BIO-PEDAGOGI 1Volume 3, Nomor 1 Halaman 23-36
ISSN: 2252-6897 Januarita, et al. – Studi Komparasi Kemampuan Berpikir Kritis April 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Joyful Learning (Interjoy) terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 The Influence Of Guided Inquiry Based Joyful Learning (Interjoy) Learning ModelsToward Science Process Skills Of X Grade Students At SMA Negeri 2 Surakarta In Academic Year 2012/2013
Alfian Chrisna Aji a, Slamet Santosa b, Riezky Maya Probosari c a Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] b Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] c Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] Diterima 23 Juli 2013, disetujui 20 Desember 2013
ABSTRACT- The aim of this research is to ascertain the influence of guided inquiry based joyful learning (interjoy) learning models toward science process skills of X grade students at SMA Negeri 2 Surakarta in academic year 2012/2013. This research was quasi experiment research which used posttest only nonequivalent control group design. This research applied guided inquiry based joyful learning (interjoy) learning models in experimental group and direct instruction learning models in control group. The population of this research was all of X grade students at SMA Negeri 2 Surakarta in academic year 2012/2013. Sampling techniques used cluster sampling that choosed X.10 as experiment group and X.8 as control group. Data was collected using KPS test, observation sheet, and document. The hypotheses analyzed by t-test. This research concluded that application of guided inquiry based joyful learning (interjoy) learning models has real influential toward science process skills of X grade students at SMA Negeri 2 Surakarta. Key Words: guided inquiry based joyful learning (interjoy) learning models, science process skills
mutu
Pendahuluan
pendidikan
Biologi Pendidikan
merupakan
suatu
usaha yang dilakukan secara sengaja dan terencana
untuk
dapat
membantu
mengembangkan potensi di dalam diri manusia
agar
kepentingan
dapat
hidupnya,
berguna
bagi
baik
sebagai
makhluk
pribadi
(individu)
maupun
makhluk
sosial
sebagai
anggota
masyarakat.
Upaya meperoleh pendi-
dikan setidak-tidaknya dengan melalui proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran
sangat
mempengaruhi
sebagai
di
suatu
bagian
dari
negara. sains
memiliki peranan yang sangat penting di dalam peningkatan mutu pendidikan. Hakikat
pembelajaran
biologi
sebagai bagian dari sains tidak lepas dari kegiatan minds on, hands on, dan hearts on, yaitu siswa atau peserta didik harus dapat melakukan kegiatan yang mampu mengasah keterampilan berpikir, praktek, dan berbudi pekerti yang luhur. Ketiga keterampilan tersebut, siswa diharapkan dapat aktif dalam kegiatan berpikir dan berproses untuk mengasah keterampilan
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 23-36
24
sains sehingga siswa dapat menemukan
dan mendorong siswa untuk menemukan
konsep-konsep baru dari kegiatan belajar
sendiri konsep pengetahuan, fakta serta
mereka serta berkarakter kuat dalam
menumbuh-kembangkan sikap dan nilai
kehidupan sosialnya.
yang dituntut.
Pujiati (2008) menyatakan bahwa
Terkait dengan strategi belajar
kurikulum KBK yang telah diberlakukan
mengajar,
secara nasional sejak tahun pelajaran
memerlukan suatu kegiatan pembelajaran
2004/2005,
pada
yang mendukung. Salah satu hal yang
pencapaian hasil akhir atau produk yang
penting dalam mempengaruhi kegiatan
dapat dijabarkan berupa kemampuan
pembelajaran adalah pendekatan yang
yang dapat diperagakan atau kompetensi
diterapkan
siswa.
Penerapan suatu
masih
berorientasi
Hasil belajar siswa biasanya
pengembangan
guru
ketika
KPS
mengajar.
pendekatan
yang
diukur oleh guru dengan menentukan ba-
mampu mengubah minat siswa terhadap
tas kelulusan yaitu 75% untuk menguasai
pembelajaran
bahan ajar atau sumber belajar.
karakteristik pembelajaran biologi yang
Kenyataan
di
lapangan
bersifat
biologi
abstrak
dan
ditinjau
teoritis
dari
sangat
menunjukkan bahwa pembelajaran masih
diperlukan. Penerapan pendekatan pem-
berorientasi pada hasil belajar atau
belajaran yang variatif dan sesuai dengan
produk, suasana kelas yang kurang
karakteristik
kondusif karena proses pembelajaran
menghindarkan dari rasa jenuh, tercipta
didominasi oleh guru.
suasana belajar yang menyenangkan dan
Khusus mata
pelajaran biologi sebagai bagian dari sains, selain berorientasi pada hasil pembelajaran
ini
akan
nyaman. Salah satu alternatif pendekatan
juga
pembelajaran yang diharapkan dapat
berorientasi pada proses, yaitu keteram-
meningkatkan keterampilan proses sains
pilan proses sains (KPS). Rustaman
siswa serta menciptakan kondisi belajar
(2005) menyatakan bahwa KPS sangat
yang menyenangkan, tanpa beban, dan
penting
aktif melibatkan siswa adalah Joyful
untuk
seharusnya
siswa
dilaksanakan
dan
dikembangkan melalui kegiatan pem-
Learning
atau
pembelajaran
belajaran sebagai pengalaman langsung,
menyenangkan.
pengalaman belajar, dan disadari pada
menyatakan
saat kegiatan berlangsung. KPS dalam
adalah pembelajaran yang membuat anak
pembelajaran biologi dapat memfasilitasi
didik tidak takut salah, ditertawakan,
siswa untuk mencapai pembelajaran sains
diremehkan, tertekan, tetapi sebaliknya
Wei et al. (2011)
bahwa
Joyful
Learning
Aji, A.C., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.........
25
anak didik berani berbuat dan mencoba,
terbimbing mempunyai tahapan: penya-
bertanya, mengemukakan pendapat atau
jian
gagasan, dan mempertanyakan gagasan
merancang
orang lain serta dalam suasana yang
percobaan, menganalisis data, dan me-
menyenangkan. Suasana pembelajaran
narik
yang menyenangkan diharapkan dapat
masih
meningkatkan kecerdasan dan merupa-
penerapan inkuiri terbimbing dan suasana
kan cara belajar yang efektif untuk
pembelajaran masih tegang karena siswa
meningkatkan penguasaan dan pema-
dituntut selalu berkonsentrasi.
masalah,
haman materi (Rachmawati, 2012).
mengajukan percobaan,
hipotesis, melakukan
kesimpulan.
Umumnya
siswa
mengalami
kesulitan
pada
Penerapan model pembelajaran
Pembelajaran biologi, penguasaan
Inkuiri
Terbimbing
berbasis
Joyful
konsep dapat lebih dioptimalkan jika
Learning (Interjoy) diharapkan dapat
siswa
mengembangkan
diberikan
membangun
kesempatan
sebuah
KPS
siswa
karena
melalui
berkaitan dengan keterampilan-keteram-
Berdasarkan hal
pilan yang dipelajari siswa sehingga
tersebut, joyful learning dapat dikatakan
tahap pembelajaran di dalam Suasana
tidak mencukupi karena joyful learning
pembelajaran Interjoy yang dikembang-
tidak berbasis metode ilmiah.
kan dengan metode ilmiah
pendekatan KPS.
konsep
untuk
Joyful
Learning dapat dioptimalkan apabila
dapat
menyenangkan dan melatih KPS siswa.
didukung dengan pembelajaran yang
Penelitian ini bertujuan untuk
berbasis metode ilmiah, misalnya model
mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided
pembelajaran Interjoy terhadap KPS
Inquiry).
siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta
Inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang sangat
tahun pelajaran 2012/2013. Metode Penelitian
menekankan pada penemuan konsep dalam
pembelajaran
KPS.
Guru
biologi
berperan
melalui sebagai
pembimbing utama yang membimbing siswa
untuk
melakukan
kegiatan
pembelajaran dengan memberi siswa berupa permasalahan awal kemudian mengarahkan pada suatu diskusi. Trianto (2007) menyatakan pembelajaran inkuiri
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini termasuk
kuasi
eksperimen
dengan
pendekatan kuantitatif. Desain penelitian adalah Posttest Only Nonequivalent Control Group Design dengan menggunakan kelompok eksperimen (penerapan model
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 23-36
26
pembelajaran Interjoy) dan kelompok
digunakan untuk mengambil data KPS
kontrol (penerapan model pembelajaran
siswa. Metode observasi dalam peneli-
direct instruction).
tian ini digunakan untuk mengukur hasil
Populasi dalam penelitian ini
belajar ranah psikomotorik, ranah afektif
adalah seluruh siswa kelas X SMA
dan
keterlaksanaan
Negeri 2 Surakarta. Teknik pengambilan
belajaran.
rancangan
pem-
sampel dengan cluster sampling. Hasil
Tes uji coba instrumen penelitian
pemilihan sampel menetapkan kelas X.10
dilakukan untuk mengetahui validitas
dengan siswa sebanyak 32 orang sebagai
produk moment, dan reliabilitas soal tes
kelompok eksperimen yang menerapkan
KPS. Selain validasi produk moment,
model pembelajaran Interjoy dan kelas
instrumen juga divalidasi konstruk oleh
X.8 dengan siswa sebanyak 32 orang
ahli.
sebagai
kelompok
kontrol
yang
Analisis data penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran direct
menggunakan uji t. Sebelum analisis da-
instruction.
ta, dilakukan uji normalitas menggu-
Variabel bebasnya berupa model pembelajaran
Interjoy,
sedangkan
variabel terikatnya adalah keterampilan proses
sains
yang
meliputi
aspek
nakan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Levene’s yang dibantu program SPSS 16. Hasil dan Pembahasan
mengamati, mengelompokkan, merumusHasil
kan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan menarik kesimpulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi,
tes,
dan
observasi.
uji
hipotesis
pengaruh
penerapan model pembelajaran Interjoy terhadap KPS siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Interjoy Terhadap KPS Uji T
t
df
Sig.
t(0.05,62)
62
0.00
1.99897
Keterangan
Dokumentasi pada penelitian ini berupa dokumen hasil belajar biologi yang
KPS
6.197
thitung >t(α,df) Sig.<0.050
diolah selama satu semester dengan nilai yang
Tabel 1. menunjukkan bahwa
digunakan untuk mengetahui keseim-
nilai Sig.<0.050 dan nilai thitung>t(α,df)
bangan
sehingga H0 ditolak.
asli
sebagai
bahan
acuannya
kemampuan
awal
siswa
Hal ini berarti
berdasarkan nilai hasil belajar biologi
penerapan model pembelajaran Interjoy
pada populasi penelitian.
berpengaruh nyata terhadap KPS siswa.
Metode tes
Aji, A.C., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.........
27
Pengaruh tersebut bersifat positif karena
bahwa
didukung secara deskriptif yaitu dari data
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal
nilai rata-rata KPS sebesar 76,583 untuk
ini terlihat pada saat guru melaksanakan
siswa kelompok eksperimen. Sedangkan
langkah-langkah
untuk kelompok kontrol memperoleh
mendorong siswa untuk membangun
nilai rata-rata KPS sebesar 62,943.
sendiri pengetahuannya yang dilaksana-
KPS
siswa
di
siswa sangat antusias selama
pembelajaran
yang
kelompok
kan dalam suasana yang menyenangkan
eksperimen yang menggunakan model
pada materi konsep keanekaragaman
pembelajaran Interjoy dalam pembe-
hayati.
lajaran lebih tinggi dibandingkan dengan
Tahap pertama inkuiri terbimbing
kelompok kontrol yang menggunakan
(penyajian
model pembelajaran direct instruction.
dipadukan dengan aspek joyful learning
Model
pembelajaran
Interjoy
masalah
awal)
(pengalaman dan interaksi).
yang
Tahap
adalah usaha inovasi dalam pembelajaran
pertama ini guru mempersiapkan obyek
biologi. Pengertian model pembelajaran
pengamatan asli berupa 3 ekor ikan
Interjoy mengacu pada perpaduan aspek
cupang (Betta splendes) pada pertemuan
dalam joyful learning dengan sintaks
pertama dan 3 tanaman famili poaceae
model pembelajaran inkuiri terbimbing.
yaitu Cynodon dactylon, Eleusine indica,
Pemaduan ini akan menghasilkan sintaks
dan
pembelajaran baru. Filosofi dasar yang
pertemuan kedua untuk mengidentifikasi
melandasi pemaduan sintaks tersebut
keanekaragaman tingkat gen dan spesies.
adalah pembelajaran sains akan lebih
Pengamatan terhadap keanekaragaman
bermakna jika siswa bekerja inkuiri
tingkat ekosistem, guru menampilkan 3
terbimbing dalam suasana pembelajaran
macam video, yaitu video hutan hujan
menyenangkan. Asmani (2011) menyata-
tropis, padang rumput, dan gurun pada
kan bahwa pembelajaran joyful learning
pertemuan ketiga.
mengharapkan guru memantau kegiatan,
pengamatan siswa lebih tertarik dalam
memberi
berinkuiri
dan
pertanyaan, mempertanyakan gagasan,
kelompok.
Mereka mendiskusikan pe-
menciptakan pembelajaran yang menarik,
nyebab
meningkatkan motivasi dan membuat
penyusun, dan membuat suatu rumusan
siswa tidak takut mencoba.
masalah.
umpan
balik,
mengajukan
Proses
Andropogon
aciculatus
pada
Melalui kegiatan
berdiskusi
keanekaragaman,
dalam
komponen
Tahap ini melatihkan KPS
pembelajaran pada kelas X.10 sebagai
siswa,
kelompok
mendapat pengalaman belajar langsung
eksperimen
menunjukkan
yaitu
mengamati
dan
siswa
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 23-36 dengan kegiatan observasi. Ahmadi
(2010)
28
Amri dan
menyatakan
Penggunaan musik instrumental
bahwa
pada saat diskusi membuat siswa lebih
karakteristik inkuiri terbimbing yaitu
tertarik terhadap pembelajaran. Penggu-
pembelajaran
yang
naan musik dapat merangsang pikiran,
kemampuan
berpikir
mengembangkan siswa
melalui
memperbaiki konsentrasi dan ingatan
sehingga
mampu
(meningkatkan aspek kognitif), selain itu
membuat inferensi. Kegiatan pengama-
juga dapat menyeimbangkan otak kanan
tan, diskusi, dan merumuskan masalah
dan kiri yang berarti menyeimbangkan
siswa dibimbing oleh guru yang selalu
perkembangan aspek intelektual dan
memberi
emosional
observasi
spesifik
motivasi,
pertanyaan
yang
(Masnun
dan
Sudarman,
membangun pengetahuan siswa, selalu
2010). Russel (2012) menyatakan bahwa
berinteraksi aktif dengan siswa serta
musik memiliki kualitas unik dalam
pemutaran
menyatu-padukan
musik
instrumental
yang
pelan membuat siswa merasa nyaman.
elemen
emosional,
kognitif, dan psikomotorik yang dapat
Metode diskusi kelompok dalam
mengaktifkan dan mensinkronkan aktifi-
belajar dapat memberikan kesempatan
tas otak. Pemutaran musik instrumental
untuk siswa saling berinteraksi untuk
yang pelan membantu untuk mengatur
mengembangkan
rentang perhatian yang singkat, natural,
pemahaman
mereka
terhadap konsep-konsep. Slavin (2008)
dan sifat dasar kinestik.
menyatakan bahwa dengan berinteraksi,
Tahap kedua inkuiri terbimbing
siswa termotivasi, mengajukan pendapat
(merumuskan hipotesis) yang dipadukan
masing-masing, dan memunculkan nilai-
dengan
nilai sosialnya. Yunianto (2008) menya-
(pengalaman dan interaksi). Pada tahap
takan bahwa diskusi kelompok dapat
ini
mengembangkan
pemahaman
membuat rumusan hipotesis berdasarkan
siswa karena dapat membawa siswa
rumusan masalah yang telah dibuat.
menggunakan
konsep
mereka
Siswa mempunyai pengalaman membuat
pelajari
mengubahnya
menjadi
rumusan
dan
tingkat
yang
guru
aspek
joyful
membimbing
masalah
learning
siswa untuk
sehingga
dengan
bentuk ekspresi yang menyenangkan.
membuat hipotesis dapat mengungkap-
Yustika (2011) menyimpulkan bahwa
kan cara melakukan pemecahan masalah
penerapan tutor sebaya pada inkuiri
(Rustaman, 2005). Guru memberikan
terbimbing
kesempatan kepada siswa untuk bertanya
berpengaruh
peningkatan KPS siswa.
terhadap
tentang
hubungan
rumusan
masalah
dengan merumuskan hipotesis. Hal ini
Aji, A.C., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.........
29
sejalan dengan hasil penelitian Carol
mengerjakan percobaan untuk menga-
(2007) yang menyatakan bahwa salah
mati obyek asli berupa 3 ekor ikan
satu karakteristik strategi guided inquiry
cupang (Betta splendes) pada pertemuan
adalah siswa dapat mengembangkan
pertama dan 3 tanaman famili poaceae
rangkaian berfikir yang membutuhkan
yaitu Cynodon dactylon, Eleusine indica,
proses mendalam yang akan membawa
dan
sebuah pemahaman melalui bimbingan
pertemuan kedua. Pengamatan terhadap
rangkaian berpikir ke arah yang lebih
keanekaragaman tingkat ekosistem, guru
tinggi.
Proses tersebut memerlukan
menampilkan 3 macam video, yaitu vid-
waktu dan motivasi yang dibangun oleh
eo hutan hujan tropis, padang rumput,
berbagai pertanyaan mengenai objek
dan gurun pada pertemuan ketiga. Siswa
yang diamati.
yang melaksanakan praktikum juga dapat
Andropogon
aciculatus
pada
Tahap ketiga inkuiri terbimbing
mengaktifkan inderanya dengan cara
(merancang percobaan) yang dipadukan
mengamati keanekaragaman tingkat gen,
dengan
spesies
aspek
joyful
learning
maupun
ekosistem
(pengalaman dan interaksi). Pada tahap
masing-masing
ini
Pengalaman ini bertujuan agar siswa
guru
membimbing
siswa untuk
percobaan
pengamatan
merancang
dapat
belajar
obyek
melalui
secara
mandiri
yang
keanekaragaman hayati sesuai dengan
meliputi
petunjuk di lembar kerja siswa (LKS)
percobaan, penyelidikan, dan wawancara
yang meliputi pemilihan alat dan bahan
secara
serta cara kerja praktikum.
Siswa
diperlukan karena dapat mengaktifkan
memperoleh pengalaman dalam meran-
semua inderanya (Rusman, 2011). KPS
cang percobaan pengamatan keaneka-
yang diukur pada tahap ini adalah
ragaman hayati dengan bimbingan guru
menggunakan alat dan bahan karena
karena di sini siswa juga belajar cara
dalam melaksanakan percobaan penga-
menentukan
data
matan keanekaragaman hayati terlihat
ditarik
bagaimana siswa mampu menggunakan
sehingga
untuk nantinya
mengolah dapat
kesimpulan.
dengan
langsung
bagi
pengamatan,
siswa
sangat
alat dan bahan sesuai dengan urutan
Tahap keempat inkuiri terbimbing (melaksanakan
eksperimen,
pengamatan.
percobaan)
aspek
joyful
dipadukan learning
langkah dan fungsinya serta mengukur keterampilan psikomotorik yang diukur melalui lembar observasi.
(pengalaman dan interaksi). Pada tahap
Tahap kelima inkuiri terbimbing
ini guru membimbing siswa dalam
(menganalisis data percobaan) dipadukan
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 23-36
30
dengan aspek joyful learning (interaksi dan komunikasi).
Tahap keenam inkuiri terbimbing
Pada tahap ini guru
(menarik kesimpulan) dipadukan dengan
membimbing siswa dalam menganalisis
aspek joyful learning (interaksi dan
data hasil percobaan. KPS yang diukur
refleksi). Tahap ini guru membimbing
adalah mengelompokkan dan mengko-
siswa untuk mengulas kembali materi
munikasikan. Siswa dapat mengelompok-
dan menyimpulkan hasil diskusi pada
kan
pertemuan hari ini.
data
percobaan
yang
meliputi
Guru memberi
persamaan dan perbedaan dari obyek
pertanyaan yang memotivasi siswa untuk
pengamatan yang telah diamati.
Guru
mengingat kembali materi yang telah
memberi pertanyaan yang memotivasi
dipelajari sehingga siswa juga dapat
siswa tentang apa saja yang telah diamati
menyampaikan gagasan dan pemahaman-
siswa.
Pengetahuan siswa dibangun
nya tanpa rasa takut untuk salah.
melalui
pertanyaan-pertanyaan
Refleksi
yang
digunakan
agar
terdapat
tersedia di dalam LKS. Runtutan aktifi-
perbaikan gagasan atau makna yang telah
tas dan pertanyaan yang tercantum di
dikeluarkan
dalam (LKS) sangat menunjang kegiatan
mengulangi kesalahannya. Refleksi juga
inkuiri dan diskusi kelompok.
LKS
dapat dijadikan sebagai wahana evaluasi
sangat penting dalam melatihkan KPS
dari strategi yang telah diterapkan dan
siswa sehingga nilai yang diperoleh juga
didapatkan hasilnya, sehingga kelebihan
tinggi. Hal ini sependapat dengan peneli-
suatu
tian Ardiyanti (2011) yang menunjukkan
Tahap refleksi digunakan oleh guru
bahwa penggunaan LKS terbuka dapat
untuk melihat seberapa paham siswa
meningkatkan KPS siswa. Peningkatan
dalam menerima pembelajaran.
KPS disebabkan karena siswa dirangsang
yang dapat diukur pada tahap ini adalah
dengan
yang
menarik kesimpulan. Tahap ini melatih
Pertanyaan dapat
siswa untuk dapat menarik kesimpulan
berbagai
pertanyaan
tercantum di LKS. melatih
KPS
pembelajaran
agar
dapat
tidak
diketahui.
KPS
yang benar berdasarkan tujuan dan hasil
cara
percobaan pengamatan tingkat keane-
melaksanakan percobaan. Siswa per-
karagaman hayati. Berdasarkan penga-
wakilan kelompok maju ke depan kelas
matan di kelas, semua kelompok dapat
untuk mempresentasikan hasil diskusi
menarik kesimpulan dengan benar sesuai
dan data percobaan yang didapatkan.
dengan petunjuk guru.
Tahap
ini
masalah
juga
dalam
anak
proses
memecahkan
siswa
oleh
dengan
dapat
keterampilan sosial siswa.
mengukur
Model
pembelajaran
Interjoy
dalam penelitian ini dapat mengakomo-
Aji, A.C., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.........
31
dasi siswa dengan gaya belajar visual
intelektual, keterampilan psikomotorik,
dengan tulisan dan slide pembelajaran
dan keterampilan sosial. Model pem-
yang jelas
belajaran Interjoy mencakup ketiga ranah
yang dilengkapi dengan
gambar-gambar yang menarik, LKS yang
keterampilan
disertai gambar untuk memberikan kesan
keterampilan intelektual siswa dilatih dan
dalam ingatan bagi siswa, dan mengamati
dibimbing oleh guru dalam merumuskan
objek asli.
masalah, membuat hipotesis maupun
(2011)
DePorter dan Hernacki
menyatakan
diantaranya
langkah-
merencanakan percobaan. Keterampilan
langkah tersebut karena siswa dengan
psikomotorik dapat diterapkan siswa
gaya
pada
belajar
bahwa
tersebut
visual
lebih
mudah
saat
melaksanakan
percobaan
menyerap informasi melalui apa yang
meliputi menggunakan alat dan bahan
dilihatnya.
yang benar waktu percobaan pengamatan
auditori
Siswa dengan gaya belajar dan
kecerdasan
diakomodasi
dengan
musikal
keanekaragaman hayati.
Keterampilan
memberikan
sosial diterapkan siswa ketika berdiskusi,
penjelasan dengan intonasi yang jelas
berinteraksi dengan guru, menyampaikan
dan memainkan irama suara, selain itu
gagasan
guru juga memberikan penekanan irama
berinteraksi
pada beberapa kalimat penting yang
memecahkan masalah.
digunakan untuk mengingat konsep serta
maupun
pertanyaan
dengan
teman
serta ketika
Penerapan model pembelajaran
memainkan musik instrumental secara
Interjoy
pelan
membangkitkan
observasi keterlaksanaan sintaks model
semangat siswa dan kenyamanan pada
pembelajaran Interjoy. Hasilnya menun-
saat berdikusi. Siswa dengan gaya belajar
jukkan bahwa semua sintaks model
kinestetik diakomodasi dengan diskusi
pembelajaran Interjoy telah terpenuhi.
berkelompok dan melakukan percobaan
Hal ini dapat diartikan bahwa guru dapat
agar mereka bisa selalu berinteraksi
melaksanakan
dengan teman-temannya serta melakukan
dengan unsur-unsur yang terdapat dalam
suatu kerja nyata yang berhubungan
model pembelajaran Interjoy sehingga
dengan konsep yang dimilikinya.
model pembelajaran Interjoy terlaksana
yang
KPS
dapat
mencakup
tiga
ranah
keterampilan siswa yang dapat mendukung pembelajaran biologi.
dikontrol
melalui
pembelajaran
lembar
sesuai
dengan baik dan lancar. Pembelajaran
dengan
Interjoy
Rustaman
pada kelompok eksperimen di kelas X.10
(2005) mengemukakan ketiga keteram-
sangat berbeda dengan proses pembe-
pilan
lajaran di kelas X.8 sebagai kelompok
tersebut
adalah
keterampilan
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 23-36 kontrol
model
pembelajaran direct instruction dengan
pembelajaran yang biasa dilakukan guru
metode ceramah, diskusi, dan tanya
di kelas tersebut dalam mengajar, yaitu
jawab
model pembelajaran direct instruction
dalam membangun pengetahuan siswa
(model pengajaran langsung) dengan
karena tidak berbasis metode ilmiah
metode ceramah, diskusi, dan tanya
sehingga KPS siswa kelompok kontrol
jawab
lebih
hayati.
yang
pada
menerapkan
32
materi
keanekaragaman
Pembelajaran di kelas kontrol
lebih didominasi guru sehingga lebih
juga
kurang
rendah
mengakomodasi
daripada
kelompok
eksperimen. Hasil pengamatan dalam model
bersifat teacher centered sehingga siswa
pembelajaran
cenderung pasif dan tidak menikmati
siswa berpartisipasi aktif di dalam proses
proses pembelajaran. Guru menjelaskan
pembelajaran.
sebagian besar materi keanekaragaman
dalam mengajukan pertanyaan maupun
hayati dengan ceramah, menampilkan
pendapat tanpa rasa takut, membangun
gambar contoh keanekaragaman hayati
pengetahuan melalui kegiatan inkuiri
siswa berdiskusi secara berkelompok
yang dibimbing oleh guru. Tahap-tahap
untuk mengerjakan lembar kerja siswa
dalam Interjoy menuntut siswa selalu
dan
aktif membaca, bertanya, memahami,
disertai
pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa, kemudian siswa menjawab
mendiskusikan
pertanyaan yang diajukan guru. Namun,
pengetahuan
hanya
belajaran
sedikit
siswa
yang
menjawab pertanyaan guru. dan minat
siswa di
antusias Perhatian
dalam proses
Interjoy
menunjukkan
Siswa diberi kebebasan
masalah, karena
membangun
suasana
berlangsung
pem-
menyenangkan
dan berpengaruh terhadap KPS siswa. Referensi hasil penelitian yang
pembelajaran juga kurang, banyak siswa
menjelaskan
yang
sendiri,
belajaran interjoy terhadap KPS siswa
melamun, tidak memperhatikan pelaja-
belum ada, namun terdapat beberapa
ran.
penelitian
kurang
cenderung
berbicara
Suasana pembelajaran menjadi bersemangat,
yang
model
mendukung
pem-
seperti
dan
Prayitno (2011) yang menyatakan bahwa
Pada saat diskusi dan
inkuiri terbimbing berpotensi meningkat-
presentasi perwakilan kelompok, siswa
kan keterampilan proses sains. Langkah
cenderung
karena
kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing
suasana dan motivasi belajar yang kurang
dikembangkan dengan metode ilmiah.
bahkan melakukan aktifitas yang tidak
Kerja metode ilmiah menuntut siswa
berkaitan dengan pembelajaran. Model
menjalani
menjenuhkan.
kurang
monoton,
pengaruh
antusias
proses
seperti
ilmuwan
Aji, A.C., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.........
33 menemukan
ilmu
terbimbing
sehingga
berpotensi
inkuiri
meningkatkan
keterampilan proses sains.
Hal ini
didukung oleh pendapat Zehra dan Nermin (2009) yang menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu
meningkatkan
Merumuskan hipotesis
55,08
83,3
Merencanakan percobaan
53,91
76,46
54,3
82
71,88
74,6
71,09
71,3
Menggunakan alat dan bahan Mengkomunikasikan Menarik kesimpulan
keterampilan
proses sains siswa melalui serangkaian
Tabel 2 terlihat bahwa nilai aspek
penyelidikan ilmiah. Rachmawati (2012)
KPS yang tertinggi pada kelompok
menyatakan bahwa suasana pembelajaran
kontrol adalah aspek mengamati (74,22).
yang menyenangkan dapat meningkatkan
Proses
kecerdasan dan merupakan cara belajar
kontrol terlihat saat siswa membanding-
yang
kan berbagai gambar contoh tingkat
efektif
penguasaan pelajaran. layak
untuk
dan
meningkatkan
pemahaman
materi
Pendekatan joyful learning digunakan
dalam
proses
mengamati
keanekaragaman
pada
hayati
kelompok
pada
slide
powerpoint yang ditampilkan guru. Nilai rata-rata
aspek
mengamati
pada
pembelajaran.
Yunianto (2008) juga
kelompok
kontrol
paling
tinggi
menyimpulkan
bahwa
disebabkan
karena
membuat
siswa
pembelajaran
berbasis joyful learning dapat mening-
terlibat secara langsung sehingga siswa
katkan kualitas proses pembelajaran.
sangat tertarik untuk melakukan kegiatan
KPS yang dilatihkan pada model
mengamati.
Nilai rata-rata aspek KPS
pembelajaran Interjoy diantaranya seperti
pada kelompok eksperimen tertinggi
mengamati, mengelompokkan, merumus-
adalah aspek mengamati (83,8). Terlihat
kan hipotesis, merencanakan percobaan,
kelompok
menggunakan alat dan bahan, meng-
dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini
komunikasikan, dan menarik kesimpulan.
didukung saat kegiatan belajar, siswa
Rangkuman nilai rata-rata tiap aspek
kelompok
KPS
kegiatan pengamatan secara langsung
pada
kelompok
kontrol
dan
eksperimen
eksperimen
lebih
tinggi
melakukan
eksperimen disajikan pada Tabel 2.
dengan objek yang nyata, tiap siswa
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Tiap Aspek KPS Kelompok Kontrol Dan Eksperimen
dalam
Aspek KPS Mengamati Mengelompokkan
Kelas Kontrol 74,22 56,38
Kelas Eksperimen 83,8 76
kelompok
mengamati
objek
pengamatan saat percobaan dilakukan. Siswa
dituntut
selalu
melakukan pengamatan.
aktif
saat
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 23-36 Aspek KPS yang memiliki nilai rata-rata terendah pada kelompok kontrol
34 akan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar.
adalah aspek merencanakan percobaan (53,91).
Hal
saat
dalam penerapan model pembelajaran
kegiatan belajar siswa tidak diajak untuk
Interjoy antara lain yaitu guru harus
merencanakan percobaan, sehingga aspek
benar-benar memahami dan mengetahui
merencanakan percobaan memiliki nilai
unsur-unsur dalam model pembelajaran
yang rendah. Hal ini terbukti pada saat
inkuiri terbimbing dan joyful learning.
siswa diberikan soal tes KPS tentang
Guru
merencanakan
pembelajaran yang dapat mengkonstruk
terhadap
ini
dikarenakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
percobaan
pengamatan
keanekaragaman
3
buah
harus
pengetahuan
bisa
siswa
menciptakan
melalui
metode
mangga (Mangivera indica), banyak dari
ilmiah dan dapat membuat suasana
siswa
menjawab.
pembelajaran menyenangkan sehingga
Aspek KPS yang memiliki nilai rata-rata
perbedaan karakter siswa dalam belajar
terendah pada kelompok eksperimen
dapat terakomodasi dengan baik. Model
adalah aspek menarik kesimpulan (71,3).
pembelajaran inkuiri terbimbing yang
Hal ini dimungkinkan karena siswa
diterapkan
belum terbiasa dalam menyimpulkan
melatihkan KPS siswa karena di dalam
percobaan dengan benar sehingga nilai
kegiatan pembelajaran siswa dibiasakan
rata-rata
dengan kegiatan dan pertanyaan yang
yang tidak
aspek
dapat
menarik
kesimpulan
menjadi rendah.
di
kelompok
eksperimen
menunjang KPS. Suasana pembelajaran
Berdasarkan
analisis
di kelompok eksperimen dibuat menye-
penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
nangkan dengan cara kelas dibuat bersih,
pembelajaran
menata berbagai benda di dalam kelas
model
biologi
pembelajaran
hasil
menggunakan dapat
sesuai dengan tempatnya sehingga timbul
melatih siswa dalam mengembangkan
kesan rapi dan nyaman serta pemutaran
KPS sehingga hakikat sains sebagai
musik
proses dan produk dalam pembelajaran
membuat suasana menjadi santai pada
biologi dapat terlaksana secara maksimal.
saat
Peningkatan terjadi karena siswa terlibat
tersebut membawa pengaruh yang positif
langsung
terhadap KPS siswa.
dan
pembelajaran.
aktif Terkait
Interjoy
dalam dengan
proses hal
tersebut, Rustaman (2005) menyatakan bahwa KPS yang dilatihkan kepada siswa
instrumental
siswa
sedang
secara
berdiskusi.
pelan
Hal
Aji, A.C., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.........
35 Kesimpulan
Berdasarkan dapat
hasil
disimpulkan
penelitian,
bahwa
model
pembelajaran Interjoy berpengaruh nyata terhadap KPS siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang
meliputi
mengelompokkan,
aspek
mengamati,
merumuskan
hipo-
tesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan menarik kesimpulan. Daftar Pustaka Amri, S. & Ahmadi, L.K. (2010). Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher Ardiyanti, Y. (2011). Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terbuka Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Konsep Pencemaran Lingkungan. (Thesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Asmani, J.M. (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) Menciptakan Metode Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jogjakarta: Diva Press Carol. (2010). Guided Inquiry: School Libraries in the 21st Century. School Libraries Worldwide, 16 (1), 17-28 DePorter, B. & Hernacki, M. (2011). Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terj. Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa Masnun, M. & Sudarman. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Musik Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika. Jurnal Eduma, 2 (2), 107-113
Prayitno, B. A. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Biologi SMP Berbasis Inkuiri Terbimbing dipadu Kooperatif STAD serta Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Metakognisi, dan Keterampilan Proses Sains pada Siswa Berkemampuan Akademik Atas dan Bawah. Disertasi tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Malang, Malang Pujiati, I. (2008). Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1 (1) Rachmawati, A.B. (2012). Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning Pada Materi Sistem Gerak Pada Manusia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Viii A SMP Muhammadiyah 4 Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada Russel, L. (2011). The Accelerated Learning Fieldbook. Terj. M Irfan Zakkie. Bandung: Penerbit Nusa Media Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM Press Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Terj. Nurulita. Bandung: Nusa Media Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Wei, C., Hung, I., Lee, L., Chen, N. (2011). A Joyful Classroom Learning System With Robot Learning Companion For Children To Learn Mathematics Multiplication. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, 10 (2), 11-23
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 23-36 Yunianto. (2008). Penerapan Variasi Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil belajar Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI IA 1 SMAN 8 Surakarta. Skripsi tidak dipublikasikan. Surakarta: FKIP UNS Yustika, W. (2011). Pengaruh Penerapan Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing
36 terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Bandung: Skripsi S1 UPI Zehra , O. & Nermin, B. (2009). The Effect of a Guided Inquiry Method on Pre-service Teachers’ Science Teaching Self-Efficacy Beliefs. Journal of Turkish Science Education. Vol. 6, (2)