ISSN: 1978 - 1253
Edisi 12 Vol.VII.No.01/Juni 2012
D D ii tt er er b b ii tt k ka an n O O ll eh eh :: Kemen mentter r i iaann Kes Ke K eseh e haattaann RRII Ba ad da an n P P en en el el ii tt ii a an n d da an n P P en en g ge e mb mb a an ng ga an n Kes Kes eh eh a a tt a an n B Lo k ka a Li Li tt b ba an ng g P P2 2B B2 2 C C ii a a mi mi s s Lo J ll .. R Ra a ya ya P Pa an ng ga an nd da a rr a an n Km. Km. 3 3 B Ba ab ba ak ka an n J Pa an ng ga an nd da a rr a an n C C ii a a mi mi s s 4 46 63 39 96 6 P
SUDUT REDAKSI
DAFTAR ISI SUDUT REDAKSI …….. 2
“Satu-satunya pertanyaan untuk ditanyakan pada diri sendiri adalah, seberapa besar Anda bersedia berkurban untuk meraih kesehatan?”
ISSN: 1978 - 1253 Terbit Pertama: Desember 2006 (Terbit 2 Kali Setahun: Juni, Desember) Pemimpin Umum/ Penanggung Jawab: Kepala Loka Litbang P2B2 Ciamis Dewan Redaksi: Lukman Hakim, SKM, Dap & E. Roy Nusa RES, SKM, MSi. Endang Puji Astuti, SKM, MSi. Arda Dinata. Pemimpin Redaksi/ Redaktur Pelaksana: Arda Dinata. Sekretaris Redaksi: Dian Yusmiadji. Reporter: Mara Ipa; Heni Prasetyowati; Andri Ruliansyah; Yuneu Yuliasih; Marliah Santi; Joni Hendri; Wawan Ridwan; Hubullah Fuadzy. Layout: Arda; Usman. Tata Usaha: Kuswara, S.Sos. Iklan & Marketing: Pandji W. Dhewantara; Firda Y.P. Alamat Redaksi: Loka Litbang P2B2 Ciamis Jl. Raya Pangandaran Km. 3 Babakan Pangandaran - Ciamis 46396 Telp/ Fax. (0265) 639375 http://www.majalahinside.blogspot.com
Pembaca, keberadaan penyakit tular vector, termasuk Malaria ternyata masih terjadi di beberapa daerah dalam wilayah Indonesia. Untuk itu, tidaklah berlebihan bila kita selalu waspadai sejak dini terhadap penyakit tersebut. Sudah siapkah Anda berkurban untuk mengatasi penyakit Malaria? Bukanlah, akan lebih bijak bila kita mengutamakan pencegahan daripada mengobatinya. Sebab, biaya mencegah itu (sesungguhnya) lebih murah dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Jadi, mari kita kenali gejala-gejala penyakit (Malaria) yang berbahaya bagi seluruh anggota keluarga agar terhindar dari kehadiran penyakit di sekitar lingkungan hidup manusia. Majalah inside Edisi 12 Vol. VII. No. 01/ Juni 2012 hadir dengan fokus utama: Epidemiologi dan Pencegahan Malaria; dan Kenali Sejak Dini Faktor Resiko Kejadian Malaria. Di edisi ini, Pembaca juga dapat menikmati aneka tulisan lainnya yang tidak kalah menariknya terkait dengan motivasi pengembagan diri pegawai, yaitu: Perencanaan Karier Individu dan Organisasional; dan Sukses Menulis Karya Tulis Ilmiah di rubrik Spirit Loka. Semoga aneka tulisan di Majalah inside edisi ini dapat menjadi jalan keilmuan bagi siapa pun.. Sehingga lewat media ini, kita akan selalu berbagi dan menyampaikan ilmu agar hidup ini lebih bernilai. Akhirnya, kami ucapkan selamat membaca edisi nomer ini. Kami pun tetap menanti kiriman tulisan, masukan dan kritikan dari Pembaca.
DAFTAR ISI …… 3 CAKRAWALA …… 4 EDITORIAL: Waspadai Malaria ...… 5 FOKUS UTAMA: Epidemiologi dan Pencegahan Malaria ...… 7 Kenali Sejak Dini Faktor Resiko Kejadian Malaria…. 13 LAPORAN DAERAH: Potret DBD Kota Sukabumi …… 21 HASIL PENELITIAN: Karakteristik Tempat Perindukan Aedes spp dan Paritisipasi Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Sukarami Kecamatan Sukarami Kota Palembang ..... 25 SPIRIT LOKA: Perencanaan Karier Individu dan Organisasional ….. 37 Sukses Menulis Karya Tulis Ilmiah….. 41 ALTERNATIF: Mengenal Senyawa Metabolit Sekunder? …. 44 Senyawa Bioaktif Pengusir Nyamuk ….. 46 PENDIDIKAN: Patofisiologi Perdarahan Pada Penderita DBD ... 49 Buah Ketumbar Sebagai Pengendali Nyamuk …. 53
Redaksi
Redaksi menerima karya tulis asli. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah isi. Tulisan yang dimuat sepenuhnya menjadi hak Majalah inside. Karya yang tidak dimuat akan dikembalikan apabila disertai sampul yang sudah diberi alamat lengkap dan perangko secukupnya. Pengiriman karya tulis disertai alamat lengkap, nomor telepon/fax, dan alamat e-mail. Untuk tulisan panjang (5-7 halaman) maksimal 10.000 karakter without space di Microsoft Word, sedangkan tulisan pendek/stopper (1-2 hal) maksimal 2.000 karakter without space di Microsoft Word. Hak cipta atas seluruh artikel yang dimuat di majalah ini, sepenuhnya menjadi milik redaksi. Redaksi berhak untuk mengumumkan dan memperbanyak, tanpa perlu persetujuan/izin penulis/pengirimnya.
2
Inside
Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012
DUNIA PUSTAKA: Jurus Jitu Atasi Penyakit Bersumber Nyamuk…. 56 TAFAKUR: Janji Itu Kehormatan Manusia….. 58
inside Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012
inside
3
FOKUS UTAMA
MALARIA itu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Penyakit ini ditularkan nyamuk Anopheles betina. Dalam epidemiologi malaria akan diamati tentang penyebaran malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktornya adalah host (manusia dan nyamuk), agent (parasit), dan lingkungan (Depkes RI,1999). Host ini meliputi manusia (host intermediate) dan nyamuk Anopheles (host definitive). Pada dasarnya, tiap orang bisa terinfeksi agent (penyebab malaria). Ada beberapa faktor intrinsik yang mempengaruhi kerentanan penjamu terhadap agent, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas (keturunan) status gizi dan tingkat imunitas. Pada konteks ini, hanya nyamuk Anopheles betina yang mengisap darah. Darah ini diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Faktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah terkait dengan perilaku nyamuk. Berbicara perilaku nyamuk, maka tidak akan terlepas dari tempat hinggap atau istirahat. Secara tempat hinggapnya, nyamuk ini dibedakan atas eksofilik (nyamuk yang lebih suka hinggap/istirahat di luar rumah) dan nyamuk endofilik (nyamuk yang lebih suka hinggap/istirahat di dalam rumah). Sementara itu, berdasarkan tempat menggigitnya, nyamuk itu dibedakan atas nyamuk eksofagik (nyamuk yang lebih suka menggigit di luar rumah) dan nyamuk endofagik (nyamuk yang lebih suka menggigit di dalam rumah). Adapun dilihat berdasarkan obyek yang digigitnya, maka nyamuk itu dibedakan menjadi: nyamuk antrofofilik (nyamuk yang lebih suka menggigit manusia) dan nyamuk zoofilik (nyamuk yang lebih suka menggigit hewan). Faktor lain yang penting terkait perilaku nyamuk ini adalah (a) umur nyamuk (longevity). Di sini, diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh nyamuk menjadi sporosoit yakni bentuk parasit yang siap menginfeksi manusia sehat. Apabila umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni replikasi parasit Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012
inside
7
FOKUS UTAMA
dalam tubuh nyamuk (sekitar 5-10 hari), maka dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak dapat menjadi vektor. Semakin panjang umur nyamuk, maka semakin besar kemungkinannya untuk menjadi vektor. (b) Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit. Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya, tentu biasanya melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri, sehingga dapat membunuh nyamuk itu sendiri (Nicholas, 2011). (c) Frekuensi menggigit manusia. Semakin sering seekor nyamuk yang mengandung sporosoit menggigit, maka semakin besar kemungkinan dia menularkan penyakit malaria. (d) Siklus gonotrofik. Yakni, waktu yang diperlukan untuk mematangkan telur. Sementara itu, agent (penyebab penyakit) ini adalah semua unsur atau elemen hidup atau pun tidak hidup di mana dalam kehadirannya, bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab malaria termasuk agent biologis yaitu protozoa. Aspek lingkungan Adapun aspek lingkungan adalah di mana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk akan berkembangbiak dengan baik, bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembangbiak. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosial budaya (Depkes RI,1999). Berdasarkan lingkungan fisik ini, terdiri dari: Pertama, suhu udara. Komponen suhu udara ini sangat penting karena mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ektrinsik. Pengaruh suhu ini berbeda tiap spesies, contohnya pada P.falciparum pada suhu 26,7°C, masa inkubasinya memerlukan 10-12 hari. Kedua, kelembaban udara. Kelembaban udara ini mempengaruhi kecepatan berkembangbiak, kebiasaan menggigit, istirahat dan kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. 8
Inside
Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012
FOKUS UTAMA
Ketiga, hujan. Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan (breeding places). Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya Anopheles. Keempat, angin. Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah adalah salah satu faktor yang menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung arah angin. Kelima, sinar matahari. Pengaruh sinar matahari berbeda-beda untuk tiap spesies, seperti pada larva An.sundaicus lebih suka tempat teduh, An.hyrcanus spp lebih menyukai tempat yang terbuka. Keenam, arus air. Beberapa spesies nyamuk ada yang menyenangi tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit seperti pada An.barbirostis, tapi An.minimus lebih menyukai tempat perindukan yang alirannya cukup deras. Ketujuh, tipe dinding rumah. Dinding rumah berhubungan dengan kegiatan penyemprotan rumah (indoor residual spraying). Insektisida yang disemprotkan ke dinding akan diserap, sehingga saat nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Sementara itu, aspek lingkungan kimia yang berpengaruh yaitu kadar garam. Pada larva An.sundaicus contohnya, akan tumbuh optimal pada air payau dengan kadar garam berkisar antara 12-18°/oo. Sedangkan aspek lingkungan biologi ini meliputi tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lainnya. Keberadaan lingkungan biologi ini, tentu dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk, karena ia dapat menghalangi sinar matahari masuk atau melindungi dari serangan mahluk hidup lain. Pada bagian lain, adanya ikan pemakan larva, seperti ikan kepala timah, gambusia, nila dan lainnya akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu, keberadaan ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk dewasa pada manusia, apabila kandang diletakkan di luar rumah dan jaraknya tidak jauh dari rumah (cattle barrier). Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012
inside
9
FOKUS UTAMA
Adapun faktor lingkungan lainya yang tidak boleh diabaikan adalah faktor lingkungan sosial budaya. Yang mana, faktor lingkungan sosial budaya ini sangat besar pengaruhnya dalam penularan malaria. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, pemasangan kawat kasa, penggunaan refellent yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat akan mempengaruhi angka kesakitan malaria. Penambangan timah, tambak yang tidak terurus akan menjadi tempat perindukan nyamuk potensial buatan manusia (man made breading places). Begitu pun, adanya perpindahan penduduk (migrasi) telah menyebabkan timbulnya penyakit malaria pada daerah yang awalnya bebas dari penyakit ini (Susana; 2011). Perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria impor (Harijanto; 2000). Pencegahan Malaria Upaya pencegahan dan pemberantasan malaria ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian malaria, melalui: (a) Upaya pemberantasan malaria terhadap tersangka atau penderita yang terbukti secara laboratorium positif malaria. (b) Pemberantasan nyamuk malaria melalui perbaikan lingkungan, penggunaan kelambu, penyebaran ikan pemangsa jentik, dan upaya lain untuk menekan penularan dan mengurangi gigitan nyamuk. Berikut ini, ada beberapa langkah dalam upaya pencegahan penyakit malaria di suatu daerah endemis malaria.
FOKUS UTAMA
2. Pengobatan penderita Malaria. Pengobatan dilakukan untuk mengurangi kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan mengurangi kerugian akibat sakit. Di samping itu, pengobatan dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari seseorang yang mengidap penyakit kepada orang sehat lainnya melalui gigitan nyamuk. Ada beberapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita malaria (Depkes RI,1999), meliputi: (a) Pengobatan malaria klinis, yaitu pengobatan yang diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan. (b) Pengobatan radikal, yaitu pengobatan yang diberikan kepada seseorang dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria. Pengobatan ini ditujukan untuk mencegah timbulnya kambuh. (c) Pengobatan massal (MDA/Mass Drug administration), yaitu pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk (> 80% penduduk) di daerah KLB (Kejadian Luar Biasa) sebagai bagian dari upaya penanggulangan KLB malaria. (d) Pengobatan kepada penderita demam (MFT/Mass Fever Treatment), dilakukan untuk mencegah KLB dan melanjutkan penanggulangan KLB, yaitu diulang setiap 2 minggu setelah pengobatan MDA sampai penyemprotan selesai.
1. Penemuan penderita. Penemuan penderita dilakukan dengan aktif oleh petugas khusus (JMD) yaitu dengan cara mengunjungi rumah penduduk secara teratur, juga dilakukan dengan cara pasif yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke puskesmas dan rumah sakit swasta maupun pemerintah yang menunjukkan gejala klinis malaria (passive case detection), diambil darahnya kemudian diperiksa di laboratorium.
3. Pemberantasan vektor. Pemberantasan vektor yang dilakukan di Indonesia, meliputi: Pertama, penyemprotan rumah. Sasaran lokasi penyemprotan rumah luar Jawa-Bali diprioritaskan pada desa yang berpotensi/rawan KLB bila batas penularannya jelas, sasaran lokasi dipersempit menjadi dusun/kampung, penyemprotan dilakukan 2 kali setahun, minimal dilakukan 2 tahun berturut-turut dan dilakukan satu bulan sebelum puncak kepadatan vektor atau dua bulan sebelum puncak insidens. Penyemprotan dihentikan bila PR < 2% dan PCD di puskesmas setempat sudah berjalan baik.
10 Inside
Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012
Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012
inside 11
FOKUS UTAMA
Kedua, penggunaan kelambu berinsektisida. Kriteria kegiatan pencelupan kelambu diantaranya adalah apabila masyarakatnya menolak untuk penyemprotan rumah (>20%), terjadi penularan di dalam rumah (berdasarkan pengamatan vektor) atau adanya penderita bayi positif. Ketiga, biological control. Penebaran ikan pemakan jentik dilakukan di desa daerah malaria yang terdapat tempat perkembangbiakan vektor potensial, airnya permanen dan cocok untuk perkembangbiakan ikan pemakan jentik. Keempat, larvasiding. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan kriteria jarak antara perkembangbiakan dengan pemukiman penduduk masih dalam jarak terbang vektor (± 2 km), penyemprotan dan pencelupan kelambu kurang efektif karena vektornya eksofagik dan eksofilik. 4. Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan lingkungan dalam pemberantasan malaria adalah kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak manusia dan vektor.*** Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI Dirjen PPM&PLP (1999), Modul Epidemiologi Malaria.Jakarta Departemen Kesehatan R.I Dirjen PPM&PLP (2003). Modul Promosi Gebrak Malaria 3, Jakarta Departemen Kesehatan R.I Dirjen PPM&PLP (2003). Modul Pengobatan Malaria , Jakarta Nicholas J White,(2011). Determinants of relapse periodicity in Plasmodium vivax malaria. Mahidol Oxford Tropical Medicine Research Unit, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, 420/6 Rajvithi Rd, Bangkok, 10400, Thailand Susana, Dewi (2011). Dinamika Penularan Malaria. UI Press.
12 Inside
Edisi 12 Vol.VII.No.01/ Juni 2012