Perkembangan Islam di Amerika...
PERKEMBANGAN ISLAM DI AMERIKA Sebelum dan Setelah Tragedi 11 September 2001 Oleh:
Aminullah Elhady Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Jember
Abstrak Serangan teroris terhadap WTC pada 11 September 2001 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah dunia, karena peristiwa itu menjadi tragedi yang berdimensi kemanusiaan, sosial, politik, ekonomi, serta berpengaruh pada pendangan masyarakat terhadap Islam, Muslim, dan perkembangan Islam di Amerika. Terlepas dari kontroversi dan opini yang dikembangkan melalui media massa serta klaim Amerika Serikat terhadap peristiwa tersebut, telah terjadi perubahan penting dalam kehidupan masyarakat Muslim di Amerika dan di negara-negara Barat lainnnya. Di balik tragedi 9/11 ada hikmah bagi Islam dan Muslim, meski mereka harus menebusnya dengan berbagai penderitaan psikis. Dari sana terbuka forum-forum diskusi dan kajian mengenai Islam, Muslim, dan hubungannya dengan penganut agama lain. Kemudian bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan dan keingintahuan masyarakat mengenai ajaran Islam, ternyata agama ini menyedot perhatian masyarakat dan dunia sehingga sejak itu banyak orang yang berkonversi menjadi Muslim. Kata Kunci: Islam, Amerika, tragedi 9/11 Pendahuluan Ada dua kata dalam judul tulisan ini yang sering dicitrakan bertentangan, yaitu kata “Islam” dan “Amerika”, meskipun keduanya berada dalam ranah yang berbeda. Islam menunjuk kepada agama atau keyakinan dan paling jauh adalah ideologi, sementara Amerika menunjuk kepada Negara, politik, dan paling jauh adalah kebudayaan. Namun keduanya sering diperbincangkan dalam sebuah tema tertentu, yang kemudian dicitrakan bahwa semua yang bercorak Islam seakan tidak bisa bertemu dengan segala yang bernuansa Amerika, sebagaimana segala yang bercorak Amerika dicitrakan selalu bertentangan dengan Islam. Apa yang disebut sebagai Amerika pada saat ini seringkali berada dalam konotasi politik dan budaya. Secara ginekologis Amerika adalah Eropa, dalam arti bahwa peradaban yang berkembang dan dominan adalah yang bersumber dari bangsa Eropa bukan yang berasal dari orang-orang Indian yang merupakan suku asli bumi Amerika. Keberadaan Muslim di Amerika mempunyai sejarah yang panjang, baik ditinjau dari sejak kapan ada orang Muslim pertama kali memasuki tanah Amerika, maupun bagaimana kedatangan orang-orang Muslim secara besar-besaran ke Amerika dan Amerika Utara. Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015 | 73
Aminullah Elhady
Memang tidak mudah menelusuri asal-usul keberadaan Muslim di Amerika di masa awal sebab sumber-sumber Amerika sendiri tidak menyebutkan hal tersebut, kecuali dari sumbersumber sejarah yang ditulis oleh sejarawan Muslim seperti Al-Mas’udi dan Al-Idrisi, yang menyebutkan bahwa sejumlah orang Muslim telah mendatangi tanah yang belum dikenal (unknown territory) itu sekitar abad ke-10 atau 5 abad sebelum Columbus mendarat di benua tersebut. Sebagai salah satu agama besar dunia zaman ini, Islam sebagaimana agama-agama lain yang tersebar hingga negeri Amerika pun mengalami dinamika dan perkembangan. Bukan hanya komunitasnya yang berkembang, organisasi-organisasi dan pusat-pusat Islam pun mengalami perkembangan. Ada sejumlah institusi Islam seperti Muslim Association, Muslim Student Association, dan Masjid tersebar di hampir semua Negara bagian Amerika Serikat. Demikian juga di Amerika Utara atau Kanada. Latar belakang keislaman orang-orang Muslim Amerika beragam. Ada yang telah menjadi Muslim sebelum masuk Amerika, ada yang berkonversi menjadi Muslim di Amerika. Bagi kategori pertama, kedatangannya ke Amerika sebagai salah satu bentuk “hijrah”, dalam rangka pengembangan kehidupan duniawi karena Amerika merupakan salah satu Negara yang menjanjikan, sekaligus sebagai perluasan wilayah dakwah yang juga untuk lebih berkembangnya Islam ke belahan dunia lain. Tidak sedikit dari mereka ini berasal dari Timur Tengah termasuk juga dari Afrika, selain mereka yang datang dari beberapa kawasan lain dunia. Sehingga Islam di Amerika memiliki pluralitas etik maupun budaya. Sedangkan untuk kategori kedua, terjadinya konversi atau perpindahan agama disebabkan oleh alasanalasan yang beragam, yang akan diuraikan kemudian. Sementara itu perkembangan Islam di Dunia baik secara kuantitatif maupun kualitatif menjadi perhatian Amerika, apalagi banyak Negara Islam yang secara alamiah memiliki kekuatan natural, sebagai Negara-negara produsen minyak dan tambang, yang sangat dibutuhkan oleh Amerika. Karenanya pada saat Dunia didominasi oleh dua Super Power (Amerika Serikat dan Uni Soviet) di masa lalu Islam dapat menjadi kekuatan ketiga yang diperebutkan. Dalam konstelasi politik banyak skenario untuk memperebutkan Dunia Islam, bisa juga dengan cara menciptakan konflik antar Negara Islam. Fenomena ini sudah lama terjadi, setidaknya sejak Revolusi Islam di Iran 1979 hingga waktu mutakhir ini, tidak jarang terjadi ketegangan antar Negara Islam atau konflik internal Negara Islam sendiri. Fenomena demikian tampak cukup jelas, terutapa di Negara-negara yang berada di kawasan Timur Tengah, misalnya Libya, Mesir, Yaman, Syria, yang hingga saat ini masih berada dalam pergolakan internal dan kawasan. Momen terbesar dalam sejarah Islam modern adalah tragedi 11 September 2001, yaitu serangan terhadap menara kembar World Trade Center di New York dan terhadap pusat militer Amerika, Pentagon. Tragedi tersebut tidak hanya berdimensi kemanusiaan, sosial, politik, ekonomi, melainkan juga berpengaruh pada perkembangan dakwah Islam di Amerika. Tulisan ini menampilkan dinamika dan perkembangan dakwah Islam di Amerika setelah kejadian dahsyat tersebut. Terlepas dari kontroversi mengenai penyebab tragedi 74 | Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015
Perkembangan Islam di Amerika...
tersebut, pertanyaan yang perlu untuk dicarikan jawabannya adalah: Apakah kaum Muslim dan dakwah Islam semakin terpuruk karena kejadian tersebut, atau malah sebaliknnya. Lintasan Sejarah Islam di Amerika Sesungguhnya Islam sudah sejak lama telah masuk di tanah Amerika, jauh sebelum Christopher Columbus mengklaim menemukan benua tersebut. Ada beberapa tulisan yang pada umumnya bersumber dari para sejarawan Islam terkemuka, seperti Al-Mas‘udi (871957 M) dalam bukunya Murûj al-Dzahab wa Ma‘âdin al-Jawhar yang menyebutkan bahwa pada masa kekhalifahan Abdullah bin Muhammad (888-912 M) di Andalusia, ada seorang pemuda Muslim bernama Khasykhasy bin Said bin Aswad asal Cordova, memimpin pelayaran dari pantai Delba (Palos) pada tahun 889 menyeberangi samudera Atlantik hingga mencapai daratan yang belum dikenal (ardh majhûlah) dan kemudian pulang kembali dengan membawa harta benda yang menakjubkan. Dalam pendaratannya itu ia sempat kontak dengan penduduk setempat.1 Dalam peta yang dibuat oleh Al-Mas‘udi daratan Ardh Majhûlah itu adalah Amerika.2 Selain itu ada juga pelayaran lain yang dilakukan oleh Ibn Farrukh dari Granada pada bulan Februari 999 di masa pemerintahan Hisyam III (976-1009). Ibn Farrukh berlayar dari Cadesh menyeberangi Atlantik dan mendarat di Gando kepulauan Canary. Sementara itu Columbus baru melakukan perlayaran dari Delba (Palos) dan mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492 di sebuah kampung yang oleh masyarakat setempat disebut Guanahani. Nama Guanahani itu berasal dari suku Mandinka Muslim dari kata “ikhwana” dan “Hani”. Jadi kata Guanahani sesungguhnya bararti Bani Hani. 3 Ada dugaan kuat sebagaimana disebut Mukti Ali bahwa ketika berlayar yang akhirnya berhasil mendarat di tanah Amerika itu Columbus dipandu oleh pembantu-pembatunya yaitu orang-orang Muslim dari Andalusia (Spanyol) atau Maroko, yang pada masa sebelum itu Andalusia dan Maroko adalah dua wilayah dalam satu kerajaan Dinasti Muwahhidin (Almohads). Ada beberapa dokumen yang ditemukan di Brazil dan Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa sejumlah suku Mandika Muslim adalah orang-orang yang mula-mula datang di Amerika.4 Namun terlepas dari fakta sejarah keberadaan orang Muslim di Amerika sebelum negeri itu sendiri lahir, yang perlu diketahui adalah bagaimana Islam datang dan berkembang di Amerika. Kalau asal-usul kedatangan Islam di Amerika itu masih spekulatif, namun keberadaan pemukiman orang-orang Muslim keturunan Afrika di Amerika Utara pada abad ke-16 hingga abad ke-18 adalah sesuatu yang sudah pasti. Keberadaan orang-orang Muslim keturunan Afrika di Amerika itu menyusul jatuhnya negeri Andalusia ke tangan bangsa Eropa, sebab bermula mereka menjadi tawanan orang-orang Spanyol yang kemudian dikapalkan ke 1
Aslam Abdullah dan Gasser Hathout, The American Muslim Identity, Speaking for Ourselves, (Los Angeles: Multimedia Vera International, 2003), hal. 19. 2 Yousuf Mroueh, Muslim in the Americas Before Columbus, (E-book). 3 Mroueh, Ibid. 4 Abdullah dan Hathout, Ibid, hal 21.
Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015 | 75
Aminullah Elhady
Amerika untuk dipasok sebagai tenaga kerja atau dijual sebagai budak. Sebagai budak mereka tidak dapat mempertahankan agama dan kebudayaan mereka apalagi mengembangkannya.5 Memperbudak bangsa-bangsa lain dan bisnis perbudakan di Amerika terjadi terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Pada abad ke-19 muncul gerakan membebaskan diri dari perbudakan, misalnya gerakan yang dipelopori oleh seorang wanita terkenal bernama Harriet Tubman (1821-1921). Pada tahun 1849 ia melarikan diri dari Maryland ke Philadelphia, dan dalam pelariannya itu ia melakukan perjalanan ke beberapa negara bagian yang terdapat banyak budak, membawa lari lebih dari 300 orang budak laki-laki dan perempuan. Pada bulan April 1861 terjadi perang saudara antara Negara-negara bagian utara yang bebas budak dengan Negara-negara bagian selatan yang terdapat banyak budak. Dalam perang saudara tersebut ada keinginan mempersatukan Negara-negara bagian, dan apabila upaya itu mencapai kemenangan maka perbudakan akan dihapuskan. Dalam situasi seperti itu banyak budak melarikan diri ke daerah-daerah yang dikuasai oleh pemimpin-pemimpin yang pro penghapusan perbudakan. Tentu saja perjuangan penghapusan perbudakan tidak terjadi seketika, sampai akhirnya muncul tindakan penting yaitu kebijakan Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan Emancipation Proclamation pada tanggal 1 Januari 1863, yang menyatakan bahwa budak di Negara-negara bagian Amerika Serikat adalah merdeka.6 Pada abad XX organisasi umat Islam Amerika yang disebut The Nation of Islam muncul di Paradise Valley perkampungan orang kulit hitam di Detroit pada tahun 1930. Pemimpin mereka adalah seorang keturunan Timur Tengah bernama Wallace Fard (dari bahasa Arab Wali Farrad) yang mengaku datang dari Tanah Suci diutus Tuhan untuk menyelamatkan dan mengangkat derajat orang-orang kulit hitam yang berkasta rendah di Amerika. Fard dibantu oleh Elijah Poole yang kemudian dikenal dengan nama Elijah Muhammad sebagai tangan kanannya. Sejak kepergian Fard kembali ke Timur Tengah pada bulan Juni 1934, Elijah Muhammad memimpin organisasi tersebut, dan menjadikan The Nation of Islam sangat berpengaruh di Amerika hingga tahun 1952.7 Elijah Poole, yang lahir Sandersville Georgia, 7 Oktober 1897, yang oleh Fard ditunjuk sebagai “utusan Allah” itu mewarisi tugas-tugas besar Fard. Sebagaimana Fard, Elijah juga mengajarkan bahwa kehinaan yang menimpa orang-orang kulit hitam di Amerika selama berabad-abad dikarenakan mereka terpisah dari pengetahuan dan nilai-nilai tentang Allah. Sebagai utusan Allah, Elijah pun dikultuskan ditengah-tengah umatnya. Salah satu tugas berat Elijah adalah mengangkat kembali orang-orang kulit hitam yang telah menjadi Kristen itu kembali ke akar budaya leluhurnya yang Muslim. Dengan pengetahuannya sendiri itu
5
Mukti Ali, Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, (Jakarta: Haji Masagung, 1990), hal. 2-3; Abdullah dan Hathout, The American Muslim, hal. 26 6 Mukti Ali, Muslim Bilali, hal. 16-17. 7 Abdullah dan Hathout, The American Muslim, hal. 29; Gilles Kepel, Allah in the West: Islamic Movements in America and Europe, (California: Stanford University Press, 1997), hal. 15-23.
76 | Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015
Perkembangan Islam di Amerika...
Elijah Muhammad mengajarkan Islam, hingga ia meninggal dunia pada tanggal 25 Februari 1975.8 Pada masa kepemimpinan Elijah Muhammad, the Nation of Islam menjadi perkumpulan Islam yang sangat berpengaruh di Amerika. Setelah meninggal Elijah Muhammad kepemimpinan jatuh kepada anaknya yang bernama Wallace Muhammad, yang kemudian dikenal dengan nama Warith Deen Muhammad. Warith Deen mempunyai pandangan berbeda dari ayahnya dan The Nation of Islam, karena itu pada masa-masa awal pembentukan The Nation of Islam Warith Deen tidak mendapat posisi dalam organisasi itu. Meskipun berbeda pandangan dengan ayahnya, namun ia adalah anak yang paling disayangi oleh Elijah. Menjelang kematiannya, Elijah merehabilitasi Warith Deen dan mempersiapkannya menjadi pengganti di organisasi. Setelah terpilih sebagai pemimpin, Warith Deen ingin memimpin dengan caranya sendiri. Ia tidak mau mewarisi kultus yang terbangun pada masa ayahnya, ia lakukan dekultufikasi. Pada tahun 1976, atau setahun setelah kematian ayahnya, Warith Deen mendeklarasikan bahwa Elijah Muhammad mukanlah “nabi atau utusan Allah”.9 Warith Deen ingin membawa The Nation of Islam kepada mainstream Islam dan berusaha menutup celah perbedaan antara The Nation of Islam dengan Islam sebagai agama. Wajar saja kalau usaha yang ditempuh Warith Deen ini tidak disetujui oleh semua, sebab ada yang masih tetap mempertahankan ajaran Elijah Muhammad, sehingga terdapat dua kubu dalam tubuh The Nation of Islam, yaitu kubu yang bertahan yang dipimpin oleh Louis Farrakhan dan kubu Warith Deen. Perbedaan itu berlangsung hingga tahun 2000.10 Dalam masa yang panjang itu di Amerika Serikat telah tumbuh dan berkembang beberapa orgnasasi Islam, pusat-pusat Islam, dan masjid-masjid. Meskipun demikian tidak semua muslim di Amerika sudah bergabung dengan institusi-institusi tersebut. Lembaga Hubungan Amerika-Islam atau Council on American-Islamic Relation dalam sebuah survainya di tahun 2000 bahwa hanya 20% Muslim Amerika yang bergabung dengan Islamic Center dan hanya 2% saja jamaah yang memiliki keanggotaan.11 Serangan 11 September 2001 Membahas peristiwa serangan 11 September 2001 atau yang lebih dikenal dengan sebutan tragedi 9/11, selalu berarti membahas hal-hal tentang terorisme dan kemudian dihubungkan dengan agama. Kalau tragedi 9/11 sering diasosiasikan kepada Islam, maka sesungguhnya tindak kekerasan memang seringkali mengatasnamakan agama, atau dituduhkan dilakukan orang dengan atas nama ajaran suatu agama. Seorang guru besar Sosiologi dari University of California, Santa Barbara (UCSB), Mark Juergensmeyer dalam bukunya Terror in the Mind of God: the Global Rise of Religious Violence, menampilkan 8
Mukti Ali, Muslim Bilali, hal. 36-37. Juhaya S. Pradja, “Membangun Lingkungan dan Masa Depan Islam di Amerika Serikat”, dalam Steven Barboza, Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X. (Bandung: Mizan, 1996), hal. 21-22. 10 Aslam Abdullah dan Gasser Hathout, The American Muslim Identity, Speaking for Ourselves, (Los Angeles: Multimedia Vera International, 2003), hal. 30. 11 Abdullah dan Hathout, The American Muslim, hal. 31. 9
Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015 | 77
Aminullah Elhady
beberapa kasus kekerasan dengan mengatasnamakan agama atau keyakinan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Dia sebutkan beberapa kekerasan, terutama setelah berakhirnya Perang Dingin, yang seringkali dikaitkan dengan agama tertentu.12 Tragedi 9/11 itu hingga sekarang masih diliputi kontroversi mengenai misteri dan keganjilan-keganjilan di balik kejadian tersebut. Hal tersebut muncul karena sasaran yang menjadi korban serangan tersebut setidaknya ada 2 kawasan yang sangat strategis secara bersamaan, yaitu pusat perdagangan termegah di dunia World Trade Center (WTC) di New York dan markas besar militer AS di Pentagon. Gedung WTC adalah gedung yang sangat kokoh dengan kekuatan baja seberat 200.000 ton. Sementara Pentagon adalah kawasan yang tidak mungkin sembarang orang dapat menembusnya. Akan tetapi tulisan ini tidak ingin membahas masalah tersebut, melainkan melihat kejadian itu sebagai sebuah tragedi yang telah terjadi dan berdampak luas, khususnya bagi umat Islam, baik di Amerika maupun di dunia. Peristiwa runtuhnya menara kembar WTC di New York adalah sebuah tragedi yang memilukan bukan hanya bagi keluarga korban dan masyarakat Amerika melainkan juga masyarakat dunia. Karena itu wajar apabila karena tragedi itu terlontar kata-kata kemarahan dan kutukan terhadap pelakunya. Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran asal Timur Tengah merasakan dampaknya, mengalami kondisi tekanan psiokologis yang sangat berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris. Hal yang sama dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan mengawasi kaum imigran Muslim secara berlebihan. Penderitaan psikis kaum Muslim Amerika tercermin misalnya dalam survei yang dilakukan oleh lembaga Pewforum pada tahun 2007, menyebutkan bahwa 53% orang Muslim Amerika mengaku bahwa lebih sulit menjadi seorang Muslim setelah serangan 9/11. Lebih dari 10 persen mengaku diperlakukan diskriminatif, sebanyak 15% dipandang sebagai teroris, sebanyak 13% menyebut ketidaktahuan publik tentang Islam, dan stereotip sebanyak 12%. Ada pandangan bahwa kegiatan anti-terorisme pemerintah AS hanya tertuju kepada kaum Muslim (54%). Hasil survei juga menunjukkan bahwa 76% Muslim Amerika yang disurvei menyebutkan bahwa mereka prihatin dengan munculnya ekstremisme Islam di seluruh dunia, sementara 61% menyatakan keprihatinan yang sama tentang kemungkinan ekstremisme Islam di Amerika Serikat.13 Setelah terjadinya tragedi 9/11 itu sebuah lembaga resmi di Amerika bernama Council on American-Islamic Relations (CAIR) gencar melakukan kampanye Anti-Terorisme, melalui dokumen setebal 68 halaman antara lain berisi kecaman terhadap tindakan terorisme
12
Mark Juergensmeyer, Terror in the Mind of God: the Global Rise of Religious Violence, (Los Angeles: University of California Press), hal. 148. 13 Andrew Kohut, Muslim Americans Middle Class and Mostly Mainstream, (America: Pew Research Center, 2007), hal. 4.
78 | Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015
Perkembangan Islam di Amerika...
tersebut. Tidak hanya itu, CAIR juga menerbitkan fatwa-fatwa anti-terorisme yang dirilis dalam bahasa Inggris, Arab, dan Urdu.14 CAIR juga merilis sebuah petisi berjudul “Not in the Name of Islam”, yang berisi antara lain: “We, the undersigned Muslims, wish to state clearly that those who commit acts of
terror, murder and cruelty in the name of Islam are not only destroying innocent lives, but are also betraying the values of the faith they claim to represent. No injustice done to Muslims can ever justify the massacre of innocent people, and no act of terror will ever serve the cause of Islam. We repudiate and dissociate ourselves from any Muslim group or individual who commits such brutal and un-Islamic acts. We refuse to allow our faith to be held hostage by the criminal actions of a tiny minority acting outside the teachings of both the Quran and the Prophet Muhammad, peace be upon him.”15 Di antara isi pokok petisi tersebut adalah pernyataan bahwa bahwa pelaku teror tidak hanya melanggar nilai-nilai kemanusiaan melainkan juga melanggar nilai-nilai keimanan. Terorisme adalah tindakan brutal dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Karena itu tindakan keji tersebut tidak mungkin mengatasnamakan Islam, karena bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan ajaran Rasul. Perkembangan Islam Pasca Tragedi 9/11 Dakwah Islam di seluruh dunia terus berlangsung, cepat atau lambat, mudah atau sulit. Demikian juga halnya dengan dakwah Islam di Amerika, meskipun terhitung sebagai keyakinan minoritas bagi masyarakat Amerika, yang jumlahnya kurang dari satu persen, namun perlahan tapi pasti terus mengalami pertumbuhan. Setelah tragedi 9/11 terjadi Islam dan umat Islam di Amerika khususnya dan di Negara-negara non-Muslim menjadi sorotan perhatian dengan kecurigaan, sinisme, kebencian, bahkan permusuhan. Keadaan tersebut tidak dapat dihindari karena citra yang timbul adalah bahwa Islam diidentikkan dengan kekerasan dan Muslim adalah orang yang berkomitmen pada terorisme. Tidak sedikit Muslim di Amerika dan di Eropa yang mendapat perlakuan diskriminatif, bahkan berlebih-lebihan. Setelah kejadian tersebut seorang akademisi, Dr. Walid A. Fatihi dari The Harvard Medical Faculty membuat sebuah tulisan yang dimuat di Al-Ahrâm al-‘Arabî sebuah media mingguan di Mesir. Bahwa dia tersentak dengan kejadian itu, dan terbayang olehnya bahwa apa yang selama ini ia kerjakan untuk mendakwahkan Islam di Amerika akan mengalami set back 50 tahun. Meskipun dia menyadari bahwa ungkapan itu tidak tepat. Kemudian dia lakukan kunjungan ke beberapa gereja dan juga ke forum-forum dilakukannya dialog-dialog agama dan antar-keyakinan. Dia juga menjelaskan bagaimana sesungguhnya ajaran Islam, dan pandangannya mengenai kekerasan yang terjadi yang dikaitkan dengan Islam itu. Akan tetapi sebuah keajaiban sejarah terjadi, sebab tampaknya Islam berkembang dengan caranya sendiri. Realitas menunjukkan bahwa Islam berhasil mematahkan logika 14 15
http://www.cair.com/AmericanMuslims/antiterrorism.aspx http://www.cair.com/ArticleDetails.aspx?
Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015 | 79
Aminullah Elhady
akal sehat awam, di mana banyak orang mengecam Islam dan orang Muslim karena peristiwa itu, tetapi pada saat bersamaan orang juga mempertanyakan kebenaran kejadian itu. Logika seperti terbalik-balik, dari satu sisi orang bisa percaya Islam mengajarkan “jihad” yang mungkin saja dapat ditampilkan dalam tindak kekerasan, tetapi dari sisi yang lain orang menjadi ragu tentang kemungkinan agama mengajarkan penghancuran peradaban dan kemanusiaan. Bagaimana mungkin sekelompok orang nekat berbuat biadab membunuh banyak orang tidak berdosa dengan mengatasnamakan agama. Tidak lama setelah peristiwa itu, justru ribuan orang berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam dan mengaku menemukan kedamaian di dalamnya. Dengan demikikan tragedi 9/11 telah berfungsi menjadi ikon yang memproduksi arus sejarah yang tidak logis dan mengherankan. Selain 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu, di negara-negara non Amerika (Eropa, Cina, Korea, Jepang, dst.) ribuan orang juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam. Ternyata ada “tangan Tuhan” dalam bentuk blessing in disguise atau “ada hikmah di balik peristiwa” betul-betul nyata setelah tragedi 9/11 dan ini diakui oleh masyarakat Islam Amerika. Karena peristiwa 9/11 yang sangat mengerikan itu dituduhkan kepada Islam, berbagai lapisan masyarakat Amerika justru kemudian terundang curiousity (keingintahuan) mereka untuk mengetahui Islam lebih jauh. Tentu saja semakin dekat dan semakin tahu maka semakin ini masuk ke dalam agama itu, dan itulah yang terjadi. Data berdasar survei mengenai penganut keyakinan selain Kristen yang dilakukan oleh The Religious Landscape Study Tahun 2014, menunjukkan keadaan sebagai berikut:16 Perkembangan Kelompok Minoritas di AS 2007 2014 Selisih % % Yahudi 1,7 1,9 +0,2 Muslim 0,4 0,9 +0,5 Buddha 0,7 0,7 0,0 Hindu 0,4 0,7 +0,3 Agama dunia lainnya <0,3 0,3 n/a Kepercayaan lain 1,2 1,5 +0,3 Total Non-Kristen 4,7 5,9 +1,2 Kalau dilihat pada tabel tersebut tampak bahwa Islam di Amerika Serikat mengalami perkembangan yang cukup signifikan sejak tahun 2007, padahal keadaan pada tahun 2011 Muslim di Amerika terhitung sebanyak 0,8%. Beberapa Islamic Center di berbagai penjuru Amerika pun ramai dikunjungi orang untuk mengenal Islam lebih dekat. Banyak forum menyelenggarakan seminar atau konferensi mengenai agama dan kekerasan, dan yang terlibat pun beragam mulai dari para akademisi hingga para tokoh agama. Forum-forum dialog antar-agama dan antar-keyakinan 16
Religious Landscape Study, hasil survei pada 4 Juni s.d. 30 September 2014.
80 | Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015
Perkembangan Islam di Amerika...
tidak hanya dilakukan di pusat-pusat Islam, melainkan juga di pusat-pusat agama lain dan kampus-kampus. Populasi Muslim di Amerika telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, di mana sebagain besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigrasi dari berbagai negeri Timur Tengah, Afrika, Indo-Pakistan, Asia Timur, dan sebagainya. Pada 2005, banyak orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk Amerika hampir 96.000 orang setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya, maka pada tahun 2009 penduduk Muslim melebihi 115.000 orang.17 Selain karena tren atau teori pertumbuhan Muslim dunia, kejadian 9/11 itu mempercepat perkembangan jumlah penganut Islam di Amerika Serikat, dan demikian juga di negara-negara non-Muslim lainnya pun mengalami peningkatan. Beberapa sumber menyebutkan banyak faktor yang menjadi penyebab percepatan perkembangan jumlah penganut Islam di dunia. Khusus di Amerika Serikat, antara lain yang diperoleh Penulis saat mengikuti program Study of the United States Institutes on Religious Pluralisme and Public Presence di University of California, Santa Barbara (2008) dan kemudian studi banding di beberapa institusi keagamaan, sosial, dan politik di Amerika Serikat (2008), hal-hal berikut ini yang melatarbelakangi pesatnya pertumbuhan pengikut Islam: 1) Kedatangan imigran dari Negara-negara Muslim baik di Timur Tengah, Afrika, maupun Asia. 2) Konversi ke dalam Islam setelah mengetahui realitas keragaman dan kesetaraan etnis dalam Islam, sebagaimana terlihat pada pelaksanaan-pelaksanaan ritual keagamaan dalam shalat Jumat misalnya, tidak ada masjid yang mengkhususkan jamaahnya dari etnis tertentu. 3) Konversi ke dalam Islam setelah mempelajari sumber-sumber Islam, misalnya Al-Quran atau buku-buku tentang Islam. Ada pula yang melakukan konversi setelah mengikuti dialog antar agama atau keyakinan (interfaith dialogue). 4) Konversi ke dalam Islam setelah mendapatkan pembinaan spiritual di dalam penjarapenjara. 5) Konversi ke dalam Islam setelah mendengar atau mendapat informasi mengenai Islam dan umat Islam melalui media massa, di mana informasi yang disampaikan terasa ganjil dan tidak rasional. 6) Konversi ke dalam Islam karena perkawinan. Kesimpulan Dari uraian sekilas mengenai latar belakang sejarah Islam di Amerika hingga kejadian tragedi 9/11 dan dampak yang timbul terhadap perkembangan dakwah Islam di Amerika, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
17
“The Global Muslim Population: Projections for 2010-2030” The Pew Research Center. January 27, 2011.
Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015 | 81
Aminullah Elhady
1.
2.
3.
Islam di Amerika memiliki perjalanan sejarah yang panjang, dimulai dari kedatangan orang Muslim dalam misi ekspedisi, masuknya tenaga kerja dan orang-orang Afrika yang diperbudak, hingga kedatangan imigran. Keberadaan Islam di Amerika Serikat telah diakui sebagai bagian dari keragaman masyarakat Amerika, meskipun orang-orang Muslim tetap menjadi kelompok minoritas. Ada tren perkembangan jumlah pengikut agama Islam di dunia, begitu juga terjadi di Amerika. Akan tetapi pasca tragedi 9/11 jumlah pemeluk Islam di Amerika mengalami peningkatan besar sehingga dakwa Islam di Amerika pun mengalami perkembangan yang signifikan.
82 | Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015
Perkembangan Islam di Amerika...
DAFTAR PUSTAKA Andrew Kohut, Muslim Americans Middle Class and Mostly Mainstream, (America: Pew Research Center, 2007). Aslam Abdullah dan Gasser Hathout, The American Muslim Identity, Speaking for Ourselves, (Los Angeles: Multimedia Vera International, 2003). Barack Obama, Dari Jakarta Menuju Gedung Putih. Terjemahan dari The Audicity Hope, Thoughts on Reclaming The American Dream, (Jakarta: Ufuk Publishing House, 2009) David C. Leege dan Lyman A. Kellstedt, Agama dalam Politik Amerika. Terjemahan dari Rediscovering the Religious Factor in American Politics. (Jakarta: Obor Indonesia, 2006). Gilles Kepel, Allah in the West: Islamic Movements in America and Europe, (California: Stanford University Press, 1997). Hassan Hathout, Reading the Muslim Mind, (California: American Trust Publication, 2005). http://www.cair.com/AmericanMuslims/antiterrorism.aspx http://www.cair.com/ArticleDetails.aspx? Juhaya S. Praja. “Membangun Lingkungan dan Masa Depan Islam di Amerika Serikat”, dalam Steven Barboza, Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X, (Bandung: Mizan, 1996). Mark Juergensmeyer, Terror in the Mind of God, (Los Angeles: University of California Press, 2003) Mukti Ali, Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, (Jakarta: Haji Masagung, 1990). Religious Landscape Study, hasil survei pada 4 Juni s.d. 30 September 2014. Steven Barboza, Jihad Gaya Amerika Islam Setelah Malcolm X, Terjemahan dari American Jihad, Islam after Malcolm X, (Bandung: Mizan, 1996). “The Global Muslim Population: Projections for 2010-2030” The Pew Research Center. January 27, 2011. Yousuf Mroueh, Muslim in the Americas Before Columbus, (E-book).
Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015 | 83
Aminullah Elhady
84 | Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1 Oktober 2015