Jurnal Penelitian Program Pascasarjana PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGKONVERSI TEKS CERPEN KE DALAM BENTUK NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 SUNGAI PENUH
ARTIKEL
ERA ELVIA NPM.12100118512013
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015
1
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana THE EFFECT OF COMPERATIVE LEARNING MODEL CIRC AND LEARNING MOTIVATION ON THE STUDENT ABILITY OF NATURAL SCIENCE, CLASS XI, ISLAMIC HIGH SCHOOL SUNGAI PENUH Era Elvia1, Hasnul Fikri¹, Elfiondri¹ 1
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta,
Email:
[email protected]
ABSTRACT
The thesis discussed the effect of Cooperative Learning Model CIRC and Learning motivation on the student ability to convert short story text of drama. The purpuse is to find and describel: (1) the influence of the CIRC on the ability to convert the short story to the text of drama by student the Class XI IPA of Islamic Senior High School 2 Sungai Penuh, (2) the influence of the student learning motivation on the abilityto do the convertion, and (3) the influence of the interaction between the model of learning and student motivation in the ability to do the convertion. Type of the research is experimental study, using a quantitative approach. The population oof this research was student of class XI IPA, Islamic Senior High School 2 Sunai Penuh of the year 2014/2015, Technique sampling is cluster random sampling that is sample in this research is an experimental class is XI IPA2 and a control class in XI IPA1. Data were analyzed using ttest and ANOVA. Data processing using SPSS version 15.00. The results showed that: 1) There is the effect of the use of cooperative learning model CIRC on the ability to convert text short story to play script of student Class XI Islamic Senior High School 2 Sungai Penuh, Sig. 0,000 < alpha 0,05 dan thitung = 6,241 > ttabel = 2,02 to believe 95%. 2) Students are capable of high motivation, the use of cooperative learning model CIRC in convert text short story to play script students class XI Islamic Senior High School 2 Sungai Penuh better than the conventional technique Class XI Islamic Senior High School 2 Sungai Penuh, Sig 0,000 < alpha 0,05 dan thitung = 5,554 > ttabel = 2,to believe 95% 3) Students are capable of lower motivation, the use of cooperative learning model CIRC in convert text short story to play script better than the conventional technique Class XI Islamic Senior High School 2 Sungai Penuh Sig 0,024 < alpha 0,05 dan thitung = 2,409 > ttabel = 2,05 to believe 95% 4) There is no interaction between the CIRC cooperative learning model and motivation to convert text a short story to play script student Class XI Islamic Senior High School 2 Sungai Penuh, Sig 0,224 > alpha 0,05 Based on the findings obtained from the results of the research, found that the ability to convert text a short story to play script group of students taught using cooperative learning model CIRC better than when compared with the ability to convert text a short story to play script in students Class XI Islamic Senior High School 2 Sungai Penuh with the conventional technique Key Words: Convert, Teks Short Story, Teks Drama, cooperative learning model CIRC, Motivation.
2
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGKONVERSI TEKS CERPEN KE DALAM BENTUK NASKAH DRAMA PADA SISWAKELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 SUNGAI PENUH Era Elvia1, Hasnul Fikri2, Elfiondri2 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta, 2 Universitas Bung Hatta. Email:
[email protected]
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan dan menjelaskan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh, (2) menemukan dan menjelaskan pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh., (3) menemukan dan menjelaskan interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa kelas XI IPA MAN 2 Sungai Penuh. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA MAN 2 Sungai Penuh Tahun Ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel adalah cluster random sampling sampel terpilih di kelas eksperimen adalah XI IPA2 dan kelas kontrol adalah di kelas XI IPA1. Teknik analisis data menggunakan uji t dan Anava, dengan menggunakan program SPSS versi 15.00. Hasil penelitian menunjukan bahwa: pertama, terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa Kelas XI IPA MAN 2 Sungai Penuh. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig. 0,000 < alpha 0,05 dan thitung = 6,241 > ttabel = 2,02 pada taraf kepercayaan 95% kedua, kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa MAN 2 Sungai Penuh kelas XI IPA yang bermotivasi tinggi dengan menggunakan model pembelajaran CIRC lebih baik daripada kemampuan siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik konvensional. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig 0,000 < alpha 0,05 dan thitung = 5,554 > ttabel = 2,05 pada taraf kepercayaan 95%. ketiga, kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa MAN 2 Sungai Penuh kelas XI IPA yang bermotivasi rendah dengan menggunakan model pembelajaran CIRC lebih baik daripada kemampuan siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik konvensional. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig 0,024 < alpha 0,05 dan thitung = 2,409 > ttabel = 2,05 pada taraf kepercayaan 95%. Dan keempat, Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Kelas XI IPA MAN 2 Sungai Penuh, hal ini dibuktikan dari nilai Sig sebesar 0,224 angka ini lebih besar dari alpha 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama pada siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh. Kata Kunci: Mengkonversi, teks cerpen, teks drama, metode CIRC, motivasi
3
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana 1. PENDAHULUAN Dalam Kurikulum 2013, Bahasa Indonesia menempati posisi sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Konsep tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran) dan tematik dalam suatu mata pelajaran telah memfungsikan bahasa Indonesia sebagai penghantar ilmu pengetahuan antarmata pelajaran. Dalam implikasi Kurikulum tersebut, metode pembelajaran ini diterapkan melalui beberapa tahapan, yaitu membangun konteks, membangun teks secara bersama antara guru dan siswa, membangun teks mandiri dan pada akhirnya dapat menyusun teks secara terampil. (Kurikulum 2013: Instrumen Peningkatan Mutu Pendidikan). Namun dalam kenyataannya, siswa sulit membangun teks mandiri seperti mengkonversi teks cerpen. Banyak siswa yang ragu dan bimbang dalam mengkonversi teks cerpen. Para ahli telah menciptakan berbagai macam metode untuk meningkatkan kemampuan siswa guna mencapai hasil belajar yang memuaskan. Di antaranya adalah pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition yang selanjutnya disingkat dengan (CIRC). Pembelajaran CIRC ini erat kaitannya dengan Kurikulum 2013, karena Kurikulum 2013 telah menyuratkan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah harus berbasis teks. Bahasa Indonesia tidak dipandang sekedar mengajarkan pengetahuan berbahasa tetapi sebagai alat mengaktualisasikan diri untuk menjawab fenomena yang terjadi di tataran masyarakat. Selain itu, peserta didik dituntut untuk memproduksi teks bahasa. Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah tradisional dalam pengajaran seperti pelajaran membaca, menulis, seni bahasa, dan mengungkap sesuatu dari
realita yang ada. Fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu lebih efektif. Kessler (1992: 24) menyatakan metode CIRC merupakan gabungan program membaca, menulis dengan menggunakan pembelajaran baru dalam pemahaman bacaan dengan menulis. Keberhasilan menulis sangat bergantung pada proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam berbagai pertemuan, diskusi, tentang Kurikulum 2013, isu yang sering mengemuka adalah isu tentang kurangnya mendapat tempat pembelajaran sastra. Materi pembelajaran terlalu didominasi oleh pembelajaran bahasa, sehingga di setiap diskusi tentang Kurikulum 2013, pertanyaan tentang pengkerdilan sastra sering muncul. Sebenarnya, pandangan semacam itu kurang beralasan. Kalau dicermati jenis- jenis teks yang diajarkan serta pembahian teks berdasarkan genrenya terlihat bahwa teks genre sastra tersajikan dengan baik, hanya saja kemunculan tidak sekaligus. Materi itu mumcul pada setiap tingkat/kelas. Bahkan, teks sastra digunakan untuk membangun konteks pada tahap pembelajaran pemodelan. Buku Bahasa Indonesia kelas XI memanfaatkan teks sastra yakni cerpen sebagai media untuk menciptakan konteks pembelajaran. Melalui teks sastra, peserta didik dibawa ke situasi tema pembelajaran. Sebagai contoh untuk pembelajaran teks laporan hasil observasi kelas XI menggunakan cerpen ka Pada sampel-sampel tulisan, siswa CIRC melampaui siswa kontrol pada tingkat organisasi, gagasan dan teknik bahasa. Karena pengaruh positif CIRC yang sudah dibuktikan dengan penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk membuktikan keefektifan CIRC dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas XI MAN 2 Sungai Penuh. MAN 2 Sungai penuh merupakan salah satu madrasah yang siswanya
4
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana memiliki beragam perbedaan. Berdasarkan hasil observasi, metode pembelajaran yang biasa diterapkan dalam pembelajaran adalah metode konvensional, karena pembelajaran berpusat pada guru, sehingga sebagian besar dari siswa memiliki kemampuan dan motivasi yang rendah dalam belajar. Metode CIRC akan diujicobakan dalam pembelajaran mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama. Dengan metode konvensional, biasanya guru memberikan penjelasan materi tentang teks cerpen dan naskah drama, kemudian guru memberikan contoh teks cerpen, contoh naskah drama dan menugaskan siswa untuk mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama. Cara seperti ini dianggap tidak tepat untuk pembelajaran mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama. Dari dua kelas yang diobservasi, kelas pertama menunjukkan bahwa dari 20 orang siswa, hanya tiga orang siswa yang menulis naskah drama yang di dalamnya terdapat petunjuk teknis, enam orang siswa menulis naskah drama yang di dalamnya terdapat masalah. Untuk unsur tokoh hanya tiga orang siswa dari 20 siswa yang menulis naskah drama dengan tokoh yang memiliki watak yang jelas. Selanjutnya, siswa yang menulis naskah drama dengan alur yang jelas hanya satu orang saja. Sementara siswa yang menulis naskah drama dengan dialog yang mengandung jalinan peristiwa (bukan seperti percakapan biasa) hanya tiga orang saja. Kesuksesan dalam kegiatan belajar tidak terlepas dari faktor motivasi. Hal ini juga merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk mau berusaha. Motivasi merupakan salah satu faktor penentu bagi siswa dalam mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau
proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuantujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin meneliti penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan masalah belajar yang dihadapi siswa MAN 2 tersebut, sehingga siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam masing-masing kelompok. Jadi peneliti akan meneliti perbedaan pengaruh penggunaan dua model pembelajaran terhadap satu kemampuan. Kemampuan siswa yang peneliti teliti adalah kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama, karena dalam pembelajaran mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama masih banyak siswa yang kurang pemahamannnya dari segi pengertian, bentuk dan unsur. Siswa kurang mampu mengembangkan ide, pikiran dan gagasan dari cerpen yang mereka baca ke dalam bentuk naskah drama. Dengan adanya motivasi belajar maka siswa akan menjadi lebih bersemangat dan terarah dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu: Pertama, menemukan dan menjelaskan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh. Kedua, menemukan dan menjelaskan pengaruh model pembelajaran CIRC bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh. Ketiga, menemukan dan menjelaskan pengaruh model pembelajaran CIRC bagi siswa yang memiliki motivasi rendah terhadap
5
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh. Keempat, menemukan dan menjelaskan pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama siswa kelas XI IPA MAN 2 Sungai Penuh. 2. KAJIAN PUSTAKA Suatu keistimewaan dalam Kurikulum 2013 adalah menempatkan bahasa sebagai penghela ilmu pengetahuan (Nuh, 2013:37). Peran bahasa sebagai penghela ilmu pengetahuan tersebut tentu bukan merupakan suatu kebetulan jika paradigma pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 diorientasikan pada pembelajaran berbasis teks, seperti dapat dilihat dalam rumusan kompetensi. dasar substansi Bahasa Indonesia dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Hanya saja bedanya,jenis teks yang diajarkan pada perguruan tinggi adalah jenis teks tidak langsung (diskontinu) atau teks-teks majemuk/genre makro. Allan Poe dalam Nurgiyantoro, (2006 : 1) mengemukakan “Cerita pendek diartikan sebagai bacaan singkat, yang dapat dibaca sekali duduk, dalam waktu setengah sampai dua jam, genrenya mempunyai efek tunggal, karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks (Pengarang cerpen tidak melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya menampilkan bagian-bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi untuk mendukung cerita tersebut yang juga bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena terbatasnya ruang yang ada”. Sumardjo dan Saini (2001:65-66) menyatakanakan bahwa melukiskan watak tokoh dalam cerita dapat dengan
cara sebagai berikut: 1) melalui perbuatan, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam menghadapi situasi kritis; 2) melalui ucapan-ucapannya; 3) melalui gambaran fisiknya; dan 4) melalui keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang tak kalah penting jika dibandingkan dengan unsur intrinsik. Unsur-unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen adalah unsur-unsur yang berada di luar cerpen tersebut, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan cerpen tersebut. Secara khusus, unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita dalam sebuah karya sastra” (Nurgiyantoro, 1995 : 22). Menurut Semi (2007: 14), menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Hasanudin,(1996:2) menyatakan bahwa drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Sedangkan pengertian drama menurut Moulton (Hasanudin, 1996: 2) adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung. Sanjaya (2006:241) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur intensif kooperatif. Tugas komponen kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja dalam menyelenggarakan tugas kelompok, sedangkan strukur intensif kooperatif merupakan suatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. CIRC termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang
6
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2005:8) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar dan menengah pertama. Menurut Kessler (1992: 183-185) ciri-ciri metode CIRC adalah: (1) adanya satu tujuan. tertentu; (2) adanya tanggung jawab tiap individu; (3) dalam satu kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses; (4) tidak ada kompetisi antara kelompok; (5) tidak ada tugas khusus; (6) menyesuaikan diri dengan kebutuhan menjadi kewajiban tiap individu tujuan tama CIRC adalah menggunakan kelompok-kelompok kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara lugas. CIRC terdiri atas tiga unsur penting kegiatan dasar terkait pengajaran langsung, pelajaran memahami bacaan, seni berbahasa dan menulis terpadu (Slavin, 2009: 204). Semua kegiatan mengikuti siklus regular yang melibatkan presentasi dari siswa, latihan tim, latihan independent, pra penilaian teman, latihan tambahan dan tes. Menurut Dalyono (2009: 57), motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Sumiati (2007: 236), mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan, sehingga motivasi dapat memberikan semangat yang luar biasa terhadap seseorang untuk berprilaku dan dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia akan timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu.
3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian quasi experiment dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Peneliti mencoba untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat dengan cara membandingkan antara kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan penggunaan pemetaan pikiran dan kelompok yang menerima perlakuan dengan model pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol. Desain dalam penelitian ini adalah factorial karena salah satu faktor atau variabel dalam penelitian, yaitu motivasi belajar merupakan faktor yang diblok artinya tidak dilakukan perlakuan atas faktor tersebut. Sedangkan faktor atau variabel penggunaan Tipe CIRC merupakan variabel perlakuan dalam penelitian ini. Dari desain faktoria 2x2 ini didapat empat kelompok sampel, yaitu: (1) kelompok sampel pertama adalah A1 B1 yaitu kelompok sampel yang menggunakan model - tipe CIRC yang siswanya memiliki motivasi belajar tinggi, (2) kelompok sampel kedua adalah A2 B1 yaitu kelompok sampel yang menggunakan model Tipe CIRC dan siswanya memiliki motivasi belajar rendah, (3) kelompok sampel ketiga adalah A1 B2 yaitu kelompok sampel yang menggunakan model konvensional dan siswanya memiliki motivasi belajar tinggi, (4) kelompok sampel keempat adalah A2 B2 yaitu kelompok sampel yang menggunakan model pembelajaran konvensional dan siswanya memiliki motivasi belajar rendah. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 2 Sungai Penuh Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 4 (empat) lokal, sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. yaitu
7
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana teknik pengambilan sampel secara acak berdasarkan kelompok yang telah ditentukan dari anggota populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas eksperimen adalah XI IPA2 dan kelas kontrol di kelas XI IPA1. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis rata-rata. Adapun langkah-langkah dalam analisis data ini meliputi: (1) membuat deskripsi data, (2) melakukan pengujian persyaratan analisis, dan (3) melakukan pengujian hipotesis penelitian.
Kedua, hasil tes kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Ketiga, hasil tes kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama motivasi belajar tinggi dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Keempat, hasil tes kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama motivasi belajar tinggi tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Kelima, hasil tes kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama motivasi rendah dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Keenam, hasil tes kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi rendah - model konvensional.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Data penelitian ini disajikan dalam enam kelompok. Pertama, hasil tes kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Tabel 1. Deskripsi Data Statistics
N Mean Median Mode Std. Deviation
Variance Range Minimum Maximum Sum
Valid
Kemampuan Mengkonversi Cerpen dlm bentuk drama-Model Konvensional 32 68.5313
Kemampuan Mengkonversi Cerpen dlm bentuk drama kelompok motivasi rendah-Model CIRC 16 79.0625
Kemampuan Mengkonversi Cerpen dlm bentuk drama kelompok motivasi tinggi-Model CIRC 16 80.5625
81.0000
68.0000
80.0000
82.0000
67.5000
88.00
68.00
81.00
88.00
68.00
7.37230
7.08467
6.74753
8.09913
6.93662
6.13154
54.351
50.193
45.529
65.596
48.117
37.596
29.00
28.00
22.00
29.00
26.00
25.00
66.00
55.00
71.00
66.00
55.00
58.00
Kemampuan Mengkonversi Cerpen dlm bentuk drama-Model CIRC 32 79.8125
Kemampuan Mengkonversi Cerpen dlm bentuk drama kelompok motivasi rendah-Model Konvensional 16 65.6250
Kemampuan Mengkonversi Cerpen dlm bentuk drama kelompok motivasi tinggi-Model Konvensional 16 71.4375 72.0000 68.00 a
95.00
83.00
93.00
95.00
81.00
83.00
2554.00
2193.00
1265.00
1289.00
1050.00
1143.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
8
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana
Dari tabel 1 terlihat bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari 32 orang siswa diperoleh nilai rata-rata = 79,81; median = 81; modus = 88; dan standar deviasi 7,37. Secara lebih rinci, gambaran mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama-model CIRC dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mengkonversi Teks Cerpen Ke Dalam Bentuk Naskah Drama – Model CIRC
Kelas Kelas Interval
F
(%)
Frekuensi Kumulatif (fk)
Frekuensi Kumulatif (%)
66 – 70
1
3,1
1
3,1
71 – 75
8
25,0
9
28,1
76 – 80
6
15,7
15
43,8
81 – 85 86 – 90
8 7
25,0 21,9
23 30
68,8 90,7
91 – 95
2
6,2
32
100
Total
32
100
Dari
Tabel
2
terlihat
data
kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Model CIRC dengan nilai terendah 66 dan nilai tertinggi 95. Nilai kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama 32 orang siswa yang berada di atas rata-rata yaitu sebanyak 17 orang (53,13%) dan di bawah rata-rata sebanyak 15 orang (46,88%), frekuensi terbanyak berada pada kelas interval 71 – 75 dan 81 - 85 yaitu sebanyak 8 orang (25,0%) dan frekuensi terendah berada pada kelas interval 66 - 70 yaitu sebanyak 1 orang (3,1%). Dari tabel 1 terlihat bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama menggunakan model konvesional dari 32 orang siswa diperoleh nilai rata-rata
= 68,53; median = 68; modus = 68; dan standar deviasi 7,08. Secara lebih rinci gambaran data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama model konvensional dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mengkonversi Teks Cerpen ke dalam Bentuk Naskah Drama Model Konvensional (%)
Frekuensi Kumulatif (fk)
Frekuensi Kumulatif (%)
5
15,7
5
15,7
60 – 64
3
9,4
8
25,1
65 – 69
11
34,4
19
59,5
70 – 74
7
21,9
26
81,4
75 – 79
4
12,5
30
93,9
80 – 84
2
6,2
32
100
Total
32
100
-
-
Kelas Interval
F
55 – 59
Dari Tabel 3 di atas terlihat data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama - model konvensional dengan nilai terendah = 55 dan nilai tertinggi 84. Nilai kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama 32 orang siswa yang berada di atas rata-rata yaitu sebanyak 14 orang (43,75%) dan di bawah rata-rata sebanyak 18 orang (56,25%), frekuensi terbanyak berada pada kelas interval 65 – 69 yaitu sebanyak 11 orang (34,4%) dan frekuensi terendah berada pada kelas interval 80 – 84 yaitu sebanyak 2 orang (6,2%). Dari tabel 1 terlihat bahwa
kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi rendahmodel pembelajaran CIRC dari 16 orang siswa diperoleh nilai rata-rata = 79,06; median = 80 modus = 81; dan standar deviasi 6,75. Secara lebih gambaran data kemampuan 9
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi tinggi-model CIRC dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 5. Kemampuan mengkonversi Teks Cerpen kedalam Bentuk Drama Kelompok Motivasi Rendah – Model CIRC Kelas
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mengkonversi Teks Cerpen ke dalam Bentuk Naskah Drama Kelompok Motivasi Tinggi – Model CIRC Kelas
Frekuensi
Frekuensi
Kumulatif
Kumulatif
Frekuensi
Frekuensi
Kumulatif
Kumulatif
Interval
(fo)
(%)
(fk)
(%)
66 – 71
2
12,6
2
12,6
72 – 77
5
31,3
7
43,9
78 – 83
3
18,8
10
62,7
Interval
(fo)
(%)
(fk)
(%)
84 – 89
5
31,3
15
94,0
71– 74
5
31,25
5
31,25
90 – 95
1
6,3
16
100
75 – 78
2
12,6
7
43,85
Total
16
100
-
-
79 – 82
5
31,25
12
75.1
83 – 86
1
6,3
13
81,4
89 – 93
3
18,75
16
100
Total
16
100
Dari Tabel 4 terlihat data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Model CIRC dengan nilai terendah = 71 dan nilai tertinggi 93. Nilai kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama 16 orang siswa yang berada di atas rata-rata yaitu sebanyak 8 orang (50%) dan di bawah rata-rata sebanyak 8 orang (50%), frekuensi terbanyak berada pada kelas interval 71 – 74 dan 79 - 82 yaitu sebanyak 5 orang (31,25%) dan frekuensi terendah berada pada kelas interval 83 - 86 yaitu sebanyak 1 orang (6,3%). Dari tabel 1 telihat bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi tinggi-model CIRC dari 16 orang siswa diperoleh nilai ratarata = 80,56; median = 82 modus = 88; dan standar deviasi 8,09. Secara lebih rinci gambaran data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi rendah-model CIRC dapat dilihat pada tabel 5.
Dari Tabel 5 di atas terlihat data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama diperoleh nilai terendah = 66 dan nilai tertinggi 95. Nilai kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama dari 16 orang siswa yang berada di atas rata-rata yaitu sebanyak 8 orang (50,0%) dan di bawah rata-rata sebanyak 8 orang (50,0%), frekuensi terbanyak berada pada kelas interval 72 – 77 dan 84 - 89 yaitu sebanyak 5 orang (31,25%) dan frekuensi terendah berada pada kelas interval 90 - 95, yaitu sebanyak 1 orang (6,3%). Dari tabel 1 terlihat bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi rendah-Model Konvensional dari 16 orang siswa diperoleh nilai rata-rata = 65,62; median = 67,50 modus = 68; dan standar deviasi 6,94. Secara lebih rinci gambaran data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi tinggi-model konvensional dapat dilihat pada tabel 6.
10
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mengkonversi Teks Cerpen ke dalam Bentuk Naskah Drama Kelompok Motivasi Tinggi – Model Konvensional Kelas
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Kelompok motivasi rendah model konvensional
Frekuensi
Frekuensi
Kumulatif
Kumulatif
Kelas
Frekuensi
Frekuensi
Kumulatif
Kumulatif
Interval
(fo)
(%)
(fk)
(%)
Interval
(fo)
(%)
(fk)
(%)
55 – 60
5
31,4
5
31,4
58 – 62
1
6,3
1
6,3
61 –65
1
6,3
6
37,7
63 – 67
1
6,3
2
12,6
66 –70
7
45,8
13
81,5
68 – 72
9
56,3
11
68,9
71 – 75
2
12,5
15
94,0
73 – 77
3
18,8
14
87,7
76 – 81
1
6,3
16
100
78 – 83
2
12,6
16
100
Total
16
100
-
-
Total
13
100
-
-
Dari tabel 6 terlihat data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi tinggi – model konvensional dengan nilai terendah = 55 dan nilai tertinggi 81. Nilai kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama dari 16 orang siswa yang berada di atas rata-rata yaitu sebanyak 10 orang (62,5%) dan di bawah rata-rata sebanyak 6 orang (37,5%), frekuensi terbanyak berada pada kelas interval 66 – 70 yaitu sebanyak 7 orang (45,8%), dan frekuensi terendah berada pada kelas interval 61 – 65 dan 76 – 81 adalah sebanyak 1 orang (6,3%).
Dari Tabel 7 terlihat data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi rendah - model konvensional dengan nilai terendah = 58 dan nilai tertinggi 83. Nilai kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama dari 16 orang siswa yang berada di atas rata-rata yaitu sebanyak 9 orang (56,25%) dan di bawah rata-rata sebanyak 7 orang (45,8%), frekuensi terbanyak berada pada kelas interval 68 – 72 yaitu sebanyak 9 orang (56,3%) dan frekuensi terendah berada pada kelas interval 58 – 62 dan 63 - 67 yaitu sebanyak 1 orang (6,3%).
Dari tabel 1 terlihat bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi tinggi-model konvensional dari 16 orang siswa diperoleh nilai rata-rata = 71,44; median = 72 modus = 68; dan standar deviasi 6,13. Secara lebih rinci gambaran data kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok motivasi rendah-model konvensional dapat dilihat pada tabel 7
4.2Pengujian Persyaratan Analisis Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas di dapat hasil bahwa nilai signifikansi (Sig.) untuk semua variabel yang diuji lebih besar dari alpa 0,05 atau Sig> 0,05. Ini berarti bahwa semua variabel penelitian memiliki data yang berdistribusi normal.
11
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana Uji Homogenitas Berdasarkan hasil uji homogenitas varians (test of homogeneity of variances) dapat dilihat nilai signifikansi (Sig.)>0,05. pada variabel kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama model pembelajaran kooperatif tipe CIRC nilai sig. sebesar 0,149 > 0,05 dan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan nilai sig. sebesar 0,097 > 0,05. Artinya varians data kelompok-kelompok populasi adalah homogen.
4.3 Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis Pertama Berdasarkan pengujian hipotesis pertama terlihat nilai rata-rata kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (eksperimen) lebih tinggi dibandingkan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok siswa yang diajarkan dengan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (kontrol), dengan selisih sebesar 11,28 satuan. Pada kolom nilai Sig. 0,000 < alpha 0,05 dan thitung = 6,241 > ttabel = 2,02 pada taraf kepercayaan 95%. Ini berarti bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi dibandingkan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama dengan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Dengan demikian, hipotesis alternatif
pertama yang menyatakan “terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Kelas XI MAN 2 Sungai Penuh” dapat diterima dan telah diuji kebenarannya. Pengujian Hipotesis Kedua Berdasarkan pengujian hipotesis kedua terlihat nilai rata-rata kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama bermotivasi belajar tinggi kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (eksperimen) lebih tinggi dibandingkan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok siswa yang diajarkan dengan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (kontrol), dengan selisih sebesar 13,44 satuan. Pada kolom nilai Sig. 0,000 < alpha 0,05 dan thitung = 5,554 > ttabel = 2,05 pada taraf kepercayaan 95%. Ini berarti bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Dengan demikian, hipotesis alternatif kedua yang menyatakan “kemampuan
mengkonversi teks cerpen menjadi naskah drama siswa yang bermotivasi tinggi yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional” dapat diterima kebenarannya.
dan
telah
diuji
Pengujian Hipotesis Ketiga Berdasarkan pengujian hipotesis
12
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana ketiga terlihat nilai rata-rata kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama bermotivasi rendah kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (eksperimen) lebih tinggi dibandingkan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (kontrol), dengan selisih sebesar 5,92 satuan. Pada kolom nilai Sig. 0,024 < alpha 0,05 dan thitung = 2,409 > ttabel = 2,05 pada taraf kepercayaan 95%. Ini berarti bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Dengan demikian, hipotesis alternatif ketiga yang menyatakan bahwa “kemampuan mengkonversi teks cerpen menjadi naskah drama siswa yang bermotivasi rendah yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional” dapat diterima dan telah diuji kebenarannya. Pengujian Hipotesis Keempat Pada Tabel 17 terlihat bahwa nilai Fhitung = 1,512 dengan nilai sig. Sebesar 0,224 angka ini lebih besar dari alpha 0,05. Ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan motivasi belajar siswa dalam mempengaruhi kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Artinya, hipotesis alternatif keempat yang menyatakan “terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Kelas XI MAN 2 Sungai Penuh” tidak teruji kebenarannya. 5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: a. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Kelas XI MAN 2 Sungai Penuh. b. Kemampuan mengkonversi teks cerpen menjadi naskah drama siswa yang bermotivasi tinggi, yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. c. Kemampuan mengkonversi teks cerpen menjadi naskah drama siswa yang bermotivasi rendah, yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. d. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama Kelas XI MAN 2 Sungai Penuh. Implikasi Penelitian ini menemukan bahwa kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi, jika dibandingkan dengan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama di kelas XI Kelas
13
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana XI MAN 2 Sungai Penuh yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Selain itu, siswa dengan kelompok motivasi tinggi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah dramanya dibandingkan dengan siswa dengan motivasi tinggi tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Sebaliknya siswa dengan motivasi rendah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah dramanya dibandingkan dengan siswa berkelompok motivasi rendah - model konvensional. Motivasi belajar siswa sangat perlu menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran, karena siswa merup individu yang berbeda. Hal ini sangat diperlukan guru dalam menentukan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC yang digun. Kesesuaian model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa diharapkan membangun pembelajaran yang efektif. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama. Selain guru mampu dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran. Hal ini memberi pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan mengkonversi teks cerpen ke dalam bentuk naskah drama di Kelas XI MAN 2 Sungai Penuh. Dengan demikian, siswa yang dihasilkan dari Kelas XI MAN 2 Sungai Penuh adalah siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik dengan pengetahuan dan motivasi yang baik.
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Bapak Dr. Hasnul Fikri, M.Pd selaku pembimbing 1 dan Bapak Dr. Elfiondri, M.Hum selaku pembimbing 2 yang telah membimbing saya dalam penelitian dan penulisan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Bernadette. 2006. Cerita Pendek dan Teknik Penulisannya. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hasanuddin. 1996. Bentuk-Bentuk Menulis Drama. Yogyakarta : Andi Kessler, Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning: A Teacher’s Resource Book. New Jersey: Prentice Hall Regents. Mahsun. 2014. Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nuh. Muhammad. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta. Nurgiyantono, Burhan. 1995. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta : UGM Press. Sanjaya, Wina. 2006. Perkembangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Semi Atar, 2007. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa UU Sardiman. 2003. Instruksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slavin. Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sumardjo Jakob. 2001. Apresiasi Kesusastraan . Yogyakarta : Hanindita
14
Jurnal Penelitian Program Pascasarjana Sumiati. 2007. Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
15