gejala Secara umum gejala PTSD dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Merasakan
kembali
peristiwa
traumatik
tersebut (Re-
Experiencing Symptoms)
Secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak menyenangkan mengenai peristiwa traumatik tersebut (Frequently having upsetting thoughts or memories about a traumatic event). Terulangnya bayangan mental akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami,
Mengalami mimpi buruk yang terus menerus berulang (Having recurrent nightmares).
78
www.repository.unimus.ac.id
Bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa traumatik tersebut akan terulang kembali, terkadang ini disebut sebagai "flashback" (Acting or feeling as though the traumatic event were happening again, sometimes called a "flashback").
Memiliki perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali peristiwa traumatik tersebut (Having very strong feelings of distress when reminded of the traumatic event).
Terjadi respon fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau berkeringat ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut (Being physically responsive, such as experiencing a surge in your heart rate or sweating, to reminders of the traumatic event)
b. Menghindar (Avoidance Symptoms)
Berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan
mengenai
peristiwa
traumatik
tersebut
(Making an effort to avoid thoughts, feelings, or conversations about the traumatic event).
Berusaha keras untuk menghindari tempat atau orang-orang yang dapat mengingatkan kembali akan peristiwa traumatik tersebut (Making an effort to avoid places or people that remind you of the traumatic event).
Sulit untuk mengingat kembali bagian penting dari peristiwa traumatik tersebut (Having a difficult time remembering important parts of the traumatic event).
Kehilangan ketertarikan atas aktivitas positif yang penting (A loss of interest in important, once positive, activities).
Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain (Feeling distant from others).
Mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif, seperti kesenangan / kebahagiaan atau cinta / kasih 79
www.repository.unimus.ac.id
sayang (Experiencing difficulties having positive feelings, such as happiness or love).
Ketakberdayaan / ke’tumpul’an emosional dan ‘menarik diri’
Merasakan seakan-akan hidup anda seperti terputus ditengah-tengah - anda tidak berharap untuk dapat kembali menjalani hidup dengan normal, menikah dan memiliki karir.
Terjadi gangguan yang menyebabkan kegagalan untuk berfungsi secara efektif dalam kehidupan sosial (pekerjaan, rumah tangga, pendidikan, dll)
c. Hyperarousal Symptoms
Sulit untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah (Having a difficult time falling or staying asleep).
Mudah / lekas marah atau meledak-ledak (Feeling more irritable or having outbursts of anger).
Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi (Having difficulty concentrating).
Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakanakan bahaya mengincar di setiap sudut "Feeling constantly "on guard" or like danger is lurking around every corner".
Menjadi gelisah, tidak tenang, atau mudah "terpicu" / sangat "waspada" (Being "jumpy" or easily startled).
Terlalu
siaga
/
waspada yang
disertai
ketergugahan/keterbangkitan secara kronis.
E. Faktor risiko -
Trauma berat
-
Wanita
-
Riwayat trauma seksual pada masa anak
-
Orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan 80
www.repository.unimus.ac.id
-
Orang yang tidak mampu mengatasi stress
-
Terpajan dengan stressor yang menyerupai trauma
F. Diagnosa banding
Post traumatic symptom : mirip post traumaticdisorder, tetapi tidak akan menimbulkan gangguan berat, dan dapat ditangani oleh psikolog, jangka waktunya juga lebih pendek dari post traumatic disorder
Cedera kepala pascatrauma
Epilepsy
Pengguanaan alcohol atauzat psikoaktif
Gangguan ansietas lain
Gangguan kepribadian ambang
Gangguan disosiatif : tidak punya perilaku menghindar
Gangguan buatan
Malingering
G. Terapi Psikoerapi peristiwa
tersebut,
berupa edukasi
dukungan,dorongan mengenai
erbagai
untukmendiskusikan mekanismeKoping
(relaksasi) Farmakoterapi dapat diberikanhipnotic sedative jika perlu .Lini pertama diberika SSRI karena memperbaiki gejala dan efektivitasnya baik, juga dapat ditoleransi. Untuk mencapai kadar adekuat terapi minimum 8 minggu diteruskan hingga 1 tahun. Obat trisiklikdan MAOI juga dpatdigunakan Klinisi harus menghilangkan stigma mengenai penyakit jiwa pada pasien
H. Prognosis 30 % pasien pulih sempurna 40 % pasien tetapmemiliki gejala ringan 81
www.repository.unimus.ac.id
20% gejala sedang 10 % gejala berat
Tergantung umur (tertua dan sangat muda prognosa lebih buruk) karena
mekanisme
koping
belum
sempurna
atau
sudah
tidakfleksibel
Apabila onsetnyaakut, prognosisnya baik, tapi jika onset kronis maka prognosisnya lebih buruk.
Apabila ditambah ketidakmapuan fisik pasca trauma,prognosis lebih buruk
Gangguan yang bersamaan dengan gangguan psikiatri lain akan memperberat prognosis
Ketersediaan dukungan social memperbaiki prognosis
4.3. GANGGUAN PANIK Kemapuan 3A F.41.0 A. Definisi Ditandai dengan serangan panic yang ttimbul spontan dan tidak dapat diduga, terdiri dari periode rasa takut yang intens dan hati-hati. Serangan dapat terjadi sepanjang hari atau sedikit serangan dalamsetahun Gangguan Panik sering disertai oleh agoraphobia yaitu ketakutan ditempat umum, terutama tempat yang sulit keluar dengan cepat saat serangan panic Juga dapat tanpa agorafobia B. Gejala Klinis Tema psikodinamik Gangguan Panik 1. Kesulitan menntoleransi kemarahan 2. Perpisahan fisik/emosi dari orang yangyang bermaknabaik dimasa anak dan dewasa 3. Dapat dipicu oleh meningkatnya tanggung jawab pekejaan 4. Persepsi orang tua sebagai pengontrol, penuntut,kritis,menkutkan
82
www.repository.unimus.ac.id
5. Gambaran
internal
mengenai
hubungan
yang
melibatkan
penyiksaan social dan fisik 6. Rasa terperangkap yang kronis 7. Kemarahan pada perilaku orang tua, dan khayalan akan merusak ikatan dengan orang tua 8. Kegagalan fungsi ansietas sinyal pada ego, kebingungan dengan batas diri dan benda 9. Mekanise degfense khas yaitu reaction formation-un doingsomatisasi-eksternalisasi Kriteria Diagnosa serangan panic Periode diskret rasa takut dan tidak nyamanyang tiba-tiba muncul, timbul 4 atau lebih gejala
Palpitasi (berdebar-debar) atau denyut jantung meningkat
Berkeringat
Gemetar
Rasa nafas panas/tercekik
Rasa tersedak
Nyeri atau tidak nyaman didada
Mual atau gangguan abdomen
Rasa pusing tidak stabil, kepala terasa ringan, pingsan
Derealisasi (rsa tidak nyat) depersonalisai (lepas dari diri sendiri)
Rasa takut kehilangan kendali atau menjadi gila
Rasa takut mati
Parestesia(kebas)
Menggigi/rona wajah merah
Kriteria gangguan panic menurut PPDGJ III
Gangguan panic ditegakkan jika tidak ada gangguan ansietas fobik
Ditemukan beberapa serangan panic berat dalam waktu 1 bulaN
Tidak erbatas pada situasi yang diketahui atau dapat diduga sebelumnya
83
www.repository.unimus.ac.id
Pada periode antara serangan panic dapat timbul ansietas antisipatory
Kriteria Diagnosa Gangguan Panik Menurut DSM-TR-IV A. Gangguan panic tanpa agoraphobia Mengalami (1) dan (2) 1. Serangan panic berulang dan tidak terduga 2. Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan atau lebih diikuti 1 atau lebih hal berikut
Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
Khawatir akan konsekuensi dari serangan (missal jadi lepas kendali dll)
Perubahan periklaku bermakna terkait serangan
Tidak ada agoraphobia Serangan paniktidak disebabkan oleh efek fisiologis zat psikoaktif Serangan panic tidak dimasukkan dalam gangguan jiwa lain seperti fobia social(pajanan terhadap situasi social yang ditakuti), fobia spesifik, obsesifkompulsif, gangguan stress passca trauma, atau gangguan ansietas perpisahan
B. Gangguan panic dengan agoraphobia Mengalami (1) dan (2) 3. Serangan panic berulang dan tidak terduga 4. Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan atau lebih diikuti 1 atau lebih hal berikut
Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
Khawatir akan konsekuensi dari serangan (missal jadi lepas kendali dll)
Perubahan periklaku bermakna terkait seranganiagnosa
ada agoraphobia
Serangan paniktidak disebabkan oleh efek fisiologis zat psikoaktif
84
www.repository.unimus.ac.id
Serangan panic tidak dimasukkan dalam gangguan jiwa lain seperti fobia social(pajanan terhadap situasi social yang ditakuti), fobia spesifik, obsesifkompulsif, gangguan stress passca trauma, atau gangguan ansietas perpisahan
Kriteria Diagnosa Agorafobia Agorafobia bukan gangguan klinis yang didapat. Bila adaagorafobia golongkan dia termasuk pada ganggaun panic dengan agorafobia atau agorafobia tanpa gngguan panic 1. Ansietas saat berada pada tempat yang susah mencari jalan keluar dan tidak ada pertolongan saat terjadi serangan, dengan predsisposisi situasional yang tidak terduga atau gejala mirip panic Catatan : pertimbangkan fobia spesifik, jika fobia terbatas apada objek atau situasi spesifik 2. Situasi tersebut dihindariatau dijalani dengan penderitaan yang jelas dengan ansietas akan mengalami serangan panic, gejala mirip panic dan membutuhkan teman 3. Ansietas atau penghindaran fobik tidak disebabkan oleh gangguan psikatri lain, seperti fobia social, fobia spesifik, obsesifkompulsif, gangguan stress pasca traumaatau ansietas perpisahan Kriteria diagnose Agorafobia tanpa riwayat gangguan panic 1. Adanya agorafobia terkait rasa takut gejala lir-panic(missal pusing, diare) 2. Kriteria tidak memenuhi gangguan panic 3. Gangguan tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat 4. Jika terdapat keadaan medis umum terkaitrasa takut yang dijelaskan pada criteria A dengan jelas melebihi rasa takut yang biasanya berkaitan dengan keadaan medis tersebut
85
www.repository.unimus.ac.id
C. Diagnosa Banding 1. Gangguan Panik
Gangguan
medis
umum
:
Misal
IMA,
Asma,
Penyakit
cerebrovasculer, Penyakit endokrin, Intoksikasi obat, Gejala putus obat, anafilaksis, gangguan elektronik, keracunan, infeksi sistemik
Malingeing
Gangguan buatan
Hipokndriasis
Obsesi kompulsi
Depresi saat terjadi ansietas
2. Agorafobia tanpa gangguan panic
D.
Gangguan depresi berat
Skizofrenia
Gangguan kepribadian paranoid
gangguan kepribadian menghindar
gangguan kepribadian dependen
Terapi 1. Farmakoterapi Antiansietas golongan SSRI dan clomipramine lebih baik dari benzodiazepine, MAOI, obat
trisiklik. Misalnya Alprazolam dan
paroxetin untuk gangguan panic. Apbila onset cepat dan parah beri kombbinasi obat diatass Benzodiazepin mempunyai onset cepat dapat digunakan pada onset gejala saat menghadapi stimulus fobik Obat trisiklik dan tetrasiklik adalah obat yang paling efektif untuk gangguan panic, akan tetapi onsetnya lama, dan potensi efek samping lebih besar dari SSRI Monoamin inhibitor jarang menimbulkan simulasi berlebihan namun untuk mencapi dosis efektif butuh waktu lama
86
www.repository.unimus.ac.id
Apabila tidak berespon pada salah satu golongan obat, ganti dengan golongan lain. Apabila kurang berhasil dapat dikombinasikan dengan golongan lain atau dikombinasikan dengan carbamazepin dan lain-lain Apabila belum berhasil kaji ulang adanya komorbid depresi, riwayat alcohol, riwayat penggunaan zat psikoaktif Ketika terapi efektif, pertahankan hingga 8-12 bulan 2. Terapi perilaku dan kognitif Menjelaskan mengenai keyakinan yang salah tentang serangan panic dan mengedukasi bahwa serangan panic berbatas waktu dan tidak menimbulkan kematian Latihan relaksasi : mengendalikan ansietas dan relaksasi Pelatihan pernafasan : membantu pasien mengontrol dalam mencegahb hiperventilasi agartidak tercetus serangan Pajanan in vivo : dengan memajankan stimulus dengan kadar ditingkatkan, sehingga pasien menggalami desensititasi terhadap stimulus 3. Terapi psikososial lain Terapi keluarga : agar member dukungan yang bermanfaat Psikoterapi yang berorientasitilikan: membantu pasien dalam mengetahui apa itu ansietas yang tidak disadari, dihipotesiskan, dan dihindari dant ada kebutuhan untuk menekan situasi tersebu 4. Kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi Farmakoterapi untuk mengatasi gejala primer gangguan panic. psikoterapi untuk gejala sekunder, misalnya menolak keluar rumah
E.
Prognosis Fobia spesifik : dimulai dari anak anak dan menetap hingga dewasa, tanpa berbaikan atau perburukan
87
www.repository.unimus.ac.id
Fobia social : berawal pada masa remaja atau kanak-kanak akhir dan menjadin kronis, akan mengganggu kehidupanpasien bertahun-tahun terkait dengan pencapaian prestasi akademik, kinerja dan perkembangan social
4.4. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH No.ICPC II : No. ICD X :F.41.1 Tingkat Kemampuan : 3A Masalah Kesehatan Gangguan cemas menyeluruh menurut DSM-IV-TR adalah kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan. Kekhawatiran ini sulit dikendalikan (tidak realistis) dan berkaitan dengan gejala somatis seperti otot tegang, iritabilitas, sulit tidur dan gelisah. Anxietas tidak terfokus pada gambaran Aksis I lain, tidak disebabkan oleh penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau psikiatri. Kondisi ini secara subjektif dipersepsikan sebagai ancaman dan menimbulkan penderitaan (inability to relax) dan mengakibatkan hendaya pada area penting kehidupan seseorang. Gangguan ini merupakan gangguan yang paling sering menyertai gangguan jiwa lainnya. Gangguan ini juga lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Onset biasanya terjadi sebelum usia 20 tahun. Gangguan cemas dihubungkan dengan ketidakseimbangan neurotransmitter, termasuk peningkatan aktivitas norephrinefrin dan penurunan aktivitas GABA dan serotonin. Penyebab pastinya belum diketahui.
Anamnesis Gejala utama gangguan cemas menyeluruh adalah sebagai berikut : -
Anxietas
-
Ketegangan
motorik
misalnya
pasien
kepala,gemetar,gelisah, otot tegang,merasa cepat lelah
88
www.repository.unimus.ac.id
mengeluh
sakit
-
Hiperaktivitas otonom misalnya pasien mengeluh napas pendekpendek, keringat berlebih, berdebar-debar, rasa melayang, dan gejalagejala yang berkaitan dengan gastrointestinal
-
Kesiagaan kognitif misalnya pasien mengeluh gampang terkejut, mudah marah/tersinggung, sulit berkonsentrasi, sulit tidur.
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan penyebab gangguan ini : -
Faktor genetik
-
Faktor lingkungan
-
Faktor psikososial
Pemeriksaan Fisik dan Status Mental Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan cemas menyeluruhmungkin ditemukan kelainan yaitu tampak gelisah, frekuensi nadi meningkat, laju napas yang cepat dan dangkal, bising usus meningkat, tremor, dan akral dingin. Pada pemeriksaan status mental, simptom yang sering didapatkan adalah iritabel, sulit konsentrasi dan perhatian yang kurang. Tilikan pasien juga buruk, karena biasanya pasien datang ke dokter bukan karena kecemasannya tetapi keluhan somatisnya.
Penegakan Diagnosis (Assessment) Berikut pedoman diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruhmenurut PPDGJ-III : -
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada situasi khusus tertentu saja (bersifat “free floating” atau “mengambang”)
-
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut : a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi,dsb); b. Ketegangan motorik (gelisah,sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
89
www.repository.unimus.ac.id
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb). -
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan somatik berulang-ulang yang menonjol.
-
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari) khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif kompulsif (F42.-).
Diagnosis Banding -
Gangguan anxietas fobik
-
Gangguan panik
-
Gangguan campuran anxietas dan depresi
-
Gangguan Anxietas Campuran Lainnya
-
Gangguan somatoform
-
Gangguan cemas karena kelainan medis
Komplikasi Bisa disertai depresi (sementara)
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Terapi untuk kondisi adalah gabungan antara terapi psikologik, terapi farmakologi dan terapi suportif. Psikoterapi : terapi perilaku-kognitif (relaksasi dan biofeedback), terapi suportif, terapi berorientasi tilikan, psikodinamik. Farmakologi :Golongan benzodiazepine (drug of choice) dan non-benzodiazepine Berikut beberapa sediaan obat anti-anxietas dan dosis anjuran : Golongan Benzodiazepine :
90
www.repository.unimus.ac.id
1.
Diazepam (diazepam; lovium; mentalium; stesolid; valdimex; dll) Sediaan : tablet 2-5-10mg, ampul 10mg/2cc, rectal tube 5mg/2,5cc 10mg/2,5cc Dosis : oral = 2-3x 2 = 5mg/h ; injeksi = 5-10mg(im/iv) ; rectal tube = anak <10kg 5mg dan anak >10kg 10mg
2.
Chlordiazepoxide (cetabrium; tensinyl; librium) Sediaan : kapsul 5 mg, tablet 5-10mg Dosis : 2-3x 5-10mg/hari
3.
Lorazepam (ativan; renaquil; merlopam) Sediaan : tablet 0,5-1-2mg Dosis : 2-3x 1mg/hari
4.
Alprazolam (alprazolam; xanax XR; alganax; calmilet; dll) Sediaan ; tablet 0,25-0,5-1-2mg, kapsul 0,25-0,5-1mg Dosis : tablet biasa 3x0,25-0,5mg/hari, untuk xanax XR 1x0,5-1mg/hari
Golongan non-benzodiazepine : 1.
Buspirone (buspar; tran-Q; xiety) Sediaan : tablet 10 mg Dosis : 2-3x10mg/hari
2.
Sulpiride (dogmatil) Sediaan : kapsul 50mg Dosis : 2-3x 50-100mg/hari
Catatan : -
perhatikan efek samping obat anti-anxietas (sedasi, relaksasi otot), rebound phenomena seperti iritable,bingung, gelisah, insomnia, tremor,dll, serta interaksi obat dengan CNS stimulan ataupun depressan.
-
Kadar obat mencapai “steady state” setelah 5-7 hari pemakaian. Pengaturan dosis tidak perlu seperti neuroleptika dan antidepressan.
-
Mulai dengan dosis awal/anjuran, naikkan dosis setiap 3-5 hari sampai dosis optimal pertahankan 2-3 minggu turunkan 1/8x setiap 2-4 minggu dosis minimal yang masih efektif bila kambuh, naikkan dosis lagi, bila tetap efektif pertahankan 4-8 minggu tappering off.
91
www.repository.unimus.ac.id
-
Pada sindrom anxietas karena faktor eksternal, pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan.
-
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, CKD, penyakit hepar kronis.
-
Perhatikan efek teratogenik pada kehamilan dan efek pada saat persalinan.
-
Perhatikan gejala overdosis : kesadaran menurun, penurunan tanda vital, ataksia, refleks fisiologis menurun, “confusion” terapi depresi napas dan syok, benzodiazepine antagonist : flumazenil ampul 0,5mg/5cc iv.
Konseling dan Edukasi -
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami
-
Menjelaskan bahwa pasien membutuhkan psikoterapi selain obat-obatan
-
Menjelaskan bahwa pasien perlu bersikap terbuka untuk kepentingan penyembuhan
-
Menjelaskan bahwa pasien harus patuh terhadap aturan pemakaian obatobatan yang diberikan.
Kriteria Rujukan -
Apabila pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan pendekatan psikologis dan obat standar dari dokter lini pertama.
Prognosis Gangguan cemas menyeluruh bersifat fluktuatif dan kronis. Kondisi pasien sulit diprediksi dan dapat menetap seumur hidup.
4.5. TRIKOTILOMANIA Kemapuan : 3A F.63. Gangguan kebiasaan dan impuls F.63.3 Trikotilomania
92
www.repository.unimus.ac.id
A. Definisi Gangguan kebiasaan dan impuls untuk mencabut rambut, hingga kehilangan rambut yang jelas. Gejala klinis berupapeningkatan ketegangan sebelum mencabut rambut, dan rasa menyenangkan dan kepuasan setelah mencabut rambut Diagnosis tidak ditegakkan jika terkait dengan gangguan jiwa lain misalnya waham dan halusinasi
B. Komorbiditas Gangguan mood yang meningkat(misal gangguan depresi berat) Gangguan ansietas (gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, fobia social) Gangguan pengguanaan zat Gangguan makan Gangguan kepribadian(ambang, obsesif kompulsif,retardasi mental)
C. Kriteria menurut DSM-TR-IV
Mencabut rambut berulang hingga menyebabkan kehilangan rambut yang jelas
Rasa ketegangan meningkatsebelum mencabut rambutatau ketika mennolak perilaku ini
Kepuasan atau kesenangan setelah mencabut rambut
Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan jiwa lain, atau tidak dikarenakan gangguan medis umum (missal gangguan dermatiologis)
Gangguan ini menyebabkan penderitaan dan gangguan fungsi social, pekerjaan dan area fungsi lain
D. Anamnesis
Sesuai criteria diatas
Riwayat premorbid, adakah komorbiditas seperti diatas
Tidak terdapat gejala kea rah skizofrenia
93
www.repository.unimus.ac.id
Menimbulkan
hendaya
pada
minimal
1aspek
fungsi
(sosial/pekerjaan/perawatan diri/pemanfaatan waktu luang)
E. Pemeriksaan fisik
Hilangnya sebagian rambut yang nyata
padarambut, alis,
rambutketiak, rambut pubis
Ditemukan helaian rambut
Pada rambut yang tercabut, tertinggal rambut yang pendek atau folikelrambut
Tidak terbukti ada penyakit dermatologis pada kepala
F. Pemeriksaan penunjang
Pemerksaan histopatologi folikel rambut terjadi tricomalasia
Pemeriksaan microskopis kerokan kulit kepala dan KOH
G. Diagnosa banding Obsesif kompulsif Malingering Gangguan buatan Gangguansterotypi
H. Terapi 1. Psikoterapi Psikoterapi berupa Habit Reversal Training
Membangun kesadaran
bahwa
kebiasaannya
salah dan
menyebabkan hendaya
Mengalihkan rasa ingin mencabut rambut, dengan kegiiatan substitusi lain yang tidak merugikan
Menciptakan lingkungan yang suportif terhadap penderita (member penghargaan jika berhasil menghindari perbuatan tersebut 94
www.repository.unimus.ac.id
Terapi perilaku berupa biofeedback, pengawasan diri-sendiri, desensitisasi tertutup, pembalikan kebiasaan. Psikoterapi berorientasi tilikan, hipnoterapi
2. Farmakoterapi Farmakoterapi
berrupa
perawatan
bersama
dengan
dermatologis.Pemberian terapi topical berupa hidrocloride (suatu ansiolitik yang bersifat antihistamin,antidepresan, agen serotonin dan antpsikotik) Baik terdapat depresi atau tidak, anti depresan dapat mengurangi tindakan mencabut rambut. SSR Ijuga efektif mengatassi keluhan. ApabilaSSRI tidakefektif dapat menggunakan obatdengan kerja antagonis dopamine. Buspiron,klonazepam, trazodone juga efektif. Penggunaan lithium dapat menimbulkan ketidakstabilan mood, agresi dan impulsivitas. Penggunaan naltrexon juga memperbaiki gejala Sekarang telah banyak digunakan N-asetyl sistein suatu asam amino yang telah terbukti dalam penelitian mengurangi gejala trikotilomania
I. Prognosis Bila usia timbulnya dini ( < 6 Tahun) ,maka akan lebih mudah sembuh karena berespon terhadap saran, dukungan dan strategi perilaku. Onset umur > 13 tahun prognosis lebih buruk, karena akan menjadi kro
95
www.repository.unimus.ac.id
BAB V GANGGUAN EMOSIONAL DAN PERILAKU DENGAN ONSET KHUSUS PADA MASA ANAK DAN REMAJA
1.1. RETARDASI MENTAL Kemampuan : 3A Kode ICD X : F.70-79 A. Masalah Kesehatan Terjadi pada 1,5 %populasi umum. Retardasi mental ringan menempati 80% kasus, sedang 12 kasus, berat 8 % kasus.Gejala terkait dengan penurunan kemampuan mengatasi stress, keterbatasan bahassa, penurunan kemampuan merawat diri, terkait dengan gangguan fisik, epilepsy, incontinensia, imobilitas. B. Definisi Kemampuan
intelegensia
yang
berada
dibawah
rata-rata.seingga
menyebabkan gangguan perilaku adaptif yang bermanifestasi pada periode perkembangan, sebelum 18 tahun. Diagnosis ini ditegakkan tanpa memandang kelainan fisis ataupun kelainan jiwa
.
Fuungsi intelektual umum ditentukan dari pengujian baku intelegensi IQ. IQ < 70. Fungsi adaptif
diukur dengan vineland adaptive behavior
scale,dengan aspek yang dinilai komunikasi, keterampilan hidup seharihari, sosialisasi, dan keterampilan motorik(hingga 4 tahun 11 bulan.diberi angka dan diberi nilai, menghasilkan kumpulan perilaku adaptif yang terkait dengan keterampilan yang diharapkan pada usia tertentu. Kriteria diagnose menurut DSM-IV-TR
Fungsi intelektual dibawah rerata ( IQ <70) pada tes IQ yang diberikan secara individual. Pada bayi, penilaian klinis berupa penilaian fungsi intelektual
96
www.repository.unimus.ac.id
Deficit atau hendaya terjadi bersamaan dalam fungsiadaptif saat ini ( yaitu\efektivitas individu yang diharapkan untuk memenuhi standar yang diharapkan pada kelompok tertentu),paling sedikit 2 area berikut : komunikasi,perawatan diri, kehiduapan dirumah, keterampilan
sosial/diri,keterampilan
akademik
fungsional,
bekerja, bersantai, kesehatandan keamanan.
Onset sebelum 18 tahun
Derajadnya RM ringan : IQ 50-55 hingga 70 RM sedang 35-4-sampai 35-40 RM berat 20-25 sampai 35-40 RM sangat berat < 20-25 RM dengan keparahan tidak dapat dirinci : ketika terdapat anggapan berat adanya RM, tp IQ pasien tidak dapat diuji dengan uji standart
C. Etiologi
Sekunder akibat kerusakan otak pada masa antenatal(rubella), perinatal(hipoksia), post natal (meningitis)
Genetic: (x-linked), autosom dominan, autosom resesif, kromosom
D. Faktor Risiko -Genetic -Lingkungan -Psikososial -Kelainan kromosom -Intoksikasi timbale subklinis -Pajanan prenatal terhadap obat -Akohol -Toksin E.
Komorbiditas
Gangguan neurologis Biasanya kombinasi antara epilepsy, retadarsi mental dan autitistik 97
www.repository.unimus.ac.id
Sindrom genetic
Missal fragile X sindrom biasanya disetai dengan ADHD, sindrom parder willy biasanyadisertaidengan gangguan makan ompulsif, hiperfagiadan obesitas
Sindrom psikososial: kesulitan komunikasi menyebabkan frustasi sehingga timbul perilaku menghindar,ansietas, disforia,depresi
F.
Etiologi Etiologi dapat karena factor genetic, didapat atau kombinasiberbagai factor. Faktor genetic dapat berupa abnormalitas kromosom. Gangguan kromosom dapat disebabkan oleh pajanan prenatal teradap infeksi, toksin dan factor social cultural. Gangguan metabolic awaan juga dapat menghasilkan suaturetardasi mental. Kurang gizi, pengasuhan dan stimulasi sosial. Faktor psikologis dan stigma juga mempengaruhi
G. Macam gangguan
Factor genetic : kelainan kromosom autosomal dan kelainan kromosom sex. Contoh : sindrom down, fragile X syndrome, Sindrom Prader-willi, fenilketo: nuria, Gangguan Rett, sindrom Lesch-Nyhan
Gangguan defisiensi enzim : Berupa
gangguan
metabolism
lemak,
metabolism
mucopolisacarida, metabolism glikoprotein dan oligosacarida, metabolism asam aminodan lain-lain
Gangguan perkembangan dapatan Masa perinatal Infeksi Rubella, AIDS, Sindrom alcohol janin, pajanan obat perinatal, komplikasi kehamilan Masa perinatal Bayi prematur, BBLR, Masa kanak-kanak Infeksi, trauma kepala, masalah lain yang menye\babkan kerusakan permanen otak. Misalnya : tenggelam,tumorotak 98
www.repository.unimus.ac.id
.Faktor Lingkungan dan sosiokulyural Misal kurang gizi, kurang asuh, kurangnya stimulasi akan menyebabkan gagal timbuh yang menggangguperkembangan otak.Pajanan zat toksik, pada lingkungan juga menyebbakan gangguan.Lingkgan perinatal yang buruk, akan mendukug stress perinatal dan menyebakn kerusakan otak
C. Gejala Klinis Anamnesis terutama : -riwayat kehamilan ibu dan riwayat perinaatal -riwyat social :riwayat perkawina sedarah, -Riwayat keluarga : ada yang seperti in,untuk menggali kelainan herediter -Menilai kapasitas intelektual orang tua dan iklim - emosiaonal dirumah Pemeriksaan psikiatri -Kemapuan verbal : bahasa reeptif dan ekspresif, -Kemapuan bahasa nonverbal : interaksi dengan si pemberi perawatan -Bagaimana pasien mengadapi tahap-tahap perkembangan Pemeriksaan Fisik -Ciri khas dismorfik sesuai dengan elainan retardasi mental. Missal : sindrom down fisura palpebra condong ke atas, depresi pertenghan wajah, lipatan simian, perawakan pendek, gangguantyroid, kelainan jantung, oksiput datar,arkus palatines tinggi, kelainan jantung Fragile X : wajah panjang, telinga lebar, hipoplasia pertenghan wajah, palatum tinggi, perawakan pendek,prolapas katup mitral,strabismus Fenilketonuria : gejala tidak ada saat neonates,kemudian kejang di kemudian hari, kulit putih, mata biru, rambut pirang, retardasimental, gangguan bahasa, gangguan perilaku, aperaktivitasnsietas,hi
99
www.repository.unimus.ac.id
Penilaian psikologis Untuk bayi menggunakan Skala Gessel dan Baygley serta Cattel Infant Intellegence
scale.
Pada
anak
digunakan
Skala
StanfordBinnet
Intellegencescaledan Wechesler Intelegence scale
D. Pemeriksaan Penunjang 1. Studi kromosom: cariotyping dengan cara amniosentesis atau Chorionic villi sampling 2. Analisis darah dan urin Analisis enzim asam amino maupun organic Uji fungsi metabolic
E. Diagnosa Banding
Hendaya sensorik seperti tuli, buta pada bayi pengujian
tanpa
alat
bantu
mirip
dengan
selama Retardasi
mental(RM)
Deficit pembicaraan atau palsi cerebral memberikan gejala yang mirip RM
Penyakit kronis yang menyebabkan deficit otak
Sindrom cacat otak tertentu yang menimbulkan gejala seperti aleksia,agrafia, dll
Anak dengan gangguan belajar
Anak umur < 18 tahun yang memenuhi diagnose demensia menunjukkan RM, IQ <70 makadiberikan diagnose RM dan Demensia
Anak > 18 tahun dengban kelainan kognitif saja langsung didiagnosa demensia
F. Terapi Pencegahan :
Konsultasi genetiik
Prenatal diagnostic 100
www.repository.unimus.ac.id
Peningkatan perawatan perinatal
Perawatan :
Tim yang terdiri dari multidisiplin ilmu
Integrasi dengan komunitas, jika mungkin
Peningkatan kewaspadaan terhadap kemungkinan penyiksaan fisik, emosinal dan kekerasan seksual
Pengawasan serta penanganan penyakitmental komorbid
RM dengan komorbid dibutuhkan dukungan psikosial, berupa pemenuhan kebutuhan sosial dan lingkungan. Serta perhatian terhadapa komorbidnya. Terapi optimal adalah pencegahan primer,sekunder, tersier. Pencegahan primer berupa : menghilangkan atau mengurangi hal yang menyebabkan
retardasi
mental.
Caranya
dengan
edukasi
untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat umum dan kesadaran mengenai RM, upaya kesehatan yang berkelanjutan untuk mencegah RM, menerbitkan undang- undang yang mendukung kesehatan ibu dananak secara optimal, eradikasi penyakit yang berpotensi merusak SSP Pencegahan sekunder dan tersier berupa terapi terhadap penyakit atau hal yang diduga menyebabkan RM (pencegahan sekunder) agar memperpendek perjalanan klinis dan meminimalkann gejala sisa yang nantinya akan menimbulkan gejala.Apabila telah terjad RM, diberikan terapi agar mengurangi hendaya Edukasi untuk anak RM meliputi pemberian pendidikan pada Penderita RM agar memiliki keterampilan adaptif, ketrerampilan sosial dan keterampilan kejuruan. Perhatian khusus pada keterampilan komunikasi agar dapatmemperbaiki kualitas hidupnya. Terapi kelompok akanlebih baik Terapi perilaku diberikan dengan cara membentuk perilaku sosial yang serta mengendalikan perilaku agresif destruktif. Terapi kognitif, berupa menghilangkan keyakinan yang salah serta latihan relaksasi. Terapi 101
www.repository.unimus.ac.id
psikodinamik ditujukan pada pasien dan keluarga untuk mengurangi konflikmengenai pengharapan yang menimbulkan ansietas, kemarahan dandepresi yang menetap Paling penting adalah edukasi keluarga agar keluarga berperan dalam meningkatkan kompetensi dan harga diri pasien serta memperrtahan kan pengharapan yang realistic kepada pasien Intervensi sosial dapat dilakukan dengan mengikutsertakan pasien pada forum yang member kesempatan untuk interaksi sosial dengan sejenisnya.Misal olimpiade khusus RM yang meningkatkan harga diri pasien. Teraapi farmakologis diberikan jika ada gangguan mental komorbid
G. Prognosis Sebagian besar kasus RM tidak ada perbaikan pada hendaya intelektual. Tetapi apabila lingkungan mendukung, perilaku adaptifnya akan membaik.Orang dengan retardasi mental ringan mempunyai kemampuan beradaptasi yang lebih baik
102
www.repository.unimus.ac.id
BAB VI TICS 1.1. Gangguan Tic Kemampuan : 3A (transient tic disorder) PPDGJ III. F.95 A. Definisi Adalah kontraksi otot yang berulang dan cepat yang merupakan atau vokalisasi yang dirasa sebagai gerakn involunter. Perilaku TIC pada anak dan remaja timbul saaat ada stimulus dan sebagai respon terhadap dorongan internal Perjalan penyakit dapat konstan juga dapat memburuk/membaik. Dimulai pada masa anak atau remaja. Gejala paling berat ditemukan padasindroma Gilles de laa Tourrettte. Termasuk kelainan neuropsikiatri, pada beberapa orang dapat ditekan. Pada periode waktu tertentu. Spectrum gangguan TIC adalah gangguan TIC vocal dan motorik kronis, gangguan TIC sementara, gangguan TIC tidak tergolongkan. 1. Gangguan Tourrette Adalah TIC motorik multiple dan satu atau lebih TIC vocal yang terjadi beberapakali sehari selama 1 tahun. Gangguan ini menimbulkan penderitaan
dan
hendaya
yang
signifikan
dalamfungsi-fungsi
penting.Onset, sebelum umur 18 tahun, dan tidak sisebabkan oleh gangguan medis umum. Pada beberapa pasien terdapatkorpolalia dan ekolalia. B. Faktor risiko
kembar monozigot
riwayat keluarga,
Pada ADHD
Pada gangguan obsesif kompulsif
103
www.repository.unimus.ac.id
Obat-obatyang
meningkatkan
aktivitas
dopamine
sentral(amfetamin)
Kelainan pada ganglia basalis
Proses autoimun karena infeksi streptokokus
C. Gambaran klinis Kriteria menurut DSM-IV-TR
TIC motorik multiple dan 1 atau lebih TIC vocal telah ada pada suatu saat selama penyakit, meskipun tidak harus bersamaan. (TIC adalah gerakan motorik atau vokalisasi yang mendadak, cepat, berulang tidak berirama dan stereotypic)
TIC terjadi beberapa kali sehari, biasanya dalam sehari (biasanya dalam serangan)hampir setiap hari atau secara intermiten sepanjang 1 tahun, selama periode ini tidak pernah ada periode bebas TIC selama lebih dari 3 bulan berturut-turut
Onset kurang 18 tahun
Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari penggunaan zat(stimulant) ataukeadaan medisumum(misalnya penyakit hutington atau pasca ensefalitis virus)
Pemeriksaan fisik dan psikiatri
Terjadi diwajah dan leher, cenderung terjadi dengan arah kebawah dapat sampai ke lengan dan tangan
Terkadang system pencernaan dan pernafasan terlibat
Terkadang
terdapat
gangguan
kepribadian
obsesif
kompulsif, kompulsi, kesulitan atensi, dan impulsivitas.
Terekadang terdapat agresif sexual yang menylitkan penderitanya
D. Pemeriksaan Penunjang
EEG didapatkan gelombang abnormal spesifik
Terdapat kelainan spesifik CT scan
104
www.repository.unimus.ac.id
E. Diagnosa banding
Distonik
Keriform
Penyakit hutington
Parkinson
Korea Syndeman
Tremor
Manerisme
Gangguan gerakan stereotypi(gerakan mengguncang-guncang yang memberikan rasa nyaman, sedang TIC menimbulkan penderitaan)
Gangguan mood dan perilaku
Anak autistic dan retardasi mental
Diskinesia Tardif
Penggunaan obat stimulant
F. Terapi
Terapi edukasi komprehensif kepada keluarga agar anak tidak dihukum karena perilaku TIC nya. Selain itu dapat diberikan terapi perilaku dengan
pengawasan
diri, pelatihan respon yang
tidaksesuai, presentasi dan menghilangkan dorongan positif, serta terapi pembalikan kebiasaan. Terapi relaksasi untuk mengurang
Farmakoterapi : 1. Antipsikotik potensi tinggi : haloperidol, trifluroperazine, primozid. Penghentian mendadak obat ini dapat menyebabkan efek ekstrapiramidal dan disforik 2. Apabila terdapatparkinson dapat diberikan antipsikotik atypical 3. Agonis α-adrenergik juga dapat digunakan 4. Seringnya TIC dengam komorbiditas obsesif kompulsif maka dapat diberikan SSRI
105
www.repository.unimus.ac.id
G. Prognosis Perjalanan penyakit dapat relative dapat membaik atau memburuk. Bila premorbid mempunyai masalah emosional/stress prognosisnya lebih buruk 2. Gangguan TIC vocal atau motorik kronis Definisi TICmotoric atau TIC vokaltetapi tidak keduanya. Diagnosaditegakkan bila sindroma Tourette tidak memenuhi syarat Gambaran klinis : -
Terjadi padamasa anak-anak
-
Lokasinya sama dengan lokasi TIC sementara
-
TIC vokal lebih jarang ditemukan disbanding TIC motorik
-
TIC vocal kronis boasnya tidak keras dibanding sindroma Tourrete. Biasanya diakibatkan oleh pita suara, terdiri dari bunyi
mengorok
akibat
kontraksi
diafragma,abdomen,
diafragma Diagnosa Banding -
Koreiformis
-
Mioklonik
-
Restless leg syndrome
-
Akatisia
-
Distonia
-
Penyaki hutington
-
Parkinson
Terapi Terapi tergantung pada keparahan dan frekuensi, penderitaan subjektif, serta adatidaknya gangguan jiwa yang lain. Psikoterapi dilakukan untuk meminimalisasikan reaksi emosional. Terapi pembalikan kebasaan juga bermanfaat dalam mengurangi TIC.
106
www.repository.unimus.ac.id
Pada TIC vokal dan motorik kronis berespon baik dengan pemberian haloperidol. Perhatikan efeksamping obat berupa diskinesia Tardif
Prognosis Anak dengan gejala tic yang dimulai umur 6-8 tahun akan memiliki prognosis baik. Biasanya berhenti pada masa dewasa awal.TIC yang melibatkan ekstremitas dan batang tubuh, maka prognosisnya lebih buruk dibandingkan dengan TIC diwajah 3. Gangguan TIC Sementara Definisi Adalah terjadi satu atau lebih tic vocal dan atau
motorik atau
keduanya, terjadi eberapa kali dalam sehari, berlangsung mulai 4 minggu sampai 12 bulan. Gangguan mirip gangguan tourete. Diagnosa gangguan tic sementara tidak dapat ditegakkan bila ada gangguan tourete dan gangguan TIC vocal dan motorik kronis terpenuhi Gangguan inidapat ditegakkan jika terjadi dengan onset < 18 tahun Kriteria diagnosa -
Satu atau beberapa TIC motorik dan atau vocal (yaitu gerakan motorik sterotipik/vocal lisisasi yang berulang atau tiba-tiba, cepat, berulang, non ritmik
-
Terjadi beberapa kali dalam sehari, hampir setiap hari, sedikitnya 4 minggu dan kurang dari 12 bulan
-
Onset sebelum berumur 18 tahun
-
Gangguan
tidak
disebabkan
pengaruh
penggunaan
zat
psikoaktif atau kondisi medic umum -
Criteria
tidak
pernahmemenuhigangguan
toureteatau
gangguaan tic vocal dan motorik kronis Terapi Apakah TIC akan hilang spontan atau kronis tidak jelas dalam awal terapi. Keluarga dianjurkan padapengabaian TIC. Karena memfokuskan
107
www.repository.unimus.ac.id
pada TIC akan memperparah. Apabila tic berat sampai menyebabkan reaksi emosi berlebihan harus diperiksa psikiatri, dan pemeriksaan neurologi. Terapi farmakologis tidak dianjurkan kecuali gejala berat dan mengganggu Prognosis Dapat menghilang, dapat berulang saat stress tertentu. Sebagian kecil orang akan menjadi kronis 4. Gangguan TIC yang tidak tergolongkan Adalah gangguan tic yang tidak memenuhi gangguan diatas.Misal berlangsungnya TIC kurang dari 4 minggu. Dengan onset lebih dari 18 tahun
108
www.repository.unimus.ac.id
BAB VII KELAINAN DAN DISFUNGSI SEKSUAL 7.1. GANGGUAN KEINGINAN DAN GAIRAH SEKSUAL KEMAMPUAN : 3A ICD X. F. 52.0 A. Definisi Gangguan Hasrat Seksual Gangguan hasrat seksualditandai dengan gangguan seksual hipoaktif, yaitu defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan tidak adanya hasrat untuk melakukan aktivitas seksual. Ganggaun keengganan seksual : keengganan dan penghindaran kontak seksual genital dengan pasangan seksual atau dengan masturbasi. Gangguan ini lebih banyak dideritaperempuan dan lebih bayak gangguan hasrat dari pada gangguan keengganan Kriteria diagnostic ganggaun hasrat seksual:
Kurangnya/tidak adanya fantasi seksualdan hasratuntuk aktivitas seksual yang menetap atau berulang. Penilaian mengenai kurang atau tidaknya dilakukan oleh klinisidengan mempertimbangkan factor yang mempengaruhi fungsi seksual,seperti usia dan konteks kehidupan
Gangguan ini menyebakan penderitaanyang nyata
Disfungsi seksual sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan aksis I yang lain ( kecuali disfungsi seksual yang lain) , tidak disebabkan oleh pengaruh penggunaan zat psikoaktif atau gangguan medis umum
Tentukan typenya Type seumur hidup, type didapat Type menyeluruh, type situasional Akibat psikologi, akibat factor kombinasi
109
www.repository.unimus.ac.id
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR keengganan seksual
Keengganan yang ekstrem berupa penghindaran yang menetap dan bberulang terhadap semuakontak seksual genital dengan pasangan seksual
Gangguan ini menyebabkan penderitaan yang nyata atau kesulitan interpersonal
Disfungsi seksual tidak lebi mungkin disebabkan gangguan aksis I lain kecualin gangguan seksual lain
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR Gangguan Rangsangan Seksual pada Perempuan
Ketidakmampuan berulang atau menetap untuk mencapai atau mempertahankan respon kegairahan seksual berupa pembengkakan dan lubrikasi yang adekuat sampai aktivitas seksual berakhir
Ganggauan ini menimbulakn penderitaan yang nyata dan kesulitan interpersonal
Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I yang lain(kecuali gangguan disfungsi seksual lain)
Tidak disebabkan pengguanan zat dan keadaan medis umum
Etiologi
Inhibisi selama masa perkembangan, masa falik
Konflik odipus yang tidak terselesaikan
Stress kronk,ansietas, depresi
Abstinensia seksual jangka lama
Ekspesi permusuan dengan pasangan
Adanya hasrat seksual dipengarui : factor biologis,arga diri yang adekuat, kemampuan menerima seseorang sebagai mahluk seksual, pengalaman yang baik mengenai seksual, keberadaan pasangan yang sesuai. Kerusakan atau ketiadaan factor ini akan menurunkan hasrat
110
www.repository.unimus.ac.id
Penegakkan diagnosis 1. Anamnesa : mencari etiologi,stressor atau factor yang mempengarui seperti diatas Mencari apakah kelainan ini menimbulkan hendaya aatau gangguan fungsi Mencari apakah ada penggunaan zat psikoaktifatau riwayat penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan asrat 2. Pemeriksaan fisik :mencari adakah gangguan medis umum 3. Pemeriksaan psikiatri : memeriksa pemeriksaan psikiatri untuk menyingkirkan gangguan aksis I yang lain, mencari apakah ada factor komorbid seperti gangguan kepribadian, depresi dan lain-lain 4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk mencari kelainan anatomi (USG, HSG dll)
Pemeriksaan
hormonal
(estrogren,
progesterone,
androgrn,
oksitosin, prolaktin)
Pemeriksaan fungsi syaraf
Diagnosa Banding
Gangguan hasrat seksual karena penggunaan zat
Gangguan hasrat seksual karena gangguan medis umum
Gangguan hasrat seksual akibat aksis I yang lain (misal depresi, ansietas dll)
Terapi
Terapi psikologi : menggali konflik yang tidak disadari,emosi, fantasi dan kesulitan interpersonal
Terapi sex-dual :terapi yang menganggap pasangan sebagaiobjek terapi,bukan hanya terapi pada pasien. Pasangan didudukkan bersama
dan
menyelesaikan
saling
mengklarifikasi,
masalah
mendiskusikan,
passangan.Tujuan
terapi
dan ini
menghilangkan ketidakpuasan pasangan dengan cara komunikasi.
111
www.repository.unimus.ac.id
Latihan teknik dan latihan khusus Pada gangguan hasrat
pasien diminta latihan masturbasi,
menggunakan alat bantuan sex
Hipnoterapi Untuk menghilangkan ansietas pada disfungsi tertentu untuk membuang gejala sisa dan meruah sifat
Terapi perilaku Untuk membuat hierarki peristiwa yang membuat ansietas, kemudian mensikapinya. Latihan mengemukakan kebutuhan seksual dengan teerbuka
Terapi kelompok Untuk
memeriksa
masalah
interpersonal
dan
intrapsikis
pasien.kelompok ini akan mendukung pasien melawan mitos seksual, memperbaiki kesalahan konsep, member informasi yang benar
Terapi seks beorientasi analitis Mengkaji factor dinamis
seperti mimpi, rasa takut, agresif,
kesulitan mempercayai pasangan dan lain-lain
Terapi biologis Tereapi biologis berupa : farmakoterapi, pembedahan, alat mekanis Farmakoterapi untuk disfungsi seksual dapat diberikan sindenafil. Krim alprostadil dapat meningkatkan perangsangan seksual. Anti depresan dapat diberikan pada pasien yang fobia terhadap sex. Zat afrodisiak juga dapat meningkatnya gairah seksual. Agen dopaminergik
dapat
meningkatkan
perfoma
seksual
dan
memperbaiki fungsi seksual.
Terapi hormonal Androgen meningkatkan gairah sex pada laki-laki dan permpuan. Kombinasi estrogen dan testosterone akan memperbaiki gejala. Penggunaan antiandrogen dan antiestrogen akan meningkatkan libido 112
www.repository.unimus.ac.id
Pendekatan terapi mekanis menggunakan vibrator, pompa vakum, EROS untuk menciptkan ereksi pada perempuan
7.2. GANGGUAN ORGASMUS DAN GANGGUAN EREKSI KEMAMPUAN : 3A ICD X. F.52.3
Kriteri DSM-IV-TR mengenai ganguan ereksi Laki-laki
Ketidakmampuan
berulang
atau
menetap
mempertahankan
ereksi
yangadekuat sampai aktivitas seksual berakir
Gangguan ini menimbulkan penderitaan yang nyata dan gangguan interpersonal
Disfungsi ereksi tidak disebabkan gangguan Axis I lain,kecuali disfungsiseksual lain
Disfungsi ereksi tidak disebabkan oleh penggunaan zat psikoaktif atau gangguan medis umum
Kriteria Diagnosa Gangguan Orgasme Perempuan
Penundaan atau tidak adanya orgasmus setelah fase gairah seksual normal yang berulang dan menetap. Perempuan menunjukkan keberagaman luas dan jenis atau intensitas stimulasi yang mencetuskan orgasmus.
Diagnosa ditegakkan oleh klinisi didasarkan padapenilaian klinis bahwa kapasitas orgasmus perempuan itu kurang berdasarkan usia,pengalaman seksual dan stimulasi seksual adekuat yang dia terima
Gangguan ini menimbulkan penderitaan yang nyata dan kesulitan interpersonal
Disfungsi orgasme tidak di sebabkan oleh gangguan Axis I lain, kecuali gangguan disfungsi seksual lain
Disfungsi tidak disebabkan pengguanan zat psikoaktif dan gangguan medis umum
113
www.repository.unimus.ac.id
Kriteria Diagnostik Gangguan orgasme pada laki-laki
Penundaan atau tidak adanya orgasme yang terjadi berulang atau menetap setelah fase gairah seksual yang normal.
Dinilai oleh klinisi berdasarkan usia, tidak adekuat dalam focus, intensitas dan durasinya
Gangguan ini mkenimbulkan penderitaanyang nyata atau gangguan interpersonal
Disfungsi orgasme tidak di sebabkan oleh gangguan Axis I lain, kecuali gangguan disfungsi seksual lain
Disfungsi tidak disebabkan pengguanan zat psikoaktif dan gangguan medis umum
Kriteria Diagnosa DSM-IV-TR Ejakulasi Dini
Ejakulasi berulang atau memetap dengan stimulasi seksual yang minimal sebelum, pada saatatau segera setelah penetrasi dan sebelum orang tersebut menginginkannya
Diagnosa ditegakkan oleh klinisi dengan memperhitungkan factor yang mempengaruhi
durasi
fase
gairah
seperti
usia,
pasangan
seksual,pengalaman seksual, situasi dan frekwensi aktivitas seksual
Gangguan
menimbulkan
penderitaan
yang
nyata
dan
kesulitan
interpersonal
Disfungsi orgasme tidak di sebabkan oleh gangguan Axis I lain, kecuali gangguan disfungsi seksual lain
Disfungsi tidak disebabkan pengguanan zat psikoaktif dan gangguan medis umum
B. Etiologi
Faktor biogenic: factor anatomis, factor ormonal, neurologis
Factor intrapsikik: indentifikasi gender, orientasi seksual,
Factor psikogenik : stress, gangguan emosional, pengabaian fungsi sosial, sexual
Kombinasi ketiganya
114
www.repository.unimus.ac.id
C. Penegakan Diagnosa Sesuai criteria diagnose diatas Pemeriksaan fisik : untuk menyingkirkan gangguan medis umum Pemeriksaan penunjang: untuk menyingkirkan gangguan medis umum dan pengguanan zat D. Diagnosa Banding
Gangguan akibat kondisi medis umum
Gangguan akibat pengguanaan zat
E. Terapi
Terapi psikologi : menggali konflik yang tidak disadari,emosi, fantasi dan kesulitan interpersonal
Terapi sex-dual :terapi yang menganggap pasangan sebagaiobjek terapi,bukan hanya terapi pada pasien. Pasangan didudukkan bersama
dan
menyelesaikan
saling
mengklarifikasi,
masalah
mendiskusikan,
passangan.Tujuan
terapi
dan ini
menghilangkan ketidakpuasan pasangan dengan cara komunikasi.
Latihan teknik dan latihan khusus Pada gangguan hasrat
pasien diminta latihan masturbasi,
menggunakan alat bantuan sex
Hipnoterapi Untuk menghilangkan ansietas pada disfungsi tertentu untuk membuang gejala sisa dan meruah sifat
Terapi perilaku Untuk membuat hierarki peristiwa yang membuat ansietas, kemudian mensikapinya. Latihan mengemukakan kebutuhan seksual dengan teerbuka
Terapi kelompok Untuk
memeriksa
masalah
interpersonal
dan
intrapsikis
pasien.kelompok ini akan mendukung pasien melawan mitos
115
www.repository.unimus.ac.id
seksual, memperbaiki kesalahan konsep, member informasi yang benar
Terapi seks beorientasi analitis Mengkaji factor dinamis
seperti mimpi, rasa takut, agresif,
kesulitan mempercayai pasangan dan lain-lain
Terapi biologis Tereapi biologis berupa : farmakoterapi, pembedahan, alat mekanis Farmakoterapi untuk disfungsi seksual dapat diberikan sindenafil. Krim alprostadil dapat meningkatkan perangsangan seksual. Anti depresan dapat diberikan pada pasien yang fobia terhadap sex. Zat afrodisiak juga dapat meningkatnya gairah seksual. Agen dopaminergik
dapat
meningkatkan
perfoma
seksual
dan
memperbaiki fungsi seksual.
Terapi hormonal Androgen meningkatkan gairah sex pada laki-laki dan permpuan. Kombinasi estrogen dan testosterone akan memperbaiki gejala. Penggunaan antiandrogen dan antiestrogen akan meningkatkan libido
Pendekatan terapi mekanis menggunakan vibrator, pompa vakum, EROS untuk menciptkan ereksi pada perempuan
7.3. GANGGUAN PSIKOSEKSUAL Gangguan psikoseksual terbagi menjadi 1. Gangguan fungsi Pria : gagal erreksi, gagal ejakulasi Wanita : libido menurun, vaginismus, dispreuni, disfungsi orgasmus Etiologi :
Fisik :diabetes, mixudema, gangguan MS, operasi daerah pinggul)
Obat : psikotropika, beta bloker, antipsikotik, antidepresan, diuretic, benzodiazepine
Psikiatrik : depresi, ansietas, penyalahgunaan alcohol 116
www.repository.unimus.ac.id
Hubungan pribadi
Psikologis
Riwayat penyiksaan
2. Gangguan preferensi Terdiri dari :
Tindakan seksual : ekshibionisme, voyerousme, sadomachokisme, froteurime
Objek seksual: fetishisme, transvetishisme, pedofilia, nekrofilia, bestialitas
3. Gangguan identitas Adalah ketidak wajaran pengakuan jenis kelamin Keinginan untuk menjadi lawan jenis Berminat operasiganti kelamin jika sudah menjalani peran lawan jenis selama 2 tahun
Dapat terjadi pada masa anak dan dewasa
Pada masa anak: berpakaian, berperilaku seperti lawan jenis, gangguan ini sering terjadi pada pria biseksual dewasa
Pada masa dewasa: Lebih banyak pria Berminat operasi ganti kelamin
117
www.repository.unimus.ac.id
BAB VIII GANGGUAN TIDUR 8.1. HIPERSOMNIA KEMAPUAN : 4A ICD X.G.47 Masalah kesehatan Hipersomnia adalah tidur yang berlebihan , rasa mengantuk di siang hari yang berlebihan, atau kadang keduannya. Hipersomnia sementara dan situasional merupakan gangguan pola tidur-bangun normal. Hipersomnia dapat terjadi karena kelainan organic otak, idiopatik, keadaan narkoleptik, atau karena kondisi kejiwaan tertentu Contoh Kasus: Seorang perempuan berusia 22 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan cepat mengantuk. Keluhan ini dirasakan lebih darui 2 bulan ini. Pasien merupakan sarjana diploma kebidanan tapi hingga sekarang belum bekerja. Pasien mengeluh cepat mengantuk kalau siang, dan selalu tidur siang lama. Pada malam hari pasien juga selalu tidur lebih cepat dan sulit bangun pagi hari.
Hasil anamnesis (Subjective)
Keadaan ini ditandai dengan kesulitan yang berlebihan untuk tetap terjaga
Kecenderungan untuk tetap berada di tempat tidur dalam periode waktu yang sangat lama
Sering kembali ke tempat tidur untuk tidur siang hari.
Pada kondisi kelelahan atau jatuh tertidur lebih awal dari biasanya
Kesulitan bangun di pagi.
Merasa lelah yang hebat sepanjang hari
Merasa tetap mengantuk meskipun telah tidur malam dan tidur siang
118
www.repository.unimus.ac.id
Sulit berpikir dan membuat keputusan, pikiran tidak jernih
Apati (kurang emosi, motivasi, atau antusiasme)
Sulit berkonsentrasi atau mengingat
Peningkatan risiko kecelakaan, terutama kecelakaan kendaraan bermotor
Penyebab hipersomnia [
Hipersomnia adalah penyakit idiopatik,
walaupun infeksi viral/trauma
kepala dapat menyebabkn hipersomnia primer
Kurang tidur - Sebelum hipersomnia muncul, jam kerja yang panjang ditambah dengan lembur mungkin belum akan memiliki efek selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Tapi, remaja yang bergadang hingga pagi, mungkin akan merasa lelah selama seminggu.
Faktor lingkungan - terbangun dari tidur yang disebabkan oleh berbagai gangguan, seperti karena teman mendengkur, bayi yang terjaga, tetangga berisik, suhu panas atau dingin, atau karena tidur di kasur yang tidak nyaman.
Kerja shift - sangat sulit mendapatkan istirahat yang cukup apabila bekerja secara shift, terutama mereka yang shift malam.
Kondisi mental - kecemasan dapat membuat seseorang tidak dapat tidur di malam hari, yang membuat mereka rentan mengalami kantuk di siang hari. Karena depresi dan kecemasan sangat menguras energi.
Obat-obatan - obat-obatan seperti alkohol, kafein, obat penenang, obat tidur dan antihistamin dapat mengganggu pola tidur.
Penyakit - seperti hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif), refluks esofagus, asma nokturnal dan penyakit kronis dapat mengganggu tidur. Infeksi virus yang mencetuskan gangguan neurologi Seperti SGB(sindrom Gulian Bare), infeksi mononucleosis infeksiosa.
Perubahan zona waktu - pergi ke belahan bumi lain yang memilki zona waktu yang berbeda dapat mempengaruhi jam biologis internal.
119
www.repository.unimus.ac.id
Gangguan tidur - seprti sleep apnea, sindrom kaki gelisah, tidur berjalan, narkolepsi, hipersomnia idiopatik dan insomnia, semuanya dapat menyebabkan hipersomnia
Respon terhadap perubahan kehidupan
Konflik atau kehilangan saat ini
gangguan kepribadian:
misalnya gangguan disosiatif, gangguan
somatoform, fugue disosiatif, dan gangguan amnestik
Gangguan tidur yang dapat menyebabkan kantuk berlebihan di siang hari:
Sleep apnea - berhentinya pernapasan atau kurang bernapas saat tidur.
Insomnia - kondisi ini sangat umum terjadi, tetapi tidak selalu menyebabkan hipersomnia. Insomnia merupakan gejala, bukan penyakit.
Sindrom kaki gelisah - sensasi kram di kaki, terutama pada betis. Penderitanya seringkali harus menggerak-gerakkan kakinya atau harus berjalan-jalan.
Tidur berjalan - ini adalah perilaku abnormal saat tidur. Penderitanya dapat berjalan padahal masih tertidur. Tidur berjalan lebih sering terjadi pada anak-anak ketimbang orang dewasa.
Narkolepsi - ini adalah gangguan tidur yang relatif langka yang ditandai dengan rasa kantuk sepanjang waktu.
Hipersomnia idiopatik - gangguan tidur ini ditandai dengan tidur berlebihan di malam hari tapi tetap butuh tidur di siang hari.
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (Objective) Perlu menyingkirkan kelainan SSP yang dapatmenyebabkan hipersomnia(misal trauma, infeksi) Perlu menyingkirkan pengaruh obat-obatan yang menyebabkan hipersomnia
120
www.repository.unimus.ac.id
Penegakan diagnosis (Assessment) Penegakan diagnosis hipersomnia meliputi diagnosis hipersomnia primer dan hipersomnia akibat gangguan jiwa lain Kriteria diagnosis DSM-IV-TR hipersomnia primer 1. Keluhan yang dominan untuk waktu sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode tidur lama atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari. 2. Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderitaan secara klinis bermakna atau hendaya fungsi social, pekerjaan, atau area fungsi penting lain 3. Rasa mengantuk sebiknya tidak disebabkan insomnia dan tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan tidur lain ( contoh: narkolepsi, gangguan tidur terkait pernapasan, ganggua tidur irama sirkadian, atau parasomnia) 4. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (contoh: gangguan depresi berat, gangguan anxietas menyeluruh, delirium) 5. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsungsuatu zat( contoh: penyalahgunaan obat) atau keadaan medis umum. Tentukan jika: Berulang: jika terdapat periode rasa mengantuk berlebihan yang berlangsung sedikitnya selama 3 hari terjadi beberapa kali dalam setahun selama sedikitnya 2 tahun Kriteria diagnosis DSM-IV-TR hipersomnia akibat gangguan jiwa lain 1. Keluhan yang dominan untuk waktu sedikitnya 1 bulan seperti adanya episode tidur lama atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari. 2. Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderitaan secara klinis bermakna atau hendaya fungsi social, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
121
www.repository.unimus.ac.id
3. Hipersomnia dianggap gangguan axis I atau II lain (contoh gangguan depresif erat, gangguan distimik) tetapi cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri. 4. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan gangguan tidur lain ( contoh: narkolepsi, gangguan tidur terkait pernapasan, parasomnia) atau kurang tidur 5. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh: penyalahgunaan obat) atau keadaan medis lain. Penatalaksanaan komprehensif ( Plan) Medikamentosa
Diberikan obat-obatan simultan seperti amfetamin yang diberikan pagi atau sore hari.
Obat antidepresan non sedasi seperti bupropion (wellbutrin)
stimulan baru seperti modafinil (provigil)
Edukasi dan Konseling 1. penyelesaian permasalahan / stress 2. perubahan gaya hidup, seperti: a. Menghindari rokok, alkohol dan minuman berkafein sebelum tidur. b.Relaksasi secara rutin untuk mencegah kecemasan atau kekhawatiran di malam hari. c.Berolahraga secara teratur dan menjaga berat badan yang normal. d.Diet seimbang untuk mencegah kekurangan gizi. e.Hindari gangguan di ruang tidur, misalnya dengan tidak menempatkan televisi di kamar tidur. f.Atur tempat tidur senyaman mungkin, pastikan suhunya tidak terlalu panas atau terlalu dingin. g.Terapkan jadwal tidur, dan patuhi. Hal ini akan membuat tubuh Anda terbiasa dan akan merespon ketika saatnya harus tidur. h.Hanya tidur hanya saat mengantuk.
122
www.repository.unimus.ac.id
Prognosis Hipersomnia dengan onset umur 15-30 tahun yang tidak diterapi akan stabil dan kronik. Hiperinsomnia akan berlangsung seumur hidup. Tidak dapat menghilang dengan sendirinya. Dapat mengarah ke depresi.Pada anak-anak dapat terjadi hiperaktivitas.
8.2.
INSOMNIA
KEMAMPUAN : 4A ICD.X. G.47 Masalah Klinik Insomnia adalah kesulitan memulai tidur, mempertahankan tidur atau tidak dapat menyegerakan tidur paling tidak selama 1 bulan. Keadaan Insomnia ini mennyebabkan gangguan fungsi individu yang bermakna. Insomnia kronik berlangsung lebih dari 6 bulan, sedangkan insomnia jangka pendek berlangsung 1-6 bulan. Menurut data penelitian di 49% terjadi pada laki-laki, 51 % terjadi pada perempuan. Menurut type insomnia 17 % insomnia primer, 83% insomnia sekunder. Berdasarkan usia, terjadi 11 % pada usia < 20 tahun, 32% terjadi pada usiaa 20-30 tahun, 40 % terjadi padapasien 31-50 tahun, sisanya 17% pada usia lebih dari 50 tahun. Sebagian besar terjadi pada pasien yang menikah. Insomnia dapat terkait dengan skizofrenia, gangguan psikotik akut,depresi, gangguan bipolar, derilium, gangguan mental organic. Penelitian lain menyebutkan 58 % insonia adalah sekunder. Terutama karena depresi.
Pembagian Isomnia Insonia dibagi menjadi insomnia primer dan sekunder. Insomnia Primer adalah insomnia yang tidak berhubungan dengan gangguan medis, gangguan psikiatri atau penyalahgunaan zat. Insomnia primer terjadi 3 dari 10 orang yang mengalami insomnia. Insomnia sekunder adalah insomnia yang disebabkan oleh gangguan tersebutdiatas.
123
www.repository.unimus.ac.id
Menurut ICD X, insomnia dibagi menjadi organikdan non organic. Insomnia non organic dibagi menjadi dysomnia (gangguan lama waktu dan kualitas tidur)
dan parasomnia(episode abnormalyang terjadisaat tidur
misalmimpi buruk atau tidur sambil berjalan). Menurut ICD X insomnia kronik berlangsung lebih dr 1 bulan Menurut DSM TR-IV , Insomnia dibagi menjadi 4 yaitu insomnia yang terkait dengan gangguan mental lain, gangguan tidur disebabkan oleh gangguan medis umum, gangguan tidur yang berhubungan dengan penggunaan zat, dan gangguan tidur primer yang tidak terkait dengan hal diatas. Berdasarkan Clasification sleep disorder, insomnia dibagi menjadi : insomnia akut, insomnia psicofisiologik,insomnia paradoxical, insomnia idiopatik, insomnia karena gangguan mental, Insomnia karena gangguan higenitas, insomnia karena obat, insomnia karena kondisi medis, insomnia karena substansi non organic, insomnia karena substansi organic. Etiologi, 1.
stress :kekhawatiran terhadap sesuatu membuatpikiran menjadi aktif pada malam hari, sehingga sulit tidur
2.
obat obatan : seperti antidepresan, obatjantung, obat darah tinggi, obat antialergi, obat kortikosteroid, stimulant
3.
minuman : kafein, alcohol, kopi, the, cola,nikotin. Mengandung stimulant yang menyebabkn susah tidur.Alkohol mencegah tidur dalam sehingga jadi mudah terbangun
4.
kondisi medis : misal nyeri kronis,kesulitan bernafas, sering buang air kecil. Contoh penyakit : DM, alzeimer, arthritis, kanker, penyakit jantung, paru, GERD, penyakit Parkinson, penyakit stroke
5.
perubahan lingkungan dan jadwal kerja
misal akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu menyebabkan berubahnya iramasikardian
124
www.repository.unimus.ac.id
Faktor risiko 1. wanita : lebih banyak karena pengaruh hormon saat menstruasi atau menopause 2. usia: > 60 tahun lebih banyak 3. gangguan mental lain : misal psikotik, depresi,gangguan bipolar, post traumatic stress sindrom, 4. stress : misal kehilangan, maslah dalam rumah tangga menyebabkan insomnia, 5. perubahan kerja, suasana, pergeseran waktu Anamnesis 1. sulit memulai tidur 2. sering terbangun pada malam hari 3. bangun tidur lebih awal 4. kelelahan dan mengantuk dan siang hari 5. iritabel, depresi, stress, cemas 6. sering tidak konsentrasi saat bekerja, meningkatnya risiko kecelakaan kerja
Pemeriksaan fisik 1. ketegangan motorik 2. iritabilitas 3. gangguan gastrointestinal Kriteria Diagnosa Menurut DSM TR-IV Kesulitan atau gangguan untuk memulai dan mempertahankan tidur atau tidur yang non restorative yang berlangsung setidaknya 1 bulan sehingga menyebabkan hendaya fungsi sosial individu yang signifikan. Kriteria Insomnia non organic menurut PPDGJ III 1. keluhan masuk tidur, wktu tidur atau kualitas tidur yang buruk 2. gangguan minimal 3x seminggu dalm waktu 1 bulan
125
www.repository.unimus.ac.id
3. adanya pre okupasi terhadap sesuatu sehingga tidak dapt tidur siang hari dan malam hari 4. ketidakpuasan terhadap kualitas dan kuantitas tidur sehingga menyebabkan penderitaan yang berpengaruh pada fungsi sosial dan pekerjaan 5. adanya gangguan jiwa lain (depresi/ansietas) tidak menyebabkan diagnose ansietas diabaikan 6. criteria lama tidur tidak digunakan sebagai patokan karena besarnya variasi individual 7. lama gangguan tidak memenuhi criteria diatas disebut transient insomnia, reaksi stress akut atau penyesuaian Tatalaksana 1. non farmakologi : berupa terapi tingkah laku untuk mengaturpola tidur, menyamankan tidur. Terapi ini merupakan langkah awal untuk penderita insomnia Meliputi : edukasi mengenai pola tidur yang baik relaksasi : relaksasi otot secara progresif, biofeedback, dan laitihan pernafasan tujuan
latihan
relaksasi
untuk
mengotntrol
pernafasan,
tonus,
cardiovascular dan mood terapi kogniitif : adalah perubahan pola pikir dari kekhawatiran tidak dapat tidur. Caranyadengan bertemu, berdiskusi dalam group restriksi tidur : mengurangi waktu ditempat tidur agar malamnya lelah dan dapt tidur mengontrol stimulant : dengan cara tidak melakukan aktivitas lain ditempat tidur. Mencoba tidur, jika 10 menit tidak dapat tidursegera pindah ruang untuk beraktivitas hingga tidur bangun tiap pagi dengan jadwal yang sama, tanpa melihat sudah tidur berapa jam, untuk memperbaiki pola tidur hindari tidur siang 126
www.repository.unimus.ac.id
hindari hal yang memicu insomnia 2. Medikamentosa Terapi
fermakologi
yang
dapat
diberikan
obat
golongan
benzodiazepine dan non benzodiazepine. Pemilihan tergantung sifat gangguan tidur
Initial insomnia : sulit masuk tidur dibutuhkan obat sleep inducing insomnia yaitu golongan benzodiazepine short acting
Delayed insomnia : proses tidur terlalu singkat, setelah bangun sukar tidurkembali. Dalam hal ini dibutuhkan prolonged phase anti insomnia. Misalnya golongan trisiklik/tertasiklik anti depresan
Broken insomnia : siklus pola tidur normal terpecah-pecah menjadi beberapa bagian(multiple awakening). Diutuhkan sleep maintening anti insomnia seperti golongan barbiturate long acting
Pemberrian obat 15-30 menit sebelum tidur, menggunakan dosis kecil daipertahankan sampai dapat mengontrol insomnia 1-2 minggu kemudian tapering off agar tidak terjadi rebound. Pada lansia kurangi dosisnya. Lama pemberian sebaiknya 1-2 minggu saja agarrisiko ketergantungan kecil. Pemberian antiinsomnia > 2 minggu akan merubah gelombang EEG tidur yangmenetap selama 6bulan Pasien biasanya sulit lepas dari obat karena merasa nyaman menggunakan obat, dapatmempermudah tidurnya. Oleh karena itu harus dijelaskan efek samping obatnya Efek samping Obat
Supresi SSP
Antiinsomnia jangka pendek menyebabkan rebound panik
Antiinsomnia jangka menengah menyebabkan rebound
Antiinsomnia jangka panjang menyebabkan tidur sepanjang hari
127
www.repository.unimus.ac.id
Interaksi obat
Penggunaan anti insomnia dan antidepresan, atau alkohol bersamaan dapat mensupresi SSP lebih hebat dapat menyebabkan oversedation dan respiratory failure
Overdosis dapat menyebabkan kematian
Golongan benzodiazepine jarang berinteraksi dengan obat lain karena tidak mengikat enzim microsomal hepar
Komplikasi 1. Hendaya fungsi sosial, pekerjaan 2. Risiko kecelakaan 3. Depresi, gangguan cemas 4. Berat badan meningkat 5. Risiko penyakit degenerative 6. Penurunan daya tahan tubuh
Prognosa Prognosa baik jika diterapi denga adekuat termasuk terapi komorbidnya, penyebabnya. Prognosis buruk jika disertai skizofrenia
128
www.repository.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA 1. Sadock BJ and Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan&Sadock’s, Synopsis of Psychiatry, Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition. Philadelphia USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2. Sadock BJ and Virginia Alcott Sadock. 2004. Kaplan&Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Alih Bahasa Profitasari dan Tiara Mahatmi Nisa. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran Indonesia EGC. 3. Maslim Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta. 4. Maslim Rusdi. 2006. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta. 5. Tomb DA, 2006. Buku Saku Psikiatri. Edisi keenam. EGC: Jakarta 6. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a Glance Psikiatri. 2008. Edisi keempat. EMS: Jakarta 7. Camelia V, Waham Secara Klinis.Repository.USU.ac. 8. Saju Joy. 2014. Postpartum Depression. [diakses tanggal 21 Agustus 2015]. Diunduh dari : URL : http://reference.medscape.com/article/271662-overview#showall 9. Sarah J. Breese McCoy. 2011. Postpartum Depression, An Essential Overview for the Practitioner. [diakses tanggal 21 Agustus 2015]. Diunduh dari : URL : http://www.medscape.com/viewarticle/736748_2 10. http://www.trich.org/dnld/ExpertGuidelines_000.pdf. Experrt Consensus, Guideline for Tricotilomania and Skin Picking disorder 11. www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Hypersomnia.ht tp://emedicine.medscape.com/article/291699-overview#a6 12. http://www.dispsiad.mil.id/index.php/en/publikasi/artikel/221-posttraumatic-stress-disorder-ptsd
129
www.repository.unimus.ac.id