302
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani, harga bayangan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga semakin besar.
Sebaliknya, semakin luas lahan yang
dikuasai rumahtangga petani harga bayangan lahan garapan semakin kecil.
Hal
tersebut menunjunjukkan bahwa lahan bagi rumahtangga petani masih merupakan sumber pendapatan utama. Semakin sempit lahan yang dikuasai, disertai dengan kurangnya
kesempatan
kerja
di
luar
usahatani,
rumahtangga
semakin
mengintensifkan penggunaan lahan. 2. Uji statistik beda nilai tengah dan model regresi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara harga bayangan dengan harga pasar input usahatani. Hasil uji ini memastikan bahwa rumahtangga petani yang dianalisis berada pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna. 3. Model ekonomi rumahtangga yang dibangun menggunakan persamaan simultan mampu mengintegrasikan harga input sebagai variabel endogen sehingga model tersebut mampu menjelaskan dengan baik perilaku ekonomi rumahtangga pada kondisi persaingan pasar tidak sempurna.
Model yang dibangun juga dapat
digunakan untuk simulasi model separable dan non-separable sehingga mampu menjelaskan pengaruh ketidaksempurnaan pasar terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani.
303 4. Perilaku ekonomi rumahtangga petani lebih banyak dipengaruhi oleh keseimbangan internal perilaku di sisi produksi. Keseimbangan internal produksi menjadi lebih kuat manakala rumahtangga menghadapi pasar persaingan tidak sempurna. Oleh karena itu, perilaku ekonomi rumah-tangga petani tidak responsif terhadap sebagian besar variabel harga pasar input atau harga pasar output. Perilaku ekonomi rumahtangga petani hanya responsif terhadap dua variabel harga pasar, yaitu harga pupuk TSP dan tingkat suku bunga kredit.
Di sisi lain, perilaku ekonomi rumahtangga selalu
responsif terhadap karakteristik rumahtangga, seperti penerimaan usahatani dan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. 5. Efek perubahan faktor ekonomi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna mempunyai besaran dan atau arah yang berbeda dengan kondisi pasar persaingan sempurna. Hasil simulasi menunjukkan bahwa rumahtangga petani pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna responsif terhadap perubahan harga output usahatani. Dengan demikian, pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna, perbaikan harga output secara efektif dapat menggerakan ekonomi rumahtangga petani. Sebaliknya, pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna, rumahtangga tidak responsif terhadap perubahan harga pupuk dan upah tenaga kerja usahatani dan upah tenaga kerja di luar usahatani. Dengan demikian, pada pasar persaingan tidak sempurna, disinsentif ekonomi yang ditimbulkan oleh kenaikan harga input tidak banyak merugikan rumahtangga petani. 6. Semakin luas penguasaan lahan usahatani oleh rumahtangga petani, pengaruh pasar persaingan tidak sempurna semakin melemah. Pada rumahtangga petani berlahan luas, perilaku ekonomi rumahtangga petani cenderung mendekati ciri perilaku
304 ekonomi pada persaingan pasar sempurna. Sebaliknya, pada rumahtangga petani berlahan sempit, perilaku ekonomi rumahtangga petani cenderung mendekati ciri perilaku ekonomi pada pasar persaingan tidak sempurna. Kesimpulan lebih jauh dari fenomena ini adalah bahwa kekuatan posisi kepemilikan sumberdaya rumahtangga pada rumahtangga petani berlahan sempit lebih kuat dibandingkan dengan rumahtangga petani berlahan luas. 7. Pada pasar persaingan tidak sempurna, efek perubahan faktor-faktor ekonomi lebih terartikulasi dibandingkan dengan kondisi pasar persaingan sempurna. Efek suatu perubahan faktor ekonomi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani pada pasar persaingan tidak sempurna lebih komprehensif dan saling terkait dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibandingkan efek yang sama terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani pada persaingan pasar sempurna. 9.2. Saran 1. Adanya hubungan negatif antara harga bayangan input dengan luas lahan yang dikuasai rumahtangga menunjukkan bahwa produktivitas lahan pada rumahtangga petani berlahan luas lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas lahan pada rumahtangga berlahan sempit. Gejala ini timbul karena keterbatasan lapangan kerja di luar sektor pertanian yang dihadapi rumahtangga petani berlahan sempit. Kebijakan pengaturan harga input dan harga output, atau kebijakan perbaikan teknologi produksi, perlu dibarengi dengan perbaikan sarana dan prasana ekonomi. Upaya perbaikan sektor pertanian, tidak hanya memerlukan kebijakan sektor tersebut, tetapi perlu dikaitkan secara komprehensif dengan kebijakan di sektor lainnya.
305 2. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa rumahtangga petani responsif terhadap kenaikan harga output. Implikasi dari kesimpulan ini jelas, yaitu bahwa upaya perbaikan harga produk usahatani akan efektif meningkatkan kesejahteraan petani, walaupun rumahtangga petani dihadapkan pada pasar persaingan tidak sempurna. Kebijakan harga output tersebut akan lebih efektif jika dibarengi dengan upaya mengoreksi mekanisme pasar yang tidak sempurna tersebut, seperti menghilangkan atau mengurangi sumber-sumber biaya transaksi, menyediakan informasi pasar, dan mengurangi kekuatan-kekuatan monopsoni atau monopoli. Kesimpulan yang diperoleh juga mengisyaratkan bahwa kebijakan yang tepat bagi ekonomi rumahtangga petani adalah yang menyangkut stabilitas pendapatan rumahtangga. 3.
Disimpulkan juga bahwa pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna, rumahtangga petani tidak responsif terhadap perubahan harga input.
Pengaruh
kondisi pasar tersebut menguat pada rumahtangga petani berlahan sempit. Implikasi dari hal tersebut adalah bahwa rasionalisasi harga input perlu dibarengi dengan koreksi terhadap kondisi pasar yang dihadapi rumahtangga. 4. Masih diperlukan temuan model ekonomi rumahtangga dalam pasar persaingan tidak sempurna yang dapat menangkap kondisi rumahtangga petani yang menghasilkan multi komoditi.
Model ekonomi rumahtangga dengan menekankan pada satu
komoditi akan cenderung menyederhanakan perilaku ekonomi rumahtangga yang dipelajari. 5. Harga bayangan yang diduga pada penelitian ini terbatas pada harga bayangan input. Penelitian yang akan datang perlu memikirkan pengukuran harga bayangan produk
306 usahatani. Secara metodologis pendugaan harga bayangan bisa dilakukan dengan banyak cara. Pendugaan menggunakan fungsi produksi seringkali dihadapkan pada masalah teknis bentuk fungsi produksi, terutama jika dimaksudkan untuk menangkap multi input dan multi output. Untuk itu pendekatan dual atau fungsi produksi tidak langsung (indirect production function) bisa menjadi pilihan. 6. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya pengetahuan di tingkat mikro dalam mengembangkan sektor pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian yang tidak dilandasi pengetahuan di tingkat petani sulit diharapkan akan efektif.
Dari segi
keilmuan, penelitian ini juga menunjukkan perlunya pengembangan matakuliah di IPB yang mengkaji teori-teori ekonomi rumahtangga petani.