MENGENAI AAJI Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 32-33, Kian Lebar Peluang Menjadi Agen Asuransi
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 45, Kinerja Asuransi Jiwa Tetap Positif
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 45, [Poto] Pendapatan Premi Asuransi Jiwa Meningkat
INDUSTRI ASURANSI JIWA Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 42, Sequis Life Peringati Hari Disabilitas Internasional
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 42, [Poto] Kaki Palsu ke-1.000 Sequis Life Tahun 2015
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 43, BNI Life Bukukan Premi Rp2,04 Triliun
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 45, Sinarmas MSIG Life Proteksi 250 Tenaga Pengajar di Hari Guru Nasional
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 45, Sinarmas MSIG Life Bagi-Bagi Asuransi Gratis di Hari Guru
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 46, AXA Mandiri dan AXA Luncurkan Program Perempuan Cerdas Perempuan Mandiri
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 46, AXA Mandiri dan AXA Gelar Program Perempuan Cerdas Perempuan Mandiri
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 47, Bank BRI Akuisisi Bringin Life
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 48, Avrist Mengedukasi Anak-anak SD
Ift.co.id, 6/1, Manulife Optimistis Catat Pertumbuhan Premi Tahun Ini http://www.ift.co.id/posts/manulife-optimistis-catat-pertumbuhan-premi-tahun-ini
Manulife Optimistis Catat Pertumbuhan Premi Tahun Ini Reporter: Rimba LautEditor: Hadi SaksonoRabu 06 Januari 2016, 17:57:00 JAKARTA - PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, mengaku optimistis laju pertumbuhan pendapatan premi pada Tahun Monyet Api ini akan naik signifikan. Menurut Richard Ferryanto, Head of DBS Partnership Business Manulife Indonesia, pihaknya tetap berharap kondisi ekonomi domestik dapat membaik di 2016. "Kami optimistis pendapatan premi Manulife dapat tumbuh signifikan tahun ini. Namun belum bisa kami sebutkan angka persisnya, sekarang fokusnya adalah ke customer, mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka," ujar Richard di Jakarta, Rabu (6/1). Dia menjelaskan, sepanjang roda ekonomi terus bergerak positif akan turut mendongkrak bisnis asuransi. Demikian pula sebaliknya, jika tahun ini perekonomian masih mengalami kelesuan tetap membuat pertumbuhan industri asuransi melambat. "Selama ini kami sudah memiliki kemitraan yang baik, termasuk dengan Bank DBS Indonesia. Secara fundamental, bisnis Manulife juga cukup baik sehingga kami yakin tahun ini tetap tumbuh dibandingkan tahun lalu," ungkapnya. Meski demikian, dia tidak bisa mengungkapkan pencapaian pendapatan premi akhir tahun lalu. Hal yang sama saat disinggung mengenai pertumbuhan hingga November 2015. "Tahun lalu belum bisa disampaikan, November juga tidak bisa disebutkan sekarang," tegas dia.
Untuk diketahui, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memprediksi pendapatan premi asuransi jiwa tahun ini mengalami lompatan hingga 30%, atau melampauai tahun lalu yang berada di kisaran 20%. Angka tersebut menunjukkan Dewi Fortuna akan berpihak pada industri asuransi di tahun ini. Berdasarkan catatan AAJI, penetrasi asuransi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih sangat rendah, sekitar 2,5%. Dari pencapaian tersebut, Indonesia hanya menempati peringkat ke-73 di dunia dilihat dari tingkat penetrasi, atau masih kalah dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai angka 5%. Akan tetapi, menurut pendapat premi asuransi jiwa, Indonesia menempati peringkat ke-34. "Seandainya angka penetrasi bisa didorong ke tingkat 4% hingga 5%, bukan tak mungkin Indonesia bisa masuk 10 besar dari perolehan premi," ungkap Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI di Jakarta, beberapa waktu lalu.(*)
The Jakarta Post, 7/1, hal 20, DBS Indonesia
Bisnis Indonesia, 7/1, hal 16, Manulife & DBS Siapkan Rp 1 Triliun
HE Neraca, 7/1, hal 5, DBS – Manulife Siapkan Investasi Rp 1 triliun untuk Bancasuarance
Koran Jakarta, 7/1, hal 5, [Foto] Peluncuran Produk
Media Indonesia, 7/1, hal 19, DBS Rilis Produk Baru Bancassurance
Bisnis Indonesia, 7/1, hal 16, [Foto] Peluncuran Miwealth Protection
Investor Daily, 7/1, hal 22, Layanan Digital, Manulife dan DBS Kucurkan Rp 1 Triliun
Investor Daily, 7/1, hal 22, [Foto] Kemitraan Manulife-DBS
Investor Daily, 7/1, hal 22, Asuransi Harus Siapkan Master Plan Spin Off UUS
Indopos, 7/1, hal 5, Jiwasraya: Pilih IPO daripada Akuisisi
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 7, Perusahaan Reasuransi Nasional Melalui Fase-Fase Jadi Kenyataan
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 17, Tugure Gelar Seminar Bersama SCOR
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 44, Tugu Re Selenggarakan Innovative Products
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 43, [Poto] Reasuransi Umum Indonesia Resmi Bergabung ke Dalam Indonesia Re
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 44, Nasional Re Catat Pertumbuhan Signifikan Tiga Tahun Terakhir
Media Asuransi, Edisi 300/Januari 2016, hal 44, [Poto] Nasre Optimis Target 2015 Tercapai
EKONOMI MAKRO & REGULASI Bisnis.com, 7/1, Peluang Penurunan BI Rate: Asing Masuk & IHSG Meleset http://market.bisnis.com/read/20160107/189/507658/peluang-penurunan-bi-rate-asing-masuk-ihsg-melesat
Peluang Penurunan BI Rate: Asing Masuk & IHSG Melesat Sukirno Kamis, 07/01/2016 01:00 WIB
Tamu undangan mengamati pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1/2016). Presiden meminta pelaku usaha optimis menghadapi perekonomian 2016. Antara/ Puspa Perwitasari
Bisnis.com, JAKARTA--Peluang Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) membuat investor asing terus masuk ke pasar modal dan membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) melesat di kawasan regional Asia Tenggara. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Guntur Tri Hariyanto mengatakan peluang penurunan BI Rate diperkirakan bakal terjadi pada Februari atau Maret. Pasalnya, BI masih akan memantau fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam beberapa bulan terkakhir. "BI Rate akan segera turun kalau berbasis pada inflasi. Tapi BI juga akan melihat perkembangan kurs, rupiah memang tidak terlalu buruk karena terbantu oleh penyeimbangan dana global," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (6/1/2016). Faktor terbesar yang paling dipertimbangkan oleh bank sentral untuk menurunkan BI Rate saat ini adalah pergerakan kurs rupiah. Bila BI Rate turun dan rupiah kembali anjlok, tentunya BI akan mengintervensi pasar dengan menggerus cadangan devisa. Bank sentral telah mempertahankan suku bunga acuan sejak Februari hingga Desember 2015 pada level 7,5%. Otoritas moneter yang dipimpin oleh Agus D.W. Martowardojo pada Februari
2015 menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin dari level 7,75%, yang telah berlangsung sejak November 2014. Guntur menilai sudah seharusnya BI kembali menurunkan suku bunga acuan berdasarkan capaian data inflasi sepanjang tahun lalu yang berada pada level 3,35%, terendah dalam 5 tahun terakhir. BI Rate dinilai menjadi salah satu pendorong capital inflow dan penguatan IHSG. Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat 1,12% ke level 4.608,98 seiring kian ramainya transaksi investor asing. Bahkan, net buy investor asing tercatat kian besar mencapai Rp385,01 miliar. Tercatat, investor asing memborong saham senilai Rp3 triliun sepanjang hari kemarin. Total transaksi di lantai bursa juga membludak hingga Rp5,89 triliun dengan volume 4,11 miliar lembar saham. Penguatan IHSG pada perdagangan kemarin, dinilai oleh Guntur lantaran kian stabilnya bursa saham global dan regional. Sebagian besar investor sudah memprediksi bakal ada aliran dana asing ke pasar modal Tanah Air. Meski telah terjadi penaikkan Fed Fund Rate (FRR) oleh Federal Reserve, sambungnya, investor mulai jenuh akibat imbal hasil yang ditawarkan di AS terus mengecil. Akhirnya, investor mulai kembali ke emerging market, termasuk Indonesia. Perkembangan ekonomi Indonesia akhir tahun lalu mulai membaik. Tren berbaliknya kondisi ekonomi Tanah Air ditandai dengan rendahnya tingkat inflasi, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), serta realisasi penyerapan anggaran pemerintah yang tidak terlalu buruk. Investor perlu memantau kondisi ekonomi China dan perkembangan harga minyak mentah dunia. Kian melorotnya harga minyak dinilai bakal berpengaruh terhadap pendapatan pemerintah, yang tentunya bakal menambah utang luar negeri hingga Rp500 triliun pada tahun ini. "Dari sektor perbankan terkait data kredit macet yang terdampak oleh perlambatan ekonomi tahun lalu. Sampai sejauh mana bisa berdampak pada perbankan yang juga merembet ke sektor industri lainnya," paparnya. Pada perdagangan hari ini, Guntur memerkirakan IHSG akan kembali terkoreksi akibat adanyaprofit taking, setelah terjadi lonjakan yang cukup tinggi. IHSG masih bergerak pada tataransideways, meski bakal ada kenaikan dalam tren jangka pendek. IHSG diperkirakan berada pada level support 4.650 dan resistance 4.600. Sedangkan, kurs rupiah diperkirakan berada pada level support Rp13.940/US$ dan resistance Rp14.000/US$.