Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SOCIAL SOFT SKILLS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS IV SEKOLAH DASAR PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN
Ika Agustin Adityawati Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Abstrak Dalam penelitian ini dikembangkan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan social soft skills dalam pembelajaran tematik terpadu di kelas IV Sekolah Dasar (SD) pada tema Indahnya Kebersamaan. Desain penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pengembangan Borg and Gall. Program pembelajaran yang dikembangkan berbentuk perangkat yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Lembar Penilaian yang diuji cobakan pada siswa kelas IV SDN Lambangan Wonoayu Sidoarjo sebanyak 34 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran dan mendeskripsikan hasil ujicoba perangkat pembelajaran berdasarkan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan baik dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli. Hasil implementasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan terbukti mampu meningkatkan Social soft skills. Aktivitas Social soft skills siswa menunjukkan peningkatan sebesar 64,49% pada kemampuan berkomunikasi, 60,87% pada kemampuan bekerjasama dan 70% pada kemampuan memecahkan masalah. Hasil belajar siswa yang terukur melalui pre test dan post test menunjukkan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,33% dari kriteria pembelajaran dinyatakan tuntas yaitu mendapat nilai ≥70. Respon siswa terhadap pembelajaran berdasarkan masalah secara umum sudah baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang dikembangkan terbukti mampu meningkatkan sosial soft skill dan hasil belajar sisiwa. Kata kunci : Social Soft Skills, Pembelajaran Berdasarkan Masalah
PENDAHULUAN Dalam menghadapi tuntutan perubahan masyarakat di era global yang sangat kompetitif, diperlukan upaya untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh generasi bangsa. Namun upaya tersebut masih menghadapi kendala dan masalah, terutama masalah rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Sebagai negara dengan penduduk terbesar di ASEAN, ternyata indeks pendidikan di Indonesia masih berada pada urutan ke 7 dari 10 negara di kawasan Asia Tenggara (Hall, 2012). Prestasi peserta didik yang rendah ini disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran di Indonesia. Dalam proses pembelajaran peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, mereka hanya menerima informasi-informasi dan menghafal, sehingga kurang memahami secara mendalam dan bermakna informasi yang diterimanya.
10
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
Aktivitas di kelas sebagai bagian integral dari sistem pendidikan harus diperbaiki dan dikembangkan. Upaya perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengavaluasi kurikulum, model dan metode, media pengajaran, materi, kualitas pengajar, evaluasi, dan lain sebagainya, sehingga tercipta sistem pembelajaran yang baik dan berorientasi ke masa depan yaitu mencetak generasi yang kritis, kreatif, dan inovatif. Eggen dan Kauchack (2007) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk pemahaman dan motivasi mereka. Terkait dengan hal tersebut, guru perlu memahami bagaimana seharusnya menerapkan perangkat pembelajaran yang baik, supaya dalam proses belajar mengajar bisa mencapai apa yang sudah menjadi tujuan pembelajaran. Salah satunya guru dapat memilih model pembelajaran yang mampu memacu semangat setiap peserta didik untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Selain itu, pembelajaran hendaknya bukan hanya berorientasi pada pencapaian kemampuan hard skill siswa, namun juga harus memperhatikan peningkatan kemampuan soft skill dan social skill. Soft skill adalah kemampuan dan atribut pribadi yang melengkapi hard skill. Istilah ini sering digunakan secara sinonim dengan keterampilan generik atau kompetensi sosial, meskipun mengacu dalam arti yang sempit hanya untuk kemampuan kunci yang dapat diterapkan pada kinerja pekerjaan. Keterampilan sosial dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial melalui cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan pada waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain. Perpaduan antara softskills dan social skills inilah yang selanjutnya disebut “Social Soft Skills”. Menurut survei The Job Outlook tahun 2008 dalam penelitian Beard, kemampuan-kemampuan yang termasuk di dalamnya perpaduan tersebut setidaknya ada 12 kemampuan. Namun dalam penelitian ini hanya diukur 3 kemampuan dasar, yaitu: Communication Skill yaitu kemampuan dalam berkomunikasi, Teamwork Skill yaitu kemampuan dalam bekerjasama dan Problem Solving Skill yaitu kemampuan dalam memecahkan Masalah. Permasalahan mendasar yang perlu diupayakan pemecahannya adalah apakah desain pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengembangkan Social Softskill peserta didik. Sehingga kemampuan Social Soft Skills siswa dapat terasah secara simultan dan terstruktur. Hal tersebut secara tidak langsung juga memperbaiki kesan bahwa kurikulum di Indonesia tidak hanya exact mainded, atau berorientasi pada penguasaan science dan teknologi semata, namun juga sekaligus menumbuh kembangkan kemampuan berinteraksi secara sosial dengan lebih bermakna. Oleh sebab itu, diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan Social Soft Skills mereka melalui proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang paling sesuai untuk dikembangkannya dalam upaya meningkatkan memampuan Social Soft Skills sisiwa adalah Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM). PBM dianggap paling sesuai karena dalam PBM diterapkan pendekatan pembelajaran, dimana siswa akan dituntut untuk mengerjakan permasalahan yang autentik, dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan kepercayaan diri (Arends, 1997). Upaya perencanaan kegiatan pembelajaran yang baik bila tidak diikuti dengan prosedur pelaksanaan yang baik tentu tidak akan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dan pada proses selanjutnya, kita tidak akan dapat melihat keberhasilan pencapaian tujuan itu bila tidak dievaluasi dengan baik. Oleh karena itu perlu dilaksanakan upaya
11
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
evaluasi secara holistik dan komprehensif, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu upaya pembelajaran tersebut serta mencari sisi-sisi kurang untuk disempurnakan guna mencapai hasil yang lebih maksimal. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah ”Apakah desain perangkat pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengembangkan Social Soft Skills siswa sekolah dasar?” Social Soft Skills Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal Skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (Intra-Personal Skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Intra-Personal Skills berhubungan langsung dengan kepribadian pelaku dalam mengoptimalkan dirinya, sedangkan Interpersonal Skills adalah ketrampilan yang harus ditumbuhkembangkan oleh siswa sejak sedini mungkin. Sedangkan ketrampilan sosial (Social Skills) dibutuhkan seseorang agar bisa diterima lingkungannya serta digunakan untuk menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu bagian dari lingkungan tersebut. Soft skills yang berhubungan dengan social skills adalah interpersonal skills, sehingga kemampuan inilah yang kemudian disebut sebagai social soft skills. Social soft skills atau ketrampilan interpersonal (Interpersonal Skills) merupakan kemampuan untuk berhubungan dan berkomunikasi antara individu dengan individu dan individu dengan kelompok. Menurut Bancino dan Zevalkink (2007) ”Basic interpersonal skills such as self-awareness, social awareness, relationship management conflict management and diversity excel-fective tecnical solutions and more satisfied costumers”. Pendapat Bancino dan Zevalkink tersebut diperkuat dengan argumentasi James & James dalam Mitchell, Skinner & White (2010) ”Soft skills characterize certain career attributes that individuals may possess such as team skills, communication skills, leadership skills, customer service skills, and problem solving skills”. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka ketrampilan yang dikembangkan dalam penelitian ini yang kemudian disebut dengan ’Social Soft Skills’ meliputi kemampuan komunikasi (Communication Skills), Kemampuan Bekerja Sama (Teamwork Skills), dan Kemampuan memecahkan Masalah (Problem Solving Skills). Social Soft Skills yang Dikembangkan Melalui Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri (Arends, 1997). Hal senada diungkapkan pula oleh Suryadi (2005) yang menyatakan bahwa PBM merupakan suatu strategi yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Pada saat siswa menghadapi masalah tersebut, mereka mulai menyadari bahwa hal demikian dapat dipandang dari berbagai perspektif serta menyelesaikannya dibutuhkan pengintegrasian informasi dari berbagai ilmu. Selanjutnya Barrow (dalam Ismaimuza, 2010) mengungkapkan bahwa masalah dalam PBM adalah masalah yang tidak terstruktur (ill-structure), atau kontekstual dan menarik (contextual and engaging), sehingga merangsang siswa untuk bertanya dari berbagai perspektif. Menurut Slavin (1995) karakteristik lain dari PBM meliputi
12
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan produk atau karya yang harus dipamerkan. Sementara itu Pierce dan Jones (Howey et al, 2001), menegaskan bahwa dalam pelaksanaan PBM terdapat proses yang harus dimunculkan, seperti: keterlibatan (engagement), inkuiri dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja (performance), tanya jawab dan diskusi (debriefing). Keterlibatan bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah (self-directed problem solver) yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mampu mendorong untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikannya. Inkuiri dan investigasi yang meliputi kegiatan mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan dan implikasinya, serta kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. Kinerja bertujuan menyajikan temuan yang diperoleh. Tanya jawab dan diskusi, yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang dilakukan. Dengan demikian PBM menghendaki agar siswa aktif untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Agar siswa aktif maka diperlukan desain bahan ajar yang sesuai dengan mempertimbangkan pengetahuan siswa serta guru dapat memberikan bantuan atau intervensi berupa petunjuk (scaffolding) yang mengarahkan siswa untuk menemukan solusinya. Istilah pengembangan pembelajaran (Instructional development) sering dipertukarkan dengan desain pembelajaran (Instructional design) (Mustaji, 2005). Lebih lanjut menurut Mustaji, Desain pembelajaran adalah proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri pebelajar ke arah yang dikehendaki. Pengembangan pembelajaran adalah proses meracik prosedur dan menggunakannya secara optimal untuk menciptakan pembelajaran yang baru dalam situasi tertentu (Reigeluth dalam Mustaji, 2005). Mengembangkan social soft skills tidak mungkin dilakukan hanya dengan metode konvensional (ceramah) saja, tetapi harus melibatkan konflik kognitif siswa yang merangsang munculnya masalah yang akan dijawab, kemudian dikembangkan menjadi teori dan deskripsi yang didiskusikan (Ibrahim, 2005). Dari kegiatan di atas, siswa akan menggunakan kemampuan komunikasinya untuk menyampaikan pendapat yang sangat mungkin berbeda satu dengan lainnya. Indikator kemampuan berkomunikasi adalah sebagai berikut. 1. Berbicara jelas dan bermakna. 2. Bicara sesuai konteks/masalah. 3. Berbicara mantap dan menyakinkan. 4. Bisa menangkap pembicaraan teman. 5. Tidak menyela pembicaraan. Kemampuan bekerja sama akan terbangun dari kegiatan diskusi untuk merumuskan masalah yang muncul dari setiap fenomena aktual yang diangkat dalam pembelajaran. Kemampuan bekerjasama akan teridentifikasi dengan indikator sebagai berikut. 1. Antusias dan bersemangat dalam kerja kelompok. 2. Mengutamakan musyawarah. 3. Berperan aktif dalam diskusi. 4. Senang membantu kesulitan teman. 5. Tidak menang sendiri/egois.
13
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
Siswa akan diasah kemampuan problem solving-nya untuk mencari solusi dari masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran, dengan indikator sebagai berikut. 1. Tepat dalam menganalisis masalah. 2. Cepat mengambil prakarsa/inisiatif. 3. Menganalisis masalah secara teliti/cermat. 4. Bekerja berdasar pertimbangan yang matang. 5. Tidak tergesa-gesa menentukan solusi pemecahan masalah. Social soft skills yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS membutuhkan interaksi dari berbagai arah dalam kelas pembelajaran, sehingga setiap pebelajar tertuntut untuk saling bekomunikasi dalam memecahkan masalah yang muncul. Oleh karena itu, metode pembelajaran berbasis masalah paling tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau ”Research and Development” (R & D), karena mengembangkan suatu perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah untuk membentuk ’Social Soft Skills’ siswa pada pemahaman multikultural. Menurut Borg and Gall (1983: 772), “Educational research and Development (R & D) is a process used to develop and validate educational product”. Yang dimaksud produk dalam konteks penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall (1983), tidak terbatas pada bahan-bahan material saja seperti buku teks, film pendidikan dan lain sejenisnya, akan tetapi juga yang berkaitan dengan prosedur dan proses seperti misalnya metode pembelajaran dan metode pengorganisasian pembelajaran. Prosedur dan proses pembelajaran diwujudkan dalam bentuk perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Tes Hasil Belajar (THB) dan buku teks. Merujuk kepada pandangan Sukmadinata (2009: 184), dari sepuluh langkah penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall, disederhanakan menjadi tiga langkah, yaitu: 1. Studi pendahuluan yang meliputi studi literatur, studi lapangan, dan penyusunan draf awal produk. 2. Pengembangan, uji coba model dengan sampel terbatas (uji coba terbatas) dan uji coba model dengan sampel lebih luas (uji coba lebih luas). 3. Pengujian, (validasi model) meliputi eksperimen dan sosialisasi produk. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap uji coba dengan sampel terbatas sampai dihasilkannya draf final model tanpa dilanjutkan pada pengujian hasil (validasi model). Walaupun demikian, menurut Sukmadinata (2009:187) tidak berarti bahwa dampak dari penerapan model yang dikembangkan ini tidak ada, karena selama pelaksanaan pembelajaran (uji coba terbatas dan uji coba lebih luas) ada tugas-tugas yang dilakukan siswa serta tes akhir pokok bahasan. ANALISIS DATA Analisis data pada penelitian ini disesuaikan dengan tahapan penelitian yang telah dirancang, yaitu. 1. Pada tahap studi pendahuluan dilakukan analisis data terhadap hasil studi observasi dan hasil diskusi. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan cara mendiskripsikan
14
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
hasil studi observasi dan membuat simpulan-simpulan hasil diskusi ilmiah yang dilakukan pada awal tahapan penelitian. 2. Tahap validasi ahli dan revisi model, dilakukan analisis statistik deskriptif terhadap produk pengembangan dengan beberapa instrumen penelitian sebagai berikut. a. Analisis kualitas perangkat pembelajaran. Analisis validasi perangkat pembelajaran dilakukan dengan merata-rata skor masing-masing komponen. b. Analisis hasil validasi instrumen penelitian Tiga instrumen penelitian yang dianalisis pada tahapan ini, yaitu hasil validasi lembar pengamatan aktivitas siswa (instrumen 2), hasil validasi lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran (instrumen 4) dan hasil validasi angket respon siswa (instrumen 6). Seperti halnya analisis validasi perangkat pembelajaran, analisis validasi instrumen penelitian ini juga dilakukan secara deskriptif dengan menghitung skor rata-rata nilai dan ditarik kesimpulan bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian atau tidak. 3. Tahap uji coba model a. Analisis social Soft skills siswa Social Soft skills siswa adalah kemampuan yang muncul selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebagai respon atas kegiatan pembelajaran yang diterapkan dan dibatasi tiga kemampuan yang menjadi tujuan pengembangan program pembelajaran, yaitu : kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama, dan kemampuan memecahkan masalah. Pengamatan aktivitas siswa ini dinilai oleh tiga orang pengamat. Analisis keberhasilan kegiatan pembelajaran dinilai dari persentase peningkatan social soft skills yang teramati saat pengamatan awal dan ujicoba. b. Analisis kemampuan guru mengelola pembelajaran Penilaian ini meliputi pengamatan pra pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran (pendahuluan, kegiatan inti dan penutup), pengelolaan waktu serta pengamatan suasana kelas. c. Analisis respon siswa Lembar respon siswa yang diberikan setelah kegiatan belajar mengajar, dengan mempesentasikan frekuensi jumlah respon dari siswa dibagi dengan seluruh respon dikalikan 93,33%. d. Analisis test hasil belajar Sebelum digunakan sebagai alat evaluasi, lembar penilaian terlebih dahulu diujikan dan dianalisis butir soalnya untuk mendapatkan validitas kriteria. Setelah pembelajaran dilaksanakan, hasil pretes dan postes kemudian dianalisis. Analisis butir soal dan pretes-postes menggunakan Ms Excel dengan mencari validitas instrumen yang menggunakan rumus korelasi product moment atau dikenal juga dengan Korelasi Pearson. HASIL PENELITIAN Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah tersedianya program pembelajaran yang mengembangkan Social Soft Skills melalui pembelajaran berdasarkan masalah pada proses pembelajaran tematik terpadu pada kelas IV SD dengan tema Indahnya Kebersamaan. Diskusi hasil penelitian ini membahas lebih lanjut
15
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
secara singkat deskripsi hasil penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran serta penerapannya di kelas. Program kegiatan pembelajaran yang mengembangkan social soft skills diwujudkan dalam perangkat pembelajaran berdasarkan masalah, divalidasi secara utuh dan menyeluruh oleh dua orang validator ahli. Adapun dokumen yang divalidasi yaitu lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah yang dilakukan guru model, lembar pengamatan social soft skills siswa dan angket respon siswa. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan melibatkan konflik kognitif siswa yang menggunakan masalah-masalah sosial aktual-kontekstual di sekitar siswa yang sesuai dengan tema indahnya kebersamaan, untuk merangsang munculnya aktivitasaktivitas yang diharapkan mampu mengasah social soft skills siswa. Dari masalahmasalah sosial tersebut, siswa berlatih sikap ketika memecahkan masalah. Dengan berlatih sikap tersebut siswa akan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan turunan dari kemampuan berkomunikasi (soft skills) dan kemampuan bekerjasama (social skills). Pembelajaran berdasarkan masalah yang dikembangkan, bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Namun pembelajaran tersebut mengembangkan kemampuan interpersonal siswa yang jarang mendapatkan perhatian guru apalagi terukur dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Perangkat pembelajaran dilengkapi dengan LKS yang berisi permasalahan-permasalahan yang telah dipilih dan akan dikaji oleh sisiwa dalam proses pembelajaran dengan model PBM. Hasil analisisa data penelitian terhadap pelaksanaan perangkat pembelajaran yang dilakukan dengan metode analisis statistik deskriptif dan diolah dengan menggunakan Ms Excel, menghasilkan beberapa hal yaitu: No
Indikator
Tabel 1.1 Kualitas Pembelajaran yang Mengembangkan Social Soft Skills Hasil Penelitian Kategori Ket
1
Keterlaksanaan sintaks
Sintaks pembelajaran berdasarkan masalah semua terlaksana dengan baik.
Sangat baik
2
Social Soft Skills yang dikembangkan
Tinggi
3
Hasil belajar
4
Respon siswa
5
Hambatanhambatan pengembangan
- Peningkatan aktivitas kemampuan berkomunikasi sebesar 57,19%, peningkatan, - Aktivitas kemampuan bekerjasama sebesar 66,49% dan, - peningkatan aktivitas kemampuan memecahkan masalah sebesar 47,4%. 93,33% siswa tuntas dengan t hitung sebesar 13,28 > t tabel sebesar 2,14. perlakukan mempengaruhi hasil postes secara signifikan. + 75% siswa berpendapat bahwa proses pembelajaran, penjelasan guru dan perangkat pembelajran yang dibuat menarik dan sangat menarik Hambatan teknis dan non teknis
16
Pembelajaran dilaksanakan dengan baik jika pengamat menyatakan sintaks-sintaks terlaksana. - Koefisien reliabilitas antara 0,88 – 0,96 - Koefisien reliabilitas antara 0,94 – 0,97 - Koefisien reliabilitas antara 0,81 – 1,00
Tuntas
Standar ketuntasan individu 70
Baik
Semakin tinggi respon siswa, maka semakin baik kualitas pembelajaran yang dirancang
Teratasi
Kerjasama dengan pihakpihak yang mendukung kegiatan penelitian
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
SIMPULAN Berdasarkan diskusi hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: (1) Kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang mengembangkan social soft skills siswa dinyatakan baik dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli. Hal tersebut tercermin dalam hasil penilaian perangkat pembelajaran secara umum, dua validator memberikan nilai A dan satu validator memberikan nilai B. (2) Ujicoba kegiatan pembelajaran yang mengembangkan social soft skills serta memahamkan multikultural pada siswa terbagi dalam beberapa aspek sebagai berikut. (a) Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan terlaksana dengan baik dalam kontrol pengamatan pada pengelolaan pembelajaran dan telah melalui seluruh tahapan dalam sintaks pembelajaran berdasarkan masalah oleh tiga pengamat. (b) Aktivitas Social soft skills siswa yang dikembangkan dalam pembelajaran berdasarkan masalah menunjukkan peningkatan sebesar 64,49% pada kemampuan berkomunikasi, 60,87% pada kemampuan bekerjasama dan 70% pada kemampuan memecahkan masalah dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelum pembelajaran berdasarkan masalah diterapkan. (c) Hasil belajar siswa yang terukur melalui pre test dan post test menunjukkan ketuntasan sebesar 93,33% dari kriteria pembelajaran dinyatakan tuntas yaitu mendapat nilai ≥70. (d) Respon siswa terhadap pembelajaran berdasarkan masalah secara umum baik bahkan tidak sedikit siswa yang merespon sangat baik. Hal tersebut menunjukkan antusias positif siswa terhadap pembelajaran berdasarkan masalah, walaupun ada beberapa siswa yang merasa kesulitan karena belum terbiasa dengan pembelajaran model tersebut. (e) Hambatan yang dialami dalam pembelajaran adalah guru dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran berdasarkan masalah, sehingga diperlukan waktu khusus untuk diskusi mengenai pembelajaran tersebut. Dari hasil analisis data dan diskusi hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang mengembangkan social soft skills siswa adalah baik dan layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Ujicoba perangkat pembelajaran yang dilakukan mampu meningkatkan aktivitas social soft skills siswa pada pembelajaran pada tema indahnya kebersamaan pada siswa kelas IV SDN Lambangan Wonoayu Sidoarjo. DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard. (1997). Classroom Instructional and Management. New York: MCGraw-Hill. Bancino, Randy. and Zevalkink, Claire. (2007). Soft Skills: The New Curriculum for Hard-Core Technical Profesionals. ProQuest Education Journals: Techniques; May 2007; 82 (5); pg. 20-22. Borg R Walter. and Gall Meredith D. (1983). Education Research: An Introduction. Second Edition, Longman. Eggen, P.D., Kauchak, D.P And Harder , R.J., (1979). Strategis For Teachers. USA: Prentice Hall, Inc. Howey, K.R., et al. (2001). Contextual Teaching and Learning Preparing Teacher to Enhance Student Succes in The Work Place and Beyond. Washinton: Eric Clearinghouse on Teaching and Teacher Education. Ibrahim, Muslimin. (2005). Pembelajaran Berdasarkan Masalah: Latar belakang, Konsep dasar dan contoh implementasinya. Surabaya: Unesa University Press.
17
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN:2477-1317
Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Mitchell, Geana W., Skinner, Leane B., and White, Bonnie J. (2010). Essential Soft Skills For Success in The First Century Workforce as Perceived by Bussiness Educators. The Delta Pi Epsilon Journal: Volume LII, No. 1, Winter, 2010. Mustaji dan Sugiarso. (2005). Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik: Penerapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Slavin, Robert. (1995). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Indeks. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
18