www.litbang.deptan.go.id
Vol. VII No.8, Agustus 2012
J
AKARTA - Presiden Susilo Bambang Yu d h o y o n o k e t i k a m e m b e r i k a n keterangan pers usai memimpin Rapat Koordinasi Terbatas Bidang Pangan dan Pertanian di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Senin (6/8/2012) menyatakan bahwa hambatan-hambatan yang mengganggu peningkatan ketahanan pangan harus segera ditangani. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap pada tahun 2014 nanti, produksi beras Indonesia dapat mencapai surplus 10 juta ton. Maka dari itu, segala kebijakan, program, anggaran dan implementasinya di lapangan harus segera diarahkan ke situ, sehingga setiap hambatan yang mengganggu peningkatan ketahanan pangan harus dapat diatasi. Ditanya soal kebijakan pangan nasional yang tidak kunjung tuntas, Presiden menjelaskan, “Setiap kebijakan tidak selalu menjamin tidak terjadi fluktuasi harga. Kebijakan pangan Indonesia jelas dilakukan untuk mewujudkan kemandirian pangan.” Presiden juga menyinggung bahwa sektor pertanian mendapat prioritas apalagi konsumsi beras semakin meningkat sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kelas ekonomi masyarakat. Belum lagi bila dikaitkan dengan faktor dunia seperti fluktuasi harga akibat perubahan iklim seperti sekarang ini. Pentingnya kemandirian pangan pun, menurut Presiden, tidak hanya beras, tetapi juga untuk komoditas pangan lainnya seperti jagung, gula daging sapi bahkan kedelai.
“Jadi saya tegaskan bahwa kemandirian pangan itu sangat penting, untuk itu kebijakan pangan Indonesia jelas untuk mewujudkan kemandirian pangan dan setelah di cek memang sampai saat ini ternyata masih ada yang impor tetapi juga ada yang sudah ekspor,” demikian penjelasan Presiden. “Semuanya ini sudah ada road map, timeline ke arah sana, ada yang bisa dicapai dalam waktu pendek, ada pula yang perlu waktu yang lebih lama seperti untuk kedelai dan daging sapi hingga bergeser sampai tahun 2014,” tambahnya. Sumber:Humas-Sekretariat
Kemandirian pangan merupakan sektor yang sangat strategis, sehingga memerlukan kebijakan yang jelas dan terarah. Sesuai arahan Presiden RI dalam Rapat Kabinet Terbatas yang dilaksanakan di Kementerian Pertanian pada Senin (6/8) bahwa hambatan-hambatan yang mengganggu peningkatan ketahanan pangan harus segera ditangani. Sektor pertanian sendiri mendapatkan prioritas dalam upaya menuju kemandirian pangan, mengingat konsumsi terutama beras meningkat sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kelas ekonomi masyarakat. Sementara itu, sebagai upaya meningkatkan semangat anak bangsa dalam persaingan global, ditampilkan berbagai hasil inovasi teknologi dari berbagai bidang yang terangkum dalam Ritech Expo 2012 di Sabuga, Bandung.
Info LITBANG Bulan ini :
B
ANDUNG - Sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) ke 17 tahun 2012, diselenggarakan Pameran Ritech Expo bertempat di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung. Pameran yang diselenggarakan mulai tanggal 8 hingga 11 Agustus 2012 ini dibuka oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Prof. Dr.Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, MS yang menampilkan berbagai hasil inovasi teknologi anak bangsa dalam berbagai bidang, dari pertanian hingga pertahanan dan keamanan. Turut hadir dalam pembukaan, Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono, Kepala LIPI, Rektor ITB dan beberapa pejabat dari Kemenristek dan instansi lain. “Melalui acara ini diharapkan sebagai momen meningkatkan semangat anak bangsa yang sebenarnya mampu bersaing” ungkap Menristek dalam sambutannya. Menristek juga menambahkan bahwa dengan IPTEK dapat memberi nilai tambah, sehingga diharapkan bangsa kita dapat lebih mandiri dan tidak bergantung pada negara luar. “Dengan adanya acara seperti ini, kerjasama antara pemerintah daerah dengan lembaga penelitian dapat meningkat” tambahnya. Usai pembukaan, Menristek beserta rombongan meninjau gelar pameran yang terletak di dalam Gedung Sabuga dan di halaman. Ritech Expo 2012 menyajikan hasil-hasil riset dan inovasi dari berbagai lembaga riset, litbang kementerian, litbang Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), litbang pemerintah daerah, litbang universitas dan industri bidang iptek Indonesia yang menempati 100 stand, indoor dan outdoor. Terdapat pula stand yang berisikan hasil-hasil riset yang didanai Kemristek melalui program Peningkatan Kapasitas Peneliti dan Perekayasa (PKPP), dimana terdapat wakil dari Badan Litbang Pertanian yaitu BB Pascapanen dengan teknologi nano emulsi lemak kakao sebagai selai roti yang kaya antioksidan dan BPTP DI Yogyakarta yang menampilkan teknologi pengemas makanan yang berbahan dasar umbi-umbian lokal. Dalam talkshow di stand tersebut juga dipresentasikan hasil penelitian BPTP Bengkulu yang berjudul “Berbagai Klon Unggul Karet Spesifik untuk Peningkatan Produksi Karet Rakyat di Bengkulu”. Badan Litbang Pertanian juga ikut memeriahkan pameran ini dengan menampilkan berbagai inovasi teknologi pertanian terbaru, seperti KRPL, KATAM, PHSL, beberapa varietas sayuran dan buah, berbagai varietas padi hibrida dan teknologi dibidang peternakan serta bioteknologi. Sumber:Humas- Sekretariat
T
OMOHON – Gelar teknologi dalam mendukung Kawasan Tanaman Hias Krisan Kota Tomohon berlangsung di Kelompok Sahabat Tani, Kelurahan Kakaskasen Dua, Kecamatan Tomohon Utara, kota Tomohon, Rabu (8/8/2012). Kegiatan ini merupakan bagian dari Tomohon International Flower Festival (TIFF).
Gelar teknologi diawali dengan panen krisan, penyerahan inovasi teknologi dan berakhir dengan acara temu wicara dengan kelompok tani. Gelar teknologi ini ditujukan untuk percepatan pengenalan varietas kepada para petani dan masyarakat luas, sehingga varietas hasil pemuliaan para peneliti lebih cepat sampai kepada pengguna. Para peserta yang hadir pada acara Gelar Teknologi mendapat penjelasan lengkap dari peneliti tentang sejarah pemuliaan yang telah menghasilkan banyak varietas krisan dan 21 diantaranya berkembang dan diadopsi petani bunga kota Tomohon. Pengembangan varietas krisan di berbagai daerah didukung oleh UPBS Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) yang mendistribusikan sekitar satu juta benih/tahun. Di rumah plastik milik kelompok tani ditanam 21 varietas unggul krisan yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Kelompok Sahabat Tani merupakan salah satu dari 20 kelompok tani bunga yang ikut serta menyiapkan bunga untuk acara TIFF 2012, dan sehari-hari juga merupakan produsen bunga di kota Tomohon. Acara dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian Dr Rusman Heriawan, dan turut hadir pada acara ini Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kadistan Provinsi Sulawesi Utara yang mewakili Gubernur, Walikota Tomohon, Direktur Jenderal Hortikultura, jajaran Kementerian Pertanian dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Sulawesi Utara, serta dihadiri para kontestan Ratu Bunga 2012 dan Putri Pariwisata 2011. Wamentan saat membuka Gelar Teknologi menyatakan kebahagiaannya berada di tengah aneka warna krisan sebagai hasil ketekunan luar biasa para pemulia Badan Litbang Pertanian. Wamentan memberikan penghargaan atas karya peneliti yang menghasilkan varietas baru yang bisa menggantikan impor benih krisan dari luar negeri dan sekaligus mematahkan anggapan para peneliti luar negeri bahwa krisan hanya bisa berkembang baik di negeri subtropis. Salah satu buktinya ada di kota Tomohon. Wamentan minta agar nanti di lokasi ini ada show room krisan di mana setiap saat ada krisan yang berbunga. Diharapkan Tomohon sebagai kota bunga menguasai dan mengembangkan agribisnis krisan dengan segala pendukungnya seperti perbenihan, budidaya, pengendalian hama dan pascapanen. Sumber : Puslitbanghorti
Kunker Kabadan: Tinjau Langsung untuk Kemajuan Pertanian Aceh-Sumut
A
CEH – Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono mengunjungi Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Samahani, Kecamatan Kutamalaka, Kabupaten Aceh Besar. Kunjungan ini merupakan rangkaian Kunjungan Kerja (Kunker) Kepala Badan Litbang Pertanian ke wilayah Aceh dan Sumatera Utara, 10 – 12 Agustus 2012. BPP Samahani mempunyai 13 tenaga penyuluh dan tujuh tenaga harian lapangan (THL). Fasilitas yang cukup mencolok adalah adanya rumah plastik dengan kondisi yang cukup baik, pertanaman pepaya dan cabai yang cukup terawat. BPP ini menempati lahan seluas sekitar satu ha dengan kondisi dan fasilitas kantor yang cukup baik. Setelah ke BPP Samahani rombongan singgah di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Saree, Aceh Besar. STPP Saree ini menempati lahan seluas 180 ha dengan 60 staf pengajar. Akibat dari aturan baru yang tidak memperbolehkan daerah mengelola Sekolah Tinggi, kemungkinan STPP Saree ini akan berubah statusnya menjadi SMK. Setiap tahun STTP ini meluluskan mahasiswa sekitar 60 orang. Lokasi lain yang dikunjungi adalah Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireun. BP3K Peusangan ini masuk dalam kriteria bagus, terlihat data organisasi, informasi teknologi dan sarana kantor yang cukup baik. Dilakukan dialog dengan para penyuluh dan anggota BP3K yang ada disekitar Peusangan. Masalah status THL dan kelembagaan penyuluh di daerah merupakan pertanyaan yang sering dilontarkan para penyuluh. Pada siang harinya rombongan mengunjungi lokasi laboratorium lapangan kedelai di Kampung Cot Bu Kulah, Desa Baroh Musa, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie Jaya. Lokasi ini merupakan salah satu sentra kedelai di provinsi Aceh. Varietas yang dominan yang ditanam adalah Anjasmoro dan Kipas Merah yang merupakan varietas unggul hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Luas areal kedelai di lokasi tersebut mencapai sekitar 200 ha. Disampaikan Kepala BPTP Aceh bahwa sejak tiga tahun yang lalu pihaknya sudah melakukan pembinaan dan pendampingan teknologi budidaya kedelai serta introduksi varietas unggul baru. Aceh siap mendukung swasembada kedelai 2014. Kepala Badan Litbang Pertanian dan rombongan kemudian mengunjungi Kebun Percobaan (KP) Paya Gajah di daerah Peureulak, Aceh Timur. KP Paya Gajah ini mempunyai luas 140 Ha dengan jumlah karyawan hanya 13 orang. Komoditi utama yang diusahakan adalah tanaman kelapa. Sumber : Sekretariat
A
lih fungsi lahan sawah maupun tegalan menjadi lokasi perumahan maupun kawasan industri banyak terjadi dan sulit dihindari, khususnya di wilayah pulau jawa. Di lain pihak, usaha mencetak lahan sawah irigasi sulit dilakukan karena keterbatasan sumberdaya air, pengadaan sarana prasarana serta memerlukan biaya yang cukup besar. Pada lahan kering perbukitan, keterbatasan sumberdaya air sering menjadi kendala dalam peningkatan produktifitas lahan/usahatani. Di lain pihak, upaya membangun tangkapan air ataupun jaringan irigasi relatif sulit untuk dilakukan. Untuk itu, penerapan teknologi irigasi kapiler dengan menggunakan pipa paralon merupakan salah satu pilihan yang dapat dikembangkan. Meskipun demikian, upaya peningkatan produktifitas lahan perlu terus dilakukan dengan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Pengalaman penerapan teknologi spesifik lokasi telah berhasil dilakukan di Dusun Ngepoh, Desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul melalui kegiatan Prima Tani. Dengan modal yang relatif murah berupa paralon sepanjang 800 m dan semangat gotong royong tinggi mampu merubah lahan kering/tegalan seluas 5 Ha menjadi lahan sawah irigasi. Pipa paralon dijadikan sebagai penyaluran air irigasi yang bersumber dari dam parit di daerah setempat yang mempunyai letak ketinggian lebih tinggi dari areal lahan sasaran. Penyaluran air melalui pipa paralon mengikuti dan mengalir secara grafitasi. Untuk membangun kebersamaan dan keberlanjutan pengelolaan air tersebut telah dibentuk kelompok tani “Tirto Aji” yang beranggota sejumlah 28 orang petani pemakai air. Dampak penerapan teknologi penyaluran air setelah 5 tahun/tahun 2012 para petani pengguna air dapat menanam padi sampai dua kali musim tanam. Sebelumnya lahan tegalan hanya bisa ditanami palawija dengan mengandalkan pengairan dari air hujan. Teknik yang dilakukan dengan cara membuat bak penampung air yang berdekatan sungai, selanjutnya dihubungkan dengan pipa paralon menuju lahan tegalan sepanjang 800 m. Pada awal penerapan teknologi pemanfaatan air di lahan ini kurang lebih 2 Ha yang dapat ditanami padi, sedangkan lahan lainnya hanya dapat ditanami palawija dan sayuran. Namun sampai dengan tahun ke lima jumlah air yang mengalir mampu mengairi lahan seluas 5 Ha untuk usaha pertanian khususnya budidaya padi. Dampak lainnya yaitu dalam bidang kelembagaan ternyata kelompok tani pemakai air yang dibentuk masih berjalan dengan baik. Bahkan permodalan kelompok tani sebelumnya hanya memiliki modal sebesar 450 ribuan yang diperolah dari hasil pengembalian benih dan sampai bulan April 2012 telah berkembang mencapai 5 jutaan. Modal tersebut berasal dari pengembalian benih padi yang diterima para anggota, iuran para anggota kelompok, dan bunga dari simpan pinjam. S u m b e r : B P T P - Yo g y a k a r t a
B
adan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) mengembangkan kompor berbahan bakar biji jarak pagar. Kompor ini telah disosialisasikan di masyarakat di Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tanggapan positif datang dari Ibu-ibu pengguna kompor tersebut karena lebih ekonomis dan akan memanfaatkan tanaman jarak pagarnya sehingga tidak perlu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Sebelumnya, mereka menggunakan LPG dan kayu bakar yang diperoleh di hutan. Beberapa wilayah di Indonesia, terdapat potensi untuk mengatasi masalah energi yaitu dengan memanfaatkan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor. Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn) banyak ditemui dipekarangan dan di lahan pertanian yang saat ini hanya dimanfaatkan sebagai pagar pembatas lahan oleh pemiliknya. Kondisi tanaman tersebut kurang terpelihara dengan baik. Pada saat musim berbuah, buah-buah jarak pagar dibiarkan mengering di pohon, kemudian jatuh di tanah begitu saja. Buah-buah jarak pagar yang telah masak akan berwarna kuning. Di dalam buah tersebut terdapat biji yang mengandung minyak sekitar 40% dan dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor tanpa harus memproses lebih lanjut. Biji jarak pagar diperoleh dengan cara mengeluarkannya dari dalam buah-buah jarak pagar, kemudian dikeringkan selama sekitar tiga hari sampai kadar air sekitar 7%. Di bagian bawah kompor terdapat ruang tempat bahan bakar yang jika diisi 0,5 kg biji jarak pagar dan dinyalakan akan habis selama sekitar satu jam. Untuk kebutuhan memasak kurang dari satu jam, bahan bakar dapat diisi seperlunya, demikian juga jika dibutuhkan lebih dari satu jam, biji dapat ditambahkan selama kompor masih dalam keadaan menyala tanpa harus mematikan kompor. Jika dalam satu tanaman dapat menghasilkan satu kg biji jarak pagar, maka dapat digunakan untuk menyalakan kompor selama dua jam. Jika waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memasak adalah dua jam setiap harinya, maka diperlukan satu tanaman jarak pagar per harinya atau 360 tanaman per tahunnya. Dengan memanfaatkan jarak pagar sebagai pagar pembatas lahan tanpa mengurangi areal untuk komoditi utama hanya diperlukan lahan seluas 0,81 ha. Untuk mencapai produksi satu kg biji jarak pagar per tanaman per tahun tidak terlalu sulit asal tanaman dipelihara sesuai dengan baku teknis. Sumber:Balittas
K
ebutuhan energi berupa bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dan minyak tanah semakin meningkat, sedangkan ketersediaan cadangan sumber BBM dalam negeri sangat terbatas serta penggunaannya berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk itu, sangat diperlukan sumber bahan bakar terbarukan yang praktis penggunaannya, harga relatif murah dan ramah lingkungan. Salah satu sumber energi terbarukan adalah biofuel dari tanaman sagu. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia, dengan luas areal sekitar 1,128 juta ha atau 51,3% dari luas areal sagu dunia. Daerah potensial penghasil sagu di Indonesia meliputi Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua. Sekitar 90% areal sagu di Indonesia terdapat di Papua (Budianto, 2003). Sagu termasuk tanaman potensial penghasil pati untuk bahan baku pembuatan etanol. Pati sagu mengandung kadar amilosa 23-27%, kadar amilopektin 70-80% (Whistler dan BeMiller, 1997). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik proses etanol absolut dari sagu skala kecil – menengah dan teknologi produksi biogas berbasis ampas sagu yang terintegrasi dengan pengolahan etanol dari pati sagu. Hasil yang telah diperoleh pada tahun 2009 antara lain destilator-dehidrator sistem sinambung memiliki kapasitas olah (input) 100 liter dengan menggunakan bahan etanol sagu dengan kadar alkohol 32-52 % dapat menghasilkan etanol dengan kadar 93 %, bahan baku pati sagu tidak berduri memiliki rendemen dan kadar etanol lebih tinggi dibandingkan sagu berduri, destilator-dehidrator sistem sinambung lebih sesuai untuk digunakan oleh kelompok tani dan usaha kecil menengah, serta peralatan biogas dengan kapasitas olah 200 l pada fermentasi 28-35 hari telah menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
B
adan Litbang Pertanian, telah menyiapkan berbagai teknologi untuk mengantisipasi perubahan iklim, termasuk kekeringan. Kekeringan yang terjadi pada fase reproduktif memang akan menurunkan hasil biji kedelai. Pemulia kedelai Badan Litbang Pertanian, telah memperoleh calon varietas kedelai toleran kekeringan pada fase reproduktif, yakni galur harapan DV/2984-330. Galur DV/2984-330 diseleksi dari persilangan varietas Davros dengan aksesi plasma nutfah toleran kekeringan MLG 2984. Sejak awal, populasinya diseleksi secara ketat yakni tanpa diberikan tambahan pengairan setelah tanaman memasuki fase pembungaan. Dengan seleksi ketat tersebut, diperoleh galur DV/2984-330 yang toleran kekeringan selama fase reproduktif, bahkan lebih toleran dibandingkan dengan varietas kedelai Wilis dan Tidar. DV/2984-330 mempunyai rata-rata hasil biji 1,95 t/ha dengan potensi hasil 2,83 t/ha, umur masak 81 hari, dan ukuran biji 10,7 g/100 biji. Dibandingkan dengan varietas Tidar, DV/2984330 rata-rata hasilnya lebih tinggi 14%, warna biji lebih menarik (GH berwarna kuning, Tidar berwarna kuning kehijauan), ukuran biji lebih besar, namun umur masak tiga hari lebih panjang. Dibandingkan dengan varietas Wilis, DV/2984-330 rata-rata hasilnya lebih tinggi 16%, umur masak lebih genjah, dengan warna dan ukuran biji yang hampir sama. Sumber:Balitkabi
mengucapkan
PENANGGUNG JAWAB : Sekretaris Badan REDAKTUR : M. Sabran; Endro Gunawan EDITOR : Hermanto; Iwa Mara T; Ifan Mutaqien; Linda Yunia; Ashari; Ida Noviatri; Widhya Adhy; Sri Wahyuni Adi A. Subaidi; Bambang Ngaji ; Misgiyarta DESAIN LAYOUT : Sanuki P; Gagad R; Irawan R; Yanuar Budi; Gatot Gito SEKRETARIAT : Widi Hastini; Agus Setiadi; Lely Sulistiani; Sri Ratnawati; Teguh Wahyudi; Kristina Nova ALAMAT REDAKSI : Badan Litbang Per
8 -