JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 12, NO.1 FEB 2012
PENGARUH SISTEM PROFIT SHARING TERHADAP KEINGINAN NASABAH UNTUK BERINVESTASI PADA BAITUL MAAL TAMWIL (BMT) DI KOTA BANDA ACEH YULI ANISAH MIZAN (Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe) (Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe) ABSTRACT This study aimed to analyze the influence of profit-sharing system Shari'ah financial institutions BMT customer attitudes in investing and want to know how where opportunities to develop. Statistical analysis is used to distribute questionnaires to customers Baitul Maal wat Tamwil in Banda Aceh. Correlation of profit sharing and the desire to invest very significant. The conclusion from this study is that the level of public confidence in the system implemented Baitul Tamwil very significant organization. Thus, increase in number of clients over the years, and certainly BMT will experience growth for the foreseeable future. Keywords: Willingness to invest, profit sharing system, BMT, the level of confidence Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie di Mesjid Raya Banda Aceh. Namun hingga sekarang hanya 37 Baitul Qiradh yang masih beroperasi dan tujuh belas di antaranya terdapat di kota Banda Aceh (Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah NAD, 2007). Baitul Qiradh (BQ) merupakan lembaga usaha ekonomi rakyat kecil yang bernaggotakan orang seorang atau badan hukum yang dikelola berdasarkan prinsip syariah (Republika Online, 18 Maret 2005). Baitul Qiradh pada prinsipnya bertujuan mengambangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi sektor riil khususnya pengusaha kecil sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Prinsip tersebut dilakukan dalam bentuk pembiayaan dan secara operasional dapat disamakan dengan kegiatan simpan pinjam kegiatan perbankan secara yang berdasarkan syari’at Islam. Menurut data yang dikeluarkan oleh Program Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro GTZ (www.indoensia.gtz.org 2011), baitul qiradh di Banda Banda Aceh, jumlah dana yang tersedia untuk setiap BQ berkisar antara 100-70 juta rupiah dengan jumlah nasabah 300-2.000 orang pribadi atau organisasi. Karena itu BQ harus terus meningkatkan kinerjanya untuk meningkatkan kepercayaan dari masyarakat. Suatu BQ tetap harus memenuhi kriteriakriteria layaknya sebuah bank syariah agar dapat meningkatkan kepercayaan di masyarakat. Oleh karena itu perlu diketahui tingkat kesehatan keuangan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi aktual Baitul Qiradh, sehingga dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam pengambilan keputusan keuangan Prinsip syariah dalam mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.(Makholul 2003) Bank syariah dan lembaga keuangan syariah mikro merupakan lembaga keuangan memberikan
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan institusi penting dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara. Sebagai lembaga yang mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, lembaga keuangan dapat memainkan peranan untuk menciptakan perekembangan perekonomian makro. Oleh kerena itu, berbagai upaya dilakukan untuk memperoleh sistem lembaga keuangan yang dapat mewujudkan peran di atas, termasuk mencari sistem lembaga keuangan alternatif melalui lembaga keuangan syari’ah. Berdasarkan kenyataan di atas, banyak lembaga keuangan konvensional mengkonversikan sistem konvensional ke sistem syariah atau membuka unit usaha syariah. Selain itu, banyak pula lembaga keuangan baru yang didirikan dengan sistem operasional berdasarkan prinsip syariah, baik berupa bank-bank umum maupun BPRS dan lembaga keuangan mikro lainnya. Salah satu lembaga keuangan mikro adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang berbadan hukum koperasi. Baitul Maal Wat Tamwil pertama di Indonesia yaitu BMT Bina Insan Kamil pada tahun 1992. BMT ini didirikan sebagai upaya untuk memberikan akses simpan pinjam kepada masyarakat menengah ke bawah yang didasari pada prinsipprinsip syari’ah. Sehingga BMT diharapkan mampu menjadi lembaga keuangan alternatif bagi umat Islam. Di Nanggroe Aceh Darussalam, BMT yang dikenal dengan nama Baitul Qiradh (BQ). Pertama kali BQ di Nanggroe Aceh Darussalam diresmikan pada hari Sabtu tanggal 80 Juli 1995 sebanyak 50 unit yang tersebar di seluruh kabupaten (Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah NAD, 2007). Peresmian dilakukan oleh ketua Umum ICMI Pusat
1
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 12, NO.1 FEB 2012
pelayanan kepada masyarakat berupa pembiayaan dan jasa-jasa lainnya sesuai dengan prinsip syariat islam (Muhammad, 2002). Bank Muamalat merupakan Bank syariah pertama di Indonesia bertepatan dengan ada Undang-Undang No 7 tahun 1992 Volume 12, Nomor 2, Desember 2008: 138-149 dengan menganut pembagian keuangan dengan dikenal prinsip Bagi Hasil ditinjau dari produk lembaga syariah yang ditawarkan kepada Masyarakat dapat di ketahui bahwa lembaga keuangan syariah menawarkan bagi hasil yang tidak mengandung unsur bunga. Dalam islam bunga adalah haram, seperti ditegaskan dengan fatwa MUI tanggal 16 Desembar 2003, yang menyatakan bahwa Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga keuangan lainnya maupun individu yang melakukan praktek bunga adalah haram. Lembaga keuangan syariah seperti BMT dalam menjalankan setiap usahanya menghilangkan adanya bentuk ketidakadilan, ketidakjujuran dan penghisapan dari satu pihak ke pihak lain. Lembaga keuangan syariah lebih menekan untuk akad mudharabah maupun kontrak murabahah. Lembaga keuangan syariah seperti BMT menganut pembagian keuntungan disebut Bagi hasil atau Profit Sharing, Profit Sharing adalah distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Dapat berbentuk bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan. (Muhammad,2002:101). BMT menggunakan prinsip bagi hasil dan berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada Al Qur’an dan Al Hadist. Dalam Menjalankan usahanya BMT menganut prinsip-prinsp hukum Islam terutama dalam beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat secara Islami misalnya dengan menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil. Praktek riba sangat dilarang dalam Islam, seperti Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan sebagai berdirinya orang yang kemasukan syaitan; itu disebabkan mereka mengatakan: Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Allah membolehkan (menghalalkan) jual beli dan melarang riba; dan siapa yang menerima pengajaran dari Tuhannya, lalu dia berhenti sesudah itu, maka pekerjaannya yang lalu habislah sudah, dan perkaranya diserahkan kepada Allah; dan siapa yang kembali pula mengerjakannya, itulah isi neraka, mereka tetap di dalamnya”. (Tempo,2003)
Bagi hasil dalam lembaga keuangan syariah dapat dilakukan empat akad utama yaitu: AlMusyarakah adalah akad kerja sama antar dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (Shahibul Mal) menyediakan seluruh (100 persen) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Al-Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada sipenggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan dari hasil panen (Achsan 2000) Perbandingan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga. Dapat dijelaskan bahwa lembaga keuangan syariah seperti BMT BMT berbasis pada paradigma Islam berdasar Al-Qur’an, Sedangkan bunga digunakan dalam bank konvensional berbasis pada paradigma kapitalistik dimana bunga menjadi instrumen penting dari sebuah bank. bunga dalam islam disebut riba telah menjadi bahan perdebatan di kalangan pemikir dan ahli fikih Islam. Sehingga muncul sistem bagi hasil dalam perbankan syariah. Menurut Atmaja (1999) Prinsip bagi hasil yang dianut oleh lembaga keuangan syariah membuat resiko kerugian makin kecil karena praktik spekulasi atau akibat gejolak moneter dapat dihindari. Penabung akan memperoleh nisbah atau persentase bagi hasil yang tertera dalam perjanjian. Baitul Maal wat Tamwil sebagai lembaga syariah mengambil kesempatan untuk mengembangkan diri ( Waspada.2003). Produk-produk Lembaga Keuangan Syariah. Dalam artikel akan di jelaskan beberapa produk lembaga keuangan syariah dengan menggunakan sistem bagi hasil. Produk-produk tersebut antara lain: 1. Tabungan adalah salah satu produk-produk perbankan yaitu berupa simpanan dana yang penarikannya hanya dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang telah disepakati. Tabungan yang tidak dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga. Dalam bank syariah tabungan yang dibenarkan adalah yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. Tabungan wadiah adalah simpanan yang dapat diambil kapan saja namun tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (‘athoya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. Tabungan mudharabah adalah
2
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
2.
3.
4.
5.
VOLUME 12, NO.1 FEB 2012
investasi melalui simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu. Bank akan membagi keuntungan sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode tersebut. Pembiayaan Mudharabah adalah suatu perjanjian usaha antara pemilik modal (Shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha ini dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu akad pembiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah misalnya 70:30, 65:35, dan seterusnya. Apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis (bukan penyelewengan atau keluar dari kesepakatan) maka pihak penyedia akan menanggung kerugian, sedang pengusaha akan menanggung kerugian managerial skill dan waktu serta kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. Pembiayaan murabahah mirip dengan kredit modal kerja yang biasa diberikan oleh bank-bank konvensional. Jangka waktu pembiayaan ini di bawah 1 tahun. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Istishna dan Istishna Paralel adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna pararel. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendakinya. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan.
6.
Pembiayaan Musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara dua atau lebih pemilik dana dan secara bersama-sama membiayai suatu usaha yang dijalankan oleh pelaksana. Pelaksana dapat terdiri dari salah satu pemilik dana atau orang lain. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Manakala merugi kewajiban hanya terbatas sampai batas modal masing-masing. 7. Pembiayaan Al-Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas kewajiban sosial semata dimana sipeminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman. Sumber dana yang digunakan untuk memberikan pinjaman ini berasal dari zakat, infak, sodaqah. Bank bertindak sebagai muqridh dan peminjam hanya diminta mengembalikan pokoknya. Jika peminjam secara sukarela melebihkan pembayaran maka akan menjadi shadaqah yang akan digunakan sebagai sumber dana. 8. Pembiayaan Ijarah adalah pemberian kesempatan kepada penyewa untuk mengambil kemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama. Pada pembiayaan pengadaan barang alijarah hak tanda kepemilikan masih tetap pada bank/penyedia dana sampai dijual kepada nasabah setelah habis masa kontrak. Dari produk tersebut lembaga keuangan syariah melakukan transaksi pada sektor riil. Investasi diartikan sebagai suatu kewajiban bagi pihak yang kelebihan dana untuk menyalurkan hartanya kedalam kegiatan yang bersifat produktif dan memberikan kesempatan kerja baru serta memperlancar arus barang dan jasa (Mafruhah, 2002: 196). Sedangkan keinginan menabung merupakan keinginan menempatkan dana atau harta pada suatu obyek yang diharapkan akan memberikan hasil dimasa mendatang. Penelitian ini melihat,akad yang berkembangan dilembaga keuangan BMT mengenai akad tabungan dengan menggunakan akad mudharabah dan wadi’ah (titipan). Pada lembaga syariah, nasabah yang berinvestasi ikut berpartisipasi sebagai pemegang penyertaan dalam investasiinvestasi yang dilakukan oleh mitra bank. Penelitian mengenai hubungan sistem bagi hasil di lembaga keuangan syariah terhadap keinginan nasabah untuk berinvestasi yang dilakukan Suyatmin dan Atwal Arifin (2008) menghasilkan kesimpulan terdapat
3
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 12, NO.1 FEB 2012
hubungan yang sifnifikan bagi minat menabung di lembaga syariah.
Banda Aceh, dengan menggunakan metode kuesioner. Penelitian juga diperoleh data dari dokumen perusahaan yang sudah ada untuk mengetahui tentang keadaan perusahaan. Selain itu juga menggunakan literatur yang mendukung. Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen kuesioner dalam bentuk angket,angket terdiri dari variabel yaitu profit sharing dan keinginan berinvestasi. pernyataan untuk mengungkap, pendapat, tanggapan maupun penilaian Nasabah. Nasabah diberi alternatif pilihan dari 5 (lima) alternative jawaban yaitu: SS artinya sangat setuju; S artinya setuju; R artinya ragu-ragu; TS adalah tidak setuju; STS artinya sangat tidak setuju. Masing-masing pilihan jawaban bernilai sebagai berikut: SS=Skor 5; S=Skor 4; R=Skor 3; TS=Skor 2; STS=Skor 1.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menjadikan seluruh nasabah pada jenis simpanan mudharabah pada BMT di Banda Aceh sebagai objet penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan convenience sampling, yaitu pengambilan sampel dengan memilih nasabah yang mudah ditemui atau dimintai informasi. Kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: (1) Merupakan nasabah BMT yang ada di Banda Aceh, (2) Nasabah yang menabung dalam bentuk simpanan (tabungan) mudharabah. Untuk menentukan besarnya sampel dapat digunakan rumus yang dikemukakan oleh Djarwanto dan Subagyo (1998:158-159), yaitu:
Z 2 n= 1 / 4 E
Variabel Penelitian. Penelitian menggunakan dua variabel, yaitu: (1) Variabel bebas (independen), dalam penelitian ini adalah sistem bagi hasil (x); (2) Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah keinginan menabung (y).
2
Berdasarkan tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian adalah 95%/, perhitungan sampel (n) berdasarkan rumus di atas adalah sebagai berikut:
Z 0,025 n= 1 / 4 0,10
Definisi Operasional Variabel. Sistem bagi hasil sebagai variable independen adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dan atau pembiayaan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai syariah. Sedangkan Keinginan menabungsebagai variable dependen adalah keinginan menempatkan data atau harta pada suatu obyek yang diharapkan akan memberikan hasil di masa mendatang. Variabel keinginan berinvestasi dan sistem bagi hasil diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Instrumen tersebut menggunakan lima angka penilaian yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Responden diminta memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban sesuai dengan kesan, pendapat, tanggapan, penilaian responden.
2
n=144,04 Metode Pengumpulan Data. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu: 1. Metode Kuesioner. Dalam pengisian kuesioner penulis menyerahkan secara langsung kepada responden, pengembaliannya langsung setelah diisi. Cara tersebut dipilih untuk lebih mendapatkan kepastian perolehan data, menghemat waktu dan biaya. Kuesioner dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian terdahulu. 2. Metode Dokumentasi. Data diperoleh dengan cara mengumpulkan data dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari BMT di Banda Aceh.
Uji Instrumen. Uji Validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. (Arikunto, Suharsimi, 1998) dengan rumus sebagai berikut:
Jenis Data. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari nasabah BMT Yang beroperasi di Banda aceh yang menyimpan uangnya di BMT yang ada di
rxy
n X
n XY X Y 2
X n Y 2 Y 2
2
4
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 12, NO.1 FEB 2012
Keterangan: rxy adalah koefisien korelasi product moment; n adalah jumlah sampel 200 X adalah skor pertanyaan; Y adalah skor total.
Adapun hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel ini Tabel. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Sistem Bagi Hasil No rxy R Status tabel 1. 0,720 0,444 Valid 2. 0,587 0,444 Valid 3. 0,509 0,444 Valid 4. 0,580 0,444 Valid 5. 0,659 0,444 Valid 6. 0,499 0,444 Valid 7. 0,770 0,444 Valid 8. 0,609 0,444 Valid 9. 0,698 0,444 Valid 10. 0,549 0,444 Valid 11. 0,457 0,444 Valid 12. 0,487 0,444 Valid 13. 0,479 0,444 Valid 14. 0,489 0,444 Valid 15. 0,519 0,444 Valid
Uji Reliabilitas. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulangulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronsbach (Suharsimi, Arikunto, 1998) dinterpretasikan dalam Tabel berikut: Tabel. Harga Koefisien Reliabilitas Range No 1. 0,800 sampai dengan 1,000 2. 0,600 sampai dengan 0,800 3. 0,400 sampai dengan 0,600 4. 0,200 sampai dengan 0,400 5. 0,000 sampai dengan 0,200
Ket Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Sedangkan pada Tabel selanjutnya semua item hasil uji validitas variabel keinginan berinvestasi, diterima. Tabel Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Keinginan Menabung
Uji Hipotesis. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis Corellation Product Moment. Korelasi berarti hubungan antara dua buah variable (x dan y). Korelasi dapat berupa nilai positif dan negatif, jika hubungan antara variable x dan y semakin erat maka nilai korelasi mendekati -1 atau +1, tetapi bila tidak terdapat hubungan nilai korelasi mendekati angka 0. Untuk menghitung koefisien korelasi r dalam penelitian ini yang sama dalam uji Validitas. uji statistik pada hipotesis hanya dilakukan pada dua sisi karena peneliti hanya ingin mengetahui ada tidaknya korelasi. Sehingga uji hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho artinya tidak terdapat hubungan antara system bagi hasil dengan keinginan menabung. Ha artinya terdapat hubungan antara system bagi hasil dengan keinginan menabung. Dengan syarat: Jika probabilitas>0,05 (0,01) maka Ho diterima Jika probabilitas<0,05 (0.01) maka Ho ditolak
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
R xy 0,687 0,570 0,579 0,489 0,485 0,576 0,499 0,635 0,476 0,477 0,540 0,597 0,488 0,499 0,578
R tabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji reliabilitas. Uji reliabilitas dapat dirangkum dalam Tabel di bawah ini. Tabel Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Variabel ri rtabel Keputusan No 1. Profit 0,879 0,444 Realibel 2. sharing Keinginan 0,894 0,444 Realibel berinvestasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Instrumen. Uji validitas dan reliabilitas dapat disajikan sebagai berikut. Uji Validitas. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS. Apabila korelasi tiap item lebih besar dari critical value, maka item tersebut valid/sahih.
5
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISSN 1693-8852
VOLUME 12, NO.1 FEB 2012
Pahlawan Negara (YKPN). Muhammad. 2003. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press. Pikiran Rakyat. 2005,
Uji Hipotesis. Dalam pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh hasil data masing-masing 5007, 161122, 3976, 20035, 262996, dengan n=200. Karena datadata sudah diketahui, maka langkah selanjutnya memasukan data ke dalam rumus, maka dapat diperoleh rxy sebesar 0,472 kemudian dikonsultasikan dengan r tabel n=150 dalam taraf signifikan 5% yaitu 0,195. Maka dari hasil diuji membandingkan r hitung dengan r tabel guna mengetahui apakah Ha (hipotesa alternatif) yang dikemukakan di muka diterima atau ditolak. Setelah hasil rhitung dibandingkan dengan rtabel dapat diketahui bahwa 0,452>0,195. Karena nilai rhitung lebih besar dari r tabel, maka Ha diterima. Dengan diterimanya Ha, maka sistem bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap keinginan menabung. Sistem bagi hasil yang digunakan dalam BMT di Kota Banda Aceh telah mempengaruhi nasabah untuk menabung di BMT.
Prastiwi, Agris Yawati. 2004. Hubungan Sistem Bagi Hasil di Lembaga Keuangan Syariah terhadap Keinginan Nasabah. Tidak dipublikasikan. Riyanto.2000 perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia, edisi satu. Jakarta : LPFE UI. Slamet,
Dahkan. 1999. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: LPFE UI.
Tempo. 2003, Desember. Fatwa MUI tentang Haramkan Riba.
KESIMPULAN Profit Sharing membuat keinginan berinvestasi menunjukkan sebesar 0,452 pada taraf signifikansi 1 persen. pengujian hipotesis diperoleh bahwa Ha diterima yang berarti bahwa antara x dengan y terdapat pengaruh yang signifikan. Sistem bagi hasil di lembaga keuangan syariah memberi mempengaruhi minat para nasabah untuk menanamkan menabung dilembaga keuangan syariah BMT. Dari tahun ketahun, dengan penambahan jumlah nasabah yang terus menerus.
Waspada, 2003, 22 Desember. Fatwa MUI tentang Bunga Haram. www.indoensia.gtz.org 2011 Yuliadi, Imamudin. 2001. Ekonomi Islam Se-buah Pengantar. Yogyakarta: LPPI.
DAFTAR PUSTAKA Achsan, Inggi H. 2000. Investasi Syariah di Pasar Modal Menggagas Konsep dari Praktek Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Atmadja, Karnaen Perwata dan Antonio Muhammad Safi’i, 1999. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah NAD, 2007. Sejarah perkembangan BMT di Nanggroe Aceh Darussalam Makholul Ilmi, SM. 2003. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Press. Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam Jakarta: Salemba Empat. Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP Yayasan Keluarga
6