BIO-PEDAGOGI 1Volume 3, Nomor 1 Halaman 1-10
ISSN: 2252-6897 Prasetyo, A., et al. – Penerapan Model Pembelajaran Reflektif April 2014
Penerapan Model Pembelajaran Reflektif pada Pembelajaran Biologi terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran 2012/2013 The Application of Reflective Learning Model to Biology Learning Towards Learning Achievement of Tenth Degree Students at SMA Negeri Colomadu in Academic Year 2012/2013
Abdi Prasetyoa, Slamet Santosab, Marjonoc a Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] b Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] c Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] Diterima 30 Juli 2013, disetujui 28 Desember 2013
ABSTRACT- The purpose of the research is to know the influence application of Refelective Learning model toward biology learning achievement of tenth degree students at SMA Negeri Colomadu in academic year 2012/ 2013. This research was Quasi Experiment research which used Posttest Nonequivalent Control Group Design. This research applyed Reflective Learning model in experimental group and Direct Instruction Learning model in control group. Population’s research is the entire class tenth at SMA Negeri Colomadu in academic year 2012/2013. Sampling technique used Cluster Sampling, result has chosen tenth 5 as experiment group and tenth 4 as control group. Data was collected using document, observation sheet, and multiple choice test. The data were analyzed by t-test. Result of the research in biology learning achievement between experiment and control group have real differents in cognitive, psychomotor, and affective domain. The conclusion that application of Refelective Learning model has taken good effect toward biology learning achievement of tenth degree students at SMA Negeri Colomadu in academic year 2012/2013.
Key Words: Refelective Learning Model, Learning Achievement
ditetapkan
Pendahuluan
proses Pendidikan berupaya untuk terus meningkatkan kualitas mutu pendidikan sehingga
dapat
meningkatkan
hasil
belajar.
Pembelajaran menjadi kunci
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Asmani, 2011). Pendidikan agar berkualitas melalui pembelajaran (Khodijah, 2011). Pembelajaran
terlebih
dahulu
dilaksanakan,
pelaksanaannya
sebelum serta
terkendali.
Sanjaya
(2008) menyatakan bahwa pembelajaran harus diarahkan agar siswa mampu menghadapi tantangan dan rintangan dalam kehidupan melalui kompetensi yang dimilikinya. Sudjana
(2010)
menyatakan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan menurut
Siregar
dan Nara (2010) merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif,
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 1-10
2
dan ranah psikomotorik. Hasil belajar
membiasakan siswa untuk melakukan
pendidikan di Indonesia masih dipandang
refleksi
kurang baik (Asmani, 2011).
pembelajaran berikutnya. Proses refleksi
secara
mandiri
pada
Salah satu penyebab keterpurukan
dengan waktu yang lama dan refleksi
pengelolaaan pendidikan di Indonesia
yang bersifat negatif dapat menjadi
selama ini memang belum memberi
kelemahan
tempat
untuk
Contoh dampak negatif dari penggunaan
pengetahuan
waktu yang lama adalah siswa cenderung
pada
mendapatkan melalui
pembelajaran makna
proses
refleksi
(Sirajuddin,
akan
pembelajaran
bosan
2009). Pengalaman refleksi yang kurang
pembelajaran
akan
refleksi
mencerminkan
gejala
perilaku
dan
terhambatnya
selanjutnya
yang
reflektif.
bersifat
sedangkan
negatif
akan
spontan yang bersifat negatif sehingga
memberikan pemahaman kepada siswa
muncul masalah refleksi. Kejadian yang
yang tidak sesuai teori.
muncul di sekolah misalnya perilaku
Refleksi ialah bentuk awal belajar
siswa yang membolos saat pelajaran,
siswa secara mandiri untuk mengetahui
siswa
pemahaman awal dan rencana yang
yang
tidak
memperhatikan
pelajaran, siswa mengganggap pelajaran
dikerjakan selanjutnya.
tidak penting dan bermanfaat.
telah dibuat atau yang telah dipikirkan
Permasalahan
refleksi
Rencana yang
dapat
siswa merupakan bentuk kemandirian
diselesaikan dengan model pembelajaran
siswa yang dapat memicu kreatifvitas
refleksi. Pembelajaran reflektif adalah
siswa
pembelajaran
menjadi
yang
memberikan
sehingga
proses
pembelajaran
aktif.
Siswa
tidak
selalu
kesempatan untuk memaknai sendiri dari
menunggu intruksi dari guru untuk
pengalaman yang dilakukan. Menurut
belajar.
Sirajuddin
(2009)
adalah
Hasil penelitian yang dilakukan
tanggapan secara mendalam dan kritis
oleh Loo dan Thorpe (2002) bahwa
seseorang atas pengalamannya sendiri.
pembelajaran reflektif dapat berlangsung
Pembelajaran
dapat
efektif pada pembelajaran mandiri dan
siswa
kelompok.
meningkatkan
refleksi
reflektif hasil
belajar
(Fleming dan Martin, 2007). Keuntungan
pembelajaran
menjadi Karakter
Beberapa pemimpin
siswa
kelompoknya.
kepemimpinan pada
mampu
peserta
akan
reflektif ialah siswa menjadi aktif serta
berkembang
didik.
dapat memperkirakan tindakan pada
Towndrow, et al. (2008) menyatakan
proses pembelajaran selanjutnya dan
refleksi dengan menulis jurnal dapat
Prasetyo, A., et al. – Penerapan Model Pembelajaran Reflektif
3
memfasilitasi siswa yang melakukan
lain, (4) mendapatkan pengertian pribadi
praktikum di laboratorium. Sirajuddin
tentang peristiwa, gagasan, kebenaran (5)
(2009) menyatakan pada intinya model
memahami
siapa
pembelajaran
bagaimana
seharusnya
tahap
reflektif
yaitu
meliputi
pengenalan
lima
saya
(siswa)
dan
sikap
saya
konteks,
terhadap orang lain. Langkah selanjutnya
penyajian pengalaman, refleksi, aksi, dan
yaitu aksi dari perwujudan hasil refleksi
evaluasi.
siswa.
Langkah-langkah pembelajaran
model
reflektif
pertama
Aksi
menimbulkan
atau
tindakan
yang
makna
positif
dapat
meningkatkan mutu pembelajaran. Siswa
pengenalan konteks. Guru mengenali
akan
konteks materi pembelajaran dengan
mengubah,
keadaan siswa. Pengenalan bertujuan
menghindari
agar guru mengetahui kemampuan awal
negatif. Tahap akhir ialah evaluasi untuk
siswa
melihat
sehingga
apabila
terdapat
berupaya
memperbaiki
dengan
mengurangi, apabila
hasil
atau
muncul
pembelajaran
makna
yang
pemahaman yang kurang sesuai dapat
dilakukan. Tindak lanjut dari hasil yang
dibenarkan
Langkah
baik perlu diberi ucapan selamat dan
berikutnya yaitu penyajian pengalaman.
semangat agar dapat berkembang. Siswa
Pengalaman
yang
oleh
langsung
terdiri dan
guru.
dari
pengalaman
tidak
langsung.
Pengalaman yang diberikan kepada siswa
Tahap
siswa melakukan refleksi lagi. Pembelajaran IPA memerlukan
ialah
pembelajaran yang tepat sehingga dapat
refleksi yang dilakukan oleh siswa.
mengoptimalisasi baik secara emosional
refleksi
maupun intelektual. Guru selain dituntut
yaitu
berikutnya
hambatan
perkembangan perlu untuk mendorong
haruslah sesuai dengan materi yang dipelajari.
mengalami
suatu
upaya
untuk
menyimak terhadap bahan studi tertentu,
untuk
pengalaman,
penyampaian
cara
memahami
lebih
materi dengan pembelajaran reflektif
(2009)
dapat mengoptimalkan potensi siswa
menjelaskan cara melakukan refleksi (1)
sehingga mempengaruhi hasil belajar
memahami
siswa.
mendalam.
Sirajuddin
kebenaran
hal
yang
dipelajarinya, (2) memahami reaksi siswa saat
merenungkan
pengalaman,
(3)
Tujuan mengetahui
materi.
juga
reaksi
untuk
usul,
materi
atau
spontan
ide,
menguasai
Penyampaian
penelitian ada
tidaknya
ini
adalah pengaruh
memperdalam pemahaman siswa tentang
penerapan model pembelajaran reflektif
implikasi bagi diri sendiri maupun orang
terhadap hasil belajar pada pembelajaran
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 1-10
4
biologi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu tahun pelajaran 2012/2013.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran reflektif dan variabel terikat adalah hasil belajar
Metode Penelitian
biologi siswa kelas X SMA Negeri Pelaksanaan penelitian ini pada siswa kelas X di SMA Negeri Colomadu pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini termasuk Quasi Experiment, dengan desain penelitian Posttest Nonequivalent Control Group Design. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran reflektif pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran Direct
Instruction
pada
kelompok
kontrol.
siswa siswa kelas X SMA Negeri Colomadu tahun pelajaran 2012/2013. pengambilan
sampel
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Sampling, sehingga diperoleh kelas X 5 sebagai kelas eksperimen dan X 4 sebagai kelas kontrol. pengumpulan
data
Teknik
menggunakan
dokumen sekolah, lembar observasi, dan tes
pilihan
penelitian
yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif,
ranah
psikomotorik.
Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik dokumentasi berupa nilai UAS biologi siswa kelas X pada semester ganjil digunakan
untuk
kesetimbangan Teknik
mengetahui
kemampuan
observasi
berupa
siswa. lembar
observasi digunakan untuk mengukur
Populasi penelitian adalah seluruh
Teknik
Colomadu tahun pelajaran 2012/2013
ini
ganda. adalah
Hipotesis ada
pada
pengaruh
penerapan model pembelajaran reflektif terhadap hasil belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Colomadu tahun pelajaran 2012/2013. Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan uji prasyarat uji normalitas dan uji homogenitas.
hasil
belajar
siswa
ranah
afektif,
psikomotorik, dan keterlaksanaan sintaks pembelajaran. Teknik tes berupa soal pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif. Instrumen terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas. Uji validitas yang digunakan meliputi uji validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas instrumen
tes,
lembar
observasi
dilakukan dengan menguji kesesuaian antara isi instrumen dengan indikator pembelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan
(Sudjana,
2010).
Reliabel
berkaitan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran.
Suatu tes
dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap walaupun
Prasetyo, A., et al. – Penerapan Model Pembelajaran Reflektif
5 diteskan
berulang-ulang
(Arikunto,
kognitif
sebesar
72,216
ranah
2010). Soal tes pilihan ganda perlu dijui
psikomotorik sebesar 66,648 dan ranah
cobakan
afektif sebesar 76,833. Rata-rata nilai
terlebih
dahulu
untuk
mengetahui kualitas soal. Analisis data
semua
ranah
hasil
dengan menggunakan uji t. Syarat uji t
eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dilakukan uji normalitas menggunakan
kelas
uji Liliefors dan uji homogenitas dengan
menunjukkan bahwa model pembelajaran
uji Levene’s.
reflektif berpengaruh positif terhadap
kontrol.
belajar
Pernyataan
kelas
tersebut
semua ranah hasil belajar.
Hasil dan Pembahasan
Langkah Hasil analisis data penerapan model pembelajaran reflektif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu dapat dilihat pada Tabel 1.
pertama
model
pembelajaran reflektif yaitu pengenalan konteks. Guru mengenali kemampuan siswa tentang konteks materi yang akan diajarkan. Pengenalan konteks dilakukan pada saat awal pembelajaran dengan
Tabel 1. Hasil Belajar Biologi Ranah
df
Sig
Keterangan
Kognitif
69
0,000
sig < 0,050
Psikomotorik
69
0,019
sig < 0,050
bertanya kepada siswa. Rustaman (2005) menjelaskan upaya pengenalan konteks dilakukan oleh guru merupakan sesuatu yang penting. Tujuan pengenalan konteks
Afektif
69
0,019
sig < 0,050
agar pemahaman awal siswa sesuai
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai sig.<0,050
baik
ranah
pada
semua
menunjukkan
ranah,
penerapan
ini model
pembelajaran reflektif berpengaruh nyata terhadap
hasil
belajar
Langkah kedua yaitu penyajian
kognitif,
psikomotorik, dan afektif sehingga H0 ditolak
dengan materi yang akan diajarkan.
pada
ranah
pengalaman kepada siswa. Penyajian pengalaman
Hasil rata-rata nilai pada kelas
ranah afektif sebesar 85,334 dan ranah 76,838.
pada
pembelajaran ialah pengalaman langsung yaitu
melakukan
observasi
limbah,
latihan dan praktek pembuatan produk
langsung ialah demonstrasi. Tahap
eksperimen ranah kognitif sebesar 81,676
sebesar
dilakukan
daur ulang limbah dan pengalaman tidak
kogintif, psikomotorik, dan afektif.
psikomotorik
yang
Kelas
kontrol mempunyai rata-rata nilai ranah
ketiga
yaitu
refleksi,
merupakan proses pemahaman kembali tentang pengalaman yang diperoleh siswa sehingga mampu melakukan tindakan yang
cocok
terhadap
diri
siswa
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 1-10
6
(Sirajuddin, 2009). Proses refleksi pada
model pembelajaran reflektif kelas X
pembelajaran
SMA Negeri Colomadu berpengaruh
dilakukan
menganalisis
limbah
dikumpulkan
siswa
dengan
yang dan
telah
terhadap
hasil
belajar
kognitif.
membuat
Pernyataan tersebut didukung bahwa
perencanaan membuat produk daur ulang
rata-rata nilai ranah kognitif pada kelas
limbah secara berkelompok dari bahan
ekperimen lebih tinggi sebesar 81,676
yang ada di lingkungan siswa. Sirajuddin
dibandingkan
(2009)
sebesar 72,216.
menyampaikan
refleksi
pada
pembelajaran penting baik bagi siswa. Tahap keempat yaitu melakukan suatu aksi. Menurut Sirajuddin (2009)
dengan
kelas
kontrol
Perbandingan hasil belajar ranah kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1.
aksi yang dilakukan berupa tindakan siswa setelah melakukan pengalaman
85
yang telah direfleksikan. Kegitan yang
80
dilakukan
siswa
yaitu
mengerjakan
lembar kerja siswa dan melakukan pembuatan produk daur ulang limbah serta presentasi.
Tindakan tersebut
berguna untuk melihat kemampuan awal
pertanyaan
limbah.
mengenai
materi
Pertanyaan diberikan kepada
siswa yang dianggap kurang paham tentang materi dilakukan
limbah atau dapat secara
72,216
Kelas Kontrol
70 65
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Ranah Kognitif Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Ranah kognitif berkenaan tentang pemahaman siswa tentang materi limbah.
Evaluasi sebagai tahap terakhir, berupa
Kelas Eksperimen
75
siswa tentang pemahaman materi yang akan diajarkan oleh guru.
81,676
menyeluruh.
Pengetahuan siswa dapat terukur setelah
Rata-rata siswa pada kelas ekperiemen memiliki
2009). 1. Hasil Belajar Ranah Kognitif Hasil uji hipotesis pada ranah kognitif membuktikan bahwa penerapan
siswa
tentang
materi limbah lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
Hasil belajar kognitif
kelas eksperimen yang lebih tinggi karena terdapat kegiatan yang lebih menekankan proses refleksi.
evaluasi. Evaluasi sebagai sarana untuk melihat perkembangan siswa (Sirajuddin,
pemahaman
Peningkatan
pemahaman
dilakukan
dengan
pengalaman
kepada
juga
memberikan siswa.
Kelas
ekperimen terdapat pengalaman tersebut berupa
pengalaman
langsung
yaitu
Prasetyo, A., et al. – Penerapan Model Pembelajaran Reflektif
7
melakukan observasi limbah, latihan dan
bentuk dari observasi. Perencanaan dan
praktek pembuatan produk daur ulang
pembuatan produk daur ulang limbah
limbah dan pengalaman tidak langsung
merupakan bentuk kegiatan eksperimen.
yaitu melakukan demonstrasi tentang
Pengalaman
belajar
pembuatan daur ulang limbah. Kelas
eksperimen
dapat
meningkatkan
kontrol tidak terdapat latihan pembuatan
pemahaman
siswa
pada
produk daur ulang limbah sehingga kelas
eksperimen.
eksperimen lebih banyak pengalaman
Diskusi
observasi
dapat
dan
kelas
menyebabkan
belajar. Kegiatan mengumpulkan limbah
siswa menyerap pemikiran, ide, gagasan,
pada kelas kontrol dilakukan setelah guru
dan saling berpendapat. Siswa tidak
memberikan materi limbah sedangkan
hanya mendapatkan ilmu dari guru tetapi
pada
juga didapat dari siswa lain.
kelas
sebelum
eksperimen
guru
dilakukan materi.
pada kelas ekperimen sering dilakukan
eksperimen
antar siswa sehingga menurut Asmani
bertujuan agar siswa dapat mengkonstruk
(2009) lebih efektif dilakukan ketimbang
pengetahuan sendiri. Perlakuan tersebut
antara siswa dengan guru.
melatih siswa belajar mandiri.
2. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
Perlakuan
memberikan
Diskusi
pada
kelas
Kegiatan menganalisis
refleksi limbah
berupa
yang
telah
Hasil uji hipotesis pada ranah psikomotorik
membuktikan
bahwa
dikerjakan siswa secara individu dan
penerapan model pembelajaran reflektif
membuat perencanaan pembuatan produk
kelas
daur ulang limbah secara berkelompok.
berpengaruh
Siswa
psikomotorik.
diajak
memahami
pengetahuan
yang
sehingga
dapat
pemahaman
siswa.
menjelaskan
refleksi
membantu
telah
kembali didapatkan
meningkatkan Khodijah berguna
meningkatkan
(2011) untuk
pemahaman
belajar. Rustaman
X
SMA
Negeri
terhadap Rata-rata
Colomadu
hasil nilai
belajar ranah
psikomotorik pada kelas ekperimen lebih tinggi
sebesar
76,838
dibandingkan
dengan kelas kontrol sebesar 66,648. Model
pembelajaran
reflektif
berpengaruh positif pada hasil belajar ranah psikomotorik. Perbandingan hasil
(2005)
menyatakan
belajar
ranah
psikomotorik
kelas
bahwa observasi dan eksperimen penting
eksperimen dan kelas kontrol dapat
dalam mempelajari biologi. Kegiatan
dilihat pada Gambar 2.
mengumpulkan
limbah
kemudian
menganalisis limbah tersebut merupakan
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 1-10
8 digunakan
80
karena
76,838 Kelas Eksperimen
75 70
66,648
Kelas Kontrol
pada
ranah
mengkaitkan
psikomotorik
konsep
dengan
praktek yaitu tugas pembuatan produk daur ulang limbah sehingga siswa lebih paham dengan materi limbah.
65
3. Hasil Belajar Ranah Afektif
60
Hasil uji hipotesis pada ranah Gambar 2. Perbandingan Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
afektif membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran reflektif kelas X SMA Negeri Colomadu berpengaruh
Ranah psikomotorik berhubungan
terhadap hasil belajar afektif. Rata-rata
dengan tindakan yang menyebabkan
nilai ranah afektif pada kelas ekperimen
gerak tubuh (Arikunto, 2009). Kegiatan
lebih tinggi sebesar 85,334 dibandingkan
yang dapat meningkatkan hasil belajar
dengan kelas kontrol sebesar 76,833.
psikomotorik berupa latihan dan praktek
Model
pembuatan produk daur ulang limbah.
berpengaruh positif pada hasil belajar
Latihan pembuatan produk daur ulang
ranah afektif. Perbandingan hasil belajar
limbah yang bahan dan cara berasal dari
ranah afektif kelas eksperimen dan kelas
guru
kontrol dapat dilihat pada Gambar 3.
sehingga
siswa
akan
lebih
pembelajaran
reflektif
memaknai cara pembuatan produk daur ulang limbah dan lebih. Siswa yang
90
melakukan pengalaman langsung akan
85
lebih
yang
80
berlangsung sehingga pembelajaran akan
75
lebih
menghayati
bermakna
proses
(Rustaman,
2005).
85,334 Kelas Eksperimen 76,833
Kelas Kontrol
70
Kegiatan pada kelas kontrol hampir sama dengan kelas ekperimen hanya saja tidak terdapat latihan pembuatan produk daur ulang
limbah.
Kelas
Gambar 3. Perbandingan Hasil Belajar Ranah Afektif Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
eksperimen Model
melakukan pembuatan produk daur ulang limbah
secara
berkelompok
yang
mempengaruhi
pembelajaran hasil
reflektif
belajar
afektif.
didahului dengan membuat perencanaan
Ranah afektif berhubungan dengan sikap
yang merupakan bentuk refleksi siswa.
siswa
Refleksi menurut Khodijah (2011) baik
2009).
pada
pembelajaran
Menurut
(Arikunto,
Khodijah
(2009)
Prasetyo, A., et al. – Penerapan Model Pembelajaran Reflektif
9
kegiatan refleksi yang dilakukan siswa
dipelajari. Refleksi dapat terjadi sebagai
membantu kesadaran yang baik terhadap
akibat dari interaksi dan komunikasi
materi
limbah. Siswa pada kelas
sehingga siswa akan terpacu untuk
eksperimen lebih memahami pentingnya
melakukan refleksi. Pembelajaran pada
belajar tentang materi limbah sehingga
kelas kontrol cenderung lebih banyak
rata-rata hasil belajar ranah afektif yang
ceramah sehingga siswa menjadi pasif.
ditunjukkan lebih baik dibandingkan
Asmani (2011) menyatakan kekurangan
dengan kelas kontrol.
pada metode ceramah antara lain siswa
Pembelajaran reflektif membuat
menjadi pasif sehingga rata-rata hasil
siswa lebih aktif karena siswa diajak
belajar ranah afektif kelas eksperimen
untuk melakukan refleksi secara mandiri.
yang ditunjukkan lebih baik.
Diskusi berjalan lebih aktif sebab siswa
Simpulan
mempunyai hasil refleksi masing-masing Berdasarkan
dan saling tukar menukar hasil refleksi yang diperoleh siswa. Diskusi dapat merangsang gagasan,
dalam
mengemukakan
menghargai
dan
menerima
pendapat orang lain serta bertanggung jawab
terhadap
hasil
pemikiran
dapat
disimpulkan
Menurut Asmani (2011) suasana
penelitian
bahwa
pembelajaran
reflektif
positif
pembelajaran
pada
model
berpengaruh biologi
terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri
Colomadu
2012/2013
(Rustaman, 2005).
hasil
baik
tahun
pelajaran
ranah
kognitif,
psikomotorik, dan afektif.
pembelajaran yang dapat membuat siswa
Daftar Pustaka
aktif yaitu dengan pengalaman, interaksi,
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Asmani, J. M. (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Diva Press Fleming, J., & Martin, A. (2007). Facilitating Reflective Learning Journeys in Sport Cooperative Education. Journal of Hospitality, Leisure, Sportad Tourism Education , 6 (2), 115-121 Khodijah, N. (2009). Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Pendekatan Reflective
komunikasi, dan refleksi. Pengalaman dilakukan dengan cara mengaktifkan beberapa indera daripada hanya beberapa indera
dan
membuat
mencoba siswa
sendiri
aktif.
akan
Kualitas
pembelajaran akan meningkat apabila ada interaksi dengan orang lain sehingga siswa akan terpacu untuk berbicara dengan
orang
lain.
Melakukan
komunikasi siswa akan memantapkan pemahaman siswa tentang apa yang telah
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 1-10 Learning. Jurnal Pembangunan Manusia , 7 (1), 1-18 Khodijah, N. (2011). Reflective Learning Sebagai Pendekatan Alternatif dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Jurnal Islamica, 8 (5/6), 180-189 Loo, R., & Thorpe, K. (2002). Reflective Learning Sebagai Pendekatan Alternatif dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Team Performance Management: An International Journal , 8 (5/6), 134-139 Rustaman, N. Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM Press
10 Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group Sirajuddin. (2009). Model Pembelajaran Reflektif: Suatu Model Belajar Berbasis Pengalaman. Didaktika Jurnal Kependidikan, 4 (2), 189-200 Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Gahlia Indonesia Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Towndrow, P. A., Ling, T. A., & Vethan, A. M. (2008). Promotoing Inquiry Through Science Reflective Journal Writing. Eurasia Journal of Matematics, Sciene, and Technology Education, 4 (3), 279-283.