JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR
ENJOYMENT AKBAR SIREGAR
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN
ENJOYMENT AKBAR SIREGAR. Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Pada kawasan permukiman secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan sempit. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di perkotaan adalah memanfaatkan pekarangan sebagai RTH yang dapat menghadirkan satwa burung. Pekarangan bisa dijadikan sebagai salah satu habitat satwa burung, dengan menjaga keberadaan dan keanekaragaman vegetasi, serta menanam vegetasi yang disukai oleh burung di pekarangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan. Penelitian ini dilakukan di perumahan yang dibangun pada tahun 1960-1980 yang berada di sekitar Sempur Kaler sampai ke Papandayan, tahun 1981-2000 yang berada di perumahanVilla Indah Padjajaran, dan tahun >2000 yang berada di sekitar Indraprasta, kota Bogor dengan asumsi bahwa rumah yang dibangun sebelum tahun 2000 memiliki luasan pekarangan yang lebih besar dibandingkan dengan rumah yang dibangun setelah tahun 2000 dan terdapat jalur hijau jalan di sekitar rumah. Burung memanfaatkan pohon, semak, perdu, dan rumput sebagai tempat makan, bermain, beristirahat, bertengger, dan kawin. Aktivitas yang dilakukan burung di pekarangan pada pagi hari adalah makan dan bermain, pada siang hari burung-burung bertengger dan beristirahat, dan pada sore hari burung-burung makan kembali untuk persediaan ketika istirahat di malam hari. Untuk menghadirkan burung di pekarangan salah satunya dengan cara menanami pekarangan dengan tanaman-tanaman yang disukai burung dan meningkatkan nilai keragaman tanaman di pekarangan dengan cara menambah
jenis dan individu tanaman tersebut. Tanaman yang mampu banyak mengundang burung atau yang disukai burung sebagai tempat makan secara umum merupakan tanaman penghasil buah dan bunga. Pada umumnya tanaman yang banyak mengundang burung adalah tanaman yang menghasilkan makanan untuk burung tersebut, yaitu kersen (Muntingia calabura L) “buah kersen”, jambu air (Eugenia equea) “nektar dari bunga jambu”, bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) “nektar dan serangga yang ada di bunga”, rambutan (Nephelium lappaceum) “ulat pada ranting dan daun”, pinang hutan (Pinanga kuhlii) “buahnya yang berwarna merah”, dan pisang hias (Nephelium lappaceum) “nektar bunga dan bakal bunga”. Sedangkan tanaman lainnya berfungsi sebagai tempat bermain, berteduh, dan bertengger burung. Penentuan strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dilakukan dengan analisis SWOT. Setelah disesuaikan pada matriks IE (Internal – Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal (EFEExternal Factor Evaluation) berada pada kolom V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold dan maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung. Strategi yang dapat dilakukan adalah mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan untuk mengundang burung, penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung, menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang
burung,
menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai border dan habitat satwa burung, menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman.
Kata kunci: keanekaragaman hayati, ruang terbuka hijau, jalur hijau, tepi sungai, satwa liar kota
JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR
ENJOYMENT AKBAR SIREGAR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Jasa Lanskap Pekarangan Bagi Habitat Satwa Burung Di Kota Bogor” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Desember 2012 Enjoyment Akbar Siregar A44080006
© Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Judul : Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor Nama : Enjoyment Akbar Siregar NRP
: A44080006
Dept. : Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 19591106 198501 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal disetujui:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Judul dari penelitian ini adalah Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, 2. Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. selaku dosen pembimbing akademik selama masa perkuliahan di Arsitektur Lanskap IPB, 3. Pemilik rumah yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di pekarangannya, 4. Bapak Fahrul Amama, Bird Life Indonesia yang telah mengajari saya caracara mengamati burung dengan binokuler, 5. Lutfi Silvia Rengganis SD, Lidya, Rida, Ndaru, Amin, Ali, Atik, Andre, Ariel, dan teman-teman ARL 45 lainnya yang belum disebutkan namanya yang telah membantu dan memberi semangat, 6. Drs. Dahman Siregar. dan Nurliana Harahap, S. Pd. selaku orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini. Penulis terbuka dalam menerima masukan, kritik dan saran demi peningkatan kemampuan penulis di waktu yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Desember 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Tua, Sumatera Utara pada tanggal 21 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Pasangan Drs. Dahman Siregar dan Nurliana Harahap. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak Muhammadiyah Aekkanopan dan melanjutkan di SDN 115466 Aekkanopan pada tahun 1996, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Aekkanopan diselesaikan pada tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Aekkanopan Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara pada tahun 2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjalankan studi di IPB penulis aktif mengikuti berbagai kepanitiaan acara di kampus.
Selain itu, penulis aktif dalam organisasi HIMASKAP IPB sebagai
ketua Divisi Eksternal dan pernah menjadi asisten mata kuliah Lanskap Kota dan Wilayah di Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2012.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... i DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ............................................................................... 2
1.2
Tujuan ........................................................................................... 2
1.3
Manfaat .......................................................................................... 2
1.3
Kerangka Pikir ............................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4 2.1
Pekarangan ..................................................................................... 4
2.2
Keanekaragaman hayati pekarangan ............................................. 5
2.3
Habitat Satwa Burung .................................................................... 6
BAB III. METODOLOGI ................................................................................... 7 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 7
3.2
Alat dan Bahan ............................................................................... 8
3.3
Metode Penelitian........................................................................... 8
3.4
Metode Analisis Data .................................................................... 9
BAB IV. HASIL.................................................................................................. 17 4.1
Lokasi dan Struktur Pekarangan .................................................. 17
4.2
Struktur Vegetasi Pekarangan ...................................................... 17
4.3
Keragaman Vegetasi Pekarangan ................................................. 24
4.4
Jenis Burung di Pekarangan ......................................................... 29
4.5
Keragaman Burung di Pekarangan............................................... 52
4.6
Keberadaan Burung pada Vegetasi Pekarangan .......................... 53
4.7
Aktivitas Burung di Vegetasi Pekarangan ................................... 65
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. 69 5.1 Struktur Pekarangan ...................................................................... 69 5.2 Vegetasi Pekarangan ..................................................................... 75 5.3 Jenis Burung pada Vegetasi Pekarangan ...................................... 77 5.4 Strategi Pengelolaan Vegetasi Pekarangan Untuk Habitat Satwa Burung ........................................................................................... 78 5.4.1 Indentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman .............................................................................. 78 5.4.2 Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal .................... 80 5.4.3 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) ......................... 81 5.5 Matriks SWOT ............................................................................. 83 5.5.1 Penentuan Alternatif Peringkat ............................................ 84
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 87 6.1 Simpulan ........................................................................................ 87 6.2 Saran .............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85
DAFTAR GAMBAR
1. Alur Kerangka Pikir ......................................................................................
3
2. Lokasi Penelitian ...........................................................................................
7
3. Orientasi Strategi Berdasarkan Matriks IE .............................................................
14
4. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Kersen .................................
58
5. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Rambutan .............................
60
6. Cucak Kutilang Sedang Makan Buah Pinang Sirih ......................................
60
7. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Kelapa .................................
61
8a. Burung Madu Sriganti Sedang Makan di Heliconia sp...............................
64
8b. Bagian Yang Dimakan Cucak Kutilang .....................................................
64
9. Burung Gereja Erasia Sedang Bermain di Rumput ......................................
64
10. Bagian depan pekarangan sample 2 .............................................................
70
11. Bagian samping pekarangan sampel 2 .........................................................
70
12. Denah Pekarangan sampel 2 .......................................................................
71
13. Bagian depan pekarangan sampel 3 .............................................................
72
14. Bagian samping pekarangan sampel 3 .........................................................
72
15. Denah pekarangan sampel 3.........................................................................
72
16. Bagian depan pekarangan sampel 7 .............................................................
73
17. Bagian samping pekarangan sampel 7 .........................................................
73
18. Denah pekarangan sampel 7 ........................................................................
74
19. Bagian depan pekarangan sampel 8 .............................................................
74
20. Bagian depan & samping pekarangan sampel 8 ..........................................
75
21. Denah pekarangan sampel 8.........................................................................
75
22. Orientasi strategi berdasarkan matriks Internal-Eksternal ...........................
83
ii
DAFTAR TABEL
1. Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian .......................................................
8
2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal ..............................................
12
3. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal ...........................................
12
4. Formulir Pembobotan Faktor Internal ............................................................
13
5. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal .........................................................
13
6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ......................................
14
7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) ...................................
14
8. Matriks SWOT ..............................................................................................
15
9. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT....................
16
10. Lokasi dan Struktur Pekarangan ..................................................................
17
11. Daftar Jenis Vegetasi di Setiap Pekarangan ................................................
18
12. Hasil Analisis Keragaman Vegetasi Pekarangan .........................................
24
13. Daftar Jenis Burung & Aktivitasnya di Pekarangan ...................................
30
14. Keragaman Burung di Pekarangan...............................................................
52
15. Keberadaan Burung pada Setiap Vegetasi Pekarangan ...............................
53
16. Aktivitas Burung di Vegetasi Pekarangan ...................................................
65
17. Jumlah Jenis Vegetasi Pekarangan dan Jumlah Jenis Burung .....................
76
18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Pekarangan .......................................
80
19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Pekarangan .....................................
81
20. Pembobotan Faktor Internal .........................................................................
81
21. Pembobotan Faktor Eksternal .....................................................................
82
22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ...................................................
82
23. Matriks External Factor Evaluation (EFE) .................................................
82
24. Matriks SWOT ............................................................................................
84
25. Penentuan Peringkat Alternatif Strategi dari Matriks SWOT .....................
85
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Hal ini merupakan salah satu penyebab menurunnya RTH di perkotaan. Pada kawasan permukiman di daerah sub-urban dan urban secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan sempit.
Pemanfaatan
ruang terbuka
hijau
sebagai
pekarangan
mampu
meminimalisir terdegradasinya kualitas lingkungan secara cepat terutama oleh run-off dan erosi karena vegetasi yang ada dapat menahan laju run-off dan erosi (Dunnet, Nigel, Clayden 2007), serta meningkatkan kualitas lingkungan (secara estetis, ekologis dan ekonomis) dari ekosistem yang terbentuk dalam sistem pekarangan tersebut. Pekarangan sebagai salah satu pemanfaatan lahan terbuka pada rumah (taman rumah ‘khas’ Indonesia) merupakan contoh pemanfaatan RTH pada lahan di sekitar rumah yang berasas pada konsep ekologis. Konsep ekologis pada pekarangan dapat dilihat dari keragaman hayati di dalamnya, hal tersebut dikarenakan di dalam pekarangan terdapat sistem yang saling terkait antara faktor biotik dan faktor abiotik yang bersinergi secara seimbang sehingga menghasilkan suatu sistem yang stabil pada lingkungan yang kita kenal dengan pekarangan. Keberadaan pekarangan pada suatu kawasan pemukiman dapat membantu menjaga serta memelihara kelestarian dan keseimbangan lingkungan di sekitar kawasan
pemukiman
tersebut.
Pekarangan
dengan
konsep
ekologis
mempertahankan biota (vegetasi dan satwa) asli (endemik) yang ada, hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan yang telah terbentuk (Arifin, 2010). Salah satunya yaitu pekarangan dapat berperan sebagai habitat satwa-satwa liar terutama
burung.
Pemanfaatan
pekarangan
secara
berkelanjutan
dapat
mempertahankan stabilitas lingkungan dan memberikan kontribusi ekonomi hanya dengan sedikit input (Octavia, Arifin, Munandar, Takeuci, 2000). Kota Bogor merupakan salah satu tempat yang harus diperhatikan RTH kotanya, dan pekarangan yang ada di kota untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di kota tersebut. Oleh karena itu maka dilakukan pemanfaatan lanskap pekarangan perkotaan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menghadirkan satwa burung agar keseimbangan ekosistem di kota Bogor tetap terjaga. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung di pekarangan berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih vegetasi yang akan ditanam di pekarangan untuk mengundang burung dan menjadikan pekarangan sebagai habitat burung sehingga keseimbangan ekosistem di perkotaan tetap terjaga. 1.3 Kerangka Pikir Menurunnya RTH kota mengakibatkan berkurangnya ekosistem sebagai habitat satwa liar. Hal tersebut dapat berdampak pada penurunan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Untuk itu perlu diadakannya perbaikan terhadap RTH kota untuk meminimalisir turunnya kestabilan ekosistem tersebut. Perbaikan tersebut dapat kita mulai dari skala kecil RTH kota, yaitu pekarangan. Secara biofisik di dalam pekarangan perlu diamati struktur vegetasi, dan keberadaan satwa liar. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap vegetasi yang meliputi rumput, semak, perdu, dan pohon untuk mengetahui seberapa besar peran vegetasi tersebut untuk menyediakan tempat hidup bagi satwa liar. Peran vegetasi yang dilakukan adalah sebagai sumber pakan, tempat istirahat, tempat kawin, tempat bermain, dan tempat bersarang, khususnya bagi burung (Gambar 1).
2
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
Biodiversitas Satwa Liar di Kota Bogor
Hutan Kota
Taman Kota
Pekarangan
Analisis Vegetasi Struktur
Keberadaan Satwa Liar
BURUNG RUMPUT
-
SEMAK
PERDU
POHON
-
Jenis Vegetasi Jumlah Vegetasi Individu / Vegetasi Fungsi Vegetasi bagi burung Bagian Vegetasi yang disukai burung
Jumlah spesies Burung Jumlah spesies Jumlah individu Jenis aktivitas Jenis aktivitas Tempat aktivitas Tempat aktivitas
Evaluasi
Mengetahui Hubungan antara Fungsi Vegetasi dengan Keberadaan spesies Burung di Pekarangan Kota.
Menyusun strategi pengelolaan konservasi kegunaan jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan.
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pekarangan Pekarangan adalah lahan yang berada di sekitar rumah memiliki batas kepemilikan yang jelas, tempat tumbuh berbagai jenis tanaman dan merupakan tipe taman indonesia yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain anakanak, kegiatan pasca panen, ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dan acara keluarga (Arifin, Munandar, Nurhayati, Kaswanto, 2009). Pekarangan dalam arti luas adalah suatu area/lahan yang berada di sekitar rumah dan jelas kepemilikannya, batas fisik pekarangan seperti tembok, pagar besi, pagar tanaman, gundukan tanah, parit, patok, tonggak batu, atau tanaman di ujung-ujung lahan dicirikan pada berbagai pekarangan tergantung pada adat, kebiasaan, sosial budaya masyarakat, status ekonomi, letak pekarangan di desa/kota dan lain-lain (Arifin et al, 1998). Sedangkan menurut fungsinya secara umum pekarangan adalah tempat habitat berbagai jenis satwa, sebagai sumber pangan sandang dan papan, sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga, tempat dilakukannya aktifitas santai selain di dalam rumah seperti duduk-duduk menikmati udara segar dan sebagai tempat ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya (Arifin et al, 2009). Sebagai perbandingan, Deptan, (2002) menyebutkan bahwa fungsi pekarangan adalah menghasilkan bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalanya; sayur dan buah-buahan; tempat unggas, ternak kecil dan ikan; rempah, bumbu dan wangi-wangian; dan bahan kerajinan tangan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi pekarangan adalah adat dan budaya, misalnya adanya komunitas yang erat dan adanya tujuan sosial yang biasanya terdapat dalam masyarakat perdesaan membuat pekarangan dimanfaatkan secara terbuka bukan hanya oleh pemilik rumah tetapi juga komunitasnya. Sebagai contoh, orang-orang yang membutuhkan buah-buahan tertentu, daun atau umbi-umbian untuk ritual keagamaan atau obatobatan bisa meminta kepada pemilik rumah dan bebas mengambilnya (Arifin, 1998). 4
Ukuran atau luasan lahan dari pekarangan, pekarangan digolongkan menjadi empat, yaitu pekarangan sempit dengan luasan kurang dari 120 m2, pekarangan sedang dengan luasan antara 120 m2 sampai 400 m2, pekarangan luas dengan ukuran lahan antara 400 m2 sampai 1000 m2, dan pekarangan sangat luas dengan ukuran lahan lebih dari 1000 m2. (Arifin, Munandar, Arifin, Kaswanto, 2009). Selanjutnya, pembagian zonasi pekarangan adalah halaman depan (buruan), halaman samping (pipir), dan halaman belakang (kebon). Halaman depan biasanya digunakan sebagai lumbung, untuk menanam tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman dan tempat menjemur hasil pertanian. Halaman samping lebih digunakan untuk tempat menjemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi. Halaman belakang digunakan sebagai tempat bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak dan tanaman industri (Arifin et al. 2009). 2.2 Keanekaragaman Hayati Pekarangan Keragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi keragaman vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal dikalsifikasikan berdasarkan tinggi tanaman sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan berdasarkan jenis pemanfaatan tanaman, yaitu : tanaman hias, tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman obat, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman industri, tanaman peneduh, dan tanaman-tanaman penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajinan tangan (Arifin et al. 2009). Keanekaragaman hayati di pekarangan akan berhubungan dengan budaya masyarakat, salah satunya adalah budaya pertanian. Keanekaragaman hayati di pekarangan Indonesia tercermin pada struktur pekarangan yang merupakan perubahan bentuk dari hutan alami (Soemarwoto and Conway, 1992). Galluzzi Eyzaguirre, Valeria (2010) mencatat bahwa kultivar tanaman yang terdapat di pekarangan merupakan kumpulan dari kultivar-kultivar produk yang dibutuhkan pasar. Keanekaragaman hayati pekarangan juga berkaitan dengan habitat satwa liar seperti keragaman jenis burung yang dapat mampir di pekarangan jika keragaman tanaman sebagai makanan tetap dijaga.
5
2.3 Habitat Satwa Burung Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies atau komunitas hidup. Habitat satwa burung merupakan tempat bersarang, tempat berlindung, tempat bertengger (beristirahat), tempat makan & minum, dan tempat untuk berkembang biak (Widuri, 2008). Untuk membuat pekarangan yang berfungsi sebagai habitat satwa burung seperti yang disebutkan di atas maka yang harus dilakukan yaitu melakukan pemilihan jenis pohon, mengatur tata letak penanaman tanaman, membuat dan mengatur kombinasi penanaman tanaman (Lusli, 2007). Sebuah habitat, yang dalam bahasa Latin berarti “mendiami" adalah daerah ekologi atau lingkungan yang dihuni oleh spesies tertentu jenis hewan, tanaman atau organisme lain (Anonim, 2011). Habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu spesies. Habitat merupakan organism-specific yang menghubungkan kehadiran spesies, populasi, atau idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi (Anonim, 2011). Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Kapasitas untuk mendukung organisme disebut daya dukung. Habitat alami dari satwa burung adalah hutan, namun sejak beberapa dekade silam, beragam kemunduran kondisi lingkungan salah satunya yaitu berkurangnya keunikan flora dan fauna yang ada di dalam hutan mengakibatkan kepunahan jenis burung (Hidayanto, 2009). Melestarikan lokasi habitat 1 jenis satwa burung berarti juga melestarikan jenis-jenis burung lainnya (Amama, 2009).
6
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel pekarangan dimulai dari tepi Sungai Ciliwung, sekitar Sempur Kaler sampai ke Bogor Utara, sekitar Indraprasta, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2).
*TANPA SKALA
Sumber: http://www..google.com/ & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian 7
3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari handy cam, kamera digital, binokuler, meteran, haga meter, dan kuisioner. Pada saat pengolahan data, alat dan bahan yang digunakan adalah kuisioner, program komputer seperti Google earth untuk melihat tapak secara spasial, Autocad 2010 untuk mentrasformasikan keadaan tapak secara umum ke dalam komputer dan Adobe Photoshop CS4 sebagai pendukung dari software Autocad 2010. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah pengamatan langsung di lapangan, melihat dan mencatat permasalahan yang ada di tapak tersebut, dan melakukan pengambilan data fisik, biofisik, dan sosial (Tabel 1). Tabel 1. Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian. Jenis Data
Unit
Cara
Kegunaan / Fungsi
Membandingkan luasan
Fisik -
Luas pekarangan
m2
Pengukuran
-
Lokasi utama dari
m
langsung
sungai
dan jarak setiap pekarangan
Biofisik -
Jenis Vegetasi
-
Fungsi Vegetasi
-
Jenis Burung
-
Jumlah Burung
-
Aktivitas
-
Waktu aktivitas
Spesies
Survei
Keanekaragaman spesies tanaman
Spesies Ekor
Survei
Pagi,
Keragaman burung Kegiatan burung di
Survei
pekarangan
Siang, Sore Sosial -
Karakteristik
-
Wawancara
Mengetahui kepedulian
pemilik
pemilik terhadap
pekarangan
pekarangan
8
Lanjutan Tabel 1. Jenis Data
Unit
Cara
Contoh
Wawancara
Kegunaan / Fungsi
Sejarah Permukiman - Tahun berdiri
Mengetahui hubungan perkembangan
- Pola pekarangan permukiman
Survei
permukiman dengan luasan dan jenis vegetasi yang ada di pekarangan.
3.4 Metode Analisis Data Adapun metode survey yang dilakukan pada kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode survey yang dilakukan untuk pengambilan sampel pekarangan adalah transect method yaitu metoda yang menggunakan garis pada 2 titik kordinat sebagai suatu dasar penentuan petak contoh pengamatan pada jarak-jarak tertentu di suatu kawasan. Tahapan penggunaan metoda transect pada kegiatan penelitian ini pertama, menarik garis lurus di peta Bogor Tengah yang dimulai dari tepi sungai Ciliwung sekitar daerah Sempur Kaler. Kedua, melakukan pembagian kawasan berdasarkan tahun berdirinya rumah yang memiliki pekarangan dari tahun 1960-1980, tahun 1981-2000, dan diatas tahun 2000 dengan asumsi rumah yang dibangun antara tahun 1960-1980 memiliki pekarangan yang lebih luas dibandingkan dengan rumah yang dibangun setelahnya, pola pekarangan rumah yang berbeda, dan juga berdasarkan letak jalur hijau yang masih banyak disekitar perumahan yang lebih dekat dengan sungai, pembagian kawasan ini juga memiliki jarak yang dibatasi oleh jalan raya Pajajaran dan jalan raya Indraprasta. Ketiga, melakukan pengamatan pada pekarangan-pekarangan yang terdapat pada titik-titik yang ada di peta dan mengukur luasan pekarangan. 2. Melakukan pengamatan keberadaan burung yang dilakukan dengan metode bird watching dengan binokuler kemudian membandingkannya dengan buku panduan lapang Burung-burung di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali
9
karya John MacKinnon 2010, yang merupakan buku panduan nama-nama burung untuk mengetahui jenis, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan burung pada vegetasi pohon di pekarangan seperti: mencari makan, minum, kawin, bermain, beristirahat, dan bersarang, yang dilakukan pada pagi sampai sore hari per jarak waktu yang telah ditentukan, yaitu pada pukul 05.30-07.30 wib; 10.30-12.30 wib; 15.30-17.30 wib. Untuk melakukan pengamatan jenis burung dilakukan dengan metode John MacKinnon, yaitu metode sederhana dengan membuat daftar nama-nama jenis burung sebanyak-banyaknya yang berisi jenis baru yang ditemui. Panjang pendeknya daftar disesuaikan dengan kekayaan jenis burung di suatu lokasi. Prinsip umum dari metode ini yaitu satu jenis burung hanya tercatat sekali dalam satu daftar dan pengumpulan data dihentikan sampai tidak ada lagi penambahan jenis burung lagi. Untuk mengetahui keanekaragaman burung menggunakan metode Shannon Wiener. 3. Membuat daftar jenis vegetasi dan struktur vegetasi yang terdapat di pekarangan yaitu tinggi vegetasi, letak vegetasi, dan fungsi vegetasi sebagai habitat burung dengan cara pengamatan langsung dan pengukuran langsung ke tapak. Melakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode Shannon Wienner untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi pada masingmasing pekarangan dan mengetahui nilai biologi vegetasi (peranan vegetasi terhadap satwa burung di pekarangan), menghitung besarnya kerapatan jenis, frekuensi, dominasi, dan Indeks Nilai Penting dari masing-masing jenis vegetasi untuk mendapatkan nilai keragaman (Kanara 2012), sebagai berikut : a. Kerapatan jenis Kerapatan
(K)
Kerapatan Jenis
(KR)
um ah indi idu uas petak ontoh (pekaran an) erapatan suatu enis erapatan se uruh enis
x 100%
b. Frekuensi Frekuensi
(F)
Frekuensi Relatif
(FR)
um ah petak ditemukan satu enis um ah se uruh petak rekuensi suatu enis rekuensi se uruh enis
x 100%
10
c. Dominansi Dominansi
(D)
Dominansi Relatif
(DR)
uas idan dasar suatu enis uas petak ontoh (pekaran an) ominansi suatu enis ominansi se uruh enis
x 100%
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR (untuk pohon) Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR (untuk perdu dan semak) Formula perhitungan nilai indeks keragaman Shannon Wiener adalah: ∑
Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener Pi = ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah individu dari semua spesies ln = Logaritme natural (bilangan alami) s = Jumlah jenis yang ada Nilai perhitungan indeks keragaman (H’) tersebut menunjukkan bahwa Jika H’ > 3, keragaman spesies tinggi; Jika 1 < H’ < 3, keragaman spesies sedang Jika H’ < 1, keragaman spesies rendah 4. Menyusun strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dengan menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika dengan memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dan menganalisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal (Rangkuti, 2009). Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut :
11
a. Penentuan bobot setiap variabel Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2 dan 3). Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal Simbol
Faktor Kekuatan (Srength)
Tingkat Kepentingan
S1
Kekuatan yang paling besar
S2
Kekuatan yang besar
S3
Kekuatan yang sedang
Sn
Simbol
Faktor Kelemahan (Weakness)
Tingkat Kepentingan
W1
Kelemahan yang tidak berarti
W2
Kelemahan kurang berarti
W3
Kelemahan yang cukup berarti
Wn
Tabel 3. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Simbol
Faktor Peluang (Opportunity)
Tingkat Kepentingan
O1
Peluang yang sangat tinggi
O2
Peluang yang tinggi
O3
Peluang yang rendah
On
Simbol
Faktor Ancaman (Threat)
Tingkat Kepentingan
T1
Ancaman yang besar
T2
Ancaman yang sedang
T3
Ancaman yang kecil
Tn
12
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola dan pemilik pekarangan. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 4 dan Tabel 5). Tabel 4. Formulir Pembobotan Faktor Internal Simbol
S1
S2
W1
W2
Total
Bobot
T2
Total
Bobot
S1 S2 W1 W2 Total
Tabel 5. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal Simbol
O1
O2
T1
O1 O2 T1 T2 Total
Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) yaitu : 1.Jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2. Jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3. Jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4. Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal b. Penentuan peringkat (Rating) Penentuan rating tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki masing-masing pekarangan. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut
13
dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Tabel 6 dan Tabel 7) (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009). Tabel 6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skor (BxR)
Kekuatan 1. Kelemahan 1. Total
Tabel 7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor (BxR)
Peluang 1. Ancaman 1. Total Ket : B = Bobot; R = Rating
Setelah pembobotan dan pemberian rating, selanjutnya nilai skor dijumlahkan pada masing-masing faktor internal dan eksternal dan masing-masing dipetakan ke Matriks Internal-Eksternal. Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui orientasi strategi yang akan dilakukan selanjutnya. Pemetaan dibagi menjadi sembilan kolom yang terdiri dari tiga kolom utama yaitu kolom I, II, IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun (growth and build); kolom III, V, VII untuk strategi yang mempertahankan dan pelihara (hold and maintain); serta kolom VI, VII, IX untuk strategi panen dan divesitas (Rangkuti, 2009) (Gambar 3).
14
Gambar 3. Orientasi strategi berdasarkan matriks IE c. Penyusunan Alternatif Strategi Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi (Tabel 8). Tabel 8. Matriks SWOT Internal
Kekuatan
Kelemahan
(Strength)
(Weakness)
Eksternal Peluang (Opportunity)
Ancaman (Threat)
Menggunakan kekuatan yang Mendapatkan dimiliki untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan Menggunakan kekuatan yang Meminimumkan dimiliki untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi menghindari ancaman yang ada
d. Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 9). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strength) dan
15
peluang (opportunity) serta meminimumkan ancaman (threat) dan kelemahan (weakness). Tabel 9. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Alternatif Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Strategi SO1 SO2 Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk SO3 mengambil kesempatan yang ada …. SOn WO1 Mendapatkan keuntungan dari kesempatan WO2 yang ada untuk mengatasi kelemahanWO3 kelemahan ….. WOn ST1 ST2 Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk ST3 mengatasi ancaman yang dihadapi ….. STn WT1 WT2 Meminimumkan kelemahan dan WT3 menghindari ancaman yang ada …… WTn
Rank
16
BAB IV HASIL 4.1 Lokasi dan Struktur Pekarangan Penentuan lokasi pekarangan berdasarkan metoda transek yang diambil dari tepi sungai Ciliwung dengan jarak dan luas masing-masing (Tabel 10). Tabel 10. Lokasi dan Struktur Pekarangan Cluster
Sample Pekarang an
1
1 2
2
6o35’11.12” S 106o47’56.34” E 6o35’9.46” S 106o48’2.94” E 6 35’8.81” S 106o48’12.75” E
4
6o35’6.76” S 106o48’36.25” E 6o34’57.02” S 106o48’31.49” E 6o35’3.09” S 106o48’32.78” E 6o34’49.85” S 106o49’1.27” E
6 7
100 m
1970-an
100
600 m
1980-an
475
900 m
1950-an
335
1700 m
1965-an
100
1500 m
1990-an
300
1600 m
1990-an
195
2500 m
1995-an
100
o
3
5
3
Kordinat
Jarak Luas Tahun dari tapak Berdiri Sungai (m2)
8
6o34’46.41” S 106o49’2.95” E
2700 m
1995-an
75
9
6o34’45.16” S 106o49’4.32” E
2800 m
2000-an
400
Pola Pekarangan Depan & Samping kiri Depan, Samping kiri, Belakang Depan & Samping kiri Depan & Samping kanan Depan & Samping kanan Depan dan Samping kanan Depan & Samping kanan Depan & Samping kanan Depan, Samping kiri, belakang
Luas rata-rata masing-masing cluster/ bagian, bagian pertama 303 m2, bagian kedua 198 m2, dan bagian ketiga 191 m2. Berdasarkan rata-rata luasan pekarangannya terlihat bahwa pekarangan yang paling dekat dengan sungai memiliki luasan pekarangan yang lebih besar, kemudian diikuti pekarangan yang agak jauh dari sungai yang berada pada bagian ke-dua dan pekarangan yang jauh dari sungai memiliki rata-rata luasan pekarangan terkecil. 4.2 Struktur Vegetasi Pekarangan Berdasarkan hasil pengamatan dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya yaitu bagian pertama (yang dekat dari sungai), bagian kedua (agak jauh dari sungai), dan bagian ketiga (jauh dari sungai) memiliki jenis dan jumlah vegetasi yang berbeda-beda (Tabel 11).
Tabel 11. Daftar Jenis Vegetasi di Setiap Pekarangan
No 1
2
Alamat Rumah Jln. Sempur Kaler No. 11 Bogor
Jln. Papandayan No. 1 Bogor
Luas Pekarangan (m2)
Jarak dari Sungai (m)
100
100
Jumlah 475
600
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Tanaman
Keterangan
10 m
2 batang
Pohon
30 cm
3 pot
Herbasius
- Sri rezeki (Aglaonema sp.) - Asparagus (Asparagus sp.) - Begonia (Begonia sp.) - Keladi hias (Caladium bicolor) - Maranta (Calathea sp.) - Fitonia (Fittonia sp.) - Polisota (Polisota barteri) - Daun mutiara (Pilea sp.) - Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) 11 jenis - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Bunga Kupukupu (Bauhinia purpurea Linn)
25 cm
5 pot
Herbasius
20 cm
5 pot
Herbasius
25 cm
7 pot
Herbasius
35 cm
5 pot
Herbasius
30 cm
7 pot
Herbasius
17 cm
5 pot
Herbasius
37 cm
4 pot
Herbasius
15 cm
4 pot
Herbasius
35 cm
4 pot
Herbasius
6m
2 batang
Pohon
4.5 m & 6m
3 batang
Pohon
- Palem merah (Cyrtostachis renda) - Cemara kipas (Thuja orientalis) - Kelapa (Cocos nucifera) - Damar (Agathis dammara) - Pinang hutan (Pinanga kuhlii) - Sawo manila (Achras zapota)
4m
4 batang
Pohon
4m
1 batang
Pohon
7m
3 batang
Pohon
10 m
1 batang
Pohon
6m
8 batang
Pohon
3.5 m
1 batang
Pohon
- Jambu air (Eugenia equea) - Suplir (Adiantum sp.)
18
Lanjutan Tabel 11.
No
3
Alamat Rumah
Jln. Cikuray No. 20 Bogor
Luas Pekarangan (m2)
Jumlah 335
Jarak dari Sungai (m)
900
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Tanaman
Keterangan
- Palem putri (Veitchia merlii) - Palem botol (Mascarena lagenicaulis) - Kelapa sawit (Elaeis guineensis) - Hanjuang (Cordyline terminalis) - Nolina (Beaucarnea recurvata) - Daun mangkok (Nothopanax scutellarium) - Drasena (Dracaena laureiri) - Palem wregu (Rhapis excels) - Mendong (Fimbristylis globulosa) - Iris (Neomarica longifolia) - Bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea) - Pisang hias (Heliconia sp.) - Euphorbia (Euphorbia milii) - Rumput paetan (Axonopus compressus) 22 jenis - Jambu air (Eugenia equea) - Kersen (Muntingia calabura L) - Durian (Durio zibethinus) - Bunga Kupukupu (Bauhinia purpurea linn)
5m
3 batang
Pohon
2.5 m
1 batang
Pohon
15 m
1 batang
Pohon
1m
15 batang
Perdu
3 batang 3m
1.5 m
Perdu 50 m2
Perdu
3 batang 2.5 m
1.5 m
Perdu 30 batang 1 pot
1.5 m
Semak Semak
100 90 cm
14 batang
Semak
4m
15 batang 10 pot
Semak
1.5 m
Semak 320 m2
35 cm
Herbasius
1.5 cm
Rumput
12 m
2 batang
Pohon
7.5 m
1 batang
Pohon
4m
1 batang
Pohon
5.5 m
2 batang
Pohon
19
Lanjutan Tabel 11.
No
4
Alamat Rumah
Jln.Brawi jaya 58 Villa Indah Pajajaran Bogor
Luas Pekarangan (m2)
Jumlah 100
Jarak dari Sungai (m)
1700
Nama Tanaman - Nangka (Artocarpus heterophyllus) - Mangga (Mangifera indica) - Hanjuang (Cardyline terminalis) - Cabai kecil (Capsicum annum) - Soka (Ixora coccinea) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Kucai (Carex morrowii) - Teh-tehan (Acalypha macrophylla) - Pisang hias (Heliconia sp.) - Rumput paetan mini (Axonophus compressus) - Spathiphyllum wallisii 15 jenis - Durian (Durio zibethinus) - Mangga (Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Palem putri (Veitchia merilii) - Palem hijau (Ptychosperma macarthurii) - Kamboja (Plumeria rubra) - Nusa indah (Mussaenda erythrophylla)
Tinggi Tanaman
Jumlah Tanaman
Keterangan
6m
1 batang
Pohon
3.5 m
1 batang
1.7 m
7 batang
40 cm
14 polybag
Pohon
Perdu
Perdu
2 batang
Semak
1 batang
Semak
8 rumpun
Semak
10 m2
Semak
12 batang 330 m2
Semak
1.5 m 3m
30 cm 1.5 m
1.5 m
Rumput 1 cm 10 pot Herbasius 35 cm
13 m
1 batang
Pohon
13 m
2 batang
Pohon
5m
1 batang
Pohon
2m
2 batang
Pohon
3m
2 batang
Pohon
3.5 m
2 batang
Pohon
2m
1 batang
Pohon
20
Lanjutan Tabel 11. No
5
Alamat Rumah
Jln.Brawi jaya No. 2. Villa Indah Pajajaran Bogor
Luas Pekarangan (m2)
Jumlah 300
Jarak dari Sungai (m)
1500
Nama Tanaman - Rumput paetan mini (Axonophus compressus) - Anturium (Anthurium crystallinum) 9 jenis - Palem putri (Veitchia merilii) - Mangga (Mangifera indica) - Palem merah (Cyrtostachis renda) - Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) - Jeruk purut (Citrus hytrix) - Cemara norflok (Araucaria heterophylla) - Jambu biji (Psidium guajava) - Pinus (Pinus merkusii) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Puring (Codiaeum vairegatum) - Pisang hias (Heliconia sp.) - Palem wregu (Rhapis excelsa) - Soka (Ixora cacinea) - Pandan variegate (Pandanus pygmaenus) - Keladi (Caladium sp.) - Kaktus (eriosyce imitans)
Tinggi Tanaman
Jumlah Tanaman
Keterangan
1 cm
15 m2
Pohon
40 cm
7 pot
Herbasius
8m
2 batang
Pohon
12 m
1 batang
Pohon
1.5 m
5 batang
Pohon
1.5 m
1 batang
Pohon
1.5 cm
1 batang
Pohon
15 m
1 batang
Pohon
1.5 m
1 batang
Pohon
1m
3 batang
Pohon
4m
1 batang
Pohon
1.5 m
5 batang
Perdu
1m
15 batang
Semak
1.2 m
5 batang
Semak
60 cm
4 rumpun
Semak
3 cm
100 rumpun
Semak
15 cm
10 rumpun
Herbasius
20 cm
2 batang
Herbasius
21
Lanjutan Tabel 11. No
6
7
Alamat Rumah
Jln. Sultan Agung No.1 Villa Indah Pajajaran Bogor
Jln. Drupada 3 No. 2 Bogor
Luas Pekarangan (m2)
Jumlah 195
Jumlah 100
Jarak dari Sungai (m)
1600
2500
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Tanaman
Keterangan
- Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) - Opipogon (Ophiopogon japanicus) 18 jenis - Palem hijau (Ptychosperma macarthurii) - Palem putri (Veitchia merlii) - Cemara kipas (Thuja orientalis) - Palem raja (Roystonea regia) - Pinus (Pinus mercusii) - Cemara (Juniperus chinensis) - Palem ekor tupai (Wodyetia bifurcate) - Rumput paetan (Axonopus compressus) - Bugenvil (Bouganvillea sp.) 9 jenis - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Jambu air (Eugenia aquea) - Sawo manila (Achras zapota) - Tanjung (Mimusoph elengi) - Fatsia (Fatsia japonica) - Bugenvil (Bouganvillea sp.)
25 cm
10 polybag
Herbasius
1 cm
260 m2
Rumput
7m
3 batang
Pohon
9m
4 batang
Pohon
7m
2 batang
Pohon
8m
3 batang
Pohon
1.5 m
5 batang
Pohon
4.5 m
7 batang
Pohon
9m
6 batang
Pohon
1 cm
100 m2
Rumput
40 cm
10 batang
Perdu
3.5 m
1 batang
Pohon
4m
1 batang
Pohon
3m
1 batang
Pohon
8m
1 batang
Pohon
5m
1 batang
Pohon
2m
1 batang
Perdu
22
Lanjutan Tabel 11. No
8
9
Alamat Rumah
Jln. Drupada Raya No. 4 Indrapras ta II Bantar jati
Jln. Drupada 2 No. 1 Indrapras ta II Bantarjat i Bogor
Luas Pekarangan (m2)
Jumlah 75
Jumlah 400
Jarak dari Sungai (m)
2700
2800
Nama Tanaman - Bambu biasa (Bambusa spinosa) - Keladi (Caladium bicolor) - Rumput paetan (Axonopus compressus) 9 jenis - Mangga (Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Tanjung (Mimusoph elengi) - Sawo kecik (Manilkara kauki) - Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) 5 jenis - Durian (Durio zibethinus) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Mangga (Mangifera indica) - Jambu air (Eugenia equea) - Belimbing (Averrhoa carambola) - Alpukat (Persea americana) - Pepaya (Carica papaya) - Bugenvil (Bougainvillea sp) - Bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea)
Tinggi Tanaman
Jumlah Tanaman
Keterangan
4m
1 rumpun
Semak
35 cm
4 pot
Herbasius
1 cm
60 m2
Rumput
8m
3 batang
Pohon
4m
1 batang
Pohon
10 m
1 batang
Pohon
7m
1 batang
Pohon
1m
2 batang
Perdu
8.5 m
2 batang
Pohon
7m
2 batang
Pohon
7m
4 batang
Pohon
7m
1 batang
Pohon
7m
1 batang
Pohon
8m
1 batang
Pohon
2m
2 batang
Pohon
60 cm
7 pot
Perdu
5m
10 batang
Semak
23
Lanjutan Tabel 11. No
Alamat Rumah
Luas Pekarangan (m2)
Jarak dari Sungai (m)
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Tanaman
Keterangan
1 cm
300 m2
Rumput
2 cm
50 polybag
Rumput
- Rumput paetan (Axonophus compressus) - Opipogon (Ophiopogon sp.) - Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) - Sri rezeki (Aglaonema sp.) 13 jenis
Jumlah
5 pot 35 cm
Herbasius 15 pot
40 cm
Herbasius
Pekarangan yang memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi paling banyak adalah pekarangan bagian pertama dengan jumlah 16 jenis dengan rata-rata luasan pekarangan paling besar yaitu 303 m2, pekarangan bagian ke-dua memiliki ratarata jumlah jenis vegetasi 12 jenis dan rata-rata luasan pekarangan 198 m2, pekarangan bagian ke-tiga memiliki rata-rata jumlah vegetasi 9 jenis dan rata-rata luasan pekarangan 191 m2. Setiap bagian sample pekarangan didominasi oleh vegetasi pohon, bagian pertama memiliki jumlah jenis vegetasi pohon terbanyak, kemudian diikuti pada bagian ke-dua dan bagian ke-ketiga memiliki jumlah jenis vegetasi pohon terkecil. 4.3 Keragaman Vegetasi Pekarangan Berdasarkan hasil analisis vegetasi, didapat kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), dominansi (D), dominansi relative (DR), Indeks Nilai Penting (INP) suatu vegetasi di setiap pekarangan dan juga secara keseluruhan untuk mengetahui kedudukan ekologis suatu vegetasi dalam komunitas, dan juga untuk menentukan nilai keragaman vegetasi (H’) di setiap pekarangan maupun secara keseluruhan (Tabel 12). Tabel 12. Hasil Analisis Keragaman Vegetasi Pekarangan No. Pek 1
Nama Vegetasi - Jambu air (Eugenia equea) - Suplir (Adiantum sp.)
K
KR
F
FR
D
DR
INP
H’
0.02
3.92
0.33
4.35
16.19
1.68
9.95
2.35
0.03
5.88
0.11
1.45
0.41
0.04
7.33
24
Lanjutan Tabel 12. No. Pek
2
Nama Vegetasi
K
KR
F
FR
D
DR
INP
- Sri rezeki (Aglaonema sp.) - Asparagus (Asparagus sp.) - Begonia (Begonia sp.) - Keladi hias (Caladium bicolor) - Maranta (Calathea sp.) - Fitonia (Fittonia sp.) - Polisota (Polisota barteri) - Daun mutiara (Pilea sp.) - Lidahmertua (Sansevieria trifasciata) - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea) - Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea linn) - Palem merah (Cyrtostachis renda) - Cemara kipas (Thuja orientalis) - Kelapa (Cocos nucifera) - Damar (Agathis dammara) - Pinang hutan (Pianga kuhlii) - Sawo manila (Achras zapota) - Palem putri (Veitchia merlii) - Plm botol (Mascarena lagenicaulis) - Nolina (Beaucarnea recurvata) - Drasena (Dracaena laureiri) - Kelapa sawit (Elaeis guineensis) - Iris (Neomarica longifolia) - Mendong (Fimbristylis globulosa)
0.05
9.80
0.22
2.90
0.78
0.08
12.70
0.05
9.80
0.11
1.45
0.03
0.00
11.25
0.07 0.05
13.73 9.80
0.11 0.11
1.45 1.45
0.16 0.32
0.02 0.03
15.17 11.25
0.07
13.73
0.11
1.45
0.41
0.04
15.17
0.05 0.04
9.80 7.84
0.11 0.11
1.45 1.45
0.16 0.23
0.02 0.02
11.25 2.25
0.04
7.84
0.11
1.45
0.23
0.02
9.29
0.04
7.84
0.33
4.35
0.03
0.01
12.19
0.01
0.34
0.67
8.70
41.45
4.30
13.38
0.03
2.75
0.22
2.90
16.19
1.68
7.32
0.01
0.39
0.22
2.90
31.74
3.29
6.58
0.01
0.78
0.22
2.90
2.59
0.27
3.95
0.01
0.20
0.22
2.90
4.38
0.45
3.55
0.01
0.59
0.11
1.45
10.36
1.07
3.11
0.01
0.20
0.11
1.45
5.83
0.60
2.25
0.01
0.98
0.11
1.45
1.27
0.13
2.56
0.01
0.20
0.22
2.90
7.49
0.78
3.87
0.01
0.59
0.44
5.80
2.59
0.27
6.65
0.01
0.20
0.11
1.45
3.73
0.39
2.03
0.01
0.59
0.11
1.45
10.36
1.07
3.11
0.01
0.59
0.11
1.45
1.66
0.17
2.21
0.01
0.20
0.11
1.45
41.45
4.30
5.94
0.22
19.61
0.11
1.45
0.06
0.01
21.06
0.01
0.20
0.11
1.45
0.32
0.03
1.65
H’
1.32
25
Lanjutan Tabel 12. No. Pek
3
4
Nama Vegetasi
K
KR
F
FR
D
DR
INP
- Euphorbia (Euphorbia milii) - Pisang hias (Heliconia sp.) - Rumput paetan (Axonopus compressus) - Daun mangkok (Nothopanax scutellarium) - Hanjuang (Cordyline terminalis) - Palem wregu (Rhapis excelsa) - Jambu air (Eugenia equea) - Kersen (Muntingia calabura) - Durian (Durio zibethinus) - Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea linn) - Nangka (Artocarpus heterophyllus) - Mangga (Mangifera indica) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Teh-tehan (Acalypha macrophylla) - Kucai (Carex morrowii) - Soka (Ixora coccinea) - Cabai kecil (Capsicum annum) - Hanjuang (Cardyline terminalis) - Pisang hias (Heliconia sp.) - Rumput paetan mini (Axonophus compressus) - Spathiphyllum wallisii - Durian (Durio zibethinus) - Kamboja (Plumeria rubra) - Mangga (Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium nappaceum)
0.02
1.96
0.11
1.45
0.10
0.01
3.41
0.02
1.96
0.33
4.35
0.23
0.02
6.31
0.56
49.02
0.67
8.70
0.03
0.01
57.72
0.11
9.80
0.11
1.45
1.66
0.17
11.25
0.03
2.94
0.22
2.90
0.41
0.04
5.84
0.07
5.88
0.22
2.90
0.65
0.07
8.78
0.01
1.40
0.33
4.35
10.36
1.07
2.47
0.00
0.70
0.11
1.45
64.77
6.71
8.86
0.00
0.70
0.33
4.35
5.83
0.60
5.65
0.01
1.40
0.22
2.90
10.36
1.07
2.47
0.00
0.70
0.11
1.45
16.19
1.68
3.83
0.00
0.70
0.56
7.25
41.45
4.30
12.24
0.00
0.70
0.11
1.45
7.49
0.78
2.92
0.03
6.99
0.11
1.45
2.59
0.27
8.44
0.02
5.59
0.11
1.45
0.23
0.02
7.04
0.01 0.05
1.40 10.49
0.22 0.11
2.90 1.45
2.59 0.10
0.27 0.01
4.30 11.94
0.02
4.90
0.22
2.90
0.41
0.04
4.90
0.04
8.39
0.33
4.35
0.23
0.02
8.39
0.22
48.95
0.56
7.25
0.03
0.01
56.20
0.03 0.01
6.99 2.27
0.11 0.33
1.45 4.35
1.27 12.54
0.13 1.30
8.44 3.57
0.01
4.55
0.11
1.45
5.83
0.60
6.60
0.08
29.55
0.56
7.25
31.74
3.29
32.83
0.01
2.27
0.67
8.70
5.83
0.60
2.88
H’
1.82
1.68
26
Lanjutan Tabel 12. No. Pek
5
6
Nama Vegetasi
K
KR
F
FR
D
DR
INP
- Nusa indah (Mussaenda erythrophylla) - Anturium (Anthurium crystallinum) - Palem hijau (Ptychosperma macarthurii) - Rumput paetan mini (Axonophus compressus) - Palem putri (Veitchia merilii) - Palem putri (Veitchia merilii) - Mangga (Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) - Jeruk purut (Citrus hytrix) - Cemara norflok (Araucarua heterophylla) - Jambu biji (Psidium guajava) - Pinus (Pinus merkusii) - Keladi (Caladium sp.) - Pandan variegate (Pandanus pygmaenus) - Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) - Kaktus (eriosyce imitans) - Soka (Ixora cacinea) - Palem wregu (Rhapis excelsa) - Puring (Codiaeum vairegatum) - Opipogon (Ophiopogon japanicus) - Palem merah (Cyrtostachis renda) - Pisang hias (Heliconia sp.) - Palem hijau (Ptychosperma macarthurii) - Palem putri (Veitchia merlii)
0.01
2.27
0.11
1.45
4.38
0.45
3.72
0.04
15.91
0.11
1.45
1.27
0.13
17.36
0.01
4.55
0.22
2.90
2.59
0.27
7.71
0.09
34.09
0.56
7.25
0.03
0.00
34.09
0.01
4.55
0.44
5.80
2.59
0.27
4.55
0.01
0.44
0.44
5.80
2.59
0.27
0.71
0.01
0.44
0.56
7.25
64.77
6.71
7.15
0.00
0.22
0.67
8.70
16.19
1.68
1.90
0.00
0.22
0.11
1.45
5.83
0.60
2.27
0.00
0.22
0.11
1.45
5.08
0.53
2.19
0.00
0.22
0.11
1.45
3.73
0.39
2.05
0.00
0.22
0.11
1.45
4.38
0.45
2.12
0.01 0.02 0.80
0.66 0.87 43.67
0.22 0.22 0.11
2.90 2.90 1.45
3.73 0.32 0.93
0.39 0.03 0.10
3.94 3.77 45.12
0.04
2.18
0.33
4.35
0.03
0.00
2.18
0.01
0.44
0.11
1.45
0.03
0.00
1.89
0.01 0.02
0.66 1.09
0.22 0.22
2.90 2.90
2.59 1.27
0.27 0.13
0.66 1.09
0.02
1.09
0.11
1.45
1.66
0.17
2.54
0.80
43.67
0.22
2.90
0.03
0.00
46.57
0.02
1.09
0.22
2.90
1.27
0.13
1.09
0.05
2.62
0.33
4.35
0.93
0.10
2.62
0.01
2.14
0.22
2.90
3.73
0.39
2.53
0.02
2.86
0.44
5.80
2.59
0.27
3.13
H’
1.31
1.16
27
Lanjutan Tabel 12. No. Pek
7
8
9
Nama Vegetasi
K
KR
F
FR
D
DR
INP
- Pinus (Pinus mercusii) - Rumput paetan (Axonopus compressus) - Bugenvil (Bouganvillea sp.) - Cemara kipas (Thuja orientalis) - Palem raja (Roystonea regia) - Cemara lilin (Juniperus chinensis) - Palem ekor tupai (Wodyetia bifurcate) - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Jambu air (Eugenia aquea) - Sawo manila (Achras zapota) - Walisongo (Schefflera actinophylla) - Kayu manis (Cinnamomum burmanii) - Rumput paetan (Axonopus compressus) - Keladi (Caladium bicolor) - Bugenvil (Bouganvillea sp.) - Mangga (Mangifera indica) - Pohon rambutan (Nephelium lappaceum) - Tanjung (Mimusoph elengi) - Sawo kecik (Manilkara kauki) - Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) - Durian (Durio zibethinus) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Mangga (Mangifera indica) - Jambu air (Eugenia equea) - Belimbing (Averrhoa carambola)
0.02 0.40
3.57 71.43
0.22 0.56
2.90 7.25
6.63 0.03
0.69 0.00
3.57 71.43
0.04
7.14
0.33
4.35
0.23
0.02
11.49
0.01
1.43
0.22
2.90
2.59
0.27
1.70
0.01
2.14
0.11
1.45
10.36
1.07
4.67
0.03
5.00
0.11
1.45
0.93
0.10
6.55
0.02
4.29
0.11
1.45
10.36
1.07
6.81
0.01
2.86
0.67
8.70
7.49
0.78
3.63
0.01
2.86
0.33
0,45
12.54
1.30
4.16
0.01
2.86
0.22
2.90
10.36
1.07
3.93
0.01
2.86
0.11
1.45
23.32
2.42
6.72
0.01
2.86
0.11
1.45
10.36
1.07
5.38
0.20
71.43
0.56
7.25
0.01
0.00
71.43
0.03
11.43
0.22
2.90
0.10
0.01
11.43
0.01
2.86
0.33
4.35
2.59
0.27
2.86
0.02
37.50
0.56
7.25
64.77
6.71
44.21
0.01
12.50
0.67
8.70
5.83
0.60
13.10
0.01
12.50
0.11
1.45
41.45
4.29
18.24
0.01
12.50
0.11
1.45
23.32
2.42
16.36
0.01
25.00
0.11
1.45
0.65
0.07
26.45
0.08
17.45
0.33
4.35
6.63
0.69
22.49
0.08
17.45
0.67
8.70
31.74
3.29
29.44
0.08
17.45
0.56
7.25
52.46
5.44
30.14
0.08
17.45
0.33
4.35
16.19
1.68
23.48
0.08
17.45
0.11
1.45
28.21
2.92
21.83
H’
0.66
1.49
0.99
28
Lanjutan Tabel 12. No. Pek
Nama Vegetasi
K
KR
F
FR
D
DR
INP
- Sri rezeki (Aglaonema sp.) - Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) - Rumput paetan (Axonophus compressus) - Bugenvil (Bougainvillea sp) - Alpukat (Persea americana) - Pepaya (Carica papaya) - Bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea) - Opipogon (Ophiopogon sp.)
0.01
2.73
0.22
2.90
1.66
0.17
5.63
0.00
0.91
0.33
4.35
0.03
0.00
5.26
0.33
72.73
0.67
8.70
0.01
0.00
81.42
0.01
1.27
0.33
4.35
0.65
0.07
5.62
0.08
17.45
0.11
1.45
31.74
3.29
22.19
0.08
17.45
0.11
1.45
3.73
0.39
19.29
0.01
1.82
0.22
2.90
2.59
0.27
4.99
0.08
18.18
0.22
2.90
0.01
0.00
21.08
H’
Dari Tabel 12, sampel pekarangan yang memiliki rata-rata jumlah vegetasi paling banyak dari seluruh bagian sampel adalah pekarangan pada bagian pertama dengan rata-rata nilai indeks keragaman 1.83 yang berlokasi dekat dari sungai dengan rata-rata luasan pekarangan 303 m2, kemudian diikuti pekarangan pada bagian ke-dua dengan rata-rata nilai indeks keragaman 1.38 yang berlokasi agak jauh dari sungai dan memiliki rata-rata luasan pekarangan 198 m2, pekarangan pada bagian ke-tiga memiliki nilai indeks keragaman terkecil 1.05 yang berlokasi jauh dari sungai dan memiliki rata-rata luasan pekarangan 191 m2. Nilai rata-rata indeks keragaman yang dimiliki oleh ketiga bagian sample pekarangan di atas masih tergolong memiliki keragaman vegetasi sedang. Berdasarkan pengamatan, rendahnya keragaman vegetasi pada pekarangan disebabkan oleh kepedulian pemilik terhadap fungsi pekarangan secara ekologi dan estetik masih kurang, serta pengelolaan terhadap pekarangan. 4.4 Jenis Burung di Pekarangan Keanekaragaman vegetasi yang ada di setiap pekarangan mampu mengundang beberapa jenis burung yang berbeda-beda, hampir ditemukan jenis burung yang sama di setiap pekarangan, berikut adalah daftar jenis burung yang didapat setelah melakukan pengamatan selama 4 hari di masing-masing pekarangan pada waktu pagi, siang, dan sore hari di setiap bagiannya, bagian 29
pertama (yang dekat dari sungai), bagian kedua (agak jauh dari sungai), dan bagian ketiga (jauh dari sungai) (Tabel 13). Tabel 13. Daftar Jenis Burung dan Aktivitasnya di Pekarangan No 1.
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Jl. Sempur Kaler No. 11 Bogor 1
Pagi
Siang
Sore
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
2
Pagi
Siang
Sore
3
Pagi
- Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Aktivitas - Bermain di pohon jambu air - Bermain di pohon jambu air - Bertengger di pucuk pohon jambu - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Berteduh di pohon jambu air - Berteduh di pohon jambu air - Bermain di pohon jambu air dan di rumput - Bermain di pucuk pohon jambu air - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bermain di pucuk pohon jambu air - Makan di pohon jambu air - Makan di pohon jambu air - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Berteduh di pohon jambu air - Berteduh di pohon jambu air - Bermain di pohon jambu air - Makan di pohon jambu air - Bermain di pohon jambu air - Makan di pohon jambu air - Makan di pohon jambu air - Bertengger di pucuk jambu air
30
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung
Aktivitas
- Burung layang-layang rumah - (Delichon dasypus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
- Berteduh di pohon jambu air - Bermain di pucuk pohon jambu air - Bermain di pohon jambu air dan dipagar rumah - Makan di pohon jambu air - Bertengger di pucuk pohon jambu air - Bermain di pohon jambu air - Makan di pohon jambu air - Makan di pohon jambu air - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Berteduh di pohon jambu air dan bermain dipagar rumah - Berteduh di pohon jambu air - Bertengger di pucuk pohon jambu air - Bermain di pohon jambu air - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan
- Berteduh di pohon jambu air
Siang
Sore
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
4
Pagi
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) Sore
2
Jumlah Jenis Jln. Papandayan No. 1 Bogor 1
Pagi
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) 6 jenis - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Makan di pohon pinang hutan - Bermain di pohon bamboo kuning dan di pohon sawo
31
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Bondol haji (Lonchura maja) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
Siang - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) Sore - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Bondol haji (Lonchura maja)
Aktivitas - Makan di pohon bunga kupukupu - Makan di tanaman heliconia - Bertengger di pucuk pohon palem hijau - Bertengger di pohon aren - Makan di pohon bunga kupukupu - Bermain di pohon sawo - Makan di pohon bunga kupukupu - Bermain di pohon bunga kupu-kupu - Bertengger di pucuk pohon kelapa dan pohon rambutan - Bermain di pohon rambutan - Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan pohon rambutan - Makan dan bertengger di pohon pinang hutan - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan pohon sawo manila - Bermain di pohon rambutan dan di pohon bambu kuning - Bertengger di pohon palem putri dan di pohon pinang hutan.
32
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium) 2
Pagi - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) Siang - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus)
Sore
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
Aktivitas - Makan dan bermain di pohon bunga kupu-kupu - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Makan di pohon pinang hutan dan bertengger di pohon kelapa - Makan di pohon bunga kupukupu dan bermain di pohon rambutan - Bermain di pohon damar dan pohon sawo manila - Makan di pohon bunga kupukupu dan tanaman heliconia - Bertengger di pohon palem raja - Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan pohon damar - Makan di pohon bunga kupukupu - Bersarang di atap rumah - Berteduh di pohon kelapa dan pohon sawo manila - Berteduh di pohon sawo manila - Makan di pohon bunga kupukupu dan bermain di pohon damar - Bermain di pohon rambutan dan di pohon bunga kupukupu
33
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
- Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) 3
Pagi - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cipoh kacat (Aegithina tiphia) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang
- Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
- Burung gereja erasia (Passer montanus) Sore
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) (*)
Aktivitas - Bermain di pohon damar dan di pohon bunga kupukupu - Bertengger dan bermain di pucuk pohon rambutan - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Makan di pohon bunga kupukupu dan bermain di pohon rambutan - Makan dan bermain di pohon pinang hutan - Makan di pohon bunga kupukupu dan bermain di pohon rambutan - Makan di pohon bunga kupukupu - Makan ulat di pohon rambutan - Makan di pohon pinang hutan dan bertengger di pohon kelapa - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Berteduh di pohon sawo manila - Bermain di pohon cemara kipas - Bermain di pohon damar dan bunga kupu-kupu - Bersarang di atap rumah - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan
34
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) 4
Pagi - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cipoh kacat (Aegithina tiphia) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) Siang - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
Sore
3
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) * 11 Jenis - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
Jumlah Jenis Jln. Cikuray No. 20 Bogor
1
Pagi
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus)
Aktivitas - Makan di pohon bunga kupukupu dan bermain di pohon rambutan - Makan di pohon pinang hutan dan bermain di pohon kelapa - Makan di pohon bunga kupukupu - Makan di pohon bunga kupukupu - Makan ulat di pohon rambutan - Makan dan bertengger di pohon pinang hutan - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bertengger di pucuk pohon rambutan dan di pohon kelapa - Bermain di pohon sawo dan di pohon damar - Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan di pohon rambutan - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan
- Makan di pohon seri - Makan di tanaman heliconia - Makan di pohon kersen - Makan di pohon jambu air - Makan di pohon seri - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan
35
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan Siang
Nama Jenis Burung - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Sore
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) * - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
2
Pagi
Siang
Sore
3
Pagi
- Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cabai polos (Dicaeum concolor) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) * - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
Aktivitas - Berteduh di pohon nangka - Bertengger di pucuk pohon seri - Makan dan bermain di pohon seri - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bermain di rumput - Makan dan bermain di pohon seri - Makan di tanaman heliconia - Makan di pohon jambu air - Makan di pohon seri - Makan di pohon seri - Makan di pohon seri - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Makan di pohon seri - Makan di pohon seri - Berteduh di pohon nangka - Berteduh di pohon nangka - Makan dan bermain di pohon seri - Makan di pohon seri - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Makan di tanaman heliconia - Makan di pohon kersen - Makan di bunga kupu-kupu
36
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Sore
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) * - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
4
Pagi
- Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus)
Siang
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Sore
Jumlah Jenis
- Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) *
Aktivitas - Bertengger di pucuk pohon mangga - Berteduh di pohon nangka - Berteduh dan bermain di pohon mangga - Bermain dan makan di pohon seri - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bertengger di pucuk pohon mangga - Makan dan bermain di pohon seri - Makan di pohon bunga kupukupu dan tanaman heliconia - Makan di pohon seri - Makan di pohon seri dan pohon jambu air - Makan dan bermain di pohon jambu air - Berteduh di pohon nangka - Bermain dan berteduh di pohon seri - Bertengger di pucuk pohon jambu air dan di pohon seri - Bermain di pohon durian
10 Jenis
37
Lanjutan Tabel 13. No 4
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Jln. Brawijaya 58 Villa Indah Pajajaran Bogor
Nama Jenis Burung - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
1
Pagi - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) Siang - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Sore
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
- Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) 2
Pagi - Bondol haji (Lonchura maja)
- Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) Siang - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja)
Sore
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Burung gereja erasia - (Passer montanus)
Aktivitas - Makan di pohon mangga - Bermain di pohon mangga dan pohon durian - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon durian - Bermain dan berteduh di pohon mangga - Bermain di pohon durian - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon durian - Bermain di pohon durian dan di pohon kamboja - Makan di pohon durian - Bermain di pohon kamboja dan pohon durian - Keluar dari sarangnya yang berada di pohon palem putri - Makan di mangga - Bermain di pohon durian - Berteduh dan bermain di pohon mangga - Berteduh di atap rumah - Bersarang di pohon palem hijau - Bermain di pohon durian - Bersarang di atap pohon
38
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Bondol haji (Lonchura maja)
3
Pagi
Siang
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
- Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja)
Sore
4
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) * - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Keluar dari sarangnya di pohon palem putri - Bermain di pohon durian - Makan di pohon mangga - Bermain di pohon durian dan di pohon kamboja - Makan di pohon durian - Berteduh di pohon mangga - Bermain di pohon durian - Bersarang di pohon palem putri - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan
Siang
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
- Bermain di pohon mangga dan durian - Makan di pohon mangga - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon durian dan mangga - Makan di pohon durian - Keluar dari sarangnya di pohon palem putri - Berteduh di atap rumah - Berteduh di pohon mangga
Sore
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Bondol haji (Lonchura maja) *
- Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Masuk kedalam sarang di pohon palem putri
Pagi
- Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Bondol haji (Lonchura maja)
Jumlah Jenis
Aktivitas
8 Jenis
39
Lanjutan Tabel 13. No 5
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Jln. Brawijaya No. 2. Villa Indah Pajajaran Bogor
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
- Bondol haji (Lonchura maja) 1
Pagi - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cinenen gunung (Orthotomus cuculatus)
Siang
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Sore
- Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Bondol haji (Lonchura maja) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
2
Pagi
- Cinenen pisang (Orthotomus sutorius) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja)
- Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Cinenen gunung (Orthotomus cuculatus)
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
Aktivitas - Bertengger di pohon rambutan - Bertengger di pohon mangga dan pohon rambutan - Bertengger di pohon palem raja - Makan di tanaman heliconia - Bermain di pohon rambutan - Bermain di pohon mangga dan rambutan - Bermain di pohon rambutan - Membuat sarang di pohon palem merah - Bermain di pohon rambutan dan bersarang di atap rumah - Bertengger di pohon palem raja - Bersarang di pohon palem raja - Bermain di pohon mangga - Bertengger di pucuk pohon mangga - Bermain di pohon mangga - Bermain di pohon rambutan & di atap rumah - Keluar dari sarangnya di pohon palem raja - Makan di tanaman heliconia - Bermain di pohon mangga dan di pohon rambutan - Bermain di pohon rambutan
40
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang - Bondol haji (Lonchura maja) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
- Burung gereja erasia (Passer montanus) Sore
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Bondol haji (Lonchura maja) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Bondol haji (Lonchura maja)
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung gereja erasia (Passer montanus) 3
Pagi
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Bondol peking (Lonchura punctulata)
- Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Bondol haji (Lonchura maja) Siang
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
Aktivitas - Berteduh di atap rumah dan bermain di pohon rambutan - Bertengger di pohon palem raja - Bertengger di pohon mangga dan di pohon palem - Bermain di rumput dan di pohon rambutan - Bermain di pohon mangga - Bersarang di pohon palem raja - Bertengger di pohon cemara norflok - Keluar dari sarangnya di pohon palem raja - Bermain di pohon mangga - Bermain di pohon rambutan - Makan dan bermain di pohon rambutan - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bertengger di pohon cemara norflok dan palem raja - Makan di tanaman Heliconia - Makan di tanaman Heliconia - Bertengger di pohon palem raja - Berteduh di atap rumah dan bertengger di pohon rambutan
41
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Bondol haji (Lonchura maja)
Sore
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
4
Pagi
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja)
- Bondol peking (Lonchura punctulata) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Bondol haji (Lonchura maja) Siang - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) Sore
Aktivitas - Bertengger di pucuk mangga - Bermain dan bersarang di palem raja - Bermain di pohon mangga - Bermain di pohon rambutan dan di pohong mangga - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon rambutan dan bersarang di atap rumah - Makan di tanaman Heliconia - Bertengger di pohon palem raja dan makan di tanaman Heliconia - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon rambutan - Keluar dari sarang dan bertengger di pohon palem raja - Bertengger di pohon cemara norflok - makan di pohon mangga - bermain di pohon rambutan - Membuat sarang di pohon palem merah - Berteduh di atap rumah - Bertengger di pohon mangga dan di pohon palem
42
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Bondol haji (Lonchura maja)
- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) 11 Jenis - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Jumlah Jenis Burung 6 1
Pagi
- Bondol haji (Lonchura maja) - Bondol haji (Lonchura maja)
Siang - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja)
- Burung gereja erasia (Passer montanus) Sore
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja) 2
Pagi - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus)
Aktivitas - Bermain di rumput dan di pohon rambutan - Bermain di pohon mangga - Bersarang di pohon palem raja - Bertengger di cemara norflok - Keluar dari sarangnya di atap rumah - Bersarang di pohon palem hijau - Bertengger di pohon palem putri dan di pohon cemara kipas - Bermain di pohon palem putri - Bermain dan bersarang di pohon palem putri dan palem hijau - Bermain di pohon palem putri dan bersarang di atap rumah
- Keluar dari sarangnya di atap rumah - Bersarang di pohon palem hijau dan palem putri - Bertengger di pucuk pohon palem putri - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan
43
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang
- Bondol haji (Lonchura maja)
- Bondol haji (Lonchura maja)
Sore
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja)
3
Pagi
- Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Bondol peking (Lonchura punctulata)
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang
- Bondol haji (Lonchura maja)
- Bondol haji (Lonchura maja) Sore
Aktivitas - Bermain di pohon palem putri dan palem hijau - Bertengger di pohon palem putri dan di pohon cemara kipas - Bermain dan bersarang di pohon palem putri dan palem hijau - Bermain di pohon palem putri dan bersarang di atap rumah - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Keluar dari sarangnya di atap rumah - Bersarang di pohon palem hijau dan palem putri - Bertengger di pucuk pohon palem putri - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bertengger di pohon palem putri dan pohon cemara kipas - Bermain di pohon palem putri dan palem hijau - Bertengger di pohon palem putri dan di pohon cemara kipas - Bermain dan bersarang di pohon palem putri dan palem hijau
44
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Bondol haji (Lonchura maja)
4
Pagi
- Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Bondol peking (Lonchura punctulata)
- Bondol haji (Lonchura maja)
Siang - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Aktivitas - Bermain di pohon palem putri dan bersarang di atap rumah - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bertengger di pucuk pohon palem putri - Keluar dari sarangnya di atap rumah - Bersarang di pohon palem hijau dan palem putri - Bertengger di pucuk pohon palem putri - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bertengger di pohon palem putri dan pohon cemara kipas - Bertengger di pohon palem putri dan di pohon cemara kipas - Bermain di pohon palem putri
- Bondol haji (Lonchura maja)
Sore
Jumlah Jenis
- Bermain dan bersarang di pohon palem putri dan palem hijau - Burung gereja erasia - Bermain di (Passer montanus) pohon palem putri dan bersarang di atap rumah - Burung layang-layang - Terbang bolak rumah balik di sekitar (Delichon dasypus) rumah - Bondol peking (Lonchura - Bertengger di punctulata) pohon palem putri dan pohon cemara 5 Jenis
45
Lanjutan Tabel 13. No 7
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Jln. Drupada 3 No. 2 Bogor
Nama Jenis Burung - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
1
Pagi
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Bermain di pohon sawo manila - Bermain di pohon sawo manila dan pohon rambutan - Bermain di rumput pekarangan - Berteduh di pohon sawo manila - Bermain di pohon sawo
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Bersarang di atap rumah
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Bermain di pohon sawo manila - Bermain di pohon sawo manila dan pohon rambutan - Bermain di rumput pekarangan - Bermain di rambutan - Berteduh di pohon sawo manila
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang
Sore
2
Pagi
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
- Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
Sore - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) 3
Pagi
Aktivitas
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
- Bermain di sawo manila dan rambutan - Bersarang di atap rumah - Bermain di pohon sawo manila - Bermain di pohon sawo manila dan pohon rambutan - Bermain di rumput pekarangan - Bertengger di pohon rambutan
46
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan Siang
Sore
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
4
Pagi - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang
Sore
Jumlah Jenis 8
Jln. Drupada Raya No. 4 Indraprasta II Bantarjati
- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Aktivitas - Bermain di rumput - Berteduh di pohon sawo manila - Bermain di pohon rambutan - Bersarang di atap rumah - Bermain di pohon sawo manila - Bermain di pohon sawo manila dan pohon rambutan - Bermain di rumput pekarangan - Bertengger di pohon rambutan - Bermain di rumput - Berteduh di pohon sawo manila - Bermain di pohon rambutan - Bersarang di atap rumah - Bertengger di pohon rambutan
4 Jenis
1
Pagi
Siang
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
- Bermain di pohon mangga - Bermain di pohon rambutan
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Berteduh di pohon mangga - Berteduh di pohon tanjung - Bermain di pohon sawo kecik - Bermain di pohon rambutan - Makan di pohon mangga - Bermain di pohon sawo kecik - Bermain di pohon rambutan
Sore
2
Pagi
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
47
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan Siang
Sore
3
Pagi
Siang
Sore
4
Pagi
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
- Bermain di pohon mangga dan pohon rambutan - Bersarang atap rumah - Makan di pohon sawo kecik - Makan di pohon sawo kecik - Makan di pohon tanjung - Bermain di pohon rambutan - Makan di pohon tanjung - Bertengger di pohon rambutan - Berteduh di pohon tanjung - Bertengger di pohon tanjung - Makan di pohon tanjung - Bermain di pohon mangga - Makan dan bertengger di pohon tanjung - Bermain di pohon rambutan - Makan dipohon tanjung
- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Makan dipohon tanjung
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
- Berteduh di pohon sawo kecik - Berteduh di pohon mangga - Bertengger di pohon tanjung - Bersarang di atap rumah - Makan di pohon mangga - Bermain di pohon sawo kecik
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Siang
Sore
Jumlah Jenis
Aktivitas
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) 5 Jenis
48
Lanjutan Tabel 13. No 9
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Jln. Drupada 2 No. 1 Indraprasta II Bantarjati Bogor
Nama Jenis Burung - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium) 1
Pagi - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) Siang - Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
Sore
2
Pagi
Siang
Sore
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus)
Aktivitas - Bermain di pohon durian - bermain di pohon durian dan di pohon belimbing - Makan di pohon durian dan bermain di pohon jambu air - Bermain di pohon mangga dan pohon jambu air - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Berteduh di pohon jambu air dan di pohon rambutan - Bermain di pohon mangga - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bersarang di atap rumah - Bermain di pohon durian - Bermain di pohon rambutan - Bertengger di pohon durian - Makan di pohon mangga - Makan di pohon durian - Berteduh di pohon mangga - Berteduh di pohon mangga - Bermain di pohon durian - Bersarang di atap rumah - Bertengger di pohon alpukat - Bermain di pohon rambutan dan belimbing - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan
49
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium) 3
Pagi - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)
- Burung madu gunung (Aethopyga eximia) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) Siang - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Sore
- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
- Cinenen jawa (Orthotomus sepium) 4
Pagi - Burung gereja erasia (Passer montanus)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Aktivitas - Bermain di pohon durian - Bermain di pohon durian, rambutan, dan pohon jambu air - Makan di pohon durian dan bermain di pohon mangga - Makan di pohon durian dan bermain di pohon mangga - Makan di pohon durian - Terbang bolak balik disekitar pekarangan - Berteduh di pohon rambutan dan di atap rumah - Berteduh di pohon mangga - Bertengger di pucuk pohon alpukat - Bersarang di atap rumah - Bermain di pohon durian - Bermain di pohon durian - Bermain di pohon durian - bermain di pohon durian dan di pohon belimbing - Makan di pohon durian dan bermain di pohon jambu air - Bermain di pohon mangga dan pohon jambu air - Terbang bolakbalik di sekitar pekarangan - Bertengger di pohon rambutan
50
Lanjutan Tabel 13. No
Alamat Rumah
Hari ke
Waktu Keberadaan
Nama Jenis Burung - Burung gereja erasia (Passer montanus)
Siang - Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) - Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Sore
- Cabai jawa (Dicaeum trochileum) - Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus) - Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
Jumlah Jenis Keterangan (*) = hujan
Aktivitas - Berteduh di pohon jambu air dan di pohon rambutan - Bermain di pohon mangga dan belimbing - Bermain di pohon durian - Bersarang di atap rumah - Bertengger di pucuk pohon alpukat - Bermain di pohon rambutan dan belimbing - Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon durian dan di pohon mangga
8 Jenis
Dari Tabel 13, terlihat adanya perbedaan jumlah jenis burung setiap pekarangan yang disebabkan oleh perbedaan keanekaragaman vegetasi yang ada di masing-masing pekarangan, dan apabila dilihat per bagian pekarangan, bagian pertama terlihat mampu mengundang lebih banyak burung dibandingkan dengan bagian kedua, dan ketiga. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitar pekarangan bagian pertama yang dekat dengan sungai dan masih terdapat banyak jalur hijau jalan dengan pepohonan tinggi yang merupakan tempat persinggahan dan jalur perpindahan burung dari suatu tempat ke tempat lain, beda dengan pekarangan yang ada pada bagian ke-2 dan ke-3 yang mempunyai vegetasi di pekarangannya namun tidak banyak jalur hijau ataupun pepohonan di sekitar rumah. Penyebab lain kurangnya burung di pekarangan bagian ke-2 dan ke-3 adalah kurangnya jalur hijau jalan di sekitar perumahan sebagai tempat berpindahnya burung dari suatu tempat ke tempat lain, dan kurangnya keberadaan vegetasi yang dapat menghasilkan makanan untuk burung di pekarangan, karena
51
secara umum burung menuju atau mencari vegetasi yang ada di pekarangan untuk mencari makanannya dan untuk bermain. Pada saat sekarang ini sangat jarang ditemukan burung yang mau membuat sarangnya di pohon-pohon yang ada di pekarangan karena diduga burung-burung trauma oleh kelakuan manusia yang mengganggu dengan cara menangkap anak-anak burung beserta sarangnya kemudian menjualnya di pasaran. 4.5 Keragaman Burung di Pekarangan Berikut ini adalah hasil penghitungan nilai keragaman burung di setiap pekarangan berdasarkan hasil pengamatan jumlah jenis burung di pekarangan (Tabel 14). Tabel 14. Keragaman Burung di Pekarangan No. Pek.
Jarak dari Sungai (m)
Luas Pekarangan (m2)
Nilai Keragaman Vegetasi
Jumlah Jenis Burung
Nilai Keragaman Burung (H’)
1 2
100 600
100 475
2.32 1.32
6 11
1.67 2.24
3
900
335
1.82
8
1.97
4
1700
100
1.68
8
1.95
5
1500
300
1.31
11
2.13
6
1600
195
1.16
5
1.51
7
2500
100
0.66
4
1.29
8
2700
75
1.49
5
1.55
9
2800
400
0.99
8
1.98
Pekarangan pada bagian pertama yang memiliki jarak paling dekat dari sungai memiliki rata-rata luasan pekarangan paling besar, indeks keragaman vegetasi tinggi mampu mengundang burung ke pekarangan dengan rata-rata jumlah jenis burung paling banyak dan juga rata-rata indeks keragaman burung paling tinggi, sedangkan pekarangan pada bagian ke-tiga memiliki jarak yang paling jauh dari sungai memiliki rata-rata luasan pekarangan terkecil, indeks keragaman vegetasi terendah dan paling sedikit mengundang burung ke pekarangan. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa jarak dari sungai, luasan pekarangan dan nilai indeks keragaman vegetasi di pekarangan dapat dijadikan indikator sangat berpengaruh terhadap banyaknya burung di pekarangan.
52
4.6 Keberadaan Burung pada Vegetasi Pekarangan Jenis vegetasi menentukan jenis burung yang datang, beberapa jenis vegetasi mampu mengundang beberapa jenis burung tertentu sebagai tempat makan maupun tempat bermain, namun ada juga vegetasi yang sama sekali tidak disukai burung dan tidak pernah dihinggapi oleh burung. Secara umum vegetasi yang sering di kunjungi oleh burung merupakan vegetasi penghasil buah dan bunga, serta vegetasi tinggi dan memiliki kanopi rimbun yang dijadikan burung sebagai tempat bermain dan berteduh (Tabel 15). Tabel 15. Keberadaan Burung pada Setiap Vegetasi Pekarangan Jenis Burung a b c d e f g h i j k
l
m
n
o
Jenis Vegetasi
P
O
H
O
N
Jambu air (Eugenia equea) Jambu biji (*) (Psidium guajava) Mangga (Mangifera indica) Kersen (Muntingia calabura L) Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Durian (Durio zibethinus) Rambutan (Nephelium lappaceum) Nangka (Artocarpus heterophyllus) Kelapa sawit (Elaesis guineensis) Palem raja (Roystonea regia) Pinus (Pinus mercusii) Palem ekor tupai (Wodyetia bifurcate)
53
Lanjutan Tabel 15. Jenis Burung
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
Jenis Vegetasi Cemara (Jupernicus chinensis) Palem putri (Veitchia merlii) Sawo manila (Achras zapota) Pinang hutan (Pinanga kuhlii) Kelapa (Cocos nucifera) Damar (Agathis dammara) Cemara kipas (Thuja orientalis) Kayu manis (Cinnamomum burmanii) Tanjung (Mimusoph elengi) Belimbing (Averrhoa carambola) Alpukat (Persea americana) Bamboo kuning (Phyllostacys sulphrurea) Sawo kecik (Manilkara kauki) Palem hijau (Ptycosperma macarthurii) Cemara norflok (Araucaria heterophylla) Jeruk purut (*) (Citrus hytrix) Jeruk nipis (*) (Citrus aurantifolia) Palem merah (Cyrtostachis renda)
54
Lanjutan Tabel 15. Jenis Burung
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
Jenis Vegetasi Palem botol (Mascarena lagenicaulis)
P
E
R
D
U
Euphobia (Euphorbia milii) Hanjuang (Cordyline terminalis) Drasena (Dracaena laureiri) Nusa indah (Musaenda philippica) Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) Puring (Cadiaeum variegatum) Nolina (Beaucarnea recurvate Fatsia (Fatsia japonica) Palem wregu (Rhapis excelsa) Teh-tehan (Acalypha macrophylla) Kembang sepatu (Hibiscus rosasinencis) Cabai kecil (Capsicum annum) Bougenvil (Bougenvillea sp.) Kuping gajah (Anthurium crystallium) Kaktus (Eriosyce imitans) Iris (Neomarica longifolia) Soka (Ixora coccinea)
55
Lanjutan Tabel 15. Jenis Burung
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
Jenis Vegetasi
H E R B A S I U S
Suplir (Adiantum terenum) Aglonema (Aglaonema sp.) Asparagus (Asparagus densiflorus) Pepaya (*) (**) (Carica papaya) Begonia (Begonia sp.) Pisang hias (Heliconia American dwarf) Keladi hias (Caladium bicolor) Kucai (Carex morrowii) Palisota (Palisota barteri) Pilea (Pilea involucrata) Sansivera (sansevieria trifasciata) Spathiphyllum wallisii Rumput paetan (Axonopus compressus) Opipogon (Ophiopogon japanicus)
R U M P U T keterangan: (*) tinggi vegetasi = < 2 m; (**) herba besar a= merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier); b= cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster); c= cinenen jawa (Orthotomus sepium); d= cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps); e= cinenen pisang (Orthotomus sutorius); f= cinenen gunung (Orthotomus cuculatus); g= cabai jawa (Dicaeum trochileum); h= bondol haji (Lonchura maja); i= bondol peking (Lonchura punculata); j= burung gereja erasia (Passer montanus); k= burung layang-layang (Delichon dasypus); l= burung madu sriganti (Nectarinia jugularis); m= kacamata biasa (Zosterops palpebrosus); n= cipoh kacat (Aegithina tiphia); o= cabai polos (Dicaeum concolor).
56
Dari Tabel 15 terlihat vegetasi yang mampu mengundang burung ke pekarangan kebanyakan dari golongan pohon dan di dominasi oleh pohon yang mampu menghasilkan bunga dan buah. Jambu air (Eugenia equea) mampu mengundang 10 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cinenen gunung (Orthotomus cuculatus), cabai jawa (Dicaeum trochileum), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), cabai polos (Dicaeum concolor) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah makan, bertengger, berteduh dan bermain, apabila pohon ini tidak sedang berbuah atau berbunga maka jenis burung yang menggunakan pohon ini akan lebih sedikit dan aktivitas burung bertengger, berteduh, dan bermain. Mangga (Mangifera indica) mampu mengundang 10 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cinenen gunung (Orthotomus cuculatus), cabai jawa (Dicaeum trochileum), burung gereja erasia (Passer montanus), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), cabai polos (Dicaeum concolor) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini bermain, berteduh dan bertengger. Jarang ditemukan burung yang sedang makan di pohon ini, pada umumnya burung jenis cinenen dan burung gereja berteduh di pohon ini pada siang hari, sedangkan burung cucak kutilang dan merbah cerukcuk menggunakan pucuk pohon ini sebagai tempat bertengger sementara atau tempat persinggahan sementara apabila terbang dari suatu tempat untuk menuju ke tempat lain atau untuk mencari makanan di pohon lain, jenis burung ini banyak di jumpai di sekitar pinggiran sungai ciliwung dan jalur hijau yang terletak di sepanjang jalan Papandayan sehingga jarang ditemukan di pohon mangga di daerah Villa Indah Pajajaran dan Indraprasta. Kersen (Muntingia calabura L) mampu mengundang 10 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), 57
cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cinenen gunung (Orthotomus cuculatus), cabai jawa (Dicaeum trochileum), burung gereja erasia (Passer montanus), kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), cabai polos (Dicaeum concolor)) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah makan, bermain, dan bertengger. Sebagian besar dari seluruh jenis burung yang ditemukan yaitu 10 jenis di atas menggunakan pohon ini untuk memakan buah kersen tersebut. Jenis burung yang paling sering dan paling banyak jumlahnya ditemukan makan buah kersen ini adalah jenis burung cinenen dan merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), sedangkan jenis burung lainnya ditemukan lebih sering bermain yaitu jenis cinenen, cabai jawa (Dicaeum trochileum), burung gereja earasia (Passer montanus) dan kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), yang sering bertengger dan berteduh di pucuk pohon tersebut adalah cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) (Gambar 4).
Gambar 4. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sedang berteduh di pohon kersen (Muntingia calabura L) Bunga kupu-kupu (Bauhinia purupurea) mampu mengundang 10 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cinenen gunung (Orthotomus cuculatus), cabai jawa (Dicaeum trochileum), burung gereja erasia (Passer montanus), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), kacamata biasa (Zosterops palpebrosus)) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh
58
sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung pada pohon ini adalah makan, bermain, bertengger dan berteduh. Pada umumnya jenis burung yang makan dan bermain di pohon ini adalah burung madu, kacamata biasa dan jenis burung cinenen, sedangkan yang berteduh burung gereja erasia (Passer montanus), dan yang bertengger merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Jenis pohon ini di satu pekarangan tidak terlalu banyak mengundang burung yaitu sekitar 7 jenis burung saja dikarenakan tinggi pohon yang masih pendek 2 m, pada ketinggian pohon seperti ini beberapa jenis burung akan jarang hinggap di pohon karena burung tersebut diduga takut dan trauma akan di tangkap oleh manusia. Rambutan (Nephelium lappaceum) mampu mengundang 8 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cabai jawa (Dicaeum trochileum), burung gereja erasia (Passer montanus), cipoh kacat (Aegithina tiphia), cabai polos (Dicaeum concolor) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung pada pohon ini adalah makan, bermain, bertengger, dan berteduh. Jenis burung yang makan di pohon ini adalah cipoh kacat (Aigithina tiphia) yang memakan ulat-ulat yang ada di daun dan di ranting pohon rambutan, namun jenis burung ini hanya ditemukan di satu pekarangan saja, sedangkan di pekarangan lain tidak di temukan jenis burung ini meskipun memiliki pohon rambutan. Jenis burung yang bermain dan berteduh adalah jenis burung cinenen, cabai jawa (Dicaeum trochileum), cabai polos (Dicaeum concolor), sedangkan merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) menggunakan pohon ini sebagai tempat bertengger (Gambar 5).
59
Gambar 5. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sedang bertengger di pohon rambutan (Nephelium lappaceum) Pinang Hutan (Pinanga kuhlii) mampu mengundang 7 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), bondol haji (Lonchura maja), bondol peking (Lonchura punculata)), aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah makan, dan bertengger. Jenis burung yang sering di jumpai makan pada pagi hari di pohon ini adalah cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), dan jenis burung cinenen, yang dimakan oleh burung tersebut adalah buahnya yang kecil dan berwarna merah, sedangkan jenis bondol dan jenis lainnya hanya menjadikan pohon ini sebagai tempat bertengger sementara untuk terbang ke tempat lain (Gambar 6).
Gambar 6. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sedang makan buah pinang hutan (Pinanga kuhlii) 60
Nangka (Artocarpus heterophyllus) mampu mengundang 6 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cabai jawa (Dicaeum trochileum), cabai polos (Dicaeum concolor)) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah berteduh dan bertengger. Jenis burung yang berteduh adalah jenis burung cinenen dan jenis burung cabai, sedangkan jenis burung yang bertengger adalah merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Pohon ini dikunjungi oleh burung karena memiliki daun yang lebar sehingga menjadi rimbun yang dijadikan sebgai tempat berteduh dari panas pada siang hari dan pada saat hujan. Kelapa (Cocos nucifera) yang mampu mengundang burung sebanyak 5 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cabai jawa (Dicaeum trochileum) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah bertengger dan bermain. Jenis burung yang bermain adalah jenis burung cinenen dan cabai jawa (Dicaeum trochileum), dan jenis burung yang bertengger adalah merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Jenis kelapa ini adalah kelapa kuning yang memiliki tinggi 3.5 m. Dari 9 sampel pekarangan ditemukan hanya 1 pekarangan yang menanam pohon kelapa ini yaitu pekarangan yang terletak di jalan Papandayan (Gambar 7).
Gambar 7. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) sedang bertengger di pohon kelapa 61
Cemara (Jupernicus chinensis) mampu mengundang 5 jenis burung (cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cabai jawa (Dicaeum trochileum), bondol haji (Lonchura maja), bondol peking (Lonchura punculata), burung gereja erasia (Passer montanus)) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah bertengger dan bermain. Jenis burung yang sering bertengger di pohon ini adalah burung bondol, sedangkan burung lainnya menggunakan pohon ini hanya sebagai tempat bertengger dan bermain. Jenis pohon ini kurang disukai banyak burung, meskipun ditanam dengan jumlah yang banyak. Bambu kuning (Phyllostacys sulphrurea) yang merupakan jenis pohon yang tumbuh berumpun mampu mengundang 5 jenis burung (cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cinenen gunung (Orthotomus cuculatus), burung gereja erasia (Passer montanus) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah bermain dan berteduh. Jenis burung cinenen dan burung gereja sering ditemukan bermain di pohon bambu ini karena rimbun. Pada pohon ini ditemukan sarang burung yang telah rusak, kemungkinan terbesarnya dirusaj oleh tangan manusia yang ingin mengambil anak burung tersebut. Palem merah (Cyrtostachis renda) yang merupakan jenis pohon yang tumbuh berumpun juga mampu mengundang 2 jenis burung (bondol haji (Lonchura maja), burung gereja erasia (Passer montanus) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah bersarang. Kedua jenis burung ini ditemukan sedang membuat sarangnya di pohon ini di salah satu pekarangan. Pada salah satu pekarangan pemilik pekarangan maupun pengelolanya tidak usil dengan burung yang ada di pekarangan mereka, selain itu orang lain yang berlalu lalang di sekitar rumahnya juga jarang dijumpai sehingga burung tersebut merasa aman membuat sarangnya di pohon ini yang memiliki ketinggian 2 m. Belimbing (Averrhoa carambola) mampu mengundang 3 jenis burung (cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cabai jawa (Dicaeum trochileum) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh
62
sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah bermain dan berteduh. Jenis pohon ini ditemukan ketika tidak sedang berbunga maupun berbuah, sehingga hanya ditemukan 3 jenis burung yang sedang berteduh dan bermain di pohon ini, dan hanya ditemukan di satu pekarangan yang menanam tanaman ini dari seluruh sampel yaitu di sekitar Indraprasta. Cemara norflok (Araucaria heterophylla) mampu mengundang 5 jenis burung (merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), bondol haji (Lonchura maja), bondol peking (Lonchura punculata), burung gereja erasia (Passer montanus) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah bertengger. Jenis pohon ini ditemukan hanya satu batang di pekarangan sekitar Villa Indah Pajajaran dengan tinggi 20 m, pohon ini juga ditemukan di daerah jalur hijau jalan Papandayan yang tumbuh berbaris banyak merupakan habitat burung merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Pisang hias (Heliconia american dwarf) mampu mengundang 4 jenis burung (cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) dari 15 jenis burung yang ditemukan di seluruh pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di pohon ini adalah makan. Jenis burung yang paling sering dijumpai sedang makan di pohon ini adalah Nectarinia jugularis yang makan nektar dari bunga ini (Gambar 8a), begitu juga dengan jenis burung cinenen tetapi tidak sesering sriganti, sedangkan cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) memakan bakal bunga dari pisang hias (Heliconia american dwarf) (Gambar 8b).
63
Gambar 8a. burung madu sriganti (Nectarinia Jugularis) Sedang makan nektar dari Heliconia
Gambar 8b. Bagian yang dimakan oleh cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
Rumput paetan (Axonopus compressus) mampu mengundang 1 jenis burung (burung gereja erasia (Passer montanus)) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di vegetasi ini adalah hanya sebagai tempat bermain, terkadang burung gereja turun dari sarangnya dan bermain dan makan di rumput pekarangan (Gambar 9).
Gambar 9. Burung gereja erasia (Passer montanus) sedang bermain di rumput Cabai kecil (Capsicum annum) mampu mengundang 2 jenis burung cinenen jawa (Orthotomus sepium), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) dari 15 jenis burung yang ditemukan dari seluruh sampel pekarangan, aktivitas yang dilakukan oleh burung di vegetasi ini adalah hanya tempat bermain, sesekali
64
burung cinenen turun ke vegetasi ini untuk bermain apabila orang-orang disekitar pekarangan sepi. Dari penjelasan sebelumnya, diketahui vegetasi yang paling dominan mengundang burung adalah vegetasi yang tergolong pohon, berdasarkan pengamatan pohon yang mampu mengundang banyak burung adalah pohon yang memiliki kanopi yang rimbun dan menghasilkan bunga atau buah dan memiliki tinggi lebih dari 2.5 m, selanjutnya vegetasi yang mampu mengundang burung dan menjadi favorit dari burung sriganti adalah pisang hias (Heliconia american dwarf) yang ditemukan selama pengamatan di pekarangan contoh. Vegetasi yang tidak disukai burung atau tidak mampu mengundang banyak burung berdasarkan penjelasan di atas adalah vegetasi yang bukan penghasil buah dan bunga dan memiliki tinggi kurang dari 2 m, meskipun demikian bukan berarti vegetasi yang lain tidak dibutuhkan keberadaannya di pekarangan, vegetasi yang lain juga dibutuhkan sebagai vegetasi tambahan untuk estetika, ameliorasi iklim mikro dan untuk meningkatkan keragaman vegetasi pekarangan. 4.7 Aktivitas Burung di Vegetasi Pekarangan Setelah dijelaskan sebelumnya jenis vegetasi yang mampu mengundang banyak burung, berikut adalah aktivitas yang dilakukan oleh burung di pekarangan selama pengamatan dan setelah dibandingkan dengan buku panduan lapang karya John MacKinnon, dkk. 2010, untuk mengetahui hubungan antara jenis burung dan jenis vegetasi di pekarangan (Tabel 16). Tabel 16. Aktivitas Burung di Vegetasi Pekarangan No 1
2
Nama Burung
Makan
Cucak kutilang - buah (Pycnonotus aurigaster) Pinanga kuhlii - buah Mungtingia calabura - bakal bunga Heliconia American dwarf Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Bermain
Aktivitas Bertengger
Berteduh
-Roystonea
- Mangifera
- Muntingia
regia
indica
calabura
-Kumpulan - Nephelium Araucaria lappaceum heterophylla - Cocos - Veitchia nucifera merlii - Eugenia equea
- Mimusoph elengi
- buah - Mungtingia - Mangifera Mungtingia calabura indica calabur
- Mimusoph elengi
Bersarang *
*
65
Lanjutan Tabel 16. Aktivitas No
Nama Burung
Makan - buah Mimusoph elengi
3
4
5
6
Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
- nektar Bauhinia purpurea - buah Mungtingia calabura - nektar bunga Eugenia equea
Bermain - Durio zubetinus
Bertengger - Nephelium lappaceum - Cocos nucifera
Berteduh
Bersarang
-Mungtingia calabura
- Kumpulan Araucaria heterophylla - Eugenia equea - Eugenia -Roystonea equea -Roystonea regia - Mimusoph regia elengi
- Bauhinia purpurea - Agathis dammara - Achras zapota - Durio zubetinus - Mangifera indica - Nephelium lappaceum Cinenen kelabu - nektar - Bauhinia (Orthotomus Sutorius) Bauhinia purpurea purpurea - Agathis - buah dammara Mungtingia - Achras calabura zapota - nektar - Durio bunga zubetinus Eugenia - Mangifera equea indica - Nephelium lappaceum Cinenen pisang - nektar - Bauhinia (Orthotomus sutorius) Bauhinia purpurea purpurea - Agathis - buah dammara Mungtingia - Achras calabura zapota - nektar - Durio bunga zubetinus Eugenia - Mangifera equea indica - Nephelium lappaceum Cinenen gunung - nektar - Bauhinia (Orthotomus cuculatus) Bauhinia purpurea purpurea - Agathis - buah dammara Mungtingia - Achras calabura zapota
indica
- Achras zapota
- Nephelium lappaceum
- Artocarpus heterophyllus
- Mangifera
*
- Eugenia equea
indica
- Achras zapota
- Nephelium lappaceum
- Artocarpus heterophyllus
- Mangifera
*
- Eugenia equea
indica
- Achras zapota
- Nephelium lappaceum
- Artocarpus heterophyllus
- Mangifera
*
- Eugenia equea
indica
- Achras zapota
- Nephelium lappaceum
- Artocarpus heterophyllus
- Mangifera
*
66
Lanjutan Tabel 16. No
7
Nama Burung
Burung gereja erasia (Passer montanus)
Makan
Bermain
- nektar bunga Eugenia equea
- Durio zubetinus - Mangifera indica - Nephelium lappaceum
- serangga Bauhinia purpurea
- Eugenia equea
Aktivitas Bertengger
Berteduh
Bersarang
- Eugenia equea
- Nephelium lappaceum
- Nephelium - Mangifera - Axonopus lappaceum indica compressus Phyllostacys sulphrurea
- Eugenia equea - Phyllostacys sulphrurea
Di bawah plavon atau genteng rumah
- Bauhinia purpurea
8
9
10
11
- Axonopus compressus Cabai jawa (Dicaeum - serangga - Eugenia trochileum) di Eugenia equea equea - Bauhinia - serangga purpurea di Bauhinia - Mangifera purpurea indica - buah - Averrhoa Mungtingia carambola calabura Cabai polos (Dicaeum - serangga - Eugenia concolor) di Eugenia equea equea - Bauhinia - serangga purpurea di Bauhinia - Mangifera purpurea indica - buah - Averrhoa Mungtingia carambola calabura Kacamata biasa - Bauhinia - Bauhinia (Zosterops palpebrosus) purpurea purpurea - Eugenia - Agathis equea dammara - Durio zubetinus - Thuja orientalis Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
- nektar Bauhinia purpurea - nektar Heliconia American dwarf
- Durio zubetinus
- Eugenia equea - Nephelium lappaceum
- Eugenia equea - Nephelium lappaceum
- Durio zubetinus
*
- Eugenia equea - Mangifera indica - Mungtingia calabura - Artocarpus heterophyllus
*
- Eugenia equea
*
- Bauhinia purpurea - Eugenia equea - Bauhinia purpurea
- Mangifera - Durio indica
- Eugenia equea - Mangifera indica - Mungtingia calabura - Artocarpus heterophyllus
zubetinus
- Eugenia equea
*
- Mangifera indica
- Bauhinia purpurea
67
Lanjutan Tabel 16. No
12
Nama Burung
Makan
- nektar Hibiscus rosasinencis - nektar Eugenia equea Bondol haji (Lonchura * maja)
Aktivitas Bermain Bertengger Berteduh
- Thuja orientalis
- Ptycosperma macarthurii
- Veitchia merlii
13
Bondol peking (Lonchura punctulata)
*
- Veitchia merlii - Pinanga Ptycosperma kuhlii macarthurii - Roystonea regia - Thuja orientalis - Thuja - Ptycosperma orientalis macarthurii
*
Bersarang
Ptycosperma macarthurii - Veitchia merlii -Cyrtostachis renda
*
*
*
*
- Veitchia merlii
- Veitchia merlii - Pinanga Ptycosperma kuhlii macarthurii - Araucaria heterophylla - Thuja orientalis 14
15
Cipoh kacat (Aegithina - ulat yang - Nephelium - Nephelium tiphia) ada di lappaceum lappaceum ranting dan daun Nephelium lappaceum Burung laying-layang * * * rumah (Delichon dasypus)
Di dinding Di dinding baigan baigan bawah bawah genteng atau genteng atau plavon rumah plavon rumah
NB: * = tidak ditemukan saat pengamatan
68
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan Dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya diketahui bahwa luasan rata-rata pekarangan pada bagian pertama 303 m2, pada bagian ke-dua 198 m2, dan pada bagian ke-tiga 192 m2. Berdasarkan pengelompokan pekarangan menurut luasnya oleh Arifin et. al (2009) rata-rata pekarangan di tiga bagian tersebut tergolong pekarangan sedang. Namun apabila dilihat dari angkanya hal ini menunjukkan adanya penyempitan luasan pekarangan rumah pada bagian pertama (dekat dari sungai), ke-dua (agak jauh dari sungai), dan ke-tiga (jauh dari sungai) yang masing-masing dibangun pada tahun < 1980, 1981-2000, dan pada tahun >2000. Apabila dilihat secara spesifik, kecilnya luasan pekarangan pada bagian ke-tiga disebabkan oleh pekarangan yang terdapat di daerah ini didominasi pekarangan yang tergolong sempit. Pekarangan yang mampu mengundang banyak burung terdapat pada bagian pertama yang masih banyak terdapat koridor hijau di sekitar pekarangan, seperti koridor hijau sungai Ciliwung dan koridor hijau jalan di sekitar Papandayan dan Cikurai yang merupakan tempat burung bersarang dan sebagai tempat berpindahnya burung dari suatu tempat ke tempat lain. Pekarangan bagian ke-dua merupakan pekarangan yang mampu mengundang banyak jenis burung setelah bagian pertama, dengan jarak agak jauh dari sungai Ciliwung, 1500 meter - 1700 meter pada bagian ke-dua ini dekat dengan jalur hijau jalan di sekitar Padjajaran tetapi hanya sedikit jalur hijau jalan yang terdapat pada perumahan bagian ini, sehingga burung-burung sulit untuk berpindah menuju pekarangan. Pekarangan yang paling sedikit mengundang burung terdapat pada pekarangan bagian ke-tiga dengan rata-rata luasan pekarangan terkecil diantara ketiganya, memiliki jarak yang jauh dari sungai Ciliwung dan terdapat sedikit koridor hijau jalan Indraprasta di sekitar pekarangan, pada bagian ini terdapat satu pekarangan yang mampu mengundang 8 jenis burung, yaitu pekarangan ke-9 dengan luas pekarangan 400 m2 yang ditanami dengan tanaman-tanman yang disukai burung, dan lokasi pekarangan ini lebih dekat dari jalur hijau jalan Indraprasta.
Berdasarkan
penjelasan
sebelumnya,
faktor
yang
membedakan
kemampuan pekarangan mengundang burung adalah luas pekarangan, jarak pekarangan dari koridor hijau (koridor hijau jalan dan koridor hijau sungai yang memiliki keragaman hayati tinggi). Pekarangan yang paling dekat dengan koridor hijau sungai dan koridor hijau jalan yang mampu mengundang burung adalah sampel 2 (Gambar 10 dan Gambar 11).
Gambar 10. Bagian depan pekarangan sample 2
Gambar 11. Bagian samping pekarangan sampel 2 Dari Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat bahwa pekarangan yang mampu mengundang banyak burung terdapat banyak jenis vegetasi pohon dengan strata yang berbeda-beda pada bagian depan dan samping pekarangan, dan pekarangan tersebut terlihat tertata dengan rapi dan bersih. Tampak pekarangan sampel 2 secara keseluruhan ditunjukkan pada denah pekarangan (Gambar 12).
70
Gambar 12. Denah pekarangan sampel 2
Pekarangan sampel 3 merupakan pekarangan yang mampu mengundang banyak burung setelah pekarangan sampel 2 yang termasuk pekarangan yang dekat dari koridor sungai dan terdapat banyak koridor hijau jalan di sekitar pekarangan. Pada bagian depan pekarangan ini ditanami oleh tanaman kersen (Muntingia calabura L) yang merupakan makanan bagi burung, dan nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai tempat berteduh burung (Gambar 13). Pada bagian samping pekarangan ini terdapat jejeran pohon jambu air (Eugenia equea) bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), mangga (Mangifera indica), pisang hias (Heliconia american dwarf) yang dijadikan sebagai tempat makan dan tempat bertengger burung. Pekarangan ini juga memiliki banyak pohon dan terlihat tertata dengan rapi (Gambar 14). Tampak pekarangan sampel 3 secara keseluruhan ditunjukkan pada denah pekarangan (Gambar 15).
71
Gambar 13. Bagian depan pekarangan sampel 3
Gambar 14. Bagian samping pekarangan sampel 3
Gambar 15. Denah pekarangan sampel 3 72
Pekarangan yang kurang mampu mengundang banyak burung terletak pada sampel bagian ke-tiga yang merupakan bagian sampel yang sangat jauh dari sungai yaitu pekarangan sampel 7, dengan luasan pekarangan yang kecil, hampir tidak ada jenis vegetasi penghasil buah/ bunga di pekarangan, dan terdapat sedikit jalur hijau jalan di sekitar pekarangan. Pada bagian depan pekarangan terlihat tertata dengan rapi (Gambar 16) sedangkan pada bagian samping pekarangan terlihat kurang tertata dengan rapi (Gambar 17), hal ini disebabkan pemilik rumah merupakan pekerja di luar kota bogor.
Gambar 16. Bagian depan pekarangan sampel 7
Gambar 17. Bagian samping pekarangan sampel 7 Tampak keseluruhan tapak pekarangan sampel 7 dan jenis vegetasi yang ada di pekarangan tersebut ditunjukkan pada denah pekarangan berikut (Gambar 18).
73
Gambar 18. Denah pekarangan sampel 7 Pekarangan lain yang kurang mampu mengundang burung terdapat pada sampel 8 yang terdapat pada bagian sampel ke-tiga dengan luasan pekarangan yang kecil, keragaman jenis vegetasi yang rendah, terdapat sedikit jalur hijau jalan di sekitar pekarangan, dan terlihat kurang tertata dengan rapi baik pada bagian depan pekarangan (Gambar 19) maupun bagian samping pekarangan yang terlihat ditanami oleh pohon-pohon yang dijadikan burung sebagai tempat bermain dan berteduh (Gambar 20).
Gambar 19. Bagian depan pekarangan sampel 8
74
Gambar 20. Bagian depan & samping pekarangan sampel 8 Tampak keseluruhan tapak pekarangan sampel 8 dan jenis vegetasi yang ada di pekarangan tersebut ditunjukkan pada denah pekarangan berikut (Gambar 21).
Gambar 21. Denah pekarangan sampel 8
5.2 Vegetasi Pekarangan Jenis vegetasi yang ditanam di pekarangan pada bagian pertama, ke-dua, dan ke-tiga memiliki perbedaan menurut fungsinya, berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik rumah, pekarangan di bagian pertama ditanami dengan vegetasi yang memiliki fungsi estetika, dan vegetasi yang berfungsi sebagai pemasok bahan makanan komplementer bagi rumah tangga, hal ini ditunjukkan dengan pemilihan vegetasi yang secara umum menghasilkan buah, seperti : jambu air (Eugenia equea), mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibethinus),
75
rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus heterophyllus), kelapa (Cocos nucifera), dan cabai kecil (Capsicum annum). Sedangkan pekarangan di bagian ke-dua dan ke-tiga difungsikan untuk estetika dan ameliorasi iklim mikro yaitu menetralisir suhu udara setempat. Umumnya vegetasi yang ditanam di pekarangan bagian ini pohon-pohon peneduh dan memiliki tajuk yang rimbun yang tidak terlalu intensif perawatannya, seperti: mangga (Mangifera indica), tanjung (Mimusoph elengi), pinus (Pinus mercusii), dan sebagai tanaman estetik secara umum adalah bougenvil (Bougenvillea sp.). Berdasarkan hasil pengamatan, didapat perbedaan rata – rata keragaman vegetasi disetiap bagiannnya. Keragaman vegetasi yang lebih tinggi terdapat di pekarangan bagian pertama, hal ini karena pemilik pekarangan memilih jenis vegetasi yang memiliki nilai estetika dan fungsi sosial, seiring bertambahnya jenis vegetasi yang ada maka keragaman vegetasi juga semakin tinggi. pada bagian pertama memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 16 jenis dengan rata-rata keragaman vegetasi 1.83 yang didominasi oleh pohon dan herbasius mampu mengundang jenis burung rata-rata 9 jenis. Bagian ke-dua memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 12 jenis dengan rata-rata keragaman vegetasi 1.38 yang didominasi oleh pohon mampu mengundang jenis burung rata-rata 8 jenis. Bagian ke-tiga memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 9 jenis dengan rata-rata keragaman vegetasi 1.05 yang didominasi oleh pohon mampu mengundang jenis burung rata-rata 6 jenis (Tabel 17). Tabel 17. Jumlah Jenis Vegetasi Pekarangan dan Jumlah Jenis Burung No.
Luas 2
Jenis
H’ Vege-
Pohon
Semak
Perdu
Herba-
Jenis
Pek
(m )
Vegetasi
1
100
11
2.35
1
-
-
10
-
6
2
475
22
1.32
11
3
4
2
2
11
3
335
15
1.82
6
3
2
3
1
10
4
100
9
1.68
7
-
-
1
1
8
5
300 195
18
1.31
9
3
1
3
2
11
9
1.16
7
-
1
-
1
5
6
tasi
sius
Rumput
Burung
76
Lanjutan Tabel 17. H’
No.
Luas
Jenis
Pek
(m2)
Vegetasi
7
100
8
0.66
5
-
1
1
1
4
8
75
5
1.49
4
-
1
-
-
5
9
400
13
0.99
7
-
1
3
2
8
Vege-
Pohon
Semak
Perdu
Herba-
tasi
sius
Rumput
Jenis Burung
Dari penjelasan dan tabel di atas bila dilihat dari setiap bagian pekarangan, selain keberadaan pekarangan yang dekat dengan jalur hijau, baik jalur hijau sungai maupun jalur hijau jalan, luasan pekarangan, nilai indeks keragaman vegetasi dan jumlah jenis vegetasi yang didominasi oleh vegetasi pohon menentukan banyaknya burung yang datang ke pekarangan. 5.3 Jenis Burung pada Vegetasi Pekarangan Secara umum jenis burung yang ditemukan hampir di setiap pekarangan adalah burung gereja erasia (Passer montanus), burung ini biasanya tinggal di bawah genteng rumah yang tinggi dan sering bertengger pada tanaman bambu dan rambutan. Beberapa orang tidak terlalu menginginkan keberadaan burung ini karena kotorannya yang selalu membuat kotor dinding dan atap rumah. Jenis burung yang sudah mulai berkurang populasinya adalah merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) dan cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), jenis burung ini memiliki kesamaan bentuk yang membedakannya adalah suara dan warna kepalanya, pada Pycnonotus aurigaster terdapat warna hitam di bagian kepala atas, sedangkan Pycnonotus goiavier berwarna coklat keputihan. Jenis burung ini sangat disukai sebagian masyarakat karena suaranya yang berisik tetapi berirama, burung ini biasanya bertengger di pohon tinggi seperti cemara norflok (Araucaria heterophylla), rambutan (Nephelium lappaceum), dan pohon tinggi lainnya. Burung ini biasanya memakan buah kecil seperti buah kersen dan buah pinang hutan yang kecil dan berwarna merah. Kersen (Muntingia calabura), jambu air (Eugenia equea), dan pinang hutan (Pinanga kuhlii) merupakan vegetasi yang mampu mengundang banyak jenis burung, karena selain sebagai bahan makanan, vegetasi ini juga sering dijadikan burung sebagai tempat berteduh dari teriknya matahari, tempat bertengger, dan tempat bermain.
77
Jenis burung kecil seperti: kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), cinenen (Orthotomus sp.) merupakan jenis burung pemakan madu, burung-burung ini biasanya banyak ditemukan di tanaman bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea Linn), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), pisang hias (Heliconia sp.), dan jambu air (Eugenia equea). Namun berbeda halnya dengan jenis cinenen (Orthotomus sp.) yang tidak hanya memakan madu dari bunga tetapi juga memakan buah kecil seperti yang dimakan oleh burung jenis Pycnonotus yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada umumnya, jenis burung kecil yang berada di pekarangan merupakan pemakan madu maupun pemakan buah kecil, berbeda dengan jenis burung cipoh kacat (Aegithina tiphia), burung ini memakan ulat yang berada di ranting maupun di daun pohon rambutan, burung ini juga merupakan salah satu burung yang sudah jarang di kota bogor karena dari sembilan sample pekarangan yang ada, ditemukan hanya di satu pekarangan saja, yaitu di pekarangan ke-dua. Vegetasi yang ada di sekitar pekarangan sebagai tempat bersarangnya burung ini tidak diketahui dan uniknya burung ini selama pengamatan hanya ditemukan di pohon rambutan dan hanya pada waktu pagi hari antara pukul 06.00 sampai pukul 07.30 wib. 5.4 Strategi Pengelolaan Vegetasi Pekarangan Untuk Habitat Satwa Burung Penentuan strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan cara dalam menentukan strategi dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada setiap sample pekarangan. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strength), kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat). 5.4.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman a)
Kekuatan (Strenght)
- Strata vegetasi di pekarangan Setiap pekarangan memiliki keragaman strata dan jenis vegetasi yang bermacam-macam, selain fungsinya sebagai estetika, dan membuat kenyamanan bagi penggunanya, sebagian vegetasi juga mampu mengundang burung untuk hadir di pekarangan dan menjadikan sebagai habitatnya terutama untuk mencari
78
makan. Keragaman strata jenis vegetasi menentukan jumlah dan jenis burung yang datang ke pekarangan. - Struktur pekarangan Besar kecilnya luas pekarangan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan banyaknya jumlah jenis vegetasi (pohon) yang akan diatur untuk menciptakan suatu pekarangan yang mampu mengundang burung dan menghasilkan estetika. Pekarangan yang luas apabila dikelola dengan baik akan lebih banyak menghasilkan keragaman dan jenis vegetasi terutama pohon untuk mengundang burung dibandingkan dengan pekarangan yang sempit. b) Kelemahan (Weakness) - Kurangnya pengelolaan pekarangan Jarang dijumpai pemilik pekarangan yang benar-benar peduli dan merawat pekarangannya. Kebanyakan pemilik pekarangan yang menetap di bogor merupakan pekerja di luar kota bogor sehingga tidak mempunyai waktu untuk merawat pekarangannya. Adapun pemilik yang merawat pekarangannya merupakan golongan lansia sehingga mereka melakukannya sesuai dengan kemampuan mereka yang sudah mulai berkurang. - Pemilihan jenis vegetasi Banyaknya vegetasi di pekarangan memang sangat baik untuk kenyamanan pemilik maupun pengguna dan untuk mengundang satwa burung ke pekarangan, namun banyak dijumpai bahwa pemilik tidak terlalu mementingkan pemilihan jenis vegetasi yang seharusnya ditanam di pekarangan agar dapat berfungsi secara maksimal, baik secara estetis, kenyamanan, dan sebagai habitat satwa burung di pekarangan tersebut. c) Peluang (Opportunity) - Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit Ruang terbuka hijau kota di kota bogor yang mampu mendukung habitat satwa burung sudah mulai berkurang, oleh karena itu salah satu alternatif untuk menjaga hal tersebut adalah memanfaatkan pengelolaan yang baik dan benar pada pekarangan agar dapat menjaga habitat burung. Dengan ini maka secara tidak langsung burung-burung akan berdatangan ke pekarangan tanpa diburu dengan secara kasar.
79
d) Ancaman (Threat) - Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota Koridor hijau kota merupakan salah satu akses perpindahan burung dari satu tempat ke tempat lain, selain sebagai tempat bersarang bagi burung. Pada saat ini koridor tersebut semakin hilang akibat adanya pengalihan fungsi menjadi ruang terbuka terbangun tanpa memperhatikan ruang terbuka hijaunya. Contoh, pembangunan jalan raya pada saat ini tidak memperhatikan ruang terbuka hijaunya yang berada di tepi jalan. - Penangkapan burung Tingginya harga jual satwa burung menjadikan sebagian besar masyarakat setempat untuk berburu burung-burung yang unik dan indah kemudian di jual ke pasar atau di jual kepada orang-orang yang telah memesannya. Menurut pengakuan warga setempat, penangkapan burung dilakukan pada malam hari dengan cara mengambil sarangnya yang terdapat di pohon-pohon tepi sungai. Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat suatu jenis burung menjadi langka dan punah. 5.4.2
Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal Setiap faktor memiliki tingkat kepentingan dan nilai tersendiri begitu juga
dengan setiap faktor internal dan eksternal memiliki nilai berdasarkan tingkat kepentingannya untuk memudahkan dalam menentukan strategi yang tepat, dari pengamatan disusun 4 faktor strategis internal yang terdiri atas 2 faktor kekuatan (strength) dan 2 faktor kelemahan (weakness). Berdasarkan tingkat kekuatannya keragaman vegetasi di pekarangan, dan luas pekarangan merupakan kekuatan yang besar pada faktor kekuatan. Selanjutnya, pemilihan jenis vegetasi dan kurangnya pengelolaan terhadap pekarangan merupakan kelemahan yang berarti (Tabel 18). Tabel 18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Pekarangan Simbol Faktor Kekuatan (Strength) S1
S2
Keragaman strata vegetasi di pekarangan Struktur pekarangan
Tingkat Kepentingan Kekuatan yang paling besar
Kekuatan yang besar
80
Lanjutan Tabel 18. Simbol Faktor Kelemahan (Weakness)
Tingkat Kepentingan
W1
Pemilihan jenis vegetasi
Kelemahan yang sangat berarti
W2
Kurangnya pengelolaan pekarangan
Kelemahan yang cukup berarti
Untuk faktor strategis eksternal disusun 5 faktor yang terdiri dari 1 faktor peluang (opportunity) dan 4 faktor ancaman (threat). Berdasarkan tingkat kepentingannya, ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit merupakan peluang yang sangat penting pada faktor peluang. Selanjutnya pada faktor ancaman, terdapat hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota, dan penangkapan burung merupakan ancaman yang besar (Tabel 19). Tabel 19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Pekarangan Simbol
Faktor Peluang (Oportunity)
Tingkat Kepentingan
O1
Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit
Peluang yang sangat tinggi
Simbol
Faktor Ancaman (Threats)
Tingkat Kepentingan
T1
Hilangnya atau menurunnya koridor hijau Ancaman yang sangat
T3
kota
besar
Penangkapan burung
Ancaman yang besar
5.4.3. Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) Setelah diperoleh nilai kepentingan dari faktor strategis intenal dan eksternal, tahap berikutnya adalah memberikan bobot penilaian dari setiap variabel yang digabungkan. Penilaian bobot ditentukan dengan pemberian skala 1 sampai dengan 4 (Tabel 20 dan Tabel 21). Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009). Tabel 20. Pembobotan Faktor Internal Simbol
S1
S1 S2
4
S2
W1
W2
Total
Bobot
1
2
1
4
0.148
3
1
8
0.296
81
Lanjutan Tabel 20. Simbol
S1
S2
W1
2
1
W2
4
3
W1
W2
Total
Bobot
1
4
0.148
11
0.407
27
1
4
Total Tabel 21. Pembobotan Faktor Eksternal Simbol
O1
T1
T2
Total
Bobot
2
1
3
0.25
1
3
0.25
6
0.5
12
1
O1 T1
2
T2
4
2
Total Tabel 22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skoring
0.148
4
0.592
0.296
3
0.888
Pemilihan jenis vegetasi
0.148
1
0.148
Kurangnya pengelolaan pekarangan
0.407
3
1.221
1
10
2.849
Kekuatan Keragaman strata vegetasi di pekarangan Luas pekarangan Kelemahan
Total
Tabel 23. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skoring
Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit
0.25
4
1
Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota
0.25
1
0.25
Penangkapan burung
0.5
2
1
1
7
2.25
Peluang Ancaman
Total
Dari tabel IFE dan EFE di atas menunjukkan bahwa faktor strategis internal memiliki total rating 10 dengan jumlah skor faktor 2.85, sedangkan faktor
82
strategis eksternal memiliki total rating 7 dengan jumlah skor 2.25. Selanjutnya nilai tersebut dipetakan ke matriks internal-eksternal untuk mengetahui orientasi strategi yang akan dilakukan selanjutnya (Gambar 22).
Gambar 22. Orientasi strategi berdasarkan matriks Internal-Eksternal Setelah disesuaikan pada matriks IE (Internal – Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal (EFE- External Factor Evaluation) berada pada kolom V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold and maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung.
5.5 Matriks SWOT Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal, kemudian dianalisis kembali ke dalam matriks SWOT untuk mengetahui beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi untuk mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung (Tabel 24).
83
Tabel 24. Matriks SWOT Internal
Kekuatan (Strength) 1. Keragaman strata
1. Pemilihan jenis
vegetasi di pekarangan 2. Struktur pekarangan
Eksternal
Kelemahan (Weakness)
vegetasi 2. Kurangnya pengelolaan pekarangan
Peluang (Opportunity) 1. Ruang terbuka hijau
Strategi SO
Strategi WO
1. Mempertahankan
1. Penataan penanaman
kota yang semakin
vegetasi yang ada di
dan pemilihan jenis
sempit
pekarangan
vegetasi sebagai habitat satwa burung
Ancaman (Threat) 1. Hilang atau
Strategi ST
Strategi WT
1. Menggunakan tanaman 1. Menghindari
menurunnya koridor
perdu dan semak yang
penggunaan pagar
hijau kota
mampu mengundang
tembok dan diganti
burung. (S1,S2;T1)
dengan pagar tanaman.
2. Penangkapan burung
2. Menggunakan pohon
(W1;T2,T1)
tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai border dan habitat satwa burung. (S1; T2)
5.5.1
Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 25). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan
kekuatan
(strength)
dan
peluang
(opportunity)
serta
meminimumkan ancaman (threat) dan kelemahan (weakness).
84
Tabel 25. Penentuan Peringkat Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Keterkaitan Alternatif Strategi
dengan
Skor
Rank
S1,S2,O1
2.48
1
W1,W2,O1
2.37
2
S1,S2,T1
1.73
3
S1, T2
1.59
4
W1,T2,T1
1.39
5
Unsur SWOT
Mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan Penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung Menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung Menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai border dan habitat satwa burung Menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman
Dari tabel di atas dapat dilihat urutan perangkingan strategi alternatif merupakan prioritas dari strategi alternatif tersebut. Prioritas pertama adalah mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan untuk mengundang burung dengan skor 2.48 dengan kata lain bagi pekarangan yang banyak mengundang burung seharusnya dipertahankan vegetasinya. Sama halnya dengan pekarangan yang sedikit mengundang burung, bukan menebang vegetasi yang ada tetapi melakukan strategi alternatif ke-dua. Strategi alternatif ke-dua untuk mengundang burung ke pekarangan adalah penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung dengan skor 2.37 dengan kata lain vegetasi yang ada di pekarangan dari awal harus benar-benar diatur atau ditata. Pada pekarangan yang sedikit mengundang burung bisa mengatur dan memilih jenis vegetasi yang sesuai ataupun yang disukai oleh burung agar bisa lebih banyak mengundang burung, seperti pemilihan vegetasi yang digunakan burung sebagai tempat makan, tempat bermain, berteduh, kawin dan bersarang.
85
Strategi alternatif ke-tiga adalah adalah menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung. Strategi alternatif ini secara khusus untuk pekarangan perumahan pada saat sekarang ini, atau dengan kata lain perumahan minimalis yang memiliki pekarangan sempit. Pada pekarangan sempit dapat ditanam tanaman perdu dan semak untuk mengundang burung ke pekarangan. Tetapi tidak mengurangi kemungkinan pada pekarangan sedang ataupun pekarangan luas, tanaman ini juga diperlukan untuk meningkatkan keragaman vegetasi pekarangan. Strategi alternatif ke-empat menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai border dan habitat satwa burung. Penggunaan pohon tinggi sangat banyak manfaatnya, selain sebagai tempat berteduh dan ameliorasi iklim, dan pembatas pekarangan, pohon tinggi juga dapat berfungsi sebagai habitat satwa, terutama tempat sangkar burung. Biasanya burung membuat sangkarnya di pohon yang tinggi agar jauh dari jangkauan manusia. Pohon tinggi juga bisa dijadikan sebagai jalur hijau untuk transmigrasi burung dari satu tempat ke tempat lain apabila ditanam dengan secara massal. Strategi alternatif ke-lima adalah menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman. Strategi alternatif ini juga dikhususkan bagi perumahan yang memiliki pekarangan sempit untuk meningkatkan keragaman vegetasi pekarangan. Penggunaan vegetasi sebagai pagar rumah di pekarangan hanya sebagai vegetasi tambahan untuk meningkatkan keragaman vegetasi pekarangan dan dapat membuat secara visual pekarangan menjadi lebih luas dibandingkan dengan penggunaan pagar dengan tembok. Penggunaan vegetasi ini saja belum tentu bisa mengundang burung ke pekarangan, oleh karena itu dibutuhkan pemilihan vegetasi yang disukai burung seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan dilakukan pada pekarangan sedang dan besar.
86
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung di pekarangan berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan, sebagai berikut: 1. Pekarangan yang berada di sekitarnya terdapat banyak jalur hijau (jalur hijau sungai dan jalur hijau jalan), mampu mengundang lebih banyak burung dibandingkan pekarangan yang terdapat sedikit jalur hijau di sekitarnya. 2. Pekarangan yang memiliki rata-rata luasan yang besar dan rata-rata jumlah jenis tanaman yang banyak, menghasilkan rata-rata jumlah jenis burung yang banyak. 3. Pekarangan yang memiliki rata-rata luasan yang besar dan nilai rata-rata indeks keragaman yang tinggi, menghasilkan nilai rata-rata indeks keragaman burung yang tinggi. 4. Ada 4 jenis tanaman, yaitu kersen (Muntingia calabura L), bunga kupukupu (Bauhinia purpurea), jambu air (Eugenia equea), mangga (Mangivera indica) yang diketahui mampu mengundang 11 jenis burung (Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Orthotomus sepium, Orthotomus ruficeps, Orthotomus sutorius, Orthotomus cuculatus, Dicaeum trochileum, Dicaeum
concolor,
Passer
montanus,
Nectarinia
jugularis,
Zosterops
palpebrosus) dari 15 jenis burung yang diketahui selama pengamatan yang
terletak di pekarangan contoh. 6.2 Saran Hasil penelitian ini dapat memberikan saran, yaitu bahwa untuk menghadirkan burung ke dalam pekarangan maka diperlukan pemilihan jenis tanaman yang tepat, berbentuk pohon, menghasilkan buah/bunga sebagai pakan, dapat menjadi tempat bermain, atau tempat kawin, atau tempat bersarang.
87
DAFTAR PUSTAKA
Amama F P. 2009. Menentukan Prioritas Konservasi. Majalah Burung Indonesia. (III): 34-36. [Anonim].
2011.
Pengertian
Habitat.
http://id.shvoong.com/writing-and-
speaking/2147794-pengertian-habitat/#ixzz1lZTMZJbN. [27 November 2011]. [Anonim]. 2011. Pengertian Habitat. http://id.shvoong.com/exactsciences /biology/2177936-pengertian-habitat/#ixzz1lZwt2knc. [27 November 2011]. Arifin, H.S. 1998. Study on the vegetation structure of pekarangan and it’s changes in West Java [Disertation]. Okayama: The Graduate School of Natural Science and Technology (Doctor Course), Okayama University. Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Revitalisasi Praktik Agroforestri di Pedesaan: Buku Seri I. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan. Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Pemanfaatan Pekarangan di Pedesaaan: Buku Seri II. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan. Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan: Buku Seri III. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan. [Deptan]. Departemen Pertanian. 2002. Pedoman umum pemanfaatan pekarangan. http://www.smeeda.com. [08 Maret 2008]. Dunnet, Nigel, Clayden A. 2007. Rain Gardens: Managing Water Sustainably in the Garden and Designed Landscape. London: Timber Press.
17
Bashari H. 2008. Biarkan Merah Putih Berkibar di Tanimbar. Majalah Burung Indonesia. (III): 13-15. Galluzzi G, Eyzaguirre P, Valeria N. 2010. Home gardens: neglected hotspots of agro-biodiversity and cultural diversity.
Biodiversity Conservation.
Springer. 19:3635-3654 Hidayanto Y. 2009. Perubahan Iklim Hutan Alam Tropika Untuk Kemaslahatan Global. Majalah Burung Indonesia. (III): 22-23. Kanara N. 2012. Struktur, Fungsi Dan Dinamika Keanekaragaman Hayati Pertanian Pada Pekarangan Di Hulu Das Kalibekasi, Kabupaten Bogor. [Tesis]. Bogor. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lusli S. 2007. Alam Asri, Burung Berseri. Majalah Burung Indonesia. No.5: 2. Mackinnon J, Balen VB, Phillipps K. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali,
dan
Kalimantan
(Termasuk
Sabah,
Sarawak,
dan
Brunei
Darussalam). Bogor: Burung Indonesia. Octavia MH, Arifin HS, Munandar A, Takeuchi K. 2000. Ekologi Lanskap Pekarangan Khas Perdesaan di DAS Cianjur Jawa Barat. Studi Ekologi Lanskap pada Pengelolaan Sumberdaya Hayati yang berkelanjutan di Perdesaan Indonesia. Hal 4-6. Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasusu Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rosyadi I. 2009. Mencoba Metode Daftar MacKinnon. Majalah burung Indonesia. (III): 37-39. Soemarwoto, O. and G.R. Conway. 1992. The Javanese homegarden. Journal for Farming Systems Research-Extension. CIESIN. 2(3):95-118 Widuri TR. 2008. Pilih-Pilih Pakan Burung. Majalah Burung Indonesia. (III): 44-46.
18 89