IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Model Ekonomi Pasar Tenaga Kerja dan Perekonomian Indonesia Model merupakan suatu penjelasan dari fenomena aktual sebagai suatu
sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model pasar TK dan perkonomian Indonesia dibangun berdasarkan teori ekonomi dan kajian studi terdahulu. Pada tahap awal dikaji fenomena ekonomi yang diduga akan terjadi jika pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan ketenagakerjaan. Tahapan membangun model diilustrasikan seperti pada Gambar 11. Model penelitian ini disusun dalam bentuk sistem persamaan simultan yang terdiri dari 52 persamaan, yaitu 34 persamaan strukrtural dan 18 persamaan identitas. Secara umum model dibagi dalam enam blok yaitu : (1) Blok Pasar Tenaga Kerja, (2) Blok Fiskal, (3) Blok Penawaran Agregat, (4) Blok Permintaan Agregat, (5) Blok Moneter, dan (6) Blok Keseimbangan Makro seperti pada Tabel 10. Keterkaitan peubah endogen diilustrasikan seperti pada Gambar 12.
4.1.1
Blok Pasar Tenaga Kerja Blok pasar TK didisagregasi berdasarkan tingkat pendidikan dan sektor.
Disagregasi tingkat pendidikan didasarkan pada konsep bahwa hasil dari proses pekerjaan dipengaruhi oleh faktor personal atau individu TK (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007). Dalam studi ini faktor personal TK diukur dari unsur pengetahuan yang diproksi dengan tingkat pendidikan. Disagregasi sektor didasarkan pada konsep bahwa perubahan keseimbangan di pasar TK mempunyai respon yang berbeda pada setiap sektor (Sukwika, 2003).
69
Kebijakan Ketenagakerjaan di Era Otda
Masalah dan Tujuan Penelitian Teori Ekonomi Kerangka Pemikiran Studi Terdahulu Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia
Spesifikasi Model
Identifikasi dan Estimasi Model
Evaluasi/ Validasi Model
Aplikasi Model
Peubah yang relevan Tanda dan besaran Hipotesis Sistem Persamaan Simultan
Data time series
Kriteria: Ekonomi Statistika Ekonometrika Analisis Struktural Evaluasi Kebijakan Historis Analisis Peramalan
Gambar 11. Tahapan Membangun Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia
70
Tabel 10. Pembagian Blok Persamaan Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia Blok/ Persamaan
Jenis Persamaan
1. Blok Pasar Tenaga kerja A. Penawaran Tenaga Kerja (1-4) (1). Penawaran TK berpendidikan rendah
Struktural
(2). Penawaran TK berpendidikan menengah
Struktural
(3). Penawaran TK berpendidikan tinggi
Struktural
(4). Penawaran TK total
Identitas
B. Permintaan Tenaga Kerja (5-20) (5). Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor pertanian
Struktural
(6). Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor industri
Struktural
(7). Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor jasa
Struktural
(8). Permintaan TK berpendidikan rendah
Identitas
(9). Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor pertanian
Struktural
(10). Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor industri
Struktural
(11). Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor jasa
Struktural
(12). Permintaan TK berpendidikan menengah
Identitas
(13). Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor pertanian
Struktural
(14). Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor industri
Struktural
(15). Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor jasa
Struktural
(16). Permintaan TK berpendidikan tinggi
Identitas
(17). Permintaan TK di sektor pertanian
Identitas
(18). Permintaan TK di sektor industri
Identitas
(19). Permintaan TK di sektor jasa
Identitas
(20). Permintaan TK total
Identitas
C. Tingkat Pengangguran (21-24) (21). Tingkat pengangguran TK berpendidikan rendah
Identitas
71
(22). Tingkat pengangguran TK berpendidikan menengah
Identitas
(23). Tingkat pengangguran TK berpendidikan tinggi
Identitas
(24). Tingkat pengangguran total
Identitas
D. Upah Rata-rata (25-28) (25). Upah rata-rata sektor pertanian
Struktural
(26). Upah rata-rata sektor industri
Struktural
(27). Upah rata-rata sektor jasa
Struktural
(28). Upah rata-rata
Struktural
2. Blok Fiskal (29-35) (29). Penerimaan pajak
Struktural
(30). Penerimaan pemerintah total
Identitas
(31). Pengeluaran pembangunan sektor pertanian
Struktural
(32). Pengeluaran pembangunan sektor industri
Struktural
(33). Pengeluaran pembangunan sektor infrastruktur
Struktural
(34). Pengeluaran pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan Struktural (35). Pengeluaran pemerintah total
Identitas
3. Blok Penawaran Agregat (36-38) (36). Nilai produksi sektor pertanian
Struktural
(37). Nilai produksi sektor industri
Struktural
(38). Nilai produksi sektor jasa
Struktural
4. Blok Permintaan Agregat (39-45) (39). Konsumsi
Struktural
(40). Investasi sektor pertanian
Struktural
(41). Investasi sektor industri
Struktural
(42). Investasi sektor jasa
Struktural
(43). Investasi total
Identitas
(44). Nilai ekspor
Struktural
(45). Nilai impor
Struktural
72
5. Blok Moneter (46-48) (46). Permintaan Uang
Struktural
(47). Penawaran Uang
Struktural
(48). Suku bunga
Struktural
6. Blok Keseimbangan Makro (49-52) (49). Permintaan agregat
Identitas
(50). Penawaran agregat
Identitas
(51). Indeks harga konsumen
Struktural
(52). Inflasi nasional
Identitas
4.1.1.1.Penawaran Tenaga Kerja (St) Penawaran tenaga kerja berpendidikan rendah: SPRt
= ao + a1 (Wt-Wt-1) + a2 (PHKt-PHKt-1) + a3 POPt + a4 SPRt-1 + U1t ..................................................................................
(1)
Penawaran tenaga kerja berpendidikan menengah: SPMt = bo + b1 Wt + b2 POPt + b3 GEPKt-1 + b4 SPMt-1 + U2t ........
(2)
Penawaran tenaga kerja berpendidikan tinggi: SPTt
= co + c1 Wt + c2 POPt + c3 GEPKt-1 + c4 SPTt-1 + U3t ….....
(3)
Penawaran tenaga kerja total: St
= SPRt + SPMt + SPTt ..............................................................
Parameter dugaan yang diharapkan: a1, a2, a3 >0; 0 < a4 <1 c1, c2, c3 >0; 0 < c4 <1
b1, b2, b3 >0; 0 < b4 <1
(4)
73
S Kebijakan: − Upah minimum − Serikat Buruh
UT
W
GTR
GEP
TAX
GEI
D
GEIS
1. Blok Pasar Tenaga Kerja
GDPP
GEP
CPI
2. Blok Fiskal
Kebijakan pengeluaran pembanguna n untuk infrastruktu r
Kebijakan: − Suku Bunga − Kasus Pemogoka
GDPI
AS
GDPJ
AD
3. Blok Penawaran Agregat
6. Blok Keseimbang an Makro
IP
C
MD
II
TI
SB
INF
MS
5. Blok Moneter
IJ
X
4. Blok Permintaan Agregat
M
Gambar 12. Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia
GET
74
4.1.1.2.Permintaan Tenaga Kerja (Dt) Permintaan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor pertanian: DPRPt = do + d1 WPt + d2 GDPPt + d3 TKIPt + d4 DPRPt-1 + U4t ...
(5)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor industri: DPRIt = eo + e1 WIt + e2 GDPIt + e3 JPt + e4JPKt + e5 TKIIt + e6 DPRIt-1 + U5t ………………………………...............
(6)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor jasa: DPRJt = fo + f1 (WJt-WJt-1) + f2 GDPJt + f3 PNSRt + f4 DPRJt-1 + U6t ...................................................................................
(7)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan rendah: DPRt = DPRPt + DPRIt + DPRJt + DPRLt
..................................
(8)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan menengah di sektor pertanian: DPMPt = go + g1 WPt + g2 GDPPt + g3 TKMIt + g4 DPMPt-1 + U7t ...
(9)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan menengah di sektor industri: DPMIt = ho + h1 WIt-1 + h2 GDPIt + h3 JPKt + h4 DPMIt-1 + U8t .......
(10)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan menengah di sektor jasa: DPMJt = io + i1 WJt + i2 GDPJt + i3 TKFJt + i4 DPMJt-1 + U9t ........
(11)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan menengah: DPMt = DPMPt + DPMIt + DPMJt + DPMLt .................................
(12)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan tinggi di sektor pertanian: DPTPt = jo + j1 WPt + j2 GDPPt + j3 TKTIt + j4 DPTPt-1 + U10t .......
(13)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan tinggi di sektor industri: DPTIt = ko + k1 WIt + k2 GDPIt + k3 JPKt + k4 DPTIt-1 + U11t .......
(14)
Permintaan tenaga kerja berpendidikan tinggi di sektor jasa: DPTJt = lo + l1 (WJt-WJt-1) + l2 GDPJt + l3 DPTJt-1 + U12t ..............
(15)
75
Permintaan tenaga kerja berpendidikan tinggi: DPTt = DPTPt + DPTIt + DPTJt + DPTLt .....................................
(16)
Permintaan tenaga kerja sektor pertanian: DPt
= DPRPt + DPMPt + DPTPt ................................................... (17)
Permintaan tenaga kerja sektor industri: DIt
= DPRIt + DPMIt + DPTIt ...................................................
(18)
Permintaan tenaga kerja sektor jasa: DJt
= DPRJt + DPMJt + DPTJt ....................................................
(19)
Permintaan tenaga kerja total: Dt
= DPRt + DPMt + DPTt …………......................................…
(20)
Parameter dugaan yang diharapkan: d2, d3 > 0 ; d1 < 0 ; 0
e2, e3, e4, e5 > 0 ; e1 < 0 ; 0 <e6< 1
f2, f3 >0 ; f1 <0 ; 0
g2, g3 > 0 ; g1 < 0 ; 0
h2, h3 > 0 ; h1 < 0 ; 0
i2, i3 >0 ; i1 <0 ; 0
j2, j3 > 0 ; j1 < 0 ; 0 <j4< 1
k2, k3 > 0 ; k1< 0 ; 0
l2 >0 ; l1 <0 ; 0
4.1.1.3.Tingkat Pengangguran (UTt) Tingkat pengangguran tenaga kerja berpendidikan rendah: UPRt =
SPRt − DPRt * 100 ........................................................... St
(21)
Tingkat pengangguran tenaga kerja berpendidikan menengah: UPM t =
SPM t − DPM t * 100 ........................................................ St
(22)
76
Tingkat pengangguran tenaga kerja berpendidikan tinggi: UPTt =
SPTt − DPTt * 100 ............................................................. St
(23)
Tingkat pengangguran total:
UTt = UPRt + UPM t + UPTt ............................................................
(24)
4.1.1.4.Upah Rata-rata (Wt) Upah rata-rata sektor pertanian: WPt
= mo + m1 UMPt + m2 KHMt + m3 DEFPt + m4 TKFPt + m5 St + m6 WPt-1 + U13t .............................................................
(25)
Upah rata-rata sektor industri: WIt
= no + n1 UMIt + n2 KHMt + n3 DEFIt + n4 TKFIt + n5 St + n6 WIt-1 + U14t ............................................................... (26)
Upah rata-rata sektor jasa: WJt
= oo+ o1UMJt + o2KHMt + o3DEFJt + o4TKFt-1 + o5St + o6WJt-1 + U15t …………………………………………. (27)
Upah rata-rata: Wt
= po + p1 (UMRt-UMRt-1)+ p2 WPt + p3WIt + p4(WJt-WJt-1) + p5 WLt + p6 Wt-1 + U16t ………………………………
Parameter dugaan yang diharapkan: m1, m2, m3, m4 > 0; m5 < 0; 0 < m6 < 1 n1, n2, n3, n4 > 0; n5 < 0; 0 < n6 < 1 o1, o2, o3, o4 > 0 ; o5 < 0 ; 0 < o6 < 1 p1, p2, p3, p4, p5 > 0; 0 < p6 < 1
(28)
77
4.1.2. Blok Fiskal Penerimaan pajak: TAXt = q0 + q1 ASt +q2 TAXt-1 + U17t ............................................
(29)
Penerimaan pemerintah total: GTRt = TAXt + NTAXt ..................................................................
(30)
Pengeluaran pembangunan sektor pertanian: GEPt = ro + r1 (GTRt-GTRt-1) + r2 INFt-1 + r3 (GDPt/ ASt) + U18t ..
(31)
Pengeluaran pembangunan sektor industri: GEIt
= so + s1 (GTRt-GTRt-1) + s2 INFt-1 + s3 GRIt + U19t ...........
(32)
Pengeluaran pembangunan sektor infrastruktur: GEISt = to + t1 (GTRt-GTRt-1) + t2 INFt-1 + t3 GEISt-1 + U20t ..........
(33)
Pengeluaran pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan: GEPKt = uo+ u1(UTt-UTt-1) + u2 GTRt + u3 INFt-1 + u4 GEPKt-1 + U21t ...............................................................................
(34)
Pengeluaran pemerintah total: GETt = GEPt + GEIt + GEISt + GEPKt + GELt ..............................
(35)
Parameter dugaan yang diharapkan: q1 > 0 ; 0 < q2 < 1
r1, r2, r3 > 0
s1, s2, s3 > 0
t1, t2 > 0 ; 0 < t3< 1
u1, u2, u3 > 0; 0 < u4< 1
4.1.3. Blok Penawaran Agregat Nilai produksi sektor pertanian: GDPPt = vo + v1 DPt + v2 DEFPt + v3 (IPt-IPt-1) + v4 (GEPt-GEPt-1) + v5 (GEISt-GEISt-1) + v6 GDPPt-1 + U22t .......................
(36)
78
Nilai produksi sektor industri: GDPIt = wo + w1 DIt + w2 DEFIt + w3 IIt + w4 (GEIt-GEIt-1) + w3 KUKt + w6 GEISt + w7 GDPIt-1 + U23t ..................
(37)
Nilai produksi sektor jasa: GDPJt = xo + x1 (DJt-DJt-1) + x2DEFJt-1 + x3 IJt + x4 GEISt-1 + x5 GDPJt-1 + U24t .............................................................
(38)
Parameter dugaan yang diharapkan: v1, v2, v3, v4, v5 > 0 ; 0 < v6 < 1 w1, w2, w3, w4, w5 > 0; 0 < w7 < 1 x1, x2, x3, x4 > 0 ; 0 < x5 < 1
4.1.4. Blok Permintaan Agregat Konsumsi: Ct = y0 + y1 (ASt /POPt) + y2 INF + y3 Ct-1 + U25t …...…...........….
(39)
Parameter dugaan yang diharapkan : y1 > 0 ; y2 < 0 ; 0 < y3 < 1. Investasi sektor pertanian: IPt = zo + z1 (SBt-SBt-1) + z2 UMRt + z3 ASt-1 + z4 (KPt-KPt-1) + z5 DDF + z6 IPt-1 + U26t .......................................................
(40)
Investasi sektor industri: IIt = aao + aa1 (SBt-SBt-1) + aa2 UMRt + aa3 ASt + aa4 KPt + aa5 DDF + aa6 IIt-1 + U27t .....................................................
(41)
Investasi sektor jasa: IJt = abo + ab1 SBt + ab2 UMRt-1 + ab3 ASt + ab4 KPt-1 + ab5 DDF + ab6 IJt-1 + U28t .......................................................................
(42)
79
Investasi total: TIt = IPt + IIt + IJt + ILt
....……….....………………...………...
(43)
Parameter dugaan yang diharapkan: z3, z5 > 0 z1, z2, z4 < 0 ; 0 < z6 < 1 aa3, aa5 > 0 ; aa1, aa2, aa4 < 0 ; 0< aa6 < 1 ab3, ab5 > 0 ; ab1, ab2, ab4 < 0 ; 0< ab6 < 1 Nilai Ekspor: Xt = ac0 + ac1 ERt + ac2 ASt + ac3 Xt-1 + U29t .................................
(44)
Parameter dugaan yang diharapkan: ac1, ac2 > 0; 0 < ac3 < 1. Nilai Impor: Mt = ad0 + ad1 ERt + ad2 ASt + ad3 Mt-1 + U30t ......................…….
(45)
Parameter dugaan yang diharapkan: ad2 > 0; ad1<0 ; 0 < ad3 < 1
4.1.5. Blok Moneter Permintaan uang: MDt
= ae0 + ae1 ADt + ae2 (SBt-SBt-1) + ae3 DKE + ae4 MDt-1 + U31t ................................................................................
(46)
Parameter dugaan yang diharapkan: ae1, ae3 > 0; ae2< 0; 0 < ae4< 1 Penawaran uang: MSt
= af0 + af1 ADt + af2 SBt + af3 (ERt-ERt-1) + af4 MSt-1 + U32t ................................................................................
Parameter dugaan yang diharapkan: af1, af2, af3 > 0; 0 < af4< 1
(47)
80
Suku bunga: SBt
= ag0 + ag1 (MSt-MSt-1) + ag2 ADt-1 + ag3 INFt-1 + ag4 SBt-1 + U33t .................................................................................
(48)
Parameter dugaan yang diharapkan: ag2, ag3 > 0; ag1 < 0; 0 < ag4< 1
4.1.6. Blok Keseimbangan Makro Permintaan Agregat: ADt
= Ct + TIt + GETt + Xt – Mt ………………………............
(49)
Penawaran Agregat: ASt
= GDPPt + GDPIt + GDPJt + GDPLt ................................... (50)
Indeks harga konsumen: CPIt
= aho + ah1 SBt-1 + ah2 Wt-1 + ah3 CPIt-1 + U34t .....................
(51)
Inflasi nasional:
INFt =
CPI t − CPI t −1 × 100 ............................................................... (52) CPI t −1
Parameter dugaan yang diharapkan: ah1, ah2 > 0; 0 < ah3< 1
4.2.
Prosedur Analisis
Untuk menjawab tujuan penelitian pertama digunakan analisis deskriptif. Analisis tersebut menguraikan permasalahan pokok kebijakan ketenagakerjaan di era otda yang dirangkum dari lokakarya kebijakan pasar tenaga kerja dan hubungan industrial untuk memperluas kesempatan kerja yang dilaksanakan pada tanggal 16 September 2003.
81
4.2.1. Identifikasi Model
Indentifikasi model ditentukan atas dasar
“order condition” sebagai
syarat keharusan dan “rank condition” sebagai syarat kecukupan. Menurut Koutsoyiannis (1977), rumusan identifikasi model persamaan struktural berdasarkan order condition ditentukan oleh: (K - M) > (G - 1) Keterangan: K = Total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah predetermined.
M = Jumlah peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model, dan G = Total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam model.
Jika dalam suatu persamaan dalam model menunjukkan kondisi sebagai berikut. ( K – M ) > ( G – 1 ) = maka
persamaan
dinyatakan
teridentifikasi
secara
berlebih (overidentified) (K – M ) = ( G – 1 ) = maka persamaan tersebut dinyatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified ), dan (K – M ) < (G – 1 ) = maka persamaan tersebut dinyatakan tidak teridentifikasi (unidentified).
Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau overidentified
untuk dapat menduga parameter-parameternya.
Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan itu tidak teridentifikasi. Karena itu, dalam proses identifikasi diperlukan suatu syarat
82
perlu sekaligus cukup. Hal itu dituangkan dalam rank condition untuk identifikasi yang menyatakan, bahwa dalam suatu persamaan teridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan untuk membentuk minimal satu determinan bukan nol pada order (G-1) dari parameter struktural peubah yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut. Kondisi rank ditentukan oleh determinan turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol (Koutsoyiannis, 1977) Model yang dirumuskan terdiri 52 peubah endogen (G), dan 71 peubah predetermined variable terdiri dari 34 peubah eksogen dan 37 lag endogenous variabel. Sehingga total peubah dalam model (K) adalah 123, jumlah maksimum
peubah dalam persamaan (M) adalah 7 peubah. Maka berdasarkan kriteria order condition maka setiap persamaan struktural yang ada dalam model adalah over identified.
4.2.2. Metode Pendugaan Model
Dari hasil identifikasi model, maka model dinyatakan over identified, dalam hal ini untuk pendugaan model dapat dilakukan dengan 2SLS (Two Stage Least Squares), 3SLS (Three Stage Least Squares). Metode pendugaan model
yang digunakan adalah 2SLS, dengan beberapa pertimbangan, yaitu penerapan 2SLS menghasilkan taksiran yang konsisten, lebih sederhana dan lebih mudah, sedangkan metode 3SLS dan FIML menggunakan informsi yang lebih banyak dan lebih sensitif terhadap kesalahan pengukuran
maupun kesalahan spesifikasi
model (Syafa’at, 1999). Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersamasama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik F, dan untuk menguji apakah masing-masing
83
variabel penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik t taraf nyata 25 persen selanjutnya uji serial korelasi dengan menggunakan statistik dw (Durbin-Waston Statistics).
4.2.3. Validasi Model
Asumsi dapat mempengaruhi kebenaran suatu teori (Woodhouse, 2006). Asumsi yang digunakan dalam membangun model dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Upah minimum ditargetkan untuk buruh berpendidikan rendah, tanpa pengalaman, nol masa kerja dan berstatus lajang. Diasumsikan nilai upah minimum ditetapkan di atas upah keseimbangan pasar sehingga persamaan identitas tingkat pengangguran dalam model menggambarkan kondisi disequilibrium pasar TK.
2. Diasumsikan upah di pasar TK kaku pada tingkat tertentu dan tidak meningkat ketika permintaan TK bergeser (Sticky Wages). Akibatnya, bila perekonomian melemah, kurva permintaan TK bergeser ke kiri dan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja. Sebaliknya, bila terjadi pergeseran kurva permintaan TK ke kanan, kesempatan kerja meningkat tetapi tingkat upah relatif tidak berubah. Peningkatan upah di pasar TK disebabkan karena adanya tuntutan serikat pekerja. 3. Kekuatan serikat buruh dalam menuntut kenaikan upah diproksi dengan peubah jumlah tenaga kerja di sektor formal. Diasumsikan tenaga kerja formal adalah pekerja dengan status pekerjaan utama sebagi buruh tetap/ karyawan/ pegawai. Sementara tenaga kerja informal adalah tenaga kerja dengan status pekerjaan utama: (1) berusaha sendiri tanpa dibantu orang
84
lain, (2) berusaha sendiri dengan dibantu anggota rumah tangga, (3) pekerja bebas pertanian, (4) pekerja bebas di non pertanian, dan (5) pekerja tidak dibayar. 4. Diasumsikan tidak ada perubahan struktural selama tahun 2007-2010 ke depan. Untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk membuat suatu simulasi alternatif kebijakan maka perlu dilakukan suatu validasi model, dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana model tersebut dapat mewakili dunia nyata (Pindyck and Rubinfield, 1991). Kriteria statistik untuk validasi nilai pendugaan model ekonometrika yang digunakan adalah: Root Means Squares Error (RMSE), (Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) dan Theil’s Inequality Coefficient (U).
RMSE adalah rata-rata kuadrat dari perbedaan nilai estimasi dengan nilai observasi suatu variabel. Jika nilai RMSE semakin kecil maka estimasi model atau variabel tersebut semakin valid. Nilai statistik RMSE adalah: T
RMSE = (1 / T )∑ (Ys − Ya) 2 t =1
RMSPE adalah rata-rata kuadrat dari proporsi perbedaan nilai estimasi dengan nilai observasi suatu variabel. Jika nilai RMSPE semakin kecil maka estimasi model atau variabel tersebut semakin valid. Nilai statistik RMSPE adalah: T
RMSPE = (1 / T )∑ [(Ys − Ya) / Ya] 2 t =1
U adalah perbandingan RMSE dengan penjumlahan rata-rata kuadrat nilai estimasi dan rata-rata kuadrat nilai observasi suatu model atau variabel. Nilai U
85
maksimum adalah satu (estimasi model atau variabel naif) dan nilai U minimum nol (estimasi model atau variabel sempurna). Jika nilai U mendekati nol maka estimasi model atau variabel tersebut semakin valid. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U =1 maka pendugaan model naif. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan UTheil’s dan makin besar nilai R², maka pendugaan model semakin baik. Nilai statistik U adalah: T
U =
(1 / T )∑ (Ys − Ya) 2 t =1
T
T
t =1
t =1
(1 / T )∑ Ys 2 + (1 / T )∑ Ya 2
Nilai U terdiri dari tiga komponen, yaitu proporsi bias (UM), proporsi varians (US) dan proporsi kovarians. UM adalah perbandingan selisih nilai ratarata estimasi dan nilai rata-rata observasi kuadrat suatu model atau variabel dengan rata-rata kuadrat dari selisih nilai estimasi dan nilai observasi suatu model atau variabel. Menurut Pyndick and Rubinfeld [1991], suatu estimasi model atau variabel dikatakan valid jika UM < 0,20 karena UM merupakan systematic error. Nilai statistik UM adalah:
(Y s − Ya ) UM = (1 / T )∑ (Ys − Ya) 2
T
2
t =1
US adalah perbandingan antara kuadrat selisih standar deviasi nilai estimasi dan standar deviasi nilai observasi suatu model atau variabel dengan ratarata kuadrat dari selisih nilai estimasi dan nilai observasi suatu model atau variabel. Jika nilai US semakin kecil maka estimasi model atau variabel semakin valid. Nilai statistik US adalah:
86
US =
(σ s − σ a ) T
(1 / T )∑ (Ys − Ya) 2 t =1
UC adalah ukuran unsystematic error dari estimasi suatu model atau variabel. Semakin besar nilai UC semakin valid estimasi suatu model atau variabel. Nilai statistik UC adalah:
UC =
[2(1 − ρ )σ sσ a ] T
(1 / T )∑ (Ys − Ya) 2 t =1
UM + US + UC = 1
dimana T, Ys, YsM, Ya, YaM, σs, σa dan ρ masing-masing adalah jumlah observasi, nilai estimasi model, nilai rata-rata estimasi model, nilai observasi model, nilai ratarata observasi model, standar deviasi nilai estimasi model, standar deviasi nilai observasi model dan koefisien korelasi antara nilai estimasi dengan nilai observasi model. Validasi dilakukan dengan hasil estimator 2 SLS.
4.2.4. Simulasi Kebijakan
Simulasi kebijakan era otonomi daerah yang dilakukan adalah simulasi historis (ex-post simulation) tahun 2001-2004 dan simulasi peramalan (ex-ante simulation) tahun 2007-2010. Alternatif simulasi kebijakan historis tahun 20012004 yang dilakukan: Simulasi 1 : Upah minimum tetap masing-masing sebesar nilai tahun 2000 (tidak ada penyesuaian nilai upah minimum sejak tahun 2001). Simulasi 2 : Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 1 persen, dimana kenaikan tersebut dibawah rata-rata tingkat inflasi 2001-2004.
87
Simulasi 3 : Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 8.83 persen yang sama dengan rata-rata tingkat inflasi 2001-2004. Simulasi 4 : Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 10 persen, dimana kenaikan tersebut lebih besar dari rata-rata tingkat inflasi 2001-2004. Simulasi 5 : Penurunan kekuatan serikat buruh TKFP 90 persen, TKFI 2 persen, dan TKF 2,5 persen. Simulasi 6 : Penurunan kasus pemogokan 50 persen. Simulasi 7 : Penurunan suku bunga 5 persen. Simulasi 8 : Peningkatan pengeluaran infrastruktur 25 persen. Simulasi 9 : Kombinasi simulasi 4 dan 5. Simulasi 10 : Kombinasi simulasi 7 dan 8.
Alternatif kebijakan simulasi peramalan tahun 2007-2010 yang dilakukan: Simulasi 1
: Upah minimum tetap masing-masing sebesar nilai tahun 2006 (tidak ada penyesuaian nilai upah minimum sejak tahun 2007).
Simulasi 2
: Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 1 persen, dimana kenaikan tersebut dibawah rata-rata tingkat inflasi 2007-2010.
Simulasi 3
: Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 6.64 persen yang sama dengan rata-rata tingkat inflasi 2007-2010.
Simulasi 4
: Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 8 persen, dimana kenaikan tersebut lebih besar dari rata-rata tingkat inflasi 2007-2010 sebesar 8 persen.
Simulasi 5
: Penurunan kekuatan serikat buruh TKFP 90 persen, TKFI 1.5 persen, dan TKF 2,5 persen.
Simulasi 6
: Penurunan jumlah kasus pemogokan dan unjuk rasa 50 persen.
Simulasi 7
: Penurunan suku bunga 6 persen.
Simulasi 8
: Peningkatan pengeluaran infrastruktur 40 persen.
Simulasi 9
: Kombinasi simulasi 4 dan 5.
Simulasi 10 : Kombinasi simulasi 7 dan 8.
88
Simulasi 11 : Kombinasi simulasi 4, 5 dan 8. Simulasi 12 : Kombinasi simulasi 6, 7 dan 8.
4.2.5. Defenisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel kualitatif dan kuantitatif. Variabel kualitatif yaitu variabel Dummy Desentralisasi Fiskal (DDF) dan Dummy Krisis Ekonomi (DKE). Variabel kuantitatif yang diukur dalam nilai rupiah, seluruhnya telah diriilkan dengan GDP deflator tahun dasar 1990 seperti pada Tabel 11. Tabel 11. Defenisi Operasional Variabel No.
Notasi
Definisi Variabel A. Variabel Endogen
Satuan
1.
SPR
Penawaran TK berpendidikan rendah
Ribu org/ tahun
2.
SPM
Penawaran TK berpendidikan menengah
Ribu org/ tahun
3.
SPT
Penawaran TK berpendidikan tinggi
Ribu org/ tahun
4.
S
Penawaran TK total
Ribu org/ tahun
5.
DPRP
Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor pertanian
Ribu org/ tahun
6.
DPRI
Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor industri
Ribu org/ tahun
7.
DPRJ
Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor jasa
Ribu org/ tahun
8.
DPR
Permintaan TK berpendidikan rendah
Ribu org/ tahun
9.
DPPMP
Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor pertanian Ribu org/ tahun
10.
DPMI
Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor industri
Ribu org/ tahun
11.
DPMJ
Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor jasa
Ribu org/ tahun
12.
DPM
Permintaan TK berpendidikan menengah
Ribu org/ tahun
13.
DPTP
Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor pertanian
Ribu org/ tahun
14.
DPTI
Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor industri
Ribu org/ tahun
15.
DPTJ
Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor jasa
Ribu org/ tahun
16.
DPT
Permintaan TK berpendidikan tinggi
Ribu org/ tahun
17.
DP
Permintaan TK sektor pertanian
Ribu org/ tahun
18.
DI
Permintaan TK sektor industri
Ribu org/ tahun
19.
DJ
Permintaan TK sektor jasa
Ribu org/ tahun
89
20.
D
Permintaan TK total
Ribu org/ tahun
21.
UPR
Tingkat pengangguran berpendidikan rendah
Persen/tahun
22.
UPM
Tingkat pengangguran berpendidikan menengah
Persen/tahun
23.
UPT
Tingkat pengangguran berpendidikan tinggi
Persen/tahun
24.
UT
Tingkat pengangguran total
Persen/tahun
25.
WP
Upah rata-rata sektor pertanian
Rupiah/ tahun *
26.
WI
Upah rata-rata sektor industri
Rupiah/ tahun *
27.
WJ
Upah rata-rata sektor jasa
Rupiah/ tahun *
28.
W
Upah rata-rata
Rupiah/ tahun *
29.
TAX
Penerimaan pajak
Milyar Rp./thn *
30.
GTR
Penerimaan pemerintah total
Milyar Rp./thn *
31.
GEP
Pengeluaran pembangunan sektor pertanian
Milyar Rp./thn *
32.
GEI
Pengeluaran pembangunan sektor industri
Milyar Rp./thn *
33.
GEIS
Pengeluaran pembangunan infrastruktur
Milyar Rp./thn *
34.
GEPK
Pengeluaran pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan
Milyar Rp./thn *
35.
GET
Pengeluaran pemerintah total
Milyar Rp./thn *
36.
GDPP
Nilai produksi sektor pertanian
Milyar Rp./thn *
37.
GDPI
Nilai produksi sektor industri
Milyar Rp./thn *
38.
GDPJ
Nilai produksi sektor jasa
Milyar Rp./thn *
39.
C
Konsumsi
Milyar Rp./thn *
40.
IP
Investasi sektor pertanian
Milyar Rp./thn *
41.
II
Investasi sektor industri
Milyar Rp./thn *
42.
IJ
Investasi sektor jasa
Milyar Rp./thn *
43.
TI
Investasi total
Milyar Rp./thn *
44.
X
Nilai ekspor
Milyar Rp./thn *
45.
M
Nilai impor
Milyar Rp./thn *
46.
MD
Total permintaan uang
Milyar Rp./thn *
47.
MS
Total penawaran uang
Milyar Rp./thn *
48.
SB
Suku bunga nominal
Persen/tahun
49.
AD
Permintaan agregat
Milyar Rp./thn *
50.
AS
Penawaran agregat
Milyar Rp./thn *
51.
CPI
Indeks Harga Konsumen
90
52.
INF
Inflasi nasional
Persen/tahun
B. Variabel Eksogen
1.
DDF
Dummy desentralisasi fiskal tahun >2001=1, lainnya= 0
2.
DEFI
Indeks harga sektor industri
3.
DEFP
Indeks harga sektor pertanian
4.
DEFJ
Indeks harga sektor jasa
5.
DPML
Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor lainnya
Ribu org/ tahun
6.
DPRL
Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor lainnya
Ribu org/ tahun
7.
DPTL
Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor lainnya
Ribu org/ tahun
8.
DKE
Dummy krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998=1, tahun lainnya= 0
9.
ER
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
Rp./$US
10.
GDPL
Nilai produksi sektor lainnya
Milyar Rp./thn *
11.
GEL
Pengeluaran pembangunan sektor lainnya
Milyar Rp./thn *
12.
GR
Pertumbuhan ekonomi
Persen/tahun
13.
GRI
Pertumbuhan sektor industri
Persen/tahun
14.
IL
Investasi total sektor lainnya
Milyar Rp./thn *
15.
JP
Jumlah perusahaan besar dan sedang dalam industri
Perushn/ tahun
16.
JPK
Jumlah penyelesaian kasus hubungan industri
Kasus/ tahun
17.
KHM
Kebutuhan hidup minimum
Rupiah/ tahun *
18.
KUK
Kredit usaha kecil
Milyar Rp./thn *
19.
NTAX
Penerimaan pemerintah di luar pajak
Milyar Rp./thn *
20.
PHK
Jumlah PHK
Orang/tahun
21.
PNSR
Jumlah PNS berpendidikan rendah
Ribu org/ tahun
22.
POP
Jumlah penduduk Indonesia
Ribu org/ tahun
23.
TAX
Nilai penerimaan pajak
Milyar Rp./thn *
24.
TKF
Jumlah TK di sektor formal
Ribu org/ tahun
25.
TKIP
Jumlah TK di sektor informal pertanian
Ribu org/ tahun
26.
TKFP
Jumlah TK di sektor formal pertanian
Ribu org/ tahun
27.
TKMI
Jumlah TK berpendidikan menengah di sektor informal
Ribu org/ tahun
28.
TKFJ
Jumlah TK di sektor formal jasa
Ribu org/ tahun
29.
TKTI
Jumlah TK berpendidikan Tinggi di sektor
Ribu org/ tahun
91
30.
UMI
Upah minimum industri
Rupiah/ tahun *
31.
UMJ
Upah minimum jasa
Rupiah/ tahun *
32.
UMP
Upah minimum pertanian
Rupiah/ tahun *
33.
UMR
Upah Minimum Rata-rata
Rupiah/ tahun *
34.
WL
Rata-rata upah sektor lainnya
Rupiah/ tahun *
Keterangan : * nilai diriilkan dengan GDP deflator tahun dasar 1990. 4.2.6. Jenis dan Sumber Data
Studi ini menggunakan data sekunder time series tahunan dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2004. Sumber data sekunder berasal dari Badan Pusat Statistisk, Bank Indonesia, Litbang Kompas, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Nota Keuangan Departemen Keuangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Dirjen Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja. Sumber data isuisu kebijakan era otda berasal dari laporan hasil lokakarya kebijakan pasar tenaga kerja yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian SMERU dan Bappenas pada tanggal 16 September 2003 di Surabaya.