ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI KANDIDAT PROBIOTIK DARI MEDIA PEMELIHARAAN DAN USUS IKAN LELE Clarias sp. UNTUK MENGHAMBAT INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila
RIDHANA DWI MEILITA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Isolasi dan Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik dari Media Pemeliharaan dan Usus Ikan Lele Clarias sp. untuk Menghambat Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2016 Ridhana Dwi Meilita NIM C14110068
ABSTRAK RIDHANA DWI MEILITA. Isolasi dan Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik dari Media Pemeliharaan dan Usus Ikan Lele Clarias sp. untuk Menghambat Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh SUKENDA dan RAHMAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri kandidat probiotik yang berpotensi untuk menghambat infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan lele dan mengevaluasi pengaruh penambahan bakteri kandidat probiotik terhadap pertumbuhan dan status kesehatan ikan berdasarkan parameter hematologi. Kandidat bakteri probiotik yang digunakan untuk perlakuan yaitu isolat U, karena isolat tersebut memiliki aktivitas amilolitik dan proteolitik. Penelitian ini terdiri atas 5 perlakuan, yaitu: kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 105 CFU/mL, perlakuan 107 CFU/mL, dan perlakuan 109 CFU/mL dengan masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan. Penambahan isolat bakteri pada pakan dilakukan dengan metode coating. Pakan diberikan secara at satiation dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali sehari. Uji tantang dilakukan pada hari ke-65 dengan penyuntikan A. hydrophila sebanyak 0,1 mL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan bakteri kandidat probiotik dalam pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap parameter pertumbuhan ikan lele. Akan tetapi mempengaruhi total eritrosit, kadar hemoglobin, dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele pada pakan yang diberi probiotik 109 CFU/mL. Kata kunci: Ikan lele, bakteri probiotik, A. hydrophila.
ABSTRACT RIDHANA DWI MEILITA. Isolation and Selection of Candidate Probiotic Bacteria from Culture Media and Intestine of Catfish Clarias sp. to Inhibit Bacterial infections Aeromonas hydrophila. Supervised by SUKENDA and RAHMAN. The purpose of this study was to obtain bacterial isolates as probiotic candidate that have the potential to inhibit of infection A. hydrophila in catfish and to evaluate the effect of candidate probiotic bacteria on fish growth and health status based on hematologic parameters. Candidate probiotic bacteria used for treatment namely U isolate, because this isolate have amylolytic and proteolytic activities. This study consisted of 5 treatments, namely negative control, positive control, treatment of 105 CFU/mL, treatment of 107 CFU/mL, and treatment of 109 CFU/mL with each treatment consisted of three replications. The method of adding bacteria in feed made by coating method. Probiotic coated feed given at satiation with the frequency of administration of 3 times a day. Challenge test was performed on day 65th with A. hydrophila injection of as much as 0.1 mL of 106 CFU/mL. The results of this study showed that the addition of candidate probiotic bacteria in the diet was not significantly different (P>0.05) on growth parameters catfish. But it affected on the total erythrocytes, hemoglobin levels, and survival rate at 109 CFU/mL of probiotic coated feed. Keywords: catfish, probiotic bacteria, A. hydrophila.
ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI KANDIDAT PROBIOTIK DARI MEDIA PEMELIHARAAN DAN USUS IKAN LELE Clarias sp. UNTUK MENGHAMBAT INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila
RIDHANA DWI MEILITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Isolasi dan Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik dari Media Pemeliharaan dan Usus Ikan Lele Clarias sp. untuk Menghambat Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila” berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2015-Januari 2016 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Dr Ir Sukenda, MSc dan Bapak Rahman, SPi MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran. 2. Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku dosen penguji tamu dan Bapak Dr Alimuddin, SPi MSc selaku dosen komisi program studi atas kehadiran dan sarannya kepada penulis. 3. Bapak Dadang Shafruddin, MS selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Mey Isyanto dan mamah Sofiah, serta kakak kecil Arina Rizki Apriyanti atas do’a, kasih sayang, perhatian dan dukungannya. 5. Bapak Ranta, Kak Dendi Hidayatullah, Kak Windu Sukendar atas bantuan dan sarannya selama penelitian. 6. Teman-teman BDP 48, khususnya LKI 48 (May Silvani Napitupulu, Hana Nafisah, Andini Yudita Sari, Dyah Anggun Paramita Indraswari, Fadhilatun, Kiki Amalia Pratiwi, Mulyati Hasanah, M. Mufthi Rafsyanzani, Iqbal Wijaya, Syifa Afianti, Hesti Irissanti, Adel Christian P. Sakeru, Fenti Nurul, Risma Suryani, Ermianus Samaley, dan Adhiet Yogi Utomo), Kak Dian Novita Sari, Wulan N. Rakhmawati, Rahmani Abda, Hamzah M. Ihsan, Amanah Haqqul Azli, Kak Dinda Januari Cipta, Kak Berman Fernando Sipayung, Kak Noberlin Solikhin, Fifin Binta Kumala atas dukungan dan bantuannya selama penelitian. 7. Anissa Wulan Pertiwi, Safira Maulidina, Ressa Yasmine Herlambang, Valentine V.G Hutapea, Deo Gracia Cahyadi, Rabiatul Awaliyah, Nesty Vavirya Kartika Dewi, Ayu Fakhrina, Rizky Puji Lestari, dan Liana Suci Ramadhan yang selalu mendukung dan menyemangati. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2016 Ridhana Dwi Meilita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi PENDAHULUAN ..............................................................................................1 Latar Belakang ................................................................................................1 Tujuan Penelitian .............................................................................................2 METODE ............................................................................................................2 Materi Uji ........................................................................................................2 Prosedur Penelitian ..........................................................................................2 Rancangan Penelitian ......................................................................................5 Parameter Penelitian ........................................................................................5 Analisis Data ...................................................................................................7 HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................8 Hasil.................................................................................................................8 Pembahasan .....................................................................................................16 KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................18 Kesimpulan ......................................................................................................18 Saran ................................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................19 LAMPIRAN ........................................................................................................21 RIWAYAT HIDUP .............................................................................................31
DAFTAR TABEL 1. Rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele ............................................... 5 2. Parameter kualitas air dan satuan selama pemeliharaan .................................. 7 3. Karakteristik mikroskopis isolat bakteri kandidat probiotik hasil pewarnaan gram ............................................................................................... 8 4. Hasil pengamatan bentuk morfologi koloni bakteri ......................................... 8 5. Hasil pengamatan pewarnaan Gram dan uji biokimia ..................................... 9 6. Hasil identifikasi isolat bakteri ........................................................................ 9 7. Hasil pengamatan aktivitas amilolitik dan proteolitik ................................... 10
DAFTAR GAMBAR 1. Hasil uji aktivitas enzim (a) amilase dan (b) proteolitik. Keterangan: (+) terdapat aktivitas dan (-) tidak terdapat aktivitas ........................................... 10 2. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele pada uji patogenitas. Perlakuan K (PBS), isolat M2 (Bacillus sp.), isolat M3 (Listeria sp.), dan isolat U (Bacillus sp.) .................................................................................................. 11 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) ........................................ 12 4. Jumlah konsumsi pakan ikan lele selama pemberian pakan uji dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) .................................................................................................................. 12 5. Konversi pakan ikan lele selama pemberian pakan uji dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) .................................................................................................................. 13 6. Laju pertumbuhan harian ikan lele selama pemberian pakan uji dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) ............................................................................................. 13 7. Total eritrosit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) ............................................................................................. 14 8. Total leukosit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) ............................................................................................. 14 9. Kadar hematokrit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) ............................................................................................. 15 10. Kadar hemoglobin ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif
(K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C) ............................................................................ 16
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Prosedur identifikasi tiap bakteri dengan uji biokimia ................................... 21 Hasil identifikasi dan karakteristik bakteri A. hydrophila .............................. 22 Data analisis statistik parameter uji ................................................................ 23 Parameter dan prosedur penelitian ................................................................. 29
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan air tawar dengan peningkatan permintaan konsumsi dan produksi budidaya yang terus meningkat di Indonesia. Pencapaian peningkatan produksi perikanan budidaya untuk ikan lele pada tahun 2014 sebesar 69.345 ton (LAKIP-KKP 2014). Peningkatan produksi ikan lele didukung dengan sistem budidaya intensif atau padat penebaran tinggi. Namun penerapan budidaya intensif sering mengakibatkan ikan rentan terhadap serangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu motile aeromonad septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Menurut Mangunwardoyo et al. (2010) ikan-ikan yang terserang A. hydrophila pada umumnya mengalami pendarahan yang meluas pada permukaan kulit (haemorrhagic septicemia), diikuti dengan timbulnya luka terbuka (ulcer) pada permukaan tubuh atau ke jaringan. Upaya penanggulangan yang biasa dilakukan yaitu dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik dalam akuakultur dapat mempengaruhi kesehatan hewan dan manusia yang dapat mengakibatkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik yang digunakan (Cabello 2006), sehingga dilakukan upaya lain untuk menghambat infeksi bakteri A. hydrophila yaitu dengan pemberian probiotik. Probiotik merupakan suplemen makanan yang berupa mikroba hidup dan memberikan keuntungan pada inang khususnya dalam keseimbangan mikroflora usus (Fuller 1989). Menurut Nayak (2010) dan Balcázar et al. (2006) probiotik adalah mikroorganisme yang dapat bermanfaat pada kesehatan inang, digunakan untuk peningkatan produksi akuakultur sebagai suplemen makanan, peningkatan resistensi terhadap penyakit, dan peningkatan kinerja pertumbuhan, serta meningkatkan kesehatan organisme. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai probiotik menunjukkan bahwa pemberian probiotik Bacillus P4I1 dengan dosis 104 CFU/mL efektif menekan pertumbuhan A. hydrophila, mencegah penyakit MAS dengan meningkatkan respons imun dan tingkat kelangsungan hidup serta laju pertumbuhan harian ikan lele dumbo Clarias gariepinus (Ulkhaq 2014). Selain itu, menurut Utami (2015) bahwa pemberian kultur kering probiotik dapat berpengaruh terhadap parameter gambaran darah. Isolasi bakteri probiotik sudah dilakukan oleh Firdaus (2012) yang berasal dari air kolam pemeliharaan dan usus ikan nila serta dilakukan juga oleh Agustina (2007) dari lingkungan pemeliharaan dan usus ikan lele dumbo yang mendapatkan bakteri Pseudomonas cepacia dan Kurthia gibsonii yang bisa digunakan sebagai kandidat probiotik dan meningkatkan kesehatan ikan lele dumbo. Putra (2010) menjelaskan bahwa bakteri yang diisolasi dalam saluran pencernaan ikan memiliki potensi cukup besar sebagai probiotik karena menghasilkan enzim exogenous dan dapat hidup baik di saluran pencernaan sehingga dapat membantu predigestion. Selain itu, menurut Agustina (2007) mikroflora yang berasal dari lingkungan perairan dapat menghadapi serangan penyakit.
2 Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi bakteri dari media pemeliharaan dan usus ikan lele untuk mendapatkan bakteri kandidat probiotik dan dilakukan uji aktivitas amilolitik dan proteolitik agar diketahui kemampuan untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein, serta pengaruh perbedaan kepadatan bakteri yang diberikan melalui pakan terhadap kelangsungan hidup, parameter pertumbuhan dan hematologi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri kandidat probiotik yang berpotensi untuk menghambat infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan lele dan mengevaluasi pengaruh penambahan bakteri kandidat probiotik dengan kepadatan bakteri yang berbeda yang dicampurkan ke pakan terhadap pertumbuhan dan status kesehatan ikan berdasarkan parameter hematologi.
METODE Materi Uji Materi uji yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri kandidat probiotik yang diisolasi dari media pemeliharaan dan usus ikan lele di Desa Ciampea, Bogor. Bakteri patogen yang digunakan adalah bakteri A. hydrophila yang diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Ikan. Ikan lele yang digunakan berasal dari Ciampea, Bogor, Jawa Barat dengan bobot rata-rata awal 16,15 ± 0,07 g.
Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri atas dua tahap penelitian. Tahapan tersebut yaitu (1) isolasi dan seleksi kandidat probiotik, dan (2) uji bakteri kandidat probiotik terpilih untuk pencegahan penyakit MAS. Berikut ini merupakan prosedur penelitian tahap pertama. Isolasi Bakteri dari Media Pemeliharaan Air sampel dari media pemeliharaan sebagai larutan stok diencerkan dengan phosphate buffer saline (PBS) hingga pengenceran 10-7. Sampel air yang diencerkan pada 10-5, 10-6, dan 10-7 disebar sebanyak 50 µL pada cawan petri berisi media trypticase soy agar (TSA) lalu diinkubasi pada suhu 27-30 oC selama 24 jam (Firdaus 2012). Isolasi Bakteri dari Usus Ikan Lele Usus ikan lele diambil dengan cara dibedah dan dipotong. Usus ditimbang sebanyak 0,1 g, dicampurkan dengan 0,9 mL PBS dan dimasukkan dalam tabung mikro lalu digerus hingga halus. Hasil gerusan ini dijadikan stok inokulum, kemudian 0,1 mL stok diencerkan ke dalam 0,9 mL PBS hingga pengenceran 10-7. Suspensi sampel pada pengenceran 10-5, 10-6, dan 10-7 disebar sebanyak 50 µL pada
3 cawan petri berisi media TSA lalu diinkubasi pada suhu 27-30 oC selama 24 jam. Setelah diinkubasi, koloni tunggal yang tumbuh pada media kultur dan memiliki bentuk berbeda diambil dengan menggunakan Ose lalu digores pada cawan petri berisi media TSA steril dengan metode gores kuadran. Isolat yang telah digores, diinkubasi kembali pada suhu 27-30 oC selama 24 jam untuk mendapatkan isolat murni berupa koloni tunggal. Isolat murni dipindahkan ke tabung reaksi berisi media TSA steril untuk disimpan sebagai stok isolat bakteri kandidat probiotik dan digunakan untuk uji selanjutnya (Firdaus 2012). Identifikasi Tiap Bakteri Identifikasi bakteri yang dilakukan dengan metode Cowan yaitu dengan melakukan uji pewarnaan Gram, uji katalase, uji oksidase, uji motilitas, dan uji oksidatif/fermentatif (O/F). Prosedur yang dilakukan untuk identifikasi tiap bakteri dapat dilihat pada Lampiran 1. Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik Seleksi bakteri kandidat probiotik dilakukan untuk mendapatkan bakteri yang berpotensi dipilih sebagai probiotik. Hasil dari isolasi bakteri tersebut diseleksi dengan melakukan uji amilolitik dan proteolitik. Uji amilolitik dan proteolitik Uji amilolitik dan proteolitik dilakukan untuk mengetahui aktivitas enzim amilase dan protease yang dihasilkan oleh masing-masing isolat, untuk menunjukkan kemampuan dalam menghidrolisis karbohidrat dan protein. Bakteri kandidat probiotik ditumbuhkan pada media TSA. Media TSA untuk uji amilolitik ditambahkan pati sebanyak 2%. Kemampuan menghidrolisis karbohidrat ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni yang tumbuh setelah media digenangi dengan reagen KI 1%. Sedangkan media TSA untuk uji proteolitik ditambahkan dengan susu skim sebanyak 2%. Kemampuan menghidrolisis protein ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni yang tumbuh. Isolat yang menunjukkan aktivitas amilolitik dan proteolitik dipilih untuk dilakukan uji patogenitas (Firdaus 2012). Uji patogenitas Isolat yang paling potensial berdasarkan uji amilolitik dan proteolitik diuji patogenitasnya pada benih lele untuk mengetahui tingkat keamanan isolat bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan cara suspensi isolat kandidat probiotik kepadatan 107 CFU/mL sebanyak 0,1 mL disuntikkan pada bagian intramuskular tubuh lele. Benih lele dipelihara dalam akuarium yang diisi air dengan volume 30 L dengan kepadatan 10 ekor/L dan diberi pakan komersil. Benih dipelihara selama 7 hari dan tingkat kelangsungan hidupnya diamati setiap hari dan dibandingkan dengan kontrol (penambahan dengan PBS 0,1 mL).
4 Uji In Vivo Satu isolat bakteri kandidat probiotik yang paling potensial berdasarkan uji amilolitik dan proteolitik serta uji patogenitas, selanjutnya diuji keefektivitasnya dalam menghambat bakteri A. hydrophila pada ikan lele. Berikut ini merupakan prosedur penelitian tahap kedua. Persiapan Wadah Akuarium dengan ukuran (60×30×35) cm3 dicuci dengan menggunakan sabun lalu dibilas dengan air bersih. Setelah itu, dilakukan desinfeksi akuarium dengan mengunakan klorin sebanyak 30 ppm dan dikeringkan selama 24 jam. Setelah itu, akuarium diisi dengan air yang berasal dari tandon hingga mencapai volume 30 L. Akuarium yang telah diisi air diberi aerasi. Jumlah aerasi yang digunakan sebanyak 15 buah atau terdapat 1 aerasi per akuarium. Persiapan Ikan Lele Ikan lele terlebih dahulu dipelihara dalam akuarium stok dengan ukuran (1×0,6×0,5) m3 untuk proses adaptasi selama 7 hari. Setelah itu, ikan dipindahkan ke dalam akuarium perlakuan dengan kepadatan 15 ekor per akuarium. Selama proses adaptasi ikan diberi pakan komersial dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali sehari secara at satiation. Persiapan Pakan Uji Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan komersial dengan kadar protein 30-32%. Pencampuran probiotik dengan pakan dilakukan setiap hari. Sebanyak 1 mL/100 g pakan (1%) kultur segar probiotik yang ditambahkan 2 mL/100 g pakan (2%) putih telur sebagai binder dicampurkan ke dalam pakan. Selanjutnya pakan diaduk hingga merata dan dikeringudarakan selama 15 menit (Brilliant 2014). Pakan tersebut diletakkan pada wadah kedap udara kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Pemeliharaan Ikan Selama Perlakuan Pengujian in vivo dilakukan untuk mengetahui pengaruh isolat probiotik yang dicampurkan melalui pakan terhadap daya tahan ikan lele. Pemberian kultur segar isolat probiotik yang diberikan melalui pakan selama pemeliharaan ikan lele dengan metode pencegahan yaitu pemberian pakan uji sebelum diuji tantang dengan A. hydrophila. Frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pagi (08.00-09.00 WIB), siang (12.00-13.00 WIB), dan sore (16.00-17.00 WIB) dengan metode pemberian pakan secara at satiation. Kualitas air tetap dijaga selama pemeliharaan dengan pergantian air sebanyak 80% setiap 3 hari sekali. Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini yaitu suhu, oksigen terlarut, pH, dan amonia. Uji Tantang dengan Bakteri A. hydrophila Uji tantang dilakukan setelah 65 hari pemeliharaan ikan lele yang diberikan pakan dengan penambahan bakteri kandidat probiotik. Bakteri patogen yang digunakan untuk uji tantang yaitu bakteri A. hydrophila yang sudah dimurnikan pada media TSA dan diinkubasi selama 24 jam. Identifikasi yang dilakukan yaitu pewarnaan Gram, uji katalase, uji oksidase, uji motilitas, uji oksidatif/fermentatif
5 (O/F) (Barrow dan Feltham 1993), dan uji karakteristik dengan menggunakan KIT API 20E. Hasil identifikasi dan karakteristik bakteri A. hydrophila dapat dilihat pada Lampiran 2. Rancangan Penelitian Penelitian ini terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan. Rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele perlakuan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele Simbol
Perlakuan
KK+ A
Pakan komersial Pakan komersial Pakan komersial + bakteri 105 CFU/mL Pakan komersial + bakteri 107 CFU/mL Pakan komersial + bakteri 109 CFU/mL
B C
Uji tantang PBS A. hydrophila √ √ √ √ √
Parameter Penelitian Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Tingkat kelangsungan hidup (TKH) merupakan persentase organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah awal yang dipelihara dalam suatu wadah. Tingkat kelangsungan hidup dihitung pada akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus (Effendie 1979). Keterangan parameter penelitian di Lampiran 4. 𝐍𝐭 𝐓𝐊𝐇 (%) = × 𝟏𝟎𝟎 𝐍𝐨 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Jumlah konsumsi pakan (JKP) ditentukan berdasarkan jumlah pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan lele. Perhitungan ini ditentukan dengan menimbang sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan lele. Keterangan parameter penelitian di Lampiran 4. JKP = pakan yang diberikan – sisa pakan Konversi Pakan (KP) Konversi pakan (KP) dihitung pada akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991). Keterangan parameter penelitian di Lampiran 4. 𝐊𝐏 =
𝐅 [𝐁𝐭 + 𝐁𝐦] − 𝐁𝐨
6 Laju Pertumbuhan Harian (LPH) Laju pertumbuhan harian (LPH) menunjukkan persentase pertumbuhan bobot harian ikan selama masa pemeliharaan. LPH dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Huisman 1987). Keterangan parameter penelitian di Lampiran 4. 𝐭
𝐖𝐭
LPH (%) = (√𝐖𝐨 − 𝟏) × 𝟏𝟎𝟎 Parameter Hematologi Total Eritrosit Total eritrosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973). Prosedurnya dapat dilihat di Lampiran 4. Rumus yang digunakan untuk perhitungan yaitu: Total Eritrosit (sel/mm3) =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒓𝒂𝒉 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌
× 25 ×
𝟏 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌
× 1/fp
Total Leukosit Total leukosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973). Prosedurnya dapat dilihat di Lampiran 4. Rumus yang digunakan untuk perhitungan yaitu: 𝟏
Total Leukosit (sel/mm3) = Σ sel terhitung × 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 × 1/faktor pengencer Kadar Hematokrit Kadar hematokrit dihitung dengan rumus (Anderson dan Siwicki 1993). Prosedur dan keterangannya dapat dilihat di Lampiran 4. Kadar Hematokrit (%) = a × 100 b Kadar Hemoglobin Kadar Hb dapat diamati dengan melihat skala kuning pada tabung Hb-meter (Wedemeyer dan Yasutake 1977). Prosedurnya dapat dilihat di Lampiran 4. Kualitas Air Parameter kualitas air yang diamati pada pemeliharaan ikan lele saat uji patogenitas yaitu suhu, pH, oksigen terlarut dan amonia (Tabel 2). Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan.
7 Tabel 2 Parameter kualitas air dan satuan selama pemeliharaan Perlakuan Parameter KK+ A B C pH
6,957,55
7,177,55
7,207,55
7,187,55
Suhu (°C)
26-28
26-28
26-28
26-28
Oksigen terlarut (mg/L)
4,3-6,4
4,2-6,4
5,4-6,4
4,6-6,4
Amonia (mg/L)
0,00090,0028
0,0009- 0,00090,0024 0,0027
0,00090,0034
Standar Nilai 6,5-8,5 7,11SNI 017,55 6484.4(2000) 25-30 26-28 SNI 016484.4(2000) ≥4,0 4,2-6,4 SNI 016484.4(2000) <0,2 0,0009Alabaster & 0,0034 Lloyd (1982)
Keterangan: K- = kontrol negatif; K+ = kontrol positif; A = perlakuan 105 CFU/mL; B = perlakuan 107 CFU/mL, dan C = perlakuan 109 CFU/mL.
Analisis Data Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS 22.0 serta uji lanjut Duncan. Parameter yang dilakukan analisis secara kuantitatif adalah tingkat kelangsungan hidup, jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, laju pertumbuhan harian, total eritrosit, total leukosit, kadar hematokrit, dan kadar hemoglobin.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik Bakteri kandidat probiotik yang telah diisolasi dari media pemeliharaan ikan lele dan usus ikan lele berjumlah 10 isolat. Seluruh isolat tersebut diidentifikasi melalui pewarnaan Gram dan uji biokimia. Hasil pewarnaan Gram dengan karakteristik mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik mikroskopis isolat bakteri kandidat probiotik hasil pewarnaan gram Jenis Gram Morfologi sel Asal Isolat Lokasi Positif Negatif Basil Coccus (+) (-) Media pemeliharaan Desa Ciampea, 7 2 7 2 ikan lele Bogor Desa Ciampea, Usus ikan lele 1 0 1 0 Bogor Subtotal 8 2 8 2 Total 10 10 Hasil isolasi bakteri didapatkan 8 isolat bakteri basil Gram positif dan 2 isolat bakteri kokus Gram negatif. Isolat tersebut dimurnikan dengan metode gores kuadran dan dilanjutkan dengan uji biokimia yang terdiri dari uji O/F, uji motilitas, uji katalase, dan uji oksidase.
Isolat yang didapatkan diamati bentuk morfologi koloni bakteri yang meliputi warna, bentuk, elevasi, dan tepian. Hasil pengamatan bentuk morfologinya dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pada Tabel 4 berdasarkan warna, bentuk, elevasi, dan tepian menunjukkan bahwa beberapa isolat memiliki kesamaan antara lain isolat M1 dan M5; isolat M2, M4, M7 dan U. Tabel 4 Hasil pengamatan bentuk morfologi koloni bakteri Simbol Isolat Warna Bentuk Elevasi M1 Kuning Bulat Cembung M2 Putih Bulat Datar M3 Putih Tidak rata Datar M4 Putih Bulat Datar M5 Kuning Bulat Cembung M6 Putih Bulat Cembung M7 Putih (kecil) Bulat Datar M8 Krem (muda) Filamen Datar M9 Krem Bulat Cembung U Putih Bulat Datar
Tepian Bulat Bulat Bergelombang Bulat Bulat Bulat Bulat Berfili Bulat Bulat
Keterangan: Isolat M1-M9 = isolat berasal dari media pemeliharaan dan isolat U = isolat berasal dari usus ikan lele.
9 Isolat yang didapatkan diamati pewarnaan Gram dan uji biokimia yang berupa uji katalase, uji oksidase, uji oksidatif/fermentatif (O/F), dan uji sulfide indol motil (SIM). Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil pada Tabel 5 berdasarkan pewarnaan gram, uji katalase, uji oksidase, uji O/F, dan uji SIM menunjukkan bahwa beberapa isolat memiliki kesamaan antara lain isolat M3 dan M8. Tabel 5 Hasil pengamatan pewarnaan Gram dan uji biokimia Simbol Isolat Pewarnaan Gram Katalase Oksidase M1 Coccus + + + M2 Basil + + M3 Basil + + M4 Basil + + + M5 Coccus + + M6 Basil + + M7 Basil + + M8 Basil + + M9 Basil + + U Basil + + +
O/F F O F F F F N F O N
SIM + + + + + + + + +
Identifikasi Tiap Bakteri Hasil yang didapatkan dari uji pewarnaan Gram, uji katalase, uji oksidase, uji motilitas, dan uji O/F diidentifikasi dengan metode Cowan. Hasil identifikasi bakteri dari isolat M1 sampai isolat U dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil identifikasi isolat bakteri Simbol Isolat Identifikasi bakteri (Barrow dan Feltham 1993) M1 Staphylococcus sp. M2 Bacillus sp. M3 Listeria sp. M4 Bacillus sp. M5 Staphylococcus sp. M6 Actinobacillus sp. M7 Kurthia sp. M8 Listeria sp. M9 Pseudomonas sp. U Bacillus sp. Hasil identifikasi bakteri pada Tabel 6 menunjukkan isolat M1 dan M5 bergenus Staphylococcus sp.; isolat M2, M4, dan U bergenus Bacillus sp.; isolat M3 dan M8 bergenus Listeria sp.; isolat M6 bergenus Actinobacillus sp.; isolat M7 bergenus Kurthia sp.; dan isolat M9 bergenus Pseudomonas sp. Uji Aktivitas Amilolitik dan Proteolitik Sebanyak 10 isolat dilakukan uji amilolitik dan proteolitik. Isolat yang menunjukkan aktivitas amilolitik dan aktivitas proteolitik masing-masing terdiri atas 5 isolat dan 4 isolat. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
10 Tabel 7 Hasil pengamatan aktivitas amilolitik dan proteolitik Simbol Zona aktivitas amilolitik Zona aktivitas proteolitik Isolat M1 + M2 + + M3 + + M4 M5 + + M6 M7 M8 M9 + U + + Keterangan: (+) menunjukkan adanya aktivitas dan (-) tidak menunjukkan adanya aktivitas
Hasil uji aktivitas amilolitik dapat dilihat pada Gambar 1(a), koloni dengan tanda (+) memperlihatkan terbentuknya zona bening dan koloni dengan tanda (-) tidak membentuk zona bening. Sedangkan hasil uji aktivitas proteolitik dilihat pada Gambar 1(b).
(a) (b) Gambar 1 Hasil uji aktivitas enzim (a) amilase dan (b) proteolitik. Keterangan: (+) terdapat aktivitas dan (-) tidak terdapat aktivitas Uji Patogenitas Uji patogenitas dilakukan dengan menggunakan 3 isolat yang menunjukkan aktivitas amilolitik dan proteolitik, yaitu isolat M2, M3, dan U. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa isolat yang digunakan tidak menyebabkan penyakit. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai tingkat kelangsungan hidup yang berkisar 86,67%96,67%. Hasil pengamatan tingkat tingkat kelangsungan hidup ikan lele pada uji patogenitas dapat dilihat pada Gambar 2.
11
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
100,00
86,67
96,67
96,67
93,33
a
a
a
M2
M3
U
80,00 60,00 40,00
a
20,00 0,00 K
Perlakuan
Gambar 2 Tingkat kelangsungan hidup ikan lele pada uji patogenitas. Perlakuan K (PBS), isolat M2 (Bacillus sp.), isolat M3 (Listeria sp.), dan isolat U (Bacillus sp.). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Hasil yang didapatkan antar semua perlakuan tidak berbeda nyata, sehingga dapat dinyatakan bahwa isolat M2, M3, dan U aman untuk digunakan. Oleh karena itu, isolat yang dipilih untuk uji in vivo yaitu isolat U (Bacillus sp.) dari usus ikan lele. Uji In Vivo Uji in vivo dilakukan dengan pemeliharaan ikan lele selama 65 hari. Pakan yang diberikan berupa pakan komersil dan ditambahkan isolat U dengan kepadatan yang berbeda. Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan lele setelah uji tantang berkisar antara 23,33%-100,00%, untuk perlakuan K- dan C berbeda nyata (P<0,05) dengan K+, sedangkan perlakuan A dan B tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan K+. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
12
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
120,00
100,00
100,00 80,00 60,00 a
36,67
33,33
40,00
23,33
23,33
20,00
c
bc
c
K+
A Setelah uji tantang
B
b
0,00 K-
C
Gambar 3 Tingkat kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Jumlah Konsumsi Pakan (kg)
Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan lele selama pemberian pakan uji berkisar antara 1,39 kg-1,49 kg dan tidak berbeda nyata (P>0,05) untuk tiap perlakuan. JKP tertinggi yaitu pada perlakuan K-, sedangkan yang terendah pada perlakuan B. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
1,49 ± 0,07
1,38 ± 0,18
1,46 ± 0,08
a
a
K-
K+
1,39 ± 0,10
1,40 ± 0,13
a
a
a
A Perlakuan
B
C
Gambar 4 Jumlah konsumsi pakan ikan lele selama pemberian pakan uji dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Konversi Pakan (KP) Konversi pakan (KP) ikan lele selama pemberian pakan uji berkisar antara 1,09-1,18 dan tidak berbeda nyata (P>0,05) untuk tiap perlakuan. Nilai KP tertinggi yaitu pada perlakuan K+, sedangkan yang terendah pada perlakuan A. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
13 1,40 Konversi Pakan
1,20
1,17 ± 0,04
1,18 ± 0,05
a
K-
1,12 ± 0,07
1,09 ± 0,08
1,12 ± 0,02
a
a
a
a
K+
A Perlakuan
B
C
1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
Gambar 5 Konversi pakan ikan lele selama pemberian pakan uji dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Laju Pertumbuhan Harian (%)
Laju Pertumbuhan Harian (LPH) Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan lele selama pemberian pakan uji berkisar antara 2,79%-3,00% dan tidak berbeda nyata (P>0,05) untuk tiap perlakuan. LPH tertinggi yaitu pada perlakuan A, sedangkan terendah pada perlakuan K+. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. 3,50 3,00
2,89 ± 0,09
2,79 ± 0,22
3,00 ± 0,16
a
a
a
a
a
K-
K+
A Perlakuan
B
C
2,88 ± 0,08
2,91 ± 0,22
2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
Gambar 6 Laju pertumbuhan harian ikan lele selama pemberian pakan uji dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Total Eritrosit Total eritrosit ikan lele pada awal pemeliharaan sebesar 1,04×106 sel/mm3. Total eritrosit mengalami peningkatan selama pemeliharaan pada semua perlakuan dan total eritrosit tertinggi pada perlakuan B sebesar 2,30×106 sel/mm3. Setelah uji tantang total eritrosit mengalami penurunan pada semua perlakuan dan berbeda
14
Total Eritrosit (×106 sel/mm3)
nyata (P<0,05) dengan perlakuan K+ sebesar 1,19×106 sel/mm3. Perlakuan A, B, dan C tidak berbeda nyata. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. 3 1,99
2,5
1 0,5
1,52 1,19
1,041,04 1,041,04 1,04
b a
a
a
a
1,89 1,98 1,89
1,84
1,73 1,67
2 1,5
2,30
a
ab
b
b
a
b
a
a
a
c
0 Awal
sebelum uji tantang K-
K+
A
B
Setelah uji tantang
C
Gambar 7 Total eritrosit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Total Leukosit (×104 sel/mm3)
Total Leukosit Total leukosit ikan lele pada awal pemeliharaan sebesar 8,60×104 sel/mm3. Setelah uji tantang total leukosit mengalami penurunan pada semua perlakuan, perlakuan A dan B berbeda nyata dengan K+ sebesar 7,25×104 sel/mm3. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. 20,00
14,50 12,75
15,00 10,00 5,00
8,60
10,80
8,60 8,60 8,60 8,60
ab a a
a
a
a
a
7,95 6,85
7,10 7,256,35 6,80 5,90
d cd
ab a bc c ab
bc
0,00 Awal
Sebelum uji tantang K-
K+
A
B
Setelah uji tantang
C
Gambar 8 Total leukosit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Kadar Hematokrit Kadar hematokrit ikan lele pada awal pemeliharaan sebesar 32,71%. Kadar hematokrit mengalami peningkatan selama pemeliharaan dan kadar hematokrit
15 tertinggi pada perlakuan A sebesar 39,25%. Namun, setelah uji tantang kadar hematokrit ada yang meningkat dan ada juga yang menurun. Perlakuan K-, A, B berbeda nyata dengan perlakuan K+ sebesar 38,55%. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.
Kadar Hematokrit (%)
50,00 40,00
32,71 32,71 32,71 32,71 32,71
36,28 39,25 35,45 35,13 33,97
41,23 38,55
37,60
33,91
28,22
30,00 20,00 a
a
a
a
a
ab ab a ab b
c
b
a
b d
10,00 0,00 Awal K-
Sebelum uji tantang K+ A B C
Setelah uji tantang
Gambar 9 Kadar hematokrit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin ikan lele pada awal pemeliharaan sebesar 7,30 g%. Kadar hemoglobin mengalami peningkatan selama pemeliharaan dan kadar hemoglobin tertinggi pada perlakuan C sebesar 9,10 g%. Setelah uji tantang kadar hemoglobin mengalami penurunan pada semua perlakuan dan berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K+ sebesar 6,10 g%. Kadar hemoglobin tertinggi yaitu pada perlakuan B sebesar 8,30 g%. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.
16 9,00 9,10 8,70 7,30 7,20
Kadar Hemoglobin (g%)
10 8
7,30 7,30 7,30 7,30 7,30
6 4
a a a a a
b b
8,30 7,20 7,50 6,10 6,30
a a a c c
b
a b
2 0 Awal
Sebelum uji tantang K-
K+
A
B
Setelah uji tantang
C
Gambar 10 Kadar hemoglobin ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan sesudah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 105 CFU/mL (A), perlakuan 107 CFU/mL (B), dan perlakuan 109 CFU/mL (C). Huruf yang berbeda di dalam diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Pembahasan Hasil dari isolasi dari media pemeliharaan dan usus ikan lele didapatkan 10 isolat kandidat probiotik. Isolat tersebut diamati bentuk morfologi koloni bakterinya (Tabel 4). Kemudian, dilakukan uji pewarnaan gram dan uji biokimia (Tabel 5) dan dari hasil tersebut dilakukan identifikasi isolat bakteri. Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas amilolitik dan proteolitik untuk mengetahui bahwa isolat bakteri yang didapatkan memiliki enzim yang dapat membantu mendegradasi karbohidrat dan protein. Enzim merupakan katalisator dalam hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat menjadi bahan yang sederhana. Sekresi enzim dari sel digunakan untuk pencernaan di luar sel atau dinding rongga saluran pencernaan (Handajani dan Widodo 2010). Bakteri berpengaruh terhadap pencernaan ikan dibuktikan dengan kemampuan memproduksi enzim proteolitik, amilolitik, selulitik, dan lipolitik (Putra 2010). Hasil yang didapatkan sesuai dan ditunjukkan oleh beberapa isolat yang memiliki aktivitas amilolitik dan proteolitik. Isolat M1, M2, M3, M5, M9, dan U menunjukkan hasil positif pada uji aktivitas amilolitik, serta isolat M2, M3, M5 dan U menunjukkan hasil positif pada uji aktivitas proteolitik. Menurut Puspitasari et al. (2012), sebanyak kurang lebih 35% bakteri membantu proses degradasi bahan organik dalam sistem pencernaan. Bakteri proteolitik dapat mendegradasi protein menjadi asam amino agar mampu diserap tubuh. Gambar 1 dan Tabel 7 menunjukkan contoh isolat terpilih yang memiliki aktivitas amilolitik dan proteolitik yang ditandai adanya zona bening. Menurut Putra (2010), zona bening yang terbentuk menunjukkan bahwa isolat tersebut mampu menghidrolisis sumber karbon dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh bakteri. Penambahan bakteri kandidat probiotik yang digunakan pada penelitian ini berasal dari saluran pencernaan ikan lele dan hasil seleksi dengan pengujian aktivitas amilolitik dan proteolitik. Menurut Putra (2010), enzim exogenous disekresikan oleh bakteri untuk mendegradasi pakan, untuk memenuhi
17 kebutuhan karbon atau energi untuk kepentingan bakteri tersebut. Enzim exogenous yang disekresikan bakteri dapat meningkatkan aktivitas enzim saluran pencernaan ikan uji. Nilai tingkat kelangsungan hidup yang diamati dari uji patogenitas berkisar antara 86,67%-96,67%. Isolat yang digunakan dalam uji in vivo yaitu isolat U yang berasal dari usus ikan lele. Putra (2010) menjelaskan bahwa bakteri yang diisolasi dalam saluran pencernaan ikan memiliki potensi cukup besar sebagai probiotik karena menghasilkan enzim exogenous dan dapat hidup baik di saluran pencernaan sehingga dapat membantu predigestion. Setelah uji tantang tingkat kelangsungan hidup ikan lele berkisar antara 23,33%-100,00%. Perlakuan K- dan perlakuan C berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K+. Jumlah konsumsi pakan (JKP) selama pemberian pakan yang diberi kandidat probiotik (pakan uji) berkisar antara 1,39 kg-1,49 kg dan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada tiap perlakuan. Hal tersebut diduga karena kandidat probiotik yang ditambahkan ke dalam pakan tidak mempengaruhi konsumsi pakan ikan lele. Konversi pakan adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan kultur (Effendi 2004). Nilai konversi pakan (KP) selama pemberian pakan uji berkisar antara 1,09-1,18 dan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada tiap perlakuan. Namun, nilai konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan A yang diduga karena kandidat probiotik tersebut dapat meningkatkan efisiensi pakan yang digunakan. Menurut Putra (2010) bahwa probiotik NP5 yang diberikan dapat meningkatkan aktivitas enzim amilase dan protease dalam saluran pencernaan ikan nila sehingga meningkatkan efisiensi pakan. Pertumbuhan merupakan pertambahan panjang, bobot, dan volume dalam satuan waktu tertentu. Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan lele selama pemberian pakan yang diberi tambahan kandidat probiotik berkisar antara 2,79%-3,00% dan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada tiap perlakuan. Menurut Arief et al. (2014) bahwa bakteri pada probiotik dapat menyebabkan tingginya aktivitas bakteri pada saluran pencernaan dan perbedaan jumlah bakteri probiotik yang terkandung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan, serta dapat berkaitan dengan jenis probiotik dan spesies ikan. Nilai total eritrosit semua perlakuan meningkat selama pemberian pakan yang ditambahkan kandidat probiotik berkisar antara (1,04-2,30)×106 sel/mm3, sedangkan setelah uji tantang nilai total eritrosit menurun berkisar antara (1,191,98)×106 sel/mm3. Penurunan tersebut diduga karena bakteri A. hydrophila yang diinfeksikan menyebabkan kerusakan ginjal pada ikan lele. Menurut Nabib dan Pasaribu (1989) bahwa jumlah eritrosit yang rendah menandakan ikan menderita anemia dan kerusakan ginjal, karena ginjal merupakan organ penghasil eritrosit. Setelah uji tantang nilai total eritrosit pada perlakuan A, B, dan C berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K+ sebesar 1,19×106 sel/mm3. Nilai total leukosit meningkat pada masa pemberian pakan yang ditambahkan kandidat probiotik yaitu berkisar antara (6,85-14,50)×104 sel/mm3, sedangkan setelah uji tantang total leukosit menurun pada semua perlakuan berkisar antara (5,90-7,25)×104 sel/mm3, dapat diduga karena sudah terjadi proses pemulihan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Triyaningsih et al. (2014) bahwa ikan lele yang diinfeksi A. hydrophila mengalami penurunan nilai total leukosit mulai hari ke-4 dan dapat dikarenakan adanya gangguan pada fungsi organ ginjal dan limpa
18 dalam memproduksi leukosit. Setelah uji tantang nilai total leukosit pada perlakuan A dan B berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K+ sebesar 7,25×104 sel/mm3. Kadar hematokrit ikan lele selama pemberian pakan yang diberi kandidat probiotik berkisar antara 32,71%-39,25%. Kadar hematokrit ikan lele tersebut masih termasuk golongan ikan yang sehat, yang berkisar antara 30%-44% (Affandi dan Tang 2002). Setelah uji tantang kadar hematokrit berkisar antara 28,22%41,23%. Menurut Nabib dan Pasaribu (1989) bahwa peningkatan kadar hematokrit dapat diduga karena adanya eritrosit muda pada sel darah yang berukuran bundar dan lebih besar sehingga volume padatan selnya lebih tinggi dibandingkan sel darah normal. Setelah uji tantang kadar hematokrit pada perlakuan A dan B berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K+ sebesar 38,55%. Kadar hemoglobin ikan lele selama pemberian pakan yang diberi kandidat probiotik berkisar antara 7,20 g%-9,10 g%. Setelah uji tantang kadar hemoglobin mengalami penurunan dan berkisar antara 6,10 g%-8,30 g%. Kadar hemoglobin terkait dengan jumlah eritrosit, akan tetapi tidak selalu selaras dengan jumlah eritrosit dikarenakan kadar hemoglobin merupakan kandungan pigmen sel darah merah (Purwanti et al. 2014). Selain itu, menurut Hastuti dan Subandiyono (2011) bahwa besar kecilnya kadar hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit menunjukkan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Setelah uji tantang kadar hemoglobin pada perlakuan A, B, dan C berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K+ sebesar 6,10 g%.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini telah mendapatkan bakteri yang berpotensi sebagai kandidat probiotik berdasarkan adanya aktivitas amilolitik dan proteolitik yaitu isolat M2, M3 dan U. Penambahan bakteri kandidat probiotik isolat U dalam pakan tidak berbeda nyata terhadap parameter pertumbuhan ikan lele. Akan tetapi, pada perlakuan yang diberikan pakan yang dilapisi probiotik 109 CFU/mL berbeda nyata terhadap perlakuan yang diberikan pakan tanpa probiotik (K+) dari parameter total eritrosit, kadar hemoglobin, dan tingkat kelangsungan hidup setelah uji tantang. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis pemberian bakteri kandidat probiotik yang lebih tinggi dan juga dilakukannya total plate count (TPC) untuk mengetahui kepadatan bakteri yang masuk ke dalam usus ikan lele.
19
DAFTAR PUSTAKA Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau (ID): Unri Press. Agustina. 2007. Penapisan bakteri probiotik untuk pengendalian infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. Aquacultura Indonesiana 8(3): 135-143. Alabaster JS, Lloyd RS. 1982. Water Quality Criteria for Fresh Water Fish. Cambridge: University Press. Anastiawan. 2014. Isolasi dan karakterisasi bakteri probiotik yang berasal dari usus itik pedaging Anas domesticus. [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin. Anderson DP, Siwicki AK. 1993. Basic hematology and serology for fish health programs. Paper presented in second symposium on diseases in Asian Aquaculture “Aquatic Animal Health and the Environment”. Phuket, Thailand. 25-29th October 1993. 185-202. Arief M, Fitriani N, Subekti S. 2014. Pengaruh pemberian probiotik berbeda pada pakan komersil terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan lele sangkuriang Clarias sp.. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 6(1): 49-53. Balcázar JL, Blas ID, Ruiz-Zarzuela I, Cunningham D, Vendrell D, and Muzquiz JL. 2006. The role of probiotics in aquaculture. Veterinary Microbiology 114: 173-186. Barrow GI, Feltham RKA. 1993. Cowan and steel’s manual for the identification of medical bacteria-third edition. United Kingdom. Cambridge University Press. Blaxhall PC, Daisley KW. 1973. Routine haematological methods for use with fish blood. Journal Fish Biology 5: 577-581. Brilliant A. 2014. Efektivitas Pemberian Probiotik Bacillus NP5 Segar dan Mikroenkapsulasi Melalui Pakan pada Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cabello FC. 2006. Heavy use of prophylactic antibiotics in aquaculture: a growing problem for human and animal health and for the environment. Environmental Microbiology 8(7): 1137-1144. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Depok (ID): Penebar Swadaya. Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri Bogor. Firdaus R. 2012. Seleksi bakteri kandidat probiotik untuk penghambatan patogen Streptococcus agalactiae tipe non-hemolitik pada ikan nila Oreochromis niloticus secara in vitro dan in vivo. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fuller R. 1989. Probiotics in man and animals. Journal of Applied Bacteriology (66): 365-378. Handajani H, Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang (ID): UMM Press. Hastuti S, Subandiyono. 2011. Performa hematologis ikan lele dumbo Clarias gariepinus dan kualitas air media pada sistim budidaya dengan penerapan kolam biofiltrasi. Jurnal Saintek Perikanan. 6: 1-5. Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Culture and Fisheries, Wageningen Agricultural University, Netherland.
20 [LAKIP-KKP] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan. [diacu 14 Maret 2016]. Tersedia dari: www.djpb.kkp.go.id. Mangunwardoyo W, Ismayasari R, Riani E. 2010. Uji patogenitas dan virulensi Aeromonas hydrophila stanier pada ikan nila Oreochromis niloticus L melalui postulat Koch. Jurnal Riset Akuakultur 5 (2): 245-255. Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nayak SK. 2010. Probiotic and immunity: A fish perspective. Fish and Shellfish Immunology. 29: 2-14. Purwanti SC, Suminto, Sudaryono A. 2014. Gambaran profil darah ikan lele dumbo Clarias gariepinus yang diberi pakan dengan kombinasi pakan buatan dan cacing tanah Lumbricus rubellus. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2): 53-60. Puspitasari FD, Shovitri M, Kuswytasari. 2012. Isolasi dan karakterisasi bakteri aerob proteolitik dari tangki septik. Jurnal Sains dan Seni ITS 1(1). Putra AN. 2010. Kajian probiotik, prebiotik, dan sinbiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 01- 6484.4 - 2000. Produksi benih ikan lele dumbo Clarias gariepinus x Clarias fuscus kelas benih sebar. Indonesia (ID): BSN. Triyaningsih, Sarjito, Prayitno SB. 2014. Patogenisitas Aeromonas hydrophila yang diisolasi dari lele dumbo Clarias gariepinus yang berasal dari Boyolali. Journal of Aquaculture Management and Technology 3(2): 11-17. Ulkhaq MF. 2014. Pemberian probiotik Bacillus pada media pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias gariepinus untuk pencegahan penyakit Motile Aeromonads Septicemia. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Utami DAS. 2015. Aplikasi Kultur Kering Probiotik untuk Pengendalian Streptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis sp.). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wedemeyer GA, Yasutake WT. 1977. Clinical methods for the assessement of the effect enviromental stress on fish health. Technical Papers of the U.S. Fish and Wildlife Service. U.S. Depart. of the Interior 89: 1-17. Yulvizar C. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probotik pada Rastrelliger sp. Biospesies 6(2): 1-7. Zonneveld NEA, Huinsman, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Prosedur identifikasi tiap bakteri dengan uji biokimia Pewarnaan Gram Pengamatan morfologi koloni dilakukan dengan teknik pewarnaan gram. Tahap awal, ulasan bakteri dibuat pada gelas objek dan dilakukan fiksasi. Kristal violet diteteskan pada koloni bakteri, diamkan selama 60 detik. Kemudian preparat dicuci dengan menggunakan air mengalir lalu dikeringanginkan. Lalu larutan lugol diteteskan di atas preparat dan dibiarkan selama 60 detik. Preparat dicuci dengan air mengalir lalu dikeringanginkan. Selanjutnya preparat ditetesi larutan alkohol 96% dan dibiarkan selama 60 detik lalu dicuci kembali dan dikeringanginkan. Selanjutnya preparat ditetesi dengan larutan safranin sebanyak dan didiamkan selama 60 detik, lalu dicuci dan dikeringanginkan. Setelah itu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40×10 (Anastiawan 2014). Uji katalase Uji katalase dilakukan untuk melihat ada tidaknya enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri uji. Kaca objek disiapkan dan ditetesi dengan H2O2. Isolat murni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose yang sudah dipijarkan lalu dioleskan pada kaca objek. Hasil positif ditandai dengan adanya gelembung oksigen yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Yulvizar 2013). Uji oksidase Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui sifat oksidase bakteri. Kertas saring steril disiapkan dan diletakkan di atas kaca objek. Kertas saring ditetesi dengan reagen cytochrome oxidase sebanyak 1 tetes. Lalu bakteri diambil secara aseptik dan diletakkan di atas kertas saring tersebut. Bila kertas saring berubah menjadi ungu berarti reaksi positif, bila tidak berwarna berarti negatif. Uji motilitas Uji motilitas dilakukan untuk melihat sifat motilitas bakteri. Media sulfide indol motil (SIM) disiapkan. Bakteri diambil secara aseptik dan ditusukkan pada media SIM sedalam ¾ bagian, dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. Bila bakteri masih berada di sekitar bekas tusukan maka bakteri tersebut bersifat non motil, sedangkan bila bakteri bergerak ke permukaan media maka bakteri tersebut bersifat motil. Uji O/F Uji O/F dilakukan dengan cara bakteri diinokulasikan pada 2 buah media O/F sedalam 2/3 bagian. Salah satu ditambahkan dengan parafin cair dan diinkubasi selama 24 jam (Putra 2010).
22 Lampiran 2 Hasil identifikasi dan karakteristik bakteri A. hydrophila Barrow dan Karakteristik Hasil uji Feltham (1993) Pewarnaan gram Negatif Negatif Bentuk sel Batang Batang O/F Fermentatif (F) Fermentatif (F) Katalase + + Oksidase + + Motilitas + +
23 Lampiran 3 Data analisis statistik parameter uji Lampiran 3(a) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan tingkat kelangsungan hidup ikan lele pada uji patogenitas Uji ANOVA Jumlah kuadrat db Kuadrat tengah F P Perlakuan 200,000 3 66,667 ,615 ,624 Galat 866,667 8 108,333 Total 1066,667 11 Uji Duncana Perlakuan N α= 0,05 1 K 3 86,6667 U 3 93,3333 M2 3 96,6667 M3 3 96,6667 Sig. ,300 Lampiran 3(b) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan tingkat kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang ANOVA Jumlah db Kuadrat tengah F P kuadrat Setelah Perlakuan 12466,667 4 3116,667 66,786 ,000 uji Galat 466,667 10 46,667 tantang Total 12933,333 14 Uji Duncana (Setelah uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 3 K+ 3 23,3333 B 3 23,3333 A 3 33,3333 33,3333 C 3 36,6667 K3 100,0000 Sig. ,117 ,563 1,000 Lampiran 3(c) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan ikan lele selama 65 hari pemeliharaan ANOVA Jumlah db Kuadrat tengah F P kuadrat Perlakuan ,026 4 ,006 ,468 ,758 Galat ,139 10 ,014 Total ,165 14
24 Uji Duncana Perlakuan N K+ B C A KSig.
3 3 3 3 3
α= 0,05 1 1,3800 1,3900 1,4000 1,4567 1,4867 ,330
Lampiran 3(d) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan konversi pakan ikan lele selama 65 hari pemeliharaan ANOVA Jumlah db Kuadrat tengah F P kuadrat Perlakuan ,018 4 ,005 1,464 ,284 Galat ,031 10 ,003 Total ,049 14 a Uji Duncan Perlakuan N α= 0,05 1 A 3 1,0900 B 3 1,1167 C 3 1,1200 K3 1,1733 K+ 3 1,1800 Sig. ,099 Lampiran 3(e) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan laju pertumbuhan harian ikan lele selama 65 hari pemeliharaan ANOVA Jumlah db Kuadrat tengah F P kuadrat Perlakuan ,068 4 ,017 ,617 ,660 Galat ,274 10 ,027 Total ,341 14 a Uji Duncan Perlakuan N α= 0,05 1 K+ 3 2,7867 B 3 2,8767 K3 2,8933 C 3 2,9067 A 3 2,9967 Sig. ,183
25 Lampiran 3(f) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan total eritrosit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan setelah uji tantang ANOVA Waktu Jumlah db Kuadrat tengah F P kuadrat Awal Perlakuan ,000 4 0,000 0,000 1,000 Galat ,013 10 ,001 Total ,013 14 Sebelum Perlakuan ,734 4 ,183 3,817 ,039 uji Galat ,481 10 ,048 tantang Total 1,214 14 Setelah Perlakuan 1,338 4 ,334 11,157 ,001 uji Galat ,300 10 ,030 tantang Total 1,637 14 Uji Duncana (Awal) Perlakuan N α= 0,05 1 K3 1,0400 K+ 3 1,0400 A 3 1,0400 B 3 1,0400 C 3 1,0400 Sig. 1,000 a Uji Duncan (Sebelum uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 K+ 3 1,6733 K3 1,7267 C 3 1,84 A 3 1,9867 1,9867 B 3 2,2900 Sig. ,134 ,121 a Uji Duncan (Setelah uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 3 K+ 3 1,1867 K3 1,5233 A 3 1,8933 C 3 1,8933 B 3 1,9767 Sig. 1,000 1,000 ,576
26 Lampiran 3(g) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan total leukosit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan setelah uji tantang ANOVA Waktu Jumlah db Kuadrat tengah F P kuadrat Awal Perlakuan 0,000 4 0,000 0,000 1,000 Galat 6,400 10 ,640 Total 6,400 14 Sebelum Perlakuan 122,859 4 30,715 10,901 ,001 uji Galat 28,175 10 2,818 tantang Total 151,034 14 Setelah Perlakuan 3,699 4 ,925 5,109 ,017 uji Galat 1,810 10 ,181 tantang Total 5,509 14 Uji Duncana (Awal) Perlakuan N α= 0,05 1 K3 8,6000 K+ 3 8,6000 A 3 8,6000 B 3 8,6000 C 3 8,6000 Sig. 1,000 a Uji Duncan (Sebelum uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 3 4 B 3 6,8500 C 3 7,9500 7,9500 A 3 10,8000 10,8000 K3 12,7500 12,7500 K+ 3 14,5000 Sig. ,441 ,064 ,185 ,230 a Uji Duncan (Setelah uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 3 B 3 5,9000 A 3 6,3500 6,3500 C 3 6,8000 6,8000 K3 7,1000 7,1000 K+ 3 7,2500 Sig. ,224 ,066 ,244
27 Lampiran 3(h) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan kadar hematokrit ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan setelah uji tantang ANOVA Waktu Jumlah db Kuadrat F P kuadrat tengah Awal Perlakuan 0,0000 4 0,000 0,000 1,000 Galat 83,232 10 8,323 Total 83,232 14 Sebelum Perlakuan 47,419 4 11,855 2,383 ,121 uji Galat 49,740 10 4,974 tantang Total 97,159 14 Setelah Perlakuan 303,879 4 75,970 103,608 ,000 uji Galat 7,332 10 ,733 tantang Total 311,211 14 Uji Duncana (Awal) Perlakuan N α= 0,05 1 K3 32,7067 K+ 3 32,7067 A 3 32,7067 B 3 32,7067 C 3 32,7067 Sig. 1,000 a Uji Duncan (Sebelum uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 C 3 33,9700 K+ 3 35,1267 35,1267 B 3 35,4467 35,4467 K3 36,2767 36,2767 A 3 39,2467 Sig. ,265 ,061 a Uji Duncan (Setelah uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 3 4 B 3 28,2167 A 3 33,9067 C 3 37,6000 K3 38,5500 K+ 3 41,2267 Sig. 1,000 1,000 ,204 1,000
28 Lampiran 3(i) Data statistik uji ANOVA dan uji Duncan kadar hemoglobin ikan lele pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang, dan setelah uji tantang ANOVA Waktu Jumlah db Kuadrat tengah F P kuadrat Awal Perlakuan 0,0000 4 0,000 0,000 1,000 Galat ,900 10 ,090 Total ,900 14 Sebelum Perlakuan 10,476 4 2,619 37,414 ,000 uji Galat ,700 10 ,070 tantang Total 11,176 14 Setelah Perlakuan 9,744 4 2,436 76,125 ,000 uji Galat ,320 10 ,032 tantang Total 10,064 14 Uji Duncana (Awal) Perlakuan N α= 0,05 1 K3 7,3000 K+ 3 7,3000 A 3 7,3000 B 3 7,3000 C 3 7,3000 Sig. 1,000 Uji Duncana (Sebelum uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 C 3 7,2000 K+ 3 7,3000 B 3 8,7000 K3 9,0000 A 3 9,1000 Sig. ,653 ,107 a Uji Duncan (Setelah uji tantang) Perlakuan N α= 0,05 1 2 3 K+ 3 6,1000 K3 6,3000 A 3 7,2000 C 3 7,5000 B 3 8,3000 Sig. ,201 ,067 1,000
29 Lampiran 4 Parameter dan prosedur penelitian Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Tingkat tingkat kelangsungan hidup (TKH) merupakan persentase organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah awal yang dipelihara dalam suatu wadah. Tingkat tingkat kelangsungan hidup dihitung pada akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus (Effendie 1979): 𝐓𝐊𝐇 (%) =
𝐍𝐭 × 𝟏𝟎𝟎 𝐍𝐨
Keterangan: TKH = tingkat tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = populasi ikan hari ke-t (ekor) No = populasi ikan hari ke-0 (ekor) Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Jumlah konsumsi pakan (JKP) ditentukan berdasarkan jumlah pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan lele. Perhitungan ini ditentukan dengan menimbang sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan lele. JKP = pakan yang diberikan – sisa pakan Konversi Pakan (KP) Konversi pakan (KP) dihitung pada akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991): 𝐅 𝐊𝐏 = [𝐁𝐭 + 𝐁𝐦] − 𝐁𝐨 Keterangan: KP = konversi pakan F = jumlah pakan yang dihabiskan (g) Bt = biomassa ikan pada akhir perlakuan (g) Bm = biomassa ikan mati (g) Bo = biomassa ikan pada awal perlakuan (g) Laju Pertumbuhan Harian (LPH) Laju pertumbuhan harian (LPH) menunjukkan persentase pertumbuhan bobot harian ikan selama masa pemeliharaan. LPH dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Huisman 1987): 𝐭
𝐖𝐭
LPH (%) = (√𝐖𝐨 − 𝟏) × 𝟏𝟎𝟎 Keterangan: LPH = laju pertumbuhan harian (%/hari) Wo = bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g/ekor) Wt = bobot rata-rata ikan pada akhir percobaan (g/ekor) t = lama pemeliharaan (hari)
30 Parameter Hematologi Total Eritrosit Total eritrosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973). Darah diambil dengan pipet berbulir merah hingga skala 0,5 dan ditambahkan dengan larutan Hayem’s hingga skala 101. Kemudian, campuran darah dan Hayem’s tersebut dihomogenkan dengan cara diayunkan membentuk angka delapan selama 3-5 menit dan dua tetes pertama dibuang. Setelah itu, campuran tersebut diteteskan pada hemasitometer, lalu diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40×10 dan dihitung dengan hand counter. (fp = faktor pengencer). Rumus yang digunakan untuk perhitungan yaitu: 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒓𝒂𝒉 𝟏 Total Eritrosit = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 × 25 × 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 × 1/fp Total Leukosit Total leukosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973). Darah diambil dengan pipet berbulir putih hingga skala 0,5 dan ditambahkan dengan larutan Turk’s hingga skala 11. Kemudian, campuran darah dan Turk’s tersebut dihomogenkan dengan cara diayunkan membentuk angka delapan selama 3-5 menit dan dua tetes pertama dibuang. Setelah itu, campuran tersebut diteteskan pada hemasitometer, lalu diamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40×10 dan dihitung dengan hand counter. Rumus yang digunakan untuk perhitungan yaitu: 𝟏 Total Leukosit = Σ sel terhitung × 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 × 1/faktor pengencer Kadar Hematokrit Darah diambil sampai ¾ bagian tabung kadar hematokrit lalu disumbat dengan crytoceal (1 mm), kemudian disentrifuse selama 5 menit. Setelah itu, akan terbentuk dua lapisan dan dihitung panjangnya dengan penggaris. Kadar hematokrit dihitung dengan rumus (Anderson dan Siwicki 1993): Kadar hematokrit (%) = a × 100 b Keterangan: a = panjang bagian darah yang mengendap (cm) = panjang bagian seluruh darah dalam tabung mikro kadar hematokrit (cm) b Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin diukur menggunakan Hb-meter. Teteskan HCl 0,1 N sebanyak 2 tetes pada tabung Hb-meter dan 0,02 mL darah dimasukkan kedalam tabung. Lalu, ditambahkan akuades hingga warna cairan sama seperti warna cairan standar di sampingnya. Kadar Hb dapat diamati dengan melihat skala kuning pada tabung (Wedemeyer dan Yasutake 1977). Kadar Hb dinyatakan dalam g% yang berarti banyaknya Hb dalam gram per 100 mL darah.
31
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1993 dari pasangan Mey Isyanto dan Sofiah. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis yaitu di SD Negeri 01 Sawangan (1999-2005), SMP Negeri 10 Depok (2005-2008) dan SMA Negeri 6 Depok (2008-2011). Tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Penyakit Organisme Akuatik tahun 2014/2015 dan Manajemen Kesehatan Organisme Akuatik tahun 2014/2015. Penulis pernah melakukan magang di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo tahun 2013 dan praktik lapangan akuakultur di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tahun 2014 dengan judul “Pembenihan Ikan Kakap Merah Lutjanus johnii di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut, Lampung”. Selain itu, penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-P) yang berhasil didanai oleh DIKTI pada tahun 2013/2014 dengan judul “Pemanfaatan Eceng Gondok Eichhornia crassipes Sebagai Fitoremediator untuk Meningkatkan Produksi Benih Ikan Gurami Osphronemus goramy Lac.” dan “Hi-Lo Fish “Eco-Booster”: Formulasi Potasium Diformate dan Calcium Lactate Sebagai Eco-Friendly Growth Booster Pada Juvenil Ikan Patin”. Penulis juga pernah mengikuti Pekan Olahraga Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (PORIKAN) tahun 2013 dan 2014 yang mendapatkan juara 1 pada cabang basket putri, serta PORIKAN tahun 2015 yang mendapatkan juara 2 pada cabang basket putri dan cabang futsal putri.