BULETIN EKONOMI
JURNAL MANAJEMEN, AKUNTANSI DAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Volume 12, Nomor 2, Desember 2014
ISSN 1410-2293
FAKULTAS EKONOMI UPN ”VETERAN” YOGYAKARTA
BULETIN EKONOMI
VOLUME 12
Nomor 2
Halaman 125-248
Yogyakarta Desember 2014
ISSN 1410-2293
i
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Salam Sejahtera Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya BULETIN EKONOMI Vol. 12, No. 2, Desember 2014 telah dapat diterbitkan. Artikel yang masuk ke Redakasi cukup banyak, baik kuantitas, kualitas (substansi, aktualisasi, originalitas), maupun variasi topiknya. Oleh karenanya, Redaksi harus benar-benar menyeleksinya sesuai komitmen untuk menjadikan BULETIN EKONOMI sebagai jurnal ilmiah yang populer. Pada edisi kali ini, terdiri atas sembilan hasil studi empiris. Hasil studi empiris yang dimuat pada edisi kali ini adalah : “Model Pengembangan Border Tourism bagi Kawasan Perbatasan Studi Kasus: Sota, Merauke, Papua” oleh Asep Saepudin, Iva Rachmawati dan Fauzan, Daya Saing Pariwisata Indonesia tahun 2011-2013 Menuju ASEAN Economic Community (AEC)” oleh Sri Rahayu Budi Hastuti, ” Kesuksesan Karir Dosen Melalui: Kepribadian dan Motivasi (Studi pada Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon)” oleh Sari Laelatu Qodriah dan Wiwi Hartati, ”Pengaruh Familiarity dan Gender pada Tipe Alternatif Komunikasi dalam Tim Audit” oleh Sultan, Kaharudinsyah Leon Sakti dan Sri Luna Murdianingrum, ”Analisis FaktorFaktor dalam Membangun Kepercayaan, dan Loyalitas Nasabah Melalui Kepuasan, Reputasi Ditinjau dari Kualitas Layanan pada Baitul Maal Attamwil (BMT) di Kabupaten Kudus” oleh Noor Azis, Dwi Soegiarto dan Ratna Yulia Wijayanti, ”Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan dan BI Rate terhadap Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2011.01– 2014.06” oleh Wahyu Dwi Artaningtyas, ”The Analysis of Selected Macroeconomic Variables that Influence Stock Returns’ Jakarta Islamic Index (JII) and Its Vector Autoregressive (VAR) Forecasting, Case Study: 10 Companies Listed in Jakarta Islamic Index Period 2008-2012” oleh Febryan Mujahid Panatagama dan Agus Tri Basuki,”Analisis VAR (Vector Auto Regressive) pada Keterkaitan Antara PDRB Menurut Lapangan Usaha dengan Tingkat Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2000.12011.4” oleh Bambang Sulistiyono dan ”Asimetri Informasi dan Indikasi Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan” oleh Nafi’ Inayati Zahro. Akhirnya, semoga BULETIN EKONOMI edisi kali ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Kritik dan saran demi kesempurnaan jurnal ini sangat bermanfaat dan ditunggu Redaksi, terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Hormat kami Redaksi
iii
iv
BULETIN EKONOMI
JURNAL MANAJEMEN, AKUNTANSI DAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Volume 12, Nomor 2, Desember 2014
ISSN 1410-2293
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ Daftar Isi .........................................................................................................................
ii iii
Model Pengembangan Border Tourism bagi Kawasan Perbatasan Studi Kasus: Sota, Merauke, Papua Asep Saepudin, Iva Rachmawati dan Fauzan ............................................................... 125-144 Daya Saing Pariwisata Indonesia tahun 2011-2013 Menuju ASEAN Economic Community (AEC) Sri Rahayu Budi Hastuti ............................................................................................... 145-154 Kesuksesan Karir Dosen Melalui: Kepribadian dan Motivasi (Studi pada Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon) Sari Sari Laelatu Qodriah dan Wiwi Hartati ................................................................ 155-166 Pengaruh Familiarity dan Gender pada Tipe Alternatif Komunikasi dalam Tim Audit Sultan, Kaharudinsyah Leon Sakti dan Sri Luna Murdianingrum ............................... 167-180 Analisis Faktor-Faktor dalam Membangun Kepercayaan, dan Loyalitas Nasabah Melalui Kepuasan, Reputasi Ditinjau dari Kualitas Layanan pada Baitul Maal Attamwil (BMT) di Kabupaten Kudus Noor Azis, Dwi Soegiarto dan Ratna Yulia Wijayanti ................................................... 181-198 Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan dan BI Rate terhadap Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2011.01– 2014.06 Wahyu Dwi Artaningtyas ............................................................................................. 199-208 The Analysis of Selected Macroeconomic Variables that Influence Stock Returns’ Jakarta Islamic Index (JII) and Its Vector Autoregressive (VAR) Forecasting, Case Study: 10 Companies Listed in Jakarta Islamic Index Period 2008-2012 Febryan Mujahid Panatagama dan Agus Tri Basuki .................................................... 209-226 Analisis VAR (Vector Auto Regressive) pada Keterkaitan Antara PDRB Menurut Lapangan Usaha dengan Tingkat Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2000.1-2011.4 Bambang Sulistiyono ................................................................................................... 227-240 Asimetri Informasi dan Indikasi Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Nafi’ Inayati Zahro ....................................................................................................... 241-248
v
vi
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
MODEL PENGEMBANGAN BORDER TOURISM BAGI KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS: SOTA, MERAUKE, PAPUA Asep Saepudin1 Iva Rachmawati2 Fauzan3 Abstract: Border Tourism Development Model Areas For Border Case Study: Sota, Merauke, Papua. This article shows that the model of tourism development in the border Sota is based on two main pillars of Eco Tourism and Culture Tourism. To realize the main pillars need to be supported by four pillars: community empowerment through cooperation between local governments, non-governmental organizations or universities and traditional leaders or religious leaders, developing the tourist supporting infrastructures, local government policies that support border tourism, as well as the integrative promotion. This Model is based on the presence of potential border tourism and the potential problems in the management of borders lie within the region. Potential factors include the potential related to the specific geographic and demographic conditions in sota border region. The potential problems include the response of the local community who do not support the development of tourism, there is not Master Plan of Border Tourism Development, the sectoral management of border areas, non integrated promotion and inadequate the supporting infrastructure in border area. Abstrak: Model Pengembangan Border Tourism Bagi Kawasan Perbatasan Studi Kasus: Sota, Merauke, Papua. Artikel ini menunjukkan bahwa model pengembangan pariwisata di perbatasan Sota didasarkan pada dua pilar utama Pariwisata Eco dan Pariwisata Budaya. Untuk mewujudkan pilar utama perlu didukung oleh empat pilar: pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama antara pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah atau universitas dan para pemimpin tradisional atau pemimpin agama, mengembangkan wisata infrastruktur pendukung, kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pariwisata perbatasan, serta sebagai promosi integratif. Model ini didasarkan pada adanya potensi wisata perbatasan dan potensi masalah dalam pengelolaan perbatasan terletak di kawasan ini. Faktor potensial termasuk potensi yang terkait dengan kondisi geografis dan demografis tertentu di wilayah perbatasan sota. Masalah potensial meliputi respon dari masyarakat setempat yang tidak mendukung pengembangan pariwisata, tidak ada Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Perbatasan, manajemen sektoral daerah perbatasan, non promosi terpadu dan memadai infrastruktur pendukung di daerah perbatasan.
1 Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, email:
[email protected] 2 Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 3 Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
125
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
Kata Kunci: Pariwisata Perbatasan, Eco Tourism, Wisata Budaya, pemberdayaan masyarakat, kebijakan pemerintah daerah, promosi integratif, infrastruktur wisata pendukung.
PENDAHULUAN
Perbatasan Indonesia dan Papua Nugini (PNG) di Merauke masih merupakan pelintasan tradisional. Artinya, perlintasan yang ada belum mengadopsi sarat-sarat keutamaan sebuah pengelolaan perbatasan. Fungsi CIQS (Customs, Immigration, Quarantine, and Security) adalah fungsi yang menyelenggarakan pengawasan terhadap arus lalu lintas barang dan manusia, pengawasan terhadap kesehatan barang, manusia dan hewan yang melintas serta fungsi keamanan. Namun demikian, beberapa “pintu” yang ada di Merauke yaitu di kawasan Muting, Elikobel, Bupul dan Sota telah mejadi jalan bagi beberapa pelintas batas tradisional. Dari beberapa “pintu” yang ada tersebut, kami memilih Sota karena Sota relatif telah terkelola dengan baik meski keempat fungs PLB atau Pos Lintas Batasnya belum berjalan dengan baik. Sota memiliki jalur trasportasi yang jauh lebih baik di bandingkan yang lain dan terutama karena pelintas batas mencapai 150-300 setiap bulannya dari PNG ke Indonesia. Pengembangan kawasan perbatasan ini juga sebagai tujuan wisata alternative juga diungkapkan oleh Ir. Untoro Sardjito, MM (Tenaga Ahli BNPP), yang disampaikan dalam sebuah wawancara penelitian: “Merauke, kecamatan Sota merupakan kawasan perbatasan yang paling baik dari segi jalan maupun fasilitasnya. Ia juga merupakan area transit bagi mereka yang akan pergi ke Boven Digul, Muting atau Elikobel. Dengan demikian selain bisa dikembangkan menjadi border turisme bisa juga dikembangkan menjadi area transit bagi mereka yang akan pergi kea rah utara. Potensinya cukup baik apalagi jika jalan ke Jayapura sudah jadi. Kawasan Sota juga dapat dikembangkan menjadi border tourism melihat ketertarikan warga yang mengunjugi wilayah perbatasan sebagai salah satu tempat alternative untuk berwisata. Hanya saja hal ini belum terlembagakan, jika saja bisa diwacanakan maka hal ini juga bisa menguatkan ekonomi sekitar” (Hasil wawancara yang direkam pada 5 Maret 2013 di Distrik Merauke). Dari penelitian kluster yang telah dilakukan Iva Rachmawati, et. all. 2013, terlihat bahwa tingginya kontak yang dilakukan antara para pelaku perdagangan tradisional telah menumbuhkan pasar dadakan di akhir minggu dan menarik minat beberapa penduduk lokal untuk berkunjung dan menikmati ramainya pasar tersebut sembari menikmati kawasan perbatasan yang masih asri dan banyak ditumbuhi oleh Musamus atau rumah semut. Musamus atau rumah semut merupakan fenomena khas Merauke yang merupakan fenomena langka dan dapat menjadi salah satu ikon wisata yang baik bagi Sota. Rumah Semut ini tingginya bisa mencapai 3 meter dan hanya terdapat wilayah tertentu saja. Secara kebetulan, Sota juga merupakan sebuah transit area bagi mereka yang hendak pergi ke wilayah di utara Merauke seperti Jayapura, Boven Digul, Pegunungan Bintanga atau ke Muting dan Elikobel. Maka dalam penelitian kluster Iva Rachmawati et.all. 2013 tersebut juga disebutkan bahwa kawasan ini mampu berkembang menjadi sebuah transito area yang juga dapat menjadi pusat bagi aglomerasi ekonomi bagi Merauke. Penelitian ini berusaha menenemukan model bagi pengembangan kawasan perbatasan sebagai sebuah border tourism yang mampu menjadi salah satu pusat dari aglomerasi ekonomi bagi wilayah Merauke. Ada beberapa model yang dikembangkan dalam industry wisata perbatasan. Melalui literarture review yang lakuikan ada beberapa model yang telah dikembangkan oleh akademisi yang melakukan studi terhadap industry pariwisata khususnya industry pariwisata pada perbatasan. 126
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Seric dan Markovic menyadari bahwa ‘brands’ atau merek memiliki kaitan yang erat dengan perilaku wisatawan dan pilihan-pilihan mereka terhadap tujuan wisata. Strong ‘brands create strong thoughts and emotions in the tourist’s awareness’, demikian pendapat Morgan dan Pritchard (Morgan dan Pritchard dalam Seric dan Markovic, 2011). Melalui risetnya pada kawasan perbatasan di Kroasia (Karlovac Country)/CRO dan Slovenia (Slovenia Tenggara)/ SLO, Seric dan Markovic melihat bahwa kerjasama antar negara dapat memberikan platforms bagi ‘brand management’ kawasan wisata perbatasan. Seric dan Markovic menyadari bahwa tidak seluruhnya kawasan memiliki sumber daya yang sama dan relevan terhadap kawasan perbatasan, sementara ada kawasan lain yang memiliki sumber daya yang cukup potensial dan dapat dikembangkan dalam industry pariwisata. Melalui model ‘umbrella brands atau pemilihan ‘brand’ yang dapat memayungi atau mewakili keseluruhan potensi pariwisata yang dimiliki kedua negara yang berbatasan. Daya saing yang dapat dihasilkan dari model ini sangat tergantung dari keberagaman potensi kawasan wisata dan upaya negara dalam melekatkan ‘brand’ yang dapat mewakili keberagaman tersebut. Untuk itu selain diperlukan komunikasi yang baik antara pengelola kawasan wisata dari kedua negara, interaksi dengan keseluruhan elemen pendukung industry pariwisata di perbatasan menjadi hal yang tidak kalah pentingnya untuk dilakukan. Demikian pula mengetahui persepsi yang telah terbangun di benak wisatawan dapat memberikan kontribusi penting bagi pembentukan ‘brand’ yang cukup kuat. Untuk dapat mengembangkan model ini, Seric dan markovic mempersaratkan 3 fase yang mesti dilalui, fase pertama adalah membentuk kerangka kerja dan kondisi yang dapat memberi kontribusi bagi partisipasi yang efektif untyk semua elemen terkait. Fase kedua merupakan fase untuk menfokuskan keseluruhan aktifitas pada pembangunan tujuan yang berorientasi pemasaran strategis. Ketiga, pembentukan format atau struktur kerjasama dengan menghubungkan stake holder dari level regional hingga level lokal. Model yang dibuat oleh Seric dan markovic ini didasarkan atas 3 paltform yaitu, 1) Brand management area untuk perbatasan untuk kedua negara 2) Brand management area untuk produk wisata kawasan perbatasan 3) Brand management untuk sebagian produk wisata untuk kawasan yang terpisah di kedua negara. Bagi Seric dan Markovic, area berbatasan memang merupakan kawasan perbatasan yang kompleks, namudn demikian justru perbedaan budaya dan sejarah yang dimilikinya justru dapat menjadi daya saing yang cukup baik jika dapat digali dan dikelola dalam sebuah kerjasam antar negara. Model Kolaborasi ditawarkan oleh Gupta dan Dada dalam mengelola perbatasan India Kashmir dan Sino-Pak Kashmir. Model ini didukung oleh kerjasama dan inter-group contact yang justru seringkali mengalami pergesekan kepentingan untuk meningkatkan kerjasama dan pemahaman. Bagi Gupta dan Dada, model ini tidak hanya dapat meningkatkan pembangunan kawasan perbatasan tetapi juga dapat menjadi model bagi resolusi konflik yang seringkali terjadi di sepanjang perbatasan Kashmir (Gupta dan Dada, 2011) . Gupta dan Dada mengadaptasi model kerjasama Sonmez dan Apostolopoulos yang menawarkan kerjasama berkesinambungan antara stake holder dengan secara bertahap menghilangkan hambatan yang muncul diantara kedua negara. Sejalan dengan hal tersebut, Gupta dan Dada berusaha membangun relasi atau kontak yang lebih baik diantara kelompok etnis yang berbeda di kawasan perbatasan untuk bersamasama menyamakan persepsi dan tujuan mengenai pengelolaan perbatasan tanpa diskriminasi. Beragamanya kelompok etnis memang menjadi persoalan tersendiri pembangunan kawasan perbatasan (Jiaying Zhang, Robert J. Inbakaran dan Mervyn S. Jackson. 2006). Upaya semacam ini selain melibatkan stake holder, juga melibatkan pemerintah secara langsung, aktor/pelaku bisnisman pada industry pariwisata, penduduk lokal serta lembaga non pemerintah. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
127
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
Model Kolaboratif juga dipakai oleh Prokkola dalam membangun model bagi pengelolaan wisata perbatasan di perbatasan Swedia dan Finlandia (Prokkola, 2008). Model ini dirujukkan sebagai acuan bagi pengelolaan perbatasan kedua negara yang secara politis memiliki kebijakan yang berbeda. Dengan kesadaran kedua negara utuk bersedia menurunkan level kedaulatan mereka masing-masing 4 kawasan yang memiliki kawasan tujuan wisata menyerahkan sebagian pengelolaan kawasan kepada pemerintah lokal dan sebagian lagi kepada pihak swasta. Baik dalam pengambilan keputusan dan pendanaan dalam pengelolaan wisata perbatasan, sistem bersifat desentralisis. Namun, Prokkola menengarai bahwa perlu adanya kemandirian yang lebih dalam hal pendanaan dan manajemen pengelolaan pada perbatasan yang terletak di kawasan pedesaan. Lebih rendahnya seumber daya manusia dan lebih sedikitnya daya tarik yang disediakan oleh akwasan perbatasan, ketergantungan pendanaan menurut Prokkola menjadi penyebab atau hambatan bagi pembangunan industry pariwisata yang berkelanjutan. Pada bagan berikut dapat dilihat kerjasama pada berbagai kevel diselenggarakan di keempat kawasan perbatasan Swedia Finlandia. Suku asli terbesar yang tinggal di wilayah Merauke adalah suku Marind atau marind– Anim (Anim=orang) Ada yang berpendapat bahwa suku asli Merauke adalah suku Malind, sedangkan suku Marind adalah suku yang telah bercampur dengan suku dari luar Merauke. Kedatangan suku lain dari luar Merauke telah memunculkan perkawinan silang antara mereka dan suku Marind adalah kelompok suku Malind yang telah bercampur dengan suku lain. Saat ini untuk menemukan suku Malind sudah sangat sulit. Suku Malind atau Marind ini memiliki 7 sub suku, yaitu Gebze, Mahuze, Ndiken, Kaie, Balagaize, Samkakai dan Basikbasik (Pusaka, 2013) Sedangkan mengacu pada catatan Corbey ada 4 sub suku dalam Marind yaitu Geb-ze, Mahu-ze, Aramemb dan Bragai-ze. (Raymond Corbey, 2010). Selain suku Marind atau Malind, beberapa suku asli Merauke juga tinggal di Sota adalah Kanum dan Yeinan. Ada sebagian yang memahami bahwa Kanum dan Yeinan bagian dari Marind-Anim juga, namun ada pula yang membagi Marind ke dalam 7 sub suku seperti yang disebutkan. Orang Marind di Merauke masih memiliki kekerabatan yang dekat dengan Marind di Papua Nugini. Oleh karenanya, masyarakat Sota di perbatasan banyak memiliki keluarga di wilayah Weam dan Morehead di Papua Nugini. Kegiatan adat dan hubungan sosial merupakan salah satu tujuan pelintas batas Sota dan Weam serta Morehead. Wilayah Sota merupakan bagian dari kawasan yang ditetapkan sebagai taman nasional, yaitu Taman Nasional Wasur. Taman Nasional Wasur merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiiki keanekaragaman potensi sumber daya alam yang sangat kompleks, baik itu ditinjau dari sudut pandang keanekaragaman hayati keragaman budaya etnikal yang terdapat di kawasan tersebut. Kawasan pelestarian ini mewakili habitat-habitat tropis basah dan kering yang tidak terdapat di tempat lainnya di Indonesia, di tingkat dunia terbatas dalam wialayah barat daya Papua Nugini dan bagian utara Australia (Paranginangin, 1994). Di Taman Nasional Wasur terdapat 11 (sebelas) desa dan 1 (satu) kampung yaitu, Desa Wasur (di sektor Jalan Trans Irian), Desa Rawa Biru (di sektor Jalan Trans Irian), Desa Yanggandur (di sektor Jalan Trans Irian), Desa Sota (di sektor Jalan Trans Irian), Desa Kuller (di sektor pantai), Desa Onggaya (di sektor pantai), Desa Tomer (di sektor pantai), Desa Tomerauw (di sektor pantai), Desa Kondo (di sektor pantai), Desa Sota (di sektor Sungai Maro), Desa Tambat (di Sektor Sungai Maro), Kampung Bokrum (di sektor Sungai Maro). Salah satu didirikannya tujuan Taman Nasional Wasur adalah Peningkatan kegiatan pariwisata dan rekreasi di dalam kawasan TNW baik untuk tujuan wisata alam, minat khusus dan budaya dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas kunjungan sebagai upaya peningkatan pemanfaatan kawasan sekaligus upaya peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap konservasi alam serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain 128
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
terdapat tujuan lainnya yaitu perlindungan fungsi hidrologi, keseimbangan ekologi, kestabilan iklim mikro dan kesuburan tanah; Perlindungan terhadap keanekeragaman hayati dan ekosistem asli, Trans-Fly dan habitat burung-burung migrasi; peningkatan upaya penggalian kearifan tradisional masyarakat dan penelitian flora-fauna TN Wasur, baik untuk kepentingan pengelolaan kawasan maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial-ekonomi dan budaya masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan; peningkatkan dan pengembangan tradisi masyarakat yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan serta penggunaan kawasan beserta seluruh potensinya sebagai wahana pendidikan konservasi alam dalam rangka mencapai tingkat kesadaran dan apresiasi masyarakat yang tinggi terhadap kepentingan konservasi alam; peningkatan peran kawasan TNW sebagai sumber plasma nutfah potensial dalam menunjang budidaya; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan TNW sebagai upaya pengalihan tekanan/gangguan terhadap kawasan melalui pengelolaan TNW dalam pengembangan budidaya flora-fauna potensial, kerjasama dan koordinasi dengan instansi/lembaga/pihak terkait dalam rangka memaduserasikan kegiatan pengelolaan kawasan dengan pembangunan daerah di sekitarnya. Sota sebagai wilayah Transit Wilayah perbatasan Sota merupakan wilayah transit bagi warga dan para pedagangan yang akan pergi ke Distrik Muting atau Ulilin atau bahkan hendak ke Kabupaten Boven Digoel serta pegunungan Bintang. Sebelum ada jalan yang dibangun, Merauke – Boven Digoel hanya bisa dijangkau dengan kuda yang membutuhkan waktu satu minggu. Saat ini untuk mencapai Boven Digoel, warga dapat mengendarai mobil beroda besar dengan tarif sekitar Rp.700.000,per orang atau 8 sampai 10 juta untuk menyewa satu buah modil beroda besar. Perjalanan akan membutuhkan waktu tempuh sekitar 8 jam tergantung cuaca. Dan biasanya dari dan ke Boven Digoel mereka selalu transit di Sota yang menyediakan warung makan, pasar dan juga poma bensin. Sebagai wilayah transit ini, Sota memiliki potensi sebagai simpul aglomerasi ekonomi jika didukung dengan infrastruktur yang baik.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian lapangan, dalam rangka pengembangan wisata di Perbatasan Sota, terdapat beberapa masalah yaitu: pertama, tata Ruang dalam mendukung Border Tourism belum tertata. Hal ini ditunjukan dengan adanya berbagai bangunan untuk mendukung wisata di Sota belum sesuai ketentuan yang ada, baik aturan domestik maupun aturan internasional, terkait dengan pemanfaatan netral zone di batas kedua negara. Belum dikelolanya fasilitas wisata yang dirintis oleh Pak Ma’ruf (Kapolsek Sota) serta belum operasinya pasar di dekat pos lintas batas merupakan contoh tata ruang yang belum baik. Seperti adanya rencana pembangunan terminal di Sota oleh dinas perhubungan Merauke, sekretaris dinas, Ibu Ajriati mengatakan bahwa sebelum melakukan hal tersebut perlu diperhatikan tata ruangnya karena sota merupakan kawasan hijau. Hal senada juga dikemukakan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Bapak Daud Hollenger bahwa: “Pengembangan kawasan sota belum selesai dan merupakan kawasan steril tapi memang ada ruang untuk pembangunan seperti telah dibangun tugu salib di wilayah perbatasan”. (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2014 di Merauke). Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah Merauke, Bapak Albert Muyak bahwa: “Wisata perbatasan merupakan hal yang bagus karena untuk jangka panjang wilayah perbatasan sebagai tempat wisata dapat dibangun kota ekonomi kecil yang mendukung kegiatan wisata di wilayah perbatasan. Kota ekonomi kecil yang dimaksud adalah, pembangunan dan penataan beberapa fasilitas pendukung di sekitar tugu Sabang-Merauke seperti terminal, Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
129
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
penginapan dan pasar. Sota dapat dijadikan sebagai kota ekonomi baru yang bisa menjadi penghubung beberapa kabupaten hasil pamekaran” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2014). Kedua, sarana pendukung border tourism seperti transportasi, terminal dan tempat singgah belum ada. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa Sota adalah wilayah transit, namun belum ada terminal yang cukup memadai. Namun demikian, telah disampaikan oleh sekretaris Dinas Perhubungan Merauke bahwa, dinas telah merencanakan untuk membangun terminal di Sota. Begitu juga tempat transit yang cukup layak belum dibangun. Kepala Bidang Pengembangan wilayah dan sarana prasarana fisik Bappeda merauke mengakui bahwa “sarana dan prasarana di Merauke atau wilayah perbatasan masih kurang”. (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2014 di Merauke). Ketiga, pembangunan wilayah perbatasan belum terintegrasi dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait karena belum memiliki RIP (Rencana Induk Pengembangan) wisata perbatasan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Merauke bahwa kabupaten Merauke memang belum memiliki Rencana Induk Pengembangan (RIP) dan Peraturan Daerah tentang Pariwisata. Yang rencananya akan mulai dibahas pada tahun 2015. Keempat, kordinasi antara pemerintah daerah dan pengelola balai TNW belum baik. Hal ini telah disampaikan oleh kepala Dinas Pariwisata dan Kepala Balai Taman Nasional Wasur dalam wawancara bahwa program-program pembangunan di wilayah perbatasan, khususnya pembangunan yang terkait wisata masih bersifat egosektoral. Kepala dinas pariwisata mengemukakan bahwa kendala utama yang dihadapi adalah komunikasi dan interaksi antara pemerintah daerah dengan pengelola Balai TNW dalam hal pemanfaatan kawasan konservasi. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan dibentuknya Forum Kolaborasi Pengelolaan TNW oleh Pemda, namun pendanaan dalam mendukung forum tersebut masih masuk masing-masing SKPD sehingga belum terintegrasi dan bersifat sektoral. Di satu sisi Pemda memiliki kewenangan penuh mengelola daerah, yang terkait dengan SKPD teknis dalam hal pengelolaan wilayah di TNW. Disisi yang lain pengelolaan TNW berada di bawah kementerian kehutanan. Kelima, promosi wisata perbatasan belum dilakukan secara terencana dan terintegratif. Hal ini dikemukan oleh Kepala Dinas Pariwisata Merauke bahwa, walaupun promosi sudah mulai dilakukan namun masih bersifat sporadis dan bersifat sektoral. Oleh karenanya, kepala dinas mengusulkan agar dibentuk badan atau instansi daerah khusus yang menangani masalah promosi. Keenam, respon dan kultur masyarakat asli kurang mendukung pengembangan wisata di Merauke umumnya dan wisata perbatasan di Sota pada khususnya. hal ini ditunjukan dengan penolakan atas berbagai upaya perbaikan fasilitas wisata yang dilakukan oleh Balai Taman nasional Wasur. Respon yang kurang baik juga ditunjukan oleh sikap masyarakat asli yang tidak mengelola fasilitas wisata di sekitar batas negara (titik nol Indonesia), yang telah diserahkan oleh Bapak ma’ruf, sebagai perintis wisata di Sota. Respon negatif dari masyarakat juga disampaikan oleh Kepala Balai TNW bahwa rencana pembangunan dan renovasi berbagai fasilitas wisata seperti tempat penangkaran satwa khas Merauke, tidak bisa dilakukan dengan baik karena adanya protes warga setempat. Hal ini menurut Kepala bidang Pembangunan Ekonomi bappeda disebabkan oleh 2 hal yaitu: pertama, masalah hak ulayat atau kepemilikan tanah oleh warga asli Papua dan pola perilaku dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada alam. Kedua adalah perilaku masyarakat yang masih mengandalkan mata pencahariannya pada apa yang ada di hutan dan tidak melakukan proses produksi, seperti bercocok tanam atau beternak. 130
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Pilar Utama Model Pengembangan Sota Ecotourism merupakan wisata alam yang tidak hanya menempatkan alam sebagai obyek untuk dinikmati saja keindahannya dan dimanfaatkan untuk memenuhi kesenangan manusia saja tetapi lebih menempatkan alam sebagai subyek yang sama dengan manusia. Dengan demikian alam berhak mendapat pemeliharaan yang layak dan manusia bertanggung jawab untuk melestarikannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam definisi yang dibuat oleh World Conservation Union mendefinisikan ecotourism sebagai “ .. is environmentally responsible travel and visitation to relatively undisturbed natural areas, in order to enjoy and appreciate nature (and any accompanying cultural features – both past and present) that promotes conservation, has low negative visitor impact and provdes for beneficially active socio economic involvement of local population” (wisata yang bertanggung jawab atas lingkungan dan tidak merusak lingkungan alam). Wisata alam ini ada yang bersifat bawaan artinya memang sudah disediakan alam dan wisata alam yang dibangun oleh manusia (pemerintah atau pihak lain). Wisata alam ini lebih dilihat sebagai sebuah wisata yang tidak hanya memberikan manusia sebuah pemandangan yang indah dan unik saja baik flora maupun fauna, melainkan sebuah wista yang mendidik dan bertangung jawab terhadap alam. Maka, di dalam ecotourism, wisaawan tidak hanya disuguhi oleh keindahan alam dan margasatwa juga tetapi diberikan informasi mengenai segala jenis tanaman dan hewan yang ada di dalam wilayah konservasi serta bagaimana melestarikannya. Dengan demikian, pengelolaan oleh komunitas di sekitarnya menjadi sangat penting demikian pula budaya masyarakat yang ada mesti dapat saling mendukung lingkungan. Hal ini sejalan dengan definisi ecotourism sebagai .. ecologically sustainable, low impact, culturally sensitive, learning oriented and community supporting tourism (wisata alam merupakan wisata yang secara ekologi berkesinambugan, dampak yang rendah atas lingkungan, bersinggungan dengan budaya, berorientasi pada pembelajaran dan terdukung oleh komunitas yang ada). Atau dengan kata lain, ecotourism is small scale, compatible with the environment, educational and provides benefits to the community in or close to wich it occurs (wisata lingkungan adalah wisata yang dikembangakan dalam area yang terbatas, saling mendukung dengan lingkungan di sekitarnya, mendidik dan memberikan keuntungan terhadap komunitas terdekat) (Terry L. Johnson. 2008). Pengembangan Eco Tourism di Sota terdiri dari 2 bentuk yaitu: Taman Wisata Alam (Taman Nasional Wasur) Sota yang menjadi bagian dari Taman Nasional Wasur merupakan bagian dari wahana riset yang dikembangkan oleh Taman Nasional Wasur. Pada kawasan ini dapat ditemukan: Musamus sebagai ikon Ecotourism Sota Musamus kadangkala juga disebut dengan rumah semut meskipun sesungguhnya yang membangunnya bukan semut namun salah satu dari jenis rayap. Mereka membangun istana tersebut dengan menggunakan bahan dasar tanah, rumput kering, dan air liur sebagai perekatnya. Yang istimewa dari Musamus ini adalah rancangan ventilasinya yang berupa lorong-lorong, sehingga membuat semut terlindungi dari air hujan. Selain itu, lorong-lorong ini juga berfungsi melepas panas ke udara ketika musim panas tiba. Musamus hanya ditemukan di tempat-tempat tertentu di dunia, dan salah satunya ada di Merauke. Oleh karena itu, Musamus dijadikan lambang Kabupaten Merauke.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
131
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
Pelestarian Flora dan Fauna Langka Terdapat 3 jenis satwa (Fauna) langka yang merupakan ciri khas Merauke, yaitu Kanguru, Rusa, Burung Kasuari dan Buaya. Namun keberadaan satwa langka tersebut saat ini sudah sangat sedikit dan relatif hampir punah. Menurut Kepala Balai TNW, Kepala Bidang Pembangunan Ekonomi Bappeda, Kepala Dinas Pariwisata serta perintis wisata di Merauke, Bapak Ma’ruf mengemukakan bahwa satwa-satwa langka tersebut khususnya kanguru sudah sulit ditemui disepanjang jalan dari Merauke menuju Sota yang melewati TNW. Kondisi ini berbeda ketika 10 atau 20 tahun yang lalu. Mulai punahnya satwa-satwa langka ini sebagi akibat dari pembukaan kawasan perbatasan, maraknya illegal logging dan perburuan yang dilakukan oleh masyarakat asli Papua. Seperti halnya fauna, Merauke juga memiliki flora yang khas seperti jenis anggrek, tanaman obat-obatan yang bisa dikemas untuk menarik wisatawan berkunjung ke Sota. Taman Wisata Buatan: Transit Area Yang dimaksud taman wisata buatan adalah fasilitas atau tempat wisata yang sengaja dibangun oleh pemerintah atau pihak lainnya yang diimaksudkan untuk tujuan atau sebagai objek wisata. Salah satu taman wisata buatan yang hari disiapkan oleh pemerintah Merauke di Sota adalah taman wisata yang berbentuk kawasan transit area. Hal ini mengingat Sota sebagai wilayah transit menuju ke beberapa kabupaten pemekaran. Di wilayah dekat dengan perbatasan Sota (dekat dengan pasar) juga merupakan wilayah transit bagi warga dan para pedagangan yang akan pergi ke Distrik Muting atau Ulilin atau bahkan hendak ke Kabupaten Boven Digoel serta pegunungan Bintang. Jalan nasional yang ditargetkan selesai tahun 2013 akan sangat membantu warga untuk mengakses wilayah yang sulit dijangkau dan terpencil serta sangat tergantung oleh cuaca. Sebelum ada jalan yang dibangun, Merauke – Boven Digoel hanya bisa dijangkau dengan kuda yang membutuhkan waktu satu minggu. Saat ini untuk mencapai Boven Digoel, warga harus mengendarai mobil beroda besar dengan tarif sekitar Rp.700.000,- per orang atau 8 sampai 10 juta untuk menyewa satu buah modil beroda besar. Perjalanan akan membutuhkan waktu tempuh sekitar 8 jam tergantung cuaca. Dan biasanya dari dan ke Boven Digoel mereka selalu transit di Sota yang menyediakan warung makan, pasar dan juga poma bensin. Sebagai wilayah transit ini, Sota memiliki potensi sebagai simpul aglomerasi ekonomi jika didukung dengan infrastruktur yang baik. Bappeda Merauke juga akan melakukan beberapa upaya dalam rangka mengembangkan eko wisata, seperti yang tertuang dalam Laporan Grand Desain Eko Wisata di Sota (tahun 2012) seperti Pembangunan Honay atau tempat berteduh dan penjualan Souvenir serta perluasan dan peningkatan pasar lokal. Honay berfungsi ganda yakni sebagai tempat berteduh bagi wisatawan terutama pada musim hujan, sekaligus sebagai tempat penjualan oleh-oleh khas Merauke dan souvenir. Bangunannya berupa kios yang dibangun disisi kiri dan kanan jalan poros utama menuju ke gerbang perbatasan. Bangunan kios dirancang sedemikian rupa sehingga setiap unit bangunan bisa menampung oleh-oleh khas Merauke dan souvenirnya. Perluasan dan peningkatan kapasitas pasar lokal yang menampung dan menjual produkproduk pertanian pola pekarangan dan kumbili serta mampu melayani kebutuhan wisatawan 132
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
domestik dan asing (terutama PNG) selama hari pasar wisata 1-2 hari/minggu. Pasar lokal sangat berarti sebagai penyerap hasil-hasil pertanian dari masyarakat setempat baik yang diusahakan dengan sistem pola pekarangan ataupun lokasi lainnya, bahkan hasil-hasil hutan di sekitar lokasi ekowisata. Konsekuensinya, diperlukan tindakan ”grading” untuk memilah kualitas hasil pertanian atau hutan yang sesuai untuk level pasar lokal dan pasar ekowisata. Hal lainnya adalah diperlukannya perluasan dan peningkatan kapasitas pasar lokal agar mampu melayani kebutuhan wisatawan di saat hari pasar wisata dengan periode waktu 1-2 hari/minggu, selain menampung produk-produk pertanian pada hari selain hari pasar wisata tersebut. Hari pasar ditentukan 1-2 kali/minggu misalnya hari Sabtu dan Minggu dimana wisatawan biasanya punya waktu luang untuk berekreasi untuk mengisi waktu luang bersama keluarga. Terdapat beberapa bentuk Culture Tourism yang bisa dikembangkan di Sota, yaitu: a. Traditional Cross Border Market / Pasar Tradisional Lintas Batas. Pasar tradisional merupakan tempat dimana penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan aktifitas jual beli. Pada pasar perbatasan, penjual dan pembeli merupakan warga dari dua negara yang berbeda. Kondisi alam yang cukup sulit dan pembangunan yang belum maju membuat perdagangan berada dalam situasi yang masih tradisional. Artinya penjual dan pembeli saling bertemu untuk berjual beli. Dalam “Special Traditional and Customary Border Crossings between The Government of the Republic Indonesia and the Government of Papua New Guinea” 15 November 1993, perdagangan perbatasan tradisional adalah: (a) Perdagangan perbatasan tradisonal adalah perdagangan yang dilaksanakan antar penduduk perbatasan dalam daerah perbatasan sejak dahulu kala; dan (b) Perdagangan kebiasaan yang telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini untuk memenuhi kebutuhan penduduk perbatasan. Pasar tradisional di kawasan perbatasan Sota merupakan pasar yang cukup unik yang biasanya terselenggara pada akhir pekan. Warga Papua Nugini yang biasanya bertempat tinggal di seda perbatasan Weam dan Morehead berdatangan ke perbatasan Sota untuk menjual hasil bumi dan kerajinan mereka. Meski demikian, kedatangan mereka di Sota tidak semata-mata untuk melakukan aktifitas ekonomi tetapi juga sosial, karena kekerabatan mereka cukup dekat. Hasil bumi yang biasanya mereka jual berupa madu dan daging kasuari atau kanguru. Sedangkan kerajinan tangan yang biasanya mereka bawa untuk dijual di Sota adalah alat perkebunan seperti parang dan cangkul. Pelestarian Budaya Bertanam Kumbili Dalam laporan Bappeda tentang Grand Desain Eko Wisata Sota (tahun 2012), telah diuraikan Pelestarian budaya bertanam kumbili dan rumah penyimpan hasil panen kumbili yang merupakan komoditas khas kawasan perbatasan Sota. Tanaman kumbili (sejenis umbi) merupakan budaya khas masyarakat Sota sehingga dapat sistem budidaya kumbili dapat dikategorikan sebagai salah satu kearifan lokal yang harus dilestarikan (Gambar 6). Secara tradisional, petani menanam kumbili dengan cara menggali lubang tanam sekitar 20-30 cm dengan jarak tanam yang tidak teratur. Diameter lubang sekitar 0,5 meter dimana tanah bagian atas yang subur dikumpulkan di sebelah lubang tanam. Pada setiap 1 lubang ditanam 2-3 benih (umbi) kumbili yang sudah tumbuh selama penyimpanannya di rumah simpan, kemudian lubang ditutup dengan tanah yang subur (lapisan tanah bagian atas yang dikumpulkan di sekitar lubang tanam). Setelah benih tumbuh dimana batangnya merayap maka dipasang ajir untuk menjalarkan batang kumbili. Petani tidak pernah memberikan pupuk buatan (N, P, K) atau menyemprot dengan pestisida terhadap kumbili ini. Secara tradisional, petani membuat rumah penyimpanan hasil panen kumbili dari bahanbahan yang sederhana yang diperoleh dari alam sekitarnya. Ukuran rumah kumbili ini sekitar 4 x 6 meter, dindingnya terbuat dari batang kayu, ditancapkan seperti pagar dengan tinggi Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
133
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
sekitar 1 meter. Atapnya terbuat dari kulit kayu Eucalyptus atau daun pandan yang dianyam sedemikian rupa sehingga tidak tembus air hujan. Umbi kumbili yang sudah dipanen disimpan pada rumah ini, sekitar 1-2 bulan sudah tumbuh, kemudain ditanam lagi di lapangan. Waktu simpan benih maksimal 3 bulan dan sesudahnya bisa dikonsumsi. Yang perlu diinovasikan dalam budidaya kumbili ini adalah cara budidayanya antara lain: lubang tanam dibuat lebih dalam, diameter lebih lebar, pupuk kompos/organik yang lebih banyak agar tanaman tumbuh lebih subur. Bahan kompos dari hasil sisa tanaman atau mengumpulkannya dari serasah tanaman disekeliling kebun ataupun membuat kompos dengan dekomposer yang efektif dalam merombak serasah sehingga kompos lebih berkualitas. Jarak tanam juga diusahakan teratur sehingga populasinya lebih tinggi untuk memperoleh hasil yang lebih banyak. b. Optimalisasi dan peningkatan kegiatan budaya masyarakat asli Kekayaan budaya masyarakat yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari menyangkut cara bercocok tanam, tari-tarian, peringatan hari-hari bersejarah, dan lain-lain adalah salah satu materi yang sangat potensi sebagai promosi obyek wisata alam seperti di Sota ini. Kasus terkenalnya Bali sebagai pulau Dewata, sangat didorong oleh pertunjukkan kesenian tari, cara bercocok tanam (sistem Subak), yang dikemas dengan rapi dan menarik. Penggalian dan penggalakan kesenian daerah, sistem bercocok tanam daerah, dan lain-lain yang dipertunjukkan secara reguler di gedung serbaguna atau tempat lainnya bisa mendorong promosi wisata alam Sota (Laporan Bappeda, 2012) Kepala Dinas Pariwisata Merauke telah menjelaskan arah pengembangan wisata di Merauke (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2014 di Merauke). Pemerintah daerah Merauke telah membagi 3 wilayah pengembangan wisata yang didasarkan pada sebaran penduduk asli, yaitu: 1) Wilayah daerah pesisir 2) Wilayah perbatasan 3) Wilayah pulau/rawa Sebagai contoh, di wilayah pulau akan diadakan festival Dambu di Pulau Kimam, sebagai tempat tinggal suku asli Marind. Festival ini menggambarkan tentang keunggulan pertanian dengan menggunakan kearifan lokal dan teknologi sederhana dengan hasil panen yang super atau baik. Contoh teknologi sederhana adalah dalam waktu penanaman dengan melihat waktu yang tepat melalui posisi matahari dan dengan media tradisional. Dalam festival ini bagi lakilaki, menunjukan hasil karya pertanian seperti ubi dan ubi jalar. Sedangkan untuk perempuan menunjukan hasil kerajinan yang terbuat dari bahan rumput rawa yang memiliki kualitas ekspor. Festival ini merupakan bagian dalam rangka memperkuat ketahanan budaya Marind. Contoh budaya khas lainnya yang ada di wilayah perbatasan adalah tarian Etor yaitu tarian yang menggunakan mulut dan tepuk tangan. Festival di Sota sendiri, sudah ada beberapa pesta budaya masyarakat kanum dan Yenan, yang masih bersifat tradisional. Sedangkan untuk wilayah perbatasan akan diadakan “Festival Daerah Perbatasan Sota (RI-PNG)”. Festival ini sudah didaftarkan kepada kementerian pariwisata, dan ekonomi kreatif. Saat ini akan dilakukan pembahasan tokoh adat, intelektual untuk mengamankan kegiatan festival perbatasan, yang direncanakan akan diadakan bersamaan dengan waktu panen ubi jalar. Pilar Pendukung Model Pengembangan Sota Menurut Crozier pariwisata yang memakai alam sebagai modal utama biasanya salah satunya dicirikan dengan banyaknya lahan persawahan, hutan, gunung atau padang. Sementara penduduk yang tinggal di wilayah tersebut menggantungkan hidupnya dari persawahan atau hutan sebagai sumber konsumsi atau aktifitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari lainnya (Crozier, 2011). Turisme yang menawarkan alam sebagai tujuan utama pariwisata biasanya 134
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
juga menawarkan budaya masyarakat yang tinggal pada wilayah tersebut serta nilai- nilai dan kepercayaan yang mereka anut sebagai bagian dari tujuan pariwisata yang disebut juga dengan cultural tourism atau wisata budaya. Namun demikian, kondisi alam dan penduduk kadangkala tidak selalu sejalan dengan pengembangan industri pariwisata yang sedang dibangun. Minimnya pengetahuan, terbatasnya pendidikan dan ketrampilan dalam industry pariwisata menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan industry pariwisata ini. Kadangkala pula, ada sekolompok masyarakat tidak selalu memberi dukungan terhadap pembangunan industri pariwisata di wilayahnya. Dalam sebuah pembangunan kawasan menjadi sebuah kawasan industry pariwisata tentu ada kelompok yang mendukung ada pula yang menentang. Mereka yang mendukung ada yang menyebutnya sebagai kelompok “haters” (Jiaying Zhang, Robert J. Inbakaran dan Mervyn S. Jackson. 2006 ). Biasanya mereka tidak bersedia menunjukkan perilaku yang ramah kepada para pendatang atau wisatawan. Hal-hal semacam ini tidak akan memapu menjadi faktor yang dapat mendukung keberlanjutan dari pembangunan industry pariwisata dengan cukup baik. Perilaku yang tidak bersahabat pada pengembangan industry pariwisata terutama bagi pengembangan kawasan ecotourism dan cultural tourism selain menghambat pengembangan industry tersebut, hal tersebut juga dapat menghambat pembangunan kawasan itu sendiri. Potensi konflik bahkan mungkin terjadi jika masyarakat tidak memberikan respon positif terhadap pengembangan industry pariwisata ini. Seperti yang ditengarai oleh Tajudin bahwa sumber konflik diakibatkan karena adanya perbedaaan persepsi, perbedaan pengetahuanm perbedaaan tata nilai, perbedaan kepentingan dan perbedaaan kepemilikan (Palma, Tanpa Tahun). Program pemberdayaan sudah mulai dilakukan oleh Taman Nasional Wasur dan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat. Peran penting pemberdayaan ini, telah dipertegas oleh seluruh pejabat terkait yang diwawancarai dimana program pendampingan menjadi program pembangunan penting di papua. Beberapa pejabat tersebut adalah Kepala Distrik Sota, Kepala Bidang Pembangunan Ekonomi Bappeda Merauke, Kepala Balai Taman Nasional Wasur dan Kepala Dinas Pariwisata Merauke. Pemberdayaan masyarakat melalui program pendampingan selain bisa dilakukan oleh LSM atau lembaga pemerintah seperti diuraikan di atas. Pemberdayaan juga bisa dilakukan oleh perguruan tinggi, yang salah satu dharmanya adalah pengabdian kepada masyarakat. Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi dalam program pemberdayaan maka diperlukan kemitraan dari berbagai stakeholders. Oleh karenanya pemberdayaan atau pendampingan bisa dilakukan dengan dua bentuk kemitraan yaitu: 1) Kemitraan antara pemerintah daerah, Tokoh adat atau tokoh agama serta Lembaga Swadaya Masyarakat. 2) Bentuk kemitraan kedua adalah kemitraan antara pemerintah daerah, tokoh adat atau tokoh agama serta Lembaga Swadaya Masyarakat. Kedudukan dan peran stakeholders tersebut dalam pemberdayaan masyarakat sangat penting. Hal ini disebabkan keempat stakeholders tersebut memiliki kemampuan dan kredibilitas. Pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam program pembangunan baik fisik maupun non fisik (pemberdayaan). Tokoh adat dalam sistem kemasyarakatan di Papua masih sangat menentukan kebijakan yang akan diambil oleh suku atau kelompoknya. Suaranya sangat didengar dan menentukan arah suku dan kelompoknya. Pendekatan melalui tokoh adat atau agama, akan sangat membantu program pemberdayaan atau pendampingan masyarakat asli. LSM merupakan organisasi non profit yang memiliki jiwa sosialnya yang tinggi dan memiliki tugas utamanya adalah melakukan edukasi langsung ke masyarakat dan advokasi kepada pemerintah apabila dirasa kebijakan yang dibuat merugikan masyarakat. Sedangkan perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang memiliki kemampuan teoritik dan keharusan Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
135
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
melaksanakan program pemberdayaan sebagai bentuk dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat (selain dharma pendidikan dan penelitian). Promosi yang terintegratif Promosi merujuk pada aktifitas komunikasi dari pemasaran. Secara umum, kegiatan yang dilakukan promosi bertujuan untuk menghilangkan gap yang dihasilkan dari persepsi yang didapat oleh calon wisawatan dan informasi yang disediakan oleh penyedia layanan wisata (Bassey Benjamin Esu, 2010). Sedangkan mengacu pada Sambhanthan, promosi adalah proses untuk memulai, membesarkan dan menjaga komunikasi interaktif dengan pasar dan mengelola hubungan dengan konsumen dalam waktu yang lama bahkan hingga waktu konsumen sedang memepergunakan produk dan pasca mempergunakan produk (Sambhanthan, Tanpa Tahun). Strategi promosi dikontrol melalui metode komunikasi yang integrativ serta materi yang didesign untuk dapat mempresentasikan produk yang hendak ditawarkan kepada consumer serta menjaga agar produk wisata selalu mendapat tempat pada pasar pariwisata. Promosi pariwisata harus dapat memenuhi keinginan atau tujuan wisata dari calon wisatawan dengan memberikan layanan yang baik berupa pengalaman wisata yang mereka harapkan. Oleh karenanya, survey terhadap opini wisatawan dan trend pasar pariwisata menjadi hal penting dalam promosi wisata. Esu dalam risetnya menilai bahwa mengidentifikasikan dorongan berwisata berkaitan erat dengan pembentukan pilihan-pilihan promosi wisata (Bassey Benjamin Esu, 2010). Esu meyakini bahwa setiap kontak yang dibuat dengan konsumen akan memberikan masukan atau kontribusi penting pada pengelolaan pariwisata. Sejalan dengan hal tersebut, Sambhanthan berpendapat komunikasi yang terus menerus perlu dibangun untuk memupuk kepercayaan konsumen terhadap produk (Sambhanthan, Tanpa Tahun). Mengetahui potensi dan profil wisatawan yang memiliki ketertarikan pada wisata lingkungan dan budaya akan sangat membantu dalam menentukan pilihan promosi wisata. Promosi wisata dibuat untuk tujuan: Membangun kesadaran dan ketertarikan terhadap tempat tujuan wisata dan atraksi serta produk yang dihasilkan dari tempat tujuan wisata tersebut, menunjukkan keunikan atau kelebihan dari tempat tujuan wisata yang lain, mengomunikasikan dengan baik keuntungan yang didapat oleh wisatawan baik keuntungan secara fisik maupun psikis apabila berkunjung ke tempat tujuan wisata tersebut, membangun dan menjaga image dan reputasi tempat tujuan wisata, mempengaruhi wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata dan tinggal lebih lama, promosi dapat membangun menata jadwal kedatangan wisatawan pada masa masa tertentu seperti masa-masa liburan (Bassey Benjamin Esu, 2010). Guna dapat memenuhi tujuan-tujuan tersebut ada beberapa alat yang dapat dipakai sebagai alat promosi. Alat-alat yang dapat dipergunakan untuk melakukan promosi pariwisata tersebut antara lain: pertama, advertising, dengan memperhatikan beberapa hal yaitu strategi yang kreatif dalam menyusun advertising, bagaimana pesan disampaikan dan bagaimana pesan tersebut didengar oleh konsumen. Merujuk pendapat Vagionis, film tourism atau yang juga dikenal sebagai film induced tourism adalah turisme yang tumbuh karena adanya film yang mepergunakan latar belakang sebuah kawasan dalam pembuatannya. Dengan begitu, kawasan tersebut menjadi sangat dekat dengan masyarakat yang menyaksikannya bahkan terinpirasi oleh kawasan yang dipakai tersebut (Vagionis, 2011). Kedua, Public Relation juga merupakan fungsi komunikasi yang dapat dipergunakan sebagai alat promosi pariwisata. Public relation merujuk pada upaya yang dibangun untuk menjaga saling kesepahaman antara sebuah institusi dan penggunanya. Di dalam misinya tersebut, public relation memiliki sebuah fungsi dimana ia harus melakukan evaluasi terhadai perilaku konsumen dan mengevaluasi kebijakan institusi agar sejalan dengan kepentingan, kebutuhan dan ketertarikan konsumen. Ketiga, Sales Promotion yaitu kegiatan pemasaran yang menyediakan nilai tambah atau insentif kepada tenaga pemasar, atau distributor atau konsumen sendiri . keempat, Personal Selling merupakan komunikasi dari 136
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
satu orang ke orang yang lain secara langsung. Namun demikian, pada era sosial media dewasa ini sesungguhnya personal selling telah semakin dimudahkan oleh teknlogi dan sediaan layanan sosial media lewat internet. Ada banyak website yang dapat melayani komunikasi interktif secara langsung antara penyedia jasa dengan konsumen yang membutuhkan informasi lebih lengkap mengenai tempat-tempat wisata yang ingin ditujunya. Merujuk prof. Dr. Mustafa Boz, social media marketing adalah proses promosi bisnis melalui jalur media sosial yang mampu menarik perhatian konsumen secara cepat dan dalam jumlah yang besar karena tingginya traffic yang terjadi melalui media internet. (Prof. Dr. Mustafa Boz, Tanpa Tahun). Berkembangnya media sosial memberi perubahan cukup besar dalam kehidupan manusia termasuk dalam mengakses informasi pariwisata. Pada risetnya Boz menemukan ada kenaikan yang cukup siginifikan pada pariwisata di Queensland ketika di unggah melalui internet, apakah itu dengan membuat website khusus yang menyediakan layanan informasi mengenai tempat wisata dan informasi hotel serta transportasinya tetapi juga ketika kawasan wisata di unggah ke dalam you tube. Saat ini, keindahan Taman Nasional Wasur telah dapat di telusur melalui google dari berbagai website. Melalui http://www.travelesia.com dan juga laman facebook “Taman Nasional Wasur Merauke”. Tanya jawab mengenai Wasur dapat dilakukan. Informasi mengenai Taman Perbatsan Sota dan Weam pun telah dapat ditemukan melalui internet yang diunggah oleh mereka yang pernah mengunjungi kawasan tersebut melalui blog-blogg yang mereka miliki. Akan sangat baik jika pemerintah daerah secara khusus bersama-sama dengan Dinas Pariwisata mengelola website mengenai pariwisata di Merauke dengan lebih intensif. Selalu mengunggah informasi mengenai pariwisata Merauke melalui televises dan website khusus pariwisata akan cukup membantu mengenalkan kawasan ini kepada masyarakat luas. Dalam mengamati peran promosi dalam pengembangan wisata di Sota khususnya dan umumnya di Merauke, kepala Dinas Pariwisata Merauke melihat adanya kelemahan promosi wisata di Merauke. Lebih lanjut disebutkan bahwa hal ini disebabkan oleh belum adanya badan promosi wisata daerah yang mandiri dan otonom. Promosi hanya dilakukan oleh bagian-bagian dari SKPD terkait dan tidak terintegrasi. Idealnya, untuk memajukan wisata Merauke perlu ada badan promosi wisata daerah yang kedudukannya sebagai mitra dalam berkordinasi dengan pemerintah daerah (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2014). Pembangunan Sarana dan Prasarana pendukung Industri pariwisata merupakan industri yang sangat potensial meskipun di negara yang paling miskin sekalipun. Riset Jintranun et. all menunjukkan bahwa industry pariwisata di Thailand tidak saja berhasil memberikan kenaikan income perkapita tetapi juga berhasil menyerap tenaga kerja lebih banyak (Jintranun et. all, 2012). Namun demikian, industry ini memerlukan dukungan sarana dan prasaran yang baik, antara lain infrastruktur jalan sebagai penghubung antara kawasan, sarana transportasi atau angkutan yang dapat membawa wisatawan berkunjung ke kawasan wisata serta fasilitas penginapan. a. Infrastruktur jalan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) telah menyelesaikan jalan Trans Papua sepanjang 426 km yang menghubungkan Kabpaten Merauke dan Kabupaten Boven Digoel pada tahun 2013. Dengan demikian, jarak tempuh yang tadinya bisa membuyuhkan waktu hingga dua minggu karena beratnya medan,saat ini dapat ditempuh hanya dalam waktu10-8 jam saja. Khusus pembangunan proyek di jalan lintas Merauke – Boven Digoel menyerap anggaran APBN untuk penanganan dan jembatan di Merauke senilai Rp 414 milyar, dan anggaran APBN-P sebesar Rp 104,3 milyar. Sedangkan untuk wilayah Boven Digoel telah disediakan anggaran APBN sebesar Rp 125,5 Milyar dan APBN-P sebesar Rp. 179,9 Milyar. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
137
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
UP4B juga memprakarsai terhubungnya jalan dari Kabupaten Boven Digoel menuju Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang sepanjang 206 kilometer. Direncanakan tahun 2014 dua kabupaten ini sudah akan terbuka dengan pembangunan beraspal. Sampai saat ini, telah dilakukan pekerjaan pembangunan jalan Boven Digoel – Mindiptana, Mindiptana – Waropko, Waropku – Iwur, dan Iwur – Oksibel. Terbukanya kawasan ini semakin meningkatkan mobilitas penduduk dari merauke ke Boven Digoel. b. Transportasi dan Penginapan Transportasi di Kota Merauke sudah cukup baik dengan tersedianya beberapa sarana angkutan dalam kota Merauke dan angkutan yang menghubungkan beberapa daerah di Merauke. Adapula taxi dan mobil sewa harian/carter yang dapat mengantarkan ke berbagai tujuan. Untuk menuju Sota dari Kota Merauke, selain dengan taxi atau mobil carter ada pula bis beroda 6 yang menghubungkan Kota Merauke, Sota, Semangga dan Jagebob. Sementara itu untuk menuju daerah yang lebih jauh di luar Merauke seperti Boven Digoel dan daerah lain yang kondisi jalannya masih sulit ditembus olehh kendaraan biasa, maka sudah tersedia mobil offroad (seperti Hardtop, Hiline, Double Cabin) yang dapat disewa (Website Resmi Pemerintah Daerah Kota Merauke, http://www.merauke.go.id/portal/news/view/62/bandarudara.html). Namun, dengan terbangunnya jalan yang lebih baik dari Merauke ke Boven Digoel mengkhawatirkan penyedia jasa mobil off road ini karena jalan yang ada telah memungkinkan kendaraan non off road mampu melintasi jalan. Di wilayah dekat dengan perbatasan Sota (dekat dengan pasar) juga merupakan wilayah transit bagi warga dan para pedagangan yang akan pergi ke Distrik Muting atau Ulilin atau bahkan hendak ke Kabupaten Boven Digoel serta pegunungan Bintang. Jalan nasional yang ditargetkan selesai tahun 2013 sangat membantu warga untuk mengakses wilayah yang sulit dijangkau dan terpencil serta sangat tergantung oleh cuaca. Sebelum ada jalan yang dibangun, Merauke – Boven Digoel hanya bisa dijangkau dengan kuda yang membutuhkan waktu satu minggu. Saat ini untuk mencapai Boven Digoel, warga harus mengendarai mobil beroda besar dengan tarif sekitar Rp.700.000,- per orang atau 8 sampai 10 juta untuk menyewa satu buah modil beroda besar. Perjalanan akan membutuhkan waktu tempuh sekitar 8 jam tergantung cuaca. Dan biasanya dari dan ke Boven Digoel mereka selalu transit di Sota yang menyediakan warung makan, pasar dan juga pompa bensin. Sebagai wilayah transit ini, Sota memiliki potensi sebagai simpul aglomerasi ekonomi jika diduking dengan infrastruktur yang baik. Akan sangat jauh lebih baik jika pemerintah daerah menyediakan transportasi yang lebih baik dan secara regular melayani penduduk yang hendak pergi menuju dan dari Sota ke daerah-daerah lain terutama ke Kota Merauke. Dengan adanya transportasi yang lebih baik dan dalam waktu yang lebih sering, maka kegiatan ekonomi akan menjadi lebih mudah dilakukan. Tingkat kunjungan ke Sotapun juga lebih dapat ditingkatkan. Beberapa wisatawan yang datang berkunjung ke Sota lebih banyak mempergunakan kendaraan pribadi atau kendaraan carter yang mereka dapatkan di Kota Merauke. Sementara itu transportasi menuju Merauke sendiri disediakan oleh beberapa maskapai penerbangan seperti Merpati Airlines, Batavia Air. Lion Air, Express Air dan MAF. Untuk penyedia layanan penginapan, Kota Merauke telah menyediakan beberapa hotel yang telah cukup representative, yaitu: Swiss Bell Hotel, Hotel Nirmala, Hotel Megaria, Hotel Itese, Hotel Flora, Hotel Asma,t Hotel Akat, Hotel Izakod, Hotel Marind, Hotel Nakoro, Hotel Rose Permai, Hotel Royal, Hotel Solair Indah. Sementara di Taman nasional Wasur hanya terdapat 3 penginapan yang dikelola sendiri oleh masyrakat sekitar taman nasional. Sehingga, bagi mereka yang ingin berkunjung di Sota dari Merauke biasanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dengan kendaraan mobil. Baik peyedia layanan trnasportasi udara dan hotel di Merauke merupakan partner yang cukup baik bagi pemerintah Kota Merauke untuk meningkatkan jumlah 138
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
kunjungan ke Merauke dengan menawarkan potongan harga yang menarik bagi konsumen. Kebijakan Pemerintah dalam Mendukung Wisata Perbatasan. Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya (masalah dalam pengembangan wisata perbatasan Sota) Salah satu masalah dalam pariwisata serta pengelolaan wilayah perbatasan adalah karena faktor kebijakan yang belum terintegrasi dan lebih bersifat sektoral. Hal ini telah dikemukakan oleh Kepada BPPD Merauke, Kepala Dinas Pariwisata Mareauke, Kepala Bidang Pembangunan Ekonomi Bappeda Merauke serta Kepala Distrik Sota Merauke. Oleh karenanya sebuah wilayah atau kabupaten atau propinsi yang akan mengembangkan wilayahnya, khususnya untuk pengembangan wisata perbatasan (karena berbeda karakteristiknya dengan wilayah non perbatasan negara) harus memiliki kejelasan dalam hal: Kebijakan pengembangan wisata perbatasan harus terumuskan dengan jelas dan terukur dalam hal arah dan tujuannya. Kaitannya dengan kebijakan wisata di kabupaten Merauke, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala dinas pariwisata, dikatakan bahwa Merauke belum memiliki Rencana Induk Pengembangan Pariwisata dan Peraturan daerah tentang pariwisata. Berdasarkan uraian di atas, dimana border tourism terdiri dari eco tourism dan cultur tourism, maka model pengembangan wisata perbatasan Sota adalah “Model Pengembangan Wisata Perbatasan yang Berbasis pada Penguatan atau peningkatan Kualitas Karakteristik Kondisi Alam dan Masyarakat Lokal”. Dalam memvisualisasikan uraian di atas, dibawah ini terdapat gambar model tersebut. Selain kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pengembangan wisata perbatasan, namun juga perlu ada penguatan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Papua Nugini dalam mempercepat pembukaan jalan dari Papua Nugini menuju perbatasan Sota. Timothy (dalam Crozier, 2011) menyatakan bahwa salah satu kunci dari suksesnya sebuah industri border tourism adalah kerjasama yang dibangun anatra kedua belah pihak/negara yang berseberangan. Timothy mengklasifikasikan 5 tahapan kerjasama dalam tourisme berdasar atas pembentukan kerjasama yang dibuat: alienation, coexistence, cooperation, collaboration, integration. Alienation terjadi dimana kerjasama minim sekali terjadi antara dua negara. Wilayah border rawan dengan konflik dan separtisme, oleh karenanya perlu kerjasama anatara kedua negara untuk menanggulangi persoalan yang ada pada wilayah perbatasan. Coexistence menunjukkan kondisi yang minimal pada level kerjasama wilayah tetangga. Kerjasama yang dibentuk cenderung untuk mentolerir persoalan-persoalan perbatasan yang muncul perbatasan. Cooperation adalah situasi dimana ada upaya yang saling membantu untuk menyelesaikan maslah berama. Sementara itu, Collaboration merujuk pada kondisi dimana ada hubungan yang stabil dan upaya bersama dalam menangani persoalan yang terjadi pada perbatasan negara. Sedangkan Integration menggambarkan sebuah keadanaan dimana batasan tidak lagi benarbenar ada di antara negara. Kedua negara bekerja sama mengelola perbatasan negara dengan merendahkan level kedaulatannya masing-masing. Pada pengelolaan perbatasan Indonesia dan PNG telah disepakati bersama mengenai pelintas batas dan perdagangan tradisional melalui Special Arrangements For Traditional and Customary Border Crossings between The Government of the Republic of Indonesia and The Governement of Papua New Guinea 1993. Hal ini dilakukan karena baik Indonesia dan PNG mengakui dan mengijinkan pergerakan melintasi perbatasan antar negara yang dilakukan oleh penduduk tradisional. Karena kelahiran atau perkawinan masyarakat ini secara tradisional melakukan kegiatan melintasi perbatasan. Kegiatan tradisional yang dimaksud meliputi hubungan sosial dan upacara-upacara termasuk perkawinan, berkebun, berburu, pengumpulan dan penggunaan tanah, penangkapan ikan dan penggunaan perairan, perdagangan perbatasan’ olahraga, serta kegiatan kebudayaan (Staf Ahli Menteri Negara PPKTI dan Kawasan Tertinggal, Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
139
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
2003. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Perbatasan Kontinental. Buku 2). Mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan yang tidak saja memiliki kedekatan kekerabatan, tetapi juga memiliki kedekatan ekonomi maka pada perbatasan ini diberlakukan pas lintas batas yang dapat diminta pada kepala desa saja. Kebijakan ini cukup banyak membantu penduduk di perbatasan terutama penduduk di desa Weanm dan Morehead di Papua Nugini yang masih sangat tergantung dengan barang-barang kebutuhan pokok dari Indonesia. Maka, melalui kesepakatan tersebut keduanya memberikan kelonggaran kepada penduduk pada distrik yang dimaksud untuk menyelenggarakan perdagangan tradisional. Perdagangan Perbatasan Tradisional dan kebiasaan adalah: (a) Perdagangan perbatasan tradisonal adalah perdagangan yang dilaksanakan antar penduduk perbatsan dalam daerah perbatasan sejak dahulu kala; dan (b) Perdagangan kebiasaan yang telah berkembang dalam ebebrapa tahun terakhir ini untuk memenuhi kebutuhan penduduk perbatasan (Special Arrangements For Traditional and Customary Border Crossings between The Government of the Republic of Indonesia and The Governement of Papua New Guinea 1993). Terkait dengan semakin berkembangnya taman perbatasan yang dikembangkan oleh penjaga perbatasan maka kawasan perbatasan menjadi kawasan yang semakin ramai oleh pengunjung yang tidak saja ingin melihat Taman Nasional Wasur tetapi juga keunikan perdagangan tradisional yang terjadi di seputar taman perbatasan. Perlu kiranya ditingkatkan kerjasama dengan pemerintah Papua Nugini dalam hal infrastruktur jalan agar pelintas batas tradisioal dari Papua Nugini mendapatkan kemudahan untuk dapat tiba di wilayah Indonesia. Peningkatan pelintas batas tradisional akan mendorong kegiatan ekonomi semakin tinggi jumlahnya sekaligus meningkatkan daya tarik perlintasan batas sebagai tempat terjadinya perdagangan tradisional natara penduduk Sota, Indonesia dan Weam Papua Nugini. Tingginya kegiatan ekonomi akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pihak Indonesia sendiri telah mendesak pemerintah Papua Nugini untuk membangun jalan tersebut pada rapat Border Leasing Meeting (BLM) di Medan, Sumetera Utara. Wakil Bupati Merauke, Sunarjo mengatakan, pemerintah daerah akan memberikan penekanan pada rapat lanjutan yang akan datang. Indonesia sudah merealisasikan komitmennya untuk membangun jalan di perbatasan. Realisasi itu atas kerjasama Pemerintah Daerah, Provinsi dan Pusat dengan membangun jalan di wilayah Sota.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa pengembangan border tourism di Sota didasarkan pada 2 pilar utama yaitu Eco Tourism dan Culture Tourism yang didukung dengan 4 pilar (pemberdayaan masyarakat, promosi yang integratif, pembangunan sarana prasarana pendukung wisata serta kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pengembangan wisata), maka yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah adanya arah kebijakan dan roadmap pengembangan wisata perbatasan yang bersifat lintas sektoral dan integratif serta mengoptimalkan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat sekitar tentang pentingnya masyarakat dalam pengembangan wisata perbatasan di Sota, karena wisata di Sota berbasis pada masyarakat (aspek sosial dan budaya) dan berbasis pada lingkungan (taman nasional wasur). Wilayah Sota memiliki kharakteristik khusus yang berbatasan dengan papua Nugini namun kondisi batas wilayah negara tetangga (Papua Nugini) belum memiliki infrasturktur utamanya jalan yang baik. Oleh karenanya pemerintah pusat perlu melakukan kerjasama dengan Papua Nugini untuk membuka jalan dari wilayah perbatasan Papua Nugini ke wilayah Sota. 140
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
DAFTAR PUSTAKA -------. “Profil Investasi Kabupaten Merauke Propinsi Papua”.http://www.rummarppub. net76.net/download/BPID_ProfilMerauke.pdf. --------. (2006). “Lokakarya Hasil Identifikasi Tempat Penting Masyarakat Suku Besar Malind Anim dalam Bio-Visi Ecoregion Trans Fly”. Merauke, 19 – 21 Sept 2006. Kerjasama LMA Malind Anim, WWF Indonesia dan PemKab Merauke. --------. (2012). “Aiptu Ma’ruf Suroto: Menggunakan Gaji Pribadi Untuk Merubah Perbatasan RI – PNG”. http://www.setkab.go.id/berita-4886-aiptu-marufsuroto-menggunakan-gaji-pribadi-untuk-merubah-perbatasan-ri-png.html. -------. (2013). “Nasionalisme di Tapal Batas”. http://edukasi.kompas.com/ read/2013/01/08/02223255/Nasionalisme.di.Tapal.Batas. --------. (2014). _____. Tanpa Tahun “Border Tourism”.. www2.adb.org/Documents/ Reports/Consultant/27626…/annex2.pdf. Agung, Y. Agung Widya, S. Hut. (2009). “Pembentukan Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) Kampung Wasur, Taman Nasional Wasur, Merauke”. http://btnwasur.blogspot.com/2009/02/pembentukan-sentrapenyuluhan-kehutanan.html. BNPP. Tanpa Tahun. Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan di Indonesia Tahun 2011-2025. http://potensiperbatasan.info/ download/Rencana%20Induk%20BNPP.pdf. Boz, Mustafa, Prof. Dr.T anpa Tahun. “Successful promotion Strategy in Destination Tourism marketing Through Social Media, Queensland, Australia Case”. http:// www.dukagjinicollege.eu/libri/mustafa_boz_duygu_unal.pdf. Cimamuya, Julius. (2012). “Mitologi Malind Anim”.http://juliuscimamuya70. blogspot.com/. Corbey, Raymod. 2010. Headhunters From the Swamps. The Marind Anim of New Guinea as seen by The Missionaries of the Sacred Heart, 1905-1925. Leiden: KITLV – Press and C. Zwartenkot Art Books. Crozier, Marguerite Nicole. (2011). “Cross-border Tourism Planning and Development: The Case of The Lake !Gariep Initiative”. A Thesis on Development Studies at the Nelson Mandela Metropolitan Univeristy. Cuevas-Contreras, Tomás J. dan Isabel Zizaldra –Hernández. Tanpa Tahun. CrossBorder Tourism Networks,Ciudad Juares, Chihuahua, Mexico and El Paso, Texas, United States. http://www.esade.edu/cedit/pdfs/papers/pdf4.pdf.. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
141
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
Cultural Ministers Council’s Statistics Working Group. “Cultural Tourism Statistic”. http://culturaldata.gov.au/publications/statistics_working_group/cultural_ tourism/cultural_tourism_statistics. Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Eghenter, Cristina, M. Hermayani Putera, Israr Ardiansyah ed. (2012). Masyarakat dan Konservasi 50 Kisah yang Menginspirasi dari WWF untuk Indonesia. WWF Indonesia. ISBN : 978-979-1461-30-6. Endresen, Kris. 1999. “Sustainable Tourism and Cultural Heritage A Review of Development Assistance and Its Potential to Promote Sustainability”. www. nwhf.no/files/File/culture_fulltext.pdf. Esu, Bassey Benjamin, (2010) “Promoting an Emerging Tourism Destination”. Global Journal of Management and Business Research. Vol. 10 Issue 1 (Ver 1.0), Januari 2010. Fontana, Andrea dan James H. Frey. (2009). “Wawancara Seni Ilmu Pengetahuan”. Dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Galudra, Gamma. (2003). “Conservation Policies vs Reality: Case Study of Falura, Fauna and Land Utilization by local Communities in Gunung Halimun-Salak National Park”. ICRAF Southeast Asia Working Paper. No.2003_4. Gupta,Deepak Raj dan Zubair Ahmad Dada. (2011). “Rehabilitating Borderland Destinations: A Strategic Framework Towards Cross-Border Tourism Collaboration”. The Journal of Tourism and Peace Research, 2(1), 2011 . Jafar, Mohamad. (2011). Refleksi Fungsi DJBC sebagai Community Protector. http:// pabeankita.blogspot.com/2011/12/fungsi-customs.htm. Jintranun, Jintanee, Songsak Sriboonchitta, Peter Calkins and Chukiat Chaiboonsri. 2012. “Border Tourism Demand from GMS Countries to Thailand: X12ARIMA and RAMO/SEAT Model”. British Journal of Economics, Management & Trade 2(2): 125-166, 2012. K. Nas. (2014). “Akibat Program MIFEE, Orang Marind Kehilangan Sumber Pangan”. http://tabloidjubi.com/2014/02/10/akibat-program-mifee-orangmarind-kehilangan-sumber-pangan/. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, (2011). Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi, www.depkeu.go.id/.../MP3EI_revisicomplete_(20mei11).pd. 142
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Asep S – Iva R – Fauzan
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Kementrian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Balai Taman Nasional Wasur. 2010. “Statistik Balai Taman Nasional Wasur Merauke Papua 2009”. http://www.dephut.go.id/uploads/files/Stat_BTNW_Merauke_09.pdf . Kosmaryandi, Nandi, Sambas Basuni,Lilik Budi Prasetyo dan Soeryo Adiwibowo. 20120. “Gagasan Baru Zonasi Taman Nasional: Sintesis Kepentingan Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Kehidupan Masyarakat Adat”. JMHT Vol. XVIII (2) 2012. ISSN: 2087-0469. Loket Pelayanan Informasi Peta, Kementrian pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2012. http://loketpeta.pu.go.id/peta/peta-infrastruktur-kabupatenmerauke-2012/. Lóránt, David, Toth Géza Bujdoso Zoltán, Remenyik Bulcsú. 2009. “ The Role ofTtourism in the Development of Border Regions in Hungary”, http://www. revecon.ro/articles/2011-2/2011-2-6.pdf. Palma, Aguslavia SM., Amran Achmad dan Muhammad Dassir. “Model Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Wasur”. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanudin, Makasar. Paranginangin, B. (1994). Usulan Rencana Pengelolaan dan Pola Pengembangan Zona Penyangga Taman Nasional Wasur. World Wide Fund For Nature. Departemen Kehutanan Merauke. Pemerintah RI Desak PNG Realisasikan Pembangunan Jalan Perbatasan” . http:// www.batasnegeri.com/pemerintah-ri-desak-png-realisasikan-pembangunanjalan-perbatasan/. Prasetyo Erwin Edhi dan Timbuktu Harthana. (2011). “Suku Marind Hidup di Antara Busur dan Pacul”. http://tanahair.kompas.com/read/2011/04/17/15110830/ Suku.Marind.Hidup.di.Antara.Busur.dan.Pacul. Prokkola, Eeva-Kaisa. (2008). “Resources and Barriers in Tourism Development: CrossBorder Cooperation, Regionalization and Destinatio at the Finnish-Swedish Border”. FENNIA 186: 1. ISSN. 0015-0010. Pusaka. (2013). Manis dan Pahitnya Tebu. Suara Masyarakat Adat Malind dari Merauke, Papua. Forest People Programme, Pusaka dan Sawit Watch dengan dukungan dana dari Right s and Resource Initiatives. Rehage, Judith. (2010). Toward A Greater International Competitivess Cross Border Dstination: Internal Strategic Organizational Destination Management Criteria For Future Success. A Case Study of The Heterogeneous Cross Border Destination ‘Lake Constance’. Dissertation on Tourism Destination Management. Breda Univeristy of Applied Science. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
143
MODEL PENGEMBANGAN BORDER, ………
Asep S – Iva R – Fauzan
Richards, Greg. ed. (1996). Cultural Tourism in Europe. Wallingford: CAB International. Sambhanthan, Arumasalam. Tanpa Tahun. “Strategic Advantage in Web Tourism Promotion: An e-Commerce Strategy for Developing Countries”. http://arxiv. org/ftp/arxiv/papers/1302/1302.5195.pdf. Seric, Neven dan Silvija Vitner Markovic. (2011). “Brand Management in the Practice of Cross Border Tourist Destination”. Academima Turistica Year 4 No. 2 December 2011. Staf Ahli Menteri Negara PPKTI dan Kawasan Tertinggal, Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Perbatasan Kontinental. Buku 2. Taczanowska, Karolina.Tanpa Tahun. “The Potentials for Developing Cross-border Tourism between Poland and Slovakia in the Tatra Mountains”. Working papers of the Finnish Forest Research Intitute 2. http://www.metla.fi/julkaisut/ workingpapers/2004/mwp002.htm.. Vagionis, Nikolao dan maria Loumioti (2011). “Movies As A Tool of Modern Tourist Marketing”. Tourismos: An International Multidisciplinary Journal of Tourism. Vol. 6. No. 2. Autumn. 2011. Vodeb, Ksenija. (2010). “Cross-Border Regions ans Potential Tourist Destinations Along the Slovene Croatian Frontier”. Tourism and Hospitality Management, Vol. 16, No. 2, pp. 219-228, 2010. Widjono, Adi. Tanpa Tahun. “Analisis Sosial-Budaya Pengembangan Padi di Merauke”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Yayasan Almamater Merauke dan United Nation Development Programme (UNDP) Merauke. 2005. Final Report Kajian Keberadaan dan Kapasiatas CSO/CBO Serta Perikehidupan Berkelanjutan Massyarakat pada 4 Kabupaten di Wilayah papua Selatan. http://www.undp.or.id/papua/docs/livelihoods%20and%20 csos%20assessments_almamater%20final%20report.pdf. Zhang, Jiaying Robert J. Inbakaran dan Mervyn S. Jackson. (2006). “Understanding Community Attitudes Towards Tourism and Host-Guest interaction in the Urban-Rural Border Region”. Tourism Geographies. Vol. 8. No. 2. 182-204. May 2006.
144
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sri Rahayu Budi H
DAYA SAING PARIWISATA, ………
DAYA SAING PARIWISATA INDONESIA PERIODE 2011-2013 MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Sri Rahayu Budi Hastuti 1 Abstract: Competitiveness of Tourism Indonesia Period 2011-2013 to Asean Economic Community (AEC). This study aims to determine the competitiveness Indonesian tourism and the competitiveness tourism industry views from three aspects (the competitiveness human resources, competitiveness tourism infrastructure and competitiveness safety and security) in the world level and ASEAN level toward ASEAN Economic Community (AEC). In this study for analysis the world level consist 152 countries, while the ASEAN level consist 8 countries. This is a descriptive qualitative research,so that the analysis of this study only describes the data and information from various sources. The results of the study in 2011-2013 toward AEC show that competitiveness Indonesian tourism in the world level increased from ranking 74 in 2011 to 70 in 2013,while at the ASEAN level increased from ranking 5 in 2011 to 4 in 2013. Thus, the competitiveness Indonesian tourism toward AEC although increased but still not good. Competitiveness tourism industry from three aspects in the world level show that the competitiveness human Resources decreased from ranking 51 to 61, the competitiveness tourism infrastructure increased from 116 to 113, competitiveness safety and security decreased from 72 to 85. While in ASEAN level show that competitiveness human resources contstant at ranking 4, the competitiveness tourism infrastructure contstant at ranking 7 and competitiveness safety and security decreased from ranking 4 to 6. Thus the competitiveness tourism industry views from three aspects also not good. Indonesian in order to win in tourism competitiveness must be willing to improve themselves from various aspects. Abstrak: Daya Saing Pariwisata Indonesia Periode 2011-2013 Menuju Asean Economic Community (AEC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing pariwisata Indonesia dan industri pariwisata pandangan saing dari tiga aspek (sumber daya saing manusia, infrastruktur pariwisata daya saing dan daya saing keselamatan dan keamanan) di tingkat dunia dan tingkat ASEAN menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). Dalam penelitian ini untuk analisis tingkat dunia terdiri 152 negara, sedangkan tingkat ASEAN terdiri 8 negara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, sehingga analisis penelitian ini hanya menggambarkan data dan informasi dari berbagai sumber. Hasil penelitian tahun 2011-2013 menuju AEC menunjukkan bahwa daya saing pariwisata Indonesia di tingkat dunia meningkat dari peringkat 74 di 2011-70 pada 2013, sementara di tingkat ASEAN meningkat dari peringkat 5 pada tahun 2011 menjadi 4 di tahun 2013. Dengan demikian, saing pariwisata Indonesia menuju AEC meskipun meningkat tapi masih tidak baik. Industri pariwisata saing dari tiga aspek di tingkat dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya manusia saing menurun dari peringkat 5161, infrastruktur pariwisata saing meningkat 116-113, daya saing keselamatan dan keamanan menurun dari 72 ke 85. Sementara dalam acara tingkat ASEAN bahwa daya saing sumber daya manusia contstant di peringkat 4, contstant infrastruktur pariwisata saing di peringkat 7 dan daya saing keselamatan dan keamanan menurun 1 Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, email:
[email protected]
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
145
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Sri Rahayu Budi H
dari peringkat 4 ke 6. Jadi pandangan industri pariwisata saing dari tiga aspek juga tidak baik. Indonesia untuk memenangkan daya saing pariwisata harus bersedia untuk memperbaiki diri dari berbagai aspek. Kata Kunci: Asean Economic Community (AEC), pariwisata saing, daya saing sumber daya manusia, infrastruktur pariwisata saing, daya saing keselamatan dan keamanan.
PENDAHULUAN
Pelaksanaan kerjasama ekonomi ASEAN antara lain dengan dibentuknya Free Trade Area (FTA) dan Komunitas Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC). FTA adalah suatu kawasan dimana impor yang berasal dari negara anggota tidak dikenai bea masuk dan kuota, namun masing-masing negara masih menetapkan tarif nasional dan kuota bagi negara-negara di luar anggota (Kuncoro, 2010). AEC merupakan tingkatan integrasi yang lebih tinggi dibanding Free Trade Area (FTA) karena tidak hanya hambatan perdagangan antar negara anggota dihilangkan dan diterapkannya kebijakan perdagangan yang seragam terhadap non anggota, namun yang lebih penting faktor produksi diberi keleluasaan untuk bergerak antar negara anggota (Kuncoro, 2009). AEC dibentuk dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN lebih baik serta mampu bersaing dengan negara-negara lain yang perekonomiannya lebih maju. Selain itu dengan AEC juga diharapkan dapat menjadikan posisi ASEAN menjadi lebih strategis dalam perekonomian di kancah Internasional. AEC merupakan ajang bagi tiap negara di Asia Tenggara untuk bersaing dalam pasar bebas dan akan diberlakukan pada tahun 2015. Untuk itu semua negara di wilayah ASEAN sedang sibuk mempersiapkan dan memperkuat tiap sektor ekonominya supaya tidak kalah dan bisa menjadi pasar potensial bagi negara lain. Indonesia juga tidak mau ketinggalan terutama persiapan untuk memajukan industri pariwisata. Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan berada di garis katulistiwa sangat diharapkan pariwisata alamnya menarik bagi para pelaku wisata baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu Indonesia juga memiliki ekowisata yang sangat banyak karena hutan di Indonesia lebih besar dan lebih banyak dibanding negara-negara ASEAN lain bahkan di Asia. Di sisi lain, diberlakukannya AEC juga membawa konsekuensi yang besar terhadap berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia termasuk industri Pariwisata, karena pada era tersebut lalu lintas barang dan jasa termasuk mobilitas tenaga kerja di Negara anggota ASEAN menjadi keniscayaan. Persaingan kesempatan usaha dan berusaha khususnya peningkatan daya saing industri pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi sangat tinggi. Namun demikian juga tidak boleh ketinggalan persiapan memajukan Indonesia dengan memperkuat sektor perdagangan. Indonesia memiliki keunggulan tersendiri di value for money yaitu harga di Indonesia lebih murah dibandingkan negara lain seperti Vietnam yang sangat mahal dan negara-negara lainnya di ASEAN. Menurut Mari Elka Pangestu, ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku efektif di akhir tahun 2015 berpotensi untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan ke Indonesia yang kini masih sekitar 9% per tahun menjadi di atas 10% (Siaran Pers Menparekraf, 18 Maret 2014). Dari uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana daya saing pariwisata Indonesia tahun 2011-2013 di dunia maupun ASEAN mengahadapi AEC? Bagaimanakah daya saing industri pariwisata Indonesia tahun 2011-2013 dilihat dari 3 aspek (daya saing Sumber Daya Manusia, daya saing Infrastuktur Pariwisata serta daya saing
146
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sri Rahayu Budi H
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Keselamatan dan keamanan) di dunia maupun ASEAN mengahadapi AEC? Pariwisata didefinisikan sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya (UNESCO, 2009). Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (UU No 10/2009). Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung (Yoeti, 1985), yaitu : a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. b. Something to do adalah agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, agar wisatawan lebih betah untuk tinggal. c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja. Agar pariwisata Indonesia mampu berkompetisi di kancah internasional pada era leberalisasi perdagangan, maka perlu membenahi beberapa hal antara lain yaitu : melanjutkan pengembangan sistem pendidikan kepariwisataan yang memenuhi standar Internasional, menyesuaikan kebijakan yang di terapkan pada berbagai tingkat pengambil keputusan dengan yang berlaku di tingkat internasional, menerapkan kebijakan yang bersifat proteksionis namun hanya bersifat sementara untuk menghadapi resiko liberalisasi perdagangan jasa pariwisata atau untuk melindungi UKM, Sosialisasi mengenai perkembangan terkini era globalisasi dan berbagai potensi dampak yang dapat muncul (Antariksa, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Rina Trisnawati, Wiyadi dan Edy Priyono (2008) berjudul Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah (Kajian Perbandingan Daya Saing Pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakarta). Dengan menggunakan indikator Competitiveness Monitor (CM) dapat diketahui indeks daya saing pariwisata dan klasifikasi wilayah menjadi daerah hijau, abu-abu atau merah. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah Surakarta diklasifikasikan sebagai wilayah abu-abu. Pemerintah wilayah Surakarta maupun wilayah Yogyakarta harus terus mengembangkan daya saing sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini dapat meningkatkan pendapatan tambahan bagi masyarakat wilayah tersebut . Penelitian yang dilakukan oleh Henry Tsai, dkk (2009) dengan judul Tourism And Hotel Competitiveness Research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya saing pariwisata dan hotel penting agar ke depan dalam membuat kebijakan tentang pariwisata dan perhotelan lebih baik sehingga daya saing bisa meningkat. Penelitian oleh Ana-Maria Nica, Bartłomiej Aleksander Zdaniuk, Puiu Nistoreanu (2013) dengan judul Analysis Of Competitiveness In The Tourism sectors Within Central And Eastern Europe : Case Study Romania menyimpulkan bahwa jumlah tujuan wisata sangat luas dan terus berkembang. Sebuah wilayah dapat menjadi unit komersial yang menarik banyak wisatawan baik nasional maupun internasional melalui kombinasi yang efektif dari sumber daya input (masukan). Daerah wisata harus mampu secara efektif mengelola masukan sedemikian rupa dan output yang dihasilkan berupa kunjungan wisata yang meningkat, nilai tambah meningkat, penyerapan tenaga kerja, kepuasan konsumen dan lain-lain. Penelitian Mihai Croitoru (2011), berjudul Tourism Competitiveness Index An Empirical Analysis Romania vs Bulgaria menyimpulkan bahwa pariwisata dapat menjadi kekuatan penting untuk mendorong pertumbuhan dan kemakmuran , terutama di negara berkembang, juga menjadi elemen kunci dalam mengurangi kemiskinan dan kesenjangan Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
147
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Sri Rahayu Budi H
antar daerah. Meskipun kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi kecil, pengembangan sektor pariwisata perlu didukung agar dapat mempengaruhi daya saing sektor ini. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi wisata alam yang cukup besar, belum mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Naional. Kontribusi PDB Pariwisata terhadap PDB Nasional selama 4 tahun terakhir yaitu tahun 2010-2013 ratarata hanya 3,39%. Melihat kekayaan alam di Indonesia yang sangat melimpah sebagai potensi pengembangan wisata Indonesia, maka kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat. Diperkirakan masih banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan dengan memperbaiki berbagai cara pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata di Indonesia. Untuk itu maka dalam memajukan pariwisata, Indonesia tetap harus terus berusaha memperbaiki cara pengelolaan industri pariwisata dalam berbagai aspek. Untuk lebih jelasnya PDB Pariwisata dan Kontribusinya Terhadap PDB Nasional dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1
PDB Pariwisata dan Kontribusinya Terhadap PDB Nasional Tahun 2010-2013 Uraian Hotel Restoran Hiburan & Rekreasi PDB Pariwisata PDB Nasional
2010 Jumlah (milyar rp)
Kont (%)
2011 Jumlah (milyar rp)
16230.90
0,70
17868.60
52931.10
2,29
9671.60 78833,60 2314458.80
2012 Jumlah (milyar rp)
Kont (%)
0,73
19540.00
0,75
21232.40
0,77
55132.20
2,24
57459.10
2,19
60468.00
2,18
0,42
10461.70
0,42
11265.90
0,43
12237.50
0,44
3,41
83462,50
3,39
88265,00
3,37
93937,90
3,39
2464566.10
Kont (%)
2 618 938.40
2013 Jumlah (milyar rp)
Kont (%)
2 770 345.10
Sumber: BPS,data diolah (dari http://www.bps.go.id/pdb.php). Industri Pariwisata merupakan bagian yang penting dalam perekonomian nasional maupun dunia. Di negara-negara ASEAN industri Pariwisata merupakan salah satu harapan besar sebagai sumber penyumbang terhadap PDB Nasional. Bahkan jika dilihat dari sektor jasa, maka industri pariwisata tetap menjadi primadona yang diupayakan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data total wisatawan yang berkunjung ke negara-negara ASEAN, menunjukkan bahwa dari tahun 2010-2012 jumlah wisatawan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Yang lebih menggembirakan lagi jumlah wisatawan didominasi oleh wisatawan dari luar ASEAN (extra ASEAN). Dari tabel 2, Indonesaia merupakan salah satu negara yang jumlah kunjungan wisatawannya terus mengalami peningkatan dan lebih banyak berasal dari luar ASEAN. Tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia sebanyak 7002,9 ribu orang, meningkat menjadi 7.649,7 pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 8044,5 ribu orang pada tahun 2012. Namun demikian dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, maka Indonesia masih berada di peringkat 4 di bawah negara Malaysia, Thailand dan Singapore. Dengan melihat kekayaan alam di Indonesia yang melimpah sebagai potensi pengembangan wisata Indonesia, maka kondisi ini menunjukkan adanya pengelolaan dan pengembangan industri pariwisata di Indonesia belum maksimal. Untuk itu maka dalam memajukan industri pariwisata, Indonesia tetap harus berbenah diri dalam berbagai aspek. 148
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sri Rahayu Budi H
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Tabel 2 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Negara-negara ASEAN Tahun 2010-2012 (ribu orang) Negara Brunei Darussalam Cambodia Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand Viet Nam ASEAN
2011
2010 IntraASEAN 109,9
ExtraASEAN 104,4
853,2 2.338,5 18.937,2 298,2 4.779,6 4.534,2 465,9 32.316,8
1.655,1 4.664,4 5.640,0 3.222,3 6.859,0 11.402,2 4.584,0 38.131,4
214,3
IntraASEAN 124,2
ExtraASEAN 117,9
2.508,3 7.002,9 24.577,2 3.520,5 11.638,7 15.936,4 5.049,9 70.448,1
1.101,1 3.258,5 18.885,3 331,7 5.372,2 5.529,9 838,4 35.441,3
1.780,8 4.391,2 5.829,0 3.585,8 7.799,1 13.568,4 5.175,6 42.247,8
Total
2012
242,1
IntraASEAN 115,9
ExtraASEAN 93,2
2.881,9 7.649,7 24.714,3 3.917,5 13.171,3 19.098,3 6.014,0 77.689,0
1.514,3 2.607,7 18.809,7 375,2 5.732,7 6.462,6 1.363,8 36.981,9
2.070,0 5.436,8 6.223,0 3.897,6 8.758,5 15.891,3 5.483,9 47.854,3
Total
Total 209,1 3.584,3 8.044,5 25.032,7 4.272,8 14.491,2 22.353,9 6.847,7 84.836,1
Sumber: ASEAN Tourism Statistics, diolah. (compiled from data submissions, publications/reports, and/or websites of national tourism organizations/agencies
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini semuanya merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti dari ASEAN Tourism Statistics, Badan Pusat Statistik Indonesia, Travel &Tourism Competitiveness Index dan sumber-sumber lain. Selain itu juga dari berbagai informasi yang dikumpulkan baik dari buku, jurnal, internet maupun sumber lainnya yang masih terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan tahun 2014 yang merupakan waktu mendekati diberlakukannya AEC tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, sehingga analisis penelitian ini hanya menjelaskan data dan informasi yang telah didapat oleh peneliti dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini analisis daya saing tingkat dunia digunakan 152 negara, sedangkan tingkat ASEAN dibatasi hanya 8 negara. Pembatasan negara di tingkat ASEAN karena dari 10 negara yang datanya tersedia lengkap hanya 8 negara saja.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasar penilaian World Economic Forum (WEF), daya saing industri pariwisata Indonesia mengalami peningkatan yang cukup berarti dalam tiga tahun terakhir ini. Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa posisi daya saing industri pariwisata Indonesia dari 152 negara di dunia yang semula di peringkat 74 pada tahun 2011 meningkat menjadi peringkat 70 pada tahun 2013. Sedangkan untuk kawasan ASEAN dari 8 negara, Indonesia berada di peringkat 5 pada tahun 2011 dan meningkat menjadi peringkat 4 pada tahun 2013. Di kawasan ASEAN Indonesia masih dibawah Singapore, Malaysia dan Thailand. Melihat kondisi tersebut, maka perlu ada upaya untuk meningkatkan daya saing agar industri pariwisata Indonesia berpeluang untuk mendapatkan manfaat besar pada saat diberlakukannya EAC tahun 2015 yang akan datang.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
149
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Negara B r u n e i Darussalam Cambodia Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand Viet Nam
Sri Rahayu Budi H
Tabel 3 Daya Saing Industri Pariwisata Indonesia di ASEAN tahun 2011 dan 2013 2011 2013 Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat Dunia ASEAN Dunia ASEAN 67 4 72 5 109 74 35 94 10 41 80
8 5 2 7 1 3 6
106 70 34 82 10 43 80
Sumber: Travel &Tourism Competitiveness Index (http://www.weforum.org/ travel-and-tourism-competitiveness/ttci-platform)
8 4 2 7 1 3 6 issues/
Dilihat dari sumber daya manusia yang bekerja di industri pariwisata, maka bisa berasal dari berbagai ragam pendidikan. Walaupun di Indonesia banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan keahliann di bidang ariwisata baik tingkat SLTA maupun Perguruan Tinggi, namun kenyataannya industri pariwisata ini sangat terbuka untuk tenaga kerja dari berbagai bidang keahlian. Bagi tenaga kerja industri pariwisata banyak berdasarkan ketrampilan dan pengalaman prakatis saja, sehingga kondisi ini menyulitkan dalam mengukur dan membandingkan daya saing sumber daya manusia di industri pariwisata. WEF mencoba mengukur daya saing sumber daya manusia ini dengan melihat dua unsur yaitu pendidikan dan pelatihan serta ketersediaan tenaga kerja yang layak. Tabel 4 Daya Saing Sumber Daya Manusia Pariwisata Indonesia di ASEAN tahun 2011 & 2013 2011 2013 Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat Negara Dunia ASEAN Dunia ASEAN B r u n e i 47 3 38 3 Darussalam Cambodia 109 8 99 8 Indonesia 51 4 61 4 Malaysia 37 2 28 2 Philippines 86 7 82 7 Singapore 2 1 2 1 Thailand 74 6 70 5 Viet Nam 72 5 77 6 Sumber: Travel &Tourism Competitiveness Index (http://www.weforum.org/ issues/traveland-tourism-competitiveness/ttci-platform). Berdasar tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 152 negara di dunia, dilihat dari daya saing sumber daya manusia Indonesia berada di peringkat 51 pada tahun 2011 dan menurun menjadi peringkat 61 pada tahun 2013. Di wilayah ASEAN dari 8 negara, Indonesia pada tahun 2011 maupun 2013 tetap berada di peringkat 4 dibawah Singapore, Malaysia dan Brunei 150
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sri Rahayu Budi H
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Darussalam. Mengingat bahwa daya saing sumber daya manusia industri pariwisata ini hanya berdasar pendidikan dan pelatihan serta ketersediaan tenaga kerja yang layak, maka agak sulit menggambarkan kualitas sumber daya manusianya. Bagi banyak pelaku pariwisata Indonesia, sertifikasi bukan merupakan hal yang penting, karena banyak industri pariwisata dalam mempekerjakan tenaga kerja kebanyakan hanya berdasarkan ketrampilan berdasar pengalaman prakatis. Untuk itu agar Indonesia lebih maju dan dapat meningkatkan daya saing di wilayah ASEAN bahkan di kancah dunia, selain pengalaman praktis perlu adanya pengakuan dengan sertifikasi agar lebih profesional. Tantangan terbesar yang dihadapi industri pariwiasata indonesia adalah infrastruktur yang kurang baik. Sebenarnya Indonesia memiliki banyak obyek/tujuan wisata, namun karena letaknya tersebar dan berjauhan antara satu obyek dengan obyek lainnya serta infrastruktur yang kurang memadai maka obyek-obyek pariwisata tersebut sulit dijangkau dan menyebabkan kunjungan wisatawan tidak sesuai harapan. Hal inilah yang menyebabkan peringkat daya saing infrastruktur pariwisata Indonesia di dunia berada di bawah.
Negara B r u n e i Darussalam Cambodia Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand Viet Nam
Tabel 5 Daya Saing Infrastuktur Pariwisata Indonesia di ASEAN tahun 2011 dan 2013 2011 2013 Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat Dunia ASEAN Dunia ASEAN 91
4
86
4
131 116 74 98 33 40 110
8 7 3 5 1 2 6
132 113 73 92 38 31 112
8 7 3 5 2 1 6
Sumber: Travel &Tourism Competitiveness Index (http://www.weforum.org/ issues/traveland-tourism-competitiveness/ttci-platform) Dari tabel 5, daya saing infrastuktur pariwisata dari 152 negara di dunia, Indonesia berada di peringkat 116 pada tahun 2011 dan meningkat menjadi peringkat 113 pada tahun 2013. Secara global Indonesia memang mampu meningkatkan peringkat, namun di Wilayah ASEAN dari 8 negara, Indonesia hampir menempati peringkat paling bawah yaitu menempati peringkat 7 pada tahun 2011 maupun tahun 2013. Peringkat Indonesia dalam daya saing infrastuktur pariwisata hanya berada di atas Cambodia saja. Mengingat bahwa infrastruktur merupakan sarana yang sangat penting dalam memajukan industri pariwisata, maka ke depan agar industri pariwisata Indonesia lebih baik perlu membuat kerja sama dengan negar-negara lain yang lebih maju industri pariwisatanya. Bahkan mengingat Indonesia terdiri dari banyak pulau, maka perlu meningkatkan infrastruktur pariwisata dengan menambah fasilitas angkutan laut maupun udara yang lebih memadai. Keselamatan dan keamanan bagi wisatawan dalam kunjungannya ke berbagai obyek/ tujuan wisata sangat dibutuhkan oleh pelaku wisata. Untuk itu maka keselamatan dan keamanan di bidang pariwisata merupakan hal yang perlu diketahui daya saingnya. Indonesia sebagai negara yang banyak memiliki potensi pariwisata dan tersebar di berbagai lokasi keselamatan dan keamanan sangat penting untuk diperbaiki. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
151
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Sri Rahayu Budi H
Tabel 6 Daya Saing Keselamatan dan Keamanan Pariwisata Indonesia di ASEAN tahun 2011 & 2013 2011 2013 Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat Negara Dunia ASEAN Dunia ASEAN B r u n e i 23 2 24 2 Darussalam Cambodia 79 5 78 5 Indonesia 72 4 85 6 Malaysia 83 6 66 4 Philippines 109 8 103 8 Singapore 13 1 5 1 Thailand 94 7 87 7 Viet Nam 68 3 58 3 Sumber: Travel &Tourism Competitiveness Index (http://www.weforum.org/ issues/traveland-tourism-competitiveness/ttci-platform). Dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa daya saing keselamatan dan keamanan pariwisata dari 152 negara di dunia, Indonesia menduduki peringkat 72 dunia pada tahun 2011 dan mengalami penurunan menjadi 85 pada tahun 2013. Begitu juga di wilayah ASEAN dari 8 negara, daya saing keselamatan dan keamanan pariwisata Indonesia juga mengalami penurunan dari peringkat 4 pada tahun 2011 menjadi peringkat 6 pada tahun 2013. Mengingat bahwa keselamatan dan keamanan juga merupakan faktor sangat penting dalam memajukan industri pariwisata, maka agar industri pariwisata Indonesia lebih baik dan maju harus terus memperbaiki kondisi keselamatan dan keamanan pariwisatanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Daya saing pariwisata Indonesia tahun 2011-2013 menghadapi AEC menunjukkan bahwa di tingkat dunia semula peringkat 74 pada tahun 2011 meningkat menjadi 70 pada tahun 2013, sedangkan di tingkat ASEAN semula peringkat 5 pada tahun 2011 meningkat menjadi 4 pada tahun 2013. Di tingkat ASEAN Indonesia masih dibawah Singapore, Malaysia dan Thailand. Dengan demikian daya saing pariwisata Indonesia menghadapi AEC baik ditingkat dunia maupun ASEAN kurang begitu baik bahkan cenderung menurun. 2. Daya saing pariwisata Indonesia tahun 2011-2013 dilihat dari 3 aspek di tingkat dunia menunjukkan bahwa daya saing Sumber Daya Manusia semula peringkat 51 menurun menjadi 61, daya saing Infrastruktur pariwisata meningkat dari peringkat 116 menjadi 113, daya saing Keselamatan dan keamanan menurun dari peringkat 72 menjadi 85. Sedangkan di tingkat ASEAN daya saing Sumber Daya Manusia tetap di peringkat 4 (dibawah Singapore, Malaysia dan Brunei Darussalam), daya saing Infrastruktur pariwisata tetap di peringkat 7 (hanya di atas Cambodia) dan daya saing Keselamatan dan keamanan menurun dari peringkat 4 ke peringkat 6 (di atas Thailand dan Philippines). Dengan demikian daya saing pariwisata Indonesia dilihat dari 3 aspek baik ditingkat dunia maupun ASEAN juga kurang begitu baik. Saran Mengingat daya saing pariwisata Indonesia tahun 2011-2013 di tingkat ASEAN masih di peringkat 4 (di bawah Singapore, Malaysia dan Thailand), maka perlu ada upaya untuk meningkatkan daya saing tersebut agar industri pariwisata Indonesia berpeluang untuk 152
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sri Rahayu Budi H
DAYA SAING PARIWISATA, ………
mendapatkan manfaat besar pada saat diberlakukannya AEC tahun 2015 yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki 3 aspek yang cukup mendukung industri pariwisata Indonesia antara lain yaitu : 1. Mendorong sumber daya manusia pariwisata di Indonesia supaya lebih profesional dengan pengembangan sistem pendidikan atau pelatihan-pelatihan kepariwisataan yang memenuhi standar Internasional dan diupayakan agar sumber daya manusia pariwisata memiliki sertifikasi bidang kepariwisataan. 2. Perlu terus diadakan perbaikan infrastruktur pariwisata dan infrastruktur pendukung melalui pembangunan atau perbaikan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi, dan restrukturisasi. 3. Perlu terus meningkatkan keselamatan dan keamanan agar wisatawan yang berkunjng di Indonesia merasa lebih nyaman. Hal ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan pihak kepolisian maupun masyarakat tempat wisata yang dikunjungi wisatawan.
DAFTAR PUSTAKA ____, (2014), Masyarakat Ekonomi ASEAN Berpotensi Dorong Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Ke Indonesia di Atas 10%, Siaran Pers Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Jakarta, 18 Maret 2014 http://www.parekraf. go.id/asp/detil.asp?id=2555. Ana-Maria Nica, Bartłomiej Aleksander Zdaniuk, Puiu Nistoreanu (2013), Analysis Of Competitiveness In The Tourism sectors Within Central And Eastern Europe : Romania Case Study. http://www.academia.edu/3139668/ANALYSIS_OF_ COMPETITIVENESS_IN_TOURISM_SECTORS_WITHIN_CENTRAL_ AND_EASTERN_EUROPE_ROMANIA_CASE_STUDY. Antariksa, Basuki, (2010), Pengaruh Liberalisasi Perdagangan Jasa Terhadap Daya Saing Kepariwisataan Indonesia, Makalah Pelatihan Pariwisata Tingkat lanjutan Tahun 2010 diselenggarakan oleh Pusat Diklat Pegawai Kembudpar, tgl 19 Juli–5 Agustus 2010. http://kabarfebri.blogspot.com/2012/06/pengaruhliberalisasi-perdagangan-jasa.html. Henry Tsai, Haiyan Song & Kevin K. F. Wong, (2009), Tourism And Hotel Competitiveness Research, Journal Of Travel & Tourism Marketing, Volume 26. Http://Www.Tandfonline.Com/Doi/Full/10.1080/10548400903163079#. Vei3kfctriu). Kuncoro, Mudrajad, (2009), Ekonomi Indonesia : Dinamika Lingkungan Bisnis di tengah Krisis Global, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Kuncoro, Mudrajad, (2010), Ekonomika Pembangunan : Masalah, Kebijakan dan Politik, Erlangga, Jakarta.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
153
DAYA SAING PARIWISATA, ………
Sri Rahayu Budi H
Mihai Croitoru , (2011), Tourism Competitiveness Index –An Empirical Analysis Romania vs. Bulgaria, journal Theoretical and Applied Economics, Volume XVIII (2011), No. 9(562). https://ideas.repec.org/a/agr/journl/v9%28562%29y 2011i9%28562%29p155-172.html. Trisnawati, Rina, dkk, (2008), Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah: (Kajian Perbandingan Daya Saing Pariwisata Antara Surakarta Dengan Yogyakarta), Economic Journal of Emerging Markets, Vol 13 No 2, tahun 2008. http://journal.uii.ac.id/index.php/ JEP/article/view/224. Undang-Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan. UNESCO, (2009), Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata. Yoeti, Oka A, (1985), Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung.
154
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sari Sari LQ – Wiwi H
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
KESUKSESAN KARIR DOSEN MELALUI: KEPRIBADIAN DAN MOTIVASI (STUDI PADA PERGURUAN TINGGI DI WILAYAH CIREBON) Sari Sari Laelatu Qodriah1
Wiwi Hartati2
Abstract: Teaching Career Success Through: Personality and Motivation (Study in Higher Education in Region Cirebon). The aim of this study was to obtain empirical evidence and find clarity about the influence of the phenomenon of personality, motivation to career success, either partially or simultaneously. In addition, to determine whether there are differences in personality, motivation to career success between men and women. The unit of analysis is a lecturer in the area of Cirebon. The total sample of 120 people. The method used is descriptive and verification method .. To test the model and hypotheses used regression analysis. The results showed that personality affects the career success, motivation does not affect the career success. Personality and influential career success together towards career success. There was no difference in personality, motivation to career success among male and female high diperguruan Se-Cirebon region. Abstrak: Kesuksesan Karir Dosen Melalui: Kepribadian dan Motivasi (Studi pada Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menemukan kejelasan tentang pengaruh fenomena kepribadian, motivasi untuk kesuksesan karir, baik secara parsial maupun secara simultan. Selain itu, untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam kepribadian, motivasi untuk kesuksesan karir antara pria dan wanita. Unit analisis adalah dosen di wilayah Cirebon. Total sampel 120 orang. Metode yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif metode .. Untuk menguji model dan hipotesis digunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian mempengaruhi keberhasilan karir, motivasi tidak mempengaruhi keberhasilan karir. Kepribadian dan kesuksesan karir berpengaruh bersama-sama menuju kesuksesan karir. Tidak ada perbedaan dalam kepribadian, motivasi untuk kesuksesan karir antara diperguruan tinggi daerah Se-Cirebon pria dan wanita. Kata Kunci: Kepribadian, motivasi dan kesuksesan karir.
PENDAHULUAN
Di Indonesia, beberapa decade terjadi peningkatan partipasi wanita dalam dunia kerja. Namun fenomena yang berkembang memunculkan dugaan peningakatan partisipasi tersebut, tidak disertai dengan pemberdayaan wanita dalam posisi yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab (Muafi dan Effendi, 2009). Hal ini dapat diperkuatkan dengan data pekerja pria dan wanita yg memiliki kedudukan di wilayah jawa barat hanya 26,90% dibandingkan laki-laki sebanyak 73,10 % (sumber Badan Kepegawaian Negara Regional III, Pusat litbang hak-hak sipil dan politik badan penelitian dan pengembangan HAM, 2004) . 1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon, email:
[email protected] 2 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
155
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Sari Sari LQ – Wiwi H
Beberapa empiris menyatakan bahwa perlakuan terhadap wanita di lingkungan masyarakat diketahui berbeda-beda tergantung dari lingkungan budaya dalam suatu masyarakat, agama dan faktor tingkatan sosial ekonomi masyarakat, turut membentuk sikap dan perlakuan masyarakat terhadap wanita. Hasil temuan Fayumi (2001:54) yang menyatakan: Disetiap masyarakat, memang tuntutan akan sifat-sifat yang dimiliki jenis kelamin laki-laki dan wanita tidaklah selalu sama, tergantung pada lingkungan budaya, tingkatan sosial ekonomi, umur dan agama. Berbagai faktor tersebut akan menentukan derajat perbedaan pembagian sifat antara laki-laki dan wanita Potensi intelengensia tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita, ang dapat menghambat seorang perempuan memiliki kinerja yang optimal. Kesimpulan tersebut telah diakui oleh para ahli, termasuk ahli di bidang manajemen dan prilaku organisasi, hal tersebut ditegaskan oleh Luthans (2006) dan Robbins (1996) pada dasarnya tidak ada perbedaan mencolok kualitas itelegensia antara laki-laki dan wanita, dimana masing-masing memiliki potensi yang sangat besar terhadap organisasi. Hal ini diperkuat dengan data BKN tahun 2012 menyatakan data pegawai laki-laki angkatan kerja dari tingkat pendidikan SD samapai dengan S3 sebanyak 52,40% dan wanita sebanyak 47,60%. Hal ini menunjukkan bahwa peran wanita dalam dunia kerja sudah hampir setara dengan laki-laki (www.bkn.go.id). Konsep kesukesan karir menurut Judge and Bretz (1994; dalam Chen 2010) “career success as the positive psychological or work-related outcomes or achievements that one has accumulated as a result of work experiences”. Kesuksesan karir adalah hasil psikologis positif dari akumulasi pengalaman kerja yang dialami seorang karyawan dalam sebuah organisasi. Perasaan akan keberhasilan dalam menjalani karirnya, mendorong individu untuk memberikan kinerja Optimal. Berkaitan dengan kinerja dan karier individu Gibson (1996:52) mengatakan bahwa faktor individu yang akan mempengaruhi perilaku individu untuk memperlihatkan kinerja optimal dapat dibagi dua, yaitu pertama: fisiologi yang merupakan kemampuan fisik dan mental. Sedangkan kedua: psikologi, seperti sikap, persepsi, motivasi, kepribadian. Dimana dari berdasarkan aspek psikologi kepribadian dan motivasi dianggap sebagai faktor psikologi paling dominan yang menjadi modal invidu dalam memberikan prestasi kerja yang superior. Pendapat lain disampaikan oleh Makunegara (2005:16-17), menyebutkan jika penentu kinerja dan karir individu dalam organisasi adalah faktor individu dan lingkungan. Faktor inividu dalam pemahaman secara psikologis, merupakan modal utama individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari. Kepribadian seorang individu merupakan organisasi dinamik dari suatu sistem psikologis, yang terdapat dalam dirinya. Pada akhirnya kepribadian mempengaruhi secara keseluruhan, bagaimana mereka berinteraksi dan bereaksi terhadap situasi yang dihadapi dalam organisasi. Lebih lanjut Holland dalam Gibson, Ivancevich & Donnelly Jilid II (2009:307) “Manusia akan cenderung memilih karier (tipe pekerjaan) yang sesuai dengan tipe kepribadiannya”. Hal tersebut menujukan jika setiap individu akan cenderung memilih karier yang sesuai dengan kepribadiannya. Kesesuaian antara karier yang dijalani dengan pilihan karier diinginkan, akan memberikan kepuasan dan kenyamanan dari individu dalam menjalani kariernya. Pada akhirnya kondisi tersebut diduga terhadap kemampuan individu dalam meningkatkan kinerja dan upaya mereka dalam perjalanan kariernya. Motivasi diyakini para ahli adalah sebagai faktor determinan dari segi psikologis yang mempengaruhi kinerja individu dan kariernya. Tinggi redahnya motivasi, berhubungan pada tinggi rendahnya upaya yang dilakukan oleh individu dalam mencapai kinerja yang diharapkan dan pencapaian karier yang diinginkan. Motivasi adalah dorongan untuk meningkatkan 156
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sari Sari LQ – Wiwi H
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya yang berimplikasi kepada tujuan individu (kinerja dan pencapaian karier). Senada dengan Gibson, Ivancevich & Donnelly (2009:307), “organisasi harus mampu menciptakan harmoni antara tujuan organisasi, dengan tujuan pribadi anggota organisasinya”. Menimbang terhadap pendapat tersebut, penciptaan harmoni antara tujuan organisasi dan tujuan individual, adalah sebagai langkah untuk meningkatkan motivasi dari individu untuk memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepribadian dan motivasi kerja dosen terhadap kesuksesan karir serta apa ada perbedaan kepribadian dan motivasi antara lakilaki dan wanita terhadap kesuksesan karir di Perguruan tinggi di Wilayah Cirebon. Seorang individu mendapatkan tipe pekerjaan yang sesuai dengan tipe kepribadiannya, dipercaya mampu meningkatkan perasaan akan kesuksesan karir dalam menjalankan karir di suatu organisasi. Karena menurut Gibson, Ivancevich & Donnelly (2009:166) “orang akan menghindari situasi dimana mereka merasa tidak memadai dalam menjalankan perannya”. Kepribadian merupakan organisasi dinamik dari suatu sistem psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang pada gilirannya menentukan penyesuaian-penyesuaian khas yang dilakukan terhadap lingkungannya. Kepribadian adalah organisasi dinamik dari suatu sistem psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang pada gilirannya menentukan penyesuaian-penyesuaian khas yang dilakukan terhadap lingkungannya. Artinya, kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan cara yang digunakan oleh seseorang untuk bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukan jika kepribadian menunjukan aksi dan reaksi dari seorang individu, dalam menentukan sikap yang diambil dalam menghadapi suatu situasi tertentu. Aksi dan reaksi yang ditunjukan individu tersebut menunjukan, kepribadian adalah faktor pembeda yang unik dalam diri individu dalam memandan kesuksesan karir dan pencapaian kinerja optimal. Senada dengan itu Robbins (1996:85) menyatakan: Kepribadian merupakan modal dasar yang dimiliki individu untuk memberikan kinerja yang optimal, sehingga mempengaruhi kemampuan mencapai tujuan individu dalam mendapatkan kesuksesan karir dalam organisasi dan kinerja optimal. Berdasarkan keterangan para ahli terebut menunjukan jika kepribadian, adalah faktor psikologis yang membentuk prilaku individu, dalam bereaksi terhadap situasi dan kondisi yang dihadapinya. Kepribadian menuntun prilaku individu untuk mendapatkan kesuksesan karir secara objektif dan subjektif. H 1: Kepribadian berpengaruh terhadap kesuksesan karir pria dan wanita Motivasi terhadap Kesuksesan Karir pria dan wanita. Faktor psikologi lain yang diduga memberikan pengaruh dominan adalah motivasi kerja. Motivasi ditunjukan dari kerelaan individu untuk berusaha seoptimal mungkin, dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu, motivasi merupakan suatu bentuk reaksi terhadap kebutuhan manusia yang menimbulkan tensi dalam diri manusia yaitu keinginan terhadap sesuatu yang belum terpenuhi dalam hidupnya sehingga mereka terdorong untuk melakukan tindakan guna memenuhi dan memuaskan keinginannya selain itu tujuan organisasi dapat tercapai (Luthan, 2006). Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic dan extrinsic. Faktor di dalam diri seseorang bisa berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan sedang faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagi faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik maupun faktor instrinsik motivasi timbul karena adanya Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
157
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Sari Sari LQ – Wiwi H
rangsangan. Karyawan termasuk dosen dalam kehidupan organisasi pada dasarnya berorientasi pada tugas. Artinya, bahwa tingkah laku karyawan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan individual, yang dapat dicapai jika mampu mencapai tujuan organisasi yang dibebankan kepadanya. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan minat menimbulkan motivasi yang bervariasi. Misalnya karyawan yang mempunyai motivasi untuk meningkatkan kesejahteraannya (melalui kesuksesan karier), akan bekerja keras lebih keras untuk meningkatkan kinerja, dibanding dengan karyawan yang kurang termotivasi. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian dan penemapatan orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai. Setiap organisasi juga mempunyai peraturan, kebijakan, sistem pemberian hadiah, dan misi yang berbeda-beda yang akan berpengaruh pada setiap pegawainya. Jadi faktor motivasi mempengaruhi perilaku individu dalam upaya meningkatkan kinerjannya dan mencapai peningkatan karier. H 2: Motivasi berpengaruh terhadap kesuksesan karir pria dan wanita Perbedaan karakteristik individu yang sering yang menjadi perdebatan adalah mengenai gender (pria dan wanita). Gender berbeda dengan Sex atau jenis kelamin, menurut March (1999): “Sex describes the biological differences between men and women, which are universal and determined at birth”. Jenis kelamin (sex) merupakan perbedaan biologis antara pria dan wanita, yang secara universal berbeda dan ditentukan pada perbedaan biologis pada saat dilahirkan. Gender memandang perbedaan peran yang ditentukan oleh konstruksi sosial di dalam sebuah keluarga masyarakat dan budaya yang berkembang dalam masyarakat. Gender adalah perbedaan jenis kelamin yang didasarkan kepada konstruksi sosial, atau tata nilai, norma dan budaya yang berkembang di masyarakat. Hubungan sosial antara wanita dan pria dalam pergaulan hidup sehari-hari, merupakan hubungan yang dibentuk dan dipengaruhi, oleh tata nilai, norma dan budaya masyarakat sendiri. Pengaruh yang diberikan oleh tata nilai, norma dan budaya masyarakat tersebut membuat hubungan antara pria dan perempuan menjadi sangat dinamis. Dikatakan dinamis karena pada dasarnya hubungan tersebut, berubah dari waktu kewaktu dan berbeda dari tempat satu dengan tempat lainnya, sejalan perubahan kebudayaan masyarakatnya. Gender menyiratkan bahwa kategori pria dan wanita merupakan konstruksi sosial, yang membentuk perbedaan antara pria dan wanita dalam kontribusinya terhadap organisasi, menurut March (1999) hasil analisis gender menunjukan:n“Gender Analysis is the collection and analysis of sex-disaggregated information. Men and women both perform different roles. This leads to women and men having different experience, knowledge, talents and needs.”. Konsep analisis gender ke dalam studi wanita tersebut menunjukan, pria dan wanita memiliki peranan yang berbeda dalam kehidupan sosialnya. Peran wanita dalam keluarga merupakan pendamping suami, peran tersebut diyakini sebagai “kodrat wanita”. Perbedaan peran tersebut menuntun terhadap pengalaman, pengetahuan, bakat dan kebutuhan yang berbeda antara pria dan wanita. Perbedaan yang diyakini memberikan pengaruh adalah pada faktor psikologis dari pria dan wanita. Penelitian secara psikologis para ahli yang dirangkum oleh Robbins (2007:65) menunjukan :“Para wanita lebih koorperatif terhadap otoritas atasan dan pria lebih agresif serta lebih mungkin mengharapkan kesuksesan karir dibandingkan wanita”. Temuan penelitian secara empiris menunjukan jika wanita memiliki hambatan yang lebih besar dibandingkan pria dalam menjalani karir. Shellenbarger (1991) dalam Robbins (2007:65) menemukan fenomena para “karyawan wanita yang memiliki anak berusia prasekolah, adalah preferensi terhadap jadwal kerja”. 158
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sari Sari LQ – Wiwi H
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Kondisi tersebut menunjukan walaupun tidak terdapat perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam memecahkan masalah, menganalisis, dan kemampuan belajar. Namun peranan yang berbeda dalam kehidupan sosialnya (dualisme culture), membuat wanita memiliki hambatan yang lebih besar dibandingkan pria dalam menjalani karir. Sehingga hambatanhambatan yang dialami wanita mempengaruhi terhadap kinerja yang ditunjukan wanita dalam menjalankan fungsinya (March 1999; Robbins, 2007: 65; Wood, Chapman dkk, 2004:100). Wanita Indonesia adalah wanita bangsa Timur yang mengagungkan posisinya di keluarga. Sejak dulu wanita menekuni peranannya di dalam lingkup keluarga sebagai pendamping suami serta ibu bagi anak-anaknya (Wiji Narastuti 2008). Kondisi seperti ini yang membuat wanita sering mengalami konflik peran, antara pekerjaan dan rumah (dualisme cultural) yang lebih tinggi dibandingkan pria. Pria lebih mengutamakan waktu mereka untuk bekerja dibandingkan untuk keluarga, mereka merasa kurang terlibat dalam urusan keluarga karena adanya harapan tradisional yang mengatakan bahwa pekerjaan adalah hal pertama untuk pria.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dimana mempunyai tujuan untuk menganalisis ada tidaknya saling hubungan antara variabel kepribadian yang terdiri dari 17 indikator dan motivasi yang terdiri dari 5 indikator terhadap kesuksesan karir yang terdiri dari 5 indikator. Populasi meliputi dosen di perguruan tinggi di Wilayah Cirebon. Untuk keperluan analisis, unit analisis ini adalah individu pada masing-masing dosen diPerguruan Tinggi di Cirebon. Responden dalam penelitian ini adalah dosen laki-laki dan perempuan Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sistemeti random sampling. Cara penarikan dan penyebaran kuesionernya yaitu : 1) mendatangi langsung perguruan tinggi dimasing-masing perguruan tinggi.. Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 120 yang berdasarkan dua jenis kelamin pria dan wanita, Hal ini berarti sudah bisa memenuhi syarat minimal penelitian survei yakni sebesar 100 responden (Hair,1992: 444). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Survai lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan cara menyebarkan kuesioner kepada beberapa pelanggan pada masing-masing perguruan tinggi di Wilayah Cirebon. Teknik penyusunan skala yang digunakan untuk pernyataan kepribadian menggunakan skala Likert 7 tujuh butir yang. Untuk pernyataan motivasi menggunaka skala Likert 7 tujuh butir. Sedangkan untuk pernyataan variabel kesuksesan karir menggunakan skala Likert 7 tujuh.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil olah data diperoleh hasil bahwa jenis kelamin responden laki-laki sebesar 60 (50%) dan perempuan sebesar 40 (41,9). Usia responden berumur sekitar 20-25 tahun sejumlah 7 orang (5.8%), selanjutnya responden yang berusia 26-31 tahun sejumlah 10 orang (8.3%), selanjutnya responden yang berusia lebih dari 32-37 tahun sejumlah 23 orang (19.1%), selanjutnya responden yang berusia 38-43 tahun sejumlah 50 orang (41.6%), dan responden yang berusia lebih dari 44 tahun keatas sejumlah 40 orang (33.3%) Status pekerjaan responden menikah berjumlah 90 (75%) dan responden dosen yang belum menikah berjumlah 30(25%). Status sosial dari 120 responden; status sosial ekonomi atas berjumlah 35 (29.1%) dan status sosial ekonomi bawah berjumlah 85(70.8%). Pendidikan responden (pendidikan dosen adalah yang S1 sejumlah 51 orang (42.5%), selanjutnya S2 sejumlah 55 orang (45.8%), dan S3 sejumlah 14 orang (11.6%). memiliki jabatan fungsional asisten ahli sejumlah 47 (39.1%), selanjutnya lektor sejumlah 45 (37.5%) , lektor kepala sejumlah 18 ( 15% ) dan guru besar sejumlah 10 ( 8.3% ). dosen yang memiliki Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
159
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Sari Sari LQ – Wiwi H
masa jabatan antara 1-5 tahun sejumlah 58 (48.3% ), selanjutnya antara 5-10 tahun sejumlah 39 (32.5%) , antara 10-15 tahun sejumlah 12 (10%) dan antara 15-20 tahun sejumlah 11( 9.1%). Dosen yang memiliki jam kerja (ngajar) perminggu adalah antara 1-5 jam sejumlah 11 (9.1% ), selanjutnya antara 5-10 jam sejumlah 18 (15%) , antara 10-15 tahun sejumlah 47 (39.1%) dan antara 15-20 tahun sejumlah 34( 28.3%). Pengujian validity terhadap tiga variabel utama penelitian yang meliputi, kepribadian, motivasi dan kesuksesan karir. Pengujian validity juga dilakukan dengan program aplikasi statistik SPSS 22. Tiga variabel utama: kepribadian, motivasi dan kesuksesan karir terdiri atas 29 butir pertanyaan. Ketika pengujian ddilakukan untuk menguji validitas, maka ke 29 instrumen tersebut dinyatakan bervaliditas baik karena memiliki factor loadings ≥ 0.5 (MacLean dan Gray, 1998). Semua item dari variable keperibadian, Motivasi dan kesuksesan karir adalah signifikan, sebab rhitung ≥ rtabel. Dengan demikian, semua item pertanyaan angket dapat dikatakan valid dan dapat digunakan untuk analisis data berikutnya.
Variabel Kepribadian
Motivasi
Kesuksesan Karir
Sumber: data diolah, 2014
Tabel 1 Pengujian Validitas dan Realibilitas
Indikator x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 X2.1 x2.2 x2.3 X2.4 X2.5 Y1.1 Y1.2. Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6
Validitas 0. ,558 0. ,581 0. 568 0. 480 0. 571 0. 466 0. 717 0,727 0. 750 0. 689 0. 734 0. 717 0. 491 0. ,449 0. 469 0. 566 0.700* 0. 755 0. 742 0. 717 0. 755 0. 848 0. 506 0. 750 0. ,661 0. 672 0. 648 0. 722*
Reliability 0.887
0.887
0. 821
PENGUJIAN HIPOTESIS Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, kepribadian (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap Kesuksesan karir (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
160
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sari Sari LQ – Wiwi H
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Variabel Konstanta Kepribadian X1 Motivasi X2
Unstandardized Coefficients (B)
Std Error
2,669 0,287 0,117
1.359 0,025 0,068
Sumber : data diolah, 2014
Standardized Coefficients (B) 0.786 0,119
T hitung 1.694 11,346 1,175
Sig. 0,000 0.000 0.089
Keterangan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan
Nilai Unstandardized Koefisien Beta, berguna untuk membandingkan koefisien regresi dari persamaan lainnya dengan satuan (unit) yang berbeda. Persamaan regresi dengan nilai beta yang lebih besar berarti menunjukkan pengaruh yang lebih besar terhadap variabel dependen untuk kenaikan variabel independen. variabel kepribadian dosen baik laki-laki dan perempuan berpengaruh kesuksesan karir sebesar 0.786, dengan nilai probabilitas sebesar 0,000, hal ini mengindikasikan bahwa kepribadian dosen berpengaruh signifikan positif terhadap kesuksesan karir. Artinya bahwa semakin baik persepsi kepribadian dosen maka semakin besar harapannya pada kesuksesan kaarir.. Gambaran ini menjelaskan bahwa bila kepribadiannya baik maka tingkat kesuksesan karir cenderung akan didapat. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis 1 dapat diterima. Variabel motivasi dosen baik laki-laki dan perempuan tidak berpengaruh terhadap kesuksesan karir sebesar 0,119, dengan nilai probabilitas sebesar 0,089>0.05, hal ini mengindikasikan bahwa motivasi dosen tidak berpengaruh terhadap kesuksesan karir. Artinya bahwa rendahnya motivasi dosen maka semakin rendah harapannya pada kesuksesan karir. Gambaran ini menjelaskan bahwa bila motivasinya turun maka harapan untuk meraih kesuksesan karir cenderung rendah.. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis k dapat ditolak. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa uji Anova didapat Fhitung sebesar 199,876 sedang Ftabel 2,78 (dari jumlah variable dikurangi 1) 3 variabel – 1 = 2 dan banyaknya sampel 120 didapat Ftabel 2,78 jadi Fhitung > dari Ftabel dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan linear antara variabel kepribadian dan motivasi terhadap kesuksesan karir. Tabel 3. Model Summaryb Adjusted R Square 0.770
Model R R Square 1 0,880a 0.776 a. Predictors: (Constant), X1, X2 b. Dependent Variable: Y1 Sumber: Hasil kuesioner yang diolah, 2014
Std. Error of the Estimate 1,30937
Nilai R menunjukan angka koefisien korelasi yaitu sebesar 0,880. Hal ini berarti pengaruh antara kepribadian, motivasi adalah sangat kuat. Sedangkan untuk nilai R Square menunjukan adalah 0,776. R Square disebut juga dengan koefisien determinasi. Hal ini berarti besarnya pengaruh kepribadian dan motivasi dosen terhadap kesuksesan karir adalah sebesar 77.6%, sedangkan sisanya (100% - 77.6% = 24,6%) dipengaruhi faktor lain. Untuk mengetahui perbedaan antara kepribadian dan motivasi dosen terhadap kesuksesan karir. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan test Of Between Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
161
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Sari Sari LQ – Wiwi H
subyect effect (Ghozali, 2006) Berdasarkan hasil analisa data, diperoleh nilai F test untuk hubungan antara kepribadian sebesar 18.940 terhadap kesuksesan karir sebesar 18.940 dan signifikan pada 0.05 dan motivasi terhadap kesuksesan karir sebesar 9.835 dan signifikan pada 0.05. yang berarti ada perbedaan kepribadian dan motivasi antara laki-laki dan perempuan terhadap kesuksesan karir.
Source Corrected Model Intercept KR
Tabel 4 Tests of Between-Subjects Effects Type III Dependent Mean Sum of df F Variable Square Squares KP 18720,442a 21 891,450 18,940 b MT 2177,992 21 103,714 9,835 KP 522603,650 1 522603,650 11103,437
,000 ,000 ,000
MT
46307,313 1
46307,313 4391,125
,000
KP
18720,442 21
891,450
,000
18,940
Sig.
PEMBAHASAN HIPOTESIS Seperti diketahui bahwa Peneliti menyediakan informasi tentang anteseden dari kesuksesan karir, memberikan konribusi untuk pemahaman secara mendalam mekanisme dari kesuksesan karir untuk praktisi dan akademisi. Pimpinan seharusnya mengerti secara lebih baik dosen yang tidak memiliki dedikasi kerja, hubungan interpersonal yang jelek, dan kualitas kerja sehingga pimpinan dapat membantu untuk menciptakan iklim akdemisi yang mendukung, misalnya dengan cara memiliki aturan kerja yang jelas, selalu menciptakan etos kerja dengan semangat kerja keras dan kerja cerdas, selalu berinisiatif untuk memecahkan masalah. Perlu ditekankan bahwa kesuksesan karir yang dikaji adalah karier seseorang dapat dipastikan dengan mengetahui hal yang mempengaruhi perencanaan dan pengembangan karier individu, yaitu kemampuan manajerial, kemampuan fungsional, keamanan, kreativitas, autonomi dan kebebasan, pelayanan/dedikasi, tantangan murni, dan gaya hidup (Jiang et al, 2001; Wong et al, 2004; Schein,dalam Dessler, 2007; Coetzee et al, 2007) . Sehingga apabila karier yang dipegang seseorang telah sesuai dengan persepsi/perencanaan karier yang diinginkannya maka menurut Mathis dan Jackson (2005) orang yang bersangkutan akan bekerja dengan senang hati dan lebih puas. Dalam penelitian ini ternyata meyakini bahwa kepribadian yang seharusnya dapat dikelola, dikembangkan, dan bahkan dipelihara oleh setiap perguruan tinggi. Hal ini terbukti bahwa kepribadian tersebut secara statistik dan teoritik merupakan dimensi yang penting bagi Perguruan Tinggi. Sedangkan kesuksesan karir diukur dengan enam indikator yaitu pengetahuan akan pengembangan karir, kepuasan akan kedudukan sekarang ini, pengembangan karir individu, jalur karir, sasaran karir dan Peran umpan balik terhadap kinerja. Seperti diketahui bahwa kepribadian menghasilkan niat untuk melakukan kesuksesan karir. Dalam riset ini kepribadian mempengaruhi kesuksesan karir di Perguruan Tinggi, sebagai hasil pengalaman kepribadian dosen berhubungan dengan keterampilan perencanaa kesuksesan karir dosen di perguruan tinggi secara keseluruhan. Dalam berhubungan kepribadian dengan kesuksesan karir dosen diperguruan tinggi, kepribadian dosen memperoleh manfaat tidak hanya dari tujuan diinginkan namun juga dari kinerja seperti gaji dan promosi dan berbagai faktor lain. Kepribadian dosen merupakan hasil bentukan dari pengintegrasian perilaku pribadi sehingga mampu menumbuhkan untuk melakukan kesuksesan karir organisasi 162
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sari Sari LQ – Wiwi H
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Berkaitan dengan motivasi , ternyata sesuai dengan pernyataan Mintzberg (1981, 1985 dalam Treadway, et, al, 2004) bahwa organisasi adalah sebagai arena untuk melaksanakan motivasi yang tinggi diperguruan tinggi. Ada banyak sekali bukti bahwa seseorang yang meiliki baiknya motivasi dosen yang baik secara posiif berhubungan dengan evaluasi kinerja yang tinggi, sehingga akan dapat memperoleh kenaikan gaji dan promosi. Sebaliknya dosen atau individu yanag merasakan motivasinya rendah sebagai sumber frutasi akan mengindikasikan memiliki kepuasan/kinerja yang rendah (Gupta &Jenkins, 1996 dalam Robbin, 2005) Sayangnya, dalam riset ini ditemukan bahwa motivasi tidak memiliki pengaruh terhadap kesuksesan karir. Penelitian ini memberikan implikasi anteseden teori secara relevan yang terkait dengan kesuksesan karir adalah kepribadian dan motivasi. Secara sepesifik, peneliti memperoleh sebuah pengaruh positif vaiabel motivasi terhadap kesuksesan karir. Dosen diwilayah Cirebon belum memiliki ciri-ciri antara lain suka berkelompok, tegas, dan mampu bersosialisasi. tapi pendiam, malu-malu dan tenang. Hal ini dimungkinkan terjadi adanya iklim persaingan yang bagus didunia pendidikan di Wilayah Cirebon adalah sangat tinggi. Perlu diketahui bahwa Cirebon terkenal dengan kota transit yang akan mengarahkan pada kota pendidikan dengan indikator banyaknya animo masyarakat diwilayah Cirebon yang mau menyekolakan anaknya diwilayahnya sendiri. Sehingga adanya persaingan antar perguruan tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kontribusi umum dari penelitian ini adalah kepribadian adalah sebagai antaseden dari kesuksesan karir. Keseluruhan hasil dengan temuan riset sebelumnya dan beberapa litaratur perilaku organisasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil temuan penelitian ini menyebutkan bahwa (1) secara deskripsi pada dasarnya tidak ada perbedaan antara keperibadian, motivasi dan kesuksesan karir dosen baik laki-laki maupun perempuan, (2) Kepreibadian dapat meningkatkan kesukesan karir pada Perguruan Tinggi Diwilayah Cirebon (3) motivasi tidak dapat mendorong kesuksesan karir pada Perguruan Tinggi diwilayah Cirebon. Tidak terdapat perbedaan kepreibadian, motivasi dan kesuksesan karir antara laki-laki dan perempuan Adapun saran untuk variabel motivasi dalam organisasi penting bagi dosen untuk mengerti hubungan antara kepribadian dengan kesuksesan karir . Hal ini penting tidak hanya bagi pimpinan dalam mengerti karyawan (dosen) tetapi juga bermanfaat bagi pimpinan mengendalikan beberapa manfaat untuk menambah motivasi dalam upaya meningkatkan kesuksesan karir. Untuk riset selanjutnya, perlu mempertimbangkan responden, hal lain disebabkan belum menggambarkan kinerja dosen dikaitkan dengan kepribadian dan motivasi. Disarankan juga bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian dengan cara mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi dari kesuksesan karir misalnya melihat variabel komitmen dosen, juga disarankan untuk lebih melihat kusuksesan karir dosen dari kepribadian dan motivasi yang terjadi dimasing-masing perguruan tinggi responden..
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
163
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Sari Sari LQ – Wiwi H
DAFTAR PUSTAKA A. Judge Timothy, Jhon D, Kammeyer-Mueller (2007) “ Personality and career success” University of Florida, Gainesville. Dessler, Garry (1993), Human Resources Management New Jersey: Prentice Hall International Inc. Upper Side River. Handoko T Hani (2001:130): “Pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir”. Ivancevich, John M, (2001) Human Resource Management, New York Mc Graw-Hill Irwin. Ivancevich, J & Matteson, M. (2002), Organisational Behaviour and Management, McGraw Hill Irwin, New York. Kartika Dewi, Anak Agung Sagung (2003) Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Karyawan, Buletin Studi Ekonomi Volume 11 Nomor 1 Tahun 2006 Kreitner, Robert and Angelo Kinicki (2003), Organization Behavior, Singapore : McGraw-Hill, Inc. Kreitner, Robert And Angelo Kinicki. (2005). Perilaku Organisasi, Edisi 5. Alih bahasa Erly Suandy. Jakarta: Salemba Empat Kusnendi, (2006) Pengaruh Kompetensi, Komitmen dan Budaya Organisasi terhadap Aktualisasi Peran Manajer serta Efektivitas Organisasi (Survei pada Industri jasa BPR di Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Bandung)”. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Luthans, Fred (2006). Prilaku Organisasi. Edisi 10. Penerbit Andi Yogyakarta Mangkunegara AA. Anwar Prabu (2005). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Cetakan I Bandung PT. Rafika Aditama. Mangkunegara AA. Anwar Prabu (2004) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,Bandung, Cetakan kelima, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Nabi, Ghulam R. (1999). “An Investigation into the differential profile of predictors of objective and subjective career success”. Career Development International, 4 (4), 212-224.
164
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sari Sari LQ – Wiwi H
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Parasuraman, S., et al. (1996). “Work and Family Variables, Entrepreneurial Career Success, and Psychological Well-being”. Journal of Vocational Behavior, 48, 275-300. Pierce-Brown, R., Richardson, C. (1995). “Consolidating the Minority Interest: A Study of Gender Differences in the Careers of Accountants”. Occasional Paper Series: Licester Business School. No 26 Roosemarina A. Rambe (2005) Apakah Demografi Dan Mentor Masih Penting Dalam Menentukan Kesuksesan Karir Pegawai. JSB No. 10 Vol. 1, Juni. Robbins, S.P. (2006). Perilaku Organisasi. PT Indeks Kelompok Gramedia. Robbins, Stephen P. (2003). Organizational Behavior, Prentice Hall. Upper Saddle River, New Jersey. Robbins, S.P. (1996). Perilaku Organisasi. PT Indeks Kelompok Gramedia Robbins, S. P., (1993), Organizational Behavior Concepts Controversies, and Applications, New Jersy: Prentice Hall International, Inc. Robinson, S. L., Kraatz, M. S., & Rousseau, D. M. (1994). Changing obligations and the psychological contract: A longitudinal study. Academy of Management Journal, 37 (1): 137-152. Sugiono (2004) Metode Penelitian Bisnis, Cetakan keenam, Penerbit CV. Alvabeta. Bandung. Sugiono (2006) Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ketujuh, Penerbit CV. Alvabeta. Bandung. Umar, H. (2007). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Veithzal Rivai (2005) Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. PT. Grafindo Persada Veithzal Rivai (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. PT. Grafindo Persada Wiji Nurastuti (2008) Peran Ganda Beserta Tingkat Kelelahan Dosen Wanita di Daerah Istimewa Yogyakarta STTI Respati Yogyakarta Whitmore, J., (1997), Coaching for Performance, Seni Mengarahkan Untuk Mendongkrak Kinerja, (alih bahasa Dwi), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wood, J.T., (2005) Gendered Lives: Communication, Gender, & Culture , (Belmont, CA: Thomson Wadsworth,). Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
165
KESUKSESAN KARIR DOSEN, ………
Sari Sari LQ – Wiwi H
Wood, Chapman dkk (2004:140): Oganizational Behaviour, 3rd edision, Jhon Wily & Son Australia. Ltd. Yuni Siswanti, Muafi (2010). The Effect of Proactive Personality, Self Promotion, and Ingrasiation on Career Success for Employee of Public Organization. Global Journal of Manajement and Business Research Vol 10. .
166
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sultan – K Leon S – S Luna M
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
PENGARUH FAMILIARITY DAN GENDER PADA TIPE ALTERNATIF KOMUNIKASI DALAM TIM AUDIT Sultan 1 Kaharudinsyah Leon Sakti2 Sri Luna Murdianingrum3 Abstract: Familiarity Effect on Gender and Type Alternative Communication in Audit Team. This study aims to select effective communication in an audit team during the audit team to make decisions quickly and accurately. There are several alternative types of communication used is by face-to-face or direct communication in a meeting agenda and communication with the computer-aided system is to chat and bulletin boards. With the growing world of business and auditing, will greatly enable the Public Accountant (KAP) branch audit of a company in a different place, so it will take time and the way of effective communication within the audit team so that decisions can be made quickly. Type of computer-aided communication with the audit team to be very helpful in communicating anywhere without having to meet face to face in a meeting. Type of a variety of computer-assisted communication, can be done with the chat system or by means of a bulletin board. This study used a moderator variable is familiarity and gender. The moderator variables can affect the communication method for use in the audit team. Test equipment used in this study is the Mann-Whitney test to compare the effectiveness of three types of communication with the experimental method in some KAP in DI Yogyakarta and Central Java. The results of this study indicate that the type of communication vs. chat bulletin board system does not show one of the better and chat systems vs. face to face similar results although at variable moderated familiarity and gender. In addition, this study provides evidence that this type of communication in a computer-assisted audit team is needed by the firm to communicate in a different place and time. Abstrak: Pengaruh Familiarity dan Gender pada Tipe Alternatif Komunikasi dalam Tim Audit. Penelitian ini bertujuan untuk memilih komunikasi yang efektif dalam suatu tim audit pada saat tim audit mengambil keputusan secara cepat dan akurat. Ada beberapa tipe alternatif komunikasi yang digunakan yaitu dengan face-to-face atau komunikasi secara langsung dalam suatu agenda rapat dan komunikasi dengan berbantuan komputer yaitu dengan chating system, dan bulletin board. Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis dan auditing, akan sangat memungkinkan Kantor Akuntan Publik (KAP) mengaudit cabang suatu perusahaan di tempat yang berbeda, dengan demikian akan membutuhkan waktu dan cara komunikasi yang efektif agar keputusan dalam tim audit dapat dilakukan dengan cepat. Tipe komunikasi dengan berbantuan komputer akan sangat membantu tim audit dalam melakukan komunikasi dimana saja tanpa harus bertatap muka dalam suatu rapat. Tipe komunikasi berbantuan komputerpun beragam, dapat dilakukan dengan chating system maupun dengan cara bulletin board. Penelitian ini 1 Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, email:
[email protected] 2 Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, email:
[email protected] 3 Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
167
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Sultan – K Leon S – S Luna M
menggunakan variabel moderator yaitu familiarity, dan gender. Varibel moderator ini dapat mempengaruhi metode komunikasi yang tepat untuk digunakan dalam tim audit. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney untuk membandingkan efektivitas dari ketiga tipe komunikasi tersebut dengan metode eksperimen di beberapa KAP di D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe komunikasi bulletin board vs chat system tidak menunjukkan salah satunya yang lebih baik dan chat system vs face to face menunjukkan hasil yang sama walaupun di moderatori variabel familiarity dan gender. Selain itu penelitian ini memberikan bukti bahwa tipe komunikasi berbantuan komputer dalam tim audit sangat dibutuhkan oleh KAP dalam berkomunikasi di tempat dan waktu yang berbeda. Kata Kunci: Group support system, auditing, Familiarity, dan Gender.
PENDAHULUAN
Audit review merupakan sarana utama dalam melakukan kontrol kualitas audit dan juga sebagai pelatihan bagi auditor (Rich et al., 1997). Semua pekerjaan yang dilakukan didokumentasikan dalam kertas kerja (workpapers) oleh auditor (preparers) yang akan direview oleh anggota yang lebih senior (reviewer) dalam tim audit (payne et al., 2010). Lebih dari 50% dari waktu manajer audit dan 30% dari total jam audit dialokasikan untuk melakukan review Kantor Akuntan Publik (KAP) secara terus-menerus memeriksa cara-cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan review (Bamber dan Bylinski 1987; rich et al., 1997; Gibbins dan Trotman, 2002; Miller et al., 2006). Beberapa organisasi saat ini, termasuk KAP menggunakan beberapa bentuk komunikasi berbantuan komputer. Misalnya, sebagian besar KAP dalam penugasannya menggunakan group support systems (GSS), seperti Lotus note dan sama seperti Web-based system (Menezes 1999; Lamont 2000) dalam (Murthy dan Kerr 2004). GSS didefinisikan sebagai interactive computerbased system yang digabungkan dengan komunikasi, komputer, dan teknologi keputusan untuk mendukung pembuatan keputusan grup dan yang terkait dengan tugas (Jessup et al., 1993). Sistem ini memungkinkan auditor bekerja dengan “virtual teams” yang tidak dibatasi oleh jarak dan waktu dan memberikan mereka pilihan untuk menyampaikan dan membahas informasi dalam rapat secara elektronik (Murthy dan Kerr, 2004). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan, misalnya karakteristik pengambil keputusan, fitur penugasan, information content serta lingkungan dimana keputusan tersebut dibuat (Libby and Lewis 1977, 1982; Maines 1995; Roberts 2002) dalam (Payne ea al. 2010). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murthy dan Kerr (2004) melakukan penelitian terhadap review yang dilakukan dengan tiga cara tersebut tidak memasukkan faktor lain yang mempengaruhi hasil pengambilan keputusan tersebut, begitupun yang dilakukan oleh Payne et al., (2010). Dengan adanya hasil yang berbeda tersebut mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan metode yang berbeda. Pengaruh familiairty, dan gender ini perlu untuk dikaji karena dalam konteks akuntansi, perkembangan teknologi mempunyai dampak signifikan terhadap penyampaian informasi dan pelaporan keuangan (Lymer and Tallberg, 1997; Ashbaugh et al., 1999; Hodge and Pronk, 2006). Familiarity, dan gender dapat mempengaruhi media yang akan digunakan oleh tim audit dalam berkomunikasi. Jika anggota tim audit lebih familiar dengan penggunaan teknologi (GSS) maka pola komunikasi yang akan digunakan akan lebih efektif dengan komunikasi berbantuan 168
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sultan – K Leon S – S Luna M
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
komputer daripada dengan metode face-to-face, begitupun dengan gender, jika dalam tim audit dapat dikondisikan dengan baik, maka keputusan dapat diambil dengan cepat. Secara spesifik, masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah familiarity sebagai variabel moderator akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pola komunikasi dalam tim audit yang menggunakan bulletin board system, synchronous chat system dan face-to-face ? 2. Apakah gender sebagai variabel moderator akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pola komunikasi dalam tim audit yang menggunakan bulletin board system, synchronous chat system dan face-to-face ?. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh familiarity, dan gender dalam pola komunikasi dalam tim audit terhadap pengambilan keputusan, dengan mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Murthy & Kerr (2004) tentang pengaruh alternatif tipe dari review pada prosedur dan kinerja auditor, Payne et al. (2010) tentang perbandingan efektivitas tim audit dengan menggunakan computer-mediated comunication, dengan menggunakan studi eksperimen dan penelitian yang telah dilakukan oleh Murdianingrum et. al. (2006) tentang análisis perbedaan gender – tinjauan peran jenis dan fisik terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi teoretis yang lebih kuat dan implikasi praktis yang lebih lengkap bagi para tim audit, sehingga dapat membantu menentukan metode komunikasi yang tepat bagi auditor agar dapat melakukan pengambilan keputusan yang optimal. Dengan menambahkan varibel moderator dari paper Murthy & Kerr (2004) dan Payne et al. (2010) yang belum memasukkan familiarity, dan gender dalam penelitian mereka dalam menguji penggunaan alternatif komunikasi dalam tim audit pada pengambilan keputusan audit dalam melakukan review antara preparer dan reviewer Pembuatan Keputusan Grup dalam Auditing Secara umum literatur tentang group dalam pembuatan keputusan, dibagi dalam dua tipe: (1) hierarchical groups dan (2) peer groups (Jessup dan valacich, 1993). Hierarchical group dalam auditing diwakili terutama dari proses review audit. Beberapa proses pembuatan keputusan secara hirarki dilengkapi selama pelaksanaan pada bagian lapangan dari audit. Peer groups digunakan untuk membuat keputusan secara kolektif dalam bentuk komunikasi secara bersamaan (Sutton et al. 1991). Ashton et al. (1988) mencatat bahwa peer review menjadi semakin penting dalam mendukung aktivitas tim audit, terutama dalam perencanaan audit dan pada fase pelaporan. Peer group audit secara khusus berfokus pada isu yang lebih luas seperti pengungkapan pelaporan keuangan, tingkat materialitas, dan pemilihan laporan audit (Ashton et al. 1988). Beberapa penelitian mulai muncul dimana penelitian tersebut berfokus pada pengaruh dari peer group pada pembuatan keputusan audit. Libby et al. (1987) menemukan bahwa kemampuan sebuah grup untuk mengidentifikasi kinerja terbaik anggotanya dan menitikberatkan pada opini ahli secara signifikan ditingkatkan pada kualitas hasil keputusan. Group Support Systems (GSS) dan Computer Mediated Communication (CMC) Pada dasarnya semua penelitian-penelitian dari GSS digunakan dalam lingkungan faceto-face dan penggunaan pada GSS difokuskan untuk mendukung interaksi dengan sistem faceto-face (Sutton et al. 1991). Sebagian besar dari studi ini, merupakan bagian idea generation dari berbagai tugas eksperimental yang dilakukan dalam lingkungan GSS dengan sisa proses keputusan yang dilakukan dalam cara komunikasi face-to-face. Grup diperbolehkan untuk berinteraksi secara verbal dibawah arahan fasilitator grup (Hayne dan Sutton, 1996; dan Bamber et al. 1995). Briggs et al. (1997-1998) mencatat bahwa para peneliti lebih banyak berfokus pengguanaan GSS untuk perencanaan, hal tersebut sangat berbeda pada praktik yang lebih Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
169
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Sultan – K Leon S – S Luna M
sering, dimana GSS digunakan untuk melakukan pekerjaan daripada hanya digunakan untuk perencanaan untuk melakukan pekerjaan. Penelitian baru-baru ini dalam wilayah akuntansi mulai untuk menginvestigasi pengaruh GSS dalam pendistribusian domain grup dan dalam lingkungan yang tidak difasilitasi (Arnold et al. 2000). Karan et al. (1996) dalam Hayne et al. (2000) menemukan bahwa tidak seperti grup face-to-face, dukungan grup GSS tidak menunjukkan “choice shift” dalam penilaian. Murthy dan Kerr (2004) menemukan bahwa pekerjaan individual dalam grup yang menggunakan GSS menunjukkan pembelajaran yang tinggi daripada grup face-to-face. Bamber et al. (1996) menemukan bahwa grup dengan menggunakan sistem GSS dan face-to-face berada pada tingkat yang sama dalam konsensus, sementara grup GSS memiliki tingkat yang tinggi dalam hal penerimaan. Ho (1994) dalam Hayne (2000) juga menemukan tingkat yang tinggi pada penerimaan dan tingkat yang tinggi pada kepuasan pada keputusan. Familiarity Familiarity dengan terminologi yang digunakan dalam hyperlinks dan dengan struktur dari satu sisi yang dapat mengurangi pengguna dari prilaku trial-and-error (Edwards and Hardman, 1989) dalam (Galletta et al. 2006). Pengguna yang familiar dengan terminologi dan struktur cenderung dapat mengurangi kebingungan atau “lost” dan akan mengurangi jumlah “klik” serta secara keseluruhan mengurangi keterlambatan untuk mencapai target (Galletta et al. 2006). Familiarity dengan situasi tugas yang khusus mengarah ke pengembangan dari skrip, atau pendekatan heuristic yang menyederhanakan proses pengambilan keputusan (Alba & Hutchinson, 1987; Bozinoff, 1981) dalam (Galletta et al. 2006). Dalam tim audit, yang lebih familiar dengan metode GSS, mereka akan lebih efektif menggunakan metode tersebut dalam komunikasi untuk proses pengambilan keputusan, sedangkan anggota tim yang lebih familiar dengan menggunakan metode face-to-face akan kurang efektif jika menggunakan GSS dalam pengambilan keputusan pada tim audit. Familiarity mengatur perilaku, membuatnya lebih diprediksi, dan memfasilitasi interaksi dalam kelompok (Feldman, 1984; Jehn & Shah, 1997; Kahn, 1989; Murnighan & Conlon, 1991). Familiarity menghasilkan pemeliharaan norma yang menentukan topik yang dapat dibahas dalam kelompok dan apa jenis hubungan yang dapat diterima di antara para anggota (Roy, 1959) dalam (Okhuysen, 2001). Norma-norma yang didukung melalui perilaku, tidak langsung menangani tugas kelompok melainkan menangani kebutuhan sosialnya (Okhuysen, 2001). Familiarity juga akan menghasilkan aktivitas gangguan dalam grup melalui interaksi sosial dalam tiga cara; pertama, norma prososial dapat mendorong anggota mengganggu kegiatan untuk melaksanakan perilaku yang akan meredakan ketegangan atau menjembatani perbedaan pendapat (Gruenfeld, Mannix, Williams, & Neale, 1996) dalam (Okhuysen, 2001). Untuk mengantisipasi respon anggota untuk jenis perilaku sosial tertentu, seperti bercanda, anggota dapat mengganggu tanpa memperhatikan reaksi negatif dari orang lain. Terakhir, familiarity memungkinkan anggota untuk tugas terpisah dari konflik interpersonal, sehingga memudahkan anggota untuk mengekspresikan ketidaksepakatan mengenai tugas kelompok (Shah & Jehn, 1993). Gender Beberapa pengertian gender dalam Umar (1999): 1. Gender menurut Webster’s New World Dictionary Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.
170
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sultan – K Leon S – S Luna M
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
2. Gender menurut Women’s Studies Encyclopedia Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalis dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. 3. Gender menurut Hilary M. Lips dalam bukunya Sex and Gender: an Introduction Gender adalah harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. 4. Gender menurut Linda L. Lindsey Bidang kajian gender meliputi semua ketetapan masyarakat perihal ketentuan seseorang sebagai pribadi yang maskulin atau feminin. 5. Gender menurut Ealine Showalter Gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan namun dilihat dari konstruksi sosial budaya. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gender mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis (Murdianingrum et.al. 2006). Secara umum, konsep gender berbeda dengan konsep sex (jenis kelamin). Gender adalah perbedaan perilaku (behavioral differences) antara pria dan wanita yang konstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan dari Tuhan, melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang (Murdianingrum et.al., 2006). Nuryoto; Latif (2001) dalam Murdianingrum et. al. (2006) menggolongkan gender menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Maskulin Seseorang yang memiliki karakter maskulin tinggi (maskulin ekstrem) akan cenderung memiliki sifat sombong dan mengeksploitasi orang lain. 2. Feminin Seseorang yang mempunyai karakter feminin tinggi (ekstream) akan cenderung mempunyai rasa kecemasan yang tinggi. 3. Androgini Seseorang yang mempunyai karakter androgini cenderung memiliki wawasan yang luas, fleksibel, cepat bereaksi dalam situasi apapun dan mempunyai dorongan pencapaian tujuan yang tinggi. 4. Tidak tergolongkan (undifferentiated) Seseorang yang termasuk ke dalam golongan undifferentaited mempunyai karakter maskulin dan feminin yang rendah. Hal ini akan berdampak negatif terhadap dirinya dalam hal penyesuaian diri dengan lingkungan. Pengembangan Hipotesis Sebagai landasan teori dalam penelitian ini, digunakan teori Task-Technology Fit (TTF) sebagai tipologi dari tugas dan teknologi CMC dan juga untuk menentukan kesesuaian antara tipe yang berbeda dari tugas dan teknologi yang digunakan. Teknologi CMC didefinisikan secara luas dari Zigurs dan Beckland (1998) sebagai satu set yang terdiri dari komunikasi, pemrosesan informasi, dan alat penstrukturan agenda yang didesain untuk bekerja sama untuk mendukung pemenuhan tugas dari grup. Communication support tools membantu kebutuhan komunikasi dalam grup dan mencakup fitur seperti input secara simultaneous dan anonymous, feedback dari anggota yang lain dalam grup dan tampilan komentar yang dibuat oleh anggota kelompok. Information-processing support tools berhubungan dengan agregasi, organisasi, dan evaluasi dari input informasi dari anggota grup dan sumber informasi lainnya. Agendastructuring support tools digunakan untuk menjelaskan dan memfasilitasi proses dari interaksi antar anggota dan termasuk alat lainnya yang digunakan untuk mengatur dan menegakkan agenda dan voting. Teori TTF berpendapat bahhwa hubungan yang baik antara alat teknologi Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
171
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Sultan – K Leon S – S Luna M
CMC tersebut dan persyaratan tugas yang dilaporkan dalam kinerja tim yang baik (Murthy dan kerr, 2004). Untuk membandingkan interaksi antara face-to-face, bulletin board dan chat system, komunikasi diarahkan pada peningkatan perubahan informasi secara relatif dalam interaksi dalam tim audit dengan masing-masing metode yang digunakan. Proses inipun tergantung pada familiaritas, pengalaman dan gender dari tim audit dalam melakukan komunikasi didalam tim. Dari argumen tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1: pengaruh kinerja pemecahan masalah dalam hidden profile task akan dipengaruhi oleh familiarity pada interaksi tim yang menggunakan sistem bulletin board, diikuti dengan tim yang menggunakan sistem chat, diikuti dengan interaksi tim menggunakan sistem face-to-face. H2: pengaruh kinerja pemecahan masalah dalam hidden profile task akan dipengaruhi oleh gender pada interaksi tim yang menggunakan sistem bulletin board, diikuti dengan tim yang menggunakan sistem chat, diikuti dengan interaksi tim menggunakan sistem face-to-face.
METODE PENELITIAN
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang tergabung dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) se DIY dan JATENG. Partisipan merupakan auditor aktif di suatu KAP, kemudian dibentuk 6 kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 5 orang. Setiap partisipan dalam kelompok diupayakan sama untuk beberapa kriteria yaitu: aptitude (diukur berdasarkan jam audit), background in accounting (masih bekerja di lingkungan akuntansi atau audit), gender (tidak semua laki-laki atau perempuan dalam tim) dan auditor yang sering menggunakan komputer (lebih familiar dengan teknologi). Tim ditugaskan untuk salah satu dari tiga cara komunikasi yaitu dengan bulletin board, chat dan face-to-face. 2 tim menyelesaikan eksperimen dengan menggunakan bulletin board tool, 2 tim menyelesaikan eksperimen dengan menggunakan chat tool dan 2 tim menyelesaikan ekspeimen dengan menggunakan face-to-face. Dua kertas kerja mengenai bahan penugasan diberikan kepada partisipan diawal eksperimen. Kertas kerja pertama berisi tentang latar belakang informasi, deskripsi tugas dan instruksi. Kertas kerja kedua berisi informasi dalam bentuk catatan audit yang dibuat selama hypothetical interviews dari tenaga kerja klien dan review dokumen klien yang digunakan untuk meyelesaikan tugas. Latar belakang informasi menggambarkan peran partisipan sebagai satu dari 4 anggota tim yang melakukan audit tahunan dari perusahaan. Isi bahan tersebut menyatakan bahwa tugas mereka adalah meyelesaikan suatu masalah yang muncul selama kasus audit. Gambaran permasalahan yang digunakan adalah sebagai berikut: klien menerima past-due notice ( catatan jatuh tempo) dari pemasoknya, yang menyatakan bahwa perusahaan klien meminjam $420.000 untuk faktur No. 54212. Sementara catatan klien menunjukkan bahwa sebuah cek bernilai $420.000 telah dikirim untuk faktur tersebut. Sementara vendor bersikeras bahwa check tersebut belum mereka terima dan mengancam akan menyerahkan akun klien tersebut kepada agen kolektor. Material case menyatakan bahwa 4 karyawan klien di interview mengenai transaksi oleh satu per satu anggota tim. Pernyataan yang diperoleh dari karyawan klien tesebut yang diperoleh selama anggota tim menginterview disimpan dalam lembar catatan audit. Instruksi selanjutnya menjelaskan bahwa tugas partisipan adalah menjawab pertanyaan berikut: pertama, Pemasok klien menyatakan bahwa klienmu meminjam $420.000, sementara klienmu mengklaim bahwa pinjaman tersebut tidak ada. Apa yang akan terjadi yang disebabkan dengan disagreement ini?. 172
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sultan – K Leon S – S Luna M
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Kedua, Sebenarnya seberapa banyak uang yang dipinjam oleh klienmu pada suppliers? Tugas khusus ini dipilih dengan 3 alasan: pertama, distribusi diantara anggota tim uniquely held dan commonly held information yang relevan menciptakan hidden profile, kedua lebih objektif mengukur performa dari tim karena tim bisa menjawab salah dan benar, ketiga tugas ini memberikan ketepatan dan kesesuaian antara pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas dengan tingkat pengetahuan partisipan. Tiap catatan audit dari anggota tim berisi informasi yang berkaitan dengan transaksi yang terkait dengan pernyataan yang diperoleh selama interview dan mereview dokumen pendukung. Sebagian informasi sangat umum bagi semua tim (artinya bahwa semua anggota tim mendapatkan informasi tersebut), namun masingmasing anggota tim setidaknya memiliki dua informasi unik (artinya tidak dimiliki oleh seluruh anggota tim). Satu bagian uniquely information dari anggota tim adalah relevan dan penting untuk menyelesaiakn masalah secara tepat, Sementara satu uniquley information lainnya tidak relevan, namun informasi tersebu terlihat begitu penting. Satu anggota tim dipilih untuk menjadi sekretaris yang bertugas untuk mencatat solusi yang dihasilkan tim. Seluruh tim diberitahu bahwa mereka memilik 45 menit untuk bekerjasama meyelesaikan masalah tersebut. Setiap tim dengan model interaksi face-to-face duduk di kursi dalam sebuah ruang konferesi dan dimonitor secara langsung. Sebelum memulai diskusi, partisapan diminta untuk tidak menunjukkan catatan audit secara langsung kepada seluruh anggota timnya. Mereka juga diberitahu bahwa telah disiapkan semcam kertas yang dapat digunakan untuk mencatat hasil diskusi yang mereka inginkan, kemudian kertas tersebut sengaja diletakkan sehingga setiap anggota tim dapat melihat hasil tersebut kapanpun. Setelah setiap menyelesaikan kasus tersebut, maka fasilitator eksperimen akan mengumpulkan material case dan solusi dari hasil diskusi mereka. Untuk melakukan simulasi pada lingkungan CMC, tim yang ditugasi melakukan treatment CMC, yaitu menggunakan dua alat: pertama, A synchronous chat tool dan kedua, WebBoard yaitu web-base bulletin board system yang dikembangkan oleh tim penelitian ini. Chat System adalah simpel tools yang mengharuskan bahwa komentar yang ditulis di dalam input window yang berada di bagian bawah layar, dan komentar akan segera ditransfer pada saat itu juga ketika melakukan entry. Seluruh komentar partisipan akan muncul di layar window, dengan efek “group memory”. Komentar yang dibuat oleh partisipan akan akan nampak secara real-time, bahkan seketika pesan tersebut disusun atau dituliskan di dalam input window. Untuk treatment Web Board bulletin-board diinteraksikan melalui private conferences (area diskusi bulletin-board) yang dibuat oleh masing-masing tim. Dalam sistem ini partisipan bertukar informasi dengan anggota tim dalam satu kelompok dengan cara mengirim pesan ke private conference tim. Untuk dapat mengirim pesan, maka partisipan setidaknya harus membuat topik baru dan mengirimnya dalam topik tersebut atau mengirim pesan dengan topik yang sudah dibuat oleh anggota tim sebelumnya. Partisipan yang berinteraksi dengan CMC diberikan penjelasan singkat mengenai mekanisme penggunaan sistem bersamaan dengan instruksi tertulis. Tim yang menggunuakan fasilitas CMC meyelesaikan kasus eksperimen ini di lab computer atau ruangan, di dalam lab computer atau ruangan tersebut setiap anggota tim diberikan sebuah komputer dengan anggota tim lain yang disebar di ruangan tersebut. Selanjutnya setiap anggota tim tidak diperkenankan untuk berbicara..
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam hipotesis penelitian ini, tipe komunikasi menggunakan Bulletin Board lebih baik dibandingkan dengan Chat System, serta Chat system leibh baik dibandingkan dengan face-to-face. Pengukuran dalam kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini diukur Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
173
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Sultan – K Leon S – S Luna M
berdasarkan ketepatan tim untuk menjawab kedua pertanyaan yang diajukan; yaitu: (1) pemasok mengklaim klien anda berutang sebesar $420.000, tetapi klien anda menyatakan tidak memiliki utang tersebut. Apa yang menyebabkan ketidaksepahaman ini? [Jawaban: pembayaran tersebut dikirimkan kepada pemasok yang salah]. (2) berapa banyak utang yang dimiliki klien anda kepada pemasok? [jawaban: $240.000, klien hanya menerima jumlah persediaan yang ada]. Kemampuan memecahkan masalah di ukur menggunakan tiga skala pengukuran, yaitu (0 – 2). Satu poin untuk satu jawaban yang benar. Hasil pengujian ini dapat di lihat dalam Tabel 1 berikut: TABEL 1 KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PANEL A: Descriptive Statistics Bulletin Chat Face-to-face Board System Distribusi jumlah Kedua pertanyaan 33% 50% 50% pertanyaan yang Hanya pertanyaan 1 17% 17% 33% dijawab dengan Hanya pertanyaan 2 17% 17% 17% benar Tidak keduanya 33% 17% 0% Mean Rank 2.75% 3.67% 2% Mean 1.00 1.33 1.50 Std. Dev. 89% 81% 54% PANEL B: Mann-Whitney U Test Result Skor distribusi perbandingan tipe Bulletin Board vs Chat System Chat System vs Face-to-face Sumber : data diolah (2015)
Mann-Whitney U Statistics 2.5 1.0
Significance Level 0.761 0.182
Perbandingan berpasangan dengan menggunakan Mann-Whitney U tests menunjukkan untuk menentukan distribusi skor untuk masing-masing tiga tipe komunikasi dapat di lihat dalam Tabel 1, panel B. sebagai prediksi, tim yang menggunakan tipe komunikasi Bulletin Board tidak berpengaruh secara signifikan memecahkan masalah dengan tim yang menggunakan sistem komunikasi Chat System (p = 0.761). kemudian tidak terjadi perbedaan tipe komunikasi antara Chat System dengan tim yang menggunakan tipe komunikasi face-to-face dalam memecahkan masalah (p = 0.182). Masing-masing tim berhasil menyelesaikan kasus yang diberikan, anggota dari masingmasing tim tidak hanya membutuhkan informasi unik yang relevan saja, tetapi anggota tim membutuhkan semua informasi yang di sajikan untuk menjawab pertanyaan yang di tugaskan. Untuk menentukan mana yang lebih unggul dalam memecahkan masalah dari tim yang menggunakan alat komunikasi berbantuan komputer, dalam penelitian ini menggunakan Bulletin Board dan Chat System, atau kombinasi keduanya, yang merupakan videotape dari diskusi tatap muka (face-toface). Hasil uji yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua jenis tipe komunikasi berbantuan komputer, baik bulletin board maupun chat system tidak terdapat perbedaan secara signifikan (p = 0.761). Dalam proses menyelesaikan kasus tidak terdapat masalah jaringan internet seperti yang pernah di lakukan pada penelitian sebelumnya. Hal ini di sebabkan pada penelitian ini menggunakan aplikasi software yang di kembangkan sendiri oleh tim peneliti yaitu dengan menggunakan jaringan internal dari software yang digunakan.. 174
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sultan – K Leon S – S Luna M
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Untuk meneliti kemungkinan perbedaan dalam tim dalam kemampuan memecahkan masalah, yaitu dengan melihat seberapa banyak waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas atau kasus yang diberikan, ditentukan dengan berapa lama tim menyelesaikan tugas tersebut. Rata-rata tim yang menggunakan komunikasi face-to-face membutuhkan waktu sebanyak 19.33 menit untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, kemudian bulletin board sebanyak 47.5 menit dan 43.5 menit untuk tim yang menggunakan chat system. Dari data tersebut tidak mengheranakan bahwa tipe komunikasi menggunakan face-to-face lebih cepat dalam menyelesaikan masalah dibandingkan tim yang menggunakan komunikasi berbantuan komputer, karena mereka dapat berkomunikasi secara langsung tanpa ada penghalang dalam proses komunikasi tersebut. Fakta yang dapat diperoleh dari penelitian ini, bahwa tipe komunikasi menggunakan bulletin board membutuhkan waktu yang lebih lama, dibandingkan tipe komunikasi menggunakan chat system. Fakta ini menunjukkan bahwa tipe komunikasi menggunakan bulletin board membutuhkan tingkat pengalaman yang tinggi pada kondisi time pressure, selain itu responden yang di gunakan dalam penelitian ini lebih familiar menggunakan chat system karena sebagian responden yang mengukuti eksperimen memiliki akun yahoomessenger. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan tim menyelesaikan masalah dalam suatu kasus dalam bidang auditing dengan menggunakan tiga tipe komunikasi yang digunakan, yaitu; face-to-face dan komunikasi yang menggunakan berbantuan komputer, yaitu; Bulletin Board dan Chat System. Dalam penelitian ini menghipotesiskan bahwa tipe komunikasi menggunakan Bulletin board lebih baik dalam mengambil keputusan dalam tim audit dibandingkan dengan tim yang menggunakan Chat system. Chat system lebih baik daripada tim yang menggunakan face-to-face. Dari ketiga tipe komunikasi yang di uji melalui eksperimen yang dilakukan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah, ketiga tipe komunikasi tersebut tidak ada yang berpengaruh secara signifikan. Artinya dari ketiga tipe komunikasi yang di gunakan tidak terdapat salah satu tipe komunikasi yang lebih baik dan efektif dalam pengambilan keputusan dalam tim audit. Penelitian yang dilakukan oleh Murty dan Kerr (2004) mendapatkan hasil bahwa tipe komunikasi menggunakan Bulletin Board lebih baik (berpengaruh signifikan) dibandingkan tipe komunikasi menggunakan chat system, dan chat system tidak berpengaruh dengan faceto-face, tetapi dalam penelitian mereka tidak memasukkan familiarity dan gender dalam tim audit yang mereka bentuk. Dari hasil penelitian ini yang memasukkan variabel Familiarity dan Gender, mendapatkan hasil yang berbeda. Responden yang digunakan dalam penelitian ini, seluruhnya familiar dengan aplikasi komunikasi berbantuan komputer yang digunakan. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Okhuysen (2001), mengatakan bahwa tim yang familiar dengan aplikasi yang digunakan dalam berkomunikasi akan menghasilkan beberapa gangguan seperti bercanda dalam komunikasi tim. Hal ini dapat menghambat waktu tim dalam menyelesaikan tugas atau kasus yang di bahas dalam tim. Dalam penelitian ini, tim yang menggunakan tipe komunikasi bulletin board dalam komentarnya terdapat beberapa komentar yang tidak berkaitan dengan kasus yang sedang dilaksanakan. Hasil penelitian ini ternyata tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan responden dalam penelitian ini tidak terbiasa berkomunikasi berbantuan komputer dalam rangka berdiskusi memecahkan masalah dalam tim. Komunikasi yang biasa dilakukan ialah komunikasi secara umum. Dalam penelitian ini memberikan gambaran mengenai tipe perspektif gender dalam pengambilan keputusan. Terdapat empat tipe gender yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
175
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Sultan – K Leon S – S Luna M
maskulin, feminin, androgini dan tidak tergolongkan (undifferentiated), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe maskulin dan androgini memiliki antusiasme dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dalam tim audit. Mereka selalu memberikan alternatif atau ide-ide dalam berkomunikasi dalam tim audit, tetapi tipe maskulin cenderung menjadi variabel pengganggu dalam tim audit, karena dalam komunikasi dalam tim audit sering memberikan komentar yang tidak berhubungan dengan kasus yang sedang di bahas, hal ini terlihat dari seringnya bercanda dalam komunikasi dalam tim audit. Sedangkan tipe feminin, cenderung lebih serius dalam menyelesaikan kasus dalam tim audit, ha ini terlihat dari ekspresi dan komentar yang diberikan dalam tim audityang fokus pada kasus yang sedang di bahas. Hal positif yang di miliki dari tipe feminin ini adalah mereka lebih teliti dan dapat menjawab pertanyaak yang diajukan dalam eksperimen ini. Dalam penelitian ini tidak terdapat tipe undifferentiated sehingga peneliti tidak dapat memberikan gambaran mengenai tipe ini dalam komunikasi di tim audit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dalam bidang ini masih sangat terbatas, peneliti dalam menyusun penelitian ini, referensi penelitian yang digunakan semua berasal dari luar negeri. Penelitian seperti ini sebaiknya dapat dikembangkan di Indonesia mengingat jangkauan tim audit dimasa yang akan datang jauh lebih luas, sehingga membutuhkan suatu alat komunikasi yang efektif dalam berkomunikasi dalam tim audit walaupun tidak harus bertemu secara langsung. Hasil penelitian ini, dari ketiga jenis tipe komunikasi yang digunakan, yaitu bulletin board, chat system dan face-to-face, ketiganya tidak berpengaruh secara signifikan walaupun telah di moderasi variabel familiarity dan gender pada tiap tipe komunikasi. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya: 1. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini masih relatif kecil, hal ini terjadi karena sikap kehati-hatian KAP dalam menjaga data klien mereka kepada pihak luar, walaupun sebenarnya penelitian ini tidak berhubungan sama sekali dengan data rahasia klien mereka. 2. Masih terdapat beberapa keterbatsan dalam Software yang dikembangkan, terdapat beberapa konten yang masih harus di tambahkan dalam tiap tipe komunikasi baik bulltein board maupun chat system.. Berdasarkan beberapa keterbatasan diatas, terdapat beberapa saran, diantaranya: 1. Untuk eksperimen selanjutnya dapat menambah partisipan, tidak hanya dari KAP tetapi dapat ditambahkan pada sektor bisnis lainnya yang relevan. 2. Mengembangkan lebih lanjut software yang telah ada agar penggunaannya dapat lebih mudah untuk di aplikasikan, seperti data perusahaan yang akan diaudit oleh KAP..
176
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sultan – K Leon S – S Luna M
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
DAFTAR PUSTAKA Arnold, V., S. G. Sutton, S. C. Hayne, and C. A. P. Smith. (2000). Group Decision Making: The Impact of Opportunity-cost Time Pressure and Group Support Systems. Behavioral Research in Accounting 12: 69 – 96. Ashbaugh, H; Johnstone, K.M and Warfield, T.D (1999), “Corporate reporting on the internet”, Accounting Horizons, 13(3): 241-257. Ashton, R. H., D. N. Kleinmuntz, J. B. Sullivan, and L. A. Tomassini. (1988). Audit Decision Making. In Research Opportunities in Auditing: Thee Second Decade, edited by A. R. Abdek-Khalik and I. Solomon, 95 – 132. Sarasota, FL: American Accounting Association. Bamber, E. M., and J. H. Bylinski. (1987). The effects of the planning memorandum, time pressure and individual auditor characteristics on audit managers’ review time judgments. Contemporary Accounting Research 4 (1): 127–143. Bamber, E. M., P. Gillet, T. J. Mock, and K. T. Trotman. (1995). Audit Judgment. In Auditing Practice, Research, and Education: 55 – 85. Biggs, S. F., W. F. Messier, Jr., and J. V. Hansen. (1987). A descriptive analysis of computer audit specialists’ decision-making behavior in advanced computer environments. Auditing: A Journal of Practice & Theory 6 (Spring): 1–21. Brazel, J. F., C. P. Agoglia, and R. C. Hatfield. (2004). Electronic versus face-to-face review: The effects of alternative forms of review on auditors’ performance. The Accounting Review 79 _4_: 949–966. Briggs, R. O., J. F. Nunmaker, Jr., and R. H. Sprague. Jr. (1997-1998). 1001unanswered research questions in GSS. Journal of Management Information Systems: 3 – 21 Dahl, D., Manchanda, R., & Argo, J. (2001). Embarrassment in consumer purchase: The roles of social presence and purchase familiarity. Journal of Consumer Research, 28, 473–481. Feldman, D. G. (1984). The development and enforcement of group norms. Academy of Management Review, 9: 47-53. Galletta F. Dennis, M. R. Henry, S. McCoy, and P. Polak. (2006). When the Wait Isn’t So Bad: The Interacting Effects of Website Delay, Familiarity, and Breadth. Information Systems Research 1: 20 – 37. Gibbins, M., and K. T. Trotman. (2002). Audit review: Managers’ interpersonal expectations and conduct of the review. Contemporary Accounting Research 19 _3_: 411–444. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
177
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Sultan – K Leon S – S Luna M
Gruenfeld, D. H., Mannix, E. A., Williams, K. Y., & Neale, M. A. (1996). Group composition and decision making: How member familiarity and information distribution affect process and performance. Organizational Behavior & Human Decision Processes, 67: 1-15. Hassebrock, F., P. E. Johnson, P. Bullemer, P. W. Fox, and J. H. Moller. (1993). When less is more: Representation and selective memory in expert problem solving. The American Journal of Psychology 106 (2): 155–189. Hayne, S. C., and S. G. Sutton. (1996). Toward Effective Group Decision Making: Interacting Group Support Systems Into the Accounting Environment. Advances in Accounting Information Systems 4: 279 – 304. Hodge, F and Pronk, M, (2006), “The impact of expertise and investment familiarity on investors’ use of online financial reporting information”, Journal of Accounting, Auditing and Finance, pp. 267-292. Jehn, K. A., & Shah, P. P. (1997). Interpersonal relationships and task performance: An examination of mediating processes in friendship and acquaintance groups. Journal of Personality and Social Psychology, 72: 775-790. Jessup, L., and J. Valacich. (1993). Group Support Systems: A New Frontier. New York, NY: MacMillan. Johnson, E. N. (1994). Auditor Memory for Audit Evidence: Effects of Group Assistance, Time Delay, and Memory Task. Auditing: A Journal of Practice & Theory: 36 – 56. Kahn, W. A. (1989). Toward a sense of organizational humor: Implications for organizational design and change. Journal of Applied Behavioral Science, 25: 45-63. Kinard, B. R., M. L. Capella, and J. L. Kinard. (2009). The Impact of Social Presence on Technology Based Self-Service Use: The Role of Familiarity. Services Marketing Quarterly, 30:303–314 Larkin, J., J. McDermott, D. P. Simon, and H. A. Simon. (1980). Expert and novice performance in solving physics problems. Science 208: 1335–1342. Libby, R., and J. Luft. (1993). Determinants of judgment performance in accounting settings: Ability, knowledge, motivation, and environment. Accounting, Organizations and Society 18 (5): 425– 451. Libby, R., and I. Zimmer. (1987). Member Variation, Recognition of Expertise, and Group Performance. Journal of Applied Psychology: 81 – 87. Lymer, A and Tallberg, A (1997), “Corporate Reporting and the Internet – A Survey 178
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Sultan – K Leon S – S Luna M
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
and Commentary on the use of the WWW in Corporate Reporting in the UK and Finland”, Paper Presented at EAA’97, Graz, Austria. Mclain, D. L., and R. J. Aldag. (2009). Complexity and Familiarity with Computer Assistance when Making Ill-Structured Business Decisions. International Journal of Information Technology & Decision Making 8: 407 – 426. Miller, C. L., D. B. Fedor, and R. J. Ramsay. (2006). Effects of discussion of audit reviews on auditors’ motivation and performance. Behavioral Research in Accounting 19: 91–106. Murdianingrum, S.L., Marita, Suryaningsum, S. (2006). Analisis Perbedaan GenderTinjauan Peran Jenis dan Fisik terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 10 – 11. Murnighan, J. K., dan Conlon, D. E. (1991). The Dynamics of Intense Work Groups: A Study of British String Quartets. Administrative Science Quarterly, 36: 165 – 186. Murthy, S. Uday, and Kerr S. David. (2004). Comparing Audit Team Effectiveness via Alternative Modes of Computer-Mediated Communication. Journal of Practice & Theory 23: 141–152. Okhuysen, G. A. (2001). Structuring Change: Familiarity and Formal Interventions in Problem-Solving Groups. Academy of Management Journal, 4: 794 – 808. Patel, V. L., G. J. Groen, and C. H. Frederiksen. (1986). Differences between medical students and doctors in memory for clinical cases. Medical Education 20: 3–9. Payne, Elizabeth A., Ramsay Robert J., and Bamber E. Michael. (2010). The Effect of Alternative Types of Review on Auditors’ Procedures and Performance. Journal of Practice & Theory 29: 207–220. Reckers, P. M., and J. J. Schultz, Jr. (1993). The Effect of Fraud Signals, Evidence Order, and Group-Assisted Counsel on Independent Auditor Judgment. Behavioral Research in Accounting: 124 – 144. Rich, J. S., I. Solomon, and K. T. Trotman. (1997a). Multi-auditor judgment/decision making research: A decade later. Journal of Accounting Literature 16: 86–126. Roy, D. F. (1959). Banana time; Job satisfaction and informal interaction. Human Organization, 18:158-168. Shah, P. P., & Jehn, K. A. (1993). Do friends perform better than acquaintances? The interaction of friendship, conflict, and task. Group Decision and Negotiation, 2; 149-165. Shelton, S. W. (1999). The effect of experience on the use of irrelevant evidence in auditor judgment. The Accounting Review 74 (2): 217–224. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
179
PENGARUH FAMILIARITY DAN, ………
Sultan – K Leon S – S Luna M
Sutton, S. G., and J. C. Lampe. (1991). A Framework for Evaluating Process Quality for Audit Engagements. Accounting and Business Research (Summer): 275 – 288. Tan, H. and K. T. Trotman. (2003). Reviewers’ responses to anticipated stylization attempts by preparers of audit workpapers. Auditing: A Journal of Practice & Theory 78 (2): 581–604. Wiggins, M., and D. O’Hare. (1995). Expertise in aeronautical weather-related decision making: A cross-sectional analysis of general aviation pilots. Journal of Experimental Psychology. Applied 1 (4): 305–320. Zigurs, I., and B. K. Buckland. (1998). A Theory of Task-Technology Fit and Group Support Systems Efectiviness. MIS Quarterly 22 (3): 313–334. Ziv, A., & Gadish, O. (1990). The disinhibiting effects of humor: Aggressive and affective responses. Humor, 3: 247-257. .
180
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DALAM MEMBANGUN KEPERCAYAAN, DAN LOYALITAS NASABAH MELALUI KEPUASAN, REPUTASI DITINJAU DARI KUALITAS LAYANAN PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) DI KABUPATEN KUDUS Noor Azis 1 Dwi Soegiarto2 Ratna Yulia Wijayanti3 Abstract: Analysis of Factors in Building Trust, Through Customer Satisfaction and Loyality, Reputation Based on Quality of Service in Baitul Maal Wattamwil (BMT) District in Kudus. As one of the Islamic financial institutions that support the improvement of the quality of economic business small and micro entrepreneurs down, Baitul Maal Wattamwil (BMT) should be in line with the strategy to retain customers (customer retention) and recapture (customer winback) occupies a central point in an effort to keep excels in long-term competitiveness. In accordance with the formulation of the problem, this study has the following objectives: to test and analyze the effect on satisfaction perception of service quality and reputation, test and analyze the influence of satisfaction and reputation for trust and confidence Examine and analyze the effect on loyalty In this study the number of samples was 210 respondents, the analysis used confirmatory factor analysis (confirmatori factor analysis) on SEM (stuctural Equation Modelling) is used to confirm how much the variables of service quality perceptions, satisfaction, reputation, trust and mutual loyalty influence. Using the results of the above analysis obtained the following results: (1) there is a positive and significant influence between the quality of services to satisfaction as evidenced by a probability value (0,000) and the value of t-test or CR is equal to (4.502), (2) there is a positive and significant influence between the quality of service to the reputation evidenced by a probability value (0,000) and the value of t-test or CR is equal to (3.337), (3) there is a positive and significant influence between the satisfaction of customer confidence as evidenced by value probability (0.000) and the value of t-test or CR is equal to (3.805), (4) there is a positive and significant impact on the trust between reputation as evidenced by the probability value (0,000) and the value of t-test or CR is equal to (4.752) , (5) there is a positive and significant effect of trust on customer loyalty as evidenced by a probability value (0,000) and the value of t-test or CR is equal to (4.512). Abstrak: Analisis Faktor-Faktor dalam Membangun Kepecayaan, dan Loyalitas Nasabah Melalui Kepuasan, Reputasi ditinjau dari Kualitas Layanan pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Kudus. Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah yang mendukung peningkatan kualitas usaha ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawah, Baitul Maal Wattamwil (BMT) harus sejalan dengan strategi untuk mempertahankan pelanggan (customer retention) dan merebut kembali (customer winback) menempati titik sentral 1 Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus 2 Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus, email: dwi_soegiarto@yahoo. com 3 Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
181
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
dalam upaya untuk tetap unggul pada persaingan jangka panjang. Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : menguji dan menganalisa pengaruh persepsi kualitas layanan terhadap kepuasan dan reputasi, menguji dan menganalisa pengaruh kepuasan dan reputasi terhadap kepercayaan dan Menguji dan menganalisa pengaruh kepercayaan terhadap loyalitas. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 210 responden, analisis yang digunakan analisis faktor konfirmatori (confirmatori factor analysis) pada SEM (Stuctural Equation Modelling) yang digunakan untuk mengkonfirmasikan seberapa besar variabel-variabel persepsi kualitas layanan, kepuasan, reputasi, kepercayaan dan loyalitas saling mempengaruhi. Dengan menggunakan hasil analisis di atas diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : (1) ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas layanan terhadap kepuasan yang dibuktikan dengan nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (4,502), (2) ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas layanan terhadap reputasi yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (3,337), (3) ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan terhadap kepercayaan nasabah yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (3,805), (4) ada pengaruh yang positif dan signifikan antara reputasi terhadap kepercayaan yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (4,752), (5) ada pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan terhadap loyalitas nasabah yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (4,512). Kata Kunci: kualitas layanan, kepuasan, reputasi, kepercayaan dan loyalitas nasabah.
PENDAHULUAN
Usaha simpan pinjam adalah salah satu jenis usaha yang saat ini berada dalam iklim persaingan sangat ketat. Strategi untuk mempertahankan pelanggan (customer retention) dan merebut kembali (customer winback) menempati titik sentral dalam upaya untuk tetap unggul pada persaingan jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan salah satunya adalah dengan selalu memperbaiki kualitas jasa layanan yang diberikan kepada para nasabahnya. Karena hubungan yang baik akan merupakan value yang sangat menguntungkan dan mendorong pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat (relationship) dengan perusahaan. Saat ini lembaga keuangan memiliki peran yang sangat penting. Semua kegiatan ekonomi hampir tidak mungkin terhindar dari peran lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Sedang lembaga keuangan yang saat ini ada dominan dengan sistem bunga (konvensional). Sementara bunga dalam lembaga keuangan menurut pandangan sebagian besar ulama Islam adalah identik dengan riba. Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank dengan sistem syariah (prinsip bagi hasil) dalam istilah Indonesia dinamakan dengan Balai Usaha Mandiri Terpadu (BMT). Sedangkan bentuk badan usaha yang paling tepat untuk BMT adalah koperasi. Perbedaan yang paling pokok dalam lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah adalah penetapan sistem bagi hasil sebagai alternatif dari sistem bunga. Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan 182
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait, Prinsip utama yang diikuti oleh lembaga keuangan Islam itu adalah larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi, melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah dan memberikan zakat. Loyalitas nasabah dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan sangat penting kaitannya dengan eksistensi dan perkembangan keberhasilan perusahaan jasa. Kualitas pelayanan akan berpengaruh pada kepuasan nasabah yang pada akhirnya akan berdampak pada loyalitas nasabah pada penyedia jasa tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah adalah kualitas pelayanan yang mencakup harapan tentang kehandalan (Reliability), daya tanggap (Responsibility), jaminan (Assurance), empati (Empathy), dan bukti langsung (Tangible). (Tjiptono, 2000 : 15) Keberadaan BMT yang masih relatif baru jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional dan semakin berkembangnya masalah ekonomi masyarakat, maka berbagai kendala tidak mungkin dilepaskan dari keberadan BMT. Dengan Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah yang mendukung peningkatan kualitas usaha ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawah, Baitul Maal Wattamwil (BMT) harus sejalan dengan strategi diatas sehingga BMT mampu merebut hati pelanggan, membangun kepercayaan dan memenangkan persaingan. Berbagai survai menunjukkan bahwa kunci keberhasilan perusahaan bukan semata terletak pada produk ataupun jasa yang ditawarkan tetapi seberapa jauh dan prioritas perusahaan dalam upayanya memuaskan kebutuhan para pelanggan dan menjaga hubungan erat untuk memastikan mereka menjadi pelanggan setia/loyal (Manajemen ; Mei, 2001) Sebagaimana dinyatakan oleh Jenni Siat (1997) bahwa menciptakan hubungan kemitraan yang baik dengan pelanggan adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan. Bahkan dalam jangka panjang memungkinkan perusahaan untuk memahami harapan dan kebutuhan pelanggan serta selanjutnya dapat meningkatkan kualitas pelayanannya, karena pengalaman yang menyenangkan dari layanan jasa yang akan diingat pelanggan (Endar Suggiarto, 1999). Di dalam proses melayani pelanggan, sebenarnya terlihat adanya sebuah proses membangun kepercayaan (trust) sehingga sedapat mungkin tercipta loyalitas seumur hidup dari para pelanggan. Berdasarkan survai-survai yang telah dilakukan terbukti bahwa biaya akuisisi pelanggan baru lebih mahal dibanding memelihara pelanggan yang sudah ada (Manajemen : Mei , 2002). Berangkat dari hal-hal tersebut di atas, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah Baitul Maal Wattamwil (BMT)? b. Bagaimana pengaruh kualitas layanan terhadap reputasi Baitul Maal Wattamwil (BMT) ? c. Bagaimana pengaruh tingkat kepuasan nasabah terhadap kepercayaan nasabah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT)? d. Bagaimana pengaruh tingkat reputasi terhadap kepercayaan nasabah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT)? e. Bagaimana pengaruh kepercayaan terhadap loyalitas nasabah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT)? Luaran dari hasil penelitian adalah: a. Pengayaan bahan ajar khususnya berkaitan dengan pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan pengembangan praktis kelembagaan BMT dan juga pengembangan Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
183
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
pengetahuan dan wawasan tentang membangun kepercayaan dan loyalitas nasabah BMT serta untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dengan lebih memperluas factorfaktor yang mempengaruh dalam membangun kepercayaan dan loyalitas nasabah BMT. b. Artikel pada Jurnal Analisis Manajemen ISSN: `1411-17999 dan Jurnal Sains dan Teknologi ISSN: 1979-6870 Prosiding pada seminar ilmiah diterbitkan oleh BPFE Universitas Muria Kudus. Berbagai pengertian mengenai persepsi kualitas serta dimensi-dimensi pembentuknya, dalam penelitian mengenai analisis faktor-faktor pembentuk persepsi kualitas layanan untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas nasabah, diambil pengertian mengenai persepsi kualitas layanan, seperti dikemukakan oleh Parasuraman, et.al. (1991) dan Gronroos (1994), yaitu bahwa persepsi kualitas layanan adalah evaluasi keseluruhan dari fungsi jasa yang diterima secara aktual oleh pelanggan (kualitas teknis) dan bagaimana cara layanan tersebut disampaikan (kualitas fungsional). Berdasarkan definisi di atas, konsep kualitas mengarah pada subyektivitas penilai dan relatif, yaitu tergantung dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Terdapat beberapa elemen persamaan tentang pemahaman kualitas, yaitu: 1) kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, 2) kualitas mencakup produk, jasa, proses, dan lingkungan, 3) kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (terutama variabel waktu). Kepuasan merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen dimana konsumen bertindak dengan membandingkan antara performance aktual dan performance harapan (Bolton & Drew, 1991). Seperti dinyatakan oleh Bolton & Drew (1991) bahwa harapan dan tingkat kerja aktual akan mempengaruhi kepuasan konsumen dalam mempersepsikan kualitas suatu jasa. Sedangkan menurut Oliver (1993) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah pengalaman sejati atau keseluruhan kesan konsumen atas pengalamannya dalam mengkonsumsi suatu jasa. Dalam melakukan transaksi sebaiknya konsumen meyakini bahwa dia bekerja sama dengan patner kerja yang tepat dan dapat memberikan kepuasan. Peningkatan kepuasan konsumen terhadap perusahaan akan berdampak pada meningkatnya keyakinan akan keandalan perusahaan tersebut. Rasa puas konsumen akan menimbulkan kesan baik dari perusahaan dan secara langsung akan menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan perusahaan (Dorsch, et .al., 1998). Penelitian Cempakasari dan Yoestini (2003) menunjukkan bahwa kepuasan mempunyai hubungan positif terhadap kepercayaan pada perusahaan. Kepuasan yang menyeluruh yang tediri dari kepuasan atas produk itu sendiri (kepuasan atributif) dan kepuasan atas informasi yang digunakan dalam memilih produk (kepuasan informatif), akan mempengaruhi kepercayaan (Spreng et.al., 1996). Konsumen akan semakin percaya jika penilaian atas barang/jasa yang dihasilkan menunjukkan kualitas tinggi dan atau melampaui harapan awalnya (Singh, 2000). Penjelasan menyeluruh tentang bagaimana kepuasan akan mempengaruhi kepercayaan ini, dapat dilihat dari lima proses tumbuhnya kepercayaan, sebagaimana diungkapkan oleh Donney dan Cannon (1997). Kelima proses tersebut adalah: proses kalkulasi, proses prediksi, proses kapabilitas, proses motif, dan proses tranfer. Kelima proses ini bermuara pada apakah rekan mitra kerja dapat dipercaya jika melihat output yang dihasilkan dalam kerjasama. Reputasi perusahaan adalah pandangan atau persepsi atas perusahaan oleh orang-orang yang berada di dalam maupun di luar perusahaan (Miles dan Covin, 184
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
2000). Pada kasus-kasus perbankan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Grubbs & Reidenbach memperkirakan bahwa 1 orang nasabah yang tidak puas akan menceritakan pengalamannya kepada sekitar 9 orang, dan 13% dari nasabah yang tidak puas akan mengkonfirmasikannya lebih jauh kepada 20 orang lain lagi (Avilliani dan Wilfridus, 1997). Doney dan Cannon (1997) mendefinisikan reputasi supplier sebagai kepercayaan dari perusahaan dan orang, bahwa supplier adalah jujur, dan memperhatikan pelanggannya. Jika suatu vendor memandang reputasi mitra kerjanya bagus, kepercayaan akan diberikan. Sebaliknya reputasi yang negatif akan mengurangi rasa saling percaya antara dua pihak yang mengadakan hubungan kerja sama. Hal ini ditambahkan oleh Mascharenhas (1995) yang menyatakan bahwa tindakan tidak etis dari suatu kegiatan perusahaan akan menjadi malapetaka. Uraian tersebut sejalan dengan pernyataan Herbig et.al. (1994) bahwa untuk mencapai kepercayaan pertama-tama harus dikembangkan reputasi. Banyak konsep yang dikemukakan tentang kepercayaan (trust), namun di sini akan digunakan konsep yang dikemukakan oleh Kumar et.al. (1995) bahwa kepercayaan meliputi dua unsur pokok, yaitu kejujuran (honesty) dan kebaikan hati (benevolence). Kepercayaan pada kejujuran mitra kerja dinyatakan dalam menepati apa yang diucapkan, menepati kewajiban yang dijanjikan, dan jujur. Kepercayaan pada kebaikan hati menunjuk pada keyakinan bahwa mitra kerja memperhatikan kesejahteraan rekannya. Konsep tersebut ditegaskan oleh Doney dan Cannon (1997). Kepercayaan merupakan faktor penentu yang besar atas komitmen untuk melakukan hubungan (Morgan dan Hunt, 1994). Semakin besar kepercayaan, semakin besar intensitas untuk melakukan melakukan komitmen hubungan jangka panjang (Gundlach dan Mentzer, 1995). Pernyataan senada dikemukakan oleh Singh dan Sirdeshmukh (2000) yang menyatakan bahwa peran kepercayaan sebagai perekat yang mengarah pada hubungan jangka panjang. Hal tersebut juga ditegaskan lagi oleh Smith dan Barclay (1997) mengenai lima tindakan yang merupakan hasil dari kepercayaan, yaitu : relationship investment, influence acceptance, communication openess, control reduction, dan forbearence from opportunism. Lima hal tersebut mencerminkan suatu komitmen untuk menciptakan hubungan. Loyalitas merupakan bentuk lain dari hubungan jangka panjang. Loyalitas pelanggan terhadap suatu perusahaan muncul karena kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan (Chow dan Holden, 1997). Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam memprediksi loyalitas pelanggan. David Aaker (Marketing ; Januari, 2004) melakukan segmentasi perilaku loyalitas menjadi beberapa kelompok, yaitu : non-customers (membeli merk lain) , price switcher (sensitif terhadap harga), passively loyalist (membeli karena kebiasaan), fence sitters (merasa tak ada bedanya antara merk satu dengan yang lain), committed customers (berkomitmen membeli kembali merk tertentu). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Crosby dan Stephens (1987) pada industri jasa perasuransian, menyebutkan bahwa ketidakpuasan merupakan salah satu penyebab peralihan konsumen. Peneliti lain Fornell (1992) menyatakan bahwa pelanggan yang puas cenderung menjadi pelanggan yang loyal. Loyalitas nasabah merupakan kesetiaan nasabah terhadap penyedia jasa yang telah memberikan pelayanan kepadannya. Menurut Tjiptono (2002:122) loyalitas disini dapat diukur dengan 3 indikator, yaitu: Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
185
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
a. Repeat, yaitu apabila nasabah membutuhkan barang atau jasa yang disediakan oleh penyedia jasa yang bersangkutan b. Retention, yakni ia tidak terpengaruh jasa yang ditawarkan oleh pihak lain. c. Refferal, apabila jasa yang diterima memuaskan, maka nasabah akan memberitahukan kepada pihak lain, dan sebaliknya apabila ada ketidakpuasan atas pelayaan yang diterima ia tidak akan bicara pada pihak lain, tapi justru akan memberitahukan layanan yang kurang memuaskan tersebut pada pihak penyedia dana. Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan. (A. Rasyid, 2001) Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial (Ridwan, 2004:126). Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Pada dataran hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi. Peran umum yang dilakukan BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. (Suarsono, 2003:96) Berdasarkan hasil telaah pustaka tentang persepsi kualitas layanan, kepuasan, reputasi, kepercayaan dan loyalitas, maka kerangka pemikiran teoritis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini tampak dalam gambar di bawah ini.
186
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Berdasarkan telaah konsep dan rujukan penelitian yang dipertajam dengan kerangka pemikiran teoritis, maka beberapa hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H1 : Semakin tinggi kualitas layanan akan meningkatkan kepuasan nasabah terhadap Baitul Maal Wattamwil (BMT) H2 : Semakin tinggi kualitas layanan akan meningkatkan reputasi dari Baitul Maal Wattamwil (BMT) H3 : Semakin tinggi kepuasan yang diterima nasabah maka akan semakin tinggi pula kepercayaan nasabah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) H4 : Semakin tinggi reputasi maka akan semakin tinggi pula kepercayaan nasabah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT). H5 : Semakin tinggi kepercayaan nasabah maka akan semakin tinggi pula loyalitas nasabah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT).
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi Operasional Pengukuran 7 skala pengukuran pada Evaluasi nasabah mengenai 9 (sembilan) indikator sarana pendukung fisik sistem Kualitas operasi, kualitas jasa, dan untuk mengukur Kualitas Layanan interaksi karyawan dengan Layanan pelanggan Sikap nasabah yang diwujudkan 7 skala pengukuran pada dalam bentuk transaksi ulang , 3 (tiga) indikator untuk Kepuasan rasa senang, rasa puas terhadap mengukur Kepuasan pelayanan BMT Pandangan atau persepsi 7 skala pengukuran pada atas perusahaan mengenai 3 (tiga) indikator untuk Reputasi kredibilitas, keandalan dan mengukur Reputasi nama baiknya Kerelaan untuk menjadi patner 7 skala pengukuran pada berdasarkan keyakinan untuk 3 (tiga) indikator untuk Kepercayaan bekerjasama, menaruh harapan mengukur Kepercayaan dan keterbukaan Sikap dan tingkah laku 7 skala pengukuran pada yang diwujudkan dengan 4 (tiga) indikator untuk merekomendasikan kepada mengukur Loyalitas Loyalitas orang lain, menggunakan jasa berkelanjutan, dan tidak beralih ke perusahaan lain Penelitian ini, menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari para nasabah yang memiliki rekening di BMT di Kudus. Sedangkan metode pengumpulan data primer yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan wawancara langsung maupun tidak langsung dengan responden.Daftar pertanyaan menggunakan skala 1-7 untuk menyatakan pendapat sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah semua nasabah BMT yang menggunakan jasa simpan pinjam BMT. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
187
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 10 kali jumlah indikator yang diestimasi atau sebanyak 250 responden, sesuai dengan saran Hair (1995) untuk interpretasi dengan SEM yaitu jumlah sampel antara 5-10 kali jumlah indikator. Penelitian ini menggunakan dua macam teknis analisis : . Analisis faktor konfirmatori (confirmatori factor analysis) pada SEM (Stuctural Equation Modelling) yang digunakan untuk mengkonfirmasikan faktor-faktor yang paling dominan dalam suatu kelompok variabel. . Goodness of fit dan regression weight pada SEM yang digunakan untuk meneliti seberapa besar variabel-variabel persepsi kualitas layanan, kepuasan, reputasi, kepercayaan dan loyalitas saling mempengaruhi.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengiriman dilakukan dalam satu tahap, jumlah kuesioner sebanyak 250 kuesioner kepada nasabah BMT di Kabupaten Kudus. Ringkasan pengiriman dan pengembalian kuesioner dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Rincian Penerimaan dan Pengembalian Kuesioner Kuesioner yang dibagikan 250 Kuesioner yang tidak kembali 78 Kuesioner yang kembali 172 Kuesioner yang digugurkan (pengisian tidak 22 lengkap) Kuesioner yang digunakan 150 (172) / 250*100% = 68,8% Tingkat pengembalian (response rate) Tingkat pengembalian yang digunakan (usable (150 ) /250*100% = 60,0% response rate) Sumber : Hasil Penelitian
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik multivariat Structural Equation Modeling (SEM). Pemilihan teknik analisis SEM didasarkan pertimbangan bahwa SEM memiliki kemampuan untuk pengujian struktural model secara simultan dan efisien bila dibandingkan dengan teknik multivariat lainnya (Hair et al. 1998 dalam Ghozali 2004), sesuai juga perumusan masalah, tujuan, dan hipotesis penelitian adalah untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung (direct and indirect effect) dari model penelitian. Software yang dipergunakan untuk mengolah data adalah AMOS. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa model secara keseluruhan memperlihatkan tingkat kesesuaian yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil pengujian goodness of fit pada model standar yang dipakai dalam penelitian ini menunjukkan bahwa data yang diobservasi sudah sesuai atau konsisten dengan teori atau model yang akan diuji, sehingga model yang diajukan dinilai baik dan dapat diterima sebagai model yang sesuai dalam penelitian ini. Untuk evaluasi kriteria goodness-of-fit index, pada Tabel 2 berikut disajikan perbandingan indeks uji hipotesis yang dihasilkan dengan kriteria goodness-of-f fit index.
188
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Tabel 2 Evaluasi Kriteria Goodness-Of-Fit Kriteria Nilai Kritis Model Awal Evaluasi Model 156,972 Baik χ2 (Chi-Square) Diharapkan kecil ≥ 0,05 0,054 Baik Probability RMSEA ≤ 0,08 0,032 Baik GFI ≥ 0,90 0,924 Baik AGFI ≥ 0,90 0,900 Marginal TLI ≥ 0,95 0,959 Baik CFI ≥ 0,95 0,965 Baik CMIN\DF ≤ 2,00 1,207 Baik Sumber : SEM dalam Penelitian Manajemen (Ferdinand 2000) Uji statistik hubungan antar variable yang menjadi dasar dalam hipotesis penelitian telah diajukan. Uji statistik hasil pengolahan dengan SEM dilakukan dengan melihat tingkat signifikan hubungan antar variabel yang ditampakkan melalui nilai critical ratio (c.r) dan nilai significance probability masing-masing hubungan antar variabel. Mengacu pada hasil pengujian tahap akhir terhadap model keseluruhan, maka dapat dituliskan persamaan model matematik dalam bentuk Structural Equation Model (SEM) sebagai berikut : Kepuasan = 0,558 KL + Z1 Reputasi = 0,388 KL + Z 2 Kepercayaan = 0,458 Kp + 0,825 Rp + Z 3 Loyalitas = 0,551 Kc + Z 4 Keterangan: KL = Kualitas Sistem Kp = Kepuasan Rp = Reputasi Kc = Kepercayaan Ly = Loyalitas β = Regression Weight Koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari model persamaan struktural untuk menyatakan besarnya pengaruh yang diberikan kepada variable terikat dari variabel bebas yang terkait dengan jalur pengaruh masing-masing menunjukkan hasil sebagai berikut. Tabel 3 Koefisien Determinasi (Squared Multiple Correlation) Variabel Estimate Kepuasan 0,226 Reputasi 0,130 Kepercayaan 0,647 Loyalitas 0,572 Sumber : Hasil Analisis Hasil perhitungan di atas memperlihatkan bahwa dalam model ini variabel kepuasan dipengaruh oleh kualitas layanan besarnya kontribusi adalah sebesar 22,6%. sedangkan reputasi dipengaruhi oleh kualitas layanan besarnya kontribusi adalah sebesar 13,0%, variabel kepercayaan dipengaruhi oleh reputasi dan kepuasan besarnya kontribusi sebesar 64.7%, sedangkan loyalitas dipengaruhi variabel kepercayaan besarnya kontribusi sebesar 57,2%. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
189
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
Besarnya pengaruh langsung (direct effect) berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, terlihat bahwa hasil estimasi nilai-nilai parameter pengaruh langsung antar variabel bebas dengan variabel terikat adalah seperti tampak pada Tabel 4 Tabel 4 Hasil Estimasi Direct Effect. Direct Thitung / P(Sig) endogenous devendent variabel exogenous Effect C.R Kepuasan <--- Kualitas__Layanan .558 4.502 0,000 Reputasi <--- Kualitas__Layanan .388 3.337 0,000 Kepercayaan <--- Kepuasan .458 3.805 0,000 Kepercayaan <--- Reputasi .825 4.752 0,000 Loyalitas <--- Kepercayaan .551 4.512 0,000 Sumber : Hasil analisis. Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Besarnya pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah pada BMT di Kabupaten Kudus sebesar 0,558 yang berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan krena nilai probability (0,000). 2. Besarnya pengaruh kualitas layanan terhadap reputasi nasabah pada BMT di Kabupaten Kudus adalah sebesar 0,388 yang berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan karena nilai probability (0,000). 3. Besarnya pengaruh kepuasan terhadap kepercayaan nasabah pada BMT di Kabupaten Kudus adalah sebesar 0,458. Yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan karena nilai probability (0,000). 4. Besarnya pengaruh reputasi terhadap kepercayaan asabah pada BMT di Kabupaten Kudus adalah sebesar 0,825 yang berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan karena nilai probability (0,000). 5. Besarnya pengaruh kepercayaan terhadap loyalitas nasabah asabah pada BMT di Kabupaten Kudus adalah sebesar 0,551 yang berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan karena nilai probability (0,000) Pada penelitian ini diajukan tujuh hipotesis yang selanjutnya pembahasannya dilakukan dibagian berikut. Selanjutnya hasil uji dari tiap-tiap hipotesis di atas akan disajikan secara ringkas pada tabel 5 tentang kesimpulan hipotesis di bawah ini. Tabel 5 Kesimpulan Hipotesis CR Hasil Hipotesis Kriteria Hasil Uji Pengujian H1 Kualitas layanan berpengaruh positif CR > 1,96 4,502 >1,96 Diterima dan signifikan terhadap kepuasan H1 diterima 0,000 H2 Kualitas layanan berpengaruh positif CR > 1,96 3,337 >1,96 dan signifikan terhadap reputasi Diterima 0,026 H1 diterima H3 Kepuasan berpengaruh positif dan CR > 1,96 signifikan terhadap kepercayaan 3,805 >1,96 Diterima 0,022 H1 diterima
190
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
H4 Persepsi reputasi berpengaruh positif CR > 1,96 dan signifikan terhadap kepercayaan
4,752 >1,96 0,000
Diterima
H1 diterima H5 Kepercayaan berpengaruh positif dan CR > 1,96 signifikan terhadap Loyalitas
4,512 >1,96 0,000
Diterima
Sumber : Hasil analisis.
H1 diterima
Hasil analisis bahwa kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan nasabah. Nasbaah yang sudah mendapatkan pelayanan yang baik dan berkualitas dari pada Baitul Maal Wattamwil (BMT), tentunya akan merasa puas terhadap pelayanan pada BMT. Nasabah yang merasa puas terhadap BMT, akan berbagi rasa dan pengalaman kepada orang lain dan hal ini akan menjadi referensi yang menguntungkan bagi BMT. Kepuasan nasabah (satisfaction) adalah salah satu tujuan yang harus tetap dipertahankan oleh BMT untuk menghadapi tantangan yang dinamis dalam bidang jasa perbankan, terutama menghadapi pesaing dengan bank konvensional. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Kotler (2006), Tjiptono (2005), Parasuraman (1998) bahwa kualitas jasa (pelayanan) harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan, dan hubungan tersebut secara teoritis dan empiris adalah positif. Penampilan, sarana dan prasarana juga memegang peranan penting untuk kepuasan nasabah. Nasabah yang tingkat keagamanannya tinggi, akan segan datang ke bank syariah karena penampilan karyawan wanita di BMT tidak berjilbab dan masih digabungnya pelayan bank syariah dengan bank konvensional sehingga masih ada unsur “riba”. Penentuan value nasabah untuk dimensi responsiveness adalah harapan nasabah terhadap kecepatan dan kemampuan memberikan pelayanan yang dilakukan oleh syariah. Responsiveness adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis, karena harapan pelanggan terhadap kecepatan akan berubah dari waktu ke waktu. Agar kualitas pelayanan terjaga dan BMT disebut bank yang reliable, maka bank syariah disebut bank syariag perlu melakukan hal-hal sebagai berikut : (a) dibuat team works semua lini untuk mentaati prosedur yang berlaku sehingga “no mistake” (b) memotivasi karyawan agar belajar dari kesalahan, (c) memberikan pelatihan dan training yang terus menerus dan (d) mempersiapkan infrastruktur yang memadai. Karyawan BMT di front line sudah membuat nasabah puas, karena sangat ramah. Ramah adalah salah satu aspek kualiuas pelayanan yang paling mudah diukur. Ramah berarti banyak senyum dan bersikap sopan. Selain ramah karyawan BMT juga mempunyai kommpetensi dalam bidangnya sehingga mempunyai kemampuan untuk melayani semua kebutuhan nasabah. Kepuasan nasabah juga sudah terpenuhi, karena BMT mempunyai reputasi dan keamanan. Nasabah yakin bahwa BMT mempunyai reputasi dan keamanan yang baik, dimana jujur dalam bertransaksi karena sesuai dengan syariat ajaran agama Islam. BMT sudah memanjakan nasabahnya dengan mengetahui semua kebutuhan nasabah, dengan dibuatnya ruang khusus priorirtas yang semua transaksi perbankan nasabah diselesaikan dengan cepat dan tanpa harus antri. Dimensi empati adalah dimensi yang memberikan peluang besar untuk memberikan pelayanan yang bersifat “surpsise”. Sesuatu yang tidak diharapjan nasabah, tetrnyata diberikan oleh BMT. Banyak cara untuk menyenangkan nasabah, salah satu cara dengan memberikan hadiah saat anak atau orang tua nasabah ulang tahun. Pelayanan yang beremphati akan mudah diciptakan, kalau BMT mengerti kebutuhan spesifik nasabah dan menyimpannya dalam data base nasabah. Hal ini perlu dilakukan terutama untuk nasabah-nasabah prioritas atau kelompok nasabah “the haves” Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
191
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
Di dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Baitul Maal Wattamwil (BMT) yang mempunyai kualitas pelayanan prima akan memenangi perasingan di industri bank. Bahkan tidak hanya itu saja, bank yang mempunyai kualitas pelayanan yang prima dapat membangun loyalitas nasabah. Dalam pemasaran, kesadaran dan image sebuah brand dan reputation produk/ jasa mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. Pada konteks ini reputation atau brand menjadi sebuah masalah dari sikap dan kepercayaan terhadap brand awareness dan customer satisfaction dan loyalty. Penelitian yang dilakukan Sellnes menyatakan reputation berdampak positif terhadap satisfaction (kepuasan). Penelitian Andreassen, Yuana menyatakan reputation mempunyai hubungan positif dengan customer satisfaction dan customer loyalty. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan pelayanan dengan konsep shariah marketing. Dimana Menurut Kertajaya dan Sula, dalam shariah marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value) tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang islami. Di sinilah letak orisionalitas penelitian ini, karenanya layak untuk diteruskan guna memperkaya khazanah studi tentang hubungan kemitraan (realtionship) bank syariah dengan nasabah. Dalam shariah marketing banyak yang mengatakan pasar syariah, adalah pasar yang emosional (emotional market), sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang rasional (rational market). Maksudnya orang tertarik untuk berbisnis pada pasar syariah karena alasan-alasan keagamaan (dalam hal ini agama Islam) yang lebih bersifat emosional, bukan karena ingin mendapatkan untung secara finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya pada pasar konvensional atau non-syariah, orang ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya tersebut mungkin menyimpang atau malah bertentangan dengan ajaran agama. Konsep pemasaran syariah ada empat karakteristik pemasaran syariah yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar sebagai berikut: Pertama, theistis (rabbaniyyah) dimana salah satu ciri khas pemasaran syariah yang tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang religius (diniyyah). Kondisi ini tercipta tidak karena keterpaksaan, tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang merugikan orang lain. Kedua, etis (akhlaqiyyah) dimana pemasaran syariah selain karena teistis (rabbaniyyah), juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya. Ketiga, realistis (al-waqi’iyyah) dimana pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya. Hal ini dicontohkan oleh Nabi untuk bisa bersikap lebih bersahabat, santun, dan simpatik terhadap saudara-saudaranya dari umat lain. Keempat, humanistis (insaniyyah) merupakan syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Karena persaingan antar bank syariah yang semakin ketat, dengan menerapkan shariah marketing, dimana shariah marketing merupakan senjata ampuh dalam keunggulan bersaing dalam menjalin kemitraan (relationship) dengan nasabah. Bank syariah yang dapat mempertahankan hubungan kemitraan (relationship) secara terus-menerus dengan nasabahnya yang dapat bertahan dan dapat memenangkan persaingan yang pada akhirnya dapat meningkatkan market share-nya. Sehingga shariah marketing menjadi suatu keharusan diimplementasikan agar bank syariah tetap eksis baik di tingkat operasional, manajerial maupun dalam keunggulan bersaing. Hal ini merupakan awal dalam membangun hubungan kemitraan (relationship) yang berkelanjutan atau kemitraan antara nasabah dan bank syariah yang pada akhirnya dapat meningkatkan reputasi BMT itu sendiri. 192
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Reputasi memegang peran yang penting dalam menjalin hubungan kerjasama antar Baitul Maal Wattamwil (BMT) dengan nasabah. Reputasi menjadi dasar penilaian dalam menentukan apakah suatu BMT layak untuk dijadikan mitra kerjasama oleh nasabah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ganesan menemukan pengaruh positif antara reputasi dengan kepercayaan yang pada akhirnya akan mengarah pada terciptanya hubungan kemitraan untuk jangka panjang. Hasil penelitian Saxton menunjukkan hasil bahwa reputasi berhubungan kepercayaan. Sedangkan kepercayaan menjadi salah satu faktor penting dalam membangun hubungan kemitraan antar bank syariah dengan nasabah. Tanpa adanya kepercayaan, suatu hubungan kerjasama tidak mungkin mampu bertahan dalam jangka waktu lama. Kepercayaan timbul sebagai hasil dari kehandalan dan integritas mitra yang ditunjukkan melalui berbagai sikap seperti konsistensi, kompeten, adil, bertanggung jawab, suka menolong dan memiliki kepedulian. Morgan dan Hunt menambahkan pula, bahwa tingginya kepercayaan akan dapat berpengaruh terhadap menurunnya kemungkinan untuk melakukan perpindahan terhadap bank atau BMT lain. Morgan and Hunt (1994 dalam Rosidah, 2011) mengatakan kepercayaan (trust) secara umum dipandang sebagai unsur mendasar bagi keberhasilan relationship suatu perusahaan. Tanpa adanya kepercayaan relationship, maka perusahan tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Di samping itu Morgan dan Hunt (1994 dalam Rosidah: 2011) mengkonseptualisasikan dimana kepercayaan muncul ketika adanya keyakinan dari pihak konsumen yaitu pelanggan pada reliabilitas dan integritas dan rekan pertukaran. Konsep kepercayaan disini adalah kepercayaan nasabah pada penyelenggara transaksi elektronik perbankan, serta kepercayaan pada mekanisme operasional dari transaksi yang dilakukan. Nasabah akan menunjukkan sikap menyukai perusahaan tersebut serta kooperatif terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sehingga dalam kondisi apapun nasabah akan tetap percaya dan loyal kepada perusahaan. Konsep kepercayaan disini adalah kepercayaan pada penyelenggara transaksi elektronik perbankan dan kepercayaan pada mekanisme operasional dari transaksi yang dilakukan. Karena trust mempunyai pengaruh besar pada niat konsumen untuk tetap menggunakan jasanya atau tidak.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data-data dan hasil uji penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas layanan terhadap kepuasan yang dibuktikan dengan nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (4,502), hal ini menunjukkan nilai CR di atas 1,96 dan di bawah 0,05 untuk nilai signifikansi. 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas layanan terhadap reputasi yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (3,337), hal ini menunjukkan bahwa nilai CR memenuhi syarat masih di atas 1,96 dan di bawah 0,05 untuk nilai signifikansi. 3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan terhadap kepercayaan nasabah yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (3,805), karena telah memenuhi syarat diatas 1,96 untuk CR dan di bawah 0,05 untuk nilai signifikansi. 4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara reputasi terhadap kepercayaan yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (4,752), karena telah memenuhi syarat di atas 1,96 untuk CR dan di bawah 0,05 untuk nilai signifikansi. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
193
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
5. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan terhadap loyalitas nasabah yang dibuktikan oleh nilai probability (0,000) dan nilai t-hitung atau C.R adalah sebesar (4,512), karena telah memenuhi syarat di atas 1,96 untuk CR dan nilai P (Sig) lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa jasa bank syariah atau Baitul Maal Wattamwil (BMT) harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan keadilan dalam bagi hasil sesuai dengan yang diharapkan nasabah, sehingga nasabah puas dan akan tetap loyal kepada BMT dan tidak akan berpindah ke tempat lain. 2) BMT harus lebih memperhatikan sarana dan parasarana, sehingga dapat tetap bersaing dengan bank konvensional 3) BMT harus lebih memperhitungkan keadilan pola bagi hasil yang ditetapkan sesuai dengan harapan nasabah dan besarnya bagi hasil harus konsisten, tidak membedakan nasabah, kecuali yang membedakan karena faktor risiko Untuk meningkatkan hubungan kemitraan antara nasabah dengan BMT yang berorientasi pada kepuasan dan loyalitas nasabah perlu dibangun suatu komitmen bersama antara nasabah dengan BMT secara baik melalui berbagai peningkatan baik kualitas layanan, kepuasan, reputasi dan peningkatan kepercayaan masyarakat, karena hubungan yang baik akan diterima dan dikenang oleh nasabah dan nasabah akan berusaha menceritakan kepada masyarakat.
194
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Diponegoro, 2005 A. Rasyid, Saifuddin. (2001). Konsep Dasar BMT.http://www.republika.co.org. (14 Desember 2001) Anynomous, (2004), “Memilah-milah Loyalitas Pengguna Merk”, Marketing, No.1/IV/ Januari, hal.30-31 Anynomous, (2002), “Menggapai Sukses CRM dengan Menumbuhkan Trust”, Manajemen, No.165, Mei, hal 36 Avilliani & Wilfridus, (1979), “Membangun Kepuasan Pelanggan melalui Kualitas Pelayanan”, Usahawan, No.5 Th.XXVI, hal. 8-13 Andreassen, T.W., (1994), “Satisfaction Loyalty and Reputation as Indicators of Consumer Orientation in Public Sector”, International Journal of Public Sector Management, Vol.7, No.2, hal. 16-34 Anderson, James C & James A. Narus, (1990), “A Model of Distributor Firm and Manufacturer Firm Working Patnership”, Journal of Marketing, Vol.54, Januari, hal.42-58 Ardianto, Eka, “Pengukuran Persepsi Kualitas Layanan, contoh perjalanan sebuah proses penelitian”, Forum Manajemen Prasetya Mulya, Tahun ke 13, No.70, 1999/2000 Bolton, Ruth N & James H.Drew, (1991), “A Multistage Model of Consumer Assessment of SERQUAL Value”, Journal of ConsumerResearch, Vol.17 (March), hal.375384 Chandra Sugiyono & Lauren Haloho, (2001), CRM : “Strategi Memenangkan Persaingan pada Dunia Bisnis”, Manajemen, No.153, Mei, hal. 44-45 Chow, Simeon & Reed Holden, (1997), “Toward An Understanding of Loyalty : The Moderating Role of Trust”, Journal of Managerial Issues, Vol.IX, No.3. hal.275298 Chonko,Lawrence, B,John F. Tanner, Jr, (1990), “Relationship Selling at Trade Shows : Avoid the Serve Deadly Salespeople”, Review of Businesss, Summer,hal.13-18 Crosby Lwarence A.,Kenneth R Evans & Deborah Cowles, (1990), “Relationship Quality in Services Selling : Interpersonal influence Perspective”, Journal of Marketing, Vol.54. Juli, hal. 68-81
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
195
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
Crosby & Stephen , (1987), “Effect of Relationship Marketing on Satisfaction, Retention and Price in the Life Insurance Industry”, Journal of Marketing Research, Vol.24, 404-411 Departemen Agama RI. (2003). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung. CV Penerbit Diponegoro. Doney , Patricia M.& Joseph P Cannon, (1997), “An Examination of the Nature of Trust in Buyer-Seller Relationship”, Journal of Marketing, Vol.61, hal 35-51 Dorsch Michael J., Scott R Swanson & Scott W Kelley, (1998), “The Role of Relationship Quality in the Strativication on Vendors as Perceived by Customers”, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol.26, No.2, hal 128-142 Edvardsson, B., Gustavsson, B.O. & Riddle, D.J/, (1989), “An expanded model of the service encounter with emphasis on cultural context”, Research Report 89 :4, CTF, Service Research Centre, University of Karlstad, Sweden Forlnell, C & Wernefelt, B., (1987), “Defensive Marketing Strategy by Customer Complaint Management : A Theoritical Analysis”, Journal of Marketing Research. Ganesan, Shankar, (1994), “Determinants of Long Term Orientation in Buyer-Seller Relationships”, Journal of Marketing, Vol. 58 (April), hal.1-19 Garbarino Ellen & Mark S Johson, (1999), “The Difference Roles of Satisfaction Trust and Commitment in Customer Relationship”, Journal of Marketing, Vol. 53, April, hal 70-87 Geyskens, Inge, Jan-BenedictE.M. Steenkamp & Nirmala kumar, (1999), “A MetaAnalysis of Satisfaction in Marketing Chanel Relationships”, Journal of Marketing Research, Vol.36, (May), hal223-238 Gronroos, (1984), “A Service Quality Model and its Marketing Implication, European” Journal of Marketing, Vol.18, hal. 36-44 Grewal, Dhruv & Larry D. Compeau, (1992), “Comparattive Price Advertising : Informative or Deceptive” , Journal of Public Policy and Marketing, Vol.11, hal.52-62 Gundlach, Gregory T , Achrol, Ravi S.,Mentzer John T, (1995), “the Structure of Commitment in Exchange”, Journal of Marketing, Vol.59, Januari, hal.78-92 Gundlach, Gregory T, Achrol, Ravi S.,Mentzer John T, (1994), “Exchange Interdependence and Interfirm Interaction”, Journal of Marketing Research , Nopember, hal.516-532.
196
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Noor A – Dwi S – Ratna YW
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Gwinner, Kevin P., Dwayne D. Gremler & Mary Jo Bitner, (1998), “Relational Benefit in Service Industries”, Journal of Marketing Science, Vol.26, Spring, hal.110114. Hair, JR, Joseph F, Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham & Wiliam C Black, (1995), “Multivariate Data Analysis with Readings”, (Fourth Ed), Prentice Hall International, Inc Herbig, Paul, Miliwicz, John & Golden, (1994), “Model of Reputation Building and Distruction”, Journal of Business Research, Vol.31,hal.23-31 Kumar, Nirmalya, Scheer, Lisa K. & Steenkam, (1995), “the Efect of Perceived Interdependence on Dealer Attitude”, Journal of Marketing Research, Agustus, hal.348-356 Le Blank G & Nguyen, (1988), “Customer Perception of Service Quality in Financial Institutions”, International Journal of Bank Marketing, Vol.6, hal.7-18 Lancioni, A, Richard, Rose L. Johnson & Michael Tsiros, (1995), “Measuring Service Quality : A System Approach”, Journal Service Marketing, Vol.9, hal. 6-19 Lehtinen, J.R.,& O. Lehtinen, (1982), “Service Quality : A Study of Quality Dimensions, Helsinki” : Service Management Institute Mascarenhas, Oswald AJ, (1995), “Exonerating unethical Marketing Executive Behavior”, Journal of Marketing, April, hal 43-57 Morgan, Robert M & Hunt, Shelby D, (1994), “the Commitment-Trust Theori of Relationship Marketing”, Journal of Marketing, April, hal.43-57 Moorman, Christine, Rohit Desphande & Gerald Zaltman, (1992), “Relationship Between Provider and User of Market Research”, Journal of Marketing Research, Vol.29, Agustus, hal.314-328 Parasuraman, A. Zeithami, V.A, Berry, L.L.,(1985), “Problem and Strategies in Service Marketing”, Journal of Marketing, Vol.49, Spring, hal.38-46 Parasuraman, A. Zeithami, V.A, Berry, L.L., (1985), “A Conceptual Model of Serqual and Its Implementations for Future Research”, Journal of Marketing, Vol.64, Spring, hal.11-24 Parasuraman, A. Zeithami, V.A, Berry, L.L., (1988), “SERQUAL A Multiple-Item Scale for Marketing Consumer Perception for Future Research”, Journal of Marketing, Vol.49, No.1, hal.12-40 Parasuraman, A. Zeithami, V.A, Berry, L.L., (1991), “Refinement and Reassesment of the SERQUAL Scale”, Journal of Retailing, Vol.67, No.4, hal. 420-450 Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
197
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR, ………
Noor A – Dwi S – Ratna YW
Rahman, Rapita. (2000). Analisis Kinerja Baitul Maal Wattamwil (BMT) “ANDA” Semarang Sebagai Lembaga Keuangan Syari’ah. Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomi UNDIP. Ridwan, Muhammad. (2004). Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta. UII Press. Sudarsono, Heri. (2003). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta. Ekonisia Singh, Jagdip & Sirdeshmukh, Deepak, (2000), ”Agency and Trust Mechanisme in Consumer Satisfaction and Loyalty Judgment”, Journal of the Academy of Marketng Science, Vol.28, hal. 150-167 Smith, Broch J & Barclay, Donald W, (1997), “the Efect of Organizational Differences and Turst on the Efectiveness of Selling Patner Relationship”, Journal of Marketing, Vol.61,Januari, hal. 3-21 Spreng, Richard A., MacKenzie, Scott B & Olshavsky, Richard W, (1996), “Reexamination of the Determinant of Customer Satisfaction”, Journal of Marketing, Vol.60, Juli, hal. 15-32 Tjiptono, Fandy. (2000). Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer. Yogyakarta. Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy. (2000). Strategi Pemasaran. Yogyakarta. Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy. (2002). Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta. Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy. (2002). Manajemen Jasa. Yogyakarta. Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy., Anastasia. (2003). Total Quality Manajement. Yogyakarta. Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy. (2005). Pemasaran Jasa. Malang. Bayumedia Publising .
198
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Wahyu Dwi A
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN DAN BI RATE TERHADAP KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2011.01 – 2014.06 Wahyu Dwi Artaningtyas 1 Abstract: Effect of Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan BI Rate on Credit and Micro Small and Medium Enterprises in The Region Yogyakarta Period 2011.01-2014.06. The importance of the Micro, Small and Medium Enterprises ( MSMEs ) in national economy of Indonesia, can be seen from it’s capacity not only in absorbing the labor , but also in contributing to the Gross Domestic Product . This kind of enterprises also identified as the means through which the development goals such as reducing the poverty, empowerment of the society , can be realized. The aim of this paper is to identify the influence of Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan and BI Rate to the volume of credit for the MSMEs, since the bank as the institution which have played an important role in promoting this enterprises. The datas being used in this study are secondary data taken from 2011.011 until 2014.06 . By using the Error Correction Model ( ECM ) ,it’s shown that in the long run Capital Adequacy ratio has a positive and significant influence to the volume of MSMEs credit gived by the bank. Non Performing Loan has a negative and significant influence, in the long run but not in the in the short run and the BI Rate doesn’t either. The coefficient of adjustment shows that the shock happened in this period will be eliminated after three months ( lag 3 ). Abstrak: Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan dan BI Rate terhadap Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2.011,01-2014,06. Pentingnya Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional Indonesia, dapat dilihat dari itu kapasitas tidak hanya dalam menyerap tenaga kerja, tetapi juga dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto. Semacam ini perusahaan juga diidentifikasi sebagai sarana melalui mana tujuan pembangunan seperti mengurangi kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, dapat terwujud. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan dan BI Rate dengan volume kredit untuk UMKM, sejak bank sebagai lembaga yang telah memainkan peran penting dalam mempromosikan perusahaan ini. Datadata yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari 2011.011 sampai 2.014,06. Dengan menggunakan Model Koreksi Kesalahan (ECM), itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang rasio kecukupan modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit UMKM gived oleh bank. Non Performing Loan memiliki pengaruh negatif dan signifikan, dalam jangka panjang tapi tidak di dalam jangka pendek dan BI Rate tidak baik. Koefisien penyesuaian menunjukkan bahwa shock terjadi di periode ini akan dihilangkan setelah tiga bulan (lag 3). Kata Kunci: Modal Rasio Kecukupan, Non Performing Loan, BI Rate 1 Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, email:
[email protected]
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
199
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
PENDAHULUAN
Peran penting Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) dalam perekonomian nasional tidaklah dapat kita pungkiri. Selain dilihat dari kontribusinya terhadap nilai Produk Domestik Bruto ( PDB ) , peran UMKM juga sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja. UMKM berpeluang untuk dijadikan sarana bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat . Terlepas dari peran penting UMKM itu sendiri, dalam perkembangannya , UMKM seringkali dihadapkan pada banyak permasalahan, permasalahan utamanya adalah mengenai permodalan bagi pengembangan usaha. Kebutuhan akan modal bagi suatu UMKM biasanya berasal dari pemilik usaha yang tidak terpisahkan secara administrasi dengan baik dari kekayaan pribadi. Hal inilah yang seringkali menyebabkan suatu UMKM itu tidak bankable karena ketidaktertiban dalam admnistrasi keuangan.Di sisi lain seiring dengan perkembangannya dari waktu ke waktu , UMKM tentu saja membutuhkan suntikan dana yang lebih besar, dan salah satu sumbernya adalah perbankan. Sektor perbankan diharapkan mampu membantu pelaku UMKM dalam mengatasi masalah permodalan tersebut . Pihak bank akan dapat memperoleh informasi yang pasti tentang kondisi suatu UMKM yang akan diberi bantuan kredit apabila ada pihak yang dapat memberikan informasi yang jelas dan jujur pada bank. Kebijakan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan tentu saja sangat dipengaruhi oleh berapa jumlah dana yang berhasil mereka miliki , dipengaruhi juga oleh berapa modal yang mereka miliki , dalam hal ini adalah Capital Adequacy Ratio ( CAR ) . Sementara dari pihak peminta kredit maka kredibilitas dari pihak peminjam itu sendiri yang secara umum kita kenal dengan istilah 5 C ( Caracter, Capital, Capacity of repayment, Condition serta Colaterol ) sangatlah menjadi perhatian dari pihak bank dalam memutuskan untuk mengucurkan dana yang mereka miliki. Hal ini berkaitan erat dengan seberapa besar kredit bermasalah yang disebabkan oleh ketidaklancaran para debitur dalam mengembalikan pinjamannya. CAR mencerminkan modal sendiri perbankkan, semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif, semakin rendah biaya dana yang dikeluarkan oleh bank. Maka variabel CAR diangap berpengaruh positif terhadap volume kredit UMKM, Jumlah CAR dalam perbankan Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Secara singkat bisa dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikankredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untukmembayar kembali kewajibannya. Variabel NPL berpengaruh negatifterhadap volume kredit UMKM, Jumlah NPL dalam perbankan yang cukup rendah akan mempengaruhi performa perbankan dalam hal kinerja. Rendahnya NPL akan berpengaruh terhadap pemberian kredit karena disebabkan percayanya kreditur kepada debitur. Hal ini sering mengakibatkan terjadinya kredit macet pada bank. Selain itu, kredit macet juga dapat terjadi karena ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan kredit. Ketidakmampuan nasabah membayar angsuran pokok pinjaman dan bunga yang dibebankan sesuai yang diperjanjikan dapat menyebabkan nilai tunggakan riil atau NPL (Non Performing Loan) pada suatu bank menjadi tinggi. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ( BI ) dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan 200
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah pengaruh Capital Adequacy Ratio ( CAR ) ,Non Performing Loan ( NPL ) , dan BI Rate terhadap kredit Bank Umum pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2011.01 – 2014.06 ? Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Diduga CAR berpengaruh positif dan signifikan , diduga NPL berpengaruh negatif dan signifikan, dan diduga BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit Bank Umum pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2011.01 – 2014.06..
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan alat analisis Regresi Linier Berganda , dimana model persamaan yang akan digunakan untuk melakukan etimasi adalah model Error Correction Model (ECM). Model ini digunakan untuk mengatasi masalah data deret waktu (time series) yang tidak stasioner dan superious regression. Hal ini dikarenakan seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel yang telah dimasukkan ke dalam model, kemudian memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya. Berdasarkan hipotesis yang telah disusun, maka model matematis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ln_VK=f(CAR,NPL,BIrate)............................................................................ 1 Dari persamaan matematis didapat regresi berganda: Ln_VKt=α0+α1CARt+α2NPLt+α3BIRate ............……............................. 2 Lalu dari model regresi berganda diaplikasikan kedalam model ECM yang diaplikasikan terhadap 3 variabel bebas yaitu CAR,NPL dan BI Rate guna mencapai tujuan penelitian yang ditentukan. Adapun model penelitian yang dengan menggunakan ECM adalah sebagai berikut: DLn_VKt=α0+α1DCARt+α2DNPLt+α3DBIRate+ECT…..........................…........ 3 Dimana:
Ln_VKt adalah Volume Kredit UMKM Pada Periode t CARt adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Periode t NPLt adalah Non Performing Loan (NPL) Pada Periode t BI Rate t adalah besarnya BI rate pada periode t. D Ln_VK = Ln_VK – LN_ VK (-1) D CAR = CAR - CAR (-1) D NPL = NPL – NPL (-1) DBI rate = BIrate –BI Rate (-1) ECT = Error Correction Term
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
201
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
Dari persamaan 3 diatas diharapkan dapat diidentifikasi hubungan jangka pendek dari masing – masing variabel dependen yang mewakili jangka waktu yang bervariasi. Konsep terkini yang banyak digunakan untuk menguji kestasioneran data runtun waktu adalah uji akar unit (unit root test), atau dikenal juga dengan uji Dickey-fuller (DF) dan uji Augmented Dickeyfuller (ADF). Setelah melewati uji akar unit, langkah berikutnya adalah uji derajat integrasi (integration degree test). Tujuannya untuk mengetahui pada derajat integrasi ke beberapa variabel-variabel yang diamati akan stasioner . jika semua variabel lulus dalam uji akar unit dan uji derajat intregrasi, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi (cointegration test) untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variabel-variabel yang diamati. Uji kointegrasi yang paling sering dipakai adalah uji cointegrasi Durbin-watson (CRDW) serta uji Engle- Granger (EG)dan uji augmented Engle-Granger (AEG). ( Gujarati, D. 1995).
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Hasil Uji Akar Unit pada Level Nilai MacKinnon (DF) Nilai Augmented Dickey-Fuller ________________________________________________________ Variabel Level ________________________________________________________ Ln_VK -1.118907 Critical Value =5% -2.935001 CAR -2.036542 Critical Value=5% -2.935001 Ln_NPL -2.252947 Critical Value=5% -2.935001 BI Rate -1.108083 Citical Value=5% -2.935001 ______________________________________________________ Sumber : Hasil Estimasi Tabel 2 . Hasil Derajat Integrasi pada 1st Difference
Nilai MacKinnon (DF) Nilai Augmented Dickey-Fuller ________________________________________________________ Variabel 1st Difference ________________________________________________________ DLn_VK -4.930813 Critical Value =5% -2.936942 DCAR -7.571577 Critical Value=5% -2.936942 DNPL -8.163754 Critical Value=5% -2.936942 DBI Rate -3.433673 Citical Value=5% -2.936942 ______________________________________________________ Sumber : Hasil Estimasi 202
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
Dari hasil tabel .1 menunjukkan bahwa data pada masing –masing variabel belum stasioner pada level ( 0 )kecuali untuk data NPL. Hal ini dapat diketahui dari besarnyan nilai Df dan ADF masing- masing variabel yang lebih besar dari nilai Mc Kinnon critical value. Namun dari uji akar akar unit tidak cukup bukti untuk menolak keberadaan akar akar unit. Uji derajat integrasi digunakan untuk mengetahui pada derajat atau order diferensi keberapa data yang diamati akan stasioner. Jika data yang diamati belum stasioner pada derajat integrasi pertama maka harus dilakukan uji tahap kedua sampai dengan didapatkan hasil yang stasioner. Dari hasil tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh variabel telah stasioner pada derajat integrasi tingkat pertama ( first difference ), Hal ini ditunjukkan dengan nilai DF dan ADF masing-masing variabel yang lebih kecil dari nilai MC Kinnon Critical Value Tabel 3. Hasil Derajat Integrasi pada 1st Difference
Nilai MacKinnon (DF) Nilai Augmented Dickey-Fuller ________________________________________________________ Variabel 1st Difference ________________________________________________________ DLn_VK -4.930813 Critical Value =5% -2.936942 DCAR -7.571577 Critical Value=5 -2.936942 DNPL -8.163754 Critical Value=5 -2.936942 DBI Rate -3.433673 Citical Value=5% -2.936942 ______________________________________________________ Sumber : Hasil Estimasi Dari hasil tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh variabel telah stasioner pada derajat integrasi tingkat pertama ( first difference ), Hal ini ditunjukkan dengan nilai DF dan ADF masingmasing variabel yang lebih kecil dari nilai MC Kinnon Critical Value Uji Kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar akar unit dan uji derajat integrasi. Uji Kointegrasi dapat dipandang sebagai suatu uji keberadaan hubungan jangka panjang yang digunakan untuk mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasioner ataukah tidak.
Tabel 4 Hasil Estimasi Jangka Panjang Variabel Coefficient t – statistik Prob ________________________________________________________ C 15.38405 39.82003 0.0000 CAR 0.046105 2.233952 0.0314 NPL -0.280604 -9.291717 0.0000 BI Rate 0.102604 4.025857 0.0003
R-Squared 0.821142 Durbin-Watson stat 0.716126 F-Statistik 58.15294 Sumber : Hasil Estimasi
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
203
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
Dari hasil estimasi jangka panjang yang tertera pada tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai CRDW sebesar 0.716126,sedangkan nilai kritis CRDW pada derajat kepercayaan sebesar 5% yaitu 0.39 . Hasil ini menunjukkan bahwa nilai CRDW telah berkointegrasi ,karena nilai CRDW hitung lebih besar daripada nilai CRDW tabel, yang berarti pula terdapat kointegrasi data.
Tabel 5. Hasil Estimasi Error Correction Model Variabel Coefficient t – statistik Prob ________________________________________________________ C 0.021175 5.517919 0.0000 D(CAR) -0.019297 -2.372014 0.0239 D(NPL) 0.015519 1.001353 0.3242 D(BI Rate) -0.012686 0.517984 0.6080 Resid01 -0.152899 -2.883993 0.0070
R-Squared 0.393608 Durbin-Watson stat 1.600805 F-Statistik 3.461860
Berdasarkan hasil estimasi model dinamis ECM, maka terlihat bahwa koefisien pada variabel ECT signifikan pada tingkat alpha 5% dan mempunyai tanda negatif pada lag 3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model ECT dapat digunakan untuk mengestimasi faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit UMKM di DIY selama periode penelitian atau dengan kata lain spesifikasi model yang digunakan adalah valid. Nilai koefisien penyesuaian ( coefficient of adjustment ) yaitu sebesar -0.152899, hal ini berarti bahwa sekitar 15.2899 % ketidaksesuaian antara perubahan volume penyaluran kredit UMKM di DIY yang aktual dengan yang diinginkan akan dieliminasi atau dihilangkan dalam jangka waktu tiga bulan . Uji model apakah terbebas dari autokorelasi menghasilkan kesimpulan bahwa model terbebas dari autokorelasi karena dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM-Test diperoleh hasil nilai Obs*R2 ( X2 statistik ) = 20.30277, nilai X2 tabel dengan α = 5%, sebesar 43.7730, hal ini berarti model yang diestimasi bebas dari masalah autukorelasi. Sedangkan untuk uji terhadap ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan jalan membandingkan nilai Obs*R2 dengan Chi Square Tabel. Jika nilai Obs* R2 untuk uji White Heteroscedasticity lebih kecil dari nilai Chi Square tabel maka dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas . Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai Obs*R2 sebesar 0.563724 dan nilai Chi Square tabel sebesar 43.7730. sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Asumsi normalitas dari residual data yang digunakan dalam model dilakukan dengan jalan membadingan antara besarnya Jarque Bera test dengan besarnya Chi Square tabel. Apabila nilai Jarque Bera test < nilai Chi Square tabel , maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal. Dari hasil pengolahan data didapatkan hasil bahwa JB test sebesar 1.212469 dan besarnya Chi Square tabel sebesar 55.7585 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual dari data yang digunakan dalam model berdidtribusi normal. Sementara untuk uji ada tidaknya multikolinearitas maka berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan , didapatkan hasil nilai R21 = 0.393608, nilai R22 = 0.987546, nilai R23= 0.741991 dan nilai R24 = 0.770452 . Dari hasil perhitungan tersebut dapat kita ketahui 204
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Wahyu Dwi A
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
bahwa besarnya R21 < dari R22, R23 dan R24 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model empirik yang digunakan pada penelitian ini tidak terdapat adanya masalah multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa naik turunnya CAR dalam masa penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya volume penyaluran kredit UMKM di DIY. Semakin tinggi CAR akan semakin tinggi pula volume kredit yang dikucurkan untuk UMKM yang berada di DIY. Hal ini dapat terlihat dari besarnya koefisien regresi dari CAR baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.Ketika CAR mengalami peningkatan sebesar 1% maka dalam jangka pendek justru akan menyebabkan penurunan pada volume kredit UMKM di DIY sebesar 1.9297 % , hal ini tidak seejalan dengan hipotesis yang dikemukakan di awal . Penjelasan dari kondisi yang demikian adalah sebagai berikut : dalam jangka pendek tingginya CAR yang dimiliki oleh suatu bank , mereka tetap mempertahankan tersimpan aman di Bank Indonesia dan tidak segera mengambilnya untuk kemudian disalurkan pada masyarakat dalam bentuk kredit UMKM. Mereka tetap lebih memilih untuk menyimpan sejumlah capital mereka guna mengatasi masalah likuiditas mereka dalam jangka panjang sehingga tetap mempertahankan dana tersebut tersimpan , itulah mengapa CAR justru berpengaruh negatif dan signifikan dalam jangka penelitian 2011.01 sampai dengan 2014.06. Dalam jangka panjang , CAR berpengaruh positif dan signifikan , dimana untuk setiap kenaikan CAR sebesar 1 % akan menyebabkan kenaikan jumlah volume kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 4.6105 %. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Desi arisandi, yang menyatakan bahwa faktor internal bank sangat berpengaruh terhadap berapa besar volume kredit yang dianggarkan untuk dikucurkan pada masyarakat. Perubahan NPL dalam jangka pendek tidak signifikan dalam mempengaruhi volume kredit UMKM di DIY, sementara dalam jangka panjang , NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume penyaluran kredit UMKM di DIY. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi NPL dari UMKM atas kredit mereka pada bank bank umum di daerah Istimewa Yogyakarta selama kurun waktu penelitian , maka volume kredit yang disalurkan pada UMKM yang ada di DIY akan semakin turun. Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa jika NPL dari kredit UMKM meningkat sebesar 1 % , maka dalam jangka panjang akan mengakibatkan turunnya jumlah kredit yang dikucurkan pada UMKM di DIY sebesar 28,0604 %. Pada saat NPL tinggi atau di atas batas maximum yang ditetapkan BI maka akan menyebabkan bank harus membentuk cadangan penghapusan kredit yang lebih besar, sehingga dana yang dapat disalurkan melalui pemberian kredit menjadi berkurang. Sebaliknya semakin rendah NPL yang ada pada suatu bank, maka semakin meningkat kredit yang dapat disalurkan . NPL yang rendah menyebabkan dana yang digunakan untuk membentuk cadangan penghapusan menjadi lebih rendah pula sehingga dana yang dapat disalurkan melalui kredit khususnya pada sektor UMKM menjadi lebih besar.Hasil Penelitian yang berbeda dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang , dapat dijelaskan dengan pemikiran sebagai berikut : ada kalanya pada bulan bulan tertentu , seperti pada bulan Juli misalnya, terdapat kebutuhan dana yang besar bagi para pelaku usaha UMKM seperti untuk biaya sekolah anak- anak , sehingga hal ini dapat menyebabkan kegagalan mereka dalam membayar hutang-hutangnya, namun ketika omzet mereka kembali normal dan tidak begitu besar pengeluaran , maka mereka akan dapat kembali membayar cicilan hutangnya. Dengan dibayarnya kredit yang gagal oleh debitur pada bulan berikutnya maka NPL tidak meningkat. Pengaruh dari tinggi rendahnya BI Rate terhadap volume kredit dari bank umum yang dkucurkan terhadap UMKM yang ada di DIY, ternyata berbeda dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam hipotesis diawal penelitian dikemukakan bahwa diduga BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume kredit yang dikucurkan oleh Bank Umum Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
205
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
kepada UMKM. Menariknya adalah bahwa ternyata dalam jangka pendek ternyata BI Rate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, sementara justru dalam jangka panjang yakni untuk kurun waktu penelitian ini mulai dari tahun 2011.01 sampai dengan tahun 2014.06, justru BI Rate mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan. Justifikasi dari hasil estimasi yang seperti itu kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut : Secara teori memang diharapkan naik turunnya BI Rate akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya suku bunga kredit yang diterapkan oleh sektor perbankan. Data dalam kurun waktu penelitian menunjukkan adanya kecenderungan dari BI Rate meningkat selama tahun penelitian walaupun hanya sangat kecil sekali . Sementara di satu sisi volume kredit juga mengalami peningkatan . Fluktuasi BI Rate yang relatif stabil dalam kurun waktu penelitian , tidak menyebabkan bank bank umum menaikkan suku bunga kreditnya secara drastis tetapi masih dalam ambang batas yang masih terjangkau oleh UMKM , sehingga tetap saja volume kredit bank umum meningkat ketika BI Rate mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja akan sangat berbeda dengan suku bunga kredit di bidang property yang mempunyai tingkat sensitivitas yang sangat tinggi terhadap naik turunnya BI Rate. Justifikasi lain adalah bahwa bagaimanapun juga suku bunga yang berlaku di bank bank umum , khususnya kredit yang diperuntukkan bagi UMKM relatif masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan suku bunga kredit yang diterapkan oleh lembaga keuangan non bank lainnya , sehingga UMKM tetap memilih bank umum sebagai partner dalam mengembangkan usahanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan Error Correction Model ( ECM ) maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : Variabel CAR , dalam jangka panjang mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penyaluran kredit bank umum bagi UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. Variabel NPL , dalam jangka panjang mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap volume penyaluran kredit bank umum bagi UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta , akan tetapi dalam jangka pendek tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Variabel BI Rate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penyaluran kredit bank umum bagi UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta.
206
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mashud. (2004). Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. Jakarta : PT. Gramedia. Afriyantoro, Nondi. (2012). Pengaruh dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Volume Penyaluran Kredit Bank Umum pada UMKM DIY, Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, UPN “ Veteran “ Yogyakarta. Amithya Yuwono, Febry. (2012). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Dan Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Penyaluran Kredit. Bank Indonesia Kantor Ambon Triwulan III (2007). Kajian Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Rendahnya Penyaluran Kredit di Kota Ambon -Penawaran atau Permintaan Kredit. Bank Indonesia. (2004). Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31Mei 2004. Jakarta. Bank Indonesia. (2005). Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005. Jakarta. Francisca, Hasan Sakti Siregar. (2009). Pengaruh Faktor Internal Bank terhadapVolume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Sumatra Utara Gujarati, Damodar N. (1995). Basic Econometrics. Singapore : Mc Graw Hill, Inc Kasmir. (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja. Grafindo Persada. Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI 2001. Undang – undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang – undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
207
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY, ………
Wahyu Dwi A
Wibisono, Gentur. (2012). ,“ Komparasi Model ” : Pengelolaan Pengentasan Kemiskinan Melalui optimalisasi UMKM- K, makalah dalam Seminar Nasional dan Call for Paper , Fakultas Ekonomi UPN “ Veteran “ Yogyakarta, 5 Desember 2012 Wicaksono. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kredit Pertanian oleh Bank BRI di Indonesia. Wirawan Anton. (2008). Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga dan Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Terhadap Inflasi Di Indonesia Periode 1986.1-2007.4.
.
208
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
THE ANALYSIS OF SELECTED MACROECONOMIC VARIABLES THAT INFLUENCE STOCK RETURNS’ JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) AND ITS VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) FORECASTING, CASE STUDY: 10 COMPANIES LISTED IN JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIOD 2008-2012 Febryan Mujahid Panatagama 1 Agus Tri Basuki2 Abstract: The Analysis of Selected Macroeconomic Variables that Influence Stock Return, Jakarta Islamic Index (JII) and Its Vector Autoregressive (VAR) Forecasting, Case Study: 10 Companies Listed in Jakarta Islamic Index Period 2008-2012. The main objectives of this study is to analyze the influence of macroeconomic variables to stock returns of 10 companies listed in Jakarta Islamic Index (JII) Indonesia Stock Exchange Market in the Arbitrage Pricing Theory framework and further conduct stock returns forecasting under Vector Autoregressive Model estimation. The macroeconomic variables in this study consist of Bank Indonesia interest rate, costumer price index, Brent international oil price and trading volume. The stock returns of 10 companies listed in JII and the selected macroeconomic variables are monthly panel data starting from December 2007 to January 2013. The result of this study indicates negative influence of Bank Indonesia interest rate and Brent international oil price to stock returns of 10 companies listed in JII. In addition costumer price index had positive influence to stock returns of 10 companies listed in JII. Meanwhile, trading volume had no causal relationship with stock returns; therefore, it cannot be involved in the Vector Autoregressive model. Impulse responses and Variance decomposition analysis results indicate that costumer price index had dominant influence to stock returns of 10 companies listed in JII rather than Bank Indonesia interest rate and Brent oil price. Eventually, on the basis of Schwarz Information Criteria (SIC), Akaike Information Criteria (AIC) and Automatic Eviews7 lag length determination we conclude that each equation consists of five lag value of stock returns, Bank Indonesia interest rate, costumer price index and Brent oil price. The estimated Vector Autoregressive VAR(5) predicts negative stock returns in year 2013. Abstrak: Analisis Pengaruh Indeks Jakarta Islamic(JII) dan Peramalan Vector Autoregressive Perusahaan terhadap Variabel Makroekonomi Terpilih. Studi Kasus: 10 Perusahaan Terdaftar di Indeks Jakarta Islamic Periode 2008-2012. Variabel Makroekonomi Analisis Dipilih Variabel Makroekonomi yang Mempengaruhi Return Saham, Indeks Jakarta Islamic (JII) dan Its Vector Autoregressive (VAR) Forecasting, Studi Kasus: 10 Perusahaan Terdaftar di Islamic Index Periode Jakarta 2008-2012. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel ekonomi makro untuk return saham dari 10 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Bursa Efek Indonesia Pasar dalam rangka Arbitrage Pricing Theory dan kembali melakukan saham lanjut peramalan bawah estimasi Vector Autoregressive Model. Variabel ekonomi 1 From Muhammadiyah University of Yogyakarta Indonesia 2 From Muhammadiyah University of Yogyakarta Indonesia:
[email protected]
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
209
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
makro dalam penelitian ini terdiri dari tingkat bunga Bank Indonesia, indeks harga konsumen, harga minyak Brent internasional dan volume perdagangan. Return saham dari 10 perusahaan yang terdaftar di JII dan variabel ekonomi makro yang dipilih adalah data panel bulanan mulai dari Desember 2007 hingga Januari 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif dari tingkat suku bunga Bank Indonesia dan harga minyak internasional Brent untuk return saham dari 10 perusahaan terdaftar di JII. Selain indeks harga konsumen memiliki pengaruh positif terhadap return saham dari 10 perusahaan yang terdaftar di JII. Sementara itu, volume perdagangan tidak memiliki hubungan kausal dengan return saham; Oleh karena itu, tidak dapat terlibat dalam model Vector Autoregressive. Tanggapan impuls dan Variance hasil analisis dekomposisi menunjukkan bahwa indeks harga konsumen memiliki pengaruh dominan terhadap return saham dari 10 perusahaan yang terdaftar di JII daripada Bank Indonesia suku bunga dan harga minyak Brent. Akhirnya, atas dasar Kriteria Schwarz Informasi (SIC), Kriteria Informasi Akaike (AIC) dan Automatic Eviews7 penentuan panjang lag kita menyimpulkan bahwa setiap persamaan terdiri dari lima nilai lag dari return saham, suku bunga Bank Indonesia, indeks harga konsumen dan minyak Brent harga. Diperkirakan VAR Vector Autoregressive (5) memprediksi return saham negatif di tahun 2013. Kata Kunci: Variabel ekonomi makro, return saham, Indeks Jakarta Islamic (JII), Teori Arbitrage Pricing, Vector Autoregressive (VAR).
BACKGROUND
Indonesia is a country with the largest Muslim population; therefore, Indonesian Muslim have to realize and consider their fast economic development by initiating strong foundation of national economy thought its real and monetary sector. Islamic capital market is the only institution for supporting national economy. Islamic capital market has two functions to support national economy. First, it functioned as financial market where investment portfolio is traded. Second, it functioned as real economic financial intermediary where fund is distributed from lender to borrower. Indonesia Islamic capital market is a part of conventional capital market. So it almost impossible to separate both market. Therefore, we would like to examine how far Indonesia capital market contributes national economic growth through this following illustration: Table 1 Indonesia Capital Market Development, 2007-2011 Year
Capital Market Capitalization (Trillion, IDR)
2007 1.988,33 2008 1.076,50 2009 2.019,38 2010 3.327,29 2011 3.821,99 Source : BAPEPAM Annual Report, 2007-2011
Capital Market Contribution Ration to GDP (%) 50,24 21,72 35,97 50,55 55,07
Capital market capitalization indicates the multiplication of aggregate number of stocks and regular market closing price. The Indonesia Exchange (IDX) market capitalization and its contribution to GDP become one indicators of Indonesia capital market development. 2008’s IDX market capitalization is 1.076,50 trillion, decreasing 46,42% from 2007s’ capitalization 210
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Febryan MP – Agus Tri B
THE ANALYSIS OF, ………
which is 1.988,33 trillion. In 2009 IDX market capitalization is significantly increased 87,59% from 1.076,50 in 2008 to 2.091,38 trillion. In 2010 IDX market capitalization is increased 46,13% from 2.091,38 trillion in 2009 to 3.247,10 trillion in 2010; Furthermore in 2011, IDX market capitalization also increased 3,20% from 3.247,10 trillion in 2010 to 3.821,99 trillion in the end of 2011. Subject to the economic condition the contribution of capital market to GDP is fluctuating. In 2007 capital market contributes 50,24% and decreased significantly to 21,72% in 2008. In 2009, capital market contribution experienced light increasing from 21,72% in 2009, to 35,97% in 2010. The increasing of capital market contribution to GDP is continuously increased respectively from 35,97% in 2009 to 50,55% in 2010 and also 55, 07% in 2011. Indonesia capital market has the experience of excellent performance during past five years. In 2007 it contributes 50,24% and there are decreasing trends in the next two following years (year 2008-2009) due to the global financial crisis at that time. The crisis doesn’t impact Indonesia capital market negatively. It’s proven by the increasing in trend of capital market contribution to GDP from year 2008 until 2011. In other words, Indonesia capital market is relatively secure and profitable. In the other hand, Jakarta Composite Index in year 2009 was awarded as the best index in ASEAN and second best index in the world. In addition, in year 2010 Indonesia index was nominated as the best index in Asia Pacific and the second best index in Asia Pacific in 2011. This study aims to analyze the effects of macroeconomic variables on Jakarta Stock Exchange Market on APT framework and provide further forecast on JII selected 10 companies’ stock returns. Jakarta Islamic Index 10 selected companies abbreviated as JII10 is on the basis of monthly data, starting from January 2008 to December 2012 and relates to three macroeconomic variables. The macroeconomic variables in this study are Bank Indonesia Rate, Costumers Price Index and Brent standard oil price. Furthermore, this study will examine 10 companies stock returns which are listed in JII from 2008-2012 with no de-listing record from it. The selection supposed to ensure company healthiness and the fulfillment of Islamic investment principles. Eventually this research entitles with “The Analysis of Selected Macroeconomic Variables that Influence Stock Returns Jakarta Islamic Index and Its Vector Autoregressive (VAR) Forecasting.” (Case study: 10 companies listed in Jakarta Islamic Index Period 20082012) Study limitation aims to restrict the analysis problems that may occurred. Therefore, this study is restricted to the following limitations: 1. Focus on stock of ten companies listed in JII during research period. 2. The stock returns refer to the changes of stock price movement of the ten companies. 3. The study period is January 2008 – December 2012 monthly time series data. Based on those problems, the research questions of this study are declared in these following questions: 1. What is the influence of interest rate to JII10 stock returns? 2. What is the influence of costumer price index to JII10 stock returns? 3. What is the influence of oil price to JII10 stock returns? 4. What is the influence of trading volume to JII10 stock returns? This study defines these following aims in order to answer the research questions: 1. To analyze the influence of costumers price index to JII10 stock returns. 2. To analyze the influence of interest rate to JII10 stock returns. 3. To analyze the influence of oil price to JII10 stock returns. 4. To analyze the influence of trading volume to JII10 stock returns. Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
211
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
This study contributes useful information for parties which are interested in developing Indonesian capital market in particular Indonesia stocks exchange market. The detail of research objective will be mentioned as below: 1. To investor: as relevant information regarding to their decision on stock investment. 2. To researcher: as relevant study to apply theories and knowledge in his undergraduate study of Islamic economic and finance. 3. To future researchers: as relevant reference for further research. Table 2 Previous Studies No. 1.
Title Amet Bűyűksalvarecı (2010) on “The Effects if Macroeconomics Variables on Stock Returns: Evidence from Turkey” period 2003 – 2010.
Model Ordinary Least Square (OLS)
Conclusion The study defines Turkey return on stock is positively influenced by money supply and negatively influenced by foreign exchange rate, oil price, industrial production index, money market interest rate and costumer price index; In addition, the research explains that gold has no significant influence to Turkey returns on stock. The study defines Turkey return on stock is positively influenced by money supply and negatively influenced by foreign exchange rate, oil price, industrial production index, money market interest rate and costumer price index; In addition, the research explains that gold has no significant influence to Turkey returns on stock.
2.
Benaković, Posedel (2010) on “Do Macroeconomic factors matter for stock returns? Evidence from estimating a multifactor model on Croatian market” period 2004 – 2009.
Cross-Sectional Regression
3.
Maruddani and Safitri (2008) on “Vector Autoregressive (VAR) For Forecasting Indofood Sukses Makmur Ltds’ Stock Price”.
Vector Autoregressive (VAR)
The study defines that AIC and SC values determine four lag values of Stock on ROA, DER and EPS and VAR can be used to forecast the future value of stock from 2006:1 until 2007:12
4.
Muflih (2012) on “The Factors that affect shares’ Return in Amman Stock Market” period 2005 – 2010.
Simple Regression ANOVA
10.
Khan and Rizwan (2008) on “Trading Volume and Stock Returns: Evidence from Pakistan Stock Market” period 2007-2008.
Generalized Auto Regressive Conditional Heteroskedasticity (GARCH) and Vector Autoregressive (VAR)
His study defines Amman stock returns is negatively influenced by size of the company and positively influenced by number of employees and balance of payment; in addition, interest rate gross domestic product, budget deficits and inflation have no significant influence to Aman stock returns. The study defines positive contemporaneous relationship among trading volume and stock returns in Pakistan stock market.
Source: Relevant Undergraduate Thesis and Journals
212
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Febryan MP – Agus Tri B
THE ANALYSIS OF, ………
Capital market is a market of long term securities consists of bonds and equities issued by government, public authorities or private companies. Bond refers to security on the basis of debt contract. It represents strictly financial claim for money owed by holder to the bond issuer. Meanwhile equity refers to securities on the basis of assets. It represents holders’ claim of company stock or ownership. Capital market operates as financial and real economic institution. Economic function facilitates fund transfer from lender to borrower while financial function provides funds and investment place to lender. According to Husnan (2004), there are several factors that influence capital market development such as supply and demand of securities, politic condition, economic condition, law enforcement, regulations and supporting financial institutions. Islamic and conventional capital market has no significant differences. In common practice Islamic capital market is a part of conventional market. Islamic capital market only accommodates securities regarding to syariah compliances and riba-free principle. Indonesia Islamic capital market is initiated by BAPEPAM and DNS-MUI. It establishment comes with Jakarta Islamic Index in 2000 and syariah capital market in 2003 (BAPEPAM, 2010). There are plenty of domestic and international researches on stock returns. Each research comes with different analysis tools and results. Here is some researches on stock returns in several countries. Based on the previous theories, these following variables are used to explain return on stock of a company. They are costumer price index, industrial production index, interest rate, exchange rate, market index, oil price and money supply. Those variables will be explained by this following explanation. Hypothesis 1: There is negative effect of costumer price index to JII10 stock returns. Hypothesis 2: There is negative effect of crude oil price to JII10 stock returns. Hypothesis 3: There is negative effect of interest rate to JII10 stock returns. Hypothesis 4: There is positive effect of trading volume to JII10 stock returns. Based on this research questions, research objectives, theoretical backgrounds and the previous research results; therefore we develop this following framework:
Figure 1 Research Framework Source: Agrawal (2010), Bűyűksalvarecı (2010), Posedel (2010), Nazir (2010), Hussin (2012), Maysami (2004), Novia (2010), Kowarnu (2012) Khan and Rizwan (2008) and Hasan, Jinnan and Javed (2009) Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
213
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
METHODOLOGY RESEARCH
The ultimate goal of this study is to explore the effect of selected macroeconomic variables on JII10 stock returns and forecast the future value of JII10 stock returns. It uses secondary time series data starting from December 2007 to January 2013 from several sources. According to Sugiarto (2006), research variable is an attribute or characteristic of object or activity which has some varieties. Those varieties are determined by researcher to be observed and concluded. This research consists of two variables which are dependent and independent variable. Dependent variable of this research is stock returns while the independent variable of this research is inflation, interest rate and oil price. Econometric model is statistical model used in econometrics. It defines the statistical relationship between variables in particular phenomena. This study uses this following Econometric model: Model 1: Model 2: Model 3: Model 4: Model 5: Where is Stock returns (RJII10), is Costumer price index (CPI), is Brent Oil price (OIL), is Bank Indonesia Interest rate (BIR), is Trading volume (VOL), is Error term (t1,2,3,4,5), l is Lag length with l = 1,2,…, x and x is maximum lag. The above equation derives this following Vector Autoregressive order p
:
Where p is predicted lag. Dependent variable is a variable that being described or influenced by other variables (independent variable). The dependent variable of this study is return on stock JII10 consists of 10 selected companies stocks. The independent variable is a variable that describe or influence other variable. This study uses these following independent variables: inflation, interest rate and oil price. Table 3 Operational Definitions Research Variables No Variable Definition Scale Profit results when the price of a stock held by 1. Stock Returns Ratio investor rises above its purchase price. Inflation is the continuous increasing in 2. Inflation Ratio general price level. 3. Brent Oil Price Brent international oil price Ratio Bank Indonesia 4. BI Rate Ratio Interest Rate The amount of tradable stock in certain period 5. Trading Volume Ratio of time Source: Relevant Journals and Books 214
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
Population is compilation of elements. It becomes core focus in a study while sample becomes a part of population. This study population is companies which are listed in Jakarta Islamic Index (JII) since year 2008 until. Those companies are chosen regarding their liquidity, syariah acceptability and market acceptability. Meanwhile, this study sample is 10 selected companies which are listed in Jakarta Islamic Index (JII) since year 2008 until 2012. Those years involves of Indonesian economic recovery moment after global financial crisis in 2008. Judgment sampling method is used in this research. It takes the samples in accordance to predetermined criteria mentioned below: 1. The selected companies are public company that is listed in Jakarta Islamic Index continuously since 2008-2012. 2. The selected companies represent almost sectors available in the index. 3. The selected companies have strong fundamental basis.
Vector Autoregressive (VAR) model observes the relationship between stock returns and macroeconomic variables and further forecasts the future value of stock returns by following these procedures: 1. Descriptive Statistics 2. Unit Root Test – Augmented Dickey-Fuller Test 3. Correlation Matrix - Johansen-Juselius Cointegration Test 4. Granger Causality Test 5. Variance Decomposition and Impulse Response Analysis 6. Forecasting with Vector Autoregressive (VAR)
In detail those mentioned techniques will be described in the following explanation. This research methodology applies these following econometric procedures to analyze the relationship between stock returns and macroeconomic variables:
1. Descriptive Statistics 2. Unit Root Testing 3. Cointegration Test 4. Causality Test 5. Impulse Response 6. Variance Decomposition Analysis 7. Vector Autoregressive Model Estimation and Forecasting
DESCRIPTIVE STATISTIC
Descriptive statistics becomes a set of whole descriptive coefficient concluded the variables in a study. It represents the entire population or sample in the study and explains data central tendency and dispersion measurement. Eviews7 is used as the econometric tool to analyze the data. Eventually, this study finds the following descriptive statistics: Table 4 Descriptive Statistics
Descriptions RJII10 BIR Mean 626.1667 6.933333 Median 1994.500 6.500000 Maximum 14044.00 9.500000 Minimum -22534.00 5.750000 Skewness -0.998150 0.979300 Observations 60 60 Source: Data Analysis Result
CPI 125.8040 124.6000 164.0100 110.0800 1.483741 60
OIL 92.15300 95.84000 132.7200 39.95000 -0.409904 60
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
RJII10VOL 297458417.3 185302250 1111937250 48354000 1.586559 60
215
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
Table 5 ADF Unit Root – Stationary Test at Level Lag 5 No
Series
ADF t-statistic
Mackinnon Critical Value
p-value
Lag Length
Conclussion
1. 2. 3. 4. 5.
JII10 OIL BIR CPI VOL
-6.962831 -2.47905 -2.964573 -1.660874 -6.33374
-2.911730 -2.912631 -2.912631 -2.911730 -2.911730
0.0000 0.1922 0.4455 0.04 0.0000
5 5 5 5 5
Stationary Non-stationary Non-stationary Stationary Stationary
Source: Data Analysis Result
Table 6 consists the result of stationary test in determined lag 5 in “level”. It describes that Brent Crude Oil (OIL) variable had no stationary criteria because, its p-value is higher than α = 5% or 0.05 which is 0.1922. Meanwhile, Bank Indonesia Interest Rate also had no stationary criteria because of its p-value. BIR p-value is 0.4455, its higher than α = 0.05. Otherwise, the rest variables are have stationary criteria in 95% confidence level. Base on the mentioned explanation further cointegration-degrees’ test is conducted to overcome the stationary problems. Table 6 ADF Unit Root – Stationary Test at First Difference Lag 5 No
Series
ADF t-statistic
Mackinnon Critical Value
p-value
Lag Length
Conclussion
1. 2. 3. 4. 5.
DJII10 DOIL DBIR DCPI DVOL
-4.191441 -4.187405 -3.524020 -5.244475 -3.959329
-3.4952 -3.4952 -3.4952 -3.4952 -3.4952
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
5 5 5 5 5
Stationary Stationary Stationary Stationary Stationary
Source: Data Analysis Result
Table 6 consists of stationary test in determined lag 5 in first difference (integrated-degrees’ test). It defines that p-value of all variables passed the stationary test. All variable tested in integrated-degrees’ test. All variable p-value is 0.0000 and its lower than α = 0.05. Therefore, Stock returns, oil price, bank Indonesia interest rate, costumer price index and trading volume have stationary criteria. Cointegration is a combination of linear relationship from every non-stationary variable in this study. Those variables must be integrated at order or the similar degree. The integrating variables define similar stochastic trend and long-term similar movement. Johanses – Juselius test is conducted after the two previous tests and results this following table: Table 7 Johansen – Juselius Cointegration Test Hypothesized No. of CE(s) None * At most 1 * At most 2 At most 3 At most 4
Eigenvalue
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
0.728706 0.596298 0.297602 0.219277 0.135600
159.7397 89.29383 40.31160 21.23580 7.868891
88.80380 63.87610 42.91525 25.87211 12.51798
0.0000 0.0001 0.0890 0.1697 0.2626
Source: Data Analysis Result
216
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
Table 8 Johansen – Juselius Cointegration Test with Maximum Eigenvalue Statistic Hypothesized No. of CE(s) None * At most 1 * At most 2 At most 3 At most 4
Eigenvalue 0.728706 0.596298 0.297602 0.219277 0.135600
Source: Data Analysis Result
Max-Eigen Statistic 70.44583 48.98223 19.07579 13.36691 7.868891
0.05 Critical Value 38.33101 32.11832 25.82321 19.38704 12.51798
Prob.** 0.0000 0.0002 0.3002 0.2993 0.2626
Table 7 and 8 display the result of Johansen – Juselius Cointegration Test based on the likelihood ratio test consists of first trace statistics and second maximum Eigen value statistics. Table 9 shows the results of trace statistics at 5 months lag length. The above results proved that the null hypothesis of no cointegration between JII10 stock returns and selected macroeconomic variables for period 1/2008 to 12/2012 can be rejected in Indonesia Jakarta Islamic Index (JII). Trace test implies the existence of 2 cointegrating vectors among variables at the α = 0.05. To ensure the results Maximum Eigen value test is conducted. Table 9 Confirms the existence of cointegrating at the α = 0.05. Eventually, study proves evidence on the existence of long term relationship between macroeconomic variables and JII10 stock returns. According to Hasan, Jinnah and Javed (2009), Johansen – Juselius cointegration test doesn’t account for data structural breaks. Therefore, Granger Causality is conducted as variables are cointegrated. It supposed to observe data causality flows’ direction. Table 9 Granger Causality Test
Null Hypothesis: BIR does not Granger Cause RJII10 RJII10 does not Granger Cause BIR CPI does not Granger Cause RJII10 RJII10 does not Granger Cause CPI OIL does not Granger Cause RJII10 RJII10 does not Granger Cause OIL VOL does not Granger Cause RJII10 RJII10 does not Granger Cause VOL
Obs 55 55 55 55
Source: Data Analysis Result
F-Statistic 4.77691 3.84448 6.15336 1.04090 1.99894 4.03536 1.42348 0.72098
Probability 0.00142 0.00563 0.00021 0.40584 0.09752 0.00423 0.23466 0.61122
Table 9 proves evidence on the presence of unidirectional causality from BIR, CPI and OIL to JII10 stock returns at α = 0.05 and bilateral causality from BIR to JII10 stock returns at α = 0.1. Furthermore no granger causality is found in trading volume (VOL) and JII10 stock returns. After the cointegration relationship is found among dependent and independent variables. Impulse Response and Variance Decomposition Analysis is conducted. The lag order of VAR is chosen base on the value of SC, AIC and HQ. Here is the IRF and Variance Decomposition Analysis examination result:
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
217
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
Graph 2 Impulse Response Result Source: Data Analysis Result The above results defines a volatile responses of BIR, CPI and OIL to JII10 stock returns. The horizontal exist represents 10 months period of time while the vertical exist represents the change of variables due to the presence of shock variables from the independent variables. The 2nd figure defines the changes of RJII10 variable in response to the existence of shock variable of BIR. The response of RJII10 to BIR is relatively volatile. The 1st month the response of BIR shock variable to JII10 stock returns is 0.000000. It become negative in the 2nd until 5th month which is -0.065953, -0.088791, -0.160523 and -0.226894 respectively. The positive response is found in the next 6th,7th and 9th month which is 0.211188, 0.101303 and 0.039193 respectively. Meanwhile in the 8th and 10th month the negative response is found in which -0.059110 and -0.019874. Table 10 Variance Decomposition Analysis Result
Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Variance Decomposition of DRJII10: S.E. DRJII10 DBIR DCPI 0.567483 100.0000 0.000000 0.000000 0.587904 97.49110 1.258493 0.064292 0.620495 88.32009 3.177432 4.277544 0.752572 60.04350 6.709687 29.45147 0.906662 43.21104 10.88547 40.97413 0.965285 38.42046 14.39002 42.83769 0.980621 37.52232 15.01061 43.24553 1.000142 36.11914 14.77967 44.61679 1.007335 35.60950 14.72074 45.14633 1.008287 35.55873 14.73181 45.13922
Source: Data Analysis Result
218
DOIL 0.000000 1.186114 4.224935 3.795333 4.929360 4.351827 4.221536 4.484399 4.523431 4.570235
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
Table 10 defines variable decomposition of DRJII10. It explains how DBIR, DCPI and DOIL influence DRJII10. In the 1st month DRJII10 is 100% influenced by itself. Furthermore, the influence of variable DRJII10 to DRJII10 itself is decreased to 35.55% in the 10th month. Also defines that variable DRJII10 is 0.00% influenced by DBIR in the 1st month. And so, the influence of DBIR to DJII10 is increased to 14.73% in the 10th month. The influence of DCPI to DRJII10 also exposed in table. 4.7.1 It explains 0.00% DCPI influence to DRJII10 in the 1st month. It influence is increased to 45.13% in the 10th month. In the explains the influence of DOIL to DRJII10. DOIL influence 0.00% of DRJII10 in the 1st period. Its influence is increased to 4.57% in the 10th month. The previous stationary test defines that all variable are stationary in the first difference. Therefore all variable are changed in to their first difference form. (Appendix) The research model of this study is used to forecast JII10 stock returns in year 2013. The Vector Autoregressive VAR is used lag 5 in the forecasting. The forecasting result is defined in the following table: Table 11 VAR(5) JII10 Stock Returns Forecasting Value year 2013 Forecasting VAR
Year
RJII10 (IDR)
FRJII10 (IDR)
Year
2012.1
441
99
2013.1
2012.2
173
254
2013.2
2012.3
132
-1
2013.3
2012.4
295
175
2013.4
2012.5
113
-302
2013.5
2012.6
-11
-199
2013.6
2012.7
186
-203
2013.7
2012.8
253
-83
2013.8
2012.9
-66
-17
2013.9
2012.10
93
-90
2013.10
2012.11
192
-84
2013.11
2012.12
-174
-112
2013.12
Source: Data Analysis Result
Table 11 defines the increasing and decreasing of JII10 stock returns. It forecasted general negative stock returns in JII10 compared to the previous year 2012. Negative trend is occurred from March until December 2013. The highest depression occurred in May 2013 which is -302. JII10 stock returns is predicted to have positive affect only in January and February 2013 which are 99 and 254 IDR. It forecasted general negative stock returns in JII10 compared to the previous year 2012. This negative sentiment might be caused by the continuous decreasing in Bank Indonesia interest rate and the fluctuating price of oil. But it may be not become major influence to JII10 stock returns. Indonesia as one of the emerging market is highly influenced by foreign capital, national economic condition, global economic condition and the speculative action of traders existing in the stock market. The JII10 negative stocks returns are confirmed by the several phenomena occurred in the Indonesia stock market. In the end of May to June 2013 there is huge foreign capital Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
219
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
outflow in Indonesia stock exchange market and the potential uncertainty after the increasing in subsidized petroleum price.
CONCLUSION
This study is started by descriptive statistics examination. It is followed by the Augmented Dickey Fuller - Unit Root testing and continued with the cointegration and causality testing. Furthermore, Impulse Response and Variance Decomposition Analysis are conducted. In the end, this study occupied Vector Autoregressive Model estimation and forecasting of 2013 value of JII10 stock returns. The descriptive statistics examination defines that all variables of the study exhibit positive mean. It defines that RJII10 and Oil price is negatively skewed while BIR, CPI and Trading Volume are positively skewed. Before conducting the ADF unit root test the lag length is determined in lag 5 based on the comparison result of SIC, AIC and Automatic Eviews7 leg length determination. It is derived lag 5 as the most appropriate lag to continue this study. The ADF test in lag 5 confirms the stationary of all variables at the first difference. The further Johansen-Juselius Cointegration test defines the long term relationship between JII10 stock returns and the selected macroeconomic variables in 95% confident level (α = 0.05). The Granger Causality test defines the causal relationship among JII10 stock returns and CPI, BIR and Oil. Meanwhile, Trading Volume is excluded from the model because it had no causal relationship. The Impulse Response and Variance Decomposition analysis defines that CPI is the most capable variable in influencing JII10 stock returns rather than BIR and Oil. CPI able to explain 45.13% of JII10 stock returns. Meanwhile BIR and Oil are capable to explain 14.73% and 4.57% of JII10 stock returns respectively. In long term relationship the Vector Autoregressive Model Estimation concludes negative influence of Bank Indonesia Interest rate and Brent International Oil price to JII10 stock returns. Meanwhile it defines positive influence of Costumer Price Index to JII10 stock returns. It contradicts study hypothesis of negative relationship between CPI and stock returns; however, this contradiction might be caused of Indonesia national economic growth that lead to the increasing in Indonesia purchasing power. Therefore the higher price index implies the higher demand of the 10 companies’ product and so increased their sales. This increasing in sales lead to direct increasing in their profit. Eventually, the VAR(5) forecasting predicts negative stock returns potential in 2013. It might be caused of the continuous decreasing of Bank Indonesia interest rate and the fluctuating international oil price. Bank Indonesia interest rate as the Indonesia national benchmark of commercial bank contributes major role to determine the rate of saving interest and credit interest. It drives investor to determine their investment portfolio. This study accept the other variables such as foreign direct investment, national economic stability, international economic condition and traders speculative behavior as the determinant variable that caused into negative sentiment in JII10 2013 stock returns. Regarding to the study conclusion the researcher recommends to stock market investors to be aware of the latest condition and phenomena occurred in the market. It is important to observe Bank Indonesia interest rate, costumer price index and oil price before any decision to expand investment portfolio. The negative forecasting value of JII10 stock returns reflects the negative sentiment in the stock market. The researcher recommends long term investor to take this as a golden time to buy and collect the stocks and enrich their stock portfolio. In particular for domestic investor it becomes the rare occasion to enter and add their capacity over the foreign investor. When 220
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Febryan MP – Agus Tri B
THE ANALYSIS OF, ………
Indonesia stock market is dominated by domestic investor it will minimize capital outflow effect that always occurred from time to time. The researcher recommends Bank Indonesia and Financial Services Authority (OJK) to be consistent in maintaining and produce the prudent monetary regulations in order to prevent toxic asset from financial engineering. The prudent regulation in capital market aims to protect national financial and riel economy from international negative domino effects such as exchange rate risk, market risk, default risk, arbitrage risk and hot money effect. The researcher recommends future research to be conducted in particular to other capital market income (dividend). It becomes interesting subject of research that not many researchers ever studied.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
221
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
DAFTAR PUSTAKA Abu, M. F., Awang, S. A., Muhammad, F. and Hussin, M. Y. M, (2007), Macroeconomic Variables and Malaysian Islamic Stock Market: A Time Series Analysis: Journal of Business Studies Monthly, Vol. 3, No. 4, 1-13, 2012. Abu, M. F., Hussin, M. Y. M., Muhammad, F. and Razak, A. A, (2011), The Relationship Between Oil Price, Exchange Rate and Islamic Stock Market in Malaysia: Research Journal of Finance and Accounting, Vol. 3, No. 5, 83-97, 2012. Agrawal, D., Srivastava, A. and Srivastav, A. K. (2009), A Study of Exchange Rate Movement and Stock Market Volatility: International Journal of Business and Management, Vol. 5, No. 12, 62-73, 2012. Ajija, S. R and Sari, D. W., Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta: Salemba Empat. Ajija, S. R, Setianto, R. H and Hudaifah, A. (2010), The Contribution of Islamic Banking And Financial Institution (IBFIs) On The Indonesian Economic Growth: The Evidence From The ARDL Bound Testing Approach 2002-2010: Forum Riset Perbankan Syariah II 2010 (FRPS II), 2010. Agrawal. G, (2010), A Study of Exchange Rates Movement and Stock Market Volatility: International Journal of Business and Management, Vol. 5, No. 12, 62-73, 2010. Al-qudah, L. A. M, (2009), The Factors that Affect Shares’ Return in Amman Stock Market: Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 4, No. 6, 1219-1231, 2012. Ali, M. M., Shakil, A. and Khalid, M. B. (2010), Post Liberalization Impact of Macroeconomic Factors on the Stock Market Returns: Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 1, No. 12, 63-72. Apridar., Ekonomi Internasional Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, 1st Edition. Arestis, P., Demetriades, P. O and Luintel, K. B. (2001), Financial Development and Economic Growth: The Role of Stock Markets: Journal of Money, Credit, and Banking, Vol. 33, No. 1, 2001. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (2008), Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas Serta Hubungan Dinamis Antara Aliran Modal Asing, Perunahan Nilai Tukar Rupiah Dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia: Tim Studi BAPEPAM., 2008. Benaković, D and Posedel, P. (2009), Do Macroeconomic Factors Matter for Stock Returns? Evidence from Estimating a Multifactor Model on the Croatian Market: Working Paper Series, Faculty of Economics and Business, Aagreb, 2-13, 2010. 222
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Febryan MP – Agus Tri B
THE ANALYSIS OF, ………
Bűyűkşιalvarcι, A. (2010), The Effects of Macroeconomics Variables on Stock Returns: Evidence from Turkey: European Journal of Social Sciences, Vol. 14, No. 3, 440416, 2010. Burmeister, E. and McElroy, M. B. (1988), Arbitrage Pricing Theory as a Restricted Nonlinear Multivariative Regression Model: Journal of Business and Economic Statistics, Vol. 6, No. 1, 29-45, 1988. Fariz, M., Salman, K. R. and Wulandaitya, P., Bukti Empiris Pengungkapan Sukarela pada Jakarta Islamic Index (JII): Pekanbaru: Poceeding Forum Riset Perbankan Syariah, 2012. Gujarati, D. N. and Porter, D. C., Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat, 2012, 1st Edition. Gűnsel, N., Tűrsoy, T. and Rjoub, H. (2005), The Effect of Macroeconomic Factors on Stock Returns: Istanbul Stock Market: Studies in Economics and Finance, Vol. 26, No. 1, 36-45, 2009. Hamzah, M. A., Howe, L. C. and Maysami, R. C. (2004), Relationship Between Macroeconomic Variables and Stock Market Indices: Cointegration Evidence from Stock Exchange of Singapore’s All-S Sector Indices: Jurnal Pengurusan, Vol. 24, 47-77, 2004. Hartono, J., Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, 2003, 3rd Edition. Hasan, A. and Javed, M. T. (2008), Macroeconomic Influences and Equity Market Returns: A Study of an Emerging Equity Market: Journal of Economics and Economics Education Research, Vol. 10, No. 2, 47-68, 2009. Huda, N. and Nasution, M. E., Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, 1st Edition. Husnan, S. and Pudjiastuti, E., Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1993, 1st Edition. Hermanto and Saptutyningsih, E., Electronic Data Processing SPSS 10.0 & EViews 3.0. Yogyakarta: UPFE UMY, 2002. Karim, A. A., Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Raja Grafindo, 2007, 2nd Edition. Karolyi, G. A. and Gagnon, L. (2007), Information, Trading Volume, and International Stock Return Comovement Evidence from Cross-listed Stocks: Queens’s University, Kingston, Ontario, 2007.
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
223
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
Khan, S. U. and Rizwan, F. (2008), Trading Volume and Stock Returns: Evidence from Pakistan’s Stock Market: International Review of Business Research Papers, Vol. 4. N0.2. 151-162, 2008. Kurniati, Y., Sahminan, and Cadarajat, Y. (2008) Sensitivitas Komoditas Ekspor dan Impor Komoditas Utama terhadap Harga International dan Nilai Tukar Rupiah: Bank Indonesia. Kuwornu, J. K. M. (2008), Effect of Macroeconomic Variables on the Ghanaian Stock Market Returns: A Co-integration Analysis: Agris on-line Papers in Economics and Informatics, Vol. 4. No. 2, 15-26, 2012. Mankiw, N. G., Principles of Macroeconomics. Ohio: Thomson South West, 2004, 3rd edition. Nasarudin, M. I. and Surya, I., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana. Nopirin., Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE, 3rd Edition. Novia. (2010), Faktor-Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Returns on Stock di Jakarta Islamic Index (JII): Study Kasus Perusahaan Tambang Batubara: Skripsi Institut Teknologi Bogor, 2010. Ong, E., Technical Analysis for Mega Profit. Jakarta: Mega Options, 2008, 1st Edition. Sugiarto, S. D., Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006. Sukirno, S., Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, 3rd Edition. Tangjitprom, N. (2012), The Review of Macroeconomic Factors and Stock Returns: International Business Research, Vol, 5, No. 8, 107-115, 2012. Widiarti, R. (2008), Analisis Kausalitas Anatara Tabungan dan Pertumbuhan Ekonomi Dalam Jangka Panjang dan Jangka Pendek Pada 26 Propinsi di Indonesia: Fakultas Ekonomi Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, 2008.
224
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Febryan MP – Agus Tri B
Appendix
THE ANALYSIS OF, ………
Table Vector Autoregressive VAR(5) Estimation Result DRJII10 DBIR DCPI DOIL DRJII10(-1) -0.198222 -0.001013 -0.012244 0.032522 (0.17025) (0.00492) (0.01576) (0.02151) [-1.16431] [-0.20575] [-0.77675] [ 1.51223]*** DRJII10(-2) -0.147897 -0.005107 -0.005681 0.055130 (0.11627) (0.00336) (0.01076) (0.01469) [-1.27204] [-1.51916] [-0.52777] [ 3.75372]* DRJII10(-3) 0.001702 0.002797 0.005101 0.042096 (0.13969) (0.00404) (0.01293) (0.01765) [ 0.01219] [ 0.69250] [ 0.39442] [ 2.38566]* DRJII10(-4) -0.161570 -0.001522 0.015239 0.002776 (0.13666) (0.00395) (0.01265) (0.01726) [-1.18227] [-0.38520] [ 1.20440] [ 0.16079] DRJII10(-5) -0.032813 0.003043 0.000710 0.013921 (0.13890) (0.00402) (0.01286) (0.01755) [-0.23623] [ 0.75762] [ 0.05521] [ 0.79339] DBIR(-1) -3.805408 0.486216 -0.604481 0.606848 (5.73708) (0.16589) (0.53118) (0.72471) [ 2.93092]* [-1.13799] [-0.66330] [ 0.83737] DBIR(-2) -4.109641 -0.308758 0.491398 0.027602 (6.39982) (0.18506) (0.59255) (0.80842) [-0.64215] [-1.66846] [ 0.82930] [ 0.03414] DBIR(-3) -8.028628 0.414746 -0.069416 -0.717100 (6.12417) (0.17708) (0.56702) (0.77360) [ 2.34207]* [-0.12242] [-1.31097] [-0.92696] DBIR(-4) -8.502750 -0.103764 0.190611 0.198953 (6.22269) (0.17993) (0.57615) (0.78605) [-1.36641] [-0.57668] [ 0.33084] [ 0.25311] DBIR(-5) 9.540010 0.065867 -0.155580 0.474849 (5.54387) (0.16031) (0.51330) (0.70030) [ 1.72082]** [ 0.41088] [-0.30310] [ 0.67806] DCPI(-1) -0.233352 -0.018810 0.641313 0.190388 (1.72886) (0.04999) (0.16007) (0.21839) [-0.13497] [-0.37627] [ 4.00641]* [ 0.87178] DCPI(-2) 2.547521 0.035618 0.061971 0.206689 (2.08691) (0.06034) (0.19322) (0.26362) [ 1.22071] [ 0.59025] [ 0.32072] [ 0.78405] DCPI(-3) 6.353452 -0.017599 0.049398 -0.116166 (2.10592) (0.06089) (0.19498) (0.26602) [ 3.01695]* [-0.28901] [ 0.25335] [-0.43668] DCPI(-4) -11.32038 0.020869 0.081035 0.017250 (2.34312) (0.06775) (0.21694) (0.29598) [-4.83133] [ 0.30802] [ 0.37353] [ 0.05828] DCPI(-5) -1.124576 0.017199 -0.253676 0.015951 (2.62161) (0.07581) (0.24273) (0.33116) [-0.42896] [ 0.22688] [-1.04510] [ 0.04817] DOIL(-1) -0.912396 0.033534 -0.073877 -0.028992
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
225
THE ANALYSIS OF, ………
Febryan MP – Agus Tri B
(1.35610) [-0.67281] DOIL(-2) 1.474893 (1.36082) [ 1.08383] DOIL(-3) -0.386569 (1.24649) [-0.31013] DOIL(-4) -0.963839 (1.13060) [-0.85250] DOIL(-5) 0.346475 (1.13124) [ 0.30628] C 18.27901 Source: Data Analysis Result
226
(0.03921) [ 0.85517] -0.000903 (0.03935) [-0.02296] 0.051210 (0.03604) [ 1.42079]** 0.001920 (0.03269) [ 0.05872] 0.031954 (0.03271) [ 0.97686] -0.183035
(0.12556) [-0.58839] -0.057008 (0.12600) [-0.45246] -0.019537 (0.11541) [-0.16928] 0.060531 (0.10468) [ 0.57824] -0.010833 (0.10474) [-0.10343] 2.017676
(0.17130) [-0.16925] 0.089098 (0.17190) [ 0.51831] -0.178715 (0.15746) [-1.13501] -0.043540 (0.14282) [-0.30486] 0.130421 - (0.14290) [ 0.91269] -1.520541
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
ANALISIS VAR (VECTOR AUTO REGRESSIVE) PADA KETERKAITAN ANTARA PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA DENGAN TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2000.1-2011.4 Bambang Sulistiyono1 Abstract: Analysis VAR (Vector Auto Regressive) the Relationship Between the GDP by Business Sector by Level of Poverty in Yogyakarta Period 2000.1-2011.4. The issue of poverty isn’t only how much decrease in the number and percentage of poor people alone but poverty reduction policies ( poverty rate of the entire population in the province ) as well as should be able to reduce the level of poverty (viewable through Kemiskinan/P1 Depth Index Numbers ). If the majority of the product ( output ) is only enjoyed by a minority of the population then the economy will have an income distribution problem . But if most of the output comes from the agricultural sector ( extractive ) then the economy will be faced with the problem of inequality of production structure that eventually will increase the level of poverty. Inaction Poverty Gap Index which is explained by the smaller the Poverty Gap Index itself is the magnitude of PDRB by industrial origin will be increasingly large role in explaining the decline Poverty Gap Index in particular of the type of business growth in the agriculture, livestock , forestry and fisheries . , While other sectors of the field uasaha relatively small role . These indicate that in the Special Region of Yogyakarta agriculture , livestock , forestry and fisheries are still dominant in contributing to poverty reduction. Abstrak: Analisis VAR (Vector Auto Regressive) Pada Keterkaitan Antara PDRB Menurut Lapangan Usaha Dengan Tingkat Kemiskinan Di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2000.1 – 2011.4. Persoalan kemiskinan sebenarnya bukan hanya berapa turunnya jumlah dan prosentase penduduk miskin saja tapi kebijakan penurunan tingkat kemiskinan (persentase penduduk miskin dari seluruh penduduk di DIY) sekaligus harus bisa mengurangi tingkatkemiskinan (dapat dilihat melalui Angka Indeks Kedalaman Kemiskinan/P1). Jika sebagian besar produk (output) hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk maka perekonomian akan mempunyai masalah distribusi pendapatan. Namun jika sebagian besar output berasal dari sektor pertanian (ekstraktif) maka perekonomian akan berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi yang akhirnya akan menambah tingkat kemiskinan. Kelambanan Indeks Kedalaman Kemiskinan yang semakin kecil dijelaskan oleh Indeks Kedalaman Kemiskinan sendiri sedang besarnya PDRB menurut lapangan usaha akan semakin besar peranannya dalam menjelaskan penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan khususnya dari jenis pertumbuhan lapangan usaha sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan., sedang sektor lapangan uasaha lainnya berperanan relatif kecil. Ini menunjukkan indikasi bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih dominan dalam menyumbang penurunan tingkat kemiskinan.. 1 Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, email:
[email protected]
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
227
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
Kata Kunci: Indeks kedalaman kemiskinan, PDRB menurut lapangan usaha, VAR..
PENDAHULUAN
Lemahnya kebijakan pemerintah dalam pendistribusian pendapatan khususnya dari sektor usaha yang berbeda-beda akan memberikan implikasi pada perubahan kemiskinan yang berbeda-beda pula. Pertumbuhan ekonomi D a e r a h I s t i m e w a Yo g y a k a r t a dan perkembangan PDRB menurut Lapangan Usaha sebenarnya telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Membaiknya kondisi ekonomi makro tersebutjuga diikuti dengan fluktuasi baik jumlah maupun persentase penduduk miskin (penduduk yang memiliki tingkat konsumsi kurang dari garis kemiskinan) dari tahun ke tahun. Secara statistik Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) merupakan cerminan dari berapa banyak uang yang akan ditransfer kepada penduduk miskin untuk membawa pengeluaran penduduk miskin mencapai garis kemiskinan. Uang yang akan ditransfer inilah yang seharusnya merupakan salah satu bentuk pendapatan masyarakat yang dapatdigunakan untuk mengurangitingkat kemiskinan.Sehingga dapat dikatakan bahwa indeks ini besar kecilnya dapat ditentukan dari pendapatan yang diterimakan, artinya indeks ini merupakan cerminan dari berapa banyak uang yang akan ditransfer kepada penduduk miskin agar penduduk miskin mencapai garis kemiskinan (merupakan tingkat konsumsi masyarakat yang dihitung dalam waktu sebulan). Uang yang akan ditransfer ini yang seharusnya merupakan salah satu bentuk stimuli dibidang penanggulangan kemiskinan. Pendapatan masyarakat disini merupakan cerminan dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Konstan 2000. PDRB sendiri sebagai suatu nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh perekonomian daerah dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian tersebut. Besarnya nilai produksi tersebut merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural yang dihadapi oleh sebuah perekonomian daerah. Untuk menganalisis respon (dampak) dinamis adanya shock akibat terjadinya kesenjangan antar PDRB menurut lapangan usaha terhadap perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan dilakukan dengan menganalisis Vector Auto Regression (VAR) dan untuk melihat keterkaitannya antar variabel-variabel terkait, digunakan analisis Granger Causality Test (GCT); sedang besarnya peranan masing-masing variabel PDRB terkait dengan tingkat kedalaman kemiskinan digunakan dengan analisis regresi OLS. Penelitian ini mempunyai tujuan utama untuk: 1) mengetahui terjadinya kesenjangan antar PDRB menurut lapangan usaha terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2) menganalisis respon (dampak) adanya shock dari perubahan PDRB menurut lapangan usaha terhadap tingkat kemiskinan yang akan terjadi. 3) mengetahui beberapa komponen PDRB menurut lapangan usaha yang besar peranannya terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana hubungan kausalitas (keterkaitan) yang terjadi antara PDRB menurut lapangan usaha dengan besarnya Indeks Kedalaman Kemiskinan di DIY. (2) Untuk menganalisis bagaimana perkembangan tingkat PDRB menurut lapangan usaha maupun perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan di masa yang akan datang dengan memanfaatkan seluruh informasi statistik masing-masing variabel tersebut di masa lalu. (3) Bagaimana respon perubahan variabel-variabel PDRB menurut lapangan usaha pada perubahan angka Indeks Kedalaman Kemiskinan yang akan terjadi. 228
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Bambang Sulistiyono
ANALISIS VAR (VECTOR………
(4) Bagaimana peranan (kontribusi) masing-masing variabel-variabel PDRB menurut lapangan usaha dan variabel Indeks Kedalam Kemiskinan dengan adanya perubahan variabel tertentu di dalam model ini di Daerah Istimewa Yogyakarta. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Proverty Gap Index-P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Sedang Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Menurut Bambang Sulistiyono (2013:15-16), diketahui bahwa Indeks Keparahan Kemiskinan dipengaruhi oleh Indeks Keparahan Kemiskinan untuk periode sebelumnya, Indeks Harga Konsumen Umum (kenaikan harga secara umum), IHK kelompok kesehatan, baru IHK kelompok sandang. Artinya untuk kelompok pendidikan malah tidak berpengaruh padahal Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan sebutan Kota Pelajar (Pendidikan). Jadi bagi orang miskin yang penting sehat dan berpakaian. Dampak goncangan (shock) akibat adanya Kenaikan Harga Secara Umum (IHKg) akan cenderung stabil pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Dalam jangka pendek (sampai lima periode ke belakang) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sudah terlihat dipengaruhi oleh adanya kenaikan Harga-harga Secara Umum (IHKg) dan semakin lama semakin besar pengaruhnya. Menurut Rafael E. De Hoyos dan Denis Medvedev1 (2008) dalam Poverty Effects of Higher Food Prices: A Global Perspective dikatakan bahwa lonjakan terhadap harga bahan pangan (melalui IHK pangan) sangat rentan terhadap penduduk miskin yang berimplikasi jangka panjangnya lebih tinggi daripada jangka pendek, hal ini disebabkan oleh kenaikan biaya konsumsi rumah tangga untuk makanan yang tidak diimbangi oleh pendapatan sektor rumah tangga. Menurut Sanjay G. Reddy dan Camelia Minoiu (2009) dalam Chinese Poverty: Assessing the Impact of Alternative Assumptions dikatakan bahwa pengurangan kemiskinan yang substansial terjadi di Cina pada 1990-an, dengan meningkatkan daya beli khususnya bagi kelompok konsumen dan meratakan distribusi pendapatan. Pemetaan kemiskinan dengan menggunakan Indeks Kedalam Kemiskinan (P1) akan menggambarkan karakteristik penduduk miskin dari sisi penawaran. Setiap karakteristik terdiri dari beberapa variabel penyebab kemiskinan secara makrodidasarkan pada garis kemiskinan dilain pihak pendapatan masyarakat dipandang dari sudut penawaran yang didasarkan pada PDRB menurut lapangan usaha. Model VAR yang kami gunakan ini mengasumsikan bahwa semua variabel ekonomi yang digunakan saling tergantung dengan yang lainnya sehingga diharapkan dapat mengetahui hubungan antara Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dengan PDRB yang didasarkan pada sektor-sektor Lapangan Usaha (gLU1 s.d. gLU9). Pada VAR ini tidak membedakan antara variabel endogen atau variabel eksogen, artinya seluruh variabel dalam penelitian ini baik angka Indeks Kedalam Kemiskinan maupun perubahan PDRB menurut lapangan usaha adalah berupa variabel endogen yang memiliki hubungan dinamis. Jadi setiap variabel di atas dapat dijelaskan oleh pergerakan masa lalu variabel tersebut dan seluruh variabel lain dalam sistem persamaan VAR yang terbentuk.
METODE PENELITIAN
VAR (Vector AutoRegression) merupakan alat analisis yang bisa digunakan baik untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu (time series) maupun untuk menganalisis Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
229
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Disamping itu VAR juga merupakan alat analisis yang sangat berguna untuk memahami adanya hubungan interaksi (interrelationship) antara variabel-variabel ekonomi maupun dalam pembentukan model ekonomi berstruktur (Yonathan S.Hadi, 2003:107). Jika data yang digunakan di dalam pembentukan VAR stasioner di tingkat level (dasar) maka bentuk VAR yang digunakan adalah VAR biasa tanpa restriksi. Variasi VAR yang terjadi akibat adanya perbedaan derajat integrasi variabelnya. Penelitian ini menggunakan model analisis VAR untuk melakukan (1) menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi diantara variabel dengan menggunakan Granger Causality Test (GCT). (2) peramalan (forecasting) ekstrapolasi nilai saat ini dan masa depan seluruh variabel PDRB menurut lapangan usaha maupun variabel indeks kedalam kemiskinan sendiri dengan memanfaatkan seluruh informasi masing-masing variabel di masa lalu, (3) menganalisis IRF (Impuls Response Functions) yaitu melacak respon saat ini dan masa depan dari setiap variabel penelitian ini akibat adanya perubahan (shock) suatu variabel tertentu., (4) mengetahui Variance Decomposition dengan cara memprediksi kontribusi persentase varians setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini terhadap perubahan suatu variabel tertentu. menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi diantara variabel dengan menggunakan Granger Causality Test (GCT). Berdasarkan proses pembentukan VAR ada dua bentuk VAR non struktural (Agus Widarjono, 2013 : 334) yang secara umum digunakan yaitu : Tereksriksi atau tidaknya bentuk VAR sangat terkait erat dengan ada tidaknya kointegrasi di dalam model VAR non struktural. VAR non struktural tidak membuat model berdasarkan bangunan teori yang ada tetapi lebih menekankan pada adanya saling ketergantungan antar variabel ekonomi. Jika data stasioner pada tingkat aras (level) maka tidak perlu melakukan uji kointegrasi (karena tidak memerlukan keberadaan hubungan secara teoritis antar variabel). Kalau data menunjukkan tidak stasioner maka perlu dilanjutkan dengan uji stasioner data pada tingkat diferensi. Bila hasil uji sudah menunjukkan data stasioner pada tingkat diferensi namun secara teori tidak terjadi hubungan antar variabel karena tidak menunjukkan adanya kointegrasi maka disebut sebagai model VAR in difference. Data yang tidak stasioner pada tingkat aras tetapi stasioner pada data diferensi dan terintegrasi maka akan menunjukkan adanya hubungan teoritis antar variabel, sehingga model VECM merupakan model VAR non struktural yang terestriksi. Spesifikasi VECM merestriksi hubungan perilaku jangka panjang antar variabel yang ada agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun tetap membiarkan perubahan-perubahan dinamis di dalam jangka pendek. Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai koreksi kesalahan (error correction) karena bila terjadi deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian parsial jangka pendek secara bertahap. Granger Causality Test (GCT) merupakan suatu uji sebab akibat dari bentuk aplikasi hasil analisis VAR. Dalam konsep ini perubahan PDRB menurut Lapangan Usaha dikatakan dapat menyebabkan terjadinya perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan, jika realisasi perubahan PDRB terjadi lebih dahulu daripada realisasi perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan realisasi perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan tidak terjadi mendahului realisasi perubahan PDRB. Dari ulasan di atas, model umum regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis peran PDRB menurut lapangan usaha terhadap tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah :
230
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Bambang Sulistiyono
ANALISIS VAR (VECTOR………
P1t= a0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 +∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + ei ................................... .......................................................................................... (1) gLU1t = b0 + ∑i=1aiP1t-1 + ∑i=1b1gLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ........... ................................................................................................................. (2) gLU2t = c0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1c1gLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ............ ............................................................................................................... (3) gLU3t = d0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1d1gLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ............ ............................................................................................................... (4) gLU4t = f0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1f1gLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ........... ................................................................................................................ (5) gLU5t = g0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1g1gLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ............ ................................................................................................................ (6) gLU6t = h0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1h1gLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ............ ................................................................................................................ (7) gLU7t = i0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1i1gLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ........... ................................................................................................................. (8) gLU8t = j0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1j1gLU8t-1 + ∑i=1kigLU9t-1 + eit ............. ............................................................................................................... (9) gLU9t = k0 + ∑i=1a1P1t-1 + ∑i=1bigLU1t-1 + ∑i=1cigLU2t-1 + ∑i=1digLU3t-1 + ∑i=1figLU4t-1 + ∑i=1gigLU5t-1 + ∑i=1higLU6t-1 + ∑i=1iigLU7t-1 + ∑i=1jigLU8t-1 + ∑i=1k1gLU9t-1 + eit ............. ............................................................................................................. (10)
Dimana: P1 =indeks kedalaman kemiskinan (dalam persen) gLU1 =pertumbuhan PDRB sektorpertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (dalam persen) gLU2 =pertumbuhan PDRB sektor pertambangan dan penggalian (dalam persen) gLU3 =pertumbuhan PDRB sektor industri pengolahan (dalam persen) gLU4 =pertumbuhan PDRB sektor listrik, gas dan air bersih (dalam persen) gLU5 =pertumbuhan PDRB sektor konstruksi (dalam persen) gLU6 =pertumbuhan PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran (dalam persen) gLU7 =pertumbuhan PDRB sektor pengangkutan dan komunikasi (dalam persen) gLU8 =pertumbuhan PDRB sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan (dalam persen) gLU9 =pertumbuhan PDRB sektor jasa-jasa (dalam persen) e = error term (variabel gangguan yang bersifat random) Mengingat variabel-variabel yang terbentuk dalam model regresi berganda di atas tidak terdapat pembedaan antara variabel endogen dan variabel eksogen, artinya seluruh variabel dalam model di atas merupakan variabel endogen yang memiliki hubungan dinamis yang dapat Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
231
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
dijelaskan oleh pergerakan masa lalu baik variabel yang bersangkutan maupun seluruh variabel lain dalam sistem persamaan tersebut (Sri Suharsih, 2012:3-5). Kesederhanaan model di atas karena tidak membedakan variabel endogen dan variabel eksogen sehingga semua variabel yang terdapat dalam model ini akan menjadi variabel dependen. Seringkali teori ekonomi belum mampu menentukan spesifikasi yang tepat. Misalnya teori terlalu kompleks sehingga simplifikasi harus dibuat atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu kompleks jika hanya dijelaskan dengan teori yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan model analisis VAR (Vector Autoregression) untuk mengestimasi secara terpisah setiap persamaan dalam model dengan menggunakan metode OLS.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum analisis VAR dilakukan, terlebih dahulu perlu melakukan beberapa uji data variabel Indeks Kedalaman Kemiskinan dan variabel PDRB menurut lapangan usaha dengan melalui beberapa uji sebagai berikut : Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai absolut statistik ADF (Augmented Dickey-Fuller) dengan nilai kritisnya pada tabel MacKinnon pada berbagai tingkat kepercayaan (dalam penelitian ini kami hanya menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 1 persen). Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya maka akan menolak hipotesis nol sehingga data yang diamati menunjukkan stasioner. Sebaliknya data tidak stasioner jika nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritis distribusi t-statistik. Tabel 1. : Hasil Uji Stasioneritas Nilai t-statistik Test critical value Tingkat Variabel Kesimpulan ADF 1 persen P1 -2,646853 -3,577723 Tidak Stasioner gLU1 -5,686466 -3,581152 Stasioner gLU2 -5,615935 -3,581152 Stasioner gLU3 -5,619201 -3,581152 Stasioner Aras gLU4 -4,934739 -3,581152 Stasioner (Level) gLU5 -5,087402 -3,581152 Stasioner gLU6 -5,401393 -3,581152 Stasioner gLU7 -8,230414 -3,588509 Stasioner gLU8 -5,379047 -3,581152 Stasioner gLU9 -5,374500 -3,581152 Stasioner Diferensi (D)P1 -5,141573 -3,588509 Stasioner pertama Dari hasil uji stasioner di atas tampak bahwa hanya nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan P1 saja yang tidak stasioner pada tingkat aras (level) karena nilai absolut t-statistik ADF lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada α = 1 persen sedang variabel lainnya PDRB menurut Lapangan Usaha sudah stasioner pada tingkat aras (level). Kalau dilakukan pengujian selanjutnya pada tingkat diferensi maka variabel Indeks Kedalaman Kemiskinan (D)P1 menjadi stasioner pada tingkat diferensi pertama.Karena ada variabel yang tidak stasioner pada tingkat aras (level) namun stasioner pada tingkat diferensi pertama, sehingga ada kemungkinan akan terdapat hubungan jangka panjang antar variabel dalam penelitian ini sehingga perlu dilakukan uji kointegrasi antar variabel tersebut. Ada tidaknya kointegrasi menurut Johansen-Juselius didasarkan pada uji trace statistic. 232
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
Jika nilai hitung trace statistic lebih besar dari nilai kritis pada tingkat signifikansi α = 5 persen maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut ada hubungan kointegrasi dan sebaliknya jika nilai hitung trace statistic lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak saling berkointegrasi. (Wing Wahyu Winarno, 2007 : 10.8). Tabel 2 Hasil Uji Kointegrasi Hubungan P1 dengan gLU1 P1 dengan gLU2 P1 dengan gLU3 P1 dangan gLU4 P1 dengan gLU5 P1 dengan gLU6 P1 dengan gLU7 P1 dengan gLU8 P1 dengan gLU9
Hypothesized No.of CE(s) None * At most 1 * None * At most 1 * None * At most 1 * None * At most 1 * None * At most 1 * None * At most 1 * None * At most 1 * None * At most 1 * None * At most 1 *
Trace Statistic 40.85643 13.30002 39.82200 13.42820 40.68592 13.31146 36.68968 12.35945 36.56571 12.16955 39.23721 12.35473 39.90029 13.46098 39.30585 12.80732 39.19510 12.65035
5 persen Critical Value 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466 15.49471 3.841466
Kesimplulan Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi Terjadi kointegrasi
Keterangan : Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
Dari hasil test di atas, ternyata semua trace statisticnya lebih besar dibanding nilai kritisnya pada tingkat keyakinan 5 persen sehingga dapat dikatakan bahwa semua variabel yang berpasangan tersebut saling berhubungan atau berkointegrasi. Uji kausalitas Gringer adalah mencari hubungan sebab akibat antar variabel endogen di dalam sistem VAR. Ada tidaknya kausalitas ini dapat diuji melalui uji F atau dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Tabel 3 Hasil Uji Kausalitas Grenger Null Hypothesis gLU1 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU1 gLU2 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU2 gLU3 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU3 gLU4 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU4 gLU5 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU5 gLU6 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU6 gLU7 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU7 gLU8 does not Granger Cause DP1 DP1does not Granger Cause gLU8
Kelambanan 1 F-Statistic Probability 7,25780 0,0100 *) 1,22990 0,2735 6,79250 0,0124 *) 0,80114 0,3756 6,96452 0,0115 *) 1,09975 0,3000 5,41695 0,0246 *) 0,70137 0,4068 6,15644 0,0170 *) 0,75240 0,3940 6,66276 0,0133 *) 0,97521 0,3288 6,65528 0,0133 *) 1,02605 0,3166 6,40557 0,0150 *) 1,01219 0,3199
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Kelambanan 2 F-Statistic Probability 3,29733 0,0470 *) 0,18413 0,8325 3,13318 0,0542 *) 0,13800 0,8715 3,09559 0,0560 *) 0,14430 0,8661 2,14540 0,1300 *) 0,01856 0,9816 2,57431 0,0885 *) 0,04164 0,9593 2,89723 0,0665 *) 0,10137 0,9038 2,89197 0,0668 *) 0,11507 0,8916 2,73244 0,0769 *) 0,09424 0,9103
233
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
gLU9 does not Granger Cause DP1 6,43501 0,0148 *) 2,75362 DP1does not Granger Cause gLU9 0,96967 0,3301 0,09230 Keterangan : *) menunjukkan signifikan pada α = 1 persen, α = 5 persen dan α = 10 persen.
0,0755 *) 0,9120
Hasil uji di atas, dapat diketahui adanya hubungan kausalitas satu arah dari masingmasing variabel PDRB menurut Lapangan Usaha ke Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) baik pada tingkat kelambanan (lag) 1 maupun pada tingkat kelambanan (lag) 2. Penentuan panjangnya kelambanan variabel yang optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh pengaruh pertumbuhan masing-masing variabel PDRB menurut lapangan usaha pada perubahan angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di dalam sistem VAR. Panjang kelambanan optimal terjadi jika nilai-nilai kriteria di atas mempunyai nilai absolut paling kecil. (lihat probability *) Tapi bila menggunakan kriteria lainnya yaitu melalui adjusted R2-squared sistem VAR. Panjang kelambanan akan optimal terjadi jika nilai adjusted R2-squared paling tinggi. Hasil estimasi VAR yang tepat melalui model VECM yang ditampilkan dalam tabel lampiran. Bagian atas tabel tersebut merupakan hasil regresi jangka panjang yang menyatakan hubungan antara Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dengan PDRB menurut Lapangan Usaha, sedang di bawahnya menunjukkan hasil regresi VECM dimana angka dikurung pertama () menunjukkan standar error dan angka dikurung ke dua [] menunjukkan nilai t-hitung. Sedang tabel paling bawah menunjukkan informasi statistik untuk sistem VAR secara menyeluruh. Dalam jangka panjang ternyata tidak semua variabel PDRB signifikan, pada tingkat kelambanan pertama variabel pertumbuhan PDRB sektor listrik, gas dan air bersih (gLU4), pertumbuhan PDRB sektor konstruksi (gLU5) dan pertumbuhan PDRB sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan (gLU8) tidak signifikan mempengaruhi perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) sedang PDRB sektor yang lain berhubungan (dapat dikatakan mempengaruhi). Berdasarkan hasil regresi VECM diketahui bahwa, pada tingkat kelambanan pertama semua variabel dapat dikatakan tidak signifikan (t-hitungnya relatif kecil), sedang pada tingkat kelambanan ke dua semua variabel dapat dikatakan signifikan yang berarti PDRB akan berpengaruh pada Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tingkat kelambanan ke dua yang berarti semua penghasilan akan dihabiskan pada waktu yang bersamaan dan tidak mempunyai tabungan. Secara keseluruhan (berdasarkan uji F-statistic) semua variabel dapat dikatakan signifikan dengan R-squared relatif berhubungan walaupun masih rendah (rata-rata lebih besar sedikit dari 0,5). Karena secara individu koefisiendi dalam model VAR relatif sulit diinterpretasikan maka perlu menggunakan analisis impulse response yang dapat digunakan untuk melacak respon dari variabel endogen di dalam sistem VAR akibat adanya goncangan (shock) dalam variabel gangguan (error term) untuk beberapa periode (waktu)ke depan. Bagaimana kami dapat menganalisis respon atas variabel-variabel di dalam sistem VAR akibat adanya shock variabel yang lainnya dapat di lihat pada gambar / grafik di lampiran. Dari 100 grafik hasil impulse response di atas, hanya ada 90 grafik yang digunakan dalam analisis impulse response karena 10 grafik lainnya hanya menjelaskan respon suatu variabel karena adanya shock variabel itu sendiri. Dari 90 grafik tersebut, konsentrasi kami hanya 10 grafik saja yaitu menjelaskan respon Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) karena adanya shock variabel PDRB menurut lapangan usaha (lihat baris paling atas pada grafik di atas). Untuk shock gLU1 menyebabkan P1 mengalami perubahan yang menaik pada awal periode, kemudian menurun pada pertengahan periode dan kembali sedikit menaik pada 234
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Bambang Sulistiyono
ANALISIS VAR (VECTOR………
akhir periode. Untuk shock dari gLU2 , gLU3 , gLU4 ,gLU4 ,gLU6 dan gLU9 menyebabkan P1 mengalami perubahan yang menaik pada awal periode sampai sepertiga periode , kemudian menurun pada pertengahan periode dan kembali menuju stabil pada akhir periode. Untuk shock gLU5 menyebabkan P1 mengalami sedikit kenaikkan secara smoth pada awal periode, kemudian menurun pada pertengahan periode sampai akhir periode yang terus menurun. Untuk shock gLU7 dan gLU8 menyebabkan P1 mengalami sedikit kenaikkan secara smothpada awal periode, kemudian menurun secara stabil sampai akhir periode. VD sering pula disebut sebagai forecast error decomposition of variance yang dapat digunakan untuk menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem VAR karena adanya shock (perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR).(perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR) dan berguna pula untuk memprediksi kontribusi prosentase varian setiap variabel dalam penelitian ini Pada periode 1 (awal) varian kelambanan P1 yang dijelaskan oleh variabel itu sendiri sebesar 100 persen, pada periode 2 (ke dua) varian kelambanan P1 dijelaskan oleh variabel itu sendiri sebesar 86,62 persen dan 8,15 persen dijelaskan oleh pertumbuhan PDRB sektorpertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sedang sisanya (5,23 persen) dijelaskan oleh pertumbuhan PDRB sektor-sektor yang lain. Dan seterusnya pada periode 4 (ke empat) varian kelambanan P1 dijelaskan oleh variabel itu sendiri sebesar 78,4 persen dan 10,99 persen dijelaskan oleh pertumbuhan PDRB sektorpertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sedang sisanya (10,61 persen) dijelaskan oleh pertumbuhan PDRB sektor-sektor yang lain. Dari beberapa arti di atas, bila dilihat secara umum dari analisis hasil variance decomposition dapat dikatakan bahwa semakin besar periodenya semakin kecil kelambanan P1 yang dijelaskan oleh variabel itu sendiri dan semakin besar dapat dijelaskan oleh pertumbuhan masing-masing PDRB menurut lapangan usaha khususnya dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil estimasi VAR model ECM diketahui bahwa kesenjangan antar variabel PDRB menurut lapangan usaha dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tingkat kelambanan 1 (satu) lebih besar dari tingkat kelambanan 2 (ke dua) yang berarti bahwa semakin lama tingkat kelambanannya semakin kecil tingkat kesenjangannya, hal ini menunjukkan bahwa waktu-waktu yang akan datang dengan naiknya tingkat PDRB menurut lapangan usaha akan menyebabkan angka Indeks Kedalaman Kemiskinan semakin mendekati garis kemiskinannya (terjadi kesenjangan yang semakin kecil). Dilihat dari analisis Impuls Response dapat diketahui bahwa respon perubahan variabel-variabel PDRB menurut lapangan usaha terhadap berubahnya angka Indeks Kedalaman Kemiskinan secara garis besar (rata-rata) dapat dikatakan bahwa angka Indeks Kedalaman Kemiskinan awal mengalami kenaikan tapi pada pertengahan periode kembali menurun dan akhirnya pada akhir periode kembali ke posisi semula (terjadi stabilitas lagi) tidak naik/turun. Hal ini mengindikasikan bahwa respon adanya shock perubahan PDRB menurut lapangan usaha sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan artinya secara struktural memang kemiskinan ini terjadi berdasarkan besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperolehnya. Dilihat dari Variance Decomposition dapat dijelaskan bahwa kelambanan Indeks Kedalaman Kemiskinan yang semakin kecil dijelaskan oleh Indeks Kedalaman Kemiskinan sendiri sedang besarnya PDRB menurut lapangan usaha akan semakin besar peranannya dalam menjelaskan penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan khususnya dari jenis pertumbuhan Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
235
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
lapangan usaha sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan., sedang sektor lapangan uasaha lainnya berperanan relatif kecil. Ini menunjukkan indikasi bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih dominan dalam menyumbang penurunan tingkat kemiskinan. Perlu dicarikan usaha-usaha untuk meningkatkan PDRB menurut lapangan usaha khususnya yang berhubungan dari sektor sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mengingat sektor memberikan sumbangan paling besar terhadap turunnya tingkat kemiskinan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang di Daerah Istimewa Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Agung Eddy Suryo Saputro dan Agung Priyo Utomo (2010), “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Secara Makro di Lima Belas Provinsi Tahun 2007”, Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010:89100, Jakarta. Agus Widarjono (2013). EKONOMETRIKA Pengantar dan Aplikasinya disertai Panduan EWiews, Edisi Ke empat,UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Bambang Sulistiyono. (2012), “Analisis Keterkaitan Antara Indeks Keparahan Kemiskinan Dengan Indeks Harga Konsumen di Daerah Istimewa Yogyakarta” , BULETIN EKONOMI; Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UPN “Veteran Yogyakarta, Volume 10, Nomor 1, April 2012, Yogyakarta. Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics, 4th Edition, McGraw-Hill, Inc, Singapore. Hadi Prayitno dan Budi Santosa, (2010), Ekonomi Pembangunan, Ghalia Indonesia, Jakarta. James H. Stock and Mark W. Watson, Implications Of Dynamic Factor Models For VAR Analisys, diakses dari www.princeton.edu/~mwatson/papers/favar.pdf pada tanggal 1 Maret 2010. Mankiw N.Gregory, (2007), Macroeconomics, 6th Edition, Worth Publishers, New York and Basingstoke. Moch. Doddy Ariefianto (2012), EKONOMETRIKA Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan Eviews, Penerbit Erlangga, Jakarta. Rafael E. De Hoyos and Denis Medvedev : Poverty Effects of Higher Food Prices: A Global Perspective yang diunduh darihttp://www.eclac.cl/comercio/noticias/ paginas/4/34614/Poverty_Effects_of_Higher_Food_Prices.pdf pukul 04.15 WIB pada tanggal 18 November 2008 pukul 04.14 WIB
236
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Bambang Sulistiyono
ANALISIS VAR (VECTOR………
Sanjay G. Reddy and Camelia Minoiu (2009) , Chinese Poverty: Assessing the Impact of Alternative Assumptions diunduh darihttp://www.columbia.edu/~sr793/ china.pdf pada tanggal 1 Mei 2009 pukul 06.10 WIB
Sri Suharsih, (2012), “Pelatihan Analisis Penggunaan VAR, SVAR dan SVECM”, Bahan Penyegaran Laboratorium Pengolahan Data Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta, tanggal 16 Maret 2012, Tidak Dipublikasikan. Tulus T.H. Tambunan, (2010), Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Todaro P.Michael, (2010), “Pembangunan Ekonomi di Dunia ke Tiga” Edisi ke Enam, Penerbit Erlangga, Jakarta. Usman, Bonar M.Sinaga dan Hermanto Siregar, (2003), “Analisis Determinan Kemiskinan Sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal”, hal: 1-7 diakses dari www.ejournal.unud.ac.id/abstark.pdf pada tanggal 29 Februari 2012 Wing Wahyu Winarno, (2007), “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Yonathan S.Hadi, (2003),”Analisis Vector Auto Regression (VAR) Terhadap Korelasi Antara Pendapatan Nasional dan Investasi Pemerintah di Indonesia 1983/19841999/2000”, Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 6 Nomor: 2 hal:107-121 diakses dari www.fiskal.depkeu.go.id/7.jonathan-2.rtf tanggal 11 Februari 2012. .
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
237
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
Lampiran Hasil Estimasi VECM=
Hasil regresi jangka panjang hubungan antara P1 dengan gLU1, gLU2, gLU3, gLU4, gLU5, gLU6, gLU7, gLU8 dan gLU9 yang didasarkan pada uji kointegrasi DP1(-1) C gLU1(-1) gLU2(-1) gLU3(-1) gLU4(-1) gLU5(-1) gLU6(-1) gLU7(-1) gLU8(-1) gLU9(-1) -95,81469 -22,67278 121,2503 -13,44014 5,461983 90,77141 38,92465 -20,77786 -105,8007 1,000000 -10,38270 (13,9434) (5,63052) (21,3762) (21,2932) (8,24861) (23,7080) (12,2565) (31,9164) (25,7289) [-6,87169] [-4,02676] [5,67220] [-0,63120] [0,66217] [3,82873] [3,17583] [-0,65101] [-4,11213] Error Correction: 1 Coint Eq1 C
D(DP1(-1)) D(DP1(-2)) R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent
D(DP1)
D(GLU1)
D(GLU2)
D(GLU3)
D(GLU4)
D(GLU5)
D(GLU6)
D(GLU7)
D(GLU8)
D(GLU9)
2 -0,074466 (0,06975) [-1,06761] 0,053693 (0,08412) [0,63830] -0,331529 (1,01691) [-0,32602]
3 -0,461741 (0,10108) [-4,56793] -0,120535 (0,12191) [-0,98874] 0,298858 (1,47372) [ 0,20279]
4 -0,381258 (0,07582) [-5,02817] -0,101672 (0,09144) [-1,11185] 0,247635 (1,10546) [ 0,22401]
5 -0,462798 (0,09912) [-4,66914] -0,122962 (0,11954) [-1,02865] 0,298881 (1,44507) [ 0,20683]
6 -0,381708 (0,08418) [-4,66914] -0,095094 (0,10153) [-0,93664] 0,268670 (1,22735) [ 0,21890]
7 -0,442093 (0,09661) [-4,57603] -0,110598 (0,11651) [-0,94923] 0,287488 (1,40851) [ 0,20411]
8 -0,465639 (0,10213) [-4,55907] -0,120147 (0,12317) [-0,97542] 0,308069 (1,48904) [ 0,20689]
9 -0,447824 (0,09689) [-4,62202] -0,117512 (0,11685) [-1,00568] 0,292737 (1,41257) [ 0,20724]
10 -0,446571 (0,09786) [-4,56335] -0,115531 (0,11802) [-0,97891] 0,307368 (1,42673) [ 0,21544]
11 -0,465250 (0,10202) [-4,56038] -0,120694 (0,12304) [-0,98096] 0,304600 (1,48738) [ 0,20479]
0,215666 (0,19737) [ 1,09271]
0,934235 (0,28603) [ 3,26625]
0,744825 (0,21455) [ 3,47151]
0,923498 (0,28047) [ 3,29271]
0,778597 (0,23821) [ 3,26853]
0,895921 (0,27337) [ 3,27731]
0,941254 (0,28900) [ 3,25692]
0,898871 (0,27416) [ 3,27865]
0,901985 (0,27691) [ 3,25735]
0.942486 (0.28868) [ 3.26484]
0.588947
0.691635
0.723375
0.697747
0.690282
0.693308
0.690866
0.695191
0.690834
0.691535
0.213638
0.410084
0.470804
0.421777
0.407497
0.413284
0.408613
0.416888
0.408551
0.409894
2.023562
4.249892
2.391315
4.086287
2.947702
3.882112
4.338740
3.904535
3.983209
4.329027
0.296616
0.429858
0.322444
0.421503
0.357996
0.410838
0.434328
0.412022
0.416153
0.433842
1.569232
2.456517
2.864047
2.528342
2.441008
2.475892
2.447686
2.497961
2.447315
2.455374
5.938337
-10.75743
2.181197
-9.874153
-2.525412
-8.720861
-11.22297
-8.850447
-9.299305
-11.17254
0.713852
1.455886
0.880836
1.416629
1.090018
1.365372
1.476576
1.371131
1.391080
1.474335
1.597109
2.339143
1.764093
2.299886
1.973276
2.248629
2.359834
2.254388
2.274337
2.357592
-0.003722
0.006056
0.003535
0.006785
0.010938
0.010035
0.010521
0.007597
0.009437
0.010451
0.334490
0.559667
0.443247
0.554310
0.465085
0.536360
0.564784
0.539566
0.541121
0.564763
Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood Akaike information criterion Schwarz criterion
238
2.37E-39 2.88E-42 1513.606 -57.04914 -47.81509
...
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
Gambar : Impulse Response VAR ....
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
239
ANALISIS VAR (VECTOR………
Bambang Sulistiyono
Hasil VarianceDecomposition Variance Decomposition of DP1: Standard Periode DP1 Error 1 0.249152 100.0000 2 0.277113 86.62369 3 0.288508 80.67636 4 0.292793 78.40288
GLU1
GLU2
GLU3
GLU4
GLU5
GLU6
GLU7
GLU8
GLU9
0.000000 8.147857 9.893611 10.98903
0.000000 0.684469 2.607201 2.531605
0.000000 0.079512 0.075699 0.372728
0.000000 0.119747 0.454149 0.443067
0.000000 3.036371 3.054552 3.446966
0.000000 0.031091 0.063194 0.599364
0.000000 0.170073 0.759199 0.737609
0.000000 1.010644 0.932385 1.007144
0.000000 0.096546 1.483647 1.469612
Variance Decomposition of GLU1: Standard Periode DP1 Error 1 0.415653 33.84616 2 0.431886 31.34964 3 0.556372 20.20234 4 0.587430 18.39994
GLU1 66.15384 61.51368 54.47201 51.68282
GLU2 0.000000 1.172459 7.435490 10.00778
GLU3 0.000000 0.995261 4.743787 5.267891
GLU4 0.000000 0.090510 0.136121 0.123935
GLU5 0.000000 2.900096 4.070914 3.684460
GLU6 0.000000 1.088218 5.210027 5.104890
GLU7 0.000000 0.704733 0.439066 0.467528
GLU8 0.000000 0.125731 0.636347 0.825801
GLU9 0.000000 0.059667 2.653896 4.434947
Variance Decomposition of GLU2: Standard Periode DP1 Error 1 0.326109 30.16135 2 0.341596 27.59084 3 0.446762 17.91038 4 0.472986 16.27526
GLU1 69.33001 63.37123 54.10319 51.03330
GLU2 0.508643 3.115832 9.456303 11.88004
GLU3 0.000000 1.257441 5.339266 5.962282
GLU4 0.000000 0.151145 0.233752 0.209363
GLU5 0.000000 2.452457 3.449222 3.095615
GLU6 0.000000 1.163892 5.512996 5.462128
GLU7 0.000000 0.771993 0.488702 0.548080
GLU8 0.000000 0.115682 0.633107 0.832637
GLU9 0.000000 0.009486 2.873083 4.701299
Variance Decomposition of GLU6: Standard Periode DP1 Error 1 0.419719 33.63920 2 0.436544 31.09631 3 0.563093 19.94845 4 0.595365 18.07701
66.33062 61.54160 54.29883 51.40907
Variance Decomposition of GLU7: Standard Periode DP1 Error 1 0.400401 32.51815 2 0.416063 30.12822 3 0.537037 19.60326 4 0.567831 17.86530
GLU1
GLU2
GLU3
GLU4
GLU5
GLU6
GLU7
GLU8
GLU9
67.46594 62.66222 54.60741 51.58017
0.003725 1.334999 7.709861 10.30173
0.000135 1.078469 4.971545 5.551991
0.000804 0.086069 0.136561 0.123235
0.008296 2.672057 3.821226 3.444814
0.001585 1.082434 5.293066 5.211394
0.001357 0.777297 0.489304 0.528937
0.000000 0.124339 0.633561 0.817966
0.000000 0.053896 2.734202 4.574470
........ ........
...........
Variance Decomposition of GLU8: Standard Periode DP1 Error 1 0.402563 33.80765 2 0.418219 31.32560 3 0.538333 20.13733 4 0.568341 18.29606
GLU1
GLU2
0.007126 1.397449 7.847928 10.51055
GLU3
0.006670 1.142897 4.906554 5.398627
GLU4
1.07E-05 0.092016 0.157973 0.141419
GLU5
1.61E-05 2.896603 4.090580 3.700098
GLU6
0.016356 0.906633 4.810330 4.661181
GLU7
0.000000 0.729922 0.457078 0.490989
GLU8
0.000000 0.148875 0.717412 0.957717
GLU9
0.000000 0.047700 2.764872 4.653337
GLU1
GLU2
GLU3
GLU4
GLU5
GLU6
GLU7
GLU8
GLU9
66.17307 61.54377 54.45999 51.67513
0.001661 1.259691 7.553724 10.12130
0.000418 0.963356 4.676401 5.187253
0.010804 0.055808 0.095058 0.089440
0.000481 2.993020 4.236739 3.852486
0.002915 1.031367 5.157072 5.058993
0.001919 0.653621 0.408994 0.452088
0.001079 0.108662 0.634539 0.850995
0.000000 0.065106 2.640157 4.416248
Variance Decomposition of GLU9: Standard Periode DP1 GLU1 GLU2 GLU3 GLU4 GLU5 GLU6 GLU7 Error 1 0.419055 33.66355 66.32611 0.002972 0.002684 3.48E-05 0.000372 0.002378 1.40E-05 2 0.436084 31.08577 61.48734 1.343215 1.085716 0.095631 2.959070 1.005780 0.748863 3 0.563153 19.92683 54.20169 7.795482 4.843798 0.152462 4.136412 5.005885 0.471409 4 0.595395 18.08303 51.29565 10.46724 5.345115 0.136541 3.741789 4.865544 0.513108 Cholesky Ordering: DP1, GLU1, GLU2, GLU3, GLU4, GLU5, GLU6, GLU7, GLU8, GLU9
GLU8
GLU9
0.000262 0.148860 0.704518 0.933017
0.001630 0.039753 2.761518 4.618968
Sumber : Diolah, 2014
240
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Nafi Inayati Zahro
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
ASIMETRI INFORMASI DAN INDIKASI PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN Nafi’ Inayati Zahro 1 Abstract: Information Asymmetry Practice and Indications Income on Management Company. An existence of asymmetry information considered to be cause of earnings management. Imbalance domination of information will trigger appearance a condition as called as asymmetry information. Asymetry between management ( agent) with owner ( principal) can give opportunity to manager to do earnings management in order to misleading to the owner ( stockholder) concerning about company economy performance. Earnings management represent important and controversy area in financial accounting. Some claimants having a notion that earnings management represent inacceptable behavior, having the reason of that profit management mean a reduction in financial statement information reliability. Earnings management represent deviation of behavior of manager which because of existence interest conflict between stockholder and manager. In this case, manager will try to influence earnings that reported to maximize manager interest. Abstrak: Asimetri Informasi dan Indikasi Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan. Manajemen laba merupakan penyimpangan perilaku manajer yang disebabkan oleh adanya konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Dalam hal ini manajer akan berusaha mempengaruhi tingkat laba yang dilaporkan untuk memaksimalkan kepentingannya. Kata Kunci: Asimetri informasi, manajemen laba, hubungan keagenan, akrual diskresioner, laporan keuangan.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management. 1 Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus, email:
[email protected]
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
241
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
Nafi Inayati Zahro
Teori keagenan (agency theory) telah mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan banyak disebabkan karena masalah keagenan (Rahmawati, Suparno, dan Qomariyah, 2006). Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) pemerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberikan wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Dividen dapat digunakan sebagai mekanisme untuk mengurangi mekanisme biaya keagenan bagi kepemilikan luar (external equity). Menurut (Easterbrook 1982) dalam (Kusuma, 2006), biaya agen dapat terjadi dari pemonitoran manajer dan aversi risiko manajerial (managerial risk aversion). Permasalahan yang berhubungan dengan pemonitoran dan risiko aversi akan berkurang jika para manajer sering berkomunikasi dengan pihak external capital market untuk mendapatkan sumber pendanaan. Logikanya, manajer yang sering diawasi pihak pasar modal kemungkinan besar akan bertindak mengikuti kepentingan semua pihak (claimants) untuk memperleh harga terbaik ketika mengeluarkan surat berharga. Komunikasi dengan pihak pasar modal kemungkinan bisa terjadi bila perusahaan membayar dividen yang lebih tinggi dan menghadapi kebutuhan dana ntuk investasi. Peranan pemonitoran dividen dan melihat pembayaran dividen sebagai alat pengikat yang digunakan untuk mengurangi biaya agen. Teori keagenan memandang perusahaan sebagai nexus of contracts yaitu organisasi yang terikat kontrak dengan beberapa pihak seperti kontrak dengan pemegang saham, supplier, karyawan (termasuk manajer) dan pihak-pihak lain yang terkait (Scott, 2000). Perusahaan juga memiliki ikatan kontrak dengan kreditur jika perusahaan tersebut melibatkan utang sebagai salah satu pendanaannya. Sebagian besar perusahaan menggunakan utang sebagai sumber pendanaan karena dapat meningkatkan kinerja manajer akibat kekhawatiran kehilangan pekerjaan dan jika kinerjanya meningkat, pemegang saham bersedia membayar harga saham perusahaan lebih mahal (Jensen dan Meckling 1976). Teori keagenan mengatakan bahwa agen biasanya bersikap oportunis dan tidak menyukai risiko (risk averse). Karena itu, perusahaan khususnya manajer perusahaan yang mendekati atau telah melanggar perjanjian utang akan berusaha untuk mementingkan kepentingannya sendiri dan menghindari risiko yang ada. Debt-covenant hypothesis menyatakan bahwa jika semua hal lain tetap sama, semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari perioda masa datang ke perioda saat ini. Alasannya bahwa laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi probabilitas kegagalan teknis (Scott, 2000). Jadi sangat dimungkinkan manajer perusahaan mempengaruhi angka-angka akuntansi pada laporan keuangan, khususnya angka laba bottom line. Dalam teori keagenan, agen biasanya dianggap sebagai pihak yang ingin memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi kontrak. Dalam hal kontrak utang, perusahaan merupakan agen dan kreditur sebagai prinsipal. Dengan begitu, perusahaan sebagai agen berkeinginan memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi kontrak. Dalam pelaksanaannya, terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu perjanjian utang dipenuhi sesuai dengan yang diperjanjikan atau perjanjian utang dilanggar. Angka-angka akuntansi dapat dipengaruhi dengan melakukan manajemen laba. 242
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Nafi Inayati Zahro
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
Manajemen laba diyakini muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba (earnings), demi kepentingan pribadi dan/atau perusahaan (Gumanti, 2003). Beberapa peneliti menggunakan akrual diskresioner untuk mendeteksi manajemen laba (Healy 1985 dalam Xiong 2006; Jones 1991; DeFond dan Jiambalvo 1994; Jaggi dan Lee 2001; Rosner 2003). Agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. (Scott, 2000).
METODE PENELITIAN
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000). Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004). Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon, 2005). Sampai saat ini manajemen laba belum didifinisikan secara akurat dan berlaku secara umum. Walupun demikian Dechow dan Skinner (2000) menyebutkan dua definisi yang sudah dapat diterima secara luas, yaitu: menurut Schiper (1989) manajemen laba adalah suatu intervensi yang disengaja dilakukan dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Kedua pendapat tersebut secara implisit dapat diartikan bahwa manajemen laba erat kaitanya dengan motivasimotivasi yang mendasari manajer melakukan manajemen laba, sasaran-sasaran yang ingin dicapai manajer, dan penggunaan judgmentjudgment dalam pelaporan keuangan. Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa adanya insentif untuk melakukan Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
243
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
Nafi Inayati Zahro
manajemen laba yang timbul karena perjanjian utang, disebut dengan hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis). Kreditur perusahaan menentukan batasan pada pembayaran dividen, pembelian kembali saham, dan pengeluaran utang tambahan untuk meyakinkan pembayaran kembali pokok dan bunga mereka. Pembatasan ini seringkali diekspresikan dalam bentuk angka akuntansi dan rasio-rasio, seperti working capital levels, interest coverage, dan net worth. Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu: 1. Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. 2. Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. 3. Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.. Studi DeFond dan Jiambalvo (1994); Sweeney (1994); Peltier-Rivest (1999); Jaggi dan Lee (2001); dan Rosner (2003) memberikan bukti empiris mengenai pola manajemen laba dalam bentuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Sedangkan beberapa studi lain menyatakan bahwa manajer sedikit mungkin melakukan manajemen laba yang meningkatkan laba, malahan manajer lebih mungkin melakukan manajemen laba yang menurunkan laba untuk menyoroti kesulitan keuangan perusahan yaitu DeAngelo et al. (1994); dan Saleh dan Ahmed (2005). Di Indonesia terdapat juga beberapa penelitian yang memberikan bukti empiris mengenai pola manajemen laba yang dilakukan manajer perusahaan pada beberapa kondisi tertentu. Djakman (2003); Syam (2004); dan Kusumawati dan Sasongko (2005) menemukan bahwa pola manajemen laba yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Sedangkan yang melakukan manajemen laba yang menurunkan laba yang dilaporkan adalah Djakman (2003) dan Kusumawati dan Sasongko (2005). Jadi, pola manajemen laba yang dapat dilakukan manajer ada dua yaitu meningkatkan laba dan menurunkan laba yang dilaporkan
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik dan pola manajemen laba menurut (Setiawati dan Na’im, 2000) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: (1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. (2) Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akunatansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. (3) Menggeser periode biaya atau pendapatan. 244
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Nafi Inayati Zahro
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain : mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/ menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai. Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara: 1) Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. 2) Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3) Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 4) Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Adanya asimetri informasi memungkinkan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. perusahaan yang melakukan takeover cenderung memilih metode depresiasi dan metode pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi (Cristie & Zimmerman, 1994). Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menambahkan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar. Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
245
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
Nafi Inayati Zahro
sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendaliaan yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson (1998) dalam Muliati (2011) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba. Dalam penyajian informasi akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan, agent juga memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002). Namun karena adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat mempengaruhi manajemen laba. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Jika dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi..
KESIMPULAN DAN SARAN
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba. Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer..
246
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
Nafi Inayati Zahro
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
DAFTAR PUSTAKA DeAngelo, Harry; Linda DeAngelo; and Douglas J. Skinner. 1994. “Accounting Choice in Troubled Companies.” Journal of Accounting and Economics 17. pp.1l3-143. Dechow, P. M. and D. J. Skinner. 2000. Earnings Management: Reconciling the Views of Accounting Academics, Practitioners, and Regulators. Accounting Horizons 14 (2): 235-250. DeFond, Mark L. and James Jiambalvo. 1994. “Debt Covenant Violation and Manipulation of Accruals.” Journal of Accounting and Economics 17, pp.145176. Dichev, Ilia D., and Douglas J. Skinner. September 2002. “Large-Sample Evidence on the Debt Covenant Hypothesis.” Journal of Accounting Research, Vol. 40, No. 4. pp.1091-1123. Djakman, Chaerul D. 2003. “Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan Bursa Efek Jakarta.” Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI di Surabaya, 16-17 Oktober. Gideon SB Boediono. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005. Haris Wibisono. (2004). Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Tidak dipublikasikan. Healy, P. M. and J. M. Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons 13 (4): 365-383. Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. hal. 305-360. Jones, Jennifer J. Auntumn 1991. “Earnings Management During Import Relief Investigations.” Journal of Accounting Research, Vol. 29, No. 2. Kusuma, Hendri. 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 8. No. 1, 1-12. Kusumawati, Astri Arfani Nur dan Noer Sasongko. 2005. “Analisis Perbedaan Pengaturan Laba (Earnings Management) pada Kondisi Laba dan Rugi pada Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248
247
ASIMETRI INFORMASI DAN, ………
Nafi Inayati Zahro
Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1. hal.1-20. Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik Manajemen Laba Di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana. Rosner, Rebecca L. Summer 2003. “Earnings Manipulation in Failing Firms.” Contemporary Accounting Research, Vol. 20, No. 2., pp.361-408. Saleh, Norman Mohd and Kamran Ahmed. 2005. “Earnings Management of Distressed Firms During Debt Renegotiation.” Accounting and Business Research, Vol. 35, No. I, pp.69-86. Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 4, 424-441. ____________ . 2001. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and Earning Management in Banking Industry. Gadjah Mada International Journal of Business. Schipper, K. 1989. Commentary on Earnings Management. Accounting Horizons 3: 91-102. Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Printice-Hall Canada Inc. Sweeney, Amy Patricia. 1994. “Debt-Covenant Violations and Managers’ Accounting Response.” Journal of Accounting and Economics 17, pp.281-308. Syam, Herry. 2004. “Earnings Management untuk Meningkatkan Kinerja Pada Perusahaan Yang Mengalami Financial Distress Studi Empiris Pada Perusahaan Public Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Tesis Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Watts, Ross L dan Zimmerman, Jerold L. 1986. Positive Accounting Theory. PrenticeHall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
.
248
Buletin Ekonomi Vol. 12, No. 2,Desember 2014 hal 125-248