No.27/Th.2/ Jumadil Akhir 1429H/Juli 2008
Jum’at - I
NIAT dan IKHLAS Ustzh. Ewin Suciana tÏ%©!$# y7Íׯ≈s9'ρé& ∩⊇∈∪ tβθÝ¡y‚ö7ムŸω $pκÏù óΟèδuρ $pκÏù öΝßγn=≈yϑôãr& öΝÍκös9Î) Åe∃uθçΡ $uηtFt⊥ƒÎ—uρ $u‹÷Ρ‘‰9$# nο4θuŠysø9$# ߉ƒÌムtβ%x. tΒ ∩⊇∉∪ tβθè=yϑ÷ètƒ (#θçΡ$Ÿ2 $¨Β ×≅ÏÜ≈t/uρ $pκÏù (#θãèuΖ|¹ $tΒ xÝÎ7ymuρ ( â‘$¨Ψ9$# ωÎ) ÍοtÅzFψ$# ’Îû öΝçλm; }§øŠs9
Artinya :“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS:Huud:15-16) Niat adalah dasar segala perbuatan, oleh karena itu setiap perbuatan manusia diterima tidaknya disisi Allah bergantng dari niatnya. Barangsiapa mengerjakan suatu pekerjaan niatnya murni karena Allah dan mengharapkan ganjaran akhirat, sedang perbuatannya itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, maka amalnya akan diterima oleh Allah. Sebaliknya, barangsiapa niatnya untuk selain Allah atau tidak ikhlas karena Allah, maka pekerjaannya itu akan ditolak oleh Allah dan akan menjadi bencana baginya. Dari Umar bin Khattab RA, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya segala pekerjaan itu (diterima atau tidaknya di sisi Allah) hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya, maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang akan dia menikah dengannya, maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan.” (HR. Muttafaq 'alaih) Dari Abu Hurairah RA, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka orang itu menjawab : aku berperang di jalan-Mu sampai mati syahid, maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian itu telah diucapkan (kamu telah dipuji-puji dst sebagai imbalan apa yang telah kamu niatkan.pent) maka diperintahkan supaya dia diseret di atas mukanya sampai dilemparkan di api neraka,
dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan menghafal Al-Qur'an, lalu dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini?, maka dia menjawab : aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca Al-Qur'an untuk-Mu. Maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar dengan tujuan agar engkau dibilang seorang alim, dan engkau membaca/menghafal Al-Qur'an supaya dibilang engkau seorang penghafal/pembaca Al-Qur'an yang baik, dan semua itu sudah dikatakan (kamu telah mendapat pujian yang kamu harapkan sebagai imbalan niatmu) lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka, dan seseorang yang Allah berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : tidak ada suatu jalan yang Engkau suka harta yang telah Engkau berikan agar dibelanjakan padanya kecuali aku telah membelanjakan harta itu di jalan tersebut karena Engkau, maka Allah berkata : Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dibilang bahwa kamu adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan (kamu telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu), lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka. (HR.Muslim) Hikmah yang dapat diambil dari ayat dan hadits di atas adalah syarat diterimanya amal adalah ikhlas yaitu bermaksud dengan amalnya itu karena Allah Ta'ala, karena amal tanpa ikhlas akan menjadi bencana bagi yang mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan tersebut termasuk dari perbuatan ibadah yang mulia (seperti memberikan sedekah, membaca Al-Qur'an, mengajarkan ilmu bagi orang lain, bahkan mati syahid dalam medan perang melawan orang-orang kafir). Dengan kata lain suatu pekerjaan tidak akan diterima di sisi Allah tanpa dibarengi dengan niat ikhlas. Marilah kita memperbaiki niat dalam segala perbuatan, dan berusaha keras untuk selalu ikhlas dalam beramal. ߃ϊ y7Ï9≡sŒuρ 4 nο4θx.¨“9$# (#θè?÷σãƒuρ nο4θn=¢Á9$# (#θßϑ‹É)ãƒuρ u!$xuΖãm tÏe$!$# ã&s! tÅÁÎ=øƒèΧ ©!$# (#ρ߉ç6÷èu‹Ï9 ωÎ) (#ÿρâÉ∆é& !$tΒuρ ∩∈∪ ÏπyϑÍhŠs)ø9$#
Artinya :"Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketha'atan kepadaNya dengan lurus." (QS:Al-Bayyinah:5) Ikhlas merupakan suatu sifat yang sangat agung, suatu rahasia dari rahasiarahasia yang dititipkan hanya di qalbu para hamba yang dicintai-Nya. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang benar-benar murni ketha'atannya serta bersih dari nodanoda syirik, terlindung dari karat-karat jahiliyyah, terbebas dari penyakit-penyakit jiwa.
Mereka adalah jiwa yang senantiasa berada dalam kecintaan kepada Al-Haq. Gerakgeriknya adalah dzikrullah. Senyum dan tangisnya hanya karena Allah. Desah dan resahnya-pun karena Dia semata. Shalatnya, 'ibadahnya, hidupnya, matinya, dan semuanya demi Allah Rabbul 'Aalamiin. Ikhlas adalah tingkat ihsan, yang meyakini sekalipun dirinya tidak dapat melihat Allah tapi Allah melihat apa saja yang ia kerjakan. Ia meyakini Allah akan selalu bersama dengannya dimanapun ia berada. Desah nafasnya, getaran hatinya, lintasan berfikirnya, resah jiwanya selalu merasa dalam pengawasan Allah, sang Kekasih....
’Îû ßkÎ=tƒ $tΒ ÞΟn=÷ètƒ 4 ĸóyêø9$# ’n?tã 3“uθtGó™$# §ΝèO 5Θ$−ƒr& Ïπ−GÅ™ ’Îû uÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# t,n=y{ “Ï%©!$# uθèδ $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 öΝçGΨä. $tΒ tør& óΟä3yètΒ uθèδuρ ( $pκÏù ßlã÷ètƒ $tΒuρ Ï!$uΚ¡¡9$# zÏΒ ãΑÍ”∴tƒ $tΒuρ $pκ÷]ÏΒ ßlãøƒs† $tΒuρ ÇÚö‘F{$#
∩⊆∪ ×/>ÅÁt/ tβθè=uΚ÷ès?
Artinya : “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya*. dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada, dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (QS:Al-Hadiid:4) Ikhlas itu tidak pernah memandang, menghitung-hitung apa-apa yang telah diperbuat, tidak mengharap-harap balasan/ganjaran dan tidak pernah merasa puas dengan 'amal-'amal yang telah dikerjakannya. Ia tidak membutuhkan pengakuan dirinya, hawa nafsunya, apalagi orang lain. Ia tidak mencari keindahan, keuntungan, pujian, popularitas, fasilitas apalagi isi tas. "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan kekayaan kalian, tapi Allah melihat kepada qalbu kalian dan 'amal'amal kalian." (H.R. Imam Muslim) Riya' merupakan penyakit yang tidak akan berjangkit didalam hati hamba Allah yang selalu ikhlas, karena keduanya bertolak belakang. Penyakit Riya' membuat seseorang ternoda dan tertolak 'amal-'amalnya, karena Allah tidak suka disaingi oleh apapun dan siapapun. zÏiΒ ;οy—$xyϑÎ/ Νåκ¨]u;|¡øtrB Ÿξsù (#θè=yèøtƒ öΝs9 $oÿÏ3 (#ρ߉yϑøtä† βr& tβθ™6Ït䆨ρ (#θs?r& !$yϑÎ/ tβθãmtøtƒ tÏ%©!$# ¨t|¡øtrB Ÿω ∩⊇∇∇∪ ÒΟŠÏ9r& ë>#x‹tã öΝßγs9uρ ( É>#x‹yèø9$#
Artinya : "Janganlah sekali-sekali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka perbuat dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. Janganlah kamu menyangka bahwa terlepas dari siksa dan bagi mereka siksa yang paling pedih." (QS:Ali-‘Imraan:188) Demikian pula nifaq, sikap pura-pura yang menampilkan wajah suci Islam tetapi sebenarnya kafir dan membenci Islam.
( ª!$# ÞΟßγuΖyès9uρ 4 óΟßγç6ó¡ym }‘Ïδ 4 $pκÏù tÏ$Î#≈yz tΛ©yγy_ u‘$tΡ u‘$¤ä3ø9$#uρ ÏM≈s)Ï≈oΨßϑø9$#uρ šÉ)Ï≈oΨßϑø9$# ª!$# y‰tãuρ ∩∉∇∪ ×ΛÉ)•Β Ò>#x‹tã óΟßγs9uρ
Artinya :"Allah menjanjikan bagi orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan, dan orang-orang kafir neraka jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka jahanam itu bagi mereka, Allah melaknat mereka, dan bagi mereka adzab yang kekal." (QS:At-Taubah:68). Allah pertegas lagi dalam surat An-Nisaa’ : ∩⊇⊆∈∪ #·/>ÅÁtΡ öΝßγs9 y‰ÅgrB s9uρ Í‘$¨Ζ9$# zÏΒ È≅xó™F{$# Ï8ö‘¤$!$# ’Îû tÉ)Ï≈oΨçRùQ$# ¨βÎ)
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka dan kamu tak akan memperoleh seorang penolongpun bagi mereka." (QS:An-Nisaa':145)
KESABARAN RASULULLAH TERHADAP IMING-IMING DAN ANCAMAN Orang-orang Quraisy (Makkah) mencoba cara yang lain dalam menghentikan dakwah Rasulullah SAW, yaitu sebuah cara yang terkumpul di dalamnya Targhieb (iming-iming) dan Tarhieb (ancaman). Diutuslah seorang utusan kepada beliau untuk menawarkan dunia yang beliau kehendaki (sebagai ganti kesediaan beliau meninggalkan dakwah Islamiyah), dan diutus pula seorang utusan kepada pamannya yang selalu melindungi Rasulullah dan dakwahnya untuk memberi peringatan kepadanya agar melepas pembelaannya dan jaminan pertolongannya kepada keponakannya yaitu Muhammad SAW, dan memintanya agar menghentikan Muhammad dan agamanya. Pada suatu hari para tokoh (pembesar) Quraisy mendatangi Abu Thalib, mereka berkata kepadanya: Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang yang kami tokohkan, dan engkau memiliki kemuliaan dan kedudukan di kaum kami, kami telah memintamu agar engkau melarang keponakanmu tetapi engkau tidak melarangnya, demi Allah SWT, kami tidak sabar atas hal ini; nenek moyang kami dicela, kaum cerdik kami dibodohkan, dan tuhan-tuhan kami dicemoohkan. Engkau lakukan permintaan kami, ataukah kami yang akan mencegah perbuatan keponakanmu itu, atau bahkan kami umumkan perang sedang engkau masih tetap dalam kebisuanmu (tidak mau bertindak), hingga salah satu dari dua kubu itu menemui kehancuran. Ancaman dan peringatan keras dari tokoh-tokoh Quraisy ini terasa berat membebani benak Abu Thalib, dia masih keberatan jika berpisah dengan kaumnya dan bermusuhan dengan mereka, sedangkan dia juga tidak mau menyerahkan Rasulullah SAW keponakannya kepada mereka, dan dia juga tidak rela jika keponakannya dihinakan dan direndahkan. Akhirnya dia menemui Rasulullah SAW, lalu berkata kepadanya: "Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu telah mendatangiku dan
memberitahukan kepadaku tentang hal ini dan itu, juga meminta kepadaku agar aku berbuat ini dan itu, maka sekarang cukuplah kita dengan apa yang selama ini aku dan dirimu meyakininya. Janganlah engkau membebaniku dengan perkara yang aku tidak kuat memikulnya begitu juga engkau, maka tariklah perkataanmu tentang kaummu yang mana hal itu sangat dibenci oleh mereka". Tetapi Nabi SAW tetap kokoh di atas dakwahnya kepada Allah SWT, tidak sedikitpun terpengaruhi oleh celaan orang yang mencela, karena beliau di atas kebenaran, dan beliau tahu bahwa Allah SWT akan menolong agama-Nya dan meninggikan agama-Nya. Maka tatkala Abu Thalib melihat keteguhan keponakannya yang begitu kokoh, dan dia telah putus asa membujuknya agar memenuhi permintaan kaum Quraisy untuk meninggalkan dakwahnya mengajak manusia kepada tauhid, dia berkata: "Demi Allah, tidak akan mengenaimu makar-makar mereka hingga aku tertimbun tanah dan rata dengan debu. Maka teruskanlah urusan da’wahmu jangan sedikitpun merasa rendah diri. Berilah kabar gembira dan sejukkan dengan beritamu itu beberapa pandangan mata"
PENGUMUMAN Insya Allah pada minggu ke-3 Juli 2008 akan hadir Lembaran Da’wah Muslimah dengan kajian khusus kewanitaan. Lembaran da’wah ini akan menjadi media informasi yang Islami bagi para wanita (ibu-ibu dan remaja putri).
“Waktu Shalat Dhuhur adalah 12:00”