Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 PENGARUH TERAPI RANGE OF MOTION (ROM) DALAM MENURUNKAN SKALA NYERI PENYAKIT ARTRITIS RHEUMATOID PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2012 Oleh : Sasono Mardiono Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email :
[email protected]
Abstrak Artritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan poliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Penderita artritis rheumatoid tidak hanya dilakukan dengan metode farmakologis saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologi. Salah satu pengobatan nonfarmakologi bagi penderita Artritis Rheumatoid adalah dengan terapi ROM. Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu (Quasi Eksperiment) dengan desain penelitian yang digunakan adalah rancangan ”Pre and Posttest Only Design”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi range of motion (ROM) dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. Pengaruh terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri artritis rheumatoid pada lansia akan dianalisis dengan menggunakan Uji T Dependen. Hasil penelitian pada skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM, menunjukkan ada perbedaan mean skala nyeri yang signifikan, yaitu mean sebelum dilakukan terapi ROM 6,03 dengan standar deviasi 1,474 (p value = 0,005 < = 0,05), sedangkan pada skala nyeri sesudah dilakukan terapi ROM didapatkan mean 3,83, dengan standar deviasi 1,177. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ROM yang dilakukan dapat menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dalam mengkoordinasikan terapi ROM sehingga terapi ROM bisa dikenal dan diterima oleh masyarakat. Bagi Dinas Kesehatan untuk bisa membina para praktisi ROM sehingga dapat mempraktikannya dilapangan terapi ini bisa sesuai dengan standar medis. Kata Kunci : Nyeri, Artritis Rheumatoid, Terapi ROM
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan rematik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah artritis rheumatoid (Soenarto, (2004) dalam Darmojo, 2006). Penderita artritis rheumatoid diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta dari 2.130 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat
hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang artritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Menurut Artritis Foundation 2006, jumlah penderita artritis rheumatoid atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah penderita artritis rheumatoid sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi, dengan 42,7 juta diantaranya telah terdiagnosis sebagai artritis rheumatoid dan 23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis (Muchid, et.al, 2006).
67 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 Angka kejadian penyakit rematik masih relatif tinggi, yaitu 1-2 % dari total populasi penduduk di Indonesia. Pada tahun 2004 jumlah pasien rematik mencapai 2 juta orang dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria. Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al (2008), prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti mengendarai kendaraan ditengah arus kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil menarik dan prima, kurangnya porsi berolahraga serta faktor bertambahnya usia (Purwoastuti, 2009). Di Sumatera Selatan jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2008 adalah 405.384 orang lanjut usia, dengan komposisi 198.801 orang laki-laki dan 206.583 orang perempuan. Jumlah ini mengalami peningkatan hingga 419.900 orang lanjut usia pada tahun 2009 dengan komposisi 205.098 orang laki-laki dan 214.802 orang perempuan. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 466.033 orang lanjut usia, dengan komposisi 219.582 orang laki-laki dan 246.451 orang perempuan (Badan Pusat Statistik Sumsel, 2011). Di kota Palembang pada tahun 2011 jumlah angka kejadian artritis rheumatoid adalah 44.200 orang berada diurutan ke 3 dari sepuluh penyakit terbesar. Pada tahun 2012 jumlah angka kejadian artritis rheumatoid adalah 84.852 orang berada diurutan ke 2 dari sepuluh penyakit terbesar. Pada tahun 2013 jumlah angka kejadian artritis rheumatoid adalah 73.216 orang berada diurutan ke 1 dari sepuluh penyakit terbesar (Dinas Kesehatan Kota, 2011). Ada berbagai terapi untuk mengatasi artritis rheumatoid, baik secara terapi farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan, sedangkan terapi nonfarmakologi merupakan metode latihanlatihan seperti latihan Range Of Motions (ROM) untuk menggerakkan tubuh dan untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi (Potter & Perry, 2010). Latihan Range Of Motions (ROM) adalah latihan-latihan yang diberikan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi yang berkurang. Latihan ROM ini memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai dengan gerakan normal baik secara aktif maupun pasif. Terapi ROM yaitu latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus (Potter & Perry, 2005).
Penanganan penderita rematik difokuskan pada cara mengontrol rasa sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan meningkatkan atau mempertahankan fungsi dan kualitas sendi. Menurut American College Rheumatology, penanganan untuk rematik dapat meliputi terapi farmakologi (obat-obatan), sedangkan nonfarmakologi (seperti senam rematik/latihan ROM) (Purwoastuti, 2009). Obat-obat penghilang nyeri artritis biasanya mempunyai efek samping pada lambung seperti iritasi dan perdarahan lambung. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan terapi nonfarmakologi yaitu dengan cara latihan fisik/latihan ROM. Latihan relaksasi Range Of Motion (ROM) dapat membantu mengurangi rasa nyeri, menurunkan ketegangan otot, dan dapat memperbaiki gangguan tidur. Latihan relaksasi Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu cara untuk mengatasi rasa nyeri dan menghilangkan ketegangan (Gosana, 2001). Hasil pengambilan data awal di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012 dengan jumlah seluruh penghuni panti berjumlah 75 orang yang terdiri dari 33 orang laki-laki dan 42 orang perempuan. Angka insiden yang menderita artritis rheumatoid berjumlah 30 orang (Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya, 2012). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh terapi Range Of Motion (ROM) dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data yang ditemukan mengenai lansia penderita artritis rheumatoid sekitar 30 orang dan belum adanya pengaruh tentang terapi relaksasi Range Of Motion (ROM) pada penyakit artritis rheumatoid, maka peneliti membuat rumusan masalah bagaimana pengaruh terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka pertanyaan penelitian yaitu bagaimana pengaruh terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di
68 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 1.4.2 Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini : 1.4.2.1Diketahuinya skala nyeri sebelum dilakukan terapi ROM pada lansia yang mengalami penyakit artritis rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 1.4.2.2Diketahuinya skala nyeri sesudah dilakukan terapi ROM pada lansia yang mengalami penyakit artritis rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 1.4.2.3Diketahuinya pengaruh terapi ROM terhadap nyeri pada lansia yang mengalami penyakit artritis rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Sebagai pengalaman berkarya dalam penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama mengikuti pendidikan terutama dalam ilmu metodologi penelitian dalam upaya menganalisis masalah keperawatan. 1.5.2 Bagi Lansia Diharapkan dengan dilaksanakannya terapi Range Of Motion (ROM), lansia yang mengalami nyeri artritis rheumatoid akan merasa lebih rileks dan nyerinya berkurang. Dan bisa menambah pengetahuan bagi lansia tentang terapi ROM. 1.5.3 Bagi Petugas Kesehatan Menjadi masukan yang berguna bagi petugas kesehatan dalam informasi tentang latihan ROM pada lansia yang menderita artritis rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 1.5.4 Bagi STIK Bina Husada Palembang Sebagai sumbangan ilmu untuk menambah kepustakaan dan keterampilan dalam bidang keperawatan gerontik terutama dalam pemberian terapi Non- Farmakologi dengan latihan ROM pada lansia yang menderita artritis rheumatoid dan dijadikan bahan penelitian lebih lanjut. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari keperawatan gerontik. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Subjek penelitian ini adalah para lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
Indralaya yang menderita penyakit artritis rheumatoid. Lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni Tahun 2012. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1 Proses Penuaan Proses penuaan adalah proses alami yang tidak dapat dihindarkan, proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Pada fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran yang dimulai dari sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran dominan dibandingkan pemulihan. Proses berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 2008) dalam (Maryam, 2008). Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho W, 2008). 2.2 Artritis Rheumatoid 2.2.1 Pengertian Artritis Rheumatoid Artritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan poliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas (Kushariyadi, 2010). Artritis Rheumatoid (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi (Corwin E.J, 2009). 2.3 Konsep Nyeri 2.3.1 Pengertian Nyeri Nyeri adalah sebagai sesuatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadiankejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2010). Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik
69 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Hidayat, 2009).
sesuai dengan kriteria inklusi sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hidayat, 2009).
2.4 Range Of Motions (ROM) 2.4.1 Pengertian ROM Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus (Potter & Perry, 2005). Range Of Motion (ROM) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, et al, 2008).
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012.
3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Exsperimen (Pretest-Posttest Design) penelitian ini dilakukan dengan cara memberi pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian dilakukan postest (pengamatan akhir) (Notoatmodjo, 2005). 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian (Notoatmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang berjumlah 75 orang lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. 3.2.2 Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami penyakit artriris rheumatoid yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya yang berjumlah 30 orang lanjut usia pada Tahun 2012. 3.2.2.1Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria pada sampel ini adalah : a. Lanjut usia yang kooperatif b. Lanjut usia yang mengalami penyakit artritis rheumatoid c. Lanjut usia yang tidak mengkonsumsi obat d. Lanjut usia yang bisa mendengar e. Lanjut usia yang bersedia menjadi responden Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara non-probability sampling (purposive sampling), yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi dengan pertimbangan yang dibuat oleh peneliti sendiri atau
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 Mei sampai 19 Juni Tahun 2012.
3.4 Etika Penelitian Penelitian yang menggunakan manusia sebagai objek tidak boleh bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Pada penelitian ini, maka peneliti mendapat pengantar dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang. Kemudian menyerahkan kepada Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya untuk mendapat persetujuan penelitian bagi lansia yang akan dilakukan latihan ROM. Setelah mendapat persetujuan baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi : 1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Concent) Lembar persetujuan dibagikan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani persetujuan tersebut. Jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden. 2. Tanpa Nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data. Data tersebut akan diberi kode tertentu. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Informasi yang telah dikumpulkan dan subyek dijamin kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset. 4. Tidak Merugikan (Non Maleficence) Prinsif ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada responden. 5. Kejujuran (Veracity) Peneliti hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas apa yang akan dilakukan terhadap responden serta akibat yang akan terjadi. 6. Keadilan (Justice) Dalam penelitian ini, si peneliti berlaku adil dan sana terhadap responden agar tercapai hasil yang maksimal.
70 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan kuesioner dengan wawancara dan pengamatan/observasi langsung terhadap responden sesuai penilaian terhadap variabel penelitian, sedangkan dalam melakukan terapi ROM peneliti mengumpulkan data primer dengan cara membuat 3 kelompok ideal, kelompok 1 terdiri dari 10 orang, kelompok 2 terdiri dari 10 orang, kelompok 3 terdiri dari 10 orang tujuannya agar terapi ROM terhadap lansia akan lebih bermakna dan lebih berpengaruh. 4.5.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari referensi bukubuku dan sumber-sumber : Arsip kantor (SP2TP) Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. 3.6 Teknik Pengolahan Data 1. Editing (Pemeriksaan Data) Editing dimaksudkan untuk meneliti kembali data-data yang telah diperoleh, diperiksa dan ditulis kembali bila sudah baik kebenarannya dan kelengkapannya segera diproses lebih lanjut. 2. Entry Data (Pemasukan Data) Pada tahap entry data, data yang dimasukan kedalam sistem komputer untuk diolah. 3. Cleaning Data (Pembersihan Data) Proses untuk menguji kebenaran data, mengecek kembali data untuk memeriksa kesalahan yang mungkin terjadi.
3.7 Analisa Data Dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kuantitatif, sehingga pengolahan data dapat dilakukan dengan tangan dan komputerisasi. Dalam pengolahan data ini mencakup tabulasi data, perhitungan-perhitungan statistik, dan uji statistik. Analisis data pada penelitian ini dibedakan menjadi analisa univariat dan analisa bivariat. 3.7.1 Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan dengan analisis distribusi frekuensi dan hasil statistik deskriptif dari variabel yang diteliti meliputi mean, median, standart deviasi, nilai minimal, dan maksimal. Pada penelitian ini analisa univariat dilakukan meliputi karakteristik responden serta variabel independen dan dependen skala nyeri lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM. 3.7.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan terhadap lansia sebelum mandapatkan perlakuan terapi ROM dan sesudah mendapatkan perlakuan terapi ROM sesuai dengan prosedur penatalaksanaan pada artritis rheumatoid. Analisa bivariat dilakukan dengan cara : Uji T Dependen Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Untuk membedakan skala nyeri sebelum mendapat terapi ROM dengan sesudah mendapat terapi ROM. Uji statistik menggunakan Uji T-Test dependen dengan tingkat kemaknaan 95% ( 0,05). Syarat uji T berpasangan yaitu : 1. Memeriksa syarat uji T untuk kelompok berpasangan. a. Distribusi data harus normal (wajib). b. Varians data tidak perlu diuji karena kelompok data berpasangan. 2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal), maka dipilih uji T berpasangan. 3. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal) dilakukan transformasi data terlebih dahulu. 4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal, maka dipakai uji T berpasangan. 5. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal, maka dipilih uji wilcoxon. 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya 4.1.1 Sejarah Panti Sosial Tresana Werdha Warga Tama Indralaya Panti sosial tresna werdha warga tama indralaya adalah unit pelayanan teknis dibidang pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan meliputi ketentraman lahir batin. Panti sosial tresna werdha warga tama indralaya beralamat dijalan raya lintas timur Km 32, Desa Tanjung Seteko Indralaya Ogan Ilir, Kode Pos 30662, Telepon 711580261, tahun berdiri Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya yaitu tahun 1978/1980, kapasitas tampung 120 orang dan jumlah lanjut usia pada Tahun 2012 sebanyak 75 orang. Mereka tinggal dibeberapa wisma serta ruang khusus yaitu 14 orang diantaranya ditempat tinggal diruang khusus sedangkan yang lain berada dimasing-masing wisma-wisma dipanti ini yaitu terdapat 11 wisma dan jika dibagi pada masing-masing wisma diluar dari 14
71 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 orang lanjut usia yang berada diruang isolasi, maka tiap wisma terdiri dari 5 sampai 10 orang lanjut usia. 4.1.2 Tujuan Pelayanan Panti Terciptanya kualitas hidup dan kesejahteraan para lanjut usia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan meliputi ketentraman lahir batin. 4.1.3 Sasaran Garapan Sasaran garapan pada panti sosial tresna werdha warga tama indralaya meliputi lanjut usia sebagai berikut : 1. Lanjut usia terlantar berusia 60 tahun keatas, tidak mempunyai bekal hidup, pekerjaan, penghasilan, bahkan tidak mempunyai sanak keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. 2. Lanjut usia yang memiliki masalah-masalah yang menyangkut berbagai hal : seperti kehidupan, kesehatan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial dan sebagainya. 3. Lanjut usia dengan keinginannya sendiri untuk memilih tinggal dipanti. 4.1.4 Persyaratan Masuk Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Kriteria lanjut usia yang dapat dirawat panti sosial tresna werdha warga tama indralaya, meliputi lanjut usia sebagai berikut : 1. Berusia 60 tahun keatas. 2. Miskin/terlantar dinyatakan dengan surat dari kepala desa. 3. Sehat jasmani dan rohani dinyatakan dengan surat keterangan dari puskesmas setempat. 4. Bersedia mentaati peraturan panti. 4.1.5 Tahap Pelayanan Tahap pelayanan pada panti sosial tresna werdha warga tama indralaya yaitu sebagai berikut : 1. Tahap penerimaan dan penempatan dalam wisma. 2. Tahap pelayanan dan pemeliharaan yang meliputi: penyediaan pakaian, makan, tidur, mandi, pemberian jaminan makan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan dan pelayanan pemakaman. 3. Tahap bimbingan meliputi : a. Bimbingan keagamaan : ceramah agama, shalat berjama’ah, dan yasinan bersama. b. Bimbingan fisik : senam. c. Bimbingan sosial : kemasyarakatan baik secara individu maupun kelompok. d. Bimbingan keterampilan : membuat sapu ijuk, kesek kaki, sapu debu, dan tasbih.
4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Usia Tabel 1 Distribusi Usia Responden Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Variabel
Mean
SD
Usia
70,53
8,92
MinMax 62-92
95% CI 67,2073,86
Pada tabel diatas didapatkan rata-rata usia pada lansia adalah sebanyak 70,53 (95% CI : 67,20-73,86), dengan standar deviasi 8,92. Usia terendah 62 dan usia tertinggi 92. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nilai usia pada lansia adalah diantara 67,20 sampai dengan 73,86. 4.2.2 Jenis Kelamin Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin Responden Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi (n) 14 16 30
Persentase (%) 46,7 53,3 100
Pada tabel diatas didapatkan jenis kelamin pada lansia yang mengalami penyakit artritis rheumatoid sebanyak 30 responden yang terdiri dari 14 orang laki-laki (46,7%) dan 16 orang perempuan (53,3%). 4.3 Analisis Univariat Variabel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juni 2012 sampel penelitian ini adalah lansia yang mengalami masalah artritis rheumatoid sebanyak 30 responden yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 16 orang perempuan yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen (skala nyeri artritis rheumatoid pada lansia sebelum intervensi) dan variabel dependen (skala nyeri artritis rheumatoid pada lansia sesudah intervensi). 4.3.1 Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Sebelum Dilakukan Terapi Range Of Motion (ROM) Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan didapatkan bahwa skala nyeri penyakit artritis rheumatoid lansia sebelum dilakukan terapi ROM di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya sebagai berikut :
72 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Sebelum Dilakukan Terapi Range Of Motion (ROM) Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. Variabel
Mean
SD
Skala Nyeri
6,03
1,47
MinMax 4-9
95% CI 5,486,58
Pada tabel diatas didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah sebanyak 6,03 (95% CI : 5,48-6,58), dengan standar deviasi 1,47. Nilai skala nyeri terendah 4 (nyeri sedang) dan nilai skala nyeri tertinggi 9 (nyeri berat). Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nilai skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah diantara 5,48 sampai dengan 6.58. 4.3.2 Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Sesudah Dilakukan Terapi Range Of Motion (ROM) Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan didapatkan bahwa skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya sebagai berikut : Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Sesudah Dilakukan Terapi Range Of Motion (ROM) Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. Variabel
Mean
SD
Skala Nyeri
3,38
1,17
MinMax 2-6
95% CI 3,394,27
Pada tabel diatas didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah sebanyak 3,38 (95% CI : 3,39-4,27), dengan standar deviasi 1,17. Nilai skala nyeri terendah 2 (nyeri ringan) dan nilai skala nyeri tertinggi 6 (nyeri sedang). Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nilai skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah diantara 3,39 sampai dengan 4,27. 4.4 Analisis Bivariat Variabel Penelitian Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi Range Of Motion (ROM) dalam
menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia dengan menggunakan Uji Dependen TTest dengan = 0,05 (Confidence Interval 95%), bila p value < (0,05) maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh dari terapi Range Of Motion (ROM) dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Uji T Dependen 4.4.1 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Tabel 5 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012. Variabel Mean SD SE P N value Skala nyeri sebelum 6,03 1,474 0,269 terapi ROM 0,005 30 Skala nyeri sesudah 3,38 1,177 0,215 terapi ROM Dari tabel diatas didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah 6,03 dengan standar deviasi 1,474 dan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sesudah dilakukan terapi ROM adalah 3,83 dengan standar deviasi 1,177. Terlihat nilai mean perbedaan antara skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sesudah dilakukan terapi ROM adalah 2,200 dengan standar deviasi 1,243. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM dengan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sesudah dilakukan terapi ROM didapatkan nilai p value = 0,005 < = 0,05. Hipotesis yang dibuat peneliti adalah untuk melihat adanya perbedaan antara skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM. Uji ini dilakukan untuk menentukan kesimpulan apakah H0 ditolak yang artinya rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM ada perbedaan. Dan jika Ha diterima artinya rata-rata skala nyeri penyakit artritis
73 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 rheumatoid pada lansia sebelum dan dilakukan terapi ROM tidak ada perbedaan.
sesudah
5. PEMBAHASAN 5.1 Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari banyaknya keterbatasan yang dialami selama penelitian dilaksanakan, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun keterbatasan yang peneliti alami yaitu : 1. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah pre and post test only design. Karena peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh terapi Range Of Motion (ROM) dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia, sehingga data dalam penelitian ini terbatas pada jawaban kuesioner saja. Meskipun demikian, peneliti berusaha untuk membahas hasil penelitian semaksimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada peneliti. 2. Penulis tidak melakukan wawancara kepada para responden untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam mengenai pelaksanaan melakukan terapi Range Of Motion (ROM) sebagai upaya mengurangi nyeri penyakit artritis rheumatoid kepada para responden. 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1 Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Sebelum Dilakukan Terapi Range Of Motion (ROM) Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa univariat dari 30 responden pada penelitian ini skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM diketahui nyeri sedang (4-6) sebanyak 19 orang dan nyeri berat (7-9) sebanyak 11 orang. Dari hasil uji statistik didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah 6,03 dengan standar deviasi 1,474. Berdasarkan hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit artritis rheumatoid pada lansia dapat menyebabkan rasa nyeri pada sendi. Sehingga perlu dilakukan terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Bourbanis (2008) Skala nyeri dibagi menjadi 5 skala yaitu, tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-9), dan nyeri sangat berat (10). Kebanyakan responden menyatakan mengalami nyeri berat (7-9) ini sesuai dengan teori Bourbanis (2008) yang menyatakan secara obyektif lansia terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan ahli posisi nafas panjang dan distraksi. Penelitian ini sejalan dengan teori Gosana (2001) Tanda dan gejala artritis rheumatoid pada fase aktif adalah adanya tanda-tanda peradangan seperti bengkak, nyeri, kulit disekitarnya menjadi merah, hangat dan sendi menjadi kaku terutama pada pagi hari. Biasnya simetris, artinya terjadi pada kedua sisi sendi tubuh. Setelah berlangsung satu minggu atau lebih, fase aktif ini menjadi tenang (in aktif) yang ditandai dengan gejala-gejalanya mulai mereda atau minimal. Hasil penelitian ini sependapat dengan tujuan yang dikemukakan oleh Purwoastuti (2008) Gejala utama artritis rheumatoid biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk didalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat. Faktor resiko penyebab artritis rheumatoid dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni faktor usia dan jenis kelamin serta faktor genetik. Semakin bertambah usia, semakin tinggi resiko untuk terkena artritis rheumatoid. Wanita lebih rawan terkena artritis rheumatoid dibandingkan pria, dengan faktor resiko sebesar 60%. Dari hasil penelitian, teori terkait dan penelitian terkait maka peneliti berpendapat bahwa harus dilakukan dengan terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Lansia yang ketika dilakukan pretest kebanyakan memiliki skala nyeri sedang dan skala nyeri berat. 5.2.2 Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Sesudah Dilakukan Terapi Range Of Motion (ROM) Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa univariat dari 30 responden pada penelitian ini skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM diketahui nyeri ringan (1-3) sebanyak 13 orang dan nyeri sedang (4-6) sebanyak 17 orang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sesudah dilakukan terapi ROM adalah 3,83 dengan standar deviasi 1,177. Berdasarkan hasil dengan menggunakan uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM didapatkan nilai p value = 0,005 < = 0,05. Berdasarkan hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sesudah dilakukan terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Pelaksanaan terapi ROM terbukti dapat menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia.
74 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 Hasil penelitian menurut Soenarto (1982) dalam Darmojo (2006) Bahwa kesepakatan para ahli dibidang rematologi artriris rheumatoid dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan (rasa kaku), dan kelemahan serta adanya tiga tanda utama yaitu : pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak. Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Potter & Perry (2010) Bahwa ada berbagai terapi untuk mengatasi artritis rheumatoid, baik secara terapi farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan, sedangkan terapi nonfarmakologi merupakan metode latihanlatihan seperti latihan Range Of Motions (ROM), latihan ini berfungsi untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan mengurangi risiko cedera pada otot dan sendi sehingga dapat mengurangi ketegangan dan rasa nyeri pada sendi. Dari hasil penelitian, teori terkait dan penelitian terkait maka peneliti berpendapat bahwa ada pengaruh dalam pelaksanaan terapi ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Hal ini dapat dilihat pada saat postest dilakukan terapi ROM sebagian besar lansia memiliki skala nyeri ringan. Terlihat sekali adanya pengaruh besar antara tingkat nyeri dengan terapi ROM. Hasil evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada lansia mengungkapkan tubuhnya lebih rileks dan lebih terasa ringan, efek inilah yang membuat tingkat nyeri pada lansia menurun. 5.3 Perbedaan Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Terapi Range Of Motion (ROM) Berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM adalah antara 1,736 sampai dengan 2,664. Dari hasil uji statistik didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah 6,03 dengan standar deviasi 1,474. Sedangkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sesudah dilakukan terapi ROM adalah 3,83 dengan standar deviasi 1,177. Berdasarkan iji statistik didapatkan nilai p value = 0,005 < = 0,05. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM dan sesudah dilakukan terapi ROM.
Penelitian sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Gosana (2001) bahwa terapi nonfarmakologi adalah suatu metode latihan seperti latihan fisik atau latihan ROM. Latihan relaksasi Range Of Motion (ROM) dapat membantu mengurangi rasa nyeri, menurunkan ketegangan otot, dan dapat memperbaiki gangguan tidur. Latihan relaksasi Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu cara untuk mengatasi rasa nyeri dan menghilangkan ketegangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut Potter & Perry (2005) Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang diberikan untuk mempertahankan, meningkatkan fungsi sendi yang berkurang, dan mengurangi nyeri. Latihan ROM ini memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai dengan gerakan normal baik secara aktif maupun pasif. Dari hasil penelitian terlihat sekali bahwa adanya pengaruh besar antara skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM. Dari terapi yang dilakukan pada lansia mengatakan bahwa tubunya lebih rileks dan lebih terasa ringan sesudah melakukan terapi ROM. Hipotesis yang dibuat peneliti adalah untuk melihat adanya perbedaan antara skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM dan sesudah dilakukan terapi ROM, sehingga hipotesis pada penelitian ini adalah benar terapi ROM dapat menurunkan nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia. 7. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 30 responden tentang Pengaruh terapi Range Of Motion (ROM) dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia, maka didapatkan simpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian pada 30 responden didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dilakukan terapi ROM adalah 6,03 dengan standar deviasi 1,474. 2. Hasil penelitian pada 30 responden didapatkan rata-rata skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sesudah dilakukan terapi ROM adalah 3,38 dengan standar deviasi 1,177. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi ROM dengan p value = 0,005 < = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terapi ROM mempunyai pengaruh terhadap skala nyeri
75 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. 6.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan peneliti terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 6.2.1 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya 1. Membuat program latihan Range Of Motion (ROM) untuk mempertahankan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia secara rutin agar aktivitas lansia dapat terpenuhi. 2. Melakukan latihan Range Of Motion (ROM) sesuai dengan SOP yang ada. 3. Menyediakan Tenaga Kesehatan dalam melakukan latihan Range Of Motion (ROM) pada lansia. 6.2.2 Bagi Lansia Untuk menghindari kekakuan pada sendi, lansia dapat melakukan latihan Range Of Motion (ROM) secara mandiri. 6.2.3 Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh terapi Range Of Motion (ROM) dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia sebagai upaya pencegahan dan pengobatan penyakit dengan rancangan penelitian yang berbeda, cakupan responden yang lebih luas dan dengan kasus yang berbeda. 6.2.4 Bagi STIK Bina Husada Palembang Hendaknya pihak institusi pendidikan lebih meningkatkan sarana dan pasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya keperawatan gerontik dengan memperbanyak referensi dan literatur. Sehingga mempermudah mahasiswa dalam melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi, 2008 Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika : Jakarta. Badan Pusat Statistik Sumsel, 2011 Data Penduduk Kota Palembang. BPS : Palembang. Bandiyah, S, 2009 Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta.
Brunner & Suddart, 2001 Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta. Corwin, E.J, 2009 Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. EGC : Jakarta. Darmojo, R.B & Martono, H, 2006 Buku Ajar Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke 3. FKUI : Jakarta. Dinas Kesehatan Kota, 2012 Profil Kesehatan Lanjut Palembang.
Usia.
Kota
Gosana, 2001 Terapi Latihan Fisik Penyakit Rematik. Sinar Harapan : Jakarta. Hidayat, 2009 Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika : Jakarta. , 2009 Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Kushariyadi, 2010 Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta. Maryam. R. et al, 2008 Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika : Jakarta. Notoatmodjo, S, 2005 Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Rineka Cipta : Jakarta. Nugroho, 2000 Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC : Jakarta. , 2008 Keperawatan Gerontik. Edisi 3. EGC : Jakarta. Nursalam, 2001 Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Salemba Medika : Jakarta. , 2003 Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
76 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya, 2012 Jumlah Lansia dan Penyakit Artritis Rheumatoid. Palembang.
nyeri sendi dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan Artritis Rheumatoid. (http://digilib.unimus.ac.id/files/110/jtptunimus -gdl-zulipurnaw-5461-1-babi.pdf) diakses 20 Maret 2012.
Potter & Perry, 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Vol 2. Edisi 4. EGC : Jakarta. , 2010 Fundamental Keperawatan. Buku 3. Edisi 7. Salemba Medika : Jakarta. , 2010 Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Buku 2. Edisi 7. Salemba Medika : Jakarta. Price & Wilson, 2006 Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 (Vol 2). EGC : Jakarta. Purwoastuti, 2009 Waspadai Gangguan Rematik. Kanisius : Yogyakarta. Qittun, 2008 Konsep Dasar Nyeri. Artikel Kesehatan (Online) (http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsepdasar-nyeri.html, diakses 16 Maret 2012). Sopiyudin, 2009 Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat Dan Multivariat Di Lengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta. Suratun et al, 2008 Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta. Tamher, S & Noorkasiani, 2011 Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Tamsuri, A, 2007 Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC : Jakarta. Wiyono, 2010 Perawatan keluarga terutama pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dengan
77 Pengaruh Terapi Range Of Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Penyakit ArtritisRhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya ..... .......................Sasono Mardiono