ISLAM DI AMERIKA SERIKAT; POTRET PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM PASCA TRAGEDI 9 SEPTEMBER 2001
Surahman Amin*
Abstract: Islam admits that human being have independence so it’s to be history creater and controller. Later, Islam has history which interested to be discoursed, like, the history of Islam development in United State. The state is very progress as super power nation. All religion and it’s current can lefi together in America. So, all current in Islam or many Sunny, Syi’ah, Ahmadiyah, community Moslem, and other moslem community can free life.So this paper will discourse Islam being in America. The relation beetwen United State and Islam is “not harmony”, after the world trade centre tragedy at September 9th of 2001. This disharmony, is to be background on negative perseption by the American leaders toward Islam, whith thier statement, that; “Islam is terrorist religion”. But other side, many American communities also who still admit that Islam are brotherhood and peace love religion. So Islam development of US straight undergoes which is significant. As globally, Islam image is still negative. This is consequenced effect causedof some one being who name on group of Islam which do eny terrors. But, it has wisdom what is significant to introduce (explain) Islam as peace religion and always teach peace, even almost of American community have new hoping in developing Islam doctrine which is comprehensive. Keywords: Perkembangan, Islam, Amerika Serikat, Tragedi.
Pendahuluan Menurut Harun Yahya, jumlah umat Islam di dunia mengalami peningkatan kuantitas secara signifikan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlahnya hanya sekitar 500 juta; 20 tahun kemudian sudah mencapai 1,5 miliar.1 Kini jumlah tersebut terus bertambah bahkan mencapai seperempat total jumlah penduduk dunia. Mereka tersebar di Asia (20%), Eropa (5% atau sekitar 38 juta jiwa), Amerika (sekitar 7 juta), dan kawasan lainnya. Data ini merupakan hasil survei terbaru lembaga survei Amerika Serikat, Pew Research Center, seperti dikutip Islam Online.net (9/10).2 Dengan data tersebut, maka setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Islam adalah agama dan ideologi yang bersikap positif terhadap manusia sekaligus terhadap sejarah.3 Islam mengakui bahwa manusia memiliki kemerdekaan internal sehingga mampu menjadi Kandidat Doktor Tafsir di PPs. UIN Alauddin Makassar. Lahir di Sidrap (Sulsel) tahun 1974. Dosen tetap STAIN Sorong,
1
Papua Barat. E-mail:
[email protected]. Harun Yahya, Islam;Agama yang Paling Cepat Berkembang di Eropa, Edisi Artikel diakses dari Internet pada tanggal 9 Desember 2010. Menurut hasil suatu studi dengan tema; Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the World’s Muslim Population, jumlah umat Islam di dunia mencapai 1,57 milyar. Dengan demikian, jumlahnya mencapai 23% dari 6,8 juta total penduduk dunia. Data internet www. Islam Online.net “Data Penduduk Islam di Dunia” diakses pada tanggal 12 Desember 2010. 3 Ada lima teori yang menggagas tentang faktor-faktor yang melahirkan sejarah. Pertama, menurut masyarakat primitif sejarah lahir karena kehendak para dewa. Kedua, dalam pandangan Kristen sejarah lahir dikendalikan oleh kehendak Tuhan. Dalam teori ini, 1 2
sejarah termanifestasikan karena pertentangan yang terus menerus antara Tuhan melawan setan. Ketiga, sejarah lahir karena pengaruh dari penemuan-penemuan besar dalam Perbagai bidang ilmu pengetahuan. Keempat, sejarah lahir karena tampilnya tokoh-tokoh besar yang mengendalikan liku-liku pentas sejarah. Kelima, sejarah lahir karena proses dialektika yang meneruskan dari pertentangan kelas.
74
Tasamuh, Volume 4 Nomor 1, Juni 2012 : 73-84
pencipta dan pengendali sejarah.4 Dengan demikian, Islam mempunyai sejarah yang cukup menarik untuk dikaji, termasuk sejarah perkembangan Islam di daratan Amerika, khususnya di Amerika Serikat. Karenanya, Amerika Serikat, adalah kawasan yang cukup unik. Negara tersebut sangat maju, ia sebagai negara super power yang lebih unggul dibanding negara-negara lain dalam berbagai bidang. Bahkan ia sebagai negara adikuasa, sebab saat ini, negara manapun di seluruh dunia, apabila ingin menentukan kebijakannya selalu memperhitungkan posisi Amerika Serikat. Di sisi lain, nilai mata uang sebuah negara akan selalu merujuk kepada Dollar Amerika, sehingga nilai sebuah mata uang dikatakan terpuruk apabila nilainya merosot terhadap Dollar Amerika. Amerika Serikat menjadi perhatian dunia tidak hanya dalam bidang pendidikan, politik, dan ekonomi saja. Kehidupan religiusnya juga telah menampilkan sosok yang unik. Semua agama dengan alirannya dapat hidup di bumi Amerika. Seluruh aliran dalam Islam pun dapat hidup bebas di Amerika. Di sana banyak ditemukan komunitas Sunni, Syi’ah, Ahmadiyah, muslim kulit putih, dan selainnya. Karena itulah, sebagaimana dalam awal makalah ini, penulis telah menyinggung bahwa keberadaan Islam di Amerika, yakni Amerika Serikat, sangat menarik untuk dikaji Historisitas Islam di Amerika Serikat Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai ‘The New World’ ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah ‘Dunia Baru’. Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus. Secara historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di benua Amerika. ‘’Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,’’ tutur Fareed H.Numan dalam American Muslim History A Chronological Observation. Sejarah mencatat bahwa umat Islam dari kawasan Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.5 Sejalan dengan hal ini, sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya They Came Before Columbus, membuktikan adanya kontak antara Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African Presence in Early America, Van Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika. Van Sertima kemudian memaparkan, saat menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang atau suku Karibian yang sudah beragama Islam. “Columbus juga tahu bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan Utara,” papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi penduduk asli. Selanjutnya menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba. Q.S. al-Ra’d/13: 11kontemporer menyatakan pelaut muslim adalah orang-orang Islam pertama yang menyebrangi samudra Atlantik Sebagian ahli sejarah
4
5
dan tiba di pantai-pantai Amerika. Ahli sejarah lainnya menyatakan bahwa Chistopher Colombus telah dibimbing untuk mendarat di benua tersebut oleh pembantu-pembantu muslim Andalusia atau Maroko yang jasa-jasanya telah Colombus beli. Menurut seorang ahli geografi berkebangsaan Arab, al-Syerif al-Idrisi, delapan petualang berkebangsaan Arab telah berlayar dari Lisabon, Portugis, mencoba menemukan daerah seberang lautan Atlantik. Baca, Sejarah Masuknya Islam di Amerika diakses di internet pada tanggal 7 Desember 2010
Surahman Amin, Islam di Amerika Serikat;
75
Fakta lainnya tentang kehadiran Islam di Amerika jauh sebelum Columbus datang juga diungkapkan Dr. Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas Harvard. Dalam karyanya berjudul Saga America, Fell menyebutkan bahwa umat Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah membangun sebuah peradaban di benua itu. Fell juga menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Menurut dia, bahasa yang digunakan orang Pima di Barat Daya dan bahasa Algonquina, perbendaharaannya banyak yang berasal dari bahasa Arab. Arkeolog itu juga menemukan tulisan tua Islami di beberapa tempat seperti di California, Kabupaten Inyo, negara bagian California, Fell juga menemukan tulisan tua lainnya yang berbunyi ‘Yasus bin Maria’ yang dalam bahasa Arab berarti “Yesus, anak Maria”. “Ini bukan frase Kristen,’’ cetus Fell. Faktanya, menurut dia, frase itu ditemukan dalam kitab suci Al-Qur’an. Tulisan tua itu, usianya lebih tua beberapa abad dari Amerika Serikat. Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu yang digunakan untuk kepentingan sekolah. Temuan itu ditemukan antara tahun 700 hingga 800 M. Teks serta diagram itu berisi mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi, dan navigasi laut. Bahasa pengajaran yang ditemukan menggunakan tulisan Arab Kūfi dari Afrika Utara. Sejarawan seni berkebangsaan Jerman, Alexander Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M hingga 900 M. Wuthenau menemukan ukiran kepala yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Itu berarti, Islam telah bersemi di Amerika sekitar separuh milenium sebelum Columbus lahir. Dia juga menemukan ukiran serupa bertarik 900 M hingga 1500 M. Artifak yang ditemukan itu mirip foto orang tua yang biasa ditemui di Mesir. Youssef Mroueh dalam tulisannya Muslim in The Americas Before Columbus memaparkan penuturan Māhir ‘Abd. al-Razzāq El, orang Amerika asli yang menganut agama Islam. Māhir berasal dari suku Cherokee yang dikenal sebagai Eagle Sun Walker. Māhir memaparkan, para penjelajah Muslim telah datang ke tanah kelahiran suku Cherokee hampir lebih dari 1.000 tahun lalu. Yang lebih penting lagi dari sekedar pengakuan itu, kehadiran Islam di Amerika, khususnya pada suku Cherokee adalah dengan ditemukannya perundang-undangan, risalah dan resolusi yang menunjukkan fakta bahwa umat Islam di benua itu begitu aktif. Salah satu fakta yang membuktikan bahwa suku asli Amerika menganut Islam dapat dilacak di Arsip Nasional atau Perpustakaan Kongres. Kesepakatan 1987 atau Treat of 1987 mencantumkan bahwa orang Amerika asli menganut sistem Islam dalam bidang perdagangan, kelautan, dan pemerintahan. Arsip negara bagian Carolina menerapkan perundang-undangan seperti yang diterapkan bangsa Moor.6 Dalam kaitan ini, Terdapat lagi catatan sejarah dalam literatur lain bahwa muslim pertama di Amerika adalah imigran Arab dari kalangan Afro-Amerika dengan cara jual beli budak.7 Anggapan ini dibantah oleh Akbar Muhammad. Ia mencatat bahwa orang Amerika pertama yang tercatat sebagai pemeluk Islam adalah Revered Norman, seorang misionaris gereja modernis di Turki yang memeluk Islam pada tahun 1870. Pada dekade berikutnya seorang EropaAmerika, Muhammad Alexander Webb memeluk Islam ketika ia bertugas sebagai Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Philipina pada tahun 1887. Ia adalah pelopor utama yang mendirikan organisasi Islam di Amerika Serikat pada tahun 1893. Ia kemudian berperang sebagai da’i/muballig, dan menerbitkan The Moeslim World sebagai media dakwahnya. Sumber lain menyatakan bahwa kedatangan Islam paling awal terjadi antara tahun 1875 dan 1912 dari kawasan pedesaan
6
Suriah, Yordania, Otorita Palestina, dan Israel. Demikian yang dikemukakan John L. Esposito bahwa masa perpindahan terbesar penduduk muslim ke Amerika terjadi abad ke-17 hingga 19. Kemungkinan seperlima dari orang-orang Afrika yang dibawa dalam perdagangan budak merupakan orang-orang muslim. “Pola-pola Imigrasi Muslim” dalam Jurnal Kehidupan Muslim di Amerika (t.d), h. 14 Juga bandingkan dengan John L. Esposito (ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, vol. 3 (New York: Oxford University, 1995), h. 121 7 Murad Wilfred Hofman, Religion on the Rise; Islam in the Third Millenium, di-terjemahkan oleh Abdullah Ali dengan judul Bangkitnya Agama; Ber-Islam di Alaf Baru (Cet. I; Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 225
76
Tasamuh, Volume 4 Nomor 1, Juni 2012 : 73-84
Mengenai cara orang-orang Amerika Serikat mempertahankan keislamannya digambarkan oleh Eric C. Lincoln dalam bukunya The Black Muslim in Amerika. Pada awal buku, Lincoln menceritakan penilaian sebagian mahasiswanya tentang ajaran Kristen yang mengklaim dirinya sebagai anak Tuhan adalah orang-orang munafik. Perlakuan mereka terhadap orang-orang Negro (AfroAmerika) tidak adil. Lincoln menjelaskan mahasiswanya beranggapan bahwa Islam adalah satusatunya agama yang dapat memberi martabat dan harga diri terhadap orang-orang Negro. Oleh karena itu, ajaran Drew Ali dan Marcusgavey mendapat sambutan yang antusias dari kalangan Afro-Amerika. Gerakan agama tersebut kemudian dilanjutkan oleh Elijah Muhammad -yang sebelum menjadi muslim adalah aelja Poole- yang kemudian mengklaim dirinya sebagai rasul (Messeger of Allah) dan mengklaim bahwa ajarannya berasal dari Imām Mahdī Fard Muhammad. Ajaran Elijah Muhammad menggunakan konsep Kristen tentang Tuhan dan inkarnasi. Tuhan menampakkan dirinya sebagai manusia untuk merekrut para pengikut dan utusannya. Ajaran ini menambah kharismatik dirinya sebagai pemimpin masyarakat yang dinamainya Nation of Islam (NOI).8 Karenanya, Aliran-aliran atau semua mazhab tetap berkembang di Amerika Serikat dan pendatang Syi’ah pada akhir abad ke19 dan awal abad ke-20, datang ke Amerika dan di sana mereka bekerja kasar, oleh karena mereka bukan kaum terdidik dan mereka relatif miskin, seperti halnya kaum pendatang Sunni pada masa itu.9 Mayoritas pendatang Syi’ah adalah aliran Iṡnā Asyariah. Aliran Syi’ah lain yang ada di Amerika adalah Ismā’iliyah. Perkembangan Islam di Amerika Pesatnya perkembangan Islam di AS diakui Dr. ‘Umar Fārūq Abdullah, Guru Besar Dirāsah Islāmiyah Universitas Chicago, yang juga ketua Nawawi Fondation. Saat ini tak kurang dari tujuh juta warga Amerika yang memeluk agama Islam. ‘’Agama Islam terus berkembang di Amerika Serikat dan tetap survive’’. Menurutnya, 90 persen umat Islam di AS itu adalah mereka yang lahir di Amerika. ‘’Jadi umat Islam di Amerika memiliki potensi dan kemampuan beragam, dan kini mereka bergabung dalam sebuah lembaga pendidikan Nawawi Fondation. Mohammad Kudaimī, anggota Nawawi Fondation mengutip sebuah koran yang terbit di Amerika Serikat, ia menyebut Islam merupakan agama yang paling cepat perkembangannya di Amerika Serikat.10 Bahkan, dalam lembar fakta Departemen Luar Negeri AS, pada tahun 2010-an, diperkirakan jumlah penduduk Muslim AS diperkirakan melampui jumlah kaum Yahudi, dan menjadikan Islam agama terbesar nomor dua di negara itu setelah agama Kristen. Masyarakat Muslim Amerika merupakan sebuah mosaik kebudayaan, para anggotanya berasal dari kelima benua. Sesungguhnya, menurut sebuah penelitian baru-baru ini, menyebutkan kebanyakan kaum Muslim adalah imigran 77,6 persen berbanding 22,4 persen yang lahir di AS. Penelitian itu juga menunjukkan asal-usul masyarakat Muslim sebagai berikut: 26,2 persen dari Timur Tengah (Arab); 24,7 persen dari Asia Selatan; 23,8 persen Amerika keturunan Afrika; 11,6 persen lain-lain; 10,3 persen Timur Tengah (non-Arab); dan 6,4 persen Asia Timur. Rata-rata 17.500 Amerika keturunan Afrika berpindah ke agama Islam tiap tahun antara 1990 dan 1995. Kelompok-kelompok Muslim pertama di Amerika yang datang dalam jumlah besar berasal dari Afrika Barat antara tahun 1530 sampai 1851 karena adanya perdagangan budak. Jumlah kaum Muslim berikutnya yang datang ke Amerika Serikat dalam jumlah besar terjadi pada awal abad ke-20. Mereka datang dari Libanon, Suriah dan negara-negara lain di seluruh Kekhalifahan ‘Uṡmanī (Turki). Pada masa Pasca-perang Dunia II, selama 1960-an dan 1970-an, Juhaya S. Praja, ibid., h.110-111. John L. Esposito, op. cit., h. 124. 8 9 1
Artikel Zainuddin yang berjudul Amerika dan Islam; Berlawanan atau Berdampingan” diakses dinternet pada tanggal 10
0
Desember 2010
Surahman Amin, Islam di Amerika Serikat;
77
terjadi gelombang imigran ketiga terbesar dari seluruh dunia Islam. Gelombang ini mencakup juga banyak umat Islam yang datang untuk belajar di universitas-universitas Amerika. Kira-kira sepertiga kaum muslim Amerika Serikat hidup di Pantai Timur (32,2 persen), 25,3 persen hidup di kawasan Selatan, 24,3 persen di kawasan Tengah, dan 18,2 persen di kawasan Barat. Ada sekitar 2000 masjid di seluruh negeri serta berbagai sekolah Islam yang berlangsung pada hari biasa, dan sekolah Islam yang berlangsung pada hari Minggu serta akhir minggu.11 Ahmed Deedat menjelaskan bahwa Islam dapat memberikan jalan keluar kepada orang-orang Amerika, akan tetapi siapa yang cocok melakukan Islamisasi di Amerika adalah Afro-Amerika karena tekanan yang mereka alami selama lebih kurang tiga abad, telah menjadikan mereka sebagai komunitas muslim paling militan di dunia. Allah telah memilih the black man untuk tugas mulia ini, yakni mengubah masyarakat Barat.12 Karenanya, Di samping dakwah yang dilakukan oleh masyarakat muslim Afro-Amerika, usaha lain yang diperkenalkan masyarakat Islam di California adalah mendirikan perpustakaan dengan nama Muslim Public Library. Perpustakaan ini dimaksudkan untuk studi keagamaan, penyesuaian kebudayaan Amerika bagi keluarga muslim, dan memperkenalkan non-muslim pada Islam yang sering digambarkan sebagai agama teroris karena seringnya terjadi distorsi, itulah terjadi pembakaran mesjid di Yuba City sebelah utara California, dan mesjid di New York sekitar tahun 1994. Kaum muslim yang tinggal di Amerika Serikat saat ini mewakili banyak pergerakan besar dan identitas dari kalangan imigran dan pribumi, Sunni dan Syi’ah, konservatif dan liberal. Muslim Arab kini terus mengisi proporsi dalam jumlah besar dari komunitas Islam di Amerika Serikat. Banyak dari mereka yang berpendidikan tinggi dan para profesional yang sukses berperan sebagai pemimpin dalam pengembangan Islam Amerika yang lintas kebangsaan dan lintas etnis. Belum ditemukan data akurat tentang jumlah Muslim Amerika Serikat. Namun, ada yang memperkirakan jumlah Muslim di Amerika Serikat saat ini telah mencapai 7 juta jiwa. Selanjutnya, dibalik perkembangan Islam di Amerika serikat, para penentu kebijakan Amerika, tampaknya ragu-ragu dalam mengambil posisi yang pasti terhadap kebangkitan Islam di Amerika Serikat dewasa ini. Keraguan tersebut berakar dari ketidakmampuan Washington dalam memprediksi dan mengukur dampak-dampak kebijakan luar negeri pada negara-negara Islam pada saat mereka memegang kekuasaan. Oleh karena itu, setidaknya ada tiga hal yang mendasari posisi Amerika terhadap Islam politik. Pertama, Amerika tidak ingin terlihat tidak bersahabat bagi negara-negara Islam, karena hal tersebut dikhawatirkan akan memperparah sikap mereka terhadap Amerika. Para pejabat pemerintah Amerika tidak mau mengulangi kesalahan yang dibuat saat menghadapi revolusi Islam di Iran. Kedua, keraguan secara terbuka mendukung kelompok Islam manapun yang kepentingan regional dan sekutunya. Ketiga, para pembuat kebijakan luar negeri Amerika terdapat sebentuk ketidakyakinan tentang kemungkinan terjadinya hubungan antara negara Islam dan demokrasi.13 Argumen tersebut, diperkut teori yang dikemukakan oleh Samoel Huntingtong, pada era 90-an, melontarkan pernyataan tentang akan terjadi benturan antar peradaban. Pernyataan ini menjadi topik pembicaraan yang hangat, karena hipotesis tersebut dilontarkan pada saat Perang Dingin telah berlalu, dengan runtuhnya kolonialisme-sosialisme yang menjelma dalam bentuk negara Uni Soviet dan negara-negara sekutunya di Eropa Timur.14 Saat ini yang tinggal adalah kekuatan raksasa tunggal, yaitu Amerika Serikat dan sekutunya. Terpecah belahnya Uni Soviet menjadi sebuah republik yang Ibid 1 Juhaya S. Praja, op. cit., h. 126. 2 Lihat Fawaz A. Gerges, American and Political Islam diterjemahkan oleh oleh Kili Prionggodgigo dan Hamid basyaib (Cet. I; 1 1
1 3
jakarta: Alfavet, 2002), h. 4. 1 Ahmad Muhib bin Zukri, “Islam dan Demokrasi Islam Pasca Pundamentalisme” dalam Ahmad Jaunuri, et. all, Terorisme dan 4
Fundamentalisme Agama; Sebuah Tafsir Sosial (Cet I; Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h. 325
78
Tasamuh, Volume 4 Nomor 1, Juni 2012 : 73-84
merdeka disambut dengan antusias dan sekaligus kekhawatiran. Antusias karena bubarnya Uni Soviet sebagai lambang runtuhnya ideologi komunisme dan kemenangan ideologi kapitalisme atau liberalisme Barat. Kekhawatiran pertama adalah soal keamanan, senjata nuklir yang semula hanya dimiliki satu negara (Soviet) kini menyebar menjadi milik beberapa negara (khususnya Rusia, Ukraina, Irak dan lain-lain), menyebabkan sulit untuk mengontrolnya. Kedua, faktor ideologis yaitu memberikan peluang bagi kebangkitan Islam di republik-republik (bekas Uni Soviet) berpenduduk mayoritas muslim, terutama di Asia Tengah dan Azerbaijan. Hipotesis Huntington tersebut, tidak memiliki alasan yang jelas, kecuali alasan ekonomi dan perdagangan, orang tidak melihat alasan kultural yang signifikan. Amerika Serikat berusaha memberi citra tentang Islam sebagai suatu ancaman dan mencoba menggambarkan Islam sesuai dengan perspektif budaya dan peradaban Barat. Pencitraan Islam oleh media massa Barat bahwa Islam adalah agama yang mengancam, menakutkan, teror, ekstrim dan kata-kata lain semacamnya. Fakta itu menunjukkan Amerika Serikat tampil sebagai satu-satunya negara adikuasa. Struktur politik internasional berpola ‘anarki piramida’ menggantikan pola “bipolar”. Dalam pola baru ini Amerika tetap bermukim di puncak piramida dunia lewat kepemimpinan politik, ekonomi, dan tekhnologi militernya. Di bawahnya bertengger multipolonisme Eropa yang beranggotakan Inggris, Perancis, Jerman dan Rusia.15 Demikian juga para politisi Amerika Serikat dengan mudah mengunakan sentimen ‘anti Islam” yang sudah berurat berakar pada masyarakat Kristen Barat. Direktur CIA, George Tenet mengumumkan bahwa musuh utama Amerika adalah teroris besar Osama bin Laden. Pernyataan ini memperkeruh hubungan Barat dan Islam. Apalagi dengan Hancur leburnya menara kembar World Trade Centre (WTC) di New York Amerika pada Selasa, 11 September 2001, merupakan tragedi terdahsyat dunia di awal abad ke 21. Osama bin Laden dan jaringan al-Qaedahnya yang tertuduh sebagai pelaku utama kehancuran WTC, kelihatannya membawa dampak yang sangat buruk terhadap dunia Islam. Dikatakan demikian, karena Presiden Amerika George Bush, secara tibatiba mengeluarkan statemen bahwa “Islam adalah Teroris”. Dalam hal ini, G. Bush mengumumkan kepada dunia bahwa: Amerika diserang teroris biadab. Teroris itu adalah Osāma bin Laden. Teroris itu adalah Islam. Amerika tidak akan tinggal Diam. Amerika akan membalas. Amerika tidak akan kalah. Amerika sudah terbiasa berperang ….Ikut Amerika atau ikut teroris. Tidak ada pilihan ketiga, apalagi pilihan keempat. Siapa yang tidak mau ikut Amerika akan digebuk. Rezim yang tidak mau memusuhi terorisme akan dicap sebagai rezim jahat.16 Dua poin penting yang perlu digarisbawahi dari statemen G. Bush tersebut, yakni ; “Teroris itu adalah Islam” dan “Amerika akan membalas”. Menurut penulis, statemen poin pertama, belum ada bukti yang akurat. Sedangkan statemen point kedua, buktinya sudah sangat banyak. Oleh karenanya, Fenomena di Amerika sendiri sangat menarik. masyarakat Amerika berbondongbondong masuk Islam justru setelah peristiwa pemboman World Trade Center pada 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11 yang sangat memburukkan citra Islam itu. Pasca 9/11 adalah era pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya dalam sejarah Amerika. Sekitar 7 juta orang Muslim yang kini ada di Amerika dan 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah pemboman itu. Pernyataan syahadat masuk Islam terus terjadi di kota-kota Amerika seperti New York, Los Angeles, California, Chicago, Dallas, Texas dan yang lainnya. Atas fakta inilah, ditambah gelombang masuk Islam di luar Amerika, seperti di Eropa dan beberapa negara lain, beberapa tokoh Amerika menyatakan kesimpulannya. The Population Reference Bureau USA Today sendiri menyimpulkan: “Moslems are the world fastest growing group.” Hillary Rodham Cinton, istri mantan Presiden Clinton seperti dikutip oleh Los Angeles Times mengatakan, “Islam 1 5 1 6
Analisis Teuku Rezasyah, di dalam Harian Media Indonesia, 2 Maret 1992. Demikian pernyataan G. Bush yang dikutip oleh Adian Husaini. Ibid., h. ix
Surahman Amin, Islam di Amerika Serikat;
79
is the fastest growing religion in America.” Kemudian, Geraldine Baum mengungkapkan: “Islam is the fastest growing religion in the country” (Newsday Religion Writer, Newsday). “Islam is the fastest growing religion in the United States,” kata Ari L. Goldman seperti dikutip New York Times. Atas daya magnit Islam inilah, pada 19 April 2007, digelar sebuah konferensi di Middlebury College, Middlebury Vt. untuk mengantisipasi masa depan Islam di Amerika dengan tajuk “Is Islam a Trully American religion?” (Apakah Islam adalah Agama Amerika yang sebenarnya?) menampilkan Prof. Jane Smith yang banyak menulis buku-buku tentang Islam di Amerika. Konferensi itu sendiri merupakan seri kuliah tentang Immigrant and Religion in America. Dari konferensi itu, jelas tergambar bagaimana keterbukaan masyarakat Amerika menerima sebuah gelombang baru yang tak terelakkan yaitu Islam yang akan menjadi identitas dominan di negara super power itu. Peristiwa 9/11 menyimpan misteri yang tidak terduga. Pemboman itu dikutuk dunia, terlebih Amerika, sebagai biadab dan barbar buah tangan para “teroris Islam.” Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran asal Timur Tengah merasakan getahnya mengalami kondisi psiokologis yang sangat berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris. Hal yang sama dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan mengawasi kaum imigran Muslim secara berlebihan. Siaran televisi Fox News Channel, dalam acara mingguan “In Focus” menggelar diskusi dengan mengundang enam orang nara sumber, bertemakan ”Stop All Muslim Immigration to Protect America and Economy.” Kegiatan itu menggambarkan kekhawatiran Amerika tidak hanya dalam masalah terorisme tetapi juga ekonomi dimana pengaruh para pengusaha Arab dan Timur Tengah mulai dominan dan mengendalikan ekonomi Amerika. Tapi, rupanya Islam berkembang dengan caranya sendiri. Islam mematahkan “logika akal sehat” manusia modern. Bagaimana mungkin sekelompok orang nekat berbuat biadab membunuh banyak orang tidak berdosa dengan mengatasnamakan agama, tetapi tidak lama setelah peristiwa itu, justru ribuan orang berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam dan menemukan kedamaian di dalamnya? Peristiwa 9/11 telah berfungsi menjadi ikon yang memproduksi arus sejarah yang tidak logis dan mengherankan. Selain 20.000-an orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu, ribuan yang lain dari negara-negara non Amerika (Eropa, Cina, Korea, Jepang dst) juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam. Gejala ini hanya bisa dijelaskan oleh “teori tangan Tuhan.” Tangan Tuhan dalam bentuk blessing in disguise adalah nyata dibalik peristiwa 9/11 dan ini diakui oleh masyarakat Islam Amerika. Peristiwa yang mengerikan itu dituduhkan kepada Islam. Di balik peristiwa itu, justru berbagai lapisan masyarakat Amerika terundang kuriositasnya untuk mengetahui Islam lebih jauh. Sebagian karena murni semata-mata ingin mengetahui saja, sebagian lagi mempelajari dengan sebuah pertanyaan dibenaknya: “bagaimana mungkin dalam zaman modern dan beradab ini agama “mengajarkan” teror, kekerasan dan suicide bombing dengan ratusan korban tidak berdosa?” Tapi keduanya berbasis pada hal yang sama: ignorance of Islam (ketidaktahuan sama sekali tentang Islam). Sebelumnya, sumber pengetahuan masyarakat Barat (Amerika dan Eropa) tentang Islam hanya satu yaitu media yang menggambarkan Islam tidak lain kecuali stereotip-stereotip buruk seperti teroris, uncivilized, kejam terhadap perempuan dan sejenisnya. Seperti disaksikan Eric, seorang Muslim pemain cricket warga Texas, setelah peristiwa 9/11, masyarakat Amerika menjadi ingin tahu Islam, mereka kemudian ramai-ramai membeli dan membaca Al-Qur’an setiap hari, membaca biografi Muhammad dan buku-buku Islam untuk mengetahui isinya. Hasilnya, dari membaca sumbernya langsung, mereka menjadi tahu ajaran Islam yang sesungguhnya. Ketimbang bertambahnya kebencian, yang terjadi malah sebaliknya. Menemukan keagungan serta keindahan ajaran Islam.
80
Tasamuh, Volume 4 Nomor 1, Juni 2012 : 73-84
Keagungan ajaran Islam ini bertemu pada saatnya yang tepat dengan kegersangan, kegelisahan dan kekeringan spritual masyarakat Amerika yang sekuler selama ini. Karena itu, Islam justru menjadi jawaban bagi proses pencarian spiritual mereka selama ini. Islam menjadi melting point atas kebekuan spiritual yang selama ini dialami masyarakat Amerika. Inilah pemicu terjadinya Islamisasi Amerika yang mengherankan para pengamat sosial dan politik. Inilah tangan Tuhan dibalik peristiwa /9/11.17 Dalam pada itu, Ulil Abshar Abdallah berpandangan bahwa kekerasan dan diskriminasi yang menimpa umat Islam, terutama yang ada di Amerika semenjak peristiwa WTC telah mencapai 1717 kasus,18 dan kasus yang terbanyak (372 kasus) adalah pelecehan seksual terhadap para muslimah yang berjilbab di Amerika. Jilbab adalah salah satu identitas Islam, dan karena itu mereka menganggap bahwa setiap wanita berjilbab berpotensi memiliki hubungan yang erat dengan terorisme. Perlakukan Amerika terhadap dunia Islam pasca tragedi 11 September 2001, tidak saja dalam bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum muslim secara individu dan berkelompok di negara-negara seperti yang telah disebutkan, tetapi Amerika juga dengan statemen (balas demdam)nya telah menyerang negara-negara Islam. Hal ini, terbukti dengan adanya penyerangan Amerika terhadap Afganistan, dan ambisi busuk operasi penyerangan Irak dan penggulingan terhadap rezim Saddām Husein dengan kekuatan senjata semakin mengemuka dan semakin kuat pasca 11 Septembar 2001. Dalam hal ini, dalam suatu survey yang dilakukan pada 2007, 53% Muslim Amerika menganggap bahwa menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di AS) setelah serangan itu. Wanita Muslim yang menggunakan jilbab diganggu, menyebabkan beberapa wanita Muslim lebih memilih untuk tinggal dirumah, sedangkan yang lainnya untuk sementara meninggalkan pekerjaan.19 Meskipun hubungan Amerika dan Islam pasca tragedi 11 September 2001 tersebut tidak harmonis, namun di sisi lain terdapat hikmah yang amat besar. Di antara hikmah tersebut adalah bahwa Islam sebagai agama yang benar di sisi Allah swt,20 telah memperlihatkan jati dirinya kepada dunia Barat bahwa Islam adalah agama raḥmatan li al-ālamīn,21 yang sangat mencintai persaudaraan.22 Masyarakat Amerika pun sebenarnya, mengakui bahwa Islam sebagai agama rahmat dan cinta persaudaraan. Bahkan, kebanyakan masyarakat Amerika sendiri menyakini akan konsep Islam seperti ini. Sejak peristiwa 11 September 2001 itu, buku yang paling laris di Amerika adalah al-Qur’an al-Karīm, jutaan orang tahu, apa sebenarnya yang tertulis dalam al-Qur’an. Banyak orang Amerika berebutan, bahkan harus antri untuk sekedar mendapatkan al-Qur’an untuk dipelajarinya.23 Di samping itu, yang lebih menggembirakan lagi adalah berbondong-bondongnya orang Amerika Serikat memeluk Islam. Harian The New York Times melaporkan bahwa ada sekitar 25 ribu orang Amerika kini telah beralih memeuk Islam, sejak tragedi 11 September 2001.24 Namun demikian, khusus sebagian mereka, masyarakat Amerika terutama para pemimpinpemimpinnya enggan mengakui Islam sesuai dengan konsep yang sebenarnya, menurut D.J. Kucinich “bisa jadi Presiden Bush memang abai”.25 Pemerintahan Bush telah membuka banyak 1 7
Moeflich Hasbullah, Koran Pikiran Rakyat, Islam di Amerika: Sebuah Keajaiban Bernama 9/11,di muat pada tanggal 6 Maret
2008 dan diakses di Internet pada tanggal 7 Desember 2010. 1 Kasus-kasus tersebut, bentuknya bermacam-macam; meliputi penyerangan fisik (289 kasus); pembunuhan (11 kasus); 8
diskriminasi di tempat kerja (166 kasus); diskriminasi di Bandara (191 kasus) diskriminasi lainnya yang dilakukan oleh aparat baik polisi maupun FBI (224 kasus); intimidasi di sekolah (74 kasus); perlakuan kebencian lewat email (315 kasus). Ulil Abshar Abdallah “Hasil Wawancara” dalam Kajian Islam Utan Kayu, dimuat oleh Studi Kantor Berita Radio 68H, Jakarta, Kamis 11 Oktober 2001.
www.wikipedia.com, Islam di Amerika Serikat diakses pada tanggal 7 Desember 2010 Lihat QS. Ali Imran (3): 19 Lihat QS. al-Anbiya (21): 107 Lihat QS. al-Hujurat (49): 10 Lihat www.van.9f.com. Islam di As Pasca Tragedi. Diakses tanggal 7 Desember 2010 Lihat Harian The New York Times, edisi 22 Oktober 2001. Dennis J. Kucinich, “Menggugat Sang Presiden” dalam Majalah Sabili, No. 25 Juli 2003, h. 49
Surahman Amin, Islam di Amerika Serikat;
81
pernyataan, dan ia telah membawa negaranya pada sebuah perang dan menghabiskan 63 milyar dolar untuk sebuah perang yang belum terbukti penyebabnya.26 Lebih tegas lagi pernyataan yang dikemukakan oleh John Perkins bahwa; Saya tahu cerita kejadian ini harus diungkapkan karena apa yang terjadi pada 11 September 2001 adalah akibat langsung dari apa yang economic hit man lakukan. Negeri ini (AS) telah banyak berbohong.27 Dengan pernyataan di atas, dan kaitannya dengan uraian-uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa tragedi 11 September 2001 tidak dapat dikaitkan dengan statemen bahwa “Islam adalah agama teroris”, tetapi justru Amerika yang banyak “berdusta” dalam statemennya. Pada sisi lain, hubungan Amerika dan Islam yang tidak harmonis pasca tragedi 11 September 2001, bukan karena alasan Islam menutup pintu untuk berdamai. Namun justru sebaliknya, statemen G. Bush bahwa “Teroris itu adalah Islam” dan “Amerika akan membalas”, merupakan alasan dan bukti bahwa merekalah sebenarnya yang tidak mau menegakkan perdamaian dunia, dan mereka pulalah yang sebenarnya menutup pintu untuk memperbaiki hubungannya secara harmonis terhadap dunia Islam. Walaupun demikian, yang jelasnya bahwa di Amerika Serikat saat ini, Islam berkembang dengan pesat dan muslim menjadi pemeluk agama terbesar kedua setelah umat Kristiani. Begitu pesatnya perkembangan Islam di Amerika dan begitu gencarnya pemerintah Amerika dalam mengusik negara dan umat Islam, membuat Mohammad Awod Joban, salah seorang da’i asal Indonesia memprediksikan bahwa Amerika Serikat seperti zaman nabi Musa. Fir’aun membunuh bayi yang ada di luar istana kerajaan, tapi justru ada bayi yang tumbuh dan berkembang dalam istananya sendiri. Amerika sekarang banyak menghancurkan negara atau umat Islam, tapi ”Musa-Musa” sedang tumbuh di dalam Amerika sendiri.28 Image Islam di Amerika Seorang Praktisi media Amirika, Nadia Madjid, mengemukakan dalam; Voice of America: Melihat persepsi masyarakat Amerika Serikat tentang Islam kurang lebih memang dibentuk oleh media.29 Tapi itu bukan berarti para elit politik Amerika juga mampu mendiktekan persepsi media tentang apa yang sedang mereka inginkan. Pada Pemerintahan Bush sedang membangun persepsi tentang musuhnya lewat slogan perang melawan terorisme (war on teror), media Amerika tidak akan bisa terus-menerus terpengaruh oleh penggunaan istilah itu. Dalam pengamatan Nādia, media massa di Amerika cukup independen dalam tugasnya. Selanjutnya Nādia mengatakan bahwa yang membentuk persepsi media Amerika terhadap Islam dan dunia Islam adalah apa yang sedang terjadi di kalangan umat Islam dan dunia Islam sendiri. Misalnya tentang apa yang terjadi di Irak setelah ageresi Amerika di sana. Kini, sudah banyak media massa Amerika yang mulai mempertanyakan banyaknya anak-anak Amerika yang terbunuh setelah dikirimkan untuk menjaga stabilitas ke sana. Yang juga disorot, mengapa masih terjadi konflik Sunni-Syiah. Dari situ mereka melihat masih adanya tindak kekerasan di antara sesama masyarakat muslim sendiri. Media Amerika juga rutin melihat apa yang terjadi di Afganistan dan beberapa tempat di Indonesia, terutama jika ada konflik-konflik yang terkait dengan perbedaan agama.30 Untuk point pertama, banyak terdengar umat Islam yang mengutuk tindakan terorisme. Untuk point kedua, perlakuan masyarakat muslim terhadap perempuan sudah cukup baik, malah emansipasi wanita dalam Islam telah berlangsung semenjak 14 abad yang lalu. Untuk pont ketiga, Ibid., h. 48 2 John Perkins “Bongkar Kejahatan Amerika Serikat” dalam Tribun Timur, Edisi 2 Mei 2005, h. 1. 7 Baca majalah, Suara Hidayatullah, Edisi 04/XXIII Agustus 2010 dalam rubrik Figur dengan judul, Amerika Akan dikalahkan 2 6
2 8
Oleh “Musa”, hal. 53 2 9 3
0
www.voanews.com dalam judul Memperbaiki Nama Islam di Amerika diakses pada tanggal 10 Desember 2010. Ibid.
82
Tasamuh, Volume 4 Nomor 1, Juni 2012 : 73-84
faktanya lebih 7 juta umat Islam warga Amerika hidup berdampingan dengan warga Amerika lainnya dan tidak sedikit kontribusi yang diberikan mereka terhadap masyarakat dan negara. Sebenarnya kalau umat Islam tidak mau membuka diri dan bergaul dengan Amerika, hal tersebut disebabkan oleh sikap politik yang dibangun oleh Amerika sendiri. Untuk point keempat, umat Islam sudah sangat toleran terhadap warga non muslim di negara-negara muslim. Tidak ada warga non muslim yang diperangi dan dibantai di negeri muslim, karena hal itu dilarang dalam ajaran Islam. Berbeda halnya dengan warga non muslim di tengah mayoritas Kristen, mereka sering mendapatkan perlakuan tidak wajar seperti di Bosnia dan daerah-daerah bekas Uni Soviet lainnya. Citra negatif terhadap Islam yang diberitakan di media massa Amerika sudah lama dikeluhkan umat Islam di Amerika. Keadaan seperti itu telah mendorong sebuah LSM Islam yang berkedudukan di Washington, Council on American-Islamic Relations (CAIR), meluncurkan kampanye yang mereka beri nama “Islam di Amerika” pada tahun 2003. Kampanye berupa pemasangan iklan di surat-surat kabar besar dan kecil yang berlangsung selama satu tahun. Direktur Komunikasi CAIR, Ibrahim Hooper, mengharapkan kampanye itu akan membantu mengubah citra Islam di Amerika. Ia mengatakan: “Itulah salah satu faktor utama yang mendorong kami melancarkan kampanye ini, yaitu mendefinisikan Islam. Islam sering didefinisikan oleh kaum ekstremis dari kedua belah pihak. Baik dari kalangan ekstremis sayap kanan dan kaum pengabar injil, maupun dari kalangan Islam sendiri. Jadi kita perlu mendefinisikan Islam tengah, mengambil dari tangan kedua ekstremis yang saya sebut tadi. Itulah yang kami lakukan.” 31 Direktur Eksekutif CAIR Nīhad Awād, mengatakan kampanye ini diluncurkan setelah organisasi yang ia pimpin menerima puluhan ribu permintaan dari warga Amerika yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai Islam dan umat Islam dari tangan pertama. Ibrāhīm Hooper mengatakan kampanye itu ditujukan untuk menunjukkan bahwa Muslim Amerika adalah warga Amerika biasa, seperti warga Amerika lainnya. Mereka bekerja sebagai dokter, mahasiswa, ibu rumah tangga, sopir bis, pramuniaga atau lainnya. Direktur Eksekutif CAIR Nīhad Awād lebih lanjut mengatakan iklan itu menunjukkan kekuatan yang ditimbulkan karena keragaman rakyat Amerika, baik dari segi etnik maupun agama. Ia berharap kampanye iklan ini akan membantu rakyat Amerika mengerti lebih baik salah satu agama yang berkembang pesat di tengah-tengah mereka. Anggota kongres Muslim pertama, Keith Ellison membuat kontroversi ketika Ia membandingkan Presiden Bush atas kebijakannya setelah serangan 11 September dengan Adolf Hitler. Keith berpandangan bahwa Bush telah memanfaatkan serangan 11 September untuk kepentingan politik, seperti ketika Hitler memanfaatkan Reichstag untuk memenjarakan kebebasan konstitusional. Isu Islam juga menjadi isu-isu yang hangat dalam pemilu AS bebarapa saat menjelang pemilihan presiden. Sebuah foto salah satu kandidat dari partai Demokrat, Barack Obama, yang menggambarkan Ia sedang mengenakan pakaian Muslim, menjadi begitu kontroversi. Hal ini memperlihatkan bahwa embel-embel Islam masih belum dapat diterima oleh warga Amerika kebanyakan. Tahun lalu, para sukarelawan melakukan kampanye setelah muncul berita di internet yang menyebutkan bahwa Obama seorang Muslim. Karena itulah, dalam berbagai kesempatan, Obama berkali-kali membantah bahwa dirinya seorang Muslim. Penutup Berdasar dari uraian-uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa awal sejarah negara Amerika yang telah diduduki umat manusia sejak tahun 34.000 SM, dan kemudian umat manusia ini mendirikan negara Amerika Serikat yang mendeklasikan kemerdekaannya pada tanggal 3 1
Lihat, Zainuddin, Op.cit.,h. 13.
Surahman Amin, Islam di Amerika Serikat;
83
4 Juli 1776, negara ini terus mengalami perkembangan. Sejak itu pula umat Islam di sana merupakan bagian masyarakat Amerika Serikat yang tidak terpisahkan, terus mengalami perkembangan. Umat Islam di Amerika dengan berbagai mazhab dan aliran bebas menjalankan ritual keagamaannya. Namun pasca 11 September 2001 hubungan Amerika Serikat dengan Islam “tidak harmonis”. Ketidakharmonisan hubungan ini, dilatarbelakangi oleh persepsi pemimpin-pemimpin Amerika terhadap dunia Islam secara negatif, dengan statemennya bahwa “Islam adalah agama teroris”. Padahal, statemen ini sungguh sangat keliru. Namun di sisi lain banyak pula masyarakat Amerika yang tetap mengakui bahwa Islam sejak kedatangan risalah-nya selalu mengedepankan hubungan harmonis dengan siapa saja dan kapan saja. Sehingga perkembangan Islam di Amerika Serikat terus mengalami perkembangan yang signifikan. Citra Islam di Amerika Serikat secara global masih negatif. Ini diakibatkan adanya oknum yang mengatasnamakan umat atau kelompok Islam yang melakukan berbagai teror. Walaupun demikian, juga mempunyai hikmah yang signifikan dalam memperkenalkan Islam sebagai agama damai dan selalu mengajarkan perdamaian (peace). Jelasnya Amerika Serikat mempunyai harapan baru dalam pengembangan ajaran Islam yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim Abdallah, Ulil Abshar. “Hasil Wawancara” dalam Kajian Islam Utan Kayu, dimuat oleh Kantor Berita Radio 68H, Jakarta, Kamis 11 Oktober 2001. Data Internet. www.van.9f.com.Islam di AS Pasca Tragedi. ..............., www.islamlib.com, Persepsi tentang Islam akan Berubah oleh 4 Hal ...............,www.voanews.com dalam judul, Memperbaiki Nama Islam di Amerika .............., www.wikipedia.com, Islam di Amerika Serikat Esposito, John L (ed). The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vol. 3. New York: Oxford University, 1995. Gerges, Fawaz A. American and Political Islam diterjemahkan oleh Kili Prionggodgigo dan Hamid Basyaib. Cet. I; jakarta: Alfavet, 2002. Harian The New York Times, edisi 22 Oktober 2001. Hidayatullah, Suara. Edisi 04/XXIII Agustus 2010 Hofman, Murad Wilfred. Religion on the Rise; Islam in the Third Millenium, di-terjemahkan oleh Abdullah Ali dengan judul Bangkitnya Agama; Ber-Islam di Alaf Baru. Cet. I; Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003. Ibn Zukri, Ahmad Muḥīb. “Islam dan Demokrasi Islam Pasca Pundamentalisme” dalam Ahmad Jaunuri, et. all, Terorisme dan Fundamentalisme Agama; Sebuah Tafsir Sosial. Cet I; Malang: Bayumedia Publishing, 2003. Pikiran Rakyat, Koran. Edisi 6 Maret 2008
84
Tasamuh, Volume 4 Nomor 1, Juni 2012 : 73-84
Kucinich, Dennis J. “Menggugat Sang Presiden” dalam Majalah Sabili, No. 25 Juli 2003. Perkins, John. “Bongkar Kejahatan Amerika Serikat” dalam Tribun Timur, Edisi 2 Mei 2005. Praja, Juhaya S. Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Modern dalam dalam Islam; Sejarah Islam Amerika Serikat dan Yoguslavia, Pemikiran Politik, Arabisme, Kabangsaan, dan Islamisasi Pengetahuan. Tasikmalaya: IAILM, 1992. Rezasyah, Teuku. dalam Harian Media Indonesia, 2 Maret 1992. Smit, John. “Heaven and Earth Never Agreed Better to Frame a Place for Man’sn Habitation”, dalam L. Stoddard, The New of Islam. London: Cambridge University, 1967. Smith, Jane. “Pola-pola Imigrasi Muslim” dalam Jurnal Kehidupan Muslim di Amerika (t.d). Stone, L. “Estimate of Muslims Living in Amerika” dalam Yvone Yazbeck Haddad (ed), The Muslim of Amerika. New York: Oxford University: 1991.