Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
ANALISA HADIS IKHLAS BERAMAL Oleh: Muhammad Amin1 Abstract
Every job must begin with intention. The intention should be based on sincerity. Sincere intention is an act that is intended solely for Allah. Sincere intentions get a reward from Allah, otherwise if there is no sincere intention there is no a reward from Allah. Intention locates in the heart, therefore every believer who wants to work should put it in his heart. Keywords: Hadis, intention and do good things
1
Muhammad Amin adalah Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Padangsidimpuan
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
96
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
\
Pendahuluan Ikhlas merupakan suatu hal yang pokok dalam ajaran Islam, karena ikhlas berkaitan dengan masalah diterima atau tidaknya amalan seseorang. Amalan yang diterima Allah, hanyalah amalan yang di mulai dari niat yang ikhlas semata-mata dikerjakan karena Allah swt. Amalan yang dikerjakan bukan karena Allah swt, tidak diterima di sisi-Nya. Kajian tentang ikhlas berkenaan dengan masalah niat. Karena niat merupakan titik tolak awal dalam menentukan amalan seseorang dinilai ikhlas ataupun tidak. Niat letaknya di dalam hati (qalb), oleh karena itu masalah niat berkenaan dengan masalah kajian hati. Dalam hati terjadi beberapa fase sampai kepada tingkat niat. Tingkatan fase ini, menunjukkan dimana letak awal permulaan dihitungnya dosa dan pahala. Setiap amal (ibadah) pada akhirnya dihitung berdasarkan niat awal dari melakukan perbuatan tersebut. Pengertian Ikhlas Secara bahasa ikhlas berasal dari bahasa arab : akhlasa-yukhlisu-ikhlasan, mengandung makna: jujur, tulus hati dan rela. Syeikh Ali Mansur mengatakan ikhlas mengandung makna memurnikan dan membedakan yang satu dengan yang
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
97
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
lain.2 Secara istilah, dapat diungkapkan dari beberapa pendapat yaitu: Menurut Hasbi as-Siddiqy, Ikhlas ialah melaksanakan sesuatu amal semata-mata karena Allah, Yakni semata-mata karena iman kepada-Nya dan semata-mata karena mengharap akan dia.3 Menurut Syekh Mansur Ali Nasif, Ikhlas ialah, memurnikan ketaatan hanya kepada Allah SWT, seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak dapat melihat-Nya, Dia pasti melihat kamu.4 Dalam pandangan Ahl-Tasawuf, ikhlas diartikan dengan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan, bertaqarrub kepada-Nya, mengeyampingkan yang lain dari makhluk, apakah itu sifat memperoleh pujian ataupun penghormatan dari manusia . 5 Sedangkan orang yang melaksanakan ikhlas disebut dengan Mukhlis. Dari pengertian di atas menunjukkan esensi ikhlas ialah mengerjakan sesuatu amal hanya karena Allah, dan dinyakini bahwa amal yang diperbuat itu selalu dilihat oleh Allah. Oleh karena itu setiap amalan harus selalu diiringi dengan keikhlasan, Apabila suatu ibadat tidak ada ikhlas, maka amalan itu tidak dipandang syah. Karena kalau diibaratkan sebuah tubuh, ikhlas adalah merupakan ruhnya. Apabila tidak ada ruh maka tidak sempurnalah jasad. 6 Nabi Bersabda :
Syekh Mansur Ali Na¡if, At-Taju al-Jami’ li Usul fi Hadis ar-Rasul, (Penerjemah) Bahrun Abu Bakar, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah Saw, (Bandung : Sinar Baru, 1993), jilid .I, hlm.109. 3 T.M. Hasby as-Siddiqy, Al-Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998), Jilid. I, hlm.452 4 Syekh Mansur, Op.cit., hlm.110 5 Imam al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah Qusyariyah, Penerjemah (Muhammad Lukman Hakim), Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawwuf, (Surabaya : Risalah Gusti, 1997), hlm.243 6 Syeikh Mustafa al-Ghalayini, ‘Ijja al-Nasi’in, penerjemah (Muhammad Abda‟i Ratomi), 2
Bimbingan Menuju Akhlak Yang Luhur, (Semarang : Toha Putra, 1976), hlm.12
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
98
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
.ال ٌقبل هللا من العمل اال ما كان له خالصا وابتغً به وجهه
7
Artinya : “Allah tidak menerima amalan, melainkan amalan yang khalish untukNya dan yang dituntut dengannya Keridhaan Allah”. Ikhlas merupakan suatu hal yang sangat rahasia dan memang hanya Allah yang mengetahui, karena ikhlas merupakan rahasia hati, sebagaimana Allah mengatakan bahwa ikhlas itu adalah rahasianya, dan ia memberikannya pada orang-orang yang ia cintai, sebagaimana Hadis Qudsi :
ما, سالت رب العزة عن االخالص: ما هو؟ قال,سالت جبرٌل علٌه االسالم عن االخالص . سر من سري استودعته قلب من اجبته من عبادى:هو؟ قال
8
Artinya:”Ikhlas merupakan salah satu rahasia-Ku yang Kutitipkan di dalam qalbu orang-orang yang Kucintai diantara hamba-hamba-Ku, tiada seorang Malaikatpun yang dapat melihatnya lalu mencatatnya, dan tiada satu Syaitanpun yang melihatnya lalu merusaknya”. Menurut Hasby as-Siddiqy, Ikhlas diukur tinggi rendahnya berdasarkan kadar murninya. Ikhlas paling tinggi ialah apabila seseorang dapat melaksanakan amalnya sama berat dengan kadarnya, baik dilihat atau tidak dilihat oleh orang lain. Artinya terlepas dari pengaruh orang lain. Dan serendah-rendah ikhlas ialah melaksanakan amal yang dilihat orang jauh berbeda dari melaksanakannya di hadapan manusia.9
Abu „Abdullah ibn Yazd ibn „Abdurrahman ar-Rabi‟i al-Qajwini, Sunan Ibn Majah, (Beirut : Dar al-Kitab al-Ilmiyah, T.th), Juz.I,hlm.259 8 Hadis ini diriwayatkan oleh Qazwin³, riwayat dari Hu©aifah, Lihat Im±m al-Qusyari, Op.cit, hlm.244 9 Hasbi as-Siddiqy, Op.cit, hlm.453 7
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
99
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
Keistimewaan ikhlas ialah merasa lezat bermunajat kepada Allah, pahala yang dilipat gandakan, bathin menjadi bersih, dan hati bercahaya karenanya, sehingga hati orang yang bersangkutan mau menerima pelajaran dan nasihat yang baik. Hadis Tentang Niat
سمعت رسول هللا صلى هللا علٌه و سلم: قال,عن امٌر المؤمنٌن ابى حفصى عمر ابن الحطاب فمن كان هجرته الى هللا و رسوله فهجرته الى: و انما لكل امرء مانوا, انما االعمل بالنٌات:ٌقول 10 . او امراة ٌنكها فهجرته الى ما هاجر الٌه,هللا و رسوله ومن كانت هجرته لدنٌا ٌصٌبها Artinya ;”Dari Amirul Mu‟minin, Abi Hafsin Umar ibn Khattab r.a, berkata ; saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu dengan niat, dan setiap yang diperintahkan tergantung pada niatnya. Karena itu barangsiapa yang hijrah kepada keredhaan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya ialah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrah untuk memperoleh keduniaan atau wanita yang bakal dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang telah dihijrahinya. (Muttafaqun „alaih). Kata Innama al-A’malu bi an-Niyat mengandung makna penghargaan bagi amalan-amalan yang dilakukan oleh seorang mukallaf, atau sahnya suatu amal di sisi Allah adalah menurut niyat yang menggerakkan si mukallaf untuk mengerjakan amalannya itu. Kata wa innama likullimri-in ma nawa, yakni tiap-tiap manusia, baik laki-laki ataupun perempuan memperoleh pahala dari apa yang diniyatkannya. Artinya seseorang yang mengerjakan sesuatu, menerima pahala amalnya menurut niyatnya. Dan pahala amalannya itu, diperoleh yang mengerjakannya sendiri. 10
Al-Imam Abi Zakariya ibn Syarif an-Nawawi ad-Dimasqi, Riyadus Salihin, (T.tp : Dar al Fikr,1993), hlm.12.
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
100
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
Kata Fa man kanat hijratuhu ilallahi wa rasulihi fa hijratuhu ilallahi wa
rasulihi, maksudnya barangsiapa berhijrah meninggalkan kampung halamannya karena mencari keredhaan Allah dan keredhaan rasul-Nya, maka ia akan memperoleh pahala dari pada hijrahnya itu. Kata wa man kanat hijratuhu ila dun-ya yusibuha awimra-atin yankihuha
fahijratuhu ila ma hajara ilaihi, yakni barangsiapa meninggalkan kampung halamannya pergi ke Madinah lantaran sesuatu maksud keduniaan yang ingin dicapainya, atau lantaran maksud dapat mengawini wanita yang lebih dahulu sudah berhijrah ke Madinah, maka dia tidak memperoleh pahala dari hijrahnya. Bahkan dia mungkin mendapat dosa lantaran dia berhijrah bukan dengan maksud mengikuti Allah dan rasul-Nya.11 Hal ini berkenaan dengan kasus Abil Qa‟is yang hijrah ke Madinah dengan tujuan menemui kekasihnya yang telah duluan hijrah. Proses dan Arti Niat. Dalam kamus Bahasa Arab, niat mengandung makna qasdun “bertujuan”,12 menurut syara‟ yaitu bertujuan untuk mengerjakan suatu hal yang dibarengi dengan pekerjaan. Hukum niat adalah wajib (fardhu) dalam semua amal ibadah, tempat niat di dalam hati, karena itu tidak cukup hanya dengan ucapan saja, sedangkan hati lupa dan lalai. Tiada niat bagi orang yang lalai dan keliru.
11 12
T.M. Hasby ash-Siddiqy. 2002 Mutiara Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), Juz. I, hlm.26-31. Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir. (Yogyakarta: Pesantren al-Munawwir, 1984), hlm.1578
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
101
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
Seandainya orang yang berniat melafazkan (mengucapkan) niatnya, maka hal itu lebih baik baginya karena niat akan bertambah mantap dengan bantuan lisan. 13 Waktu untuk niat ialah pada permulaan ibadah, dimaksudkan agar amalnya dibarengi dengan niat sejak dari permulaannya, tetapi apabila sulit untuk mengetahui awalnya. Seperti ibadah puasa. Pada ibadah puasa sulit untuk mengenal permulaan siang hari, maka itu pentasyri’ mewajibkan berniat di malam hari. Menurut istilah lain, niat disebut juga dengan qasad. Qasad yang bersemayam disingasana hati seseorang, di dalam proses pertumbuhannya untuk merealisirkan suatu perbuatan melalui enam pase perbuatan. Pertama: Ialah suatu pase mula pertama munculnya suatu kehendak pada hati sanubari seseorang. Qa¡ad dalam pase ini disebut al-Hajis (goresan hati). Kedua: Hajis tersebut bergerak untuk merangsang hati. Qa¡ad ini dinamakan dengan al-Khatir (rangsang hati).
Ketiga : Khatir ini kemudian bergetar-getar untuk memantulkan dan membisikkan suara hati ke jiwa guna melaksanakan atau tidak suatu tindakan yang posisi dari keduanya dalam keadaan seimbang. Qasad dalam pase ini dikenal dengan
Hadisun Nafsi (suara hati). Keempat: Jika keseimbangan antara melakukan atau tidak melakukan tindakan dapat diatasi dengan putusan hati untuk melaksanakan suatu tindakan. Maka sampailah pada pase keempat, dan Hadisun nafsi itu naik tingkatannya setingkat lebih tinggi menjadi al-Hamm (cita hati). Kelima: Cita hati itu kemudian dimantapkan, hingga menjadi hasrat yang kuat untuk merealisirkan Syekh Mansur Ali Nasif, Op.cit, hlm.107
13
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
102
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
suatu tindakan. Qa¡ad yang berada dalam pase ini disebut dengan al-A’zam (hasrat yang kuat). Keenam: Kala A’zam itu kemudian diwujudkan dalam suatu tindakan permulaan melakukan suatu perbuatan, maka sampailah pada pase yang terakhir dan qa¡ad dan pase ini disebut oleh syari‟at dengan nama Niat. Qasad manusia yang masih dalam fase pertama, belum dapat diterapkan sangsi apa-apa atau pahala. Karena Hajis itu pada hakikatnya belum merupakan tindakan ikhtiyari. Demikian juga pada pase kedua dan ketiga belum dapat dipertanggung jawabkan, selama belum terrealisir dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Hal tersebut di atas dijelaskan rasul dalam Hadisnya :
ان هللا حجبَز عه امت مب: عه انىبّ صهّ هللا عهيً َ سهم قبل,ًح ديث ابّ ٌريرة رضّ هللا عى .حدثج بً اوفسٍب مبنم حعمم اَ حخكهم
14
Artinya ; Sesungguhnya Allah itu telah membebaskan untuk umatku daripada yang
membisikkan jiwanya, selama
belum
diamalkan atau
belum
diucapkannya. Adapun qasad yang berada pada fase keempat oleh Allah diklasifikasikan kepada himmah yang baik (Himmah Hasanah) dan himmah yang tidak baik (Himmah Sayyi’ah), dan dibedakan pula balasannya masing-masing. Hal ini dapat diketahui melalui Hadis :
قبل ان هللا: قبل, فيمبيرَِ عه ربً عس َجم. عه انىبّ صهّ هللا عهيً َسهم,حديث ابه عببش فبن, فمه ٌم بحسىت فهم يعمهٍب كخبٍب هللا نً عىدي حسىت كبمهت, ثم بيه ذانك,كخب انحسىبث َانشيئبث َمه ٌم, انّ اضعبف كثيرة,ٌُ ٌم بٍب فعمهٍب كخبٍب هللا نً عىدي عشر حسىبث انّ سبعمبئت ضعف 14
Muhammad Fu‟ad „Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ wa al-Marjan, (Beirut ; Dar al-Kitab al-Ilmiyah, t.th), juz. I, hlm. 25
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
103
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
. فبن ٌُ ٌم بٍب فعمهٍب كخبٍب هللا نً سيئت َاحدة, كخبٍب هللا نً عىدي حسىت كبمهت,بسيئت فهم يعمهٍب 15
Artinya :Dari „Abdullah ibn „Abbas r.a, yang diterima dari rasulullah SAW dalam periwayatan Tuhannya tabaraka wa ta‟ala, sabdanya : Sesungguhnya Allah Ta‟ala
telah
menetapkan
kebaikan-kebaikan
dan
kejeleka-kejelekan.
Kemudian dia menjelaskan hal itu. Maka barang siapa berhasrat mengerjakan suatu kebaikan, kemudian tidak jadi mengerjakannya, dicatat oleh Allah suatu kebaikan yang sempurna ( seperti telah dikerjakan) baginya, dan jika ia berhasrat mengerjakannya, lalu ia mengerjakannya, dicatat oleh Allah sepuluh kebaikan sampai tujuh ratuskali, (bahkan) sampai berlipat ganda. Jika ia berhasrat mengerjakan suatu kejelekan, lalu tidak mengerjakannya, maka Allah mencatatnya untuk satu kebaikan yang sempurna, dan apabila ia berhasrat mengerjakannya, kemudian ia mengerjakannya, maka Allah mencatat untuknya satu kejelekan. Menurut Ahli Fiqh bahwa yang dikatakan niat itu ia suatu kehendak untuk melaksanakan suatu perbuatan berbareng dengan dimulainya suatu pelaksanaan, kecuali karena adanya beberapa kesulitan, niat dalam menjalankan ibadah puasa dan membayar zakat misalnya, tidak perlu berbarengan dengan permulaan pelaksanaannya. Kalau kehendak itu mendahului pelaksanaan, disebut dengan ‘Azam. Suatu amal dapat dikatakan amal yang ikhlas apabila pengarahannya mematuhi
perintah
dan
untuk
bertaqarrub
kepada
Allah
semata-mata,
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Bayyinah ayat 5 :
15
Ibid., hlm. 27
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
104
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. Obyek Amal Yang Disyariatkan Amal (perbuatan-perbuatan) terbagi kepada dua macam, yaitu, perbuatan
lahiriyah dan perbuatan bathiniyah. Perbuatan lahiriyah yaitu perbuatan yang dikerjakan oleh anggota jasmani. Sedangkan perbuatan bathiniyah adalah perbuatan yang dikerjakan oleh hati. Contoh perbuatan lahiriyah ialah mengerjakan shalat, zakat dan lain-lain. Perbuatan bathiniyah umpamanya mempercayai adanya Allah, bersabar dari penderitaan dan lain sebagainya. Menurut Hadis pertama di atas setiap amal perbuatan disyariatkan dengan niat. Dalam hal ini hanya berkenaan dengan amal perbuatan yang dikerjakan oleh anggota lahiriyah saja. Tetapi amal perbuatan yang dikerjakan bathiniyah, tidak memerlukan adanya niat. Sebab tidak
mungkin timbul dua proses kejiwaan.
Misalnya niat dan iman yang bersumber dari sumber yang sama, yakni hati dalam waktu yang bersamaan pula. Suatu keadaan tidak berbuat, misalnya menahan diri dari suatu larangan syara‟, dapat disertai niat apabila perbuatan tersebut ditujukan kepada mentaati larangan dari Tuhan dan bertujuan mengharapkan pahala darinya. Jika menjauhi larangan itu, didorong oleh tujuan menghindarkan siksa dari Allah dikemudian hari kelak tidak diperlukan adanya niat
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
105
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
Terdahulu telah dikemukakan bahwa amal perbuatan yang disyari‟atkan niat itu ialah amal perbuatan lahiriyah. Tetapi tidak semua amal lahiriyah itu diharuskan adanya niat. Amal perbuatan lahiriyah yang diharuskan adanya niat adalah amal perbuatan yang bertedensi ketaatan. Karena itu sebabnya amal perbuatan lahiriyah yang mubah, makruh dan haram tidak memerlukan niat.
Sifat-Sifat Yang Merusak Amal
Ria dan Tasmi’ adalah diantara sekian banyak sifat-sifat yang dapat merusak amal perbuatan yang ikhlas. Ria adalah memperlihatkan amal kebajikan kepada orang lain, supaya dilihat dan dipuji.
Ria dalam amal perbuatan dapat
digolongkan kepada dua macam. Pertama : yaitu apabila seseorang melakukan perbuatan untuk dan karena manusia. Kedua : yaitu apabila dalam melaksanakan perbuatan itu, sebahagian ditujukan kepada Allah dan sebagian ditujukan kepada manusia.16 Amal perbuatan bentuk kedua ini adalah benar-benar merusak amal. sebab dalam hal ini Allah yang maha besar dan maha kuasa lagi bersih dari perserikatan dianggap sama dengan makhluk yang hina lagi lemah, sebagaimana dijelaskan Allah berfirman dalam surat Qahfi ayat 110. Berjumpa dengan Rabbnya dalam ayat di atas, maksudnya ia bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan gembira dan berbahagia. Menurut asSamarqandi bahwa suatu amal perbuatan jika sebahagian dari perbuatan itu ditujukan kepada Allah dan sebahagian ditujukan kepada manusia , maka perbuatan yang ditujukan kepada Allah itu dapat diterima dan yang ditujukan Syeikh Muhammad Ali Nasif, Op.cit, hlm.129
16
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
106
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
kepada manusia ditolak. Misalnya dalam hal ini, apabila seseorang sembahyang dengan memperindah seni bacaan sembahyangnya atau memperpanjang surat bacaannya dengan maksud mempersona para pendengar atau makmum yang mengikutinya. Sembahyang orang tersebut diterima, dan bacaannya ditolak.. wal hasil menurut pendapat Samarqandi,³
jika yang diriakan itu mengenai pokok
amalannya maka dapat menghapuskan seluruh amalannya, tetapi apabila yang diriakan itu sifat perbuatannya, tidak sampai menghapuskan seluruh amalannya. Menurut Imam al-Ghazali, ria semacam itu tidak dapat menghapuskan amal pokoknya sama sekali, tetapi menyusutkan nilainya saja. Ia hanya dipidana setimpal dengan dosa rianya saja. Sabda Rasul :
انا اغنى الشركاء عن الشرك من عمل عمال اشرك فٌه معى غٌرى:قال هللا تبارك وتعالى 17 .تركته وشركه Artinya :”Allah swt telah berfirman (dalam hadis qudsi): Aku paling tidak memerlukan persekutuan orang-orang yang menyekutukan, barang siapa yang mengerjakan suatu amal, lalu ia menyekutukan Aku dengan selain Aku dalam amalnya, niscaya Aku tinggalkan dia bersama dengan sekutunya”. Oleh karena itulah Rasul ada mengatakan bahwa yang ia takuti yang akan menimpa umatnya ialah ria beramal kepada Allah, sabdanya :
اما انً لست اقول ٌعبدون شمسا وال قمرا وال,ان اخوف ما اخاف على امتى االشراك با هللا 18 .وثنا ولكن اعماال لغٌرهللا وشهوة حفٌة Artrinya:”Sesungguhnya Hal yang paling Aku takutkan menimpa umatku ialah syirik kepada Allah (menyekutukan Allah). Ingatlah aku tidak mengatakan, bahwa mereka menyembah Matahari, Bulan dan Berhala, tetapi amal
17 18
Ibid., hlm.129 Ibid., hlm.130
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
107
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
perbuatan yang dikerjakan karena selain Allah, dan syahwat yang tidak terlihat”. Tasmi‟ merupakan salah satu sifat yang merusak amal. Tasmi‟ adalah sifat yang menutur-nuturkan amal perbuatan yang dikerjakannya secara tersembunyi kepada orang lain dengan maksud agar orang lain mengetahuinya atau sekurangkurangnya mendengarkan. Ia melakukan perbuatan tidak ikhlas , tetapi ia lakukan agar diketahui dan didengar oleh orang lain. 19 Oleh karena itu Allah nanti di akhirat akan memperlihatkan dan memperdengarkan kepada orang banyak tentang apa yang dikandung dalam isi hatinya, sehingga ia tidak memperoleh pahala sama sekali, selain sekedar itu saja.. Di dunia kalau ia mendapat pujian itupun tidak abadi. Tasmi‟ dilarang oleh syara‟ berdasarkan sabda rasulullah saw : .من سمع سمع هللا به ومن ٌرائً ٌرا ئً هللا به
20
Artinya;”Aku mendengar Jundab r.a, berkata : Aku mendengar rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang memperdengarkan (amalnya), maka Allah memperdengarkannya dan barangsiapa yang memperlihatkan (amalnya), maka Allah akan memperlihatkannya. Rangkaian kalimat “ Wainama likulli imriin ma nawa” (bahwa seseorang memperoleh menurut apa yang diniatkannya), memberi petunjuk bahwa :
19 20
Hasby as-Siddiqy, Al-Islam. Op.cit., hlm. 460 Samma‟a, memamerkan ibadahnya agar apa yang dikerjakannya itu didengar oleh orang lain, lalu mereka memujinya. Maka kelak Allah menampakkan sikap pamer dan riyanya itu di hadapan semua makhluk pada Hari Kiyamat, kemudian dia di masukkan ke dalam neraka. Ibid., hlm.128
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
108
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
1.
2014
Seseorang tidak dapat memperoleh hasil dari amal yang telah dikerjakannya kecuali menurut apa yang telah diniatkannya. Jika niatnya baik, maka tercapailah kebaikan dan jika niatnya tidak baik menghasilkan kejelekan.
2.
Balasan yang diterima oleh seseorang itu adalah hasil dari niatnya sendiri, ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai kewajiban melakukan suatu kewajiban tidak diperkenankan mewakilkan niatnya kepada orang lain berdasarkan firman Allah ;
Artinya: dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Ada beberapa hal, syara‟ memberikan pengecualian-pengecualian, antara lain dalam beramal memberikan zakat dan berkorban boleh melakukan perwakilan. Demikian juga dalam muamalat, seseorang wali dapat bertindak sebagai wakil dari seorang anak dibawah umur yang berada dalam perwaliannya, disebabkan anak tersebut dipandang belum mampu untuk berniat. Adapun kata “Hijratuhu” artinya niat dan tujuannya. Maka hijrah kepada Allah dan Rasulnya, menjadi syarat dalam hijrahnya dan akan dibalas serta diberi pahala. Kalimat ini dan sesudahnya memberikan pengertian tujuan yang dimaksud oleh niat, yaitu membedakan ibadah dan adat.21 Adapun yang maksud dengan dunia, adalah dia mendapatkan sebatas niatnya bagi kedunian saja, tanpa mendapat pahala disisi Allah, sebagaimana di
21
Al-Qas¯al±n³, Op.cit., hlm.100
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
109
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
dalam Hadis ini disebutkan khusus wanita. Wanita merupakan termasuk perkara duniawi, oleh karena itu orang, orang berniat hijrah karena wanita, maka dia hanya mendapatkan wanita yang diniatkannya, sebagaimana asbab al-wurud turunnya hadis ini, yaitu ; Ketika Ummul Qais hijrah ke Madinah di belakangnya diikuti seorang laki-laki yang mencintainya dengan tujuan untuk mengawininya, Pada lahiriyah ia menampakkan seakan-akan hijrahnya itu demi untuk Allah dan Rasul-Nya. Maka sikap laki-laki itu disanggah oleh Hadis ini, dengan menyatakan bahwa hijrah yang dianggap oleh syara‟ ialah yang diniatkan karena Allah dan rasul-Nya.22 Tujuan utama adanya niat adalah untuk membedakan berbagai macam ibadah antara yang satu dengan yang lainnya, seperti membedakan shalat Zuhur dengan Shalat Ashar. Sedangkan keistimewaan niat ialah ibadah menjadi syah dan membedakannya dari kebiasaan. Karena sesuatu pekerjaan yang diiringi dengan niat maka ia menjadi ibadah dan tanpa niat menjadi kebiasaan. Seperti duduk I’tikaf di Masjid dianggap sebagai ibadah. Penutup Dari pemaparan di atas dapat diambil suatu ikhtisar bahwa ikhlas adalah bermula dari niat seseorang mukmin yang mengerjakan perbuatan yang sematamata di kerjakan hanya karena Allah swt. Karena dengan dasar ini, amalan seseorang dapat diterima dan diukur kadarnya disisi Allah swt. Sebaliknya amalan
Ibid., hlm.101 lihat juga Syekh Mansur Al³ Na¡if, Op.cit, hlm.112
22
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
110
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02 No. 01 Januari
2014
yang dikerjakan bukan karena Allah tidak ada nilainya di sisi Allah swt. Bahkan amalan itu tersebut di tolak sama sekali. Referensi „Abdul Baqi, Muhammad Fu‟ad. Al-Lu’lu’ wa al-Marjan, Beirut; Dar al-Kitab alIlmiyah, t.th, juz. I. Ali Na¡if, Syeikh Mansur. At-Taju al-Jami’ li Usul fi Ahadis ar-Rasul, (penerjemah) Bahrun Abu Bakar, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah Saw, Bandung : Sinar Baru, 1993, jilid .I Ad-Dimasqi, Al-Imam Abu Zakariya ibn Syafyan Nawawi. Riyadus Salihin, T.tp : Dar al Fikr,1993. al-Ghalayin³, Syeikh Mustafa, ‘Ijja al-Nasi’in, penerjemah (Muhammad Abda‟i Ratomi), Bimbingan Menuju Akhlak Yang Luhur, Semarang : Toha Putra, 1976. Al-Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Yogyakarta: Pesantren alMunawwir, 1984. Imam al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah Qusyairiyah, Penerjemah (Muhammad Lukman Hakim), Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawwuf, Surabaya : Risalah Gusti, 1997 T.M. Hasby ash-Siddiqy. 2002 Mutiara Hadis, Jakarta : Bulan Bintang, 1978), Juz. I. ---------. Al-Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998, Jilid. I, al-Qajwini, Abu „Abdullah ibn Yazid ibn „Abdurrahman ar-Rabi‟i. Sunan Ibn
Majah, Beirut : Dar al-Kitab al-Ilmiyah, T.th, Juz.I,
Analisa Hadis ........................... Muhammad Amin
111