JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164 Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting AfrizalHarun Tim Penyunting Elizar Sri Yanto Surherni Adi Krishna Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Novia Murni Redaktur Saaduddin Liza Asriana Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________.________________________________ _ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan Padangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;
[email protected] Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan Oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang
i
JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164
DAFTAR ISI PENULIS
JUDUL
HALAMAN
Hasan Saaduddin
Fungsi Sandiwara Amal di Masyarakat Desa Pulau Belimbing, Kec Bangkinang Barat, Kab Kampar Provinsi Riau.
1- 19
Fridolin L. Muskitta
Kehidupan Musik Tahuri Masyarakat Negeri Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kotamadya Ambon dalam Konteks Budaya
20– 40
Dewi Susanti
Penerapan Metode Penciptaan Alma Hawkins dalam Karya Tari Gundah Kancah
41– 56
Hardi
Karakteristik Karya Tari Syofyani dalam Berkreativitas Tari Minangkabau di Sumatera Barat
57–70
Nicolson Roxi Thomas
Eksplorasi Pasir Sebagai Teknik City Scape Lukisan
71– 82
Feri Firmansyah
Bentuk dan Struktur Musik Batanghari Sembilan
83 – 102
Asri
Musik Melayu Ghazal Riau Dalam Kajian Estetika
103–114
Misselia Nofitri
Bentuk Penyajian Tari Piring Di Daerah Guguak Pariangan Kabupaten Tanah Datar
115–128
Riki Rikarno
Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar Siswa
129–149
Muhammad Zulfahmi
Fungsi Musikal Dedeng Pada Masyarakat Etnik Melayu Langkat Propinsi Sumatera Utara
150-164
_______________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 17, No. 1 Juni 2015 Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
ii
BENTUK DAN STRUKTUR MUSIK BATANGHARI SEMBILAN Feri Firmansyah
Program Studi Pendidikan Sendratasik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palembang Jalan A. Yani Lorong Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang
[email protected]
ABSTRAK Artikel ini berisi tentang bentuk dan struktur Musik Batanghari Sembilan. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan informasi tentang salah satu bentuk dan struktur Musik Nusantara. Dalam kajian Musik Nusantara, Musik Batanghari Sembilan tergolong dalam musik daerah. Bentuk dan struktur Musik Batanghari Sembilan akan diurai secara ringkas dan dipaparkan secara deskriptif. Terdapat tiga unsur pokok Musik Batanghari Sembilan, yaitu pantun, lagu, dan sajian instrumen. Setelah analisis bentuk dan struktur, dari ketiga unsur pokok tersebut terdapat empat stuktur lagu yang umum digunakan. Dari keempat struktur lagu tersebut semuanya menggunakan dua kalimat lagu dalam satu bagian. Di mana satu bagian tersebut menembangkan satu bait pantun. Selanjutnya struktur lagu tersebut selalu diulang untuk menembangkan pantun pada bait berikutnya. Kata Kunci : Bentuk, Struktur, Musik Batanghari Sembilan
ABSTRACT This article contained about the form and structure of Batanghari Sembilan Music. This research aimed to provide insight and information about one of the form and structure of Indonesian Traditional Music. In the study of Indonesian Traditional Music, Batanghari Sembilan Music classified as folk music. The form and structure of Batanghari Sembilan Music will be explained briefly and presented descriptively. There are three main elements of Batanghari Sembilan Music, namely rhymes, songs, and serving instrument. After analyzing its form and structure, there were four songs that commonly used base from its three main elements. From each structure of four songs, all of them used two period in one part. That part singing about one verse of poem. Furthermore, the structure of the song is always repeated to sing a poem for the next verse. Keyword : Form, Structure, Batanghari Sembilan Music
83
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
lagu
PENDAHULUAN Musik
Batanghari
Sembilan
daerah
dan
gitar
tunggal
(Yampolsky, 1999: 14). Kesenian
merupakan kesenian yang tumbuh dan
ini
menampilkan
di
daerah
Sumatera
pantun yang ditembangkan dan sajian
Setiap
daerah
memiliki
instrumen musik, yang paling populer
seniman untuk kesenian ini, dengan
adalah gitar. Namun di daerah Pulau
kekhasan
daerah.
Beringin OKU Selatan, ada yang
Secara musikal, belum ada data yang
mengiringi dengan gitar, biola, dan
pasti untuk menunjukkan dari daerah
gambus. Selain itu di daerah Muara
mana asal kesenian ini, hampir seluruh
Enim menggunakan gitar, bas gitar, bas
daerah di Sumatera Selatan memiliki
drum, tamborin, dan biola. Dari lagu-
seniman untuk kesenian ini.
lagu yang didengarkan, peran sajian
berkembang Selatan.
masing-masing
Batanghari
instrumen selain membentuk irama,
Sembilan merupakan hal yang baru
juga menyajikan melodi yang sama
bagi
dengan melodi lagu.
Istilah
Musik
penikmat
dan
pelakunya.
Masyarakat Pagaralam dan Semende
Penelitian ini akan mengungkap
menyebut kesenian ini dengan istilah
bentuk dan struktur Musik Batanghari
rejung
16
Sembilan. Penjelasan akan dimulai dari
Agustus 2013). Berbeda halnya dengan
pengertian, unsur-unsur dan garap,
daerah
Muare
serta bentuk dan struktur. Dalam hal ini
tersebut
M.
(Ahmad,
wawancara,
Kuang, Dasi’i
di
daerah
mengatakan
untuk
dapat
memahami
Musik
kesenian ini disebut dengan tembang.
Batanghari Sembilan perlu dilakukan
Sama halnya dengan rejung, tembang
kajian dengan pendekatan analisis
juga berisi pantun yang disajikan
musikal bentuk dan struktur yang
dengan
Muare
mengacu pada konsep kajian musik
Kuang. M. Dasi’i juga mengatakan
Nusantara. Dalam konsep kajian musik
bahwa tembang tersebut sudah ada
Nusantara, Musik Batanghari Sembilan
sejak dari zaman kakek dan neneknya
termasuk dalam jenis musik daerah,
(Dasi’i, wawancara, 18 Agustus 2013).
yaitu musik yang lahir dan hidup di
Daerah lain di Sumatera Selatan, ada
sebuah daerah budaya (Hastanto, 2011:
juga yang menyebutnya dengan istilah
7).
lagu
khas
daerah
Haviland seorang antropolog
84
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
menyatakan
bahwa,
membicarakan
instrumennya terdengar melodi yang
musik suatu kebudayaan juga sama
mirip dengan melodi lagunya. Menurut
pentingnya dengan mengerti bahasa
Fontain
musik, yaitu kebiasaan-kebiasaannya.
karya
Cara untuk mendekati jenis ungkapan
melodinya, sehingga melodi memiliki
musikal yang sama sekali asing dengan
peranan penting dalam memahami
mempelajari terlebih dahulu fungsi-
bentuk musik (Indrawan, 2004: 1).
fungsinya dalam hal melodi, ritme, dan
Dalam
bentuk dari musik suatu daerah budaya
ditemukan motif lagu, frase lagu, dan
(Haviland, 1985: 234-235).
kalimat
dalam musik
Indrawan, dapat
perjalanan lagu.
Struktur
dilihat
melodi
Motif
dari
akan
merupakan
Bentuk adalah ujud luar atau
sekelompok nada yang terdiri dari 3
garis besar yang di dalamnya terdapat
nada atau lebih yang memiliki arti
struktur isi, sehingga bentuk dan
musikal sebagai suatu partikel tematik
struktur membicarakan wadah dan isi
(Stein, 1979: 3).
sebuah musik (Hastanto, 2011: 146).
Guna memperoleh pemahaman
Kajian bentuk dan struktur musik
tentang frase Leon Stein menawarkan
menghasilkan eksplanasi ujud fisik,
empat asumsi. Yang pertama bahwa
bagian-bagiannya dan isi setiap bagian.
frase konvesional umumnya adalah
Setelah menjelajah isi setiap bagian,
sebuah unit yang terdiri dari empat
akan dijelaskan aspek yang tidak fisik,
birama, yang kedua bahwa frase adalah
seperti frase lagu dan kalimat lagu
unit terpendek yang diakhiri dengan
(Hastanto, 2011: 109). Saat ini, Musik
kadens, yang ketiga bahwa sebuah
Batanghari Sembilan disajikan secara
frase biasanya memiliki hubungan
utuh oleh senimannya dalam tiga unsur
dengan frase-frase lain, dan yang
pokok, yaitu, pantun, tembangan atau
keempat bahwa pada dasarnya frase
lagu, dan sajian instrumen. Ketiga
adalah basis struktural bentuk-bentuk
unsur pokok tersebut dapat disajikan
homofonis yang juga diterapkan pada
dalam format solo, duet, dan format
struktur-struktur
yang lebih besar lagi.
(Stein, 1979: 22). Jika dua atau lebih
Dalam
Musik
poliponis
tertentu
Batanghari
frase digabung dalam sebuah wujud
Sembilan melodi pokok dapat dilihat
yang bersambung sehingga bersama-
dari lagu, walaupun dalam sajian
sama
membentuk
sebuah
unit
85
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
seksional, struktur demikian disebut
PEMBAHASAN
kalimat lagu (Stein, 1979: 39-42).
Pengertian dan Pertunjukan Musik Batanghari Sembilan
Pengumpulan dilakukan
data
dengan
akan
observasi,
Musik
Batanghari
Sembilan
wawancara, dan studi data tertulis.
merupakan kesenian musik yang terdiri
Dalam observasi akan dilihat langsung
dari sajian instrumen gitar tunggal
pertunjukan
Batanghari
dan/atau instrumen lainnya, dan vokal
Sembilan, guna memahami bagian-
yang menyajikan lagu khas daerahnya,
bagian
yang
Musik
musiknya.
dilakukan
Setelah
wawancara
itu,
berisikan
pantun-pantun
dengan
berbahasa daerah dengan tema yang
narasumber Seniman Musik Batanghari
bervariasi, serta ditembangkan sesuai
Sembilan seperti Ribuanata, Sahilin,
dialek dan/atau logat masing-masing
M. Dasi’i, Sasman Hadi, Fadhillah, dan
daerah di Sumatera Selatan, di mana
Rasid, guna mendapatkan istilah dan
kesenian ini tumbuh dan berkembang
memahami
rasa
bagian
khususnya di daerah Sumatera Selatan.
musiknya.
Selain
wawancara
Dari kaset-kaset yang sudah
musikal itu
dengan pengamat seperti Misral dan
direkam,
Ahmad
guna
mengatakan bahwa setiap seniman
tentang
pada kesenian ini pasti menembangkan
Bastari
mendapatkan
Suan,
informasi
Philips
Yampolsky
kesenian ini secara umum. Selanjutnya
lagu
studi data tertulis digunakan sebagai
tetangganya. Philips Yampolsky tidak
acuan dalam menjelaskan dan/atau
menemukan
menganalisis permasalahan yang akan
menembangkan lagu untuk daerah
diungkap. Analisis dilakukan dengan
yang terpisah jauh, seperti Kabupaten
reduksi data, penyajian data, verifikasi,
Lahat dan OKI.1 Hal ini menunjukkan
dan penarikan kesimpulan. Pemaparan
perbedaan yang nyata antara lagu-lagu
hasil
dari berbagai daerah. Namun Pihlips
analisis
dilakukan
secara
deskriptif. Selain itu, dilakukan analisis
daerahnya
Yampolsky
atau
seniman
menegaskan
daerah
yang
bahwa
bentuk dan struktur untuk aspek-aspek musikal pada kesenian ini. 1
Perjalanan dari OKI ke Lahat ditempuh dalam waktu 6 jam.
86
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
perbedaan yang jelas terlihat dari bahasa (Yampolsky, 1999: 15).
Saat
ini
Musik
Batanghari
Sembilan menjadi sebuah pertunjukan
Cukup banyak lagu yang ada
dan tontonan masyarakat Sumatera
pada kesenian ini, seperti lagu Nasib,
Selatan. Walaupun awalnya kesenian
lagu Tige Serangkai, lagu Ribu-Ribu,
ini hanya sebagai sarana pergaulan dan
lagu
Menurut
komunikasi masyarakatnya (Ahmad,
tersebut
wawancara,
Antan
Delapan.
Ribuanata,
lagu-lagu
16
Kesenian
dari
panggung
khusus
dalam
senandung tersebut sudah ada sejak
penampilannya.
Untuk
penampilan
zaman kakek dan neneknya. Hal
yang
tersebut sejalan dengan penjelasan
seniman dapat langsung membaur
Liaw Yock Fang, bahwa pantun adalah
dengan penonton, hanya dibutuhkan
senandung atau puisi rakyat yang
kursi dan sedikit ruang, serta pengeras
dinyanyikan, sampai sekarang pantun
suara untuk mendukung penampilan
masih dinyanyikan. Abdullah Munsyi
senimannya.
Selatan,
bahkan
tidak
2013).
dikembangkan dari senandung khas Sumatera
ini
Agustus
menggunakan
membutuhkan
gitar
tunggal,
dalam pelayaran ke Kelantan mencatat cara-cara pantun dinyanyikan (Fang, 2011: 556). Namun sebelumnya tidak ada judul khusus dari lagu-lagu seperti di
atas,
dan
tidak
jelas
siapa
penciptanya. Judul lagu itu muncul ketika
direkam,
dijual,
dan
dipertunjukkan ke masyarakat umum (Ribuanata, 2014).
Hal
wawancara, yang
23
April
sama
juga
disampaikan oleh Rasid bahwa judul lagu itu baru ada dan dibuat pada saat ini saja (Rasid, wawancara, 5 Februari 2014).
Gambar 1. Pertunjukan Musik Batanghari Sembilan dalam Sebuah Hajatan (Foto: Feri, 2014)
Dalam sebuah hajatan, pantunpantun yang menarik dan bermakna sangat ditunggu oleh penontonnya, bahkan penonton tidak segan-segan untuk memberikan saweran kepada penembangnya, jika penampilannya
87
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
baik dan menarik. Sahilin mengatakan
notasi menggunakan sistem tabulatur.
bahwa setiap penampilannya terkadang
Bagian ini menjelaskan sedikit tentang
jumlah
permasalahan
saweran
lebih
besar
dari
garap.
Dalam
upahnya bermain (Sahilin, wawancara,
pemaparannya antara unsur-unsur dan
10 agustus 2013).
garap Musik Batanghari Sembilan
Pertunjukan Musik Batanghari Sembilan dapat dilakukan pada waktu
menjadi satu kesatuan. 1. Pantun Pantun
siang maupun malam hari. Bahkan
kesenian
ini
sama
hiburan seperti ini telah dilakukan oleh
halnya dengan pantun melayu, yaitu
masyarakat
sejak
dahulu.
sajak yang berbaris empat, dengan
sahut
sebagai
sanjak ab ab (Fang, 2011: 556). Dua
hiburan di malam hari sampai matahari
baris awal dari pantun merupakan
terbit (Marsden, 2008: 247). Dalam
sampiran, dan dua baris akhir berupa
pertunjukannya,
tidak
isi. Teks pantun dalam kesenian ini
ditentukan secara khusus. Kebanyakan
selalu berbahasa daerah yang ada di
berpakaian
Sumatera
Mereka
Melayu
berpantun
adat
busana
daerah
Sumatera
Selatan,
seperti
bahasa
daerah Lahat, Semende, Pagaralam,
Selatan.
Muara Enim, Rambang, Muare Kuang, Unsur-unsur dan Garap Musik
Benawe,
Batanghari Sembilan
Rawas, dan bahasa Lubuk Linggau.
Setelah melihat penjelasan di
Musi
Banyuasin,
Musi
Dilihat dari sampiran dan isi,
atas, ada tiga unsur pokok dalam
tema
kesenian ini, yaitu pantun, lagu, dan
bervariasi dan dapat digolongkan enam
sajian instrumen. Unsur musik seperti,
ragam pantun, yaitu pantun nasihat,
ritme,
tempo,
pantun nasib, pantun jenaka, pantun
dinamika dapat terlihat pada lagu dan
adat, pantun berkasih-kasihan, pantun
sajian instrumen. Untuk penulisan
beriba hati, seperti contoh pantun adat
notasi lagu menggunakan notasi angka.
berikut.
melodi,
harmoni,
Sajian instrumen yang bersifat melodis seperti biola, juga menggunakan notasi
pantun
kesenian
ini
cukup
Ke Muare due ke Martepure La laju pule ke Baturaje Adat kite adat Semende
angka. Untuk instrumen gitar penulisan
88
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Tunggu Tubangnye anak betine” (è dibaca seperti HP, BG), (é dibaca seperti geleng), (e dibaca seperti kentang, cakep) (Ke Muara Dua ke Martapura Jadilah kita ke Baturaja Adat kita adat Semende Tunggu Tubangnya anak wanita) (Sasman Hadi, wawancara, 6 Februari 2014). Bahasa yang digunakan dalam
seniman
membuat
pantun
secara
langsung di tempat pertunjukan tanpa persiapan. Metode spontan ini biasanya digunakan
seniman
untuk
pantun
bersahut. Menurut M. Dasi’i, cara seperti
ini
biasa
seniman
dilakukan
yang
pengetahuan wawancara,
sudah
mapan
pantunnya 18
oleh
(Dasi,’i,
Agustus
2013).
pantun di atas adalah bahasa daerah
Menurut William Marsden, hiburan
Semende. Pantun di atas mengajak
malam pada masyarakat Melayu juga
masyarakat
suku
menampilkan
memahami
adatnya, yaitu
Semende
untuk Tunggu
Tubangnya2 anak wanita.
bersahut.
Kelincahan dan kepandaian berbalas pantun
Pantun yang baik apabila baris
pantun
sangat
menyanyi.
dibutuhkan Kata-kata
indah
dan
dalam yang
satu dan dua serta baris tiga dan empat
dimunculkan
terkadang
memiliki keterkaitan. Seniman yang
jenaka (Marsden, 2008: 246-247).
baik, bukan hanya mempertimbangkan
Metode yang kedua, yaitu dengan di
akhiran kata dalam membuat pantun.
konsep terlebih dahulu.
Selain menyesuaikan tema, seniman
Kata-kata yang sering muncul
harus cerdas merangkai setiap baris
dalam sampiran pantun adalah nama
pantun sehingga memiliki keterkaitan
tumbuhan, nama buah, nama daerah,
(Ribuanata,
sungai, nama hewan, bentukan alam
wawancara,
23
April
2014). Ada
dua
metode
yang
(gunung,
bukit,
sungai,
kegiatan
sehari-hari
(ke
tebing,), kebun,
digunakan dalam membuat pantun.
menyeberang sungai, menanak nasi),
Pertama adalah metode spontan, yaitu
pakaian khas daerah, dan adat istiadat. Seniman mengunakan fenomena alam
2
Tunggu Tubang merupakan adat daerah Semende, yang memberikan kewenangan penuh kepada anak perempuan tertua untuk meneruskan waris.
dan tradisi daerahnya sebagai materi sampiran pantun, seperti contoh pantun nasihat berikut.
89
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
“Baju kurung kancingan tige Dibatak midang ke Selangis Amu lah urung ancaman kite Alangka panjang la karang tangés”
beda. Tidak ada ketentuan bahwa lagu
(Baju kurung kancingnya tiga Dibawa berjalan ke Selangis Kalau tidak jadi rencana kita Alangkah panjang kita menangis) (Ahmad, wawancara 16 Agustus 2013)
Berbeda halnya dengan pengertian lagu
tersebut harus disajikan dengan teks pantun
yang
wawancara,
10
khusus Agustus
(Sahilin, 2013).
sebagai sebuah komposisi, yaitu teks dalam lagu tersebut menjadi satu kesatuan dengan melodi yang dibuat, seperti melodi pada lagu Indonesia
Dilihat dari sampirannya, pantun tersebut mengunakan nama pakaian khas daerah dan nama daerah, yaitu baju kurung dan daerah Selangis sebagai materi pantunnya, Selanjutnya pada bagian isi, terkandung nasihat, bahwa kalau rencana gagal, maka kita akan
menangis
atau
menyesal
berkepanjangan. 2. Lagu Istilah lagu dalam kesenian ini tidak sama dengan pengertian lagu sebagai sebuah komposisi. Hal ini karena lagu-lagu pada kesenian ini dikembangkan dari senandung khas di Sumatera Selatan. Selain itu, setiap lagu
dapat
digunakan
untuk
Raya bukan untuk dinyanyikan dengan teks lagu Bagimu Negeri. Dalam sajian Musik Batanghari Sembilan, struktur pantun mengalami perubahan. Pantun seperti tidak lagi berjumlah empat baris utuh, seperti contoh pantun berikut. “Mak mane care nak mandi Jeramba patah pengkalan anyut Mak mane care nak jadi Umak marah bapang merengut ” Namun setelah disajikan setiap baris pantun diulang dua kali. Bahkan kata jeramba patah pada baris ke dua dan umak marah pada baris ke empat diulang dua kali. Dalam hal ini teks pantun ditembangkan untuk mengikuti kebutuhan lagu, seperti notasi berikut.
menembangkan pantun yang berbeda-
90
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Ket.: garis (/) pada angka 2 dan 5 berarti naik setengah laras Notasi 1. Lagu Tige Serangkai (Ribuanata)
Dalam menembangkan pantun,
pantunnya. Pengulangan-pengulangan
sering dugunakan ucapan khas daerah,
tersebut memang sudah dari dahulu
yaitu ai, la, sayang, oy, yaila, seperti
begitu
pantun pada lagu Gunung Daes yang
dirubah.
disajikan oleh Zainudin berikut.
menjadi khas dan pemanis sajiannya
Pulau Pandan jao di tengah Gunung Daés becabang tige Hancurlah badan dikandung tanah Budi yang baik dikenang juge Pantun tersebut setelah ditembangkan berubah menjadi seperti berikut. Pulau pandan jauh di tengah, jauh di tengah Gunung la Daés becabang tige Gunung la Daés becabang tige Hancurlah badan dikandung tanah, dikandung tanah Budi yang baik dikenang juge Budi yang baik dikenang juge Ribuanata mengatakan bahwa pengulangan kata-kata dan satu baris pantun
pada
saat
penyajiannya,
dilakukan sebagai penegasan maksud
aturannya Justru
jadi
tidak
bisa
pengulangan
itu
(Ribuanata, wawancara, 21 Agustus 2014). Lagu pada kesenian ini berasal dari senandung khas daerah, yang dikembangkan oleh seniman terdahulu (Ribuanata,
wawancara,
23
April
2014). Menurut Fadhillah lagu yang digunakan
untuk
menembangkan
pantun di Dusun Tanjung Bulan, Kecamatan
Pulau
Beringin
OKU
Selatan. memiliki kesamaan secara musikal
dengan
budaya
meratap.
Meratap merupakan sebuah ungkapan kesedihan
yang
dilakukan
oleh
seseorang karena keluarganya yang
91
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
meninggal
dunia
(Fadhilah,
wawancara, 28 Mei 2014).
khas daerah, gaya vokal dipengaruhi dialek dan/atau logat daerahnya. Belum ataupun
ditemukan
istilah
khusus
dalam
teknik
menembang. Setiap seniman yang Notasi 2. Senandung Ratap (Fadhilah: wawancara, 28 Mei 2014)
diamati, memiliki caranya masingmasing dalam menembang. Dilihat dari artikulasi, pengaruh dialek dan/atau logat bahasa sangat berpengaruh. Dari segi
Notasi 3. Lagu Jurai Rampean Karya Syamsul Syukur
memiliki
rata-rata
seniman
menggunakan pernapasan dada. Sama
Dari dua notasi di atas, jika ditembangkan
pernapasan
kesamaan
halnya ketika kita menarik nafas panjang.
Produksi
suara
yang
memiliki
dihasilkan oleh seniman yang diamati,
pelarasan yang sama. Dilihat dari kotak
memiliki warna suara sama seperti saat
merah melodi dan ritme memiliki pola
berbicara.
musikal.
yang
Keduanya
sama.
juga
Kotak
biru
muda
menunjukkan nada yang baru sebagai pengembangan dari senandung ratap. Selain
penggunaan
bahasa
daerah untuk teks pantunnya, dialek dan/atau logat bahasa masing-masing daerah
memiliki
pengaruh
dalam
3. Sajian Instrumen Ada
dua
bentuk
sajian
instrumen, yaitu format ansambel dan gitar tunggal. Di daerah Pulau Beringin ditemukan format ansamble dengan instrumen gitar, gambus, dan biola.
tembangannya. Dalam menembang, ada cengkok khas yang dipengaruhi dialek dan/atau logat masing-masing daerah (Ribuanata, wawancara, 23 April
2014).
Hal
inilah
yang
membedakan vokal Musik Batanghari Sembilan dengan musik lainnya. Selain
Gambar 2. Sajian Instrumen Gitar, Biola, Gambus (Foto: Feri, 2014)
lagu tersebut berakar dari senandung 92
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Sajian instrumen seperti di atas
Bentuk
sajian
yang
paling
disebut rejung betebah, yang berarti
populer saat ini adalah gitar tunggal.
bermain dan menembang bersama-
Setiap daerah di Sumatera Selatan
sama. Gitar membentuk pola irama
menggunakan gitar tunggal dalam
musiknya, dengan pola bas pada senar
kesenian ini. Menurut Ahmad Bastari
atas, yang selalu diulang-ulang. Selain
Suan, gitar tunggal ini sudah ada
itu, gitar dan gambus juga menyajikan
sebelum
melodi vokal, yang dimainkan pada
wawancara, 16 Agustus 2013). Namun
senar
belum
bawah,
pasti
yang
berbeda dari melodi vokal, sedangkan
menunjukkan
tahun
berapa
mulai
untuk instrumen biola, memainkan
digunakan,
dan
siapa
yang
melodi
mempopulerkan.
Selanjutnya dilakukan
ritme
(Ahmad,
data
menembang
pola
1940-an
ada
lagu.
dengan
tahun
untuk secara
bergantian.
ini kebanyakan adalah gitar akustik.
Penalaan instrumen pada rejung betebah
Gitar yang digunakan kesenian
ini,
menggunakan
Sajian gitar tunggal ini ada yang duet
rasa
dan solo. Bentuk duet, yaitu mengiringi
enaknya penembang. Penembang akan
penembang dan/atau ikut menembang,
memastikan nada yang sudah sesuai
sedangkan bentuk solo memainkan
untuk dijadikan acuan dalam penalaan
gitar
instrumen lainnya. Penalaan dimulai
Petikan gitar memainkan pola bas
dari gambus terlebih dahulu. Setelah
sekaligus melodi lagu. Namun dalam
itu dilanjutkan menala gitar dan biola
memainkan melodi lagu, ritme, dan
dengan nada acuannya dari gambus
melodinya tidak sama persis.
sambil
menembang
sendiri.
(Rasid, wawancara, 5 Februari 2014).
Notasi 4. Sajian Instrumen Rejung Betebah (Rasid, wawancara, 5 Februari 2014)
Gambar 3. Gitar Tunggal Duet dan Solo
93
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Selanjutnya penalaan (Stéman) instrumen gitar pada kesenian ini cukup
bervariasi.
Penalaan
awal
hampir sama dengan penalaan gitar konvensional.
Namun
yang Diagram 1. Proses Penalaan Instrumen Gitar
membedakan penggunaan acuan nada dasarnya. Sangat jarang seniman yang
Di
menggunakan sistem absolute pitch,
dalam
permainan
gitar
nada A = 440 Hz sebagai acuan. Rata-
tunggal, teknik yang digunakan tangan
rata seniman menggunakan rasa vokal
kanan adalah teknik petikan dengan
penembangnya.
sesuai
menggunakan jari. Rata-rata seniman
dengan rasa vokal penembangnya, baru
hanya menggunakan jari jempol untuk
dilanjutkan menala senar yang lainnya.
pola bas dan jari telunjuk untuk pola
Penalaan selanjutnya, merubah salah
melodi. Belum ditemukan seniman
satu senar untuk disamakan nadanya
yang
dengan
ditentukan.
menggunakan kelima jarinya. Pola bas
Misalnya, senar enam lepas disamakan
dan pola melodi dimainkan bersamaan,
nadanya dengan nada pada senar tiga
sehingga muncul satu harmoni dalam
lepas, senar lima lepas disamakan
gitar tunggalnya.
senar
Jika
sudah
yang
memetik
gitar
dengan
Penggunaan tangan kiri dalam
dengan senar dua lepas. Menurut Ribuanata, penalaan
permainan
gitar
tunggal,
rata-rata
untuk
hanya menggunakan jari telunjuk, jari
mempermudah secara teknik dalam
tengah, dan jari manis. Bentuk melodi
memainkan gitar tunggal. Perubahan
sangat dominan pada tangan kiri,
banyak dilakukan di senar atas yang
hampir rata-rata gitar diisi dengan pola
selalu dimainkan pada senar terbuka
melodi.
(Ribuanata,
April
melodi, teknik yang banyak digunakan
2014). Selain untuk mempermudah
pada jari kiri adalah teknik slur dengan
teknis memainkan, penalaan dilakukan
kategori hammer, hammer on pull off,
untuk kebutuhan harmoni.
dan slide. Untuk bentuk akor pada
gitar
ini
dilakukan
wawancara,
23
Dalam
memainkan
pola
tangan kiri sangat sedikit digunakan,
94
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
ada
yang
tidak
sama
sekali
lagu tempo dibuat konstan, tempo
mengunakan bentuk akor pada tangan
melambat sebagai tanda mengakhiri
kiri.
lagu.
Bentuk dan Struktur Umum Musik Batanghari Sembilan Pada bagian ini dipaparkan bentuk dan struktur umum Musik Batanghari Sembilan. Hal-hal yang Gambar 4. Teknik Petikan Gitar Tunggal (Foto: Feri: 2014)
berkenaan dengan struktur pantun, lagu, dan sajian instrumen dibahas secara umum. Istilah-istilah dalam strukturnya mengacu kepada istilah emik. Seandainya tidak ditemukan istilah emik, maka akan dipinjam istilah dari musik lain yang memiliki
Gambar 5. Penjarian Tangan Kiri Pada Gitar Tunggal (Foto: Feri, 2014)
kesamaan pengertian. Untuk membahas bentuk dan struktur Musik Batanghari Sembilan,
Belum ditemukan warna suara
melodi lagu dan pantun menjadi hal
khas yang dihasilkan dari sajian gitar
yang pokok dan mendasar untuk
tunggal.
Warna
tergantung
dianalisis. Pola-pola sajian instrumen
kualitas
gitar
digunakan.
hanya menjadi isian dalam bagian-
Permainan dinamika pada gitar juga
bagian struktur lagunya. Walaupun
tidak begitu terasa. Pola melodi dan
demikian, dalam penjelasan bentuk dan
pola bas di sepanjang permainan sama-
struktur antara melodi lagu, pantun,
sama menonjol suaranya. Tempo yang
dan sajian instrumen menjadi satu
digunakan dalam sajian gitar tunggal
kesatuan.
suara yang
cukup bervariasi, ada yang cepat, sedang,
dan
lambat
tergantung
Dalam
setiap
pertunjukan
Musik Batanghari Sembilan, sebagai
keinginan penembangnya. Dari awal
95
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
pembuka selalu ada pengajak3 dalam
seperti pada saat mengiringi lagu dan
bahasa Semende. Bagian pengajak ini
merupakan
selalu disajikan oleh instrumen. Pola
instrumennya.
yang digunakan gitar tunggal dan
dalam
format sajian instrumen yang lain dapat
pengajak dalam bentuk harmoni ini
dikatakan sama. Ada dua pola yang
bisa disajikan dalam dua baris pantun
biasa dimainkan pada bagian pengajak,
atau satu baris pantun yang sudah
yaitu pola melodi dan pola yang sudah
dilagukan (Ribuanata, wawancara, 23
dalam bentuk harmoni. Kedua pola
Maret 2014). Berikut contoh notasi
tersebut di atas, tidak selalu dimainkan
pengajak pola melodi dan harmoni.
dalam
pertunjukannya.
Pola
satu
pola
dasar
Pengajak kalimat
lagu.
sajian disajikan Durasi
yang
sudah dalam bentuk harmoni adalah yang sering digunakan. Menurut Ribuanata, pengajak dengan pola melodi digunakan sebagai pemanis saja, dan hanya bersifat
Notasi 5. Pengajak Pola Melodi Gitar Tunggal (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014)
pengembangan. Secara baku pengajak dengan pola melodi ini sebenarnya tidak ada (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014). Melodi yang dimainkan mengikuti skala atau tangga nada yang digunakan dalam lagu. Pola melodi
Notasi 6. Pengajak Pola Melodi Biola (Rasid, wawancara, 5 Februari 2014)
bisa bebas atau mengambil pola-pola yang ada pada melodi lagu. Durasi dalam
memainkannya
tidak
dapat
ditentukan. Untuk pengajak yang sudah dalam
bentuk
harmoni,
disajikan
3 Fungsi pengajak sama halnya dengan intro atau musik pengantar pada sebuah lagu., Namun yang berbentuk melodi, sama dengan prospel pada musik keroncong.
Notasi 7. Pengajak Gitar Tunggal Dalam Bentuk Harmoni (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014)
96
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Setelah
bagian
pengajak
pepatah tersebut diulang dengan gaya
disajikan, berikutnya masuk ke lagu.
resitatif (Marsden, 2008: 184). Hal
Ada empat struktur lagu yang umum
tersebut
menguatkan
digunakan
sebenarnya
pola
dalam
sajian
Musik
repetisi
bahwa tersebut
Batanghari Sembilan. Dari keempat
memiliki hubungan yang erat dengan
struktur lagu tersebut dapat dikatakan
kebiasaan orang Melayu.
bahwa
pola
mendominasi. hanya
repetisi
sangat
Dalam struktur lagu terdapat
repetisi
bukan
motif, frase, dan kalimat lagu yang
dilakukan
untuk
disusun
Pola
sekedar
oleh
dua
frase.
tidak
mencukupi kebutuhan melodi lagu.
ditemukan istilah emik untuk hal
Terdapat hubungan yang erat antara
tersebut. Untuk itu digunakan istilah
kebiasaan orang Melayu dengan pola
frase A dan frase B. Ada tiga pola yang
repetisi pada sajian Musik Batanghari
digunakan untuk melihat perbedaan
Sembilan. Melayu sangat dekat dengan
frase A dan B. Pertama, frase A
budaya Islam, salah satunya adalah
diawali dan diakhiri dengan nada-nada
zikir. Bahkan sebagian besar sastra
tinggi, sedangkan frase B diawali dan
Melayu adalah transkripsi Alqur’an
diakhiri dengan nada yang lebih rendah
(Marsden, 2008: 318). Zikir dalam
registernya dari frase A, namun kedua
bahasa Arab berarti diulang-ulang.
frase sama-sama diakhiri dengan nada
Dalam
dasarnya. Kedua, frase A dan frase B
sajian
Musik
Batanghari
Sembilan pengulangan kata dan satu
diakhiri
baris pantun yang ditembangkan dalam
register yang sama, namun frase A
satu frase lagu sering dilakukan.
diawali dengan nada tinggi, sedangkan
William
Marsden
dengan nada dasar pada
dalam
frase B diawali dengan dengan yang
tulisannya tentang sejarah Sumatera
lebih rendah dan sebaliknya. Ketiga,
mengatakan, bahwa orang Melayu
Frase A tidak diakhiri dengan nada
memiliki kebiasaan mengulangi lagu-
dasar, sedangkan frase B di akhiri
lagu, ilustrasi pepatah atau kata-kata
dengan nada dasar.
kiasan di saat waktu istirahat. Pepatah-
97
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Notasi 8. Struktur Lagu Tige Serangkai (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014)
Lagu Tige Serangkai di atas
ritme seperti pada notasi. Frase A di
diawali dengan pengajak gitar tunggal
akhiri dengan nada 3 pada lingkaran
yang ditandai dengan garis merah dan
hijau. Namun frase A diulang dua kali,
garis
merah
dengan diberi jembatan4 sajian gitar
pola
pada kotak merah. Frase A secara
melodi dan garis biru merupakan
musikal belum mengakhiri kalimat
pengajak
dengan bentuk harmoni.
lagu. Menurut Ribuanata dalam frase A
Selanjutnya masuk ke bagian lagu,
tersebut diibaratkan seperti tanda koma
diawali dengan frase yang ditandai
dalam
dengan kotak hijau (sebut saja frase A).
wawancara, 23 Maret 2014).
biru.
merupakan
Untuk pengajak
garis dengan
sebuah
tulisan
(Ribuanata,
Pada frase A terdapat motif lagu yang terdiri dari nada 2, 3, dan 4 pada lingkaran merah, dengan pola
4 Istilah jembatan sama dengan melodi transisi, yaitu sajian musik yang dimainkan sebelum masuk ke frase, kalimat, dan bagian berikutnya.
98
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Sebelum masuk ke frase B yang ditandai
dengan
kotak
biru
terdapat dua kalimat lagu. Kalimat lagu
tua,
yang pertama berisi sampiran pantun,
terdapat juga jembatan dengan sajian
kalimat lagu kedua merupakan isi
gitar, yang ditandai dengan kotak
pantun. Kedua kalimat lagu tersebut
merah. Pada frase B juga terdapat
memiliki struktur lagu yang sama.
motif lagu dengan nada 7, 7, 6 dengan
Namun pada kalimat lagu yang kedua
register rendah pada lingkaran hitam,
terdapat jembatan sajian gitar pada
dengan pola ritme seperti pada notasi.
kotak biru muda untuk masuk ke bait
5
Frase B diakhiri dengan nada 3 pada
pantun berikutnya. Jembatan sajian
register yang rendah, seperti pada
gitar pada kotak biru muda, juga bisa
lingkaran biru tua. Frase B juga
digunakan untuk mengakhiri lagu,
diulang dua kali dengan jembatan
yaitu apabila ditandai dengan tempo
sajian gitar. Frase B secara musikal
pada sajian gitar yang mulai melambat.
telah mengakhiri kalimat lagu. Namun
Lagu Tige Serangkai ini hanya
menurut Ribuanata, walaupun kalimat
terdiri dari satu bagian. Pantun pada
lagunya telah selesai pada bagian
bait berikutnya, ditembangkan sama
sampiran, hal tersebut belum dapat
seperti
dikatakan
Ribuanata
sebelumnya. Hanya saja terkadang ada
menambahkan bahwa satu bagian yaitu
perubahan ritme lagu menyesuaikan
menembangkan satu bait pantun secara
kata-kata yang ada pada pantunnya.
utuh (Ribuanata, wawancara, 23 Maret
Berikut diagram struktur lagunya.
satu
bagian.
struktur
lagu
pada
bait
2014). Hal tersebut juga disampaikan oleh Sahilin, bahwa apabila satu bait pantun selesai ditembangkan, maka bagian
berikutnya
Diagram 2. Struktur Lagu Yang Pertama
menembangkan
pantun kembali dengan lagu yang sama (Sahilin,
wawancara,
28
Agustus
2013). Pada lagu tiga serangkai di atas, 5
Lagu Tige Serangkai ini menggunakan modus Phrygian, dimana arah frase lagu selalu berakhir di nada 3.
Struktur lagu yang pertama merupakan bentuk yang komprehensif dalam
kesenian
ini.
Namun
ada
struktur lain yang lebih sederhana. Struktur lagu yang umum digunakan
99
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
berikutnya diambil dari lagu Gunung
Selain itu, kedua frase tersebut juga
Daes yang disajikan oleh Zainudin,
diakhiri dengan nada yang sama,
terdapat struktur lagu dengan diagram
seperti diagram struktur lagu berikut.
seperti berikut.
Diagram 5. Struktur Lagu Yang Keempat Diagram 3. Struktur Lagu Yang Kedua
Struktur
lagu
yang
Keempat struktur lagu di atas umum
memiliki
kesamaan,
dengan
digunakan berikutnya diambil dari lagu
memperlihatkan
Jurai Rampean yang disajikan oleh
pantun dan isi pantun masing-masing
Imhadi, terdapat struktur lagu dengan
diselesaikan dengan satu kalimat lagu.
diagram seperti berikut.
Selain
itu
bahwa
satu
sampiran
bait
pantun
ditembangkan dengan dua kalimat lagu.
Diagram 4. Struktur Lagu Yang Ketiga
Selanjutnya untuk struktur lagu
PENUTUP Musik
Batanghari
Sembilan
merupakan kesenian yang tumbuh dan
yang keempat diambil dari lagu Ribu-
berkembang
Ribu yang disajikan oleh M. Dasi’i.
Selatan.
Pada struktur lagu yang keempat,
pantun-pantun yang ditembangkan dan
terdapat perbedaan antara frase A dan
sajian instrumen yang mengirinya.
frase A’. Pada frase A biasanya
Pantun-pantun tersebut ditembangkan
dimulai dari nada yang rendah, frase
dengan bahasa daerah yang ada di
A’ dimulai pada nada yang tinggi.
Sumatera Selatan, serta menggunakan
Namun kedua frase tersebut secara
dialek dan/atau logat masing-masing
musikal memiliki kesamaan. Frase A’
daerah. Sajian instrumen yang ada
hanya mengulangi frase A, dengan
yaitu, dengan format gitar tunggal dan
pengembangan melodi dari frase A.
format ansambel.
di
Kesenian
Daerah ini
Sumatera menyajikan
100
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
lagu yang pertama, pantun-pantun
Haviland, William A. 1985. Antropologi. diterjemahkan R.G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga.
tersebut ditembangkan dalam delapan
Marsden,
Setelah
dilakukan
analisis
bentuk dan struktur, untuk struktur
frase dan dua kalimat lagu dalam satu bait pantunnya. Struktur lagu tersebut disajikan
juga
pada
pantun
bait
berikutnya. Namun untuk struktur lagu kedua dan keempat, pantun-pantun tersebut disajikan dalam enam frase dan dua kalimat lagu. Hanya saja susunan frase pada kedua struktur tersebut berbeda. selanjutnya struktur yang paling sederhana terdapat pada struktur lau yang kedua, yaitu pantunpantun ditembangkan dalam empat frase dan dua kalimat lagu. Keempat struktur
lagu
tersebut
memiliki
William. 2008.Sejarah Sumatera. Depok: Komunitas Bambu.
Yampolsky, Philips. 1999. Music Of Indonesia Vol. 20 : Indonesian Guiars. Recorded, compiled, and annotated by Philip Yampolsky. 32-page booklet. 73 minutes: SFW 40447. Indrawan, Andre. 2004. Bahan Ajar Ilmu Analisis Musik I. Yogyakarta: Jurusan Musik FSP ISI Yogyakata. Stein, Leon. 1979. Structure and Style : The Study and Analysis of Musical Form. USA: Summy – Birchard Music, Expand Edition New Jersey.
kesamaan, yaitu menggunakan dua kalimat lagu dalam satu bagiannya, dan
NARASUMBER
struktur lagu tersebut selalu diulang
Ahmad Kordin (63), Seniman Rejung dan Tokoh Masyarakat Semendo Darat, Dusun Tanjung Bulan Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan.
dalam menembangkan pantun pada bait berikutnya. KEPUSTAKAAN Fang, Liaw York. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hastanto, Sri. 2011 Kajian Musik Nusantara-1. Surakarta: Institut Seni Indonesia Surakarta Press.
Ahmad Bastari Suan (67), Pengamat Kesenian Musik Batanghari Sembilan, Perum. PNS Pemkot. Palembang Gandus. Alex Munandar (38), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Jalan Dwikora II no. 99 Palembang.
101
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Fadhilah Hidayatullah (25), Seniman Rejung, Dusun Tanjung Bulan Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKUSelatan.
Ribuanata
Sahilin M. Dasi’i Husin (59), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Jalan Let. Murod Talang Ratu Lrg. Sakura no. 1226 rt. 25 rw. 58. Misral (45), Seniman Musik Daerah Palembang dan Dosen Musik Jurusan Kesenian FKIP Univ. PGRI Palembang, Jalan Sukarela-Batujajar lrg. Sejambu I rt. 18 rw. 07 Sukarami Palembang. Rasid (62), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Dusun Uludanau Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan.
(44), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Perumahan Polygon Bukit Baru.
(59), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Lrg. Kedukan II Kelurahan 36 Ilir Kecamatan Gandus.
Sasman Hadi (35), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Dusun Tanjung Bulan Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan. Siti Rohmah (59), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Lrg. Kedukan I Kelurahan 36 Ilir Kecamatan Gandus.
102
Indeks Nama Penulis JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2015 Vol. 13-17, No. 1 Juni dan No. 2 November
Admawati, 15 Ahmad Bahrudin, 36 Alfalah. 1 Amir Razak, 91 Arga Budaya, 1, 162 Arnailis, 148 Asril Muchtar, 17 Asri MK, 70 Delfi Enida, 118 Dharminta Soeryana, 99 Durin, Anna, dkk., 1 Desi Susanti, 28, 12 Dewi Susanti, 56 Eriswan, 40 Ferawati, 29 Hartitom, 28 Hendrizal, 41 Ibnu Sina, 184 I Dewa Nyoman Supanida, 82 Imal Yakin, 127 Indra Jaya, 52 Izan Qomarats, 62 Khairunas, 141 Lazuardi, 50
Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah Sy, 76 Maryelliwati, 111 Meria Eliza, 150 Muhammad Zulfahmi, 70, 94 Nadya Fulzi, 184 Nofridayati, 86 Ninon Sofia, 46 Nursyirwan, 206 Rosmegawaty Tindaon, Rosta Minawati, 122 Roza Muliati, 191 Selvi Kasman, 163 Silfia Hanani, 175 Sriyanto, 225 Susandra Jaya, 220 Suharti, 102 Sulaiman Juned, 237 Wisnu Mintargo, dkk., 115 Wisuttipat, Manop, 202 Yuniarni, 249 Yurnalis, 265 Yusril, 136
JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November 2015
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari
1. Dr. St. Hanggar Budi Prasetya ( Institut Seni Indonesia Yogyakarta) 2. Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A ( Universitas Gajah MadaYogyakarta) 3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn ( Institut Seni Budaya Indonesia Bandung)
EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme. 2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri). 3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt). 4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt). 5. Sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul sesuai dengan sub bahasan. c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan. 6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus. Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142). Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen. 7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan: Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang: Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. _________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI. 8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG.
Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada : Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail:
[email protected]