JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014 Firsta1, Murniati1 1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dharma Andalas
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba, pengaruh umur perusahaan terhadap perataan laba, pengaruh struktur kepemilikan terhadap perataan laba. Jenis penelitian adalah penelitian kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling. Analisis data dengan regresi logistik dan uji tuntuk melihat pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan,struktur kepemilikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Secara simultan ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktur kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kata kunci: Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan Perataan Laba
PENDAHULUAN Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak yaitu manajemen, pemegang saham, pemerintah, kreditur, karyawan perusahaan, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi pihak kelompok internal dan eksternal. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Sebagaimana yang disebutkan dalam SFAC No.1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau penanggung jawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen
mempunyai kecendrungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik atau menjadi suatu prestasi baik. Upaya menstabilkan laba ini disebut income smoothing. Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial yaitu melalui pendekatan akuntansi maupun secara real yaitu melalui rekayasa transaksi (Koch, 1981 dalam Merry, 2006). Perataan laba merupakan fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan yang pada 28
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Tindakan laba ini telah dianggap tindakan yang logis dan rasional, namun bisa merugikan pihak lain. Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan (expand replicant) dari penelitian Merry (2006) yang menguji pengaruh harga saham, umur perusahaan dan rasio profitabilitas perusahaan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2003-2005. Dalam penelitian ini periode tahun yang digunakan pada tahun 2011-2014 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dan peneliti mengganti satu variabel variabel yang diduga akan mempengaruhi praktek perataan laba yaitu struktur kepemilikan. Dari permasalahan diatas maka dapat dirumuskan apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba?, apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba, kemudian apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap praktek perataan laba?. Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba, kemudian untuk membuktikan secara empiris pengaruh umur perusahaan terhadap tindakan perataan laba, serta yang terakhir adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh struktur kepemilikan manjerial terhadap tindakan perataan laba. Pengukuran Perataan Laba Perataan Laba diuji dengan indeks Eckel (1981). Eckel menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan dan variabel penghasilan bersih. Untuk menentukan kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba dan yang tidak melakukan perataan laba. Adapun perhitungan
indeks eckel berikut:
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
dirumuskan
sebagai
Indeks Perataan Laba = Keterangan : ΔI : Perubahan Laba dalam suatu periode ΔS : Perubahan pendapatan dalam suatu periode CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Jadi, CV ΔI = Koefesien variasi untuk perubahan laba CV ΔS = Koefisien variasi untuk perubahan pendapatan CV ΔI atau CV ΔS dapat dihitung sebagai berikut : CV ΔI dan CV
√
(Nasser dan Tobia, 2006 : 86)
Keterangan : ΔX = perubahan laba (I) atau pendapatan (S) ΔX = rata-rata perubahan laba (I) atau pendapatan (S) n = banyaknya tahun yang diamati Jika nilai Indeks Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan perataan laba dan diberi simbol 0. Jika nilai Indeks Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik perataan laba dan diberi simbol 1. Menurut (Suwito dan Arleen,2005). Ukuran Perusahaan Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar kecilnya suatu objek. Menurut Agnes Sawir (2004:101-102) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994). Machfoeds (1994) 29
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
dan Moses (1987) melakukan pengujian terhadap perusahaan besar yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk pemerataan laba (bigger firms have greater propensity to smooth income). Hasil pengujian tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Untuk itu, perusahaan besar kemungkinan melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang besar, fluktuasi laba yang besar menunjukkan risiko yang besar pula dalam investasi sehingga mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Pengukuran Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, pendapatan atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan total asset yang kecil. Ukuran perusahaan dihitung dengan cara Ukuran Perusahaan = Total Aktiva Umur Perusahaan Berdasarkan keterkaitan dengan tujuan keuangan dalam siklus hidup perusahaan secara eksplisit bahwa tujuan jangka panjang perusahaan adalah investor dan meningkatkan kinerja perusahaan (Kaplan and Norton, 1996 dalam Owusu and Ansah, 2000). Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya, umur
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan menjadi bukti bahwa perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang telah lama berdiri umumnya memiliki profitabilitas yang lebih stabil dibandingkan perusahaan yang baru berdiri atau yang masih memiliki umur yang singkat. Perusahaan yang telah lama berdiri akan meningkatkan labanya karena adanya pengalaman dari manajemen sebelumnya dalam mengelola bisnisnya. Pengukuran Umur Perusahaan Umur perusahaan harus diukur dari tanggal pendiriannya maupun dari tanggal terdaftarnya di BEI. Umur perusahaan dalam penelitian ini menggunakan umur perusahaan dari tanggal perusahaan terdaftar di bursa efek (Owusa dan Ansah, 2000). Hal ini dikarenakan, pada saat suatu perusahaan sudah terdaftar di bursa efek Indonesia dan go public, maka perusahaan harus mempublikasikan pelaporan keuangan mereka kepada masyarakat dan pemakai laporan keuangan agar informasi yang terkandung di dalamnya dapat segera digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan tersebut Struktur Kepemilikan Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak-pihak manajemen perusahaan, seperti manajer maupun dewan direksi. Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (prinsipal) dan manajemen perusahaan sebagai agen. Jensen dan Meckling (2010:30) mengemukakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan mempengaruhi kinerja manajer dalam menjalankan operasi perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja perusahan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka 30
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
insentif yang terima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya jika kepemilikan manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan cenderung untuk memanfaatkan sumbersumber perusahaan untuk kepentingannya sendiri. Hal ini sependapat dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2010:20), semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik. Jika kepentingan manajer dan pemilik sejajar (aligned) dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tetapi tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan. Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan dan pihak eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan manajerial (Siswantaya dalam Praditia, 2010:67). Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Dengan kata lain, persentase tertentu terhadap kepemilikan saham oleh pihak manajemen, cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba. (Pujiningsih, 2011:12) Pengukuran Struktur kepemilikan Struktur kepemilikan yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan manajerial yang dimiliki oleh manajer. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dimiliki. Variabel ini diberi simbol MOWN. Menurut Erni dan Jalu (2008) dalam Shinta (2011:46), untuk mengukur kepemilikan manajerial, rumusnya sebagai berikut:
Review Penelitian Terdahulu Ashari, dkk (1994) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel 153 perusahaan dari bursa Singapura tahun 1980-1990. Variabel yang diteliti adalah jenis usaha, profitabilitas, ukuran perusahaan, sektor industri dan kebangsaan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa jenis usaha berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba dan perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba. I Made Narsa, dkk (2003) mengidentifikasi dan menganalisis dampak krisis moneter terhadap indeks perataan laba dan menganalisis faktorfaktor yang dianggap dapat mempengaruhi perataan laba pada krisis 31
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
moneter. Faktor yang digunakan meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage. Sebanyak 207 perusahaan digunakan sebagai sampel untuk mengetahui dampak krisis moneter terhadap indeks perataan laba pada masa krisis moneter. Simpulan hipotesis pertama menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara indeks perataan laba sebelum krisis dengan indeks perataan laba pada saat krisis moneter. Dengan menggunakan perasamaan regresi linier ketiga faktor yang dianalisis secara simultan dapat menjelaskan perubahan indeks perataan laba pada masa krisis moneter. Hasil uji T menunjukkan bahwa ukuran dan profitabilitas perusahaan mempengaruhi indeks perataan laba sedangkan financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Suwito dan Arleen (2005) menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 60 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2000-2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan praktik perataan laba. Binary logistic regression menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perataan laba. Kerangka Konseptual Masalah perataan laba (income smoothing) merupakan aspek yang sangat penting dari manajemen laba (earnings management), karena hal tersebut sangat sulit dipisahkan dalam upaya manajemen untuk mengukur income yang dilaporkan dari tahun ke tahun. Konsep yang mendasari manajemen laba dengan menggunakan pendekatan teori keagenan (agency
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
theory) menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang diinginkannya. Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan menurut total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada log aktiva. Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba karena untuk mengurangi fluktuasi laba yang besar. Fluktuasi laba yang besar menunjukkan risiko yang besar pula dalam investasi sehingga mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Umur perusahaan, perusahaan yang telah lama berdiri akan cenderung melakukan perataan laba daripada perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan yang telah lama berdiri akan meningkatkan labanya karena adanya pengalaman dari manajemen sebelumnya dalam mengelola bisnisnya. Struktur kepemilikan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam memonitor perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agencyproblem dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Semakin kecil struktur kepemilikan akan cenderung meningkatkan praktek perataan laba. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan 32
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin bagus. Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Dalam laporan keuangan dibuktikan dengan besarnya persentase kepemilikan saham oleh dewan komisaris dan dewan direksi.Semakin besar kepemilikan manajerial, maka semakin kecil kecenderungan pihak manajemen melakukan tindakan perataan laba, karena pemegang saham ikut memiliki segala sesuatu yang menjadi milik perusahaan dan juga ikut serta dalam menanggung risiko, kewajiban perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas tentang ukuran perusahaan, umur perusahaan, struktur kepemilikan dan hubungannya terhadap pemerataan laba, maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut:
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Gambar 1 Kerangka konseptual UKURAN PERUSAHAAN
UMUR PERUSAHAAN
H1
H2
PERATAAN LABA
H3 STRUKTUR KEPEMILIKAN
Hipotesis H1 : Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar probabilitas untuk melakukan perataan laba. H2 : Semakin lama umur perusahaan, maka semakin besar probabilitas untuk melakukan perataan laba H3 : Semakin tinggi tingkat struktur kepemilikan maka semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba. METODE PENELITIAN Penelian ini merupakan penelitian deskriptif verifikatif. Metode deskriptif verifikatif menggambarkan hubungan dan menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini lebih berdasarkan kepada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penaksiran kuantitatif yang kuat. Variabel variabel yang akan diuji diantaranya terdiri darivariabel dependen yaitu perataan laba dan variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan struktur kepemilikan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2014. Alasan peneliti mengambil perusahaan perbankan yang listing di 33
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian, karena perusahaan perbankan memiliki peranan penting dalam intermediasi dana di Indonesia, selain itu perbankan yang listing di BEI menjadi perhatian para investor untuk menanamkan modalnya. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik sampel dengan criteria pemilihan sampel, yang telah ditentukan. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan Kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan perbankan yang telah terdaftar di BEI dari tahun 2011 sampai tahun 2014. 2. Perusahaan perbankan yang tersedia laporan keuangannya dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Berdasarkan ketentuan di atas dari unit analisis yang ada, maka yang dapat dijadikan sampel adalah sebanyak 30 perusahaan, sehingga total observasi sebanyak 150. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel Perataan laba sebagai variabel terikat/dependen (Y) dan yang menjadi variabel bebas/independen (X) adalah Ukuran Perusahaan (X1), Umur Perusahaan (X2), dan Struktur Kepemilikan (X3), Perataan laba. Menurut Mudrajad (2003:26), variabel terikat (dependen variabel) adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Pengamatan akan dapat mendeteksi ataupun menerangkan variabel dalam variabel terikat besarta perubahan yang terjadi kemudian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perataan laba. Tindakan Perataan Laba diuji dengan indeks Eckel (1981). Eckel menggunakan Coefficient Variation
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
(CV) variabel penghasilan dan variabel penghasilan bersih. Untuk menentukan kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba dan yang tidak melakukan perataan laba. Variabel Independen a. Ukuran Perusahaan Variabel ukuran perusahaan menggunakan total aktiva sebagai alat ukur suatu perusahaan, karena nilai total aktiva yang disajikan secara historis dianggap lebih stabil dan lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung dengan cara : Ukuran Perusahaan = Total Aktiva b. Umur Perusahaan Pada variabel umur perusahaan dihitung mulai dari perusahaan tersebut terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sampai dengan penelitian ini dilakukan (2010). c. Struktur kepemilikan Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dimiliki. Teknik Analisis Data Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang berguna untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam model regresi. Pengujian ini meliputi: 1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang tinggi antara variabel – variabel bebas dalam model yang digunakan. Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama variabel bebas tersebut, maka salah satu diantaranya dieliminir (dikeluarkan) dari model regresi berganda atau menambah variabel bebasnya. Korelasi antara variabel independen dapat dideteksi dengan menggunakan Variance 34
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
Inflasi Factor (VIF) dengan kriteria menurut (Singgih,2001) yaitu : 1) Jika angka tolerance di atas 0.1 dan VIF < 10 dikatakan tidak terdapat gejala multikolonearitas. 2) Jika angka tolerance di bawah 0.1 dan VIF >10 dikatakan terdapat gejala multikolonearitas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedasttisitas adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Konsep heterokedastisitas atau homokedastisitas didasarkan pada penyebaran varian variabel dependen diantara rentang nilai variabel independen. Masalah heterokedastisitas terjadi ketika penyebaran tersebut tidak seimbang atau ketika varian dari distribusi probabilitas gangguan tidak konstan untuk seluruh pengamatan atas variabel independen. Untuk menguji terjadi tidaknya heterokedastisitas digunakan uji Glejser. Apabila sig. > 0.05 maka tidak terdapat gejala heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya maupun nilai periode sesudahnya. Cara mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin – Watson (DW test). Uji Durbin – Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
bebas dari autokorelasi. Menurut Idris (2006) batas nilai dari metode Durbin – Watson adalah: a) Nilai D-W besar atau diatas 2 berarti tidak ada autolorelasi negatif. b) Nilai D-W antara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi atau bebas autokorelasi. c) Nilai D-W kecil atau dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. Analisis Regresi Logistik Model regresi logistik adalah bentuk khusus analisa regresi dengan variabel dependen bersifat kategori dan variabel independennya bersifat kategori, kontinu atau gabungan dari keduanya. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Model analisis data yang digunakan dengan analisis multivariant dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dalam asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2005). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistic mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independen. Uji Model Uji Koefisien Determinasi Untuk mengetahui kontribusi dari variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari adjusted R square-nya. Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adjusted R2 berarti R2 sudah disesuaikan dengan derajat bebas dari masing-masing kuadrat yang tercakup di dalam perhitungan Adjusted R2. Adjusted R2 35
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan untuk menguji apakah secara terpisah variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen secara baik, a. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada hubungan signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen, Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. b. Jika tingkat signifikan α < (0,05) dan koefisien regresi (β) positif maka hipotesis diterima yang berarti tersedianya cukup bukti untuk menolak hipotesis lain. c. Jika tingkat signifikan α > (0,05) dan koefisien regresi (β) positif maka hipotesis ditolak yang berarti tidak tersedianya cukup bukti untuk menerima hipotesis. Definisi Operasional Untuk lebih memudahkan dalam penulisan dan untuk menghindari penafsiran yang berbeda pada penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan definisi operasional variabel sebagai berikut: Perataan Laba Perataan laba adalah upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk menstabilkan laba dengan cara mengurangi variabilitas jumlah laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan dengan cara memanipulasi laba baik secara artificial (melalui metode akuntansi) maupun secara real (melalui transaksi). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara yaitu berdasarkan penjualan, total aktiva, dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan menggunakan total aktiva sebagai alat ukur suatu perusahaan, karena nilai total aktiva yang disajikan secara historis dianggap lebih stabil dan lebih cepat mencerminkan ukuran perusahaan. Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya. Umur perusahaan dalam penelitian ini menggunakan umur perusahaan dari tanggal perusahaan terdaftar di bursa efek Indonesia, maka penelitian ini akan dilakukan sejak perusahaan terdaftar di BEI hingga saat penetian ini dilakukan. Struktur kepemilikan Struktur kepemilikan yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan manajerial yang dimiliki oleh manajer. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dimiliki. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Analisa deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari variabel terikat statistik yaitu ukuran perusahaan, Umur Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan manajemen laba Tabel 1 Analisis Deskriptif N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Ukuran perusahaan
150 0
33
12.70
7.291
Umur Perusahaan
150 0
7.0
2.80
1.108
36
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
Lanjutan tabel 1. N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Ukuran perusahaan
150 0
33
12.70
7.291
Umur Perusahaan
150 0
7.0
2.80
1.108
Struktur Kepemilikan
150 .00
1.08
3.082 13185.47
Manajemen_laba 150 .00
2.87
1.282
Valid N (listwise)
4.385
150
Sumber : Data Olahan SPSS
Analisa deskriptif menunjukkan variabel yang paling dominan yaitu variabel Struktur Kepemilikan dengan nilai mean 3.0824, Standar Deviasi 13185.47, nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1.08 Kemudian dilanjutkan dengan variabel ukuran perusahaan dengan nilai mean 12.70, Standar Deviasi 7.291, nilai minimum 0 dan nilai maksimum 33 Kemudian variabel Umur Perusahaan dengan nilai mean 2.80 Standar Deviasi 1.108, nilai minimum 0 dan nilai maksimum 7.0 dan Kemudian variabel manajemen_laba dengan nilai mean 1.2819, Standar Deviasi 4.38518, nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum 2.87. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Berdasarkan hasil pengolahan data, data masing-masing variabel dapat dinyatakan normal. Hal ini dikarenakan nilai Asymp. Sig pada masing-masing lebih besar dari > 0.05. Yaitu variabel Ukuran Perusahaan sebesar 0.124, variabel Umur Perusahaan sebesar 0.065, variabel Struktur Kepemilikan sebesar 0.054 dan variabel manajemen laba sebesar 0.123. berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa asumsi klasik untuk uji normal dapat terpenuhi. b. Uji Multikolinieritas Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier antar variabel bebas,
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dari masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika VIF lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas apabila VIF berada pada kisaran 0,10 sampai 10, Fauziah (2007). Dalam penelitian ini Uji Multikolinieritas adalah sebagai berikut. Ukuran Perusahaan memiliki nilai tolerance (0.998) dan Nilai VIF (1.002), Umur Perusahaan memiliki nilai tolerance (0.173) dan Nilai VIF (5.783), Struktur Kepemilikan memiliki nilai tolerance (0.173) dan Nilai VIF (5.782). Semua variabel menunjukkan nilai tolerance besar dari 10 dan nilai VIF kecil 10. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan asumsi klasik uji normalitas dapat terpenuhi. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Asumsi korelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi di antara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan problem autokorelasi yang menyebabkan koefisien korelasi yang diperoleh kurang aktual. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson yaitu nilai d dianggap tidak berbahaya jika terletak di daerah dU < DW < 4-dU. dalam penelitian ini Uji Autokorelasi adalah sebagai berikut :
37
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
Tabel 2 Uji Autokorelasi Model
R
1
.923a
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Gambar 2 Uji Heterokedastisitas
R Adjusted R Std. Error of DurbinSquare Square the Estimate Watson .851
.848
1.70762
1.750
Sumber : Data Olahan SPSS
Tabel 2 menunjukkan bahwa data masing-masing variabel dapat dinyatakan tidak terjadi Autokorelasi hal ini dikarenakan nilai Durbin Watson pada variabel ukuran perusahaan, Umur Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan manajemen laba menunjukkan daerah dU < DW < 4-dU. maka dapat dikatakan asumsi klasik uji auto korelasi terpenuhi. d. Uji Heteroskedasitisitas Uji heteroskedasitisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedasitisitas, dan jika varian berbeda disebut heteroskedasitisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitisitas, Fauziyah (2007). Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai variabel terikat dengan residualnya. Dasar analisis yang digunakan menurut Fauziyah (2007) adalah : Jika ada pola tertentu, seperti titiktitik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedasitisitas Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang ada menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitisitas. Dalam penelitian ini Uji Heterokedaksitas dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
Sumber : Data Olahan SPSS
Berdasarkan gambar. 2 diatas menunjukkan bahwa masing-masing variabel datanya dapat dinyatakan tidak terjadi Heterokedaksitas hal ini dikarenakan butiran-butiran pada gambar pada variabel ukuran perusahaan, Umur Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan manajemen laba menunjukkan atau berada diatas dan dibawah nol. maka dapat dikatakan asumsi klasik uji heterokedastisitas terpenuhi Analisis Linear Berganda Untuk menguji hipotesis pengaruh besaran perusahaan, ukuran perusahaan, Umur Perusahaan, Struktur Kepemilikan terhadap manajemen laba secara parsial digunakan model analisis regresi linier berganda. Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
dimana : Y : Manajemen laba A : Konstanta b1, b2, b3 : Koefisien regresi X1 : Ukuran perusahaan X2 : Umur perusahaan X3 : Struktur kepemilikan E : Standard error Tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian ini adalah 0,95 atauα = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05, maka dinyatakan signifikan pada taraf kesalahan 5%. Ini berarti bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat sebesar nilai koefisien regresi 38
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
masing-masing variabel bebas, Supranto (2000). Dalam penelitian analisis linear berganda adalah sebagai berikut : Tabel 3 Analisis Linear Berganda Model
Unstandarized Coefficients B
1
(Constant) ukuran perusahaan Umur Perusahaan Struktur Kepemilikan
Standardized Coefficients t
Std. Error
Sig.
Beta
5.042
2.829
-.028
1.783 .077
-1.659
1.921
.290
-.864 .389
.003
.651
3.779 .000
255119. 772
-.028
8.483 .000
.011 2.164
Sumber : Data Olahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa persamaan analisis linear berganda adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Y = 5.042 -1.659X1 + 0.011X2 + 2.164X3 + e Artinya : 1. Nilai konstan menunjukkan angka positif bagi manajemen laba yaitu sebesar 5.042, hal ini berarti tanpa adanya variabel bebas nilainya tetap sebesar 5.042. 2. Nilai ukuran perusahaan menunjukkan angka negatif bagi bagi manajemen laba yaitu -1.659, hal ini berarti jika nilai ukuran perusahaan naik satu-satuan maka akan mengurangi manajemen laba sebesar 1.659. dengan asumsi variabel umur perusahaan dan struktur kepemilikkan tetap. 3. Nilai umur perusahaan menunjukkan angka positif bagi bagi manajemen laba yaitu 0.011, hal ini berarti jika nilai umur perusahaan naik satusatuan maka akan meningkatkan manajemen laba sebesar 0.011. dengan asumsi variabel ukuran perusahaan dan struktur kepemilikkan tetap. 4. Nilai struktur kepemilkkan menunjukkan angka positif bagi bagi manajemen laba yaitu 2.164, hal ini berarti jika nilai umur perusahaan
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
naik satu-satuan maka akan meningkatkan manajemen laba sebesar 2.164. dengan asumsi variabel ukuran perusahaan dan umur perusahaan tetap. Uji Hipotesis Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak. Uji T (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang berarti (signifikan) antara variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. 1. Penentuan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif: Ho : Kepuasan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dependent pelanggan. Ha : Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dependent pelanggan. 2. Menentukan taraf signifikansi: Dalam masalah ini interval keyakinan digunakan 95% sehingga tingkat kesalahan sebesar 5% atau 0,05, sedangkan besarnya nilai derajad kebebasan (dk) dicari dengan rumus n-1-k dimana n adalah besarnya sampel dan k adalah banyaknya variabel bebas. Dengan menggunakan pengujian dua sisi diperoleh besarnya t tabel adalah (t α/2: df (n-1-k) 3. Menentukan t test dengan rumus:
Dimana: n = Jumlah sampel rs = Nilai koefisien korelasi Kemudian akan diperoleh distribusi dengan tingkat kebebasan df = n-2 4. Melalui nilai df dan taraf 39
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
signifikansi diperoleh nilai t melalui tabel dan keputusan yang akan diambil adalah: Jika ttest< ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat pengaruh kepuasan terhadap Dependent. Jika ttest> ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh kepercayaan terhadap Dependent. Dalam penelitian ini Uji T (Uji Parsial) adalah sebagai berikut : Tabel 4 Uji T (Uji Parsial) Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model
B
Std. Error
5.042 2.829 ukuran -1.659 1.921 perusahaan Umur .011 .003 Perusahaan Struktur 2.164 255119.8
Sig
Collinearity Statistics Toler VIF ance
Beta
1.783 .077
1 (Constant)
Kepemilikan
t
-.028
-.864 .389 .998 1.002
.290
3.779 .000 .173 5.783
.651
8.483 .000 .173 5.782
Sumber : Data Olahan SPSS 2016
Tabel 4 menunjukkan bahwa Uji T (Uji Parsial) adalah sebagai berikut : 1. Variabel ukuran perusahaan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha ditolak dan menerima Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung < t-tabel (0.864 < 1.661). maka dapat dikatakan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. 2. Variabel umur perusahaan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung > t-tabel (3.779 > 1.661). maka dapat dikatakan secara parsial umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. 3. Variabel struktur kepemilikkan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung > t-tabel (3.779 > 1.661). maka dapat dikatakan secara parsial struktur
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
kepemilikkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Uji F (Uji Simultan) Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama, yaitu menggunakan F hitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis Ho : b1=b2=b3 =0, artinya variabel X secara simultan tidak berpengaruh signifitan terhadap manajemen laba. Ha : b1≠b2≠b3≠0, artinya variabel X secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. b. Menentukan taraf signifikan (α) = 5% dengan derajat kebebasan (dk)- (n-k1). c. Mencari nilai F hitung dengan rumus : F reg = RKreg RKres Kriteria Pengujian Ho diterima jika : Fhitung < Ftabel Ho ditolak jika : Fhitung > Ftabel d. Pengambilan kesimpulan Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel artinya variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruhsignifikan terhadap variabel dependen. (ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba secara simultan). Ho diterima jika Fhitung < Ftabel artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen.(ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba secara simultan). Dalam penelitian ini Uji F (Uji Simultan) adalah sebagai berikut :
40
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
b
Tabel 5 Uji F (Uji Simultan)
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression 2.440 4.257 Residual Total
2.865
df
Mean Square
3
8.132
146
2.916
F
Sig.
278.867 .000a
149
Sumber : Data Olahan SPSS 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Uji F (Uji Simultan) adalah Variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung > ttabel (278.867 > 2.365). maka dapat dikatakan secara simultan ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini Koefisien Determinasi (R²) adalah sebagai berikut : Tabel 6 Koefisien Determinasi (R²) Model R R Square
1
.923a .851
Adjusted R Std. Error of DurbinSquare the Estimate Watson .848
1.70762
1.750
Sumber : Data Olahan SPSS 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa besar pengaruh secara simultan adalah sebesar 0.848 atau 84.8%, sedangkan sisanya 15.2% dipengaruhi
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
oleh faktor lainnya. Variabel ukuran perusahaan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha ditolak dan menerima Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung < t-tabel (0.864 < 1.661). maka dapat dikatakan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Artinya besar kecilnya ukuran perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) maka tidak akan mempengaruhi ke manajemen laba. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Suwito dan Arleen (2005) menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 60 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2000-2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan praktik perataan laba. Binary logistic regression menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perataan laba. Variabel umur perusahaan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung > t-tabel (3.779 > 1.661). maka dapat dikatakan secara parsial umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Artinya besar kecilnya umur perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) maka akan mempengaruhi ke manajemen laba. Variabel struktur kepemilikkan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung > t-tabel (3.779 > 1.661). maka dapat dikatakan secara parsial struktur kepemilikkan berpengaruh positif dan signifikan 41
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
terhadap manajemen laba. Artinya besar kecilnya struktur kepemilkkan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) maka akan mempengaruhi ke manajemen laba.. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Uji F (Uji Simultan) adalah Variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, hal ini dikarenakan nilai t-hitung > ttabel (278.867 > 2.365). maka dapat dikatakan secara simultan ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba dan Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa besar pengaruh secara simultan adalah sebesar 0.848 atau 84.8%, sedangkan sisanya 15.2% dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti tingkat suku bunga. SIMPULAN Variabel ukuran perusahaan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha ditolak dan menerima Ho, maka dapat dikatakan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Variabel umur perusahaan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, maka dapat dikatakan secara parsial umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Variabel struktur kepemilikkan menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, maka dapat dikatakan secara parsial struktur kepemilikkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
terhadap manajemen laba menunjukan bahwa uji hipotesisnya Ha diterima dan menolak Ho, maka dapat dikatakan secara simultan ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktrur kepemilkkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. DAFTAR PUSTAKA Anthony, R. dan V. Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Ashari, N. Koh H.C., Tan S.L., dan Wong W.H. 1994. Factor Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore, Journal of Accounting and Bussiness Reserch, Auntum, pp. 291- 304 Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. ―Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta‖. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,3 (1). Januari, h:35-53. Atkinson, Anthony A., Kaplan, Robert S. and Young, S. Mark. 2004. Management Accounting.4th Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Budiasih, Igan.2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Belkaouli, Ahmed. 1999. Accounting Theory. Illinois, USA : University of Illinois at Chicago. Bleidernan, C.R. 1973. Income Smoothing: The Role of Management. The Accounting Review, vol. 48 (4). Hal 653-667. Diana, B., Antariksa, A., dan Eka. 2003. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Ghozali, I. dan A. Chariri. 2006. Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP. 42
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
Gitman, L.J., (2006), Principle of Managerial Finance, Eleventh Edition. Pearson Education, Inc., Boston Gumanti, T. A. 2001. Earnings management dalam penawaran saham perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4 (2): 165-183. Hary Prihatmoko, Wibowo dan Murtono. 2004. ―Analisis Perataan Laba (Income Smoothing) Faktorfaktor yang Mempengaruhi Dan Kaitannya dengan Harnanto. 1998. ―Analisa Laporan Keuangan‖. Yogyakarta: Liberty Higgins, Robert C. 2004. Analysis Financial Management. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Husnan, Suad dan Eny Pudjiastuti, 2002. ―Dasardasar Manajemen Keuangan‖.Yogyakarta: UPP AMP YKPN. IAI. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Jatiningrum. 2000. ―Analisis FaktorFaktor yang berpengaruh Terhadap Perataan Penghasil Bersih /Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ‖. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2. hal 144-145. Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor- Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada PerusahaanPerusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 7, No. 2, Nopember. Kamaruddin, Khairul Anuar, Wan Ismail, Wan Adibah dan Ibrahim, Muhd Kamil, 2003. Market Perception of Income Smoothing Practices: Malaysian Evidence. Journal of Accounting Research (Supplement) 6(3). Pp. 101-116. Khafid, Muhamad.2004. Perbandingan Earning Respone Antara Perusahaan Income smoothers Dan Non Income Smoothers Pada
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Perusahaan Go Public Di Indonesia. Semarang: FE UNNES (Dalam Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol 13. No.1 2004 UNNES). Merry, 2006. Pengaruh Harga Saham, Umur Perusahaan dan Rasio Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Michaelson, S.E., J.J. Wagner, dan C.W. Wotton. 2000. The Relationship between the Smoothing of reported Income and Risk-Adjusted Returns. Journal of Economics and Finance. Volume.2, No.2. Summer, pp. 141—159. Munawir. 1995.‖Analisa Laporan Keuangan‖, Yogyakarta: Liberty Murtanto. 2004. Analisis Perataan Laba (Income Smoothing): Faktor-faktor yang mempengaruhi dan kaitannya dengan kinerja saham perusahaan publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII. Desember : 1177-1201. Narsa, I Made, Bernadetta D., dan Benedicta Maritza. 2003. ―Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Selama Krisis Moneter Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Majalah Ekonomi. No.2. pp. 128-145. Nasser, E.M & Tobia. 2006. Pengaruh Faktor factor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006:51-74. Octavia, Nia. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Financial Leverage terhadap praktek Pertaan Laba. Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Pratamasari, Finta.2006. ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi praktek Perataan Laba pada 43
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 19 NO 1, JANUARI 2017
Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta‖. E.jurnal/online. Melalui
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland, 2009, ―Manajemen Keuangan‖. Jakarta:Erlangga.
44