"Teologi" Petani: Respon Masyarakat Petani terhadap Islam Murni' Abdul Miutir Mutkhan
The dynamic development of Islam, especially in the country side farm-are, describes the interaction between the pure Islam —symbolized byt\/luhammadiyah —and thefarmer tradition. The tradition offarmer religiosity is oftenly connected with superstition, bid'ah and kurafaat. This book is based on the writer's research
that shows the sociological description on the aculturation the meeting of both traditions and on the role of village leaders in East-Java. The most important finding is this research is thattheincreasing number off\/luhammadiyah followers in the farming - areas is notmainly because ofthe success oftradition purifying but it is merely supported by some certain social situations.
Islam, yang bersumber dari A! Quran
Pendahuluan
dan Sunnah dan diyakini seluruh pemeluknya sebagal kebenaran tunggal, juga Islam mumi seperti diperjuangkan Muhammadiyah, kenyataannya secara bebas bisa ditafsir penganutnya secara berbeda dan berubah-ubah. Hal Itu disebabkan ka-
pemurnian islam. Walaupun demikian oleh sebab konteks sosial-budaya yang berbe da, gerakan pembaharuan dan juga pemur nian Islam di satu kawasan dan suatu masa, bisa berbeda dengan kawasan dan masa yang lain. Lahirnya gerakan Muhammadiyah tahun 1912 di Indonesia juga merupakan
rena perbedaan kehidupan soslal penganut Islam itu sendiri yang juga terus berubah dari satu tempat dan tempat lain dan dari satu waktu dan waktu lainnya. Dalam sejarah Islam klasik misalnya, lahir madzhabmadzhab dari syariah (fikih) dan kalam (tauhid). Di antara satu madzhab dengan madzhab lainnya Itu juga riampak saling bert)eda, bahkan seringkali madzhab-madzhab itu juga saling bertentangan.
TImur)" untuk memperoleh gelar doktor di bidang Sosiologi Agama yang telah dlpertahankan dalam Sidang Senat terbatas UGM tanggal 1 Desember 1999. Khusus daftar pustaka sengaja ditampilkan uluh seperti yang
Dalam perspektif itu pula lahirlah gerakan pembaharuan Islam yang satu di antaranya memfokuskan diri dalam gerakan
termuat dalam naskah disertasi dengan maksud untuk memberikan suatu perspektif teoretis cuplikan ini.
254
Tulisan Ini merupakan cupllkan dari laporan disertasi yang berjudul "Gerakan "Peinurniaii Isluin" di Pudusiuin (Kasiis Muluini
madiyah Kecamatan Wuluhan, Jember Jawa
UNISIA NO. 4I/XXfI/IV/2000
Topik: "Teologi" Pclani Rcspon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan satu kasus yang berbeda dengan gerakan pemurnian serupa di tempat lain, seperti halnya perbedaan antara Muhammadlyah dan NahdIatuI Ulama (NU). Didalam sejarah Muhammadiyah sendiri juga muncul perbedaan antara masa awal kelahirannya di bawah kepemimpinan Kyai Ahmad Dahlan dan para pelanjutnya. Demikian pula halnya ketika gerakan Ini meluas di kalangan masyarakat petani di kawasan pedesaan. Interaksi dialogis an tara doktrin Islam mumi yang diperjuangkan Muhammadiyah dan kondisi sosial-budaya masyarakat petani itulah yang melahirkan suatu modus baru keagamaan petani yang dalam tulisan ini disebut leologi petani" (istilah teologi petani ini diambil dari Kunto-
Pendekatan kritis itu juga perlu di dala m memahami model penelitlan Weberlan
yang dilakukan Clifford Geertz (1983) yang menghubungkan struktur sosial dari mekanlsme pasar di kota yang raslonal dengan partisipasi masyarakat di dalam Muhamma diyah, dan struktur sosial dari mekanisme pertanian di desa dengan NU dan kaum abangan serta birokrasi pemerintahan de ngan kaum priyayi. Jika mengikuti tesis Weberian, masuknya kaum petani menjadi pengikut Muhammadiyah adalah hasil ra sionalisasi yang menyebabkan the disenchament of the worfd. Model ritual magis dalam tradisi TBC tentunya menghilang dari
kehidupan petani yang menjadi pengikut Muhammadiyah. Kenyataannya, tradisi wijoyo). Perbedaan pemberantasan taiklid, TBC yang magis mudah ditemukan dalam tahyul, bid'ah dan khurafat (dikenal dengan kehidupan petani Muhammadiyahtersebut. Meningkatnya jumlah anggota Muham akronim TBC (k)) juga terllhat di antara satu madiyah di Kecamatan Wuluhan Kabupaten generasi dan generasi lainnya, dan di an tara pengikutdi daerah perkotaan dan pede Jember Jawa Timur (tempat penelitian disaan. Kegigihan pemberantasan TBC mulai sertasi ini dilakukan) dalam waktu singkat nampak pada masa kemerdekaan berbeda yang terjadi sesudah krisis soslal-politik dari masa kolonial selama kepemimpinan dan keagamaan petani akibat peristiwa GKyai Ahmad Dahlan, dan mulai mencair 30-S/PKI tahun 1965, bisa dlmengerti, jika sesudah gerakan ini didominasi elite baru tesis Weberian itu ditafsirkan secara kritis. berpendidikan tinggi modern pada masa terakhir Orde Baru.
Perubahan pola pemumlan Islam terse-
but bisa dikaji berdasar tesis rasionalisasi Weber (1972) searah perubahan masyara kat menjadi modern yang nampak berbeda antara kawasan Tlmur dan Barat. Tesis
Weber itu perlu dipahami secara kritis, karena rasionalisasi juga berlangsung secara dialektik dalam logika Intemal suatu agama
Sebelum itu, selama empat dekade sejak
gerakan ini masuk ke daerah penelitian dan berhasil mendlrlkan dua sekolah mo
dern, anggotanya hanya berjumlah 100 orang. Selama itu pula gerakan ini meluas terbatas di sekltar pasar kecamatan. Se lama lima tahun sesudah itu anggotanya bertambah leblh dari 500% yang 90% di
antaranya kaum petani. Ketika itu, dominasi PNI, PKI dan NU di dalam dinamika
(Habermas, 1984). Selain itu, pemurnian politik lokal, merosot tajam. Jumlah ang Islam dalam pandangan Muhammadiyah gota Muhammadiyah itu terus menlngkat merupakan pencarian referensi sislem ke- ketika elitegerakan ini menguasai dinamika percayaan dan ritual Islam pada fakta his- politik lokal sebelum runtuhnya Orde Baru, toris kenabian Muhammad saw yang nam
21 Mel 1998 yang lalu.
pak berbeda dari model rasionalisasi We
Perkembangan dan perluasan Muham madiyah ke daerah pedesaan dalam waktu relatif singkat seperti tersebut di atas,
ber tersebut.
UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
2SS
Topik: •TROLOGl" PETANI Rcspon Masyarakai Pelani..., Abdul Munir Mulkhiin
berbeda dari struktur soslal pengikut ge- Habermas (Nugroho. 1995; Hardiman, 1990, rakan ini sebagaimana ditemukan oleh ber-
him 26-30, 54).
bagal penelHlan sebelumnya. Selama ini pengikut Muhammadiyah pada umumnya merupakan kaum pedagang, pegawai dan petani kaya dan yang secara geografis tinggal di sekltar pasar dan perkotaan (Geertz, 1983). Kecenderungan itu jugadiperkuat oleh data dari kantor pusat Mu hammadiyah (PPM, SumberDaya, 1995, him 40-41). Berdasardata itu, hanya kurang dari 10% anggota Muhammadiyah yang
teori yang mengandaikan tesis-tesis ge
bekerja sebagai petani. dan lebih dari 90%,
neral. Metode dan teori perlu diletakkan
Pendekatan tersebut juga didasarkan suatu tesis bahwa kepenglkutan petani da lam Muhammadiyah mencerminkan suatu model interpretasi petani tentang Islam mur-
ni dan TEC. Interpretasi masyarakat petani ini pun terletak di dalam konteks sosial lokal yang juga terus berubah secara di namis. Hal ini tidak mudah diteliti metode
kuantltatif dan tidak mudah dijelaskan oleh
bekerja disektorjasa yang50%diantaranya dalam posisi "kritis", dimana kebenaran keadalah pegawai. Dari segi pendidikan, anggota Muhammadiyah secara nasional
duanya bukan hanya dilihat dari kemampuan menjelaskan, tetapi juga dalam
terdiri dari 90% lebih tamat SMU hingga per- menafsir realitas sosial yang dinamis dan guruan tinggi.
MemahamI Dinamika Sosial
Keagamaan
Perubahan struktursosial anggota Mu hammadiyah dan meluasnya gerakan ini ke kawasan pede$aan serta perbedaan pe-
mahaman terhadap ajaran Islam 'dapat dimengerti jika hal itu diletakkan sebagai bagian dari dinamika sosial. Untuk meneliti dan memahami dinamika sosial keagamaan
ini, kurang tepat jika dilakukan dehgan metode kuantltatif yang bersumber dari positivlsme dan beroperasi berdasar konsep standar dalam penelitian sosial. Metode Ini juga banyak dikritik dan dianggap gagal mengungkap realitas sosial yang muncul secara beragam. Dalam tradisi kuantltatif itu, peneliti cenderung bekerja berdasar logika deduktif, mengabaikan keunikan dan kurang menempatkan obyek sebagai pelaku kreatif dan dinamis. Realitas sosial berdi-
mensi keagamaan dan historis seperti me luasnya gerakan Muhammadiyah dalam masyarakat petani dalam kasus ini, lebih tepat jika diteliti dengan metode kualitatif dengan interpretasi kritis seperti konsep 2S6
bebas kepentingan ideologis (Habermas, 1996, him 15-16). Karena itu, metode kualitatif berdasar
konsep hubungan dialektik agama dan di namika sosial penganutnya nampaknya le bih tepat (Berger, 1991). Penafsiran Islam murni, TEC dan realitas yang dihadapi pe tani, bisa berbeda dehgan realitas nasional dan internasional (Geertz, 1983; Abdullah, 1987). Perlu dikaji aril Muhammadiyah, Islam murni, tradisi TEC dan realitas sosial
itu bagi petani; siapa melakukan apa, da lam situasi dan konteks khas apa (seperti disebut Worsley dalam buku Glasner, 1992, him 12). Berdasar itu, pemahaman terhadap dinamika sosial keagamaan perlu dilakukan berdasar data naratif seperti yang ditafsir sesuai maknanya bag! si pelaku (Weber, 1972; Geertz, 1992, him 127-128; Uhlin, 1995, him 3-5; 1998, him 7). Keabsahan data dilihat dari keberlakuannya dalam ko-
munitas, sehlngga analisa perlu dilakukan bersama-sama kegiatan pengumpulan data. Kesimpulan dibuat sebagai uji-ulang berbagai penyimpulan yang dilakukan bersama
pendataan. Dari sinilah abstraksi logis-interpretatif diletakkan dalam hubungan kritis UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Tcologi" Pclani Kcspon Masyarakal Pclani..., Abdul Munir Mulkhan
fakta-fakta (Miles & Huberman, 1992, him 12-19, 47, 87; Uhlin, 1995, him 3-5).
Respon Petani Terhadap Islam MurnI
Kenyataan petani Muhammadiyah tetap melakukan TBC seperti di atas Itu berbeda dengan tesis islamisasi Nakamura (1983) dan Riaz Hassan (1985). Petani Muhamma
konsisten dalam menerapkan ajaran Islam murni secara lebih puritan. Hal itu dapat dilihat dari empat kelompok yang di daerah penelitian disebut dengan: Al Ikhlas, Kyai Dahlan, Munu (Muhammadiyah-NU) dan Marmud (Marheinis-Muhammadiyah). Dimensi sosiologis pengikut Muhammadiyah di daerah pedesaan dalam masyarakat pe tani ini mencerminkan suatu bentuk Islam
natural bagi kepentingannya bertani, namun tetap memerlukan jasa "orang saleh" guna
dari yang paling puritan hingga Islam yang magis-sinkretik. Petiuasan dan juga variasi pengikut Muhammadiyah dalam menerap kan Islam itu juga nampak berhubungan dengan perubahan kontigurasi sosial-politik
"membujuk"Tuhan agar memberi "perkenan"
di daerah tersebut.
diyah itu memang tidak lagi meminta jasa dukun untuk membujuk kekuatan super
Dimensisosiologis keragaman kehidupan bagi sukses bertani. Dengan menempatkan keagamaan dan hubungan sosial-politik pe "orang saleh" sebagai.pusat keagamaan ngikut Muhammadiyah di atas akan terllhat dan dinamika sosial, sesuai tradisinya^ daii hubungannya dengan perubahan konti petani Muhammadiyah mengintegrasikan gurasi sosial-politik di daerah penelitian Islam modernis dan tradisionalis, syariah dan sufisme, dan TBC dengan Islam mumH sesudah peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965. Selain itu, fungsi gerakan yang gigih mem- Sebelum Orde Baru sesudah Masyumi buberantas TBC tersebut juga diubah bagi bar, NU, PNI dan PKI di suatu kecamatan kepentingan magis. Meialui cara itu, ribuan petani berpartisipasi aktif di dalam pengajian Muhamma diyah setiap 7 hari di selunjh desa di sebuah kecamatan di daerah Kabupaten Jember. Dari petani Muhammadiyah yang biasa me lakukan TBC itu justru nampak usahatani lebih prcduktif, berbeda dari tesis Peacock
(1978) mengenai kegagalan gerakan ini menumbuhkan etos ekonomi produktif. Dari situiah muncul semacam "jalan baru" Islam
di kalangan petani Muhammadiyah yang bisa mencairkan konflik akibat perbedaan keagamaan dan sosial-politik. Dari sini nam
pak meluasnya Muhammadiyah ke pedesaan bukanlah bukti islamisasi, tetapi pribumisasi Islam murni secara khas sesuai tradisi
petani yang menandai munculnya model "teologi petani" (Kuntowijoyo, Identitas, 1997).
Walaupun demikian, bukan berarti tidak
ada petani pengikut Muhammadiyah yang UNISIA NO. 41/XXH/IV/2000
di daerah Kabupaten Jember seperti telah dikemukakan adalah merupakan tiga ke kuatan politik utama, seperti umumnya di dalam masyarakat Jawa (Ward, 1974;
H'radlsi ini kadang diubah komunitasnya secara khas, sehingga dari padanya bisa lahir visi baru. Namun, bisa berarti penibakuan pola hidup seperti syariah yang dipandang baku,
sakral dan berlaku abadi. Seluruhnya tergantung komunitas pendukungnya menempatkan di dalam kehidupan yang terus berubah dinamis. Karena itu, tradisi petani Itu terbuka bagi perubahan masyarakalnya ketika meng-
hadapi berbagai masalah baru, semehtara Islam murni bisa mentradisi dan beku .(lihat Mochtar PabottinggI, 1986, him 191-193, 238). ^Istilah Islam murni juga dipakai oleh hampir semua gerakan Islam, karena itu perlu ditegaskan bahwa penggunaannya dalam penelitian ini sepanjang pengertlan yang ber laku di kalangan Muhammadiyah.
257
Topik: "TEOLOGI" PETANI Rcspon Masyarakal Pclani..., Abdul Munir Miilkhan
Feith, 1971). Orang Jawa nampak terkonsentrasi di kecamatan tersebut di tengah
elite baru Muslim berpendidikan tinggi mod ern dalam dinamlka politik nasional yang
masyarakat Madura di seluruh Jember dan
muncul sejak tahun 1980-an.
kawasan timur Jawa Timur. Karena itu, Kasus perluasan Muhammadlyah da sesudah Golkar surut sejak Orde Baru 21 lam masyarakal petani tersebut di atas Mei 1998 runtuh, PKB yang didirikan NU juga nampak berbeda dengan kegigihan
dan PDIP seperti bangkit dari kebang-
Muhammadlyah dalam memberantas TBC
krutannya. Sementara. posisi politik elite seperti yang selama ini dikenal. Suatu pola lokal Muhammadlyah yang selama ini pemurnian Islam yang menyebabkan ge irienguasai seluruh organisasi yang bemaung rakan ini sulit berkembang dalam masyara di bawah Golkar, nampak kehilangan peran. kat petani di pedesaan (Geertz, 1983). PAN, yang didirikan mantan Ketua Mu- Kesulitan gerakan Ini berkembang di ka
hammadiyah, juga nampak sulit memper-
oleh suara signifikan dalam pemilu 1999. Modernisasi pendldikan yang dilakukan Muhammadlyah dengan mendlrikan HIS dan Schakelschool (10 dan 20% dari data nasional; Soedjati, 1930) sebelum kemerdekaan yang diubah menjadi SMI, lalu PGAdan SMP/SMU, justru memperlemah peran ahll syariah dan pemberantasan TBC, tidak seperti tesis Riaz Hassan (1985). Bersama Itu, krisis sosial-politik dan keagamaan akibat terbunuhnya ratusan petani dan puluhan dukun serta penghancuran seluruh makam dan tempat keramat dalam peristlwa G-30-S/PKI, mendorong petani menjadi penglkut Muhammadlyah. Hingga kini, rantingnya bertambah 400%, jumlah anggota nya lebih 1.000 orang dan ribuan penglkut petani. Hal ini berbeda dari laporan p.impinan pusat mengenai lesunya gerakan ini di daerah pedesaan secara nasional. Kasus meluasnya Muhammadlyah ke daerah pedesaan dengan jumlah penglkut yang terdiri dari ribuan petani tersebut. nampak signifikan dengan perubahan pola pemurnian Islam pada tahapan nasional yang muncul sejak tahun 1995. Perubahan itu nampak di dalam rumusan program nasio nal gerakan Ini di bawah judul program "spiritualisasi syariah". Perubahan pola pemur nian Islam itu juga nampak signifikan de ngan meluasnya gagasan Islam substansial, Islam kultural dan Islam inklusif dari 258
wasan pedesaan seperti selama ini dise-
babkan karena TBC adalah bagian Integral dari kehidupan masyarakat petani. Seiain itu, masyarakat pedesaan adalah basis
soslal NU yang menempatkan kyal sebagai tempat bertaklid. mirip fungsi mursyid (Karim, 1995; Bruinessen, 1994; Feillard. 1997).
Masyarakat pedesaan, terutama kaum pe tani selama Ini juga dikenal sebagai kaum abangan yang sinkretik yang menempat kan dukun sebagai mediator hubungannya dengan sumber kekuatan supernatural yang dimanlpulasi secara magis bagi kepentlngan usaha tanl. Karena Itu meluasnya Muhammadlyah ke daerah pedesaan dalam masyarakat petani, mengandung banyak arti teoretis. Pertama, hal itu bisa berarti sebagai keberhasilan Islamisasi, yaltu dengan ditolaknya TBC (Hassan, 1985), atau ketlka unsur TBC dalam tradisi petani itu disaring untuk diintegrasikan ke dalam Islam murni (Nakamura, 1983). Pengertian kedua, bisa pula berarti sebagai pribumisasi, iaiah ketika Islam murni yang dibakukan tarjih Itu telah diubah sesual tradisi petani untuk suatu tujuan magis bagi kepentingan mereka sendiri. Pengertian ketiga, iaIah terjadinya suatu negoslasi, yaltu ketlka Islam murni
yang diyakini Muhammadlyah dan TBC sama-sama diubah sehlngga bisa cocok bagi cara hidup masyarakat petani. Dan, pengertian keempat Iaiah konflik, yaltu UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Teologi" Petani Respon Masyarakat Petani..., Abdul Munir Mulkhan
ketika Islam murni dan TBC saling bertahan.
Pribumisasi lebih mungkin, ketika fungsi tanah tetap sebagai alat produksi petani Muhammadiyah. Apabila usahatanl tetap sebagai pekerjaan utama, ikatan dengan kekuatan supematural dan tradisi TBC akan tetap kuat. Hal Ini dimungklnkan karena pe-
dari laporan pimpinan gerakan ini di tingkat nasional. Muhammadiyah dl daerah Ini me miliki 12 ranting dan dlikuti ribuan petani yang terlibat aktif di dalam puluhan jaringan pengajian setiap 7 hari di seluruh desa yang ada di daerah tersebut. Namun, kegigihan memberantas TBC dari gerakan ini hanya
nampak hingga pertengahan tahun 60-an.
tons kenabian Muhammad saw. Demikian
Melemahnya pemberantasan TBC itu terjadl sesudah peran ahli syariah menyusut, akibat modemisasi pendidikan yang semula dipelopori gerakan ini sejak sebelum kemer-
pula, modernisasi pendidikan Islam jugp
dekaan.
tidak mengubah sistem kepercayaan dan ritual Islam, seballknya justru memperlemah posisi ahli syariah. Gagasan pemumlan Islam juga berubah sesudah penetapan pro gram nasional "spirltualisasi syariah" sejak
Melemahnya pemberantasan TBC di daerah pedesaan yang sudah ditemukan Geertz (1983) tahun 1950-an, semakin meluas ketika modemisasi pendidikan di daerah pedesaan tidak mendorong islamisasi se perti tesis Hassan (1985), tetapi justru memperlemah peran ahli syariah. Islamisasi melalui penyaringan budaya lokal di pe desaan, juga berbeda dari tesis Nakamura (1983). Gejala ini menarik ketika secara nasional gerakan ini mulai mengembangkan pendekatan budaya dalam pemurnian Islam (Abdullah, 1995; PPM, Materi, 1995). Namun, kegagalan islamisasi justru mendorong radikalisme pengikut yang puritan yang memandang melemahnya pemberantasan TBC sebagai usaha konspirasi kekuatan "anti
murnian Islam bukan rasionatisasl sistem
kepercayaan dan rituallslam seperti maksud Weber, tetapi pencarian referensi fakta his-
tahun 1995.
Perubahan itu berbeda dari doktrin
syariah yang selama ini diyakini sempuma dan baku (Abdullah, 1995; 1998), bahkan perubahan sosial yang tidak sesuai syariah, dlpandang ancaman bagi Islam (PPM, Islam dan Dakwah, 1988). Pandangan ini justru menyebabkan rendahnya partisipasi ma syarakat dalam gerakan ini, terutama dari petani dan buruh. Sejak lahir 1912 hingga saat Ini, jumlah anggotanya belum mencapai satu juta orang, kurang 10% di anIslam". taranya petani, yang semakin kecil jika Perkembangan Muhammadiyah dalam dikurangi yang meninggal. Namun, gerakan kasus ini juga berbeda dari tesis Peacock ini memiliki 26 pimpinan tingkat propinsi, (1978) tentang kegagalan Muhammadiyah 271 pimpinan tingkat kabupaten, 3.000-an menumbuhkan etos ekonomi produktif. Pepimpinan tingkat kecamatan, dan puluhan nelltian Inwan Abdullah (1994) dl daerah Jaribu pimpinan tingkat desa. Gerakan ini juga tinom juga menunjukkan perlu dikaji ulang memiliki puluhan ribu lembaga pendidikan tesis Peacock tersebut. Keduanya bisa ber tingkat dasar dari menengah, ratusan pen beda ketika Muhammadiyah meluas dalam didikan tinggi, rumah sakit dan balal kese- masyarakat petani di pedesaan seperti ka hatan (PPM, Laporan, 1995). sus penelitlan ini. Karena Itu pula, perlu studi Partisipasi petani dalam Muhamma lanjut terhadap tesis rasionalisasi Weber diyah di kasus tersebut di atas, berbeda (1972) dan tesislnya mengenai kegagalan dari pandangan mengenai kecenderungan tumbuhnya sistem sosial, ekonomi dan pomelemahnya gerakan Ini di daerah pede- litik rasional di dalam komunltas Muslim saan secara nasional seperti juga terllhat yang partimonlallstik (Turner, 1984). UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
259
Topik: "TEOLOGI" PETANl Rcspon Masyarakal Pctaiii..., Abdul Munir Mulklian Pendekatan struklural-fungsional tradisi Weberian itu juga dikritik Murata (1998)
A! Quran dan Sunnah". Pertlmbangan raslonal leblh terllhat dl dalam keglatan soslal
sebagai tidak sesuai kesadaran kesatuan
seperti pendldlkan, layanan soslal dan ke-
hierarkis realltas dalam Islam. Namun, pen dekatan Itu tetap relevan guna menjelas-
sehatan serta pemanfaatanteknologi dalam keglatan dakwah (Alfian, 1989). Dl sisi lain, kan gejala pluralilas dalam komunitas Islam keglatan soslal Inl juga dipandang sebagai dan dl antara penglkut Muhammadlyah dl bagian Integral akidah (kepercayaan) dan daerah pedesaan. Karena Itu, keberlakuan Ibadah (ritual), sehlngga banyak kebljakan fungsl pendekatan struktural-fungslonal sosial-polltik gerakan inl sulit dimengerti akan ditentukan oleh respon masyarakat dengan teorl raslonallsasi. Karena Itu, teorl petani dl pedesaan yang menjadi penglkut raslonallsasi bIsa dipakal sepanjang diberi Muhammadlyah terhadap Islam murnl, art! secara dinamis non-kausal seperti yang tradisi TBC dan realltas sosial-polltik yang disebut Siebert (1985) dengan team/np pro dihadapi.
Dari model Islam murnlnya kaum pe tani Muhammadlyah Itu pula bisa dijadlkan dasar bagi pengembangan integrasl soslal dalam masyarakat Indonesia yang semakin plural. Hal inl juga pentlng bagI pengkajlan terhadap tesls raslonalalsasl dan the disenchament of the world dari Weber,
hubungan dialektik kepercayaan dan dlnamlka soslal penganutnya, serta hubungan fungslonal kepercayaan dan struktur soslal. Model Islam murnlnya petani Itu juga bIsa dijadlkan dasar bagI studi mengenal etos ekonomi pertanlan yang leblh produktif dari masyarakat petani sebagai mayorltas penduduk Indonesia yang berkembang darl.gerakan keagamaan. Dari moxdel itu pula bIsa dipellhara hubungan harmonis, dlbangun Integrasl soslal, dan diatasi konfllk akibat perbedaan pemahaman keagamaan dan kesenjangan soslal.
cesses.
Raslonallsasi adalah perluasan rasio-
nalltas tindakan Jntuk tujuan yang dltetapkan secara rasionaldengan sarana efislen yang sifatnya universal sejauh masyarakat mengalami modernlsasi. Raslonallsasi di-
bedakan yang Instrumental mengenal aturan teknis, strategis mengenal hubungannya dengan nilai normatif, etik mengenal hu bungan manusla-Tuhan, dan kognitif menge nal demitologlsasi atau hllangnya fungsl mitos dan magis. Raslonallsasi munculseIrlng the disenchament of the wor/dgagasan magIs yang dinyatakan NIetzche sebagai "Tuhan telah mat!" (Habermas, 1984, him 196-197, 212-213, Hardlman, 1993, him 74-
75).
Mengingat derajat modernlsasi yang terjadi dl dalam masyarakat yang satu de
ngan yang lain bIsa berbeda, demitologlsasi dan raslonallsasi juga bisa diduga akan berlangsung secara berbeda pula. Karena . itu raslonallsasi akan berlangsung secara
Raslonallsasi dalam Pemurnlan Islam Pemurnlan Islam dalam Muhamma
dlyah sering diartlkan sebagai Islamisasi melalul raslonallsasi Weberian (1972). Na
mun, bagI gerakan Ini hal Itu berarti sebagai penyesualan praktek Islam dengan fakta historls kenablan Muhammad saw seperti
nampak dalam semboyan "kemball kepada 260
dialektik sebagai learning processes (Slet>ert, 1985, him 249). Berger (1991, him 4-5, 3335) metukiskan hubungan dialektik agama dan dinamika soslal berlangsung dalam tiga tahap; eksternalisasi ketlka agama
sebagai ekspresi duniawl, obyektivasiketika agama menjadi fakta atau referensl tindakan, dan internalisasi ketlka agama diberi makna oleh penganutnya.
UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Tcologi" Petani Respon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan
Beberapa panelittan tentang Muhammadiyah dengan pendekatan rasionalisasi Weberian antara lain: Peacock (1978), Irwan Abdullah (1994), Clifford Geertz (1983), Nakamura (1983), dan Riaz Hassan (1985) akan dibahas secara ringkas. Kecuali Geertz, seluruh penelitlan itu dilakukan di dalam masyarakat yang hidup di luar mekanisme pertanian di daerah pedesaan. Sementara Geertz menghubungkan f^uhammadiyah dengan pasar sebagai inti struktur sosial pengikutnya. Dalam kasus f^uhammadiyah di kawasan Jember ini, sekurangnya menunjukkan gejala penylmpangan dari pola hubungan desa sebagai inti struktur sosial petani dengan pilihan menjadi pengikut fviuhammadiyah. Kesimpulan Peacock (1978) tentang kegagalan f^uhammadiyah menumbuhkan etos produktif, juga berbeda dari penelitian Geertz, dua dekade sebelumnya, mengenai semangat kerja pengikut l\4uhammadlyah. Penelitian Invan Abdullah merupakan kritik penelitian Peacock ketika l\/1uhammadiyah berperan mereformasi sosial-budaya dan ekonomi menjadi lebih rasional dan pro duktif. Penelitian Irwan Abdullah juga meru pakan kritik kesimpulan Weber tentang kegagalan tumbuhnya sistem sosial, eko nomi dan politik rasional dari masyarakat Islam (Turner, 1984). Seluruh penelitian itu dilakukan dengan mengandaikan berfungsinya suatu pola hubungan kausal antar struktur pasar de ngan pilihan menjadi pengikut Muhammadi-
yah. f^amun, pola hubungan ini sulit monjelaskan kegagalan fyiuhammadiyah me numbuhkan etos ekonomi produktif. Model struktural-fungsional juga sulit dtpakai menjelaskan masuknya ribuan petani menjadi pengikut Muhammadiyah. Teori rasionali sasi Weberian memang bisa dipakai dalam
menjelaskan hubungan krisis sosial, politik dan keagamaan masyarakat petani sesudah peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965
UMSIA NO. 41/XXII/IV/2000
dan pilihan masyarakat petani itu menjadi pengikut Muhammadiyah. Namun, teori itu sulit dicapai untuk menjelaskan gejala ketika petani Muhammadiyah itu ternyata tetap memelihara tradisi ritual magis. Walaupun demikian, beberapa penelitian tersebut menunjukkan adanya signifikansi peran sentral elite dalam masyarakat Islam dan Muhammadiyah (Alfian, 1989). Elite Ini secara bebas bisa menafsirkan Islam
sesuai konteks sosialnya. Mengingat peran elite dan pembakuan hubungan strukturalfungsional kehidupan keagamaan dan struktur atau status sosial, kerangka teori penelitian kasus ini diletakkan pada tesis rasionalisasi dalam bentuk hubungan dialektik yang diartikan secara dinamis dengan menempatkan peran sentral elite lokal gerakan ini sebagai faktor utama. Berdasarkan itu, bisa dimengerti ketika modernisasi pendidikan dalam masyarakat petani menyimpang dari tesis islamisasi Hassan (1985). Sebaliknya, justru memperluas toleransi pada TBC, akibat lemahnya pbran ahli syariah. Penyimpangan juga terjadi terhadap tesis rasionalisasi Weber (1972). Tesis-tesis itu hanya cocok bagi pengikut puritan dan perubahan pemurnian Islam sesudah gerakan ini didominasi elite berpendidlkan tinggi modern. Namun, hal itu perlu dikoreksi ketika pengikut puritan, rasionalitas tindakan soslat-ekonomi rendah
dan tetap meletakkan nilai-riilai transedental; kehendak Tuhan sebagai pusat orientasi. TipologI Hubungan Islam dan Budaya Lokal Hubungan islam dan budaya lokal juga nampak dalam kategorisasi Islam ke dalam modernis atau tradisionaiis yang selama ini dicapkan pada Muhammadiyah dan NU. Kategorisasi semacam ini lebih merupakan cermin dari Islam sebagai gejala sosial, yang antara lain juga menyebabkan pene262
Topikr "TEOLOGl" PETANI Respon Masyarakat Petani..., Abdul Munir Mulkhan rapan Islam mumi dan pemberantasan TBC di pedesaan berbeda dengan di perkotaan. Perllaku keagamaan dan sosial-politik NU di kedua kawasan tersebut juga bisa ber
beda. Pola pembaglan kerja yang beragam di perkotaan dan homoginitas pedesaan serta parllsipasi pendidikan di kedua ka wasan yang berbeda akan menjelaskan
perbedaan Muhammadiyah di dalamnya (Hassan, 1985).
Perbedaan konteks itu juga nampak dari desa DI dan pendukung pemerintah (Jackson, 1990). Dari sini petani Mu hammadiyah akan merepresentasikan kon-
flik kepercayaan magis dan etis sebagai proyeksi manusiawi dari dan dalam hu-
bungan sosiai (Berger. 1991. 32, 204-210). Muhammadiyah di salah satu kecamatan
yang terletak di Kabupaten Jember nampak tidak seperti peran gerakan ini di dalam mendorong perkemtDangan ekonomi Jatlnom. Namun, kebangkltan Muhammadiyah di Jatlnom sesudah G-30-S/PKI (Abdullah. 1994, him 5-7,165-166) konsisten dengan perkembangannya di daerah Jember ter sebut..
Petani yang terikat secara magis pada kekuatan supernatural (Weber. 1972, him 80-82, 97) suiit dimengerti menjadi pengikut Muhammadiyah. Juga, reformasi sosialekonomi Muhammadiyah di Jatinom (At> duiiah, 1994) dan reformasi kebudayaan di Kotagede (Nakamura, 1983). Di siniiah, tesis Weber tentang keterasingan Islam dari puritanisme. dan sulitnya etika rasional muncul dari masyarakat Islam, juga perlu dikritisi (Turner, 1984, him 13-15; Weber, 1972. him 262-265). Gustav Mensching melukiskan keper cayaan petani. seperti kutipan berikut;
"... they do not undestand the ideas of high religion,... they create a religi on on their own which we call folk
belief. ...In that case, high religion is what it is supposed to be in its purity, 262
a matter of conscious personal deci
sion. ... Primitive magical religion, again, is the most important factor in
folk belief." Artinya: "... para petani tidak memahami gagasan-gagasan agama universal (tinggi), ... mereka
menciptakan agamanya sendiri yang kita sebut kepercayaan rakyat. ... Dalam halitu, agama tinggi adalah apa yang dianggap sebagai kesucian kesadaranpersonal.... Sekalilagi, agama
magis primitif adalah faktor penting kepercayaan rakyat...." (The Masses, 1964, him 269-270).
Daiam hubungan Itu, Max Weber juga menyatakan:
"As general rulethe peasantry remained
primarily involved with weather magic and animistic magic or ritualism; inso
far as it developed any ethical religion, the focus was on a purely formalistic
ethicof do ut des in relation to both god and priests." Artinya: "Pada umumnya, kaum petani diliputi suasana magis dan magis anismistik atau upacara ritual; sejauh itu mengembangkan agama etik, fokusnya adalah pada etika murni formalistik yang, dalam satu dan lain hal, terkait dengan tuhan dan pendeta (1972. him 82).
Tradisi magis tersebut menyebabkan sulitnya petani menerima Muhammadiyah yang justru gigih memberantas TBC berdasar ukuran syariah." Hal ini juga terlihat dari keengganan kelas bawah mengunjungi gereja di Amerika, karena merasa kurang
**8391 Muhammadiyah apa yang disdiut syariah itu juga sekaligus meliputi aqidah, ibadah, akhlak dan mu'amalat (lihat him 54 disertasi) yang prakteknya juga searti fikih seperti maksud Syaltut (Ensiklopedi Islam JId 4, 1994, him 346).
UNISIA NO. 4I/XXII/IV/2000
Topik: 'Teologi" Pctani Respon Masyarakat Pelani..., Abdul Munir Miilkhan
sesuai dengan kelas pengunjung gereja, selain rekrutmen anggota gereja yang tidak
Hubungan dialektik agama dan dinamika sosial penganutnya bervariasi sesuai kelas bawah (Demerath, 1988, him sesuai kadar kepercayaan dan konteks 396-404). Karena Itu, masuknya masyara soslal seperti pola penyebarah Islam ke kat petanj menjadi pengikut Muhamma- kawasan Nusantara (Surjo, dkk, 1993) dan diyah sullt dimengerti sebagal has!! raslo- respon gerakan keagamaan terhadap nalisasi dan konversi keagamaan. Alasan modernisasi (Wilson, 1973). Karena itu, petani memiiih menjadt pengikut Muham- keragaman pengikut Muhammadiyah ketika madiyah lebih karena ekonomi-politik se- meluas ke daerah pedesaan bisa dikaji dari sudah krisis sosial-politik dan keagamaan empat varian penyebaran Islam, yaitu: (1) yang dialami masyarakat petani. islamisasi, (2) pribumisasi, (3) negosiasi, Rasa kurang pantas untuk mengunjungi dan (4) konflik (Surjo, dkk, 1993). gereja dari kelas bawah Itu akan terdesak Jika varlasi pengikut Muhammadiyah ketlka menghadapi ancaman ekonoml- itu dillhat berdasarkan tipologi respon polltlk dan hancurnya tatanan Iradlslonal masyarakat tradisional terhadap moder yang magis (Weber. 1972, him 80; Huber nisasi, maka format Islamisasi menyerupai mas. 1984; O'dea, 1992. him 110). Situasi introversionis atau revolusionis dan Uto itu juga mendahulul ketika masyarakat petani pian dengan bukti historis Aceh, ketika menjadi pengikut Muhammadiyah. Namun, sufisme kadar rendah bertemu budaya loketerllbatan petani dalam agama universal kal belum mapan. Ketika sufjsme kadar seperti yang diperjuangkan Muhammadiyah lebih tinggi bertemu budaya lokal lebih
kemungklnan diikuti inovasi dalam bentuk TBC (Mensching, The Masses, 1964, him
269-270). Logika petani itu akan mendorong mereka menafsirkan segala perlstiwa kehl-
dupan secara berbeda jlka dibandingkan dengan kelas soslal yang lebih tinggi (Pin, 1964, him 414-415). Masuknya masyarakat petani menjadi pengikut Muhammadiyah, seharusnya men dorong raslonalisasi dan reformasi kosmologis dunia magis (Weber, 1972; Haber mas, 1984). Rasionalisasi Hotoku zaman
Edo inl pula yang mendasarl tumbuhnya etika masyarakat Jepang modern yang melahirkan etika sosial-ekonomi. sistematisasi hasil panen dan keuangan (Bellah, 1992,
him 173-180). Sementara, pemurnian Islam dengan penghapusan TBC (PPM, 1989, him 15), menurut Peacock (1978, him 106107) justru membuat gerakan ini kurang diterlma masyarakat petani dan gagal menumbuhkan etos ekonomi produktlf. Namun,
mapan, muncul pribumisasi yang me nyerupai manipulasionisdan thaumaturgical. Jika sufisme kadar rendah bertemu budaya lokal yang surut, muncul negosiasi seperti respon manipulasionis yang pragmatis. Terakhir, ketika sufisme kadar tinggi bertemu budaya lokal yang mapan, lahiriah format konflik, menyerupai respon reformis. Pola konflik dalam kasus ini tampak ketika Islam murni dan Islam slnkretik sa-
llng bertahan. Hal ini terlihat dari pola yang relatif "menylmpang" seperti model wetu telu di Lombok sebagai redukst kewajiban
syarlah salat lima vyaktu. Menglkuti pola inl, sekularlsasi Islam slnkretik muncul bor-
sama spirituallsasi islam murni yang syarlah-istls. Muncul dualitas Islam murni
syariah-istis dan sufistis seperti dualitas
kepercayaan Orang Nuer di Afrika yang
tesis ini bisa berbeda ketika Muhamma
ditemukan dalam penelitian Pritchard(1988). Gejala ini juga terilhat dari ambivalensi di antara komitmen pada aturan legal syarlah
diyah diterlma masyarakat petani secara
dan komitmen spiritual dari sufisme.
luas.
UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
263
Topik: "TEOLOGI" PETANI Rcspon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan
Di sisi lain, hal Itu merupakan gejala Madura di seluruh kawasan Jember dan arus-balik pemumian Islam yang syariahistls sisi timur Jawa Timur. Di kecamatan Ini, yang mendorong munculnya persaingan ketat pendukung Masyumi dan NU melemah memperebutkan perkenan (ridia) Tuhan dibanding daerah lain justru ketika PNI, (Gellner, 1988), sebagai suatu produk kemudian PDI (P), dan PKI mengual (Feith, hubungan dialektik status dan sistem
kepercayaan (Weber, 1972; Bellah, 1991). Menjadi Muhammadiyahdalam status petani melahlrkan konfllk Internal ketergantungan terhadap sinkretisme dan hubungan sosial sistematis dalam struktur kelembagaan gerakan ink Hubungan dialektik itu juga akan bersentuhan dengan wilayah politik kenegaraan dalam tahap Islam pada aras nasional (Abdullah, 1987) yang akan menjelaskan perubahan pola hubungan politik elite Muslim dalam realitas politik nasional tersebut.
Muhaminadlyah di Daerah Pedesaan Bab inl membahas konteks sosial-
budaya lokal yang menjelaskan perluasan Muhammadiyah ke seluruh'pedesaan yang telah disebutkan di antara ribuan petani, setelah selama hampir setengah abad hanya diikuti 100 anggota. Lima tahun sesudah G-30-S/PKI, anggotanya bertam-
bah rata-rata 103% per-tahun ketika secara nasional hanya bertambah 17%. Gerakan
yang semula menampilkan watak asli Islam mumi yang secara radikal memutuskan hubungan dengan tradisi lokal (Geertz, 1983) Itu pun mencair bersama surutnya peran ahli syariah akibat modernisasi pendidlkan Islam. Modernisasi pendidikan
yang dikembangkan sejak sebelum kemerdekaan itu kemudian memperlemah pem-
berantasan TBC sebagai unsur penting tradisi lokal.
Gejala itu muncul dalam kondisi sosialbudaya,, di salah satu dari 27 kecamatan di daerah Kabupaten Jember, kantong
masyarakat Jawa di tengah masyarakat 264
1971; Ward. 1974, him 167). Di sini, Mu hammadiyah menghadapi dua kekuatan utama, yaitu; Islam tradisionalisdan abangan. Sesudah fusi partai Islam dalam PPP yang didominasi elite NU dan kegagalan Parmusi pada awal Orde Baru (Ward, 1974), elite Muhammadiyah Jember dan di kecamatan yang telah disebutkan lebih cenderung mendukung Golkar. Pudarnya
peran ahli syariah akibat modernisasi dan posist politik itu tampak mendorong Mu hammadiyah semakin lebih toleran terha dap TBC dan tradisi abangan. Dalam konfigurasi soslal-politik itulah, perkembangan Muhammadiyah di kecamatan itu berbeda dari seluruh kawasan Jember dan sisi timur
Jawa Timur serta kawasan lainnya.
Muhammadiyah telah masuk ke daerah ini sejak sebelum kemerdekaan, tidak lama sesudah berkembang di Sukowono dan Kalisat, di sekitar kota Jember, yang tahun 1924 sudah berstatus cabang. Tahun 30an, telah didirikan sekolah modern yang kelak menentukan perkembangan Muham
madiyah di daerah Ini. Dalam pemilu 1955 terdapat empat partai besar; PNI, PKI, NU dan Masyumi. Selain perangkat desa dan pejabat kecamatan, pendukung PNI dan PKI umumnya linggal di sekitar pasar dan
pedesaan miskin di lereng pegunungan selatan di daerah tersebut. Basis pen
dukung NU, tersebar merata di kawasan pedesaan yang tergolong subur dengan pusat gerakan di pesantren dan kauman. Sedangkan pendukung Masyumi, selain be-
berapa kepala desa, juga berada di sekitar pasar kota kecamatan seperti konsentrasi pengikut Muhammadiyah ketika itu. Muhammadiyah di daerah tersebut mulai berstatus cabang sesudah Masyumi UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Teologi" Petani Respon Masyarakal Petani..., Abdul Munir Mulkhan bubar pada awal 60-an (Ma'arif, 1988). Elite pblitik yang semula aktif di MasyumI Itulah yang kemudian menjadi elite Muhamma-
diyah yang paling pentlng. Gerakan in! tumbuh meluas selama periods 1965-1970,
sesudah peristiwa G-30-S/PK! yang me-
konsisten yang dengan keras memberantas TBC dan tekun menyelenggarakan
pengajian di berbagai desa yang hingga kini tetap berlangsung. Ketika peneliti hadir di salah satu pengajian itu, Haji Damri (70an). petani kaya yang tetap setia meng-
nyebabkan PNI dan PKl lumpuh. Hampir hadlri pengajian, menyatakan: "pengajian
ini adalah salah satu yang dulu digerakan terbunuh atau ditahan, jika tidak melarikan Kyai Karim". Di satu sisi, Muhammadiyah dituntut diri ke daerah lain. Sesudah meluas. ke memberantas tradisi TBC yang menjadi daerah pedesaan itu tradisi TBC dipelihara
semua tokoh panting dari kedua partal in!
oleh penglkut, tidak seperti konslstensi penerapan Islam murni hingga akhir 60an. Fakta gerakan Inl meluas ke daerah pedesaan itu berbeda dari laporan Geertz (1983) dan benar sepanjang lemahnya pemberantasan TBC. Hal ini merupakan proses dialektik Islam murni dalam realitas lokal (Abdullah, 1987). Dinamika kehidupan penglkut Muham-
dasar keagamaan petani (Geertz,' 1983). Namun. lebih dari 70 % pengikut yang pe
tani itu ternyata tidak mudah bisa bebas
clari ketergantungan melakukan tradisi TBC sebagai akibat dari struktur pekerjaannya sebagai petani. Kondisi Ini bisa'menimbulkan konflik Internal kepercayaan pengikut Muhammadiyah petani tersebut- yang
mendorong inovasi petani itu didalam me-
madiyah daerah in), terlihat dari pemyataan nyiasati Islarti sebagai agama universal
seorang responden (60-an) yang aktifsejak sebelum merdeka. la menyatakan: "sekarang
(Mensching, Folk, 1964). Lahirlah suatu format Islam murni yang bisa disebut baru
sulit dicari pimpinan atau muballigh Mu- yang tidak lagi sesuai tarjih atau pun Islam hammadiyah seperti Kyal Abdul Karim atau sinkretik. Kyai Sihab yang teguh dalam mengamalkan dan mendakwahkan ajaran Islam
murni". Responden lain, seorang pengikut yang pedagang dari etnisCina berusia 80-
Pola Perluasan Muhammadiyah Perluasan Muhammadiyah meluas ke
an di pasar kecamatan; menyatakan: "kinl daerah pedesaan, ternyata tidak mengubah sulit dicari pimpinan yang ikhlas seperti; kepercayaan pada kekuMan magis yang Haji Baklt, Kyai Karim dan Hajl Saleh". tetap melekat dalam kehidupan penglkutnya. Pemyataannya itu juga disepakati anaknya Hal ini menunjuk' hubungan strukturalyang juga pedagang. Seorang petani (60- fungsionai dunia ide dengan realitas mate an) pengikut gerakan inl dengan penuh riel status ekonorhi dan sejarah sosial, dan prihatin menyatakan: "kini tidak ada lagi peran elite lokal dalam "menyiasati" Islam tokoh yang ikhlas seperti Kyai Karim dan murni serta lembaga Muhammadiyah se Kyai Sihab".
suai kebutuhan mereka. Namun, bersamaan
Beberapa tokoh yang disebut oleh be- itu muncul kebutuhan menyesuaikan diri
berapa responden di atas adalah perintis dengan doktrin ideologis Islam murni, segerakan Muhammadiyah di daerah penelitian hingga muncul formal Islam murni yang yang membangun dengan blaya sendiri selain beragam juga unik. Perluasan Muhammadiyah di daerah gedung sekolah dan masjid pertama Mu penelitian melalui dua jalur utama, yaitu: hammadiyah di daerah tersebut. Sedangkan dua tokoh terakhir, adalah kyai paling pengajian dan modernisasi pendidikan. UNISIA NO. 41/XXII/1V/2000
265
Topik: TEOLOGl" PETANI Respon Masyarakat Pctani.... Abdul Munir Mulkhan Pengajian dalam gerakan Muhammadiyah mulai meluas ke se adalah sualu lembaga non-formal paling luruhMuhammadiyah desa sejak.akhir 6b-an, sesudah keawal dari kegialan gerakan In! selain ber- tegangan hubungan dengan petani selama sifat leblh terbuka. Sementara itu, kegiatan 40 tahun mencair. Pada masa inilah petani pendidikan lebih berslfat formal yang hanya menghadapi krisis sosial-politik akibat pe-
bisa dilkuti dengan persyaratan tertentu. ristiwa G-30-S/PKI/1965 yang menyebabNamun demiklan, kegiatan pendidikan ber- kan ratusan petani dan elite PKI dan abangan beda dengan pengajian karena dalam ke terbunuh. Masyarakat petani juga meng-
giatan pendidikan tidak iangsung dilakukan alami krisis keagamaan akibat terbunuhnya
penyebaran gagasan Islam murni. kecuali
puluhan berbagai jenis dukun sebagai punmelalui materi pelajaran-yang disebut cak ketegangan petani dan Muhammadiyah, "pendidikan agama Islam" atau yang dalam ketika pemberantasan TBC dilakukan Muhammadiyah juga disebut "pendidikan, secara amat fanatik yang antara lain dengan
Al Islam dan ke-Muhammadiyah-an".
•Jika pendidikan bisa diikjti semua warga dengan beragam partai dan kadar keagama an, pengajian hanya dilkuti oleh masyarakat
yang tertank kepada ajaran Islam yang disebarkan Muhammadiyah setempat. Namun. keduanya sama-sama berfungsi sebagai media rekrutmen pengikut. Selain itu. jika pengajian lebih'mumi sebagai kegiatan ke,-
kekerasan fisik pemberantasan dukun dan penghancuran seluruh tempat dan makam keramat.
Menurut beberapa responden, hingga akhir 60-an itu,-pengikut gerakan ini dikecam keras jika slametan kematian, tahlilan dan segala bentuk kenduri. "Berkat" dari kenduri diharamkan. Tidak tahlil dan
slametan menjadi syarat utama menjadi pengikut. Jika anggota keluarga meninggal, Islam seperli disebutkan di atas yang bisa tidak ada upacara kecuali memandikan, disebut sebagai kegiatan keagamaan di mengkafan, menyembahyangkan dan medalam pendidikan HIS, Schakelschool, makamkan tanpa makanan dan minuman SMI, PGA, apalagi SMU. Berbeda halnya bag! pelayat. Suasana pemakaman jenazah agamaan, maka hanya pelajaran agama
dengan pendidikan model madrasah yang benar-benarlengang dan sepi. lebih sebagai pengajian dalam bentuk for
mal dan sistematis.
Karena itu, pengajian adalah media
terpenting yang bertugas merekrut pengikut sebagai embrio bagi berdirinya sebuah ranting di seluruh desa baik di daerah
peneiitian atau di daerah lain. Kegiatan pengajian menjadi lebih berarti di daerah
peneiitian, sesudah ahli syariah posisinya tergeser diganti guru agama lulusan HIS,
Schakelschool dan PGAM setempat. Perluasan Muhammadiyah dalam kasus peneiitian inl ke daerah pedesaan didahului atau dilkuti oleh lemahnya pemberantasan
TBC. Hal ini rnerupakan akibat tak Iangsung dari modernisasi pendidikan dan krisis soslal-politik dan keagamaan petani.
266
Ketika itu, seluruh pengikut adalah pendukung dan aktivis Masyumi. Semen tara camat atau wedana dan guru, umumnya .pendukung PNI atau PKI, pejabat Departemen Agama adalah tokoh NU. Dalam situasi ini, lembaga pendidikan: SMI atau PGA (kemudian SMP/SMU). SDM, MIM (Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah), Pandu HW (Hisbul Wathan) dan Pemuda Muhammadiyah menjadi simbol kehadirannya di lengah masyarakat abangan, dan Islam tradisionalis.
Kini, yang konsisten menerapkan Islam murni merupakan minoritas mengelompok di ranting Dukuh, satu-dua di beberapa ranting lain. Cerita pengikut gerakan ini tahlilan atau slametan kematian adalah hal
UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Teologi" Pctani Respon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan biasa, mayoritas pendukung Golkar,
tingkat paling bawah; cabang dan ranting
sebaglan kecil PPP, dan ada pula yang
tersebut.
dikenal mendukung PDI. Dilihat dari aktivitas dan partisipan kegiatannya, Muhammadiyah di daerah itu bisa disebut Peran kepala desa dan ahli syariah paling berhasil mengembangkan jaringan Muhammadiyah sudah' masuk ke ka pemurnian Islam ke pedesaan. Secara wasan Jember, di Kalisat dan Sukowono normatif, pengikut di ranting Muhamma tahun 1924 (HBM, Berita Tahoenan 1927, diyah di seluruh Indonesia yangjumlahnya 1929), beberapa tahun kemudian ke kecabisa mencapai lebih 10.000 ranting, di hai- matan yang telah djsebutkan. Muhammadi hari tertentu, memang berkumpul dalam yah berkembang pesat di kecamatan sebuah majelis pengajian yang di daerah tersebut, selama 1965 hingga 1969 dengan ini diikuti ribuan petani dengan disiplin dan pertambahan anggota terdaftarsekitar 600% tertib setiap 7 hah yang dimulai dari jam dari rata-rata nasional (Mulkhan, K.H.A. 20.00 hingga 21.00 (malam hah). Dahlan, 1990, him 44, tabel 1). Namun. Muhammadiyah di daerah penelitian ini bukan berarti Islam murni diterima dan TBC nampak berbeda dengan Muhammadiyah ditolak. Tradisi TBC itu tetap bertahan dan
setingkat di daerah lain jika dilihat dari terpelihara bersama gerakan pengajian di standar Islam murni dan doktrin pemurnian seluruh pedesaan yang melibatkan ribuan Islam. Muhammadiyah di daerah ini mungkin bisa disebut sebagai cabang gerakan ini yang merupakan unit gerakan pemurnian Islam yang paling tidak konsisten terhadap
petani. DomlnasI ahli syariah mulai digeser
guru lulusan PGAM, berdiri sejak sebelum kemerdekaan, yang lebih toleran pada
ajaran Islam murni sebagaimana yang di- TBC. Sebelumnya, TBC dikecam dan dibukukan dalam buku tarjih ataupun yang berant'as, kadang melalul kekerasan fisik. tumbuh sebagai doktrin gerakan ini. Di PGAM, peralihan HIS dan Schakelschool daerah Ini dengan mudah bisa ditemukan pengikut yang setia mengikuti tahlilan, atau
atau SMI bersama Indonesianisasi sekolah
slametan kematian. Namun, di daerah ini
Muhammadiyah secara nasional tahun 1934; HIS diganti Sekolah Moehammadijah
juga ditemukan sualu mekanismo pcrgan-
II, Schakelschool dengan Sekolah Persam-
tian pimpinan ranting (tingkat desa) yang' boengan; (Mulkhan, K.H.A. Dahlan, 1990, berlangsung sistematis dan tertib, dalam' him 38), adalah lembaga pendidikan mo dern tertinggi di kecamatan Itu dan sekitarPerluasan Muhammadiyah ke seluruh nya hingga 70-an. Guru yang didalangkan desa ini di daerah penelitian dalam kasus dari Solo dan Yogya untuk HIS dan Scha Ini, juga nampak berbeda dari laporan kelschool, bersama lulusan PGA itulah Geertz (1983) dan laporan tenlang gerakan yang secara sislernatis menggeser peran siklus lima tahunan.
ini lainnya. Beberapa laporan tentang ge rakan ini pada umumnya menyatakan
mengenai sulitnya gerakan Ini masuk ke kawasan pedesaan. Demikian pula, jika dilihat dari pengajian di seluruh ranting di daerah penelitian ini juga berbeda dari keprihatinan kantor pusat Muhammadiyah mengenai lesunya kegiatan gerakan ini di UNISIA NO. 4J/XXII/IV/2000
ahli syariah.
Perlntis gerakan ini berasal dari Solo, Yogya, Malang, Kediri dan Ngawi, lulusan pesantren dan petani dengan lima tokoh terpentingnya: Haji Duwan, Hajl Bakit, Abdul Karim, Sihab, dan Haji Saleh. Tak kalah
penting adalah peran Haji Zainuddin dan ayahnya sebagai kepala desa paling ber267
Topik: TEOLOGl" PETANI Rcspon Masyarakal Pctani..., Abdul Miinir Mulkhan pengaruh sejak kemerdekaan sebelum keras terhadap TBC, tidak lagi terdengar. diganti Haji Duwan, adiknya. Haji Bisri, pengikut dan elite gerakan ini muiai btasa
ayah kepala desa dan Haji Bakit Itu. dikenal tahiilan dan slametan. Pada masa ini pula, petani terkaya yang menghibahkan tanah- para guru ini mulai mendominasi pimpinan nya untuk pasar. rumah sakit, masjid keca- cabang, ranting dan mubaliigh atau guru
matan dan sebuah pesantren dl kota kecamatan inl yang kemudian dikuasal elite
ngaji.,
Perluasan Muhammadiyah di daerah
NU setempat. Gedung PGA dibangun se- abangan walaupun penduduknya 99% Mus cara gotong royong oleh perintis di alas lim itu menarik. Kaum abangan menguat
tanah wakaf Haji Bakit. Abdul Karim dan di daerah Jawa di lima desa yang semula Sihab berperan sebagai kyai dan mu- juga menjadi basis PKI dan PNI. Daerah
baliigh, Haji Saleh; penyandang dana, Haji Madura adalah kawasan santri dan basis Bakit; polilisi dengan dukungan Haji Du terkuat NU. Pendukung fanatik Masyumi,
wan, dalam posisi kepala desa paling se nior hingga akhir 1970-an.
Peristiwa G-30-S/PK11965, merupakan
kemudian PPP, hanya nampak di beberapa dukuh di sekitar kota kecamatan. Dalam
pemilu 1997, PPP menang di desa yang
tahun penentuan bagi petani, di mana ra- dulu menjadi basis Masyumi dan NU, dan tusan petani, puluhan guru SO dan dukun, partai ini bersaing ketat daiam merebut mati terbunuh dan ratusan lain dituduh PKI.
Beberapa tahun kemudian, ratusan petani itu menjadi Muhammadiyah. Sampai 1965, rantingnya hanya di tiga dengan 100 ang gota. Sesudah masuknya petani tersebut, anggotanya bertambah menjadi lebih 600
orang dan ranting-ranting berdiri di beberapa desa.
Saat ini, Muhammadiyah memiliki 12
posisi kedua bersama PDI di desa yang dulu menjadi basis PKI dan PNI. Muhammadiyah di kecamatan inl berstatus cabang tahun 1961. perluasan Suko-
wono dan Kallsat yang berdiri 1924 (HBM, Berila Tahoenan 1927, 1929). Sejak itu, tumbuh pesat melampaui keduanya dan cabang Ambulu yang berdiri 1944. Kegiatan sosial Muhammadiyah Jember yang ter-
ranting di 7 desa, 1.215 anggota terdaftar sebar di 15 cabang, lebih 22 % terletak di dan puluhan kelompok pengajian. Tahun kecamatan ini dan beberapa elite kabupaten 1977-1987, 3 ranting menjadi 7, bertambah berasal daridaerah ini. Jumlah ranting yang 2 di tahun berikutnya, dan 1990 berdiri 3 ranting persiapan. Satu masjid di akhir 60an, menjadi 8 di tahun 1997, 7 musolla, 6 TK, 50 SD/MI, 3 SLIP, 1 SMU, 1 Madrasah
12, tertinggi untuk semua cabang di Jem ber. Juga, anggota dan kegiatan lain, ter utama 16 pengajian pria dan sejumlah itu wanita (PDM, Laporan, 1996).
Aliyah, BKIA, Panti Asuhan, dan pesan tren. Lembaga pendidikannya adalah 22% dari seluruh Muhammadiyah Jember (PDM, Laporan, 1996) dan 25% dari SLIP dan 33% dari SLTA di kecamatan inl.
Bersama metuasnya ke seluruh desa itulah peran ahil syarlah menyusut. Basis ekonomi generasi perintis juga merosot yang tidak dapat dipertahankan putra-putri mereka. Sejak itu, pola pemurnian Islam di daerah ini tampak mulai berubah. Kecaman
268
Pendidikan dan perluasan jaringan Sesudah 70-an, konsolidasi gerakan ini berlangsung intensif, ranting dibentuk di desa-desa melalui pengajian justru ketika posisi islam murni syarlah surut. Kini, pemurnian islam berlangsung lebih santun dan toleran, pengikut gerakan ini tahiilan, yasinan dan slametan dengan berbagai alasan. Slametan kematian diganti UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Teologi" Pelani Respon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Muikhan
pengajtan A! Qiiran selama beberapa malam tanpa siklu^ hari kematian. Gejala itu muncul bersama tampiinya guru sebagai elite baru yang terus mengalir ke desa-desa mendirlkan pengajian atau
mubaligh, dengan bekal ilmu syarlah mini mal. Pengajian itu kini tersebar di 32 tempat di 7 desa sebagai nafas gerakan ini ketika pendidikan menyusut. Toleransi pada agama dan budaya lokal meluas bersama tumbuhnya kelompok minoritas fundamentalis, mewarisi generasi perintisnya. Sejak itu pula muncul polarisasi keagamaan pengikut secara beragam.
Selain peran elite lokal yang berubah, proses menjadi Muhammadiyah pada fase ketiga ini juga beragam. Jabatan kepala sekolah, rektor serta rumah sakit, memerlukan keahlian profesional dan persyaratan
administratif yang tidak seluruhnya bisa dipenuhi aktivis. Kebutuhan pimpinan amal usaha ini seringkali mendorong kemudahan
Dari kesertaan pendidikan dan masjid. Muhammadiyah dikenal petani. Proses berikut bisa langsung memperoleh NBM. "Penaklukan" Muhammadiyah atas petani, tidak dilakukan dengan kekuatan potitik, tetapi melalui gerakan sosial; pendidikan dan pembagian fitrah atau daging hewan kurban. Tidak ada penelitian khusus orang yang memohon menjadi anggota, apakah telah meninggalkan TBC. Fungsi NBM tidak terialu penting bag! petani, sehingga jumlah pengikut petani tidak ber-NBM lebih besar
dari yang ber-NBM. Sementara posisi pe tani ber-NBM hingga tahun 1997 mencapai 66 % dari seluruh anggota. Pengajian juga berfungsi sebagai seleksi pengikut Mu hammadiyah.
Partisipasi petani daiam pengajian Salah satu faktor pembeda Muhamma
diyah daerah ini dengan lainnya iaiah ke prosedur memperoleh kartu anggota. giatan pengajian yang diikuti tidak saja Permohondn menjadi anggota tidak anggota terdaftar, tetapi juga oleh masya selalu didasari penerimaan Islam murni, rakat yang simpati terhadap kegiatan ini. tetapi bisa karena alasan pragmatis untuk Selain itu juga penyelenggaraan pengajian syarat melamar guru atau pegawai di ling- yang tertib setiap 7 hari, sehingga Mu kungan Muhammadiyah. Sementara petani hammadiyah di daerah Ini tidak tergolong harus menjalani semacam penyaringan me- sebagai cabang gerakan ini yang dalam lalui pengajian yang kadang berlangsung laporan pimpinan pusatnya dikatakan secukup lama. Pengajian merupakan lembaga dang mengalami suatu kelesuan. Namun dengan banyak fungsi, di antaranya re-
demiklan, yang menarik ialah ketika pe
krutmen anggota.
ngajian itutidak lag! berfungsi secara efektif sebagai lembaga pemberantasan TBC dan penyebaran atau sosialisasi fatwa tarjih sebagai penuntun dan pedomanbagi praktek
Selain pengajian, terdapat beberapa lembaga, yaitu: masjid, pendidikan, rumah sakit, zakat fitrah, dan penyembelihan kurban. Pola partisipasi dalam pengajian, masjid, fitrah dan kurban, lebih terbuka seperti
siapa yang berhak menerima fitrah dan daging kurban. Sementara untuk rumah sakit dan pendidikan, tidak ada persyaratan kecuali administratif. Keterlibatan dalam
kegiatan masjid atau sekolah sering karena alasan pragmatis, kedekatan dari tempat tinggalnya, kecuali salat. UNiSiA NO. 41/XXn/iV/2000
Islam murni.
Komitmen petani sebagai pengikutlebih tampak dalam pengajian daripada Islam murni. Hal Ini dimungkinkan sesudah elite
guru mendominasi kepemimpinan yang membawa perubahan pola pemumian Islam, sehingga gerakan Ini lebih toleran bukan hanya terhadap praktek TBC masyarakat luar, tetapi juga pengikut gerakan ini. Sejak 269
lopik: "II-OLOGI" I'tTANI Rcspon Masyarakai I'clani..., Abdul Munir Miilkhan itu, gerakan in! meluas ke seluruh pelosok peserta. Seluruh peserta duduk bersila di pedesaan melalul pengajian yang di satu lantai membentuk lingkaran, dimana mudesa bisa lebih 3 kelompok. balligh atauguru ngaji mengambil posisi dl Reran penting pengajian, terllhat dari
tengah mata-rantai lingkaran itu, menyam-
frekuensi dan jumlah peserta yang mem- paikan ceramah dan seluruh peserta
pertemukan anggota, simpatlsan dan elite.
Jumlah peserta pengajian itu merupakan
mendengar. Topik pengajian, bisa ditentukan sen-
empat kali lipat jumlah anggota terdaftar diri oleh muballigh atau bisa pula meru di kecamatan ini. Dari pengamatan selama pakan hasil kesepakatan peserta dan pro penelitian, mereka cukup konsisten dan gram yang ditetapkan oleh pimpinan orga disiplin mengikuti pengajian mingguan ini. nisasl di tingkat lokal (cabang atau ranting). Waktu pengajian diatur ketat antara jam 8 Kegiatan pengajian seperti itu biasanya hingga 9 malam.
Menurut Benda, masyarakat Islam
dilakukan dengan lebih dahulu semua peserta secara bersama membaca A! Quran
adalah massa luas dan langgeng yang te- yang dipimpin oleh seorang peserta yang rus terpelihara oleh guru ngaji dan masjid, ditunjuk sebelumnya secara tiergilir. Isi ce pengajian dan pesantren (1980, him 224- ramah sering tidak terkait dengan ayat225). Lembaga itu bisa mengubah hu- ayat Al Quran yang dibaca. bungan guru-murid menjadi kekuatan politik Kegiatan membaca AI Quran kadang dalam gerakan radikal seperti Pembe- dilakukan peserta dengan membaca beberontakan Petani Banten 1888 (Kartodirdjo, rapa ayat Al Quran yang kemudian ditiru1984, him 222-223). Bag! Geertz, masjid kan oleh peserta lain. Sesudah itu mo dan pengajian adalah pangkal jalinan komu- derator akan mempersilahkan muballigh nikasi elite-massa yang terkristal dalam atau guru ngaji menyampaikan ceramahnya.
jama'ah kecll (1983, him 245-246). Terjadi Tidak ada tanda khusus bagi muballigh, tukar-menukar status dengan nasehat
agama, di mana ikatan diperkokoh dan
diallhkan menjadi kesetiaan politik (Jack son, 1990, him 138-139).
Muhammadiyah umumnya, membagi peserta pengajian berdasar seks dan usia
seperti peci atau surban. Setelah mengucap salam, muballigh memulai berceramah
dengan doa singkat berbahasa Arab yang artinya sering hanya dimengerti si mu balligh, membaca satu atau dua ayat Al Quran atau hadits, kadang dlsertai nama
ke dalam lima jenis pengajian. Kelima jenis surat dan nomor ayat atau sanad dan pengajian itu membagi habis seluruh peng- perawi hadits, sering tidak. Isi ceramah ikut ke dalamnya. Hampir di seluruh unit iaIah maksud ayat Al Quran atau hadits organisasl dan daerah dari gerakan Ini, atau berbagai aspek syariah, atau tanpa terdapat pengajian serupa. Namun, menurut penjelasan elite nasional, pengajian di ke camatan ini berbeda dalam pola, partisipasi peserta dan ketertiban pelaksanaannya. Pengajian, adalah pertemuan 30-50 pengikut untuk tiap kelompok. Fungsi pentingnya iaiah membersihkan Islam dari TBC. Namun, fungsi itu bukan hanya tidak dipenuhi, tetapi diberi makna berbeda oleh petani. Tempatnya diatur bergllir di rumah 270
mengutip ayat atau hadits. Bahan ceramah jarang diambil dari kitab
kuning, buku tarjih atau keagamaan. Di sebuah kelompok ditemukan buku terbitan Persis yang bagi Muhammadiyah dianggap keras dalam menghadapi TBC. Selama ceramah, si muballigh hampir tidak pernah menyebut pendapat ulama atau pemimpin Muhammadiyah. Sesudah 30-45 menit, dibuka tanya-jawab, walaupun jarang yang UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Tcologi" Pctani Rcspon Masyarakat Pclani..., Abdul Munir Mulkhan bertanya. Sebelum atau sesudah ceramah muballigh, disampaikan pengumuman pengajian berikut, kegiatan organisasi dan infak yang diperoleh dengan rincian peng-
dalam bahasan, neo-tradisionalis dipakai menunjuk Munu, dan neo-sinkretisuntuk Mu nas atau Marmud, kecuall untuk sebutan
kelompok. Pengikut initersebar dari pemllik sawah, buruh tani, tamat SD hingga perSesudah resmi ditutup, tuan rumah guojan tinggi, yang sebelum Orde Baru jatuh, mengeluarkan nasi soto atau pecel seba- mendukung Golkar, PPP, dan PDI. Selugai hidangan penutup setelah teh atau kopi. ruhnya bergabung dan terlntegrasi dalam Biaya konsumsi diambll dari Infak sebelum- Muhammadiyah. Berbagal perbedaan itu, nya, namun banyak merupakan infak tuan bisa memunculkan ketegangan dan konflik rumah. Karena Itu, jenis makanan hingga dari hubungan di antara empat kelompok menu tergantung tuan rumah. Beberapa pengikut, walaupun terlntegrasi dalam peserta, terlihat masih ngobrol dan yang Muhammadiyah. Empat sebutan itu menggambarkan lain pamitan dengan mengucap salam, gunaan.
sama ketika mereka berpisah satu sama
lain. Pagi berlkutnya, petani f^uhammadiyah itu bekerja seperti umumnya warga pedesaan. Rumahnya, tersebar merata dl tengah-tengah penduduk bukan pengikut, sehingga pengajian tampak menjadi Identitas sosial.
Empat Varlain Pengikut Muhammadlyah Seorang responden menyebut seorang pengikut lyiuhammadiyah sebagai Munas (fy/luhammadiyah-Naslonal). Pengikut yang dlsebut Munas itu juga sering disebut Marmud (Mahelnis-Muhammadlyah). Selain Munas, juga ditemukan tiga sebutan lain bagi pe ngikut gerakan ini, yaitu: Al Ikhlas, Kyai Dahlan dan Munu (Muhammadiyah-NU) yang masing-masing berbeda dalam perilaku keagamaan dan pola hubungan sosialpolitiknya. Di daerah penelitlan bisa dllihat empat model pengikut yang merepresentasikan pola kehidupan keagamaan dan sosial-polltik serta hubungan antar kelompok yang nampak saling berbeda. Keempatnya terletak dalam garis kontinum Islam murni, tradislonalls, dan a-
bangan. Namun, berbeda dari tradisionalnya pengikut NU, Islam murni-nya tarjih dan ke-abangan-nya abangan. Karena itu, UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
keragaman keagamaan pengikut, sekaligus kesenjangan dari doktrin Islam murni tarjih. Mereka memang tidak tag! terikat kekuatan gaib, selain Tuhan. Namun, atas "perkenan"-Nya seseorang dipercaya bisa memerankan diri sebagai "dukun" dengan ke
kuatan magis. Kekuatan-kekuatan itu tidak lagi disebut bersumber dari "danyang desa" atau "Mbah Kami", tapl dari Tuhan. Pemerannya tidak lagi disebut "dukun" atau
"kyai"; tetapi "orang saleh" yang dekat Tu han, karena itu mudah memperoleh "perkenan"-Nya. Kebutuhan hadirnya "orang saleh" yang dipercaya lebih mampu mendekati Tuhan, kemudian berperan mirip fungsi "wasilah"
seperti di dalam tradisi sufisme atau fungsi dukun di dalam sinkretisme. "Orang saleh"
tidak hanya diukur dari pengetahuan atau ketaatan syariah. tapi dari kesederhanaan hidup dan perannya sebagai Imam salat dan guru ngaji atau khutbah. Sesudah meluasnya TBC, muncul dua ekstrem; fundamentallsme puritan dan pelaku TBC. Dari keduanya muncul dua varlan, sehingga seluruhnya terdapat empat varlan. Variasi Islam murni akan terlihat dari
empat model pengikut yang mencerminkan konflik Internal kepercayaan, status dan partisipasi, sesuai sejarah sosial masingmasing. Al Ikhlas, adalah tipe pengikut 272
lopik: "TEOLOCr- PETANI Rcspon Masyurukm Pctani..., Abdul Munir Mulkban
Lhkan kermnokTni
h
^an, pendukung utama
f*i ifSl syariah atau pun dengan bagaimana memahami Tuhan dan
rnTll ? anggota kelompok dunia kerja. Selain itu kelomook tni mp. idpnlnnk^ partai bersimbol lebih fanatikIslam, dan memeilhara rupakan mayoritas pengikut terus 9 . yaitu partai tradisi TBC Baqiyang kelomnok
dcngfnZST.? ke ompok keagamaan lam seperii ngar dan penerima doa koCmls!pende yanq hubunaannva kelompok, baik dalam bidang keagamaan nampak lebih "magis". Melalui berbaoai ataUkPun masalah soslal, ekonomi dan upacara ritual yang'suli. Xtlkfnla Secara fanativ
terus "membujuk"
lebih iebih memilih madrasah maHr h atau pesantren nasib dan rejeklnya bertani "perkenan", selalusehingga baik yang didinkan Muhammadiyah atau yang Mereka bekerja keras' bertani untuk tertarik
tphan if H
keuntungan ekonomi duniawi.
pemenn- Namun demikian. meraka juga percaya
tertarl nprip sektor pertanian dan^^^api iebih tertank pada kerajinan atau guru. Semangat kerja, kelompok yang petani ini. juga nampak melemah karena kerja keras meraih keuntungan ekonomi, dipandang bisa mengurangi kesalehan. Bagi keiompok Kyai Dahlan, seperti kelompok pertama, nasib dan rejeki adalah kehendak Tuhan. Beribadah sesuai tarjih,
bahwa tugassyariah. pokok hidupnya ibadah memenuhi Karena itu.iaiah kelompok ini merasa kurang saleh ketika menghabiskan waktu hidupnya untuk kegiatan bertani sehingga mereka kurang aktif dalam orqanisasi. Berdasarkan pandangan itu mereka merasa periu mencarl tambahan bagi peningkatan kesalehannya dengan cara mengikatkan diri pada "orang saleh" dan pengajian.
toleran pada praktek TBC, tidak melakuPola hubungan sosialnya lebih terbuka kannya, kecuaii menghadlrl undangan atau biasa mengikuti dan menyelenggarakan sesudah namanya diubah dan beberapa upacara tahlilan hingga siametan tanpa
unsur dibuang. Kelompok yang mendomi- kaitan dengan siklus hari kematian, untuk nasi kepemimpinan cabang ini tidak ter- menggembirakan orang tua. Seperti Ai ikhias,
batas bekerja di sektor pertanian, tetapi adalah pendukung PPP namun kurang UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Tcologi" Pctani Rcspon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan
fanatik, dan toleran terhadap pendukung Golkar. Kelompok ini mendominasi kepemimpinan ranting, sebagian bahkan men-
kehilangan fungsi, bukan karena proses rasionalisasi. Krisis serupa juga dialami elite iokal gerakan Ini yang ahlt syariah
duduki jabatan pimplnan dl tingkat cabang
yang perannya merosot akibat modernlsasi
(kecamatan). Mereka leblh suka mema-
pendldikan Islam digantikan elite baru lulusan sekolah modem. Merosotnya peran ahli syariah, adalah faktor terpenting melemahnya pemberantasan TBC yang justru mendorong masyarakat petani untuk bergabung menjadi pengikut Muhammadiyah. Perbedaan pendldikan, pekerjaan, sejarah sosial dan kadar taninya, pengikut Muhammadiyah terbagi dalam empat ke lompok yang disebut: Al Ikhlas, Kyai Dahlan, Munu (Muhammadiyah-NU), dan Marmud (Marheinis-Muhammadiyah). Mayorltas pe ngikut adalah kelompok Munu yang bekerja sebagai petani yang tekun dan menjadikan TBC sebagai tradisi. Al Ikhlas adalah minoritas pengikut paling puritan yang mengecam keras praktek TBC. Walaupun dikenal paling saleh dan disegani, namun Al Ikhlas
sukkan anaknya ke madrasah atau pesantren, balk yang didirikan Muhammadiyah atau NU.
Terakhir, kelompok yang disebut Marmud (Marhelnis-Muhammadlyah) atau
Munas (Muhammadiyah-Nasional) yang bisa pula diberi label neo-slnkretis meru-
pakan kelompok pengikut paling terbuka dan pragmatls, beberapa dl antaranya menjadi pedagang yang tergolong paling kaya. Sepertl ketlga lalnnya, mereka percaya bahwa nasib adalah ketentuan
Tuhan yang mutlak. Namun, bag! mereka, Tuhan adalah pemaaf, sehlngga suka berdoa, slametan dan tahlllan untuk tujuan magis, walaupun kurang mentaati aturan syariah. Mereka sering terlibat upacara sinkretik, hingga tindakan sekuler, tersebar sebagal pendukung Golkar, PPP, bahkan PDI. Dalam pendldikan kelompok keempat ini lebih berorientasi mutu, bukan Islam
murni atau tidaknya suatu lembaga. Ke empat kelompok pengikut Muhammadiyah di atas disebut; A! Ikhlas, Kyal Dahlan, Munu dan Marmud. Sebutan.ini merupakan kategorlsasi pengikut dari yang puritan skrlptural, substansial, neo-tradisionalis dan neo-slnkretls.
Keslmpulan Meluasnya Muhammadiyah ke pedesaan dengan pengikut yang mayorltas petani, tidak menghilangkan TBC sepertl tesis rasionalisasi dan the disenchanment of the
world Weber. Masyarakat petani itu memlllh menjadi pengikut Muhammadiyah sesudah krisis sosial, politik dan keagamaan akibat peristlwa G-30-S/PK! tahun 1965 yang menyebabkan tatanan tradlsional petani itu UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
gagal menduduki posisi pimpinan ranting (desa) dan cabang (kecamatan). Minoritas lainnya' iaiah Marmud yang menjadikan TBC sebagai tradisi, simpati pada PDI (P) dan kehidupan keagamaannya mirip abangan. Elite cabang didominasi kelompok Kyai Dahlan yang toleran terhadap praktek TBC.
Semangat kerja dari pengikut yang menjadikan TBC tradisi magis, tampak lebih tinggi daripada yang paling puritan. Secara khas muncul visi "baru" tentang Tuhan, lembaga Muhammadiyah dan "orang saleh". Sesudah berbagai ritual magis tra dlsional menghilang akibat pertambahan penduduk luasnya pendldikan modern dan pemakaian tistrik, mayorltas pengikut Mu hammadiyah memelihara kembali TBC tanpa hubungan struktural dengan siklus kehidupan. Toleransi terhadap TBC itu kemudian memperoleh legitimasi dari pro gram nasional "spiritualisasi syariah" yang ditetapkan sesudah peran ahli syariah
273
Topik: "TEOLOOl" PETANl Rcspon Masyarakai Pclani.... Abdul Munir Mulkhan dalam kepemimpinan gerakan ini merosot baru" Islam yang berkembang di kalangan akibat modernisasi pendldikan digantikan masyarakat petani di daerah pedesaan. elite baru berpendidlkan tinggi modern. "Jalan baru" Islam itu tumbuh berdasar suatu Peleburan kekuatan supernatural yang sistem kepercayaan yang disebut "teologi banyak di dalam diri Tuhan, penggantian petani", berbeda dari formula syariah, sufisme
peran "mediator" oleh "orang saleh" dalam
sistem organisasi yang di daur-ulang dalam siklus lima tahunan, terjadi sesudah suatu
krisis sosial-politik lokal dalam peristiwa G-30-S/PKI. Krisis ini lebih banyak dialami oleh masyarakat petani di daerah pedesaan. Sementara itu, dalam waktu yang bersamaan, elite lokal Muhammadiyah justru mulai mendominasi dinamika politik lokal melalui Golkarketika kekuatan politik PNI, PKI dan NU merosot, dan ketika fanatisme pada partai Islam mulai mencair.
Berbagai bentuk kesenian rakyat; jedor, terbangan, berjanjen, wayang, ludruk, reog dan janger diganti seni modern; band, sandiwara, atau lainnya. Kepercayaan Islam mumi tentang Tuhan sebagal pelaku tunggal dalam sejarah dan penentu nasib yang misterius, menempatkan "orang saleh" yang dipercaya mempunyai hubungan khusus dengan Tuhan itu, dalam posisi sentral sebagai pusat kegiatan TBC yang magis dan Islam murni yang etis sesuai tradisi petani. Refungsi "orang saleh" dilakukan untuk menambah kesa-
lehan guna "membujuk" "perkenan" Tuhan bagi kebaikan nasib bertani, ketika kerja keras dipandang mengurangi kesalehan. Hal ini mendorong pengikatan diri pada "orang saleh" dan lembaga kesalehan, sehingga partisipasi petani di dalam lembaga yang mellbatkan "orang saleh" cenderung lebih tinggi dibanding yang tanpa "orang saleh". "Pembangkangan terselubung" petani atas legal syariah nampak ketika mereka lebih suka membayar 10% hasil tani untuk masjid, slametan dan tahlilan, daripada membayar zakat. Karena itu, perluasan Muhammadiyah ke pedesaan, lebih karena ia dipribumlsasi sebagai "jalan
274
dan Islam modernis atau tradisionalis.
"Jalan baru" itu dimungkinkan bukan saja karena tumbuhnya "teologi petani" tetapl juga oleh kebebasan elite lokal dalam
berijtihad dan bertarjih secara lokal untuk memberi legitimasi keagamaan petani atau
"teologi" model petani tersebut. Di tingkat nasional lahir program sp/rvYt/aZ/sas/syana/?. Tujuannya ialah memainkan kembali peran sejarah gerakan ini ketika dipimpin Kyai Ahmad Dahlan sebagai usaha "me-Muhammadiyah-kan Muhammadiyah" atau "memurnikan Islam murni". Merosotnya peran ahli syariah, akibat modernisasi pen dldikan dan surutnya kekuatan politik lokal, diikuti dominasi elite gerakan Ini dalam di namika politik lokal melalui Golkar, meluas-
nya toleransi dan melemahnya pemberantasan TBC.
Meluasnya Muhammadiyah dalam masyarakat petani, terjadi ketika dominasi PNI, PKI dan NU merosot serta kaum
petani mengalami krisis sosial-politik dan keagamaan sesudah G-30-S/PK1 tahun 1965. Selama 40 tahun sejak gerakan ini. masuk ke daerah penelitian ini, pengikutnya hanya ICQ orang dan terbatas di sekitar pasar. Lima tahun sesudah itu pengikutnya meningkat 615% (88% petani) tersebar ke seluruh desa. Kehidupan sosial-politik dan keagamaan pengikutnya mencair di luar pola tarjih, Islam modernis atau tradisio nalis. Re-tradisi TBC dan "jalan baru" Is lam petani Muhammadiyah menunjukkan munculnya "teologi petani" yang meman-
dang Tuhan pemaaf, bukan hakim yang keras seperti dalam sistem syariah.* Daftar Kepustakaan
UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Teologi" Petani Respon Masyarakat Petani..., Abdul Munir Mulkhan
Abdoelmalik, Karim Amrullah (Hamka), 1941, "Faham Wihdatoel Woedjoed Di Minangkabau" dalam Almanak
Moehaihmadijah 1360, H.B. Moehammadiiah, Jogja, him 151-164. Abdullah, Irwan, 1994, The Muslim Busi
nessmen of Jatinorp: Religious Re form and Economic Modernization
in a Central Javanese Town, Universiteit Van Amsterdam.
Abdullah, M. Amin, 1995, "Religiositas Kebudayadn;.Sumbangan Muhammadf*
yah Dalam Pembangunan Bangsa" dalam PP Muhammadlyah, Buku Mated. Muktamar Muhammadiyah ke-43, Yogyakarta, him 27-44.
, 1996, "Perkembangan Pemlklran islam dalam Muhammadlyah: Perspektif Tarjih Pasca Muktamar Mu hammadlyah Ke-43", dalam BRM. No. 05/1995-2000, April 1996, him 18-26). , 1988, "Problem EplstemologlsMetodologls Pendldlkan islam" da lam Abdul Munir Mulkhan, dkk., Rekonstruksi Pendidikan dan Tra-
disi Pesantren, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, him 49-65. Abdullah, Taufik, 1987, Islam dan Masya rakat, LP3ES, Jakarta.
Ahmad, Mumtaz (ed), ^993,Masalah Teon Politik Islam, MIzan, Bandung.
Al-Fairuql, Ismail R., 1988, Tauhid, terjemahan, Pustaka, Bandung. Alfian, 1989, Muhammadiyah, The Politi cal Behavior of a Muslim Modemist
Organization Under Dutch Colonial ism, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
All, Fachry & Bahtlar Effendy, 1990, Merambah Jalan Bam \s\am', Rekon struksi Pemikiran Islam Masa Orde
Baru, Mizan, Bandung. Al-Maududi, Abul A'la, 1993, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, terjemahan, Mizan, Bandung. Amrullah, Abdul Karim, 1932, "Tasauwoef Islani' dalam Almanak Moehamma-
dljah 1351, H.B. Moehammadljah, Djokjakarta, him 206-221. An-Na*im, Abdullah Ahmed, 1994, De-
konstruksi Syari'ah, JId I & II, terjemahan, Pustaka Pelajar, Yogya karta.
AR., Pak, 1971, Pedoman Anggota Muhammadijah 1-3, PP Muhammadijah, Jogjakarta.
A.R., Pak, 1984, Menuju Muhammadiyah, PP Muhammadiyah, Yogyakarta. , 1990, Pak AR Menjawab, BP . Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.
Ba-Yunus, Ilyas & Farld Ahmad, 1985, Sosiologi Islam & Masyarakat Kontemporer, Mizan, Bandung. Bellah,, Robert N., 1976, Beyond Belief,
"Sessays on Religion in a Post-Traditlonal World, Harper & Row, Pub lishers, New York, Hagerstown, San Franslsco, London.
, 1992, ReligiTokugawa, Akar-akar Budaya Jepang, terjemahan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Benda, Harry J., 1980, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit; Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang, terjemahan, Pustaka Jaya, Jakarta.
Berger, Peter L., 1991, Lang//Sue/; Agama Sebagai Realitas Sosial, terje mahan, LP3ES, Jakarta.
UNISIA NO. 4I/XXII/IV/2000
27$
Topik: "TEOLOGI" PETANl Respon Masyarakal Petani..., Abdul Munir Mulkhan , 1995, Religion and Modernity, For
lam Prisma No. 5 Tahun XXIV,
Jakarta Conference, Jakarta.
1995, him 3-19.
BPS, 1994, Beberapa Ciri PemelukAgama di Indonesia 1990, BPS, Jakarta. -, 1994, Proyeksi Penduduk Indone
sia Per Kabupaten/ Kotamadya 1990-2000, BPS. Jakarta.
Bruinessen, Martin van, 1994, NU; rrad/s/ Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Makna Baru, LKiS dan Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Castles, Lance, 1982. Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi Di
Jawa] Industri Rokok Kudus, terjemahan, Sinar Harapan, Jakarta.
Dahlan, Ahmad, 1990, "Kesatuan Hidup Manusia" dalam Abdul Munir Mul khan, Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
Dan Muhammadiyah, Bum! Aksara, Jakarta, him 223-230.
Dasuki, A; Hafidz (ed). 1994, Ensiklopedl Islam, JId 1-5, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta.
Demerath, NJ., 1988, "Agama dan Kelas Sosia! di Amerika" dalam RolandRo-
berston (ed), Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, terjemahan, Rajawali, Jakarta, him 395428.
Dep. Agama Rl, 1990, Pola Umum Pengcmbangan Lombaga Dakwah, Jakarta.
DPP-PPP, tt, Mated Kampanye Pemilu 1997 Partai Persatuan Pemba-
ngunan, DPP. Partai Persatuan Pembangunan, Jakarta.
•PROS Kab. Djember, 1955, Par7yaivarsa •PROS Kab. Djember, Djember. Effendy, Bahtiar, 1995, "Islam dan Negara;
Fachrodin, tt, Statuten Reglement dan Extract der Besluit dan Perhim-
poenan Moehammadijah Jogjakarta, Kaoeman Jogjakarta. Feillard, Andree, 1999, NU Vis-a-vis Negara; Pencarian Isi, Bentuk dan
Makna. terjemahan, LKiS, Yogya karta.
Feith, Herbert, 1971, The Indonesian Elec tions Of 1955, Southeast Asia Pro gram Cornell University, Ithaca, New York.
Garaudy. Roger, 1993, Islam Fundamentalisdan FundamentalisLainnya, terjemahan, Pustaka, Bandung. Geertz, Clifford, 1983. Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa, ter jemahan, Pustaka Jaya, Jakarta. , 1992, Tafsir Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta.
Gellner, Ernest. 1988, "Teori Ayunan Bandul Tentang Islam" dalam Roland Roberston (ed), Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, terje mahan, Rajawali, Jakarta, him 150165.
, 1994, Membangun Masyarakat
Sipit; Prasyarat Menuju Kebebasan. terjemahan, Mizan, Bandung. Glasner, Peter, E., 1992, Sosiologi Sekulariassi, Suatu Kritik Konsep, terje mahan. Tiara Wacana, Yogyakarta. Habermas, Jurgen, 1996, Between Facts And Norms Contributoins to a Dis
course Theory of Law and Democ racy, translated by vyilliam Rehg, Polity Press, Britain.
TransformasI Pemikiran Islam" da
276
UNISIA NO. 41/XXH/IV/2000
Topik: 'Teologi" Petani Respon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan , 1984, The Theory of Communica
tiveAction, vol I, transleted by Tho
dn
Algemeent
Huishoudelijk
Reglement Dari Pada l\/loehamma-
mas Mc Carthy, Beacon Press, Bos
dijah, HB. Moehammadijah, Djokja
ton..
karta, him 43-49.
Hadikusuma, Ki. Bagoes, 1941, Poestaka Ihsan, Persatoean, Djogja. , 1941, Risalah Katresnan Djati, Persatoean. Djogja. Hadikusuma, Djarnawi, 1988, "Ahlu Sunnah Wal Jama'ah" dalam Almanak Mu-
hammadiyah 1988-9, PP Muhammadiyah, Yogyakarta, him 7286.
Hadjid, R.H., 1929, "llmoe Tasawwoei"
dalam Almanak Moehammadijah 1348, H.B. Moehammadijah, Jogja karta, him 135-142.
Hafidz, Wardah, 1993. "Misogny Dalam Fundamentalisme Islam" dalam Ulumul Qur'an, Nomor 3, Vol IV, Tahun 1993, Jakarta, him 38-41.
Hamka, 1998, Tasauf Moderen, Pustaka Panjimas, Jakarta. Hardiman, Frasisco Bud), 1990, Kritik ideologi; Pertautan Pengetahuan dan Kopontingan, Kanislus, Yogyakarta. Hassan, RIaz, 1985, Islam dari Konser-
vatisme sampai Fundamentalisme^ terjemahan, Rajawali, Jakarta. Hasyifii, Umar, 1990, Muhnnmuuliyah Jalan Lurus, Bina llmu, Surabaya. HD Moohainniadijah, 1922, "Poringatan Bag) Sekallan Musllmin (Moehammadljjin)" dalam Laporan Tahoenan Ke IX, HB. Moehammadijah, Djokja karta, him 124-139. , 1924, "Praeadvies Dari Hoofdbes-
tuur Perserlkatan Moehammadijah Dl Jogjakarta Pada Kongres Islam Besar Dl CIrebon" dalam Statuten
UNISIA NO. 41/XX1I/IV/2000
1927, Keterangan Umum DiAtas Pendirian 'Majlis Tarjih' Moeham madijah, HB Moehammadijah, Djokjakarta. -, 1929, Berita Tahoenan Moe
hammadijah Hindia Timur Tahoen 1927, HB. Moehammadijah, Djok jakarta.
, 1930, Almanak Moehammadijah 1929, HB Moehammadijah, Djokja karta.
Hefner, Robert W.. 1995, ICMI dan
Perjuangan Menuju Klas Menengah Indonesia, teijemahan, Tiara Wacana, Yogyakarta.
HIdayat, 1995, "Pengantar" dalam Near, K.A, Ibn AI-'Arabi, Wihdat al-Wujud dalam Perdebatan, Paramadina, * Jakarta.
Huntlngton, Samuel P., 1995, Gelombang Demokratisasi Ketiga, terjemahan. Grafltl, Jakarta. Jackson, Karl D., 1990, Kewibawaan Tradisional, Islam, dan Pemberontakan; Kasus Darul Islam Jawa
Barat, terjemahan, Grafltl, Jakarta. Jalnurl, Ahmad, 1997, The Fonnalion Of
The Muhammadiyah Ideology 19121942, Tho Institute of Islamic Stud
ies MacGIII University, Montreal.
Johnson, Donald P., 1988, Teori Sosiologi
Klaisik dan Modern /-//, terjemahan, GramedIa, Jakarta.
Juergensmeyer, Mark, 1998, Menentang Negara Sekuler, Kebangkitan Glo bal Nasionalisme Religius, terje mahan, MIzan, Bandung. 277
Topik: "TEOLOGI" PETANI Respon Masyarakat Peiani..., Abdul Munir Mulkhan Ka'bah, RIfyal, 1984, Islam dan Fundamentalisme, Pustaka Panjimas, Jakarta. ,
1993,
"Modernisme
-, 1995, "Kebudayaan, Masyarakat Industrl Lanjut, Dan Dakwah" dalam
Dan
Buku Mated Muktamar Muhammadi
Fundamentalisme Ditinjau Darl
yah ke-43, PP Muhammadiyah, Yogyakarta, him 45-54.
Konteks Islam" dalam Ulumul
Qur'an, Nomor S, Vol IV. Tahun 1993, Ja-karta, him 25-31.
Kantor Statlstik Prop D.I. Yogyakarta, 1991, Penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Hasil Sensus Penduduk 1990^ Yogyakarta. Kantor Statlstik Kabupaten Jember, 1982, Kabupaten Jember dalam Angka 1981, Jember. I
, 1984, Kabupaten Jember Dalam Angka 1983, Jember. 1991, Patens! Desa 1990 Kabu paten Jember, Jember.
-, 1991, Penduduk Kabupaten Jember Hasil Sensus Penduduk 1990, Jember.
-, 1992, Kabupaten Jember Dalam Angka 1991, Jember. Karim, A. Gaffar, 1995, Metamorfosis Nil Dan Politisasi Islam Indonesia, LKiS
dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kartodlrdjo, Sartono, 19B4, Pemberontakan Petani Banten 1888, Pustaka Jaya, Jakarta.
Keraf, Gorys, 1980, Komposisi, Nusa Indah, Ende.
Kuntowljoyo, 1995, "Muhammadiyah sebagal Gerakan Kebudayaan Tanpa Kebudayaan' atau Satu Lag! Alasan Mengapa NU dan Mu hammadiyah Harus Bersatu" dalam Ade Ma'ruf WS & Zulfan Her! (ed), Muhammadiyah dan Pemberdayaan
Rakyat, Pustaka Pelajar, Yogya278
karta, him 1-18.
, 1996, Strategi Dakwah Mu hammadiyah dan Persoalan Kebu dayaan Lokal, Panitia Seminar "Pengembangan Pemikiran Keislaman dalam Muhammadiyah: Antara Purifikasi dan
Dinamisasi"
PP
Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Yogyakarta. , 1997, Identitas Politik Umat Islam,
Mizan, Bandung. Kuntowljoyo, 1998, "Pengantar" dalam AIwi Shihab, Membendung Arus; Hespons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen Di Indonesia,
Mizan, Bandung. Liddle, R. William, 1993, "Skripturalisme Media Dakwah: Suatu Bentuk Pemi kiran dan Aksi Politik Islam Masa
Orde Baru", dalam Ulumul Qur-'an, Nomor3, Vol IV, 1993, Jakarta, him 53-65.
Ma'arif, Ahmad Syafi'i, 1988, Islam Dan Politik Di Indonesia, Pustaka Parama
Abiwara, Yogyakarta.
Madjid, Nurcholish, 1984, Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Jakarta.
, 1995, Islam Agama Kemanusiaan, Paramadina, Jakarta.
, 1992, Islam Doktdn dan Peradaban, Paramadina, Jakarta.
Mantri Statlstik, 1995, Kecamafan Wuluhan Dalam Angka 1993, Wuluhan. Ma'ruf, Farid, 1964, Analisa Achlak dalam Perkembangan Muhammadijah, UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: "Teologi" Petani Respon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan
Yogyakarta Offset, Yogyakarta. [yiensching, Gustav, 1964, 'The Masses, Folk Belief and Universal Religion" in Louis Scheider {e6), Religion, Cul ture and Society, John Wiley & Sons Inc., New York-London-Sidney, p. 269-273.
, 1964, "Folk and Universal Religion" in Louis Scheider (ed), Religion, Cul ture and Society, John Wiley & Sons Inc., New York-London-Sidney, p. 254-261.
Miles, Matthew B. & A. Michel Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, ter-
jemahan, Ul-Press, Jakarta. Mulkhan, Abdul Munir, 1985, Seh Siti Jenar, Persatuan, Yogyakarta. , 1990, Pemiklran KM. At^mad Dahlan dan Muhammadiyah, Bum! Aksara, Jakarta.
Noer, Deiiar, 1982, Gerakan Moderen Is lam di Indonesia 1990-1942, LP3ES, Jakarta.
, 1987, Partai Islam Di Pentas Nasional, Grafiti Pers, Jakarta. Noer, Kautsar Azhari, 1995, Ibn AI-'Arabi,
Wihdatal-Wujud dalam Perdebatan, Paramadina, Jakarta.
Nugroho, Heru, 1995, Metode Penelitian Sosial, Makalah Seminar Penyem-
purnaan Kurikulum Sosioiogi Fisipo! UGM, Yogyakarta. O'dea, Thomas F., A992,SosioiogiAgama,
Suatu Pengenalan Awal, Rajawali, Jakarta.
Pabottinggi, Mochtar, 1986, Antara Visi, Tradisi, Dan Hegemoni Bukan-Mus-
lim, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
, 1994, Runtuhnya Mitos Politik Santri, Sipress, Yogyakarta.
Parsons, Talcott, 1972, "Introduction" dalam Weber, Sociolggi Of Religion, Bea con Press, Boston, him xlx - Lxvii.
Murata, Sachiko, 1998, The Tao of Islam; Kitab Rujukan tentang Relasi Gen der dalam Kosmologi dan Teologi
Pasha, Mustafa Kamal, dkk, 1975, Mu hammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Persatuan, Yogyakarta.
Islam, terjemahan, Mizan, Bandung. Mu'tasim, Rajasa & Abdul Munir Mulkhan, 1998, Bisnis Kaum Sufi; Studi Tarekat Dalam l\/lasyarakat Industri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Nakamura, Mitsuo, 1983, Buian Sabit f[4uncul Dari Balik Pohon Beringin,
terjemahan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nasution, Harun, 1978, Filsafat Dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta.
Niel, Robert van, 1984, l\4unculnya Elit In donesia Modern, terjemahan, Pus taka Jaya, Jakarta. UNISIA NO. 41/XXII/1V/2000
PB. Moehammadijah, 1932, Almanak Moehammadijah 1351, PB. Moe hammadijah, Jogjakarta , 1941, Almanak Moehammadijah 1360, PB. Moehammadijah, Jog jakarta. Peacock, James L., 1978, Purifying The Faith: The Muhammadijah Move ment in Indonesian Islam, The Ben
jamin/ Gumming Publishing Com pany, Menio Prk, California. Pemerlntah Daerah Tk II Jember, 1992, Hasil-hasil Pelaksanaan Pemba-
ngunan Di Jember, Bappeda, Jem ber.
279
Topik: "TEOLOGl" PETANI Respon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember. 1996, Laporan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Jember 1996, Jember.
Pin, Emile, 1964, "Social Classes and Their Religious Approarches" in Louis
Schneider (ed), Religion, Culture and Society, John Wiley & Sons Inc., New York-London-Sidney, p. 411419.
PP Muhammadiyah, 1956, Khittah Mu hammadiyah 1956-1959, PP Mu hammadiyah, Yogyakarta.
, 1967, Himpunan Putusan Tarjih, Persatuan, Yogyakarta.
-, ^967tAnggaranDasar&Anggaran Rumah TanggaMuhammadijah, PP Muhammadijah, Jogjakarta. -, 1975, Risalah Bid'ah, Esti Fadjar, Gerjen 11, Yogyakarta.
1986, Muqaddimah Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kepribadian, Keyakinan dan Citacita Hidup Muhammadiyah, Qoidah dan Tata Kerja Majlis dan Bagian, PP Muhammadiyah, Yogyakarta. 1987, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, PP Muhammadiyah, Yogyakarta. -, 1909, AD & ART, PP Muhammadi
yah, Yogyakarta.
•, 1996, Proposal SeminarPengembangan Pemikiran Ke-lslam-an
dalam Muhammadiyah: Antara Purifikasi dan Dinamisasi, PP Mu hammadiyah, Yogyakarta.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Rl., 1998, Pedoman Umum Ejaan Bahasa In donesia Yang Disempurnakan, Gramedia, Jakarta.
Pritchard, E.E.Evans, 1988, "SImbolisme Orang Nuer" dalam Roland Roberston (ed), Agama: Dalam
Analisa dan Interpretasi Sosiologis, terjemahan. Rajawali, Jakarta, him 113-131.
Rahman, Bustami, ^995.NilaiKulturalDan Diferensiasi Agraria Di Pedesaan
Jawa, disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rahman, Fazlur, 1984. Islam. Pustaka. Bandung.
Salam, Junus, 1968, K.H.A. Dahlan, Amal dan Perdjoangannja, Depot Pengajaran Muhammadijah, Djakarta.
Salim, Abd. Muin, 1994, Fiqh Siyasah; Konscpsi Kokuasaan Politik Dalam
Al-Quran, Raja Gralindo Persada, Jakarta.
Samson, Allan A., 1973, "Religious Belief and Political Action in Indonosinn
Islamic Modernisme" in R. William
-, 1995, Data Sumberdaya Persyarikatan, PP Muhammadiyah, Yogyakarta.
Liddle (ed). Political Participation in Modern Indonesia, Monograph Se ries No. 19, Yale University South
-, 1995, Laporan Pimpinan Pusat
east Asia Studies New Haven, Con
Muhammadiyah Periods 1990-1995, PP Muhammadiyah, Yogyakarta. -, 1995, Buku Materi Muktamar Muhammadiyah 43, PP Muhamma
diyah, Yogyakarta. 280
necticut, p. 116-142. , 1978, "Conceptions of Politics,
Power, and Ideology in Contem porary Indonesian Islam", in Karl D. Jackson and Lucian W. Pye (ed).
UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Topik: 'Teologi" Petani Respon Masyarakal Petani..., Abdul Munir Mulkhan Political Power and Communications
dan Struktur Sosial-Politik Indone
in Indonesia, University of Califor
sia, Pusat Antar Unlversitas-StudI Sosial UGM, Yogyakarta.
nia Pres^ Berkeley, Los AngelesLondon, p. 196-228. Scott, James 0., 1983, Moral Ekonomi
Petani, terjemahan, LP3ES, Jakarta. , 1993, Perlawanan Kaum Tani, terjemahan, Yayasan Obor Indone sia. Jakjarta.
Sekretariat Negara Rl, ^992,RisalahSidang BPUPKI & PPKI. Jakarta.
Siebert, Rudolf'J., ^9Q5,The Critical Theory of Religion The Frankfurt School, From Universal Paradigmatic to Po litical Theology, Mouton Publishers, Berlin-New York-Amsterdam.
Simuh, 1989, "Kepercayaari dan Tradisi Jawa Dalam Kaitannya Dengan Islam", Almanak Muhammadiyah 1988-9, Yogyakarta, him 110-115. Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 1986, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
Sjamsuddin, M. SIrajuddin, 1991, Religion and Politics In Islam: The Case of
Muhammadiyah In Indonesia's New Order, University of California, Los Angeles. Smith, Donald Eugene, 19Q5, Agama dan Modernisasi Politik, terjemahan, Rajawali Pars, Jakarta. Soedjati, 1930, "Pengadjaran Ra'jat Indo nesia" dalam Almanak Moehamma-
dijah 1349, HB. Moehammadijah, Djokjakarta, him 152-164.
Subagya, Rahmat, 1981, Agama Asli In donesia, Sinar Harapan, Jakarta.
Surjo, Joko, dkk, 1993, Agama dan Perubahan Sosial; Studi Tentang Hubungan Antara Islam, Masyarakat, UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000
Talmiyah, Ibn, 1990, Kemurnian Akidah, terjemahan, BumI Aksara, Jakarta. Tamimy, M. Djindar, 1965,TafsirMuqaddimah Anggaran Dasar Muhammadijah, PP Muhammadijah, Jakarta. , A970,• Risalah Penjelasan Muqaddimah Anggaran Dasar Mu hammadiyah, PP Muhammadiyah, Yogyakarta. Turner, Bryan S.. 1984, Sosiologi Islam, Suatu TelaahAnalitisAtas Tesa So
siologi Weber, terjemahan, Rajawali, Jakarta..
Uhlin, Andres, 1995, Democracy and Dif fusion: Transnational Lesson-Draw
ing among Indonesian 'Pro-Democracy Actors, Lund Political Studies 67, Sweden.
1998, Oposisi Berserak, Arus Demokratisasi GelombangKetiga Di Indonesia, terjemahan, Mizan, Ban dung. Usman„Sunyoto, 1988, laporan Penelitian Interaksi Antar Elite Lokal Dalam
Implementasi Pembangunan Pedesaan, LP-UGM, Yogyakarta.
Usman, Sunyoto (dkk). .1994,Politik, Taqlid Dan Interaksi Guru-Miirid Dalam
Tarekat, PAU Studi Sosial UGM. Yogyakarta.
Ward, Kenneth E., 1974, the 1971 Elec tion In Indonesia; An East Java Case Study, Monash University, Vic-toria.
Weber, Max, 1972, The Sociology of Reli gion, Beacon Press, Boston. , 1988, "Beberapa Pokok Mengenai Agama Dunia" dalam Roland Ro282
Topik; "TEOLOGI" PETANl Rcspon Masyarakat Pctani..., Abdul Munir Mulkhan berlson, Agama: Dalam Analisa dan
Laporan Singkat Kepala Desa Dukuh Dempok Kecamatan WuluhanKabupaten
Interpretasi Sosiologis, terjemahan, Rajawali, Jakarta, him 4-34.
, 1988, "Tuhan, Ahli Magik, dan Ahli Agama" dalam Roland Robertson, Agama: Dalam Analisa dan Inter pretasi Sosiologis, terjemahan, Raja wali, Jakarta, him 465-480.
Wilson, Bryan R., 1973, Magic And The Millennium; A Sociological Study Of Religious Movements Of Protest Among Tribal And Third-World Peoples, Harper & Row Publishers, New York, Evanston, San Fran cisco, London. Yunus, Abd. Rahim, 1995, Pos/s/ Tasawu/ Dalam Sistem Kekuasaan Di Kesul-
Jember, Kantor Desa Dukuh Dempok, 1993.
Laporan Penduduk dan Tempat Ibadah Kecamatan Wuluhan 1957-1995, KUA Kecamatan Wuluhan.
Arsip Daftar Anggota Muhammadiyah Cabang se-Kabupaten Jember, Pimpin-an Daerah Muhammadiyah Kabupaten Jember.
Buku Daftar Anggota Muhammadiyah Cabang Wuluhan Kabupaten Jem ber, Pimplnan Cabang Muhammadi yah Wuluhan.
Kutipan Catalan Laporan Hasil Pemilu 1997 dan 1999 di TPS-TPS Kecamatan
tananButonPadaAbadKe-19, Inis,
Wuluhan.
Jakarta.
Yusuf, M.Yunan, (dkk), 1995, Masyarakat Utama, Konsepsi Dan Strategi. Per-
Jurnai Ulumul Qur'an, Nomor: 3, Vol/ IV/ 1993; 3 VOIA//1994; 3 VolA/l 1995. Majalah Gatra, Nomor: 43/1995; 52/1998, him 24-28, 45; 1/1998, him 24-45; 3 1998, him 42, 71; 4/1998, him 36-37.
kasa & PPM, Jakarta.
Jurnai, Majaiah, Surat Kabar
Harian Kompas, 23 Nopember 1998, "Ke-
dan Dokumen:
rusuhan Di Jakarta; Enam Tewas",
Berita Resmi Muhammadiyah, Nomor: 01, September 1995; 02, Oktober 1995;
him 1,11; 28 Nopember 1998, "Saefuddin dan Hamzah Haz Bicara", him 1, 11; 7 Desember 1998, "Beri Ke-
03; Desember 1995; 05, April, 1996.
sempatan Pemerintah Siapkan Pe
Soeara Moehammadijah, Nomor 1-12, Tahun ke 5, 1924, terbitan Bestuur Moehammadijah baglan Taman Poestaka, Djokjakarta.
milu", him 11; 11 Desember 1998, "Demonstrasi Antikekerasan; Damal
Anggota danAmal Usaha Muhammadiyah
Harian Kedaulatan Rakyat, 7 Desember 1998, "Pemikiran Dewan Pakar ICMl",
Cabang Wuluhan Jember Tahun 1994/1995, Pimplnan Cabang Mu hammadiyah Wuluhan, 1995.
•
282
Dan Gegap-gempita", him 1,11.
him 8.
O •
UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000