Volume 10 Nomor 1, Juni 2010
ISSN. 1411-9250
Volume 10 Nomor 1, Juni 2010
JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT
JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN
Diterbitkan oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ISSN. 1411-9250
JPP
Volume 10
Nomor 1
Halaman 1-60
Purwokerto, ISSN Juni 2010 1411-9250
JPP JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT ISSN. 1411-9250 Volume 10 Nomor 1, Juni 2010 Media informasi pengelolaan sumber daya pedesaan yang memuat karya ilmiah hasil penelitian. Artikel telaah (review) diterbitkan atas undangan ISSN 1411-9250. Penanggungjawab Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Ketua Penyunting Totok Agung D.H. Penyunting Pelaksana Loekas Soesanto Paulus Israwan Setyoko Rawuh Edy Priyono Sugito Dwi Nugroho Wibowo Redaksi Pelaksana Anwaruddin Jarot Santoso Herminanto Rolina Dewi Staf Administrasi Priyo Saptono Bambang Warsito Sri Amurwani Onneng Purwati
Alamat Penyunting dan Redaksi: Jl. Dr. Soeparno, Kampus Grendeng II, Purwokerto 53122; Telp/Faks: 0281-625739; E-mail:
[email protected]; Homepage: http// www.unsoed.ac.id. Jurnal Pembangunan Pedesaan (JPP) diterbitkan sejak April 2001 oleh Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Jenderal Soedirman. Penyunting menerima sumbangan artikel yang belum pernah dimuat dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi ganda sebanyak 12-15, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang (Pedoman Penulisan Naskah). Naskah dikirim lewat pos disertai soft copy dalam CD atau via e-mail. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lain sesuai JPP. Isi di luar tanggung jawab penerbit. Gambar sampul depan: Dokumentasi penelitian Murwito et al.: Pengaruh Dosis Pemupukan ... (Halaman 4752).
JPP JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT ISSN. 1411-9250 Volume 10 Nomor 1, Juni 2010
DAFTAR ISI 1. Keragaman Genetika Ikan Betutu (Oxyleotris sp.) dari Waduk Panglima Soedirman Banjarnegara dan Waduk Rawapening Salatiga (Genetic Diversity of Betutu (Oxyleotris sp.) in General Soedirman Dam at Banjarnegara Regency and Rawa Pening Basin at Salatiga City) ............................................................................................. Oleh: Muh. Nadjmi Abulias dan Dian Bhagawati 2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Apel dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Batang Atas Okulasi Durian (The Effect of Apple Extract and NPK Fertilizers on Growth of Up Stem Burian Budding) ................................................................................... Oleh: A.H. Syaeful Anwar dan Achmad Iqbal 3. Pelaksanaan Program Kredit Usaha Peningkatan Kesejahteraan Kelompok Usaha Ekonomi Produktif Ibu Rumah Tanggah Miskin Pedesaan di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Implementation of Program of Welfare Improvement Business Credit for Productive Economic Business Group of Rural Poor Housewife in Bantul Regency Yogyakarta Province) ......................................................................... Oleh: Hari Walujo Sedjati 4. Kajian Potensi Sumber Air Tanah untuk Irigasi di Kawasan Cekungan Air Tanah Purwokerto-Purbalingga Berdasarkan Resistivitas Batuan Bawah Permukaan (Potency Study of Groundwater Resources for Irrigation in Purwokerto-Purbalingga Groundwater Reservoir Area Based on Resistivity of Subsurface Rocks Formation) ........................... Oleh: Sehah dan Hartono 5. Screening Klon-klon Hasil Seleksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Musim Penghujan terhadap Produksi Klampok Brebes Jawa Tengah (Clones Screening Resulted from Shallot (Allium ascalonicum L.) Selection in The Rainy Season Brebes Klampok Production of Central Java) ............................................................................ Oleh: Sartono Putrasamedja 6. Potensi Jamur Entomopagen Beauveria bassiana Vuill. untuk Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Potency of The Entomopathogenic Fungus Beauveria bassiana Vuill. for Controlling Armyworm (Spodoptera litura F.) ........................................... Oleh: Ratri Wibawanti dan Herminanto
1-6
7 - 13
14 - 22
23 - 32
33 - 38
39 - 46
7. Pengaruh Dosis Pemupukan terhadap Hasil Tiga Kultivar Cabai Merah (The Effect of Fertilizer Dosages on Yield of Three Cultivars of Sweet Pepper) ................................ Oleh: Murwito, Sakhidin, dan Ponendi Hidayat
47 - 52
8. Kemungkinan Pengembangan Ternak pada Daerah Lahan Kritis di Kabupaten Banyumas (The Possibility of Livestock Development on Critical Land in Banyumas Regency) ......... Oleh: S.N.O. Suwandyastuti
53 - 60
KERAGAMAN GENETIKA IKAN BETUTU (Oxyleotris sp.) DARI WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN BANJARNEGARA DAN WADUK RAWA PENING SALATIGA GENETIC DIVERSITY OF BETUTU (Oxyleotris sp.) IN PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAM AT BANJARNEGARA REGENCY AND RAWA PENING BASIN AT SALATIGA CITY Oleh: Muh. Nadjmi Abulias dan Dian Bhagawati Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Kampus UNSOED Grendeng Purwokerto, e-mail:
[email protected] (Diterima: 21 Januari 2009; disetujui: 8 Pebruari 2010) ABSTRACT A knowledge concerning genetic diversity of betutu is vital as a basis for their conservation. This research aimed to know genetic diversity of betutu (Oxyleoris sp.) in General Soedirman Dam located in Banjarnegara Regency and Rawa Pening Basin in Salatiga City. The perceived variable was isozyme polymorphism. Horizontal starch gel electrophoresis was used to visualize isozymes band pattern. The result is expected provide data for their management and to avoid adverse effect of inbreed pressure on the next generation. The result of showed that population of betutu from Soedirman Dam could express 12 of loci and five of them were polymorphic. The population from Rawa Pening could visualize a number of 10 loci and four of them were polymorphic. These proved that betutu population from Soedirman Dam had higher genetic diversity than those from Rawa Pening Basin. This implied that the population from Soedirman Dam could be used as local genetic resources. Key words: Characteristic of meristic bilateral, diversity of genetic, fish of betutu (Oxyleotris sp.)
PENDAHULUAN Ikan betutu (Oxyeleotris sp) merupakan salah satu jenis ikan liar air tawar dari familia Gobiidae yang mempunyai potensi cukup besar sebagai komoditas ekspor ke berbagai negara. Namun, hingga kini ketersediaannya belum dapat memenuhi peluang tersebut karena sepenuhnya masih bergantung kepada hasil penangkapan di alam (Nyuwan, 2000). Evaluasi karakter dari suatu populasi dapat dilakukan dengan studi analisis protein (protein elektroforesis) ataupun melalui studi morfo metri k. Ked ua car a ters ebut d apat digunakan untuk menentukan keragaman genetika dalam struktur populasi (Taniguchi & Sugama, 1990). Studi genetika pada suatu populasi spesies organisme dimaksudkan untuk memberikan evaluasi mengenai variasi genetik
populasi tersebut. Jika dibandingkan dengan variasi morfologi, data hasil studi variasi genetik relatif bebas dari pengaruh faktor lingkungan. Menurut Suryadi (2002), studi tentang variasi genetik merupakan aspek yang sangat penting dalam pelestarian dan juga pemanfaatan plasma nutfah. Beberapa isozim yang lazim digunakan dalam studi variasi genetik, khususnya pada ikan, antara lain esterase (EST), peroksidase (PER), dan malat dehidro genase (MDH) (Permana et al., 2004). Pada ikan sidat, isozim, EST, dan PER dilaporkan dapat divisualisasikan dengan baik (Susanto et al., 2004). Berdasarkan hasil penelitian Abulias dan Bhagawati (2006), diperoleh informasi bahwa populasi ikan betutu di waduk Penjalin Brebes, dapat mengekspresikan isozim ACP,
Keragaman Genetik Ikan Betutu ... (Abulias dan Bhagawati)
2
AAT, EST, PER, dan MDH dengan baik. Akan tetapi, dari tujuh lokus yang tervisualisasi, maka nilai polimorfisme lokus dan heterozigositas rata-rata yang dimiliki adalah nol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada populasi ikan betutu di waduk Penjalin Brebes, tidak terdapat keragaman genetik. Hal itu terjadi diduga berkaitan dengan menurunnya ukuran populasi dan adanya isolasi geografis yang menghalangi berlangsungnya aliran gen (gene flow) dari sumber genetik lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan keragaman genetik ikan betutu di kawasan waduk Penjalin tersebut. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keragaman genetik ikan betutu d i waduk P enjalin yaitu de ngan mengalirkan gen dari sumber genetik lain. Untuk mendukung upaya mendapatkan sumber genetik lokal yang mempunyai keragaman tinggi, maka telahdilakukan penelitian untuk mengetahui keragaman genetik ikan betutu asal waduk Panglima Soedirman dan Rawa Pening berdasarkan visualisasi pola pita isozimnya, yang didukung dengan kajian karakter morfologinya. Dasar pemilihan lokasi tersebut karena dari hasil survei pendahuluan diketahui bahwa pada waduk Panglima Soedirman dan Rawa Pening juga terdapat ikan betutu. Indriani et al. (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi variasi genetik plasma nutfah, semakin besar peluang untuk memperoleh organisme dengan sifat yang diinginkan. Berkaitan dengan upaya mencari sumber genetik lokal yang mempunyai keragaman genetik tinggi, maka telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik ikan betutu asal waduk Soedirman dan Rawa Pening berdasarkan analisis isozim, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber genetik lokal. METODE PENELITIAN Pe ng um pu la n b et ut u d ar i w ad uk Pangsar Soedirman Banjarnegara dan waduk Rawa Pening Salatiga dilakukan secara purposive sampling. Sampel ikan yang diperoleh diseleksi dan dibedakan dalam dua kelompok be rdasarkan s ifat morfol oginya (simetri dan asimetri). Masing-masing kelompok selanjutnya dianalisis keragaman genetiknya berdasarkan interpretasi pola pita isozim (AAT, ADH, MDH, EST, ACP, dan PE R) ya ng di pe ro le h de ng an te kn ik elektroforesis gel pati horizontal. Keragaman genetik dilihat berdasarkan polimorfisme lokusnya dan kekerabatan genetik diketahui berdasarkan analisis kluster menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method with Arithmetic Average) melalui program Numerical Taxonomy and Multivariate System (NTSYS) versi 2.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Purwanto et al. (2002), studi identifikasi dengan ciri morfologi kurang akurat karena dasar yang digunakan adalah fenotipe. Dengan demikian, keanekaragaman yang terlihat merupakan keanekaragaman fenotipe yang masih dipengaruhi oleh faktor lingk ungan . Andr eas et al. (2000) dan Purwanto et al. (2002) menyatakan bahwa sebagai penanda molekuler dalam studi identifikasi, maka isozim tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Karakterisasi genetik pada suatu populasi mencakup proporsi lokus polimorfik, jumlah rata-rata alel per lokus, heterozigositas, dan jarak genetik. Jarak genetik diukur atas dasar frekuensi alel rata-rata untuk semua lokus pada suatu populasi (Neil, 1978).
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 1, Juni 2010, hal. 1-6
3
Be rd as ar ka n at as pi ta -p it a ya ng tervisualisasikan pada gel elektroforesis dapat dihitung frekuensi alel pada masing-masing lokus. Hasil perhitungan frekuensi alel serta polimorfisme lokus pada betutu simetris dan asimetris asal waduk Soedirman dan Rawa Pening secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1) diketahui bahwa betutu asal waduk Soedirman dapat memvisualisasikan 12 lokus dan 5 di antaranya bersifat polimorfis, yaitu isozim PER, MDH-2, EST, ADH, dan AAT, sedangkan lokus lainnya bersifat monomorfis. Atas dasar sejumlah lokus yang bersifat polimorfis, maka derajat polimorfisme yang
dicapai adalah 0,417 (41,7%). Betutu simetris mampu memvisualisasikan 10 lokus dan 5 lokus yang bersifat polimorfis, sehingga derajat polimorfisnya adalah 0,50 (50%). Betutu asimetris juga mampu memvisualisasikan 10 lokus dan 5 lokus bersifat polimorfis. Dengan demikian, derajat polomorfis antar betutu simetris dan asimetris pada populasi waduk Soedirman nilainya sama, yaitu 0,50 (50%). Nilai polimorfisme lokus yang diperoleh men gga mba rka n tin gka t kea nek ara gam an genetik populasi betutu asal waduk Soedirman. Tabel 2 merupakan rangkuman hasil perhitungan polimorfisme lokus dari populasi betutu asal Rawa Pening. Lokus yang dapat divisualisasikan sebanyak 10 buah dan 4 di
Tabel 1. Hasil Perhitungan Jumlah Lokus, Jumlah Genotip, Frekuensi Alel, dan Polimorfisme Lokus Ikan Betutu Asal Waduk Soedirman No.
Asal Populasi
1. a. Simetris 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. b. Asimetris 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Jumlah Genotipe
Lokus Enzim
AA
Aa
aa
PER MDH-1 MDH-2 MDH-3 EST ADH ACP-1 ACP-2 ACP-3 AAT PER MDH-1 MDH-2 MDH-3 EST ADH ACP-1 ACP-2 ACP-3 AAT
4 4 4 5 0 4 2 5 5 0 0 5 4 4 0 0 3 3 5 0
1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 5 0 1 1 5 5 0 0 0 5
0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S 5 4 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5
Frekuensi Alel A
a
0,90 1,00 0,90 1,00 0,10 0,90 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 0,90 0,90 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 0,50
0,10 0,00 0,10 0,00 0,80 0,10 0,00 0,00 0,00 0,50 0,50 0,00 0,10 0,10 0,50 0,50 0,00 0,00 0,00 0,50
Po*) P M P M P P M M M P P M P P P P M M M P
Keterangan: A = alel dengan migrasi cepat (fast allele), a = alel dengan migrasi lambat (slow allele), N = jumlah individu yang memvisualisasikan pita, M= monomorf, dan P = polimorf. Keragaman Genetik Ikan Betutu ... (Abulias dan Bhagawati)
4
antaranya merupakan lokus polimorfis, derajat polimorfis yang dapat dicapai sebesar 0,40 (40%). Betutu simetris dan asimetris mampu mengekspresikan 9 lokus dan masing-masing 3 di antaranya merupakan lokus polimorfis, sehingga kelompok tersebut memiliki derajat polimorfis sebesar 0,333 (33,3%). Betutu simetris dan asimetris asal waduk Soedirman mempunyai derajat polimorfisme lokus yang sama, yaitu 0,5. Nilai tersebut lebih tinggi dari yang dicapai oleh betutu simetris dan asimetris asal Rawa Pening yang mencapai 0,333. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa tidak ada perbedaan keragaman genetik antara betutu simetris dan asimetris. Semestinya, betutu asimetris memiliki derajat polimorfisme yang
lebih rendah dibandingkan yang simetris. Hal ini mengingat pada betutu asimetris tersebut telah mengalami kecacatan organ meristis sejak dilahirkan, sehingga dimungkinkan terdapat beberapa gen yang telah hilang maupun mengalami mutasi yang dapat mengakibatkan tingkat keragaman genetiknya menurun. Menurut Clarke (1992), kestabilan perkembangan organ-organ berpasangan pada hewan berhubungan erat dengan tingkat keragaman genetiknya. Young et al. (1995) menyatakan bahwa adanya asimetri bilateral pada ikan rainbow trout, signifikan dengan peningkatan homozigositas pada ikan tersebut. Pencapaian hasil perhitungan derajat polimorfisme serta heterozigositas dari kedua populasi betutu tersebut perbedaannya tidak
Tabel 2. Hasil Perhitungan Jumlah Lokus, Jumlah Genotip, Frekuensi Alel, dan Polimorfisme Lokus Ikan Betutu Asal Waduk Rawa Pening No.
Asal Populasi
1. a. Simetris 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. b. Asimetris 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Jumlah Genotipe
Lokus Enzim
AA
Aa
aa
PER MDH-1 MDH-2 MDH-3 EST ADH ACP-1 ACP-2 ACP-3 AAT PER MDH-1 MDH-2 MDH-3 EST ACP-1 ACP-2 ACP-3 AAT
5 5 5 5 4 0 2 0 0 3 0 4 5 5 0 2 3 5 1
0 0 0 0 0 2 0 4 1 0 2 0 0 0 5 5 0 0 3
0 0 0 0 0 3 0 1 4 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
S 5 5 5 5 4 5 2 5 5 3 4 4 5 5 5 2 3 5 4
Frekuensi Alel A
a
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,20 1,00 0,40 0,10 1,00 0,25 1,00 1,00 1,00 0,50 1,00 1,00 1,00 0,333
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,80 0,00 0,60 0,90 0,00 0,75 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,667
Po*) M M M M M P M P P M P M M M M M M M M
Keterangan: A = alel dengan migrasi cepat (fast allele), a = alel dengan migrasi lambat (slow allele), N = jumlah individu yang memvisualisasikan pita, M = monomorf, dan P = polimorf. Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 1, Juni 2010, hal. 1-6
5
terlalu banyak (1,7%). Akan tetapi, nilai tersebut sudah dapat memberikan informasi bahwa betutu asal waduk Soedirman memiliki keragaman genetik yang lebih baik daripada populasi Rawa Pening. Hal itu dapat dipahami karena tingkat eksploitasi betutu di Rawa Peni ng le bih t ingg i dar ipad a di w aduk Soedirman, sehingga jumlah populasi terbatas dan keadaa n terseb ut beraki bat turunn ya keragaman genetik akibat terjadinya kasus silang dalam. Menurut Matondang et al. (2001), keragaman genetik dapat terjadi karena adanya perubahan nukleotida penyusun DNA. Perubahan itu mungkin dapat memengaruhi fenotipe suatu organisme yang dapat dilihat secara langsung atau dari reaksi individu terhadap lingkungan tertentu. Secara umum, keanekaragaman genetik suatu populasi dapat terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi atau migrasi gen dari suatu tempat ke tempat lain. Di samping itu, struktur genetik suatu populasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti besarnya populasi, cara reproduksi individu, dan seleksi. Hadie (2001) menyatakan bahwa penurunan keanekaragaman genetik dapat disebabkan oleh founder effect, genetic drift, dan inbreeding. Kecilnya populasi akan mengarah kepada founder effect, yaitu terjadinya silang dalam yang berakibat rusaknya keanekaragaman genetik. Tidak adanya penambahan materi gen baru dari populasi lain akhirnya akan mengacu kepada penghanyutan genetik (genetic drift). Penurunan populasi berpotensi meningkatkan peluang terjadinya silang dalam (inbreeding), yang akan meningkatkan homozigositas atau menurunnya
heterozigositas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Derajat polimorfis yang dimiliki oleh betutu simetris dan asimetris Soedirman nilainya sama (0,5). Begitu juga dengan betutu simetris dan asimetris Rawa Pening, nilainya sama (0,33). Akan tetapi, derajat polimorfis yang dicapai oleh betutu Rawa Pening (0,400) masih lebih rendah daripada betutu Soedirman (0,417). 2. Populasi betutu asal waduk Soedirman memiliki keragaman genetik yang lebih baik daripada populasi Rawa Pening, sehingga dapat digunakan sebagai sumber genetik lokal. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menyilangkan ikan betutu antarpopulasi (Brebes, Banjarnegara, dan Salatiga) untuk mendapatkan informasi keragaman genetik keturunannya. Di samping itu, juga untuk me nd uk un g up ay a ko ns er va si me la lu i restocking. DAFTAR PUSTAKA Abulias, M.N. dan D. Bhagawati. 2006. Keragaman genetik Populasi Ikan Betutu (Oxyeleotris sp.) Di Perairan Waduk Penjalin Brebes. Laporan Penelitian Fundamental. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto (tidak dipublikasikan). Hadie, W. 2001. Konservasi: Strategi Etik dan Pendekatan Analisis genetika Molekuler, Kasus pada Lele Lokal Clarias batrachus di Pulau Jawa. Makalah Falsafah Sains, Program Pasca sarjana IPB, Bogor.
Keragaman Genetik Ikan Betutu ... (Abulias dan Bhagawati)
6
Hadie, W., L. Pouyaud & L.E. Hadie. 1998. Implementasi genetika Molekuler pada Ikan Lele Clarias batrachus untuk Keberlanjutan Usaha Budidayanya. J. Penel. Sains dan Teknologi. Edisi Khusus. FMIPA, UNILA, 350-355.
Prentice, H.C. 1984. Enzyme Polymorphism, Morphometric Variation, and Population Structure in a Restricted Endemic Silene Diclinis (Caryophillaceae). Biological Journal of the Linnean Society 22:125143.
. 2000. Strategi Konservasi Melalui Pendekatan Analisi mt-DNA: Kasus pada Ikan Lele (Clarias batracus) di Pulau Jawa. Prosiding Seminar Nasional Keanekaragaman Hayati Ikan. p:115-120.
Purwanto, E., E. Sukaya, Setianto, dan H. Santo so. 2002. Ident ifika si Berda sar Penanda Isozim terhadap Plasma Nutfah Jeruk Besar (Citrus maxima Merr.) Di Blora Jawa Tengah. Bio SMART 4(2):4447.
Indriani, F.C., L. Soetopo, Sudjindro, dan A.N. Sugiharto. 2002. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibiscus cannabicus L.) dan Beberapa Spesies yang Sekerabat Berdasarkan Analisis Isozim. Biosains 2(1):29-39. Nuryanto, A., N. Sugiri, D.S. Sjafei, dan M.F. Rahardjo. 2002. Pola Pita Beberapa Enzim Otot Ikan Nilem dari Dua Habitat Berbeda. Sains Akuatik 5(2):38-44. Nuryanto, A., Soemarjanto dan Indarmawan. 2003. Analisis Kekerabatan Filigenetik Bekicot (Achatina sp) dari Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, dan Banyumas. Laporan Penelitian Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto. (tidak dipublikasikan). Nyuwan, S.B. 2000. Ikan Betutu Masih Menangkap dari Alam. Trubus Juli 2000. Permana, I.G.N., S.B. Moria, Haryanti, dan K. Sugama. 2001. Pengaruh Domestikasi terhadap Variasi Genetik pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang Dideteksi dengan allozyme electrophoresis. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 7(1):25-29. Permana, I.G.N., S.B. Moria, dan Haryanti. 2004. Keragaman Biokimia dan Karakater Morphometrik pada Rajungan (Potunus pelagicus) Bali dan Sulawesi Selatan. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Biologi. FMIPA - ITS, Surabaya. Tanggal 25 September 2004.
Richardson, B.J., P.R. Baverstock, and M. Adams. 1986. Allozyme Electrophoresis; a Handbook for Animal Systematic and Population Studies. Academic Press, North Ryde. Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta, Bandung. Sastra, D.R. 2002. Analisis Keragaman Genetik Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dengan Penanda Isozim da n Mo rf ol og i. Pr os id in g Se mi na r Teknologi untuk Negeri 26-28 Maret. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Vol. II :23-28. Savolainen, O. 1994. Genetics Varitions and Fitness: Onservation Lesson for Pines. In: Conservation Genetics. Loeschcke, V., J. Tomiuk, and S.K. Jain (Eds). Basel, Boston, Berlin. 27-36. Sulistiyono, A. 2003. Skrining Beberapa Enzim untuk Identifikasi Anguilla sp Di Kawasan Segara Anakan Cilacap. Skripsi. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto (tidak dipublikasikan). Taniguchi, N. and K. Sugama. 1990. Genetic Variation and Population Structure of Red Sea Bream in The Coastal Waters of Japan and The East China Sea Nipon Suisan Gakkaishi. Formerly Bull. Japan Soc. Sci. Fish 56(7).
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 1, Juni 2010, hal. 1-6