Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENGEMBANGAN ASESMEN FORMATIF PADA MATERI INDRA PENGLIHATAN DAN ALAT OPTIK The Development Of Formative Assessment On The Material Of The Senses Of Vision And Optical Devices Marsandi1), Sentot Kusairi2), dan Hadi Suwono3) Pendidikan Dasar IPA, Fakultas MIPA, Pascasarjana Universitas Negeri Malang,
[email protected] 2) Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, Pascasarjana Universitas Negeri Malang,
[email protected] 3) Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Pascasarjana Universitas Negeri Malang,
[email protected] Jl. Surabaya No. 6 Malang
1)
Abstrak Asesmen formatif berfungsi untuk mendeteksi kelemahan belajar dan menentukan feedback yang tepat sehingga siswa dapat belajar lebih baik. Kurang maksimalnya asesmen formatif salah satunya disebabkan kurangnya sistem yang mudah digunakan dan mampu memberikan feedbacksecara langsung. Hal tersebut dapat diatasi salah satunya dengan pengembangan aplikasi asesmen formatif berbantuan perangkat mobile. Penelitian ini merupakan bagian dalam penelitian & pengembangan. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan butir soal asesmen formatif yang layak digunakan dalam aplikasi asesmen formatif berbantuan perangkat mobile. Metode penelitian & pengembangan meliputi lima tahap yaitu studi literatur, penyusunan spesifikasi tes, penyusunan distraktor, penulisan butir soal pilihan ganda, dan uji coba soal yang telah disusun. Data dalam penelitian & pengembangan ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari pengolahan data hasil uji coba soal di SMPN 1 Srengat Kabupaten Blitar. Data kualitatif diperoleh dari komentar validator dalam telaah butir soal. Hasil penelitian dan pengembangan adalah empat paket tes asesmen formatif pada Materi Indra Penglihatan dan Alat Optik yang seluruh distraktornya dikembangkan dari siswa. Empat paket tes tersebut layak dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Hasil tersebut didukung dengan uji coba soal lebih luas secara kuantitatif pada keempat paket tes. Daya beda soal diterima (D > 0,3), indeks kesukaran sedang hingga sulit (0,3 ≤ P ≤ 1) dengan proporsi diterima, distraktor dipilih lebih dari 5% peserta tes, dan reliabilitasinstrumen minimal tinggi (r11 > 0,6). Berdasarkan hal tersebut seluruh paket soal layak digunakan dalam aplikasi asesmen formatif berbantuan perangkat mobile yang peneliti kembangkan. Kata Kunci: asesmen formatif, indra penglihatan, alat optik Abstract Formative assessment is used to detect weaknesses study and determine the appropriate feedback so that the students can have a better learning.One of the reason why the formatif assessment is less maximum in result is due to the lack of a system that is easy to use and able to give direct feedback.This can be overcome either by the development of an formative assessment application assisted by mobile services.This study is part of research and development. The purpose of this study is to develop formative assessment test items are eligible for use in formative assessment application assisted mobile devices. Methods of research and development includes five stages, namely the study of literature, preparing test specifications, preparation of distractors, writing multiple-choice 410
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
items, and test questions that have been prepared. Data in research & development are form of quantitative and qualitative data. The quantitative data obtained from the data processing in the test results in SMPN 1 Srengat Blitar, while the qualitative data obtained from the study validator comment items. Results of research and development are four packages of formative assessment tests on the material senses of vision and optical devices that the entire distractor developed from the students.Four test package is feasible in terms of material, construction, and language. These results are supported by a broader test quantitatively about the fourth test package. Received about the different power (D> 0.3), moderate to tough difficulty index (0.3 ≤ P ≤ 1) with acceptable proportions, distractor been more than 5% of test participants, and high reliability minimal instruments (r11> 0.6 ). Based on this entire matter worthy package used in formative assessment application assisted the researchers developed a mobile device. Key words: formative assessment, the sense of vision, the optical devices PENDAHULUAN Asesmen formatif merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan pembelajaran. Asesmen ini melekat pada pembelajaran, sebagai siklus pemantauan, mendiagnosis unsur yang hilang, memberikan feedback, untuk proses korektif dalam memperbaiki pembelajaran dan menjadikan siswa lebih baik dalam pembelajaranya (Lester, 2007:1091; OECD, 2015:125). Asesmen formatif mendiagnosis unsur yang masih kurang dalam setiap pembelajaran, dilanjutkan dengan feedback dan proses reflektif maupun korektif untuk memberikan arah agar terwujud ketuntasan belajar. Proses pada asesmen formatif menemukan kelemahan diikuti feedback berisi arah tindak lanjut yang jelas menjadikan asesmen formatif sebagai salah satu cara mewujudkan ketuntasan dan mengurangi waktu dalam belajar di sekolah (Mitee & Obaitan, 2015: 35; Amiruddin & Zainudin, 2015: 25). Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan beberapa permasalahan terkait implementasi konsep asesmen formatif dalam pembelajaran diantaranya: (1) guru merasa berat melaksanakan asesmen formatif pada setiap pembelajaran karena beban kerja guru cukup tinggi (rata-rata minimal 24 jam tatap muka setiap minggu) dan jumlah siswa setiap kelas cukupbesar (Kusairi, 2012:71). (2) asesmen formatif yang dilakukan sebagian besar tidak memberikan feedback positif secara spesifik kepada siswa, feedback diberikan hanya secara umum tanpa arah tidak lanjut yang spesifik (Voerman, dkk, 2012: 1112). (3) feedback pada asesmen formatif sering terlambat karena jumlah siswa cukup banyak, padahal feedback langsung/cepat disampaikan pada saat pembelajaran lebih baik dari pada feedback yang ditunda pada pertemuan selanjutnya (Kulik & Kulik, 1988: 79; Adams & Porter, 2014: 8). (4) minimnya instrumen asesmen formatif yang teruji kelayakannya, sehingga sebagian besar guru masih menggunakan tes buatan sendiri yang belum teruji. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, kesenjangan antara teori asesmen formatif dan implementasinya dapat semakin dikurangi dengan pengembangan aplikasi asesmen berbantuan perangkat mobile. Tahap awal dalam pengembangan aplikasi asesmen berbantuan perangkat mobile yang dilakukan adalah studi pendahuluan yang diikuti dengan pengembangan instrumen soal asesmen yang digunakan dalam aplikasi. Penelitian & pengembangan awal ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen soal asesmen formatif yang layak digunakan dalam aplikasi asesmen formatif berbantuan 411
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
perangkat mobile. Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti, guru maupun peneliti lain dalam menysun soal yang tepat untuk asesmen formatif terkait materi Indra Penglihatan dan Alat Optik. METODE PENELITIAN Penelitian & pengembangan ini meliputi lima tahap pengembangan yaitu studi literatur, penyusunan spesifikasi tes, penyusunan distraktor item butir tes, penulisan butir soal pilihan ganda, dan uji coba soal yang telah disusun.Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan 2 instrumen yaitu 1) instrumen non tes berupa daftar cek untuk penelaahan butir soal yang berisi pernyataan mengenai ranah materi, konstruksi, dan bahasa dari butir soal. 2) instrumen tes berupa soal tes asesmen formatif berbentuk uraian yang dikembangkan menjadi soal bentuk pilihan ganda.Instrumen tersebut terdiri dari 4 paket tes. Paket 1 merupakan tes dengan sub materi sifat-sifat cahaya yang terdiri dari 12 soal, paket 2 merupakan tes dengan sub materi pembentukan bayangan pada cermin yang terdiri dari 12 soal, paket 3 merupakan tes dengan sub materi pembentukan bayangan pada lensa yang terdiri 9 soal, dan paket 4 merupakan tes dengan sub materi proses melihat dan bagaian-bagian bolamata yang terdiri dari 6 soal. Uji coba soaldilakukan dua tahap yaitu uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Uji coba secara terbatas dilakukan pada dua orang ahli yaitu dosen Universitas Negeri Malang, yang menelaahbutir soal dari tiga aspek, yaitu aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam penelaahan butir soal digunakan lembar penelaahan berupa daftar cek, soal kemudian dilakuakn perbaikan hingga dinyatakan layak. Uji coba lebih luas dilakukan secara kuantitatif untuk mendapatkan data empiris kualitas soal. Uji coba tes lebih luas dilakukan di kelas IX SMPN 1 Srengat Kabupaten Blitar dengan subjek uji coba sebanyak 30 siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan program analisis butir soal untuk mengetahui kualitas soal meliputi reliabilitas, taraf kesukaran, daya beda, dan penyebaran jawaban (keberfungsian distraktor) HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah pengembangan dalam penelitian ini meliputi 5 tahap. Hasil dan pembahasan setiap tahapyang dilakukan sebagai berikut: A. Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk kajian literatur terkait produk instrumen tes yang akan dikembangkan.Kajian literatur dilakukan terkait konsep-konsep yang dianggap sulit dan potensial dipahami secara tidak tepat oleh siswa pada materi Indra Penglihatan dan Alat Optik. Hasil kajian literatur mendapatkan konsep-konsep terkait materi yang dipahami tidak tepat oleh siswa antaralain: (1) konsep pemantulan hanya terjadi pada cermin datar, (2) proses melihat terjadi ketika cahaya mengenai objek dan tanpa menyadari obyek memantulkan cahaya ke mata, (3) sebuah objek "terlihat" karena terdapat cahaya yang bersinar di atasnya, (4) bayangan objek pada cermin akan berubah kedudukannya apabila dilihat dari posisi pengamat yang berbeda (Sahin, dkk, 2008: 17; Pompea, dkk, 2007: 4).Hasil studi literatur tersebut digunakan dalam menyusun spesifikasi tes.
412
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
B. Penyusunan spesifikasi Tes Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut: 1) Menentukan tujuan tes Tes yang dikembangkan pada penelitian ini adalah tes formatif. Tes formatif pada umumnya dilakukan pada akhir setiap pertemuan dan terutama diarahkan pada ranah kognitif siswa. Tujuan penggunaan tes formatif tentunya untuk melihat sejauh mana siswa telah memahami suatu materi pelajaran yang diajarkan.Penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk menyusun instrumen tes formatif formal IPA dengan spesifikasi materiIndera Penglihatan dan Alat Optik. 2) Penulisan kisi-kisi soal Kisi-kisi soal berupa tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi tersebut merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal dengan isi dan tingkat kesulitan relatif sama. Penysusnan kisi-kisi dimulai dengan menentukanindikator kompetensi dasar materi yang akan diuji, dan menentukan jumlah soal pada masing-masing indikator. Dalam pembuatan kisi-kisi dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan guru-guruIPA kelas VIII di sekolah tempat dilakukannya penelitian. Peneliti sekaligus pengembang menetapakan 13 indikator pencapain kompetensi yang digunakan dalam penyusunan instrumen tes. Masing-masing indikator pencapaian kompetensi di buat tiga soal. Indikator pencapaian kompetensi tersebut terbagi dalam 4 paket instrumen tes. 3) Menentukan bentuk tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan sesuai tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Peneliti menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda karena jumlah peserta tes banyak, sehingga lebih mudah untuk dikembangkan dalam aplikasi asesmen formatif berbantuan perangkat mobile yang peneliti sekaligus pengembang lakukan. 4) Menentukan panjang tes Penentuan panjang tes bedasarkan pada cakupan materi uji dan kondisi peserta tes. Pada umumnya tes formatif formal dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan dengan waktu 5– 20 menit, sehingga pada penelitian ini dibuat tes sebanyak 6 sampai 12 butir soalpada setiap paket. C. Penyusunan distraktor Tahap ini dimulai dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Soal yang disusun pada awalnya berbentuk soal uraian, dengan jumlah soal sebanyak 39butir soal. Seluruh soal tersebut telah di telaah oleh seorang ahli yaitu dosen Universitas Negeri Malang. Soal digunakan untuk mendapatkan opsi distraktor dari siswa. Soal diberikan pada 30 siswa kelas IX SMPN 1 Srengat Kabupaten Blitar.Jawaban siswa dijadikan opsi distraktor jika minimal terdapat pola serupa sebanyak 5 % dari subjek uji. Salah satu contoh soal dalam penggalian opsi distraktor pada paket soal 2 sebagai berikut. 413
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Soal: Jelaskan posisi bayangan benda di cermin jika dilihat dari A, B dan C, sertakan gambar jalannya sinar untuk mendukung penjelasanmu!. Cermin datar Benda x
Mata pengamat
Hasil analisis jawaban siswa didapat 3 pola distraktor yang memiliki persentase pola diatas 5% yaitu
Pada pola jawaban di atas siswa mengaggap bahwa kedudukan bayangan benda pada cermin bergantung pada posisi pengamat. Opsi-opsi ini diangkat sebagai distraktor dengan harapan distraktor yang dikembangkan berfungsi dengan baik mampu mengecoh peserta tes yang memang tidak memahami konsep yang diujikan. Hasil analisis soal penjaringan opsi distraktor selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pola opsi jawaban siswa yang digunakan sebagai distraktor Paket 1
Indikator pencapaian kompetensi Menggunakan sifat-sifat cahaya untuk menjelaskan suatu peristiwa
Menggunakan hukum pemantulan secara tepat
Menggunakan hukum pembiasan cahaya untuk memprediksi jalannya cahaya
Pola opsi distraktor Siswa tidak menyadari kedudukan lubang pada objek segaris ketika cahaya mampu melewati tiga lubang,pada saat diletakkan sumber cahaya di lubang pertama Siswa tidak menyadari cahaya dibelokkan ketika melewati dua medium yang berbeda kerapatan Siswa tidak menyadari cahaya dipantulkan ketika mengenai objek Kesalahan dalam penentuan garis normal bidang Kesalahan dalam menentukan besar sudut datang dan sudut pantul Kesalahan dalam menentukan sinar pantul jika sinar di arahkan tegak lurus bidang Kesalahan dalam penentuan garis normal Kesalahan menentukan arah sinar bias
414
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
2
Mengaitkan suatu fenomena dengan pemantulan dan hukum pembiasan cahaya Memprediksi kedudukan bayangan yang terbentuk pada cermin datar
Menggunakan persamaan cermin untuk menjelaskan bayangan yang terbentuk
3
4
Mengecek pelukisan bayangan pada cermin untuk menentukan lukisan yang paling tepat Menentukan sifat bayangan yang terbentuk pada cermin berdasarkan gambar posisi benda terhadap cermin Menggunakan persamaan lensa untuk menjelaskan bayangan benda yang terbentuk
Mengecek pelukisan bayangan pada lensa cembung untuk menentukan lukisan pembentukan bayangan yang paling tepat Mengecek pelukisan bayangan pada lensa cekung untuk menentukan lukisan pembentukan bayangan yang paling tepat Menjelaskan jalannya cahaya ketika melihat suatu objek Menjelaskan fungsi bagian-bagian bola mata
Kesalahan dalam menentukan arah sinar bias Siswa tidak menyadari bahwa dalam melihat objek, objek memantulkan cahaya ke mata sehingga objek terlihat Siswa menganggap posisi bayangan objek pada cermin datar tergantung posisi pengamat Siswa menganggap bayangan pada cermin hanya dapat dilihat sejajar di depan cermin Siswa menganggap posisi bayangan objek pada cermin datar selalu mengikuti posisi cermin ketika digeser Siswa menganggap posisi bayangan objek pada cermin datar selalu mengikuti posisi sumber cahaya Kesalahan operasi hitung Kesalahan pemberian tanda positif (+) atau negatif (-) terkait fokus cermin sehingga memberikan kesalahan hasil Kesalahan menafsirkan sifat bayangan berdasarkan data yang diperoleh Kesalahan pelukisan sinar/tidak sesuai hukum pemantulan Kesalahan penggunaan sinar istimewa cermin lengkung Kesalahan menempatkan sinar dari objek Kesalahan memahami ruang bayangan Kesalahan memahami ruang benda Kesalahan operasi hitung Kesalahan pemberian tanda positif (+) atau negatif (-) terkait fokus lensa sehingga memberikan kesalahan hasil Kesalahan menafsirkan sifat bayangan berdasarkan data yang diperoleh Kesalahan penggunaan sinar istimewa lensa cembung Kesalahan meletakkan titik fokus aktif Kesalahan menempatkan sinar dari objek Kesalahan penggunaan sinar istimewa lensa cekung Kesalahan meletakkan titik fokus aktif Kesalahan menempatkan sinar dari objek Siswa tidak menyadari cahaya dari objek ke mata yang membuat objek terlihat Kesalahan memahami fungsi retina Kesalahan memahami fungsi kornea mata Kesalahan memahami fungsi lensa mata
D. Penulisan butir soal pilihan ganda Dari hasil analisis soal uraian yang telah dibuat peneliti menyusun 39 soal pilihan ganda yang terbagi dalam 4 paket soal asesmen formatif. Seluruh opsi distraktor soal dikembangkan berdasarkan pola opsi kesalahan yang ditemukan pada penjaringan opsi distraktor (Tabel 1). Distraktor disusun berdasarkan opsi jawaban siswa dengan harapan opsi tersebut dipilih sekurang-kurangnya 5% dari responden.Sebagai contoh opsi distraktor soal pada paket 2 yang telah dibahas di atas, ddapat isusun menjadi soal pilihan ganda sebagai berikut:
415
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Soal: Berikut merupakan gambar benda x di depan sebuah cermin datar. K
M
L
Cermin datar Benda x
Apabila bayangan benda x diamati dari posisi B bayangan ada di titik L. Posisi bayangan benda x jika diamati dari titik A atau B adalah .... a. tetap pada posisi semula yaitu di titik L b. berubah posisi, jika diamati dari titik A maka bayangan di titik M dan jika diamati dari titik C bayangan di titik K c. tidak akan ada bayangan yang terlihat d. berubah posisi, jika diamati dari titik A maka bayangan di titik K dan jika diamati dari titik C bayangan di titik M
Mata pengamat
E. Uji coba soal a. Uji terbatas dan revisi butir soal Uji terbatas dilakukan pada dua orang dosen ahli di Universitas Negeri Malang. Uji awal dilakukan dengan menganalisis secara kualitatif instrumen tes yang dibuat. Analisis dilakukan untuk memperbaiki soal tes yang telah disusun sehingga soal tes memiliki kualitas yang baik dilihat dari materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaahan butir soal dilakukan menggunakan lembar penelaahan berupa daftar cek. Contoh soal yang dinilai perlu direvisi karena tidak layak dari segi materi dan konstruksi adalah soal paket 2 pada indikator mengecek pelukisan bayangan pada cermin untuk menentukan lukisan yang paling tepat. Soal: Sebuah benda berada di depan cermin datar seperti pada gambar
Lukisan bayangan benda tersebut yang tepat adalah .... a. c.
b.
d.
416
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Soal di atas masih belum layak dari segi konstruksi karena soal memiliki pilihan jawaban dengan gambar sinar-sinar yang tidak jelas, sinar-sinar yang digambarkan pada opsi pilihan menumpuk sehingga dapat menimbulkan kesalahan persepsi. Hasil masukan dari validator ditindaklanjuti merevisi pilihan opsi jawaban dengan membuat sinar-sinar yang terpisah, sehingga soal dinyatakan layak. Contoh soal lain yang dinilai perlu direvisi karena tidak layak dari segi konstruksi dan bahasa adalah soal paket 4pada indikator Menjelaskan fungsi bagian-bagian bola mata. Soal: Gambar berikut merupakan gambar bagian-bagian bola mata.
C
Nama dan fungsi gambar bagian C adalah .... a. bagian C merupakan kornea mata yang hanya berfungsi menerima, meneruskan cahaya ke lensa mata melalui pupil b. bagian C merupakan lensa mata yang berfungsi menerima, meneruskan cahaya dan membantu membiaskan cahaya tersebut agar lebih fokus di retina mata c. bagian C merupakan kornea mata yang berfungsi menerima, meneruskan cahaya dan membantu membiaskan cahaya tersebut agar lebih fokus diterima oleh lensa mata melalui pupil d. bagian C merupakan lensa mata yang hanya berfungsi menerima dan meneruskan cahaya ke retina mata
Soal mengenai bagian bola mata di atas tidak layak dari segi konstruksi dan bahasa. Secara konstruksi soal tersebut apabila dicermati pokok soal dan jawabannya tidak tersusun dengan baik. Opsi jawaban tidak disusun dengan urutan kronologis yang baik. Opsi pilihan b membicarakan lensa mata, opsi c membicarakan kornea mata, sementara di opsi d kembali membicarakan lensa mata.Berdasarkan telaah tersebut disarankan disusun opsi a dan b membicarakan lensa mata dan opsi c dan d membicarakan kornea mata. Selain hal tersebut secara konstruksi panjang jawaban kunci yaitu opsi c lebih panjang dibanding yang lain, sehingga perlu diperbaiki agar mendekati keseragaman panjang opsi jawaban. Soal tidak layak dari segi bahasa karena pokok soal apabila dirangkai dengan kunci jawaban (opsi c) akan menjadi: Nama dan fungsi gambar bagian C adalah bagian C merupakan kornea mata yang berfungsi menerima, meneruskan cahaya dan membantu membiaskan cahaya tersebut agar lebih fokus diterima oleh lensa mata melalui pupil. Pokok soal dan jawaban tersebut menggulang kelompok kata yang sama dan tidak satu kesatuan, sehingga soal menjadi tidak layak dari segi bahasa. Berdasarkan dari saran dan komentar validator soal direvisi menjadi: 417
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Soal: Gambar berikut merupakan gambar bagian-bagian bola mata.
C
Gambar bagian C adalah .... a. lensa mata yang berfungsi menerima cahaya yang masuk dan membiaskan cahaya ke retina mata b. lensa mata yang hanya berfungsi menerima dan meneruskan cahaya sehingga dapat jatuh tepat di retina mata c. kornea mata yang berfungsi menerima, dan membantu membiaskan cahaya agar lebih fokus di lensa mata d. kornea mata yang berfungsi menerima dan meneruskan cahaya melalui lensa mata ke bagian retina mata
Hasil penelaahan ahli secara ringkas disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2. Hasil telaah ahli terhadap butir soal No
Instrumen tes
Aspek
1
Paket 1
2
Paket 2
3
Paket 3
4
Paket 4
Materi Konstruksi Bahasa Materi Konstruksi Bahasa Materi Konstruksi Bahasa Materi Konstruksi Bahasa
Nomor soal yang direvisi 12 2, 10,12 10,11,12 2,4,7,8,9,10,11,12 1 1,4,5,6,7,8,9 1,2,4 4
Hasil telaah ahli sebagian besar asepek yang direvisi menyangkut konstruksi jawaban soal terkait gambar dan jawaban yang memberi makna ganda. Saran dan komentar tersebut ditindaklanjuti dengan merevisi soal instrumen tes sampai dinyatakan layak untuk diujicobakan. b. Uji coba lebih luas Uji coba lebih luas dilakukan di kelas IX SMPN 1 Srengat Kabupaten Blitar dengan subjek uji coba sebanyak 30 siswa. Uji coba lebih luas hanya dilakukan di SMPN 1 Srengat Kabupaten Blitar, karena soal didesain berdasarkan kurikulum 2013 dan SMPN 1 Sregat adalah salah satu sekolah dengan kelas IX sudah menempuh materi Indra Penglihatan dan Alat Optik pada waktu kelas VIII sesuai kurikulum 2013. Uji coba lebih 418
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
luas dilakukan untuk mendapatkan data empiris tentang kualitas soal, setelah melalui beberapa tahap. Berikut adalah hasil analisis uji coba lebih luas secara kuantitatif: 1) Tingkat Kesukaran Hasil analisis kuantitatif tingkat kesukaran instrumen tes berdasarkan hasil uji coba lebih luas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal No 1
Instrumen Tes Paket 1
2
Paket 2
3
Paket 3
4
Paket 4
Kriteria Tingkat kesukaran Sukar (0,00 ≤ P < 0,30 ) Sedang (0,30 ≤ P < 0,70) Mudah (0,70 ≤ P < 1,00) Sukar (0,00 ≤ P < 0,30 ) Sedang (0,30 ≤ P < 0,70) Mudah (0,70 ≤ P < 1,00) Sukar (0,00 ≤ P < 0,30 ) Sedang (0,30 ≤ P < 0,70) Mudah (0,70 ≤ P < 1,00) Sukar (0,00 ≤ P < 0,30 ) Sedang (0,30 ≤ P < 0,70) Mudah (0,70 ≤ P < 1,00)
Nomor Soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 1,2 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 2 1,3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6 -
Jumlah 12 2 10 1 8 6 -
Dari hasil analisis instrumen tes secara kuantitatif didapatkan hasil hampir seluruh soal pada seluruh paket soal memiliki tingkat kesukaran sedang, hanya terdapat tiga soal yang tergolong sukar. Salah satu soal yang termasuk sukar adalah soal nomor 2 pada paket 3 sebagai berikut. Soal: Sebuah benda yang tingginya 10 cm diletakkan 30 cm di depan lensa cekung dengan jarak fokus lensa 20 cm. Bayangan yang terbentuk adalah .... a. nyata, terbalik, diperbesar 2 kali dan berada 60 cm di belakang lensa b. maya, tegak, diperbesar 2 kali dan berada 60 cm di depan lensa c. nyata, terbalik, diperkecil 0,4 kali dan berada 12 cm dibelakang lensa d. maya, tegak, diperkecil 0,4 kali dan berada 12 cm di depan lensa Soal di atas sulit karena selain menuntut penguasaan terhadap persamaan-persamaan lensa, juga membutuhkan ketelitian, sehingga distraktor yang ditempatkan juga terkait ketelitian pengunaan persamaan-persamaan pada lensa, distraktor tersebut diperoleh dari perhitungan siswa sendiri dalam tahap penentuan distraktor. Jumlah soal yang berpredikat sulit hanya tiga soal, sehingga soal-soal tersebut masih dapat digunakan sebagai instrumen tes karena persentasenya tidak begitu besar (tidak lebih dari 30%). 2) Daya Beda Penentuan daya beda instrumen tes ini dilakukan dengan rumus indeks diskriminasi yaitu dengan menghitung perbedaan proporsi kelas atas yang menjawab benar dengan proporsi kelas bawah yang menjawab benar. Hasil analisis daya beda instrumen tes selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
419
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tabel 4. Hasil analisis daya beda butir soal No 1
Instrumen Tes Paket 1
2
Paket 2
3
Paket 3
4
Paket 4
Kriteria daya beda Diterima (D>0,3) Direvisi (0,1 < D < 0,3) Ditolak (D < 0,1) Diterima (D > 0,3) Direvisi (0,1 < D < 0,3) Ditolak (D < 0,1) Diterima (D > 0,3) Direvisi (0,1 < D < 0,3) Ditolak (D < 0,1) Diterima (D > 0,3) Direvisi (0,1 < D < 0,3) Ditolak (D < 0,1) Diterima (D > 0,3)
Nomor Soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6 -
Jumlah 12 12 9 6 -
Hasil analisis daya beda instrumen tes diperoleh seluruh butir soal diterima dilihat dari indeks daya beda (seluruh soal memiliki indeks daya beda di atas 0,3), hasil ini menunjukkan bahwa butir soal secara baik mampu membedakan kemampuan siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. 3) Efektifitas Distraktor Efektifitas distraktor merupakan kriteria seberapa baik pilihan jawaban salah yang tersedia dapat mengecoh peserta tes yang tidak mengetahui kunci jawaban. Semakin banyak suatu jawaban salah dipillih maka semakin baik pula pengecoh menjalankan tugasnya. Pada uji kelompok besar ini peserta tes berjumlah 30 orang siswa, jadi 5 % dari 30 siswa adalah 1,5, berarti dalam tes ini suatu distraktor dapat dikatakan efektif apabila dipilih minimal 2 orang, terutama dari kelompok bawah, akan tetapi distraktor kurang maksimal jika hanya dipilih oleh kelompok bawah saja, sebaiknya dipilih pula oleh kelompok atas. Hasil analisis seluruh opsi pilihan pada masing-masing soal telah dipilih lebih dari 2 orang siswa (> 5%) pada setiap opsi pilihan yang disediakan,sehingga dapat dikatakan seluruh distraktor pada seluruh paket soal berfungsi dengan baik. Seluruh distraktor dapat berfungsi dengan baik tidak terlepas dari tahap pengembangan yang menggali opsi distraktor melalui soal uraian yang diberikan pada siswa. 4) Reliabilitas Instrumen Tes Reliabilitas dihitung dengan rumus Kuder Richardson 20 atau KR-20. Hasil analisis reliabilitas uji coba lebih luas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil analisis reliabilitas instrumen tes Instrumen tes
Reliabilitas
Kriteria reliabilitas
Paket 1
0,77
Reliabilitas tinggi
Paket 2
0,85
Reliabilitas sangat tinggi
Paket 3
0,70
Reliabilitas tinggi
Paket 4
0,61
Reliabilitas tinggi
420
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Hasil analisis reliabilitas pada tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh tes yang telah dibuat memiliki konsistensi yang tinggi dalam mengukur kemampuan siswa yang sama, meskipun diujikan dalam waktu yang berbeda. Hasil uji coba lebih luas secara keseluruhan memberikan hasil yang positif tingkat kesukaran sedangan dan sulit dengan proporsi wajar (soal sulit < 30%), daya beda diterima (D > 0,3), distraktor berfungsi dengan baik (pemilih > 5%), reliabilitas paket soal sebagai instrumen tes minimal tinggi (r11> 0,6). Hasil ini menunjukkan seluruh paket soal layak untuk digunakan. PENUTUP Kesimpulan Analisis data hasil penelitian & pengembangan empat paket soal asesmen formatif pada Materi Indra Penglihatan dan Alat Optik yang seluruh opsi distraktornya digali dari siswa memberikan kesimpulan instrumen layak digunakan karena: 1. Empat paket instrumen tes formatif pada Materi Indra Penglihatan dan Alat Optik telah memenuhi kriteria kualitatif suatu instrumen yang baku melalui telah oleh ahli dari segi materi, konstruksi dan bahasa sehingga dinyatakan layak digunakan. 2. Empat paket instrumen tes formatif pada Materi Indra Penglihatan dan Alat Optik telah memenuhi kriteria suatu instrumen baku secara kuantitatif dengan reliabilitas setiap paket soal yang tergolong tinggi, daya beda soal diterima ( D > 0,3), distraktor berfungsi dengan baik (pemilih >5%) dan taraf kesukaran sulit hingga sedang (0,3 ≤ P ≤ 1) dengan poporsi diterima. Saran Penelitian & pengembangan ini hanya terbatas pada satu materi kelas VIII SMP. Penelitian lebih lanjut dapat dikembangkan untuk materi-materi lain, sehingga guru dapat memiliki tes terstandar yang layak digunakan pada setiap pembelajaran. Selain hal tersebut instrumen tes yang dikembangkan hanya jenis paper and pencil tes, sehingga perlu penelitian & pengembangan bentuk tes lain dalam mendukung autentik asesmen. DAFTAR PUSTAKA Adams, N. & Porter, A. 2014. Evolving Formative Assessment for and with Ubiquitous Technologies. Makalah disajikan pada International Conference: The Future of Mathematics Education in a Connected World XII, Poland, (online), (http://ro.uow.edu.au/eispapers/3483, diakses 1 Mei 2015). Amiruddin, M. H. & Zainudin, F. L. 2015. The Effects of a Mastery Learning Strategy on Knowledge Acquisition Among Aboriginal Students: An Experimental Approach. International Journal of Vocational Education and Training Research, 1(2): 22-26. Kulik, J. A. & Kulik, C. L. C. 1988. Timing of Feedback and Verbal Learning. Review of Educational Research Springer, 58 (1): 79-97. Kusairi, S. 2012. Analisis Asesmen Formatif Fisika SMA Berbantuan Komputer. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 16: 68-87. Lester, F. K. 2007. Second Handbook ofResearch on Mathematics Teaching and Learning: a project of the national council of teachers of matematics. USA: NCTM. 421
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Mitee, T. L. & Obaitan, G. N. 2015. Effect of Mastery Learning on Senior Secondary School Students Cognitive Learning Outcome in Quantitative Chemistry. Journal of Education and Practice,6 (05): 34-38. OECD. 2015. Education Policy Outlook 2015: Making Reform Happen. OECD Publishing, (Online), (http://dx.doi.org/10.1787/9789264225442-en,diakses 1 April 2015). Pompea, S.M, Dokter, E. F., Walker, C. E., & Sparks, R. T. 2007. Using Misconceptions Research in the Design of Optics Instructional Materials and Teacher Professional Development Programs. Education and Training in Optics and Photonics, (Online), (https://spie.org/etop/2007/ etop07methodsII.pdf, diakses 1 April 2015). Sahin, C., Ipek, H. & Ayas, H. 2008. Students understanding of light concepts primary school: A cross-age study. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 9(1): 1-19. Tuttle, H. G. 2013. Formative Assesment Responding To Your Students. New York: Routledge. Voerman, L., Meijer, P.C., Korthagen,F. A.J. &Simons, R. J. 2012. Types and Frequencies of Feedback Interventions in Classroom Interaction in Secondary Education. Jounal Teaching and Teacher Education Elsevier, 28: 1107-1115
422