JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412 – 1662 Volume 18, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 1- 179 Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan November. Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-sistem LPPMPP Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah Kepala Pusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting Sahrul N Tim Penyunting Emridawati Yusfil Sri Yanto Adi Krishna Rajudin Penterjemah Eldiapma Syahdiza Redaktur Surherni Saaduddin Liza Asriana Tata Letak dan Desain Sampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________.________________________________ _ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni: LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan Padangpanjang 27128, Sumatera Barat; Telepon (0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;
[email protected] Catatan. Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan Oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang
i
JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412 – 1662 Volume 18, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 1- 179
DAFTAR ISI PENULIS
JUDUL
HALAMAN
Tatang Rusmana
Penciptaan Teater dan Perlindungan Hak Cipta
1 - 19
Ediantes
Ritual Sebagai Sumber Penciptaan Film Basafa di Ulakan
20 – 38
Saaduddin
Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna Pertunjukan Teater Tanah Ibu Sutradara Syuhendri
39 – 61
Efrida
Estetika Minangkabau dalam Gerak Tari Bujang Sambilan
62 – 77
Yan Stevenson
Kaba Lareh Simawang Sebagai Konsep Dasar Penciptaan Tari Laki-laki
78 – 95
Kurniasih Zaitun
Metode Jual Obat Tradisional Sebagai Konsep Penciptaan Teater Modern “Komplikasi”
96 – 112
Ranelis Rahmat Washington P
Seni Kerajinan Batik Basurek di Bengkulu
113 – 130
Emri
Lasuang Sebagai Sumber Penciptaan Tari Modern Lasuang Tatingga di Sumatera Barat
131 – 147
Hartati
Tradisi Menari dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Bengkulu Selatan
148 – 163
Nadya Fulzy
Alam dan Adat Sebagai Sumber Estetika Lokal Kesenian Talempong Lagu Dendang
164 - 179
_______________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 18, No. 1, Juni 2016 Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
ii
RITUAL SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN FILM BASAFA DI ULAKAN Ediantes Prodi Televisi dan Film-Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia Padangpanjang-(ISI) Jl. Bahder Johan-Padangpanjang-Sumatera Barat
[email protected] ABSTRAK Basafa merupakan sebuah ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh para pengikut tarekat Syatariyah bersifat Sufisme, sehingga ritual keagamaan yang dilaksanakan, mempunyai alasan-alasan tertentu yang sulit dipahami.Alasan-alasan pembenaran tersebut terkadang tidak dapat dipahami secara rasional, diperlukan kepekaan inderawi dalam membahasnya. Ritual ini mengingatkan pada tata cara dalam memahami keberadaan-Nya walaupun jalan yang ditempuh berbeda tetapi tetap pada satu tujuan dan mengagungkan-Nya. Interpretasi yang hadir dalam film dokumenter “Basafa Di Ulakan” bukanlah pembelaan terhadap apa yang dilakukan oleh tarekat Syatariyah melainkan mencari pembenaran yang terkandung dalam nilai- nilai religius Basafa. Metode penciptaan dalam film dokumenter melalui metode film dokumenter observational, dengan merekam seluruh aktifitas Basafa dan melakukan wawancara terhadap pihak- pihak terkait dengan acara Basafa ini. Visual yang ditampilkan merupakan bukti otentik tentang arti Basafa, fenomena yang terjadi, merupakan rekaman latar belakang yang nyata, sehingga apa yang terkandung dalam film adalah ungkapan dari realitas kehidupan yang ada dengan pemberian sentuhan estetika dalam penggarapannya. Kata kunci: Basafa, tarekat Syatariyah, ritual, Film dokumenter.
ABSTRACT Basafa is a religious ritual implemented by the followers of sufistic tarekat of Syatariyah. Therefore, this ritual has certain reasons that are difficult to be understood. Those reasons sometimes cannot be understood rationally so sensory sensitivity is needed in discussing about them. This ritual functionates as the reminder of procedure on how to understand the existence of God although there are different ways used to achieve it but still the purpose is one thing namely worshipping the one and only God. Interpretation of documentary film “Basafa di Ulakan” is not an advocacy toward what tarekat Syatariyah has done but it is to find the justification contained in the religious values of Basafa. The method of creation used in this documentary film is the method of observational documentary film, by recording all activities of Basafa and interviewing parties that relate to Basafa activity. Visual presented is an authentic proof about the meaning of Basafa, and phenomena occurred are the recording of its real background. Therefore, everything contained in this film is an expression from the reality of life enhanced by the touch of aesthetics in the making process of this film. Keywords: Basafa, tarekat Syatariyah, ritual, documentary film
20
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
Tujuan dari prosesi ini bagi
PENDAHULUAN Tema
tentang
kebudayaan
pengikut tarekat Syatariyah, untuk
merupakan suatu tema yang menarik
melakukan
untuk diketengahkan menjadi sebuah
makam Syekh Burhanudin. Menurut
film dokumenter. Keberagaman bentuk
pengikut aliran tarekat ini,
budaya, merupakan sumber ide yang
Burhanuddin
belum
media
tarekat Syatariyah pertama di Pariaman
Indonesia
yang pulang ke kampung halaman
banyak
tersentuh
publikasi. Termasuk
di
kunjungan
ziarah
merupakan
penyebar
setelah
tersebar diberbagai daerah, baik itu
Burhanuddin
kebudayaan
ritual
pusat latihan dalam pendidikan Islam
keagamaan, maupun kebudayaan yang
di Ulakan. Ajarannya lebih dititik
berbentuk aktivitas adat.
beratkan
Berbagai
berbentuk
macam
bentuk
kebudayaan tersebut merupakan
di
Syekh
dengan memiliki kekayaan budaya
yang
berguru
ke
Aceh.
mendirikan
pada
Syekh
semacam
penanaman
agama,
dengan ajaran mistisisme atau tarekat.
ide
Acara Basafa diikuti oleh para
yang menarik untuk diinformasikan
pengikut dari tarekat Syatariyah yang
kepada
datang dari berbagai daerah.
masyarakat
dokumenter.
melalui
Sebagaimana
film
Para
halnya
peziarah ini kebanyakan datang secara
acara Basafa, merupakan sebuah acara
berombongan, ada juga yang datang
ritual keagamaan yang diadakan di
secara perseorangan. Para peziarah
daerah Ulakan Kabupaten
Padang
tersebut, terlebih dahulu datang ke
Pariaman Provinsi Sumatera Barat.
Surau untuk menemui guru mereka. Di
Acara Basafa1 berarti pergi berbulan
dalam Surau, mereka istirahat dan
safar
wafatnya
mendengarkan pengajian dari guru
Syekh Burhanuddin, yakni pada hari
sekaligus imam. Dari Surau para
arbaa sembilan syafar 1111 Hijriyah
peziarah bersama guru,
yang bertepatan dengan tahun 1693
makam
Masehi.
bersama- sama. Setelah sampai di
memperingati
hari
makam 1
. Acara tersebut dilaksanakan pada lewat tanggal 10 bulan Syafar dalam penanggalan Hijriyah (Addriyetti Amir, 2001, 67)
Syekh
maka
mengambil
pergi ke
Burhanudin
secara
rombongan
tersebut
tempat
dengan
berkelompok- kelompok.
21
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
Para peziarah Basafa, dalam melaksanakan
kegiatannya
acara Basafa
masyarakat disekitar
membutuhkan jasa orang lain untuk
lokasi
langsung
membantu
manfaat dari kegiatan Basafa tersebut.
seperti,
yang
tentu
oleh para peziarah. Dengan adanya
ingin
secara
merasakan
melakukan niatan, maka hadir para
Acara Basafa ini kemudian
pendoa, penjual kembang, pengemis,
difasilitasi oleh para ninik mamak
penjual obat hingga pasar malam.
sebagai penguasa daerah Ulakan.Ninik
Acara Basafa bukan lagi menjadi
mamak tersebut memegang hak ulayat
sebuah acara yang hanya dilakukan
dari
oleh golongan tertentu, tetapi telah
Buhanuddin kemudian mengorganisir
menjadi
pelaksanaan dari kegiatan
sebuah
kegiatan
untuk
masyarakat luas.
wilayah
dengan
makam
membentuk
Syekh
Basafa,
kepanitiaan-
Acara Basafa bukan hanya
kepanitiaan dalam kegiatan religius ini.
bermanfaat bagi para pengikut tarekat
Selain membentuk kepanitiaan para
Syatariyah,
juga
ninik mamak bersama para pemuka
menimbulkan efek lainnya terhadap
tarekat Syatariyah kemudian menata
masyarakat
Ulakan,
lokasi tempat pelaksanaan kegiatan
Pariaman. Acara yang diikuti oleh
Basafa, seperti tempat pendirian surau-
pengikut aliran tarekat Syatariyah dari
surau, menertibkan para pedagang-
luar daerah, dan para pengunjung lain
pedagang,
yang sekedar datang untuk mencari
penjaga keamanan acara Basafa yang
hiburan,
direkrut dari masyarakat setempat.
akan
tetapi
disekitar
membuat masyarakat di
sekitar lokasi
akan terbantu secara
ekonomi, seperti
masyarakat lokal
menempatkan
penjaga-
Untuk melaksanakan kegiatan ziarah dan zikir, para peziarah ini juga
kemudian menjadi pedagang dadakan
memiliki berbagai
diarea
Bermacam-macam
Basafa, seperti: ingin melakukan doa
transaksi jual beli yang berlangsung
agar usaha lancar, agar hewan ternak
antara masyarakat lokal dengan para
yang dipelihara berkembang, dan juga
peziarah di sekitar tempat acara itu,
untuk kesehatan. Para peziarah tersebut
seperti jasa, jual beli kerajinan, dan
membeli air limau dan air kembang
kuliner masyarakat setempat diminati
yang kemudian akan diletakkan oleh
Basafa.
niat untuk pergi
22
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
juru kunci makam diatas makam Syekh
observasi yang kemudian divisualkan
Burhanuddin.
masyarakat
secara realitas yang ada. Penciptaan
yang lain melakukan doa dengan
karya film dokumenter ini berangkat
difasilitasi oleh para pendoa yang hadir
dari tema tentang
dengan memakai kemenyan. Fenomena
serta fenomena yang terjadi dalam
yang terjadi dalam acara Basafa,
acara ritual keagamaan Basafa yang
merupakan
diadakan
Sebagian
suatu
ajaran
sufisme
oleh
kegiatan Basafa,
pengikut
tarekat
Rasionalisasi
yang
dengan landasan tertentu, sehingga
Syatariyah.
para
ini
dilakukan oleh pemegang kekuasaan
melakukan doa dan pengharapan di
dan legitimasi, serta suasana yang
atas
hadir di acara tersebut dengan judul
pengikut
makam
dari
Syekh
ajaran
Burhanuddin.
Dalam mengangkat sebuah fenomena
“Basafa
Di
Ulakan“
yang
yang terjadi tentu melihat faktor yang
direpresentasikan
kembali
dengan
ada dari dalam kelompok tersebut,
suasana serta momen yang ada dalam
sehingga terjadi sebuah sinkronisasi
kegiatanBasafa tersebut.
makna yang terkandung dalam acara Basafa. Bagaimana seorang pengikut
PEMBAHASAN
memahami arti dalam kegiatan Basafa,
A. Landasan Teori Penciptaan
bagaimana
tanggapan
dari
para
Adapun landasan teori dalam
pemegang hak dan legitimasi dalam
penciptaan
kegiatan ini, sehingga acara tersebut
mengacu pada teori penciptaan film
diyakini
dokumenter
keberadaanya
dan
selalu
film
dokumenter
Gerzon
R
ini,
Ayawaila.
dijalani oleh para pengikut tarekat
Menyatakan bahwa film dokumenter,
Syatariyah tersebut.
merupakan
Basafa
merupakan
sebuah
karya
film
yang
berdasarkan realita atau fakta perihal
temayang diangkat menjadi sebuah
pengalaman
film dokumenter. Tema yang hadir di
mengenai peristiwa. Dengan kata lain,
dalam karya ini merupakan tranformasi
film dokumenter di dapat dari yang
ide dan gagasan yang dibawa oleh
dilihat
sutradara.
berdasarkan suatu khayalan imajinatif.
keinginan
Sutradara dan
mempunyai
interpretasi
serta
dan
hidup
di
seseorang
dengar,
atau
bukan
Dalam pembuatan film dokumenter.
23
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
Kriteria dari film televisi dokumenter
melakukan perekaman gambar sesuai
menurut
Ayawalia
realita dan adegannya bersifat alamiah
mempunyai empat kriteria yang harus
atau spontanitas. Untuk itu, kreator
dipenuhi yaitu:
dokumenter harus memiliki konsep dan
1. Dalam
Gerzon
film
adegan
R.
dokumenter
merupakan
setiap
rekaman
ide yang jelas dan memiliki aspekaspek
dramatik
yang
mampu
kejadian yang sebenarnya, tanpa
mempengaruhi dan memukau emosi
interpretasi imajinatif, Sebagaimana
penonton.
dalam film fiksi, dalam film fiksi
Film Basafa Di Ulakan yang
latar belakang adegan dirancang,
diangkat merupakan dirujuk kepada
akan tetapi pada dokumenter latar
teori penciptaan dokumenter, baik
belakang harus
secara penataan kamera, maupun pada
spontan
otentik
dengan situasi dan kondisi asli 2. Dalam
Film
dokumenter
struktur gambar yang dihasilkan. Ide yang
film Basafa didapat pada kejadian yang
dituturkan adalah peristiwa nyata
sebenarnya
(realitas) film dokumenter hanya
sebenarnya
memiliki interpretasi kreatif
rancangan terhadap latar belakang.
3. Sebagai
sebuah
film
sutradara
selayaknya
observasi
pada
nonfiksi, melakukan
suatu
peristiwa
dan
tempat
tanpa
yang
melakukan
Dalam karya ini pengambilan insert yang
ada
otentitas
pada pada
film
merupakan
kejadian
yang
nyata, lalu melakukan perekaman
sebenarnya, dengan memberikan titik
gambar sesuai realitanya.
fokus
4. Struktur pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, maka pada
film
utama.
Dalam
melakukan
wawancara, juga bersifat alamiah dan spontan tanpa narasi dan teks.
dokumenter
Teori
rasionalisasi
yang
konsentrasinya lebih pada isi dan
dikemukakan oleh Max Webber yang
pemaparan.
mengemukakan bahwa rasionalisasi
Konsep
film
dokumenter
adalah merupakan bentuk film yang mereprentesikan sebuah realita, dengan
merupakan prilaku hidup yang bisa menerima berbagai bentuk yang tidak lazim. Rasionalisasi bisa mempunyai arti
yang berlawanan,
mempunyai
24
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
makna suatu penguasaan sistematis
adalah keseluruhan sistem gagasan,
yang
tindakan, hasil karya manusia dalam
semakin
konsep
yang
meningkat semakin
abstrak.Semua
dengan
tepat
kekuatan
dan
rangka kehidupan masyarakat yang
yang
dijadikan milik diri manusia dengan
berkuasa, profan maupun religius,
cara
membangun nilai- nilai rasionalisasi
kebudayaan
dengan pencarian basis legitimasi yang
sebagai berikut
diklaim kekuasaan. Artinya legitimasi
1. Pola Pikir.
pemegang kekuasaan untuk memberi
2. Perilaku, berpola masyarakat.
perintah bertumpu pada kaidah- kaidah
3. Benda-benda hasil karya manusia.
yang
ditegakkan
rasional.2Dalam
secara
penciptaan
belajar.
Pada
memiliki
Wujud
dasarnya tiga
pertama
wujud
merupakan
Film
wujud yang bersifat abstrak, dan tidak
dokumenter ini penjabaran terhadap
dapat diraba, berada pada pikiran
acara
melalui
warga masyarakat dimana kebudayaan
wawancara yang dilakukan dengan
tersebut hidup. Wujud kedua lebih
pihak-
konkret yaitu norma-norma dan sistem
Basafa
diungkap
pihak
legitimasi
yang
dalam
memegang
kegiatan
basafa
hukum yang ada. Sementara wujud
maupun dalam tarekat Syatariyah.
ketiga
Sehingga konsep rasionalisasi dalam
merupakan
film ini hadir melalui pemegang hak
konkrit, ketiga wujud
dan kekuasaan organisasi ini.
tersebut
Acara
Basafa
merupakan
sebuah
adalah
budaya
wujud
saling
fisik
budaya
paling
kebudayaan
berkaitan.
kebudayaan
yang
acara
Sebagai Basafa
sebuah acara kebudayaan yang ada
merupakan sebuah acara ritual yang
didaerah
terjadi karena hubungan antar manusia,
Ulakan
Pariaman,
acara
tersebut merupakan acara yang bukan
yang
menyebabkan
acara
tersebut
hanya sebagai manifestasi konsep-
menjadi sebuah ritual yang diperingati
konsep agama tetapi lebih menjadi
setiap tahunnya.
sebuah acara kebudayaan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1974:78) 2
Ditegakkan dengan penetapan, persetujuan maupun dengan paksaan.Weber,2006,79)
25
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
perilaku, simbol-simbol dan fenomena-
B. Metode Penciptaan Dalam metode pemilihan data
fenomena.Seperti dalam memahami
yang dihasilkan dalam wawancara,
realitas sosial yang terjadi dalam
dilakukan dengan sistim penentuan
kegiatan
beberapa teknik dan penentuan sampel,
naturalistik
untuk
mengambil
pengikut
yang
melakukan
Basafa,
paradigma
dilakukan sampel
dengan data
dan
kegiatan Basafa, dilakukan teknik
narasumber yang dihasilkan dalam film
Purpossive
seperti
Sampling
dan
Area
tokoh
pengikut
Basafa,
Sampling.3 Setelah didapat sampel
pelaksana
yang akan diwawancarai, data tersebut
pengambil kebijakan dalam kegiatan
diolah dan dipakai dalam wawancara
basafa.
yang ditampilkan. Bentuk data yang
Gagasan
kegiatan
Basafa
dan
dipakai merupakan data primer dan
Karya seni merupakan sebuah
data internal, yaitu data yang didapat
hasil yang diciptakan dari gagasan dan
langsung dari sumber pertama, dan
ide terhadap suatu peristiwa yang
diperoleh dari dalam organisasi itu
dilalui, film dokumenter “Basafa Di
sendiri.
Ulakan”merupakan hasil dari gagasan Dalam
mengambil
sudut
sineas.
Ketika
pandang dalam wawancara. Dilakukan
fenomena
dengan
budaya
cara
pandang
paradigma
melihat
ritual yang
sebuah
keagamaan
dan
dilaksanakan
di
naturalistik, disebut juga paradigma
Ulakan.Film
defenisi
kegiatan Basafa, menjadi fenomena
fenomena
sosial sosial
yang
menyatakan
dipahami
dari
ini
menggambarkan
lain bagi masyarakat yang bukan hanya
persfektif dalam berdasarkan subjek
untuk
pelaku.
seluruh elemen masyarakat yang hadir
Penelitian
dengan
menggunakan paradikma naturalistik bertujuan untuk memahami makna
pengikut
Syatariyah,
tetapi
disana. Dalam gagasan ide ini kreator meliput pelaksanaan dari acara Basafa
3
Yaitu yang dijadikan sampel adalah siapa saja yang kebetulan ditemui tentang kegiatan Basafa tersebut dan dianggap mempunyai sangkut paut terhadap fenomena itu.(Hariwijaya, 2004,49)
yang akan didapat dari beberapa narasumber
yang
pelaksanaan Basafa.
bisa
mewakili
Presentasi dan
26
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
visualisasi point of viewadalah MZ.Dt
erat dalam unsur- unsur ritual dan
Rajo Bungsu yang merupakan seorang
emosionalyang
pemuka adat dan sekaligus sebagai
simbol seni yang terinkulturasi sesuai
ketua pelaksana dari kegiatan Basafa
dengan budayanya. Selain itu juga
ini.Dalam karya ini dibangun dari
terdapat kepentingan- kepentingan lain,
cerita wawancara yaitu, MZ.Dt Rajo
yang
Bungsu menjelaskan pelaksanaan acara
menunjang aktivitas tersebut, seperti:
yang dijalankan oleh kaum Syatariyah
adanya aktifitas perdagangan,
serta kedudukan ninik mamak dalam
hiburan, dan pengemis, yang hadir
acara Basafa. Pada karya ini juga
meramaikan
diwawancarai
acaraBasafa.
yang
beberapa
narasumber
dalam
Basafadan
terkait
membentuk
berperan
serta
simbol-
dan
suasana
ikut
jasa,
pada
Pada kegiatan tersebut, setiap
memberikan bukti- bukti yang mereka
individu
pahami kegiatan Basafa.
melaksanakan tugas dan kewajibannya
Dalam
film
menghadirkan
ini,
suasana-
yang
ada
dilokasi
kreator
masing-masing tanpa merasa terusik
suasana
oleh aktivitas individu yang lainnya
sufisme yang menjiwai setiap pengikut
sehingga menjadi perpaduan
aliran Tarekat ini sehingga jiwanya
harmonis.
terpanggil
melaksanakan
bukti realita-realita sosial yang terjadi
kegiatan Basafa, yang terekam tanpa
dan saling membutuhkan satu sama
melakukan
lainnya antara kegiatan religi dan
untuk
pengadeganan,
terkait
yang
Konsep tersebut menjadi
fenomena yang terjadi saat acara
kegiatan duniawi
Basafatersebut. Basafa sebagai salah
sehingga menjadi sebuah cerita yang
satu acara yang
saling berhubungan.
hubungan
tidak terlepas dari dan
Dalam penciptaan karya ini,
manusia.Pada acara tersebut, terdapat
Basafa diangkat menjadi sebuah film
aturan- aturan dan norma etika menurut
dokumenter. Dalam film dokumenter
penganutnya.
yang
yang menjadi ide dasar adalah sebuah
Hadi
kenyataan
dikatakan (2006:303)
antar
manusia
yang dirangkum
Sebagaimana
oleh
Soemandiyo
bahwaritual
yang
ada
dilapangan
keagamaan
sehingga kenyataan tersebut bukanlah
dengan seni mempunyai kaitan yang
karangan dari kreatornya. Bentuk karya
27
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
ini merupakan film dokumenter yang
praproduksi dan prakondisi, produksi,
bersifat etnodokumenter dengan durasi
dan pasca produksi. Sebagaimana yang
45 menit. Dalam penciptaan film
dirumuskan oleh Gerzon R Ayawaila
dilakukan
dengan
konstruksi
tiga
1.
Menemukan Fenomena
babak penuturan, yakni: babak pertama
Kebiasaan terhadap mengamati
pada bagian awal untuk merangsang
dari suatu ivent dapat memunculkan
keingintahuan dari penonton, babak
suatu
kedua
fenomena
merupakan
pengungkapan
ide
sehingga terhadap
suasana
yang
menyaksikan
suatu
tentang tema dari film tersebut, pada
terlihat
babak ketiga merupakan pesan yang
peristiwa, kejadian dan fenomena.
ingin ditampilkan dalam film ini.
Menemukan fenomena yang terjadi
Film
dokumenter
mempunyai
bentuk
ini
atau
dalam
ketika
mendapatkan
Basafa
didapat
pada
gaya
pelaksanaan acara Basafa pada bulan
dokumenter observational. Hal tersebut
Januari tahun 2011, diawali dengan
karena pendekatan yang dilakukan
pengambilan gambar- gambar stock
merupakan kegiatan shotinginformal,
shot. Setelah gambar stockShot didapat
merekam kejadian secara spontan dan
maka dilakukan riset awal.
natural. Dalam film ini tidak memakai penataan
cahaya
dirancang,
dan
pengadeganan,
lampu tidak
yang
melakukan
kegiatan
shoting
dilakukan dengan menunggu kejadiankejadian signifikan yang berlangsung didepan kamera.
C. Proses Penciptaan Proses penciptaan karya ini diperlukan dibuat
metode-
secara
metode
berurutan,
yang seperti
Gambar 1. Area Pemakaman Syekh Burhanuddin (Foto: dokumentasi, Ediantes : 2011)
menemukan fenomena, merumuskan ide
dan
merumuskan
konsep,
28
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
menarik ketika kita menghadapkan ritual
yang
dilakukan
dengan
pandangan masyarakat Islam secara umum Menetapkan ide agar dalam film yang akan dibuat ini menjadi relevan Gambar 2. Suasana peserta Basafa pada siang hari (Foto : dokumentasi , Ediantes, 2011)
serta
dapat
dipertanggung
jawabkan
sesuai
dengan
sehingga
pertimbangan
realita, terhadap
masalah produksi dapat teratasi dengan
Pengambilan stock shot ini
baik. Berdasarkan analisis di atas dapat
diupayakan mengambil gambar seluruh
dimulai membuat rancangan karya
unsur-unsur yang ada di acara Basafa,
yang digarap. Rancangan karya dalam
seperti gambar suasana keramaian
film dokumenter berbentuk treatment.
yang terjadi di acara itu, pedagang, dan
Berikut treatment yang berdurai 48
suasana
Syekh
menit yang dihasilkan dari wawancara
Burhanuddin. Setelah gambar diambil
dan editing gambar, yang dirancang
maka seluruh shot tersebut dijadikan
berdasarkan rujukan treatment yang
riset awal untuk merumuskan tentang
ditulis oleh Gerzon R Ayawaila.
dihalaman
makam
ide yang akan diambil. 2.
Merumuskan ide dan merumuskan konsep Untuk merumuskan ide tentang
Basafa, motivasi yang dapat dijadikan titik
berangkat,
adalah
motivasi
pribadi. Dimaksud dengan motivasi pribadi adalah berdasarkan ide pribadi yang muncul bisa karena pribadi yang bersangkutan tertarik pada suatu objek untuk dijadikan tema film dokumenter. Basafa merupakan sebuah ide yang
“Basafa Ka Ulakan” Treatment oleh : Ediantes Durasi : 45 Menit Sequence Pertama Layar hitam yang disusul oleh tulisan pengkarya yang diikuti oleh judul. Gambar Ombak dan diteruskan dengan shot plang merk Ulakan Gambar masyarakat yang turun dari mobil bus membawa perbekalan dan berjalan bersamasama menuju komplek makam. Suasana lokasi pemakaman yang dipadati oleh para pengunjung, suasana yang sumpek dan padat terlihat sampai di area 29
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
pemakaman Syekh Burhanuddin. Para pedagang terlihat menjajakan barang dagangan, tukang obat sedang berteriakteriak menjajakan obatnya yang berkhasiat dan dikelilingi oleh masyarakat yang tertarik dengan ocehan pedagang tersebut. sementara itu dibelakang pedagang obat tersebut terlihat para peziarah sedang khusyuk melaksanakan ibadah zikir tanpa sedikitpun terganggu oleh ocehan yang keluar dari pengeras suara tukang obat. Sequence kedua (narasi wawancara oleh MZ Dt Rajo Bungsu). Acara ini dinamakan Basafa, acara ini diikuti oleh anggota-anggota dari tarekat syatariyah yang ada di berbagai daerah. Pada mulanya perkembangan Basafa ini oleh para niniak mamak adalah memfasilitasi dari acara Basafa dengan membangun maktabmaktab yang kemudian maktabmaktab tersebut berkembang menjadi surau- surau perwakilan dari nagari. insert . Sebelum mereka ke area pemakaman guru, peziarah yang datang berombongan tersebut, terlebih dahulu singgah di surausurau yang beraliran tarekat syatariyah yang ada di sekitar daerah pariaman, di surau tersebut itu mereka beristirahat dan mendapatkan pembekalan dari guru- guru atau imam rombongan tersebut (narasi). Terlihat sebuah surau saat pagi hari yang berada ditepi sungai yang ramai oleh para peziarah. Para peziarah sedang
melaksanakan berbagai kegiatan seperti berkemaskemas, melaksanakan ibadah, istirahat untuk melepas penat dan ada yang mengaji. Gambar suasana dalam masjid yang dipenuhi oleh para peziarah, sesi perkenalan tokoh yang akan diwawancarai Sequence ketiga (Wawancara dengan Ermanto) Ermanto menjelaskan tentang keberadaannya untuk pergi berziarah yang telah dilakukannya sejak tamat SMA, sudah tidak terhitung berapa kali pergi ke makam, hari ini pergi ke makam Syekh Burhanuddin dengan membawa rombongan dari ombilin dari Riau dengan membawa rombongan keluarga. Insert Gambar kesibukan yang terjadi di luar area makam, terdapat berbagai transaksi jual beli, kemudian kesibukan di dalam makam, terlihat para penjual limau, para pendoa, para pengemis, para penziarah yang sibuk berdoa disekeliling makam Syekh Burhanuddin dan ada yang sambil memasukkan uang kedalam kotak wakaf. Sequence keempat (wawancara dengan MZ Dt Rajo Bungsu ) Dalam acara Basafa harus memahami bahwa ada dua kepentingan dalam Basafa yaitu kepentingan harta wakaf dan kepentingan harta sadaqah awalnya acara Basafa merupakan acara untuk berziarah ke makam guru Syekh Burhanuddin yang khusus diperuntukkan bagi kaum Syatariyah, tapi semakin lama
30
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
acara ini semakin ramai juga mengundang keinginan masyarakat untuk datang bersafaria. Sequence kelima Keramaian terlihat di lokasi Basafa, para kaum ibu terlihat sibuk menawar tikar yang dijual pedagang, para peziarah terlihat berebutan membeli air limau yang kemudian diletakkan diatas makam. Agar air tersebut mendatangkan berkah, para pendoa yang dengan khusyuknya melantunkan doa dengan membakar kemenyan dihadapan peziarah, Terlihat setelah selesai berdoa para peziarah memberikan uang kepada pendoa. Sequence keenam (Wawancara Dengan Tuangku Khalifah) Menjelaskan tentang bagaimana prosesi kegiatan Basafa yang dilaksanakan ke Ulakan. Melihat beberapa peninggalan dari Syekh Burhanuddin. Insert Terlihat di arena permainan, anak anak bermain dengan gembira yang diperhatikan oleh orang tua mereka. Berbagai macam permainan hadir pada acara Basafa, yang menghibur masyarakat,para peziarah sedang melaksanakan sholat magrib mengikuti imam mereka, tampak aktivitas masyarakat lalu lalang, selepas maghrib lokasi Basafa semakin ramai dikunjungi oleh masyarakat yang datang, anak muda, berkeluarga, rombongan terlihat asyik menikmati hiburan pada malam itu.
Sequence ketujuh (wawancara dengan tuangku Khalifah), menjelaskan tentang bagaimana landasan dari kegiatan Basafa sehingga tidak melenceng dari Agama Islam. Visual memperlihatkan jamaah sedang melaksanakan zikir Sequence kedelapan Anak- anak sedang asyik bermain ayunan, para muda mudi sedang bercengkrama dengan sebaya, ibu- ibu yang sedang menawar barang serta gambaran tentang keadaan pasar malam yang dipadati oleh pengunjung. Sequence kesembilan (Wawancara dengan Khatib Zulkifli ) tentang harapan kedepan bagaimana memahami arti Basafa tersebut. Insert Masyarakat yang sedang mekasanakan zikir bersama, sholat bersama diarea makam Syekh Burhanuddin. Sequence kesepuluh ( wawancara dengan MZ Dt Rajo Bungsu) menjelaskan tentang bagaiman yang sebenarnya dan harapan harapan kedepannya tentang Basafa. Insert Gambar masyarakat sedang melakukan zikir secara bersamasama. 3.
Praproduksi, Prakondisi Praproduksi merupakan tahapan
kerja terpenting atau utama dalam setiap produksi film juga televisi baik fiksi
maupun
Pelaksanaan
dokumenter. praproduksi
31
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
mempersiapkan segala kebutuhan dan
4.
persoalan administratif maupun urusan
Produksi Dasar
pembuatan
film
kreatif. Pada tahap praproduksi lebih
dokumenter adalah merepresentasikan
banyak menyita waktu untuk riset.
realita berupa perekaman gambar apa
Melakukan
merupakan
adanya. Justru karena apa adanya,
pertimbangan dari riset yang telah
setiap adegan sifatnya alamiah atau
dilakukan. Dalam persiapan untuk
spontan, yang selalu berubah sehingga
membuat
dahulu
sulit untuk direkayasa atau diatur
direncanakan untuk merekrut beberapa
sehingga tingkat kesulitannya cukup
anggota
tinggi. Dasar inilah sutradara film
rencana
film
yang
terlebih
biasa
disebut
tim
produksi serta perencanaan peralatan
dokumenter
yang akan dipakai untuk produksi.
pandang dan pengamatan yang kuat
Tim produksi tersebut kemudian
harus
memiliki
sudut
terhadap obyek dan subjeknya. Pada
akan merancang kalkulasi biaya yang
foto
diperlukan,
wawancara dengan beberapa tokoh
perencanaan lamanya
4,
5
dapat
dilihat
proses
produksi serta penentuan pengambilan gambar. Adapun jenis kamera yang dipakai adalah kamera Panasonic MD 10000, kamera yang dipakai sebanyak dua buah, selain memakai kamera tersebut juga dipakai kamera Canon DSLR 55 D, dikarenakan Shoting merupakan mengejar momen sehingga waktu acara hanya satu hari. Pada tahap ini treatment film diperbaiki sehingga pada produksi menjadi acuan
Gambar 3. Wawancara Dengan Dt Rajo Bungsu (Foto: dokumentasi, Yovan, 2012)
syuting. Dokumenter tidak sekedar merekam peristiwa nyata, karena itu perlu dipikirkan bagaimana peristiwa itu direpresentasikan secara menarik dan dapat memukau penonton.
32
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
penting sebab acara Basafa itu sendiri hanya ada satu hari dalam setahun. Kendala lain yang dihadapi adalah kegugupan narasumber ketika melihat
direkam
oleh
kamera,
walaupun narasumber sudah merasa akrab
bersama
tim
produksi.
Mensiasati hal tersebut tim produksi berusaha
merekam
aktivitas
dari
kegiatan wawancara maupun gambar insert dengan kamera pendukung yaitu kamera Gambar 4. Wawancara dengan Tuangku Khalifah (Foto: dokumentasi, Yovan, 2012)
Pada
tahap
produksi
pengalaman menjadi
film
dokumenter, tim yang dibawa tidaklah
dihasilkan
dari
kru
yang
berjumlah dua orang, tapi idealnya sebuah
film
dokumenter
tim
produksinya berjumlah empat orang. Produksi film bekerjasama dengan tim mengingat film dokumenter merupakan sebuah film yang mengangkat cerita atau kejadian yang sebenarnya. Pengerjaan pengambilan gambar dilakukan dengan memakai dua camera (multi cam), dan tim produksi dipecah menjadi dua tim supaya pengambilan gambar terlaksana dengan baik tanpa menghilangkan momen- momen yang
Pengalaman-
tersebut
acuan
kemudian
untuk
produksi.
Sehingga kendala baik teknis maupun non teknis dapat diminimalisir. Pengambilan suara dilakukan
sebanyak dalam pembuatan film fiksi. Film
DSLR.
dengan microfon yang terpasang di kamera,
untuk
sesi
wawancara
pengambilan suara melalui perangkat clip on. Dalam melakukan produksi sering
sekali
wawancara, diwawancara,
terkendala
dimana
oleh
ketika
narasumber
akan tersebut
berhalangan hadir.Permasalahan teknis yang
terasa
pencahayaan, malam
hari
Brightness
adalah
permasalahan
pencahayaan dibuat
menjadi
karena
pada over tidak
memungkinkan pada saat pengambilan gambar tersebut memakai lampu.
33
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
Kekompakan
saling pengertian
editing, agar karya tersebut mempunyai
serta saling mengisi antara sutradara
jalan
dengan
editingBasafa setiap gambar insert
penata
kamera
akan
cerita
yang
sinkron.
menghasilkan kerja yang memuaskan.
dikelompokkan
Komunikasi tersebut sangat membantu
menurut
dalam
kamera
Kemudian disesuaikan dengan hasil
dengan tepat sehingga hasil yang
wawancara untuk membentuk cerita.
didapat sesuai dengan alur cerita yang
Proses editing tersebut dapat dilihat
diinginkan.
pada Gambar 7 berikut.
penempatan
posisi
hari
terlebih
Pada
dan
jam
dahulu, produksi.
5. Pasca Produksi Tahapan
pasca
produksi
ini
merupakan tahapan yang harus dilalui dengan dilalukan
ketelitian,
Tahapan
ini
pemotongan-pemotongan
gambar yang tidak diperlukan dalam tahap editing. Editing film dokumenter lebih berkonsentrasi pada penyajian eksposisi isi tema pokok. Setelah
Gambar 5. Proses Editing ( Foto: dokumentasi, Kinoi, 2012)
melakukan produksi, maka akan masuk pada tahap pasca produksi. Pada tahapan ini dilakukan proses editing, terhadap
hasil
rekaman
tersebut
gambar dan suara yang ada pada kaset mini DV. Diolah dikomputer dengan memakai software Adobe Priemiere CS 4, setelah melalui proses capture. Proses editing merupakan proses yang menentukan dalam penggarapan karya karena dalam proses inilah point of
view
terbangun,
untuk
itu
Proses editing merupakan proses yang panjang, dalam film dokumenter proses editing merupakan tumpuan dari hasil film dan setelah selesai di capture maka gambar- gambar tersebut akan dipotong, dikurangi mana yang akan dipakai dan tidak dipakai. Kebutuhan akan plot hanya agar cerita memiliki daya tarik dramatik, terutama sebagai kompensasi bila ada kelemahan dalam visual adegan.
dibutuhkan kepekaan dalam proses
34
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
yang menarik dalam penciptaan karya ini.
PENUTUP Peranan film dokumenter dalam melihat fenomena yang terjadi di Basafa merupakan visual dari tata cara pelaksanaan acara tersebut, dengan mata
kamera
yang
dihadirkan,masyarakat yang berlainan akan mengetahui bagaimana tentang Gambar 6. Proses rendering (Foto: dokumentasi, Kinoi, 2012)
Sebagian
besar
pelaksanaan kegiatan serta tujuan dan manfaat Basafa bagi kaum Syatariyah.
dokumentaris
Dalam
pembuatan
film
menganggap bahwa baik buruknya
dokumenter, sebuah kejujuran fakta
penggarapan sebuah film dokumenter
dan data merupakan sebuah keharusan
bersandar pada kualitas pengembangan
untuk mengungkap sebuah fenomena
konsep dalam treatment, jadi tidak
yang ada. Film dokumenter merupakan
semata-
pada
sebuah film yang menceritakan tentang
kemampuan kamera. Pada prinsipnya
suatu realitas dan fenomena yang
proses penyutradaraan dan editing
sebenarnya,
dapat berjalan bersamaan saat syuting
mengemas
untuk diproses kreatif di meja editing.
kegiatan
Dari banyak data yang dihasilkan pada
melalui film dokumenter.
mata
bergantung
termasuk dan
Basafa
dalam
merepresentasikan yang
diciptakan
kegiatan Basafa kemudian dilakukan
Dalam pembuatan karya film
analisis untuk menentukan bagian-
ini tentu mempunyai isian dan makna
bagian
yang
dihilangkan Menganalis
akan
dipakai
dan
yang
karya
ini.
tersebut
dalam data
yang
akan
disampaikan.
merupakan
Makna
tranformasi
didapatkan
pengkarya ketika melihat fenomena-
dilakukan agar didapat sudut pandang
fenomena yang berlangsung pada acara
35
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
Basafa tersebut. Acara yang yang hadir
pembenaran ini merupakan konsep-
pada saat itu menimbulkan pertanyaan-
konsep rasionalisasi ketika sebuah
pertanyaan dan tidak lazim dilakukan
lembaga legitimasi membuat aturan-
oleh
pada
aturan profan yang harus dijalani oleh
Umumnya, seperti mengambil pasir di
pengikut baik secara sukarela maupun
makam
dengan paksaan.
Masyarakat
Syekh
Islam
Burhanuddin,
meletakkan air di atas makam Syekh Burhanuddin.Dari
sekian
Dalam setiap ritual keagamaan
fenomena
yang dilaksanakan, baik itu sesuatu
yang ada, tentu ditelusuri tentang
yang dimaklumi atau tidak dapat
fenomena dan keberadaan Basafa,
dimaklumi oleh orang banyak, tentu
sehingga menjadi isian dari karya ini.
mempunyai alasan tertentu. Alasan-
Kronologis dari perjalanan Basafa dan
alasan pembenaran tersebut terkadang
upaya
kegiatan
tidak dapat kita pahami secara rasional,
Basafa tersebut dikemukakan oleh
diperlukan kepekaan inderawi dalam
orang yang berkompeten didalam acara
membahasnya
tersebut seperti Tuangku Khalifah
sufisme.
Herry Firmansyah.
dilaksanakan
mengrasionalisasi
Dalam
pandangan
umum
termasuk Acara oleh
dari
Basafa para
sisi yang
pengikut
tarekat Syatariyah mengingatkan kita
agama Islam, kegiatan yang berlebihan
pada tata cara dalam
dimakam atau mengkultuskan makam
keberadaan-Nya walaupun jalan yang
merupakan
ditempuh berbeda tetapi tetap pada satu
suatu
perbuatan
yang
musyrik, akan tetapi tentu dilihat
tujuan dan satu tuhan.
dahulu alasan- alasan kenapa tarekat
Visual
yang
memahami
ditampilkan
Syatariyah melakukan hal tersebut.
merupakan bukti otentik tentang arti
Adapun makna yang didapat setelah
Basafa sehingga apa yang terkandung
melakukan observasi di lapangan, para
dalam film ini merupakan ungkapan
pengikut ini memiliki pemahaman
dari realitas kehidupan yang ada
sufisme yang mendalam. Apapun yang
dengan pemberian sentuhan estetika
mereka lakukan bukanlah bertentangan
dalam penggarapannya.Perkembangan
dengan
itu
yang terjadi dalam kegiatan Basafa
dibenarkan oleh Khalifah Syatariyah,
tidak dapat terelakkan lagi, dimana
ajaran
Islam.
Hal
36
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
dalam kepentingan yang melibatkan
KEPUSTAKAAN
massa
Amir,
yang
banyak
tentu
ada
kepentingan- kepentingan yang lain menyertainya. Adapun landasan dari para pengikut
Tarekat
memahami
ini
bahwa
merupakan
mereka
kegiatan
sebuah
ini
bentuk
penghormatan mereka kepada guruguru yang telah memberikan bekal ilmu
kepada
mereka.
Dalam
melaksanakan kegiatan Basafa para pengikut
ini
menjalaninya
tanpa
adanya suatu dorongan yang datang dari luar ataupun semacam paksaan. Adanya legitimasi yang memegang kendali dalam acara ini merupakan salah
satu
faktor
yang
membuat
kegiatan acara Basafa terus dilakukan oleh para pengikut aliran Tarekat Syatariyah dan berkembang sampai saat ini. Interpretasi yang hadir dalam Film “Basafa di Ulakan” pembelaan dilakukan
terhadap oleh
tarekat
bukanlah
apa
yang
Syatariyah
melainkan mencari pembenaran yang terkandung dalam nilai- nilai religius Basafa. Sehingga apa yang ditampilkan merupakan sebuah observasi yang ditemui dilapangan.
Addriyetti. 2007. Syekh Burhanuddin Ulakan. Puitika Ayawaila, Gerzon R.2008.DOKUMENTER: Dari ide sampai produksi. Jakarta: FFTV IKJ. Boggs, M Joseph .1992. The Art Of Wachting Film, Jakarta :Yayasan Citra Bordwell, David.2003. Film Art: Ant Introduction. New York: McGraw Hill Inc. Featherstone, Mike.2001. Posmodernisme Dan Budaya Konsumen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Graves, Elizabeth E.2007. Asal Usul Elit Minangkabau. Jakarta : Yayasan Obor. Hadi, Sumandiyo.2006. Seni Dalam Ritual Agama, Yogyakarta : Pustaka. Hariwijaya M, et al.2004. Tehnik Menulis Skripsi & Thesis. Yogyakarta: Zenith Publisher. Idris, Kemal.2001. Pemerintahan Nagari Minangkabau. Jakarta : Graha Ilmu. Kaplan, David et al.1999. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar . Kamal, Zahara. 2011. Pertunjukan Seni ReligiusDi Makam Keramat Syekh Burhanuddin. dalamEkspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan karya Seni,Puslit dan P2M STSI Padangpanjang. Koentjaraningrat.1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Prakosa, Gotot.2006. Kamera Subjektif: Rekaman Perjalanan. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. 37
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 18, No. 1, Juni 2016
Sachari, Agus. 2002. Estetika. Bandung: ITB. Samad, Duski.2002. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau: Syarak mandaki Adat Manurun. Jakarta: The Minangkabau Foundation. Salim, Rohani.1990Syech Burhanuddin diantara para khalifah. Padang: Bias Jaya. Sutrisno, Mudji et al. 2005. Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:Karnisius.
Suwardi, Purnama.2006.Seputar Bisnis dan Produksi Siaran Televisi. Padang: TVRI SUMBAR. Suprayogo, Imam et al. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tandzil, Chandra et al. 2009.Pemula Dalam Dokumenter. Jakarta : INDOCS. Weber, Max. 2006. Sosiologi,Jakarta : Pustaka Pelajar.
38
Indeks Nama Penulis JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2016 Vol. 13-18, No. 1 Juni dan No. 2 November
Admawati, 15 Ahmad Bahrudin, 36 Alfalah. 1 Amir Razak, 91 Arga Budaya, 1, 162 Arnailis, 148 Asril Muchtar, 17 Asri MK, 70 Delfi Enida, 118 Dharminta Soeryana, 99 Durin, Anna, dkk., 1 Desi Susanti, 28, 12 Dewi Susanti, 56 Eriswan, 40 Ferawati, 29 Hartitom, 28 Hendrizal, 41 Ibnu Sina, 184 I Dewa Nyoman Supanida, 82 Imal Yakin, 127 Indra Jaya, 52 Izan Qomarats, 62 Khairunas, 141 Lazuardi, 50
Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah Sy, 76 Maryelliwati, 111 Meria Eliza, 150 Muhammad Zulfahmi, 70, 94 Nadya Fulzi, 184 Nofridayati, 86 Ninon Sofia, 46 Nursyirwan, 206 Rosmegawaty Tindaon, Rosta Minawati, 122 Roza Muliati, 191 Selvi Kasman, 163 Silfia Hanani, 175 Sriyanto, 225 Susandra Jaya, 220 Suharti, 102 Sulaiman Juned, 237 Wisnu Mintargo, dkk., 115 Wisuttipat, Manop, 202 Yuniarni, 249 Yurnalis, 265 Yusril, 136
JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412 – 1662 Volume 18, Nomor 1, Juni 2016
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari
1. Dr. St. Hanggar Budi Prasetya (Institut Seni Indonesia Yogyakarta) 2. Drs. Muhammad Takari. M.Hum. Ph.D (Universitas Sumatera Utara) 3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn (Institut Seni Budaya Indonesia Bandung)
EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme. 2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri). 3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt). 4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt). 5. Sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul sesuai dengan sub bahasan. c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan. 6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus. Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142). Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen. 7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan: Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang: Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. _________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI. 8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG.
Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada : Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail:
[email protected]