Efektivitas Pembelajaran IPS EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS SMP Eks RSBI DAN SMP SSN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI KABUPATEN NGAWI
Iswinarko (S2 Pendidikan Ips, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya) Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan efektivitas pembelajaran IPS di SMP eks RSBI dan SMP SSN serta mendapatkan gambaran perbedaan prestasi belajar IPS siswa SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kausal komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian yang akan membandingkan antara proses pembelajaran IPS di SMP eks RSBI dan SMP SSN yang ditinjau dari RPP yang digunakan oleh guru IPS maupun proses pembelajaran di kelas. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar siswa digunakan instrumen yang berupa tes ulangan harian. Dari jumlah populasi yang ada yaitu 52 SMP Negeri di Kabupaten Ngawi, peneliti menentukan sampel dalam penelitian ini adalah 2 guru IPS dari SMP eks RSBI (SMPN 1 Ngawi dan SMPN 2 Ngawi) dengan jumlah siswa 122 (20%), sedangkan SMP SSN (SMPN 1 Geneng, SMPN 1 Widodaren, SMPN 2 Karangjati dan SMPN 3 Ngawi) sampelnya 4 orang guru IPS dengan jumlah siswa 124 (15%). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa lembar observasi proses pembelajaran IPS yaitu untuk mendapatkan data proses pembelajaran dan dokumentasi yang berupa RPP, rekaman pembelajaran, serta tes ulangan harian yang digunakan untuk menggali data prestasi belajar IPS siswa.Selanjutnya teknik analisis data menggunakan content analysis (analisis isi) yaitu melakukan analisis pembelajaran IPS antara SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi serta deskriptif kuantitatif tentang prestasi belajar IPS dengan menggunakan uji statistik dengan uji-t. Karena peneliti ingin membandingkan prestasi belajar IPS antara siswa SMP eks RSBI dengan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. Berdasarkan analisis isi terhadap RPP yang dibuat oleh guru IPS di SMP eks RSBI diperoleh skor ratarata : 91,125 sedangkan SMP SSN diperoleh skor rata-rata: 86,375.Perbedaan tersebut berdasarkan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif dan langsung. Langkah pembelajaran disusun secara sistematis dan rinci. Materi pembelajaran hanya ditulis pokok-pokok materi saja. Media pembelajaran berbasis ICT. Evaluasi pembelajaran dirancang untuk mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotori. Rubrik-rubrik evaluasi disusun dengan rinci dan sistematis, dan lengkap. Sedangkan di SMP SSN langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis dan rinci. Materi pembelajaran untuk SMPN 1 Geneng dan SMPN 2 Karangjati disusun secara sistematis sedangkan SMPN 1 Widodaren dan SMPN 3 Ngawi hanya materi pokok saja yang dituliskan.Media pembelajaran menggunakan LCD proyektor, kecuali SMPN 3 Ngawi masih menggunakan papan tulis. Evaluasi pembelajaran dirancang untuk mengukur aspek kognitif saja. Sedangkan pada proses pembelajaran di SMP eks RSBI diperoleh skor rata-rata : 92,51 dan SMP SSN pada proses pembelajaran diperoleh skor rata-rata : 74,48. Perbedaan tersebut terletak pada penerapan model pembelajaran dan metode pembelajaran yang dilaksanakan, langkah-langkah pembelajaran dilasanakan berurutan sesuai urutan yang tercantum pada RPP. Sedangkan di SMP SSN metode pembelajaran yang tercantum pada RRP tidak dilaksanakan. Di RPP tercantum metode ceramah, diskusi, inquiri, tanya jawab, simulasi, obeservasi. Tetapi dalam prosesnya hanya metode ceramah saja yang di laksanakan. Langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP tidak dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan RPP. Sehingga dari hipotesis 1 yaitu proses pembelajaran IPS di SMP eks RSBI lebih baik dibandingkan dengan SMP SSN di Kabupaten dapat teruji. Artinya ada perbedaan antara proses pembelajaran di SMP eks RSBI dengan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. Selanjutnya pada hipotesis 2 yaitu : “prestasi belajar IPS siswa SMP eks RSBI lebih baik daripada SMP SSN di Kabupaten Ngawi” teruji kebenarannya berdasarkan analisis diperoleh nilai t- hitung sebesar 12,838 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sehingga dengan tingkat signifikansi yang kurang dari 5% maka H 0 di tolak dan H1 diterima berarti rata-rata prestasi belajar siswa RSBI berbeda dengan prestasi belajar siswa SMP SSN, dan prestasi belajar siswa SMP eks RSBI lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar siswa SMP SSN, sehingga hipotesis ke-2 teruji kebenaranya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya perbedaan proses pembelajaran dan prestasi belajar IPS siswa SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. Kata-kata Kunci : Pembelajaran IPS, SMP Eks RSBI dan SMP SSN, Prestasi Siswa. 1
INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013
Abstract This research aims to analyze the differences of effectiveness of learning Social Science in former SMP ex RSBI and SMP SSN and get an overview achievement differences of students former SMP ex RSBI and SMP SSN in Ngawi. This research includes the type of causal comparative study with quantitative approach. Research that will compare the process of learning Social Science in former SMP ex RSBI and SMP SSN in terms of The Lesson Plan IPS teachers used and the learning process in the classroom. While to measure student achievement in the form of test instruments used daily tests. Among the population that there are 52 Junior High Schools in Ngawi, researchers determined the sample in this study were 2 Social Science teachers of former SMP ex RSBI (SMPN 1 and SMPN 2 Ngawi) by the number of students 122 (20%), while SSN SMP (SMPN 1 Geneng, SMPN Widodaren 1, SMPN Karangjati 2, and SMPN 3 Ngawi) the sample are 4 Social Sciences teachers with a number of 124 students (15%). In this research the instruments used in the form of sheets Social Science observation learning process is to get the data and documentation of the learning process in the form of lesson plans, instructional recordings, as well as daily tests used to explore Social Science student achievement data. Further, data analysis techniques used the content analysis to analyze Social Science learning between former SMP ex RSBI and SMP SSN in Ngawi and quantitative description of the Social Science achievement test statistic by using t-test. Because the researchers wanted to compare student achievement of Social Science between former SMP ex RSBI and SMP SSN in Ngawi. Content analysis of lesson plans based on those made by the Social Science teacher of former SMP ex RSBI obtained an average score of: 91,125 while SMP SSN obtained an average score of: 86, 375. The difference is based on the use of cooperative learning and direct. Learning steps are arranged systematically and detailed. Learning materials are written only the main points material. Learning media is based on ICT. Learning evaluation is designed to measure cognitive, affective, and psychomotor. Evaluation rubrics are developed with a detailed and systematic, and complete. While in SMP SSN learning steps are arranged in a systematic and detailed. Learning materials for SMPN 1 Geneng and SMPN 2 Karangjati systematically arranged while SMPN 1 Widodaren and SMPN 3 Ngawi only main point materials are written in the media. Instructional media using the LCD projector, except SMP 3 Ngawi still use the board. Learning evaluation is designed to measure cognitive aspects. While in the process of learning in former SMP ex RSBI obtained an average score of: 92.51 and SMP SSN on the learning process obtained an average score of: 74, 48. The difference lies in the application of learning models and learning methods are implemented, the steps are carried out sequentially in the order listed in the Lesson Plan. While in SMP SSN learning methods listed in the RPP is not implemented. In Lesson Plan included lectures, discussion, inquiry, questioning, simulation, and observation but in the process only lecture method are implemented. Learning steps listed in the lesson plan is not implemented sequentially in accordance with the Lesson Plan. So that hypothesis 1 is in the process of learning Social Science in former SMP ex RSBI is better than the SMP SSN in Ngawi tested. This means that there is a difference between learning process informer SMP ex RSBI with SMP SSN in Ngawi. Later in the second hypothesis, namely: Social Science student achievement of former SMP ex RSBI is better than SMP SSN in Ngawi verified by analysis values obtained t-count 12.838 with a significance level of 0.000. So with a significance level of less than 5% then H0 is rejected and H1 is accepted means that the average student achievement of former SMP ex RSBI is different from SMP SSN student achievement, and achievement former SMP ex RSBI is higher than student achievement of the SMP SSN, so the hypothesis 2 is verified. The conclusion from this study is that there are differences in the Social Science learning process and student achievement of former SMP ex RSBI and SMP SSN in Ngawi. Key Words : Learning Social Science ex RSBI, SSN, Students learning achievement
Efektivitas Pembelajaran IPS PENDAHULUAN
2012 yang menjadi wakil ke tingkat Provinsi Jawa Timur hasil seleksi di tingkat Kabupaten Ngawi juga diraih oleh siswa dari sekolah yang berstatus SSN (SMP Negeri 1 Jogorogo dan SMP Negeri 1 Geneng sedangkan SMP Negeri 2 Ngawi peringkat 5 Kabupaten).
Penyelengaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Didalam UU No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari capaian prestasi tersebut di atas menimbulkan pertanyaan yang selanjutnya membutuhkan perhatian serius. Karena kedua status sekolah yaitu RSBI dan SSN dilihat dari input siswa dan sarana prasarana jelas berbeda. Sekolah RSBI proses penerimaan siswa baru dilakukan dengan seleksi yang ketat, yaitu dimulai dari seleksi administrasi yaitu rata-rata nilai rapor kelas IV-VI harus 7,00, kemudian masih ada tes tulis mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Matematika, dan Pengetahuan Umum dan tes IQ serta wawancara terhadap siswa. Sedangkan sekolah SSN seleksi masuknya hanya didasarkan pada nilai UASBN SD. Tetapi mengapa justru yang meraih prestasi akademik yang menonjol adalah siswa dari sekolah yang berlabel SSN.
Namun pendidikan di Indonesia saat ini dihadapkan pada sejumlah permasalahan dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat. Persoalan bertambah rumit ketika dihadapkan pada keharusan untuk mengikuti kecenderungan globalisasi. Menghadapi fenomena globalisasi yang tidak mungkin lagi dihindari, pemerintah Indonesia mengantisipasinya dengan berbagai cara. Sejumlah kebijakan pun diambil, yang diharapkan mampu menyiapkan bangsa Indonesia dalam menghadapi kompetisi global tersebut. Salah satunya, dan barangkali yang paling strategis diantara kebijakan-kebijakan yang lain, adalah kebijakan dalam bidang pendidikan. Sejak beberapa tahun terakhir pemerintah mencoba merintis penerapan program pendidikan di sekolah dasar dan menengah, yang memungkinkan lulusannya siap berkiprah dalam kancah percaturan dan kompetisi global. Sejumlah kebijakan telah diambil, mulai dari penyelenggaraan sekolah yang memenuhi standar nasional (SSN), rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah berstandar internasional (SBI).
Dari uraian di atas perlu ditelaah lagi tentang proses pembelajaran yang selama ini sudah dilaksanakan baik di sekolah RSBI maupun SSN. Apakah ada perbedaan dalam pelaksanaan pembelajarannya dilihat dari strategi, metode, media dan evaluasinya. Artinya dari beberapa komponen tersebut yang mestinya lebih unggul sekolah RSBI karena fasilitas belajar lebih lengkap (pembelajaran berbasis ICT) tetapi hasil yang dicapai lebih bagus dari sekolah SSN. Hal ini juga berlaku bagi proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS pada sekolah yang berlabel RSBI diharapkan bercirikan Internasional yaitu diterapkannya model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, student centered, reflective learning, active learning, enjoyable dan joyfull learning, cooperative learning and contextual learning serta berbasis TIK (Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI, 2009; 15). Karena dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa mendorong keaktifan belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Sekaligus pembelajaran pada mata pelajaran IPS juga menarik.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat (3) secara eksplisit disebutkan bahwa: “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional‟.
Berdasarkan permasalahan pertanyaan penelitian terfokus pada:
Sekolah-sekolah yang sudah memenuhi kriteria SSN tersebut dianggap sudah lebih siap untuk melaksankan program bertaraf internasional dibandingkan sekolah-sekolah yang belum memenuhi kriteria SSN. Namun kedua status yang berbeda dengan sarana dan prasarana yang dimiliki saat ini belum menjamin keberhasilan dalam kegiatan proses pembelajaran. Hasil rata-rata nilai UN SMP tahun pelajaran 2011/2012 di Kabupaten Ngawi yang diraih sekolah RSBI (SMP Negeri 2 Ngawi peringkat 4 sedangkan SMP Negeri 1 Ngawi peringkat 7) masih kalah dengan sekolah yang berlabel SSN (SMP Negeri 3 Paron). Meskipun nilai UN tertinggi diraih oleh siswasiswi SMP Negeri 2 Ngawi. Disamping itu dalam kegiatan OSN IPS (Olimpiade Siswa Nasional IPS) tahun
di
atas,
1. Adakah perbedaan proses pembelajaran IPS SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi? 2. Adakah perbedaan prestasi belajar IPS siswa SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi ? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis perbedaan efektivitas proses pembelajaran IPS SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi.
3
INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 2. Mendapatkan gambaran perbedaan prestasi belajar IPS siswa SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. Adapun lingkup dari penelitian ini adalah berusaha membandingkan pembelajaran IPS di SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. Variabel yang dibandingkan meliputi pelaksanaan pembelajaran IPS dan capaian prestasi belajar siswa.
METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantatif karena data yang diperoleh diwujudkan dalam bentuk angka kemudian diukur dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik. Hubungan antarvariabel dalam penelitian ini berupa hubungan antara Efektivitas pembelajaran IPS SMP eks RSBI dan SSN serta prestasi siswa SMP eks RSBI dan SSN di Kabupaten Ngawi. Agar variabel Efektivitas pembelajaran IPS SMP eks RSBI dan SSN serta prestasi siswa SMP eks RSBI dan SSN di Kabupaten Ngawi dapat dianalisis melalui statistik, selanjutnya diadakan analisis terhadap kedua variabel tersebut melalui instrumen yang dirancang oleh peneliti. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif (causal comparatif research). Menurut Gay dalam Sukardi (2003: 171) dinyatakan penelitian kausal komparatif sebagai berikut: “Causal comparative is that research in which the researcher attempts to determine the cause or reason for exiting differences in the behavior or status or group of individual”. Menurut definisi tersebut penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang penelitinya berusaha menentukan penyebab atau alasan perbedaan dalam perilaku atau status kelompok dari individu. Dengan kata lain, telah diamati oleh peneliti perbedaan-perbedaan variabel dalam beberapa kelompok sejenis. Kemudian peneliti berusaha mengidentifikasikan penyebab perbedaan tersebut. Desain dalam penelitian ini memiliki dua variabel yang terdiri dari efektivitas pembelajaran IPS SMP eks RSBI dan SSN serta prestasi belajar siswa di SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. SMP eks RSBI dan SMP SSN merupakan dua status sekolah yang berbeda. Dalam hal pembelajaran IPS, dua sekolah tersebut berbeda dalam hal input siswa, sarana prasarana, dan proses pembelajaran. Perbedaan tersebut dijadikan dasar untuk membandingkan prestasi akademik ditinjau dari efektifitas pembelajaran IPS SMP eks RSBI dan SMP SSN serta prestasi belajar siswa. Dalam penlitian ada dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas, dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas pembelajaran IPS. Variabel moderator atau disebut juga variabel bebas kedua berupa standar sekolah, yang dalam
penelitian ini adalah SMPN eks RSBI dan SMPN SSN. Sedangkan variabel terikat berupa prestasi siswa. Sementara itu dalam penlitian ini populasinya adalah adalah semua guru IPS SMP yang mengajar di kelas VIII pada sekolah eks RSBI dan SSN di Kabupaten Ngawi, yang terdiri dari SMP Negeri 1 Ngawi dengan jumlah guru IPS 2 orang, jumlah siswa 256 dan SMP Negeri 2 eks RSBI. Sedangkan SMP yang menyandang predikat sebagai SSN yaitu SMP Negeri 2 Karanjati, SMP Negeri 3 Ngawi, SMP Negeri 1 Geneng dan SMP Negeri 1 Widodaren. Total populasi dalam penelitian ini adalah 12 guru IPS SMP di sekolah RSBI dan SSN Kabupaten Ngawi dengan jumlah siswa seluruhnya 512 untuk siswa SMP RSBI dan 1044 siswa untuk SMP SSN. Dalam penelitian ini besar sampel 20% atau 120 siswa dari SMPN 1 Ngawi dan SMPN 2 Ngawi yang menyandang status sebagai sekolah eks RSBI. Sedangkan untuk sekolah yang menyandang status SSN diambil 15 % dari masing-masing sekolah ada 30 siswa dari SMPN 2 Karangjati, SMPN 3 Ngawi, SMPN 1 Widodaren dan SMPN 1 Geneng. Sehingga jumlah sampel keseluruhan pada sekolah SSN ada 120 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua). Yaitu data pokok dan data pendukung. Data pokok guru IPS dan data siswa SMP di sekolah eks RSBI dan SSN. Sedangkan data pendukung meliputi data rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPS dan proses pembelajaran IPS di kelas VIII. Data pendukung ini dimaksudkan untuk memperkuat analisis data pokok. a. Instrumen dan Tehnik Pengumpulan Data 1) Lembar observasi Proses Pembelajaran IPS untuk mendapatkan data proses pembelajaran 2) Pendokumentasian a)
RPP IPS
b) Rekaman Pembelajaaran c)
Tes Ulangan harian, untuk menggali data prestasi belajar IPS
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Analisis isi dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) meliputi : tujuan, materi pembelajaran, metode, strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Sebagai suatu sistem proses pembelajaran maka komponen tersebut saling berhubungan dan perlu diadakan suatu analisis yang mendalam terhadap rencana pelaksanaan
Efektivitas Pembelajaran IPS pembelajaran IPS SMP eks RSBI dan SMP SSN kelas VIII di Kabupaten Ngawi.
waktu ralatif lama (tak dapat dicapai dengan segera).
RPP merupakan salah satu bentuk persiapan tertulis yang harus dilakukan guru pada saat hendak melaksanakan pembelajaran. Penyusunan RPP dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran sehingga guru harus mampu merencanakan kegiatan belajar siswa yang akan dilakukan dan memprediksi respons siswa terhadap kegiatan yang direncanakan guru. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya mengacu pada RPP yang telah dibuatnya walaupun tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk memodifikasi perencanaan yang telah disusunnya jika kondisi selama pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus bisa menganalisis dan merefleksi perencanaan pembelajarannya berdasarkan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan refleksi ini dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan teman sejawat.
5) Harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pengalaman belajar tertentu. 6) Harus komprehensif, artinya mencakup semua aspek dan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
Disamping itu tujuan pembelajaran IPS yaitu menjawab kondisi kehidupan nyata saat ini dari ilmu pengetahuan akademis, yang berfungsi untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih dalam bagaimana mengetahui, bagaimana menerapkan apa yang dia ketahui,dan bagaimana berpartisipasi dalam membangun masa depan( Nasution, 2011; 5) Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa antara SMP eks RSBI dan SMP SSN yang memiliki tujuan pembelajaran yang sama merupakan tuntutan dari kompetensi dasar yang hendak dicapai dan sesuai dengan tuntutan kurikulum yaitu menggunakan KTSP.
Berdasarkan pada pengamatan dan penilaian dari 3 observer terhadap RPP yang telah disusun oleh para guru IPS baik di SMPN eks RSBI maupun SMPN SSN di Kabupaten Ngawi, maka peneliti akan melakukan analisis terhadap komponen-komponen yang ada dalam RPP tersebut, meliputi : a. Tujuan dan Materi Pembelajaran
Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua adalah menentukan bahan pelajaran. Hal ini menurut pendapat Zais (dalam Modul Kinerja Guru, 2008; 18) karena bahan pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam menentukan bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: signifikansi, kegunaan, minat, dan perkembangan manusiawi. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik dirancang dan diogarnisir dengan baik. Sedangkan dalam pandangan Ansary (1988: 120) bahan pelajaran mencangkup tiga komponen, yaitu ilmu pengetahuan, proses dan nilai-nilai. Dalam hal ini tiga kompunen tersebut dapat dirinci sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
Berdasarkan analisis terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru IPS kelas VIII SMP eks RSBI dan SSN memiliki tujuan pembelajaran yang sama. Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus ditempuh oleh guru adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari tujuan yang kongkrit akan dapat dijadikan patokan dalam melakukan langkah dan kegiatan yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melaksanakanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Taba (dalam Modul PKG, 2008:17) ada beberapa pentujuk tentang cara merumuskan tujuan pengajaran yaitu: 1) Tujan hendaknya mengandung unsur proses dan produk.
b.
Ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, belajar kelompok, dan sebagainya.
2) Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata. 3) Mengandung pengalaman belajar diperlukan untuk mencapai tujuan dimaksudkan.
Metode Pembelajaran
yang yang
Didalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru IPS di SMP eks RSBI yaitu SMPN 1 Ngawi dan SMPN 2 Ngawi
4) Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan 5
INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 metode yang diterapkan yaitu menggunakan metode diskusi dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran langsung. Dengan penggunaan model pembelajaran yang diterapkan maka langkahlangkah dalam proses pembelajaran yaitu model Jigsaw harus mengacu pada metode yang diterapkan. Hal ini juga berlaku terhadap pengalokasian waktu dalam penyusunan rencana pembelajaran (RPP) tersebut. Disamping itu guru IPS SMP eks RSBI untuk menetapkan metode yang akan digunakan juga memperhatikan kemampuan siswa. Dalam hal ini dalam penyusunan RPP tersebut lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran yang mendorong keaktifan siswa selama proses pembelajaran tersebut. Sedangkan RPP yang disusun oleh guru IPS di SMP SSN yaitu SMPN 3 Ngawi, SMPN 2 Karangjati, SMPN 1 Widodaren dan SMPN 1 Geneng metode yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas cenderung menggunakan ceramah murni. Sehingga dengan metode ceramah murni cenderung siswa mendengarkan guru menyampaikan materi meskipun kadang-kadang siswa juga diberikan pertanyaan tetapi porsinya sangat sedikit sekali.
Dalam penyusunan RPP yaitu mengenai pembuatan alat evaluasi baik sekolah kategori RSBI maupun SSN memilki alat evaluasi yang sudah mengacu pada tujuan dan indikator. Menurut Mulyasa (2004:98) guru sebagai pengembang mengajar seyogyanya melakukan penilaian terhadap efektivitas pelaksanaan. Pelaksanaan dapat dilakukan selama proses implementasi persiapan mengajar maupun sesudahnya, sehingga kegiatan yang terbaik bagi guru adalah melakukan evaluasi secara terus menerus, utuh, dan menyeluruh. Didalam RPP yang disusun oleh guru IPS di dua sekolah eks RSBI yaitu SMPN 1 Ngawi dan SMPN 2 Ngawi sudah disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia serta dicantumkan pula pedoman penskoran terhadap pelaksanaan evaluasi tersebut. Meskipun hal ini juga diterapkan di empat sekolah SSN. Tetapi ada perbedaan alat evaluasi yaitu SMP RSBI evaluasi yang dikembangkan tidak hanya mengacu pada aspek kognitif saja tetapi aspek afektif dan psikomotor juga dikembangkan, sedangkan SMP kategori SSN baru SMPN 1 Geneng yang menerapkan penilaian pada ketiga aspek tetapi yang lain tidak menerapkannya. Artinya hanya aspek kognitif saja yang diambil atau digunakan. 2. Analisis Proses Pembelajaran
c. Media Pembelajaran Media yang dikembangkan oleh kedua kategori sekolah baik yang RSBI maupun SSN sudah ada yang memiliki kesamaan. Terutama penggunaan media LCD. Karena media LCD dianggap sebagai media yang mudah dalam penggunaannya dan siswa terkesan tidak menyalin tulisan di papan tulis. Khusus untuk sekolah SMPN 1 Ngawi dan SMPN 2 Ngawi sudah menggunakan media yang berbasis ICT selain LCD yaitu menggunakan media internet baik yang diakses menggunakan jaringan hotspot sekolah dengan laptop maupun menggunakan HP yang ada fasilitas untuk mengakses internet.Disamping itu media gambar dalam hal ini SPPT sebagai media dalam menerapkan pembelajaran tentang sistem pajak semua sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sudah menggunakannya. Tetapi untuk sekolah SSN ada salah satu sekolah (SMPN 3 Ngawi) penggunaan media pembelajaran masih berkutat pada penggunaan papan tulis. Artinya belum menerapkan penggunaan ICT. d. Evaluasi
Proses belajar yang berlangsung baik di SMPN eks RSBI dan SMPN SSN di Kabupaten Ngawi ada beberapa persamaan dan perbedaan dalam peleksanaannya. Hal ini bisa dilihat dari : a.
Kemampuan membuka pelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan awal dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilaksanakan di SMPN eks RSBI dan SMPN SSN ada kesamaan dan perbedaannya. Dalam hal ini SMP eks RSBI sudah mampu menarik perhatian siswa termasuk SMPN SSN (SMPN 1 Widodaren dan SMPN 2 Karangjati). Tetapi dalam hal mengkaitkan materi masih belum sepenuhnya dilaksanakan. Karena dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru langsung pada materi yang akan disampaikan. Dari uraian tersebut di atas menurut kesimpulan dari peneliti adalah aspek kejelasan tujuan pembelajaran merupakan aspek terpenting dalam penyusunan RPP karena tujuan pembelajaran menjadi acuan dalam penyusunan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Rumusan tujuan tidak boleh menimbulkan terjadinya penafsiran ganda dan harus mengandung perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus
Efektivitas Pembelajaran IPS disusun dengan menggunakan kata kerja yang operasional, terukur dan teramati.
e.
b.
Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran di kelas. Penggunaan media pembelajaran antara SMP eks RSBI dengan SMPN SSN di Kabupaten Ngawi hampir tidak terjadi perbedaan, kecuali di SMPN 3 Ngawi.
Sikap guru dalam proses pembelajaran
Sikap guru dalam proses pembelajaran baik di SMPN eks RSBI maupun SMPN SSN untuk artikulasi suara dalam penyampaian materi pelajaran sangat jelas. Sehingga selama proses pembelajaran di kelas siswa tidak mengalami hambatan dan mudah menerima pembelajaran dengan jelas. Karena jika artikulasi suara yang tidak jelas membuat siswa kesulitan untuk menangkap materi yang disampaikan oleh guru pengajar di kelas tersebut. c.
Penguasaan bahan belajar/Materi pelajaran
f.
mengajar
media
Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran di kelas terdapat 5 sekolah yang kurang memperhatikan kegaiatan tersebut, yaitu SMPN 1 Ngawi (SMPN eks RSBI) dan SMPN SSN semuanya. Sedangkan SMPN 2 Ngawi kegaiatan ini telah dilaksanakan sebelum waktu yang tersedia dalam tatap muka tersebut berakhir.
Penguasaan materi dan pemberian contohcontoh dalam proses menjelaskan materi merupakan indikator kemampuan guru yaitu memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan/materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan tuntutan kompetensi profesional guru yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan (Modul Kinerja Guru, 2008:6-7) Kegiatan belajar pembelajaran)
menggunakan
Baik SMP eks RSBI maupun SMP SSN sudah menerapkan media pembelajaran yang berbasis ICT. Tetapi penerapan media yang berbasis ICT baru sebatas pada penggunaan LCD dan laptop pada guru. Sedangkan di SMP eks RSBI disamping menggunakan media yang berbasis ICT yaitu LCD dan laptop, guru maupun siswa juga memanfaatkan media internet melalui jaringan hotspot, termasuk siswa juga sebagian besar sudah menggunakan hand phone (HP) sebagai media pembelajaran dalam mengakses materi pembelajaran yang dianggap kurang di buku/sumber yang ada.
Penguasaan materi pelajaran pada guru IPS di SMP eks RSBI sudah cukup bagus disertai dengan pemberian contoh-contoh yang mudah diserap oleh siswa. Hal ini berbeda dengan guru IPS di SMPN SSN penguasaan materinya masih ada yang dirasakan kurang (SMPN 1 Geneng).
d.
Kemampuan pembelajaran
g.
Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut setelah proses pembelajaran di kelas berakhir terjadi perbedaan antara SMP eks RSBI dengan SMP SSN di Kabupaten Ngawi. Perbedaan yang dimaksud adalah di SMP eks RSBI tindak lanjut yang dilaksanakan oleh guru pengajar adalah dengan memberikan tugas kepada individu, menginformasikan materi yang akan dipelajari minggu berikutnya serta adanya motivasi untuk terus belajar kepada siswa. Sementara SMP SSN, tindak lanjut yang dilaksanakan oleh guru IPS sudah dilaksanakan dengan pemberian tugas kepada setiap individu, tetapi dalam hal memberikan motivasi kepada siswa tidak disampaikan.
(proses
Kegiatan belajar mengajar antara SMP eks RSBI dan SMP SSN terdapat perbedaan dalam hal metode. Untuk SMP eks RSBI metode yang diterapkan sudah disesuaikan dengan RPP tetapi untuk SMP SSN metode yang digunakan tidak sesuai, karena dalam proses pembelajaran di kelas yang terjadi adalah penggunaan ceramah murni. Hal ini mengakibatkan guru terlalu mendominasi (teacher centered) proses pembelajaran sedangkan siswa pasif.
3. Prestasi Siswa SMP eks RSBI dengan SMP SSN Prestasi siswa antara SMP eks RSBI dengan SMP SSN di Kabupaten Ngawi terdapat perbedaan yang signifikansi. Hal ini dilihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh oleh siswa SMP eks RSBI dengan capaian nilai tertinggi siswa adalah : 85 sedangkan nilai terendahnya : 45 sementara nilai rata7
INTERAKSI. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 ratanya adalah 62,83. Jika dibandingkan dengan capaian nilai ulangan harian siswa di SMP SSN diperoleh nilai tertingginya adalah 77,5 sedangkan nilai terendahnya adalah 25 dengan nilai rata-ratanya : 44,80. Selanjutnya dari frekuensi data prestasi belajar siswa SMP eks RSBI diperoleh data bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi dengan nilai rata-ratanya diatas nilai rata-rata keseluruhan (62,83) berjumlah 64 siswa, sedangkan yang dianggap memiliki prestasi belajar rendah 58 orang karena capaian nilai rata-ratanya dibawah nilai ratarata keseluruhan. Hal ini berbeda dengan capaian prestasi siswa SMP SSN berdasarkan data frekuensi diperoleh data antara prestasi belajar tinggi dengan prestasi belajar prosentase sama besarnya. Berdasarkan uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai prestasi siswa SMP eks RSBI lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ratarata prestasi SSN. Sehingga berdasarkan nilai ratarata dan prestasi siswa, ada kecenderungan terdapat perbedaan prestasi siswa SMP eks RSBI dan SSN dan prestasi siswa SMP eks RSBI lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi siswa SMP SSN di Kabupaten Ngawi. PENUTUP Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan pada SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten Ngawi, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Adanya skor rata-rata yang diperoleh SMP eks RSBI yaitu 91,125 dan skor rata-rata yang diperoleh oleh SMP SSN yaitu 86,375 pada penyusunan RPP menunjukkan adanya perbedaan RPP IPS di SMP eks RSBI dan SMP SSN di Kabupaten b. Dalam kegiatan proses pembelajaran juga terdapat perbedaan skor rata-rata yang diperoleh oleh SMP eks RSBI yaitu 92,51 dan SMP SSN yaitu 74,48. Perbedaan tersebut pada SMP eks RSBI penerapan model pembelajaran dan metode pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP. Langkahlangkah pembelajaran dilasanakan berurutan sesuai urutan yang tercantum pada RPP. Sedangkan di SMP SSN metode pembelajaran yang tercantum pada RRP tidak dilaksanakan. c. Pada prestasi siswa juga terdapat skor rata-rata yang berbeda, yaitu pada SMP eks RSBI perolehan skor tertinggi 85 dengan jumlah frekuensi 52,46 % dan nilai terendahnya 45
dengan jumlah frekuensi 47,54 %. Sedangkan prestasi siswa SMP SSN nilai tertinggi 77,5 dan nilai terendahnya 25. Dari kedua perolehan nilai tersebut jumlah frekuensi antara nilai tertinggi dan terendah sama yaitu 50 %. Sehingga prestasi siswa SMP eks RSBI berbeda dengan prestasi siswa SMP SSN. Hasil ulangan siswa SMP eks RSBI lebih baik daripada hasil ulangan siswa SMP SSN. Ratarata nilai ulangan siswa SMP RSBI lebih tinggi daripada siswa SMP SSN. Capaian nilai tertinggi dan terendah hasil ulangan di SMP eks RSBI lebih baik daripada di SMP SSN.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut : a. Bagi Guru IPS di SMP eks RSBI dan SMP SSN Guru merupakan ujung tombak dalam menuju keberhasilan pendidikan sehingga : 1) Dalam penyusunan RPP untuk guru IPS SMP eks RSBI perlu adanya penyempurnaan yaitu materi pembelajaran disusun yang rinci dan sistematis meskipun RPP yang disusun lebih baik dari RPP guru IPS SMP SSN. 2) Bagi guru IPS di SMP SSN perlu juga ada penyempurnaan yaitu evaluasi pembelajaran yang diukur tidak hanya aspek kognitif saja tetapi aspek afektif dan psikomotor juga dilengkapi dengan pedoman penskoran b. Bagi Sekolah Bagi sekolah baik SMP eks RSBI maupun SMP SSN hasil ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi terutama : 1) Dalam penyusunan RPP sekolah harus benar-benar memantau terhadap RPP yang disusun oleh guru pengajar. 2) Perlu adanya monitoring dan evaluasi terhadap penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran (supervisi) di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Efektivitas Pembelajaran IPS Arends, Richard I. (2008;43). Instruction To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Permendiknas No. 78 Tahun 2009 Penyelenggaraan SBI Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
tentang Jenjang
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Creswell. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (3nd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santoso, S. 2003. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. elex Media Komputindo. Jakarta.
Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Analisis Butir Soal SMA.
Sapriya, Dr. M.Ed.2006. Pendidikan IPS-Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT. Rosdakarya.
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas. 2008. Modul Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas
Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Alfabeta
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess( Journal of Education Social Studies ) Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 Tentang “Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Kurikulum, T. P. 2010. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Secara Terpadu Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: KemdiknasDirjen Mandikdasmen Direktorat Pembinaan SMP. Jasin, Anwar. 1996. Pembelajaran Efektif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Lia Yuliati, Modul 5 Pelaksanaan dan Evaluasi Pembelajaran IPAPengembangan Pembelajaran IPA SD Mashuri, Drs. M.Hum. 2011. Modul Pengembangan Media Pembelajaran. Malang : Panitia Sertifikat Guru (PSG) Rayon 15-Malang. M. Nur. 2011. Model Pengajaran Langsung (2nd ed.). Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Mulyasa, E. 2004.Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 2011. Kajian Pembelajaran IPS di Sekolah. Surabaya: Unesa University Press-2011. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Panduan Pelaksanaan Pembinaan SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SMP-RSBI. 2009. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah- Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Permendiknas No. 22 Tahun 2006.tentang Standar Isi Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 9