Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN SIMAK BMN PADA TINGKAT UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG DI LINGKUNGAN PANGKALAN TNI ANGKATAN LAUT BANTEN Wiwin Arifin Ayu Wulandari ABSTRACK If we are given money by their parents to buy the goods, would be asked to buy anything. It will normally occur discussion on whether or not the goods are purchased. After agreeing the goods are purchased, the next question is how and where to buy. Similarly, after the goods purchased would be held accountable. The same process was also carried out in government procurement. Even more complicated and lengthy bureaucracy. Once the goods are purchased will also mean increasing the number of the country's wealth. Next is to manage things as state property. The problem in this study was to determine the results of the internal control system before and after the implementation of SOA environment SIMAK Navy Banten. The author uses descriptive method of analysis that is by gathering evidence and information necessary for the other dat then processed and analyzed up to one conclusion. In addition, the authors also used the method of verification analysis is the analysis of the data by comparing the data according to the needs of the research. Population and the study sample were 30 personnel only, because in this case that did work activity directly related to the internal control system before and after penerapa accounting and management information systems property of the state (SIMAK BMN). The results of hypothesis in this study are very well influence the internal control system (SPI) before and after the implementation of management information systems and accounting property of the state (SIMAK BMN) in Banten Lanal operate. This means that there is a change between the variables before and after the application of SOA towards SIMAK very good. To determine the rate of change of the t value significant level (0231> 0.05) . PENDAHULUAN Keberadaan dan perolehan aset diatur dan di laksanakan atas dasar UU No 1 tahun 2004 pasal 1, butir 10 dan UU No. 1 Tahun 2004”. pasal 48 ayat (2), menegaskan mengenai semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, sedangkan barang-barang yang berasal dari perolehan yang sah ini batasan pengertiannya adalah barang-barang yang menurut ketentuan perundangundangan, ketetapan pengadilan, dan/atau perikatan yang sah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara (BMN). Sedangkan UU No. 1 Tahun 2004”. pasal 48 ayat (2) mengenai ruang lingkup pengelolaan barang milik negara dan penjelasan-penjelasannya. Yaitu mengenai perencanaan kebutuhan, pengadaan dan penjualan barang melalui pelelangan dan pengecualiannya, tata cara penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindah tangan, penatausahaan dan pengawasan. Rumusan tersebut merupakan siklus minimal atas seluruh rangkaian siklus pengelolaan barang milik Negara. Jurnal Akuntansi | 1
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Seiring dengan perkembangan zaman. Pemerintah dituntut untuk mengelola aset Negara agar terinventarisir dengan baik, maka dari itu Pemerintah menerapkan sistem untuk mengelola aset-aset Negara dengan menggunakan sistem informasi manajemen dan akuntansi barang milik Negara (SIMAK BMN). SIMAK BMN merupakan sub sistem dari sistem akuntansi instansi (SAI). Didalam sistem ini terdapat aplikasi yang digunakan untuk mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik Negara. Tujuan diterapkannya sistem tersebut diharapkan kekayaan Negara dapat terpelihara dengan baik dan juga diharapkan sistem ini dapat memfasilitasi upaya untuk memenuhi tuntutan peningkatan kinerja personil dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya dalam penyusunan anggaran. Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Pangkalan TNI AL Banten (Lanal Banten) menggunakan sistem pengendalian intern sebelum dan sesudah penerapan SIMAK BMN untuk mengelola aset Negara. Prosedur SIMAK BMN yang digunakan meliputi, dokumen sumber, jenis transaksi akuntansi BMN, klasifikasi dan kodefikasi BMN, nomor urut pendaftaran (NUP), satuan barang, kapitalisasi BMN, penentuan kondisi BMN, kode lokasi, organisasi akuntansi BMN, kode barang, kode registrasi, persediaan, keluaran dari sistem informasi manajemen dan akuntansi barang milik Negara unit akuntansi kuasa pengguna barang (SIMAK BMN UAKPB). Selain itu, sistem pengendalian intern sangat penting untuk menyempurnakan SIMAK BMN, hal ini agar dapat mengantisipasi kecurangan yang terjadi yang mengakibatkan kerugian Negara, maka dari itu sistem pengendalian intern sangat dibutuhkan untuk menjaga aset Negara. Pengendalian intern merupakan suatu rencana organisasi yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, menjaga aset, memberikan informasi yang akurat, mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang ditetapkan. Diterapkannya sistem (SIMAK BMN) yang baru di lingkungan TNI AL ternyata dapat meningkatkan kinerja dan juga dapat mencapai harapan dan tujuan TNI itu sendiri yaitu efektif dan efisien. Aktiva tetap yang pada awalnya tidak terkoordinir dengan baik namun setelah menerapkan SIMAK BMN menjadi lebih terarah dan terinventarisir dengan sangat baik. Kerangka Pemikiran Aktifitas didalam lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) selain menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga menjalankan salah satu aktivitas yang sangat penting untuk menjaga aset Negara. Aset Negara merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh Pemerintah, sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi atau sosial di masa depan. Adapun pengendalian dan pengelolan untuk menjaga aset Negara dengan menggunakan sistem. Sistem yang digunakan adalah sistem informasi manajemen dan akuntansi barang milik Negara (SIMAK BMN). Sasaran SIMAK BMN mewujudkan tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan BMN, yaitu : 1. Semua barang milik Negara tercatat dengan baik 2. Semua aktivitas dalam rangka pengelolaan BMN dapat dilakukan dengan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efesiensi, akuntabilitas, serta kepastian nilai.
Jurnal Akuntansi | 2
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
3. Nilai/data BMN untuk kebutuhan laporan manajemen maupun untuk keutuhan laporan sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat (pada LKPP) sudah menggambarkan jumlah, kondisi dan nilai BMN yang wajar. Sedangkan menurut IAI dalam bukunya “Standar Profesional Akuntan Publik” bahwa pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut : Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) Keandalan pelaporan keuangan, (b) Efektivitas dan efisiensi operasi, (c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.1 Mulyadi menyebutkan bahwa“sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen”.2 Mengacu kepada definisi tersebut, maka didalam menyusun karya tulis ini, Penulis memiliki kerangka berpikir dengan pola sebagai berikut: Pertama-tama Penulis akan mengulas struktur organisasi (unit organisasi) pada Lanal Banten, yang memiliki fungsi pengawasan internal. Hal ini perlu dilakukan karena selama mengikuti kuliah dan membaca literatur contoh-contoh yang diberikan adalah sistem pengawasan internal bagi organisasi-organisasi non Pemerintah atau perusahaan-perusahaan swasta. Sedangkan Lanal Banten adalah organisasi militer yang langsung memiliki garis komando kepada Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal III), untuk selanjutnya langsung kepada Kepala Staff Angkatan Laut (KASAL) Gambar 2.1 SEBELUM
SETELAH SIMAK
(1) Aktiva tetap
(2)
Aktiva tetap
Pemeriksaan/pengawasan (3)
Pemeriksaan/pengawasan
(4) Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
(5)
Hipotesis Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu harus dirumuskan hipotesis, dasarnya guna melandasi bahwa penelitian ini memiliki kesinambungan hubungan diantara variable-variabelnya “hipotesisnya berupa pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam analisis untuk memahaminya”. Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga terdapat pengaruh yang sangat baik antara sistem pengendalian intern (SPI) terhadap penerapan sebelum dan sesudah sistem informasi manajemen dan akuntansi barang milik Negara (SIMAK BMN) di Lanal Banten beroperasi.
Jurnal Akuntansi | 3
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan proses pengujian hasil penelitian yang didasarkan pada satu sempel. Dalam pengujian ini variable penelitiannya bersifat mandiri dan samplenya hanya satu. Penulis juga menggunakan metode analisis verifikasi, bahwa analisis verifikasi adalah analisis data dengan cara membandingkan data yang ada sesuai dengan kebutuhan penelitian untuk mengukur efektivitas kinerja. Operasional Variabel Variabel Sistem Pengendalian Intern (X)
Definisi 1. Suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan metode serta alat-alat yang digunakan di dalam instansi dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik instansi, memeriksa ketelitian dan kebenaran data, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Indikator
Skala
Ordinal - Sumber daya manusia - Struktur organisasi - Otorisasi - Job description - pertanggungjawaban - mekanisme prosedur SIMAK BMN - Mekanisme Penerimaan, pendistribusian serta penghapusan aset - Laporan Pemeriksaan dan Pengawasan
Metode Analisis Data Data adalah informasi tentang sesuatu. Data yang dikumpulkan berapapun banyaknya, bukanlah merupakan tujuan dari penelitian. Akan tetapi data dapat merupakan sarana untuk memudahkan penafsiran dan memahami maknanya. Jadi pengambilan (pengumpulan) data merupakan langkah yang penting dalam penelitian.Agar memudahkan untuk penafsiran, data yang sudah terkumpul harus ditabulasikan.
Untuk data yang perlu dianalisa adalah jumlah ruang lingkup obyek pemeriksaan yang dilakukan Tim Wasrik dari Ditjenal, serta jumlah temuan selama tiga tahun terakhir. Data tersebut akan penulis tabulasikan, dan akan dilihat kecenderungan (trend) apakah meningkat, turun atau tetap. Analisis Deskriptif Analisis menurut Prof. DR. Sugiyono merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel. Analisis Verifikasi Metode analisis verifikasi adalah analisis data dengan cara membandingkan data yang ada sesuai dengan kebutuhan penelitian untuk mengukur efektivitas kinerja.
Jurnal Akuntansi | 4
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Hasil Penelitian dan Pembahasan Lanal Banten menjalankan sistem pengendalian internal untuk mengelola dan menjaga aset terutama pada prosedur aktiva tetap sebelum dan sesudah menerapkan SIMAK BMN. Profil Sebelum Beroperasi SIMAK BMN Pada awalnya aset yang berada di Lanal Banten belum menggunakan sistem, sehingga sebelum adanya SIMAK BMN penerimaan, pendistribusian serta penghapusan barang di Lanal Banten secara manual, terlihat dari hasil laporan WASRIK ITJENAL dari tahun 2007, oleh karena itu penulis menganalisa tentang perubahan tersebut melalui SPI sebelum dan sesudah penerapan terhadap SIMAK BMN. Adapun prosedur aktiva tetap dan WASRIK sebelum menggunakan SIMAK BMN, meliputi : 1. Prosedur Penerimaan Aktiva Tetap Dalam prosedur penerimaan, langkah awal adalah Satfaslan melakukan pengisian blangko formulir isian barang (FIB) setelah itu dikirimkan ke pusat Mabesal dari pusat barang dikirim ke Lanal Banten kemudian dicatat kedalam buku inventaris barang oleh Satfaslan. 2. Pendistribusian Satminlog membuat surat pengeluaran barang dengan diotorisasi oleh Pasminlog Lanal Banten kemudian dialokasikan ke satker sesuai kebutuhan masing-masing. 3. Pengapusan Satfaslan membuat surat pengajuan penghapusan barang yang berbentuk laporan penghapusan diotorisasi oleh Danlanal Banten dikirim ke Lant III secara berjenjang sampai tingkat Kementerian Keuangan (Kemkeu), setelah itu Lanal Banten mendapatkan surat balasan pengesahan penghapusan dari pusat untuk melaksanakan penghapusan barang. Adapun kriteria penghapusan barang meliputi : rusak atau tidal layak pakai. 4. Prosedur Pengawasan dan Pemeriksaan (WASRIK) Tim WASRIK yang diutus dari pusat sudah mendapatkan surat perintah (SPRIN) yang menjadi dasar untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan di Lanal Banten. Adapun mekanisme yang dilaksanakan tim WASRIK yaitu dengan memeriksa buku induk inventaris (jurnal agenda barang) kemudian disesuaikan dengan kondisi phisik dilapangan (chek phisik barang), sudah sesuaikah dengan catatan yang ada di buku induk inventaris. Profil Beroperasi SIMAK BMN SIMAK BMN merupakan sub sistem dari sistem akuntansi instansi (SAI). Aplikasi ini diwajibkan untuk diseluruh instansi Pemerintah termasuk dilingkungan TNI AL khususnya di Lanal Banten terhitung sejak semester II tahun anggaran 2008 sesuai surat Direktorat Akuntansi dan Pelaporan, Departemen Keuangan (Depkeu) RI Nomor S/350/PB/.7/2008 tentang launching aplikasi SIMAK BMN. Didalam sistem ini terdapat aplikasi yang digunakan untuk mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan BMN. Namun Lanal Banten baru menerapkan SIMAK BMN pada tahun 2010. Adapun prosedur aktiva tetap, persediaan serta WASRIK menggunakan SIMAK BMN, meliputi :
Jurnal Akuntansi | 5
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
1. Prosedur Penerimaan Aktiva Tetap Dalam prosedur penerimaan, langkah awal adalah Satfaslan melakukan pengisian blangko formulir isian barang (FIB) setelah itu dikirimkan ke pusat Mabesal dari pusat barang dikirim ke Lanal Banten kemudian entry data kedalam SIMAK BMN Masuk transaksi untuk transaksi masuk (perolehan). oleh Satfaslan. Artinya Lanal Banten tidak melakukan pengadaan sendiri terhadap kebutuhan aktiva tetap. Semua kebutuhan akan disesuaikan dengan anggaran yang sudah disediakan Mabes TNI AL (melalui Kementerian Hankam). 2. Pendistribusian Satminlog membuat surat pengeluaran barang dengan diotorisasi oleh Pasminlog Lanal Banten kemudian Data yang ada di Satfaslan (SIMAK BMN) kemudian di kelola oleh satuan kerja Sminlog (Satuan materil dan logistik) dialokasikan ke satker sesuai kebutuhan masing-masing yang sudah disetujui Danlanal Banten 3. Pengapusan Satfaslan membuat surat pengajuan penghapusan barang yang berbentuk laporan penghapusan diotorisasi oleh Danlanal Banten dikirim ke Lant III secara berjenjang sampai tingkat Kementerian Keuangan (Kemkeu), setelah itu Lanal Banten mendapatkan surat balasan pengesahan penghapusan dari pusat untuk melaksanakan penghapusan barang. Adapun kriteria penghapusan barang meliputi : rusak atau tidal layak pakai. 4. Prosedur Pengawasan dan Pemeriksaan (WASRIK) Tim WASRIK yang diutus dari pusat sudah mendapatkan surat perintah (SPRIN) yang menjadi dasar untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan di Lanal Banten. Adapun mekanisme yang dilaksanakan tim WASRIK yaitu dengan membuka aplikasi SIMAK BMN kemudian disesuaikan dengan kondisi phisik dilapangan (chek phisik), sudah sesuaikah dengan catatan yang ada di buku induk inventaris. Pengelolaan Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah aset tetap berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan TNI Angkatan Laut, sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal untuk jangka panjang serta mempunyai nilai cukup material. Berdasarkan sifatnya, aktiva tetap dibagi atas : a. aktiva tetap berwujud b. aktiva tetap lainnya Aktiva tetap berwujud seringkali disebut saja aset tetap, yaitu aktiva tetap yang mempunyai bentuk fisik, dalam hal ini terdapat jenis aktiva tetap berwujud yang ada di Lanal Banten, yaitu : NO KET JUMLAH 1 Tanah dan Bangunan 28 Unit 2 Alat Kesehatan 175 Unit 3 Kendaraan 18 Unit 4 Alat Kantor 1156 Unit
Jurnal Akuntansi | 6
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Didalam SIMAK BMN, jenis aktiva tetap tersebut dikelompokkan dengan sistem pengkodean numeric 10 angka dengan rincian sebagai berikut: X XX XX XX XXX Sub Kelompok Sub-Sub Kelompok
Bidang
Golongan Dengan adanya pengkodean tersebut maka proses klasifikasi (penggolongan) lebih mudah. Dengan demikian sistem pelaporan menjadi lebih mudah, untuk mengetahui posisi aktiva tetap yang dimaksud. Analisa Deskriptif Hasil deskriptif Sebelum Penerapan SIMAK BMN Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui “Analisis Sistem Pengendalian Intern Sebelum Dan Sesudah Penerapan SIMAK BMN Pada Tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang Di Lingkungan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banten Maka penjabaran kuesioner kepada 30 responden, penulis akan melakukan perhitungan dari hasil jawaban responden serta melakukan pembahasan. Tabel 4.1 Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 1 Apakah sebelum ada SIMAK selalu dilakukan proses pencatatan (entry data) saat penerimaan aktiva tetap No 1 2
Tanggapan YA TIDAK Jumlah
Frekwensi 25 5 30
Presentasi 83.33 16.67
(sumber : data Diolah) Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 25 orang atau 83,33%, yang Tidak sebanyak 5 orang atau 16,67%, Tabel 4.2 Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 2 Apakah pendistribusian barang dilakukan oleh satke Sminlog No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 26 86.67 2 TIDAK 4 13.33 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 26 orang atau 86,67 %, yang Tidak sebanyak 4 orang atau 13,33%,
Jurnal Akuntansi | 7
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 3 Apakah setiap tahun aset (Aktifa tetap) Lanal Banten diadakan pengawasan dan pemeriksaan internal ? No 1 2
Tanggapan YA TIDAK Jumlah
Frekwensi 27 3 30
Presentasi 90.00 10.00
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 4 Apakah setiap tahun aset Lanal Banten diadakan pengawasan dan pemeriksaan eksternal ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 29 96.67 2 TIDAK 1 3.33 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 29 orang atau 96,67 %, yang Tidak sebanyak 1 orang atau 3,33%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 5 Apakah sebelum penerapan SIMAK BMN Satfaslan banyak mengalami kesulitan ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1
YA
27
90.00
2
TIDAK
3
10.00
Jumlah
30
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%,
Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 6 Apakah Sistem kerja pengelolaan aset sesuai prosedur SIMAK BMN No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 27 90.00 2 TIDAK 3 10.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%,
Jurnal Akuntansi | 8
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
No 1 2
ISSN 2339-2436
Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 7 Apakah Hasil WASRIK ditindak lanjuti sampai selesai ? Tanggapan Frekwensi Presentasi YA 26 86.67 TIDAK 4 13.33 Jumlah 30
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 26 orang atau 86,67 %, yang Tidak sebanyak 4 orang atau 13,33%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 8 Apakah Sminlog dan Satfaslan selalu chek phisik terhadap jenis aktiva tetap ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 25 83.33 2 TIDAK 5 16.67 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 25 orang atau 83,33 %, yang Tidak sebanyak 5 orang atau 16,67%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 9 Apakah Danlanal Banten selalu memonitor dari setiap kegiatan pengelolaan barang ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 27 90.00 2 TIDAK 3 10.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%,
Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 10 Apakah sebelum menggunakan SIMAK BMN hasil temuan WASRIK khusunya pengelolaan barang tidak ada temuan ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 24 80.00 2 TIDAK 6 20.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 24 orang atau 80 %, yang Tidak sebanyak 6 orang atau 20%,
Jurnal Akuntansi | 9
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Hasil Deskriptif Setelah Penerapan SIMAK BMN Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 1 Apakah setelah ada SIMAK selalu dilakukan proses pencatat (entry data) saat penerimaan aktiva tetap ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 24 80.00 2 TIDAK 6 20.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 24 orang atau 80 %, yang Tidak sebanyak 6 orang atau 20%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 2 Apakah setiap tahun aset Lanal Banten diadakan pengawasan dan pemeriksaan internal ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 27 90.00 2 TIDAK 3 10.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%,
No 1 2
Tabel 4.13 Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 3 Apakah setiap tahun aset Lanal Banten diadakan pengawasan dan pemeriksaan eksternal ? Tanggapan Frekwensi Presentasi YA 28 93.33 TIDAK 2 6.67 Jumlah 30
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 28 orang atau 93,3 %, yang Tidak sebanyak 2 orang atau 6,67%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 4 Apakah Persediaan barang di Sminlog sesuai dengan entry data yang ada di Satfaslan ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 28 93.33 2 TIDAK 2 6.67 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 28 orang atau 93,3 %, yang Tidak sebanyak 2 orang atau 6,67%,
Jurnal Akuntansi | 10
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 5 Apakah Sistem kerja pengelolaan aset sudah sesuai prosedur SIMAK BMN ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 29 96.67 2 TIDAK 1 3.33 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 29 orang atau 96,67 %, yang Tidak sebanyak 1 orang atau 3,33%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 6 Apakah aplikasi SIMAK BMN berjalan dengan efektif dan efisien? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 27 90.00 2 TIDAK 3 10.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%, Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 7 Apakah ada perubahan yang signifikan setelah menggunakan SIMAK BMN No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 27 90.00 2 TIDAK 3 10.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%, Tabel 4.18 Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 8 Apakah Personel yang menjalankan aplikasi SIMAK memiliki kursus pengadaan barang ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 27 90.00 2 TIDAK 3 10.00 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 27 orang atau 90 %, yang Tidak sebanyak 3 orang atau 10%
Jurnal Akuntansi | 11
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 9 Apakah setelah menggunakan SIMAK BMN hasil temuan WASRIK khusunya pengelolaan barang tidak ada temuan ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 28 93.33 2 TIDAK 2 6.67 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 28 orang atau 93,33 %, yang Tidak sebanyak 2 orang atau 6,67% Tanggapan Responden untuk pertanyaan No 10 Apakah setelah menggunakan SIMAK BMN hasil temuan WASRIK khususnya pengelolaan barang tidak ada temuan ? No Tanggapan Frekwensi Presentasi 1 YA 28 93.33 2 TIDAK 2 6.67 Jumlah 30 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab Ya sebanyak 28 orang atau 93,33 %, yang Tidak sebanyak 2 orang atau 6,67% Pengujian Pra syarat Analisis Sebelum penerapan SIMAK BMN Setelah dilakukan analisis dari 30 hasil jawaban kuisioner yang diajukan kepada personel di Lingkungan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banten yaitu dengan hasil sebagai berikut: Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 1 x 10 x 30 = 300 dan (bila setiap butir mendapat skor terendah ) = 0 x 24 x 30 = 0. Untuk ini skor tertinggi 1 dan terendah 0, jumlah butir pertanyaan 10 dan jumlah responden 30. jumlah skor pengumpulan data untuk sebelum penerapan SIMAK BMN adalah 263. Dengan demikian diperlukan sebelum penerapan SIMAK BMN menurut persepsi 30 responden yaitu 263 : 300 = 0,88 atau 88% dari kriteria yang ditetapkan, hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut: Nilai 263 mendekati angka 300 dan termasuk ke dalam kategori “baik” maka dapat disimpulkan bahwa sebelum penerapan SIMAK BMN adalah baik. Setelah penerapan SIMAK BMN Setelah dilakukan analisis dari 30 hasil jawaban kuisioner yang diajukan kepada personel di Lingkungan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banten yaitu dengan hasil sebagai berikut: Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 1 x 10 x 30 = 300 dan (bila setiap butir mendapat skor terendah ) = 0 x 24 x 30 = 0. Untuk ini skor tertinggi 1 dan terendah 0, jumlah butir pertanyaan 10 dan jumlah responden 30. jumlah skor pengumpulan data untuk sebelum penerapan SIMAK BMN adalah 263. Dengan demikian diperlukan setelah penerapan SIMAK BMN menurut persepsi 30 responden yaitu 273 : 300 = 0,91 atau 91% dari kriteria yang ditetapkan, hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut: Nilai 263 mendekati angka 300 dan termasuk ke dalam kategori “sangat baik” maka dapat disimpulkan bahwa Setelah penerapan SIMAK BMN adalah sangat baik.
Jurnal Akuntansi | 12
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Analisa Data Uji validitas `Harapan dalam penyusunan kuesioner adalah diperoleh data yang tepat dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah secara benar, memperoleh hasil olahan data yang valid dan relevan, maka perlu dilakukan uji validitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau ke akuratan. Pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Penulis mengajukan 10 item pertanyaan mewakili 2 variabel yaitu : Sebelum dan sesudah Penerapan SIMAK BMN Analisa statistik Pada paired sample test merupakan hasil analisis uji t adapun hasil tingkat signifikasi 0.231 > 0.05, maka ada perbedan antara Sebelum dan sesudah Penerapan SIMAK BMN
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 sebelum Sesudah
-.30000
Std. Std. Error Deviation Mean 1.34293
95% Confidence Interval of the Difference Lower
.24518
-.80146
Upper
t
df
Sig. (2tailed)
.20146 -1.224 29
.231
DAFTAR PUSTAKA Pasal 1 10 UU No. 2 Tahun 2004, “Pengertian Barang Milik Negara (BMN)” Pasal 48 Ayat 2 dan Pasal 29 Ayat 6 UU No. 1 Tahun 2004, “Penjelasan ruang lingkup Barang Milik Negara Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Gramedia. Jakarta. Halaman 9 Mulyadi, Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001. “pengendalian intern” Wiliam, Smith, Young, 1995. Manajemen Resiko Sunarto, 2003:139. Keterbatasan Pengendalian Intern James A.F. Stoner dan Charles Wankel (1986). Manajemen. Penerbit CV. Intermedia. Jakarta. Halaman 295
Jurnal Akuntansi | 13
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Dr. H.B. Siswanto, M.Si (2005). Pengantar Manajemen. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 1 Prof. H. Ahmad Suadji Hadibroto, 1977. Pengertian Akuntansi Pasal 1 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Penata Usahaan BMN (2006). Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan. Halaman 1
Jurnal Akuntansi | 14
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
PENGARUH KANDUNGAN INFORMASI LABA, ARUS KAS OPERASI, DEVIDEN, UKURAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP ABNORMAL RETURN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Konsumsi yang terdaftar di BEI 2008-2012) Nana Umdiana
ABSTRACT Object of this research find the effect of profit information, cash flow of operation, deviden, size firm and inflation to Abnormal Return. The Sample of this research is the industrial sector consumption Manufacturing company listed on the Jakarta Stock Exchange in 2008-2012 by using the method purposive sampling. There were 6 companies for sampel this research. Analysis method used is multiple regression, this for analysis effect of independen variable to dependen variable, to parsial or simultan. The test results showed that information affect the earnings and dividend increase to abnormal return. This study failed to explain the effect of operating cash flow, company size and inflation of the abnormal return. this indicates that investors will prefer informassi earnings and dividends in making decisions in comparison with operating cash flow, company size and inflation. Keys Word : Profit Information, Operating Cash Flow, Deviden, Size Firm, Inflation, Abnormal Return
PENDAHULUAN Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan dana masyarakat secara langsung dengan cara menanamkan dana ke dalam perusahaan yang sehat dan baik pengelolaannya. Fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu perusahaan/emiten. Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umumnya dan emiten pada khususnya di luar sumber-sumber yang umum dikenal, seperti tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, kredit perbankan dan bantuan luar negeri. Jurnal Akuntansi | 15
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya. Meskipun telah ada lembaga perbankan, namun karena terbatasnya leverage suatu perusahaan tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank. Sementara itu, bagi kalangan masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan berminat untuk melakukan investasi, hadirnya lembaga pasar modal di Indonesia menambah deretan alternatif untuk menanamkan dananya. Banyak jenis surat berharga (securities) dijual dipasar tersebut, salah satu yang diperdagangkan adalah saham. Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi, karena sifatnya yang peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik oleh pengaruh yang bersumber dari luar ataupun dari dalam negeri seperti perubahan dibidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang atau peraturan maupun perubahan yang terjadi dalam industri dan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) itu sendiri. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat Return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya. Salah satu informasi dalam laporan keuangan yang menjadi pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan adalah laba perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen dan membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang. Informasi akuntansi lain yang juga digunakan oleh para investor untuk pengambilan keputusan adalah laporan arus kas. Dengan tersedianya laporan arus kas, pemakai laporan keuangan (terutama pihak investor) dapat melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta
Jurnal Akuntansi | 16
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
memungkinkan pemakai untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Selain informasi laba dan arus kas, investor dan kreditor juga perlu mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan. Ukuran (size) perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan [Indriani (2005) dalam Daniati, dan Suhairi, 2006]. selain laba, arus kas dan ukuran perusahaan peneliti dalam penelitian ini ingin menambahkan variable yaitu deviden dan inflasi.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham saham, dimana harga saham menjadi naik sehingga return saham juga akan meningkat. Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan padapihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi. Perusahaan lebih mengetahui kondisi dan prospek yang akan datang yang akan dialami perusahaan daripada pihak luar (investor, kreditor). Oleh karena itu, perusahan merasa perlu untuk memberikan informasi kepada investor. Asimetri informasi dapat terjadi di antara dua kondisi yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan return saham (Purwasih, 2010 dalam Gunawan, 2010) Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pun pihak yang berkepentingan lainnya (contoh: investor). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
Jurnal Akuntansi | 17
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan akan mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi sehingga nantinya akan berdampak pada return saham 2. Informasi Laba Informasi yang terkandung dalam angka akuntansi adalah berguna apabila laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba yang diharapkan oleh investor. Apabila terjadi perbedaan antara laba yang sesungguhnya dengan laba yang diharapkan oleh investor maka pasar akan bereaksi yang tercermin dalam pergerakan harga saham sekitar pengumuman laba. Harga saham cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar dari laba harapan, dan sebaliknya harga saham akan turun apabila laba yang dilaporkan lebih kecil dari pada laba yang diharapkan. Pengungkapan laba operasi akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas biasa dengan aktivitas tidak biasa atau insidentil. Pengungkapan ini membantu pemakai menyadari bahwa aktivitas tidak biasa atau insidentil kecil kemungkinannya akan terus berlanjut pada tingkat yang sama. Selain itu,pengungkapan laba operasi bisa membantu pemakai membandingkan perusahaan yang berbeda dan menilai efisiensi operasi. 3. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. PSAK No. 2, paragraf 12, menjelaskan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. (SAK, 2009). 4. Deviden Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan
Jurnal Akuntansi | 18
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan. (Henry Simamora, 2000, 423) Dividen kas merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan kepada pemegang saham apabila mendapatkan laba. Harga saham dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dividen. Besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham. Namun semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan memperkecil sisa dana yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan perusahaan sebagai reinvestasi, karena laba ditahan tersebut merupakan sumber dana intern yang dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan memperkecil kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang pada akhirnya juga memperkecil pertumbuhan dividen. Dari keterangan diatas ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang optimal. Rasio Pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba yang ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. 5. Ukuran Perusahaan Siregar dan Utama (2005) mengemukakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak.Nuryaman (2008) menyimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka manajemen laba semakin menurun. Berdasarkan size hypothesis yang dikemukan Watt dan Zimmerman (1986), berasumsi bahwa perusahaan besar secara politis, lebih besar melakukan transfer political cost dalam rangka politic process, dibandingkan dengan perusahaan kecil. Besar kecilnya perusahaan dapat diproksikan dengan berbagai pendekatan, diantaranya yaitu dengan menggunakan nilai log total penjualan perusahaan pada akhir
Jurnal Akuntansi | 19
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
tahun (Nuryaman, 2008), ukuran perusahaan diukur dari natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun, yaitu jumlah saham yang beredar pada akhir tahun dikalikan dengan harga pasar saham akhir tahun (Veronica dan Utama, 2005) hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009), sementara Nasution dan Setiawan (2008) dan Welvin I Guna dan Arleen Herawaty (2010) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan diukur dengan mengunakan hasil logartima dari total asset. Pada penelitian ini menggunakan total assets sebagai ukuran perusahaan yaitu seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan yang terdiri aktiva lancar dan aktiva tetap. Total asset yang besar akan meningkatkan efisiensi dari perusahaan dan memberikan prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan.
6. Tingkat Inflasi Ada
beberapa
cara
yang
dikemukakan
untuk
menggolongkan
jenis-jenis
inflasi.Penggolongan pertama didasarkan pada parah atau tidaknya inflasi tersebut. Sukirno (2005: 11) membedakan beberapa macam inflasi yaitu:1. Inflasi Merayap (inflasi yang terjadi sekitar 2-3 persen per tahun)2. Inflasi Sederhana (inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen per tahun)3. Hiperinflasi (inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat hargamenjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.Sedangkan menurut Nanga (2005: 247) dilihat dari tingkat keparahannya, inflasi dapatdipilah dalam tiga kategori:a. Inflasi sedang (moderate inflation)Yaitu inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat, dan tidak terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif.b. Inflasi ganas (galloping inflation)Yaitu inflasi yang mencapai antara dua atau tiga digit seperti 20, 100 atau 200 persen
pertahun
dan
dapat
menimbulkan
gangguan-gangguan
serius
dalam
perekonomian.c. Hyperinflasi (Hyperinflation)Yaitu tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ribuan bahkan milyar persen pertahun, merupakan jenis yang mematikan.Jenis inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya (Nanga, 2005: 245):a. Inflasi tarikan permintaanInflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yangterlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.b. Inflasi dorongan biayaInflasi yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesatdibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi perusahaan.c. Inflasi strukturalInflasi yang terjadi akibat dari berbagai
Jurnal Akuntansi | 20
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
kendala atau kekakuan struktural yangmenyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat 7. Abnormal Return Abnormal return adalan return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan pengharapan. Abnormal return adalah selisih antara return yang diharapkan dengan return yang didapat. Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari yang diharapkan atau retyrn yang dihitung. Sedangkan return negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau dihitung. Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian - kejadian tertentu, misalnya hari libur nasional, awal bulan, awal tahun, suasana politik yang tidak menentu, kejadian-kejadian yang luar biasa, stock split, penawaran perdana saham, dan lain-lain. Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, sebagai berikut (Jogiyanto, 2000 dalam Hari Prasetyo 2006 ) ARit = Rit – E(Rit) Keterangan : ARit
= Abnormal return saham i pada waktu t
Rit
= Actual return atau return realisasi saham i pada waktu t
E(Rit) = Return saham yang diharapkan pada waktu t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan (diestimasi) dengan menggunakan persamaan return ekspektasi tersebut di atas.
HIPOTESIS Menurut Sugiyono (2008:93) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya
Jurnal Akuntansi | 21
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
disusun dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan proposisi hasil pemikiran (pemahaman logis). Penelitian ini menguji variabel informasi laba, arus kas operasi, deviden, ukuran perusahaan dan inflasi terhadap abnormal return, maka penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut : H1
: Kandungan Informasi Laba berpengaruh Signifikan terhadap abnormal return.
H2
:
Arus Kas operasi berpengaruh Signifikan terhadap abnormal return.
H3
:
Deviden berpengaruh Signifikan terhadap abnormal return.
H4
:
Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap abnormal return.
H5
:
Inflasi berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap abnormal return.
H6
:
Kandungan Informasi laba, arus kas operasi, deviden, ukuran perusahaan dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap abnormal return.
METODOLOGI PENELITIAN Operasional Variabel
No
1
Variabel
Laba
Pengukuran 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑏𝑎 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Skala Pengukuran
Sumber Neraca,
Rasio
Income Summary
Arus Kas 2
Operasi
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝐴𝐾𝑂 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Rasio
Cash Flow, Neraca
𝐷𝑃𝑅 3
Deviden
Ukuran 4
Perusahaan
=
𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑎𝑚 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑎𝑚
Rasio
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑎𝑎𝑛 = 𝐿𝑜𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Rasio
Neraca
Jurnal Akuntansi | 22
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
𝐼𝐻𝐾 = Tingkat 5
Inflasi
ISSN 2339-2436
𝑃𝑛 𝑥 100 𝑃𝑜
𝐼𝐻𝐾𝑛 − 𝐼𝐻𝐾𝑜 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑥 100% 𝐼𝐻𝐾𝑜
Rasio
ARit = Rit – E(Rit)
Rasio
BI, BPS
Abnormal 6
Return
Laporan Keuangan
Saham
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini meliputi perusahaan manufaktur Sektor industri barang konsumsi yang listing di Bursa Efek Jakrta dari tahun 2008-2012. Perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Sampel yang dipilih adalah perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI selama enam tahun berturut-turut dalam jangka waktu 2008 sampai dengan 2012 2. Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun 2008 sampai tahun 2012 3. Perusahaan membagi deviden selama periode 2008 sampai 2012 Desain Penelitian Secara skematis, desain penelitian untuk menggambarkan alur permasalahan dan jawaban yang diharapkan serta model pengujiannya dapat digambarkan sebagai berikut
Laba Perusahaan (X1) Arus Kas Operasi (X2) Deviden ( X3 )
Abnormal Return (Y)
Ukuran Perusahaan (X4)
Tingkat Inflasi (X5) Jurnal Akuntansi | 23
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Persamaan regresi Linier Berganda Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Abnormal return saham. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Informasi laba, arus kas dari aktivitas operasi, deviden, ukuran perusahaan dan inflasi. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e Keterangan : Y
= Abnormal Return
α
= Konstanta
β1- - βn = Koefisien regresi X1
= Informasi laba
X2
= arus kas dari aktivitas operasi
X3
= deviden
X4
= ukuran perusahaan
X5
= inflasi
e
= error
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Analisis Regresi Linier Berganda Dari uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa data yang ada terdistribusi secara normal, tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi sehingga memenuhi persyaratan untuk melakukan analissis regresi berganda. Pengujian hipotesis pertama hingga kelima dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik secara parsial yakni uji t, untuk melihat tingkat signifikansi tiap koefisien regresi variabel indipenden secara individual. Pengujian hipotesisi keenam dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik secara simultan yakni uji f, untuk melihat tingkat signifikansi tiap koefisien regresi variable secara simultan (bersama-sama). Adapun hasil dari analisis regresi berganda yang dilakukan disajikan pada tabel dibawah ini
Jurnal Akuntansi | 24
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
. Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
t
Sig.
Beta
-1,160
,769
-1,508
,142
Laba
2,440
,883
,745
2,762
,010
Arus Kas Operasi
-,022
,723
-,009
-,031
,976
Deviden
-,295
,123
-,385
-2,392
,023
,137
,071
,525
1,934
,063
2,347
2,105
,178
1,115
,274
1 Size Perusahaan Inflasi
Koefisien regresi yang digunakan adalah yang unstandardized, maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -1,160 + 2,440 Laba – 0,022 AKO – 0,295 Deviden + 0,137 Size + 2,347 Inflasi
Pengujian Hipotesis Pertama Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
-1,160
,769
Laba
2,440
,883
Arus Kas Operasi
-,022
Deviden
t
Sig.
Beta -1,508
,142
,745
2,762
,010
,723
-,009
-,031
,976
-,295
,123
-,385 -2,392
,023
,137
,071
,525
1,934
,063
2,347
2,105
,178
1,115
,274
1 Size Perusahaan Inflasi
Jurnal Akuntansi | 25
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah Laba memiliki pengaruh signifikan terhadap abnormal return. Berdasarkan tabel 4.7 diatas nilai t hitung untuk variable laba adalah sebesar 2,762 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,010. Dilihat dari nilai absolut t hitung yang lebih besar dari t tabel yakni 2,040 serta tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis ini Ha nya di terima dan Ho di tolak. Dengan demikian laba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return. Hasil hipotesis ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardi Hamzah (2008) yang menghasilkan bahwa laba tidak memiliki kandungan informasi terhadap abnormal return hasil ini juga bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triyono (1998) dan Dian dan Kusuma (2003) yang menghasilkan bahwa laba tidak memiliki kandungan informasi terhadap abnormal return. Tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) serta Triyono dan Hartono (2000) yang menyimpulkan bahwa laba kotor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap expectud return, sedangkan Sidik (2008) menyimpulkan bahwa laba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR. dan Nurhidayah (2010) serta Feri dan Wati (2004) menyatakan bahwa laba mempunyai kandungan terhadap abnormal return.
Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis yang kedua dalam penelitian ini adalah Arus Kas dari aktivitas operasi berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Berdasarkan tabel 4.7 diatas nilai t hitung untuk variable Arus Kas Operasi adalah sebesar -0,031 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,976. Dilihat dari nilai absolut t hitung yang lebih kecil dari t tabel sebesar 2,040 dan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05, maka hipotesis ini Ho nya di terima dan Ha nya di tolak, maka dapat di simpulkan bahwa informasi Arus Kas Operasi tidak memiliki pengaruh signifikan yang signifikan terhadap abnormal return. Dengan hasil pengujian yang tidak berpengaruh ini menunjukan bahwa investor menganggap bahwa informasi arus kas operasi tidak cukup informatif sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidik (2008), Ardi (2008), Baridwan (1997) dan Triyono (1998), Daniati dan Suhairi (2006) yang menyatakan bahwa arus kas tidak memiliki kandungan informasi terhadap abnormal
Jurnal Akuntansi | 26
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
return dan ecpected return, sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah (2010), bahwa arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return, Triyono dan Jogiyanto (2000), Dian dan Kusuma (2003) serta Fery dan Wati (2004) juga menyatakan bahwa arus kas berpengaruh terhadap abnormal return.
Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini adalah deviden berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, berdasarkan hasil penelitian bahwa deviden berpengaruh negatif signifikan terhadap abnormal return yang bisa lihat dari t hitungnya yang lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 2,392, dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,023. Maka Ho di tolak dan Ha diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Habbe (2003) serta fery da Wati (2004) yang menyatakan bahwa deviden mempinyai kandungan informari terhadap abnormal return atau berpengaruh secara signifikan, sedangan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2008) yang menyatakan bahwa deviden tidak mempunyai kandungan informasi terhadap abnormal return.
Pengujian Hipotesis Keempat Hipotesis yang keempat dalam penelitian ini adalah Size Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Berdasarkan tabel 4.7 hasil penelitian ini membuktikan kalau size perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, hal ini dapat dilihat dari t hitung sebesar 1,934 yang lebih kecil dari t tabel sebesar 2,040, dan
memiliki nilai signifikasi sebesar 0,063 lebih besar dari nilai
signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidik (2008), sedangkan penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) menemukan adanya pengaruh positif antara ukuran perusahaan dengan expected return saham. Hasil pengujian yang tidak signifikan menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak cukup informatif untuk mengukur kinerja perusahaan. Investor beranggapan bahwa perusahaan yang besar tidak selamanya perusahaan yang besar
Jurnal Akuntansi | 27
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
tidak selamanya dapat memberikan
ISSN 2339-2436
tingkat abnormal return yang besar begitu
sebaliknya, perusahaan kecil tidak menutup kemungkinan dapat memberikan tingkat abnormal return yang tinggi bagi para investornya. Pengujian Hipotesis Kelima Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah inflasi berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, berdasarkan tabel 4.7 yang menunjukan t hitung untuk inflasi sebesar 1,115 lebih kecil di bandingkan dengan nilai t tabel sebesar 2,040, serta memiliki nilai signifikasi lebih besar di bandingkan 0,05. Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Penelitian tidak mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Aryo (2010) yang mendapatkan bahwa inflasi berpengaruh terhadap return saham, Tingkat inflasi yang besar merefleksikan bahwa resiko investasi
di semua
sector usaha besar pula, sebab inflasi yang tinggi akan mengurangi tingkat pengembalian (rate of return) dari investor. Selain itu pula inflasi yang tinggi yang mengakibatkan harga barang-barang mempunyai kecenderungan untuk meningkat. Peningkatan harga barang-barang ini akan membuat biaya produksi menjadi tinggi, sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan secara individual maupun menyeluruh. Akibatnya jumlah penjualan akan menurun pula, penurunan jumlah penjualan ini akan menurunkan pendapatan perusahaan. Selanjutnya akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dengan turunnya harga saham perusahaan tersebut.
Pengujian Hipotesis Keenam ANOVAa Model
Sum of
Df
Mean
Squares
1
F
Sig.
Square
Regression
1,474
5
,295
Residual
3,208
30
,107
Total
4,682
35
2,757
,036b
Jurnal Akuntansi | 28
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Pengujian statistik uji F memberikan hasil F hitung sebesar 2,757 yang lebih besar dari F tabel yakni 2,36, dengan nilai signifikansi sebesar 0,036 lebih kecil dari (0,05). Ini berarti bahwa secara bersama-sama variable independen yakni Laba, Arus Kas Operasi, Deviden, Size Perusahaan dan Inflasi secara berpengaruh signifikan terhadap variable dependen yakni Abnormal Return. Dari koefisien determinasi kuadrat diketahui bahwa hanya 22,8% tingkat abnormal return yang dapat dijelaskan oleh kelima independennya dalam bentuk hubungan linear sedangkan 77,2% dijelaskan oleh faktor yang lain diluar model.
Model Summary
Mod
R
R Square
el 1
,478a
,228
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,099
,61349
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Deviden, Size Perusahaan, Laba, Arus Kas Operasi
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh signifikan informasi laba dan deviden terhadap abnormal return, hal tersebut menunjukan bahwa profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan nilai perusahaan di masa yang akan datang dan informatif bagi investor. 2. Penelitian ini membuktikan arus kas operasi, size perusahaan dan inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap abnormal return. Hasil ini menunjukan bahwa ketiga variabel tersebut tidak cukup informatif sebagai alat ukur kinerja perusahaan.
Jurnal Akuntansi | 29
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Saran Dengan adanya keterbatasan pada penelitian ini, saran untuk penelitian selanjutnya adalah : 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode penelitian yang lebih panjang dan dengan sample yang lebih besar agar diperoleh hasil yang lebih baik dari pada hasil penelitian ini. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penambahan terhadap variable independen yang digunakan agar model regresi yang di hasilkan mampu memprediksi dengan akurat nilai abnormal return.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut : 1. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang bergerak dalam sektor industri konsumsi. Sehingga jumlah sampel yang dihasilkan relatif kecil jika dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan rendahnya daya komparabilitas hasil penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari perusahaan yang berasal dari jenis industri yang berbeda walaupun sudah dikhususkan pada sektor manufaktur. Perbedaan karakteristik jenis industri dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap nilai variable yang diteliti. 2. Penelitian ini menghasilkan nilai koefisien determinasi yang kecil yaitu sebesar 22,8%. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh variable independen terhadap variable dependen masih sangat lemah. Berarti selain laba, arus kas operasi, deviden, size perusahaan dan inflasi masih banyak variable lain yang diduga lebih mampu digunakan sebagai prediktor terhadap abnormal return. Misalnya leverage, Pengumuman IPO, Stock Split.
Jurnal Akuntansi | 30
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
DAFTAR PUSTAKA Ardi Hamzah, 2008, Pengaruh Kandungan Informaasi Laba, Arus Kas Operasi, dan Deviden Terhadap Abnormal Return, Jurnal Neo-Bis, Volume1, No 1. Baridwan, Zaki, 1997, Analisis Nilai Tambah Informasi Arus Kas, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Buana, Raksa, Dwiatmojo, Aryo, 2010, Pengaruh Inflasi dan Tingkat suku Bungan Terhadap Return Saham Emiten, Universitas Mataram. Dian Poppy dan Kusuma, Indra, 2003, Nilai Tambahan Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003. Fathoni, Ellen Rusliati, 2011, Inflasi Suku Bunga Deposito Dan Return Pasar Terhadap Rerun Saham, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 2, Agustus. Ferry dan Emi Eka Wati, 2004, Pengaruh Informasi Laba Aliran Kas dan Komponen Aliran Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi VII Denpas Bali,2004 Gunawan Tri, 2012, Pengaruh Rasio Camel Inflasi dan Nilai Tukar Uang Terhadap Return Saham, Universitas Diponegoro. Irianti, Endang, Tjiptowati,2008, Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas Komponen Arus Kas, dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham dan return Saham. Jakarta Stock Exchange, ICMD (2008-2012) Jakarta Stock Exchange, JSX Statistics (2008-2012) Kieso, Donald E, Weygandt J.J, Warfield T.D, 2008. Akuntansi Intermediate, Edisi Keduabelas, Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta. Livnat, J. and Zarowin, P. 1990. The Incremental Information Content of Cash Flow Component. Journal of Accounting and Economics Miller, M. And Rock, K. 1985. Dividen Policy Under Asymetric Information. Journal of Finance Miswanto and Suad Husnan. 1999. The Effect of Operating Leverage, Cyclicality and Firm Size on Business Risk, Gadjah Mada International. Journal of Business Ninna Daniati dan Suhairi, 2006, Pengaruh Kandungan Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham, Simposium, Nasional Akuntansi 9, Padang.
Jurnal Akuntansi | 31
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Nurhidayah Djaman, Gagaring Pagalung dan Tawakkal, 2010, Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas, Laba dan Size Perusahaan Terhadap Abnormal Return Sahan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia. Prasetyo, Hari, 2006, Analisis Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return, Abnormal Returb, Dan Volatilitas Return Saham, Universitas Diponegoro Sidik Cahyasuci, 2008, Pengaruh Kandungan Informasi Laba, Komponen Arus Kas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Cummulative Abnormal Return, Universitas Brawijaya, Malang. Sugiyono, 2010, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung
Sularso, Sri,2004, Metode Penelitian Akuntansi : Sebuah Pendekatan Replikasi, Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta Trihendradi, C, 2011, Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 19, Andi, Yogyakarta Triyono, 1998, Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas dan Laba Terhadap Return Saham, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Triyono, dan Jogianto Hartono, 2000, Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas dan Laba Terhadap Return Saham, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Triyono, dan Jogiyanto Januari, 2000. Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas, dan Laba Akuntansi dengan Harga dan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3, No. 1
Jurnal Akuntansi | 32
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Analisis Implementasi Penerapan Prinsip-PrinsipGood Corporate Governance dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan PT NS Bluescope Indonesia DENNY PUTRI HAPSARI, SYAMSUDIN
ABSTRAK Penerapan prinsip- prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. GCG dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi penerapan prinsip-prinsip GCG yang terdiri dari transparancy, accountability, responsibility, independency dan fairness pada PT NS Bluescope Indonesia dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara prinsip-prinsip GCG tersebut terhadap kinerja perusahaan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi penerapan prinsip-prinsip GCG diperusahaan adalah sangat baik/ sangat efektif, dan secara simultan menunjukkan bahwa penerapan prinsipprinsip GCG di perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kata Kunci : Good Corporate Governance, Kinerja perusahaan, Balanced scorecard
PENDAHULUAN Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Tuntutan terhadap wujud GCG disetiap sektor (publik maupun swasta) kini semakin gencar. Tuntutan ini memang sangat wajar, mengingat banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi yang luar biasa di negeri ini, ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi di Indonesia. Indikasi buruknya pengelolaan tersebut antara lain tercermin dari berbagai indikator berikut : (Zarkasyi, M.W (2008). Good Corporate Governance. Bandung: Alfabeta) (1) Tahun 1998, secara umum hasil survei Booz-Allen dan Hamilton menyatakan bahwa belum efektifnya pelaksanaan GCG di Indonesia adalah yang paling rendah di Asia Timur. Asian Development Bank juga mengemukakan bahwa fenomena yang sering dijumpai pada perusahaan-perusahaan di Indonesia antara lain belum melakukan pengelolaan perusahaan secara profesional, karena konsentrasi kepemilikan oleh pihak
Jurnal Akuntansi | 33
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
tertentu yang memungkinkan terjadinya afiliasi antar pemilik, pengawas dan pengelola perusahaan, serta tidak berfungsinya Dewan Komisaris Perusahaan. (2) Tahun 1999, di sektor swasta, menurut hasil riset McKinsey & Company yang melibatkan para investor di Asia, Eropa dan Amerika Serikat terhadap lima negara di Asia, menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat terendah dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Sedangkan menurut hasil survei yang dilakukan Political and Economic Risk Consultancy (PERC) terhadap pelaku bisnis asing di Asia ternyata Indonesia merupakan negara terburuk dibidang corporate gocernance. (3) Tahun 2001, hasil survey yang dikembangkan oleh Credit Lyonnais Securities dengan tujuh kategori, meliputi disiplin, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, tanggung jawab, keadilan dan kesadaran nasional terhadap standar GCG pada 115 perusahaan di 25 negara berkembang menunjukkan bahwa skor total untuk perusahaan di Indonesia yang disurvey hanya 37,7 dari skala 0-100 (100 adalah yang tertinggi). Skor ini lebih rendah dibandingkan dengan skor total perusahaan yang di survey di negara Singapura (64,5), Malaysia (56,6), India (55,6), Thailand (55,1), Taiwan (54,6), Cina (49,1), Korea (47,1) dan Filipina (43,9). Penilaian kinerja perusahaan yang diukur melalui aspek keuangan adalah dengan mengacu pada laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam suatu periode yang telah berlalu (past performance), serta berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban manajemen. Setiap kebijakan dan keputusan yang diambil dalam proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. (Irham,2011). Penilaian berdasarkan aspek non keuangan mengacu pada sistem pengukuran kinerja yang dirancang oleh Robert S Kaplan dan David P Norton yang dikenal sebagai balanced scorecard. Balanced scorecard memiliki keistimewaan dalam hal pengukurannya yang komprehensif, karena juga mempertimbangkan kinerja dalam aspek non keuangan. Salah satu penelitian yang mencoba menguji implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan hubungannya tehadap kinerja yaitu penelitian yang dilakukan oleh Andira (2012). Penelitian tersebut menguji implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan hubungannya terhadap kinerja perusahaan baik secara simultan maupun parsial. Analisis empiris penelitiannya didasarkan pada survey data dari seluruh staf PT. United Tractors Tbk. Cabang Makasar yang berjumlah 50 orang. Hasil utama penelitian tersebut yaitu pertama, Andira menemukan bahwa secara simultan implementasi Good Corporate Governance berhubungan dengan kinerja perusahaan. Kedua, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial implementasi Good Corporate Governance berhubungan dengan kinerja perusahaan. Ketiga, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa implementasi Good Corporate Governance pada PT. United Tractors Cabang Makasar pelaksanaannya sangat baik 86,10% sedangkan kinerja 86,96% sangat baik dan sangat efisien. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
Jurnal Akuntansi | 34
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
1. 2. 3.
ISSN 2339-2436
Bagaimana implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) di PT. NS Bluescope Indonesia ? Bagaimana kinerja PT. NS Bluescope Indonesia ? Bagaimana pengaruh implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja PT. NS Bluescope Indonesia?
KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) Teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah agency theory, yang dikembangkan oleh Jensen & Mekling (1976). Hubungan antara pengukuran kinerja dengan good governance merupakan kajian yang menarik jika dilihat dari berbagai perspektif, salah satunya adalah dari sudut pandang teori keagenan (agency theory). Pada awalnya teori keagenan ini berkembang karena adanya kebutuhan untuk menjelaskan kecenderungan perilaku manajer dan pemilik yang melakukan suatu perjanjian kontrak untuk keberlangsungan suatu perusahaan (hubungan keagenan). Jansen & Mekling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara pemilik, dalam hal ini disebut principal dengan manajemen sebagai agent untuk menjalankan beberapa jasa atas kepentingan yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agent. Menurut teori keagenan, untuk mengatasi ketidaksamaan atau ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan, salah satunya adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).(Kesuma, S.A:2005) Good Corporate Governance 1. Konsep Dasar Corporate Governance Pembicaraan mengenai corporate governance tidak dapat dipisahkan dengan konsep dan sistem korporasi. Korporasi adalah mekanisme yang dibangun agar berbagai pihak dapat memberikan kontribusi berupa modal, keahlian (expertise), tenaga untuk manfaat bersama. (Hunger dan Wheelen, 2003). Definisi tersebut secara implisit telah menyinggung mengenai pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan terbentuknya suatu korporasi : para investor (shareholders) yang memberi kontribusi berupa modal yang adakalanya diperoleh dari para kreditor (perbankan), para manajer (management) yang memberi kontribusi berupa keahlian dan para karyawan dengan kontribusi tenaga. Konsep pemisahaan antara kepemilikan (ownership) para pemegang saham dan pengendalian (control) para manajemen dalam korporasi telah menjadi suatu kajian sejak tahun 1930-an. Permasalahan yang kemudian timbul dari pemisahan ini adalah apakah para dewan (dewan komisaris dan dewan direksi) bertindak dengan sesungguhnya bagi kepentingan para pemegang saham ? Oleh sebab itu para penganjur agency theory di tahun 1970-an mengatakan bahwa para dewan (agen yang mewakili para pemegang saham) secara rasional akan bertindak bagi kepentingan mereka, dan bukan dengan bijaksana dan adil bertindak bagi kepentingan para pemegang saham. Oleh sebab itu, diperlukan suatu sistem checks and balances untuk mencegah potensi penyalahgunaan kekuasaan.
Jurnal Akuntansi | 35
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
2. Pengertian Good Corporate Governance Banyak terdapat definisi yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang corporate governance, yang diberikan baik oleh institusi (institusional) maupun perorangan (individual). Berikut beberapa definisi GCG baik menurut institusi maupun individu : Forum forCorporate Governance in Indonesia (2002) memberikan definisi corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Cadbury Commite (2003) memandang corporate governance sebagai: A set of rules that define the relationship between shareholder, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibility.(Tjager, 2003). Organization for Economic and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai : One key element in improving economic efficiency and growth as well as enhancing investor confidence that involves a set of relationships between a company’s management, its board, its shareholders and other stakeholders and also provides the structure through which the objectives of the company, the means of attaining those objectives and monitoring performance. (OECD, 2004) Bank Dunia memberikan definisi GCG sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumbersumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. (Effendi, 2008)
Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No.117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan stuktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tahap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa corporate governance pada dasarnya adalah mengenai suatu sistem, prosedur, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi untuk tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
Jurnal Akuntansi | 36
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
3. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Governance Sejak diperkenalkan oleh OECD, prinsip-prinsip corporate governance berikut ini telah dijadikan acuan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsipprinsip tersebut disusun seuniversal mungkin sehingga dapat berlaku bagi semua negara atau perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di negara masing-masing. Prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini antara lain: Chandra, Aditiawan. (2007). Membangun Tatakelola Perusahaan Menurut Prinsip-Prinsip GCG. Diakses pada 2 Desember 2013 dari businessenvironment.wordpress.com a. Akuntabilitas (accountability) Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. b. Pertanggungjawaban (responsibility) Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undangundang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis. c. Keterbukaan (transparancy) Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan. d. Kewajaran (fairness) Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan. e. Kemandirian (independency) Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan. 2.1.2.4 Tahap-Tahap Penerapan GCG Dalam pelaksanaan penerapan GCG diperusahaan, adalah penting bagi perusahaan untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi
Jurnal Akuntansi | 37
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Pada umumnya perusahan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG menggunakan pentahapan berikut (Chinn,2000;Shaw,2003). Tahap Persiapan Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama : 1) awarness building, 2) GCG assesment, dan 3) GCG manual building.Awarness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentukkegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok. GCG assesment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkahlangkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain, GCG assesment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya. GCG manual building, adalah langkah berikutnya setelah GCG assesment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat dilakukan. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek seperti : Kebijakan GCG perusahaan Pedoman GCG bagi para organ-organ perusahaan Pedoman perilaku Audit commitee charter Kebijakan disclosure dan transparansi Kebijakan dan kerangka manajemen resiko Roadmap implementasi Tahap Implementasi Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah menilai implementasi penerapannya di perusahaan. Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama, yakni : 1. Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan. 2. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top downapproach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan (change
Jurnal Akuntansi | 38
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
3.
ISSN 2339-2436
management) guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG didalam seluruh proses bisnis perusahaan, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.
Tahap Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada. Kinerja Perusahaan Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. (Andira, 2012). Kinerja perusahaan dapat dilihat dari aspek keuangan dan aspek non keuangan. Dari aspek keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang menggambarkan bagaimana kinerja keuangan dalam suatu perusahaan dan sering menjadi perhatian utama bagi para pemakai informasi laporan keuangan, sedangkan dari aspek non keuangan bisa dilihat dari aspek pelanggan, bisnis internal , aspek pembelajaran dan pertumbuhan. Penilaiankinerjakeuanganperusahaanumumnyamenggunakananaslisislikuiditas, solvabilitas, danrentabilitas.Kelebihan pengukuran dengan metode tersebut adalah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia. Sedangkan kelemahannya adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran atau estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat. Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) : ” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau
Jurnal Akuntansi | 39
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk: a. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet). b. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama Laporan Laba Rugi (Income Statement). c. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement of Stockholders Equity) d. Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama. (Thahir: 2008) Rasio Likuiditas Secara umum tujuan utama penggunaan rasio keuangan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Untuk menganalisa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam menghitung tingkat likuiditas diperlukan suatu alat ukur. Dalam hal ini alat ukur yang digunakan penulis untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah Rasio Lancar (Current Ratio). Current Assets Current Ratio =
X 100%
Current Liabilities
Rasio lancar ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan rasio lancar yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang, sehingga
Jurnal Akuntansi | 40
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
tingkat perputaran persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.
Rasio Rentabilitas/Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah di tetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang juga dikenal dengan nama rasio rentabilitas. Munawir (2007 : 33) menyebutkan bahwa rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets(ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Profit Income After Tax ROA =
X 100 Total Assets
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil untuk periode saat itu. Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Aspek Pelanggan Aspek Pelanggan dapat diukur dengan lima aspek utama (Kaplan, 1996): a. Pengukuran Pangsa Pasar b. Pengukuran Customer Retention c. Pengukuran Customer Acquisition d. Pengukuran Customer Satisfaction e. Pengukuran Customer Profitability Aspek Bisnis Internal Perspektif Bisnis Internal dapat diukur dengan tiga aspek utama yaitu :
Jurnal Akuntansi | 41
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
a.
Proses Inovasi (penelitian dasar dan terapan juga penelitian pengembangan produk) b. Proses Operasi (menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan ketepatan waktu dari barang/jasa yang diberikan kepada konsumen). c. Pengukuran terhadap efisiensi waktu yang dibutuhkan (time measurements) Aspek Pertumbuhan dan Pembelajaran Betapa pentingnya untuk terus memperhatikan karyawan, memantau kesejahteraannya, meningkatkan pengetahuan karyawan yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan untuk mencapai hasil ketiga perspektif diatasnya. Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan Dengan adanya penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu : (Wardani, 2009) 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shareholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi. Kinerja perusahaan ditentukan oleh sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan good corporate governance. Perusahaan yang terdaftar dalam skor pemeringkatan corporate governance yang dilakukan oleh IICG telah menerapkan good corporate governance dengan baik dan secara langsung menaikkan nilai sahamnya. Semakin tinggi penerapan corporate governance yang diukur dengan corporate governance indeks perception semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Secara teoritis praktik good corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang berdampak terhadap kinerjanya. Berdasarkan masalah penelitian dan telaah literature, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : “Implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (transparancy, accountability, responsibility, fairness, independency) berpengaruh terhadap kinerja PT. NS Bluescope Indonesia” METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan bersifat kausalitas. Studi kausalitas adalah suatu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat disamping mengukur kekuatan hubungannya. Dengan kata lain, studi kausalitas mempertanyakan masalah sebab akibat. Berdasarkan sifat
Jurnal Akuntansi | 42
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
dari penelitian ini, maka pengujian hipotesis menggunakan analisa regresi berganda, karena dalam pengujian ini ada lebih dari satu variabel independen. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu (1) variabel independen yaitu prinsip-prinsip goodcorporate governance, yang terdiri dari transparancy, accountability, responsibility, fairness, independency dan (2) variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Pengukuran masing-masing variabel adalah sebgai berikut : 1. Prinsip-prinsip good corporate governance X1 Transparansi (transparancy) X2 Akuntabilitas (accountability) X3 Responsibilitas (responsibility) X4 Kewajaran (fairness) X5 Kemandirian (independency) 2. Kinerja Perusahaan (Y) Dalam penelitian ini, kinerja perusahaan diukur berdasarkan : Aspek keuangan Aspek pelanggan Aspek bisnis internal Aspek pembelajaran dan pertumbuhan Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. NS Bluescope Indonesia. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuantujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. Sugiyono, Metode Alfabeta,2008),85
Penelitian
Kuantitatif,
Kualitatif
Dan
R&D
(Bandung:
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis bertujuan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 36 orang responden yaitu karyawan PT. NS Bluescope Indonesia.
Jurnal Akuntansi | 43
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tabel 1 Nilai Kategori Jawaban Skala Likert Kategori Jawaban Sangat Baik Baik Cukup Baik Buruk Sangat Buruk (Sugiyono:2010)
Skor 5 4 3 2 1
Untuk mengetahui gambaran penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan kinerja perusahaan dengan pendekatan balanced scorecard, maka dilakukan perhitungan rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden yang kemudian dibandingkan dengan skor maksimal, dan selanjutnya dibandingkan dengan tabel interpretasi skor seperti berikut : Tabel 2 Interpretasi Skor Hasil
Kategori
20% - 35,99% 36% - 51,99% 52% - 67,99% 68% - 83,99% 84% - 100% (Sugiyono : 2010)
Tidak baik/Tidak efektif Kurang baik/Kurang efektif Cukup baik/Cukup efektif Baik/Efektif Sangat baik/Sangat efektif
PEMBAHASAN Hasil penelitian dari penyebaran kuisioner data tanggapan 36 responden tentang implementasi prinsip-prinsip good corporate governance(transparancy, accountability, responsibility, fairness, independency)dideskripsikan dalam tabel dibawah ini. Kemudian hasil jawaban responden tersebut diolah untuk memperoleh skor dari pernyataan dengan menggunakan weight mean score. Tabel 3 Persentase Skor Kuisioner Variabel X Jenis Variabel
Kategori
Transparancy (X1)
Persentase Skor 86,22 %
Accountability (X2)
85,33 %
Sangat Baik/Sangat Efektif
Responsibility (X3)
85,89 %
Sangat Baik/Sangat Efektif
Fairness (X4)
85,56 %
Sangat Baik/Sangat Efektif
Sangat Baik/Sangat Efektif
Jurnal Akuntansi | 44
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Independency (X5)
83,56 %
Sangat Baik/Sangat Efektif
Kinerja (Y)
86,50 %
Sangat Baik/Sangat Efektif
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai skor masing-masing variabel X menunjukkan bahwa secara umum implementasi prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) adalah sangat baik/sangat efektif. Pengukuran kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan rasio Return On Assets (ROA) dan Current Ratio (CR). Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2012 dan tahun 2013. Tabel 4 Return On Assets Tahun
Total Aset ($) 6.733.500.000
ROA (%)
2012
Laba Setelah Pajak ($) (1.027.900.000)
2013
( 62.600.000)
7.330.800.000
(0,854%)
(15,265%)
Dari tabel 4 di atas, dapat terlihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 perusahaan mengalami kerugian, yaitu $ 1.027.900.000 pada tahun 2012 namun pada tahun 2013 kerugian perusahaan lebih kecil bila dibandingkan tahun 2012 yaitu $ 62.600.000. Ini berarti kinerja perusahaan meningkat di tahun 2013. Jika dilihat dari total aset perusahaan, tahun 2013 laporan keuangan perusahaan menunjukkan peningkatan jumlah asetnya, dari $ 6.733.500.000 di tahun 2012 meningkat menjadi $ 7.330.800.000. Sehingga hasil perhitungan ROA yang dihasilkan bertanda negatif, meskipun demikian terjadi peningkatan nilai ROA di tahun 2013.
Tabel 5 Current Ratio Tahun
Total Current Assets ($)
CR
2.567.100.000
Total Current Liabilities ($) 1.802.200.000
2012 2013
2.941.300.000
1.668.800.000
176,252%
142,44%
Tabel 5 memperlihatkan bahwa perusahaan mengalami peningkatan total aset lancarnya di tahun 2013, yaitu dari $ 2.567.100.000 di tahun 2012 menjadi $ 2.941.300.000 pada tahun 2013 dan penurunan nilai total kewajiban lancarnya dari $ 1.802.200.000 di tahun 2012 menjadi $ 1.668.800.000 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami peningkatan kinerjanya pada tahun 2013. Nilai current ratio yang dihasilkan juga mengalami peningkatan, yaitu dari 142,44% di
Jurnal Akuntansi | 45
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
tahun 2012 menjadi 176,252% di tahun 2013. Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin membaik pada tahun 2013 jika dibandingkan kinerja keuangan tahun 2012. KESIMPULAN Dari hasil pengolahan data hasil jawaban kuisioner yang berisi perrnyataanpernyataan yang berkaitan dengan hal-hal mengenai implementasi prinsip-prinsip GCG yaitu transparancy, accountability, responsibility, fairness dan independency serta pernyataan yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dari 36 responden dengan menggunakan program IBM SPSS 20, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berrikut : 1. Nilai koefisien determinan sebesar 0,526 mempunyai arti bahwa variabel prinsip-prinsip GCG memiliki kontribusi sebesar 52,6 % terhadap naik atau turunnya kinerja perusahaan dan sebesar 47,4 % dipengaruhi oleh variabel lain. 2. Nilai koefisien korelasi transparancy sebesar 0,422 menunjukkan bahwa implementasi transparancy memiliki keeratan hubungan yang cukup kuat dan positif terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien regresi transparancy sebesar 2,840 berarti bahwa variabel tersebut memberikan pengaruh yang searah terhadap kinerja perusahaan. Sehingga jika terjadi peningkatan nilai variabel transparancysatu satuan, maka akan menaikkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan sebesar 2,840 dengan asumsi variabel lain tetap. Untuk uji t, nilai t-hitung (3,317) > t- tabel (2,039) yang berarti bahwa variabel transparancy berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 5% atau dapat dilihat dari nilai sig 0,002< 0,05. 3. Nilai koefisien korelasi accountability sebesar 0,835 menunjukkan bahwa implementasi accountability memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat dan positif terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien regresi Accountability sebesar 0,260 berarti bahwa variabel tersebut memberikan pengaruh yang searah terhadap kinerja perusahaan. Sehingga jika terjadi peningkatan nilai variabel Accountability, maka akan menaikkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan sebesar 0,260 dengan asumsi variabel lain tetap. Untuk uji t, nilai t-hitung (0,744) < t- tabel (2,039) yang berarti bahwa variabel accountability tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 5% atau dapat dilihat dari nilai sig 0,463> 0,05. 4. Nilai koefisien korelasi responsibility sebesar 0,325 menunjukkan bahwa implementasi responsibility memiliki keeratan hubungan yang cukup kuat dan positif terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien regresi responsibility sebesar 1,322 berarti bahwa variabel tersebut memberikan pengaruh yang searah terhadap kinerja perusahaan. Sehingga jika terjadi peningkatan nilai variabel responsibility, maka akan menaikkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan sebesar 1,322 dengan asumsi variabel lain tetap.Untuk uji t, nilai t-hitung (2,073) > t- tabel (2,039) yang berarti bahwa variabel responsibility
Jurnal Akuntansi | 46
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 5% atau dapat dilihat dari nilai sig 0,053 ≤ 0,05. 5. Nilai koefisien korelasi fairness sebesar 0,913 menunjukkan bahwa implementasi fairness memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat dan positif terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien regresi fairness sebesar 1,676 berarti bahwa variabel tersebut memberikan pengaruh yang searah terhadap kinerja perusahaan. Sehingga jika terjadi peningkatan nilai variabel fairness, maka akan menaikkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan sebesar 1,676 dengan asumsi variabel lain tetap. Untuk uji t, nilai t-hitung (3,247) > t- tabel (2,039) yang berarti bahwa variabel fairness berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 5% atau dapat dilihat dari nilai sig 0,003< 0,05. 6. Nilai koefisien korelasi independency sebesar 0,845 menunjukkan bahwa implementasi independency memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat dan positif terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien regresi independency sebesar 0,289 dan bertanda negatif berarti bahwa variabel tersebut memberikan pengaruh yang berlawanan arah terhadap kinerja perusahaan. Sehingga jika terjadi peningkatan nilai variabel independency, maka akan menurunkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan sebesar 0,289 dengan asumsi variabel lain tetap. Untuk uji t, nilai t-hitung (0,787) < t- tabel (2,039) dan bertanda negatif yang berarti bahwa variabel independency tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 5% atau dapat dilihat dari nilai sig 0,473> 0,05.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. NS Bluescope Indonesia tentang implementasi penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governancedan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan didapat hasil, bahwa implementasi penerapan prinsipprinsip GCG yang baik/efektif dapat meningkatkan kinerja perusahaan.Semakin baik/efektif penerapan corporate governance, semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA) dan Current Ratio (CR) juga menunjukan bahwa kinerja perusahaan mengalami peningkatan dari kinerja periode sebelumnya. Secara teoritis praktik good corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang berdampak terhadap kinerjanya.
Jurnal Akuntansi | 47
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
DAFTAR PUSTAKA Andira, Ayu. 2009. Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT United Tracktors Tbk. Cabang Makasar. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makasar. Bhagat, Sanjai dan Brian Bolton. 2007. Corporate Governance and Firm Performance. (Online), (http://www.sciencedirect.com), diakses tanggal 1 September 2013 Brown,
Lawrence dan J.Caylor.2006. Corporate Governance and Firm Valuation.(Online), (http://www.ssrn.com), diakses tanggal 10 Desember 2013
Catur Budi Utama. Dampak Krisis Keuangan Global Tahun 2008 Terhadap Ekonomi Indonesia. diakses tanggal 15 November 2013 Chandra, Aditiawan. (2007). Membangun Tatakelola Perusahaan Menurut PrinsipPrinsip GCG. Diakses pada 2 Desember 2013 dari businessenvironment.wordpress.com Gunawan Sudarmanto. 2004. Analisis Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta. Graha Ilmu Hartono. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalamanpengalaman. Yogyakarta. BPFE Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang. Universitas Diponegoro I. Nyoman Tjager. 2003. Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta.Prenhallindo Kementerian BUMN. 2002. Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M- MBU/2002 tanggal 31 Juli tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN. Jakarta. Kementerian BUMN Klapper, L., F dan Love, I. 2002. Corporate Governance, Investor Protection, and Performance in Emerging Market. World Bank Policy Research Woring Paper 2818. (Online), (http://www.ssrn.com), diakses tanggal 1 September 2013 Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance. Jakarta. KNKG Mas
Achmad Daniri. 2005. Good Corporate Penerapannya. Jakarta. Ray Indonesia
Governance
Konsep
dan
Jurnal Akuntansi | 48
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Moelyadi. 2006. Manajemen keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Malang: Bayu Media Publishing Mulyadi. 2001. Akuntasi Manajemen. Jakarta. Salemba Empat Organization for Economic Coperation and Development (OECD). 2004. The OECD Principles of Corporate Governance. (Online), (http://www.oecd.org), diakses tanggal 15 November 2010 Ristifani. 2009. Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jakarta. Singgih Santoso. 2000. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional Versi 7.5. Jakarta. Elex Media Komputindo Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta Sugiyono.2009.Metode Penelitian Bisnis.Bandung.Alfabeta Sulaiman Wahid. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10.Yogyakarta. Penerbit Andy Sutojo dan Altridge, E. J. 2008. Good Corporate Governance – Tata Kelola Perusahaan yang Sehat. Jakarta. PT. DamarMuliaPustaka Kaihatu, Thomas S. 2006. “Good Corporate Governance Dan Penerapannya di Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 8 Nomor 1 hal:2-3 Komite Nasional Kebijakan Governance. 2008. Governance. Jakarta : KNKG
Pedoman Umum Good Public
Wardani, Diah Kusuma. 2008. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Widuri dan Paramita. 2207. “Analisis Hubungan Peran Budaya Perusahaan Terhadap Penerapan GCG”. Jurnal The Winner. Volume 8 No. 2 hal : 6-7. Yudha Pranata. 2007. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia
Zarkasy, Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance pada badan usaha manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung. Alfabeta
Jurnal Akuntansi | 49
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI DUA DESA DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG (Studi Komparatif Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Tirtayasa dan Desa Sujung) Nofia Laser1 Rahmat Yuliadi Universitas Serang Raya
ABSTRACT In conducting this study, the authors use the method of comparative research is a method of collecting, presenting and comparing two or more samples so that the resulting picture of the land and building tax on Tirtayasa District District of attack, so this study focused on land and building tax revenue contained in the Village Tirtayasa and Village Sujung, so knowing there a difference in land and building tax revenue. It can be influenced by the low level of public awareness that will tax, education level, income level, and high levels of welfare. Thus weakening the level of awareness of the importance of the tax would prove to the tax rate that can be described through the acceptance and realization of the Tax Years 2007 through 2011 are still far from increasing. Acceptance of Land and Building Tax (PBB) in the Village and Village Sujung Tirtayasa obvious the difference between tax assessment and realization, acceptance of land and building tax (PBB) Ds. Tirtayasa reached 100% while the Ds. Sujung not meet the target. The government should hold frequent socialization Land and Building Tax (PBB) on society. Keywords : Land and Building Tax, The government, Revenue
PENDAHULUAN Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan, terencana, menyeluruh, terpadu, terarah yang bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan seharusnya dilaksanakan merata diseluruh tanah air dan harus benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat sehingga tujuan pembangunan nasional dapat tercapai.
Jurnal Akuntansi | 50
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri. Awalnya Negara Indonesia mengandalkan hasil dari minyak dan gas, tetapi karena sumber daya ini tidak dapat diperbaharui, maka di galihlah sumber-sumber pajak. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan Negara untuk membiayai pembangunan. Pemerintah menempatkan sektor perpajakan sebagai wujud untuk meningkatkan daya dukung rakyat dalam pembangunan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah salah satu jenis pajak yang ada di Indonesia. PBB merupakan pajak yang dikenakan terhadap obyek berupa tanah atau bangunan dari seseorang (Wajib Pajak) yang memiliki, memanfaatkan, atau menguasai tanah dan bangunan (Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Nomor 12 tahun 1985 Pasal 1), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1994. Pertimbangan yang mendasari pengenaan Pajak terhadap Bumi dan Bangunan yaitu Bumi dan Bangunan memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atau memperoleh manfaat dari Bumi dan Bangunan. Oleh karena itu, wajar jika mereka diwajibkan memberikan sebagian manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada Negara melalui pajak, dalam hal ini Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Bahkan bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya karena mendapat sesuatu hak dari pemerintah. Pajak Bumi dan bangunan (PBB) termasuk pajak pusat, yang pengenaannya diatur dengan undang-undang dan dikelola oleh pemerintah pusat. Namun demikian, sebagian besar hasil pungutan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut dikembalikan atau diserahkan kepada pemerintah daerah, yaitu sebesar 80%. Melalui pertimbangan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk kepentingan masyarakat daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat terdorong untuk memenuhi kewajiban pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga mencerminkan asas kegotongroyongan rakyat dalam pembiayaan pembangunan.
Jurnal Akuntansi | 51
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Pajak Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rahmat Soemitro, SH, (2011 ; 1) ”Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut S.I. Djajadiningrat, (2011 : 1) dalam Perpajakan Teori dan Kasus, “Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Berdasarkan pengertian yang terdapat dalam pedoman Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Undang-undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari beberapa definisi tersebut, kita dapat memahaminya melalui penjelasan berikut . Kontribusi wajib, berarti tidak mendasarkan pada hak tertentu atau tidak mengecualikan dan harus dipenuhi Bersifat memaksa, berarti jika tidak dipenuhi dapat ditagih secara paksa. Berdasarkan undang-undang, artinya tiap pungutan pajak harus ada aturan yang mendukung,
yaitu
undang-undang
sebagai
Negara
hukum,
sekaligus
mengemban amanat Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “tiap pungutan pajak untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung, artinya dibedakan dari retribusi atau pungutan lain. Pengertian pajak yang dianut Undang-Undang Perpajakan Indonesia
mengalami
evolusi dan menunjukan sebuah arah menuju kesetaraan antara pemerintah dengan masyarakat. Hal tersebut terlihat jelas dengan dimunculkannya definisi “Apa itu Pajak” secara resmi pada Undang-Undang No.28 tahun 2007, yaitu 24 tahun sejak reformasi
Jurnal Akuntansi | 52
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
perpajakan tahun 1983. Ikhtiar untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban ini secara eksplisit tampak pada penjelasan umum undang-undang No.28 tahun 2007 Romawi I angka 4hurup (d).
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Menurut Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Nomor 12 tahun 1994. adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Bumi di definisikan sebagai permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Sementara bangunan adalah kontruksi tekhnik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk dalam pengertian adalah: a) Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan.b) Jalan tol. c). Kolam renang. d) Pagar mewah e) Tempat olahraga f) Galangan kapal g) Taman mewah h) Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas pipa minyak i)Fasilitas lain yang memberikan manfaat Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Undang-undang No.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.12 tahun 1994.
Dasar Pengenaan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tarif Pajak Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5 % (lima per sepuluh persen). Dasar Pengenaan Pajak 1. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak 2. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat setiap tiga tahun oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Gubernur atau Bupati atau walikota (Pemerintah Daerah) setempat. 3. Dasar penghitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 % dan setinggi-tingginya 100 % dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) 4. Besarnya
presentase
ditetapkan
dengan
Peraturan
Pemerintah
dengan
memperhatikan kondisi ekonomi sosial. Pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah 3 (tiga) tahun sekali. Namun demikian untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan setahun sekali. Dalam menetapkan Nilai Jual, Kepala
Jurnal Akuntansi | 53
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Kantor Wlayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri
Keuangan dengan
mempertimbangkan pendapat Gubernua atau Bupati atau Walikota (Pemerintah Daerah) setempat, serta memperhatikan Self Assesment yang dimaksud (assessment value) adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan pajak, yaitu suatu presentase tertentu dari nilai jual sebenarnya
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli, Nilai Jual Beli Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti. Yang dimaksud dengan : Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkan dengan objek pajak lain yang sejenis, yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya. Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut. Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut. Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi : 1.
Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan. 2. Objek Pajak Sektor Perkebunan.
3. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusaha Hutan, Hak pengusaha hasil hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta Izin sah lainnya selain hak pengusaha hutan tanaman industry. 3. Objek pajak sector Kehutanan atas Hak pengusaha hutan tanaman industri. 4. Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. 5. Objek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi. 6. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C. 7. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas Galian C. 8. Objek Pajak sector Pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama. 9. Objek Pajak Usaha bidang
Jurnal Akuntansi | 54
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
perikanan laut. 10. Objek Pajak Usaha bidang perikanan darat. 11. Objek Pajak yang bersifat khusus
Dari urain diatas maka di betuklah Hipotesis : ada perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak Desa Tirtayasa dengan Desa Sujung.
METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian komparatif. Menurut Moh. Nazir, Ph.D, ( 2009 : 58 ) penelitian komparatif yaitu sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. sehingga timbul gambaran tentang Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.
Operasional Variabel Operasional
Keterangan Jumlah
Variabel X1 :
Penerimaan
Pajak
Bumi dan Bangunan
Indikator
Skala
objek Laporan
pajak, luas tanah,
Penerimaan
dan
telah terrealisasi
Jumlah
yang
Bangunan Target Penerimaan
Pada Desa Tirtayasa
Ratio
Tahun 2007-2011 Jumlah
Variabel X2 : Penerimaan
Pajak
objek Laporan
pajak, luas tanah,
Penerimaan
Bumi dan Bangunan
dan
telah terrealisasi
pada Desa Sujung
Bangunan
Jumlah
yang
Target Penerimaan
Ratio
Tahun 2007-2011
Jurnal Akuntansi | 55
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Analisis Statistik Deskriptif Menurut Prof. DR. Sugiyono., (2009 : 29) Statistik Deskriptif adalah Statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Pada Statistik Deskriptif ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi; grafik garis maupun batang; diagram lingkaran; pictogram; penjelasan kelompok melalui modus, median, mean, dan variasi kelompok melalui rentang dan simpangan baku. a. Modus Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang sedang popular (yang sedang menjadi model) atau nilai yang sering muncul dalam kelompok tersebut. b. Median Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang terkecil. c. Mean Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Hal ini dirumuskan sebagai berikut : Me =
x1 n
Dimana : Me = Mean (rata-rata) ∑ = Epsilon (baca jumlah) Xi = Nilai x ke I sampai n N = Jumlah
Analisis Statistik Parametris Menurut Prof. DR. Sugiyono., (2009 : 95), Statistik Parametris digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila datanya interval atau rasio. Jurnal Akuntansi | 56
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan hipotesis komparatif, Menurut Prof. DR. Sugiyono, (2009 : 88) hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukan dugaan nilai dalam satu variable atau lebih pada sampel yang berbeda. Dalam penelitian ini memakai dua sampel independen. Menurut Prof. DR. Sugiyono, (2009 : 137) Sampel independen adalah menguji kemampuan generalisasi rata-rata data dua sampel yang tidak berkorelasi, dalam hal ini yang menjadi perbandingan adalah Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Tirtayasa dan Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis Komparatif dua sampel ini, penulis menggunakan sampel yang tidak berkorelasi.
Analisis Non Korelasi Menurut Prof. DR. Sugiyono, (2009 : 137) menguji hipotesis dua sampel independen adalah menguji kemampuan generalisasi rata-rata data dua sampel yang tidak berkorelasi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui terdapat perbedaan antar dua sampel dan untuk melihat apakah beda mean tersebut benar-benar signifikan. Salah satu cara untuk menguji beda antara dua mean adalah dengan menggunakan Uji t-tes. Terdapat dua rumus t-test yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis Komparatif dua sampel independen yaitu : a. Separated Varians X1 − X 2 S12 S22 + n1 n2 (Sumber : Prof. DR. Sugiyono Statistika untuk Penelitian) b. Polled Varians t=
X1 − X 2 n1 − n2 S12 + n1 − n2 S22 1 1 + n1 + n2 − 2 n1 n2
Jurnal Akuntansi | 57
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
(Sumber : Prof. DR. Sugiyono Statistika untuk Penelitian) c. rumus t-test yaitu : Untuk menggunakan rumus t-test, akan dipilih untuk pengujian hipotesis, maka perlu diuji dulu varians ke dua sampel homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus berikut : F=
Varians besar Varians kecil
(Sumber : Prof. DR. Sugiyono Statistika untuk Penelitian) Harga F hitung tersebut perlu dibandingkan dengan F tabel.
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa Tirtayasa
Jumlah Objek dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Desa Tirtayasa tahun 2007 – 2012
No
Tahun
1
Ketetapan
Realisasi
Persen
OP
Rp
OP
Rp
2007
554
8.377.797
554
8.377.797
100%
2
2008
575
10.598.564
575
10.598.564
100%
3
2009
1.415
20.211.113
1.415
20.211.113
100%
4
2010
1.415
20.211.113
1.415
20.211.113
100%
5
2011
1.415
20.211.113
1.415
20.211.113
100%
Sumber : Desa Tirtayasa Tahun 2012
Jurnal Akuntansi | 58
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa Sujung Jumlah Objek dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sujung tahun 2007 – 2011
No
Tahun
1
Ketetapan
Realisasi
Persen
OP
Rp
OP
Rp
2007
905
9.650.908
517
5.650.908
59%
2
2008
1.050
28.581.913
563
7.581.913
27%
3
2009
1.052
28.698.501
585
7.998.501
28%
4
2010
1.043
25.737.971
653
9.737.971
38%
5
2011
1.026
15.152.647
926
13.052.647
86%
Sumber : Desa Sujung Tahun 2012
Uji Hipotesis (t-test) t hitung lebih besar dari t tabel
(4,06 > 2,776). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi kesimpulannya terdapat perbedaan secara signifikan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Tirtayasa dan Desa Sujung.
Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh sebagai berikut : Perbandingan uji F tabel dengan F hitung yaitu (2,97 ≤ 6,39) artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Ho diterima berarti adanya perbedaan yang signifikan (varians homogen). Perbandingan t hitung dengan t tabl yaitu (4,06 > 2,776), t hitung lebih besar dari t tabel, artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi kesimpulannya terdapat perbedaan secara signifikan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Tirtayasa dan Desa Sujung
Jurnal Akuntansi | 59
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, Prof. Dr. (2011), Perpajakan, Jogjakarta Andi Nazir, Moh, (2005), Metode Penelitian, Bogor Selatan, Ghalia Indonesia Pedoman Penulisan Skripsi UNSERA Resmi Siti, (2011), Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 6, Jakarta, Penerbit Empat
Salemba
Sugiyono, Prof. Dr. (2009), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta Bandung Undang – Undang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Nomor 12 tahun 1985 Pasal 1 Undang – Undang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Nomor 12 tahun 1994 www. Pajak.go. id
Jurnal Akuntansi | 60
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
PENGARUH CASH RATIO DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun oleh : Eni noviani Denny Kurnia
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara variabel independen yaitu cash ratio dan perputaran piutang variabel dependen yaitu rentabilitas ekonomi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009 sampai dengan 2011. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pengujian statistik parametik. Data diolah dengan menggunakan Analisis Multiple Regresi, Uji ANOVA, sebelum dilakukan analisis regresi berganda, variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan garis regresi, analisis korelasi berganda (koefisien korelasi dan koefisien determinasi) dan koefisien regresi. Kemudian dilakukan uji signifikan dengan menggunakan statistik uji t dan uji F. Kata Kunci : Cash Ratio, Perputaran Piutang, Rentabilitas Ekonomi.
ABSTRACT This research was conducted to analyze whether there is influence of the independent variables, namely cash and accounts receivable turnover ratio dependent variable is the economic profitability of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009 through 2011. This study uses descriptive analysis parametik statistical testing. The data were processed using Multiple Regression Analysis, ANOVA test, prior to the multiple regression analysis, the variables that will be used in this study were tested first with the classic assumption test. Then the hypothesis testing using the equation of the regression line, multiple correlation analysis (correlation coefficient and the coefficient of determination) and the regression coefficients. Then do the test statistically significant using the t test and F test. Keywords: Cash Ratio Receivable Turnover, Profitability Economics.
Jurnal Akuntansi | 61
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
PENDAHULUAN Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Salah satu ukuran utama keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua modal adalah rentabiltas ekonomi. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan mengharapkan laba yang optimal dari kegiatan operasinya yaitu dengan cara menilai cash ratio dan perputaran piutang perusahaan setiap periodenya. Cash Ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk memperkirakan berapa kali dalam suatu periode tertentu, jumlah arus kas masuk ke perusahaan yang diperoleh dari piutang dagang, semakin cepat piutang dagang atau tagihan masuk akan semakin baik, karena akan menambah likuiditas perusahaan. Akan tetapi, kondisi cash ratio terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang tidak digunakan secara optimal. Penggunaan Ratio di samping pembanding antara utang dan rugi akibat adanya piutang tersebut, untuk membantu memutuskan apakah manajer akan memperketat atau memperlunak persyaratan penjualan kreditnya. Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahaan tertentu dengan perusahaan lain yang sejenis atau dalam kelompok industrinya. Perputaran piutang atau receivable turnover merupakan ukuran efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Piutang berkaitan dengan penjualan kredit. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi rasio penerimaan piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian piutang tidak tertagih. Berpangkal dari latar belakang masalah mengenai pentingnya rentabilitas ekonomi dalam suatu perusahaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : bagaimana pengaruh cash ratio terhadap rentabilitas ekonomi, bagaimana pengaruh perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi, bagaimana pengaruh cash ratio dan perputar piutang terhadap rentabilitas ekonomi.
Jurnal Akuntansi | 62
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan cash ratio dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perusahaan mengenai permasalahan rentabilitas ekonomi. Menurut Bambang Riyanto ( 2008 : 36 ) rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Operating Profit Rentabilitas Ekonomi =
x 100% Total Equity
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu dapat bekerja dengan efesien. Efesiensi baru dapat diketahui dengan menghitung rentabilitasnya. Beberapa Kriteria yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan rentabilitas ekonomi adalah : - Apabila rentabilitas ekonomi lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal asing. - Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga modal asing, maka lebih baik digunakan modal asing, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila digunakan modal sendiri. Cash Ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan yang dapat segera diuangkan. Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang (Bambang, 2008:26). Cash Ratio digunakan untuk menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan dalam membayar utang-utang jangka pendeknya. Kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau tidak digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas dibawah rata-rata industri, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya (Kasmir, 2008 : 138-140). Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode (Kasmir, 2008:176). Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang. Hal yang jelas adalah rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang
Jurnal Akuntansi | 63
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Piutang berkaitan dengan penjualan kredit, sehingga rumus untuk menghitung perputaran piutang adalah: Penjualan Kredit Perputaran Piutang = Rata-rata Piutang Sedangkan untuk mengetahui lamanya piutang tertagih atau receivable collection periode bisa digunakan rumus sebagai berikut : Rata-rata Piutang x 360 Receivable Collection Period = Penjualan Kredit Perputaran piutang (receivable turnover ratio), rasio ini digunakan untuk memperkirakan berapa kali dalam suatu periode tertentu, jumlah arus kas masuk ke perusahaan yang diperoleh dari piutang dagang, semakin cepat piutang dagang atau tagihan masuk akan semakin baik, karena akan menambah likuiditas perusahaan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah berupa metode deskriptif analisis. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu cash ratio serta perputaran piutang dan variabel dependen yaitu rentabilitas ekonomi. Objek yang dijadikan penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama periode 2009-2011. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan dari perusahaan manufactur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Tabel 1) Operasional Variabel Pengaruh Cash Ratio dan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel
Definisi
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan Cash Ratio kas yang tersedia (Variabel dalam perusahaan Independen) dan Cash Equivalents yang dapat segera diuangkan.
Pengukuran
Skala Data
Sumber Data
𝐶𝑎𝑠 + 𝐶𝑎𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Rasio
BEI
Jurnal Akuntansi | 64
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa Perputaran lama penagihan Piutang piutang selama (Variable satu periode atau Independen) berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal Rentabilitas asing yang Ekonomi dipergunakan (Variabel untuk Dependen) menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Sumber : peneliti (2013)
ISSN 2339-2436
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Rasio
BEI
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑋 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Rasio
BEI
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini studi pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research). Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji normalitas, uji multikolonearitas, uji heteroskedasitas, dan uji autokorelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang listing di BEI selama periode 2009-2011. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling methode yaitu teknik penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu, maka terpilihlah sampel sebanyak 15 (lima belas) laporan keuangan perusahaan manufaktur. Tabel 2 Daftar sampel Perusahaan Manufaktur NO 1. 2. 3. 4.
Nama Perusahaan PT. Alakasa Industrindo Tbk. PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk. PT. Betonjaya Manunggal Tbk. PT. Citra Tubindo Tbk.
Kode Perusahaan ALKA ALMI BTON CTBN
Jurnal Akuntansi | 65
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
5. PT. Indal Aluminium Industry Tbk. 6. PT. Jaya Pari Steel Tbk. 7. PT. Lion Metal Works Tbk. 8. PT. Lionmesh Prima Tbk. 9. PT. Pelangi Indah Canindo Tbk. 10. PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. 11. PT. Holcim Indonesia Tbk. 12. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. 13. PT. Asahimas Flat Glass Tbk. 14. PT. Surya Toto Indonesia Tbk. 15. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sumber: www.Idx.co.id
INAI JPRS LION LMSH PICO TBMS SMBC SMGR AMFG TOTO INTP
Cash Ratio yang dijadikan dalam penelitian adalah 15 (lima belas) perusahaan manufaktur. Periode dari laporan keuangan ini adalah per tanggal 31 Desember. Berikut adalah data cash ratio yang diambil dari perusahaan manufaktur : Tabel 3 Daftar Cash Ratio (dalam %) Cash Ratio No
Nama Perusahaan 2009
1 2
PT. Alakasa Industrindo PT. Alumindo Light Metal Industry
3
PT. Betonjaya Manunggal
4
PT. Citra Tubindo
5 6
PT. Indal Aluminium Industry PT. Jaya Pari Steel
2010
2011
Mean
0,23
0,19
0,05
0,16
0,032
0,157
0,098
0,10
3,645
1,972
0,01
1,88
0,6
0,32
0,75
0,56
0,01
0,02
0,01
0,01
0,02
0,12
0,12
0,09
7
PT. Lion Metal Works
4,27
5,18
3,75
4,40
8
PT. Lionmesh Prima
0,12
0,05
0,2
0,12
0,01
0,02
0,01
0,01
0,1
0,05
0,05
0,07
0,33
0,79
0,67
0,60
1,49
1,46
1,17
1,37
0,2
1,66
1,76
1,21
0,64
0,6
0,48
0,57
1,48
3,48
4,65
3,20
9 10
PT. Pelangi Indah Canindo PT. Tembaga Mulia Semanan
11 PT. Holcim Indonesia 12 PT. Semen Gresik (Persero) 13 14
PT. Asahimas Flat Glass PT. Surya Toto Indonesia
15 PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Sumber : www.idx.co.id (2012)
Jurnal Akuntansi | 66
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Dari tabel diatas merupakan data rata-rata cash ratio (dalam %) dari tahun 20092011. Pada tabel tersebut terlihat perkembangan rata-rata cash ratio untuk masingmasing perusahaan manufaktur berjumlah 15 (lima belas) perusahaan manufaktur. Dari analisis tersebut, kita lihat adanya perbedaan yang cukup signifikan diantara beberapa perusahaan mengenai perkembangan cash ratio untuk tiap tahun-tahunnya. Variabel Independen berikutnya adalah Perputaran Piutang. Dalam penelitian ini perputaran piutang yang digunakan merupakan laporan keuangan dari kegiatan 15 (lima belas) perusahaan manufaktur. Berikut ini data-data perputaran piutang yang diambil dari laporaran keuangan masing-masing perusahaan :
Jurnal Akuntansi | 67
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tabel 4 Daftar Perputaran Piutang (dalam %) Perputaran Piutang No
Nama Perusahaan 2009
2010
2011
Mean
PT. Alakasa Industrindo 1
7.1
8.05
5.49
6.88
14.45
19.68
20.07
18.07
9.57
17.48
16.03
14.36
5.72
4.8
6.46
5.66
3.82
5.41
6.48
5.24
2.24
3.86
4.49
3.53
5.41
5.89
7.49
6.26
8.37
9.45
9.19
9.00
7.12
7.88
7.44
7.48
4.39
6.59
6.91
5.96
9.64
9.12
11.16
9.97
9.73
8.95
9.03
9.24
10.34
11.16
10.21
10.57
4.44
4.41
4.42
4.42
PT. Alumindo Light Metal Industry 2 PT. Betonjaya Manunggal 3 PT. Citra Tubindo 4 PT. Indal Aluminium Industry 5 PT. Jaya Pari Steel 6 PT. Lion Metal Works 7 PT. Lionmesh Prima 8 PT. Pelangi Indah Canindo 9 PT. Tembaga Mulia Semanan 10 PT. Holcim Indonesia 11 PT. Semen Gresik (Persero) 12 PT. Asahimas Flat Glass 13 PT. Surya Toto Indonesia 14 PT. Indocement Tunggal Prakarsa 15 9.23 8.06 8.22 8.50 Sumber :www.idx.co.id (2012) Dari tabel diatas merupakan data rata-rata perputaran piutang yang sudah diolah, dimana terlihat perkembangan rata-rata perputaran piutang dari tahun 2009-2011 untuk masing-masing perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam menentukan rentabilitas ekonomi, maka rentabilitas ekonomi yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berikut ini adalah daftar rentabilitas ekonomi dari 15 (lima belas) perusahaan manufaktur per akhir tahun : Jurnal Akuntansi | 68
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tabel 5 Daftar Rentabilitas Ekonomi (dalam %) Rentabilitas Ekonomi No
Nama Perusahaan 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PT. Alakasa Industrindo PT. Alumindo Light Metal Industry PT. Betonjaya Manunggal PT. Citra Tubindo PT. Indal Aluminium Industry PT. Jaya Pari Steel PT. Lion Metal Works PT. Lionmesh Prima PT. Pelangi Indah Canindo PT. Tembaga Mulia Semanan PT. Holcim Indonesia PT. Semen Gresik (Persero) PT. Asahimas Flat Glass PT. Surya Toto Indonesia
PT. Indocement Tunggal Prakarsa 15 Sumber : www.idx.co.id (2012)
2010
2011
Mean
0.3
0.19
0.26
0.25
0.01
0.2
0.25
0.15
0.26
0.16
0.27
0.23
0.21
0.26
0.59
0.35
0.6
0.5
0.44
0.51
0.07
0.13
0.14
0.11
0.19
0.18
0.2
0.19
0.1
0.24
0.28
0.21
0.33
0.3
0.09
0.24
0.17
0.23
0.32
0.24
0.42
0.2
0.22
0.28
0.43
0.37
0.33
0.38
0.06
0.23
0.2
0.16
0.4
0.41
0.39
0.40
0.35
0.31
0.28
0.31
Dari tabel diatas merupakan data rata-rata rentabilitas ekonomi yang sudah diolah, dimana terlihat perkembangan rata-rata rentabilitas ekonomi dari tahun 2009-2011 untuk masing-masing perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Akuntansi | 69
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Tabel 4.5 Daftar Cash Ratio, Perputaran Piutang dan Rentabilitas Ekonomi (dalam %)
N
Nama Perusahaan
O
Perputaran Piutang (X2)
Rentabilita s Ekonomi (Y)
PT. Alakasa Industrindo Tbk.
1.
PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk. PT. Betonjaya Manunggal Tbk.
2. 3.
0.16
6.88
0.25
0.10
18.07
0.15
1.88
14.36
0.23
0.56
5.66
0.35
0.01
5.24
0.51
0.09
3.53
0.11
4.40
6.26
0.19
0.12
9.00
0.21
0.01
7.48
0.24
0.07
5.96
0.24
0.60
9.97
0.28
1.37
9.24
0.38
1.21
10.57
0.16
0.57
4.42
0.40
3.20
8.50
0.31
PT. Citra Tubindo Tbk.
4.
PT. Indal Aluminium Industry Tbk. PT. Jaya Pari Steel Tbk.
5. 6.
PT. Lion Metal Works Tbk.
7.
PT. Lionmesh Prima Tbk.
8.
PT. Pelangi Indah Canindo Tbk.
9. 10 . 11
PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. PT. Holcim Indonesia Tbk.
. 12 . 13
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. PT. Asahimas Flat Glass Tbk.
. PT. Surya Toto Indonesia Tbk.
14 .
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. . Sumber: www.Idx.co.id (2012)
15
Cash Ratio (X1)
PT.
Uji Asumsi Klasik Berdasarkan uji normalitas data grafik normal plot menunjukkan bahwa titiktitik data tersebar disekitar garis lurus dan mengikuti arah garis lurus. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
Jurnal Akuntansi | 70
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Berdasarkan uji Multikolinearitas nilai tolerance cash ratio dan perputaran piutang sebesar 1 dan nilai Varian Inflasi Factor (VIF) sebesar 1 artinya tidak terjadi hubungan linear diantara variabel independen atau tidak terjadi gejala multikolinearitas karena nilai tolerance dan VIF tidak lebih dari 10. Berdasarkan Uji Heteroskedastisitas yang dilihat dari Gambar scatterplot yang membentuk pola tertentu hal ini mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi tidak layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen (Rentabilitas Ekonomi) berdasarkan masukkan variabel independen, cash ratio dan perputaran piutang. Berdasarkan Uji Autokorelasi yang menunjukkan angka Durbin Watson (D-W) diantara 1,65 sampai 2,35. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak.
Pengujian Hipotesis Berdasarkan Uji Regresi Berganda didapat persamaan regresi untuk variabel cash ratio, dan perputaran piutang adalah sebagai berikut : RE = 0,333 + -0,005 CR + -0,007 PP Dimana : RE
= Rentabilitas Ekonomi
CR
= Cash Ratio
PP
= Perputaran Piutang
Berdasarkan hasil analisis regresi dari output SPSS diperoleh korelasi antar variabel cash ratio dengan rentabilitas ekonomi sebesar -0,53 mempunyai arti hubungan kedua variabel cukup, tidak signifikan dan tidak searah. Dan untuk korelasi antar variabel perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi sebesar -0,220 mempunyai arti hubungan kedua variabel cukup, tidak signifikan dan tidak searah. Besarnya adjusted R2 adalah 0,006 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara Y (rentabilitas ekonomi) dengan X1 (cash ratio) dan X2 (perputaran piutang) mempunyai pengaruh
hubungan rendah sebesar 6% berada dibawah 0,5 (50%),
sedangkan sisanya sebesar 94% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Standar Error of Estimate (SEE) adalah 0,12971 yang mana semakin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Jurnal Akuntansi | 71
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Besarnya t hitung untuk variabel cash ratio sebesar -0,355 dengan nilai signifikan 0,725 sedangkan t tabel adalah 2,0181 sehingga thitung < ttabel (-0,355 < 2,0181). Signifikansi penelitian pun menunjukkan angka 0,725 (0,725 > 0,05). Dan berdasarkan uji hipotesis yang diolah dengan uji thitung < ttabel dan uji signifikansi. Maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya cash ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. T hitung untuk perputaran piutang sebesar -1,463 sedangkan t tabel adalah 2,0181, sehingga thitung < ttabel (-1,463 < 2,0181). Signifikansi penelitian pun menunjukkan angka 0,151 (0,151 > 0,05). Berdasarkan uji signifikansi yang diolah dengan uji t hitung dan uji signifikansi maka Ho diterima dan H2 ditolak, artinya perputaran piutang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh F hitung sebesar 1,131 dengan tingkat signifikansi 0,332 yang lebih besar dari 0,05, sedangkan Ftabel sebesar 3,23 dengan signifikansi 0,332. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa cash ratio dan perputaran piutang berpengaruh secara negatif terhadap rentabilitas ekonomi karena Fhitung < Ftabel (1,131 < 3,23) dan sig penelitian < 0,05 (0,332 > 0,05), maka Ho diterima dan H3 ditolak, artinya cash ratio dan perputaran piutang secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel rentabilitas ekonomi.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang menggunakan uji asumsi klasik dan uji regresi berganda terhadap hipotesis yang telah dikemukakan, maka hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut : Hipotesis pertama yaitu pengaruh cash ratio terhadap rentabilitas ekonomi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Hipotesis kedua yaitu pengaruh Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Ekonomi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomi, Hipotesis ketiga yaitu pengaruh Cash Ratio dan Perputaran Piutang secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan atau berpengaruh negatif terhadap Rentabilitas Ekonomi. Keterbatasan dan kelemahan didalam penelitian ini adalah data perusahaan manufaktur yang digunakan tidak secara optimal serta hanya mengambil sampel
Jurnal Akuntansi | 72
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
sebagian perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya terdaftar di BEI sehingga tidak bisa dijadikan dasar secara menyeluruh. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian Cash Ratio dan Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Ekonomi dengan menambahkan analisa faktor yang lainnya yang dapat mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi. Ataupun dapat meneliti dengan topik yang sama tetapi pada industri yang berbeda dengan menggunakan sampel ataupun objek penelitian yang lebih banyak lagi, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih akurat tentang Cash Ratio dan Perputaran Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA Buku : Bustanul Arifin. Diktat I Manajemen Keuanga. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2002 Darsono, Ashari. Pedoman Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta. 2005 Farah Margareta. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Edisi Pertamam. Grasindo : Jakarta. 2005 Haryono, Jusup. Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi Keenam. PB STIE YKPN. Yogyakarta. 2005 Hendi Somantri. Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama. Amrico. Bandung. 2000 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta, 2008 MM, Sutrisno. Manajemen Keuangan teori, konsep dan aplikasi. Yogyakarta. 2003
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Cetakan Ketujuh. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2009 Prawironegoro, Darsono. Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis (Kajian Pengambilan Keputusan Bisnis Berbasis Analisis Keuangan). Cetakan Kedua. DIADIT MEDIA. Jakarta. 2007 Raharjaputra, Hendra. Buku Panduan Praktis Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Eksekutif Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta. 2009
Jurnal Akuntansi | 73
Jurnal Akuntansi. Vol.1 No. 1. Juli 2014
ISSN 2339-2436
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan Kedelapan. Yogyakarta. 2008 Santoso, Singgih. Statisti Deskriptif. Edisi Kesatu. Andi. Yogya. 2003 Sartono, Agus. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Edisi. Keempat. BPFE : Yogyakarta Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Salemba Empat. 2002 Suad Husnan, Enny Pudji Astuti. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. UPP AMP YKPN: Yogyakarta. 2004 Sudarmanto, R Gunawan. Analisa Regresi Linier Ganda Dengan SPSS. Edisi pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005 Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan ke Ketujuhbelas. Alfabeta. Bandung. 2010 Wahid, Sulaiman. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. 2004
Jurnal : Mollah, A., Sobur and Keasen, K. 2000. The Influence of Agency Cost on Dividend Policy in an Emergecing Marke: Evidence from The Dhaka Stock Exchange, Journal of Financial and Quantitative Anaysis, 2000
Internet : Http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2184302-pengertian kas/#ixzz26BG13ndm Http://www.scribd.com/doc/52743186/analisa-perputaran-piutang-terhadap-rentabilitas Www.Idx.co.id
Jurnal Akuntansi | 74