HUBUNGAN ANTARA KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI USIA 3-4 TAHUN DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI DESA SUKOHARJO KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBO
Istinganah*), Auly Tarmali, S.KM., M. Kes**), Richa Yuswantina, S.Farm, Apt., M.Si***) *) Alumnus Progran Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal sehingga tercipta kemandirian . Pada usia 3 tahun anak mencoba untuk mandiri. Kemandirian merupakan salah satu aspek penting penunjang keberhasilan anak mencapai masa depan, karena dengan mandiri anak itu tidak akan terus bergantung pada orang lain. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara keikutsertaan Pendidikan Anak Usia Dini usia 3-4 tahun dengan kemandirian anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Desain penelitian yang digunakan yaitu survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu anak usia 3-4 tahun di Desa Sukoharjo sebanyak 116 anak dengan sampel 54 anak yang diambil secara acak sistematis (Systematic Random Sampling). Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anak yang tidak mengikuti PAUD sebanyak 39 anak (72,2%) dan yang mengikuti PAUD sebanyak 15 anak (27,2%). Anak yang mengikuti PAUD dengan kategori mandiri sebanyak 14 anak (93,3%), persentase tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti PAUD yaitu 22 anak (56,4%). Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara keikutsertaan PAUD usia 3-4 tahun dengan kemandirian di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo dengan nilai p value 0,024 ≤ = 0,05. Ada hubungan antara keikutsertaan PAUD usia 3-4 tahun dengan kemandirian di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Oleh sebab itu berdasarkan hasil penelitian diharapkan masyarakat lebih meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya PAUD dan guru-guru PAUD dapat meningkatkan mutu pendidikannya. Kata kunci
: Keikutsertaan PAUD, Kemandirian
ABSTRACT Early childhood education aims to facilitate the growth and development of children optimally to create independece. At the age of 3 years old, children try to be independent. Independence is one important aspect to support the success of children in the future, because with independence, children will not continue to rely on others. The purpose of this research was to determine the relation between the participation of early childhood education for 3-4 years old children with children’s independence in Sukoharjo Village Sukoharjo District Wonosobo Regency. The research design was analytic survey with the approach of cross sectional. The population in this research was children aged 3-4 years old in Sukoharjo Village who were 116 children with the samples of 54 children taken by using systematic random sampling. Bivariate analysis used chi square with the level of confidence 95% and error rate 0,05. The results of the research showed that the children who did not follow early childhood education were 39 children (72,2%) totally and the children who followed early childhood education were 15 children (27,2%) totally. Children who followed early childhood education with independent category were 14 children (93,3%) totally, the percentage was higher than the children who did not follow early childhood education who were 22 children (56,4%) totally. Bivariate analysis showed that there was a relationship between the participation of early childhood education for 3-4 years old children with children’s independence in Sukoharjo Village Sukoharjo District Wonosobo Regency with p value 0,024 ≤ = 0,05. There was a relationship between the participation of early childhood education for 34 years old children with children’s independence in Sukoharjo Village Sukoharjo District Wonosobo Regency. Therefore based on the results of the research, the society is expected to enhance public awareness about the impotance of early childhood education and teachers of early childhood education can improve the quality of education. Keywords
: The Participation Early Childhood Education, Independence
PENDAHULUAN Menurut Erikson (dalam Diana, 2010) pada usia 3 tahun anak mencoba untuk mandiri yang secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan anak untuk berjalan, berlari dan berkenalan tahap dibantu orang dewasa. Menurut Depdiknas (2004) kemandirian untuk anak usia 3-4 tahun yaitu ditandai dengan balita tidak menangis jika berpisah dengan orang tua di dalam kelas atau dilingkungan sosial, membereskan mainan setelah selesai bermain, mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan (misalnya makan dan memakai baju yang dipilih sendiri) serta menjadi pendengar dan pembicara yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dilihat dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik. Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu, terutama pengalaman khusus yang membentuk perkembangan psikologis. Sementara itu dilihat dari konsep sosiopsikogenik kemandirian dipengaruhi oleh faktor iklim lembaga sosial dimana individu terlibat di dalamnya. Bagi anak didik, faktor sosiopsikogenik yang dominan mempengaruhi kemandirian adalah sekolah (Desmita, 2010). Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu satuan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak nol sampai enam tahun. Hal tersebut merupakan upaya strategis untuk menyiapkan generasi
bangsa yang berkualitas dalam rangka memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan. Dalam hal ini, sukses masa depan hanya dapat diciptakan dengan mempersiapkan generasi sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah PAUD yang terpadu dan berorientasi masa depan. Berbagai pengalaman di berbagai negara maju menunjukan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas pendidikannya, termasuk kualitas PAUD, sehingga perhatian mereka terhadap satuan pendidikan usia dini ini sangat tinggi, tetapi pada sebagian besar negara berkembang perhatiannya masih rendah. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pendidikan merupakan kebutuhan tingkat tinggi setelah kebutuhan-kebutuhan lainnya terpenuhi (Mulyasa, 2012). Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ialah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Suyadi dan Ulfah, 2013). Berdasarkan hasil uji coba melalui Laboratorium PAUD FIP UPI 2004, menunjukkan bahwa dalam penyelenggaraaan program PAUD melalui kelompok bermain dengan menggunakan strategi pembelajaran: (1) Belajar melalui bermain (learning by playing), (2) berorientasi pada perkembangan anak, (3) berpusat pada anak, dan (4) pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) berdampak positif terhadap perkembangan anak dalam berbagai aspek, misalnya dalam bidang kognisi, afeksi, fisik motorik, sosial emosi, moral dan agama, kemandirian, dan bahasa (Tim Penguji Ilmu Pendidikan FIP –UPI, 2007). Usia dini merupakan saat yang paling tepat untuk mengembangkan berbagai potensi dan kecerdasan anak,
sehingga pengembangan potensi secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya, pengembangan otak dan potensi anak yang kurang tepat akan berakibat fatal pada perkembangan usia selanjutnya (Mulyasa, 2012). Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak janin dalam kandungan ibunya dan memasuki usia emas (the golden age) sampai usia enam tahun. Usia 0-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak sehingga para ahli menyebutnya The golden age, karena perkembangan kecerdasannya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Mengingat masa ini merupakan masa emas, maka perlu ditulis dengan tinta emas, dengan tulisan-tulisan yang dapat menghasilkan emas di masa mendatang. Ini penting karena pada masa ini terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang datang dari lingkungannya (Mulyasa, 2012). Usia dini/prasekolah merupakan kesempatan bagi anak untuk belajar. Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak karena rasa ingin tahu anak usia ini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu anak melebihi usia dini. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa orientasi belajar anak usia dini bukan terfokus pada prestasi, seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung dan penguasaan pengetahuan lain yang bersifat akademis, tetapi orientasi belajarnya perlu lebih diarahkan pada pengembangan pribadi, seperti sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasarnya (Mulyasa, 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa kemandirian merupakan salah satu aspek penting penunjang keberhasilan anak mencapai masa depan, karena dengan mandiri anak itu tidak akan terus bergantung pada orang lain. Namun, tidak semua anak bisa berlaku mandiri dengan
sendirinya. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola pengasuhan dan bimbingan orang tua ( Ephyra dalam Sobur, 2012). Anak usia 0-5 tahun di Desa Sukoharjo yaitu berjumlah 301, sedangkan anak usia 3-4 tahun berjumlah 99 anak. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo terdapat 1 PAUD dengan jumlah peserta didik sebanyak 23 murid. Dari hasil wawancara kepada 10 ibu yang balitanya mengikuti PAUD didapatkan data sebanyak 7 ibu balita (70%) anaknya dikategorikan mandiri yaitu ditandai dengan balita tidak menangis jika berpisah dengan orang tua di dalam kelas atau dilingkungan sosial, membereskan mainan setelah selesai bermain, mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan (misalnya makan dan memakai baju yang dipilih sendiri), menjadi pendengar dan pembicara yang baik, serta 3 ibu balita (30%) yang anaknya dikategorikan tidak mandiri. Sedangkan wawancara kepada 10 ibu yang balitanya tidak mengikuti PAUD didapatkan data sebanyak 6 ibu balita (60%) anaknya dikategorikan tidak mandiri yaitu ditandai dengan balita masih menangis jika berpisah dengan orang tua di dalam kelas atau dilingkungan sosial, tidak mau membereskan mainan setelah selesai bermain, belum mampu secara penuh mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan (misalnya makan dan memakai baju yang dipilih sendiri), belum mampu menjadi pendengar dan pembicara yang baik, serta 4 ibu balita (40%) anaknya dikategorikan mandiri. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara keikutsertaan Pendidikan Anak Usia Dini Usia 3-4 Tahun dengan Kemandirian Anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo”.
BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo pada tanggal 6-10 Februari 2015. Populasi penelitian ini adalah anak usia 3-4 tahun di Desa Sukoharjo yaitu sebanyak 99 anak. Teknik pengambilan sampel ini adalah quota sampling yaitu menetapkan sejumlah anggota sampel scara quota atau jatah, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 anak. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah keikutsertaan PAUD serta yang merupakan variabel terikat adalah kemandirian anak usia 3-4 tahun. Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara membagi lembar kuisioner untuk mendapat informasi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari: kuisioner kemandirian anak usia 3-4 tahun. Pada uji validitas didapatkan hasil pada kuisioner kemandirian anak usia 3-4 tahun dari 7 pertanyaan diperoleh hasil 7 pertanyaan dikatakan valid dengan hasil range r hitung > 0,444. Hasil reliabilitas pada kuisioner kemandirian anak usia 3-4 tahun adalah r alpha > 0,7 dengan nilai r = 0,884 maka kuisioner dinyatakan reliabel. Etika Penelitian Etika yang perlu dan harus diperhatikan: a. Informed concent (lembar persetujuan ) Informed concent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. b. Anonymity (tanpa nama) Tidak mencantumkan nama ( anonymity ) responden pada lembar observasi. Hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disampaikan.
c. Confidentiality (kerahasiaan) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (confidentiality), yaitu dengan cara setelah data dientry dan dianalisis, kuisioner yang telah diisi oleh reponden dihancurkan/dibakar. Pengolahan Data 1. Editing Merupakan kegiatan melihat kembali hasil pengumpulan data mengenai kelengkapannya, kejelasannya, kerelevannya dan konsistensinya dengan pertanyaan yang ada. 2. Scoring Setelah semua kuesioner terkumpul, selanjutnya dilakukan pemberian skor atau nilai dari hasil jawaban kuesioner responden. Skor yang diberikan pada penelitian untuk kuesioner kemandirian adalah sebagai berikut: Jawaban Ya skor 1 Jawaban TIDAK skor 0 3. Coding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Pemberian coding dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pada saat entry data. Kode digunakan untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu : Mandiri diberi kode 2 Tidak mandiri diberi kode 1 Mengikuti PAUD diberi kode 1 Tidak PAUD diberi kode 0 4. Entry atau processing Jawaban-jawaban dari masingmasing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. Penelitian ini menggunakan paket program SPSS for Window.
5. Pembersihan data (Cleaning) Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Analisis Data 1. Analisis Univariat Univariat adalah untuk menggambarkan tiap variabel dengan menggunakan tabel frekuensi. Dalam analisis univariat, data-data akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi, sehingga akan tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah tabulasi silang antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Analisa bivariat digunakan untuk mengrtahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat yaitu antara keikutsertaan PAUD dengan kemandirian anak usia 3-4 tahun. Peneliti menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan tingkat kesalahan (0,05). HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara keikutsertaan pendidikan anak usia dini usia 3-4 tahun dengan kemandirian di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo yang dilaksanakan pada tanggal 6-10 Februari 2015 pada 45 responden diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
1. Karakteristik Responden Tabel 4.1
Umur (Bulan) 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Jumlah
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo
Frekuensi 3 5 3 4 5 2 4 5 2 4 2 2 4 45
Persentase (%) 6,7 11,1 6,7 8,9 11,1 4,4 8,9 11,1 4,4 8,9 4,4 4,4 8,9 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat persentase umur responden mulai dari 36 bulan sampai 48 bulan. Tabel 4.2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo
Frekuensi 21 24 45
Persentase (%) 46,7 53,3 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden (46,7%) dan perempuan sebanyak 24 responden (53,3%). 2. Analisis Univariat Tabel 4.3
Distribusi frekuensi keikutsertaan PAUD di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Keikutsertaan Frekuensi Persentase PAUD (%) Tidak PAUD 34 75,6 PAUD 11 24,4 Jumlah 45 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 45 responden yang tidak mengikuti PAUD sebanyak 34 anak (75,6%) dan yang mengikuti PAUD sebanyak 11 anak (24,4%).
Distribusi frekuensi kemandirian di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo
Kemandirian Tidak Mandiri Mandiri Jumlah
Frekuensi 18 27 45
Persentase (%) 40,0 60,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 45 responden sebagian besar mandiri yaitu sebanyak 36 anak (66,7%). 3. Analisis Bivariat Tabel 4.5
Keikutsertaan PAUD
Tidak PAUD PAUD Jumlah
Hubungan antara keikutsertaan PAUD usia 3-4 tahun dengan kemandirian anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Kemandirian
Jumlah
Tidak Mandiri f % 17 50,0
f 17
% 50,0
f 34
% 100,0
1 18
10 27
90,9 60,0
11 45
100,0 100,0
9,1 40,0
P value
Mandiri
0,031
Hasil tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang tidak mengikuti PAUD 17 anak (50,0%) dikategorikan mandiri dan 17 anak (50,0%) dikategorikan tidak mandiri sedangkan responden yang mengikuti PAUD sebagian besar mandiri yaitu sebanyak 10 anak (90,9%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa p value 0,031 ≤ = 0,05 yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan antara keikutsertaan PAUD usia 3-4 tahun dengan kemandirian anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo.
PEMBAHASAN 1. Keikutsertaan PAUD anak usia 3-4 tahun di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 45 responden, anak usia 3-4 tahun di Desa Sukoharjo yang tidak mengikuti PAUD sebanyak 34 anak (75,6%) dan yang mengikuti PAUD sebanyak 11 anak (24,4%). Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak usia 3-4 tahun tidak mengikuti pendidikan pada usia dini. Hal tersebut disebabkan karena di Desa Sukoharjo hanya terdapat 1 PAUD sehingga tidak mampu jika harus menerima semua anak usia 3-4 tahun sebagai peserta didik, letak atau jarak PAUD yang jauh dari tempat tinggal juga menjadi pertimbangan orang tua, selain itu pengetahuan orang tua tentang manfaat dan tujuan PAUD juga masih kurang. Sedangkan pengetahuan merupakan dasar seseorang untuk bertindak (mengikutsertakan anak dalam PAUD). Berbagai pengalaman di berbagai negara maju menunjukan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas pendidikannya, termasuk kualitas PAUD, sehingga perhatian mereka terhadap satuan pendidikan usia dini ini sangat tinggi, tetapi pada sebagian besar negara berkembang perhatiannya masih rendah (Mulyasa, 2012). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi dan Ulfah, 2013). Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ialah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Suyadi dan Ulfah, 2013). Separuh potensi manusia sudah terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun, dan 30% terbentuk pada usia 4-8 tahun. Dengan demikian, 80% potensi manusia tersebut terbentuk dalam kehidupan rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, disiplin, kebiasaan, karakter, kemampuan, dan kepribadian seseorang sangat bergantung pada orang tua, dan lingkungan sekitar rumahnya. Makanan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua akan turut membentuk kepribadian anak, menentukan pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya, serta mewarnai sikap dan perilakunya. Maka dari itu keikutsertaan anak dalam PAUD memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya karena merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan yang tepat dan efektif sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental, yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, dan produktivitas sehingga mampu mandiri dan mengoptimalkan potensi dirinya (Mulyasa, 2012). 2. Kemandirian anak usia 3-4 tahun di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Hasil penelitian didapatkan dari 45 responden sebagian besar mandiri yaitu sebanyak 27 anak (60,0%). Kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara
bebas beserta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan (Desmita, 2010). Dalam penelitian ini yang diteliti yaitu kemandirian sosial dan emosional, contohnya anak meniru orang tua melakukan pekerjaan rumah tangga, anak bisa melepas pakaiannya, anak bisa makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah, anak bisa mengenakan sepatunya sendiri, anak bisa mencuci tangan dengan baik setelah makan, anak bisa bermain petak umpet, anak bisa mengenakan celana panjang tanpa dibantu. Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahn fisik, yang dapat memicu perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berfikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu. Secara spesifik, masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain (Desmita, 2010). Dengan kemandirian anak tidak akan terus bergantung pada orang tua maupun orang lain, hal tersebut merupakan salah satu aspek penting penunjang keberhasilan anak mencapai masa depan. Namun, tidak semua anak bisa berlaku mandiri dengan sendirinya. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola pengasuhan dan bimbingan orang tua.
3. Hubungan antara keikutsertaan PAUD usia 3-4 tahun dengan kemandirian anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Berdasarkan hasil analisis bivariat ditunjukkan nilai signifikasi 0,031 < 0,05 artinya ada hubungan antara keikutsertaan PAUD usia 3-4 tahun dengan kemandirian di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 responden yang mengikuti PAUD, responden dengan kategori mandiri yaitu sebanyak 10 anak (90,9%), persentase tersebut lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mengikuti PAUD, yaitu sebanyak 17 anak (50,0%) dari 34 responden. Hal ini dikarenakan keikutsertaan anak dalam PAUD dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi anak, salah satunya yaitu kemandirian anak. Sesuai dengan tujuan PAUD menurut Suyadi dan Ulfah (2013) yaitu memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Sedangkan anak yang tidak mengikuti PAUD tetapi mereka bisa mandiri dikarenakan pola asuh orang tua yang tidak mengkhawatirkan anaknya untuk mencoba hal baru dan melakukan aktifitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan orang tua sepenuhnya. Seiring dengan perkembangan zaman, terutama pada era modern seperti saat ini, banyak orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, terutama dalam hal pendidikan. Orang tua mengharapkan anaknya dapat melakukan berbagai hal secara mandiri sejak usia dini. PAUD merupakan sarana yang tepat dalam
upaya memfasilitasi perkembangan anak untuk lebih mandiri. Dengan PAUD anak diajarkan bagaimana hidup ditengah orang banyak (bersosialisasi) dan melakukan kegiatan atau aktifitasnya secara mandiri. Hasil kajian menujukkan, bahwa daya imajinasi, kreativitas, inovatif, dan proaktivitas lulusan PAUD, berbeda dengan yang tidak melaluinya. PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak negri, sebagai titik awal pembentukan SDM berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggung jawab, inovatif, kreatif, proaktif dan partisipatif serta semangat mandiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Ibarat jalan masuk menuju pendidikan dasar, PAUD memuluskan jalan itu sehingga anak menjadi lebih mandiri, lebih disiplin dan lebih mudah mengembangkan kecerdasan majemuknya (Mulyasa, 2012). Dalam penelitian ini anak usia 36 bulan, 37 bulan, 38, bulan dan 39 bulan 100% tidak mandiri. Pada anak usia tersebut dikatakan tidak mandiri pada aspek anak dapat menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak akan menggelindingkan kembali bola yang digelindingkan orang tua, anak dapat memegang cangkir atau gelas dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah, anak meniru yang orang tua lakukan seperti mengerjakan pekerjaan rumah tangga, anak dapat melepas pakaian (seperti baju, rok atau celananya), anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah, anak mengenakan sepatunya sendiri, anak mencuci dan mengeringkan tangannya sendiri dengan baik, anak bermain petak umpet dan ular naga dengan mengikuti aturan bermain, anak dapat
mengenakan celana panjang kemeja baju atau kaos kaki tanpa dibantu. Pada usia 36, 37, 38 dan 39 bulan dikatakan tidak mandiri karena usia tersebut masih dalam tahap awal atau tahap pengenalan sehingga belum bisa mandiri dibandingkan dengan usia diatas mereka. Selain itu faktor-faktor lain yang mempengaruhi yaitu seperti asupan gizi yang didapat anak dan keadaan sosial-ekonomi keluarga. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dilakukan pada tanggal 6-10 Februari 2015 di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten wonosobo pada 45 responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Anak yang tidak mengikuti PAUD sebanyak 34 anak (75,6%) dan yang mengikuti PAUD sebanyak 11 anak (24,4%). 2. Anak yang mengikuti PAUD dengan kategori mandiri sebanyak 10 anak (90,0%), persentase tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti PAUD yaitu 17 anak (50,0%). 3. Ada hubungan antara keikutsertaan PAUD usia 3-4 tahun dengan kemandirian anak di Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo (p value 0,031 ≤ = 0,05). Saran 1. Bagi Masyarakat Masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki balita diharapkan lebih meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini untuk menunjang kemandirian anak. 2. Bagi PAUD Guru PAUD diharapkan dapat meningkatkan kwalitas pendidikan anak usia dini agar terbentuk kemandirian pada anak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konsep dan
teori untuk penelitian lebih lanjut mengenai kemandirian anak usia dini. 4. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan dapat menambah referensi tentang kemandirian anak usia dini serta menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi tambahan untuk peneliti selanjutnya di perpustakaan. DAFTAR PUSTAKA 1. Aqib, Zainal. 2010. Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD. Bandung: Nuansa Aulia 2. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta 3. DEPDIKNAS. 2004. Jawa Tengah: BPPLSP 4. DEPDIKNAS. 2005. Jawa Tengah: BPPLSP
Kemandirian. Kemandirian.
5. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya
6. Diana, Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana 7. Ericson citation Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika 8. Freud citation Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika 9. Harizal. 2008. Implementasi Konsep Montesori Pada pendidikan Anak Usia Dini 10. Hassan, Rusepno. 2002. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Infomedika 11. Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika 12. Kahlberg citation Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika
13. Ma’ruf citation Tedjasaputra, Mayke. 2008. Bermain, Mainan dan Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Gramedia 14. Martuti, A. 2009. Mendirikan dan Mengelola PAUD. Yogyakarta: Kreasi Wacana 15. Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya 16. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 17. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 18. Piaget citation Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika 19. Robert Havighurst citation Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya 20. Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika 21. Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika 22. Sobur, Alex. 2012. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa 23. Soetjiningsih citation Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika 24. Solehuddin citation Suyadi dan Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya 25. Steiberg citation Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya 26. Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta 27. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta 28. Supartini citation Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika
29. Suyadi dan Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya 30. Suyanto citation Suyadi dan Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya 31. Tedjasaputra, Mayke. 2008. Bermain, Mainan dan Permainan Untuk
Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Gramedia 32. Whaley dan Wong citation Septiari, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika