Uji Efektifitas Formulasi Gel Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus L.) Terhadap Lama Kesembuhan Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Jantan Richa Yuswantina, Oni Yulianta, Firkiyan Nursi Burhanudin
ABSTRACT Phyllantus acidus L. is a plant that has been used by the community as a traditional medicine. Ceremai leaves contain saponin compound which believed to be able to heal burn wound. This study aims to find the concentration of extracted ceremai leaves which effective in healing burn wound. This was an experimental study with the post-test only control group design. The samples in this study were 13 male white rabbits were divided into 5 groups which treated by extracted ceremai leaves with concentration of 5%, 10%, 15%, positive control by bioplacenton and negative control just by gel base. The macroscopic observation was done by the parameter of detached necrosis tissue and the growth of collagen tissue. Data were analyzed by using the one way ANOVA and continued by the LSD test. The results of this study indicate that the ethanol of extracted ceremai leaves have healing potency on burn wound with significance of 0.00 (p≤0,05). In the concentration of 15%, extracted ceremai leaves has healing potency on burn wound that proportionate with bioplacenton with the significance value of 0.101 (p≥0,05). It is concluded that by increased doses, the healing time of burn wound will be shortened. Keywords: Phyllantus acidus L., saponin, burn wound
1
2
The Effectiveness Test of Gel Formulation of Extracted Ceremai (phyllantus acidus L.) Leaves toward Burn Wound Healing Time in Rabbit (Oryctolagus cuniculus) Richa Yuswantina, Oni Yulianta, Firkiyan NUrsi Burhanundin
INTISARI Phyllantus acidus L. adalah suatu tanaman yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Daun ceremai mengandung senyawa saponin yang diduga mampu menyembuhkan luka bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun ceremai yang efektif dalam penyembuhan luka bakar. Penelitian ini bersifat eksperimental dangan post test only control group design. Sampel adalah 13 ekor kelinci jantan dibagi 5 kelompok yaitu kadar ekstrak daun ceremai 5%, 10%, 15%, kontrol positif memakai bioplacenton dan kontrol negatif hanya basis gel. Pengamatan secara makroskopis dengan parameter lepasnya jaringan nekrosis dan tumbuhnya jaringan kolagen. Data dianalisis dengan ANOVA satu jalan dan dialanjutkan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ceremai memiliki daya penyembuhan luka bakar dengan signifikansi 0,00 (p≤0,05). pada konsentrasi 15% ekstrak daun ceremai memiliki kesembuhan luka bakar yang sebanding dengan bioplacenton dengan nilai signifikansi 0,101 (p≥0,05). Dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya dosis maka akan diikuti dengan cepatnya lama kesembuhan luka bakar. Kata kunci : Phyllantus acidus L., saponin, luka bakar. PENDAHULUAN Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003). Prevalensi luka bakar di Jawa Tengah adalah 7,2% dari seluruh kejadian cedera total. Data yang diperoleh dari Unit Luka Bakar RSCM dari tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa penyebab luka bakar terbesar adalah ledakan tabung gas LPG 30,4% diikuti kebakaran 16,5% dan tersiram air panas 19,1% dengan mortalitas pasien luka bakar mencapai 34%. Tantangan terbesar penyembuhan luka bakar hingga menyebabkan mortalitas adalah lamanya proses penyembuhan dan terjadinya infeksi (Riskesdas, 2007). Obat yang sering digunakan oleh masyarakat dalam menangani luka bakar adalah bioplacenton. Tiap 15 gram bioplacenton mengandung Ekstrak Plasenta, Neomycin
3
sulfat, dan basis gel. Tetapi bioplacenton menyebabkan iritasi pada kulit ditandai bintikbintik merah pada kulit penggunaan secara topikal. Penanganan luka bakar dengan bahan alam merupakan salah satu cara yang aman untuk mengobati laka bakar. Beberapa penelitian sebelumya uji aktivitas proses penyembuhan luka bakar ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dalam bentuk sediaan krim (Arin, 2013). Daun rambutan berpotensi dalam penyembuuhan luka bakar karena kandungan senyawa saponinnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek daya penyembuhan luka bakar formulasi gel ekstrak daun ceremai (Phyllanthus acidus) pada kelinci (Oryctolagus cuniculus) dan dengan konsentrasi efektif formulasi gel ekstrak daun ceremai (Phyllanthus acidus) dalam lama penyembuhan luka bakar pada kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang sebanding dengan gel bioplacenton. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blander, ayakan 30 mesh, gelas ukur, batang pengaduk, pot gel, cawan penguap, stamper, mortis, besi penginduksi, kertas perkamen, pH universal, kaca objek, ostwold dan timbangan digital. Bahan yang digunakan adalah bahan penyari etanol 70%, basis gel (carbopol, TEA, metil paraben, gliserol, propilenglikol, aquadest), Bioplacenton (kontrol positif), khloretil, perban dan kelinci putih (hewan uji). Prosedur Penelitian 1. Determinasi Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (UNDIP). 2. Uji Kandungan Kimia Uji bebas etanol dilakukan dengan menambahkan K 2 Cr 2 O 7 (kalium bikromat) ditandai dengan berubahnya warna kalium bikromat yang pada awalnya berwarna jingga menjadi hijau kebiruan (Sari dan Isadiartuti, 2006). Dan pengujian senyawa saponin menambahkan ekstrak dengan metanol dengan pemanasan kemudian ditambah HCl residu berbuih stabil (Nurjanah, 2011). 3. Pembuatan Gel Luka Bakar Ekstrak Etanol Daun Ceremai Pembuatan formulasi gel ekstrak etanol daun ceremai. Pertama-tama timbang bahan-bahan yang akan dibuat sebagai gel yaitu carbopol 0,18gram; propilenglikol
4
1,5 gram; gliserol 7,5 gram; TEA 0,25 gram; metil paraben 0,05 gram dan ekstrak daun ceremai dengan konsentrasi masing-masing 5% b/b (1,5gram) 10% b/b (3gram) dan 15% b/b (4,5gram). Selanjutnya dispersikan carbopol dalam air panas didiamkan selama 30 menit. Kemudian campurkan antara propilenglikol dan gliserol aduk selanjutnya ditambahkan pada carbopol yang sudah didespersi aduk hingga homogen, kemudian tambahkan aquadest setelah dikurangi dengan bahan yang lain. Setelah itu masukkan TEA sedikit demi sedikit hingga gel berubah menjadi jernih sambil tetap diaduk hingga homogen terakhir dengan penambahan ekstrak etanol daun ceremai dengan masing konsentrasi. Selain pembuatan gel ekstrak etanol daun ceremai dalam penelitian ini juga dibuat gel kontrol negatif yaitu hanya terdiri dari basis gel (Sari dan Isadiartuti, 2006). 4. Uji Efektifitas Formulasi Gel Ekstrak Daun Ceremai Pengujian formulasi gel ekstrak daun ceremai terhadap lama kesembuhan luka bakar menggunakan kelinci dengan berat antara 1,5-2 kg. kelinci dibagi menjadi 5 kelompok dengan 5 pelakuan dengan setiap hewan uji dilakukan 2 perlakuan. Kelinci ditempatkan dalam kandang diaklimitasi selama 5 hari agar hewan uji terbiasa dengan lingkungan dan perlakuan yang akan dilakukan. Pada penelitian ini kelinci diinduksi dengan besi panas dengan diameter 2cm. pengamatan luka bakar dengan parameter lepasnya jaringan nekrosis. HASIL PENELITIAN Hasil determinasi tanaman ceremai sebagai berikut 1b – 2b – 4b – 6b – 7b – 9b – 10b – 11b – 12b – 13 4bb – 14b – 16b – 239a – 243b – 240b – 241a – 94 Fam.Euphorbiaceae… 1b – 3b – 4a – 6a – 7b – 8b – 10b – 13b – 15b – 25b – 26b – 27b – 28b – 29b – 30b – 31b – 32b – 33b – 34b …… 8. Phyllantus …… 1b – 6b – 8a – 9a …. Phyllanthus acidus L. Tabel 1. Identifikasi ekstrak etanol daun ceremai Identifikasi
Test
Hasil
Bebas etanol
Ekstrak + K 2 Cr 2 O 7
+
Saponin
Ekstrak + HCl
+
Tanin
Ekstrak + FeCl3
+
Falvonoid
Ekstrak + H2SO 4
+
Keterangan + = menunjukkan identifikasi benar
5
Tabel II. Pemeriksaan Homogen Gel Ekstrak Daun Ceremai Konsentrasi Basis Gel GEDC 5% GEDC 10% GEDC 15%
Hasil pengamatan pada hari ke-7 Homogen & tidak menggumpal Homogen & tidak menggumpal Homogen & tidak menggumpal Homogen & tidak menggumpal
Tabel III. Pemeriksaan Organoleptis Gel Ekstrak Etanol Daun Ceremai Pada Hari ke-7 Konsentrasi
Bentuk
Warna
Bau gel
Basis gel
½ padat
Putih
Bau khas
GEDC 5%
½ padat
Coklat kehijauan
Bau khas
GEDC 10% GEDC 15%
½ padat ½ padat
Coklat Coklat kehitaman
Bau khas Bau khas
Tabel IV. Hasil Uji pH Gel Ekstrak Etanol Daun Ceremai Konentrasi Kontrol Negatif Kadar 5% Kadar 10% Kadar 15%
H1 6 6 6 6
H3 6 6 6 6
H5 6 6 6 6
H7 6 6 6 6
H9 6 6 6 5
H11 6 6 6 5
H13 6 6 5 5
Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Gel Ekstrak Daun Ceremai Daya sebar hari ke1 (cm)
Daya Sebar hari ke-7 (cm)
Daya sebar hari ke-13 (cm)
Sediaan gel
Kategori
Kontrol negatif
Tanpa berat
3,6
3
2,5
Beban 1gr
3,6
3,2
2,6
Kadar 5%
kadar 10%
Kadar 15%
Beban 5gr
3,8
3,5
2,8
Beban 10gr
4
3,8
3
Tanpa berat
3,3
2,8
2,3
Beban 1gr
3,4
2,9
2,3
Beban 5gr
3,6
3,1
2,5
Beban 10gr
3,8
3
2,8
Tanpa berat
3
2,7
2,3
Beban 1gr
3,1
2,7
2,4
Beban 5gr
3,3
2,9
2,5
Beban 10gr
3,5
3
2,5
Tanpa berat
2,9
2,5
2,2
Beban 1gr
3
2,5
2,2
Beban 5gr
3,3
2,6
2,3
Beban 10gr
3,4
2,7
2,5
6
Tabel VI. Hasil Uji Post Hoc Test Pasangan Perlakuan Kontrol Negatif v Kontrol Positif Kontrol Negatif v Kadar 5% Kontrol Negatif v Kadar 10% Kontrol Negatif v Kadar 15% Kontrol Positif vs Kadar 5% Kontrol Positif vs Kadar 10% Kontrol Positif vs Kadar 15% Kadar 5% vs Kadar 10% Kadar 5% vs Kadar 15% Kadar 10% vs Kadar 15%
Keterangan : Kontrol positif Kontrol negatif Kadar 5% Kadar 10% Kadar 15%
p-value 0,000 0,044 0,000 0,000 0,044 0,000 0,101 0,044 0,000 0,000
Kesimpulan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda tidak signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan
= Bioplacenton = Basis gel = Gel ekstrak daun ceremai konsentrasi 5% b/b = Gel ekstrak daun ceremai konsentrasi 10% b/b = Gel ekstrak daun ceremai konsentrasi 15% b/b
PEMBAHASAN 1. Determinasi Determinasi dilakukan untuk memastikan tanaman yang digunakan sesuai dengan tanaman yang dimaksud. Dilakukan dengan mencocokan morfologi tanaman dengan kunci determinasi untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan utama dan mencegah tercampurnya tanaman yang digunakan dengan tanaman lain. Berdasarkan hasil determinasi diperoleh kesimpulan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman ceremai (Phyllantus acidus L.). 2. Uji Homogenitas Formulasi Gel Uji homogenitas gel ekstrak daun ceremai dilakukan menggunakan kaca arloji. Tujuan dilakukannya uji homogen sebagai salah satu syarat sediaan gel yaitu susunan yang homogen. Sediaan yang homogen akan memberikan hasil yang baik karena bahan obat terdispersi dalam bahan dasarnya secara merata, sehingga dalam setiap bagian sediaan mengandung bahan obat yang jumlahnya sama. 3. Uji Organoleptis Formulasi Gel Gel ekstrak etanol daun ceremai dilakukan pemeriksaan organoleptis dengan mengamati bentuk, warna dan bau gel. Secara organoleptis terlihat bentuk sediaan setengah padat, dan bau khas ceremai. 4. Uji pH Formulasi Gel Tujuan dilakukan uji pH adalah untuk mengetahui tingkat keamanan sediaan saat digunakan pada kulit, semakin kecil nilai pH atau semakin asam sediaan maka
7
semakin mudah untuk mengiritasi kulit Berdasarkan hasil pengujian diketahui pH sediaan 6, pH tersebut memenuhi persyaratan pH sediaan topikal yaitu antara 4,5 – 6,5. pH kulit adalah 4,5-6,5 sehingga sediaan topikal harus memiliki pH yang sama dengan pH normal kulit tersebut. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji pH gel pada kontrol negatif dan kadar 5% masih sama pada saat awal dan akhir sehingga tidak ada pengaruh pH dari gel tetapi pada uji pH gel kadar 10% dan 15% mengalami perubahan tetapi masih kisaran pH kulit. 5. Uji Daya Sebar Formulasi Gel Tujuan melakukan uji ini untuk mengetahui daya sebar yang baik, menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topical yaitu sekitar 5-7 cm. Dari tabel di atas dilihat bahwa uji daya sebar tidak termasuk pada persyaratan daya sebar untuk sediaan topical yaitu sekitar 5-7 cm jadi perlu variasi basis sediaan sediaan gel agar viskositas sediaan gel ekstrak duan ceremai memiliki daya sebar yang memenuhi persyaratan sediaan topikal. Viskositas suatu sediaan berpengaruh pada luas penyebarannya. Semakin rendah viskositas suatu sediaan maka penyebarannya akan semakin besar sehingga kontak antara obat dengan kulit semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan semakin cepat sehingga sediaan gel ekstrak daun ceremai memiliki daya sebar yang tidak termasuk persyaratan daya sebar maka akan berpengaruh pada penyebarannya pada kulit (Maulidaniar dkk, 2011). 6. Uji LSD Dari tabel uji post hoc test menunjukkan bahawa ekstrak daun ceremai memiliki efek penyembuhan luka bakar dengan perbandingan kontrol negatife dengan kadar 5%, 10%, dan 15% menunjukkan berbeda signifikan dengan nilai signifikan < 0,05. Sedangkan kontrol positif tidak berbeda signifikan dengan kadar 15% dengan nilai signifikan 0,101 ≥ 0,05. Hal ini berarti bahwa kadar 15% memiliki efek penyembuhan luka bakar yang sebanding dengan kontrol positif. Berdasarkan hasil yang diperoleh tanaman daun ceremai mempunyai kemampuan sebagai penyembuhan luka bakar karena mengandung senyawa saponin, sehingga hal ini sesuai dengan peneliti sebelumnya bahwa tanaman yang mengandung saponin dapat berfungsi sebagai penyambuh luka bakar.
8
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian lama kesembuhan luka bakar dan dianalisis statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Gel ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) terbukti dapat memberikan efek penyembuhan luka bakar pada kelinci putih jantan. 2. Pada gel ekstrak daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) konsentrasi 15% b/b menunjukan efek penyembuhan luka sebanding dengan bioplacenton nilai signifikan (0,101 > 0,05). Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efek penyembuhan gel luka bakar menggunakan ekstrak daun ceremai dengan variasi basis gel dan uji sensitifitas, uji difusi zat aktif serta uji stabilitas antibakteri. 2. Perlu penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak daun ceremai dengan gambaran histopatologis terhadap lama kesembuhan luka. Ucapan Terima Kasih Bapak, Ibu dosen prodi farmasi dan Staf karyawan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Moenadjat, Yefta., 2003, Luka Bakar, Edisi Kedua, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
2.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2007, Prevalensi Luka Bakar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
3.
Arin, Y., 2013, Uji Aktivitas Proses Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dalam Bentuk Sediaan Krim. Skripsi, STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran.
4.
Sari, R., dan Isadiartuti, D., 2006, Studi Efektifitas Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn.), Majalah Farmasi Indonesia, 17(4), 163-169.
5.
Maulidaniar, R., Rahima, S. R., Rita, M., Hamidah, N. dan Yuda, A. W., 2011, Gel Asam Salisilat. Universitas Lambung Mangkurat Banjar Baru, dipublikasikan.