*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
PENGARUH DOSIS PUPUK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum MILL)
Ismail Halubangga, 6134080311, Nelson Pomalingo 2, Mohamad Ikbal Bahua2 1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Staf Pengajar Program Studi Agroteknlogi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
2
ABSTRAK This research intent to get phonska's manure dose that optimal for growth and production on tomato plant. Executed research on farmers own farm at SilvanHulawa, Lake district, Gorontalo's regency, Gorontalo's province on august until September 2013. Conduct manures phonska dose 0, 500, 750, 1. 000, and 1.250 kg / ha is arranged in kelompokdengan's random design 3 dry runs. Result observationaling to point out that application manures phonska dose 1000 kg / ha gives reality influence to foot up tomato leaf and gives contribution besting to fruit heavy productions / slots on tanamaan tomato in a row each conduct dose as big as 2,83 kg / slots, 3,50 kg / slots, 4,60 kg / slots, 5,33 kg / slots, 6,00 kg / slot. Key word: dose manures phonska, growth and production, tomato ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk phonska yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman tomat. Penelitian dilaksanakan pada lahan milik petani di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada bulan Agustus sampai September 2013. Perlakuan pupuk phonska dosis 0, 500, 750, 1.000, dan 1.250 kg/ha disusun dalam rancangan acak kelompokdengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk phonska dosis 1000 kg/ha memberi pengaruh nyata terhadap jumlah daun tomat dan memberi kontribusi terbaik terhadap produksi berat buah/petak pada tanamaan tomat berturut-turut setiap dosis perlakuan sebesar 2,83 kg/petak, 3,50 kg/petak, 4,60 kg/petak, 5,33 kg/petak, 6,00 kg/petak.
Kata kunci: dosis pupuk phonska, pertumbuhan dan produksi, tomat
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan sayuran yang penting di Indonesia, karena banyak dibutuhkan masyarakat untuk berbagai keperluan baik untuk konsumsi segar maupun sebagai bahan olahan. Di samping itu tomat diketahui memiliki nilai gizi yang tinggi, tomat banyak mengandung vitamin dan mineral, dalam buah tomat terdapat 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A1.500 S.I, vitamin B 60 ug, zat besi 0,5 mg, kalsium 5 mg, karena mengandung zat-zat tersebut, maka tomat juga berguna bagi orang yang ingin langsing, zat-zat tersebut bergizi, tetapi tidak menggemukkan Tugiyono (2002:1). Bahkan menurut Sunarjono (2007:29) bahwa kandungan vitamin A-nya lebih tinggi 2-3 kali dari semangka. Selanjutnya Association For Cancer Research dalam Nazari (2011:48) menemukan bahwa mengkonsumsi buah tomat matang setiap hari dapat mencegah kanker prostat, menyusutkan tumor dan memperlambat penyebarannya, serta dapat menurunkan resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim karena buah tomat mengandung likopen. Menurut Kartapradja dan Djuariah 1992 dalam Yunindanova (2009:2-3) buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Gorontalo dan Statistik Indonesia (2012) menunjukkan bahwa produktivitas tanaman tomat di Provinsi Gorontalo dari tahun ketahun mengalami fluktuasi bahkan mengalami penurunan pada tahun 2011. Tabel 1. Produksi Tanaman Tomat Di Provinsi Gorontalo Lima Tahun Terakhir TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011
PRODUKSI/TON 1.783 1.805 3.522 3.827 1.080
Sumber:BPS Provinsi Gorontalo Dan kebutuhan tanaman tomat dari tahun ketahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar. Mencermati hal tersebut, perlu digalakkan upaya peningkatan produksi tomat *Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
yang sesuai dengan kondisi lingkungan, khususnya tanah di Provinsi Gorontalo. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman tomat pada tanah tersebut adalah dengan penggunaan benih unggul dan pemupukan. Dalam kegiatan bercocok tanam di tanah, unsur-unsur mikro kadang-kadang tidak diberikan sama sekali, karena dianggap sudah ada didalam tanah,sedang unsur makro harus selalu disuplay dalam pemberian pupuk (Untung, 2003:17). Oleh karena itu maka perlu dilakukan pemupukan, untuk mengurangi biaya pemupukan sering digunakan pupuk majemuk sebagai alternatif dari pemakain pupuk tunggal, kebutuhan unsur hara untuk satu jenis tanaman tergantung dari umur tanaman, jenis tanaman dan iklim Hasibuan (2006) dalam Hermanudin (2012:10). Salah satu jenis pupuk anorganik majemuk mengandung unsur hara makro N, P, K, dan S adalah pupuk phonska. Pupuk majemuk NPK dari Pupuk Kaltim variasinya sangat banyak, karena dapat dibuat sesuai dengan permintaan mengikuti jenis dan kebutuhan tanaman. Pupuk ini mengandung Nitrogen (N) : 15%, Fosfat (P2O5) : 15% , Kalium (K2O) : 15% , Sulfur (S) : 10% sehingga dalam praktek budidaya pemupukan tidak perlu menyediakan atau mencampur beberapa pupuk tunggal. Pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang ditebarkan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah, dampak pemupukan yang efektif akan terlihat pada pertumbuhan tanaman yang optimal Novizan (2005:6). Selanjutnya hasil penelitian Subhan, dkk, (2008:40) mengemukakan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK 15-15-15 dosis 1.000 kg/ha memberi pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, serapan N, P, dan K, bobot basah dan kering tanaman serta hasil buah tomat, pada tanah Latosol di Sumedang. Oleh karena itu menarik untuk diteliti, bagaimana pengaruh dosis pupuk phonska tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat, sebagai upaya menentukan dosis pupuk phonska yang tepat dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2013 yang bertempat Di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: bor tanah, traktor, cangkul, parang, meteran rol, tali rafia, kamera, timbangan analitik, timbangan duduk dan patok/ajir, sedangkan bahan yaitu pupuk phonska dan bibit tomat varietas TANTYNA F1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Yang terdiri atas lima perlakuan dan tiga kali ulangan sehingga memperoleh lima belas satuan petak percobaan yang terdiri dari : 1. P0 = Tanpa Pupuk (kontrol) 2. P1 = Dosis Pupuk phonska 500 kg/ha 3. P2 = Dosis Pupuk phonska 750 kg/ha 4. P3 = Dosis Pupuk phonska 1000 kg/ha 5. P4 = Dosis Pupuk phonska 1250 kg/ha Perlakuan dosis pupuk ini berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Subhan, Nartika dan Gunadi (2008:40) pupuk phonska diberikan pada saat tanam dan pada saat umur tanaman 35 hari setelah tanam. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini, tanah yang akan digunakan telah dianalisis di Laboratorium Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (BP3K). Tujuan analisis tanah ini untuk mengetahui kandungan unsur hara yang tersedia pada tanah. Prosedur yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Pembibitan
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
Tata cara pembibitan tomat (disemai dahulu) Cara penyemaian biji sebaiknya di sebar secara teratur agar tidak terlalu berdekatan dan bertumpuk saat benih telah tumbuh pada gren house. Selanjutnya biji ditutup kembali dengan tanah, tetapi tidak terlalu tebal karena akan sulit berkecambah atau tumbuh. Sehari sebelum dan sesudah penyebaran benih, persemaian harus disiram, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor berlubang halus agar tidak merusak posisi biji, setelah bibit persemaian tumbuh antara 7-10 hari, atap di bedengan (naungan) dibuka pada pagi pada pukul 07.00. Juka hujan terus menerus, sebaiknya atap pelindung selalu ditutup, tetapi menjelang bibit dipindahkan atap pelindung harus dibuka. Bibit yang telah berumur 14 hari atau telah mempunyai 2-3 helai daun sebaiknya dipindahkan ketempat penyiapan lahan. Penyiapan lahan diawali dengan survei lahan, selanjutnya tahapan yang dilakukan ialah sanitasi lahan, pembajakan, plotting. Tanah yang akan digunakan dicangkul sedalam 30 cm, tiap bedengan terdiri dari lima baris tanaman dengan jarak antar tanaman 50 x 60 cm, luas lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 m x 13 meter. Sanitasi lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari kayu, rerumputan serta bahan lain yang dapat menghambat proses penelitian. Setelah lahan bersih, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah pembajakan, pembajakan tanah pertama menggunakan bajak sapi dengan membalikkan tanah serta menggemburkannya. Tujuan dari pembajakan yaitu untuk memperoleh tanah yang gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Tahapan selanjutnya yaitu pemplottingan, plotting dilakukan dengan mengukur bagian lahan yang akan digunakan untuk penelitian yang dibuat dalam beberapa plot. Ukuran setiap plot memiliki panjang 3 meter dan lebar 2 meter diulang sebanyak 3 kali, dengan jarak antar petak 30 cm dan jarak antar ulangan adalah 1 meter. 3. Penanaman Adapun tanaman yang siap dipindahkan ke lubang tanam setelah berumur 3 minggu sejak disemaikan atau kurang lebih berdaun empat helai. Tiap lubang ditanami satu tanaman yang sehat, kuat dan subur pertumbuhanya. Luas lubang 15 cm dengan kedalaman 15 cm. 4. Pemupukan
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
Pemupukan dilakukan degan cara ditugal pada saat penanaman, sesuai dengan dosis yang diberikan pada tiap perlakuan. Pupuk Phonska diberikan pada waktu saat tanam, dan pada waktu tanaman berumur 35 HST. Tabel 2. Rincian pemberian pupuk phonska pada saat tanaman dan 35 hari setelah tanam. Pupuk phonska kg/ha Perlakuan
Saat tanam
35 HST
P0
-
-
P1
250
250
P2
375
375
P3
500
500
P4
625
625
Tabel 3. Rincian pemberian pupuk pupuk phonska pada saat tanam dan 35 hari setelah tanam pada ukuran setiap petak. Pupuk phonska kg/petak Perlakuan
Saat tanam
35 HST
P0
-
-
P1
0,15
0,15
P2
0,225
0,225
P3
0,3
0,3
P4
0,375
0,375
Tabel 4. Rincian pemberian pupuk pupuk phonska pada saat tanam dan 35 hari setelah tanam (HST) yang diberikan setiap perlakuan (gram) Pupuk phonska gram/tanaman Perlakuan
Saat tanam
35 HST
P0
-
-
P1
7,5
7,5
P2
11,25
11,25
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
P3
15
15
P4
18,75
18,75
5. Pemasangan Ajir Pemasangan ajir dilakukan sebelum tanam, agar tidak mengganggu atau merusak perakaran tanaman tomat, ajir yang digunakan adalah bambu yang berukuran 1 meter dan lebar 2 cm, yang dipasang secara berpasangan kemudian diatas ajir dibentangi dengan tali rapiah, tujuan pemasangan ajir ini untuk mencegah buah-buah bersentuhan dengan tanah. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan selama masa penelitian meliputi: penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sore hari (bila dimusim kemarau), penyulaman yaitu menganti tanaman yang mati, layu, rusak, kurang baik tumbuhnya,
penyulaman
ini
dilakukan
setelah
seminggu
penanaman.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan intektisida dan pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan satu minggu sekali. 7. Panen Buah pertama dapat dipungut setelah tanaman berumur 2 bulan tanam, atau secara visual dengan melihat warna kulit dan ukuran buah, masih ada sisa tangkai putik, mengeringnya tepi daun tua, dan mengeringnya tubuh tanaman. Variabel yang Diamati 1. Tinggi Tanaman ( cm ) Tinggi tanam diukur dari pangkal batang sampai ujung tanaman, diamati pada umur 2, 4, 6, 8, minggu setelah tanam serta dinyatakan dalam satuan centi meter (cm) 2. Jumlah Daun ( helai )
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
Dihitung jumlah daun yang terbentuk diamati pada umur 2 , 4, 6, 8 minggu setelah tanam serta dinyatakan dalam satuan helai. 3. Berat Buah/Sampel (gram) Dihitung semua berat buah setiap sampel, diamati saat panen serta dinyatakan dalam satuan gram. 4. Berat Buah /petak (kilogram) Dihitung
produksi
buah/petak
(kg/petak)
diamati
saat
panen
serta
dikonversikan kedalam satuan (ton/ha). Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam. Apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Data pengamatan tinggi tanaman dianalisis berdasarkan sidik ragam disajikan dalam tabel lampiran (1a-1d) menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk phonska tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman. Tabel 5. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam berdasarkan pemberian pupuk phonska.
Pemupukan
Phonska
Tinggi Tanaman (cm) 4
8
(kg/ha)
2 MST
0
24,25
48,72
78,58
91,98
500
24,47
49,56
79,97
92,50
750
28,94
51,89
82,71
95,17
1000
27,43
52,50
83,84
96,78
1250
26,86
52,22
85,20
98,89
MST
6 MST
MST
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
BNT 0,05
-
-
-
-
KK (%)
12,27
7,78
3,61
2,88
Keterangan: angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Berdasarkan hasil uji BNT 5 % pada pengamatan 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk phonska pada tanaman tomat tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan dosis pupuk phonska menyebabkan tinggi tanaman tomat sebesar 98,89 cm dengan dosis 1250 kg/ha. Pada pengamatan 8 MST, nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk phonska 1000 kg/hayang hanya mencapai 96,78 cm. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 500-1250 kg/ha belum mampu memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi tanaman tomat. Hal ini diduga karena beberapa faktor lingkungan yang menghambat atau membatasi pertumbuhan misalnya: tempratur, kadar air, energi radiasi, struktur dan komposisi udara dalam tanah, reaksi tanah dan faktorfaktor biotik pada masing-masing perlakuan tersebut memiliki komposisi yang tidak sama sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang lebih spesifik terhadap tinggi tanaman tomat seperti yang dikemukakan oleh Winarso (2005:6) bahwa kemampuan suatu tanah menyediakan unsur-unsur hara tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dan dalam perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tertentu apabila suhu dan faktor-faktor pertumbuhan yang lainnya mendukung pertumbuhan normal tanaman. Jumlah Daun Data pengamatan jumlah daun dianalisis berdasarkan sidik ragam disajikan dalam tabel lampiran (2a-2d)menunjukan perlakuan dosis pupuk phonska terhadap jumlah daun berbeda nyata pada pengamatan 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam tetapi tidak berbeda nyata pada pengamatan 2 minggu setelah tanam. Tabel 6. Rata-rata jumlah daun (helai) pada 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam berdasarkan pemberian pupuk phonska. Pemupukan
Jumlah Daun (helai)
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
0
16,67
49,33 ab
214,06 a
300,22 a
500
16,28
47,94 a
223,67 ab
310,83 b
750
20,33
52,06 bc
245,83 bc
318,78 b
1000
19,22
52,22 bc
254,50 c
330,94 c
1250
18,33
54,72 c
260,78 c
334,89 c
BNT 0,05
-
3,98
28,76
8,29
KK (%)
15,70
4,12
6,37
1,38
Keterangan: angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT 5% jumlah daun terbanyak sebesar 334,89 helai dijumpai pada tanaman dengan perlakuan dosis 1250 kg/ha pada pengamatan 8 minggu setelah tanam. Perlakuan dosis pupuk phonska pada taraf ini diduga dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan jumlah daun sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Untung (2007:27-28) bahwa pemberian pupuk NPK yang gencar dapat memunculkan pucuk muda, rangsangan tersebut pada akhirnya membuat tajuk tanaman menjadi rimbun sehingga kemampuan melakukan fotositesis akan bertambah. Hal ini tidak lepas dari fungsi Nitrogen(N) seperti yang dikemukakan oleh Sutejo (2002:24) bahwa nitrogen selain meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman juga dapat menyehatkan pertumbuhan daun, serta meningkatkan kwalitas tanaman penghasil daun-daunan. Berat Buah/Sampel Data pengamatan berta buah/sampel dianalisis berdasarkan sidik ragam disajikan dalam tabel lampiran(3) terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk phonska tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap parameter berat buah/sampel tanaman tomat. Tabel 7. Rata-rata berat buah/sampel (gram) berdasarkan pemberian pupuk phonska. Pemupukan Phonska (kg/ha)
Berat Buah/Sampel (gram)
0
323,78
500
328,94
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
750
378,94
1000
430,11
1250
430,83
BNT 0,05
-
KK (%)
21,57
Keterangan: angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT 5% pada pengamatan 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk phonska pada tanaman tomat tidak berbeda nyata terhadap berat buah/sampel. Perlakuan dosis pupuk phonska menyebabkan berat buah/tanaman tomat sebesar 430,83 gram/tanaman dengan dosis 1250 kg/ha pada pengamatan saat panen, nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan berat buah/tanaman pada perlakuan pupuk phonska 1000 kg/hadengan berat buah/tanaman mencapai 430,11 gram/tanaman. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara yang tersedia bagi tiap-tiap tanaman meskipun berbeda dosisnya akan tetapi terdapat pembatas-pembatas tanah (kesanggupan air dalam menyediakan unsur hara, tata air dan udara dalam jumlah yang tepat dan aktifitas microorganisme dalam tanah) dan faktor lingkungan (intensitas cahaya, hama penyakit) untuk pertumbuhan tanaman seperti yang dikemukakan oleh Sutejo (2002:8) bahwa pupuk ialah bahan yang diberikan dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksut untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik. Berat Buah/Petak Data pengamatan berat buah/petak dianalisis berdasarkan sidik ragam disajikan dalam tabel lampiran(4) menunjukan perlakuan dosis pupuk phonska memberikan perbedaan nyata terhadap parameter berat buah/petak. Tabel 8. Rata-rata berat buah/petak berdasarkan pemberian pupuk Phonska. Pemupukan Phonska (kg/ha)
Berat Buah Per Petak (kilogram)
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
0
2,83 a
500
3,50 a
750
4,60 b
1000
5,33 bc
1250
6,00 c
BNT 0,05
0,98
KK (%)
11,7
Keterangan: angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT 5% pada pengamatan 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk phonska pada tanaman tomat berbeda nyata terhadap berat buah/tanaman. Perlakuan dosis pupuk phonska menyebabkan berat buah/petak tomat sebesar 6,00 kg/petak dengan dosis 1250 kg/ha pada pengamatan saat panen, nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan berat buah/petak pada perlakuan pupuk phonska 1000 kg/hadengan berat buah/petak hanya mencapai 5,33 kg/petak dan berdasarkan data yang di peroleh setelah dikoversikan ke dalam satuan ton/ha setiap perlakuan dosis masing-masing 4,7 ton/ha tanpa perlakuan (P0), 5,8 ton/ha dengan dosis 500 kg/ha (P1), 7,7 ton/ha dengan dosis 750 kg/ha (P2), 8,8 ton/ha dengan dosis 1000 kg/ha (P3), dan 10 ton/ha dengan dosis 1250 kg/ha (P4). Keadaan ini disebabkan dengan pemberian pupuk phonska dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara N, P, K dan S yang merupakan unsur hara esensial yang tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman Novizan(2005:35). Diduga dengan makin tersedianya unsur hara tersebut dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang selanjutnya dapat memberikan hasil yang tinggi. Pupuk majemuk lengkap yaitu phonska mengandung selain N, P dan K , juga mengandung S, berfungsi pada proses fisiologi tanaman. Peningkatan proses fisiologi berakibat pada peningkatan produk yang dihasilkan yang pada tanaman tomat diekspresikan pada bagian generatif, yaitu pada berat buah/petak. Hal ini tidak lepas dari peran fosfor (P) sesuai pernyataan yang dikemukakan Winarso (2005:95) bahwa sebagian besar fosfor di mobilisasi ke biji dan/atau buah terutama pada tanaman yang memasuki fase generatif (masak). *Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Perlakuan dosis pupuk phonska 1000 kg/ha memberikan pengaruh terbaik pada jumlah daun tanaman tomat umur 4 MST sebesar 52,22 helai, 6 MST sebesar 254,50 helai dan 8 MST sebesar 330,94 helai.
2.
Perlakuan dosis pupuk phonska 1000 kg/ha berkontribusi terbaik pada produksi berat berat buah/petak pada tanaman tomat yaitu sebesar 5,33 kg/ha setara dengan 8,8 ton/ha
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pemupukan phonska dengan dosis yang sama pada kondisi lingkungan yang mendukung untuk mengetahui produksi hasil tanaman tomat yang maksimal sebagai bahan acuan oleh para petani untuk menentukan dosis yang tepat pada kondisi lingkungan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA BP3K. 2013. Laporan Hasil Analisis Tanah, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kelautan, Jl Nusi Yunus Latif, Desa Mongolato, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo BPS. 2012.Gorontalo Dalam Angka/Gorontalo In Figure 2012, BPS Provinsi Gorontalo/BPS statis of Gorontalo Propinci. Hermanudin. 2012.Uji Kurang Satu Pupuk N, P, Dan K Terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea, Mays, L)Jurnal Agroteknotropika,Volume 1, Nomor 2, Agustus 2012 Hal 10, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo. Nazari, APD. 2011. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Dengan Dosis Pupuk Npk Mutiara Yang Berbeda, JurnalSkripsi Dipublikasikan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian. Universitas Mulawarman Samarinda. Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 48-51
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2326032pertumbuhan-dan-hasil-tomat-dengan/#ixzz2NBt3Q8rA(diakses 27 Maret 2013).
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.
Novizan. 2005.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: PT.Agromedia Pustaka. Purwati dan Khairunisa, 2007.Tomat Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya. Subhan, N. Nurtika dan N. Gunadi. 2008.JurnalRespons Tanaman Tomat Terhadap Penggunaan Pupuk Majemuk Npk 15-15-15 Pada Tanah Latosol Pada Musim Kemarau, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Parahu No. 517 Lembang, Bandung 40391 digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/4797/ 4368(27 Maret 2013) Sunarjono, Hendro. 2007.Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya Sutejo, Mul Mulyani. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. Trisnawati. Setiawan. Ade Iwan. 2005.Tomat Pembudidayaan Secara Komersial, Penebar Swadaya. Tugiyono. 2002. Bertanam Tomat. Jakarta: Penebar Swadaya. Untung, Onny. 2003. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Jakarta: Penebar Swadaya Untung, Onny. 2007. Agar Tanaman Berbuah Di Luar Musim. Jakarta: penebar swadaya. Winarso, Sugeng. 2005.Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Gava Media. Yunus, Yuswar. 2004. Tanah Dan Pengolahan. Bandung: CV Alvabeta. Yunindanova, Mercy Bientri.2009. Tingkat Kematangan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Penggunaa Berbagai Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Licopersicum Esculentum Mill) Dan Cabai (Capsicum Annuum L) Skripsi Di Publikasikan, Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Instiut Pertanian Bogor.
*Ismail Halubangga, Prof.Dr.Ir.Hi.Nelson Pomalingo,M.Pd, Dr. Mohamad Ikbal Bahua, SP, M.Si Jurusan S1 Agroteknologi Program Studi Agroteknologi.