Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Vol.3 No.1 Th 2017
e-ISSN 2579-5635 p-ISSN 2460-5891
PERSEPSI RISIKO MAHASISWA/MAHASISWI TERHADAP EKSPEDISI PETUALANGAN PENDAKIAN GUNUNG Munauwar Mustafa1), Mohd Azril Ismail2) dan Donny Abdul Latief Poespowidjojo3) Pensyarah Kanan Pusat Pengajian Pengurusan Perniagaan. Kolej Perniagaan Universiti Utara Malaysia.
[email protected] [email protected] [email protected] ABSTRAK Risiko sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Namun, penelitian ini menganggapnya sebagai satu variabel yang positif di dalam membantu proses pembelajaran atau pembentukan kompeten individu. Sebagai dasar bagi pengembangan program pelatihan untuk meningkatkan kompeten diri, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan meanpersepsi risiko mahasiswa / mahasiswi universitas publik terhadap empat ekspedisi pendakian adventur yang terkenal di Semenanjung Malaysia iaitu Ekspedisi Chamah- Ulu Sepat, Ekspedisi Gunung Tahan, Ekspedisi Trans Titiwangsa Versi 1 dan ekspedisi Trans TitiwangsaVersi 2. Populasi penelitian ini adalah pendaki-pendaki yang menyertai salah satu dari ekspedisi-ekspedisi petualangan pendakian di dalam periode waktu pengumpulan data. Setelah penelitian dilakukan pada jumlah penlaksanaan ekspedisi dan jumlah peserta serta jadwal yang telah dikeluarkan oleh pihak pengelola, peneliti menggunakan sampling acak sederhana untuk memilih 8 kelompok dari 13 kelompok ekspedisi yang diselenggarakan pada saat libur panjang akhir semester. kajian ini menggunakan satu jenis instrumen lengkap yang telah dikembangkan oleh peneliti yang lainnya yang mampu membantu mencapai tujuan penelitian dengan memperhitungkan keabsahannya dan tingkat reliabilitas isi serta kesesuaiannya dengan responden-responden. Uji ANOVA One Way diberlakukan dan dapatannya mendapatkan nilai p> adalah .05, menandai hipotesis nol dapat diterima. Kesimpulannya, hasil penelitian ini telah berhasil membuktikan secara empiris bahwa mean persepsi kepada risiko peserta untuk keempat ekspedisi tersebut adalah tidak berbeda secarasignifikan. Oleh karena itu, jika satu dari kriteria-kriteria penting untuk menyukseskan setiap program kepada menajemen latihan menjadi faktor persepsi risiko, pengembang dan operator dapatlah memilih salah satu empat ekspedisi petualangan pendakian karena masing-masing tidak memberikan mean persepsi risiko yang berbeda antara keduanya. Kata kunci:PersepsiRisiko, Pelatihan dan Pengembangan, Pembelajaraninsidental, Petualangan Pelatihan ABSTRACT Risk is normally perceived negatively. However, in this study it is perceived as a factor that can help the learning process or enhance the development of individual competece. This study was carried out to look into mean difference of perception of risk of the participants of four well known moutaineering expeditions in Peninsular Malaysia namely Chamah - Ulu Sepat, Tahan, Trans Titiwangsa Version 1 and Trans Titiwangsa Version 2, as a basis of developing training programmes to boost self competence. The study population were public university students who participated in one of the aforementioned expeditions within the period of data collection which was during the long break between the second semester and the first semester of academic session. After carrying out a thorough study on both the number of expeditions and the participants as well as the schedule produced, the researcher has used easy random sample to select eight out of 13 expeditions carried out within the data collection period. This study utilizes an established instrument developed by a previous researcher which is potentially able to help achieving the study objective, taking into consideration the validity and reliability of the construct and its suitability with the respondents. One way ANOVA test was done and the result yielded the value of p>0.5, signalling that the nol hypothesis could not be rejected. To conclude, the study has proven that empirically, the minimum perception of risk of the participants of the four selected expeditions did not differ significantly. Therefore, if perception of risk is to be considered as one of the critical criteria in any training programmes, programme developers can choose any one of the four adventure mountaineering expeditions as each one of them did not yield different minimum perception of risk.
Keywords: Perception of Risk, Training and Development, Incidental Learning, Adventure Training
13
14 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah PENDAHULUAN Keterlibatan kelompok mahasiswa untuk kegiatan-
Dalam penelitian menjabarkan ke atas
kegiatan kokurikulum di luar kampus dapat
hipotesis tentang kegunaan dan kontribusi kepada
memberikan berbagai manfaat untuk mahasiswa.
pembentukan kompeten diri hasil dari kegiatan
Manfaat-manfaat tersebut dapat dilakukan secara
pendakian gunung. Diberikan satu variabel utama
sadar dan terukur oleh setiap individu-individu
yang dikenal sebagai persepsi risiko dalam aktivitas
yang terlibat dan juga dapat dihasilkan dalam diri
pendakian baik secara kelompok mahupun secara
mahasiswa tanpa dia sadari sebelumnya. Horwood
perorangan. Persepsi risiko tidak akan muncul
(1999) mengatakan bahwa keterlibatan dalam
dalam
kegiatan adventur luar membantu meluncurkan
berbahaya dan menantang seperti dalam pendakian,
perubahan atau pengembangan pribadi dan juga
balapan mobil terbang layang dan lain sebagainya.
kelompok.
Ini
biasa
yang
tidak
berpotensi
untuk
Ia ada dalam kegiatan-kegiatan luar yang berat,
individu
untuk
rumit, kasar dan perlu nyali yang tidak sedikit.
komponen fisik, keterampilan dan pengetahuan
Kegiatan-kegiatan luar kasar pula dapat dibagi
tentang kerjasama yang kuat dan terkontrol (Klint,
menjadi beberapa jenis salah satu
1999).
kegiatan luar kelas adalah kegiatan pendakian
meningkatkan
dikatakan
kegiatan-kegiatan
pengembangan
Selanjutnya
kegiatan
ini
dapat
juga
memberikan manfaat secara fisik, psikologis dan
dari jenis
gunung atau petualangan.
fisiologis kepada pribadi mahasiswa individu, bahkan ia juga memberikan manfaat kepada aspek-
Ekspedisi-ekspedisi
petualangan
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. dalam
pendakian yang dilaksanakan ni penuh dengan
pandangan Brown (1999) juga menyatakan bahwa
risiko-risiko
manfaat-manfaat
kegiatan
perjalanan. Banyak kasus-kasus kecelakaan dan
petualangan termasuk meningkatnya percaya diri,
kematian telah dilaporkan terjadi. Pada 24 Mei
keyakinan diri, perasaan gembira ketika berhasil
1999, dua dari sekelompok 14 pendaki Gunung
melewati
untuk
Korbu telah meninggal dunia dalam tenda mereka
bekerjasama dan mengembangkan tim/kelompok,
di puncak gunung tersebut akibat kepenatan
kesadaran kepada tujuan yang
baru dalam
melampau (Keracunan gas penyebab kematian 2
kesadaran
peserta ekspedisi Gunung Korbu," 1999, 16 Juni).
lingkungan dan peningkatan tingkat kesehatan yang
Pada 3 April 2004, dua orang pendaki tewas
dapat terbentuk. Ewert (1985; 1989) menyatakan
sedangkan 22 lainnya turut terluka dipanah petir
bahwa gunung-gunung didaki untuk menguji diri,
ketika sedang tidur dalam tenda mereka di puncak
mendapatkan kesenangan, merasakan kesuksesan,
Gunung Gambar (Beh, Florence & Jonathan, 2004,
mengistirahatkan
4 May). Pada 25 Juni 2005, seorang pendaki yang
kehidupan,
pengalaman
tantangan,
kontrol
kreativitas
dan
kekuatan
sosial
dari
peluang-peluang
emosional,
pikiran,
mengembangkan
kemampuan.
harus
di
lalui
sepanjang
juga
juga seorang supervisor asrama Universitas Utara
lingkungan,
Malaysia meninggal dunia ketika mengiringi
membentuk hubungan dengan teman, menikmati
sekelompok mahasiswa mendaki Gunung Chamah
flora dan fauna, menghayati pemandangan dan
(Hah & Embun, 2005, 27 Juni). Pada 18 April 2007
merasa dekat dengan alam yang menjadi kagum
pula, seorang pendaki telah meninggal dunia di
atas ciptaan Tuhan yang maha esa.
sekitar Kem Teku dalam perjalanan turun dari
dalam
Terdapat
yang
suatu
puncak Gunung Tahan (Gunung online, 2007).
15 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Pada 7 Februari 2008, seorang pelajar tahun akhir
tersebut,
Universiti Teknologi MARA, Perlis telah hilang
menajemen/mekanisme pertahanan anggota tubuh
selama 19 hari ketika turun dari puncak Gunung
baik
Tahan (Leong, 2010, 6 Februari). Pada 15 Februari
afektifnya dan juga kognitifnya akan ditujukan
2009, seorang pegawai Bank RHB, Bangi telah
untuk usaha-usaha terpadu untuk mempersiapkan
hilang di sekitar Pos Brooke, Gua Musang dalam
diri mengurangi resiko dalam petualang (Goetsch,
perjalanan pulang dari mendaki Gunung Yong Yap
2008).
maka
dari
secara
segi
alamiah
fisiologinya,
keseluruhan
psikomotornya,
bersama 13 orang teman (Pendaki hilang di Gunung Yong Yap," 2009). Dia masih belum
Sebagai
dasar
bagi
pengembangan
ditemukan sampai hari ini. Contoh-contoh di atas
program pelatihan untuk meningkatkan kompeten
menunjukkan bahwa risiko adalah inti kepada
diri, penelitian ini dilakukan untuk
kegiatan petualangan. Risiko-risiko ini benar-benar
perbedaan mean persepsi risiko peserta terhadap
potensial untuk mendatangkan kecelakaan serius
empat ekspedisi petualangan pendakian yang
yang mengancam khidupan peserta bahkan cacat
terkenal di Semenanjung Malaysia yaitu Ekspedisi
anggota tubuh dan juga menyebabkan hilang nyawa
Chamah - Ulu Sepat, Ekspedisi Gunung Tahan,
para pendaki.
Ekspedisi TransTitiwangsa Versi 1 dan Ekspedisi
Jika ada ancaman risiko dan
ditanggapi pula sebagai berisiko oleh individu
melihat
Trans Titiwangsa bahagian kedua.
TINJAUAN LITERATUR Risiko sering dianggap sebagai sesuatu yang
dilakukan aspek yang ada pada resiko kegiatan
negatif dalam sebuah aktivitas manusia dan dapat
petualangan. Risiko jenis ini adalah risiko yang
juga diartikan
sebagai sebuah ancaman serius
berada di bawah kontrol kemampuan mahasiswa
terhadap kesejahteraan fisik, psikologis dan sosial
yaitu individu tersebut dapat memilih tingkat risiko
(Lupton & Tullock, 2002; Priest, 1999; Renn,
tersebut dan melakukannya secara sukarela. Risiko
1998; Sokolowska & Pohorille, 2000). Pengertian
yang dilakukan secara sukarela ini sering dicari
seperti ini bersifat anti-tesis dan menjadikan risiko
untuk tujuan-tujuan menghadapi dan menghindari
sebagai penyebab efek buruk pada kegiatan pribadi.
perasaan
Bagian ini membahas persepsi risiko dengan
menemukan
menitik beratkan pada kemungkinan ke hal-hal
aktualisasi
yang positif yaitu berfungsi dalam membantu
Diantaranya adalah keterlibatan dalam kegiatan-
proses pembelajaran atau pembentukan kompeten
kegiatan luar dengan keterampilan-keterampilan
individu setiap mahasiswa.
pribadi
takut,
menunjukkan
kegembiraan diri
(Lupton
diperlukan
untuk
keberanian,
serta &
mencapai
Tulloch,
melewati
2002).
situasi
berbahaya dan perasaan senang dihasilkan dari Pandangan Renn (1998) bahwa risiko ini adalah suatu hal yang perlu ditelusuri atau
kemampuan untuk mengontrol diri dan lingkungan (Renn, 1998).
16 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah dengan kegiatan- kegiatan tersebut dan minat serta Persepsi
risiko
adalah
penilaian
subjektif terhadap ancaman nyata atau persiapan atas ancaman terhadap keselamatan umum, sosial, moral pada setiap orang (Sokolowska & Pohorille, 2000). Ada juga Byrnes, Miller dan Schafer (1998) menegaskan penilaian terhadap risiko subjektif membawa maksud tersirat bahwa individu-individu hanya mengambil risiko setelah mereka menyadari akan risiko tersebut. Persepsi subjektif risiko juga dikatakan sebagai lebih mempengaruhi persepsi risiko keseluruhan dibandingkan dengan persepsi objektif risiko. Kouabeanan (1998) menemukan bahwa penilaian risiko subyektif adalah komponen utama persepsi risiko untuk kedua kelompok penelitiannya yaitu golongan ahli di dalam sesuatu bidang dan juga masyarakat umum.
kecenderungan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
bertambah
banyak
(Cheron&Ritchie,1982). Ada suatu hubungan yang sama yaitu persepsi risiko dipengaruhi oleh kualitas dan kebiasaan peserta. Begitu juga dengan hasil penelitian Creyer et al. (2003) yang menemukan bahwa semakin sering responden melakukan pendakian atau jenis sepeda gunung semakin rendah persepsi risiko gagal kepada mereka dan semakin tinggi harapan mereka untuk sukses atau berhasil. Individu-individu yang mendapatkan hasil yang positif dari keterlibatan tersebut pula, akan seterusnya berusaha pula untuk melakukan sesuatu yang lebih tinggi tingkat risikonya. Temuan ini mendukung temuan sebelumnya yang dilakukan oleh Ewert (1985) yang menemukan bahwa individu-individu yang terlibat dalam kegiatan-
Lingkup penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan persepsi risiko penggemarpenggemar kegiatan petualangan dengan mengacu pada empat ekspedisi yang berbeda. Ada banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan persepsi
risiko.
Namun,
penelitian-penelitian
tersebut tidak dilakukan secara khusus tentang persepsi risiko di dalam kegiatan petualangan pendakian gunung-gunung. Pendapat dari Boholm (1998) menemukan bahwa faktor usia dan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan persepsi risiko yang berarti. Namun, temuan studi-studi lain
kegiatan
petualangan
luar
dengan
tingkat
keterampilan yang tinggi akan memberikan fokus mereka kepada manfaat-manfaat yang tersedia hasil dari keterlibatan tersebut dan bukan lagi kepada risiko -risiko yang ada. Slanger dan Rudestam (1997) yang juga mendukung pandangan ini dengan menegaskan bahwa setiap individu-individu yang
lebih
berpengalaman
harus
melakukan
kegiatan-kegiatan yang lebih besar risikonya untuk memungkinkan
mereka
menikmati
perasaan
menyenangkan ketika berhasil melewati rintangan yang lebih sulit lagi.
menunjukkan bahwa sebaliknya yaitu kaum dan
Berdasarkan
gender mempengaruhi persepsi risiko (Flynn,
risiko adalah hasil kajian studi-studi terdahulu
Slovic & Mertz, 1994; Byrnes et al., 1998;
memperlihatkan ada beberapa perbedaan persepsi
Gustafson, 1998; Finucane, Slovic, Mertz & Flynn,
risiko dengan mengacu kepada faktor-faktor alam
2000; Lupton & Tulloch, 2002; Rundmo, 2002;
lingkungan, cuaca, dukungan pengetahuan dan
Stuessy, 2007).
pengalaman peserta, perlu dipersiapkan secara lebih matang.
Namun, persepsi risiko terkait dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan luar ini berkurang ketika peribadi peserta semakin biasa
tinjauan literatur tentang persepsi
17 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Berdasarkan argumentasi di atas, maka dapat dikemukakan kerangka teoritikal penelitian ditunjukkan seperti pada gambar berikut ini.
ini
EKSPEDISI PETUALANGAN PENDAKIAN
PERSEPSI RISIKO
Gambar 1: Kerangka teori Kerangka teoritikal ini menghipotesiskan bahwa keempat jenis pendakian yang dikaji tidak dapat
memberikan mean persepsi risiko yang berbeda secara nyata di antara mereka.
METO PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah para mahasiswa pendaki-pendaki yang menyertai salah satu dari ekspedisi-ekspedisi
penelitian
ini
adalah diketahui dan memiliki probabilitas untuk
dalam periode waktu pengumpulan data yaitu pada
dipilih sebagai subjek sampel, maka peneliti
masa libur panjang pada akhir semester kedua
memutuskan untuk menggunakan desain sampling
tahun
waktu
ber struktur. Peneliti juga memutuskan untuk
pengambilan data dilakukan, peneliti menemukan
menggunakan metode sampling secara kluster
ada 17 pelaksanaan/kegiatan ekspedisi-ekspedisi
berdasarkan ekspedisi karena dapat memberikan
dengan jumlah peserta sebanyak 315 orang. Jumlah
lebih heterogen di dalam kelompok dan lebih
kegiatan ekpedisi dan jumlah peserta ini diperoleh
homogen di antara kelompok (Sekaran & Bougie,
dari
yang
2009). Setelah penelitian dilakukan pada jumlah
bersangkutan yang dihubungi dari waktu ke waktu
kegiatan ekspedisi dan jumlah peserta serta jadwal
di dalam pengumpulan data tersebut dengan
yang dikeluarkan, peneliti menggunakan sampling
mengacu pada jumlah surat izin yang dikeluarkan
acak sederhana untuk memilih 8 dari 13 ekspedisi
dan daftar nama yang tertera dalam formulir izin
yang diselenggarakan pada libur panjang akhir
untuk pendakian tersebut.
Semester kedua tahun akademik.
Kantor-Kantor
Di
dalam
Kehutanan
pendakian
populasi
di
akademik.
petualangan
Mengingat
rentang
Daerah
Variabel
Referensi
Item
Persepsi risiko
Ward, 2008
23
Setelah melalui langkah-langkah untuk memastikan
instrumen yang digunakan (valid dan realibel).
keesahan instrumen, instrumen penelitian ini juga
Hasil
melalui proses pengujian keabsahan. Uji keabsahan
"coefficient Cronbach s Alpha" adalah seperti
ini
berikut:
bertujuan
mengukur
tingkat
konsistensi
Tabel 2: Uji Keabsahan
tes
keandalan
melalui
pengukuran
18 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Variabel
Cronbach’s Alpha
Persepsi risiko
0.845
Cooper & Schindler (2006), Sekaran (2005), Hair
tersedia adalah melebihi nilai tersebut, maka
et al. (1998) dan Nunally (1978) menyatakan
instrumen tersebut dapat dipakai-pakai untuk
bahwa setiap skor koefisien Cronbach s Alpha di
mengukur variabel penelitian sesuai dengan valid
sekitar 0.60 dianggap memiliki standar keabsahan
dan reliabel.
yang dapat diterima. Mengingat skor tes yang
Analisis Data Secara khusus, tes ANOVA One Way digunakan
menunjukkan
skor
variabel
berada
dalam
untuk menguji perbedaan mean persepsi risiko
lingkungan normal seperti yang diusulkan oleh
populasi. Sebelum tes dilakukan, data yang
Meyers, Gamst dan Guarino (2006); sedangkan
diperoleh dilapangan untuk memastikan asumsi-
hasil tes Levene adalah tidak signifikan (p> .05),
asumsi yang diperlukan sudah terpenuhi. Kedua
menandakan bahwa varian populasi untuk setiap
asumsi tes ini adalah normaliti populasi dan varian
kelompok adalah hampir sama.
homogeniti. Hasil tes skewness dan kurtosis
Dapatan kajian dan Pembahasan Setelah kedua asumsi tes dipenuhi, tes ANOVA One Way dilaksanakan dan dapatannya adalah sebagai berikut. Tabel 3: Uji ANOVA pada persepsi risiko peserta ekspedisi
F
Sig
1.910
0.132
Tes ini mendapatkan nilai p> .05, menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima di mana nilai mean persepsi risiko peserta adalah tidak berbeda secara signifikan melintasi empat ekspedisi pendakian tersebut. Mengingat tidak ada penelitian penelitian terdahulu yang sama persis dilakukan sebelumnya, maka diskusi sebagai pembanding tidak dapat
dilakukan. walaupun demikian dalam penelitian ini menegaskan satu informasi penting kepada panitia pelaksana dan operator program pelatihan petualangan pendakian bahwa meskipun keempat jenis ekspedisi tersebut adalah berbeda seperti jumlah hari perjalanan serta tantangan melintasi bentuk lereng dan lembah gunung yang berbeda, persepsi risiko para peserta adalah tidak berbeda secara signifikan.
19 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah
Kesimpulan Dari tulisan ini bermaksud untuk melihat perbedaan mean persepsi risiko dalam kalangan peserta ke empat ekspedisi pendakian di Semenanjung Malaysia. Penelitian ini berhasil membuktikan secara empiris bahwa mean persepsi risiko peserta untuk keempat ekspedisi tersebut adalah tidak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, jika satu
dari kriteria-kriteria penting untuk menyukses kan setiap program latihan adalah faktor persepsi risiko, panitia penyelenggara dan pihak operator boleh memilih salah satu dari empat ekspedisi pendakian karena masing-masing tidak memberikan mean persepsi risiko yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Referensi Beh, Y. H., Florence, S., & Jonathan, C. (2004, 4 May). Lightning horror: Two killed, 22 injured in striked on mountain peak. The Star. Akses 7 Jun 2014, daripadahttp://thestar.com.my/news/story. asp?file=/2004/5/4/nation/7908095&sec=n ation. Boholm, A. (1998). Comparative studies of risk perception: A review of twenty years of research. Journal of Risk Research, 1(2), 135-163. Brown, T. J. (1999). Adventure risk management. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 273-284). State College, PA: Venture. Byrnes, J. P., Miller, D. C., & Schafer, W. D. (1998). Gender differences in risk taking: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 125(3), 367-383. Cheron, E. J., & Ritcie, J. R. (1982).Leisure activities and perceived risk. Journal of Leisure Research, 14(2), 139-154. Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2006). Marketing Research. New York: McGraw–Hill. Creyer, E. H., Ross, W. T., & Evers, D. (2003). Risky recreation: An exploration of factors influencing the likelihood of participation and the effects of experience. Leisure Studies, 22, 239-253. Driver, B.L. (1996).Benefits-driven management of natural areas.Natural Areas Journal.16(2), 94 –99. Ewert, A. (1989). Outdoor adventure pursuits: Foundations, models, and theories. Scottsdale, AZ: Horizon Publishing.
Ewert, A. (1985). Why people climb: The relationship of participant motives and experience level to mountaineering. Journal of Leisure Research, 17(3), 241250. Faye, A. D., Bassi, M., & Massimini, F. (2003). Quality of experience and risk perception in high altitude rock climbing. Journal of Applied Sport Psychology, 15, 82-98. Finucane, M. L., Slovic, P., Mertz, C. K., & Flynn, J. (2000). Gender, race, and perceived risk: The white male effect. Health, Risk, and Society, 2(2), 159-172. Flynn, J., Slovic, P., & Mertz, C. K. (1994).Gender, race, and perception of environmental health risks. Risk Analysis, 14(6), 11011108. Goetsch, D. L. (2008).Occupational safety and health for technologists, engineers, and managers, 6th edition. Saddle River, NJ: Pearson Education. Gunungonline (2007).Tragedi di GunungTahan.[Online].Didapatidaripada: http://www.gunungonline.com/basecamp/ viewtopic.php?f=2&t=1124&p=23478. [Akses: 7 Jun 2014] Gustafson, P. E. (1998). Gender differences in risk perception: Theoretical and methodological perspectives. Risk Analysis, 18(6), 805-811. Hah, F. L., &Embun, M. (2005, 27 Jun). Day of joy turns to sorrow for UUM. The Star. Akses 7 Jun 2014, daripadahttp://thestar.com.my/news/story. asp?file=/2005/6/27/nation/11328495&sec =nation.
20 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Hair, J. F., Anderson, R. E., Tatham, R. L., & Black, W. C. (1998). Multivariate data analysis (5th ed.). New Jersey: PrenticeHall International. Horwood, B. (1999). Educational adventure and schooling. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 9-12). State College, PA: Venture. Keracunan gas punca kematian 2 peserta ekspedisi Gunung Korbu (1999, 16 Jun).Utusan Malaysia. Akses 17 Ogos 2014, daripada http://www.utusan.com.my/utusan/info.as p?y=2010&dt=0614&pub=Utusan_Malay sia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_02.htm. Klint, K. A. (1999). New directions for inquiry into self-concept and adventure experiences. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 163-168). State College, PA: Venture. Kouabenan, D. R. (1998).Beliefs and the perception of risks and accidents. Risk Analysis, 18(3), 243-252. Krejcie, R., & Morgan, D. (1970).Determining sample size for research activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610. Leong, S. H. (2010, 6 Februari).A mind for surviving.The Star. Akses 17 Ogos 2014, daripadahttp://thestar.com.my/lifestyle/sto ry.asp?file=/2010/2/6/lifefocus/5421941& sec=lifefocus. Lupton, D., & Tulloch, J. (2002). Life would be pretty dull without risks. Health, Risk, and Society, 4(2), 113-124. Meyers, L.S., Gamst, G., &Guarino, A.J. (2006).Applied multivariate research: Design and interpretation. Thousand Oaks, CA: Sage. New Straits Times, 27 Jun 2005. UUM hostel adviser dies while trekking. [Online].Didapatidaripada: http://findarticles.com/p/newsarticles/new-straitstimes/mi_8016/is_20050627/uum-hosteladviser-dies-trekking/ai_n44291438/. [Akses: 7 Jun 2014] Nunnaly, J. C. (1978). Psychometric Theory (2nd ed.). New York: McGraw Hill. Pendaki hilang di Gunung Yong Yap (2009, 19 Februari). Berita Harian. Akses 7 Jun 2014, daripada
http://www.bharian.com.my/Current_New s/BH/Wednesday/Mutakhir/20090218161 012/Article/index_html. Priest, S. (1999). The adventure experience paradigm. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure Programming (pp. 159-162). State College, PA: Venture. Renn, O. (1998). Three decades of risk research: Accomplishment and new challenges. Journal of Risk Research, 1(1), 49-71. Rowe, G., & Wright, G. (2001). Differences in expert and lay judgment of risk: Myth or reality? Risk Analysis, 21(2), 341-356. Rundmo, T. (2002).Associations between affect and risk. Journal of Risk Research, 5(2), 119-135. Sekaran, U. (2005). Research Methods for Business: A skill-building approach (4th ed.). NY: John Wiley & Sons. Sekaran, U. & Bougie, R. (2009). Research Methods for Business: A skill-building approach (5th ed.). NY: John Wiley & Sons. Sjoberg, L. (2002). Allegedly simple structure of expert's risk perceptions: An urban legend in risk research. Science, Technology, and Human Values, 27(4), 443-459. Slanger, E., & Rudestam, K. E. (1997). Motivation and disinhibition in high risk sports: Sensation seeking and self-efficacy. Journal of Research in Personality, 31, 355-374. Slovic, P. 1997. Public perception of risk. Risk Analysis. 59, 22-23. Sokolowska, J., & Pohorille, A. (2000). Models of risk and choice: Challenge or danger. Acta Psychologikla, 104, 339-369. Stuessy, T. (2007). Risk perception: A quantitative analysis of skydiving participation. Ann Arbor, MI: ProQuest LLC. Walker, G. J., Hull, R. B., & Roggenbuck, J. W. (1998).On-site optimuml experiences and their relationship to off-site benefits. Journal of Leisure Research, 30(4), 453471. Ward, W. C. (2008). Perceptions of risks and benefits of an outdoor adventure experience. Ann Arbor, MI: ProQuest LLC.