ISSN No. 2085 - 0859
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
PENGARUH PENGENDALIAN MATERIAL DALAM RANGKA PENCEGAHAN KETERLAMBATAN PADA PROYEK REVAMP OF PHOSPHORIC ACID PT. PETROKIMIA GRESIK Sugeng Dwi Hartantyo*) *) Dosen Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Abstrak Biaya bahan material merupakan bagian terbesar dari proyek, jadi sudah seharusnya bila penyelenggaraan proyek memberikan perhatian yang lebih besar terhadap system pengendalian bahan material. Untuk mengetahui pentingnya system pengendalian bahan material, maka dilakukan kajian pada proyek pembangunan gedung pada Proyek Revamp Of Phosporic Acid PT Petrokimia Gresik. Metode penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data antara lain : pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari beberapa sumber, kemudian dipelajari dan dilakukan triangulasi data. Hasil studi yang diperoleh dari Penelitian ini, untuk pengendalian bahan material menunjukkan bahwa (1) system pengadaan material pada proyek di mulai dengan perencanaan, seleksi, pembelian, penerimaan, pembayaran dan evaluasi. Semua tahap telah dilakukan, kecuali tahap seleksi terhadap calon pemasok, (2) system penyimpanan material pada proyek dilakukan pada gudang tertutup dan gudang terbuka, (3) system pemakaian dan pengambilan material pada proyek dilakukan dengan menggunakan blangko BPB (Bon Permintaan Barang) dan sudah di tanda tangani mandor.
663 | P a g e
ISSN No. 2085 - 0859 I.
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
PENDAHULUAN Suatu proses kontruksi bangunan seperti halnya pembangunan pada proyek revamp of phosphoric acid PT Petrokimia Gresik dapat terlaksana jika bahan bangunan dapat dipenuhi. Bahan bangunan ini memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan penunjang utama untuk terciptanya sebuah bangunan. Bahan bangunan adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses kontruksi. Bahan-bahan bangunan yang dipakai dalam pembangunan gedung ini antara lain ; semen, krikil, pasir, batu bata, besi, dan lain-lain. Karena bahan bangunan mempunyai fungsi yang cukup penting dalam pelaksanaan proyekini, maka diperlukan system pengendalian.Yakni usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang, system informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standart, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standart, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang dibenarkan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto. 1995:228). Sistim pengendalian bahan tersebut meliputi, system pengadaan, system penyimpanan, system pemakaian. System pengendalian sangat diperlukan agar bahan dapat digunakan secara optimal. Sampai saat ini masih sedikit informasi tentang bagaimana sistim pengendalian bahan bangunan di lokasi proyek yang benar, sehingga perlu untuk dilakukan pengamatan mengenai manajemen pengendalian material, agar nantinya dapat memberikan informasi tentang pengendalian peralatan kerja dan bahan untuk proyek kepada pihak yang membutuhkan. Kraiem dan Dickmann (1987), menyatakan sebab terjadiny aketerlambatan waktu pelaksanaan proyek dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu : Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan kelalaian atau kesalahan pengguna jasa. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay) yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan penyedia jasa. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar 663 | P a g e
kendali baik penyedia jasa maupun penyedia jasa. Proses manajemen bertujuan mencapai sasaran dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mendayagunakan sumberdaya yang tersedia. Pada proyek kontruksi, penerapan delapan fungsi manajemen : penetapan tujuan (goal setting), perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),pengisianstaf (staffing), pengarahan (directing), pengawasan (supervising), pengendalian (controlling) dan koordinasi (coordinating), mutlak harus dilakukan guna mencapai keberhasilan proyek. II. METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk penyususnan proposal penelitian ini, digunakan beberapa, metode pengumpulan data, yaitu : (a) pengamatan, (b) wawancara, (c) dokumentasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada pembahasan dibawah ini : Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati OPjek penelitian secara langsung dan melakukan proses pencatatan atau dokumentasi tertulis. Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan Objektif, sesuai dengan focus rumusan masalah yang telah ditentukan yaitu pada sistem pengendalian peralatan dan bahan pada proyek pembangunan Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petro Kimia Gresik. Wawancara Dalam metode wawancara ini bentuk pertanyaan menggunakan panduan wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar mengenai pokok-pokok yang ditanyyakan dalam proses wawancara. Penyusunan pokok-pokok ini dilakukan sebelum wawancara diadakan. Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Panduan wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar proses danisiwawancarauntukmenjaga agar seluruh pokok-pokok yang direncanakan dapat tercangkup seluruhnya. Paduan wawan cara dapat dilihat pada lampiran. Penataan data selama wawan cara penting sekali karena data dasar yang akan dianalisis didasarkan pada ‘kutipan’ hasil wawancara. Oleh karena itu, pencatatan data
ISSN No. 2085 - 0859
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
perlu dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data-data mengenai system pengendalian peralatan dan bahan di lapangan. Sasaran wawancara diberikan kepada orangorang yang berhubungan langsung dengan pengendali peralatan kerja dan bahan seperti project manager, site manager, logistic proyek, bagian gudang/penyimpangan, dan bagian keuangan. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data yang diperoleh dari arsip yang berupa foto mengenai pengendalian peralatan dan bahan yang meliputi pengadaan, penyimpangan, perawatan dan pemakaian yang berkenaan dengan permasalahan yang diangkat dalam proposal penelitian ini. Analisis Data Proses anaisis data dimulai dengan memahami seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan pengamatan dan dokumentasi berupa foto serta format pembukuan tentang pengendalian material pada proyek pembangunan Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petrokimia Gresik. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka dilakukan triangulasi data. Dalam proses ini akan menganalisis system pengendalian peralatan kerjadan bahan antara kajian pustaka dengan pelaksanaan di lapangan. Sudah sesuaikah pengendalian di lapangan tersebut dengan system pengendalian yang ada dalam kajian. Dengan begitu penulis akan lebih mengetahui perbedaan antara keduanya. III.PEMBAHASAN A.Sistem Pengendalian Bahan (Material) System pengendalian bahan atau material sangatlah penting, mengingat presentase biaya kebutuhan material untuk pelaksanaan proyek mencapai 30-40 % dari biaya proyek secara keseluruhan.Maka dari itu pengendalian untuk material proyek harus benar-benar diperhatikan. Penulisan mengelompokkan sistem pengendalian bahan atau material dalam proyek ini menjadi tiga bagian, yaitu : sistem pengadaan, sistem penyimpanan dan sistem pemakaian. B.Sistem Pengadaan 664 | P a g e
Pengadaan material dalam suatu proyek sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan. Jika pengadaan material tidak terkoodinir dengan baik, maka pelaksanaan suatu proyek akan kacau. Oleh karena itu, pengadaan material sangatlah penting dan harus dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur. Program pengadaan memerlukan pengetahuan mutakhir mengenai jenis material yang memenuhi standar spesifikasi, tetapi masih bisa diperoleh dengan biaya modal dan operasi yang terendah.Apabilah tidak ditangani dengan baik, proses pengadaan material berpotensi mengundang permasalahan yang tidak dikehendaki. Prosedur pengadaan material antara lain : 1. Secepatnya kontraktor melalui Site Manager atau Pelaksana mengajukan contoh material yang akan didatangkan sesuai spesifikasi dalam RKS proyek tersebut, pada saat rapat lapangan pertama kali. 2. Contoh material yang telah disetujui harus dipasang di dalam direksikeet sebagai pedoman mutu material, contoh material-material tersebut ditempatkan dalam kotak-kotak kecil yang diberikan sakat-sekat untuk masing-masing jenis. 3. Apabila tanpa mengajukan contoh atau pengajuannya bersamaan dengan datangnya material tersebut, maka Pengawas Lapangan atau Direksi berhak menolak dan member perintah untuk mengeluarkan material tersebuat dari lokasi pekerjaan. Di dalam proyek Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petro Kimia Gresik ini system pengadaan material dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu : perencanaan, seleksi, pembelian, penerimaan, pembayaran dan evaluasi. C.Pengadaan Material Campuran Beton 1. Perencanaan Dalam pelaksanaan pembangunan Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petro Kimia Gresik, pihak kontraktor tidak melakukan tahap perencanaan untuk pengadaan campuran beton, karena menggunakan beton Ready Mix.Untuk perencanaannya, PT. SWG telah menyerahkan semuanya kepada perusahaan yang membuat beton Ready mix. 2. Seleksi
ISSN No. 2085 - 0859
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
Tahap seleksi terhadap supplier dalam proyek ini juga tidak dilakukan.Hal tersebut dikarenakan kontraktor sudah mempunyai langganan tetap yang mensupplai beton ready mix ke proyek. Kontraktor menjelaskan bahwa mereka mempunyai langganan tetap yang mampu mensuplai secara penuh beton ready mix untuk proyek, hal ini juga ditegaskan bahwa perusahaan tersebutlah yang benar-benar dipercaya mampu memenuhi criteria pemesanan mereka tanpa melakukan kecurangan, seperti missal jika dipesan beton K-300 maka K-300 pasti yang benar-benar mereka dapat tanpa adanya pengurangan. 3. Pembelian Proses pembelian beton ready mix dilakukan PT. SWG dengan melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada supplier yang menjadi langganan mereka, yaitu PT. Karya Inter Nusa (KIN) dan PT. Varia Usaha Beton. Pada proyek ini awal proses pembelian dilakukan dengan membuat OP yang dilakukan oleh bagian logistic proyek. Bagian logistik proyek menyampaikan surat OP ke Projet Manajer untuk mendapatkan persetujuan. Proses selanjutnya, bagian logistik proyek menyampaikan OP tersebut kepada bagian logistik pusat. Logistik pusat kemudian melakukan pemesanan kepada perusahaan beton ready mix. Pembelian dilajukan dengan via telepon dan surat OP dikirimkan melalui faximile. 4. Penerimaan Beton ready mix dikirim ke lapangan dengan tanggal dan waktu pengiriman yang telah disepakati dalam Surat Pembelian atau OP. Jika campuran beton sudah datang dilapangan maka bagian logistic dengan diawasi oleh pelaksana dan manajer proyek melakukan pengecekan, apakah beton ready mix yang dipesan sudah sesuai dengan perjanjian baik itu mutu betonnya ataupun volumenya.Salah satu contoh pengecekan sederhana yaitu dengan uji slump, apakah sudah sesuai dengan slump yang diinginkan, selesai itu juga dilakukan pengambilan sampel untuk uji tekan kekuatan beton tersebut, sehingga dapat diketahui kekuatanbeton tersebut. Uji tekan sampel beton ready mix dilakukan di laboratorium KIN sendiri dengan menyertakan hasil uji tes beton tersebut dengan mengetahui manajer proyek. 5. Pembayaran 665 | P a g e
Pembayaran pembelian beton ready mix dilakukan dengan menggunakan BG. Perusahaan sebagai supplier beton tersebut akan mengirimkan stafnya ke PT. SWG (Pelanggan) dengan membawa sejumlah tagihan. Adapun kelengkapan tagihan antara lain surat jalan kirim, bukti penerimaan barang, pesanan pembelian kepada supplier, kuitansi bermaterai dan nota/faktur, bukti pembayaran dan tanda terima tagihan. Tanda terima tagihan digunakan untuk mengambil BG. 6. Evaluasi Setelah beton ready mix dikirim ke lapangan, proses selanjutnya adalah melakukan evaluasi.Apakah beton yang didatangkan sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam Surat Pesanan Pembelian baik mutu ataupun volume betonnya. Evaluasi tersebut sangatlah penting mengingat untuk menjaga kualitas dan kuantitas yang sama dengan Surat Pesanan Pembelian atau OP yang diajukan. D. Sistem Penyimpanan Ketika material sudah diterima kontraktor, maka material tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab petugas gudang.Tanggung jawab pergudangan PT. SWG dalam proyek ini diserahkan kepada bagian logistic.Semua material yang sudah diperikasa dan dicatat pada lampiran penerimaan material, oleh bagian logistic langsung dimasukan ke dalam gudang. Untuk mengendalikan keluar masuknya material dari gudang, bagian logistic bertugas mencatat keluar masuknya material, baik material yang datang maupun material yang akan dipakai. Hampir keseluruhan material untuk kebutuhan proyek ini mudah rusak jika terpengaruh oleh kondisi cuaca.Untuk menghidarinya, material yang rantan oleh pengaruh cuaca disimpan di dalam gudang penyimpanan. Di dalam gudang penyimpanan semua material akan terlindung dan keawetannya dapat terjaga sehingga material tersebut dipakai di lapangan. System penyimpanan material padaproyek ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh kepala logistik yang dibantu oleh dua orang bagian penempatan material (helper). Material yang tidak langsung habis digunakan dilapangan akan disimpan digudang. Pada proyek ini terdapat dua gudang penyimpanan yaitu gudang tertutup dan gudang terbuka.Gudang tertutup terletak di
ISSN No. 2085 - 0859
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
sekitar proyek, tepatnya di sebelah utara proyek. Gudang penyimpanan ini memiliki luasan 2,5 x 12 m. lantai gudang difinishing dengan rabat beton. Gudang tertutup tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan semen dan material serta peralatan proyek lainyang rentan terhadap pengaruh cuaca. Gudang tertutup ini memiliki ruangan los tanpa ada penyekat.Untuk penyimpanan material hanya dikelompokkan sesuai jenisnya dan diberi jarak pada masingmasing, tanpa diberi penanda dan penomeran pada masing-masing jenis, sehingga sedikit sulit dalam pengenalannya.Untuk penyimpanan paku, keni dan badrat hanya diletakkan di timba dan kardus pembungkus barang tersebut. Penyimpanan semen pada gudang proyek ini diletakkan di atas tanah dengan diberi alas balok kayu dan geladak sebagai tumpuannya, sehingga semen tidak langsung menyentuh tanah.Hal ini dilakukan agar semen disimpan tetap dalam kondisi kering dan tidak lembab, karena jika disimpan di tempat lembab dapat merusak kualitas semen. Jarak semen dengan lantai ± 8 cm sedangkan jarak semen terhadap dinding ± 30 cm, sehingga semen tidak langsung menempel pada lantai dan dinding. Pengaturan penempatan semen ini kurang baik karena semen yang baru datang langsung ditumpu menjadi satu dengan semen yang lama, karena ruangannya terlalu sempit.Sehingga semen yang lama tidak sempat diambil karena tertumpuk dengan material semen yang baru datang. Dari hasil pengamatan semen ini tertumpuk dengan rapi, dengan tinggi tumpukan kurang dari 2 meter, sehingga pecahnya semen pada tumpukan paling bawah dapat dihindari. Disamping gudang tertutup terdapat gudang terbuka.Yang dimaksud gudang terbuka disini adalah lahan terbuka yang los tanpa dinding dan hanya diberi penutup atap dari terpal. Gudang terbuka dalam proyek ini digunakan untuk menyimpan multiplek dan kayu ukuran 5/7 cm dan 6/12 cm sebagai bahan bekisting tersebut disimpan dengan cara ditumpuk. Bekisting tidak diletakkan begitu saja langsung menempel dengan lantai, melainkan di bawah bekisting diberi kayu yang diatur sedemikian rupa sebagai alas.Untuk tempat pemotongan dan perakitan bekisting dilakukan disebelahnya. 666 | P a g e
Gudang terbuka padaproyek ini juga digunakanuntuk menyimpan besi, namun gudang terbuka ini hanya untuk istilah saja, karena pada kenyataannya tempat ini hanya dipakai tempat para tukang besi melakukan aktivitasnya untukmemotong dan membengkokkan tulangan.Sedangkan besi tulangan hanya diletakkan begitu saja diatas tanah dengan resiko terkena panas dan hujan. Untuk penyimpanan agregat dan pasir ditumpuk dan ditempatkan secara terpisah, namun tanpa diberi alas sebagai sasarannya. Material pasir diletakkan pada tempat terbuka tanpa diberikan penutup terpal pada bagian atasnya, sehingga jika terjadi hujan akan hanyut sedikit demi sedikit. Sistem Pemakaian Pengambilan bahan atau material untuk keperluan kontruksi dilapangan pertama-tama harus dapat dari gudang.Oleh sebab itu jika persediaan material dilapangan habis maka harus mengambil material dari gudang.Untuk mengambil material dari gudang ada beberapa prosedur yang harus dilakukan. Sistem Pengendalian Bahan (Material) Sistem pengendalian bahan atau material adalah suatu system pendekatan organisasional untuk menyelesaikan permasalahan material yang memerlukan kombinasi kemampuan manajerial dan teknis. Ada tiga langkah penting dalam melaksanakan system pengendalian bahan atau material yang masing-masing akan dibahas secaramendetail dibawah ini. Sistem Pengadaan Sistem pengadaan material pada proyek pembangunan Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petro Kimia Gresik dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu : perencanaan, seleksi, pembelian, penerimaan, pembayaran dan evaluasi. Proses system pengadaan material tersebut sudah sesuai dengan teori Tribowo, dkk (2003 : 80) yang juga menyebutkan bahwa pengadaan material secara garis besar dibagi dalam beberapa tahap, yaitu : (1) perencanaan, (2) seleksi, (3) pembelian, (4) penerimaan, (5) pembayaran, (6) evaluasi. Pengadaan Material Toko dan Alam Rencana pengadaan material dimulai dari menghitung APP (Anggaran Pelaksanaan Proyek) untuk mendapatkan biaya keseluruhan material proyek.Setelah selesai dibuat selanjutnya perencana melaporkan hasil APP
ISSN No. 2085 - 0859
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
ke Project Manager. Selanjutnya Project Managerberkoordinasi dengan Site Manager untukmengajukan pengadaan material kepada bagian logistic. Site Managermengajukan daftar kebutuhan material kepada bagian logisstik proyek. Selanjutnya bagian logistic akan melakukan pengecekan digudang apakah masih ada stock material yang dibutuhkan. Jika ternyata material yang dibutuhkan tidak tersedia di gudang, maka logistic proyek akan mengajukan OP ke logistic pusat (contoh OP dapat dilihat pada lampiran). Logistik proyek harus meminta persetujuan OPterlebih dahulu kepada Manager Proyek, sebelum diberikan kepada logistic pusat. Setelah OP diterima, dengan segera logistic pusat membuat surat memo atau surat pengantar untuk pembelian material yang dibutuhkan kepada Supplier. Proses perencanaan pengadaan material sudah sesuai dengan pendapat Syafii (2008 : 8) yang menyebutkan bahwa perencanaan ini mencakup beberapa aktifitas penting, yaitu : (1) menyusun jadwal pengiriman material mengacu pada Master Schedul proyek yang disusun oleh Manajer Teknik dan disetujui oleh Project Manajer (PM), (2) danya permintaan pengadaan material dari unit yang memerlukan, dinyatakan dengan Surat Permintaan Pembelian atau OP. OP berisikan data-data yang menguraikan secara jelas produk yang dipesan, antara lain : volume dan waktu pengiriman atau penerimaan material, nama, merk dan spesifikasi material. E. SCHEDULE Schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Time schedule pada proyek konstruksi dapat dibuat dalam bentuk Kurva S Bar Chart Network Planning Schedule harian, Schedule mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti ms project a. Pelaksanaan Pekerjaan (Rill Lapangan) 667 | P a g e
Berdasarkan master schedule yang ada, dan actual kondisi lapangan saat ini (30/4/2014) progress pekerjaan masih terlambat 14,21 % terhadap rencana. Item pekerjaan yang banyak mengalami keterlambatan adalah adalah pada building Circular Storage dan Hot Water. b. Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Berdasarkan analisa, keterlambatan pekerjaan pada proyek Revamp Of Phosphoric Acid Petrokimia gersik yang dilaksanakan oleh PT.SWG ini dikarenakan pada building Circular Storage dan Hot Water tersebut membutuhkan banyak pekerjaan galian tanah, namun waktu pelaksanaan proyek bertepatan musim hujan, sehingga pada galian sering sekali tergenang oleh air hujan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk menguras air hujan yang memenuhi galian pada kedua building tersebut. c. Masalah Lain Penyebab Keterlambatan Selain faktor utama penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan diatas juga terdapat masalah-masalah lain yang menyebabkan progress pekerjaan menjadi terlambat, antara lain: d. Keterlambatan Kedatangan Material Utama Material utama dalam pekerjaan sipil adalah Besi, Beton dan Begisting, ketiga item tersebut adalah material-material utama yang juga dapat menghambat pekerjaan apabila tidak di datangkan sesuai dengan schedule yang telah direncanakan. Pada proyek RPAF yang dilaksanakan PT.SWG ini juga mengalami keterlambatan yang dikarenakan oleh material tersebut. Material Besi Pada proyek ini PT.SWG menggunakan beberapa supplier untuk pengadaan Besi, hal ini dikarenakan volume besi yang dibutuhkan PT.SWG sangatlah besar, total keseluruhan kebutuhan besi PT.SWG adalah 870 Ton. Karena volume yang sangatlah besar tersebut maka ada dua supplier yang tidak mampu menyuply besi sesuai kebutuhan. Sehingga terjadi keterlambatan kedatangan besi untuk proyek ini yang dikarenakan supplier tidak dapat memenuhi permintaan besi PT.SWG. Selain besi tulangan pada proyek Revamp Of Phosphoric Acid juga menggunakan material anchor bolt, disini PT Petrokimia menggunakan anchor bolt type M 24, M 30,M
ISSN No. 2085 - 0859
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
36, PT.SWG sendiri agak kesulitan mendapatkan anchor bolt dengan type tersebut diatas karna jarang di jumpai di pasaran, untuk menyiasati hal tersebut PT.SWG membeli material setengah jadi kemudian di serahkan ke CV.MMC (Mega Mitra Contruction) selaku bengkel fabrikasi untuk membentuk material besi tersebut sesuai dengan spesifikasi yang di inginkan PT.Petrokimia. Sementara dari pihak konsultan yaitu PT.WEC minta material anchor bolt harus di test dulu untuk mengetahui kekuatanya, PT.SWG bekerja sama dengan kampus ITS Surabaya untuk pengetesan anchor bolt tersebut, hasil dari pengetesan tersebut bisadi ketahui 2 minggu kemudian di karenakan pihak kampus ITS Surabaya juga melakukan pengetesan material-material yang lain. 1. Material Beton PT. Karya Internusa Beton ( PT. KIN ) adalah penyuply tunggal dalam proyek RPAF Petrokimia Gersik ini, dikarenakan PT. KIN telah membuat kesepakatan dengan PT. Petrokimia Gersik untuk menjadi penyuplai tunggal dalam proyek ini, sehingga untuk memudahkan penyediaan beton serta pengawasan mutu bangunan. PT. KIN membuat sebuah Batching Plant dalam area proyek. Namun kondisi yang ada pada lapangan saat ini, PT. KIN tidak dapat menyediakan beton sesuai dengan kebutuhan kontraktorkontraktor yang berada pada proyek ini. Pada khususnya PT. SWG yang memiliki volume beton paling besar. Kapasitas PT. KIN per hari hanya mampu menyuply 300 m3 beton, namun kebutuhan PT. SWG bisa mencapai 400 hinga 500 m3, dan volume tersebut belum termasuk kebutuhan kontraktor-kontraktor lain yang juga membutuhkan beton dengan volume yang besar. 2. Material Begisting Untuk pengadaan begisting PT. SWG mengandalkan PT. Anugrah Karya Sentosa (PT. AKS) dalam suply material dan pekerjaan begisting. Namun dalam pelaksanaannya PT. AKS juga belum dapat menyediakan material sesuai dengan squen pekerjaan PT. SWG yang begitu besar, sehinga ada beberapa item pekerjaan yang dirasa PT. AKS tidak dapat melakukan penyediaan material, maka PT. SWG sendiri yang melakukan pengadaan material tersebut untuk dapat mengejar beberapa keterlambatan pekerjaan. 3. Man Power 668 | P a g e
Selain faktor material juga terdapat faktor manpower yang juga mempengaruhi keterlambatan progress pekerjaan PT. SWG. Dikarenakan kesulitan mencari manpower lokal, maka PT. SWG mengunakan manpower daari luar daerah Gresik, maka konsekuensi dari hal tersebut adalah lamanya waktu tempuh man power untuk kembali ke lokasi proyek setelah libur akhir pekan, disamping itu juga untuk bekerja di area PT.Petrokimia Gresik setiap pekerja harus memiliki KIB (Kartu Identitas Bekrja), untuk pengurusan KIB sendiri memerlukan waktu yang lumayan lama karena harus safety induction terlebih dahulu, kemudian sehari setelah safety induction dilakukan proses foto, pada pengurusan KIB sendiri memerlukan waktu sekitar satu minngu IV. KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan tentang system Pengendalian Bahan/Material pada proyek pembangunan Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petro Kimia Gresik ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Prosedur pengadaan material pada proyek pembangunan Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petro Kimia Gresik ini secara garis besar dibagi dalam beberapa tahap yaitu : (a) Perencanaan, (b) Seleksi, (c) Pembelian, (d) Penerimaan, (e) Pembayaran dan (e) Evaluasi. 2. Prosedur penyimpanan material pada proyek pembangunan Gedung Revamp of Prosphoric Acid PT. Petro Kimia Gresik dilakukan pada gudang tertutup dan gugang terbuka. Gudang tertutup untuk material yang rentan terhadap pengaruh cuaca, dan gudang terbuka untuk material yang tahan terhadap pengaruh cuaca, tetapi tempatnya juga harus terlindungi. Perlindungannya hanya dnegan penutup atap dari terpal, misalnya adalah material besi tulangan dan pasir. 3. Prosedur pemakaian / pengambilan material hanya dengan menggunakan surat kitir dari mandor. A. Saran 1. Sebelum melakukan pembelian disarankan agar diadakan tahap seleksi terhadap calon supplier karena berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, pihak proyek hanya menerapkan system kepercayaan kepada
ISSN No. 2085 - 0859
[JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]
2.
supplier yang telah ditunjuk (sudah menjadi langganan). Penyimpanan bahan-bahan yang digunakan sebaiknya mengikuti standar yang ditentukan. Penulis berharap agar dilakukan penelitian lanjutan pada system pengendalian peralatan dan bahan / material untuk jenis pekerjaan yang lain, sebagai informasi bagi mahasiswa dan pelaksana proyek mengingat biaya peralatan dan material merupakan bagian terbesar bagi proyek, karena penelitian seperti ini jarang dilakukan.
3.
DAFTAR PUSTAKA ANDI. Harbiyanto, dkk. 2008. Kontraktor Bangunan Gedung Dan Sipil. Yogyakarta : Kanisius. Dickmann JE. (1987) Concurrent Delays in Construction Project, Journal of Construction Engineering and Management ASCE, vol.113 no.4 ,pp.591-602.4. Dipohusodo, Istimawan, 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Ervianto, Wulfram I. 2002.Manajemen Proyek Kontruksi. Yokyakarta : Jakarta : Erlangga. Jakarta : Gramedia. Lock, Dennis, 1994. Manajemen proyek edisi ketiga. Jakarta : Erlangga. Soeharto, Iman. 1995. ManajemenProyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jakarta : Erlangga. Sudinarto, dkk.1990. Manajemen Kontruksi Professional Edisi Kedua. Syafii, Rosita Rahayu. 2009. Sistem Pengadaandan Penyimpanan Material Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mardi Waluyo Kota Blitar. Proyek akhir tidak diterbitkan. Malang : Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Tribowo, dkk, Bambang, dkk. 2003. Buku referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : Universitas Negeri Malang.
669 | P a g e