ISSN 2252 - 4452 Volume. 2 | No.2 | Juni – Agustus 2013
1. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti Di Laboratorium Entomologi Poltekes kemenkes Medan Christine Vita Gloria Purba, Dameria ........................................................ 1-12 2. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Dengan Tindakan Pengelolaan Sampah Di Bank Sampah Kartini Kelurahan Lubuk Pakam 3 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Dameria, Diana Sinulingga ......................................................................... 13-30 3. Hubungan Jarak Kandang Ternak Ayam Dan Kedalaman Sumur Bor Dengan Kandungan Bakteriologis Di Desa LImau Manais Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Diana Sinulingga, Felix Kasim .................................................................... 31-45 4. Efektivitas Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Felix Kasim, Efrata ....................................................................................... 46-55 5. Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Efrata, Irmayani ............................................................................................ 56-68 6. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru (TB Paru) Di Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Jul Asdar Putra Samura, Kuat Sitepu ........................................................ 69-81
ISSN : 2252 4452
KESMASTRA-NEWS JURNAL ILMIAH STIKes MEDISTRA LUBUK PAKAM Juni – Agustus 2013
Volume : 2, No : 2
DAFTAR ISI 1. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti Di Laboratorium Entomologi Poltekes kemenkes Medan Christine Vita Gloria Purba, Dameria ........................................................ 1-12 2. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Dengan Tindakan Pengelolaan Sampah Di Bank Sampah Kartini Kelurahan Lubuk Pakam 3 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Dameria, Diana Sinulingga ........................................................................ 13-30 3. Hubungan Jarak Kandang Ternak Ayam Dan Kedalaman Sumur Bor Dengan Kandungan Bakteriologis Di Desa LImau Manais Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Diana Sinulingga, Felix Kasim ................................................................... 31-45 4. Efektivitas Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Felix Kasim, Efrata ...................................................................................... 46-55 5. Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Efrata, Irmayani ........................................................................................... 56-68 6. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru (TB Paru) Di Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Jul Asdar Putra Samura, Kuat Sitepu ........................................................ 69-81
PENGANTAR REDAKSI Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan ridhoNya telah terbit Jurnal Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam dengan nama KESMASTRA-NEWS yang merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan berkala setiap Tiga bulanan, yaitu periode Januari – Juni dan Juli – Desember. Kami mengharapkan untuk terbitan periode berikutnya para Peneliti / Dosen dapat meningkatkan kualitas maupun mutu dari tulisan ini, sehingga memungkinkan sebagai bahan rujukan dalam melakukan kegiatan penelitian. Dalam kesempatan ini Redaksi mengucapkan terima kasih kepada para Peneliti / Dosen dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ilmiah ini. Semoga Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam, sukses dan maju.
Salam,
Redaksi
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA LINN) TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTI DI LABORATORIUM ENTOMOLOGI POLTEKKES KEMENKES MEDAN TAHUN 2012 Christine Vita Gloria Purba,Dameria Stikes Medistra Lubuk Pakam
ABSTRACT Any species of organisms, included aedesaegypti, have the ability to develop population resistant to pesticides. Ketahananlapangan indicated by decreased effectiveness in control with pesticides. Development ketahanan pesticides selection process does not occur in a short time; but last for many generations caused by pesticides treatment continuously. Leaves contained the soursopannonain, the active ingredient saponin, flavonoid, tannin. Besides, containied seeds oil between 42-45 %. Leaves and seeds, can serve as an insecticide larvasida repellent (an insect repellent) and anti inhibitorsfeedant (eated). This study aims to know effectiveness extract leaves the soursop (annonamuricatalinn) against death larvæaedesaegypti in the laboratory entomology poltekkeskemenkesmedan in 2012. This research was kind of his experiments (pre experiment) with a draft model one group pretest postest. The population on penelitan this was all the larvae aedesaegypti from 4 days and samples 50 tail, a method of data by used observation, data analysis used paired test sample t-test and obtained the result leaves concentration extract the soursop (annonamuricatalinn) was 0 %, 20 %, 40 %, 60 % and 80 %, death larvæ a 10 tail at concentrations 80 % and effective extract leaves the soursop (annonamuricatalinn) against death larvæaedesaegypti. Based on the test statistics by used dependent test sample t-test / paired t test showed that pvalue namely 0.001 which means p value & it; of 0.05. Therefore expected to health workers to more promote about extract leaves the soursop (annonamuricatalinnæus) as a pesticide natural for death larvæaedesaegypti. Key words
: Leaf Extract Soursop (AnnonaMuricata Linn), The Larvae OfAedesAegypti
References
: 15 Books (2009-2012)
PENDAHULUAN pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan faktor perilaku (Notoatmodjo, 2010). Masalah kesehatan lingkungan sudah lama ada, setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan selalu diasosiasikan dengan yang bersifat mistik. Era industrialisasi menimbulkan masalah baru pada masyarakat Inggris berupa munculnya daerah kumuh, akumulasi buangan dan kotoran manusia, masalah sosial dan kesehatan, yang terutama terjadi di kota-kota besar. Usaha-usaha oleh individu-individu, masyarakat, atau negara
1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikikan pula masalah pemecahan kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap sehat-sakit. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Faktor tersebut yaitu faktor genetik, faktor 1
untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia disebut Sanitasi Lingkungan atau Environmental Sanitation (Chandra, 2008). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus yang masuk kedalam tubuh lewat gigitan nyamuk Aedes aygepti yang tinggal di dalam rumah, atau nyamuk Aedes albopictus yang biasa berada di kebun perkarangan rumah. Kedua nyamuk ini bisa menularkan virus dengue. Namun, nyamuk Aedes aegypti yang paling sering menjadi penyebab penularannya (Nadesul, 2007). Demam Berdarah Dengue (DBD) ini juga merupakan penyakit infeksi utama di dunia yang menginfeksi sekitar 170-300 juta orang dengan angka kematian sekitar 1 juta orang pertahun diseluruh dunia pada tahun 2006. Sebagian besar terjadi pada anak-anak dan orang dewasa non-imun di daerah endemis di Afrika dan Asia angka kematian 13 orang sedangkan tahun 2013 sebanyak 771 kasus (Febia, 2012). Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena banyaknya pemukiman baru, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Adapun faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue antara lain faktor host, lingkungan (environtment agent), dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan dan respon imun; faktor lingkungan environtment yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); kondisi demografi, kepadatan, mobilitas, pengetahuan, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk (Apriliyani, 2008).
(Riswanto, 2011). Hasil survei Demam Berdarah Dengue (DBD) di Negara Berkembang yaitu Negara India tahun 2009 menunjukkan bahwa angka penemuan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah 75,7%, namun pada tahun 2010 turun menjadi 69,1%. Sementara itu tahun 2011 angka penemuan kasus kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah 82,7%, namun pada tahun 2012 turun menjadi 65,1%. Sedangkan tahun 2013 angka kejadian kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu 73,9% (Kementrian RI, 2012). Di Indonesia, pada tahun 2011 jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit secara sporadic dan selalu terjadi Kejadian luar biasa (KLB) pada setiap tahunnya (Riswanto, 2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) di Sulawasi Utara menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terdapat kasus DBD sebanyak 792 kasus dengan angka kematian 10 orang. Pada tahun 2012sebanyak 759 kasus dengan Menurut Ajeng, dalam Sosialisasi Pencegahan DBD, penyuluhan tentang pencegahan DBD harus sering dilakukanagar masyarakat termotivasi untuk ikut berperan serta dalam upayaupaya tersebut. Masih rendahnya pengetahuan tentang DBD tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut antara lain: faktor kepercayaan, nilai, sikap dan usia. Semakin bertambahnya usia maka tingkat perkembangan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga pengalaman sendiri. Untuk itu dalam membentuk perilaku atau tindakan yang positif dapat dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dan lingkungan. Faktor yang mempengaruhi tindakan adalah pengetahuan, persepsi, emosi, motivasidan lainnya (Notoatmodjo, 2008).
2
DBD sudah mewabah di Sumatra Utara, Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumut, melalui Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Bersumber Saat ini penggunaan pestisida kimia di Indonesia dan seluruh dunia masih tinggi di berbagai sektor pembangunan, seperti sektor pertanian dan kesehatan.Dari hasil kegiatan deteksi dan monitoring, resistensi jumlah dan keragaman jenis serangga yang menunjukkan fenomena ketahanan terhadap satu atau beberapa jenis atau kelompok pestisida semakin meningkat.Setiap jenis organisme, termasuk Aedes aegypti, mempunyai kemampuan mengembangkan populasi tahan terhadap pestisida.Ketahanan di lapangan diindikasikan oleh menurunnya efektivitas pengendalian dengan pestisida. Proses seleksi pengembangan ketahanan pestisida tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi berlangsung selama banyak generasi yang diakibatkan oleh perlakuan pestisida secara terus-menerus. Indonesia memiliki sumber keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untuk dikembangkan sebagai insektisida nabati, senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid (Kardinan, 2000).Annona muricata L. (sirsak) merupakan tanaman yang tersebar di daerah subtropik dan tropik, berbentuk pohon, perdu, tergolong ke dalam famili Annonaceae. Bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah alkaloid,annonine, muricine dan muricinine serta saponin yang dapat berperan sebagai anti makan dan insektisida pada sirsak ditemukan juga senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin (Naria, 2005). Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain, saponin, flavonoid, tanin.Selain itu, bijinya mengandung minyak antara 4245%.Daun dan bijinya dapat berperan sebagai insektisida, larvasida repellent
Binatang (P3B2) mengatakan, hingga Maret 2013 ada 1168 kasus di Sumut, dan 10 diantaranya meninggal dunia (Syafei, 2012) (penolak serangga) dan anti feedant (penghambat makan) (Kardinan, 2005). Daun sirsak bentuk daun sirsak yang bulat telur terbalik dengan ujung runcing, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau kekuningan. Tepi daun rata dan permukaan daun mengkilap.Daun bersifat tebal dan kaku dengan tulang daun menyirip daun ini berbau langu. Sangat banyak manfaat dari daun sirsak bisa sebagai larvasida alami dengan cara ekstraksi daun sirsak dan bisa juga menjadi salah satu obat dari berbagai penyakit. Daun sirsak mengandung berbagai zat kandunganya adalah acetogenins, annocatacin, annocata lin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurin, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin,tannin. Dengan melakukan percobaan terhadap berbagai jenis insektisida botani, salah satunya adalah daun sirsakAnnona Muricata Linn. Hasil menunjukkan bahwa Annona Muricata Linn mampu menghambat pertumbuhan larva nyamuk aedes menjadi stadium pupa dan dewasa ( Astuti, 2005).Famili Annona Muricata pernah di uji daunnya terhadap larva aedes aegypti. Untuk mebunuh 50% larva Aedes Aegypti diperlukan konsentrasi antara 0.03008%-0.03823 % dan membunuh 90% larva aedes aegypti di butuhkan konsentrasi berkisar antara 0.05632%-0.8324. Kematian rata-rata sebesar 82, 86, 74, 61, 43, 26, 2,2 dan 0 % dari hari pertama sampai dengan ke 8 berturut-turut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang efektifitas ekstrak-metanol daun sirsak sebagai dasar pengendalian nyamuk Aedes Aegypti untuk tujuan jangka panjang, daun sirsak diharapkan dapat digunakan sebagai larvasida botani (Noraida, 2000).
3
muricata linn) yang diperlukan untuk membunuh larva Aedes aegyptidi Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012. c. Untuk mengetahui perbedaan ratarata kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn).
Berdasarkan permasalahan yang telah di sebutkan di atas maka penelti tertarik melakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012. A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah adakah efektivitas ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012? B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yang efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012. b. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona
C. ManfaatPenelitian 1. Dapat bermanfaat bagi semua yang belum mengetahui tentang ekstrak daun sirsak yang dapat di gunakan sebagai larvasida dalam pengendalian larva nyamuk aedes aegypti . 2. Untuk dapat lebih memahami bagaimana ekstrak daun sirsak ini dan sangat banyak manfaat dari daun sirsak ini tidak hanya sebagai larvasida alami bisa juga di gunakan sebagai obat tradisional dengan cara pengolahan daunnya. 3. Ekstrak daun sirsak ini tidak berbahaya dan aman bagi lingkungan karena dari bahanya yang alami tidak seperti bahan kimia lainya. 4. Untuk penelitian selanjutnya di harapkan dapat mengerti dan dapat melakukan eksperimen tentang ekstrak tumbuhan lainya yang dapat di manfaatkan.
METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian
kematian larva aedes aegypti (observasi post-test).
Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen (pra experiment) dengan model rancangan one group pretest postest. Yaitu sebelum dilaksanakannya perlakuan maka dilakukan observasi pada sample dan sesudah perlakuan juga dilakukan beberapa kali observasi (Notoatmodjo, 2009).Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel sumur gali yang menjadi sampel penelitian.Selanjutnya dilakukan pengukuran tentang kematian larva aedes aegypti. Setelah itu dilakukan pemberian ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yang kemudian akan diukur kembali
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan. 2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli - September2012. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk 4
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008).Populasi pada penelitian ini adalah semua larva Aedes aegypti yang berumur 4 hari yang dirandomisasi dalam pengelompokkan sampel di Laboratorium.
E. Variabel dan Defenisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu yaitu benda, manusia ( Sugiyono, 2008).Variabel penelitian terdiri dari dua yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi yaitu pemberian ekstrak daun sirsak (annona muricata linn).Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi, yaitukematian larva aedes aegypti.
2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2008).Sampel dalam penelitian yaitu larva nyamuk sebanyak 50 ekor larva nyamuk Aedes aegypti.
2. Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitiansecara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna dalam penelitian (Arikunto, 2008).
D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber yang pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti wawancara atau hasil pengisian lembar observasi yang biasa dilakukan peneliti.Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari observasi yang berisikan tentang pengukuran larva yang mati sebelum dan sesudah dilakukan pemberian ekstrak daun sirsak (annona muricata linn). 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber yang kedua, dari tempat penelitian.Data sekunder pada penelitian ini yaitu data yang didapat dari Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan No
Variabel 1
Pemberian ekstrak daun sirsak (annona muricata linn)
Tabel 3.2 Defenisi Operasional
Defenisi Operasional Pemberian ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) sesuai dengan konsentrasi sebanyak
5
Cara Ukur -
Hasil Ukur -
Skala -
2
Banyaknya Pengukuran ……. Rasio larva yang mati mortalitas larva sesuai dengan selama 24 jam konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) Merupakan kegiatan pengecekan F. Metode Pengukuran Metode pengukuran adalah cara kembali data yang sudah dientry dimana variabel dapat diukur dan untuk melihat apakah ada ditemukan karakteristiknya (Aziz, 2008). kesalahan atau tidak. Pengukuran mortalitas larva selama 24 2. Analisis data jam. Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara bertahap yaitu: G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data a. Univariat Pengolahan data merupakan salah satu Analisis univariat adalah untuk bagian rangkaian kegiatan penelitian menjelaskan atau mendeskripsikan setelah pengumpulan data. Data yang karakteristik masing-masing masih mentah (raw data), perlu diolah variabel yang diteliti secara sehingga menjadi informasi yang akhirnya sederhana yang disajikan dalam dapat digunakan untuk menjawab tujuan bentuk table distribusi frekuensi. penelitian. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, b. Bivariat pengolahan data dilakukan melalaui empat Analisis ini diperlukan untuk tahapan, yaitu : menjelaskan atau mengetahui apakah ada pengaruh atau a. Editing perbedaan yang signifikan antar Editing merupakan kegiatan untuk variabel independent dengan pengecekan isian lembar observasi, variabel dependent.Analisis apakah jawaban yang ada di lembar bivariat dilakukan setelah observasi sudah lengkap, jelas, karakteristik masing-masing relevan, dan konsisten. variabel diketahui.Data dianalisis b. Coding untuk perhitungan bivariat pada Yaitu merupakan kegiatan merubah penelitian ini menggunakan data berbentuk huruf menjadi data PairedSample t-test dengan tingkat berbentukangka/bilangan.Kegunaa kepercayaan 95% (pValue≤α). n dari coding ini adalah untuk Pembuktian ini dilakukan untuk mempermudah pada saat analisis membuktikan hipotesa efektifkah ekstrak daun sirsak (annona data. muricata linn) terhadap kematian c. Processing larva aedes aegypti di Pemrosesan data dilakukan dengan Laboratorium Entomologi caramengentry data dari observasi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun ke program komputerisasi.Tahapan 2012apabila pValue ≤0,05. ini dilakukan setelah pengkodean data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN d. Cleaning Kematian larva aedes aegypti
I. Hasil Penelitian 6
A. Tabulasi Hasil Univariat 1. Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Yang Efektif Untuk Membunuh Larva Aedes Aegypti Di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012
Diagram 4.1 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yaitu 0%, 20%, 40%, 60% dan 80%.
Penilaian konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yang efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012 disajikan pada diagram berikut ini:
2. Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Yang Diperlukan Untuk Membunuh Larva Aedes Aegypti Di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012 Penilaian konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yang diperlukan untuk membunuh larva Aedes aegypti disajikan pada diagram berikut ini:
Diagram 4.1 Distribusi Kategori Penilaian Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Yang Efektif Untuk Membunuh Larva Aedes Aegypti Di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012
Diagram 4.2
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn)
7
Distribusi Kategori Penilaian Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Yang Diperlukan Untuk Membunuh Larva Aedes Aegypti Di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012
50
K 40
10 9 830 7 6 520 4 210 1 0
e m a t i a
0
n -10 0%
20%
40%
60%
80%
L Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak a Muricata Linn) Tabel 4.2 di atas menunjukkan(Annona bahwa pada pada konsentrasi 40% larva yang mati r konsentrasi 0% tidak ada larva yang mati, sebanyak 5 ekor, pada konsentrasi 60% pada konsentrasi 20% larva yang mati larva yang mati sebanyak v7 ekor dan pada konsentrasi 80% larva yang mati sebanyak sebanyak 2 ekor, 10 ekor. a B. Tabulasi Hasil Bivariat Perbedaan rata-rata kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn).
Tekanan Darah
Sebelum Sesudah
Ratarata
Ratarata
Paired Test Standar Deviasi
9,94 4,28
5,66
0,594
PValue 95% Confidence Interval Upper Lower 1,838
1,629
0,001
nilai p= 0,001 ≤ α=0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu efektif ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa rata-rata kematian larva Aedes aegypti sebelum konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) pengukuran pertamasebesar 9,94 dan kematian larva Aedes aegypti sebelum konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) pengukuran kedua sebesar 4,28. Nilai mean antara pengukuran pertama dan kedua sebesar 5,66 dengan standar deviasi (SD) 0,594. Hasil Uji statistik didapatkan
II. Pembahasan A. Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Yang Efektif Untuk Membunuh Larva Aedes Aegypti Di 8
Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012
Senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman dapat dimanfaatkan seperti layaknya insektisida sintetik. Perbedaannya adalah bahan aktif pada insektisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran). Bagian tumbuhan seperti daun, buah, bunga, biji, kulit, batang dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk ataupun ekstraksi (dengan air, ataupun senyawa pelarut organik).Insektisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan kemampuan yang terbatas. Bila senyawa atau ekstrak ini digunakandi alam, maka tidak mengganggu organisme lain yang bukan sasaran (Naria, 2005). Insektisida nabati merupakan bahan alami, bersifat mudah terurai di alam (biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia karena residunya mudah hilang. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid (Kardinan, 2000).
Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik dan zat kimia sekunder senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotosintesis, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Sistem yang berpengaruh pada OPT adalah sistem saraf atau otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku, sistem pernafasan, dan lain-lain. Senyawa bioaktif ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga yang terdapat di lingkungan rumah (Naria, 2005).Dari hasil penelitian konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yaitu 0%, 20%, 40%, 60% dan 80%. Dari hasil penelitian dapat diasumsikan bahwa sifat toksik yang terdapat pada larutan ekstrak-metanol daun sirsak diduga disebabkan oleh bahan aktif yang terkandung dalam daun sirsak (A. muricata) yaitu alkaloid, flavonoid, annonine, muricine dan muricinine serta saponin yang berperan sebagai anti makan dan insektisida.
B. Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Yang Diperlukan Untuk Membunuh Larva Aedes Aegypti Di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012
Dari hasil distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 0% tidak ada larva yang mati, pada konsentrasi 20% larva yang mati sebanyak 2 ekor, pada konsentrasi 40% larva yang mati sebanyak 5 ekor, pada konsentrasi 60% larva yang mati sebanyak 7 ekor dan pada konsentrasi 80% larva yang mati sebanyak 10 ekor. Dari hasil penelitian dapat diasumsikan bahwa kematian larva diduga karena zat yang terkandung dalam daun sirsak, terutama acetogenin dan tanin yang bersifat toksik. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin banyak acetogenin dan tanin yang masuk ke dalam tubuh larva, sehingga ketahanan larva terhadap zat tersebut semakin berkurang dan larva
Insektisida nabati seperti nikotin, piretrin dan ratenoid sudah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap insekta. Tetapi sedikit yang mengetahui banyak tanaman lain yang bersifat toksik untuk kehidupan insekta. Pada tahun 1945 dilaporkan ada 1.180 spesies tumbuhan yang mengandung racun serangga, kebanyakan belum diinvestigasi. Toksisitas dari senyawa kimia tumbuhan bersifat relatif, tergantung dari dosis yang diberikan pada periode waktu tertentu, umur dan kondisi tubuh hewan, mekanisme absorbsi dan model ekskresi (Harborne, 2000).
9
menjadi lebih rentan, akibatnya akan terjadi kematian yang lebih tinggi. Dengan kata lain ketahanan hidup larva berkurang seiring dengan kenaikan konsentrasi.
(SD) 0,594. Hasil Uji statistik didapatkan nilai p= 0,001 ≤ α=0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu efektif ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012. Dari hasil penelitian dapat diasumsikan bahwa penghambatan pertumbuhan larva ini diduga juga karena daun sirsak mengandung senyawa kimia tanin. Tanin ini bersifat sebagai penghambat makan dan mengganggu pencernaan serangga karena dapat memblok enzim pencernan dan melekat pada protein yang akan dicerna. Disamping itu juga mengganggu aktivitas protein pada dinding usus.Gejala yang diperlihatkan dari hewan yang mengkonsumsi tanin yang banyak adalah menurunnya laju pertumbuhan, kehilangan berat badan dan gejala gangguan nutrisi.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikikan pula masalah pemecahan kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap sehat-sakit. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Faktor tersebut yaitu faktor genetik, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan faktor perilaku (Notoatmodjo, 2010). Masalah kesehatan lingkungan sudah lama ada, setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan selalu diasosiasikan dengan yang bersifat mistik. Era industrialisasi menimbulkan masalah baru pada masyarakat Inggris berupa munculnya daerah kumuh, akumulasi buangan dan kotoran manusia, masalah sosial dan kesehatan, yang terutama terjadi di kotakota besar. Usaha-usaha oleh individuindividu, masyarakat, atau negara untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia disebut Sanitasi Lingkungan atau Environmental Sanitation (Chandra, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rizki yang berjudul pengaruh ekstrak-metanol daun sirsak (A. muricata) terhadap daya tetas telur, mortalitas dan perkembangan larva A. aegypti. Penelitian ini meliputi 2 uji, yaitu uji daya tetas telur dan uji mortalitas larva.Konsentrasi yang digunakan pada kedua uji adalah kontrol, 0.02 %, 0.04 %, 0.06 %, 0.08 %, 0.1 %, 0.12 %. Lama pemajanan pada uji daya tetas telur adalah 24 jam, 48 jam, 72 jam dan pada uji mortalitas larva, dihitung kematian larva dalam waktu 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ekstrak metanol daun sirsak berpengaruh terhadap daya tetas telur, dan mampu menghambat perkembangan larva untuk menjadi pupa dan dewasa, dengan penghambatan sampai 100 %. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak-metanol daun sirsak, semakin tinggi pula mortalitas larva, dengan tingkat mortalitas sampai 98.75 % pada konsentrasi 0.12 % dan terdapat penghambatan perkembangan larva untuk menjadi pupa dan dewasa. Berdasarkan
C. Perbedaan rata-rata kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn)
Rata-rata kematian larva Aedes aegypti sebelum konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) pengukuran pertamasebesar 9,94dan kematian larva Aedes aegypti sebelum konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) pengukuran kedua sebesar 4,28. Nilai mean antara pengukuran pertama dan kedua sebesar 5,66 dengan standar deviasi 10
persamaan regresi diketahui bahwa nilai LC-50 untuk 24 jam sebesar 0.0652 %.
dapat berperan sebagai insektisida, larvasida repellent (penolak serangga) dan anti feedant (penghambat makan) (Kardinan, 2005).
Saat ini penggunaan pestisida kimia di Indonesia dan seluruh dunia masih tinggi di berbagai sektor pembangunan, seperti sektor pertanian dan kesehatan.Dari hasil kegiatan deteksi dan monitoring, resistensi jumlah dan keragaman jenis serangga yang menunjukkan fenomena ketahanan terhadap satu atau beberapa jenis atau kelompok pestisida semakin meningkat.Setiap jenis organisme, termasuk Aedes aegypti, mempunyai kemampuan mengembangkan populasi tahan terhadap pestisida.Ketahanan di lapangan diindikasikan oleh menurunnya efektivitas pengendalian dengan pestisida. Proses seleksi pengembangan ketahanan pestisida tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi berlangsung selama banyak generasi yang diakibatkan oleh perlakuan pestisida secara terus-menerus. Indonesia memiliki sumber keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untuk dikembangkan sebagai insektisida nabati, senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid (Kardinan, 2000).
Daun sirsak bentuk daun sirsak yang bulat telur terbalik dengan ujung runcing, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau kekuningan. Tepi daun rata dan permukaan daun mengkilap.Daun bersifat tebal dan kaku dengan tulang daun menyirip daun ini berbau langu. Sangat banyak manfaat dari daun sirsak bisa sebagai larvasida alami dengan cara ekstraksi daun sirsak dan bisa juga menjadi salah satu obat dari berbagai penyakit. Daun sirsak mengandung berbagai zat kandunganya adalah acetogenins, annocatacin, annocata lin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurin, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin,tannin. Dengan melakukan percobaan terhadap berbagai jenis insektisida botani, salah satunya adalah daun sirsakAnnona Muricata Linn. Hasil menunjukkan bahwa Annona Muricata Linn mampu menghambat pertumbuhan larva nyamuk aedes menjadi stadium pupa dan dewasa ( Astuti, 2005). Famili Annona Muricata pernah di uji daunnya terhadap larva aedes aegypti. Untuk mebunuh 50% larva Aedes Aegypti diperlukan konsentrasi antara 0.03008%0.03823 % dan membunuh 90% larva aedes aegypti di butuhkan konsentrasi berkisar antara 0.05632%-0.8324. Kematian rata-rata sebesar 82, 86, 74, 61, 43, 26, 2,2 dan 0 % dari hari pertama sampai dengan ke 8 berturut-turut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang efektifitas ekstrak-metanol daun sirsak sebagai dasar pengendalian nyamuk Aedes Aegypti untuk tujuan jangka panjang, daun sirsak diharapkan dapat digunakan sebagai larvasida botani (Noraida, 2000).
Annona muricata L. (sirsak) merupakan tanaman yang tersebar di daerah subtropik dan tropik, berbentuk pohon, perdu, tergolong ke dalam famili Annonaceae. Bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah alkaloid, annonine, muricine dan muricinine serta saponin yang dapat berperan sebagai anti makan dan insektisida pada sirsak ditemukan juga senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin (Naria, 2005). Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain, saponin, flavonoid, tanin.Selain itu, bijinya mengandung minyak antara 42-45%.Daun dan bijinya 11
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2012: 1. Konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yaitu 0%, 20%, 40%, 60% dan 80%.. 2. Kematian larva sebanyak 10 ekor pada konsentrasi 80% . 3. Efektif ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) terhadap kematian larva aedes aegypti. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji dependen sample t-test/paired t test menunjukan bahwa pValue yaitu 0.001 yang berarti p Value < dari 0.05.
Artikel kimia. 2010.Di akses pada tanggal 28 april 2012http://wikipedia.com Astuti. 2005. Tanaman Ajaib Sebagai Obat. Joko Susilo. Yogyakarta.Codata, Tim Indonesia.2000. TanamanObatIndonesia. http://www.iptek.net/ind di akses tanggal 22 april 2013Departemen Kesehatan RI. 2009. Angka Demam Berdarah Dengue di ASEAN. Di akses pada tanggal 2 mei 2012http://kompas.com Departemen Kesehatan RI. 2010. Kasus dan Kematian Demam Berdarah Dengue per Bulan.www. Ppmplp.depkes.co.id. Diakses tanggal 16 april2012. Djunaedei. 2006. Kejadian Demam Berdarah Dengue di Dunia. Di akses tanggal25 april2012http://www. Wikipedia.com angka kejadian Demam Berdarah Dengue Harborne, J.B. 2000. Metode Fitokimia ; Penuntun Cara Modren MenganalisisTumbuhan. Edisi Kedua. Terjemahan Padmawinata K & Soediro I. ITB Press, Bandung : hlm. 5-7, 102-103, 151Kardina. 2005. Sirsak Sebagai Ekstraksi. Diakses tanggal 20 april2012http://www.theglobejournal.com/ ekstraksi daun sirsak.
B. Saran 1. Bagi Profesi Agar dapat menerapkan pemberian efektivitas ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) untuk kematian larva aedes aegypti sehingga menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit DBD. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi perpustakaan di kampus STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam, serta menambah pengetahuan bagi mahasiswa/i lain yang akan mengadakan penelitian selanjutnya 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya terhadap tanaman lain yang memiliki efek toksik dalam membunuh serangga, mengingat bahwa pemberantasan vektor nyamuk sampai saat ini belum memperoleh hasil yang signifikan.
Machfoedz, 2008.Demam Berdarah Dengue Penyakit Dan Pencegahanya. Kanisius Yogyakarta.Naria. 2005. Sirsak Untuk Kesehatan Dan Bisnis Makanan .Pustaka Baru Press.Yogyakarta.Naria, E. 2005. Insektisida Nabati Untuk Rumah Tangga. Info KesehatanMasyarakat. Volume IX, Nomor I. Penerbit FKM USU : 28-31.Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Profil Sumatera Utara .2012. Di akses pada tanggal18mei2012http://wikipedia.comSak sono, Budi 2010. Efektifitas Di akses pada tanggal 28 april2012http://wikipedia.com
12
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN TINDAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH KARTINI KELURAHAN LUBUK PAKAM 3 KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012
Dameria,Diana sinulingga Stikes Medistra Lubuk Pakam
ABSTRACT
Bottled waterwas
abeveragerefillsare
soldwithout
anyspecial
pack
aging
and manufacture dintheseller so hard to dosurveillance.It's also likelynoknowledge ofgood hygieneand sanitationwas to theselled. Sogood drinkwhen produced andcirculated towider communityto
meet
contamination limitsa
certain
requirements
resafefor
ormicrobesare bacteriaw hose
thathave
beendefinedin
termsofmicrobial
consumption. Sanitation
indicator
presencein
hatthe
water indicates
bacteria water was
never contaminated by human waste. Based onthe results ofa preliminary studyconducted by researchersatthe DesaSekip terdapat17depotrefill drinked water, E. colihas been examinedin fivewater samplestaken fromdrinked water depotrefillit turns out, shows that there are2/500ml ofwater. This study aimstodetermine the relationship ofdrinking water hygiene,sanitation depotcontainedec herchiacoli inthe drinked water refilldepotinthe village ofthe Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli SerdangYear2012.Type of researchareanalytic survey. The population inthisresearchwas theentirede potwateranda sample
of17people,
thetotalsample
sampledtec
hniques,
data
collection
methods
usingobservation, data analysisused thechi-square testthenthere wasno relationshipsanitary hygienicdrinkingwaterdepotecherchiacolicontainedthedepotthe drinked waterrefillp =(0.003) (α =0.05). Foritwas expected thathealth workersin order tofurther promoteabout the cleanliness ofthe drinked waterrefilldepotwhich was strongly associatedwiththe presence ofE. coli bacteria. Keywords
: DepotWaterSanitationHygiene, EcherchiaColi
References
: 15Books and3ofthe Internet(2009-2011)
13
tidak cukup tersedianya air bersih,maka
PENDAHULUAN
mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI,
A. Latar Belakang
2004).
Kebutuhan air sangat mutlak bagi manusia karena merupakan zat pembentuk
Ketersediaan air di dunia ini sekitar 97%
tubuh manusia yang terbesar yaitu 68% dari
merupakan air laut, sementara air tawar
bagian tubuh manusia. Kebutuhan air minum
hanya 3% yang terdiri dari 2,8% berupa air
setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8
beku yaitu air yang terjebak di bawah tanah
liter per hari. Pertumbuhan penduduk yang
atau dapat ditemukan di atmosfir atau tanah
semakin meningkat menyebabkan kebutuhan
sebahai
dan permintaan akan air bersih meningkat. Air
digunakan secara langsung oleh manusia, dan
bersih merupakan sumber daya alam yang
hanya sebanyak 0,3% dari total air di dunia
dapat terbarukan, tetapi untukmasa yang
yang dapat digunakan oleh manusia untuk
akan dating diprediksi terjadi kondisi dimana
keperluan
permintaan
Environmental Education, 2011).
akan
air
bersih
melebihi
uap
air
sehingga
sehari-hari
tidak
(Live
and
dapat
Learn
Padahal dalam UU Pangan Nomor 7
persediaan ataupun produksi air bersih
Tahun 1996 pangan/minuman merupakan
(Irianto, 2009). Air dalam tubuh manusia berkisar antara
kebutuhan
–
badan.
pemenuhannya menjadi hak asasi setiap
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat
rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber
dari jumlah air yang ada didalam organ,
daya
seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25%
melaksanakan
dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari
Kebutuhan air minum dalam tubuh manusia
ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah
itu sendiri sebagian besar terdiri dari air.
50
70%
dari
seluruh
berat
air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat
mengakibatkan
kematian
manusia
Mengingat
yang
dasar
manusia
yang
yang
berkualitas
pembangunan
pentingnya
untuk
nasional.
peranan
air
tersebut, maka sangat diperlukan adanya
diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang
sumber air yang dapat menyediakan air
dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 –
yang
2 liter sehari untuk keseimbangan dalam
baik
dari
segi
kuantitas
dan
kualitasnya. Oleh karena itu diperlukan
tubuh dan membantu proses metabolisme
suatu upaya untuk menjaga kualitas air
(Slamet 2004). Hygiene dan sanitasi tidak
(Ditjen PP & PL, 2011). Kualitas air
dapat dipisahkan satu dengan yang lain
didefinisikan sebagai kadar air yang
karena erat kaitannya. Misalnya Hygiene nya
dianalisis
sudah baik karena mau mencuci tangan,
secara
teliti
sehingga
menunjukkan mutu dan karakteristik air.
tetapi sanitasinya tidak mendukung karena
Mutu dan karakteristik air ditentukan oleh 14
jenis dan sifat-sifat bahan yang terkandung
memilih cara yang lebih praktis dengan
di dalamnya.Bahan-bahan tersebut dapat
biaya yang relatif murah dalam memenuhi
berupa benda padat, cair maupun gas,
kebutuhan
bersifat terlarut maupun yang tak terlarut,
pemenuhan kebutuhan air minum yang
secara alamiah mungkin sudah terdapat
menjadi alternatif dengan menggunakan
dalam air maupun diperoleh selama air
air minum isi ulang (Pracoyo, 2010).
mengalami
hidrologi.Dengan
Air
karakteristik
air
merupakan minuman yang dijual tanpa
lingkungan
adanya kemasan khusus dan diproduksi di
demikian
siklus mutu
ditentukan dimana
dan
oleh
air
kondisi
berada.Aktivitas
manusia
air
minum
minum.
kemasan
Salah
isi
ulang
satu
ini
tempat penjualnya sehingga sulit dilakukan
dalam memanfaatkan sumber daya alam
pengawasan
dan lingkungan sering juga menimbulkan
mutunya.Disamping itu juga kemungkinan
bahan-bahan
tidak ada pengetahuan hygiene dan sanitasi
sisa
atau
bahan-bahan
buangan
terhadaap
yang baik baagi penjualnya.Sedangkan
yang mempunyai kecenderungan
minuman yang baik bila diproduksi dan
pada peningkatan jumlah dan kandungan
diedarkan
bahan-bahan di dalam air.Bahan-bahan ini
haaruslah memenuhi beberapa persyaratan
apabila tidak ditangani secara baik dapat
yang telah ditentukan yaitu ditinjau dari
menimbulkan permasalahan pencemaran,
batas cemaran mikroba yang aman untuk
terutama
dikonsumsi.
apabila
lingkungan
tidak
kepada
masyarakat
luas
mempunyai daya dukung yang cukup
Bakteri atau mikroba indikator
untuk menetralisir atau mengurangi bahan
sanitasi adalah bakteriyang keberadaannya
pencemar tersebut. Kualitas air juga
dalam air menunjukkan bahwa airtersebut
dipengaruhi oleh cara manusia mengolah
pernah
dan menggunakan air, dan untuk mengatur
manusia.4Ada tigajenis bakteri yang dapat
atau mengelola air (Live and Learn
digunakan
Environmental Education, 2011).
masalah
tercemar
untuk sanitasi
oleh
kotoran
menunjukkanadanya yaitu
Eschericia
Sebagian kebutuhan air minum
coli.Eschericia coli merupakan indikator
masyarakat selama ini dipenuhi dari air
adanyapolusi yang berasal dari kotoran
sumur dan juga air yang sudah diolah oleh
manusia atau hewandan menunjukkan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
kondisi sanitasi yang tidak baikterhadap
Seiring dengan makin majunya teknologi
air maupun pangan.Bakteri ini tersebar
diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas
luas di alam (tanah, debu) dan merupakan
manusia
maka
masyarakat
cenderung 15
mikro flora normal pada saluran usus
dari tinja yang diteliti pada konsentrasi 4,3
manusia dan hewan (Suriawira, 2009).
x103 PFU.g-1 terdeteksi Escherichia coli.
Hasil penelitian yang dilakukan badan
Manusia menghasilkan tinja antara 100 –
kesehatan
menyatakan
150 gram setiap hari, dan di dalamnya
bahwa 38 depot air minum isi ulang
terkandung bakteri Coli sebanyak 3 x 1011
(DAMIU) di Amerika ternyata terdapat
(300 milyar) (Suriawiria, 2003).
dunia
(WHO)
28,9 % sampel air minum isi ulang yang
Perancis dan Jerman dari bulan
tercemar oleh bakteri E. coli. Penelitian
Mei sampai Juli 2011 dilaporkan terjadi
yang dilakukan oleh Jeena et al. (2005) di
wabah Haemolytic Uraemic Syndrome
Fiji India juga menyebutkan bahwa dari
(HUS) dan diare berdarah yang disebabkan
105 sampel air mineral dengan merk yang
oleh toksin Shiga yang menghasilkan
berbeda, diketahui sekitar 40% melebihi
Escherichia coli (STEC). Yuniarno (2005)
standar yang ditetapkan oleh Departemen
menyebutkan bahwa kandungan E.coli
Kesehatan serta Biro Standar India (BIS)
terbukti berhubungan dengan kejadian
Pemerintah India. Sebanyak 14% dan 44%
diare di hulu DAS Solo. Younes and
dari
Total
Bartram (2001) juga menyebutkan bahwa
Heterotropic Bacterial (THB) antara 100
sekitar sepertiga dari diare di Swiss
dan 1000 cfu/ml
atau 1000 cfu/ml
mungkin disebabkan oleh kualitas air
dinyatakan positif mengandung E.Coli.
minum meskipun pengelolaannya sudah
Selain itu, di Brazil juga menyebutkan
sesuai dengan standar yang berlaku.
sampel
dengan
beban
bahwa 76,6% dari sampel air mineral
Badan
Pengawas
Obat
dan
sebanyak 20-L yang merupakan kumpulan
Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
dari air dispenser terkontaminasi oleh
menguji mutu air produksi depot air
setidaknya 1 E.Coli atau bakteri indikator
minum isi ulang di 5 kota (95 depot)
atau setidaknya 1 bakteri patogen. Hal ini
memperoleh hasil ada 19 depot yang tidak
berarti DAMIU cukup potensial sebagai
memenuhi syarat mikroba (E.coli) dan
sarana penularan penyakit serta gangguan
menemukan 9 produk mengandung E.coli
kesehatan lainnya. Semakin tinggi tingkat
yang melebihi batas yang diperbolehkan.
kontaminasi bakteri Coliform, semakin
Penelitian Suprihatin yang menganalisis
tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri
sampel air minum isi ulang di 10 kota
patogen lain yang hidup dalam kotoran
besar di Indonesia diperoleh hasil bahwa
manusia (tinja) dan hewan. Bakteri Coli
kualitas air minum isi ulang bervariasi,
pada umumnya terdapat dalam faeces. Di
terdapat 34% sampel tidak memenuhi
Perancis menyebutkan bahwa sebesar 68%
sedikitnya satu parameter kualitas air 16
minum
dan
16%
sampel
tercemar
ini mendukung angka kejadian diare di
bakteriColiform (Suriawira, 2009). Dalam
Permenkes
Kabupaten Tegal yaitu 106.389 orang dari No.
berbagai
umur
dari
1.392.260
492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan
penduduknya.Bakteri coli dalam jumlah
kualitas air minum untuk kandungan
tertentu di dalam air dapat digunakan
maksimum bakteri Escherichia coli yang
sebagai
diperbolehkan adalah 0/ml sampel. Air
patogen.Jika di dalam 100 ml air minum
minum yang aman dikonsumsi harus bebas
terdapat 500 bakteri coli, memungkinkan
dari kontaminan bakteri Escherichia coli.
terjadinya penyakit gastroenteritis yang
Dalam
sebuah
studi
yang
indikator
segera
adanya
diikuti
jasad
oleh
membandingkan 57 sampel air kemasan
tifus.Escherichia
dan sampel air keran, semua sampel air
tertentu dapat mengalahkan mekanisme
keran memiliki kandungan bakteri 3 CFUs
pertahanan tubuh sehingga dapat tinggal di
/ ml (pembentuk koloni unit) dan konten
dalam
bakteri sample air kemasan berkisar 01 –
(pyelitis), ginjal dan hati (Irianto, 2009).
4900 CFUs / ml. Sebagian besar botol
Menurut sebuah studi tahun 1999 NRDC,
sample air berada dibawah 1 CFUs / ml,
dimana sekitar 22 persen dari merek diuji,
meskipun pada 15 sampel botol air yang
setidaknya satu sample air minum dalam
mengandung 6 – 4900 CFUs / ml. Dalam
kemasan mengandung
sebuah penelitian yang membandingkan 25 air
minum
kemasan
yang
blander
coli
demam
pada
(cystitis)
keadaan
dan
pelvis
kontaminan kimia di atas batas
berbeda,
kesehatan negara yang ketat.Beberapa
sebagian besar sampel melebihi tingkat
kontaminan
yang
ditemukan
dalam
kontaminan yang ditetapkan oleh US
penelitian ini dapat menimbulkan resiko
Environtmental Protection Agency (EPA)
kesehatan jika dikonsumsi selama periode
untuk mercuri, talium dan thorium. Jika
waktu yang lama (Wikipedia, 2011).
terkena kontaminan ini dalam konsentrasi
Keberadaan depot air minum isi
yang tinggi untuk jangka waktu yang lama
ulang terus meningkat sejalan dengan
dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal
dinamika keperluan masyarakat terhadap
dan meningkatkan resiko penyakit paru –
air minum yang bermutu dan aman untuk
paru dan pankreas (Fardiaz, 2012).
dikonsumsi.Meski
Hasil
pemeriksaan
air
produk
lebih
murah,
tidak
semua depot air minum isi ulang terjamin
DAMIU pada 138 sampel di Kabupaten
keamanan
Tegal, terdapat 67 sampel (48,6%) yang
keputusan Menteri Kesehatan Republik
tidak memenuhi syarat mikrobiologi. Data
Indonesia 17
produknya.Berdasarkan
No.
tentang
higiene sanitasi depot air minum dengan
Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas
kandungan echerchia coli pada depot air
Air Minum, pengawasan mutu air pada
minum isi ulang di Desa Sekip Kecamatan
depot air minum menjadi tugas dan
Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun
tanggung
2012?
907/MENKES/SK/VII/2002,
jawab
Dinas
Kesehatan
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten/Kota (Widiyanti, 2004). Berdasarkan
hasil
1.
studi
Tujuan Umum
pendahuluan yang dilakukan peneliti di
Untuk mengetahui hubungan higiene
Desa Sekip terdapat17 depot air minum isi
sanitasi
ulang, telah dilakukan pemeriksaan E.Coli
kandungan echerchia coli pada depot air
minum
dengan
Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
air minum isi ulang ternyata menunjukkan
Tahun 2012.
bahwa terdapat 2/500 ml air. 2.
Padahal air baku yang dipergunakan pada
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui higiene sanitasi
depot air minum ini harus memenuhi
depot air minumpada depot air
syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
air
minum isi ulang di Desa Sekip Kecamatan
pada 5 sampel air yang diambil dari depot
hasil
depot
minum isi ulang di Desa Sekip
Nomor
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
Deli Serdang Tahun 2012.
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, yaitu
b. Untuk
kandungan E. coli dan total koliform
mengetahui
kandungan
echerchia colipada depot air minum
sebesar 0/ml sampel.
isi ulang di Desa Sekip Kecamatan
Berdasarkan hal di atas, maka
Lubuk
peneliti ingin meneliti tentang hubungan
Pakam
Kabupaten
Deli
Serdang Tahun 2012.
higiene sanitasi depot air minum dengan kandungan echerchia coli pada depot air minum isi ulang di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemilik Depot Air Minum Isi Ulang Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan latar belakang di atas
Dapat menjadi bahan pertimbangan
maka yang menjadi rumusan masalah pada
dalam pemeliharaan kebersihan depot
penelitian
ini
adalah
adakah
hubungan 18
air minum isi ulang sehingga dapat
Menambah pengalaman dan wawasan
mengurangi kandungan e.coli pada air
bagi peneliti dalam melakukan penelitian
minum isi ulang.
khususnya hubungan higiene sanitasi
2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian
ini
depot air minum dengan kandungan
akan
menjadi
bahan
echerchia coli pada depot air minum isi
maupun
bacaan
bagi
ulangdan sebagai bahan masukan untuk
Ilmu
penyempurnaan penelitian selanjutnya
Kesehatan Masayarakat MEDISTRA Lubuk
terhadap cara menurunkan kandungan
Pakam.
echerchia coli pada depot air minum isi
masukan
perpustakaan
Program
Studi
3. Bagi Peneliti
ulang. sampel air yang diambil dari depot air minum
METODE PENELITIAN
isi ulang ternyata menunjukkan hasil bahwa
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
terdapat 2/500 ml air. Padahal air baku yang
Jenis penelitian yang dilakukan dengan desain
dipergunakan pada depot air minum ini harus
penelitian ini ditujukkan untuk mengetahui
memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan
ada hubungan higiene sanitasi depot air
Menteri
minum dengan kandungan echerchia coli
416/Menkes/Per/IX/1990
pada depot air minum dengan pendekatan
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, yaitu
secara cross sectional yaitu melakukan
kandungan E. coli dan total koliform sebesar
pengumpulan
0/ml sampel.
bersifat survey analitik
data
yang
menyangkut
Kesehatan
Nomor
tentang
Syarat-
variabel bebas dan variabel terikat pada suatu saat yang bersamaan kemudian melakukan penguji hepotesa. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitan
2. Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Sekip
Rencana waktu penelitian ini akan dilakukan
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
mulai dari bulan Agustus – Oktober 2012.
Serdang. Adapun alasan peneliti memilih
C. Populasi dan Sampel Penelitian
melakukan
penelitian
di
Desa
Sekip
1. Populasi
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
adalahBerdasarkan
hasil
Populasi adalah wilayah generalisasi
studi
yang terdiri atas obyek/subyek yang
pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa
mempunyai
Sekip terdapat17 depot air minum isi ulang,
kualitas
dan
karakteristik
tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
telah dilakukan pemeriksaan E.Coli pada 5
dipelajari 19
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiono, 2008).Populasi
peneliti.Penelitian ini menggunakan data
dalam penelitian ini adalah sampel air
primer yang berasal dari observasi yang
yang berasal dari depot air yang berada di
berisikan tentang pengamatan higiene sanitasi
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
depot air minum dan pertanyaan tentang
Kabupaten Deli Serdang sebanyak 17
kandungan echerchia coli. 2. Data Skunder
depot air minum.
Data skunder diperoleh dari Desa Sekip
2. Sampel dari
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
Serdang.Data skunder dalam penelitian ini
mewakili
(Setiadi,
yaitu jumlah tenaga depot air di Desa Sekip
2007).Sampel pada penelitian adalah sampel
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
air yang berasal dari depot air yang berada di
Serdang yaitu berjumlah 17.
Desa
E. Variabel dan Defenisi Operasional
Sampel
adalah
seluruh
Sekip
sebagian
populasi
Kecamatan
Lubuk
Pakam
1. Variabel
Kabupaten Deli Serdang sebanyak 17 depot
Variabel adalah sebuah konsep yang
air minum.
dapat
3. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)
dibedakan
menjadi
dua
yaitu
Teknik sampling yang digunakannon
variabel dependen atau variabel bebas dan
probability dengan pendekatan tekniktotal
menjadi variabel bebas atau independen
sampling, yaitu tehnik penentuan sampel
(Hidayat, 2007).
dengan menjadikan seluruh populasi menjadi
a. Variabel independent (variabel bebas)
sampel dalam penelitian.
pada penelitian ini yaitu higiene sanitasi
D. Metode Pengumpulan Data
depot air minum.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam
b. Variabel dependent (Variabel terikat)
penelitian ini adalah sebagai berikut:
yaitu kandungan echerchia coli
1. Data Primer
2. Defenisi Operasional
Data primer merupakan data yang
Defenisi operasional adalah defenisi
didapat dari sumber yang pertama, baik dari
berdasarkan karakteristik yang diamati dari
individu
sesuatu
atau
perseorangan
seperti
wawancara atau hasil pengisian lembar observasi
yang
biasa
yang
didefenisikan
Skala
Kategori
2009).
dilakukan
Tabel 3.2Variabeldan Defenisi Operasional No Variabel
Defenisi
Indikator
Alat
Operasional
Ukur 20
(Hidayat,
1
Higiene
Usaha
sanitasi
dilakukan
depot
yang Dengan
Nominal
a. Baik : 158
Kategori:
air untuk
minum
Observasi
b. Kurang
- Ya
Baik : 0-7
mengendalikan - Tidak faktor – faktor pencemaran air minum, penjamah, tempat
dan
perlengkapann ya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau
gangguan kesehatan lainnya 2
Dengan
Observasi Nominal
a. Tidak
Kandungan
Kandungan
echerchia
echerchia coli Kategori :
mengan-
coli
yang
dung
terdapat - Ya
di air isi ulang.
echer-
- Tidak
chia coli apabila hasil tes 0/ml b. Mengandung echerchia coli apabila hasil tes >0/ml F. Metode Pengukuran Data
1. Higiene sanitasi depot air minum 21
Untuk penetuan higiene sanitasi
informasi yang akhirnya digunakan untuk
depot air minum dinilai berdasarkan
menjawab tujuan penelitian. Agar analisis
pada
tentang
penelitian menghasilkan informasi yang
higiene sanitasi depot air minum yang.
benar, pengolahan data dilakukan melalui
Apabila hasil pengamatan ”Ya” mendapat
empat tahap berdasarkan/sesuai dengan
nilai 1 dan apabila hasil pengamatan
teori yaitu :
”Tidak”
a.
pengamatan
mendapat
peneliti
nilai
0.
i
=
70 3,5 4 2
maka
Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan
ini
kuesioner
apakah
Berdasarkan
rumus
diatas
jawaban yang ada dikuesioner sudah
ditetapkan
interval
yang
lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
digunakan untuk data kondisi fisik
Merupakan
kamar mandi yaitu :
terhadap kuestioner apakah sudah
ulang
tersusun dengan rapi dan sesuai
a. Higiene sanitasi depot air minum
dengan keinginan peneliti.
baik bila skor
b.
: 8-15 b. Higiene sanitasi depot air minum kurang baik bila skor
Coding Coding merupakan kegiatan merubah
: 0-8
huruf
2. Kandungan Echerchia Coli Untuk
pemeriksaan
menjadi
angka/bilangan.
bentuk
Merupakan
proses
kandungan
pemberian kode pada masing-masing
echerchia colidinilai berdasarkan hasil
variabel untuk mempermudah dalam
pengukuran kandungan echerchia coli
proses penganalisaan data.
yang
penentuan
data
selanjutnya
denganPeraturan
dibandingkan
Menteri
c.
Prosesing
Kesehatan
Pemprosesan dilakukan dengan cara
Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
mengentri data dari kuesioner ke
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
program
Air, yaitu kandungan E. coli dan total
inidilakukan
koliform sebesar 0/ml sampel
komputerisasi. setelah
Tahapan melakukan
pengkodean data. Merupakan suatu
G. Metode Analisa Data
proses pemasukan data hasil dari
1. Pengolahan Data
pengumpulan data ke komputer agar
Pengolahan data merupakan salah
dapat
satu bagian kegiatan penelitian setelah
diperoleh
penelitian.
pengumpulan data. Data yang masih
d.
mentah (raw data), perlu diolah sehingga 22
Cleaning
kesimpulan
dari
Merupakan
kegiatan
pengecekan
hubungan higiene sanitasi depot air
kembali data yang sudah dientry untuk
minum
apakah
atau
echerchia coli pada depot air
kegiatan
minum isi ulang di Desa Sekip
ada
kesalahan
tidak.Merupakan
dengan
kandungan
pemeriksaan kembali data yang sudah
Kecamatan
dimasukkan ke komputer apakah ada
Kabupaten Deli Serdang Tahun
kesalahan atau tidak, sehingga tidak
2012.
terjadi kesalahan data.
Pakam
HASIL PENELITIAN DAN
2. Analisa Data
PEMBAHASAN I. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini analisis data
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
dilakukan secara bertahap yaitu :
Lokasi penelitian berada di Desa
c. Univariat Tujuan
Lubuk
dari
analisis
Sekip
univariat
Kecamatan
Pakam
Serdang
dengan
adalah untuk menjelaskan atau
Kabupaten
mendeskripsikan
jumlah depot yang diambil untuk
karakteristik
masing-masing diteliti
secara
disajikan
dalam
Deli
Lubuk
variabel
yang
penelitian ini sebanyak 17 depot air
sederhana
yang
minum.Data
bentuk
tabel
jumlah penduduk 6.952 jiwa.Luas
demografi
meliputi
distribusi frekuensi yang meliputi
wilayah
higiene sanitasi depot air minum
wilayah:
dan kandungan echerchia coli.
1. Utara Desa Ramunia II Kecamatan Pantai Labu
d. Bivariat
2. SelatanDesa
Analisa Bivariat, untuk melihat
Kecamatan Beringin
variabel independent dan variabel dianalisis
perhitungan
bivariat
4. Barat Proyek Bandara Kualu Namu
untuk pada
B. Tabulasi Hasil Univariat
penelitian ini menggunakan Chi
kemaknaan
(X²)
pada
sebesar(
1. Higiene Sanitasi Depot Air MinumPada
tingkat 95%
Depot Air Minum Isi Ulang Di Desa Sekip
=
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten
α=0,05). Jika nilai p≤α =0,05
Deli Serdang Tahun 2012
maka hipotesapada penelitian ini diterima
yang
Anyer
3. Timur Desa Sidoarjo II Ramunia
distribusi atau data proporsi antara
dependent.Data
Karang
Kecamatan Beringin
hubungan atau perbedaan data
Square
279Ha dengan batasan
artinya
ada 23
Penilaian higiene sanitasi depot air
Kabupaten
minumpada depot air minum isi ulang di
Deli
Serdang
Tahun
2012disajikan pada tabel berikut ini:
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Pengetahun kepala keluarga tentang kualitas air di Dusun 1 Desa Pamah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 No
Higiene
Sanitasi
Depot
Air Frekuensi (f)
Persentase (%)
MinumPada Depot Air Minum Isi Ulang 1
Baik
2
Kurang Baik
Total
12
70,6
5
29,4
17
100.0
2. Kandungan Echerchia Coli di Depot Air
Tabel 4.1 di atas menunjukkan air
MinumPada Depot Air Minum Isi Ulang
minumpada depot air minum isi ulang baik
Di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
sebanyak 12 orang (70,6%) dan higiene
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
bahwa
higiene
sanitasi
depot
sanitasi depot air minumpada depot air
Penilaian Kandungan Echerchia
minum isi ulang kurang baik sebanyak 5
Coli di Depot Air MinumPada Depot Air
orang (29,4%).
Minum Isi Ulang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kandungan Echerchia Coli
Di Depot Air MinumPada Depot Air Minum Isi Ulang Di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 No
Kandungan Echerchia
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Coli 1
Ya
2
Tidak
24
10
58,8
7
41,2
Total
17
100.0
C. Tabulasi Hasil Bivariat
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa depot air minum yang mengandung
Hubungan higiene sanitasi depot air minum
echerchia coli sebanyak 10 orang (58,8%)
dengan kandungan echerchia coli pada depot
dan
tidak
air minum isi ulang di Desa Sekip Kecamatan
mengandung echerchia coli sebanyak 7
Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun
orang (41,2%).
2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
depot
air
minum
yang
Tabel 4.3 Hubungan higiene sanitasi depot air minum dengan kandungan echerchia coli pada depot air minum isi ulang di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
T abel
Higiene
Kandungan echerchia
Sanitasi
coli Air Tidak
Depot
4.3 di atas men unju
Total
pValue
sanit asi
Ya
Minum
f
%
f
%
F
%
Baik
10
58,8
2
11,8
12
70,6
Kurang Baik
0
0
5
29,4
5
29,4
Total
10
58,8
7
41,2
17
100,0
depo 0,003
t air minu m deng
kkan bahwa 12 depot air minum (70,6%)
an kandungan echerchia coli pada depot
yang higiene sanitasi baik sebanyak 10
air minum isi ulang.
orang (58,8%) yang tidak mengandung
PEMBAHASAN
echerchia colidan 5 depot air minum
A. Higiene Sanitasi Depot Air MinumPada
(29,4%) yang higiene sanitasi kurang baik
Depot Air Minum Isi Ulang Di Desa Sekip
sebanyak
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
5
orang
(47,0%)
yang
Serdang Tahun 2012
mengandung echerchia coli. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
Dari hasil distribusi frekuensi dapat
menggunakan uji Chi Squere menunjukan
dilihat bahwa higiene sanitasi depot air
pValue (=0.003) < α (=0,05).
minumpada depot air minum isi ulang baik
bahwa
Ha
sebanyak 12 orang (70,6%) karena dari hasil
diterima yaitu ada Hubungan higiene
pengamatan bahwa depot air minum isi ulang
Maka
dapat
disimpulkan
bahwa
25
tersebut sesuai dengan syarat kebersihan
air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan
depot dan pemilik depot sangat menjaga
dapat
kebersihan depot air minum isi ulang, higiene
diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang
sanitasi depot air minumpada depot air
dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 –
minum isi ulang kurang baik sebanyak 5 orang
2 liter sehari untuk keseimbangan dalam
(29,4%) karena tidak terjaganya kebersihan
tubuh dan membantu proses metabolisme
depot dan banyaknya hewan peliharaan yang
(Slamet 2004). Hygiene dan sanitasi tidak
secara bebas berada disekiar depot. Dari hasil
dapat dipisahkan satu dengan yang lain
penelitian dapat diasumsikan bahwa upaya
karena erat kaitannya. Misalnya Hygiene nya
kebersihan depot air isi ulang dilakukan
sudah baik karena mau mencuci tangan,
dengan cara memelihara dan melindungi
tetapi sanitasinya tidak mendukung karena
kebersihan lingkungan depot air isi ulang
tidak cukup tersedianya air bersih,maka
sehingga terjaga kualitas air.
mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI,
Kebutuhan air sangat mutlak bagi
mengakibatkan
kematian
yang
2004).
manusia karena merupakan zat pembentuk
Sebagian kebutuhan air minum
tubuh manusia yang terbesar yaitu 68% dari
masyarakat selama ini dipenuhi dari air
bagian tubuh manusia. Kebutuhan air minum
sumur dan juga air yang sudah diolah oleh
setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
liter per hari. Pertumbuhan penduduk yang
Seiring dengan makin majunya teknologi
semakin meningkat menyebabkan kebutuhan
diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas
dan permintaan akan air bersih meningkat. Air
manusia
bersih merupakan sumber daya alam yang
maka
masyarakat
cenderung
memilih cara yang lebih praktis dengan
dapat terbarukan, tetapi untukmasa yang akan dating diprediksi terjadi kondisi dimana
biaya yang relatif murah dalam memenuhi
permintaan
kebutuhan
akan
air
bersih
melebihi
air
minum.
Salah
satu
persediaan ataupun produksi air bersih
pemenuhan kebutuhan air minum yang
(Irianto, 2009).
menjadi alternatif dengan menggunakan air minum isi ulang (Pracoyo, 2010).
Air dalam tubuh manusia berkisar antara badan.
Keberadaan depot air minum isi
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat
ulang terus meningkat sejalan dengan
dari jumlah air yang ada didalam organ,
dinamika keperluan masyarakat terhadap
seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25%
air minum yang bermutu dan aman untuk
dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari
dikonsumsi.Meski
ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah
semua depot air minum isi ulang terjamin
50
–
70%
dari
seluruh
berat
26
lebih
murah,
tidak
keamanan
produknya.Berdasarkan
mineral dengan merk
yang berbeda,
keputusan Menteri Kesehatan Republik
diketahui sekitar 40% melebihi standar
Indonesi Pengawasan Kualitas Air Minum,
yang
pengawasan mutu air pada depot air
Kesehatan serta Biro Standar India (BIS)
minum menjadi tugas dan tanggung jawab
Pemerintah India. Sebanyak 14% dan 44%
Dinas
dari
Kesehatan
Kabupaten/Kota
ditetapkan
sampel
oleh
dengan
Departemen
beban
Total
(Widiyanti, 2004).
Heterotropic Bacterial (THB) antara 100
B. Kandungan Echerchia Coli Di Depot Air
dan 1000 cfu/ml
atau 1000 cfu/ml
MinumPada Depot Air Minum Isi Ulang
dinyatakan positif mengandung E.Coli.
Di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
Selain itu, di Brazil juga menyebutkan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
bahwa 76,6% dari sampel air mineral sebanyak 20-L yang merupakan kumpulan dari air dispenser terkontaminasi oleh
Dari
hasil
distribusi
setidaknya 1 E.Coli atau bakteri indikator
frekuensi
atau setidaknya 1 bakteri patogen. Hal ini
didapat bahwa depot air minum yang
berarti DAMIU cukup potensial sebagai
mengandung echerchia coli sebanyak 10
sarana penularan penyakit serta gangguan
orang (58,8%) karena sesuai dengan
kesehatan lainnya. Semakin tinggi tingkat
kondisi kebersihan depot air minum yang
kontaminasi bakteri Coliform, semakin
kurang terjaga dan depot air minum yang
tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri
tidak mengandung echerchia coli sebanyak 7
orang
(41,2%)
karena
patogen lain yang hidup dalam kotoran
terjaganya
manusia (tinja) dan hewan. Bakteri Coli
kebersihan depot air minum isi ulang yang
pada umumnya terdapat dalam faeces. Di
dapat menekan angka perkembangbiakan
Perancis menyebutkan bahwa sebesar 68%
bakteri echerchia coli.
dari tinja yang diteliti pada konsentrasi 4,3
Hasil penelitian ini sejalan dengan
x 103 PFU.g-1 terdeteksi Escherichia coli.
penelitian yang dilakukan badan kesehatan
Manusia menghasilkan tinja antara 100 –
dunia (WHO) menyatakan bahwa 38 depot
150 gram setiap hari, dan di dalamnya
air minum isi ulang (DAMIU) di Amerika
terkandung bakteri Coli sebanyak 3 x 1011
ternyata terdapat 28,9 % sampel air minum
(300 milyar) (Suriawiria, 2003).
isi ulang yang tercemar oleh bakteri E.
C. Hubungan Higiene Sanitasi Depot Air
coli. Penelitian yang dilakukan oleh Jeena et
al.
(2005)
di
Fiji
India
Minum Dengan Kandungan Echerchia
juga
Coli Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di
menyebutkan bahwa dari 105 sampel air 27
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
maupun hewan, oleh karena itu disebut
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
juga
Berdasarakan
analisa
koliform
fekal.Escherichia
coli
dan
adalah bakteri yang bersifat gram negatif,
interpretasi data yang didapat bahwa 12
berbentuk batang dan tidak membentuk
depot air minum (70,6%) yang higiene
spora (Fardiaz,2011).
sanitasi baik sebanyak 10 orang (58,8%)
Menurut Direktorat Pengawasan
yang tidak mengandung echerchia colidan
Makanan dan Minuman, Direktorat Jendral
5 depot air minum (29,4%) yang higiene
Pengawasan
sanitasi kurang baik sebanyak 5 orang
Departemen Kesehatan republik Indonesia,
(47,0%) yang mengandung echerchia coli.
air yang memenuhi syarat sebagai air
Berdasarkan
hasil
uji
Obat
dan
Makanan,
statistik
minum tidak boleh mengandung bakteri
dengan menggunakan uji Chi Squere
golongan coli dalam 100 ml contoh air
menunjukan bahwa pValue (=0.003) < α
yang dianalisis.
(=0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
KESIMPULAN DAN SARAN
Ha diterima yaitu ada Hubungan higiene sanitasi
depot
air
minum
A. Kesimpulan
dengan
Berdasarkan hasil uji statistik dan
kandungan echerchia coli pada depot air
pembahasan
minum isi ulang.Dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa hubungan higiene
dapat diasumsikan bahwa hygiene
sanitasi
tersebut
depot
air
diatas
minum
dapat
dengan
yang baik yaitu dengan memperhatikan
kandungan echerchia coli pada depot air
lokasi depot, lantai, dinding atap, pintu
minum isi ulang di Desa Sekip Kecamatan
yang memenuhi syarat.
Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
Depot air minum adalah usaha industri
yang
melakukan
Tahun 2012: B. Higiene
proses
sanitasi
depot
air
minum
pengolahan air baku menjadi air minum
mayoritas higiene sanitasi depot air
dan menjual langsung kepada konsumen
minumpada depot air minum isi ulang
(Depperindag, 2004). Proses pengolahan
baik sebanyak 12 depot (70,6%).
mampu
C. Kandungan echerchia coli pada depot air
menghilangkan semua jenis polutan, baik
minum isi ulang yaitu mayoritas depot air
fisik,
minum yang tidak mengandung echerchia
air
pada
prinsipnya
kimia
maupun
harus
mikrobiologi
coli sebanyak 10 depot (58,8%).
(Suprihatin, 2003). Escherichia coli adalah salah satu
D. Ada hubungan higiene sanitasi depot air
bakteri yang tergolong koliform dan hidup
minum dengan kandungan echerchia coli
secara normal didalam kotoran manusia 28
pada depot air minum isi ulang nilai p=
Tentang Persyaratan
(0.003) (α=0,05).
Air Minum.Depkes RI,Jakarta.
B. Saran
_________,
1. Bagi Depot Air Minum Isi Ulang
Sanitasi.Depkes RI,Jakarta.
Kualitas
2004. Pengertian Hygiene
Agar dapat memperhatikan kebersihan
_________, 2006.Pedoman Pelaksanaan
depot air minum isi ulang agar dapat
Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi
mencegah terjadinya perkembangan
Depot Air Minum.Ditjen PP dan
echerchia coli.
PL,Jakarta.
2. Bagi Institusi Pendidikan Pendidikan
_________,2002.
Kepmenkes
RI No
MEDISTRA Lubuk Pakam
.907/Menkes/SK/VII/2002.Tentang
Diharapkan menjadi bahan masukan
Syarat-syarat
dalam
Kualitas
pengembangan
keilmuan
khususnya ilmu kesehatan lingkungan, sehingga
mahasiswa/i
dan
Air
Pengawasan
Minum.
Depkes
RI,Jakarta.
dapat
_________,1990.Permenkes
RI
No.
mengetahui perannya sebagai seorang
416/Menkes/PER/IX/1990.Tentang
kesehatan
Syarat-syarat dan Pengawasan Air.
memberikan
masyarakat penyuluhan
yaitu kesehatan
Depkes RI,Jakarta.
yang dapat meningkatkan pengetahuan
Depprindag,2004.Keputusan
Mentri
pemilik depot air minum isi ulang
Perindustrian dan Perdagangan RI
untuk menjaga higiene sanitasi depot
No.651/MPP/Kep/10/2004.
air minum.
Fardiaz,2011. Polusi Air dan Udara.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kanisius, Yogyakarta.
Agar dapat lebih meningkatkan ilmu
NotoadmojoSoekidjo, 2010. Metodelogi
pengetahuan terutama tentang kesehatan
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
lingkungan, sehingga tidak terjadi masalah
Jakarta.
kesehatan
terutama
kesehatan
Pitoyo,
pencernaan.
Depot
Air
Minum.Skripsi Fakultas Kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit
Universitas
Sumatera
Utara.
Chandra, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan.
2010.Masalah
Pracoyo, 2006.Penelitian
Buku
Bakteriologi
Air Minum Isi Ulang di Daerah
Kedokteran EGC, Jakarta.
jabotabek
Depkes RI, 2010. Permenkes RI No.
2003
Maret
2004.CerminKedokteran.http://www.
492/MENKES/PER/IV/2010.
29
kalbefarma.com/cdk.Diakses
Pada
Tanggal 15 April 2012. Slamet,
2004.Kesehatan
Lingkungan.Gajah Mada University Press, versity Press, Yogyakarta. Saepudin
Malik,2011.
Metodelogi
Penelitian
Kesehatan
Masyarakat.Trans
Info
Media
Pengolahan
Sumber
Jakarta Suprihatin.2003. Daya
Air.
Universitas
Fakultas
Geografi
Gadjah
Mada.
Yogyakarta.
Suriawira.
2003..Dasar-Dasar
Pengolahan Air.UI Press. Jakarta
Wikipedia,
2011.Bottled
Water.http://en.wikipedi.org. Diakses Tanggal 16 April 2012. Widiyanti,
2004.Analisis
Kualitatif
Bakteri Coliform Pada Depot Air Minum Isi Ulang. Jurnal Ekologi Kesehatan.
30
HUBUNGAN JARAK KANDANG TERNAK AYAM DAN KEDALAMAN SUMUR BOR DENGAN KANDUNGAN BAKTERIOLOGIS DI DESA LIMAU MANIS KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 Diana Sinulingga,Felix Kasim Stikes Medistra Lubuk Pakam Abstrac In the Healthy Indonesia 2010, the expected environment is conducive to the healthy state of the realization that an environment free from pollution, clean water, adequate sanitation, healthy housing and settlement, regional planning kesehatan.serta insightful realization of people's lives who help each other to preserve the cultural values of the nation. This type of research is analytic survey with cross sectional study design that aims to determine the effect of the free variable and dependent variable through hypothesis testing population was drilled wells will be carefully yabg citizens as much as 7 wells drilled and set the number of samples using the "Total Sampling" namely sampling in a total of seven wells drilled. Data were collected using observation and laboratory testing bacteriological analysis. The results showed the distance the cage to the wells at 54.5%. The results showed that the interpretation of the test results fecal coliform well water that meets the requirements of 80% and total coliform test results of water wells that do not qualify for 84% .Therefore it can be deduced that from the overall bacteriological examination of the seven samples contained 5 samples 84% do not qualify bacteriology and 8% eligible according Permenkes No. 416 / Menkes / Per / IX / 1990 on Conditions and Water Quality Monitoring. Based on the research results suggested to the officer of sanitation facilities in order to give counseling to the community on a regular basis to improve the knowledge of citizens about clean water and distance cages chickens are good and clean, so it can be applied to daily life - day and there will be no clean water polluted by livestock. Keywords: Distance Coop Livestock Chicken and content of Bacteriology On Water Well Drilling mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan adalah air (Sutrisno,C.T,2002). PENDAHULUAN Air adalah materi essensial didalam 1.1. Latar Belakang Dalam Indonesia Sehat 2010, kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup lingkungan yang diharapkan adalah yang didunia ini yang tidak memerlukan dan kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat tidak mengandung air. Sel hidup, baik yaitu lingkungan yang bebas dari tumbuhan maupun hewan, sebagian besar polusi,tersedianya air bersih,sanitasi tersusun oleh air, seperti didalam sel lingkungan yang memadai,perumahan dan tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau pemukiman sehat, perencaan kawasan didalam sel hewan terkandung lebih dari yang berwawasan kesehatan.serta 67%. Dari 40 Juta mil-kubik air yang terwujudnya kehidupan masyarakat yang berada dipermukaan dan didalam tanah, saling tolong menolong dengan ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 Juta memelihara nilai-nilai budaya bangsa. mil-kubik) yang secara langsung dapat Faktor yang penting dan dominan digunakan untuk kepentingan manusia. dalam penentuan derajat kesehatan Sekitar 97% dari sumber air tersebut terdiri masyarakat adalah keadaan lingkungan dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi salah satu komponen lingkungan yang yang baru dalam keadaan mencair dapat 31
digunakan (Widiyanti, 2004) dan air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air, dan air sangat penting bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Seluruh proses kimia didalam tubuh makhluk hidup berlangsung dengan media air. Air digunakan untuk berbagai keperluan seperti kegiatan sehari–hari dalam rumah tangga, transportasi, pembangkit tenaga listrik, rekreasi, pertanian dan perikanan(Budiman,2006). Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 23 tahun 1992 pasal 22 ayat 3 tentang kesehatan menyatakan bahwa penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI (2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik didesa maupun kebutuhan air bersih pada masyarakat perkotaan. Menurut Totok (2004) peningkatan kuantitas air adalah syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat kehidupan seseorang maka meningkat pula kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Penyediaan air bersih sebagai alat pembersih tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena air sangat penting bagi manusia. Manusia akan cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, menurut W hari dan untuk negara berkembang seperti Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Untuk
menjamin tersedianya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan, berbagi upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, antara lain pembangunan dan perbaikan sarana air bersih atau air minum, upaya pengawasan kualitas air dan penyuluhan mengenai hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang memenuhi persyaratan kesehatan. Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2012, berdasarkan jenis sumber air untuk keperluan rumah tangga di Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa, Air ledeng/PDAM 22,5%, Air ledeng eceran/membeli 1,0%, Sumur Bor/pompa 22,5%,Sumur Gali/terlindung 49,3%, Sumur Gali/tidak terlindung 4,6 %, Mata Air terlindung 0,0%, Mata Air tidak terlindung 0,0%, Penampungan air hujan 0,0%, Air Sungai/danau/irigasi 0,0%. Untuk memenuhi kebutuhan air sumur yang bersih terdapat tiga parameter yaitu, fisik yang meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan.Parameter kedua adalah parameter kimia yang meliputi kimia organik dan anorganik yang mengandung logam seperti, Fe, Cu, Ca dan lainlain.Parameter ketiga adalah parameter bakteriologis yang terdiri dari koliform fekal dan koliform total (Waluyo,L,2004). Kegunaan air yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum, dan untuk memenuhi itu maka air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Umumnya kualitas air sangat ditentukan oleh parameter-parameter yang terkandung didalamnya. Parameter-parameter tersebut ditentukan oleh pemerintah yang disebut dengan baku mutu air. Beberapa referensi tentang baku mutu air dapat digunakan sesuai dengan kemampuan pengelolaan didaerah masing-masing. Sebagai salah satu yang dapat dijadikanacuan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.416/MENKES.PER./IX/1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Peraturan tersebut menetapkan bahwa kadar kandungan bakteriologis (Total Coliform dan Coliform Tinja) 32
maksimum yang diperbolehkan dalam satuan jumlah/100 ml harus nol. Bila dideteksi adanya kandungan bakteriologis dalam air bersih tersebut, maka kemungkinan berpengaruh terhadap kesehatan dapat terjadi. Untuk menghindarinya masuknya bakteriologis didalam air, Direktorat Jenderal Cipta Karya, telah menetapkan kriteria teknis disain dari bangunan pengolah limbah (Cubluk, Septi Tank). Jarak yang diperbolehkan harus lebih besar dari 10 meter terhadap sumber air, sehingga input, proses dan output dan out come terjamin terhadap kesehatan. Salah satu jenis sarana penyediaan air bersih pedesaan yang banyak diusahakan oleh pemerintah sebagai sumber air bersih adalah sumur bor. Sarana ini mengambil air tanah dalam sehingga keberadaan dipandang efisien dan efektif guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga.Air tanah lebih banyak penggunaannya karena lebih mudah mendapatkannya dan relatif lebih aman dari pencemaran apabila dibandingkan dengan air permukaan. Secara ekstrim, fenomena negatif penggunaan sumur bor dengan lingkungan sangat berkorelasi.Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa demi mendapatkan air tanah, masyarakat cenderung untuk mengabaikan kriteria teknis yang terkait dengan kualitas air yang dihasilkan.Penelitian yang dilakukan oleh HO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari dan untuk negara berkembang seperti Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Untuk menjamin tersedianya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan, berbagi upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, antara lain pembangunan dan perbaikan sarana air bersih atau air minum, upaya pengawasan kualitas air dan penyuluhan mengenai hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2012, berdasarkan jenis sumber air untuk keperluan rumah tangga di Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa, Air ledeng/PDAM 22,5%, Air ledeng eceran/membeli 1,0%, Sumur Bor/pompa 22,5%,Sumur Gali/terlindung 49,3%, Sumur Gali/tidak terlindung 4,6 %, Mata Air terlindung 0,0%, Mata Air tidak terlindung 0,0%, Penampungan air hujan 0,0%, Air Sungai/danau/irigasi 0,0%. Untuk memenuhi kebutuhan air sumur yang bersih terdapat tiga parameter yaitu, fisik yang meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan.Parameter kedua adalah parameter kimia yang meliputi kimia organik dan anorganik yang mengandung logam seperti, Fe, Cu, Ca dan lainlain.Parameter ketiga adalah parameter bakteriologis yang terdiri dari koliform fekal dan koliform total (Waluyo,L,2004). Kegunaan air yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum, dan untuk memenuhi itu maka air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Umumnya kualitas air sangat ditentukan oleh parameter-parameter yang terkandung didalamnya. Parameter-parameter tersebut ditentukan oleh pemerintah yang disebut dengan baku mutu air. Beberapa referensi tentang baku mutu air dapat digunakan sesuai dengan kemampuan pengelolaan didaerah masing-masing. Sebagai salah satu yang dapat dijadikanacuan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.416/MENKES.PER./IX/1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Peraturan tersebut menetapkan bahwa kadar kandungan bakteriologis (Total Coliform dan Coliform Tinja) maksimum yang diperbolehkan dalam satuan jumlah/100 ml harus nol. Bila dideteksi adanya kandungan bakteriologis dalam air bersih tersebut, maka kemungkinan berpengaruh terhadap kesehatan dapat terjadi. Untuk menghindarinya masuknya bakteriologis didalam air, Direktorat Jenderal Cipta Karya, telah menetapkan kriteria teknis 33
disain dari bangunan pengolah limbah (Cubluk, Septi Tank). Jarak yang diperbolehkan harus lebih besar dari 10 meter terhadap sumber air, sehingga input, proses dan output dan out come terjamin terhadap kesehatan. Salah satu jenis sarana penyediaan air bersih pedesaan yang banyak diusahakan oleh pemerintah sebagai sumber air bersih adalah sumur bor. Sarana ini mengambil air tanah dalam sehingga keberadaan dipandang efisien dan efektif guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga.Air tanah lebih banyak penggunaannya karena lebih mudah mendapatkannya dan relatif lebih aman dari pencemaran apabila dibandingkan dengan air permukaan. Secara ekstrim, fenomena negatif penggunaan sumur bor dengan lingkungan sangat berkorelasi.Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa demi mendapatkan air tanah, masyarakat cenderung untuk mengabaikan kriteria teknis yang terkait dengan kualitas air yang dihasilkan.Penelitian yang dilakukan oleh Setiyawati (2007) untuk melihat faktor kondisi lingkungan terhadap kandungan bakteriologis air sumur bor, menyimpulkan adanya korelasi antara factor lingkungan fisik dengan kandungan Bakteriologis air. Menurut Sasimartoyo (2000) dalam penelitian sebelumnya, bahwa faktor yang menyebabkan tercemarnya kualitas air oleh bakteriologis secara teknis berupa : jarak sumur, jenis tanah, pengaruh musim, konstruksi sarana, dan perilaku pemakai.Kualitas air sumur bor dapat tercemar yang disebabkan oleh bermacam-macam faktor, diantaranya oleh limbah rumah tangga/industri, sampah, tinja dan oleh karena pembuatan jamban yang kurang baik/tidak memenuhi kaidah teknis dan terbuka. Sumur bor yang sudah digunakan dalam waktu relatif lama lebih besar kemungkinan mengalami pencemaran, karena selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih mudahnya sumber pencemar merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air tanah yang
berbentuk memusat ke arah sumur.Manusia dipengaruhi lingkungan hidupnya sebaliknya manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, maka pemahaman konsep perilaku perlu menjadi pusat perhatian.Oleh karena itu, pencemaran air bersih sumur bor sangat berkaitan dengan perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat dalam hal ini terwujud dalam pengelolaan lingkungan di sekitar rumah tangganya seperti penataan sarana sanitasi, penempatan bangunan dan bentuk fisik sarana sumur bor serta tata cara pemeliharaan dan pemanfaatannya. Bentuk operasional dari perilaku terbagi kedalam 3 jenis yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, perilaku dalam bentuk sikap dan perilaku dalam bentuk tindakan (Marsono,2009). Perilaku pemakaian sumur bor seperti membangun sumur bor yang terlalu dekat dengan jarak sumber pencemar seperti jamban, air limbah industri, kandang ternak, pembuangan sampah serta perilaku masyarakat yang tidak menutup bibir sumur sehingga berpotensi mencemari air sumur bor. Penyakit yang umumnya disebabkan oleh kualitas air yang telah tercemar antara lain berupa disentri dan kolera, penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.Bakteri-bakteri ini menyebar karena buruknya sistem sanitasi dan bocornya penampung tinja. Keadaan yang lebih ekstrim akan terjadi bilamana penyebaran diare berlangsung dengan cepat. Hal tersebut dapat terindikasi dengan banyaknya kejadian luar biasa pada kasuskasus kesehatan seperti Muntaber. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas ,maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah 34
sumber pencemar dan jarak kandang ternak dengan kandungan bakteriologis didalam sumur bor Di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jarak kandang ternak ayam dengan kandungan bakteriologis pada air sumur bor terhadap Di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui jarak kandang ternak ayam dengan sumber air sumur bor di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. b. Untuk mengetahui Kedalaman Sumur Bor di Desa Limau manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. c. Untuk mengetahui kandungan Bakteriologis pada Air Sumur Bor berjarak dibawah 10 meter di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. d. Untuk mengetahui kandungan Bakteriologis pada Air Sumur Bor berjarak diatas 10 meter di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. e. Untuk mengetahui hubungan jarak kandang ternak ayam dengan kandungan bakteriologis di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. f. Untuk mengetahui hubungan kedalaman Sumur Bor dengan Kandungan Bakteriologis di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Untuk memberikan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang jarak kandang ternak yang sudah ditetapkan pemerintah dan dapat menambah wawasan Instansi-instansi terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang sesuai dengan syarat kesehatan. 2. Bagi Pendidikan Untuk menambah sumber informasi bagi mahasiswa/I dan sumber kepustakaan untuk perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam. 3. Bagi Peneliti Sebagai sumber data untuk dilakukan penelitian selanjutnya dibidang peminatan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan kualitas air di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam dan sebagi acuan atau bahan masukan untuk peneliti selanjutnya. Khususnya yang berkaitan dengan Hubungan Jarak Kandang Ternak Ayam danKedalaman Sumur Bor Dengan Kandungan Bakteriologis pada Sumur Bor di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei bersifat analitik dengan rancangan penelitian menggunakan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variable bebas dengan variabel terikat melalui pengujian hipotesis (Notoadmodjo,2005). B. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa KabupatenDeli Serdang Tahun 2012. Adapun alasan dipilihnya Desa Limau Manis sebagai lokasipenelitian Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis dimana ada terdapat beberapa 35
rumah tangga yang memiliki sumur bor berdekatan dengan kandang ternak yang ada dilingkungan sekitar Desa Limau Manis KecamatanTanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. b. Waktu penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan dari bulan Oktober – Desember 2012 C. Jenis dan Sumber Data Jenis data dan sumber data penelitian berupa: 1. Peta Desa Limau Manis merupakan data sekunder yang diperolehdari Pemerintah Desa Limau Manis. 2. Data kualitas air tanah diperoleh dari hasil analisis laboratorium padasampel. 3. Data kuantitas sumur bor diperoleh melalui survey. D. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen yang digunakanan adalah: 1. Meteran Meteran digunakan dalam mengukur tinggi konstruksi sumur bor dari permukaan tanah, diameter dan kedalaman permukaan air sumur dari bibir sumur
2. Botol Mineral Botol mineral digunakan yaitu botol mineral yang terbuat dari bahan plastik yang memiliki tutup yang berukuran 6000 ml.botol ini akan digunakan untuk sebagai wad ah penyimpanan sampel air yang dianalisis.menampung sampel air sumur bor.
Gambar. 3.2. Botol Mineral Berukuran 600 ml 3. Stiker Label Stiker label digunakan untuk member identitas pada wadah sampel air tersebut atau nama pada sampel yang ada di botol.
Gambar. 3.1.meteran 7,5 meter
Gambar. 3.3. Stiker Label
36
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif 1. Jarak Kandang Ternak Ayam Defenisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoadmojo, 2010). Tabel 3.2 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Defenisi Operasional Kategori
Alat Ukur Observ asi dengan mengg unakan alat metera n
Skal a Ord inal
Jarak Kandang Ternak Ayam
Jarak kotoran kandang ternak terhadap sumber sumur bor
1. tidak memenuhi syarat 2. memenuhi syarat
Kedalama n Sumur Bor
Jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Jumlah kandungan Total Coliform pada air sumur bor
1. tidak memenuhi syarat 2. memenuhi syarat
Observ asi Lapang an
Ord inal
1. Tidak ada 2. Ada
Pengec ekan Labora torium
Ord inal
Kandung an Bakteriol ogis
2. Parameter Bakteriologis pada air Salah satu parameter biologis yaitu parameter mikrobiologi yang bakterinya dalam air bersih telah ditetapkan dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syaratKriteria Obyektif Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Skor < 10 meter tidak memenu hi syarat >10 meter memenu hi syarat <100 meter tidak memenu hi syarat >100 memenu hi syarat <1,8 ~ 0 tidak terdapat bakteri Total Coliform >1,8 terdapat bakteri Total Coliform
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Bakteri Koliform memiliki satuan Jlh disebabkan karena adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain.
: Apabila kurang dari 10Jlh/100mL : Apabila lebih dari 10Jlh/100mL 37
Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 tentang Status Mutu Air. H. TeknikPengumpulan Data a. MetodeAnalisis 1. Persiapan Mempersiapkansuratsuratperijinanuntukob servasikeDesa Limau Manis Kecamatn Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang jugakeBTKL (BadanTeknikKesehatanLingkungan) Medan. 2. Diagram Alur (Flowchart) Flowchart adalahbagan–bagan yang mempunyaiarus yang menggambarkanlangkah– langkahpenyelesaiansuatumasalah.Flowch artmerupakancarapenyajiandarisuatualogo ritma HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Hasil Penelitian A. Gambaran Tempat Wilayah Penelitian Desa Limau manis merupakan salah satu desa yang ada dikecamatan tanjung morawa, kabupaten deliserdang. Desa tersebut dikelilingi oleh areal penduduk dan persawahan, sehingga masyarakat sebahagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Penghasilan dari bekerja sebagai petani yang tidak menentu menyebabkan perekonomian keluarga yang kurang baik sehingga sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.Kehidupan yang bisa dibilang kurang mampu tersebut banyak sedikitnya berpengaruh dalam lingkungan tempat tinggal maupun areal sekitar desa. Lingkungan yang kotor dan ditambah lagi masyarakat desa yang kurang pengetahuan akan kebersihan lingkungan menyebabkan banyaknya bibitbibit penyakit yang secara tidak sadar mengancam kesehatan masyarakat. B. Hasil Univariat 1. Hasil Survei Jarak Air Sumur Dengan Pencemaran Jarak air sumur dengan sumber pencemaran seperti kandang ternak ayam di Dusun IXdan X Desa Limau Manis
F. MetodedanTeknikPengumpulan Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber yang pertama, baik dari individu atau perorangan seperti wawancara atau observasi yang dilakukan peneliti. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapat dari orang lain atau lembaga atau tempat peneliti melakukan penelitian. Dalam penelitian ini data dapat diperoleh peneliti melalui air sumur masyarakat yang di teliti menggunakan laboratorium oleh Badan Penyehatan Teknik Kesehatan Lingkugan (BTKL). c. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alatalat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan observasi dan Laboratorium secara tertutup. G. Analisis Data Untuk menetapkan kelayakan air sumur dengan jarak kandang ayam yang > atau < dari 10m untuk sebagai bahan baku air minum, maka hasil analisis di laboratorium ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk kualitas air bersih (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1). Ketetapan tersebut mengacu pada kadar maksimum parameter kualitas air yang diperbolehkan. Khusus untuk parameter BOD, COD,DO, dan TSS kadar maksimum ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernr Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup. Mutu kualitas air dan tingkat pencemarannya ditentukan dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran, yang mengacu pada Keputusan Menteri
38
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut ini.
Tabel 4.1. Jarak Sumur dengan Kandang Ayam di Dusun IX Dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang No 1 2 3 4 5 6 7
Objek yang di Amati Sumur I Sumur II Sumur III Sumur IV Sumur V Sumur VI Sumur VII
Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor
Dari data tersebut diatas dapat diketahui di Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang jarak air sumur dengan pencemaran seperti kandang ayam tidak memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu sebagian besar dibawah 10 meter. a. Hasil Uji Bakteriologi Kualitas Air Sumur Berdasarkan parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, yang termasuk dalam parameter bakteriologi yaitu koliform total. 1) Uji Koliform Total Terdeteksinya bakteri koliform total dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran Tabel 4.2. Hasil Uji Koliform Total
No.
RT
1
Dusun IX
2
Jarak air Sumur (m) dengan Kandang Ayam 7 5 9 15 8 6 11
Jenis Sumur
manusia atau hewan yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit saluran pencernaan. Berdasarkan hasil pengujian bakteriologi koliform total dari 7 sampel air sumur warga Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang diperoleh 20% sampel air sumur yang memenuhi syarat yaitu jumlah bakteri koliform total kurang dari 10 bakteri koliform total per 100 ml sampel dan 80% sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah bakteri koliform total lebih dari 10 bakteri koliform per 100 ml sampel. Dari hasil pengujian bakteriologi air sumur koliform total pada 7 sampel air sumur warga Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tersebut di atas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Jumlah Sampel
Kode Sampel
3
S1 S2 S3 S4
4
39
Uji Total Coliform /100 ml Sampel 4,5 5,6 2,7 1,7
% MS
% TMS
20%
80%
Dusun X
S5 S6 S7
5,2 3,1 1,4
Keterangan : (*) = Tidak Memenuhi Syarat Permenkes R.I No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak Memenuhi Syarat 2) Uji Bakteriologi dari 7 sampel IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Penelitian Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Dari pengujian bakteriologi dengan jumlah 7 sampel didapatkan hanya koliform total dari 7 sampel air sumur di 2 sampel air yang memenuhi persyaratan Dusun IX dan X Desa Limau Manis dan 5 sampel air yang tidak. Hasil uji Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten dapat dilihat sebagai berikut: Deli Serdang, diperoleh hasil pada Dusun Tabel 4.3.Hasil Uji Bakteriologi dari 7 Sampel Penelitian Uji MS bakteriologoo/100 Jumlah Kode MS TMS No. Dusun atau ml sampel sampel sampel (%) (%) TMS KT 1. IX 3 S1 + TMS S2 + TMS 20 80 2 X 4 1.
IX
3
2
X
4
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
+ + + + + -
TMS TMS TMS MS TMS TMS MS
20
80
Keterangan : Total Coliform (+) = Adanya Bakteri MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak memenuhi syarat Berdasarkan hasil keseluruhan dari 7 sampel air sumur warga Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang diperoleh hanya 20% sampel air yang memenuhi persyaratan dan 80% sampel air yang tidak memenuhi persyaratan.Dapat dilihat pada tabel 4.3 yaitu hasil uji
koliform total pada 7 sampel air sumur di Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 2. Kedalaman Sumur Bor Distribusi hasil penelitian mengenai kedalaman sumur bor di Desa
40
Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Tabel 4.4 Distribusi Kedalaman Sumur Bor
V ali d
Frecue ncy >100 meter
1
<100 meter
6
Total
7
Kabupaten Deli Serdang (Tabel 4.4). Valid Percent
Per cent 14. 3 85. 7 100 .0
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kedalaman sumur bor memenuhi syarat sebanyak 1 titik kedalam sumur bor (14,3%) dan tidak memenuhi syarat sebanyak 6 titik kedalaman sumur bor (85,7%). C. Analisis Bivariat
Cumulat ive Percent
14.3
14.3
85.7
100.0
100.0
1. Hubungan Kedalaman Sumur Bor Dengan Kandungan Bakteriologis Hasil uji Chi-square dari data penelitian tentang kedalaman sumur bor dengan kandung bakteriologis, didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 4.5).
Tabel 4.5 Distribusi Total Kedalaman Sumur Bor Dengan Kandungan Bakteriologis Total Uji Memenu Tidak hi Syarat Memenu hi Syarat Total Kedalama n Sumur
>100 mete r <100 mete r
1.
IX
2
X
Coun t % of Total Coun t % of Total 3 S1 S2 S3 4 S4 S5 S6 S7
Total
1
0
1
14.3%
.0%
14.3 %
1
5
6
14.3%
71.4%
85.7 %
+ + + + + -
Keterangan : Total Coliform (+) = Adanya Bakteri MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak memenuhi syarat 41
TMS TMS TMS MS TMS TMS MS
P (sig)
0,28 6
20
80
Berdasarkan hasil keseluruhan dari 7 sampel air sumur warga Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang diperoleh hanya 20% sampel air yang memenuhi persyaratan dan 80% sampel air yang tidak memenuhi persyaratan.Dapat dilihat pada tabel 4.3 yaitu hasil uji koliform total pada 7 sampel air sumur di ). Tabel 4.4 Distribusi Kedalaman Sumur Bor
V ali d
Frecue ncy >100 meter
1
<100 meter
6
Total
7
Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 3. Kedalaman Sumur Bor Distribusi hasil penelitian mengenai kedalaman sumur bor di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Tabel 4.4
Valid Percent
Per cent 14. 3 85. 7 100 .0
Cumulat ive Percent
14.3
14.3
85.7
100.0
100.0
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui 2. Hubungan Kedalaman Sumur bahwa kedalaman sumur bor memenuhi Bor Dengan Kandungan syarat sebanyak 1 titik kedalam sumur bor Bakteriologis (14,3%) dan tidak memenuhi syarat Hasil uji Chi-square dari data sebanyak 6 titik kedalaman sumur bor penelitian tentang kedalaman sumur bor (85,7%). dengan kandung bakteriologis, didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 4.5). C. Analisis Bivariat Tabel 4.5 Distribusi Total Kedalaman Sumur Bor Dengan Kandungan Bakteriologis Total Uji Memenu Tidak hi Syarat Memenu hi Syarat Total Kedalama n Sumur
>100 mete r <100 mete r
Total
Coun t % of Total Coun t % of Total
Total
1
0
1
14.3%
.0%
14.3 %
1
5
6
14.3%
71.4%
85.7 %
Count % of Total
42
2
5
7
28.6%
71.4%
100.0%
P (sig)
0,28 6
Berdasarkan jumlah masing – masing dimensi pada tabel diatas kemudian dilakukan analisis uji statistik dengan metode Uji Chi – square artinya: tidak ada hubungan antara kedalaman sumur bor dengan kandungan bakteriologis di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Interpretasi hasil yang lebih mudah yaitu dengan melihat indeks P value sebesar = 0,286 dimana lebih besar dari 95% (0,05) oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kedalaman sumur bor dengan kandungan bakteriologis di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Pembahasan A. Analisa Univariat 1. Jarak Kandang Ternak Ayam di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Menurt Chandra (2007) agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan kandang ternak, jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya. Departemen Kesehatan dan Departemen Pekerjaan Umum menetapkan jarak minimum sumur bor dengan sumber pencemar adalah 10 meter.Sumber pencemar dalam hal ini adalah jamban, air kotor/comberan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan sumur/saluran resapan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peniliti jarak kandang ternak ayam yang berjarak >10 meter sebanyak 2 (28,6%) kandang ternak ayam dan yang berjarak <10 meter sebanyak 5 (71,4%).
3. Kedalaman Sumur Bor Di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan air bawah tanah pada dasarnya bertujuan untuk melakukan konservasi air bawah tanah. Menurut Keputusan menteri Nomor 1451 K/10/MEM/2000, yang dimaksud dengan konservasi air bawah tanah adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjaminketersediaannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan mutunya tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi dan lingkungan sumberdaya air bawah tanah tersebut. Pengambilan air bawah tanah untuk rumah tangga bagi kebutuhan kurang dari 100 (seratus meter kubik), air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peniliti jarak kandang ternak ayam yang berjarak >100 meter sebanyak 14,3% kandang ternak ayam dan yang berjarak <100 meter sebanyak 71,4%. Hal ini disebabkan karena dari 7 sampel yang diambil peneliti hanya 1 sumur bor yang memenuhi standart yang telah di tentukan oleh Keputusan menteri Nomor 1451 K/10/MEM/2000. 4. Kandungan Bakteriologis pada Air Sumur Bor Di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Menurut teori Edi tahun 2008, semua organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan semua reaksi biologis yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam medium air.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air.Air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.Tetapi seringkali terjadi pengotoran dan pencemaran air dengan kotoran-kotoran dan sampah.Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup,jenis-jenis organisme hidup yang mungkin terdapat 43
dalam air meliputi makroskopik, mikroskopik, dan bakteri (Suripin, 2011). Berdasarkan hasil uji bakteriologis tentang koliform total dari 7 sampel air sumur warga Dusun IX dan X Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang diperoleh hanya 20% sampel air yang memenuhi persyaratan dan 80% sampel air yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan karena sampel air yang memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 hanya 2 sampel air. B. Analisa Bivariat 1.Hubungan Jarak Kandang Ternak Ayam Dengan Kandungan Bakteriologi Pada Sumur Bor Di Desa Limau Manis Berdasarkan hasil uji satistik dengan ChiSquare Tests didapatkan p-value sebesar 0,048 < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat dikatakan ada hubungan antara Jarak Kandang Ternak Ayam Dengan Kandungan Bakteriologi Pada Sumur Bor Di Desa Limau Manis. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan didapat bahwa sumur yang jaraknya< 10 meter terdapat 5 air sumur yang mengandung Total Coliform dan sumur yang jaraknya > 10 meter terdapat 2 yang tidak mengandung Total Coliform. Dengan hasil persentase jarak sumur yang < 10 meter (80%) yang mengandung Total Coliform dan jarak sumur yang > 10 meter (20%) yang tidak mengandung Total Coliform. Hasil ini sesuai dengan teori menurut Sasimartoyo (2008) dalam penelitian sebelumnya, bahwa faktor yang menyebabkan tercemarnya kualitas air oleh bakteriologis secara teknis berupa : jarak sumur, jenis tanah, pengaruh musim, konstruksi sarana, dan perilaku pemakai.Perilaku pemakaian sumur bor seperti membangun sumur bor yang terlalu dekat dengan jarak sumber pencemar seperti jamban, air limbah industri, kandang ternak, pembuangan sampah serta perilaku masyarakat yang tidak menutup bibir sumur sehingga berpotensi mencemari air sumur bor.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil penelitian Suriadi yang meneliti hubungan jarak kandang ternakdengan kandungan bakteriologispada air sumur bor di desa sidoarjo tahun 2009 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jarak kandang ternak dengan kandungan bakteriologis pada air sumur bor di desa sidoarjo. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedi Irawan di Desa Wanarejan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang pada tahun 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak kandang ternak ayam dengan kandungan E.Coli pada air sumur bor di desa Wanarejan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. 2. Hubungan Kedalamaan Sumur Bor Dengan Kandungan Bakteriologis Pada Sumur Bor Di Desa Limau Manis. Berdasarkan hasil uji satistik dengan Chi-Square Tests didapatkan pvalue sebesar 0,268 < α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dikatakan tidak ada hubungan antara Kedalamaan Sumur Dengan Kandungan Bakteriologi Pada Sumur Bor Di Desa Limau Manis. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan didapat bahwa kedalaman sumur yang >100 meter sebanyak 1 (14,3%) sumur dan < 100 meter sebanyak 6 (85,7%) sumur. Menurut Mawardi (2012) sumur bor menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, yang mudah terkontaminasi oleh rembesan, sehingga berpotensi mengalami penurunan kualitas air.Kontaminasi paling umum adalah karena limpasan air dari sarana pembuangan kotoran manusia atau hewan.Keputusan menteri Nomor 1451 K/10/MEM/2000 pengambilan air bawah tanah untuk rumah tangga bagi kebutuhan kurang dari 100 (seratus meter kubik), air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi
44
Diharapkan kepada masyarakat agar pembuatan sumur bor yang lebih dalam dengan kedalaman >100 meter sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. 3. Bagi Peneliti lain Peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk meneliti variabel lain yang mempengaruhi kandungan bakteri pada air dan menambah jumlah sampel.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan yang telah ada di bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peniliti jarak kandang ternak ayam yang berjarak >10 meter sebanyak 2 (28,6%) kandang ternak ayam dan yang berjarak <10 meter sebanyak 5 (71,4%). 2. Pemeriksaanbakteriologis terhadap 7 sampel terdapat 5 sampel (80%) tidak memenuhi syarat bakteriologi dan 20% memenuhi syarat sesuai Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. 3. Berdasarkan hasil penelitian dari 7 sampel sumur bor bahwa kedalaman sumur >100 meter sebanyak 1 sumur dan kedalaman sumur <100 meter sebanyak 6 sumur sesuai dengan Keputusan menteri Nomor 1451 K/10/MEM/2000. 4. Berdasarkan hasil uji satistik dengan Chi-Square Tests didapatkan p-value sebesar 0,048 < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat dikatakan ada hubungan antara Jarak Kandang Ternak Ayam Dengan Kandungan Bakteriologi Pada Sumur Bor Di Desa Limau Manis. 5. Berdasarkan hasil uji satistik dengan Chi-Square Tests didapatkan p-value sebesar 0,268 < α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dikatakan tidak ada hubungan antara Kedalamaan Sumur Dengan Kandungan Bakteriologi Pada Sumur Bor Di Desa Limau Manis. B. SARAN 1. Bagi Pemilik Kandang Ternak Membuat kandang ternak ayam yang jauh dari sumur baik sumur pribadi maupun sumur tetangga, dengan syarat harus berjarak minimal 10 meter dari sumber air yang ada disekitar. 2. Bagi Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. 2004, Kimia Lingkungan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Asdak, C, 2007, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Azwar, S. 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta. Berkat Putra, 2010, Analisis Kualitas Fisik, Bakteriologis Dan Kimia Air Sumur BorSerta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Bor di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, Medan. (Skripsi) Budiman, 2010.Pengolahan Air Bersih. Penerbit EGC. Jakarta Chandra,B.2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta Effendi, H. 2003 Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hariyono. 2011, Dasar-dasar Mikrobiologi.Universitas Indonesia Press, Jakarta. Joko, T., 2004, Sistem Penyediaan Air Bersih. Bahan Kuliah Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang. Juli, S. 2011, Beberapa Model Kerangka Analisis Perilaku Kesehatan. Journal oftheIndonesian Publik Health Association, tahun XVI, No. 2, Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Profil Kesehatan Republik
45
Indonesia Tahun 2012.http://www.depkes.go.id/resour ces/download /pusdatin /profilkesehatan-indonesia/profilkesehatan-indonesia-2012.pdf. Diakses tanggal 3 Februari 2012 Marsono, 2009, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas BakteriologisAir Sumur Bor Menkes RI.2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/Men.Kes/Per/Ix /1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. http://permenkes_416/menkes/per/ix/ 1990.pdf. Diakses tanggal 10 februari 2012 Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta. Jakarta. Peraturan Pemerintah RI. No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air danPengendalian Pencemaran Air, Jakarta, 2001. Putra. 2010, Pengawasan Kualitas Air Aspek Mikrobiologis dan Biologi Air Minum dan Air Bersih. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Jakarta Rahmi Hidayanti, 2012, Faktor Resiko Diare di Kecamatan Cisarua, Cigudeg dan Megamendung Kabupaten Bogor, Jakarta, (Skripsi). Sasimartoyo, 2008, Faktor Jarak Kandnag Ternak Ayam Pada Kandungan Total Coliform Pada Air Sumur Bor Kecamatan Depok, ( Skripsi). Soemirat, J., 2009, Kesehatan lingkungan, Gajah Mada University press, Jogjakarta. Suripin, 2011, Pengaruh Lingkungan Permukiman terhadap Kualitas Air Sumur Bor (Tesis). Sutrisno, T., 2006,Teknologi penyedian Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta
46
EFEKTIVITAS DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS L) TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTI LABORATORIUM ENTOMOLOGI POLTEKKES KEMENKES MEDAN TAHUN 2012 Felik Kasim,Efrata Stikes Medistra Lubuk Pakam ABSTRAK Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena banyaknya pemukiman baru, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Adapun faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue antara lain faktor host, lingkungan (environtment agent), dan faktor virusnya sendiri. Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid, saponin, flavonoid adantannin.Capsaicin bertindak sebagai penghambat reseptor rasa di daerah mulut larva, akibatnya larva gagal menstimulus rasa dan tidak mampu mengenali makanan.Selainitu capsaicin dapat pula menjadi racunperut (stomachpoisoning)dengan penetrasi ke dalam system pencernaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daya bunuh ekstrakcabairawit (Capsicum Frutescens L) terhadapkematian larva aedesaegypti laboratory umentomologi poltekkes kemenkes medantahun 2014. Populasi pada penelitani adalahsemua larva Aedesaegypti yang berumur 4 hari dan sampel sebanyak 50 ekor larva, metode pengumpulan data dengan mengguna kanobservasi, analisa data dengan menggunakan uji PairedSample t-test maka ekstrakcabairawit (Capsicum Frutescens L) terhadap kematian larva aedesaegyptiefektif (p=0.002). Untuk itu diharap kan kepada tenaga kesehatan agar dapat lebih mempromosikan tentang ekstrak cabairawit (Capsicum Frutescens L) sebagai pestisi daalami untuk kematian larva Aedesaegypti.
Kata Kunci
: EkstrakCabaiRawit (Capsicum Frutescens L), Larva AedesAegypti.
Kepustakaan
: 13 Buku (2009-2014) serotipe virus dengue memiliki genotip yang berbeda antara serotype – serotype tersebut(Soedarto, 2012). Dengue ditularkan pada manusia terutama oleh nyamuk Aedes agepty dan nyamuk Aedesalbopictus, dan juga kadang – kadang ditularkan oleh Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lainnya yang aktif menghisap darah pada waktu siang hari. Sesudah darah yang infektif terhisap nyamuk, virus memasuki kelenjar liur nyamuk ( salivary glands ) lalu berkembang biak menjadi infektif dalam waktu 8 – 10 hari, yang disebut masa inkubasi ekstrintik ( extrinsic incubation period ). Sekali virus memasuki tubuh
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk genus flavivirus.Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong ss RNA positivestand virus dari keluarga Flaviviridae.Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat antigeniknya berbeda, yaitu virus dengue - 1 (DEN1), virus dengue- 2 (DEN2), virus dengue- 3 (DEN3), virus dengue- 4 (DEN4). Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994 menunjukkan bahwa masing – masing 47
nyamuk dan berkembang biak, nyamuk akan tetap infektif sumur hidup(Soedarto, 2012). Menurut Word Healt Organizationpopulasi di dunia diperkirakan beresiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5 – 3 milliar terutama yang tinggal di daerah perkotaan di Negara tropis dan sub tropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 – 100 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara saat ini terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2012). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus DBD tertinggi di daerah Asia tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Tahiland(Depkes, 2010). Menurut laporan Departemen Kesahatan RI dalam kutipan buku Soedarto 2012 Indonesia adalah endemis Dengue dan mengalami epidemi sekali dalam 4 - 5 tahun dengan puncak epidemic berulang setiap 9 – 10 tahun. Pada tahun 1968 Demam Berdarah Dengue pertama kali dilaporkan di Surabaya dengan penderita sebanyak 58 orang, dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (41,3%). Dengue kemudian menyebar ke seluruh Indonesia dengan jumlah 158.912 kasus pada tahun 2009. Kota besar jawa misalnya Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta umumnya merupakan daerah endemis semua serotype virus. Di luar Jawa sebagian kota besar DEN-2 dan DEN-3. Provinsi – provinsi dengan insiden lebih dari 10 per 100.000 pnduduk antara lain adalah provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKI Jakarta (26.326 kasus, 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal ), Kalimantan Barat (5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527 kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal) ujar Prof.Tjandra (Depkes, 2009). Penaykit DBD telah menyebar luas keseluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Sejak tahun 2005 rata – rata insiden rate DBD per 100.000 penduduk di provinsi sumatera Utara. Pada tahun 2012, jumlah kasus DBD tercatat 4.36% kasus dengan IR sebesar 33 per 100.000 penduduk. Dibandingkan dengan tahun 2010 dan 2011, angka ini mengalami penurunan yang tajam yaitu dari 72 per 100.000 pada tahun 2010 dan 45 per 100.000 penduduk, namun masih lebih tinggi bila dibandingkan denagn tahun 2006 dan tahun - tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan angka indikator keberhasilan program dalam menekan laju penyebaran DBD, yaitu Insiden Rate DBD adalah sebesar 5 per 100.000 penduduk angka pencapaian Sumatera Utara sangat jauh diatas indikator tersebut.Dilain pihak, Case Fatality Rate (CFR) fluktuatif yaitu dari 1.25 % pada tahun 2010. Angka CFR DBD ini belum mampu mencapai target nasional yaitu <1%(Profil Kesehatan Sumatera Utara 2012) Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara, jumlah kasus terbanyak masih di kota Medan dengan 760 pasien, diikuti Deli Serdang 446 kasus dan Pematang Siantar 48
428 kasus, 260 di Simalungun dan 164 kasus terjadi di Langkat. Di Gunung Sitoli kasusnya juga tinggi dengan 101 kasus dan 1 kematian.Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka insiden79.3% ini termasuk tinggi. Kasus Insiden Rate tertinggi di Pematang Siantar mencapai180.7/100 ribu penduduk diikuti kota Sibolga 177.1/100 ribu penduduk, Medan sendiri insidennya 35.9 kasus, secara nasional insiden kasusnya yang baik dibawah 50/100 ribu penduduk (Dinkes Sumut 2012). Perangkap (ovitrap). Perangkap telur bunuh larva atau nyamuk dewasa, misalnya diberi insektisida (lethal ovitraps), diberi pelekat ( sticky ovitraps ) atau autocidal ovitrap (perangkap nyamuk yang dapat menjadi tempat bertelur nyamuk dewasa) dengan penggunaan dalam jumlah besar, dapat mengurangi kepadatan populasi nyamuk. Di Singapura untuk mengurangi kepadatan nyamuk Aedes aegypti digunakan ovitrap di kawasan bandara internasional, sedangkan di Brazil digunakan ovitrap diberi insektisida deltamethrin untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti. (soedarto,2012) Penggunaan insektisida telah digunakan sejak lama untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti di daerah yang luas seluruh dunia. Karna itu telah dilaporkan terjadinya resistensi nyamuk Aedes aegypti terhadap insektsida di beberapa negara, antara lain terhadap organofosfat, piretroid, karbamat dan organoklorin. Karena hal ini dapat menyebabkan hambatan besar terhadap pengendalian Aedes aegypti sebagai vector penyakit dengue, pemantauan kepekaan insektisida harus secara teratur dilakukan (Soedarto, 2012). Sehubungan dengan hal di atas maka perlu dilakukan suatu usaha mendapatkan insektisida alternative yaitu menggunakan insektisida alami, yakni insektisida yang dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap
lingkungan dan teidak berbahaya bagi manusia. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida di antaranya golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid, dan minyak atsiri( Kardinan, 2000). Insektisida nabati terdapat pada bahan – bahan nabati seperti buah, daun, batang, ataupun akar dari tanaman. Salah satu tanaman yang mengandung insektisida nabati adalah cabai rawit ( German Comision E, 1990) Penelitian Wakhyulianto (2005) mengenai “ Uji Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L ) terhadap Nyamuk Aedes aegypti ” dengan melakukan penyemprotan ( space spraying ) dengan konsentrasi yang berbeda, pada konsentrasi 10% dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti sebanyak 6.25%, konsentrasi 50% dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti 13,5%, konsentrasi 90% dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti 18,75% dan konsentrasi 100% dalam waktu 24 jam setelah perlakuan dapat membunuh 31,25% dari populasi nyamuk. Hasil tersebut menunjuukkan bahwa tingkat kematian nyamuk dalam penelitian tidak mencapai 50% dari seluruh jumlah sampel yang digunakan. Peneliti menyarankan perlunya penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Penelitian Najmi (2010) mengenai pemasangan ovitrap yang telah dimodifikasi dengan pemberian abate (temephos) dan menurunkan angka Container Index (CI) sebesar 33,33% dan angka House Index (HI) sebesar 60%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan modifikasi ovitrap ini dapat menurunkan angka larva vector DBD. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas , maka rumusan penelitian adalah bagaimana pengaruh ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva Aedes aegypti
49
Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen (pra experiment) dengan model rancangan one group pretest postest. Yaitu sebelum dilaksanakannya perlakuan maka dilakukan observasi pada sample dan sesudah perlakuan juga dilakukan beberapa kali observasi (Notoatmodjo, 2009). Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel sumur gali yang menjadi sampel penelitian.Selanjutnya dilakukan pengukuran tentang kematian larva aedes aegypti. Setelah itu dilakukan pemberian ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang kemudian akan diukur kembali kematian larva aedes aegypti (observasi post-test). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September - November2012. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008).Populasi pada penelitian ini adalah semua larva Aedes aegypti yang berumur 4 hari yang dirandomisasi dalam pengelompokkan sampel di Laboratorium sebanyak 100 ekor larva nyamuk Aedes aegypti. 2. Sampel
C. Tujuan Penelitan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas daya bunuh ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva Aedes aegyptiLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang efektif untuk membunuh larva Aedes aegyptiLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014. b. Untuk mengetahui konsentrasi cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang diperlukan untuk membunuh larva Aedes aegyptLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014. c. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai konsentrasi cabai rawit (Capsicum frutescens L)Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Sebagai informasi dalam memanfatkan larvasida nabati yang aman dan mudah didapat dalam pengendalian larva nyamuk Aedes aegypti. 2. Bagi Peneliti Berguna dalam penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa kesehatan lingkungan tentang insektisida nabati yang berasal dari cabai rawit. 3. Bagi Instansi Pendidikan Untuk menambah bahan informasi atau data – data bagi mahasiswa/i dalam pengembangan program penelitian selanjutnya dan sebagai sumber kepustakaan untuk perpustakaan Sekola Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2008).Sampel dalam penelitian yaitu larva nyamuk sebanyak 50 ekor larva nyamuk Aedes aegypti. 50
penelitian.Data sekunder pada penelitian ini yaitu data yang didapat dari Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan.
D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
E. Variabel dan Defenisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu yaitu benda, manusia ( Sugiyono, 2008).Variabel penelitian terdiri dari dua yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi yaitu pemberian ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L).Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu kematian larva aedes aegypt
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber yang pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti wawancara atau hasil pengisian lembar observasi yang biasa dilakukan peneliti.Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari observasi yang berisikan tentang pengukuran larva yang mati sebelum dan sesudah dilakukan ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L).
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber yang kedua, dari tempat
operasional sehingga mempermudah pembaca mengartikan makna dalam (Arikunto, 2008).
3. Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara Tabel 3.2 Defenisi Operasional No Variabel Defenisi Operasional 1 Pemberian Pemberian ekstrak ekstrak cabai cabai rawit rawit (Capsicum (Capsicum frutescens frutescens L) sesuai L) dengan konsentrasi 2 Kematian Banyaknya larva larva yang aedes mati sesuai aegypti dengan konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn)
Cara Ukur
akhirnya dalam penelitian
Hasil Ukur -
Skala
Pengukuran ……. mortalitas larva selama 24 jam
Rasio
-
-
Pengukuran mortalitas larva selama 24 jam. G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data
F. Metode Pengukuran Metode pengukuran adalah cara dimana variabel dapat diukur dan ditemukan karakteristiknya (Aziz, 2008). 51
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw data), perlu diolah sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, pengolahan data dilakukan melalaui empat tahapan, yaitu :
Analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti secara sederhana yang disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. f. Bivariat Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan atau mengetahui apakah ada pengaruh atau perbedaan yang signifikan antar variabel independent dengan variabel dependent.Analisis bivariat dilakukan setelah karakteristik masing-masing variabel diketahui.Data dianalisis untuk perhitungan bivariat pada penelitian ini menggunakan PairedSample t-test dengan tingkat kepercayaan 95% (pValue≤α). Pembuktian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesa efektifkah ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva aedes aegypti apabila pValue ≤0,05.
a. Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan isian lembar observasi, apakah jawaban yang ada di lembar observasi sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. b. Coding Yaitu merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.Kegunaan dari coding ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis data. c. Processing Pemrosesan data dilakukan dengan caramengentry data dari observasi ke program komputerisasi.Tahapan ini dilakukan setelah pengkodean data. d. Cleaning
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Hasil Penelitian A. Tabulasi Hasil Univariat 1. Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Yang Efektif Untuk Membunuh Larva Merupakan kegiatan pengecekan Aedes AegyptiLaboratorium kembali data yang sudah dientry untuk Entomologi Poltekkes Kemenkes melihat apakah ada kesalahan atau Medan Tahun 2014 tidak. Penilaian konsentrasi ekstrak 2. Analisis data cabai rawit (Capsicum frutescens L) Pada penelitian ini analisis data yang efektif untuk membunuh larva dilakukan secara bertahap yaitu: Aedes aegyptidisajikan pada tabel e. Univariat berikut ini: Tabel 4.1. Distribusi Kategori Penilaian Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Yang Efektif Untuk Membunuh Larva Aedes AegyptiLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014 No
Konsentrasi
1
0%
2
1%
52
3
2%
4
3%
5
4%
6
5%
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. 2.
Konsentrasi cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang diperlukan untuk membunuh larva Aedes aegyptLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014 Tabel 4.2
Penilaian konsentrasi rawit (Capsicum frutescens L) diperlukan untuk membunuh Aedes aegyptdisajikan pada berikut ini:
cabai yang larva tabel
Distribusi Kategori Penilaian Konsentrasi Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Yang Diperlukan Untuk Membunuh Larva Aedes AegyptLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014 No
Konsentrasi
Kematian Larva
1
0%
0 ekor
2
1%
1 ekor
3
2%
4 ekor
4
3%
6 ekor
5
4%
8 ekor
6
5%
10 ekor
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0% tidak ada larva yang mati, pada konsentrasi 1% larva yang mati sebanyak 1 ekor, pada konsentrasi 2% larva yang mati sebanyak 4 ekor, pada konsentrasi 3% larva yang mati sebanyak 6 ekor, pada konsentrasi 4% larva yang mati sebanyak 8 ekor dan pada konsentrasi 5% larva yang mati sebanyak 10 ekor. B. Tabulasi Hasil Bivariat Perbedaan rata-rata kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai konsentrasi ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L). Kematian Paired Test pValue larva RataRataStandar 95% Confidence Aedes rata rata Deviasi Interval aegypti Upper Lower
53
Sebelum Sesudah
1,75 6,93
5,18
0,942
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa rata-rata kematian larva Aedes aegypti sebelum konsentrasi ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) pengukuran pertamasebesar 1,75dan kematian larva Aedes aegyptisesudahdiberi ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) pengukuran kedua sebesar 6,93. Nilai mean antara pengukuran pertama dan kedua sebesar 5,18 dengan standar deviasi (SD) 0,942. Hasil Uji statistik didapatkan nilai p= 0,002 ≤ α=0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014 II. Pembahasan A. Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Yang Efektif Untuk Membunuh Larva Aedes AegyptiLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014 Dari hasil penelitian bahwa ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Dari hasil penelitian dapat diasumsikan bahwa nyamuk Aedes sp., merupakan vektor penyakit DBD. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan menggunakan larvisida sintetis antara lain temephos. Cara kerja temephos adalah dengan mempengaruhi fosforilasi dari enzim asetilkolinesterase pada akhiran syaraf yang mengakibatkan organ efektor menjadi terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan tanda keracunan. Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik dan zat kimia sekunder
1,742
1,924
0,002
senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotosintesis, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Sistem yang berpengaruh pada OPT adalah sistem saraf atau otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku, sistem pernafasan, dan lain-lain. Senyawa bioaktif ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga yang terdapat di lingkungan rumah (Naria, 2005). Perangkap (ovitrap). Perangkap telur bunuh larva atau nyamuk dewasa, misalnya diberi insektisida (lethal ovitraps), diberi pelekat ( sticky ovitraps ) atau autocidal ovitrap (perangkap nyamuk yang dapat menjadi tempat bertelur nyamuk dewasa) dengan penggunaan dalam jumlah besar, dapat mengurangi kepadatan populasi nyamuk. Di Singapura untuk mengurangi kepadatan nyamuk Aedes aegypti digunakan ovitrap di kawasan bandara internasional, sedangkan di Brazil digunakan ovitrap diberi insektisida deltamethrin untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti. (soedarto,2012) Penggunaan insektisida telah digunakan sejak lama untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti di daerah yang luas seluruh dunia. Karna itu telah dilaporkan terjadinya resistensi nyamuk Aedes aegypti terhadap insektsida di beberapa negara, antara lain terhadap organofosfat, piretroid, karbamat dan organoklorin. Karena hal ini dapat menyebabkan hambatan besar terhadap pengendalian Aedes aegypti sebagai vector penyakit dengue, pemantauan kepekaan insektisida harus secara teratur dilakukan (Soedarto, 2012). B. Konsentrasi Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Yang Diperlukan 54
Untuk Membunuh Larva Aedes AegyptLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014 Dari hasil distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 0% tidak ada larva yang mati, pada konsentrasi 1% larva yang mati sebanyak 1 ekor, pada konsentrasi 2% larva yang mati sebanyak 4 ekor, pada konsentrasi 3% larva yang mati sebanyak 6 ekor, pada konsentrasi 4% larva yang mati sebanyak 8 ekor dan pada konsentrasi 5% larva yang mati sebanyak 10 ekor. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikikan pula masalah pemecahan kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap sehat-sakit. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Faktor tersebut yaitu faktor genetik, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan faktor perilaku (Notoatmodjo, 2010). Masalah kesehatan lingkungan sudah lama ada, setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan selalu diasosiasikan dengan yang bersifat mistik. Era industrialisasi menimbulkan masalah baru pada masyarakat Inggris berupa munculnya daerah kumuh, akumulasi buangan dan kotoran manusia, masalah sosial dan kesehatan, yang terutama terjadi di kotakota besar. Usaha-usaha oleh individuindividu, masyarakat, atau negara untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia disebut Sanitasi Lingkungan atau Environmental Sanitation (Chandra, 2008). C. Perbedaan Rata-Rata Kematian Larva Aedes Aegypti Dengan Berbagai Konsentrasi Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L)Laboratorium Entomologi
Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014 Rata-rata kematian larva Aedes aegypti sebelum konsentrasi ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) pengukuran pertamasebesar 1,75dan kematian larva Aedes aegyptisesudahdiberi ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) pengukuran kedua sebesar 6,93. Nilai mean antara pengukuran pertama dan kedua sebesar 5,18 dengan standar deviasi (SD) 0,942. Hasil Uji statistik didapatkan nilai p= 0,002 ≤ α=0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva aedes aegypti di Laboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014. Dari hasil penelitian dapat diasumsikan bahwa cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid, saponin, flavonoida dan tannin.Capsaicin bertindak sebagai penghambat reseptor rasa di daerah mulut larva, akibatnya larva gagal menstimulus rasa dan tidak mampu mengenali makanan.Selain itu capsaicin dapat pula menjadi racun perut (stomach poisoning) dengan penetrasi ke dalam sistem pencernaan.Dengan adanya kandungan capsaicin dalam cabai rawit mengakibatkan kematian larva. Saat ini penggunaan pestisida kimia di Indonesia dan seluruh dunia masih tinggi di berbagai sektor pembangunan, seperti sektor pertanian dan kesehatan.Dari hasil kegiatan deteksi dan monitoring, resistensi jumlah dan keragaman jenis serangga yang menunjukkan fenomena ketahanan terhadap satu atau beberapa jenis atau kelompok pestisida semakin meningkat.Setiap jenis organisme, termasuk Aedes aegypti, mempunyai kemampuan mengembangkan populasi tahan terhadap pestisida.Ketahanan di lapangan diindikasikan oleh menurunnya efektivitas pengendalian dengan pestisida. Proses seleksi pengembangan ketahanan pestisida tidak terjadi dalam waktu singkat, 55
tetapi berlangsung selama banyak generasi yang diakibatkan oleh perlakuan pestisida secara terus-menerus. Indonesia memiliki sumber keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untuk dikembangkan sebagai insektisida nabati, senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid (Kardinan, 2000). Di dalam 100 gram cabai rawit mengandung 103 kal energi, 4,7g protein, 2,4g lemak, 19,9g karbohidrat, 45mg kalsium, 85mg fosfor, 11,050SI Vitamin A, 70mg vitamin C. Selain itu dengan kandungan zat anti oksidan yang cukup tinggi (seperti vitamin C dan beta karoten), cabai rawit dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilistas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan. Buahnya mengandung kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid atsiri, resin, flavonoid, sterol atau terpenoid, minyak menguap, vitamin A dan C. Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta pemati rasa kulit. Biji cabai rawit mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, dan steroid saponin/kapsaidin. Penelitian Wakhyulianto (2005) mengenai “ Uji Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L ) terhadap Nyamuk Aedes aegypti ” dengan melakukan penyemprotan ( space spraying ) dengan konsentrasi yang berbeda, pada konsentrasi 10% dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti sebanyak 6.25%, konsentrasi 50% dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti 13,5%, konsentrasi 90% dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti 18,75% dan konsentrasi 100% dalam waktu 24 jam setelah perlakuan dapat membunuh 31,25% dari populasi nyamuk. Hasil tersebut menunjuukkan bahwa tingkat kematian nyamuk dalam penelitian tidak mencapai 50% dari seluruh jumlah
sampel yang digunakan. Peneliti menyarankan perlunya penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Penelitian Najmi (2010) mengenai pemasangan ovitrap yang telah dimodifikasi dengan pemberian abate (temephos) dan menurunkan angka Container Index (CI) sebesar 33,33% dan angka House Index (HI) sebesar 60%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan modifikasi ovitrap ini dapat menurunkan angka larva vector DBD. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas daya bunuh ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva Aedes aegyptiLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014: 1. Konsentrasi ekstrak daun sirsak (annona muricata linn) yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%. 2. Kematian larva terbanyak yaitu 10 ekorpada konsentrasi 5%. 3. Efektif daya bunuh ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva Aedes aegyptiLaboratorium Entomologi Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2014. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji dependen sample ttest/paired t test menunjukan bahwa pValue yaitu 0.002 yang berarti p Value < dari 0.05.
B. Saran 1. Bagi Profesi Agar dapat menerapkan pemberian efektivitas ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) untuk kematian larva aedes aegypti sehingga menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit DBD.
2. Bagi Institusi Pendidikan
56
Sebagai referensi perpustakaan di kampus STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam, serta menambah pengetahuan bagi mahasiswa/i lain yang akan mengadakan penelitian selanjutnya
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat lebih mengembangkan bahan masalah peneliti tentang cara pencegahan penyakit DBD.
57
PENILAIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN : …………………………………… : …………………………………… : ….………………………………… : …….……………………………… : Rp.…………… : ………………………………… □ Baik Sekali □Baik □Cukup □Kurang□Kurang Sekali
1. Judul Penelitian 2. Jenis Penelitian 3. Peneliti Utama 4. Jangka Waktu Penelitian 5. Biaya Penelitian 6. Bahan yang dinilai Hasil Penilaian :
Yang perlu perbaiki: a. Judul b. Abstrak c. Pendahuluan d. Studi Pustaka e. Metode Penelitian f. Hasil Analisis dan Pembahasan g. Kesimpulan dan Rekomendasi h. Kepustakaan i. Bahasa j. Format Catatan: Baik sekali (850 – 1000), Baik (710 – 840), Cukup (610 – 700), Kurang (450 – 600) dan Kurang Sekali (0 – 440)
…………………,……………….20 Penilai,
PENILAIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
Komponen
Bobot 58
Nilai
Terbobot
1
2
3
4
5
Pendahuluan a. Perumusan Masalah b. Tujuan Penelitian Kajian Pustaka a. Relevansi b. Pengacuan Daftar Pustaka c. Pemutakhiran dan Keaslian Sumber Metodologi Penelitian a. Kesesuaian dengan Masalah b. Ketepatan Rancangan c. Ketepatan Instrumen Analisa Hasil dan Pembahasan a. Kesesuaian dengan Tujuan b. Kedalaman analisa c. Mutu Temuan Umum a. Bahasa b. Format Total
Catatan: - Terbobot = bobot x nilai - Nilai antara 0 - 10
59
5 5 10 5 5
15 5 5 5 15 15 5 5 100
HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA KARYAWAN DI INDUSTRI MEBEL ALAM MAKMUR KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012 Efrata,Irmayani Stikes Medistra Lubuk Pakam ABSTRACT The development in our country, especially the development in industry section runs very fast. The furniture industry was one of industry which potentially caused the air pollution in the workplace which form of wood dust. This wood dust will be pollute the air and environment, so that the employes of the furniture industry can be exposure to dust and so that the resulting the respiratory desease due of work and now had been required to weared the means of self-protection to reduce the risk due. The aims of this research was to knew the relation of behaviorfor the used of mask with occurrence of ISPA desease for employes in the AlamMakmur Furniture of TebingTinggi city year 2014. This research was done with casecontrol types of research and with cross-sectional approach. The sample of this research used total sampling technique, which restricted in 7 days with 30 person totaled as respondent. The instruments in this research used the observation, questionnaire and the test with chi-square test. Based of the result of the research which done to 30 person was obtained p<α (p=0.019<0.005), which explained there was a relation of behavior for the used of mask with occurrence ISPA desease for employes in the AlamMakmur Furniture Indutry of TebingTinggi city. Therefore Ho was rejected and Ha was accepted. Based of the research, with the using of the mask can reduce the risk of ISPA desease. Key words
: the behavior of used of mask, ISPA, employes sangat perlu diutamakan. Namun, kadangPENDAHULUAN kadang keadaan bahaya masih belum 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara kita, dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga khususnya pembanguan bidang industri pihak manajemen akan mengambil berjalan sangat cepat.Penataan industri kebijakan untuk melindungi pekerja itu nasional yang didukung oleh kemajuan dengan mengurangi sumber bahaya atau ilmu pengetahuan dan teknologi pun menggunakan alat pelindung diri merupakan prasyarat terbentuknya (personal protective devices). masyarakat adil, makmur, dan sejahtera Pemakaian Alat pelindung diri sesuai dengan nilai luhur pancasila. (APD) adalah suatu kewajiban dimana Konsekuensi dari proses pembangunan biasanya para pekerja atau buruh bangunan industri salah satunya adalah yang bekerja di sebuah proyek atau meningkatnya partikel debu yang pembangunan sebuah gedung, diwajibkan dikeluarkan oleh industri tersebut. menggunakanya.Kewajiban itu sudah Industri mebel merupakan salah disepakati oleh pemerintah melalui satu industri berpotensi menimbulkan Departemen Tenaga Kerja Republik polusi udara di tempat kerja yang berupa Indonesia (Anizar, 2009). Namun, dalam debu kayu. Debu kayu ini akan realisasinya pemakaian alat pelindung diri mencemari udara dan lingkungannya (APD) akan sangat sulit mengingat para sehingga pekerja industri mebel dapat pekerja akan menganggap bahwa alat ini terpapar debu. Perlindungan tenaga kerja akan mengganggu pekerjaan. melalui usaha-usaha teknis pengamanan Menurut data dari WHO (World tempat, peralatan dan lingkungan kerja Health Organization) tahun 2008, terdapat 60
hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) dan mortalitas tinggi pada pekerja akibat tingginya konsetrasi debu yang ditimbulkan oleh industri mebel dan dinegara berkembang ISPA merupakan salah satu penyebab kematian yang menyerang 400 -500 juta jiwa dengan Propotional Mortality Rate (PMR) sebesar 26 juta jiwa (26,5%). Menurut ILO (International Labor Organization) tahun 2009, setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan kerja. Tiga ratus ribu kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan kerja dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja, dimana diperkirakan terjadi sekitar 160 juta penyakit karena pekerjaan baru setiap tahunnya (Anizar,2009). Bedasarkan data ISPA di Amerika Serikat tahun 2009, diperkirakan jumlah kasus baru penyakit akibat kerja sebanyak 125-350 ribu kasus pertahun dan terjadi 5,3 juta kecelakaan kerja pertahun. Sedangkan penyakit saluran nafas merupakan penyakit yang sering dijumpai dinegara berkembang yang prevalensinya bervariasi antara 2-20% atau sekitar 1,5 juta orang pekerja. Penyakit saluran pernapasan akibat kerja, sesuai dengan hasil riset The Surveillance of Work Related and Occupational Respiratory Disease (SWORD) yang dilakukan di Inggris ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang berhubungan dengan pekerjaan. Berdasarkan laporan NCHS (National Center For Health Statistics) tahun 2008, terdapat 4.487 kematian akibat penyakit ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) atau sekitar 1,6% per 100.000 populasi, sedangkan kematian pekerja akibat ISPA sebanyak 223 atau 0,3% per 100.000 populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan angka kematian pada jenis kelamin laki-laki 40% lebih banyak dari pada perempuan dengan kematian sebesar 0,3 per 100.000 populasi (Suma’mur, 2009).
Hasil studi Depkes tahun 2009 tentang Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia didapatkan 40,5% atau sekitar 4.000 orang pekerja yang memiliki keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan salah satunya adalah gangguan pernafasan. Menurut RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, prevalensi ISPA masih cukup tinggi yaitu sebesar 27 juta ( 25,50 %) dari penduduk indonesia dan di Jakarta. Di tahun 2010 ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang terdapat di masyarakat. Di Sumatera Utara, penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), merupakan penyakit ke tujuh dari 10 pola penyakit terbanyak dipuskesmas provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus 4.463. berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2007, ditemukan 41.291 pekerja yang menderita ISPA (Dinkes Sumut, 2008). Data penyakit akibat kerja dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara merupakan hasil survei pemeriksaan fungsi paru pada 80 orang pekerja formal dan 120 orang pada pekerja informal pada tahun 2007 di 4 (empat) kabupaten (Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, humbahas) dengan hasil yaitu 83,78% pekerja formal dan 95% pekerja informal mengalami gangguan fungsi paru (Depkes, 2007) Dikota Medan ISPA merupakan penyakit ke 3 dari 10 pola penyakit terbanyak di puskesmas sekota medan dengan 7.885 kasus dan berdasarkan Profil Kesehatan Dinkes Kota Medan tahun 2008 kasus ISPA pada pekerja sebesar 500 kasus (Dinkes Medan, 2009). Dari data puskesmas padang hilir kota tebingi tinggi bahwa kasus penyakit ISPA pada puskesmas ini pada tahun 2013 terdapat jumlah kasus lama dan kasus baru penyakit ISPA sebanyak 27 kasus yang ditangani puskesmas tebing tinggi. Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan Saluran Pernafasan 61
atau keracunan akibat debu hasil produksi adalah dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Penggunaan APD adalah pilihan terakhir dalam melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dari potensi bahaya, APD dilakukan setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi di gunakan (Anizar, 2009). Berdasakan latar belakang masalah yang didapat adalah bahwa pekerja pada Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI INDUSTRI MEBEL ALAM MAKMUR KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012”. A. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah didalam penelitian ini yaitu Apakah Ada Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit ISPA Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan masker dengan kejadian penyakit ISPA Di Industri Mebel Kota Tebing Tinggi Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan pekerja tentang penggunaan masker dengan kejadian penyakit ISPA. b. Untuk mengetahui sikap pekerja tentang penggunaan masker. c. Untuk mengetahui tindakan pekerja dalam penggunaan masker. d. Untuk mengetahui penyakit ISPA yang terjadi pada pekerja di industri mebel kayu.
e. Untuk mengetahui kadar debu yang dihasilkan pada saat proses pemotongan, pengetaman dan pengamplasan kayu di 5 (lima) usaha pertukangan kayu . C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pabrik dan Pekerja Industri Mebel Alam Makmur Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan dalam merealisasikan pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi karyawannya. Agar dapat meningkatkan produktifitas industri mebel. Dan juga memberikan informasi dan menanbah pengetahuan tentang efek paparan debu terhadap gangguan fungsi paru dilingkungan industri mebel. 2. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan manfaat bagi program kesehatan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pada industri mebel di tempat lain dan sebagai referensi diperpustakaan sekaligus sebagai bahan masukan atau informasi bagi mahasiswa STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam. 3. Bagi Peneliti Menambah keterampilan bagi peneliti dalam melakukan penelitian serta peneliti mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama menjalani pendidikan di STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana penelitian ini ditujukkan untuk mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Pekerja Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012. B. Lokasi Waktu Peneltian Lokasi penelitian penelitian ini dilakukan di Jalan Deblot Sundoro 62
KotaTebing Tinggi Tahun 2012. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena dari data yang diperoleh dari surevei awal bahwa pekerja Industri Mebel Alam Makmur tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja yaitu masker untuk menghindari debu yang masuk ke hidung dan mulut, sehingga didapat keluhan berbagai penyakit seperti ISPA . C. Rencana Waktu Penelitian Adapun rencana pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja industri mebel kayu di Jalan Deblot Sundoro Kota Tebing Tinggi dengan jumlah sebanyak 30 orang pekerja. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah subset atau bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Non Probability dengan menggunakan pendekatan Total Sampling.Dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua para pekerja kayu di Industri Mebel Alam Makmur. 3. Kriteria sampel a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Sulistyaningsih, 2011). 1) Bersedia menjadi responden penelitian dengan mendatangani inform concent yang diberikan.
2) Pekerja mebel kayu di Jalan Deblot Sundoro Kota Tebing Tinggi 3) Responden yang lama bekerja di industri mebel kayu 1-8 tahun. 4) Masker yang ada pada industri mebel kayu,. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Sulistyaningsih, 2011). 1) Respon yang tidak setuju untuk menjadi responden 2) Respon yang semula setuju untuk menjadi responden tetapi dikarenakan suatu hal dia membatalkan menjadi responden. E. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti. Data primer dalam penelitian ini di peroleh dari kuesioner yang berjudul Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Pekerja Industri Mebel Alam Makmur Di Jalan Deblot Sundoro Kota Tebing Tinggi. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari Industri Mebel Kayu Alam Makmur di Jalan Deblot Sundoro Kota Tebing Tinggi. F. Defenisi Operasional Defenisi Operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variable dengan cara memberikan arti,atau mensfekasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
63
mengukur
N o 1
2
variabel
tersebut
(sulistyaningsih, 2011).
Tabel 3.2 Tabel Defenisi Operasional Variabel Defenisi Alat ukur Pengetah Segala sesuatu yang Kuesio uan diketahui oleh ner pekerja mebel kayu tentang penggunaan masker.
Sikap
Reaksi pekerja mebel kayu terhadap penggunaan masker
Kuesio ner
Skala Skor ukur Nomin a. Baik : nilai = 76al 100%, jika benar 6-10 b. Tidak baik : nilai = 40-55%, jika benar 0-5 Nomin a. Baik jika berada al pada interval 0-5 b. Tidak baik jika berada pada interval 6-10
3
4
Tindakan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasa n Atas (ISPA)
Penggunaan masker oleh responden untuk mencegah penyakit ispa, masker yang dapat melindungi selaput lendir hidung dan mulut.seperti separuh masker,masker seluruh wajah dll. Penyakit infeksi saluran pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai dengan laring.
Obser vasi
Nomin a. Baik jika berada al pada interval 0-5 b. Tidak baik jika berada pada interval 6-10
observ asi
Nomin al
a. ISPA b. Tidak ISPA
membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
F. Metode Pengukuran 1. Pengetahuan Kuesioner berisi 10 pernyataan, adapun pertanyaan tersebut dibuat dalam pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda. Penilaian dilakukan dengan cara 64
N= Sp sm Keterangan: N = Nilai pengetahuan Sp = skor yang didapat Sm = Skor tertinggi maksimum Selanjutnya presentase jawaban diinterprestasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut : a. Baik : nilai = 76-100%, jika benar 6-10 b. Kurang : nilai = 40-55%, jika benar 0-5 2. Sikap Peneliti menggunakan sakala Gutman.Kuesioner berisi 10 pernyataan adapun pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan positif dan negatif.Pernyataan positif dengan indikator jawaban tidak setuju diberi nilai 0, jawaban setuju di beri nilai 1, dan pernyataan negatif dengan indicator
jawaban x100% tidak satuju diberi nilai 1, jawaban setuju diberi nilai 0. Pernyataan positif berada pada pernyataan no 1-5 sedangkan negatif berada pada pernyataan 6-10. Untuk mempermudah melakukan interval kelas dari jawaban yang masuk melalui kuesioner, maka di gunakan rumus yaitu: i =Range (R)jumlah alternative jawaban keterangan:Range: skor tertinggi- skor terendah i: lebar interval kelas kuesioner berisi 10 pernyataan dimana nilai satu buah jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban tidak 0. Maka skor maksimal 10x1=10 dan skor 10x0=0, jadi intervalnya adalah: i= 10-0 = 52 Berdasarkan rumus diatas di tetapkan interval yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interval Jawaban Dari Sikap Indikator Lebar interval Tidak baik 0-5 Baik 6-10 3. Tindakan Peneliti menggunakan skala gutman, observasi berisi 10 pernyataan adapun pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk pernyataa positif dan negatif.Pernyataan positif dengan indikator jawaban tidak setuju diberi nilai 0.Jawaban ya diberi nilai 1. Dan pernyataan negatif dengan indikator jawaban tidak diberi nilai 1, jawaban setuju diberi nilai 0, untuk mempermudah melakukan interval kelas dari jawaban yang masuk melalui kuesioner, maka digunakan rumus yaitu: i =Range (R) jumlah alternative jawaban
keterangan: Range : skor tertinggi- skor terendahi: lebar interval kelas kuesioner berisi 10 pernyataan dimana nilai satu buah jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban tidak 0. Maka skor maksimal 10x1=10 dan skor 10x0=0, jadi intervalnya adalah: i= 10-0 = 5 2 Berdasarkan rumus diatas di tetapkan interval yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interval Jawaban Dari Tindakan Indikator Lebar interval Tidak baik 0-5 Baik 6-10
65
i= Range (R) jumlah alternative jawaban keterangan: Range : skor tertinggi- skor terendahi: lebar interval kelas kuesioner berisi 10 pernyataan dimana nilai satu buah jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban tidak 0. Maka skor maksimal 10x1=10 dan skor 10x0=0, jadi intervalnya adalah: i = 10-0 = 52 Berdasarkan rumus diatas di tetapkan interval yang digunakan adalah sebagai berikut:
4. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) Pengukuran dilakukan dengan memberikan observasi yang berisi beberapa pernyataan tentang gejala penyakit ISPA, dengan jawaban Ya diberi nilai 1 dan jawaban Tidak di beri nilai 0. Untuk mempermudah melakukan interval kelas dari jawaban yang masuk melalui kuesioner, maka digunakan rumus yaitu:
Table 3.5 Interval Jawaban Dari ISPA Indikator Lebar interval ISPA 5-10 Tidak ISPA 0-5
frekuensi atas besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti yaitu variabel independen (pengetahuan, sikap, dan tindakan), kadar debu kayu dan variabel dependen (kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA). 2. Analisa bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang penggunaan masker (variabel independen) dengan kejadian penyakit ISPA (variabel dependen).Mengetahui hubungan antara sikap tentang penggunaan masker dengan kejadian penyakit ISPA dan tindakan tentang penggunaan masker dengan kejadian penyakit ISPA. Dari hasil analisis akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistic dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p≤0.05). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Hasil Penelitian
G. Pengelolaan data Data yang sudah dikumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Proses Editing Dilakukan pengecekkan dalam pengumpulan data yang telah dikumpul, bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka di perbaiki dengan memeriksa kembali dan dilakukan pendataan ulang. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pembagian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. 3. Tabulating Untuk memperoleh analisa data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data dimasukkan kedalam table distribusi frekuensi. H. Analisa data. Data terkumpul diolah secara manual dan dilanjutkan dengan komputer, melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Data dianalisa dengan komputer, jenis data yang dilakukan adalah: 1. Analisa univariat Anlisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi 66
potongan kayu yang agak besar yang A. Gambaran Industri Mebel Alam dihasilkan dari pemotongan atau Makmur Kota Tebing Tinggi Industri mebel kayu ini berada di Kota pembelahan kayu dengan mesin pemotong tebing Tinggi di Desa Bagelan Jalan dengan tangan dan mesin duduk portabel. Deblot Sundoro Kec. Padang Hilir. Pada proses pengetaman, debu dapat Industri ini berdiri sejak ≤ 15 tahun. berupa serat-serat kayu yang agak kasar Produk olahannya untuk bahan rumah dan halus yang dihasilkan oleh mesin tangga dan bangunan seperti lemari baju, pengetaman dengan tangan, sedangkan sofa/kursi, pintu, kusen dll. Bahan baku pada proses pengamplasan dapat berupa yang digunakan adalah kayu meranti, kayu serbuk kayu yang lebih halus yang jati, kayu rambutan dan triplek. Dalam dihasilkan dari penghalus dengan kertas kegiatan produksinya semua bahan baku pasir. Debu-debu ini berterbangan tersebut dibentuk dan diolah melalui memenuhi seluruh ruangan kerja. Untuk proses pemotongan, pengetaman, menghindari pekerja dari paparab debu pengamplasan, pembentukkan, pengecatan kayu, tidak semua pengelola menyediakan dengan menggunakan alat-alat tradisional alat pelindung diri. maupun mesin-mesin semi modren. B. Karakteristik Responden Ruangan untuk tempat proses pengolahan Karakteristik responden yaitu kayu terdapat pada proses pemotongan, meliputi umur dan pendidikan adalah pengamplasan dan pengetaman. Pada sebagai berikut: proses pemotongan dapat berupa serpihan Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik RespondenDi Industri Mebel Alam Makmur. No 1.
2.
Karakteristik Responden Umur 20-30 31-40 41-50 Jumlah Pendidikan SD SMP SMA
N
%
10 11 9 30
33,3 76,7 30,0 100
10 18 2
33,3 60,0 6,7
Jumlah
30
100
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa umur responden yang terbanyak adalah antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 11 orang (76,7%), dan umur responden yang paling sedikit yaitu berusia antara 4150 tahun sebanyak 9 orang (30,0%).Responden yang memiliki pendidikan terbanyak adalah SMP sebanyak 18 orang (60,0%), dan responden dengan pendidikan paling sedikit adalah SMA sebanyak 2 orang (6,7%).
1. Perilaku penggunaan masker pada karyawan di industri mebel alam makmur kota tebing tinggi tahun 2012. Perilaku penggunaan masker pada karyawan di industri mebel alam makmur kota tebing tinggiyang diamati meliputi perilaku penggunaan masker baik, dan perilaku penggunaan masker tidak baik. Penilaian pengkategorian perilaku penggunaan masker dapat dilihat dari lembar kuesioner dari total skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:
C. Analisa Univariat 67
kota tebing tinggiyang diamati meliputi D. Analisa Univariat perilaku penggunaan masker baik, dan 2. Perilaku penggunaan masker pada perilaku penggunaan masker tidak baik. karyawan di industri mebel alam Penilaian pengkategorian perilaku makmur kota tebing tinggi tahun penggunaan masker dapat dilihat dari 2012. Perilaku penggunaan masker pada lembar kuesioner dari total skor yang karyawan di industri mebel alam makmur diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel4.2 Distribusi Responden Berdasarkan kategori Perilaku Penggunaan Masker Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 No 1 2
Perilaku penggunaan masker Baik Tidak baik Total
N 21 9 30
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki Perilaku penggunaan masker baik sebanyak 21 orang (70,0%), dan responden yang memiliki Perilaku penggunaan masker tidak baik sebanyak 9 orang (30,0%) 2. kejadian penyakit ISPA pada karyawan di industri mebel alam makmur kota tebing tinggi tahun 2012
% 70,0 30,0 100
kejadian penyakit ISPA pada karyawan di industri mebel alam makmur kota tebing tinggiyang diamati meliputi ISPA dan tidak ISPA. Penilaian pengkategorian kejadian penyakit ISPA dapat dilihat dari lembar kuesioner dari total skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 DistribusiResponden Berdasarkan kategori kejadian penyakit ISPA pada karyawan di industri mebel alam makmur kota tebing tinggi tahun 2012 No 1 2
Kejadian ISPA ISPA Tidak ISPA Total
N 5 25 30
% 16,7 83,3 100
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kejadian ISPA sebanyak 5 orang (16,7%), dan responden dengan Kejadian tidak ISPA yaitu 25 orang (83,3%) E. Analisa Bivariat 1. Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 . Hubungan Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 Perilaku Penggunaan Masker Baik
Kejadian Penyakit Ispa ISPA Tidak ISPA N % N % 1 3,3 20 66,7 68
Total n 21
% 70,0
p value 0,019
Tidak Baik jumlah
4 5
13,3 16,7
5 25
16,7 83,3
9 30
30,0 100,0
Hasil analisis hubungan perilaku Penyakit Ispa Pada Karyawan Di Industri penggunaan masker dengan kejadian ISPA Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi diperoleh bahwa dari 21 orang responden tahun 2012. pada kategoriPerilaku penggunaan baik terdapat 1 orang (3,3%) yang memilikiKejadian ISPA dan 20 orang E. Hasil Pengukuran Kadar Debu (66,7%) yang memiliki Kejadian tidak Untuk mengetahui kadar debu di ISPA . Dari 9 orang responden pada ruang pemotongan, pengetaman dan kategori perilaku penggunaan masker baik pengamplasan pada industri mebel alam terdapat 4 orang (13,3%) yang memilki makmur dilakukan pengukuran dengan kejadian penyakit ISPA dan 5 orang menggunakan High Volume Air (16,7%) yang memilki. Kejadian tidak Sampler (HVAS). Setelah dilakukan ISPA . pengukuran dengan kecepatan udara 20 Hasil uji statistik pada tabel 4.4 liter/menit dan waktu pengambilan menunjukkan bahwa p= 0,019 < 0,05. Hal sampel selama 60 menit serta ini dapat diartikan bahwa ada hubungan dilanjutkan dengan perhitungan, didapat yang bermakna antara perilaku hasil sebagaimana yang tertera pada penggunaan masker dengan Kejadian tabel berikut ini. Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kadar Debu kayu
No
1
Nama Usaha/ Jumlah Pekerja Industri Mebel Alam Makmur
Lokasi Ruangan
Berat Kertas Saring
Hasil
Baku Mutu Debu (mg/m³)
Bt
Bo
Pemotongan
0.957
0.783
0.145
0.15
Pengetaman
1.067
0.712
0.295
0.15
Pengamplasan
0.916
0.764
0.126
0.15
Jumlah
Keterangan Di bawah baku mutu Di atas baku mutu Di bawah baku mutu
0.188
Hasil kadar debu di industri mebel alam makmur untuk ruangan pemotongan sebesar 0.145 mg/m³, untuk pemotongan 0.295 mg/m³, pengamplasan 0,126 mg/m³. Dari hasil pengukuran debu yang di peroleh kadar debu yang di bawah baku mutu (<0,15) yaitu pada ruangan pemotongan dan pengamplasan. Sedangkan pada kadar debu di atas baku mutu ruangan pengamplasan 0,295 mg/m³. Responden yang bekerja di ruangan dengan kadar debu dibawah baku (<0,15 mg/m³) mutu adalah 13 orang, sedangkan
yang bekerja diatas baku mutu (>0.15 mg/m³) adalah 17 orang responden. II. Pembahasan A. Perilaku Penggunaan Masker Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 Pembangunan di negara kita, khususnya pembanguan bidang industri berjalan sangat cepat.Penataan industri nasional yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prasyarat terbentuknya masyarakat adil, makmur, dan sejahtera 69
sesuai dengan nilai luhur pancasila. Konsekuensi dari proses pembangunan industri salah satunya adalah meningkatnya partikel debu yang dikeluarkan oleh industri tersebut. Industri mebel merupakan salah satu industri berpotensi menimbulkan polusi udara di tempat kerja yang berupa debu kayu. Debu kayu ini akan mencemari udara dan lingkungannya sehingga pekerja industri mebel dapat terpapar debu. Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan. Namun, kadangkadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga pihak manajemen akan mengambil kebijakan untuk melindungi pekerja itu dengan mengurangi sumber bahaya atau pun menggunakan alat pelindung diri (personal protective devices). Dari hasil distribusi frekuensi dapat dilihat hasil dengan menggunakan lembar kuesioner bahwa responden memiliki Perilaku penggunaan masker baik sebanyak 21 orang (70,0%), dan responden yang memiliki Perilaku penggunaan masker tidak baik sebanyak 9 orang (30,0%) Berdasarkan hasil dari penelitian maka Debu kayu ini akan mencemari udara dan lingkungannya sehingga pekerja industri mebel dapat terpapar debu. Perlindungan tenaga kerja melalui usahausaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan Dari hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan olehprasetyo pada tahun 2009 mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku penggunaan masker dan sehat dengan kejadian ISPA.Tingginya angka kejadian ISPA dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah mortalitas tinggi pada pekerja akibat tingginya konsetrasi debu yang ditimbulkan oleh industri mebel dan dinegara berkembang ISPA merupakan salah satu penyebab kematian
Dari hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mahwidhi bahwa terdapat pengaruh perilaku penggunaan masker terhadap kejadian ISPA dengan nilai probabilitas masing-masing 0,000 dan 0,043. B.Kejadian Penyakit ISPA Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Sinta, 2011). Pemakaian Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan menggunakanya.Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (Anizar, 2009). Namun, dalam realisasinya pemakaian alat pelindung diri (APD) akan sangat sulit mengingat para pekerja akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. Dari hasil distribusi frekuensi dapat dilihat hasil dengan menggunakan lembar kuesioner bahwa responden yang memiliki kejadian ISPA sebanyak 5 orang (16,7%), dan responden dengan Kejadian tidak ISPA yaitu 25 orang (83,3%).Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Masker merupakan salah satu bagian dari alat pelindung diri yang penting untuk meminimalkan risiko paparan debu yang dapat terinhalasi keparu-paru, maka disarankan penggunaan masker bagi pekerja yang terpapar debu. Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan Saluran Pernafasan atau keracunan akibat debu hasil produksi 70
adalah dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Penggunaan APD adalah pilihan terakhir dalam melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dari potensi bahaya, APD dilakukan setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi di gunakan (Anizar, 2009). C.Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 . Masker adalah pelindung wajah.Pelindung wajah terdiri dari dua macam pelindung diri yaitu masker dan kaca mata, dengan berbagai macam bentuk, yaitu ada yang terpisah dan ada pula yang menjadi satu.Pemakaian pelindung wajah tersebut dimaksudkan untuk melindungi selaput lendir hidung.Jenis-jenis masker seperti: masker penyaring debu, masker berhidung, masker bertabung dan kacamata.(Depkes RI, 2007). Efesiensi pelindung pernafasan dinyatakan dalam npf (nominal protection factor) yaitu jumlah kontaminan di udara disbanding jumlah kontaminan di muka. Alat ini bekerja dengan menarik udara yang dihirup melalui suatu medium yang akan membuang sebagian besar kontaminan. Untuk debu dan serabut, mediumnya adalah filter yang harus diganti jika sudah kotor, tetapi untuk gas dan uap yang akan dibuang. penggunaan masker dengan ukuran 3-5μ dapat menurunkan kadar debu yang masuk ke paru-paru pekerja hingga 87,6%. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh hasil nilai p (p value) = 0,019 ( p < α= 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesa alternatif diterima yaitu terdapatHubungan perilaku penggunaan masker dengan kejadian ISPA pada karyawan di industri mebel alam makmur kota tebing tinggi tahun 2012. Menurut Sinta (2011), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Maka teori inimenghindari penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Widoyono, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan yang telah ada di bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 . Karakteristik responden yang didapat dari hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang berumur 31-40 tahun sebanyak 11 orang, mayoritas responden yang berpendidikan SMP sebanyak 20 orang. Dari 30 responden bahwa perilaku penggunaan masker baik sebanyak 21 orang dan yang memiliki perilaku penggunaan tidak baik sebanyak 9 orang. Dari 30 responden bahwa kejadian penyakit ISPA sebanyak 5 orang, dan yang memiliki kejadian penyakit tidak ISPA sebanyak 25 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaHubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Karyawan Di Industri Mebel Alam Makmur Kota Tebing Tinggi dengan nilai p value 0,012 (α = 0,05). A. Saran 71
1. Bagi Pabrik dan Pekerja Industri Mebel Alam Makmur Diharapkan dapat Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan dalam merealisasikan pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi karyawannya. Agar dapat meningkatkan produktifitas industri mebel. Dan juga memberikan informasi dan menanbah pengetahuan tentang efek paparan debu terhadap gangguan fungsi paru dilingkungan industri mebel. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi program kesehatan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pada industri mebel di tempat lain dan sebagai referensi diperpustakaan sekaligus sebagai bahan masukan atau informasi bagi mahasiswa STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam. 3. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah keterampilan bagi peneliti dalam melakukan penelitian serta peneliti mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama menjalani pendidikan di STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam
Firdaus J. Kunoli, (2013). Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta: CV. Trans Info Media H. J. Mukono (2008), Pencemaran Udara Dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan, Surabaya: Airlangga University Press Kementerian Kesehatan. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012. Di akses pada tanggal 20 maret 2012 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA), 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Di akses pada tanggal 2009 Sinta Fitriani ( 2011). Ilmu Perilaku kesehatan, Jakarat: Salemba Medika Suma’mur, (2009).Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Sagung Seto Sulistyaningsih, (2011), Metodologi Penelitian Kebidanan, Yogyakarta: Graha Ilmu Widoyono, (2011).Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasanya, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Woro Riyadi. (2009). Pusat Penelitian Penyakit Tidak menular, Badan Litbang Kesehatan, Jakarta Yunus, Faisal, 1997. Dampak Debu Industri Pada Paru Pekerja dan Pengendaliaannya, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Anizar, (2009).Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri, Yogyakarta: Graha Ilmu Asiah, Nur, 2008. Kadar Debu dan Keluhan Kesehatan pekerja Usaha Pertukangan Kayu di Desa Sipare-pare Kabupaten Batubara, jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Sumatera Utara, Medan. Aziz Alimul Hidayat, (2011). Metode Penelitian Dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika. Carlisle, (2007).Keshatan Dan Keselamatan Kerja, Jakarta: Graha Ilmu Depkes RI, (2009). Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja, Jakarta Fardiaz, Srikandi, (2008). Polusi Air dan Udara, Jakarta: Kanisius
72
73