1
ANALISIS ISTERI KORBAN PERSELINGKUHAN (Studi Kasus Korban Perselingkuhan Melalui Analisis (BMB3)
TESIS
Oleh ANTINA MASKAMI NIM : 51374
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 1433 H / 2012 M
2
Ya Tuhanku Lapangkanlah Dadaku, Mudahkanlah Urusanku, Lepaskanlah Kekakuan dari Lidahku Supaya Mereka Mengerti Perkataanku
{ Q.S. 20 (Thaahaa) : 25-28 } Orang-orang yang Beriman itu, Hati Mereka Menjadi Tenang dengan Mengingat Allah. Ketahuilah Bahwa Mengingat Allah itu Dapat Menentramkan Jiwa.
{ Q.S. 13 (Ar-Ra’d) : 28 } Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
{Q.S. 17 (Al-Isra) : 32 } Rasulullah SAW bersabda : ”Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada sekepal daging. Kalau itu baik, baiklah seluruh tubuh. Kalau itu rusak, rusaklah seluruh tubuh. Itulah QALB ”. (H.R. Bukhari/Muslim)
”Kebahagian itu terletak di hati manusia, yang menjalani hidupnya dengan ikhlas”. (Antina Maskami)
3
ABSTRACT Antina Maskami. 2012. The Analysis of Wife as Affair Victim (A case study of Affair Victim through Analysis of BMB3).Thesis. Graduate Program State University of Padang. Affair was cheating or misappropriation that have been done by a person. While having an affair was the cause and effect of the bad relationship husband and wife. Affair was the solution from the marriage problem, but this case has just been done by the person who could not solve his problem well because of the lack of belief, disloyalty, and the decrease of love and affection towards his and her spouse and family. With a variety of problems that occur in the household, and the frequency of conflict to happen, if marriage couple could not solve the problem well, so an affair tends to occur . An affair that has been done by husband or wife was the avoidance of the problems and failure in marriage. This research intended to describe the reason or the background of the affair occurrence, and the dynamic of BMB3 on the affair victim (wife or husband who had affair), by analyzing affair victim condition was very helpful for mediation in marriage advice. This study participants were three people, and some additional informants. This research was descriptive by using qualitative approach, that revealed about symptoms of the events that were examined as the way it was. This research was a case study, The Analysis of Wife as Affair Victim ( A case study of Affair Victim through Analysis of BMB3). Techniques and data collection tools were interviews and observations. Data analysis conducted with data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Research findings indicate that the reason or the background why the affair happen were varies. The pattern of BMB3 was life mechanism pattern on affair victim (wife or husband who had an affair ), found that there was similarity and differences in the analysis condition of the affair victim both on the family background, marriage history and affair overview. Those factors affected the way of thinking, feeling, behaving, acting, and being responsible on each affair victim. From the analysis result was able to be determined that the BMB3 condition while affair happen, and there was a change as time goes by also process experienced by victims until present BMB3 condition. From these conditions it could be viewed that: there was no clarity about the future, his feeling was depressed, there was a change in his attitude, spree to seek pleasure, there was no peacefulness in the household and cause trauma and revenge for the affair victim and the children.
v
4
ABSTRAK Antina Maskami. 2012. Analisis Isteri Korban Perselingkuhan (Studi Kasus Korban Perselingkuhan Melalui Analisis (BMB3). Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Perselingkuhan merupakan kecurangan atau penyelewengan yang dilakukan seseorang. Sedangkan selingkuh adalah kausa sekaligus konsekwensi dari buruknya hubungan suami-isteri. Perselingkuhan sebagai jalan keluar dari permasalahan dalam perkawinan hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik, kurangnya keimanan, dan tidak setia, serta berkurangnya rasa cinta dan kasih sayang terhadap pasangan dan keluarganya. Dengan berbagai macam masalah yang terjadi dalam rumah tangga, dan sering terjadi konflik, apabila suami-isteri tidak bisa menyelesaikan permasalahannya dengan baik maka cenderung terjadi perselingkuhan. Perselingkuhan yang dilakukan suami atau isteri merupakan penghindaran terhadap persoalan dan kegagalan dalam perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan atau latar belakang terjadinya perselingkuhan, dan dinamika BMB3 pada diri korban perselingkuhan (yaitu isteri yang suaminya selingkuh), dengan menganalisis kondisi korban perselingkuhan sangat berguna untuk mediasi dalam nasehat perkawinan. Partisipan penelitian ini 3 orang, dan beberapa orang informan tambahan. Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang mengungkap tentang gejala peristiwa yang dikaji sebagaimana apa adanya, bersifat studi kasus, yaitu Analisis Isteri Korban Perselingkuhan (Studi Kasus Korban Perselingkuhan melalui Analisis BMB3). Teknik dan alat pengumpul data adalah wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa, alasan atau latar belakang terjadinya perselingkuhan sangat bervariasi, Pola BMB3 yang merupakan pola mekanisme kehidupan pada diri korban perselingkuhan (yaitu isteri yang suaminya selingkuh), ditemukan analisis kondisi korban perselingkuhan adanya persamaan dan perbedaan, baik itu pada latar belakang keluarga, riwayat perkawinan dan gambaran perselingkuhan, yang mempengaruhi cara berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab pada masing-masing korban perselingkuhan. Hasil dari analisis BMB3 dapat diketahui dengan kondisi BMB3 sewaktu perselingkuhan terjadi, dan adanya perubahan dengan berjalannya waktu dan proses yang dialami korban sampai pada kondisi BMB3 sekarang, pada diri korban dapat dilihat : tidak ada kejelasan pemikiran tentang masa depan, merasa bathinnya tertekan (tekanan perasaan), mengalami depresi, terjadinya perubahan pada sikap dan tindakannya, berfoya-foya untuk mencari kesenangan, tidak adanya kedamaian dalam rumah tangga dan menimbulkan trauma dan dendam bagi korban perselingkuhan dan anaknya.
vi
5
6
7
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul Analisis Isteri Korban Perselingkuhan (Studi Kasus Korban Perselingkuhan Melalui Analisis BMB3) adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian , dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali kutipan secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebut nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemuadian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, 17 April 2012 Saya yang menyatakan
Antina Maskami NIM. 51374
8
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis sembahkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini, dengan judul Analisis Isteri Korban Perselingkuhan (Studi Kasus Korban Perselingkuhan Melalui Analisis BMB3). Tesis ini ditujukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar magister pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, pada Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang. Salawat dan salam disampaikan kepada rasul Allah, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa umat manusia kepada syariat agama Tauhid dengan perantaraan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari dan merasakan sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas dari motivasi, nasehat, bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc. Ed., sebagai pembimbing I dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan, pemikiran, dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis demi kesempurnaan tesis ini.
2.
Bapak Dr. Daharnis, M.Pd. Kons., sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dengan memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
3.
Bapak Prof. Dr. H. A. Muri Yusuf, M. Pd., selaku penguji dan sebagai ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang dengan kesabaran memberikan arahan, motivasi, kritikan, dan pemikiran, serta memberikan fasilitas dalam penyelesaian tesis ini.
4.
Ibu Prof. Dr. Hj. Neviyarni S, M.S., selaku penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam melengkapi penyusunan tesis ini.
5.
Bapak Prof. Dr. Aliasar, M.Ed., selaku penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan atas saran-saran demi kelengkapan penyusunan tesis ini.
x
xi9
6.
Dosen Program Pascasarjana Universtas Negeri Padang, khususnya dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada proses perkuliahan dan membantu penelitian ini.
7.
Karyawan dan pegawai Program Pasca Sarjana UNP, mulai dari bagian administrasi, perpustakaan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
8.
Kepala Kantor Pengadilan Agama Padang Kelas I A yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan kesempatan kepada penulis mengambil data yang dibutuhkan untuk penyelesaian tesis ini.
9.
Kepada suami-isteri yang menjadi informan penelitian ini juga diaturkan terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk diwawancarai.
10. Kepada Ibunda Hj. Mujur (Alm) dan Ayahanda Suhaimi Sutan Pangeran (Alm) tercinta, yang menjadi motivator pada penulis dalam menyelesaikan studi ini. 11. Kepada kakak-kakak, abang-abang dan keponakan yang telah turut memberikan motivasi dan do’anya kepada penulis dalam penyelesaian studi dan tesis ini. 12. Terima kasih yang sangat istimewa penulis sampaikan kepada suami tercinta Erisnal, SE. MM., yang penuh kesabaran, ketabahan dan pengertian serta ketulusan membantu dan tidak henti-hentinya memberi motivasi dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini. 13. Anakku tersayang Annisa Riany K.P. terima kasih karena telah membuat kehidupan mama menjadi sangat berarti dan penuh kejutan yang menyenangkan. 14. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana khususnya Prodi Bimbingan dan Konseling 2009 dan 2010 serta rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, untuk semua dukungan moril, semangat, serta ide-ide yang telah diberikan dalam penelitian dan proses perkuliahan selama ini. 15. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, penulis menghaturkan terima kasih atas bantuannya selama ini.
xii 10
Teriring doa yang tulus, semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirul kalam, kepada Allah juga kita berserah diri dan semoga tesis ini ada manfaatnya bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ’Alamin.
Padang, 17 April 2012
Penulis,
11
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT
v
ABSTRAK
vi
PERSETUJUAN AKHIR TESIS
vii
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS
viii
SURAT PERNYATAAN
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………….……………….1 1. Umum………………………..………….……………...1 2. Perkawinan Ideal…………..…………….……………..4 3. Permasalahan dalam Hubungan Suami-Isteri…………..8 4. Perselingkuhan sebagai Jalan Keluar ?..........................11 B. Fokus Penelitian ...............................................................14 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................15 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis………………………………………...17 1. Perkawinan dan Permasalahannya…………………….17 2. Perselingkuhan…………………..……………….…....18
xiii
xiv 12
a. Pengertian Perselingkuhan……..………………….18 b. Komponen Perselingkuhan……..…………………21 c. Mengapa Orang Berselingkuh…………………….23 d. Tanda-tanda Perselingkuhan……………………....31 e. Tipe Perselingkuhan………………………………34 f. Dampak Perselingkuhan………………………….41 3. Mekanisme BMB3…………………………………….45 a. Berpikir…………….……………………………...46 b. Merasa……………………………………………..47 c. Bersikap…………………………………………...47 d. Bertindak…………………………………………..47 e. Bertanggung Jawab……………….……………….47 B. Masalah dan Penanganannya…………………………….48 C. Penelitian yang Relevan………………………………….50 D. Kerangka Konseptual…………………………………….52 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian………………………….54 B. Lokasi dan Informan penelitian………………………….54 C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data………………..……56 D. Teknik Menjamin Keabsahan Data....................................58 E. Teknik Analisis Data..........................................................60
13 xv
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kasus Dana isteri Gunardi………………..……………..61 1. Identitas Partisipan…………………………………..61 2. Latar Belakang Keluarga…………………………….61 3. Riwayat Perkawinan…………………………………62 4. Gambaran Perselingkuhan…………………………...62 5. Latar Belakang Perselingkuhan……………………...65 6. Analisis BMB3……………………………………….67 a. Kondisi BMB3 Sewaktu Perselingkuhan Terjadi..67 b. Kondisi BMB3 Sekarang………………………...74 c. Pembahasan Analisis BMB3……………………..80 7. Masalah yang Dirasakan sekarang…………………...81 a. Masalah yang Dihadapi…………………………..81 b. Pembahasan………………………………………82 B. Kasus Sila isteri Indra……………………………………83 1. Identitas Partisipan…………………………………...83 2. Latar Belakang Keluarga……………………………..83 3. Riwayat Perkawinan………………………………….84 4. Gambaran Perselingkuhan…………………………….85 5. Latar Belakang Perselingkuhan………………………87 6. Analisis BMB3……………………………………….88 a. Kondisi BMB3 Sewaktu Perselingkuhan Terjadi..88 b. Kondisi BMB3 Sekarang………………………...95
14 xvi
c. Pembahasan Analisis BMB3……………………101 7. Masalah yang Dirasakan Sekarang…………………102 a. Masalah yang Dihadapi…………………………102 b. Pembahasan…..…………………………………103 C. Kasus Rita isteri Candra………………………………...103 1. Identitas Partisipan………………………………….103 2. Latar Belakang Keluarga……………………………104 3. Riwayat Perkawinan………………………………...104 4. Gambaran Perselingkuhan………………………….107 5. Latar Belakang Perselingkuhan……………………..110 6. Analisis BMB3……………………………………...112 a. Kondisi BMB3 Sewaktu Perselingkuhan Terjadi112 b. Kondisi BMB3 Sekarang……………………….118 c. Pembahasan Analisis BMB3……………………124 7. Masalah yang Dirasakan Sekarang............................125 a. Masalah yang Dihadapi………………………....125 b. Pembahasan……………………………………..126 D. Pembahasan Ketiga Kasus……………………………...127 1. Kondisi Umum Menyeluruh..………………………127 2. Kondisi BMB3……………..……………………….130 3. Kondisi Masalah yang Dihadapi……………………131 E. Keterbatasan Penelitian…………………………………134
15 xvii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN…………………………………………135 B. IMPLIKASI……………………………………………..137 1. Umum……………………………………………….137 2. Khusus……………………………………………....138 C. SARAN…………………………………………………140 DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………..143 LAMPIRAN-LAMPIRAN
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat Persetujuan Penelitian dari Pembimbing……………………............145 2. Surat izin penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang………………………………………………..146 3. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Kantor Pengadilan Agama Padang Kelas I A……………………….147 4. Daftar Riwayat Hidup……………………………………………………148
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1. Umum Saat pasangan suami-isteri mengikrarkan janji setia, harapan mereka pasti sebuah perkawinan yang selalu bahagia, awet dan langgeng dalam susah dan senang, dalam sakit dan sehat. Pendeknya, ada rasa optimis untuk siap menghadapi situasi kehidupan apapun, asal bisa tetap bersamasama. Sayangnya, setelah pasangan berada di bawah payung perkawinan, ternyata keadaan tidak selalu semulus yang diharapkan. Bahkan sebuah perkawinan yang tergolong “ideal”pun, berlandaskan cinta, lengkap dengan restu keluarga besar, dikaruniai anak, dan kondisi ekonomi yang berkecukupan, bukan jaminan untuk terbebas dari prahara perselingkuhan. Memang ada isteri yang begitu tangguh sehingga mampu bangkit dari kerterpurukan akibat perselingkuhan suami mereka. Walaupun perbuatan suami terasa tidak termaafkan, menimbulkan trauma yang dalam sekaligus hilangnya rasa cinta, perceraian sering kali bukan solusi terbaik. Apalagi bila keputusan untuk pisah atau bercerai diambil tanpa pemikiran yang matang. Seperti apapun sakit hatinya isteri, usaha-usaha perbaikan tetap perlu dilakukan. Dengan tegar dan sabar isteri berharap akan mendapatkan hikmah dari perselingkuhan ini. 1
2
Selingkuh di zaman ini memang sudah semakin lumrah. Mulai dari atasan sampai karyawan kelas rendah terlibat affair. Mulai dari perkawinannya yang tidak bahagia, sampai yang perkawinannya aman, tenteram dan damai. Lebih parah lagi, malah ada pria yang tidak malu menggandeng selingkuhannya
terang-terangan.
Mungkin
bagi
dia
selingkuh bukan lagi aib yang perlu disembunyikan, atau ditutup rapatrapat agar tidak diketahui isterinya. Sedangkan bagi sebagian orang lain, selingkuh menjadi bagian dari gaya hidup, pelepas stres dari rutinitas kantor, penambah gairah kerja, pemanis kehidupan, atau bahkan penambah gairah rumah tangga yang sudah mulai terasa membosankan. Selingkuh bukan hanya terjadi pada suami atau isteri saja, tetapi ada juga kedua-duanya yang sama-sama berselingkuh. Perselingkuhan ini biasanya terjadi hanya untuk balas dendam dari salah satu pihak. Tapi pada kenyataannya yang paling banyak berselingkuh adalah suami, dan oleh karenanya yang banyak menjadi korban perselingkuhan adalah para isteri. Data mengenai ketidaksetiaan suami-isteri berasal dari General Social Survey yang diadakan oleh National Science Foundation di University of Chicago, yang merupakan penelusuran atas sejumlah opini dan perilaku sosial warga Amerika sejak tahun 1972. Data survei menunjukkan bahwa di tahun manapun dalam durasi penelitian tersebut, sekitar 10% pasangan menikah---12% laki-laki dan 7% perempuan--menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seks di luar nikah (Allan Pease dan Barbara Pease, 2010:196).
3
Tentu bukan berarti isteri tidak selingkuh, tapi dibanding suami, isteri biasanya lebih bersedia minta bantuan ketika menghadapi persoalan rumah tangga. Agaknya itu terkait erat dengan karakter dasar wanita yang butuh tempat mengadu bila punya masalah. Sementara itu, pria justru cenderung manarik diri, bersembunyi ketika mereka menghadapi persoalan. Jadi, selingkuh bukan dominasi suami saja atau isteri saja, melainkan lebih tentang cara setiap pasangan menjaga diri, membentengi diri dari godaan, dan mengantisipasi berbagai peluang selingkuh. Dengan begitu, baik suami maupun isteri sama-sama berpeluang selingkuh. Hanya saja, dibanding dulu wanita kini punya lebih banyak kesempatan untuk selingkuh karena semakin banyak yang memasuki dunia kerja. Disebabkan waktu kerja yang panjang, bisa jadi waktu bersama rekan kerja lebih banyak dibanding waktu bersama keluarga. Meski begitu, di daerah Minangkabau norma-normanya terasa masih lebih mengikat isteri, sehingga untuk urusan selingkuh, suami lebih berpeluang. Akibatnya, masih lebih mudah menemukan isteri yang menjadi korban selingkuh suami daripada menemukan suami yang menjadi korban selingkuh isteri. Dalam hal ini korban perselingkuhan adalah seorang suami atau isteri yang tersakiti akibat dari perbuatan isteri atau suami ketika seseorang menjalin ”hubungan istimewa” dengan orang selain isteri atau suami sahnya. Hubungan istimewa itu mencakup baik kedekatan emosional tanpa kontak fisik maupun yang sampai bersifat seksual.
4
Perjalanan panjang dan berat yang harus dilewati para isteri mendorong peneliti untuk meneliti tentang korban perselingkuhan mengingat masalah perselingkuhan terjadi di seluruh sendi-sendi masyarakat. Peneliti ingin melakukan studi terhadap kondisi isteri korban perselingkuhan dalam rumah tangga melalui analisis BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab). 2. Perkawinan Ideal Undang-Undang Pokok Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 30 menyebutkan bahwa : “Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang amat penting dalam kehidupan manusia. Saat memasuki perkawinan, pasangan tentunya menginginkan kebahagiaan yang berlangsung sepanjang kehidupan mereka. Kenyataannya, perkawinan di dunia nyata tidak sesederhana seperti dalam dongeng. Perkawinan ideal adalah terjalinnya hubungan yang harmonis antara suami-isteri dalam membina rumah tangga, yang pelaksanaan dan tujuannya sesuai dengan ketentuan agama dan undang-undang yang mengaturnya. Dalam kehidupan sebagai suami-isteri, isteri memerlukan
5
perlindungan dari suaminya dan suami memerlukan kasih sayang dari isterinya. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil atau miniatur dari suatu masyarakat yang terdiri seorang suami dan isteri serta anak-anak yang terikat dalam suatu ikatan untuk meneruskan keturunan sebagai generasi di muka bumi ini, agar manusia tersebut menjadi tenteram, aman dan damai seperti yang telah ditetapkan dalam Q.S. 30 : 21
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan –Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir ( Q.S. Ar- Rum : 21 ) Hamka (1984, Juz 21:64) menafsirkan ayat tersebut “bahwa Allah mempertemukan jodoh di antara laki-laki dan perempuan untuk melanjutkan tugas berkembang biak di muka bumi agar manusia tenteram, cinta dan sayang”. Sedangkan Prayitno (2004:245) mengemukakan bahwa “keluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat. Dari dalam keluargalah setiap warga masyarakat mengawali kehidupannya, dan di dalam dan dari
6
keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk
menjadi
anggota
masyarakat”. Susunan keluarga menurut Islam, merupakan suatu ikatan yang terbentuk setelah melalui akad (perjanjian) nikah. Pernikahan untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai isteri. Terwujudnya keluarga sakinah, yang penuh mawaddah warahmah serta membentuk keluarga besar adalah menjadi keinginan atau cita-cita bagi setiap orang yang telah melangsungkan perkawinan (suamiisteri). Sebagaimana Rehani (2002:38) mengemukakan bahwa “keluarga sakinah adalah keluarga yang harmonis, sejahtera, bahagia lahir batin, hidup tenang, tenteram, damai dengan penuh kasih sayang”. Mawaddah dalam arti cinta dan kasih sayang, adalah sebagaimana dikemukakan M. Quraisy Shihab (1997:208) “berarti kelapangan dan kekosongan jiwa dari keburukan baik lahir maupun batin”. Nurcholish Majid (1997:101) mengemukakan bahwa “ mawaddah berarti taraf kecintaan seseorang yang tidak hanya sebatas kejasmaniahan saja, melainkan juga menyangkut kualitas kepribadian seseorang. Dan rahmah berarti kasih sayang, jenis kecintaan Ilahi karena bersumber dari sifat Allah yang rahman dan rahim”. Dapat disimpulkan bahwa hidup harmonis dalam perkawinan adalah dambaan setiap orang yang menikah, dan rumah tangga bahagia itu dalam bahasa al-Qur’an disebut sakinah. Keluarga sakinah adalah keluarga
7
yang hidup tentram dan bahagia, selalu saling berkasih sayang, saling menghargai, saling memberi, saling membantu, saling mengerti dan memahami, saling berupaya menyempurnakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap Allah, keluarga maupun masyarakat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan suami-isteri dalam mewujudkan keluarga sakinah berdasarkan hasil penelitian (Ulfatmi Amirsyah:2011), yaitu: 1) Mengedepankan agama dalam memilih pasangan hidup. 2) Memiliki tujuan berkeluarga sesuai ajaran Islam. 3) Memenuhi kebutuhan biologis sesuai tuntunan Islam. 4) Memperhatikan kebutuhan psikologis pasangan 5) Meminimalisir konflik keluarga dengan mengembangkan sikap-sikap Islami. 6) Menerapkan pola asuh Islami dalam keluarga. 7) Membina hubungan baik dengan keluarga besar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan tidak cukup hanya diisi dengan cinta. Diperlukan tanggung jawab, toleransi, dan komitmen besar dari pasangan suami isteri; juga dibutuhkan kerja keras dan kesabaran. Selain itu juga dibutuhkan iman yang kuat untuk membentuk perkawinan yang bahagia. Perkawinan yang tidak ideal (krisis keluarga) adalah tidak terjalinnya hubungan yang harmonis antara suami-isteri dan anak, artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tidak teratur dan terarah, orang
8
tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anakanaknya terutama remaja, mereka melawan orang tua, dan terjadi pertengkaran terus menerus antara ibu dengan bapak terutama mengenai soal mendidik anak-anak. Bahkan keluarga krisis bisa membawa kepada perceraian suami-isteri. Dengan kata lain krisis keluarga adalah suatu kondisi yang sangat labil di keluarga, dimana komunikasi dua arah dalam kondisi demokratis sudah tidak ada (Sofyan S. Willis,2009:13).
3. Permasalahan dalam Hubungan Suami-Isteri Dalam buku Pegangan Calon Pengantin (Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2002:97) dikemukakan 5 masalah keluarga, yaitu : a. Cemburu Cemburu adalah perasaan tidak senang terhadap yang dilakukan suami kepada isterinya dan perasaan tidak senang terhadap yang dilakukan isteri kepada suaminya, karena dinilai mengabaikan kepentingan dirinya. Perasaan cemburu juga dapat timbul manakala salah seorang dari suami atau isteri telah menodai keharmonisan keluarga dengan diketahuinya memiliki wanita idaman lain (WIL) atau pria idaman lain (PIL). Adapun motif utama yang menyebabkan suami atau isteri cemburu, antara lain karena:
9
1) Ketidaktahuan atau tidak memahami yang dilakukan suami atau isteri. 2) Ingin menyakiti perasaan hati suami atau isteri. 3) Suami atau isteri terlalu ramah dan dekat dengan orang lain sementara suami atau isteri tidak menyukai yang demikian itu. 4) Suami atau isteri merasa dirinya menjadi perhatian orang lain. b. Ekonomi Keluarga Yusuf Al Qardhawi (1997:71) mengemukakan bahwa Islam telah meletakkan ekonomi pada posisi tengah dan keseimbangan yang adil dalam bidang ekonomi. Hal tersebut dapat menjaga kestabilan ekonomi dan menunjang kebutuhan keluarga dan terwujudnya keluarga sakinah. Kestabilan ekonomi keluarga baru dapat tercapai apabila dalam kondisi keuangan terjadi keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Apabila pemasukan lebih kecil dari pengeluaran maka kestabilan ekonomi keluarga akan berantakan, dalam arti kebutuhan keluarga tidak dapat terpenuhi. Akibat tidak seimbangnya ekonomi keluarga dapat menjadi salah satu pemicu masalah bagi suami-isteri dalam keluarga. c. Selingkuh Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:772) selingkuh artinya: curang, tidak jujur, tidak terang-terangan, korup. Sedangkan
10
menurut Dharmayati Utoyo Lubis ( dalam Alfonso de Ponco 2011: 2) selingkuh
adalah kausa sekaligus konsekwensi dari buruknya
hubungan suami-isteri. d. Akhlak Dalam keluarga, tugas suami-isteri adalah selain memenuhi materi untuk kebutuhan keluarga juga membangun dan membina akhlak dalam keluarga serta mendidik akhlak bagi anak-anak sebagai generasi penerus keturunan mereka. Apabila akhlak tidak terbina dan tidak terlaksana dalam keluarga, maka dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah bagi suami-isteri. e. Orang ketiga Hadirnya orang ketiga dalam keluarga, baik dari hirarki keluarga maupun dari luar akan tetap membawa dampak negatif terhadap suami-isteri. Dalam hal ini sangat diperlukan sikap yang bijaksana, mampu mengatur dan memanfaatkan suasana. Memberikan pengertian tentang fungsi, peran dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Selain lima permasalahan di atas ada masalah yang paling penting dalam hubungan suami-isteri yaitu hubungan seksual, Fatchiah E. Kertamuda (2009:42) menyebutkan bahwa ketidakpuasan seksual pada salah satu pasangan, baik itu pada pria maupun wanita, dapat menimbulkan konflik dalam kehidupan pernikahannya. Hal ini dikarenakan bahwa seks merupakan kebutuhan dasar dari manusia dan
11
juga sebagai salah satu dari tujuan terjadinya pernikahan, sehingga apabila
kebutuhan
tersebut
tidak
terpenuhi
tentunya
dapat
menimbulkan hambatan dari hubungan keduanya. Patel (dalam Fatchiah E. Kertamuda, 2009:42), menyebutkan bahwa seks bisa menjadi suatu cara untuk menunjukkan rasa sayang dan cinta. Jika seseorang mengalami gangguan seksual, maka hubungan dengan pasangan juga ikut berpengaruh. Pasangan akan sering tidak bahagia dan merasa bersalah.
4. Perselingkuhan sebagai Jalan Keluar? Perselingkuhan sebagai jalan keluar dari permasalahan dalam perkawinan hanya dilakukan oleh orang-orang
yang tidak bisa
menyelesaikan masalahnya dengan baik, kurangnya keimanan, dan tidak setia, serta berkurangnya rasa cinta dan kasih sayang terhadap pasangan dan keluarganya. Dengan berbagai macam masalah yang terjadi dalam rumah tangga, dan sering terjadi konflik, apabila suami-isteri tidak bisa menyelesaikan permasalahannya dengan baik maka cenderung terjadi perselingkuhan sebagai jalan keluarnya. Perselingkuhan yang dilakukan suami atau isteri merupakan penghindaran terhadap persoalan dan kegagalan dalam perkawinan. Perselingkuhan sering terjadi tatkala ada tekanan-tekanan dan kemurungan, baik yang terjadi di rumah tangga maupun masalah-masalah
12
luar yang dibawa ke dalam rumah tangga. Pemicu terjadinya perselingkuhan menurut, M. Torsina (2009:33) dikarenakan : a. Suami atau isteri tidak punya pasangan atau karena kurang mencintai pasangannya. b. Kurangnya pelayanan terhadap isteri atau suami. c. Mereka mengangap seks sebagai makanan yang memerlukan pergantian menu dan penyajian. Beberapa tahun terakhir ini, marak terjadi perselingkuhan. Sering dilihat, didengar pemberitaan di media elektronik dan dibaca dimedia cetak tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh suami atau isteri. Kejadian yang paling ditakuti para isteri atau suami karena dampaknya yang sangat menghancurkan. Perselingkuhan merupakan masa yang amat berat bagi mereka. Penuh gejolak emosi negatif, perasaan tak berdaya, keputusasaan, dan luka batin yang sangat menyakitkan. Selain itu, sangat melelahkan dan penuh ketidakpastian. Berdasarkan informasi data dari Pengadilan Agama Padang kelas IA, pada hari rabu tanggal 16 November 2011 maka dapat dilihat faktorfaktor penyebab perceraian, data yang tercatat menunjukan bahwa dari tahun 2007- 2011, faktor penyebab yang lebih sering terjadi adalah : a. Tidak ada keharmonisan b. Tidak ada tanggung jawab c. Gangguan pihak ketiga (termasuk perselingkuhan)
13
d. Ekonomi e. Krisis Moral f. Poligami tidak sehat g. Cemburu Dari data tersebut tidak ada laporan khusus tentang perselingkuhan, tetapi setelah kasus dipersidangkan baru terungkap bahwa ada faktor perselingkuhan yang menjadi penyebab perceraian. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap tahun faktor penyebab perceraian akibat dari gangguan pihak ketiga yang di dalamnya termasuk perselingkuhan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Penyebab perceraian karena gangguan pihak ketiga, yang termasuk di dalamnya perselingkuhan secara ringkas dapat dipaparkan kasus yang diterima pada tahun 2007 berjumlah 70 kasus, tahun 2008 berjumlah 84 kasus, tahun 2009 berjumlah 90 kasus, tahun 2010 berjumlah 96 kasus, tahun 2011 berjumlah 104. Jadi perceraian akibat perselingkuhan ada kasusnya,
tapi
masyarakat
merasa
malu
(menutupi)
melaporkan
kepengadilan Agama tentang perselingkuhan tapi lebih suka dilaporkan dalam kasus gangguan pihak ketiga.
14
B. Fokus Penelitian Di tengah masyarakat telah terjadi perselingkuhan oleh suami atau isteri yang menghancurkan ikatan perkawinan yang ideal. Korban perselingkuhan, yaitu isteri, mengalami suasana yang amat memberatkan. Suasana ini perlu dianalisis untuk menjadi iktibar bagi semua pihak. Dengan
demikian
fokus
penelitian
ini
adalah
wanita
korban
perselingkuhan. Terhadap fokus tersebut, pertama-tama hendak penulis ungkapkan alasan ataupun latar belakang terjadinya perselingkuhan. Selanjutnya, terhadap kondisi yang dialami oleh korban perselingkuhan akan penulis analis dengan menggunakan “pisau analisis” BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab), yaitu: 1. Bagaimana korban perselingkuhan
berpikir berkenaan dengan
perselingkuhan suaminya. 2. Bagaimana
korban
perselingkuhan
merasa
berkenaan
dengan
perselingkuhan suaminya. 3. Bagaimana
korban
perselingkuhan
menyikapi
perselingkuhan
suaminya. 4. Tindakan apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan oleh korban perselingkuhan berkenaan dengan perselingkuhan suaminya. 5. Apa saja yang menjadi tanggung jawab korban perselingkuhan dan bagaimana tanggung jawab itu direalisasikan.
15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan : a. Alasan atau latar belakang terjadinya perselingkuhan . b. Dinamika BMB3 pada diri korban perselingkuhan (yaitu isteri yang suaminya selingkuh). 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Sebagai sumbangan
pemikiran dalam khasanah intelektual
bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP) tentang kondisi korban perselingkuhan, sebagaimana digambarkan melalui hasil analisis BMB3. 2) Sebagai bahan masukan bagi petugas Badan Penasehat, Pembinaan
dan
Pelestarian
Perkawinan
(BP-4)
dalam
meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga sakinah yang meliputi pembinaan, pelestarian dan penasehatan perkawinan. Penasehatan Perkawinan, yaitu suatu program yang khusus melayani suami-isteri yang bermasalah, termasuk masalah perselingkuhan.
16
3) Hasil temuan penelitian ini menjadi penelitian awal untuk penelitian berikutnya berkenaan dengan kondisi korban perselingkuhan. b. Manfaat Praktis, diharapkan berguna bagi : 1) Keluarga, khususnya suami dan/ isteri, untuk sekuat tenaga menghindari perselingkuhan yang dapat merusak suasana rumah tangga. 2) Penasehat
perkawinan
pada
Pengadilan
Agama,
untuk
keperluan mediasi dalam nasehat perkawinan. 3) Penulis dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam
ilmu
pelayanan
konseling,
khususnya
dalam
menganalisis kondisi isteri korban perselingkuhan. 4) Peneliti lain dalam rangka mengetahui kondisi isteri korban perselingkuhan melalui analisis BMB3. 5) Program Studi Bimbingan dan Konseling ( BK ) Program Pascasarjana (PPs ) Universitas Negeri Padang ( UNP ), untuk memperkaya
wawasan
yang professional.
tenaga
pelayanan
konseling
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis 1. Perkawinan dan Permasalahannya Beberapa penyebab tidak harmonisnya suatu keluarga adalah dikarenakan oleh nilai-nilai agama tidak lagi menjadi pegangan dalam keluarga maupun masyarakat, Dadang Hawari (dalam Ulfatmi Amirsyah, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang tidak religius, yang komitmen agamanya lemah dan keluarga yang tidak mempunyai komitmen agama sama sekali, mempunyai resiko empat kali untuk tidak berbahagia dalam keluarganya, bahkan berakhir dengan perselingkuhan, kecanduan NAZA (Narkotika, Alkohol, Zat Adiktif), perceraian. Dadang Hawari, 2006 (dalam Ulfatmi Amirsyah, 2011). Selengkapnya dijelaskan beberapa penyebab yang memicu munculnya konflik perkawinan dewasa ini, sebagai berikut : a. Pola hidup masyarakat dari sosial religius cenderung ke arah pola kehidupan masyarakat individualistis, materialistis dan sekuler. b. Nilai-nilai religius dan tradisonal masyarakat, cenderung berubah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan serba boleh serta toleransi berlebihan. c. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung kearah pola hidup mewah dan komsumtif.
17
18
d. Stuktur keluarga yang semula keluarga besar (extended family) cenderung kearah keluarga inti (nuclear family) bahkan sampai pada keluarga tunggal (single parent family). e. Hubungan kekeluargaan yang semula erat dan kuat (tight family relationship)
cenderung
menjadi
longgar
dan
rapuh
(loose
relationship) f. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung memilih hidup bebas atau hidup bersama tanpa ikatan perkawinan. g. Ambisi karir dan materi yang sebelumnya menganut azas-azas hukum dan moral serta etika cenderung berpola tujuan menghalalkan segala cara.
2. Perselingkuhan a. Pengertian Perselingkuhan Ketika seseorang menjalin “hubungan istimewa” dengan orang selain isteri/suami sahnya, seseorang sudah bisa dikategorikan berselingkuh. Hubungan istimewa itu mencakup baik kedekatan emosional tanpa kontak fisik maupun yang sampai bersifat seksual. Bukan hanya itu saja, dengan penggunaan internet yang semakin meluas, kini ada perselingkuhan model baru yang tidak lagi melibatkan kontak fisik, yaitu perselingkunhan dunia maya. Perselingkuhan dunia maya itu sama “berbahayanya” karena juga melibatkan kedekatan emosional dengan pasangan chatting. Bukan tidak mungkin hubungan
19
itu dilanjutkan dengan pertemuan tatap muka dan meningkat menjadi perselingkuhan fisik, perselingkuhan fisik yang diawali perselingkuhan emosional biasanya lebih fatal akibatnya dan biasanya berakhir dengan perceraian. Hubungan seperti apa yang sebetulnya bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan? Apakah sekadar curhat-curhatan dengan orang lain bisa dikatakan berselingkuh? Bagaimana dengan pertemuan-pertemuan yang meskipun terencana dan cukup sering, yang hanya untuk sekadar ngobrol dan berbagi cerita? Apakah kesepakatan dengan seorang teman untuk menjalin hubungan TTM (Teman Tapi Mesra, alias biarpun mesranya selangit selamanya akan tetap berstatus teman) juga bisa dikatakan berselingkuh ? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang sering mengemuka tentang arti perselingkuhan, yang mungkin dipicu perbedaan persepsi suami dan isteri tentang hal itu. Kadang seorang suami mengangap dirinya belum selingkuh karena belum melanggar batasan yang ditentukannya sendiri. Sementara bagi isterinya batasan itu terlalu longgar
sehingga menurutnya
sang suami
sudah
berselingkuh. Pengertian perselingkuhan sendiri memang tidak sama untuk setiap orang. Ada yang menganggap kontak fisik sebagai batasan. Artinya, selama tidak bergandengan tangan, berciuman, atau berpelukan, itu belum bisa disebut perselingkuhan. “Masa cuma kirim sms mesra sudah dibilang berselingkuh ?”, kata seorang teman pria yang
20
menganggap perbuatannya merupakan bentuk keakraban dengan teman wanitanya. Kebanyakan orang menganggap diri mereka tidak selingkuh selama tidak melakukan hubungan seks. Menurut mereka, bahkan kemesraan verbal yang dipicu perasaan sayang sekalipun dianggap belum bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan, selama tidak diwarnai seks. Seorang pria berpendapat,"Memangnya kenapa kalau saya sedikit menanggapi rasa cinta teman wanita yang sejak di SMA sudah naksir saya? Saya kasihan padanya, dan mungkin juga menyayanginya. Kelihatannya dia sudah senang kalau saya perhatikan sedikit saja. Saya juga selalu menjaga perasaan isteri, dan tidak melangkah lebih jauh…” Sementara itu, ada pula yang beranggapan saling memanggil dengan sebutan “sayang” atau “honey” sudah merupakan perselingkuhan. Lebih-lebih kalau sebutan itu dipicu perasaan sayang, dan bukan sekadar kebiasaan. Beberapa orang bahkan berpendapat perkawinan monogami sebenarnya sangat sulit dilakukan. Mereka yakin, secara biologis manusia tidak bisa bertahan hanya dengan satu pasangan seumur hidup. Menurut mereka, tidak seharusnya orang berharap terlalu banyak dari perkawinan. Karena mereka akan kecewa. Kekecewaan itulah
yang
akhirnya
mengarahkan
mereka
untuk
mencari
penyeimbang di luar perkawinan. Hal itu sekaligus kerap menjadi pembenaran tindakan perselingkuhan.
21
b. Komponen Perselingkuhan Menurut Glass (dalam Adriana S. Ginanjar 2009:38) terdapat tiga komponen
perselingkuhan
yang
membedakannya
dengan
pertemanan atau persahabatan biasa : 1) Keintiman emosional Perselingkuhan melibatkan kedekatan emosional, yaitu saling membuka diri, memberikan dukungan dan berkomunikasi secara intens. Mereka yang berselingkuh merasa bisa bicara apa saja dengan teman istimewanya. Bagi para suami, perempuan yang selalu siap mendengarkan keluh-kesah mereka dan pandai memberikan dukungan di saat-saat susah merupakan pasangan selingkuh yang amat berarti. Apalagi kalau hubungan dengan isteri diwarnai pertengkaran dan banyak perbedaan pendapat, hubungan suami-isteri
menjadi amat hambar. Tidak mengherankan kalau
perselingkuhan jadi sangat sulit dihentikan. Pasangan selingkuh sering kali menjadi soulmate yang penuh kejutan, menyenangkan, membuat hidup terasa jauh lebih indah. 2) Kerahasiaan Kerahasiaan, artinya hubungan tersebut disembunyikan dari pasangan resmi karena diyakini akan memicu pertengkaran dan larangan
untuk
diteruskan.
Adanya
kerahasiaan
dalam
perselingkuhan membedakan hubungan ini dengan pertemanan biasa. Segala yang dilakukan dengan pasangan selingkuh (tentu
22
saja) tidak akan diceritakan kepada pasangan resmi. Pertemuan dilakukan secara sembunyi-sembunyi di tempat yang privat. Hubungan via telepon hanya dilakukan bila situasi “aman” dari telinga isteri karena pasti berisi kata-kata indah dan ungkapan cinta. Justru kerahasiaan itulah yang menimbulkan dorongan kuat untuk selalu bertemu atau berhubungan karena merupakan tantangan tersendiri ( dan memicu adrenalin ). 3) Ketertarikan seksual Ketertarikan secara seksual, yaitu adanya getar-getar hati dan gairah yang tinggi bila bertemu dengan “teman istimewa,” walaupun tidak (belum) melibatkan hubungan seks, tapi sudah muncul khayalan melakukannya. Gairah itulah yang dipercaya sebagai cinta yang membara. Kalau masa perkawinan sudah melewati lima tahun, bisanya gairah yang dulu sangat dominan sudah mulai sirna, digantikan rutinitas yang membosankan. Jadilah perselingkuhan sumber hubungan seks yang amat memuaskan. Namun, walaupun tidak diwarnai hubungan seks, perselingkuhan tetap mengancam keutuhan perkawinan, karena hubungan tersebut dapat menjadi lebih penting daripada perkawinan itu sendiri. Allan Pease dan Barbara Pease (2010;194) menyatakan: “Jika para lelaki diminta untuk mendefinisikan sebuah hubungan gelap, mereka cenderung mengambarkannya sebagai seks yang terus mereka lakukan dengan atau tanpa keterkaitan emosional,
23
sama halnya dengan mereka memandang seks tanpa komitmen. Laki-laki melihat sebuah hubungan gelap sebagai keterlibatan fisik, bukan sebagai ikatan emosional”. Sementara itu, perempuan memandang hubungan gelap sebagai sebuah peristiwa emosional, baik itu melibatkan aktivitas seksual secara fisik maupun tidak, dan sering kali menyebutnya sebagai hubungan emosional. Sebuah hubungan emosional merupakan hubungan antara dua orang yang bukan merupakan suami atau isteri atau kekasih yang mempengaruhi tingkat keintiman, jarak emosional, dan keseimbangan menyeluruh sebuah pernikahan. c. Mengapa Orang Berselingkuh Banyak
perselingkuhan
dipicu
oleh
ketidakpuasan
dalam
perkawinan. Namun, sebagian suami atau isteri berselingkuh bukan karena perkawinan yang tidak bahagia, karena kebahagian itu relatif sifatnya, tidak dapat diukur, tergantung pada individu masing-masing. Buat pria, cinta dan kesetiaan sering kali adalah dua hal yang berbeda. Cinta memang cinta, tapi selingkuh jalan terus. Doni (nama samaran) seorang sahabat pria di masa kuliah pernah mengatakan: “Tidak ada masalah apapun dalam perkawinanku. Dari segi intelek, isteriku cukup nyambung untuk diajak bicara. Bahkan untuk urusan teknologi dia jauh lebih pintar daripadaku. Dia juga berasal dari keluarga yang cukup berada, sehingga tidak pernah ada
24
masalah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial pekerjaanku yang semakin tinggi seiring meningkatnya karierku. Tapi, apa orang harus makan rendang terus setiap hari? Sesekali boleh juga mencoba menu lain, kan?” Begitulah pendapat seorang pria. Ada berbagai alasan mengapa pria berselingkuh, dan itu tidak selalu merupakan kesalahan isteri, Berbagai alasan yang dikemukakan oleh orang yang berselingkuh, ada sejuta alasan lain yang mungkin tak pernah terduga. Ada beberapa alasan pria dan wanita berselingkuh. Menurut Adriana S. Ginanjar (2009 : 31), yaitu : 1) Alasan Seks Dibanding wanita, pria cenderung lebih mudah berhubungan seks tanpa ikatan emosional. Bagi pria, HTS (hubungan tanpa status) memberikan gairah yang luar biasa, terutama bagi mereka yang takut pada keintiman emosional dan komitmen. Menurunnya kepuasan seks akibat kebosanan sering kali terjadi seiring berjalannya usia perkawinan, dan hal itu dapat dengan mudah mendorong pria untuk mencari seks di luar pernikahan. Selain itu, pria juga bisa berselingkuh karena tidak memperoleh kenikmatan seksual dari isteri seperti yang diharapkannya. Sebaliknya, wanita jarang yang berselingkuh karena alasan seks. Bukan tidak ada, ada tapi perempuan jarang sekali berselingkuh hanya untuk urusan tempat tidur. Bagi wanita, seks biasanya terkait
25
erat dengan perasaan. Selain itu, wanita pada umumnya juga lebih bisa memendam hasrat seksualnya dibanding pria. 2) Alasan Ego Pria-pria yang berselingkuh sering kali mengatakan isteri mereka susah “memuaskan”. Suami selalu ada kurangnya. Salah sedikit saja, suami diomeli seperti telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Tidak ada pujian bernada kekaguman, atau sedikit penghargaan, atas jerih payah suami bagi keluarga. Pria pada dasarnya senang dipuji dan dihormati. Mereka merasa dihargai bila isteri mengapresiasi jerih payah mereka. Sementara isteri sering beranggapan untuk apa memuji suami. Bukankah dia hanya melakukan yang sudah semestinya sebagai kepala keluarga ? Bukankah dia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya ? Kurangnya penghargaan isteri bisa membuat suami mencari wanita lain diluar sana yang bisa memuaskan egonya dengan beraneka pujian dan lontaran ungkapan kekaguman. 3) Alasan Jarak Sangat sulit bagi pria untuk hidup sendiri, walau ada juga yang memilih melakukannya, misalkan karena tuntutan profesi. Tetapi pada dasarnya berat bagi pria untuk tidak memiliki pendamping hidup. Jadi, dapat dibayangkan ketika seorang suami harus jauh dari isteri. Mungkin kalau sebentar tidak menjadi masalah. Tapi, kalau untuk waktu yang cukup lama? Karena pekerjaannya di luar
26
kota, misalnya, dan dia tidak mungkin sering-sering pulang karena berbagai alasan. Berbeda dengan pria, wanita biasanya selingkuh lebih karena berbagai alasan emosional. Ada sesuatu dalam perkawinan mereka yang tidak memuaskan. Ketidakpuasan itu terakumulasi, terusmenerus menumpuk, dan akhirnya membuat mereka mencari penyaluran lewat jalinan hubungan rahasia dengan pria lain. 4) Senang Punya Pengagum Ada seorang wanita yang memiliki pengagum rahasia. Rumah tangganya semula baik-baik saja. Pria pengagumnya adalah teman SMA-nya dulu. Cinta lama pria itu rupanya bertahan, meski wanita itu kemudian menikah dan punya seorang anak. Ia awalnya tidak menanggapi, bahkan sering menggoda pria itu karena tak kunjung menikah.
Biasanya
pria
itu
mengatakan,
“Aku
hanya
menginginkanmu, karena aku mencintaimu.” Wanita itu awalnya hanya tertawa mendengarnya, tetapi entah kenapa, wanita ini akhirnya tak kuasa menghadapi “kegigihan” pria itu. Mereka pun menjalin hubungan rahasia yang berlangsung selama beberapa tahun, sebelum akhirnya siwanita memutuskan untuk bercerai dan menikah dengan si pengagum. 5) Butuh Perhatian Kalau pria senang dipuji dan dihormati, wanita senang disanjung dan diperhatikan. Biarpun kadang rayuan yang
27
diterimanya”gombal”, wanita tetap saja merasa senang. Hal itu sering tidak disadari para suami. Kalau semasa pacaran hampir semua pria mudah melontarkan rayuan penuh sanjungan sehingga membuat sang kekasih “berbunga-bunga”, ketika sudah menikah, suami tidak lagi melakukannya, begitu juga dengan isteri yang sudah sibuk dengan anak dan rumah tangga. Akibatnya, muncul kekosongan emosional yang besar pada diri suami atau isteri. Rasa haus akan perhatian dan kasih sayang suami atau isteri, itu bisa memicu perselingkuhan isteri atau suami kalau ia kebetulan bertemu dengan pria atau wanita yang tepat. Seorang teman bercerita, ada perempuan kerabatnya yang meninggalkan suaminya setelah kedua anak mereka menikah. Merasa tugasnya telah selesai, ibu itu meninggalkan rumah, minta cerai dari suaminya, dan menikah dengan sahabat SMA-nya. Kehidupan perkawinan yang dingin, kesibukan suami nonstop berbisnis, membuat si ibu merasakan kekosongan cinta. Apalagi suaminya tipe pria yang dingin, jangankan melontarkan sanjungan, mengungkapkan kasih sayang secara eksplisit saja tidak pernah. Kekurangan si suami itulah yang rupanya ia peroleh pemenuhannya dari sahabatnya, yang selama itu telah menjadi tempat curhatnya.
28
6) Rasa Aman Seorang wanita juga mungkin berselingkuh untuk mengisi kekosongan akan rasa aman yang ia butuhkan dalam hidupnya. Entah itu rasa aman dalam arti sesungguhnya atau dari sisi financial. Meski gerakan menuntut persamaan hak sudah demikian gencar dilancarkan, sehingga makin banyak wanita yang mandiri dalam segala hal, banyak wanita masih merasa senang bila ada pria yang menjaga, memenuhi segala kebutuhan, dan memanjakan. Akibatnya, bila merasa tidak memperoleh rasa aman itu dari pasangannya, seorang wanita bisa saja menggunakan daya tariknya pada pria lain yang menurutnya bisa memenuhi kebutuhannya. Contoh paling tepat adalah Erni (nama samaran), seorang ibu dua anak. Sebagai wanita bekerja, ia tidak pernah meminta uang belanja kepada suaminya. Ia hanya menerima saja bila suaminya memberi. ”Kalau tidak diberipun ya tidak apa-apa, karena penghasilan saya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari”, kilah Erni. Tapi rupanya, suami Erni keenakan dan makin melalaikan kewajibannya sebagai kepala rumah tanggga. Bahkan untuk tempat berteduh bagi kedua buah hati mereka pun Erni-lah yang menabung untuk membayar uang muka dan angsuran rumah. “Dia hanya sibuk mengurusi mobil kalau di rumah. Belakangan dia juga lepas tangan dalam hal biaya pendidikan anak-anak,” keluh Erni. Di tengah prahara itulah Erni berkenalan dengan
29
seorang supplier di kantornya. Pria lajang yang berusia lebih muda itu mempunyai pemikiran yang sangat dewasa dan matang. Erni seolah
menemukan tempat berbagi yang selama ini tidak
dimilikinya. 7) Balas Dendam Selingkuh dapat menjadi ajang balas dendam terhadap suami atau isteri. Ada seorang wanita yang sudah beberapa kali memaafkan perselingkuhan suaminya. Walau untuk itu ia sampai harus mengikuti konseling untuk menghilangkan traumanya. Entah karana jengkel atau kesabarannya sudah habis karena suaminya tidak juga mau memperbaiki diri, suatu kali ia kemudian berselingkuh dengan salah seorang teman suaminya. Alangkah kagetnya sang suami ketika tahu isterinya yang lemah lembut dan penurut itu bisa selingkuh! Dari berbagai alasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam rumah tangga perlu adanya intropeksi diri bagi suami atau isteri yang menjadi korban, mengapa suami atau isterinya berselingkuh, apa yang selama ini menjadi kekurangan pada diri masing-masing untuk dapat diperbaiki menjadi lebih baik. Keterbukaan dalam berkomunikasi antara suami-isteri akan menunjang penyelesaian masalah yang selama ini terpendam. Penceramah ustad T.B.H. Moh.Letter, Sabtu 22-01-2011 wirit bulanan Dharma Wanita Propinsi Sumatera Barat, menyebutkan
30
beberapa faktor lain yang secara umum menjadi penyebab perselingkuhan,
yaitu
kurangnya
keimanan,
ketidaksetiaan,
hilangnya rasa cinta dan kasih sayang di antara suami isteri yang bersangkutan. Kesimpulan dari uraian di atas adalah : Perselingkuhan bisa terjadi di semua tingkat sosial. Baik itu orang terkenal maupun tidak terkenal, bisa juga terjadi pada orang berpenghasilan menengah keatas ataupun menegah kebawah atau orang yang berpendidikan maupun orang yang tidak berpendidikan. Semuanya tergantung pada diri masingmasing
pribadi
orang,
apakah
dia
akan
melakukan
perselingkuhan atau tidak melakukan perselingkuhan. Faktor yang paling utama terletak pada masing-masing diri individu suami/isteri dalam permasalahan yang terjadi, karena setiap orang melakukan perselingkuhan mempunyai alasan dan faktor penyebab yang berbeda sehingga menyebabkan rumah tangga menjadi berantakan. Akan tetapi kebanyakan karena hilangnya rasa kasih sayang yang tidak tersalurkan sebagaimana mestinya,sehingga muncul apa yang dinamakan perselingkuhan. Prilaku selingkuh adalah perbuatan yang dilarang oleh agama sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 32 artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.
31
Dalam hukum Islam ditentukan seorang pezina yang belum menikah, hukumannya direjam sampai 100 kali, bagi yang sudah menikah (bersuami atau beristeri) dicambuk sampai mati. d. Tanda-tanda Perselingkuhan Apabila seorang laki-laki atau perempuan menemukan cinta baru di luar hubungan mereka dengan pasangan, peningkatan aktivitas hormonal pada otak mengakibatkan perubahan perilaku. Perubahan pada kebiasaan sehari-hari itu biasanya tidak terlalu kentara atau muncul sejumlah kebiasaan baru yang diciptakan sebagai usaha unuk menutupi rutinitas harian. Ada delapan tanda-tanda klasik peselingkuh menurut, Allan dan Barbara Pease (2010:220) yaitu: 1) Perubahan Rutin Perubahan perilaku apa pun yang selama ini menjadi bagian dalam kehidupan suami atau isteri sebagai pasangan bisa menjadi petunjuk tentang sesuatu yang terjadi di luar rumah, misalnya, seorang suami mulai mencuci pakaiannya sendiri, pasangan suami atau isteri mulai berhenti mengenakan cincin kawin atau mulai mengunci lemari pakaiannya. 2) Perubahan dalam hubungan seks Mungkin akan terjadi perubahan yang tidak terlalu kentara pada kebiasaan atau gaya ketika melakukan hubungan seks, tapi jangan abaikan hal itu. Jika suami atau isteri ingin mencoba
32
sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan besar ada seseorang yang melatih atau mempengaruhi gairah, sensitivitas dan keahlian baru itu. Mungkin juga suami atau isteri tiba-tiba enggan melakukan seks. 3) Perubahan penampilan Berdiet, pakaian baru, langsung mandi ketika baru sampai di rumah, bercukur sehari dua kali, tatanan rambut baru, atau memotong rambut. 4) Perjalanan bisnis Semakin hari semakin sering melakukan perjalanan keluar kota, sering menginap, lupa mengajak suami atau isteri ke acara bisnis, agenda kerjanya yang serba rahasia atau serba tidak jelas, tidak memberi informasi jadwal keberangkatan pesawat atau hotel tempatnya menginap, tidak berada di tempat dia seharusnya berada. Selain itu, pasangan yang berselingkuh pun mungkin akan mulai bekerja hingga larut malam. 5) Reaksi tegang Ketika telepon berdering atau ketika pasangan menyebut nama seseorang di kantornya. Perhatikan juga bila pasangan mengigau, suasana hatinya tidak tenang dan bertambah sering mengkritik pasangan (suami atau isteri).
33
6) Perubahan percakapan Dalam kasus perselingkuhan dengan rekan sekerja, bisa jadi ada nama yang biasanya diceritakan sambil lalu sebagai bagian dari cerita haian atau lebih sering disebut-sebut seperti “Aku tadi makan siang dengan…,” atau “Aku hari ini ngobrol dengan….” atau malahan sama sekali tidak pernah disebut-sebut. Laki-laki kerap mengulang cerita yang sama karena dia lupa sudah bercerita apa dengan siapa. 7) Perubahan teknologi Suami atau isteri mulai menyadari bahwa pasangannya lebih memilih mengirim email dari pada menelponnya. Bila dia menelepon, percakapannya pun singkat, diakhiri tiba-tiba, atau sambil berbisik-bisik, semua menandakan bahwa ada seseorang disampingnya. Mereka terus memiliki alasan untuk pergi keluar dengan ponselnya. Ketika pasangannya berada di dekatnya, dia tidak ingin mengangkat pangilan telepon tertentu. Computer dan teleponnya tiba-tiba diberi kata sandi. 8) Teman-teman baru Pasangan anda (suami atau isteri) mempunyai sejumlah teman kantor baru yang tidak pernah anda temui. Dia selalu menelepon teman-teman barunya tetapi singkat-singkat saja; dia akan bilang nanti akan menelepon kembali atau mengatakan belum memiliki informasi yang dibutuhkan sekarang. Jika anda (suami atau isteri)
34
kemudian
mengetahui
bahwa
teman-temannya
itu
adalah
peselingkuh, kemungkinan besar itu adalah kelompok pendukung perselingkuhan. Orang yang memiliki kepentingan yang sama akan saling tertarik. Sejumlah pertanda di atas lebih sering terlihat pada laki-laki di banding
perempuan.
Perempuan
lebih
tidak
kentara
ketika
menyembunyikan sesuatu, dan laki-laki pada umumnya memiliki kemampuan rendah dalam mencari petunjuk. e. Tipe Perselingkuhan Berdasarkan kadar keterlibatan emosional peselingkuh, inilah tipe perselingkuhan yang paling sering terjadi menurut Subotnik & Harris, 2005 (dalam Adriana S. Ginanjar 2009:39) yaitu : serial affairs, fling, romantic love affair, dan long-term affair. Sejumlah perselingkuhan berlangsung singkat dan sama sekali tidak diwarnai kedekatan emosional, tetapi ada pula yang berlangsung lama sehingga kedekatan emosionalnya
melebihi
hubungan
perkawinan
peselingkuh.
Selengkapnya dijelaskan tipe perselingkuhan sebagai berikut: 1) Serial Affairs Tipe perselingkuhan ini paling sedikit melibatkan keintiman emosional tetapi terjadi berkali-kali. Hubungan yang terbentuk dapat berupa perselingkuhan semalam atau sejumlah affair yang berlangsung cukup lama. Serial affairs tidak melibatkan emosi karena hubungan yang terjalin biasanya hanya untuk memperoleh
35
kenikmatan atau petualangan sesaat. Inti perselingkuhan ini adalah mendapatkan seks dan gairah. Pelaku serial affairs cenderung sulit untuk berhenti. Ada sensasi perselingkuhan yang membuatnya ketagihan dan tidak lagi dirasakannya dalam pernikahan yang sarat rutinitas dan tanggung jawab. Banyak tipe perselingkuhan seperti ini terjadi saat pelakunya bertugas keluar kota. Selain ditunjang jauh dari keluarga, pelaku juga merasa leluasa karena kecil kemungkinan ketahuannya. Walau tidak ada keterlibatan emosional yang mendalam, tidak berarti perselingkuhan ini tidak berbahaya. Tidak adanya komitmen pada pasangan selingkuh juga menunjukkan tidak adanya komitmen pada perkawinan. Selain itu, pasangan yang berganti-ganti mengandung resiko PMS (Penyakit Menular Seksual). Contoh : Kisah Delli dan Aris (nama samaran) Perselingkuhan Aris, suami Delli, termasuk tipe serial affairs. Keterlibatan emosional Aris dengan selingkuhnya relatif sangat sedikit atau malah nyaris tidak ada. Perselingkuhan juga terjadi berkali-kali, dengan perempuan yang berbeda-beda (dengan PSK), untuk tujuan bersenang-senang, sekadar menikmati petualangan dan kenikmatan sesaat. Perilaku Aris sebetulnya bukan hal baru bagi Delli. Sejak sebelum menikah pun ia sudah tahu Aris termasuk tipe pria petualang yang senang gonta-ganti pacar. Tapi semasa pacaran, ia
36
meyakini kesungguhan Aris terhadap dirinya. Ketika Aris berniat menikahinya, ia bahkan sempat bertanya apakah Aris sudah puas dengan semua petualangannya. “Kalau belum puas, ya main-main saja dulu. Nanti kalau kamu sudah puas, baru kita menikah.” Namun, dengan mantap Aris menjawab, “Aku sudah puas mainmain. Sekarang aku siap menikah.” Karena sangat mencintai Aris, Delli percaya dan mereka lalu menikah. Tak heran ketika muncul isu perselingkuhan Aris, Delli seolah tutup mata. Dia tetap yakin suaminya sudah berubah, walaupun nyatanya tidak. Sementara itu, Delli selalu menghibur diri dengan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa cinta Aris hanya untuknya seorang. “Aris memang tipe pria yang suka berpetualang dan bandel, tetapi dia hanya mencintai saya,”katanya. Delli mungkin akan sulit menghentikan petualangan Aris, karena dia sendiri tidak akan tahu mana di antara perselingkuhan itu yang paling serius. Apalagi karena Aris selalu berdalih, “Enggak kok… dia kan cuma teman, dan sekarang pun aku sudah tidak pernah bertemu dia lagi….” Ia dapat menghindar dengan mudah dan memperlihatkan bahwa perselingkuhannya bukanlah sesuatu yang berarti. 2) Fling Mirip serial affairs, fling juga ditandai minimnya keterlibatan emosional pelakunya. Hubungan yang terjadi dapat berupa perselingkuhan satu malam atau beberapa bulan, tetapi hanya
37
terjadi satu kali saja dan sesudahnya berakhir begitu saja. Biasanya ini berlangsung dalam satu kondisi tertentu, misal, seminar, workshop, atau tugas luar kota. Wartawan yang meliput olimpiade selama satu bulan, atau peserta pelatihan di Negara lain, misalnya, bisa saja terlibat dalam tipe perselingkuhan ini. Dibandingkan tipe perselingkuhan lain, fling termasuk yang paling tidak serius dampaknya. Contoh : Kisah Is dan Vera (nama samaran) Is adalah seorang ayah dengan dua orang putra dan mempunyai seorang isteri. Is seorang pegawai yang sedang ditugaskan pergi pelatihan ke kota A dan di sana Is bertemu dengan Vera yang ditugaskan dari Propinsi lain. Is mengaku masih bunjangan dan Vera mengaku masih gadis,
selama mereka mengadakan
pendekatan Vera sudah diberitahu bahwa Is sudah berkeluarga, mereka menjalin hubungan yang sangat intim, sampai ketangkap oleh masyarakat dan mereka dipaksa untuk nikah. Tapi setelah ditelusuri Is sudah berkeluarga dan Vera bukanlah wanita baikbaik, jadi permasalahannya dibiarkan begitu saja dan hubungan mereka berakhir tanpa ada pertanggung jawaban, sampai mereka pulang ke Propinsi masing-masing. 3) Romantic Love Affair Perselingkuhan tipe ini melibatkan hubungan emosional yang mendalam. Pihak yang berselingkuh kerap merasa “jatuh cinta”
38
lagi dan menemukan hubungan yang lebih memuaskan dengan selingkuhannya, secara fisik dan juga emosional. Hubungan yang terjalin menjadi amat penting, dan berdampak besar pada kehidupan pasangan. Sering peselingkuh berfikir untuk bercerai dan
menikahi
kekasihnya.
Namun,
bila
perceraian
tidak
memungkinkan, perselingkuhan itu biasanya akan berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Bagi seorang isteri yang suaminya terlibat romantic love affair seperti ini, ia merasa lebih mudah untuk mengidentifikasi siapa perempuan lain itu. Ia juga bisa lebih mudah meminta suaminya untuk memutuskan hubungan, dan dapat dengan mudah memantau kelanjutan hubungan itu. Sisi negatifnya, hubungan yang melibatkan emosi yang dalam ini, antara si suami dan selingkuhannya, akan menyebabkan sakit hati yang lebih besar bagi sang isteri. Luka hatinya menyebabkan trauma panjang yang sulit untuk sembuh. Apalagi kalau sang isteri merasa perempuan lain yang “dicintai” suaminya itu tidak sebanding dengan dirinya. Contoh : Kisah Dana dan Gunardi (nama samaran) Kisah Gunardi, suami Dana yang terjerat perselingkuhan akibat dari ajakan seorang teman, yang sedang bertugas di tempat lokalisasi pelacuran. Teman Gunardi mengenalkan Gunardi pada seorang pelacur dan Gunardi mencoba untuk iseng-iseng dengan pelacur tersebut dan akhirnya timbul keterterikan pada pelacur itu,
39
tapi Gunardi di dalam rumah tangganya tidak melihatkan perubahan sikapnya pada anak dan isterinya sehingga tidak menimbulkan kecurigaan pada isterinya. Suatu hari Gunardi kepergok sama tetangganya, Gunardi sedang bermesraan dengan pelacur itu di suatu restoran. Tetangga itulah yang memberitahukan kepada Dana kalau suaminya selingkuh, tapi Dana tidak percaya karena suaminya tidak ada perubahan pada dirinya. Dana seorang isteri yang baik dan patuh sama suami, jadi dia tidak menduga kalau suaminya selingkuh di luar. Hubungan Gunardi dengan pelacur itu makin lama makin serius walaupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tapi akhirnya ketahuan juga oleh Dana. Gunardi minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi, Dana pun memaafkannya. Tapi janji Gunardi, tinggal janji. Dia mengulangi lagi perselingkuhannya dengan pelacur itu juga karena dia telah melibatkan hubungan emosional yang mendalam dan dia merasa jatuh cinta lagi, sehingga dia melakukan perselingkuhan secara
fisik
dan
emosional.
Dia
tidak
bisa
melupakan
selingkuhannya itu, yang membuat perselingkuhan itu lebih penting dari pada keutuhan rumah tangganya, sehingga Gunardi akhirnya bercerai dengan Dana.
40
4) Long Term Affair Perselingkuhan jangka panjang merupakan hubungan yang menyangkut keterlibatan emosional paling mendalam. Hubungan dapat
berlangsung
bertahun-tahun,
dan
bahkan
sepanjang
kehidupan perkawinan. Cukup banyak peselingkuh yang merasa memiliki hubungan lebih baik dengan selingkuhannya daripada dengan pasangan sahnya. Pada beberapa kasus, karena sudah berlangsung lama, tidak jarang perselingkuhan ini juga diketahui oleh isteri dan bahkan pihak keluarga. Pada sejumlah pasangan seolah ada perjanjian tidak tertulis bahwa perselingkuhan boleh terus berlanjut asalkan suami tetap memberikan kehidupan yang layak bagi isteri dan anak-anaknya. Contoh : Kisah Indra dan Sila(nama samaran) Indra seorang suami yang bekerja pada suatu perusahaan yang banyak karyawati yang bekerja disana. Sila adalah seorang pegawai BUMN yang sibuk. Indra dan Sila sering bertengkar karena kurangnya waktu untuk keluarga mereka, karena mereka masing-masing sibuk. Di kantor Indra ada seorang perempuan yang suka sama Indra, namanya Ita. Ita selalu memberi perhatian lebih sama Indra dan lama kelamaan Indra mulai tertarik sama Ita. Mereka melakukan perselingkuhan secara emosional yang mendalam, yang sangat lama sampai bertahun-tahun yang akhirnya
41
diketahui oleh Sila, sehingga mereka sering bertengkar dan berdampak jelek terhadap kedua orang anak mereka. Hubungan Indra dan Ita semakin intim dan sampai pada perselingkuhan fisik. Walaupun sudah diketahui oleh Sila perselingkuhan mereka, Indra merasa seakan
tidak bersalah
melakukan perselingkuhan itu. Akhirnya Sila minta cerai dan Indra memberikan talak satu. Setelah perpisahan itu Indra dan Sila merasa anak mereka sangat tertekan dan mereka rujuk kembali, tapi hubungan Indra dan Ita tetap terus berjalan tanpa ada ikatan. Sila hanya berkata “ hidup saya hanya untuk kepentingan anak saya saja, biar anak saya senang. Apapun yang dilakukan ayahnya terserah saja.”
f. Dampak Perselingkuhan Apapun bentuk perselingkuhan yang dilakukan pasangan, dampak negatifnya terhadap perkawinan amat besar dan berlangsung lama. Perselingkuhan berarti pula pengkhianatan terhadap kesetiaan dan hadirnya wanita atau laki-laki lain
dalam perkawinan sehingga
menimbulkan perasaan sakit hati, kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam. Isteri-isteri yang menjunjung tingggi kesetiaan adalah mereka yang paling terpukul oleh kejadian itu. Ketika isteri mengetahui bahwa kepercayaan yang mereka berikan secara penuh
42
kemudian diselewengkan oleh suami, maka mereka kemudian berubah menjadi amat curiga. Berbagai cara dilakukan untuk menemukan bukti-bukti yang berkaitan dengan perselingkuhan tersebut. Keengganan suami untuk terbuka tentang detil-detil perselingkuhan membuat isteri semakin marah dan sulit percaya pada pasangan. Namun keterbukaan suami seringkali juga berakibat buruk karena membuat isteri trauma dan mengalami mimpi buruk berlarut-larut. Secara umum perselingkuhan menimbulkan masalah yang amat serius dalam perkawinan. Tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perceraian karena isteri merasa tidak sanggup lagi bertahan setelah mengetahui bahwa cinta mereka dikhianati dan suami telah berbagi keintiman dengan wanita lain. Pada perkawinan lain, perceraian justru karena suami memutuskan untuk meninggalkan perkawinan yang dirasakannya sudah tidak lagi membahagiakan. Bagi para suami tersebut perselingkuhan adalah puncak dari ketidakpuasan mereka selama ini. Pasangan
yang
memutuskan
untuk
tetap
mempertahankan
perkawinan, dampak negatif perselingkuhan amat dirasakan oleh isteri yang menjadi korban perselingkuhan itu. Sebagai pihak yang dikhianati, isteri merasakan berbagai emosi negatif secara intens dan seringkali juga mengalami depresi dalam jangka waktu yang cukup lama. Rasa sakit hati yang amat mendalam membuat isteri menjadi
43
orang-orang yang amat pemarah, tidak memiliki semangat hidup, merasa tidak percaya diri, terutama pada masa-masa awal setelah perselingkuhan terbuka. Isteri mengalami konflik antara tetap bertahan dalam perkawinan karena masih mencintai suami dan anak-anak dengan ingin segera bercerai karena perbuatan suami telah melanggar prinsip utama perkawinan mereka. Dampak perselingkuhan dapat dijelaskan melalui model “proses berduka” (grieving process) dari Kubler-Ross yang terdiri dari 5 tahapan (Adriana S. Ginanjar 2009:85), yaitu: 1) Tahap Penolakan Awal tahap ini diwarnai dengan perasaan tidak percaya, penolakan terhadap informasi tentang perselingkuhan suami/isteri. Ada pula isteri/suami yang mengalami mati rasa yang merupakan respons perlindungan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Bila berlangsung singkat, tahap ini sebenarnya punya dampak positif karena merupakan mekanisme otomatis yang menghindarkan diri dari luka batin yang dalam. 2) Tahap Kemarahan Setelah melewati masa penolakan, isteri/suami akan mengalami perasaan marah yang amat dahsyat. Mereka biasanya memaki-maki suami/isteri
yang
berselingkuh,
sering
menangis,
bahkan
melakukan kekerasan fisik terhadap isteri atau suami. Kemarahan sering kali dilampiaskan pula kepada wanita atau pria selingkuhan
44
suami. Keinginan isteri/suami untuk balas dendam amatlah besar, yang biasanya berupa keinginan untuk berselingkuh dan membuat suami/isteri sangat menderita. 3) Tahap Tawar menawar Ketika perasaan marah sudah agak mereda, isteri/suami akan memasuki tahap tawar-menawar. Karena menyadari kondisi perkawinan yang sedang dalam masa krisis, mereka berjanji melakukan banyak hal positif asalkan perkawinan tidak hancur. Misalnya saja, berusaha lebih memperhatikan suami/isteri lebih ekspresif dalam hubungan seksual, atau lebih merawat diri. Keputusan ini kadang tidak rasional karena seharusnya pihak yang berselingkuhlah yang memperbaiki diri dan minta maaf. 4) Tahap Depresi Kelelahan fisik, perubahan mood yang terus-menerus, dan usaha memperbaiki perkawinan dapat menjerumuskan isteri atau suami ke dalam kondisi depresi. Gejalanya adalah kehilangan gairah hidup, merasa sangat sedih, malas merawat diri, dan kehilangan nafsu makan. Depresi akan memburuk bila isteri meyakini bahwa dirinyalah yang salah dan menyebabkan suami berselingkuh.
45
5) Tahap Penerimaan Setelah isteri mencapai tahap penerimaan, barulah dapat terjadi perkembangan yang positif. Tahap ini bisa dibagi menjadi dua bentuk : Pertama, penerimaan intelektual yang artinya menerima dan memahami apa yang telah terjadi. Kedua,
penerimaan emosional yang artinya dapat mendiskusikan perselingkuhan tanpa emosi berlebihan.
3. Mekanisme BMB3 (Mekanisme kehidupan dalam Berpikir, Merasa, Bersikap, Bertindak, Bertanggung Jawab ) Dalam mekanis BMB3, setiap orang didorong dan dirangsang serta diberi kesempatan untuk berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab berkenaan dengan keadaan yang sedang dialaminya. Berpikir
merupakan
kegiatan
mental
seseorang
yang
menuntut
penggunaan kemampuan rasional dalam membangun hubungan antara satu fakta atau konsep dengan fakta atau konsep lainnya. Arah kegiatan berpikir adalah untuk mencari kebenaran. Sedangkan merasa dan bersikap merupakan ranah afektif (daya rasa dan daya karsa) yang saling terkait. Seseorang merasa senang akan sesuatu, maka ia akan berusaha mendekati sesuatu itu; atau sebaliknya, seseorang yang merasa tidak menyukai sesuatu akan justru berusaha untuk belajar menyukainya. Dengan demikian seseorang boleh dalam dirinya
46
merasa sesuatu dalam posisi negatif ataupun positif, dan menyatakan sesuai dengan apa yang dirasakannya. Demikian pula dengan bersikap, sebagai posisi lebih lanjut dari posisi perasaannya itu. Sikap apapun
yang ditimbulkan mengiringi perasaan
yang ada (perasaan negatif atau positf) sikap yang ditumbuhkan haruslah positif sesuai dengan kaidah-kaidah yang mestinya diikuti untuk memperoleh hasil yang optimal. Bertolak dari sikap positif yang telah ditumbuhkan itu, seseorang
didorong untuk
mampu berbuat atau
bertindak atau melaksanakan sesuatu yang perlu sesuai dengan sikapnya itu. Dalam berbuat atau bertindak itu seseorang tentulah harus bertanggung jawab keterlaksanaannya dan tercapainya hasil yang efektif dan efisien.( Prayitno, 2010:64) a. Berpikir Korban perselingkuhan berpikir, artinya membangun berbagai hubungan di antara berbagai konsep dan atau fakta yang ada berkenaan dengan perselingkuhan pasangannya. Berpikir pada dasarnya adalah upaya mencari atau membentuk atau memanipulasi keterkaitan antara dua atau lebih konsep atau fakta. (Prayitno, 2010:12). Misalnya, korban berpikir setelah perselingkuhan terungkap, bagaimana hubungan kedepan dengan suaminya, apakah dia bisa menerima kenyataan yang terjadi.
47
b. Merasa Pada diri korban perselingkuhan muncul berbagai perasaan dalam variasi yang dapat cukup lemah, seperti korban perselingkuhan dapat atau tidak dapat mengidentifikasi perasaan apa yang ada pada dirinya; perasaan positif atau negatif? Dalam hal apa perasaan itu terkait, dan lain-lain. Misalnya, merasa kecewa terhadap suami, merasa dikhianati oleh suami, merasa tertekan perasaannya. c.
Bersikap Bertolak dari pikiran dan perasaan tersebut, pada diri korban perselingkuhan dapat terbentuk sesuatu, baik sikap positif maupun negatif berkenaan berbagai hal yang ada, terjadi dalam perselingkuhan pasangannya. Misalnya korban perselingkuhan menyatakan “apapun yang dilakukan suami saya, dia tetap suami saya”.
d. Bertindak Terkait dengan pikiran, perasaan dan sikap yang ditimbulkan itu, korban perselingkuhan dapat melaksanakan tindakan tertentu terarah kepada berbagai hal yang ada atau terjadi dalam perselingkuhan pasangannya. Misalnya, sebagai isteri, saya memaafkan kesalahan suami saya. e. Bertanggung jawab Dalam kondisi pasangan berselingkuh, terkait dengan pikiran, perasaan, sikap dan tindakannya, korban perselingkuhan memiliki tanggung jawab apa yang perlu dipikulnya untuk kepentingan yang
48
lebih bernilai. Misalnya, korban bertanggung jawab kepada anak dan suaminya. B. Masalah dan Penanganannya -
Masalah Pengertian masalah secara umum adalah sebagaimana yang dikemukakan
oleh Mc. Kenney dalam (Prayitno dan Erman Amti, 1994:6) adalah “segala macam rintangan, halangan, hambatan yang dialami seseorang dalam mendapatkan kepuasan”. Senada dengan Prayitno, W.S. Winkel (1997:12) menjelaskan bahwa masalah adalah “sesuatu yang menghambat, merintangi dan mempersulit usaha mencapai tujuan”. Adapun Harnhy (dalam Sayekti Pujosuarno, 1994:39) mengemukakan bahwa “masalah membutuhkan pemikiran untuk menemukan pemecahannya”. Lebih lanjut Prayitno dan Erman Amti (1999:87) memberikan beberapa ciri masalah, yaitu : 1. Suatu hal yang tidak disukai adanya. 2. Sesuatu yang dapat menimbulkan atau mendatangkan kesulitan dan kerugian baik untuk sekarang maupun akan datang. 3. Sesuatu yang ingin dihilangkan keberadaannya. Adapun masalah keluarga sebagaimana Sayekti Pujosuarno (1994:72) mengklasifikasikan 6 problem keluarga, yaitu: 1. Problem seks 2. Problem kesehatan 3. Problem ekonomi
49
4. Problem pendidikan 5. Problem hubungan inter dan antar keluarga 6. Problem agama. -
Penanganannya Masalah perkawinan dalam rumah tangga, penanganannya pada BP4 KUA.
Penanganan terhadap suami-isteri adalah bantuan yang diberikan oleh petugas BP4 KUA terhadap suami-isteri yang bermasalah. Penanganan tersebut dilakukan secara individu atau kelompok, dengan tujuan agar suami-isteri yang bermasalah dapat mandiri dan berkembang secara optimal, secara pribadi dalam keluarga berdasarkan norma-norma yang berlaku. Penanganan diberikan dalam bentuk bimbingan, penasehatan, penerangan dan
pelestarian.
Penanganan
terhadap
suami-isteri
yang bermasalah
dilaksanakan secara individu dan kelompok, agar suami-isteri dapat mengetahui dan memahami kondisi masing-masing sebagai suami-isteri dan keluarga. Penanganan masalah atau menemukan solusi-solusi dalam masalah, menurut Kathryn Geldard dan David Gildard (2008:201) dengan cara : 1. Sebaiknya memfokuskan diri pada orangnya dari pada solusinya. 2. Menghargai kemampuan seseorang untuk menemukan solusinya sendiri. 3. Menghargai hak seseorang untuk menemukan solusi yang sesuai dengan dirinya. 4. Untuk membantu mengeksplorasi alternatif-alternatif solusi, perlu : a. Memberinya waktu
50
b. Menerapkan keterampilan mendengarkan secara aktif, termasuk melakukan refleksi . c. Mendorongnya mengeksplorasi alternatif-alternatif solusi. d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. 5. Membantunya
mempertimbangkan
konsekuensi-konsekuensi
dari
alternatif-alternatif solusinya. 6. Sebuah keputusan sering membawa sesuatu yang merugikan, dan kebanyakan orang enggan menerima kerugian. 7. Menimbang pertama-tama solusi yang paling tidak diinginkan justru sering membantu. 8. Jagalah perasaan anda sendiri. 9. Tidak masalah jika seseorang masih merasa tertekan untuk sementara waktu. 10. Keputusan untuk tidak melakukan apa pun absah adanya.
C. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Turham AG (UNP, 2009) dalam bentuk tesis, berjudul : Pelayanan terhadap Suami-Isteri yang Bermasalah (Studi Pengembangan Konseling pada BP-4 KUA Departemen Agama Kabupaten Bener Meriah Provinsi NAD ). Penelitian ini lebih menekankan, (a) jenis dan masalah suami- isteri serta faktor-faktor apakah yang melatar belakanginya, dan (b) upaya penanganan yang diberikan kepada suami-isteri yang bermasalah itu oleh BP-4 KUA. Relevansinya dengan penelitian ini adalah:
51
Perselingkuhan merupakan bahagian dari masalah yang dialami oleh suami-isteri dalam rumah tangga, yang dalam penelitian Turham AG belum banyak dibicarakan. Penelitian yang penulis lakukan terfokus pada perselingkuhan sebagai masalah dalam rumah tangga, yang dianalisis dengan BMB3. 2. Penelitian Ni Luh Putu Suciptawati (2009) dalam bentuk tesis, berjudul: Faktor-Faktor
Penyebab
Perselingkuhan
serta
Tindak
Lanjut
Mengatasinya. Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pendapat wanita di kota Denpasar mengenai penyebab terjadinya perselingkuhan serta tindak lanjut untuk mengatasi jika pasangannya melakukan perselingkuhan. Relevansinya dengan penelitian ini adalah: Penelitian tersebut baru membahas penyebab dan upaya tindak lanjut mengatasinya, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih meluas pada analisis kondisi korban perselingkuhan melalui analisis BMB3.
52
D. Kerangka Konseptual Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas, dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian, sebagai berikut :
A Perkawinan Suami-Isteri
C
B Kehidupan Rumah Tangga Kondisi Positif
Kondisi Negatif: Perselingkuhan
D Korban Perselingkuhan (dalam hal ini suami selingkuh dan isteri menjadi korbannya) E
F
Sebab/Latar Belakang Terjadinya Perselingkuhan
Akibat Terhadap Korban Perselingkuhan G
Analisis BMB3 ●Berpikir ● Bertindak ●Merasa ● Bertanggung Jawab ●Bersikap
53
Keterangan : 1. Perkawinan (A) merupakan suatu peristiwa yang amat penting dalam kehidupan manusia yang diharapkan memberi kondisi positif (B) dalam kehidupan berumah tangga. 2. Ketidakpuasan atau ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangga dapat menimbulkan suasana negatif (C) yang salah satu bertentangan adalah perselingkuhan. 3. Perselingkuhan, yang membawa korban (D), disebabkan oleh kondisi tertentu (E), dan menimbulkan akibat pada diri korban (F). 4. Penelitian ini hendak membahas kondisi latar belakang terjadinya perselingkuhan (E) dan akibatnya pada diri korban (F) dengan menggunakan analisis BMB3 (G).
54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif-kualitatif, yang mengungkap tentang gejala peristiwa yang dikaji sebagaimana apa adanya. Dengan penelitian ini peneliti ingin mengkaji, secara mendalam dan berusaha mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi secara detail tentang kondisi yang merupakan sebab dan akibat yang dialami korban perselingkuhan yang dianalisis dengan BMB3. Penelitian ini juga bersifat studi kasus, yaitu Analisis Isteri Korban Perselingkuhan ( Studi Kasus Korban Perselingkuhan melalui Analisis ( BMB3). B. Lokasi dan Informan Penelitian Subjek yang menjadi fokus penelitian adalah tiga orang wanita yang mengalami kasus korban perselingkuhan. Mereka tinggal di kota Padang, penduduk asli dari Suku Minangkabau. Penentuan lokasi, yaitu kota Padang, didasarkan atas pertimbangan kemudahan, sehingga penelitian ini dapat dilakukan secara lancar dan berkesinambungan. Kasus tiga orang wanita yang menjadi korban perselingkuhan itulah yang menjadi informan penelitian dan domisilinya menjadi lokasi penelitian penulis.
54
55
Dalam studi kasus ini, informan penelitian ini adalah langsung tiga orang wanita yang mengalami kasus korban perselingkuhan. Ketiga wanita ini adalah nama-nama wanita sebagai korban perselingkuhan dan suami mereka serta pasangan selingkuhan masing-masing yang dibahas dalam tesis ini adalah nama samaran ; 1) Dana, isteri yang suaminya berselingkuh dengan PSK, tipe perselingkuhan romantic love affair, 2) Sila, isteri yang suaminya berselingkuh dengan teman sekantor, tipe perselingkuhan long term affair dan 3) Rita, isteri yang suaminya berselingkuh dengan mantan pacar, tipe perselingkuhan fling. Perselingkuhan suami mereka ini sampai sekarang masih berlangsung. Sebagai informan penelitian, tiga orang wanita tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut ( A. Muri Yusuf, 2005:82) : 1. Informan memberikan peluang/waktu untuk diwawancarai. 2. Informan merasa aman sehingga memberikan data apa adanya. 3. Informan
mempunyai
kemampuan
untuk
memahami/menangkap
pertanyaan dan mengolah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. 4. Informan mempunyai kemampuan untuk menyatakan pendapat yang berkaitan dengan penanganan masalah dan mengungkapkan masalah yang mereka alami sendiri. Berkenaan dengan informan di luar ketiga wanita tersebut di atas, dapat pula dijadikan informan tambahan untuk memberikan informasi yang memperkaya data sesuai dengan tujuan penelitian. Pihak-pihak yang berpotensi untuk menjadi informan tambahan misalnya orang tua dan kakak-
56
adik korban. Pengembangan informan lain ini ditentukan atau diawali dari keterkaitan data yang dikemukakan oleh informan kunci, yaitu tiga orang korban perselingkuhan tersebut di atas, dengan catatan: 1. Penetapan pihak lain sebagai informan tambahan adalah atas seizin informan kunci; dengan demikian kerahasiaan informan kunci tetap terjaga. 2. Data yang diperoleh dari informan tambahan benar menambah dan memperkuat data hasil penelitian. Pelaksanaan wawancara diawali dari wanita korban perselingkuhan yang menjadi informan kunci penelitian ini. Proses pengumpulan data berhenti ketika data yang dibutuhkan telah “ jenuh” atau sudah tidak ditemukan lagi tambahan data dan/atau informasi baru tentang kondisi kasus berupa korban perselingkuhan dalam rumah tangga yang menjadi fokus penelitian ini. C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Agar data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikumpulkan secara baik dan benar, maka digunakan teknik dan alat pengumpul data sebagai barikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang kondisi korban perselingkuhan melalui analisis BMB3, dengan menggunakan dua teknik , yaitu :
57
a. Wawancara bebas, tujuannya untuk memperoleh keterangan bersifat informal atau tidak resmi melalui pembicaraan-pembicaraan ringan, yang isinya diarahkan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi korban perselingkuhan. Dalam wawancara ini diupayakan agar korban tidak merasa terbebani, tercipta hubungan yang menyenangkan antar informan dan peneliti. b. Wawancara terstruktur, tujuannya untuk memperoleh keteranganketerangan khusus berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu tentang latar belakang (faktor penyebab) dan dampak
dari perselingkuhan
yang dialami korban. Wawancara ini dilakukan menggunakan itemitem pertanyaan yang disusun berdasarkan pola BMB3. 2. Observasi Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua bentuk, yaitu participant observer dan non participant observer dengan mengikuti prosedur berikut (A.Muri Yusuf, 2005:289) a. Participant observer, yaitu kegiatan mengamati disertai secara terencana dan teratur terlibat langsung dalam menganalisis kondisi objek pengamatan, yaitu korban perselingkuhan. Dengan demikian peneliti selain melakukan pengamatan objek-objek yang ada juga mencoba untuk menggali hal-hal yang tidak diketahui dan dirasakan oleh korban juga dapat menganalisis hal-hal yang sebenarnya terjadi. Observasi ini dapat secara langsung disertai pembicaraan (tanya jawab) antara peneliti dan informan. Objek-objek pengamatan dalam
58
kegiatan observasi ini adalah seperti : kondisi diri pribadi korban perselingkuhan, rumah beserta isinya, dokumen-dokumen yang dimiliki. b. Non-participant observer, yaitu kegiatan yang hanya melakukan pengamatan terhadap objek-objek yang ada tanpa melakukan analisis secara langsung. Peneliti hanya melakukan pencatatan dalam bentuk catatan lapangan penelitian. Kegiatan wawancara dan pengamatan langsung oleh peneliti dilakukan dengan menggunakan catatan, kamera dan peralatan video. Peneliti juga melakukan pendekatan terhadap informan kunci dengan kunjungan secara periodik dan berulang-ulang ke lapangan.
D. Teknik Menjamin Keabsahan Data Untuk menjamin keabsahan data hasil penelitian akan dilakukan kegiatan berikut (Lexy J.Moleong, 2007:324), Credibility (Derajat Kepercayaan). Derajat kepercayaan ini dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: 1. Melakukan observasi terhadap kondisi korban perselingkuhan secara terus-menerus selama analisis berlangsung. 2. Peneliti langsung menganalisis kondisi korban perselingkuhan dengan menggunakan pola BMB3. 3. Terhadap data yang diperoleh dari hasil analisis BMB3, dilakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum dijadikan catatan lapangan.
59
4. Melakukan triangulasi data dengan melalui prosedur menurut Patton (1987:331) dengan cara: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan oleh informan kunci dengan apa yang dikatakan oleh informan tambahan. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi atau fokus penelitian pada umumnya dengan apa yang ditemui dalam penelitian. d. Membandingkan keadaan dan perspektif informan kunci dengan berbagai pendapat dan pandangan orang dalam berbagai tingkat sosial. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 5. Melibatkan teman sejawat yang tidak terlibat dalam penelitian ini melalui diskusi, dan juga berkonsultasi dengan pembimbing dan penguji. 6. Melakukan “analisis negatif”, yaitu menguji data yang ada dengan kasus atau keadaan lain yang dapat menyanggah kebenaran pada kesimpulan sementara. 7. Mengecek kesesuaian rekaman, interpretasi data hasil penelitian yang diperoleh dari informan tambahan dan dari informan kunci dengan cara me-revew dan mengecek kebenarannya.
60
E. Teknik Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan urutan analisis seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Reduksi data, yaitu kegiatan analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data hasil analisis BMB3, sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir dan diverifikasi. Dengan kata lain reduksi data, merupakan proses pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data yang didapatkan dari catatan tetulis di lapangan melalui observasi dan wawancara. Proses ini berlangsung secara terus-menerus selama penelitian berlangsung. 2. Penyajian data, yaitu kegiatan menampilkan sekumpulan data dan informasi hasil analisis BMB3, yang disusun untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, pengambilan tindakan dan penyajian data dalam bentuk narasi. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu kegiatan membangun konfigurasi yang menyeluruh. Kesimpulan dan verifikasi dilaksanakan selama penelitian. Kesimpulan awal masih bersifat longgar dan akhirnya semakin kokoh untuk mencapai hasil yang lebih mantap. Apabila terjadi kesalahan data yang mengakibatkan kesimpulan tidak sesuai maka dilakukan proses ulang dengan melalui tahapan yang sama.
61
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Partisipan dalam penelitian ini (semuanya menggunakan nama samaran) adalah tiga orang isteri yang menjadi korban perselingkuhan yang berusia empat puluhan dan pernah mengenyam pendidikan SMA, Dana dan suaminya Gunardi, S1, Sila dan suaminya Indra dan S2, Rita dan suaminya Candra. Dari sudut tingkat sosial ekonomi, mereka tergolong menengah keatas. A. Kasus Dana (Isteri Gunardi) 1. Identitas Partisipan Dana usia 44 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan pegawai swasta, jumlah anak 3 orang, suami Gunardi usia 46 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan pegawai BUMN. 2. Latar Belakang Keluarga Dana merupakan anak keenam dari delapan bersaudara dalam keluarga yang dinilainya harmonis. Ibu bapak Dana selalu hidup rukun walaupun dalam rumah tangga ada pertengkaran-pertengkaran kecil yang biasa terjadi, namun mereka hidup bahagia dalam tingkat sosial ekonomi menengah keatas. Tapi kakak dan adik dari Dana mengalami kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh suami mereka dan Dana juga mengalami hal yang sama.
61
62
3. Riwayat Perkawinan Riwayat perkawinan Dana dengan Gunardi diawali dengan Dana yang putus cinta dengan cowoknya (Dana yang patah hati) dan bertemu dengan Gunardi yang perayu dan membuat Dana tertarik dan meyakini Gunardi itu adalah jodohnya. Tanpa pikir panjang merekapun menikah. Selama pernikahan mereka dikarunia 3 orang anak, semuanya anak laki-laki. Selama sepuluh tahun pernikahan mereka berjalan, hubungan rumah tangganya harmonis, Dana adalah seorang isteri yang patuh dan penurut pada suami, jadi
dalam rumah tangga itu Gunardi yang
mengatur semuanya termasuk keuangan dan kebutuhan keluarga. Semua kegiatan Dana di luar rumah harus dengan izin Gunardi. Dana kurang bergaul dan bermasyarakat. Gunardi juga melarang Dana bekerja di luar rumah karena harus mengurus ketiga anak mereka, tapi Dana menjalaninya dengan iklas untuk keutuhan rumah tangga mereka. 4. Gambaran Perselingkuhan Di tahun kesebelas terdengar kabar bahwa Gunardi berpacaran dengan seorang WTS, kabar itu datang dari tetangganya, tapi Dana tidak percaya dengan kabar itu karena dia yakin Gunardi tidak akan berselingkuh. Setelah beberapa bulan Dana datang ke kantor Gunardi untuk kegiatan arisan kantor, dan saat itulah kepala kantor Gunardi membicarakan perselingkuhan Gunardi kepada Dana, karena kepala
63
kantor itu kasihan kepada Dana yang sering dibohongi suaminya. Dana diberi pandangan dan nasehat agar dapat menata rumah tangganya. Setelah kejadian itu Dana secara baik-baik menanyakan tentang perselingkuhan itu kepada Gunardi, dan Gunardi tetap meyakinkan Dana kalau dia tidak berselingkuh dengan bersumpah atas nama Allah. Dana pun yakin kalau suaminya tidak selingkuh, dan Dana tidak akan percaya kalau dia tidak melihat dengan matanya sendiri. Pada suatu hari minggu Gunardi memberi tahu Dana kalau dia ada lembur di kantor, dan dia akan pulang malam, Dana dan anakanaknya pergi makan-makan ke suatu restoran. Disanalah dia bertemu dengan Gunardi dan selingkuhannya, sedang bermesraan.
Dana
terkejut melihatnya. Benar suaminya selingkuh. Mereka bertengkar. Kemudian Dana pulang bersama anak-anak yang diikuti oleh Gunardi. Dirumah mereka bertengkar kembali dan Dana meminta Gunardi untuk mengaku bahwa dia memang benar berselingkuh selama ini. Gunardi menceritakan bahwa dia diajak oleh temannya yang bertugas di tempat pelacuran, sekedar iseng-iseng, tetapi akhirnya Gunardi jatuh cinta dengan seorang WTS tersebut. Gunardi menceritakan semua kejadian itu pada Dana dan dia mengaku salah pada Dana dan dia meminta maaf kepada Dana serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dana memberi maaf atas kesalahan Gunardi itu, dengan berkata pada dirinya sendiri bahwa
64
manusia itu ada khilafnya dan tidak sempurna. Dengan begitu Dana tenang kembali. Tujuh bulan setelah kejadian itu Gunardi mengulangi kembali perselingkuhannya dan itu diketahui oleh Dana yang sudah seperti detektif mengikuti gerak gerik Gunardi. Pada titik puncak kejadian Dana datang ke tempat pelacuran dan melihat sendiri kejadian itu. Dana yang mendorong pintu kamar dan Gunardi bersama santi sedang dalam kamar, di tempat tidur tanpa berbusana. Melihat kejadian itu Dana meminta mundur (cerai) kepada Gunardi dan menyuruh Santi untuk menikah dengan Gunardi. Dalam suasana trauma Dana datang berkonsultasi kepada penasihat perkawinan dan mendapatkan penanganan yang baik sehingga Dana dapat pulih kembali dan menjalani hidupnya bersama tiga orang anaknya. Sebelum perceraian terjadi Dana pernah menanyakan kepada Gunardi “ apa kurangnya saya sebagai isteri sehingga kamu berselingkuh; tolong jawab dengan jujur” katanya. Gunardi menjelaskan bahwa Dana tidak ada kurangnya sebagai isteri, tapi karena Dana patuh dan penurut jadi tidak ada tantangan bagi Gunardi. Jadi dia ingin isteri yang agresif dan tidak manut-manut saja. Dia harus bekerja untuk menghidupi dan menyekolahkan anakanaknya.
65
Setelah perceraian Dana menjadi orang yang mandiri, tegar dan tegas. Sangat jauh berbeda dengan Dana yang dulu sebagai isteri Gunardi. Peneliti melihat perubahan itu dan merasa kagum terhadap Dana. Dengan kemandiriannya dia bisa membangun rumah dan mendidik anaknya dengan baik, sehingga dia bisa menata dan membenahi hidupnya kembali dengan sukses. 5. Latar Belakang Perselingkuhan Wawancara peneliti dengan korban perselingkuhan (Dana) dan adiknya tgl 1-3 januari 2011 menghasilkan data dalam bentuk informasi berikut. a. Pengungkapan 1) Pertanyaan pengantar : “Bagaimana perasaan ibu saat ini ?” Jawaban: “perasaan saya saat ini senang dan bahagia, tapi kalau saya mengingat perselingkuhan yang dilakukan oleh suami saya, saya jadi sedih dan terluka, tidak mudah untuk melupakannya dan sangat menyakitkan.” 2) Menurut ibu mengapa bapak sampai berselingkuh, apa alasan atau latar belakang terjadinya perselingkuhan ? Jawaban: “menurut saya bapak berselingkuh karena pengaruh lingkungan, karena temannya yang membawa bapak ke tempat lokalisasi itu. Sebelumnya bapak tidak pernah ke sana dan itu saya ketahui dari pengakuan bapak kepada saya. Setelah bapak berteman dengan si X ini bapak jadi sering ke sana dan mulanya hanya menemani si X yang bertugas ke sana, ternyata iseng-iseng bapak ikut pula main dan terjebak oleh Santi, perempuan nakal di sana. Sebelumnya dalam rumah tangga kami tidak ada masalah, karena menurut bapak saya sebagai
66
seorang isteri sudah cukup baik melayaninya dan saya juga isteri yang patuh pada suami, tetapi dengan kebaikan dan kepatuhan saya itu menurut bapak yang menjadi kelemahan saya, katanya tidak ada tantangan, tidak mengairahkan. Itulah alasan bapak kepada saya mengapa bapak sampai berselingkuh.” 3) Bagaimana menurut Tiwi (adik Dana), yang selama ini dekat dengan Dana dan Gunardi? Sepengetahuan Tiwi mengapa sampai terjadi perselingkuhan Gunardi dan apa alasannya? Jawaban: “menurut saya Dana itu baik, lembut dan patuh sama suaminya, tapi kebaikan Dana itu disalahgunakan oleh suaminya. Selain itu Dana juga ada kelemahannya, Dana itu agak lelet dan kalau berdandan lama. Itu yang saya ketahui sebagai adik kandung Dana. Salah satunya itu juga jadi penyebab perselingkuhan Gunardi.” b. Pembahasan Pembahasan Alasan atau Latar Belakang terjadinya Perselingkuhan (kasus Dana) : Kasus di atas menunjukkan bahwa alasan atau latar belakang terjadinya perselingkuhan oleh suami Dana adalah : 1) Pengaruh
lingkungan,
terpengaruh
oleh
teman
yang
membawanya ketempat lokalisasi dan terjebak oleh perempuan nakal di sana (WTS). Dengan siapa seseorang berteman itu sangat mempengaruhi dirinya, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Biasanya pengaruh negatif yang lebih sering terjadi karena memberikan kenikmatan atau
67
kesenangan sementara, itu juga dilakukan oleh orang yang tidak memikirkan dampaknya. Sabda Rasulullah : “Bergaulah dengan orang yang baik, maka kita akan menjadi baik.” 2) Isteri
terlalu
patuh,
tidak
ada
tantangan
dan
tidak
mengairahkan. Tidak semua suami suka isteri yang patuh dan penurut, ada juga yang suka tantangan seperti suami Dana, jadi sebagai isteri juga harus ada gairah dan semangat yang membuat suami menjadi lebih energik. 3) Isteri lelet, pada umumnya suami lebih suka dengan isteri yang tangkas dan cekatan, baik itu dalam mengurus rumah tangga maupun mengurus diri sendiri, karena lelet itu sangat membosankan bagi suami maupun orang lain. 6. Analisis BMB3 Berikut akan dikemukakan hasil wawancara korban perselingkuhan (Dana) dengan menggunakan pola BMB3, yaitu: a. Kondisi BMB3 Sewaktu Perselingkuhan Terjadi 1) Berpikir : Tentang suami Pada saat ibu mengetahui perselingkuhan bapak, apa yang terpikirkan saat itu? “Saya sangat terkejut, rasanya tidak percaya kalau Gunardi selingkuh dan saya melihat sendiri dengan mata saya, pedih sekali hati ini. Tapi saya dari awal sudah berprinsip apapun yang terjadi akan saya hadapi dengan tenang dan sabar dalam
68
menghadapi masalah ini dan berfikir positif agar bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik dan saya selalu menyangkal kemungkinan dia berselingkuh. Mungkin saya terlalu percaya diri, menganggap dia tidak mungkin tega mengkhianati saya. Sejak dulu saya memang selalu mempercayainya seratus persen. Apalagi karena sejak pacaran dia dengan sabar membimbing dan menyayangi saya.” Tentang anak Setelah ibu mengetahui perselingkuhan bapak, apa yang terpikirkan oleh ibu tentang anak? “Saya berusaha tenang dan berpikir positif, bagaimana supaya anak-anak saya tidak mengetahui perselingkuhan bapaknya, karena akan berdampak buruk terhadap anak-anak saya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana dengan masa depan, maksudnya tentang ekonomi, apa yang terpikirkan oleh ibu? “Saya juga berpikir kalau selama ini dalam rumah tangga suami saya yang bekerja dan dia yang mengatur semua masalah keuangan. Tapi saya tidak cemas nantinya kalau terjadi perceraian, karena saya yakin Allah akan memberi rezeki dan menolong saya dan saya akan berusaha mencari pekerjaan” Tentang keluarga suami Apa yang terpikirkan oleh ibu tentang keluarga suami, mengenai perselingkuhan yang dilakukan oleh suami ibu? “Pada awalnya saya berpikir sebaiknya keluarga suami tidak usah tahu dulu, karena saya akan menyelesaikan masalah ini dengan suami saya saja, tapi karena perselingkuhan itu diulang kembali oleh suami saya, saya berpikir keluarga suami juga harus tahu agar dapat membantu untuk menyelesaikan masalah ini.” Tentang masyarakat
69
Dengan diketahui oleh masyarakat tentang perselingkuhan bapak, apa yang terpikirkan oleh ibu? “Saya berpikir positif saja karena saya mengetahui bapak berselingkuh juga dari masyarakat (tetangga saya), mereka yang memberi tahu dan membantu saya untuk membuktikan suami saya selingkuh.”
2) Merasa : Tentang suami Bagaimana
perasaan
ibu
saat
itu,
berkenaan
dengan
perselingkuhan bapak ? “Saya tidak tahu harus bagaimana. Semua impian saya hancur gara-gara suami berselingkuh. Selama ini saya sangat percaya pada suami, punya kehidupan perkawinan yang paling baik dibanding teman-teman dekat saya. Anak-anak juga sangat sayang dan bangga pada ayahnya. Tetapi, ternyata semua itu hanya kebohongan. Bayangkan suami saya sampai hati berselingkuh dengan perempuan lain. Satu minggu saya menangis setiap hari. Hati saya sakit dan terluka, rasa percaya diri saya hilang dan saya merasa sangat tertekan.” Tentang anak Bagaimana perasaan ibu terhadap anak dengan adanya masalah perselingkuhan yang dilakukan oleh bapak? “Saya juga menjaga perasaan anak saya agar tidak terlalu terpukul oleh kejadian itu, karena saya takut akan berdampak buruk terhadap anak-anak saya sehingga saya dan anak-anak pindah ke kota lain karena semua harta diambil oleh suami saya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana dengan masa depan dalam hal ekonomi, apa yang ibu rasakan?
70
“Saya menjalani hidup ini seperti air mengalir, saya tidak merasa cemas dengan masa depan saya dan anak-anak saya, karena saya yakin, kalau saya mau berusaha Allah akan memberi rezeki dan saya tidak merasa malu untuk bekerja apapun asal itu halal dan dapat menghidupi saya dan anak saya.” Tentang keluarga suami Bagaimana perasaan ibu terhadap keluarga suami? “Perasaan saya terhadap keluarga suami biasa-biasa saja dan saya tidak marah karena saya merasa keluarga suami saya tidak bersalah, dan mereka juga telah menasehati suami saya, justru yang bersalah adalah suami saya yang terpengaruh oleh lingkungan terutama pengaruh temannya.” Tentang masyarakat Apa yang ibu rasakan saat masyarakat tahu tentang perselingkuhan bapak ? “Sebenarnya saya merasa malu, karena itu aib keluarga saya, tapi mau bagaimana lagi, yang lebih dulu tahu ya masyarakat disekitar saya, waktu saya baru berpisah (bercerai) dengan bapak saya merasa tidak enak karena status saya janda yang asumsi orang tentang janda itu selalu negatif, dan saya merasakan dari pandangan mata masyarakat terhadap saya.”
3) Bersikap : Terhadap suami Bagaimana sikap ibu terhadap bapak setelah mengetahui perselingkuhannya ? “ Pertama saya kesal dan marah setiap melihat bapak, setelah itu saya setiap selesai sholat, saya berdo’a kepada Allah agar saya diberi kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini. Setiap saya melihat bapak saya tahan perasaan sakit hati dan marah saya agar tidak terjadi pertengkaran, dan saya selalu berkata dalam hati kalau manusia itu wajar salah dan khilaf. Bapak juga merasa kena “pelet” sama perempuan nakal itu,
71
sehingga saya bisa memaafkan bapak. Saya selalu bersikap baik terhadap bapak agar dia bisa selalu mengingat kabaikan saya dan saya ingin menjadi yang terbaik di mata bapak. Hanya untuk beberapa bulan saja bapak berubah dan menyadari kesalahannya. Setelah itu dia ulangi lagi perselingkuhan itu. Sejak kejadian itu saya tidak bisa memaafkannya lagi, karena hati saya sangat terluka dan saya tidak sanggup lagi menjalani perkawinan ini dan saya minta mundur (cerai).” Terhadap anak Bagaimana sikap ibu terhadap anak? “Dalam kehidupan sehari-hari saya memperlakukan anak-anak saya dengan sikap yang lembut dan penuh kasih sayang karena anak saya tidak mendapatkan kasih sayang dari bapaknya. Saya tetap mengajarkan kepada anak saya agar tetap bersikap baik terhadap bapaknya, karena bagaimanapun itu bapaknya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana sikap ibu dalam menghadapi masa depan? “Bagaimanapun keadaannya, kehidupan ini tetap harus dijalani, saya selalu bersikap optimis dalam menjalani hidup ini.” Terhadap keluarga suami Bagaimana sikap ibu terhadap keluarga suami? “Sikap saya terhadap keluarga suami tetap baik, karena saya selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan mereka.” Terhadap masyarakat Bagaimana sikap ibu terhadap masyarakat? “Saya bersikap sebagaimana saya biasanya, tapi ada juga yang membuat saya agak risih dengan perselingkuhan suami saya.”
4) Bertindak : Terhadap suami
72
Tindakan apa yang sudah ibu lakukan berkenaan dengan perselingkuhan bapak ? “Tindakan yang sudah saya lakukan, sudah banyak seperti dengan sabar saya membicarakan tentang perselingkuhan ini dengan bapak, mendo’akan bapak agar sadar, mengoreksi diri saya sendiri dimana letak kesalahan saya sehingga bapak berselingkuh, dan menerima kenyataan bapak berselingkuh serta memberi maaf atas perselingkuhan pertama yang dilakukan bapak. Tindakan terakhir saya yaitu minta mundur kepada suami karena dia melakukan perselingkuhan kembali, beberapa bulan setelah itu kami pun berpisah (bercerai).” Terhadap anak Bagaimana tindakan ibu terhadap anak? “Saya memberikan perhatian yang lebih kapada anak saya terutama dalam pengawasan, karena dengan adanya kasus perselingkuhan bapaknya akan membuat anak saya tertekan dan saya memberikan masukan kepada anak saya untuk dapat mengendalikan diri, karena mungkin ada ejekan dari temannya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana tindakan ibu tentang masa depan atau ekonomi? “Tindakan saya terhadap ekonomi rumah tangga lebih irit dalam mengelola uang karena penghasilan saya tidak seberapa dan saya harus mengunakan uang untuk keperluan yang penting-penting saja, dan saya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami.” Terhadap keluarga suami Bagaimana tindakan ibu terhadap keluarga suami? “Tindakan yang saya lakukan hanya minta tolong sama keluarga suami untuk dapat memberikan nasehat atau pandangan kepada suami saya.” Terhadap masyarakat Bagaimana tindakan ibu terhadap masyarakat?
73
“Saya selalu mengikuti kegiatan dalam masyarakat, walaupun saya merasa agak risih, tapi saya tetap ikut bergabung, agar bisa menghilangkan rasa sedih, kecewa dan malu.” 5) Bertanggung jawab : Terhadap suami Sebagai seorang isteri, bagaimana tanggung jawab ibu terhadap suami yang berselingkuh ? “Sebagai seorang isteri tanggung jawab saya sebagai isteri tetap saya lakukan, baik dalam hubungan seks maupun dalam hal menyediakan makanan , minuman, dan melayani kebutuhan lainnya yang dia perlukan. Ini saya lakukan pada perselingkuhan pertama yang dilakukan suami saya, karena saya memaafkannya dan itu saya anggap dia khilaf dan saya juga menjaga nama baik suami agar tidak diketahui keluarga. Tapi untuk perselingkuhan yang kedua, saya tidak melakukan kewajiban saya sebagai isteri lagi karena saya tidak suka melihatnya.” Terhadap anak Sebagai seorang ibu dari anak-anak, bagaimana tanggung jawab ibu terhadap anak ? “Sebagai seorang ibu saya bertanggung jawab terhadap anakanak saya, karena saya yang merawat, mendidik dan membesarkan anak-anak saya tanpa nafkah dari bapaknya, karena harta terbesar buat saya adalah anak. Saya juga menjaga perasaan anak saya agar tidak terlalu terpukul oleh kejadian itu, karena saya takut akan berdampak buruk terhadap anak-anak saya sehingga saya dan anak-anak pindah ke kota lain karena semua harta diambil oleh suami saya. Rasa tanggung jawab yang besar terhadap anak-anak saya menjalani kehidupan ini dengan pasrah, dan yakin Allah akan menolong saya dan anakanak saya.” Untuk masa depan (ekonomi) Bagaimana tanggung jawab ibu untuk masa depan terutama dalam hal ekonomi?
74
“Dengan saya bekerja keras dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, saya juga berusaha untuk bisa menabung agar anak-anak saya bisa kuliah dan menjadi sarjana.” Terhadap keluarga suami Bagaimana tanggung jawab ibu terhadap keluarga suami? “Saya juga merasa bertanggung jawab terhadap keluarga suami, karena saya tidak bisa membina rumah tangga dengan baik sehingga kami berpisah.” Terhadap masyarakat Bagaimana tanggung jawab ibu terhadap masyarakat? “Dengan saya berlaku baik terhadap suami saya, dan tidak membuat keributan sehingga masyarakat tidak terganggu, kemungkinan terganggu karena ikut berpikir tentang perselingkuhan suami saya.”
b. Kondisi BMB3 Sekarang 1) Berpikir : Tentang mantan suami Setelah pisah (cerai) dari bapak apa yang terpikirkan oleh ibuk? “Saya berpikir dengan berpisah inilah jalan yang terbaik yang harus saya jalani agar hidup saya lebih tenang dan berusaha untuk menata hidup kembali, dengan bangkit dari keterpurukan dan memotivasi diri agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik.” Tentang anak Sekarang bagaimana pemikiran ibu tentang anak? “Sekarang saya sudah tidak cemas lagi memikirkan tentang anak saya, karena mereka sudah besar dan sekolah mereka ada berjalan dengan baik, walaupun tidak ada bimbingan dari bapaknya, mereka sadar bahwa ibunya yang menjadi orang tua tunggal.”
75
Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana tentang masa depan (ekonomi) menurut ibu sekarang? “Alhamdulillah, atas pertolongan Allah saya bisa bangkit dari keterpurukan dengan berusaha keras saya sekarang sudah bisa beli rumah, beli mobil dan menyekolah anak saya sampai sarjana, tapi semua itu didapat dengan kerja keras, penuh kesabaran dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.” Tentang keluarga mantan suami Bagaimana dengan keluarga suami, apa yang terpikirkan sekarang? “Bagi saya dengan keluarga suami tidak ada masalah karena saya berpisah dengan suami dengan cara baik-baik, jadi hubungan kami tetap baik.” Tentang masyarakat Bagaimana dengan masyarakat, untuk saat ini apa yang terpikirkan oleh ibu? “Karena saya sudah pindah kota, jadi untuk sekarang ini tidak ada masalah.”
2) Merasa : Terhadap mantan suami Bagaimana perasaan ibu sekarang setelah berpisah dari bapak? “Dengan berjalannya waktu perasaan yang dulunya sakit hati, marah, kecewa, semuanya itu mulai berkurang dan bahkan sekarang saya tidak merasakannya lagi, tapi kalau diungkitungkit kembali perselingkuhan itu, terpancing kembali kesedihan dan kepedihan yang dulu saya rasakan.”
76
Terhadap anak Bagaimana perasaan ibu terhadap anak sekarang? “Saya merasa senang dan bahagia dengan melihat anak saya tumbuh sehat dalam perawatan, bimbingan dan didikan saya sebagai orang tua tunggal, dan saya juga dapat merasakan anak saya bahagia sekarang dengan berjalannya waktu dan motivasi diri, kita dapat berubah dan melupakan masa lalu yang sulit.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana dengan masa depan (ekonomi) apa yang ibu rasakan sekarang? “Perasaan saya sekarang untuk masa depan, kita harus dapat merasakan perasaan orang lain agar kita bisa mengerti dengan hidup ini dan menjalaninya dengan baik.” Terhadap keluarga mantan suami Bagaimana dengan keluarga mantan suami, apa yang ibu rasakan sekarang? “Saya merasakan hubungan kami tetap baik dan tidak ada masalah.” Tentang masyarakat Bagaimana dengan masyarakat, apa yang ibu rasakan sekarang? “Dengan berjalannya waktu, orang sudah melupakan permasalahan saya, dan saya merasa senang sekarang karena saya sudah menikah kembali dan masyarakat merasa tidak terganggu lagi dengan status saya (bukan janda).”
3) Bersikap : Terhadap mantan suami Bagaimana sikap ibu kalau bertemu dengan mantan suami?
77
“Setelah saya bercerai saya pernah bertemu dengan mantan suami, sikap saya kaku begitu juga dengan dia, tapi saya tetap menyapanya dengan baik, karena saya tidak mau dendam padanya karena dengan dendam akan merusak hati saya sendiri.” Terhadap anak Bagaimana sikap ibu terhadap anak sekarang? “Sikap saya terhadap anak dari dulu sampai sekarang tidak berubah, dengan lembut dan penuh kasih sayang saya selalu mengingatkan anak saya pentingnya pendidikan dan kerja keras untuk mencapai cita-cita dan ikhlas dalam menjalaninya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana sikap ibu sekarang menanggapi masa depan? “Menurut saya tentang masa depan, saya tentu berharap lebih baik dari hari-hari sebelumnya yang terlalu pahit untuk dikenang dan saya berharap itu tidak terulang lagi dengan bersikap lebih tegas dan bijaksana.” Terhadap keluarga mantan suami Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap keluarga mantan suami? “Dengan keluarga mantan suami saya selalu bersikap baik dari dulu sampai sekarang walaupun saya bukan lagi keluarga mereka, begitu juga mereka terhadap saya.” Terhadap masyarakat Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap masyarakat? “Saya bersikap ramah terhadap masyarakat, karena dari dalam masyarakatlah saya bisa belajar bersikap dengan banyak bergaul saya banyak mendapat ilmu dalam membina rumah tangga.”
78
4) Bertindak : Terhadap mantan suami Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap mantan suami? “Buat saya kalau mantan suami tidak menganggu saya dan anak-anak, rasanya tidak perlu saya melakukan tindakan, karena kita pisahnya dengan cara baik-baik.” Terhadap anak Bagaimana tindakan ibu terhadap anak sekarang? “Karena anak saya sekarang sudah besar dan sudah bisa mengurus dirinya saya hanya memberikan pengarahan agar dia tidak tersesat dalam menjalani hidup dan saya juga mengizinkan anak saya untuk bertemu dengan bapaknya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana dengan masa depan (ekonomi) menurut ibu? “Saya sekarang hanya menjalani hidup seperti air mengalir, rezeki Allah yang mengatur, saya selalu berusaha untuk masa depan yang lebih baik.” Terhadap keluarga mantan suami Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap keluarga mantan suami? “Tindakan saya sekarang terhadap keluarga mantan suami, kalau saya bertemu saya bersalaman dan menanyakan bagaimana keadaannya sekarang dan bercerita seperlunya saja.” Terhadap masyarakat Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap masyarakat? “Untuk menghilangkan rasa sakit hati, kecewa, dan marah, saya melakukan kegiatan sosial dan pengajian bersama masyarakat, agar saya dapat melupakan perselingkuhan mantan suami saya,
79
dan kegiatan itu sampai sekarang saya lakukan, karena saya ingin melakukan tindakan positif pada diri saya.”
5) Bertanggung jawab : Terhadap mantan suami Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap mantan suami? “Saya rasa saya sekarang tidak punya tanggung jawab lagi terhadap mantan suami saya, karena kami sudah pisah, dan sudah membina rumah tangga masing-masing.” Terhadap anak Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap anak? “Sebagai seorang ibu tentu tanggung jawab saya sekarang terhadap anak lebih besar karena anak saya sekarang sudah besar, bagi anak-anak , saya adalah tempat curhatnya dan saya merasa bertanggung jawab atas permasalahan yang terjadi pada anak saya.” Untuk masa depan (ekonomi) Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap masa depan (ekonomi)? “Tanggung jawab saya terhadap masa depan terutama dalam hal ekonomi sangat besar, karena saya ingin kehidupan anak saya lebih baik dari pada saya, dan semuanya itu harus dipersiapkan dari sekarang, baik itu tentang pendidikannya, pekerjaannya, bahkan sampai untuk anak saya berkeluarga (menikah) juga merupakan tanggung jawab saya.” Terhadap keluarga mantan suami Bagaimana dengan tanggung jawab ibu sekarang terhadap keluarga mantan suami?
80
“Terhadap keluarga mantan suami saya juga tidak punya tanggung jawab, karena hubungan keluarga sudah putus, tapi sebagai umat Islam kita punya tanggung jawab.” Terhadap masyarakat Bagaimana pula dengan tanggung jawab ibu sekarang terhadap masyarakat? “Sebagai anggota masyarakat dari dulu sampai sekarang saya bertanggung jawab terhadap ketertiban dan keamanan lingkungan karena kita harus bekerja sama untuk menciptakan kedamaian, tapi mengenai perselingkuhan suami untuk sekarang insya Allah tidak terjadi lagi, saya berharap itu tidak terulang lagi sehingga tidak menggangu masyarakat.”
c. Pembahasan Analisis BMB3 Berdasarkan
Analisis
BMB3,
kondisi
isteri
korban
perselingkuhan sewaktu perselingkuhan terjadi dan kondisi BMB3 sekarang, maka kasus di atas dapat dipahami bahwa perkawinan yang harmonis, isteri yang pandai membuat suami senang, dan anak-anak yang lucu dapat menjadi benteng perselingkuhan. Semua itu tidak menjamin suami tidak melirik wanita lain, karena faktor keimanan, kesetiaan dan rasa cinta terhadap pasangan sangat penting agar dapat bertahan dari godaan. Sangat menyedihkan bila isteri yang telah mengabdikan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk keharmonisan keluarga ternyata tetap diduakan oleh suami. Apalagi bila ternyata selingkuhan suami punya kualitas jauh dibawahnya. Perbuatan suami pasti menimbulkan luka yang amat dalam dan kekecewaan
81
yang sangat besar. Walaupun isteri perlu melakukan introspeksi, hindari menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Perselingkuhan suami adalah kesalahan suami, bukan kesalahan isteri sepenuhnya. Dukungan dari orang-orang terdekat sangat diperlukan, banyak berdo’a dan tetap melakukan hal-hal yang disukai, dalam hal yang positif untuk memotivasi diri kembali. Dengan demikian isteri bisa kuat melewati masa-masa sulit dan mampu mengambil keputusan terbaik untuk diri sendiri dan keluarga.
7. Masalah yang Dirasakan Sekarang a. Masalah yang Dihadapi 1) Rasa aman: “sekarang ini saya merasa senang dan bahagia, tapi kadang kala saya merasa sedih apabila teringat masa lalu saya yang menyakitkan dan mengecewakan.” 2) Semangat : “saya selalu berusaha untuk menjadikan hari-hari saya dalam menjalani hidup ini lebih baik, hanya saja tidak selalu sesuai dengan harapan saya, itulah masalahnya tapi saya tetap semagat.” 3) Kompetensi : “saya sering merasa rendah diri, masalahnya saya hanya tamatan SMA, sementara anak saya Alhamdulillah sudah sarjana. Saya merasa tidak mempunyai kemampuan berpikir dan wawasan yang luas seperti anak saya.”
82
4) Aspirasi : “keinginan saya dalam hidup ini bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak saya dan menjadi isteri yang soleha bagi suami saya, masalahnya sekarang, karena saya pernah gagal dalam membina rumah tangga, saya merasa trauma, takut akan terulang kembali kejadian itu.” 5) Kesempatan : “usaha saya dalam memperbaiki kekurangan saya selama ini tentu melalui proses, saya berusaha menggunakan kesempatan dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Masalahnya tentu ada hambatan-hambatan dalam melakukan kegiatan tersebut.” b. Pembahasan Masa lalu yang tidak menyenangkan tentu akan berbekas dalam diri, tapi itu merupakan cambuk untuk dapat menjalani hidup ini dengan lebih baik, dan segala apa yang kita inginkan tentu tidak akan bisa tercapai sepenuhnya, karena dalam hidup ini ada halangan dan rintangan, tapi selalulah bersyukur kepada Allah terhadap apa yang telah diperoleh selama ini. Sebagai seorang ibu yang baik, tentu senang melihat keberhasilan anaknya, walaupun ibu tidak berpendidikan setinggi anaknya, tapi keberhasilan anak itu, hasil kerja keras dan didikan serta bimbingan seorang ibu yang bijaksana. Kegagalan dalam membina rumah tangga, menimbulkan trauma bagi isteri yang menjadi korban perselingkuhan, tapi trauma
83
itu dapat diatasi, dengan mencoba kembali membina rumah tangga, dengan memperbaiki atau menyelesaikan apa yang selama ini menjadi masalah dalam rumah tangga, dan melupakan hal-hal yang dapat melukai perasaan. Dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat dapat mengurangi beban yang ada pada diri korban, walaupun kegiatan tersebut juga ada hambatannya tapi tetap berusaha untuk menjalaninya dengan sabar dan ikhlas.
B. Kasus Sila (Isteri Indra) 1. Identitas Partisipan Sila usia 47 tahun, pendidikan terakhir S1, pekerjaan BUMN, jumlah anak 2 orang. Suami Indra, usia 47 tahun, pendidikan terakhir S1, pekerjaan swasta. 2. Latar Belakang Keluarga Dalam keluarganya Sila merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Kehidupan keluarga Sila termasuk keluarga yang ekonomi menegah dan sederhana. Kedua orang tua Sila sangat
mengatur
anak-anaknya
sehingga
anak-anaknya
sangat
bergantung kepada orang tuanya, dan tidak bebas mengeluarkan pendapat, semua patuh sama orang tuanya. Kakak Sila sudah bercerai dari suaminya dan tinggal bersama orang tuanya, sedangkan Sila rumah tangganya dalam bermasalah karena suaminya berselingkuh.
84
3. Riwayat Perkawinan Sila dan Indra adalah teman satu kampus dan satu jurusan. Mereka saling jatuh cinta dan pasangan yang serasi. Lama mereka pacaran sampai tujuh tahun. Walaupun dalam masa pacaran ada goncangan tapi mereka dapat mengatasinya, sehingga sampai pada jenjang pernikahan. Diawal pernikahan hubungan Sila dan Indra berjalan baik dan mereka tinggal di rumah orang tua Sila. Setelah tiga tahun tinggal dengan mertua Indra merasa tidak nyaman karena kakak dan adik Sila yang sudah berkeluarga semuanya juga tinggal di rumah orang tua Sila. Rumah itu ramai sekali dan membuat suasana tidak menyenangkan. Indra sering tersinggung perasaannya oleh keluarga Sila, terutama oleh orang tua Sila. Indra dan Sila berusaha untuk membangun rumahnya sendiri. Selama membangun rumah tersebut mereka masih tinggal di rumah orang tua Sila. Pada waktu itu hubungan Sila dengan Indra mulai tidak harmonis. Indra sibuk dengan pekerjaannya dan giat mencari uang untuk membangun rumahnya karena dia tidak tahan lagi tinggal dengan mertua, sementara Sila merasa Indra tidak sayang lagi dan tidak memperhatikan Sila dan anak-anaknya. Timbul kecurigaan kalau Indra berselingkuh karena Indra terlalu ramah dengan wanita-wanita lain. Sebenarnya menurut Indra pekerjaannya yang menuntut dia untuk ramah terhadap kliennya, tapi Sila yang sering cemburu dan tidak bisa menerima keadaan itu. Sering
85
terjadi petengkaran-pertengkaran dalam rumah tangganya mereka yang melibatkan orang tua dan keluarga Sila. Indra merasa tertekan dan menceritakan masalahnya kepada orang tua dan keluarganya. Keluarga Indra menyarankan agar secepatnya pindah ke rumah baru mereka walaupun belum selesai benar tapi sudah bisa ditempati. Orang tua Sila tidak mengizinkan karena dia belum bisa berpisah dengan anaknya. Sila juga mengikuti keinginan orang tuanya sehingga Indra menjadi marah dan menyuruh Sila untuk memilih ikut dengan orang tuanya atau ikut Indra suaminya. Di situlah timbul pertengkaran besar yang membuat rumah tangga Sila dan Indra menjadi tidak harmonis lagi. Setelah terjadi pertengkaran besar itu Sila memutuskan untuk ikut dengan suaminya. Mereka menempati rumah baru dan berusaha untuk menyelesaikan rumah tersebut, dan berusaha membina rumah tangga mereka dengan baik serta terjauh dari pengaruh orang tua masingmasing. Hidup mereka mulai harmonis dan Indra merasa sebagai kepala keluarga yang selama ini tidak dirasakannya karena berada di bawah bayang-bayang mertua. 4. Gambaran Perselingkuhan Setelah dua tahun timbul lagi pertengkaran karena orang tua Sila ingin tinggal di rumah mereka dan Sila mengizinkan sementara Indra tidak bersedia kalau mertuanya tinggal menetap di rumah mereka. Sila mendesak Indra untuk bersedia menerima orang tuanya tinggal
86
bersama mereka, tetapi Indra tetap tidak setuju, hanya mengizinkan untuk berkunjung saja. Orang tua Sila sering berkunjung ke rumah mereka dan menimbulkan pengaruh buruk lagi. Orang tua Sila ikut mengatur rumah tangga mereka, baik dalam hal ekonomi maupun tatanan bangunan rumah dan perabotnya. Hal itu semua membuat Indra tidak nyaman di rumah sehingga ia lebih senang di kantornya. Itulah penyebab Indra dekat dengan Ita, teman
kantornya
yang
menjadi
teman
curhatnya
dan
lebih
memperhatikan Indra. Ita adalah teman Indra waktu SMA yang sampai sekarang belum berkeluarga dan Indra adalah cowok yang disenangi Ita waktu SMA dan sampai sekarang. Hubungan mereka mulanya sebagai teman saja, tapi karena Ita bisa membuat Indra lebih bahagia, hubungan itu berlanjut menjadi sepasang kekasih. Perselingkuhan Indra dan Ita akhirnya diketahui oleh Sila, karena Sila merasakan adanya perubahan-perubahan pada Indra. Sila merasa sakit hati dan kecewa dan langsung konfrontasi dengan Indra. Terjadi pertengkaran karena Indra tidak mengaku berselingkuh. Semenjak kejadian itu Sila mulai memata-matai Indra di kantor. Suatu kali Indra dan Ita tertangkap oleh Sila sedang bermesraan dan Sila langsung marah menampar Ita. Indra langsung menarik Sila dan membawanya pulang. Pertengkaran berlanjut di rumah mereka dan Indra mengaku kalau dia sudah lama berselingkuh dengan Ita dan telah melakukan perselingkuhan sampai hubungan seks. Sejak kejadian itu
87
rumah tangga mereka tidak harmonis lagi, sampai selama tiga bulan mereka tidak berkomunikasi. Selanjutnya mereka pisah ranjang sampai saat ini (kejadian ini sudah berlangsung dari bulan September 2010 sampai sekarang sabtu 5 November 2011). Rumah tangga Sila dan Indra tidak menemukan titik terangnya, karena komunikasi tidak lancar dan Indra sekarang bertugas di kota lain jadi jarang bertemu, karena jarang pulang ke rumah. 5. Latar Belakang Perselingkuhan Wawancara peneliti dengan korban perselingkuhan (Sila) tanggal 11 September 2011 menghasilkan data dalam bentuk informasi berikut : a. Pengungkapan 1) Pertanyaan pengantar : “Bagaimana perasaan ibu saat ini ?” Jawaban: “baik, karena saya tidak mau larut dalam kesedihan, kalau saya selalu memikirkan perselingkuhan suami saya, saya akan sangat terluka dan sedih sekali karena saya dikhianati, tapi saya harus tegar karena kalau saya selalu sedih kasihan anak-anak saya, mereka juga ikut sedih.” 1) Menurut ibu mengapa bapak sampai berselingkuh, apa alasannya atau latar belakang terjadinya perselingkuhan itu ? Jawaban: ”bapak itu terlalu ramah sama perempuan, sehingga saya menjadi cemburu melihatnya dan sering terjadi pertengkaran, walaupun sudah saya kasih tahu tapi bapak tetap tidak berubah, saya juga menyadari kelemahan saya dan itu juga menjadi alasan mengapa bapak berselingkuh karena saya cerewet, kasar, egois, tidak patuh dan kurang melayani suami baik dalam hubungan seks, juga kurang pandai dalam mengurus rumah tangga.”
88
b. Pembahasan Berdasarkan kasus di atas dapat dipahami bahwa, perselingkuhan yang dilakukan oleh Indra suami Sila adalah karena Indra terlalu ramah sama perempuan dan menimbulkan rasa cemburu isterinya. Selain itu Sila juga cerewet, kasar, egois, tidak patuh dan kurang melayani suami baik dalam hubungan seks maupun dalam mengurus rumah tangga. Hal semacam itulah yang sering menjadi alasan bagi suami untuk berselingkuh, karena pada umumnya suami tidak menyukai isteri seperti itu dan itulah yang terjadi dalam rumah tangga Sila. Perselingkuhan Indra dipicu oleh kesalahan Sila selama ini, maka untuk memperbaiki hubungan
Sila dengan Indra perlu
layanan konseling, agar pasangan ini dapat mengintrospeksi diri dan memotivasi dirinya untuk dapat berubah ke yang lebih baik sehingga dapat terbina rumah tangga yang harmonis.
6. Analisis BMB3 a. Kondisi BMB3 Sewaktu Perselingkuhan Terjadi 1) Berpikir : Tentang suami Pada saat ibu mengetahui perselingkuhan bapak, apa yang terpikirkan saat itu? “waktu saya tahu bahwa bapak berselingkuh, saya langsung mengonfrontasi bapak dan memintanya memutuskan hubungan dengan selingkuhannya, tidak terpikirkan lagi apa yang harus saya perbuat saya sangat kalut dan marah”.
89
Tentang anak Bagaimana dengan anak, apa yang terpikirkan oleh ibu? “Saat itu saya berpikir bahwa anak-anak tidak boleh tahu tentang perselingkuhan bapaknya karena akan menjadi pemikiran dan beban mental bagi mereka.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana dengan masa depan (ekonomi) apa yang terpikirkan oleh ibu? “Saya juga berpikir mengenai masalah ekonomi, dengan berselingkuhnya suami saya dengan sendirinya pengeluaran keuangan suami saya menjadi banyak, dan akan berkurang untuk kebutuhan rumah tangga dengan berbagai alasan yang dikemukakannya.” Tentang keluarga suami Bagaimana dengan keluarga suami, apa yang terpikirkan oleh ibu? “Sejak terjadinya perselingkuhan, suami saya lebih dekat dengan keluarganya dan saya berpikir apa keluarganya sudah tahu tentang perselingkuhan itu.” Tentang masyarakat Bagaimana pula dengan masyarakat, apa yang terpikirkan oleh ibu? “Saya juga berpikir tentang masyarakat disini, bagaimana pandangan mereka terhadap keluarga saya, kalau mereka tahu suami saya berselingkuh.”
2) Merasa : Tentang suami Bagaimana
perasaan
perselingkuhan bapak ?
ibu
saat
itu,
berkenaan
dengan
90
“ Yang saya rasakan saat itu, rasa sakit hati, sangat marah, sedih, dan kecewa yang amat mendalam karena dikhianati.” Tentang anak Bagaimana perasaan ibu terhadap anak, dengan terjadi perselingkuhan bapak? “Saya merasa cemas, kalau anak saya tahu bapaknya berselingkuh dan akan menggangu perasaan mereka, dan menjadi beban mental bagi anak-anak saya, oleh sebab itu rasa sedih saya selalu saya sembunyikan agar anak-anak saya tidak ikut merasa sedih.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana perasaan ibu dalam hal masa depan terutama ekonomi? “Saya sebelumnya sudah curiga dengan bapak, setiap bulannya berkurang terus biaya bulanan rumah tangga yang diberikannya kepada saya, kecurigaan saya itu terbukti dengan adanya perselingkuhan bapak, tapi saya tidak merasa takut kalau terjadi perceraian karena saya bekerja dan punya penghasilan sendiri.” Tentang keluarga suami Bagaimana perasaan ibu terhadap keluarga suami? “Perasaan saya terhadap keluarga suami kurang senang, karena saya merasa mereka tidak memberi solusi terhadap permasalahan ini, dan seakan menyalahkan saya.” Tentang masyarakat Bagaimana perasaan ibu terhadap masyarakat? “Saya merasa malu dengan masyarakat disekitar saya, karena saya dan suami sering bertengkar, saya merasa masyarakat disekitar saya menjadi terganggu.”
91
3) Bersikap : Terhadap suami Bagaimana sikap ibu terhadap bapak setelah mengetahui perselingkuhannya ? “Saya sangat marah sekali, rasa kesal saya, saya lampiaskan kepada perempuan itu karena saya bertemu langsung dengan perempuan itu bersama bapak, Saya tidak memperdulikan orang-orang yang menonton keheranan. Setelah itu hubungan saya dengan bapak tidak baik lagi karena kami sering bertengkar, saya menjadi mudah tersinggung, pemarah dan kasar, dan seperti detektif yang suka memata-matai bapak, suka curiga karena rasa percaya itu sudah hilang.” Terhadap anak Bagaimana sikap ibu terhadap anak? “Sikap saya terhadap anak lebih tegas, karena terpengaruh oleh suasana hati dan saya lebih memperhatikan kepentingan anak saya dari pada yang lainnya, saya bersikap seperti itu karena anak-anak saya tidak mendapatkan perhatian dari bapaknya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana sikap ibu dalam hal masa depan (ekonomi)? “ Sikap saya terhadap masa depan, saya berusaha agar uang bulanan tidak berkurang karena itu akan berdampak terhadap kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan anak, bahkan saya menyuruh anak saya untuk minta tambah uang jajan mereka kepada bapaknya dari pada habis uangnya untuk selingkuhannya.” Terhadap keluarga suami Bagaimana sikap ibu terhadap keluarga ? “Sikap saya terhadap keluarga suami memang kurang baik, karena saya melihat sikap keluarga suami terutama mertua saya juga kurang senang dengan saya mungkin kami kurang cocok, jadi saya bersikap cuek terhadap keluarga suami.”
92
Terhadap masyarakat Bagaimana sikap ibu terhadap masyarakat? “Sikap saya terhadap masyarakat tetap baik walaupun masyarakat disekitar sini sering mendengar pertengkaran kami, tapi masyarakat disini cuek saja, tidak mau ikut campur urusan orang, tapi sikap saya terhadap mereka tetap ramah walaupun saya merasa risih dengan diketahuinya suami saya selingkuh.”
4) Bertindak : Terhadap suami Tindakan apa yang sudah ibu lakukan berkenaan dengan perselingkuhan bapak ? “Tindakan yang sudah saya lakukan, saya berusaha untuk membicarakan masalah perselingkuhan ini secara baik-baik, tapi tidak mendapatkan hasil yang baik, malah terjadi pertengkaran, saya juga berusaha menghilangkan bayangan tentang perselingkuhan suami, tapi tetap saja muncul sewaktuwaktu. Jadi tindakan saya selama ini tidak bisa menyelesaikan masalah.” Terhadap anak Bagaimana tindakan ibu terhadap anak? “ Tindakan saya terhadap anak sangat disiplin, karena saya satu-satunya orang tua mereka yang memperhatikan, merawat, mendidik dan mengawasinya karena tanpa pengawasan saya anak-anak saya akan kehilangan peganggan.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana dengan masa depan apa
tindakan yang ibu
lakukan? “Rencana untuk masa depan tentu saya ingin ekonomi saya lebih baik dari sekarang, tapi dengan adanya masalah perselingkuhan suami saya harus bertindak lebih tegas karena suami saya tidak ada memikirkan tentang masa depan, saya
93
yang menabung, saya yang memikirkan tentang kelanjutan sekolah anak, suami saya hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan selingkuhannya.” Terhadap keluarga suami Bagaimana tindakan ibu terhadap keluarga suami? “Tindakan saya terhadap keluarga suami dengan memberitahukan masalah perselingkuhan suami saya dan meminta keluarganya untuk menasehati suami saya dan mencarikan solusinya agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik.” Terhadap masyarakat Bagaimana tindakan ibu terhadap masyarakat? “Terhadap masyarakat tindakan yang selama ini saya lakukan tidak begitu mengikuti kegiatan dalam masyarakat karena saya sibuk kerja, berangkat pagi pulang malam karena saya menjemput anak-anak saya les, dan saya juga merasa malu pada masyarakat dengan berselingkuhnya suami saya, jadi saya agak tertutup.”
5) Bertanggung jawab : Terhadap suami Sebagai seorang isteri bagaimana tanggung jawab ibu terhadap suami yang berselingkuh ? “ Sebagai seorang isteri saya tetap melakukan kewajiban saya, menyediakan makan, minum, suami tiap hari, mau di makan atau tidak oleh suami, terserah dia yang penting tugas dan tanggung jawab saya sebagai isteri saya laksanakan, termasuk menjaga nama baik suami karena saya tidak balas dendam dengan melakukan perselingkuhan pula.”
94
Terhadap anak Sebagai seorang ibu dari anak-anak, bagaimana tanggung jawab ibu terhadap anak ? “Sebagai seorang ibu, saya tetap melakukan kewajiban saya, memelihara, merawat, mendidik, menyediakan makan, minum, dan segala kebutuhan anak tiap hari, tanggung jawab saya terhadap anak lebih besar, karena anak-anak saya tidak begitu mendapat perhatian dari bapaknya, saya harus melebihi agar anak-anak tidak merasa kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, dan saya juga bertanggung jawab terhadap masa depan anak saya.” Untuk masa depan (ekonomi) Bagaimana tangggung jawab ibu untuk masa depan dalam hal ekonomi? “Sejujurnya saya juga cemas kalau terjadi perceraian bagaimana dengan masa depan kami, terutama dalam hal ekonomi tentu akan sangat berpengaruh, walaupun saya kerja tapi saya tidak mendapat belanja bulanan lagi dari suami dan harta kami tentu dibagi, oleh sebab itu saya masih bertahan dalam rumah tangga seperti ini yang sangat menyakitkan.” Terhadap keluarga suami Bagaimana tanggung jawab ibu terhadap keluarga suami? “Kenapa saya yang bertanggung jawab terhadap keluarga suami, yang berselingkuhkan dari keluarga mereka. Sebagai seorang isteri saya juga ada salahnya tidak berhasil dalam membina rumah tangga, dan selama ini kurang perhatian terhadap keluarga suami dan kurang membina hubungan baik.” Terhadap masyarakat Bagaimana tanggung jawab ibu terhadap masyarakat? “Tanggung jawab saya terhadap masyarakat, menjaga ketenangan dalam masyarakat karena dengan seringnya saya bertengkar dengan suami membuat masyarakat disini terganggu dan perselingkuhan itu membuat orang jadi bergunjing.”
95
b. Kondisi BMB3 Sekarang 1) Berpikir : Tentang suami Bagaimana dengan suami apa yang ibu pikirkan sekarang? “Sekarang saya tidak lagi memikirkan tentang suami, karena dengan memikirkan dia menjadi beban bagi saya, karena dari dulu sampai sekarang dia tidak pernah memikirkan saya, buat apa saya memikirkan orang yang tidak pernah baik dengan saya.” Tentang anak Bagaimana perasaan ibu sekarang, terhadap anak? “Dulu saya berpikir anak saya tidak perlu tahu tentang perselingkuhan bapaknya, tapi dengan berjalannya waktu dan masalah ini tidak kunjung selesai dan selalu ada keributan dirumah lama-kelamaan anak-anak saya tahu, sekarang saya pikir lebih baik anak saya tahu apa yang terjadi sebenarnya, agar mereka tidak berpikir yang lain-lain, lebih jelas buat mereka lebih baik.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana pemikiran ibu sekarang tentang masa depan terutama masalah ekonomi? “Saya berpikir untuk masa depan saya dan anak saya, karena suami saya tidak ada memikirkan tentang masa depan kami, jadi saya yang harus giat bekerja mencari uang untuk bisa ditabung atau diinvestasikan,agar masa depan kami nanti tidak kekurangan, kalaupun nanti saya bercerai dengan suami saya tidak takut lagi.” Tentang keluarga suami “Apa yang ibu pikirkan sekarang tentang keluarga suami? “Karena masalah ini tidak juga kunjung selesai, saya berpikir keluarga suami tidak ingin membantu menyelesaikan masalah
96
ini, dan berpikir mungkin keluarga suami menghendaki saya bercerai.” Tentang masyarakat Sehubungan
dengan
masalah
ibu
sekarang,
apa
yang
terpikirkan tentang masyarakat? “Saya berpikir masyarakat disini sekarang sudah tidak peduli lagi dengan perselingkuhan yang dilakukan suami saya, karena saya dan suami saya tidak berkomunikasi lagi sudah satu tahun lebih, jadi kami saling diam dan tidak ada lagi keributan yang mengganggu masyarakat disini.” 2) Merasa : Terhadap suami Bagaimana perasaan ibu sekarang terhadap suami? “Dengan berjalannya waktu dan banyak kegiatan yang saya lakukan saya merasa perasaan marah, sakit hati, sedih dan kecewa mulai berkurang terhadap suami dan juga karena kami tidak berdekatan lagi, karena suami saya pindah kerja ke kota lain, jadi saya merasa dengan adanya jarak antara kami perasaan butuh kasih sayang dan perhatian itu muncul kembali dan saya merasa sepi, tapi kalau ingat perselingkuhan itu saya merasa sedih kembali.” Terhadap anak Bagaimana perasaan ibu sekarang terhadap anak? “Perasaan saya terhadap anak sekarang lebih tenang, karena mereka sudah besar dan dengan diketahui oleh anak permasalahan ini, hubungan saya dengan anak lebih dekat dan saya bisa mencurahkan perasaan saya pada anak, dan saya merasa anak saya selalu mendukung saya agar kuat dalam menghadapi masalah ini, begitu juga sebaliknya.” Tentang masa depan (ekonomi) Apa yang ibu rasakan sekarang tentang masa depan?
97
“Yang saya rasakan sekarang, saya menjalani hidup ini apa adanya, saya berusaha semampu saya dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.” Terhadap keluarga suami Bagaimana pula perasaan ibu sekarang terhadap keluarga suami? “Saya merasa keluarga suami tidak suka lagi kepada saya, dan mereka berusaha mempengaruhi suami saya, dan sekarang mereka sengaja membuat jarak dengan saya, sehingga saya merasa terkucilkan.” Terhadap masyarakat Apa yang ibu rasakan sekarang terhadap masyarakat? “Perasaan saya terhadap masyarakat disini sekarang biasa-biasa saja, karena masyarakat disini tidak mau ikut campur urusan rumah tangga orang, jadi bagi saya sekarang tidak merasa malu dan kaku lagi.”
3) Bersikap : Terhadap suami Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap suami? “Sikap saya sekarang terhadap suami mulai berubah, karena saya dan suami berbeda kota jadi kalau suami pulang kerumah, saya dan anak-anak langsung masuk kamar dan saya diam saja dikamar, anak-anak juga begitu kecuali kalau bapaknya memanggil baru mereka keluar kamar, jadi hubungan komunikasi kami terputus, sikap suami terhadap saya dingin, saya juga takut mendekatinya.” Terhadap anak Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap anak? “Sikap saya terhadap anak-anak sekarang lebih baik, karena mereka sudah besar dan memahami masalah ini dan saya masih
98
mengawasi mereka kalau bapaknya pulang kerumah, saya tidak suka kalau bapaknya memarahi anak saya seperti terdakwa.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana sikap ibu sekarang tentang masa depan? “Saya menerima kenyataan hidup ini apapun yang terjadi akan saya jalani.” Terhadap keluarga suami Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap keluarga suami? “Sikap saya sekarang terhadap keluarga suami tergantung pihak keluarga suami, tidak semua keluarga suami saya yang tidak peduli kepada saya, yang baik terhadap saya, saya juga baik terhadapnya, dan yang tidak peduli dengan saya, saya juga tidak peduli dengan mereka, hidup saya bukan tergantung mereka” Terhadap masyarakat Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap masyarakat? “Saya tetap bersikap baik dan ramah terhadap masyarakat disini, dengan membina hubungan baik bersama masyarakat akan mengurangi beban mental saya dalam masalah ini.”
4) Bertindak : Terhadap suami Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap suami? “Saya sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan suami, dengan melakukan pendekatan pada suami, apa yang dia inginkan perubahan dari saya sudah saya lakukan, tapi suami saya masih sering marah kepada saya, apa yang saya lakukan salah terus dimatanya, dan kadang saya bertanya didalam hati apa tindakan saya ini salah ya? Yang berselingkuh suami mengapa saya yang harus berubah dan minta maaf, seharusnya saya yang marah, tapi tindakan itu saya lakukan untuk merubah suasana rumah tangga saya lebih baik .”
99
Terhadap anak Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap anak? “Tindakan saya terhadap anak, dengan memberikan dorongan dan semagat kepada anak agar mereka kuat dalam menghadapi masalah ini dan siap untuk menerima keadaan terburuk yang akan terjadi, dan saya juga menyuruh mereka untuk dekat dengan bapaknya agar saya tahu apa kegiatan bapaknya selama ini (mengambil informasi dari anak).” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana tindakan ibu sekarang tentang masa depan? “Karena saya tidak melihat perkembangan dari suami saya untuk masa depan, dengan sendirinya tentu saya yang bertindak untuk melakukan hal-hal yang akan membuat masa depan kami lebih baik.” Terhadap keluarga suami Terhadap keluarga suami, tindakan apa yang ibu lakukan sekarang? “Saya berharap keluarga suami saya bisa membantu saya dalam menyelesaikan masalah ini, tapi kenyataannya justru sebaliknya mereka tidak peduli dengan saya, berbagai usaha sudah saya lakukan tapi tidak berhasil sekarang saya pasrah saja dengan keadaan ini.” Terhadap masyarakat Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap masyarakat? “Saya melakukan pendekatan dengan ikut acara dan kegiatan masyarakat di sekitar sini, jadi ada peran serta saya dalam bermasyarakat.”
5) Bertanggung jawab : Terhadap suami Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap suami?
100
“Saya tetap melakukan tanggung jawab saya sebagai isteri dengan menyediakan makan, minum, dan pakaian suami, walaupun tidak dia makan dan minum yang saya sediakan, karena suami saya takut akan saya racun, yah terserah dia sajalah saya sudah bosan, mau berbuat dosa atau melakukan apapun saya tidak perduli lagi, dosa tanggung masing-masing, sebagai isteri saya sudah mengingatkannya.” Terhadap anak Bagimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap anak? “Karena bapaknya jarang di rumah, saya yang bertanggung jawab penuh terhadap anak, mulai dari sekolahnya, dan segala kebutuhannya serta kasih sayang dan perhatian saya berikan kepada anak saya, karena saya merasa bertanggung jawab atas perselingkuhan suami yang berdampak kepada anak, yang menjadi beban mental bagi anak saya.” Untuk masa depan (ekonomi) Bagaimana dengan tanggung jawab ibu untuk masa depan? “Saya bertanggung jawab terhadap masa depan saya dan anak saya sampai anak saya berkeluarga, apabila terjadi perceraian saya dan suami saya yang akan bertanggung jawab terhadap anak-anak karena anak saya tidak mungkin dididik dan dirawat oleh suami saya, karena rencana masa depannya tidak jelas.” Terhadap keluarga suami Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap keluarga suami? “Karena hubungan saya dengan keluarga suami tidak baik, jadi tidak ada tanggung jawab saya terhadap mereka, kami sudah lama tidak berkomunikasi.” Terhadap masyarakat Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap masyarakat? “Sebagai warga yang baik saya selalu ikut serta dalam kegiatan masyarakat sekitar saya, dan masalah perselingkuhan suami saya dulu sudah tidak menjadi masalah lagi bagi masyarakat.”
101
c. Pembahasan Analisis BMB3 Kasus di atas menunjukkan bahwa perselingkuhan yang terjadi membuat kehidupan sehari-hari suami- isteri terganggu, sehingga tidak dapat berpikir logis. Tingkat kesadaran untuk membina keluarga menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah akan terus berkurang. Berdasarkan kasus di atas dapat dipahami bahwa, Sila selama perkawinannya dengan Indra, Sila berpikir bahwa suaminya tidak pernah memperhatikannya dan memberikan kasih sayang, juga merasa kesepian karena sering ditinggal suami, Suamipun berselingkuh. Tanpa disadari Sila, selama ini sikap dan tindakannya terhadap suami, tidak memberikan layanan yang baik dan bicara kasar serta egois, itu yang membuat suaminya tidak senang terhadap Sila. Hal inilah yang harus dirubah Sila dan berusaha untuk memperbaiki hubungan suami-isteri menjadi lebih baik dan Sila perlu untuk menginstropeksi dirinya agar tahu dengan kesalahannya selama ini dan tidak hanya menyalahkan suami saja, juga perlu motivasi diri yang kuat untuk berani merubah diri menjadi lebih baik, dan berusaha untuk
bisa menerima kenyataan ini serta memaafkan
suami dengan ikhlas. Suami juga harus mengurangi Egonya dan bersikap bijaksana, tidak hanya menyalahkan isteri saja dan harus bisa membimbing
102
isteri menjadi lebih baik serta menerima segala kekurangan isteri dengan ikhlas agar terbina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
7. Masalah yang Dirasakan Sekarang a. Masalah yang Dihadapi 1) Rasa aman : “sampai sekarang saya belum merasa aman terutama perasaan saya yang tidak tenang, yang menjadi masalah sampai sekarang tentang perselingkuhan suami saya yang belum bisa diselesaikan atau belum ada titik terangnya.” 2) Semangat : “Saya merasa lelah dengan keadaan seperti ini, yang tidak ada kepastian, mau berpisah atau mau memperbaiki hubungan ini menjadi baik.” 3) Kompetensi : “masalahnya sekarang bagaimana saya bisa memperbaiki hubungan dengan suami, sementara komunikasi saya dengan suami tidak lancar (suami tidak mau bicara dengan isteri). Saya sudah berusaha semampu saya untuk memperbaiki hubungan ini tapi belum berhasil.” 4) Aspirasi : “masalahnya sekarang, keinginan yang selama ini saya harapkan belum tercapai, untuk membina rumah tangga yang bahagia dunia dan akhirat.” 5) Kesempatan : “karena sekarang suami saya pindah tugas ke kota lain, kesempatan saya untuk memperbaiki hubungan jadi
103
sulit, sering ada hambatan karena sudah jarang pulang ke rumah.” b. Pembahasan Sebagai seorang isteri korban perselingkuhan suami tentu perasaannya tidak tenang, merasa sedih dan kecewa, tapi semua itu harus dijalani dengan sabar, memang tidak mudah untuk melupakannya, oleh sebab itu berusahalah untuk melakukan kegiatan positif dan berdo’a serta mendekatkan diri kepada Allah, agar diberi katabahan dan keikhlasan dalam menerima cobaan serta diberi petunjuk dalam mengambil keputusan. Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, carilah saat yang tepat untuk membicarakan masalahnya, dan mulailah pembicaraan itu dengan bahasa yang baik dan lemah lembut agar tidak terpancing emosi, sabar dan kendalikan diri, dengan demikian usaha-usaha untuk memperbaiki hubungan rumah tangga dengan suami, akan dapat terlaksana, sehingga terbina rumah tangga yang bahagia dunia dan akhirat.
C. Kasus Rita (Isteri Candra) 1. Identitas Partisipan Rita usia 43 tahun, pendidikan terakhir S2, pekerjaan swasta, jumlah anak 2 orang. Suami Candra, usia 46 tahun, pendidikan terakhir S2, pekerjaan swasta.
104
2. Latar Belakang Keluarga Rita adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga yang broken home, karena papa Rita beristeri lagi dan menelantarkan ( tidak bercerai tapi tidak memberi nafkah batin) terhadap mama Rita. Dalam keluarga Rita sangat disayang papanya. Rita yang menjadi perantara keluarga untuk berhubungan dengan papanya; segala kebutuhan keluarga melalui Rita. Rita sebenarnya sangat terganggu dengan sikap papanya yang saat pacaran dengan (calon) isteri mudanya Rita selalu dibawa dan melihat papanya pacaran yang pada saat itu Rita masih duduk di bangku SMA. Rita merasa sangat tertekan dengan keadaannya dan merasa sedih bila melihat mamanya. Sekarang Rita, kakak dan adiknya semua sudah berkeluarga, tapi sayang ada yang mengikuti jejak papanya yaitu kakak paling tua yang sudah bercerai dengan isterinya dan sudah menikah lagi. Rita rumah tangga Rita juga dalam bermasalah, yaitu suaminya selingkuh dengan mantan pacarnya, dan Rita membalas berselingkuh dengan mantan pacarnya di SMA, tapi perselingkuhan yang mereka lakukan hanya keintiman emosional tidak secara fisik. 3. Riwayat Perkawinan Rita sebelum menikah dengan Candra pernah pacaran dengan Aryo, adik kelasnya waktu SMA. Mereka merasa cocok dan sampai tamat kuliah S1, Rita dan Aryo mau menikah tapi tidak di izinkan orang tua mereka karena Aryo harus menyambung kuliahnya keluar
105
negeri dan Rita menyambung kuliah S2 di Bandung. Karena berjarak jauh hubungan mereka agak rengang. Rita mengetahui Aryo punya pacar baru. Rita kecewa, namun kekecewaan Rita terobati karena ada Candra yang memberikan perhatian dan dukungan agar Rita bersemangat kuliah kembali. Candra adalah kakak tingkat Rita, kuliah S2 di Bandung. Hubungan Rita dan Candra semakin akrab dan Candra mengungkapkan perasaannya dan ingin melamar Rita menjadi isterinya. Sebelum Rita menerima lamaran Candra, Rita mengetahui kalau Candra dulu pernah putus tunangan dengan Lia sewaktu masih kuliah S1 di Padang. Rita merasa senasib dengan Candra sama-sama ditinggal pacar. Akhirnya Rita bersedia menerima lamaran Candra karena yakin nantinya ia akan menjadi suami yang bertanggung jawab dan tidak akan berselingkuh seperti ayahnya. Walau menyadari cintanya pada Candra tidak terlalu besar, ia berusaha meyakinkan diri bahwa cintanya akan tumbuh sejalan dengan waktu. Setelah tamat kuliah S2 Rita dan Candra menikah. Setelah menikah Rita ditempatkan bekerja di Padang Panjang, sementara itu Candra belum bekerja karena menolak
penempatan
kerjanya di luar Sumatera Barat. Selama 3 tahun pertama menjadi suami-isteri, mereka hidupnya bahagia walaupun sederhana dan berusaha terus untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik.
106
Memasuki usia perkawinan keempat Candra ditempatkan bekerja di kota Padang. Rita dan Candra pindah ke Padang dan tinggal di rumah orang tua Rita, sementara Rita tetap bekerja di Padang Panjang. Gejolak rumah tangga Rita dan Candra mulai nampak karena di pengaruhi oleh keluarga kedua belah pihak. Keluarga Candra yang merasa anaknya sudah bekerja dan berpenghasilan besar dan sering mempengaruhi Candra menyebabkan hubungannya dengan Rita kurang harmonis dan Rita sering merasa tertekan oleh keluarga Candra. Untuk mencari ketenangan Rita dan Candra pindah rumah, mengontrak rumah dekat rumah kakak ipar Rita. Saat itu Rita hamil dan melahirkan anak laki-laki anak pertama. Dekatnya rumah Rita dengan kakak iparnya membuat hubungan Rita dengan Candra menjadi lebih buruk karena keluarga Candra sering datang dan mempengaruhi Candra dan mengucilkan Rita. Rita curhat kepada peneliti (sahabat Rita). Rita merasa sangat tertekan sekali dan mau bercerai dengan suaminya, tetapi dengan banyaknya dukungan dan motivasi dari keluarga dan sahabat, Rita mempertahankan rumah tangganya dan menjalani dengan baik walaupun sering terjadi pertengkaran dengan suaminya. Tiga tahun kemudian Rita dan Candra membeli sebuah rumah tergolong mewah di kota Padang. Kehidupan rumah tangga mereka mulai membaik dan Rita hamil kembali melahirkan anak kedua,
107
seorang anak perempuan yang cantik. Candra sangat senang dan sayang sekali pada anak-anak nya. Kehidupan Rita dan Candra sudah lengkap dengan mempunyai sepasang anak, memiliki rumah dan mobil, sudah naik haji dan ekonomi yang sangat baik, tapi mereka tetap merasa kekurangan. 4. Gambaran Perselingkuhan Dengan fasilitas yang lengkap dan ekonomi yang mapan membuat Candra sibuk dengan kegiatannya dan membuat berkurangnya waktu untuk keluarga, Rita mulai curiga dan sering mengintai kegiatan suaminya yang sering pulang larut malam dan bahkan sampai tidak pulang, dengan alasan kerja dan pulang kampung menemui orang tuanya. Seringnya terjadi keadaan seperti itu membuat rumah tangga mereka menjadi berantakan dan mereka mulai menjalani kehidupannya masing-masing. Dengan
keadaan
seperti
itu
Rita
merasa
tidak
nyaman.
Kehidupannya penuh dengan kecurigaan kalau suaminya akan berselingkuh. Beberapa bulan kemudian Rita mendengar dari pembicaraan mertuanya dengan Candra: “coba kalau kamu jadi menikah dengan Lia kehidupan rumah tangga kamu akan lebih baik, tidak seperti sekarang ini, dari dulu ibu tidak suka dengan Rita”. Ibu Candra seakan mendorong Candra untuk kembali dengan Lia, dan hal itulah yang membuat perasaan Rita terganggu. Dengan seringnya
108
Candra pulang kampung membuat Rita gelisah dan sering terjadi pertengkaran dengan Candra. Setahun kemudian Rita melihat foto Candra dengan Lia berdua sangat mesra, yang diberikan oleh ponaan Candra. Rita sangat terkejut dan merasa dikianati oleh Candra. Ponaan Candra menceritakan semua yang terjadi karena dia sangat sayang sama Rita karena dia sering melihat pertengkaran antara Rita dan Candra. Ponaan itu minta Rita agar lebih hati-hati menjaga rumah tangganya, dia selalu membantu Rita mendapatkan informasi tentang hubungan Candra dan Lia. Sejak kejadian itu Rita sering membuntuti dan memeriksa hape Candra dan berhasil menemukan sms mesra dari Lia. Semakin hari hubungan Rita dan Candra semakin memburuk karena Candra lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman dan orang tuanya, tidak lagi memperhatikan anak dan isterinya. Rita merasa rumah tangganya tidak dapat dipertahankan lagi dan membicarakannya dengan orang tuanya kalau Rita ingin bercerai dengan Candra. Hal ini juga pernah dibicaraka Rita kepada peneliti. Ibu Rita beserta keluarganya dan juga peneliti menyarankan agar Rita bersabar dan mengikuti saja apa keinginan suaminya agar tidak terjadi pertengkaran, menberi waktu yang lebih banyak dan layanan yang baik terhadap suami serta selalu mendampinginya. Dalam waktu yang cukup lama rumah tangga Rita berjalan harmonis, tapi sayang masalah itu timbul kembali dan pemicunya tetap
109
orang tua Candra, yang berniat menikahkan Candra dengan Lia, yang sekarang sudah berstatus janda. Hal inilah yang membuat Rita guncang kembali dengan melihat perubahan pada suaminya dan melihat buktibukti kedekatan Candra dengan Lia, walaupun Candra mengaku hubungannya dengan Lia hanya kedekatan emosional tidak melakukan hubungan seksual. Rita merasa kecewa dan sakit hati, dan berniat untuk membalas perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Dalam masa kekecewaan Rita bertemu kembali dengan Aryo mantan pacarnya waktu SMA dulu. Aryo orangnya baik dan perhatian dan itulah yang membuat Rita ingin selalu dekat dengan Aryo. Mereka sering telpon-telponan, face book dan sms, Setiap akan bertemu dengan Aryo. Rita merasa hatinya berbunga-bunga, bahagia sekali seperti anak ABG baru jatuh cinta. (peneliti pernah menemani Rita untuk bertemu dengan Aryo, melihat bagaimana sikap dan tindakan Rita dan Aryo dalam pertemuan itu). Dalam kehidupan rumah tangga Rita merasa kehidupannya berjalan sendiri-sendiri. Begitu juga Candra yang sibuk dengan urusannya sendiri tidak ada lagi hubungan yang harmonis. (Peneliti pernah menginap di rumah Rita selama 3 hari dan melihat keadaan rumah tangga Rita. Disini peneliti melihat mereka mencari kebahagian masing-masing dan menikmati kehidupan yang mereka jalani. Mereka merasa tidak melakukan hubungan seksual dan mencari kebahagian
110
dengan melibatkan kedekatan emosional yang intens (keintiman emosional dengan pasangan kencan masing-masing). Perselingkuhan emosional mereka juga berpengaruh dalam rumah tangga mereka mulai sering terjadinya kebohongan dan alasan-alasan untuk bisa mengadakan pertemuan dengan selingkuhannya. Hal ini terus berlanjut sampai sekarang karena mereka masing-masing (yang masih berstatus suami-isteri) saling menikmati kehidupannya dengan selingkuhannya. 5. Latar Belakang Perselingkuhan Wawancara peneliti dengan korban perselingkuhan (Rita) tanggal 6 dan 7 Juni 2011 menghasilkan data dalam bentuk informasi berikut. a. Pengungkapan 1) Pertanyaan pengantar : “Bagaimana perasaan ibu saat ini ?” Jawaban: “saya sekarang sedang bahagia, karena saya juga bisa berbuat seperti apa yang bapak buat terhadap saya, jadi bukan bapak saja yang bisa selingkuh saya juga bisa, tapi dalam batas tertentu karena saya tidak melakukan perselingkuhan pisik (seks), saya cuma sekedar balas dendam karena saya dikhianatinya.” 2) Menurut ibu mengapa bapak sampai berselingkuh, apa alasannya atau latar belakang terjadinya perselingkuhan itu ? Jawaban: “saya selama ini selalu berharap agar bapak bisa lebih memperhatikan anak dan isterinya tapi sayang pengaruh orang tua dan keluarganya sangat besar sehingga bapak lebih memperhatikan orang tua dan keluarganya dibanding anak dan isterinya yang menjadi tanggung jawabnya. Saya tahu ibu mertua saya tidak suka kepada saya karena dia mengira saya boros, egois dan bergaya hidup mewah, padahal saya punya penghasilan sendiri jadi wajar
111
kalau saya menikmati penghasilan saya, oleh sebab itu ibu mertua saya menjodohkan suami saya dengan mantan pacarnya yang satu kampung dengannya. Jadi alasan bapak berselingkuh adalah pengaruh pihak ketiga yang menggangu rumah tangga kami.” 3) Wawancara
dengan ibu kandung Rita pada hari senin 10
Oktober 2011 jam 10 pagi, sebagai berikut: Bagaimana menurut ibu perselingkuhan ini bisa terjadi, dan apa alasannya ? Jawaban: “ibu tidak mau ikut campur dalam permasalahan ini dan berharap anak dan menantu ibu dapat menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan baik walaupun ada gangguan dari pihak ketiga, sebagai suami-isteri harus kuat dalam membina rumah tangga walaupun desakan itu datang dari orang tua sendiri, sebagai suami harus tegas dan bijaksana.”
b. Pembahasan Berdasarkan kasus di atas dapat dipahami bahwa alasan atau latar belakang terjadinya perselingkuhan oleh Candra suami Rita dan perselingkuhan balas dendam yang dilakukan Rita, walaupun tidak melakukan perselingkuhan pisik (seks). Merupakan suatu sikap yang tidak baik, seharusnya suami-isteri berusaha untuk memperbaiki hubungan menjadi lebih baik, dengan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan selama ini, bukan dengan ikut pula berselingkuh justru itu akan mempersulit hubungan suami-isteri.
112
Sebagai suami (Candra) harus lebih tegas dan bijaksana agar tidak
mudah
dipengaruhi
oleh
pihak
ketiga
dan
lebih
memperhatikan anak dan isteri, memberikan kasih sayang yang tulus agar isteri tidak merasa kesepian, begitu juga dengan isteri (Rita) agar menyadari kekurangannya selama ini dan berusaha menjadi isteri yang setia sehingga terbina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah
6. Analisis BMB3 a. Kondisi BMB3 Sewaktu Perselingkuhan Terjadi 1) Berpikir : Tentang suami Pada saat ibu mengetahui perselingkuhan bapak, apa yang terpikirkan saat itu? “Saat itu saya berfikir apa kurangnya saya dan mengapa bapak sampai mau kembali kepada mantan pacarnya. Dan setelah beberapa minggu saya merenungkan diri, saya berpikir saya juga bisa melakukan seperti apa yang dilakukan bapak terhadap saya, timbul rasa ingin balas dendam.” Tentang anak Bagaimana ibu berpikir tentang anak? “Anak saya dan saya sama kurang mendapatkan perhatian dari suami saya, saya yang memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak saya, saya berpikir anak saya tidak boleh tahu tentang perselingkuhan bapaknya.”
Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana ibu berpikir tentang masa depan?
113
“Bagi saya masa depan saya dan anak saya sudah saya rencanakan, tentu menginginkan yang terbaik nantinya, dalam hal ekonomi saya berpikir untuk tetap berusaha sebaik mungkin agar saya dan suami dapat memenuhi kebutuhan kami.” Tentang keluarga suami Bagaimana ibu berpikir tentang keluarga suami? “Dari dulu keluarga suami saya tidak suka kepada saya dan saya berpikir apa yang membuat mereka tidak suka kepada saya, itu yang perlu saya ketahui.” Tentang masyarakat Bagaimana pemikiran ibu tentang mayarakat? “Yang terpikirkan oleh saya, tentang pandangan masyarakat terhadap keluarga saya, yang saya sendiri juga melakukan perselingkuhan “tidak melakukan hubungan Seks” hanya untuk balas dendam agar suami saya sadar.”
2) Merasa : Terhadap suami Bagaimana
perasaan
ibu
saat
itu,
berkenaan
dengan
perselingkuhan bapak ? “perasaan saya saat itu, sama seperti perempuan lain yang suaminya selingkuh, sedih, marah, sakit hati dan kecewa bercampur aduk sehingga saya menjadi galau, tapi saya menjadi pendiam dan tenang.” Terhadap anak Bagaimana perasaan ibu terhadap anak? “Saya merasa kasihan terhadap anak saya, saya dapat merasakan apa yang dia rasakan, saya merasa dekat dengan anak saya karena dia yang mendorong saya untuk mencari kebahagiaan saya pula, anak saya merasa bahagia kalau saya bahagia.”
114
Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana ibu merasa tentang masa depan? “Saya kan bekerja dan punya penghasilan sendiri, jadi saya merasa tidak ada masalah dengan ekonomi kalaupun nantinya terjadi perceraian.”
Tentang keluarga suami Bagaimana perasaan ibu terhadap keluarga suami? “Saya merasakan keluarga suami itu jauh berubah, sebelum suami saya bekerja dan sudah bekerja, saya merasakan perubahan itu terutama dalam hal ekonomi, saya juga merasa mereka yang mempengaruhi suami saya.” Terhadap masyarakat Bagaimana perasaan ibu terhadap masyarakat “Saya merasa masyarakat berpandangan negatif terhadap saya, tapi bagi saya itu adalah dampak yang ditimbulkan oleh keluarga saya sendiri.”
3) Bersikap : Terhadap suami Bagaimana sikap ibu terhadap bapak setelah mengetahui perselingkuhannya ? “Saya tidak tahu kenapa saya bisa tetap tenang menghadapi perselingkuhan suami. Mungkin karena dulu ayah saya juga sering selingkuh, dan saya lihat ibu saya menghadapinya dengan tabah. Saya juga jadi beranggapan, ya sudahlah mungkin memang semua pria seperti itu. Mungkin memang tidak ada pria yang setia, atau kalaupun ada, saya tidak beruntung memilikinya.” Terhadap anak Bagaimana sikap ibu terhadap anak?
115
“Justru sikap saya terhadap anak lebih baik dan bijaksana, karena anak saya selalu mendukung saya dan saya selalu mengutamakan kepentingan anak dari pada saya, karena dia sangat berharga bagi saya.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana sikap ibu terhadap masa depan terutama dalam hal ekonomi? “Sikap saya terhadap masa depan selalu semangat agar saya bisa menjalani hidup ini dengan baik, berusaha dan berpenghasilan baik.” Terhadap keluarga suami Bagaimana sikap ibu terhadap keluarga suami? “Terhadap keluarga suami, sikap saya biasa-biasa saja walaupun saya merasa tidak nyaman bila bersama mereka, saya lebih bersikap tenang dan mengamati apa yang mereka lakukan dan saya juga lebih banyak diam dari pada bicara.” Terhadap masyarakat Bagaimana sikap ibu terhadap masyarakat? “Sikap saya terhadap masyarakat selalu ramah dan baik, tidak ada masalah dengan masyarakat.”
4) Bertindak : Terhadap suami Tindakan apa yang sudah ibu lakukan berkenaan dengan perselingkuhan bapak? “Tindakan yang sudah saya lakukan, seperti membicarakan permasalahan perselingkuhan ini dengan suami, tapi tetap tidak ada hasilnya, permasalahan ini juga saya bicarakan dengan keluarga dan orang yang bisa saya percaya untuk meringankan beban perasaan saya dan berharap ada solusinya” Terhadap anak
116
Bagaimana tindakan ibu terhadap anak? “Sebagai seorang ibu terhadap anaknya, tindakan saya tegas dan mendidik karena saya yang selalu menjaga, mengawasinya dan menganjurkannya untuk selalu berbuat baik dalam hidup ini.” Terhadap masa depan (ekonomi) Bagaimana tindakan ibu terhadap masa depan dalam hal ekonomi? “Dengan terjadinya perselingkuhan suami dan saya sendiri, pengeluaran kami jadi besar karena kami mempunyai kebutuhan masing-masing, hal itu saya sadari tapi mau bagaimana lagi, saya harus mencari kebahagian saya pula kalau tidak sayakan bisa stress memikirkan hal ini.” Terhadap keluarga suami Bagaimana tindakan ibu terhadap keluarga suami? “Saya berusaha agar keluarga suami menyukai saya, dengan memberikan layanan yang baik dan membuat mereka senang setiap datang mengunjungi kami serta memberikan bantuan bulanan buat mertua saya.” Terhadap masyarakat Bagaimana tindakan ibu terhadap masyarakat? “Tindakan saya terhadap masyarakat sekitar dengan mengikuti kegiatan-kegiatan dalam bermasyarakat dan memberi sumbangan bila diperlukan.”
5) Bertanggung jawab : Terhadap suami Sebagai seorang isteri, bagaimana tanggung jawab ibu terhadap suami yang berselingkuh ?
117
“Sebagai seorang isteri saya tetap bertanggung jawab dalam rumah tangga dan melakukan kewajiban saya sebagai isteri dan melayaninya dengan baik walaupun saya harus manahan rasa kesal dan marah.” Terhadap anak Sebagai seorang ibu dari anak-anak, bagaimana tanggung jawab ibu terhadap anak? “Sebagai seorang ibu saya tetap melaksanakan tanggung jawab saya terhadap anak, bahkan lebih memperhatikan, menjaga dan merawat anak dengan baik karena saya merasa anak saya juga terganggu dengan permasalahan ini.” Untuk masa depan (ekonomi) Bagaimana tanggung jawab ibu untuk masa depan? “Untuk masa depan saya dan anak itu sudah merupakan tanggung jawab saya, walaupun suami saya ikut berperan tapi saya yang lebih berusaha agar nantinya tidak kecewa, kalau soal ekonomi saya tidak merasa kekurangan karena saya punya penghasilan sendiri. Terhadap keluarga suami Bagaimana tanggung jawab ibu terhadap keluarga suami? “Sebagai menantu saya juga ada tanggung jawab terhadap mertua, misalnya mengunjungi mereka, membantu dana pengobatan mertua sakit dan menjaga hubungan baik walaupun mereka tidak suka pada saya.” Terhadap masyarakat Bagaimana tanggung jawab ibu terhadap masyarakat? “Saya ikut bergaul dengan masyarakat jadi dalam membina hubungan baik saya juga punya tanggung jawab terhadap masyarakat.”
118
b. Kondisi BMB3 Sekarang 1) Berpikir : Tentang suami Sekarang apa yang ibu pikirkan tentang suami? “Yang saya pikirkan sekarang tentang suami bagaimana supaya suami saya bisa baik kembali terhadap saya dan tidak terpengaruh oleh keluarganya agar rumah tangga saya bisa baik kembali, bagaimana solusinya.” Tentang anak Apa yang ibu pikirkan sekarang tentang anak? “Saya pikir sebaiknya anak saya tahu tentang masalah ini, dengan demikian dia tidak berpikir negatif terhadap saya dan bapaknya, karena sedikit banyaknya dia dapat merasakan hubungan saya dengan bapaknya dan keluarga bapaknya sehingga dia menjadi tertekan, kalau masalah ini dijelaskan kepadanya tentu dia akan mengerti.” Tentang masa depan (ekonomi) Apa yang ibu pikirkan sekarang tentang masa depan? “Buat saya masa depan harus dipikirkan dari sekarang, apa rencana kedepan tentu ada, saya selalu berharap yang terbaik nantinya, tapi kalau masalah saya dan suami tidak bisa diselesaikan maka saya harus siap menerima keputusan yang terburuk bercerai.” Tentang keluarga suami Bagaimana dengan keluarga suami, apa yang terpikirkan oleh ibu sekarang? “Saya berpikir tentang keluarga suami yang terus mempengaruhi suami saya, mereka hanya menguras uang suami saya saja tidak memperdulikan rumah tangga anaknya, karena anaknya sekarang sudah berhasil, mereka bangga dan sombong, waktu anaknya tidak bekerja mereka tidak pernah memperhatikan dan membantu, malah menghina anaknya,
119
sekarang semua keluarga suami saya membanggabanggakannya. Tapi saya pikir mereka tidak sayang terhadap anaknya karena mereka merusak rumah tangga anaknya, yang mereka pikirkan cuma uang anaknya.”
Tentang masyarakat Bagaimana pikiran ibu sekarang tentang masyarakat? “Masyarakat disekitar saya orangnya cuek, tidak peduli dengan urusan orang lain, karena mereka menganggap itu urusan rumah tangga orang, dan saya juga berpikir positif tentang masayarakat disekitar saya.”
2) Merasa : Terhadap suami Bagaimana perasaan ibu sekarang terhadap suami? “Saya merasakan sekarang suami saya semakin jauh dari saya, karena sama sekali tidak ada perhatian terhadap saya, dan selalu menyalahkan saya, saya sekarang tidak merasakan cinta dan kasih sayang dari suami, saya merasa sepi, suami saya lebih dekat dengan keluarganya dan teman-temannya, saya merasa dengan adanya harta, jabatan dan fasilitas lainnya membuat rumah tangga saya semakin berantakan.” Terhadap anak Bagaimana perasaan ibu sekarang terhadap anak? “Anak adalah tempat curahan hati saya, segala yang terbaik untuk anak, karena saya yang lebih dekat dengan anak, saya dapat merasakan apa yang dirasakan anak saya, jadi saya sangat bertanggung jawab dengan masalah yang terjadi selama ini, kerena dengan sendirinya anak saya juga terbawa dalam kasus ini.” Tentang masa depan (ekonomi) Sekarang bagaimana dengan masa depan, apa yang ibu rasakan?
120
“Bagi saya masa depan adalah rencana dari kehidupan yang perlu ditata dari sekarang, kalau permasalahan saya sampai sekarang yang saya rasakan sudah ada perubahan pada diri saya dengan berjalannya waktu membuat saya lebih sabar, rasa sakit hati, kecewa dan marah sudah mulai hilang.” Tentang keluarga suami Bagaimana dengan keluarga suami, apa yang ibu rasakan sekarang? “Saya merasa keluarga suami dari dulu sampai sekarang tidak ada perubahan, malah lebih dari sebelumnya, saya merasa dengan keberhasilan anaknya mereka menjadi sombong dan angkuh, mereka lupa diri kalau sebelumnya mereka tidak ada apa-apanya, seakan-akan anaknya saja yang punya penghasilan itu yang saya rasakan sekarang.” Tentang masyarakat Bagaimana perasaan ibu sekarang terhadap masyarakat? “Saya merasa masyarakat disini tidak ikut campur dalam urusan keluarga saya, karena itu urusan keluarga masingmasing, kecuali yang membahayakan anggota masyarakatnya.”
3) Bersikap : Terhadap suami Bagaimana sikap ibu sekarang sama suami? “Saya tetap bersikap baik terhadap suami, walaupun suami tidak menaggapinya dengan baik, kadang saya susah menahan hati karena sikapnya selalu dingin terhadap saya, kami sudah dua bulan tidak bicara, tapi saya setiap berangkat kerja selalu pamit dengan suami, saya bingung mau bersikap bagaimana lagi.” Terhadap anak Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap anak? “Sikap saya terhadap anak lebih baik dari sebelumnya, karena saya hanya bisa melimpahkan perasaan saya terhadap anak
121
sehingga hubungan saya dengan anak menjadi dekat, dan kalau saya bersikap agak lain (jengkel), anak saya bisa mengerti dengan keadaan saya dan kami saling menghibur diri agar bisa enjoy.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana sikap ibu tentang masa depan dalam hal ekonomi? “Saya selalu bersikap optimis terhadap masa depan terutama dalam hal ekonomi, karena saya yakin dengan berusaha dan berdo’a kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik, begitu juga dengan masalah saya apapun yang terjadi (bercerai) nantinya mengenai ekonomi saya tidak takut, karena saya punya penghasilan sendiri.” Terhadap keluarga suami Bagaimana sikap ibu sekarang terhadap keluarga suami? “Sekarang sikap saya tidak begitu peduli terhadap keluarga suami, saya tidak ambil pusing lagi dengan mereka, mau menjodohkan suami saya dengan orang yang mereka suka, mau mempengaruhi suami saya atau menguras uang suami saya, terserah sajalah saya tidak peduli.” Terhadap masyarakat Bagaimana sekarang sikap ibu terhadap masyarakat? “Terhadap masyarakat saya bersikap baik, ramah dan sopan karena kami saling menghargai jadi tidak ada masalah.”
4) Bertindak : Terhadap suami Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap suami? “Tindakan yang saya lakukan sekarang adalah balas dendam terhadap perselingkuhan suami saya, saya akui saya berselingkuh tapi saya tidak melakukan hubungan seksual, saya hanya menghibur diri saya saja, dan merasa bahagia masih ada orang yang memperhatikan saya, dan menjadi teman curhat yang menyenangkan, karena dari suami saya tidak
122
mendapatkan perhatian itu, Tapi saya berharap dengan perselingkuhan yang saya lakukan membuat suami saya cemburu, suami saya akan sadar dan saya juga tidak akan berselingkuh lagi ”tidak melakukan hubungan seksual” hubungan saya dengan mantan pacar saya itu akan saya akhiri kalau suami saya tidak berselingkuh lagi, sehingga rumah tangga kami dapat pulih kembali, tanpa ada gangguan dari pihak ketiga.” Terhadap anak Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap anak? “Saya tahu sedikit banyaknya anak saya terganggu oleh perselingkuhan ini, saya berusaha untuk membuat anak saya senang dan bahagia, setiap ada kesempatan seperti hari libur, saya bawa anak saya jalan-jalan, melakukan kegiatan yang bermanfaat, kami selalu pergi berdua, segala kegiatan anak saya selalu terpantau oleh saya dan anak saya sangat terbuka kepada saya, oleh sebab itu saya dapat melihat perkembangan anak saya walaupun saya dan bapaknya sedang bermasalah.” Tentang masa depan (ekonomi) Bagaimana tindakan ibu sekarang tentang masa depan? “Tindakan saya sekarang dalam hal ekonomi, saya menabung dan investasi untuk masa depan saya dan keluarga saya, saya masih bertahan seperti ini bukan karena saya takut masa depan (ekonomi), tapi saya masih berusaha untuk memperbaiki hubungan ini menjadi lebih baik, kalau tidak juga bisa saya siap untuk berpisah (cerai).” Terhadap keluarga suami Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap keluarga suami? “Tindakan saya terhadap keluarga suami, sekarang saya tidak peduli lagi terserah mereka saja, yang jelas asal mereka tidak menganggu kegiatan saya dan saya tidak membatasi hubungan mereka dengan suami saya, karena hanya akan mencari keributan saja, bagi saya yang penting aman.”
123
Terhadap masyarakat Bagaimana tindakan ibu sekarang terhadap masyarakat? “Untuk mengurangi rasa sedih, marah dan kecewa saya mengisi kegiatan yang bermanfaat bersama masyarakat, seperti ikut pengajian, kegiatan sosial, dan lain-lainnya, semua itu sangat bermanfaat bagi saya untuk memotivasi diri saya agar kuat dan tabah dalam menghadapi masalah ini.”
5) Bertanggung jawab : Terhadap suami Sebagai seorang isteri, bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap suami yang berselingkuh ? “Sebagai seorang isteri saya tetap bertanggung jawab dalam rumah tangga dan melakukan kewajiban saya sebagai isteri, dan melayani suami dengan baik, saya juga bertanggung jawab terhadap perbuatan yang saya lakukan bagaimanapun dampaknya akan saya terima, karena saya berusaha untuk memperbaiki hubungan saya dengan suami agar bisa menjadi lebih baik.” Terhadap anak Sebagai seorang ibu dari anak-anak, bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap anak? “Sebagai seorang ibu saya tetap melaksanakan tanggung jawab saya terhadap anak, bahkan lebih memperhatikan, menjaga dan merawat anak dengan baik karena saya merasa anak saya juga terganggu dengan permasalahan ini. Sebagai ibu saya bertanggung jawab terhadap anak saya dari dulu sampai sekarang dan berharap kehidupan anak saya lebih baik dari saya.” Untuk masa depan (ekonomi) Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang untuk masa depan?
124
“Tanggunga jawab saya untuk masa depan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup kami dan menjalani hidup ini dengan baik dan berharap masa depan akan lebih baik dari pada sekarang.” Terhadap keluarga suami Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap keluarga suami? “Saya masih menantu oleh orang tua suami, suka atau tidaknya mereka terhadap saya, jadi kami masih ada hubungan walaupun hubungan itu kurang baik tapi saya masih punya tanggung jawab terhadap mereka karena mereka orangtua suami saya.” Terhadap masyarakat Bagaimana tanggung jawab ibu sekarang terhadap masyarakat? “Sebagai anggota masyarakat pada umumnya saya juga bertanggung jawab, tapi mengenai masalah saya ini, saya punya tanggung jawab moral terhadap masyarakat, yang mungkin membuat masyarakat terganggu.” c. Pembahasan Analisis BMB3 Dilihat dari kasus Rita, kondisi korban perselingkuhan sangat tenang dalam menghadapi masalah, karena korban sudah mengalami hal yang sama dalam keluarganya, yaitu ibunya juga menjadi korban perselingkuhan bapaknya, dari pengalaman itu Rita mencoba untuk membuat suami cemburu dengan melakukan perselingkuhan pula, ternyata tidak ada perubahan pada suaminya yang sangat terpengaruh oleh orang tua dan keluarganya, tapi Rita tetap berusaha untuk memperbaiki rumah tangganya dengan menerima kenyataan yang ada.
125
Dengan
berpikir
positif
untuk
kebaikan
Rita
dan
keluarganya, Rita harus bisa memotivasi dirinya untuk bisa mendekatkan diri dengan keluarga Candra, juga merubah sikapnya yang selama ini tidak disukai suami dan keluarga suaminya, agar tercipta hubungan yang baik sehingga pengaruh keluarga Candra akan berkurang dan suami juga harus mendukung isteri dalam proses memperbaiki hubungan, dengan berjalannya waktu baik suami maupun isteri berusaha memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah agar terbina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. 7. Masalah yang Dirasakan Sekarang a. Masalah yang Dihadapi 1) Rasa aman: “ bagaimana saya mau merasa aman, sedangkan bathin saya tidak tenang, itulah masalah yang saya rasakan sekarang, sementara hubungan saya dengan suami semakin buruk” 2) Semangat : “dalam hidup ini memang butuh perjuangan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan, masalahnya kalau yang diharapkan itu (hubungan baik dengan suami) tidak juga bisa terlaksana, menimbulkan kekecewaan pada saya.” 3) Kompetensi : “saya sudah berusaha semampu saya, sampai saat ini belum ada perubahan pada suami saya untuk membina hubungan rumah tangga menjadi baik.”
126
4) Aspirasi : “keinginan untuk memperbaiki hubungan
saya
dengan suami dan keluarga suami tentu ada, yang menjadi masalah sekarang ini suami lebih percaya dan lebih mementingkan keluarganya dari pada saya, saya selalu salah dimatanya.” 5) Kesempatan : “setiap ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan suami, saya mencoba untuk menjelaskan dan melakukan pendekatan dengan suami, tapi masalahnya sekarang kesempatan untuk membicarakan hal itu tidak bisa kerana saya dan suami sudah lebih dua bulan tidak saling bicara.” b. Pembahasan Untuk mengurangi beban bathin, yang selama ini membuat hati merasa tidaka aman, cobalah untuk melupakan perselingkuhan suami, dan tidak lagi memikirkan usaha balas dendam, mematamatai suami, atau marah-marah. Berusahalah untuk bisa berfokus pada diri sendiri dan introspeksi, mendekatkan diri kepada Allah, dan selalu berdo’a agar hubungan dengan suami ada solusinya, sehinga dapat memperbaiki keadaan menjadi lebih baik. Kalaupun awalnya gagal cobalah mengulanginya kembali dan terus berusaha agar dapat terjadi komunikasi yang lancar dan terbinanya hubungan yang baik.
127
D. Pembahasan Ketiga Kasus 1. Kondisi Umum Menyeluruh Tabel Perbandingan Tiga Kasus Kasus Identitas
Latar belakang Keluarga
Dana Sila Rita Usia 44 tahun, SMA, Usia 47 tahun, S1, Usia 43 tahun, S1, pegawai swasta, anak 3 pegawai BUMN, anak 2 pekerjaan swasta, anak 2 orang, suami, 46 tahun, orang, suami 47 tahun, orang, suami 46 tahun, SMA, pegawai BUMN. S1, pekerjaan swasta. S2, pekerjaan swasta. Anak keempat dari delapan bersaudara, dari keluarga harmonis, ekonomi menegah keatas. Mengalami kasus perselingkuhan oleh suami.
Anak kedua dari tiga bersaudara, orang tua sangat mengatur anaknya, tidak bebas dan sangat bergantung, tingkat sosial ekonomi menengah, tinggal bersama orang tua. Suami selingkuh.
Anak keempat dari tujuh bersaudara, dari keluarga yang broken home, tingkat sosial ekonomi menegah keatas, kakak paling tua sudah bercerai dan menikah lagi. Suaminya selingkuh dan Rita membalas berselingkuh.
Riwayat Perkawinan
Patah hati, bertemu Gunardi dan menikah, dikarunia 3 orang anak. Sepuluh tahun pernikahan harmonis. Seorang isteri yang patuh dan penurut pada suami.
Teman satu kampus, pacaran sampai 7 tahun. Pernikahan berjalan baik, tinggal di rumah orang tua isteri. Suamisering tersinggung dan isteri mengikuti keinginan orang tuanya dan tidak patuh kepada suami.
Sebelumnya pacaran dengan pasangan masing-masing. Pacaran dengan calon suami, tamat kuliah S2. Pernikahan, bahagia walaupun sederhana. Keluarga suami suka campurtangan sehingga isteri merasa tertekan oleh keluarga suami.
Gambaran Perselingkuhan
Suami (alasan) lembur di kantor, sering pulang malam. Di restoran, bertemu suami sedang bermesraan. mereka bertengkar. Suami mengaku, diajak ketempat pelacuran,
Orang tua ikut mengatur rumah tangga, membuat suami tidak nyaman. Suami dekat dengan teman kantor, berlanjut menjadi sepasang kekasih. Suami tertangkap sedang bermesraan,
Curiga suami sering pulang larut atau tidak pulang,dengan berbagai alasan. Rumah tangga berantakan. Orang tua suami ingin anaknya menikah dengan wanita lain.
128
dan jatuh cinta pada seorang WTS, meminta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi. Sementara aman. Suami berselingkuh lagi. Isteri meminta cerai.
tidak harmonis lagi, pisah ranjang sampai sekarang.
Terguncang dan tidak mau melakukan hubungan seksual, dan membalas dengan berselingkuh pula.
Latar Belakang Perselingkuhan
Suami berselingkuh karena pengaruh lingkungan. Isteri tidak menggairahkan.
Suami dekat dengan perempuan lain. Isteri cerewet, kasar, egois, tidak patuh dan kurang pandai melayani suami.
Pengaruh keluarga suami. Tidak disukai mertua. Pegaruh pihak ketiga.
Analisis BMB3 a. Kondisi BMB3 sewaktu perselingkuhan terjadi
Berpikir: Berpikir positif agar bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik.
Berpikir : Tidak terpikirkan lagi apa yang harus saya perbuat, sangat kalut.
Berpikir : Bertanya, apa kurangnya saya sampai suami saya mau kembali kepada mantan pacarnya.
Merasa : Sakit hati, kesal dan marah, terluka, rasa percaya diri hilang, dan merasa sangat tertekan.
Merasa: Sakit hati, sangat marah, sedih dan kecewa yang amat mendalam karena dikhianati.
Merasa : Sedih, marah, sakit hati, kecewa, galau dan ingin balas dendam.
Bersikap : Berdo’a agar Allah memberikan kesabaran dan tetap bersikap baik terhadap suami dan anak.
Bersikap : Mudah tersinggung, pemarah dan kasar, curiga, lunturnya rasa percaya.
Bersikap : Tenang menghadapi perselingkuhan suami. Rupanya pengalaman ibu saya terulang lagi pada saya.
Bertindak : Semula menerima kenyataan dan memaafkannya,terakhir mundur (cerai).
Bertindak : Membicarakannya dengan suami, berusaha menghilangkanbayangan perselingkuhan suami, tapi tetap muncul, dan saya tidak bisa menyelesaikan masalah.
Bertindak : Membicarakan dengan suami, orang tua, keluarga dan orang yang bisa dipercaya agar ada solusinya.
129
b.Kondisi BMB3 sekarang
Bertanggung jawab: Tanggung jawab sebagai ibu dan isteri tetap dilakukan pada perselingkuhan pertama
Bertanggung jawab: Tugas dan tanggung jawab sebagai isteri tetap dilaksanakan, lebih perhatian terhadap anak
Bertanggung jawab: Tetap melaksanakan tanggung jawab sebagai isteri dan sebagai ibu dari anak-anak.
Berpikir : Berpisah (cerai) merupakan jalan terbaik yang harus dijalani dan berusaha menata hidup kembali, memotivasi diri dan berusaha agar bangkit dari keterpurukan dan menjalani hidup dengan lebih baik.
Berpikir : Saya tidak memikirkan tentang suami, hanya menjadi beban buat saya, dari dulu sampai sekarang dia tidak pernah memikirkan saya, buat apa saya memikirkan orang yang tidak pernah baik dengan saya.
Berpikir : Bagaimana supaya suami saya bisa baik kembali terhadap saya dan tidak terpengaruh oleh keluarganya.
Merasa : Dengan berjalannya waktu dan proses yang saya alami, perasaan yang dulunya sakit hati, marah, kecewa, semua itu mulai berkurang dan sekarang saya tidak merasakannnya lagi.
Merasa : Dengan berjalannya waktu dan banyaknya kegiatan yang saya lakukan, saya merasa perasaan marah, sakit hati, sedih dan kecewa mulai berkurang terhadap suami, karena kami tidak berdekatan lagi.
Merasa: Merasa suami semakin jauh dan tidak ada perhatian , juga merasa kesepian.
Bersikap : Sikap saya kaku begitu juga dengan dia, saya menyapanya dengan baik, tidak dendam .
Bersikap : Sikap saya terhadap suami mulai berubah, hubungan komunikai kami terputus, sikap suami terhadap saya dingin, saya juga takut mendekatinya.
Bersikap : Sikap suami dingin terhadap saya, kami sudah dua bulan tidak bicara, saya binggung mau bersikap bagaimana.
Bertindak : Kalau mantan suami tidak menganggu saya dan anak-anak,tidak perlu saya melakukan
Bertindak : Saya sudah berusaha memperbaiki hubungan dengan suami, dengan melakukan pendekatan
Bertindak : Balas dendam terhadap perselingkuhan suami, saya berselingkuh tapi tidak melakukan
130
tindakan, karena kita pisahnya dengan cara baik-baik.
Masalah Dirasakan Sekarang
yang
pada suami dan melakukan perubahan sesuai keinginannya.
hubungan seks, hanya untuk menghibur diri.
Bertanggung jawab: Bertanggung jawab: Saya sudah tidak punya Saya tetap melakukan tanggung jawab lagi tanggung jawab saya terhadap mantan suami sebagai isteri kecuali saya, karena kami sudah hubungan seks. pisah.
Bertanggung jawab: Sebagai isteri saya tetap bertanggung jawab dalam rumah tangga begitu juga dengan perselingkuhan yang saya lakukan, apapun dampaknya akan saya terima.
Trauma dan takut akan terulangnya perselingkuhan suami.
Tidak ada ketenangan bathin karena masalah dengan suami belum selesai dan tidak ada titik terangnya.
Merasa tidak tenang dengan perselingkuhan ini, komunikasi suamiisteri terputus, solusinya belum ada.
2. Kondisi BMB3 Dari ketiga kasus di atas dapat diketahui setelah dianalisis melalui BMB3, kondisi isteri korban perselingkuhan sebagai pihak yang dikhianati merasakan berbagai emosi negatif secara intens, juga sering mengalami depresi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Isteri merasakan sakit hati yang sangat dalam, sering kali membuat isteri berubah menjadi orang yang pemarah, tidak punya semangat hidup, dan menjadi sangat tidak percaya diri, terutama di masa-masa awal perselingkuhan terbuka. Isteri korban perselingkuhan bisa melewati masa sulit bila mendapat dukungan dari orang terdekat, mendekatkan diri pada Tuhan, punya kegiatan yang bisa memberikan kebahagian dan meningkatkan
131
kepercayaan diri, dan mampu berpikir positif.
Motivasi diri dengan
mengingat bahwa hari esok lebih baik dari pada hari kemaren, sehingga akan mengurangi ingatan terhadap perselingkuhan suami, dan memberi semangat untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik. Proses pemulihan ini tentu saja akan lebih cepat terjadi bila suami segera menghentikan hubungan perselingkuhannya dan menunjukkan banyak perubahan positif. 3. Kondisi Masalah yang Dihadapi Perselingkuhan bukan masalah sederhana dan terjadi begitu saja, tetapi disebabkan karena berbagai faktor dan permasalahan antara suami dengan isteri yang telah lama terjadi sehingga dapat menggoyahkan kepercayaan terhadap pasangan masing-masing. Dalam kehidupan perkawinan, perselingkuhan merupakan sumber kehancuran sebuah keluarga. Untuk menata kembali kehidupan berumah tangga setelah perselingkuhan terjadi tidak mudah, karena untuk memaafkan dan melupakan perselingkuhan suami melalui proses, dan berjalannya waktu sehinga dapat mengurangi beban bathin isteri korban perselingkuhan. Sesungguhnya, kesediaan memaafkan kesalahan suami akan lebih banyak manfaatnya bagi isteri dari pada suami, dimulai dengan emosiemosi negatif yang intens, memaafkan membawa isteri kekondisi bisa memahami kejadian yang menyakitkan dari sudut pandang yang lebih luas dan positif.
132
Untuk dapat menata kembali rumah tangga yang sudah
tidak
harmonos lagi, maka pasangan suami-isteri harus saling percaya, dengan cara : a. Kunci utama keterbukaan Pasangan yang berselingkuh harus bersedia menceritakan secara jujur pengalaman perselingkuhannya. Dimulai dari sejak kapan terjadi, dengan
siapa,
dan
bagaimana
prosesnya.
Beberapa
manfaat
keterbukaan : 1) Menghindari kecurigaan isteri 2) Mengoreksi persepsi yang salah 3) Bekerja sama untuk mencegah berlanjutnya perselingkuhan 4) Membantu pemulihan terhadap trauma 5) Meningkatkan keintiman emosional b. Kesediaan menutup hubungan masa lalu Perselingkuhan bisa menjadi tempat pelarian yang menyenangkan buat suami selama ini. Untuk meninggalkan segala hal yang dianggap “menyenangkan” itu, suami harus siap berkorban demi terjalinnya hubungan baik dengan isteri, suami harus bersedia melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Membuang semua hal yang membangkitkan ingatan tentang perselingkuhan 2) Memutuskan hubungan secara formal
133
c. Menata kembali rumah tangga yang diinginkan Menata kembali rumah tangga, dalam hal ini yang terpenting adalah komitmen suami-isteri untuk saling bekerja sama, dan ketulusan hati isteri untuk menerima kembali suami yang pernah berselingkuh, serta dengan tulus ikhlas memaafkannya. Tahapantahapan penting untuk memperbaiki hubungan : 1) Menetapkan komitmen baru 2) Menyesuaikan harapan dalam perkawinan 3) Meningkatkan kualitas komunikasi d. Mewaspadai kerentanan dalam perkawinan Sebelum menata kembali rumah tangga yang menjadi impian, suami-isteri perlu lebih dulu mengetahui kerentanan perkawinan mereka. Kerentanan dalam perkawinan ini bisa setiap saat berubah jadi ancaman bila ada pemicunya, seperti : 1) Fokus berlebihan pada anak 2) Hubungan seks tidak memuaskan 3) Pembagian “tanggung jawab dan kekuasaan” tidak seimbang 4) Masalah dalam pengelolaan keuangan 5) Kurangnya minat bersama 6) Campur tangan keluarga besar e. Berfokus pada usaha bukan hasil Diperlukan sikap saling pengertian, saling memahami, dan saling berkorban. Pasangan perlu mencari sisi menyenangkan dari kegiatan
134
yang tidak disukainya. Seperti masa pacaran dulu. Meski suami (dulu masih pacar) tidak terlalu suka belanja, dia bersedia berlama-lama menemani isteri (dulu masih pacar) berbelanja ke pasar yang panas, pengap, dan bikin keringatan. Tanpa mengeluh, itulah kekuatan cinta yang
selayaknya
dihidupkan
kembali.
Jadi,
ketika
kembali
membangun rumah tangga yang harmonis, fokusnya harus usaha, bukan hasil. Yang harus dilihat suami adalah prosesnya. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi yang tepat dan objektif tentang analisis korban perselingkuhan melalui analisis BMB3. Namun demikian, dalam menemukan informasi yang tepat dan objektif
pada korban perselingkuhan melalui analisis BMB3,
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, seperti dalam mendapatkan data tentang korban perselingkuhan, melakukan
wawancara melalui analisis
BMB3. Keterbatasan lain adalah dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara tersebut dengan izin korban perselingkuhan dan informan tambahan, tapi karena gangguan teknis hasil rekamannya tidak jelas. Peneliti mengulangnya kembali mewawancarai korban perselingkuhan tersebut. Korban perselingkuhan yang tidak bisa diwawancarai dengan merekamnya, karena dia menjadi kaku dalam pembicaraan. Untuk informan ini peneliti menyembunyikan alat rekaman sehingga wawancara bisa terlaksana.
135
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu tentang Analisis Isteri Korban Perselingkuhan melalui Pola BMB3, dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian, alasan atau latar belakang terjadinya perselingkuhan (yaitu isteri yang suaminya selingkuh) disebabkan oleh berbagai faktor penyebab yang sangat bervariasi, yaitu: a. Kondisi pasangan, seperti: 1) Isteri yang terlalu patuh menjadi tidak menggairahkan ( kurang tantangan/ kurangnya godaan agresif dari pasangan), isteri lelet. 2) Isteri sering cemburu, pelayanan dalam rumah tangga dan seks tidak memuaskan. 3) Isteri cerewet, kasar, sombong, tidak patuh pada suami dan komunikasi tidak lancar, suami tidak tegas dan tidak bijaksana . 4) Hilangnya rasa tertarik suami terhadap isteri dan adanya tekanan dari orang tua serta keluarga. b. Kondisi umum, seperti : 1) kurangnya keimanan, 2) kurang setia, hilangnya rasa cinta dan kasih sayang di antara suami isteri yang bersangkutan.
135
136
2. Melalui analisis BMB3 peneliti menganalisa bagaimana korban perselingkuhan berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab berkenaan dengan perselingkuhan suaminya, baik sewaktu perselingkuhan terjadi maupun kondisi korban sekarang. Pada awalnya korban merasa dan berpikir negatif terhadap suami dan dirinya, setelah mengalami proses, korban lebih merasa dan berpikir positif dalam menjalani hidupnya, dengan berusaha untuk merubahnya, yang diiringi oleh sikap yang positif dalam melakukan tindakan, dan dia bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. 3. Peneliti melihat cara berpikir dan perasaan yang dialami korban perselingkuhan dapat berubah dengan berjalannya waktu. Usaha yang terus-menerus dari korban untuk bisa merubah keadaannya, dengan mendapatkan dukungan dari orang terdekat dan mendekatkan diri pada Tuhan, korban perselingkuhan punya kegiatan yang bisa memberikan kebahagiaan dan meningkatkan kepercayaan diri, dan mampu berpikir positif. 4. Perselingkuhan yang terjadi dalam rumah tangga masih bersifat tabu (rahasia) untuk dibicarakan karena mereka merasa malu dengan kegagalan
mereka
dalam
membina
rumah
tangga.
Ketika
permasalahannya sudah menjadi semakin kompleks, baru mereka berusaha untuk mengentaskan masalahnya dan meminta bantuan, misalnya dari penasehat perkawinan serta menyelesaikannya di Pengadilan Agama.
137
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan implikasi penelitian ini dengan merujuk kepada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa: 1. Implikasi Umum a. Banyaknya perselingkuhan yang terjadi dalam lapisan masyarakat, karena berbagai alasan atau latar belakang penyebab yang menimpa rumah tangga pasangan suami-isteri, yang seharusnya bisa diselesaikan oleh pasangan itu sendiri dengan berkomunikasi dan cara-cara yang baik, dengan menghilangkan rasa ego, dan menimbulkan rasa saling cinta dalam pasangan itu sendiri, serta bertawaqal kepada Allah SWT. b. Dengan menganalisis kondisi korban perselingkuhan melalui pola BMB3 dapat diungkapkan kondisi yang ada pada diri korban perselingkuhan, dapat dipahami oleh pihak-pihak terkait untuk menjadi bahan pertimbangan untuk meringankan masalah yang ada. Beban yang dirasakan berat berkurang menjadi ringan, semangat dan gairah hidup dapat terbangkitkan lagi, dan keterpurukan yang terjadi dapat dibangun kembali. c. Dengan mengetahui kondisi korban perselingkuhan, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan antisipasi bagi para isteri (sebagaimana menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini) agar dapat menjaga, merawat, dan memelihara hubungan suami-isteri
138
menjadi lebih baik dan harmonis dalam rumah tangga, sehingga terbina keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. d. Hasil dari analisis korban perselingkuhan dapat berguna untuk keperluan penanganan kasus, misalnya melalui mediasi dalam nasehat perkawinan pada Pengadilan Agama. 2. Implikasi Khusus Penyembuhan luka hati memerlukan proses yang panjang, proses kesembuhan isteri sangat dipengaruhi oleh berbagai hal didalam dan diluar dirinya. Adanya beberapa faktor pendukung yang membantu isteri
korban
perselingkuhan
untuk
bangkit
kembali
dari
keterpurukannya menurut para ahli, yaitu: a. Karakteristik kepribadian, isteri yang optimis dalam menjalani kehidupan, dan punya motivasi kuat melakukan kegiatan positif untuk diri sendiri, akan cepat pulih secara emosional. Dalam waktu singkat, ia akan dapat memahami hikmah di balik perselingkuhan suaminya serta menemukan berbagai cara untuk menjadi lebih bahagia. b. Keyakinan Agama, bila mengalami cobaan hidup yang berat, biasanya kita lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa untuk mohon pertolongan agar memperoleh kekuatan. Hal ini juga banyak dilakukan oleh para isteri korban perselingkuhan. Biasanya ketika tahu ada wanita lain dalam kehidupan suami mereka, mereka akan lebih sering beribadah, berdo’a agar diberi kekuatan
139
dan
kemudahan.
Itulah
yang
menjadikan
isteri
korban
perselingkuhan lebih kuat menjalani hari-harinya. c. Kelompok Pendukung, walaupun isteri korban perselingkuhan merasa sangat terpuruk, harus menyadari masih banyak orang yang anda sayangi dan menyayangi diri anda. Biarkan orang-orang terdekat, seperti sahabat atau anggota keluarga yang anda percaya, memberikan kekuatan dan menyejukkan hati anda. d. Kegiatan aktualisasi diri, proses pemulihan kondisi isteri korban perselingkuhan
akan
terbantu
oleh
kegiatan-kegiatan
yang
merupakan sarana aktualisasi diri, seperti pekerjaan, membuka usaha baru, mengikuti workshop, atau kuliah lagi. Kegiatan tersebut tidak hanya memaksa isteri untuk tetap melakukan sesuatu setiap hari, tetapi juga menjadi sumber rasa percaya diri dan kepuasan.
Para
mengharapkan
isteri suami
korban sebagai
perselingkuhan sumber
utama
tidak
lagi
kebahagiaan,
melainkan punya sumber-sumber kebahagiaan pribadi dari berbagai kegiatan baru yang mereka tekuni. e. Perubahan positif pada suami, kemarahan dan kekecewaan isteri korban perselingkuhan biasanya akan berangsur-angsur berkurang, apabila suami berusaha memperbaiki diri. Upaya perbaikan itu bisa berupa lebih perhatian terhadap keluarga terutama anak-anak, mengurangi kegiatan keluar malam, dan lebih sabar menghadapi reaksi negatif isteri. Keikutsertaan suami dalam proses konseling
140
juga amat membantu terciptanya komunikasi yang lebih baik, khususnya dalam hal masalah perkawinan. f. Proses Konseling, konseling akan sangat membantu bila pasangan berkonsultasi segera setelah perselingkuhan terungkap. Dengan begitu, mereka bisa dengan cepat membicarakan secara terbuka semua masalah perkawinan yang selama ini terpendam, dan memperoleh bantuan dalam memperbaiki perkawinan. Kalaupun akhirnya mereka memilih bercerai, konseling tetap amat berguna untuk lebih mengenal diri masing-masing dan mempersiapkan perceraian. Bimbingan dan saran profesional juga akan sangat membantu
dalam
mengambil
langkah-langkah
tepat
untuk
mengatasi berbagai emosi negatif, menemukan kegiatan yang amat bermanfaat bagi diri sendiri, dan mengevaluasi perkawinan.
C. Saran Dari implikasi di atas, dapat diberikan beberapa saran untuk dipertimbangkan sebagai berikut: 1. Kepada para suami yang selingkuh, agar dapat memahami bahwa perhatian, cinta dan kasih sayang yang tulus dari suamilah yang bisa memotivasi isteri untuk bisa bertahan hidup, dalam suka dan duka dalam membina rumah tangga, sehingga mereka bisa bangkit dari penderitaan yang selama ini di rasakannya. Sebagai kepala rumah tangga suami harus tegas dan bijaksana dalam memimpin rumah
141
tangga, agar tidak mudah dimasuki oleh pihak ketiga dan dapat membina rumah tangga menjadi keluarga sakinah,mawaddah dan warahmah. 2. Kepada para isteri yang menjadi korban perselingkuhan, cobalah untuk introspeksi diri, agar lebih mengetahui kekurangan atau kelemahan apa yang selama ini terjadi pada diri sendiri sehingga suami berpaling kepada wanita lain. Dalam melewati masa-masa sulit karena perselingkuhan suami, isteri harus optimis dalam menjalani kehidupan pada umumnya dan rumah tangga pada khususnya serta punya motivasi yang kuat, melakukan berbagai kegiatan positif yang akan lebih cepat memulihkan kondisi yang dialami. Disamping itu, isteri diharapkan dapat memahami hikmah yang ada di balik perselingkuhan suaminya serta menemukan berbagai cara untuk tetap menyerahkan diri bagi kebahagiaan keluarga. 3. Kepada pihak ketiga, janganlah membuat keadaan menjadi berat sehingga menimbulkan perselingkuhan, tapi berusahalah menjadi pihak yang secara positif membahagiakan rumah tangga orang lain dan ikut mencegah terjadinya perselingkuhan. 4. Kepada suami-isteri yang mengalami permasalahan yang mengarah terjadinya
perselingkuhan
atau
bahkan
sedang
mengalami
perselingkuhan dalam rumah tangganya, cobalah memanfaatkan layanan konseling. Pelayanan konseling akan sangat membantu pasangan terkait dengan perselingkuhan, sebelum dan atau setelah
142
perselingkuhan terjadi. Setiap pasangan bisa membicarakan secara terbuka semua masalah perkawinan yang selama ini terpendam, dan memperoleh bantuan dalam memperbaiki suasana perkawinan mereka. Kalaupun akhirnya pasangan memilih untuk bercerai misalnya, pelayanan konseling tetap
berguna bagi pasangan untuk lebih
mengenal diri dan kondisi masing-masing, agar perceraian itu tidak menjadi malapetaka
143
DAFTAR RUJUKAN
A..Muri Yusuf, 2005, Metodologi Penelitian, Padang : Universitas Negeri Padang. Adriana S. Ginanjar, 2009, Pelangi di Akhir Badai. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Allan Pease dan Barbara Pease, 2010, Why Men Want Sex and Women Need Love (Memuluskan Hubungan Cinta dengan Memahami Kebutuhan dasar Pasangan . alih bahasa Katisa) Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Alfonso de Ponco, 2011, Sembuhkan Aku dari Selingkuh, Jakarta : PT Intisari Mediatama Bien Pasaribu, 2011, Apakah Pasangan Anda Selingkuh? Jakarta :Papas Sinar Sinanti Departemen Agama RI, 1998, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra Eko Endarmoko, 2009, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Fatchiah E. Kertamuda, 2009, Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta : Salemba Humanika Hamka, 1984, Tafsir Al Azhar, Juz 21, Jakarta : Pustaka Panjimas Iskandar, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Gaung Persada (GP Press) Kathryn Geldard & David Gildard, 2008, Teknik Konseling, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Lexy J.Moleong (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosadakarya Miles, M.B & Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Diterjemahkan Tjetjep R.R), Jakarta: UI Press. M.Torsina, 2009, Melacak dan Menghadapi Pasangan yang Selingkuh. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
143
144
Ni Luh Putu Suciptawati. Made Susilawati, 2009, “Faktor-faktor Penyebab Perselingkuhan serta Tindak Lanjut Mengatasinya”, tesis tidak diterbitkan, Universitas Udayana Denpasar. Prayitno, 2004, Layanan Konsultasi, Padang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang _______, 2010, Aktivitas Energi Pembelajaran, Padang : Universitas Negeri Padang. _______, 2010, Kegiatan Pembelajaran, Padang : Universitas Negeri Padang. Prayitno dan Erman Amti, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta. Robert K. Yin, 1997, Studi Kasus (Desain dan Metode), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Syofyan S.Wilis, 2009, Konseling Keluarga, Bandung : Penerbit Alfabeta Turham AG, 2009, ”Pelayanan Terhadap Suami Isteri yang Bermasalah ( Studi Pengembangan Konseling pada BP-4 KUA Departemen Agama Kabupaten Bener Meriah Provinsi NAD)”, tesis tidak diterbitkan, Padang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Ulfatmi Amirsyah, 2011, Kiat Membangun Rumah Tangga Sakinah, Makalah Pertemuan Bulanan Dharma Wanita Propinsi Sumatera Barat (25-022011).
145
146
147
148