,
.
-
.,
ISSN : 2355-5017
!
.
~
,
Jurnal Volume 1 Nomor 2 Oktober 201 4
Peningkatan Kualitas Cita Rasa Makanan Rumah Sakit untuk Mempercepat Penyembuhan Pasien Konsistensi Mutu Pilus Tepung Tapioka: Identifikasi Parameter Utama Penentu Kerenyahan
E? Publikasi Resmi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan - Fakultas Teknologi Pertanian - Institut Pertanian Bogor
' ~, G
-
1IIII1al Mutu Pang an, Vol. 1(2): 159- 164,201 ISS N 2355-50 1
Strategi Implementasi Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lem ak untuk Pencegahan Risiko Penyakit Tidak Menular Implementation Strategy on the Inclu sion of Information on Sugar, Salt, and Fats Contents to prevent the Risk of Non-communicable Diseases Stefanus Indrayana ' dan N Ul"heni Sri P aJup i' IGablingan Pengllsaha Makanan dan Mi numan Indones ia (G /\PMMI) 2Departel11 en Ilmu dan Tekno logi Pangan, Faku ltas Teknologi Pertanian , Institllt Pelianian Bogor
Abstract. In Indonesia, the growth of/ood processing industlJl and ready to eat food/dis hes fo llow the growth offast-food outlets, fast-food chains, and restaurants. The changes offiJOd consumption pattern in Indones ian consumers is shown by the increase in consumption ofprocessed al/dfastfoods rich in energy, high in suga/~ salt andfat, but low infiba Combined with the lack ofphysical activities or exercise, there may be an increase in non-communicable diseases (NCD) risks. The role of all stakeholders is needed to protect consumersjrmn NCD risks, particularly hypertension, stroke and coral/my heart disease, which are partly du e to excessive intake ofsugm; salt andfat. In response to this problem. the Ministry ofHealth has issued a regulation on the Inclusion of Information on Sugm; Salt, and Fats (SSF) Contents (# 30/2013), as well as Heal/h Messagesfor Processed and Ready to Eat Food. The governlJlent has also launched the 2014 Nutrition Balance Guideline. To support its implementation, the business sec/or can playa significant role in the form of food product reformulation/development, consumer education about the importance of food labeling reading and understanding, as well as providing a clear I/utritional information in a more appealing way as it may help consumer decision making when buyil/g processed food products. Educational institutions in all levels can play an active role through its educatio/1 program, such as course content enrichment. The synergic role between the government, businesses, and educational institutions in educating consumer effectively is essential to minimize NCD risks.
Keywords: sugar-salt-fat (SSF) , non-communicable diseases (NCD) , food cOllSumption pattern, nutrition balance Abstrak. Di Ind ones ia, pertul11buhan ind ustri pengo lahan pangan dan kli li ner pa ngan siap saji dii kuti dengan pertumbuh an gerai siap saj i, fast food chain, dan restoran. Peruba han pola konslll11 si pangan l11asyaraka t dengan meningkatnya konsul11s i pangan o lahan dan siap saji yang kaya energi, tinggi gula, garam dan lemak serta rendah serat disertai dengan kurangnya aktivitas fis ik dapat meningkatkan ri siko terj angki tnya penyakit tidak menular (PTM) . D iperiukan upaya dari berbaga i pihak untuk l11elindungi masyarakat dari risiko PTM, terutama hipertensi, stroke dan serangan j antung yang salah satunya di sebabkan oleh as upan gul a-garam-I emak yang berl ebih. Pemerintah te lah menerbitka n Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahlln 2013 tentang Pencantuman In formasi Ka ndungan G ula, Garam, dan Lem ak serta Pesan Kese hatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Pemerintah j uga te lah meluncurkan buku Pedoman G iz i Seimbang (PGS) 20 14. Da lam imp1ementas inya, ind ustri pangan dapa t berperan antara lain dengan melakllkan reformlliasi/pengembangan produk, melakuka n edu kasi te nta ng pentingnya pembacaan label dan informas i nutrisi produk pangan, serta menyajikan in fo rmas i nutrisi dengan lebih menarik dan j elas untuk meningkatkan pemahaman konsumen aka n kand llngan nu tri si suatll prodll k pangan, yang diharap ka n dapat memengarllhi proses pengambilan ke putusan saat pembelian. Insti tusi pendidikan di semlla j enj ang dapat berperan akti f dengan me lakllkan pengayaan pada materi pendidikannya. Sinerg i peran pemerintah, pelaku bisnis, dan institusi pendid ikan da lam memberi kan edukas i yang efektif kepada masya rakat merupakan program penting da lam meminimalisasi r isiko penyakit tidak me nlil ar. Kata kunci : gllia-garam-l emak (GGL), penyakit tidak menul ar (PTM), po la ko nsumsi pangan, gizi se imbang
espondensi:
[email protected]
©JMP2014
Mutu Pangan , Vol. 1(2): 159-164 , 2014
PENDAHULUAN ..regara-negara di wilayah Asia Tenggara merupakan yang memiliki masalah ganda dalam kesehatan arakatnya yaitu selain belum tuntasnya kasus lkit menular (communicable diseas es), seperti dan pneumonia, juga terdapat kasus penyakit tidak liar (PTM, non-communicable diseases), seperti lkit kardiovaskular, diabetes dan gangguan mental. 'ila dipertimbangkan pula penyebab kematian karena 'a (kecelakaan, bencana alam, dan sebagainya), maka 'a-negara ini menghadapi tiga penyebab mortalitas norbiditas , yaitu akibat penyakit menular, penyakit menular dan cedera. Pada tahun 2004, jumlah PTM !bab mortalitas di kawasan Asia Tenggara adalah ar 50.4%, dengan separuh di antaranya disebabkan lkit jantung (25.4% dari total mortalitas di wilayah Tenggara). Tingkat tertinggi dalam wilayah yang lti adalah Bhutan (735 per 100 000 penduduk) dan lesia menduduki urutan kelima, yaitu 650 kematian 00000 penduduk (Dhillon et al. 2012). 'TM atau penyakit kronis merupakan penyakit berdurasi panjang dan berkembang secara perlahan :) 2013). Terdapat empat jenis PTM yaitu penyakit Dvaskuler (serangan jantung dan stroke), kanker, lkit saluran pernafasan kronis (penyakit paru-paru s dan asma), dan diabetes , Di dunia, PTM merupa)enyebab utama kematian yang berkisar 63% dari Ih kematian per tahun dan membunuh lebih dari 36 Irang per tahun. Sekitar 80% kematian akibat PTM i pada negara dengan penghasilan rendah sampai g. Peningkatan populasi yang mengalami obesitas uruh dunia sebagai akibat adanya perubahan pola n juga memicu meningkatnya PTM. Di negaraa berkembang, terutama di daerah urban yang )l1l1yai penghasilan relatif lebih tinggi, kekurangan n energi bukan merupakan masalah lagi . Sebaliketersediaan pangan yang murah, padat energi yang kan pedagang kaki lima (street food) dan restoran saji (fast food) dapat menjadi penyebab konsumsi berlebihan. Faktor spesifik yang terkait dengan inya obesitas di negara berkembang an tara lain 'a urbanisasi dan meningkatnya budaya makanan :;aji (fast food/modern western diet) yang sangat kandungan kalorinya (Caballero 2005). ~a
,supan garam (sodium) yang tinggi banyak dikaitengan sejumlah kejadian PTM (hipertensi, penyakit 19 dan stroke), dan sebaliknya penurunan asupan I dapat mengurangi risiko terkait PTM. Data terbaru 19 asupan sodium menunjukkan bahwa konsumsi 1 pad a populasi di seluruh dunia melebihi kebutuhan )gisnya. Sehubungan dengan itu, World Health 1ization (WHO) merekomendasikan konsumsi m untuk orang dewasa sebesar 2 g sodium! hari yang dengan 5 g garam/hari (WHO 2012). Ii Indonesia, terjadinya peningkatan prevalensi .kit dan kematian akibat PTM seiring dengan per-
>JMP2014
tumbuhan perekonomian . Tingkat pertumbuhan industri pengolahan pangan dan juga kuliner pangan siap saji ditandai dengan pertumbuhan gerai siap saji di Indonesia, fast food chain, dan restoran. Prod uk pang an olahan tersebut ditengarai tingg i gula, garam dan lemak, Perubahan pola makan ma syarakat dengan meningkatnya konsumsi pangan olahan dan siap saji yang kay a akan energi, tinggi gula, garam dan lemak serta rendah serat disertai dengan kurangn ya aktivitas fisik meningkatkan risiko terjadinya PTM. Namun demikian pada kenyataannya sumber asupan gula, garam , dan lemak tidak hanya berasal dari pangan olahan (processed food) dan pangan siap saji dari restoran, namun bisa berasal dari pangan yang disiapkan dalam skala rumah tangga dan '. pangan jajanan. Penyakit menular, tidak menular dan cedera penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2008 disajikan pada Gambar 1 (WHO 2011), sedangkan kejadian penyakit tidak menular terutama diabetes melitus, stroke dan hipertensi dapat dilih at pada Gambar 2 (Kemenkes 20l3a). Oleh karena itu diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk melindungi Illasyarakat dari risiko penyakit tidak menular, terutama hipertensi, stroke dan serangan jantung yang salah satunya disebabkan oleh asupan gula, garam dan lemak yang berl ebih. 35
-
30
~ 25
"iii 20 c:
e!
Q,.
10 5
o +-=::::IZl£.L-r--J Diabetes
Hipertensi
Stroke
02007 12]2013 Gambar 1. Prevalensi diabetes, hipertensi, dan stroke penduduk di Indonesia pada 2007 dan 2013 (Kemenkes 2013)
PERAN PEMERINTAH Indonesia tennasuk negara yang berpartisipasi aktif di Codex Alimentarius Commission (CAC) yang merupakan organisasi antar pemerintah yang dibentuk oleh Food and Agricultural Organization (FAO) dan WHO pada tahun 1962. Mandat dari CAC adalah mengembangkan standar pangan dan mewujudkan perdagangan intemasional yang adil dan jujur. Keanggotaan CAC terbuka bagi seluruh negara, dan bersifat sukarela (voluntwy) , namun pad a prakteknya rekomendasi CAC menjadi referensi bagi para pengambil keputusan negara di bidang standardisasi pangan. Partisipasi Indonesia di CAC an tara lain adalah dalam pengusulan dan penyusunan standar Codex, seperti mi instan, produk berbasis
Jurnal Mutu Pangan , Vol. 1(2): 159-164,201 ·
Diabetes ' 48300' 30/.
Kanker; 215500; , -.. 13°'10 ...... _ . _ .. ~------•
0
Cedera; 114600; 7% Penyakil kronis lain ; 167700; 10%
Gambar 2. Penyakit menular. tidak menular dan cedera penyebab kematian di Indonesia pad a tahun 2008 (WHO 2011)
klai, tempe, minuman fermentasi (fermented drinks), 'ung sagu dan pedoman bahan penolong (processing Is). Dalam menjalankan fungsinya, berbagai instansi di lonesia sangat berkaitan dengan CAC, yaitu Badan Ll1dardisasi Nasional (BSN), Badan Pengawas Obat 1 Makanan (BPOM), Kementerian Perdagangan, menterian Perindustrian, Kementerian Kesehatan, serta menterian Peri kanan dan Kelautan. Berbagai kelompok ja dibentuk yang melibatkan instansi pemerintah ,ebut di dalam penyusunan dan penetapan stan dar dan :ulasi yang berkaitan dengan makanan dan minuman. OM pun memiliki beberapa arah kebijakan seperti 19uatan sistem regulasi dengan strategi mem-perkuat al aspek, pengaturan dan standardisasi; penilaian [manan, khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan 'edar di Indonesia; inspeksi, pengambilan sampel 1 pengujian laboratorium dan produk yang beredar; 19awasan label dan iklan, serta peringatan kepada syarakat yang didukung oleh penegakan hukum serta )ijakan pengawasan obat dan makanan bei'basis risiko.
terutama hiperten si, stroke, diabetes dan serangan jantun! yang salah satunya disebabkan oleh asupan gula, garam dan lemak yang berlebih; (2) l1lengurangi risiko penyaki tidak menular dengan l1lengedukasi masyarakat l1lelalu pencantuman informasi kandungan gula, garam, dar lemak, serta pesan kesehatan untuk pangan olahan dar pangan siap saji. Pada intinya paraturan tersebut memua kewajiban bagi setiap orang yang mel1lproduksi pangar olahan dan siap saji yang mengandung gula, garal1l, dan atau lemak wajib memberikan informasi kandungan gula garam , dan lemak, serta pesan kesehatan l1lelalui medi~ infonnasi dan promosi. Adapun pesan kesehatan yan~ dimaksud adalah sebagai berikut: " Konsumsi gula lebit dari 50 g, natrium lebih dari 2000 mg, atau lemak tota lebih dari 67 g per orang per hari berisiko hipertensi stroke, diabetes dan serangan jantung".
Konsumsi pangan yang tidak sehat dan aktivitas k yang kurang merupakan faktor risiko utama tergkit penyakit kronis. Untuk itu dalam mengonsumsi 19an direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: memenuhi keseimbangan energi dan berat badan al; (2) membatasi asupan energi dari lemak total dan mbah konsumsi lemak dari lemak jenuh lemak meni tak jenuh serta tidak mengandung asam trans-Iemak; tingkatkan konsumsi buahan dan sayuran, serta :ang polong, biji-bijian utuh dan kacang-kacangan; (4) mbatasi konsumsi gula; serta (5) membatasi konsumsi am (sodium) dari berbagai sumber dan menggunakan am beryodium (WHO 2014).
Selain itu melalui kegiatan hari gizi nasional (HGN: ke-54 tanggal 25 Februari 2014 Kementerian Kesehatar telah meluncurkan buku Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Pedoman Gizi Seimbang yang diluncurkan merupakar penyempurnaan dari pedoman-pedoman sebelumnya Terdapat empat pilar prinsip yang harus dipenuhi dalarr mewujudkan gizi seimbang, yaitu : (a) mengonsums makanan beragam, karena tidak ada satupun jeni~ makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yan~ dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dar mempertahankan kesehatannya, kecuali air susu ibt (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan; (b: l1lembiasakan perilaku hidup bersih, karena perilakL hidup bersih sangat terkait dengan prinsip gizi seimbang: (c) l1lelakukan aktivitas fisik untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kc dalam tubuh; dan (d) mempertahankan dan memantau berat badan dalam batas nonnal.
Menyikapi kondisi berkembangnya penyakit tidak nular akibat adanya perubahan pola pangan, peme:ah antara lain menerbitkan Peraturan Menteri ;;ehatan Nomor 30 Tahun 20 13 tentang "Pencantuman Jrmasi Kandungan Gula, Garam, dan Lel1lak serta :an Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap i" (Kemenkes 2013b). Perahlran tersebut bertujuan (1) lindungi masyarakat dari risiko penyakit tidak menular
Pemantauan berat badan normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari 'Pola Hidup' dengan 'Gizi Seimbang', sehingga dapat mencegah penyimpangan berat badan, dan apabila teljadi penyil1lpangan maka dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya . Jika dibandingkan dengan pedoman umum gizi seimbang sebe lumnya terdapat 5 butir pesan yang dipertahankan sama, 4 butir dihilangkan , dan 4 butir
©JMP2014
1
Autu Pangan , Vol. 1(2): 159-164, 2014
11. Sandingan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) tahun 2003 dan pedoman gizi seimbang (PGS) tahun 2014 lenkes 2003; Kemenkes 2014) Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Makanlah aneka ragam makanan 1 Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi 2
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan 1 Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan 4
Makanlah makanan sumbe r karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi 2 Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi 2 Gunakan garam beriodium untuk mencegah timbulnya gangguan akibatkekuranganiodium (GAKI)2 Makanlah makanan sumber zat besi untuk mencegah anemia 3 Berikan asi saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan 3 Biasakan makan pag i (sarapan)1 Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya 1
Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi4 Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok2
Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur 1
Batasi konsumsi pangan manis , asin dan berlemak 2
Biasakan sarapan1 Biasakan minum air putih yang cukup dan aman 1 Biasakan membaca label pad a kemasan pangan 1 Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir4 Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal 1
Hindari minum minuman beralkohoP Makanlah makanan ya ng aman bagi kesehatan 3 Bacalah label pad a makanan ya ng dikemas 1 angan: 1tidak berubah; 2digabung dan diformulasikan ; 3dihilangkan; 4baru
digabungkan dan difonnulasikan kembali menjadi ir yang baru, serta 3 butir yang baru (Tabel 1). Butir I dalam PGS yang mendukung Peraturan Menteri hatan Nomor 30 Tahun 2013 adalah butir ke lima "batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak". :an demikian peran pemerintah dalam mendorong arakat untuk mendapatkan asupan gizi yang baik gga akan menurunkan kesakitan, kecacatan, kematian serta menjaga kestabilan pengeluaran :rintah untuk menangani kesakitan dan keca, telah tercermin di da lam peraturan dan pedoman JUt. Namlln demikian terbitnya suatu peraturan hanls ~llng dengan kebijakan perijinan, pengawasan dan sakan hukllm yang memadai .
PERANANINDUSTRIPANGAN \nggota Gabungan Pengusaha Makanan dan Iman lndonesia (GAPMMI) yang umumnya adalah L1saha makanan dan minuman olahan yang memo salah satl! pemangku kepentingan dari program an dan gizi nasional, tentunya berusaha untuk selalengan kebijakan pemerintah ten tang Gllia Garam lk (GGL) dan Giz i Seimbang tersebllt, sesllai dengan Ian misi perusahaan masing-masing sebagai penyedia man minuman olahan yang aman, bergi zi dan halaL JAPMMI memandang pentingnya edukasi masyatentang bahaya dari PTM, mengomunikasikannya an baik agar kesadaran masya rakat lebih tinggi dan t ditingkatkan menjadi peri laku hidup ya ng lebih :. Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh industri an adalah eduka si masyarakat tentang pentingnya
£>JMP2014
membaca informasi nutrisi dan label pangan . Edukasi dan promosi kesehatan masyarakat ten tang "Diet dan Gizi Seimbang" yang di lakukan oleh para pemangku kepentingan utam a seperti pemerintah pusat, daerah , komponen masyarakat, perllsahaan, usa ha kecil dan menengah (UKM), dan kuliner harus menjadi gerakan bersama yang bersifat "public p rivate partnership ". Dengan mencermati , melaksanakan pesa n kesehatan dan menjalankan pola hidup yang sehat, maka masyarakat dengan sendirinya akan membatasi konsul11s i gu la, garam dan lemak yang dikonsut11si untuk mengurangi dan menghindari PTM. Para pelaku usaha atau industri pangan di Indonesia yang meng ikuti persyaratan dan standardisasi dengan mengacu pada ketentllan yang berlaku serta telah mendapatkan perset ujuan dari BPOM, dapat memberi keyakinan akan keamanan prod uk pangan yang diproduksi dan dipasarkan. Beberapa prod uk pangan juga telah memberikan tambahan fortifikasi zat gizi mikro, seperti vitamin dan mineraL Selain itu, dalam rangka Illenyikapi peraturan tentang pesan kesehatan dan pedoman gizi seimbang industri pangan dapat Illelakukan reformlilasi prod uk, pengembangan produk baru dan pencantuillan infonnasi nutrisi yang jelas dan leb ih Illenarik sehingga diharapkan para konsumen dapat lebi h Illengerti dan ll1enjadikannya sebagai penentll saat proses pembelian suatu produk pangan. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa sumber asupan GGL tidak hanya berasal dari pangan olahan (pro cessedfood) dan pangan siap saji dari resto ran , tapi bisa berasa l dari pangan yang disiapkan dalam ska la rumah tangga dan pangan jajanan, sehingga masih diperlukan dukllngan data tentang studi
Jurna[ Mulu Pangan , Vol. 1(2): 159"164,2014
pan GGL. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum cantuman inforrnasi GGL dilakukan adalah tingkat lahaman masyarakat mengenai pentingnya pemban label pangan dan info1111asi nutrisi yang terkandung dalamnya. Hal ini penting dilakukan sebelum cantuman pesan GGL terutal11a untuk l11enghindari bulnya anggapan pada masyarakat yang menyal11akan ;epsi pangan yang "tidak atau ktll"ang sehat" dengan juk "tidak sehat" lain l11isalnya, rokok. Oleh karen a sebagai tahap awal untuk mewlljudkan masyarakat )nesia yang lebih sehat . l11elallli produk-produk gan, edukasi tentang pembacaan label pangan , infor:i nutrisi, dan edukasi mengenai nutrisi dan hidup It seyogyanya lebih diutamakan.
PERANAN INSTITUSI PENDIDIKAN Pada umUl11nya pengetahuan masyarakat ten tang lilihan pangan yang bermutu untuk mencapai hidup g sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor an tara lain ai, ekonomi, budaya, kondisi kesehatan dan sebagaiPendidikan gizi l11erupakan salah satu unsur yang ait dalam l11eningkatkan status gizi masyarakat :ka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian lll-pesan gizi yang praktis akan l11embentuk suatu :imbangan bangsa antara gaya hidup dengan pola ml11si masyarakat. Menurut Swann et a1. (20 II) penyakit kardiovas:r dan kanker sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan laku konsul11si pangan, yang sangat pula dipengaruhi . faktor sosial, ekonol11i, dan demografi. Gaya hidup , . konsumsi selia permasalahan gizi yang terjadi pada lp keluarga berbeda-beda, tergantung pada tingkat al ekonominya. Pada keluarga yang kaya dan tinggal erkotaan Ul11umnya kurang aktivitas fisik dan banyak gonsumsi pangan olahan dan siap saji yang kay a akan gi, tinggi gula, garam dan lemak serta rendah serat. I umumnya masalah gizi yang sering dihadapi adalah alah kelebihan gizi, sehingga l11el11punyai risiko tinggi .dinya obesitas dan rawan terhadap penyakit jantung, h tinggi, diabetes dan kanker. Keluarga dengan tingkat sosial ekonominya rendah kin), karena daya beli relatif rendah, sering l11englpi masalah kekurangan gizi. Risiko penyakit yang rita oleh populasi ini umumnya penyakit infeksi :ama diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), ~ berakibat pada rendalmya tingkat intelektual dan ,uktivitas kelja. Pengembangan Pedoman Gizi lbang merupakan salah satu upaya untuk mencapai bahan pola konsumsi pangan di masyarakat yang I akhirnya akan berl11uara pada tercapainya status gizi yarakat yang lebih baik. Institusi pendidikan yang mempunyai tugas utal11a k melaksanakan pendidikan di semua jenjang pendin dapat berperan aktif dengan melakukan pengayaan I materi pendidikannya dengan pesan kesehatan dan
prinsip-prinsip pemenuhan gizi seimbang. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan kurikuler dania tau kegiatan ekstrakurikuler. Pesan kesehatan dan pedoman gizi seil11bang dapat diinkorporasikan ke dalal11 mata kuliah juga dapat diintegrasikan dengan berbagai kegiatan riset. Kegiatan riset dapat diarahkan untuk menghasilkan produk pangan yang sehat serta teknologi yang mendukung pencapaiannya. Selain itu, pesan kesehatan dapat di integrasikan dalal11 kehidupan kal11pus, l11isalnya dengan penyediaan kantin pangan aman dan bermutu, serta dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa dalam rangka sosisalisasi pes an kesehatan kepada masyarakat seCal"a umUI11, dan khususnya masyarakat sekitar kampus. Materi pesan kesehatan sebaiknya diberikan atau dikenalkan sejak dini yang tentunya didukung dengan cara pel11bacaan label dan penekanan akan pentingnya inforl11asi nutrisi yang terdapat pada suatu label pangan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini sangat penting mengingat perubahan perilaku menuju pola pangan sehat membutuhkan proses yang sangat panjang dan akan efektif jika diberikan sejak usia dini. Apabila kegiatan ini digaungkan secara nasional melalui sekolah dan perguruan tinggi, maka efek ganda dari pesan kesehatan tersebut dapat secara luas l11encapai sasaran dan pola konsul11si pangan sehat bagi l11asyarakat Indonesia dapat segera terwujud. Mengingat bahwa masih terdapat kesenjangan kondisi sosial-ekonomi yang cukup lebar di masyarakat, l11aka perlu dilakukan strategi dalam edukasi gizi dan pembacaan label pangan terkait GGL, yaitu fokus utama harus dititikberatkan pada golongan ekonomi l11enengah ke atas sehingga golongan ini mampu menjustifikasi produk pangan yang dibeli untuk kesehatan. Sementara itu, edukasi mengenai Pedoman Gizi Seimbang dan sanitasi produk pangan perlu difokuskan untuk kalangan menengah ke bawah didampingi dengan edukasi pentingnya pembacaan label pangan dan nutrisi. Untuk jangka panjang penulisan pesan kesehatan GGL untuk produk pangan, masih diperlukan dukungan data melalui kajian tentang asupan pangan GGL bagi masyarakat di Indonesia. Institusi pendidikan tinggi dapat bekeljasama dengan industri pangan untuk melakukan kajian tersebut.
KESIMPULAN Sosialisasi pedoman gizi seil11bang secara terus menerus kepada masyarakat luas yang dilakukan oleh seluruh pel11angku kepentingan l11erupakan cara efektif dalam mendukung sasaran pencapaian program pemerintah untuk mengurangi prevalensi penyakit degeneratif selia risiko kematian akibat penyakit tidak menular. Kampanye bersama yang dilakukan oleh berbagai pihak melalui dapat menyadarkan masyarakat untuk memilih produk pangan sebagai alternatif untuk memperoleh asupan gizi secara seimbang. Sinergi peran pemerintah, pelaku bisnis, dan institusi pendidikan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 dan Pedoman
© JMP2014
16:
~utu
Pangan , Vol. 1(2): 159-164,2014
)eimbang, yaitu untuk menuju masyarakat Indonenat dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA lero B. 2005 . A Nutrition Paradox-Underweight and 'besity in Developing Countries. N Engl J Med 352; 15 ww.nejm.org April 14,2005. It1 PK, Jeemon P, Arora NK, Prashant Mathur P, [askey M, Sukirna, Prabhakaran D. 2012. Status of Jidemiology in the WHO South-East Asia region: Llrden of disease, determinants of health and epidelio10gical research, workforce and training capacity. It J Epidemiol 2012,41:847- 860. DOI:IO.I093/ijel ys046.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Dircktorat Bina Gizi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Swann C, Cannona C, Ryan M, Raynor M, Ban~ E, Dunsdon S, Huntley J, Kelly MP 20 11. Health systems and health related behaviour change: a review of the primary and secondary evidence. London : NICE. Tersedia pada: http ://www.nice. o rg.uklmedia/ OE6/621 Special ReportHea IthS ys tem s A ndHeal thRelatedBeha viour Change. pdf. [WHO] World Health Orga nization. 20 II. Non-communicable Diseases Country Profiles 20 I!. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. ISBN 978 92 4 1502283 .
~nkes]
Kementerian Kesehatan. 2003. Pedoman Umum izi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan lasyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. Kementerian .esehatan Republik Indonesia.
[WHO] World Health Organization. 2012. Guideline: Sodium intake for adults and children. The WHO Document Production Services, Geneva, Switzerland. ISBN 978 924 150483 6.
~nkes] Kementerian Kesehatan. 2013a. Riset Keseltan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan .esehatan , Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013.
[WHO] World Health Organization. 2014. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. WHO [Internet]. [diunduh 2014 Apr 2]. Tersedia pada: http ://www.who . intld ietphys icalacti vi ty I d iet/en.
lenkes] Kementerian Kesehatan. 2013b. Pencantuman Ifornlasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta esan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan iap Saji. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoesia Nomor 30 Tahun 2013. Kementerian Kesehatan epublik Indonesia. enkes] Kementerian Kesehatan . 2014. Hari Gizi lasional (HGN) 2014: Gizi Baik, Kunci Keberhasilan (N .. http ://www.depkes.go.idlindex.php? vw=2&id= IW.20143 10001(1 April 2014).
lJMP2014
[WHO] World Health Organization. 2013 . Non-communicable diseases. WHO [internet]. [diunduh 2014 Apr 2]. Tersedia pada: http ://www. who.intlmediacentrel factsheetsl fs355 /en. JMP07-14-001- Naskah diterima untuk ditelaah pada 19 Juli 2014. Revisi makalah disetujui untuk dipublikas i pada 19 September 2014. Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index. php/jmp