Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338 - 4336 VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) TERHADAP Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Devi Febriana Putri1, Mintarto Martosudiro1, Aminudin Afandhi1, Bedjo2 1
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl Veteran, Malang 65145 2 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Jl Raya Kendalpayak Km 8, Kabupaten Malang
ABSTRACT The research to compared the virulence of six SlNPV isolates against Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) larvae was conducted in the laboratory of Pest and Diseases Indonesian Legumes and Tuber Crop Research Institute on September 12, to December 12, 2014. The experiment used Randomized Complete Design with eight treatments and four replication i.e: SlNPV isolate from South Sumatra (Sumsel 03t), Lampung (Lpng 03a), South Kalimantan (Kalsel 05d), East Kalimantan (Kaltim 05h), West Nusa Tenggara (NTB 03b) and East Java (JTM-97c). The experiment also used HaNPV JTM-95b and without SlNPV inoculation on H. armigera as control treatment. The stop feeding, larvae mortality and the percentage of H. armigera larvae becomes pupa and imago were observed for virus virulences determination. The results showed that JTM-97c was the best insect pathogens virus, and the virulence level same with HaNPV JTM-95b to H. armigera larvae. The data showed that JTM-97c could infect H. armigera with stop feeding time (10 hours after inoculation) shorter than another isolates and the mortality of H. armigera 100 %. SlNPV NTB 03b was isolate hipovirulence on H. armigera, while SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kalsel 05d and Kaltim 05h isolates could not infect H. armigera. Finally, the SlNPV JTM-97c is the potential insect pathogen virus to be developed for biological control agent to H. armigera. Keywords: SlNPV, Virulence, Helicoverpa armigera ABSTRAK Penelitian untuk membandingkan virulensi enam isolat SlNPV terhadap larva H. armigera (Lepidoptera: Noctuidae) yang dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) pada 12 September sampai dengan 12 Desember 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan yaitu: isolat SlNPV yang berasal dari Sumatera Selatan (Sumsel 03t), Lampung (Lpng 03a), Kalimantan Selatan (Kalsel 05d), Kalimantan Timur (Kaltim 05h), Nusa Tenggara Barat (NTB 03b) dan Jawa Timur (JTM-97c). Pada penelitian ini juga menggunakan isolat HaNPV JTM-95b dan tanpa inokulasi SlNPV pada H. armigera sebagai perlakuan kontrol. Waktu berhenti makan, mortalitas larva, serta persentase larva H. armigera yang menjadi pupa dan imago untuk mengetahui virulensi virus. Hasil penelitian menunjukkan JTM-97c adalah virus patogen serangga yang terbaik, dan virulensinya sama dengan HaNPV JTM-95b terhadap larva H. armigera. Data menunjukkan JTM-97c dapat menginfeksi H. armigera dengan waktu berhenti makan (10 Jam Setelah Inokulasi) lebih pendek
60
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
April 2015
daripada isolat yang lain dan mortalitas H. armigera 100 %. SlNPV NTB 03b termasuk isolat hipovirulen terhadap H. armigera, sedangkan isolat SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kalsel 05d dan Kaltim 05h tidak dapat menginfeksi H. armigera. Akhirnya, SlNPV JTM-97c adalah patogen serangga yang potensial untuk dikembangkan sebagai agens hayati pengendali H. armigera. Kata kunci: SlNPV, Virulensi, Helicoverpa armigera
Isolat SlNPV memiliki potensi yang besar sebagai agensia pengendali populasi serangga hama salah satunya H. armigera. Hal ini telah dibuktikan dari hasil penelitian Bedjo (2005) yang menyatakan bahwa SlNPV JTM-99a pada 12 hari setelah aplikasi pada tanaman kedelai di lapangan mampu menurunkan populasi H. armigera sebesar 6,67 % dan SlNPV JTM-99b mampu menurunkan populasi H. armigera sebesar 2,56 %. Selain isolat SlNPV JTM-99a dan SlNPV JTM-99b juga terdapat isolat lain yang telah ditemukan, diantaranya dari daerah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Lampung. Isolat yang berasal dari daerah yang berbeda memiliki virulensi yang berbeda pula. Hal ini telah dibuktikan dari hasil penelitian Hadi et al. (2010) yang menyatakan bahwa isolat SlNPV yang berasal dari NTB memiliki virulensi yang berbeda dengan isolat SlNPV yang berasal dari Jawa Timur (JTM-05h) terhadap mortalitas larva S. litura. Isolat SlNPV yang berasal dari NTB mampu mematikan larva S. litura sebesar 71,66 %, sedangkan isolat SlNPV Jawa Timur (JTM-05h) mampu mematikan larva S. litura sebesar 61,66 %. Penelitian ini bertujuan untuk menguji virulensi beberapa isolat SlNPV terhadap H. armigera.
PENDAHULUAN Salah satu faktor penyebab menurunnya hasil panen kedelai adalah hama. Pada tanaman kedelai terdapat 111 jenis serangga hama yang sudah diketahui di Indonesia (Okada et al., 1988 dalam Arifin, 1992), Helicoverpa armigera adalah serangga yang paling banyak merusak palawija dan tanaman industri seperti jagung, kacang-kacangan, tomat, kapas, dan tembakau. Pengendalian hama kedelai di tingkat petani pada umumnya masih menggunakan insektisida kimia. Dampak negatif penggunaan insektisida kimia secara terus-menerus antara lain mencemari lingkungan, membunuh serangga bukan sasaran dan menyebabkan munculnya hama yang lebih tahan terhadap insektisida (Endo et al., 1988 dalam Bedjo, 2011). Prospek patogen serangga sebagai pengganti insektisida kimia cukup baik dari sisi efektivitas dan dampaknya terhadap lingkungan. Salah satu patogen serangga yang dapat digunakan adalah Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV). NPV berpotensi sebagai agens hayati untuk mengendalikan beberapa jenis serangga hama, diantaranya S. litura (ulat grayak) dan H. armigera. NPV yang mampu menginfeksi S. litura disebut Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) sedangkan NPV yang mampu menginfeksi H. armigera disebut Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) (Arifin, 2011).
61
Putri et al., Virulensi Beberapa Isolat Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus…
4. Larva H. armigera diinokulasi dengan isolat SlNPV asal Kalimantan Timur (Kaltim 05h) 5. Larva H. armigera diinokulasi dengan isolat SlNPV asal Nusa Tenggara Barat (NTB 03b) 6. Larva H. armigera diinokulasi dengan isolat SlNPV asal Jawa Timur (JTM-97c) 7. Larva H. armigera diinokulasi dengan isolat HaNPV JTM-95b 8. Larva H. armigera tidak diinokulasi (kontrol)
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) yang bertempat di Jl. Raya Kendalpayak km 8, Kabupaten Malang mulai 12 September 2014 sampai dengan 12 Desember 2014. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah mikroskop, gelas ukur, tabung reaksi, haemocytometer, mortar, hand counter, kamera, fial plastik, gunting, cawan petri, erlenmeyer, toples, nampan, kuas, pipet, pinset, kain saring, sendok, lemari pendingin, kain kasa dan stopwatch. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah isolat SlNPV asal Sumatera Selatan (Sumsel 03t), Lampung (Lpng 03a), Kalimantan Selatan (Kalsel 05d), Kalimantan Timur (Kaltim 05h), Nusa Tenggara Barat (NTB 03b) dan Jawa Timur (JTM-97c) serta isolat HaNPV JTM-95b sebagai perbandingan yang diperoleh dari koleksi Drs. Bedjo, MP. dan merupakan koleksi dari BALITKABI, larva H. armigera, larva S. litura, daun kedelai varietas wilis sebagai pakan H. armigera dan S. litura, madu dan air steril.
Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 32 unit percobaan secara keseluruhan. Setiap unit percobaan memerlukan 10 larva H. armigera instar 3. PELAKSANAAN PENELITIAN
Perbanyakan Masal H. armigera dan S. litura Perbanyakan masal S. litura dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan larva pada perbanyakan inokulum masing-masing isolat SlNPV, sedangkan perbanyakan masal H. armigera untuk memenuhi kebutuhan larva pada perbanyakan inokulum isolat HaNPV dan untuk memenuhi kebutuhan serangga uji saat perlakuan. Perbanyakan masal H. armigera dan S. litura dimulai dengan mengumpulkan kelompok telur yang diperoleh dari lapang dan dipelihara sampai menetas. Telur yang sudah menetas menjadi larva dimasukkan pada toples. Larva S. litura dipelihara secara masal dalam toples, sedangkan larva H. armigera dipelihara secara individual dalam fial plastik. Larva diberi pakan daun kedelai segar dan dipelihara hingga menjadi imago. Imago dipindahkan dalam toples dan bagian dinding toples diberi lapisan kertas yang nantinya akan digunakan sebagai tempat imago meletakkan telur. Toples ditutup dengan kain kasa pada bagian atasnya.
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebanyak delapan yaitu: 1. Larva H. armigera diinokulasi dengan isolat SlNPV asal Sumatera Selatan (Sumsel 03t) 2. Larva H. armigera diinokulasi dengan isolat SlNPV asal Lampung (Lpng 03a) 3. Larva H. armigera diinokulasi dengan isolat SlNPV asal Kalimantan Selatan (Kalsel 05d)
62
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
April 2015
Imago tersebut diberi pakan cairan madu. Telur-telur yang dihasilkan oleh imago dipelihara hingga menjadi larva instar 3. Larva S. litura akan digunakan sebagai bahan perbanyakan isolat SlNPV dan larva H. armigera digunakan sebagai bahan perbanyakan isolat HaNPV serta serangga uji saat perlakuan.
konsentrasi 1,5 x 1011 PIBs/ml (Bedjo et al., 1999). Kemudian daun dikeringanginkan dan digunakan sebagai pakan larva uji H. armigera. Setiap larva uji diinkubasi di dalam fial palstik berdiameter 5 cm.
Perbanyakan Isolat SlNPV dan HaNPV Perbanyakan isolat SlNPV dan HaNPV dilakukan untuk menyediakan masing-masing isolat SlNPV serta HaNPV dalam jumlah banyak yang akan digunakan sebagai sumber inokulum pada saat perlakuan. Perbanyakan SlNPV dimulai dengan menginokulasi larva S. litura dengan masing-masing isolat SlNPV melalui pemberian pakan daun kedelai yang telah dikontaminasi isolat SlNPV. Sedangkan perbanyakan HaNPV dimulai dengan menginokulasi larva H. armigera dengan isolat HaNPV melalui pemberian pakan daun kedelai yang telah dikontaminasi isolat HaNPV. Cara mengkontaminasi adalah dengan mencelupkan daun kedelai ke dalam suspensi SlNPV untuk larva S. litura dan suspensi HaNPV untuk larva H. armigera, kemudian dikeringanginkan. Larva kemudian diinkubasikan dalam kotak infeksi. Larva yang terinfeksi dipisahkan, dimasukkan ke dalam fial plastik untuk disimpan dalam lemari pendingin sebagai persediaan bahan pembuatan larutan SlNPV dan HaNPV untuk keperluan perlakuan.
Berhenti Makan Larva H. armigera berhenti makan dinyatakan dalam persen dan diamati pada 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 24 Jam Setelah Inokulasi (JSI). Pengamatan persentase larva H. armigera berhenti makan bertujuan untuk mengetahui dan mengamati proses awal infeksi NPV bereaksi di dalam tubuh larva sebelum larva mengalami kematian.
Parameter Pengamatan
Mortalitas Larva Mortalitas larva H. armigera diamati pada 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168, 192 Jam Setelah Inokulasi (JSI). Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati akibat perlakuan dan dinyatakan dalam persen. Larva H. armigera yang Menjadi Pupa dan Imago Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang berhasil menjadi pupa dan imago yang muncul. Analisis Data Analisis data dengan uji F pada taraf 5% dan apabila terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan maka dilakukan uji lanjutan dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Cara Inokulasi Larva uji H. armigera diinokulasikan dengan cara memberi pakan daun kedelai yang telah dikontaminasi dengan metode dipping pada masing-masing isolat SlNPV dan HaNPV sesuai perlakuan. Daun yang digunakan sebagai pakan diambil dari tanaman kedelai berumur 35 hari setelah tanam. Pakan daun tersebut dicelupkan (dipping) ke dalam suspensi pada
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Larva H. armigera yang Berhenti Makan Hasil pengamatan menunjukkan larva H. armigera pertama yang berhenti makan akibat infeksi virus terjadi pada 12
63
Putri et al., Virulensi Beberapa Isolat Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus…
Proses tersebut diawali dengan tertelannya polyhedral masuk ke dalam usus larva. Di dalam usus, akan terjadi reaksi enzimatik yang bersifat alkalis yang menyebabkan polyhedral larut dan membebaskan virus. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa terdapat perbedaan virulensi terhadap larva H. armigera yang berhenti makan antara isolat HaNPV JTM-95b, SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kalsel 05d, Kaltim 05h, NTB 03b, Jawa Timur (JTM97c), dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat SlNPV Jawa Timur (JTM97c) memiliki virulensi yang sama dengan isolat HaNPV JTM-95b untuk menyebabkan larva berhenti makan yaitu pada 12 JSI. Menurut Bedjo (2008), semakin singkat waktu yang dibutuhkan larva untuk berhenti makan akibat infeksi virus, maka virulensi isolat tersebut semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan Bedjo (2008) dapat dikatakan bahwa isolat SlNPV JTM-97c tergolong isolat virulen untuk menyebabkan larva H. armigera berhenti makan sama dengan isolat HaNPV.
JSI. Dari penelitian yang dilakukan gejala larva H. armigera yang berhenti makan yaitu gerakan larva mulai lambat, nafsu makan kurang, dan akhirnya berhenti makan. Pengaruh masing-masing isolat terhadap persentase larva H. armigera yang berhenti makan pada berbagai waktu pengamatan disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, pada pengamatan 1 sampai dengan 10 JSI tidak menunjukkan adanya larva H. armigera yang berhenti makan. Hal ini diduga merupakan fase awal NPV masuk ke dalam tubuh larva dan merupakan awal replikasi virus di dalam tubuh serangga sehingga untuk sampai membunuh larva membutuhkan waktu. Dugaan ini diperkuat oleh Steinhaus dalam Arifin (1988), yang menyatakan bahwa kematian larva H. armigera yang disebabkan oleh NPV tidak terjadi pada saat aplikasi dilakukan, karena di dalam tubuh larva berlangsung proses biologi yang membutuhkan waktu beberapa hari sejak terjadinya infeksi virus hingga larva mati.
Tabel 1. Pengaruh Perbedaan Isolat NPV terhadap Larva H. armigera yang Berhenti Makan pada Waktu Pengamatan Berbeda
Perlakuan Isolat SlNPV Sumsel 03t SlNPV Lpng 03a SlNPV Kalsel 05d SlNPV Kaltim 05h SlNPV NTB 03b SlNPV JTM-97c HaNPV JTM-95b Kontrol
Rata-rata Larva H. armigera yang * Berhenti Makan pada ... JSI (%) 12 24 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 10 b 20 b 12.50 b 30 c 0a 0a
Keterangan :
JSI (jam setelah inokulasi), angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT, sebelum dilakukan analisis data ditransformasikan dengan rumus transformasi arcsin + 0,5 * Pada 1 sampai dengan 10 JSI tidak menunjukkan larva H. armigera yang berhenti makan
64
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
Persentase Mortalitas Larva H. armigera Hasil pengamatan menunjukkan kematian larva H. armigera pertama akibat infeksi virus terjadi pada 48 JSI. Dari penelitian yang dilakukan larva yang mati terinfeksi virus yaitu permukaan tubuh mengkilat dan berubah warna menjadi pucat, bagian punggung berwarna coklat susu kehitaman, tubuh membengkak dan akhirnya mati. Biasanya, gejala menjelang kematian ditunjukkan dengan aktivitas larva merayap ke bagian atas kemudian kematiannya membentuk seperti huruf V terbalik (Gambar 1). Larva yang mati mempunyai struktur tubuh lembek dan mudah pecah serta mengeluarkan cairan berwarna coklat dengan bau yang khas. Gejala larva H. armigera yang mati karena terinfeksi NPV tercantum pada Gambar 1. Pengaruh masing-masing isolat NPV terhadap persentase kematian larva H. armigera pada berbagai waktu pengamatan disajikan pada Tabel 2.
April 2015
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat virulensi terhadap mortalitas larva H. armigera antara isolat HaNPV JTM-95b, SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kalsel 05d, Kaltim 05h, NTB 03b, Jawa Timur (JTM-97c), dan kontrol.
Gambar 1. Gejala Larva H. armigera Terinfeksi NPV di Laboratorium a. Membentuk huruf V terbalik b. Larva berwarna coklat susu kehitaman
Tabel 2. Pengaruh Perbedaan Isolat NPV terhadap Mortalitas Larva H. armigera pada Waktu Pengamatan Berbeda Perlakuan Isolat SlNPV Sumsel 03t SlNPV Lpng 03a SlNPV Kalsel 05d SlNPV Kaltim 05h SlNPV NTB 03b SlNPV JTM-97c HaNPV JTM-95b Kontrol
48 0 0 0 0 0 0 100 0
Rata-rata Mortalitas Larva H. armigera pada ... JSI (%) 72 96 120 144 168 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 7.50 b 15 b 22.50 b 50 b 95 b 100 c 100 c 100 c 100 c 100 c 0a 0a 0a 0a 0a
*
192 0a 0a 0a 0a 15 b 100 c 100 c 0a
Keterangan : JSI (jam setelah inokulasi), angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT, sebelum dilakukan analisis data ditransformasikan dengan rumus transformasi arcsin + 0,5 * Pada 24 JSI tidak menunjukkan kematian larva H. armigera
65
Putri et al., Virulensi Beberapa Isolat Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus…
Pada penelitian ini, isolat SlNPV JTM-97c mempunyai daya bunuh tinggi pada larva H. armigera jika dibandingkan dengan isolat SlNPV lainnya, ini dibuktikan dengan kematian larva yang mencapai 100% pada 192 JSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat SlNPV JTM-97c memiliki virulensi sama dengan isolat HaNPV JTM-95b tetapi kecepatan membunuhnya lambat. Hal ini karena isolat SlNPV JTM-97c mampu mematikan 100% larva H. armigera pada 192 JSI, sedangkan isolat HaNPV JTM95b untuk mematikan 100% larva H. armigera membutuhkan waktu 48 JSI. Menurut Bedjo (2008), kriteria isolat virulen diantaranya adalah mampu mempercepat waktu berhenti makan dan mampu mempersingkat waktu kematian larva. Selain itu menurut Indrayani et al., (2003), waktu untuk isolat NPV yang virulen dalam mematikan larva antara 72168 JSI. Arifin et al., (1999, dalam Bedjo 2008), juga menyatakan bahwa untuk menentukan virulensi suatu isolat adalah tingkat kematian larva uji minimal 70%.
Berdasarkan laporan Bedjo (2008), Indrayani et al., (2003), dan Arifin et al., (1999, dalam Bedjo 2008) dapat dikatakan bahwa isolat SlNPV JTM-97c termasuk kriteria isolat virulen sama dengan isolat HaNPV JTM-95b karena dalam waktu 168 JSI dapat mematikan larva sebesar 95%. Sedangkan isolat NTB 03b merupakan isolat kurang virulen dan keempat isolat yang lain yaitu SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kalsel 05d, dan Kaltim 05h termasuk isolat tidak virulen dalam mematikan larva H. armigera. Persentase Pupa dan Imago yang Terbentuk Hasil pengamatan menunjukkan terdapat perbedaan tingkat virulensi antara isolat HaNPV JTM-95b, SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kalsel 05d, Kaltim 05h, NTB 03b, Jawa Timur (JTM-97c), dan kontrol terhadap pupa dan imago H. armigera yang terbentuk setelah diinokulasi NPV. Data persentase pupa dan imago yang terbentuk dari larva H. armigera setelah perlakuan NPV disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Perbedaan Isolat NPV terhadap Pupa dan Imago yang Terbentuk dari Larva H. armigera Perlakuan Isolat SlNPV Sumsel 03t SlNPV Lpng 03a SlNPV Kalsel 05d SlNPV Kaltim 05h SlNPV NTB 03b SlNPV JTM-97c HaNPV JTM-95b Kontrol
Rata-rata Pupa dan Imago yang terbentuk dari Larva H. armigera (%) Pupa Imago 100 c 100 c 100 c 100 c 100 c 100 c 100 c 100 c 85 b 85 b 0a 0a 0a 0a 100 c 100 c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT, sebelum dilakukan analisis data ditransformasikan dengan rumus transformasi arcsin
66
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
April 2015
Arifin, M. 1992. Bioekologi, Serangan dan Pengendalian Hama Pemakan Daun Kedelai. Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan Malang, 8-10 Agustus 1991.
Berdasarkan Tabel 3, persentase pembentukan pupa dan imago pada isolat HaNPV JTM-95b dan SlNPV JTM-97c sebesar 0% karena kematian pada stadium larva sebesar 100% sehingga tidak terdapat pupa dan imago yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa isolat SlNPV JTM-97c sama dengan isolat HaNPV JTM-95b yang merupakan isolat virulen, selain mampu mempersingkat waktu berhenti makan (Tabel 1) dan menyebabkan kematian tercepat pada larva H. armigera dibandingkan dengan isolat SlNPV yang lainnya (Tabel 2), isolat SlNPV JTM-97c juga mampu menekan pembentukan pupa dan imago H. armigera sebesar 100%. Isolat SlNPV NTB 03b mampu menekan pembentukan pupa dan imago sebesar 15%, sedangkan isolat SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kaltim 05h, Kalsel 05d tidak mampu menekan pembentukan pupa dan imago H. armigera.
Arifin, M. 2011. Bioinsektisida NPV untuk Pengendalian Hama Tanaman Pangan, Tanaman Industri, dan Sayuran. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor. Bedjo; M. Arifin; M. Rahayu dan Sumartini. 1999. Pemanfaatan Nuclear Polyhedrosis Virus, Bacillus thuringiensis dan Metarhizium anisopliae sebagai Biopestisida untuk Pengendalian Hama Kedelai. Laporan Hasil Penelitian The Participatory Development of Agricultural Technology Project (PAATP). Balitkabi. Malang.
KESIMPULAN
Bedjo. 2005. Pemanfaatan Biopestisida SlNPV dan HaNPV untuk Pengendalian Spodoptera litura dan Helicoverpa armigera Pada Tanaman Kedelai. Jurnal Suara Perlindungan Tanaman, Vol. 1., No. 3.
Dari beberapa isolat yang diuji, isolat yang berasal dari Jawa Timur (JTM-97c) termasuk isolat yang sangat virulen sama dengan isolat HaNPV JTM-95b terhadap H. armigera, isolat SlNPV NTB 03b termasuk isolat hipovirulen terhadap H. armigera, sedangkan isolat SlNPV Sumsel 03t, Lpng 03a, Kalsel 05d, dan Kaltim 05h termasuk isolat yang tidak virulen terhadap H. armigera.
Bedjo. 2008. Potensi Berbagai Isolat Spodoptera litura Nucelar Polyhedrosis Virus (SlNPV) Asal Jawa Timur untuk Pengendalian Spodoptera litura F. Pada Tanaman Kedelai. Tesis Program Studi Ilmu Tanaman Kekhususan Perlindungan Tanaman. Universitas Brawijaya Malang. 103 Hal. (Tidak dipublikasikan).
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. 1988. Pengaruh Konsentrasi dan Volume Nuclear Polyhedrosis Virus terhadap Kematian Ulat Grayak Kedelai (Spodoptera litura F). Penelitian Pertanian 8(1): 12-14.
Bedjo. 2011. Keefektifan Beberapa Isolat SlNPV untuk Pengendalian Hama Daun dan Penggerek Polong pada Tanaman Kedelai. Prosiding Seminar
67
Putri et al., Virulensi Beberapa Isolat Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus…
Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi). Malang.
Glicyne max L. [Skripsi]. Malang, Fakultas Pertanian.Universitas Brawijaya. (Tidak dipublikasikan).
Hadi, S. M.; S. Rasminah, dan A. Afandhi. 2010. Virulensi Beberapa Isolat Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) Asal Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur terhadap Mortalitas Larva Spodoptera litura Fabricus (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Kedelai
Indrayani, I. G. A. A.; T. Hadiastono, dan G. Mudjiono. 2003. Dosis Sublethal SlNPV dan Pengaruhnya terhadap Transmisi Vertikal pada Larva Spodoptera litura F. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 9 (2): 55-62
68