METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Hak penerbitan ada pada IAIN Jember Press Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Penulis: Dr. H. Mundir, M.Pd Editor: Hisbiyatul Hasanah, M.Pd Layout: Imam Ashari Cetakan I: NOVEMBER 2015 Foto Cover: Internet Penerbit: IAIN Jember Press Jl. Mataram No. 1 Mangli Jember Tlp. 0331-487550 Fax. 0331-427005 e-mail:
[email protected] ISBN: 978-602-414-051-9 978-602-0905-58-7
Isi diluar tanggung jawab penerbit
BAB
4 PENGANTAR PENULIS
Salah satu kebijakan Pimpinan atau Rektorat Institut Agama Islam Negeri Jember adalah program Gerakan Lima Ratus Buku (GELARKU) yang direncanakan dapat ditulis oleh para dosen dan diterbitkan selama kurun waktu lima tahun. Buku dengan judul “Metode Penelitian Pendidikan: Proposal dan Laporan Hasil Penelitian adalah merupakan salah satu dari sekian buku yang ditulis dalam rangka merespon positif program dimaksud. Buku ini hadir –di samping sebagai bentuk apresiasi positif terhadap program Gelarku- lebih dilatarbelakangi oleh realitas kondisi mahasiswa dan para calon peneliti umumnya yang masih meresakan minimnya pengetahuan konseptual maupun aplikatif di bidang penelitian. Salah satu indikasi yang sering v
muncul adalah kebimbangan dan kegalauan mereka saat akan menentukan suatu masalah yang dapat benar-benar layak dan menarik untuk dijadikan fokus atau objek kajian penelitian. Mereka seakan-akan sudah kehabisan bahan dan buntu untuk menemukan masalah, karena semua aspek sudah pernah diteliti oleh para peneliti terdahulu. Memang hal semacam itu tidak serta merta dapat disalahkan, namun bukan berarti benar mutlak. Karena kalau saja mereka mau berfikir kritis, mencermati realitas sosial maupun pendidikan secara cermat, maka mereka pasti dapat menemukan sisi tertentu yang belum tersentuh oleh penelitian para peneliti terdahulu. Mengapa demikian? Masa terus berlalu, suasana terus berganti, persoalan sosial dan pendidikan semakin kompleks, maka sebanyak itu pula sejatinya persoalan sosial dan pendidikan yang dapat dijadikan objek atau fokus penelitian. Oleh karena itu, dengan bermaksud sharing ilmu pengetahuan dan pengalaman buku ini hadir di tangan pembaca. Bab pertama: pendahuluan, memberi landasan pemahaman yang kokoh dan komprehensif tentang konsep dasar penelitian, akar sejarah penelitian kuantitatif dan kualitatif, karakteristik penelitian kuantitatif dan kualitatif, dan perbedaan penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Bab kedua:hubungan filsafat ilmu, logika, dan penelitian. Dalam bab ini dikaji tentang konsep dasar filsafat ilmu dan hubungannya dengan logika dan penelitian. Filsafat ilmu memberi petunjuk tentang kebenaran, sedangkan logika memikirkan cara untuk memperoleh kebenaran dan mengaplikasikan kebenaran, sedangkan penelitian adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dan mencari jawabannya melalui prinsip-prinsip dasar filsafat ilmu dan menganalisisnya atas dasar logika. Bab ketiga:proposal dan laporan hasil penelitian. Bab ini vi
membahas tentang proposal dan laporan hasil penelitian, baikuntuk skripsi maupun tesis, dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Pembahasan lelbih menekankan pada aspek subtansi masing-masing proposal dan laporan hasil penelitian. Bab keempat, contoh proposal dan laporan hasil penelitian. Bab ini dimaksudkan sebagai contoh aplikasi terhadap pemahaman konsep dan strategi penelitian dalam bentuk proposal penelitian maupun laporan hasilnya. Buku ini pada bagian akhirnya dilengkapi dengan contohcotoh lampiran yang terkait erat dengan penyusunan proposal penelitian maupun laporan hasil penelitian. Termasuk dalam hal ini adalah pedoman transliterasi Arab-Indonesia gaya selingkung IAIN Jember dan hasil Surat Keputusan Bersama Kemenag dan Kemndikbud tahun 1987 & 1988.
Jember, 30Juni 2015 Penulis,
Dr. H. Mundir, M.Pd
vii
viii
BAB
4 PENGANTAR REKTOR IAIN JEMBER
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat Yang Maha Memberi atas segala limpahan nikmat, karunia dan anugerah pengetahuan kepada hamba-Nya, sehingga program GELARKU (Gerakan Lima Ratus Buku) periode tahun ketiga, 2015 dapat berjalan sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercu-rahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabatnya yang telah mengarahkan umat manusia kepada jalan yang benar melalui agama Islam. Program GELARKU (Gerakan Lima Ratus Buku) ini terlahir dari semangat untuk menumbuhkan atmosfir akademik di kalangan civitas akademika, termasuk tenaga kependidikan. ix
Dan program GELARKU periode 2015 ini merupakan program periode ketiga sejak dicanangkan sebagai program unggulan tahun 2013. Karenanya, GELARKU merupakan program yang dimaksudkan untuk memberikan target yang jelas terhadap karya akademik yang dapat dihasilkan warga kampus. Hal ini sekaligus mendo-rong semua warga kampus untuk terus berkarya. Setidaknya, pro-gram ini sebagai rangkaian dari program yang sudah dicanangkan, yakni “Doktorisasi di Kampus Santri”, sebagai salah satu ukuran bahwa di masa kepemimpinan kami tidak ada lagi dosen yang bergelar magister. Boleh dikatakan, berbagai program itu diakselerasikan dengan kekuatan sumber daya manusia yang tersedia di kampus yang memang sudah menyandang “alih status” dari STAIN Jember menjadi IAIN Jember. Sehingga tidak berlebihan, jika IAIN Jember sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Islam Negeri di wilayah Tapal Kuda bukan sekedar lembaga pelayanan pendidi-kan dan pengajaran, tetapi juga sebagai pusat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. IAIN Jember sebagai salah satu pusat kajian berbagai disiplin ilmu keislaman, selalu dituntut terus berupaya menghidupkan budaya akademis yang berkualitas bagi civitas akademikanya. Untuk itu, dalam kesempatan ini, saya mengajak kepada seluruh warga kampus untuk memanfaatkan program GELARKU ini sebagai pintu lahirnya kreatifitas yang tiada henti dalam mela-hirkan gagasan, pemikiran, ide-ide segar dan mencerdaskan untuk ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan peradaban bangsa. Siapapun, anak bangsa memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam menata bangunan intelektual melalui karya-karya besar dari kampus Mangli ini. Setidaknya, terdapat dua parameter untuk menilai kualitas karya akademik. Pertama, produktivitas karya-karya ilmiah x
yang dihasilkan sesuai dengan latar belakang kompetensi keilmuan yang dimiliki. Kedua, apakah karya-karya tersebut mampu memberi pencerahan kepada publik, yang memuat ide energik, konsep cemerlang atau teori baru. Maka kehadiran buku ilmiah dalam segala jenisnya bagi civitas akademika maupun tenaga kependidikan merupakan sebuah keniscayaan. Pada kesempatan ini, kami sampaikan apresiasi positif kepa-da para dosen, mahasiswa, dan karyawan yang telah mencurahkan segala pikiran untuk menghasilkan karya buku dan kini diterbit-kan oleh IAIN Jember Press. Salam hangat juga kepada warga “Kampus Mangli” yang merespon cepat program yang kami gulir-kan, yakni GELARKU (Gerakan Lima Ratus Buku) sebagai ikhtiar kami menciptakan iklim akademik, yakni menghasilkan karya dalam bentuk buku. Karya buku ini akan terus berlangsung dan tidak boleh berhenti. Sebab, buku adalah “pintu ilmu” untuk membuka gerbang peradaban bangsa. Buku adalah jembatan meluaskan pemahaman, mengkonstruksi pemikiran, dan menajamkan akal analisis terha-dap beragam fenomena yang ada di sekitar hidup dan kehidupan kita. Dan tentu saja, karya-karya yang ditulis oleh berbagai pihak diharapkan akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan atau dunia akademik bersamaan dengan program GELARKU (Gerakan Lima Ratus Buku) periode ketiga yang dicanangkan IAIN Jember dalam tahun ini. Program GELARKU ini diorientasi-kan untuk meningkatkan iklim akademis di tengah-tengah tantangan besar tuntutan publik yang menginginkan “referensi intelektual” dalam menyikapi beragam problematika kehidupan masya-rakat di masa-masa mendatang. Akhirnya, kami ucapkan selamat kepada para penulis buku yang ikut memperkaya GELARKU sebagai program intelekxi
tua-litas. Dengan harapan, IAIN Jember makin dikenal luas, tidak hanya skala nasional, tetapi juga internasional. Dan, yang lebih penting, beraneka “warna pemikiran” yang terdokumentasi dalam buku ini menjadi referensi pembaca dalam memaknai setiap prob-lematika kehidupan.
Jember, Medio Agustus 2015 Rektor IAIN Jember
Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM
xii
BAB
4 DAFTAR ISI
PENGANTAR PENULIS ▬ v PENGANTAR REKTOR IAIN JEMBER ▬ ix DAFTAR ISI ▬ xiii BAB 1 PENDAHULUAN ▬ 1 A. Konsep Dasar Penelitian ▬ 1 B. Sejarah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ▬ 2 C. Karakteristik Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ▬ 6 D. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ▬ 9
xiii
BAB 2 HUBUNGAN FILSAFAT ILMU, LOGIKA, DAN PENELITIAN ▬ 15 A. Filsafat Ilmu ▬ 15 1. Komponen Filsafat Ilmu ▬ 18 a. Ontologi ▬ 19 b. Epistimologi ▬ 19 c. Aksiologi ▬ 20 2. Aliran Filsafat Ilmu ▬ 21 a. Empirisme ▬ 21 b. Rasionalisme ▬ 22 c. Realisme ▬ 22 d. Positivisme ▬ 23 e. Fenomenologi ▬ 23 3. Keunikan Filsafat Ilmu ▬ 24 a. Aspek Ontologis ▬ 24 b. Aspek Epistimologis ▬ 24 c. Aspek Aksiologis ▬ 25 B. Logika ▬ 25 1. Model Logika Formil Aristoteles ▬ 28 2. Model Logika Deduktif ▬ 29 3. Model Logika Induktif ▬ 30 4. Model Logika Probabilistik ▬ 30 5. Logika Reflektif ▬ 30 C. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Logika ▬ 31 D. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Metode Penelitian ▬ 32 E. Hubungan Filsafat Ilmu, Logika, dan Penelitian ▬ 33 BAB 3 PROPOSAL DAN LAPORAN HASIL PENELITIAN ▬ 35 A. Proposal Penelitian Kuantitatif ▬ 40 1. Proposal Kuantitatif Skripsi ▬ 40 xiv
B.
C. D.
E.
a. Bagian Awal ▬ 40 b. Bagian Inti ▬ 40 c. Bagian Akhir ▬ 41 2. Proposal Kuantitatif Tesis ▬ 41 a. Bagian Awal ▬ 41 b. Bagian Inti ▬ 42 c. Bagian Akhir ▬ 42 Proposal Penelitian Kualitatif ▬ 42 1. Proposal Kualitatif Skripsi ▬ 43 a. Bagian Awal ▬ 43 b. Bagian Inti ▬ 43 c. Bagian Akhir ▬ 44 2. Proposal Kualitatif Tesis ▬ 44 a. Bagian Awal ▬ 44 b. Bagian Inti ▬ 44 c. Bagian Akhir ▬ 45 Subtansi isi Proposal Penelitian ▬ 45 Laporan Hasil Penelitian Kuantitatif ▬ 66 1. Laporan Hasil Penelitian Kuantitatif untuk Skripsi ▬ 68 a. Bagian Awal ▬ 68 b. Bagian Inti ▬ 68 c. Bagian Akhir ▬ 70 2. Laporan Hasil Penelitian Kuantitatif untuk Tesis ▬ 70 a. Bagian Awal ▬ 70 b. Bagian Inti ▬ 71 c. Bagian Akhir ▬ 72 Laporan Hasil Penelitian Kualitatif ▬ 72 1. Laporan Hasil Penelitian Kualitatif untuk Skripsi ▬ 72 a. Bagian Awal ▬ 73 xv
b. Bagian Inti ▬ 73 c. Bagian Akhir ▬ 74 2. Laporan Hasil Penelitian Kualitatif untuk Tesis ▬ 74 a. Bagian Awal ▬ 75 b. Bagian Inti ▬ 75 c. Bagian Akhir ▬ 76 F. Subtansi Laporan Hasil Penelitian ▬ 76 1. Bagian awal ▬ 77 2. Bagian inti ▬ 82 3. Bagian akhir ▬ 98 BAB 4 CONTOH PROPOSAL DAN LAPORAN HASIL PENELITIAN ▬ 101 1. Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif ▬ 102 2. Contoh Proposal Penelitian Kualitatif ▬ 121 3. Contoh Laporan Hasil Penelitian Kuantitatif ▬ 141 4. Contoh Laporan Penelitian Kualitatif ▬ 199 DAFTAR PUSTAKA ▬ 279 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ▬ 283 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
KONSEP DASAR PENELITIAN
Banyak pakar di bidang penelitian yang mencoba menjelaskan pengertian penelitian melalui berbagai definisi yang tertuang dalam sejjumlah buku karya mereka. Namun dari sekian banyak definisi, dapat diambil sebuah pengertian yang dipandang dapat mengakomodir semua definisi yang ada. Definisi tersebut adalah sebagai berikut: penelitian adalah upaya pemecahan suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah, teori dan rancangan tertentu, dan dilakukan secara sistematis dan logis. Dengan demikian, penelitian memiliki 4 (empat) elemen utama, yaitu masalah, teori, rancangan (termasuk di dalam rancangan adalah sistematika atau prosedur), dan metode ilmiah (Mundir, 2013: 16). Pemecahan masalah dimaksud berupa suatu proses atau kegiatan untuk mencari jawaban terhadap masalah Metode Penelitian Pendidikan | 1
yang timbul (Kasiram, 2010: 37). Ketika seseorang melakukan pemecahan masalah melalui penelitian disadari atau tidak– dia dipastikan telah memiliki sebuah paradigma. Paradigma dimaksud adalah seperangkat keyakinan mendasar, semacam pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakan-tindakan manusia, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun karya ilmiah. Paradigma membatasi sekaligus memperluas objek, dan mengarahkan pada perumusan masalah dan cara-cara pemecahannya (Ratna, 2010: 39). Itulah paradigma penelitian, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua). Pertama, paradigma keilmuan (scientific paradigm) atau paradigma ilmiah yang sering disebut juga dengan empirisme, behaviorisme, positivisme, dan saintisme. Kedua, paradigma alamiah (naturalisticparadigm), yang sering disebut dengan fenomenologisme dan rasionalisme. Mengapa dapat disebut demikian? Karena paradigma keilmuan berakar dari atau dipengaruhi oleh faham empirisme, behaviorisme, positivisme, dan saintisme. Sedangkan paradigma alamiah berakar dari atau dipengaruhi oleh faham fenomenologisme dan rasionalisme. Kedua paradigma tersebut pada tataran praktek penelitian menggunakan pendekatan yang berbeda; paradigma ilmiah menggunakan pendekatan kuantitatif (penelitian kuantitatif), dan paradigma alamiah menggunakan pendekatan kualitatif (penelitian kualitatif). B.
SEJARAH PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Sebagaiman dideskripsikan pada sub-bab sebelumnya, bahwa paradigma ilmiah berakar dari atau dipengaruhi oleh faham empirisme, behaviorisme, positivisme, dan saintisme; sedangkan paradigma alamiah berakar dari atau dipengaruhi oleh faham fenomenologisme dan rasionalisme (Purwanto, 2010: 15-16; 2 | Mundir
Bungin, 2008: 5; Moleong, 2005: 51). Faham atau filsafat empirisme dan behaviorisme dipelopori oleh Thomas Hobbes, John Locke dan David Hume. Penganut empirisme, berpandangan bahwa semua pengalaman hadir akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan, dan pengalaman itu datang melalui sensori indera, sehingga disebut pengalaman inderawi. Pengalaman inderawi ini merupakan sumber utama pengetahuan dan perubahan perilaku manusia. Dengan kata lain, sumber utama pengetahuan adalah empiris, dan pengalaman yang bermanfaat, pasti, dan benar, hanya diperoleh lewat indera. Penganut behaviorisme berpandangan bahwa manusia adalah organisme pasif yang dikuasai oleh stimulusstimulus dalam lingkungan sekitar dirinya. Manusia dapat dimanipulasi dan tingkah lakunhya dapat dikontrol dengan mengontrol stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Manusia pada hakikatnya bersifat materi dan kealaman. Akal bersifat pasif dan hanya menampung begitu saja terhadap semua hasil penginderaan. Apa yang disebut jiwa (mind) tidak ubanya seperti kertas putih (tabula rasa), yang siap ditulisi apapun, atau seperti kamera yang siap menggambar atau memotret pengalaman inderawi. Faham positivisme dipelopori oleh Auguste Comte dan Emile Durkheim. Comte membagi perkembangan pengetahuan manusia secara berurutan menjadi 3 (tiga) tahap; yaitu tahap teologis, metafisik, dan positif. Pada tahap teologis pengetahuan manusia dihubungkan dengan dengan kepercayaan roh dan dewa-dewa; pada tahap metafisik pengetahuan telah dihubungkan dengan realitas namun belum dilakukan verifikasi, sedangkan pada tahap positif pengetahuan hanya benar apabila teruji dalam verifikasi. Ilmu haruslah positif, bebas dari nilai dan prasangka penafsiran, dan terbuka untuk selalu diuji. SeMetode Penelitian Pendidikan | 3
mentara itu Durkheim merekomendasikan kepada para ilmuan sosial untuk mencari fakta-fakta sosial atau fenomena sosial dan memandangnya sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi (berpengaruh terhadap) perilaku manusia (tanpa harus memperhatikan kondisi individu sebagai subyek). Faham saintisme berpandangan bahwa gejala alam bersifat objektif, teratur, dan dapat diramalkan. Perilaku objek sangat dipengaruhi oleh hukum alam sebab-akibat atau stimulusrespons. Setiap perubahan objek selalu dipengaruhi oleh stimulus yang diterimanya. Semua gejala sosial atau perilaku manusia tidak ubahnya seperti gejala alam; ia bersifat objektif, dapat diukur, dapat diprediksi, dan terikat oleh hukum alam. Artinya perubahan gejala sosial atau perilaku manusia adalah merupakan respon terhadap pengaruh stimulus yang datang kepadanya. Faham fenomenologisme dikembangkan oleh Max Weber, Edmund Husserl, dan Alfred Schultz. Mereka menganjurkan agar kajian penelitian lebih didasarkan atas pendangan dan keyakinan kebudayaan subyek. Faham ini berusaha memahami perilaku manusia dari kerangka berfikir dan bertindak mereka. Kebenaran tidak ditentukan oleh teori apriori, sebab kenyataan di lapangan selalu memiliki perspektif ganda. Sebuah simbol perilaku kemungkinan dapat memiliki banyak makna, sebab ada banyak makna yang dapat diwakili oleh simbol. Teori tidak dapat menjelaskan kenyataan di lapangan, sebab teori tidak dapat memanipulasi kenyataan di lapangan. Faham rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Decrates. Pendukung faham ini berpendapat bahwa sumber pengatahuan adalah akal, sebab dengan akal dapat diperoleh kebenaran melalui metode deduktif seperti ilmu pasti. Pengetahuan datangnya dari penalaran. Penalaran merupakan sumber yang 4 | Mundir
valid dari pengetahuan. Alam hanya menyediakan bahan untuk diolah dengan akal agar menjadi pengetahuan. Itulah sejumlah faham yang menjadi sumber lahirnya paradigma ilmiah (pendekatan kuantitatif) dan paradigma alamiah (pendekatan kualitatif). Paradigma ilmiah memandang bahwa gejala alam (termasuk gejala sosial dan fenomena sosial) merupakan sebuah keteraturan (bersifat teratur), dapat diukur, diprediksi, dan dilakukan generalisasi terhadap populasi. Gejala alam dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil yang disebut variabel (sesuatu yang bervariasi) yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Penelitian terhadap variabel tersebut dapat berupa salah satu dari 3 (tiga) kemungkinan: mendeskripsikan (penelitian deskriptif), menghubungkan (penelitian korelatif), atau membedakan (penelitian komparatif). Paradigma alamiah (pendekatan kualitatif) berpandangan sebaliknya. Gejala alam (termasuk gejala sosial atau fenomena sosial) tidaklah merupakan sebuah keteraturan yang mekanistik dan dapat dipecah-pecah. Namun gejala alam harus dipahami secara utuh (holistik) dalam rangka menemukan maknanya. Makna sebuah gejala alam atau perilaku manusia tidak dapat ditemukan apabila gejala alam atau perilaku manusia itu dipisah-pisah menjadi bagian-bagian kecil. Makna tidak dapat diperoleh dalam jumlah bagian-bagian, dan hanya diperoleh dalam keutuhan bagian-bagian. Dalam praktik penyelesaian atau mencari jawaban terhadap masalah melalui penelitian, paradigma alamiah dapat diwujudkan melalui 9 (sembilan) jenis penelitian: 1) studi fenomenologi, 2) studi observasi partisipatifinteraksionisme simbolik, 3) studi etnometodologi, 4) studi etnografi, 5) studi grounded, 6) studi life history, 7) studi hermeunitika, 8) studi analisi isi (content analysis), dan 9) studi kasus. Khusus untuk 2 (dua) jenis penelitian yang terakhir tidak selaMetode Penelitian Pendidikan | 5
manya menggunakan pendekatan kualitatif, namun pada suatu saat dapat juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (Bungin, 2007: 46). C.
KARAKTERISTIK PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda satu sama lain. Karakteristik tersebut menunjukkan sisi kekuatan masing-masing dan sekaligus menunjukkan kelemahannya. Berikut ini adalah sejumlah karakteristik penelitian kuantitatif dan kualitatif (Purwanto, 2010: 25-26; Kasiram, 2010: 172-174; Hamidi, 2004: 14-15; Patton, 2002: 55). Penelitian kuantitatif memiliki karakteristik sebagai berikut. 1) Dipengaruhi oleh model penelitian alam, dan menggunakan logika positivisme, serta menghindari sifat subjektif. 2) Menggunakan definisi operasional (petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur melalui sejumlah indikator yang ditentukan). 3) Dapat menyokong, mendukung, atau memperkuat penelitian kualitatif. 4) Bersifat behavioristik, mekanistik, dan empiristik. 5) Memecah keutuhan ke dalam bagian-bagian yang disebut variabel; dan dari bagian-bagian (variabel) inilah pemahaman keutuhan ditemukan. 6) Bersifat nomotetik, di mana tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan aturan, hukum, atau prinsip saintifik yang berlaku universal. 7) Latar bersifat artifisial di mana aktivitas perilaku diintervensi dengan instrumen yang dirancang untuk mengkonversi kualitas menjadi kuantitas. 8) Menguji teori (confirmatory analysis) atau konteks pengujian (context of judgetification) atau alur logika teori-riset (theory then theory). 9) Menggunakan pendekatan etik dengan mengambil jarak dari mereka yang diteliti agar pengamatan 6 | Mundir
dapat dilakukan secara objektif. Dalam pengumpulan data, peneliti menentukan lebih dahulu konsep sebagai variabel yang berhubungan yang berasal dari teori. 10) Menjunjung tinggi objektivitas dan netralitas dari nilai dan prasangka subjektivitas, sehingga hasil penelitian dapat berlaku kapan saja dan dimana saja (tidak terbatas oleh waktu dan tempat). 11) Desain yang ketat dan permanen, yang menspesifikasikan objeknya secara eksplisit dan dieliminasikan dari objek lain yang tidak diteliti. 12) Objek dijinakkan untuk dijelaskan. 13) Objek menjadi responden yang memberikan respons atas instrument. 14) Generalisasi berlaku untuk wilayah populasi asal sampel diambil. 15) Prosedur penelitian dimulai dari merumuskan masalah, menyusun kerangka teori dan mengajukan hipotesis, mengembangkan instrument berdasarkan kerangka teori dan menggunakannya untuk pengumpulan data, dan menganalisis data untuk menguji hipotesisdan menjawab masalah. 16) Pemanfaatan: penelitian kuantitatif digunakan apabila tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan gejala alam (termasuk perilaku manusia, atau fenomena sosial). Pengelolaan variabelnya dapat dilakukan secara deskriptif, korelatif, atau komparatif. Kelebihan penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut: a) penelitian kuantitatif dapat menghasilkan teori yang kuat yang probabilitas kebenaran dan toleransi kesalahannya dapat diperhitungkan; b) kebenaran teori yang dihasilkan selalu terbuka untuk diuji kembali; dan c) analisis yang dilakukan atas angka menghindarkan unsur subjektivitas. Sedangkan kekurangannya adalah: a) tidak dapat mengungkap makna yang tersembunyi, b) pengembangan teori bersifat lambat, dan c) kegunaannya rendah karena pengambil kebijakan berada di luar penelitian. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut (Moleong, 2005; 8-13; Fatchan, 2009: 15-21). 1) Dipengaruhi oleh Metode Penelitian Pendidikan | 7
ilmu tafsir hermeneutik dalam linguistik. 2) Kebenaran bersifat relatif, multi-tafsir, dan interpretetif. 3) Latar bersifat alamiah (natural setting), di mana gejala alam (perilaku manusia atau fenomena sosial) berada dalam suasana yang wajar, berlangsung secara alamiah dan tidak dikondisikan. 4) Menggunakan definisi istilah (bukan definisi operasional) untuk mempertegas masalah atau fenomena sosial yang sedang diteliti. 5) Membiarkan konteks sebagai sebuah keutuhan. Makna berada dalam keutuhan konteks yang tidak dapat dipahami dari bagian-bagiannya. 6) Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan makna (verstehen) dan pemahaman (understanding). 7) Bersifat eksploratif (exploratory analysis) atau menemukan teori (context of discovery) atau alur logika riset-teori (research then theory). 8) Memaparkan secara ideografis mengenai setting yang terbatas, dan bersifat deskriptif dan tick description. 9) Menggunakan pendekatan emik, yaitu usaha untuk mendapatkan penerimaan dan kepercayaan dari subjek sebagai komunitas budaya dengan membaur berpartisipasi dalam aktivitas mereka agar mereka menceritakan makna dalam kebudayaannya. Data dari responden berupa cerita rinci diungkapkan apa adanya sesuai bahasa dan pandangan responden. 10) Mengidentifikasi pola kultural yang merupakan temuan teori baru dalam setting kebudayaan baru. 11) Menjunjung tinggi subjektivitas. 12) Desain penelitian yang tentatif, fleksibel, dan bersifat sementara. 13) Subjek berusaha dipahami, dan berperan sebagai pemberi informasi. Sementara itu generalisasi bersifat ekstrapolatif. 14) Menggunakan analisis induktif, bersifat grounded theory, lebih mengutamakan proses daripada hasil. 15) Manusia (peneliti atau dengan bantuan orang lain) merupakan instrument utama. 16) Prosedur penelitian dimulai dari merumuskan masalah, melakukan kajian pustaka untuk mendapatkan batasan-batasan penelitian, melakukan pengumpulan informasi dengan pengamatan terlibat, wa8 | Mundir
wancara mendalam, dan analisis dokumen, serta menguji keabsahan informasi untuk ditingkatkan menjadi fakta. 17) Analisis fakta untuk menemukan pola kultural subjek penelitian dan menjawab masalah; analisis data bersifat induktif; sintesis kreatif, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. 18) Dalam penelitian kualitatif terdapat kegiatan triangulasi (verifikasi data), baik triangulasi metode, triangulasi sumber, maupun triangulasi sejawat (sejumlah peneliti yang mengumpulkan data secara berpisah). 19) Pengambilan sampel dilakukan secara purposive rasional atau purposive sampling. Di sini peneliti harus dapat menjelaskan mengapa orang tertentu yang dijadikan sampel dan mengapa latar tertentu yang diobservasi. 20) Hasil penelitian perlu dikaji dan dikonversikan bersama (peerdebrifing). 21) Pemanfaatan; penelitian kualitatif digunakan apabila tujuan penelitian tidak hanya untuk menjelaskan hubungan gejala alam (gejala sosial, perilaku manusia, fenomena sosial) melainkan lebih dari itu yaitu menjelaskan alasan adanya hubungan tersebut. 22) Kelebihan, penelitian kualitatif mampu memahami makna dibalik perilaku, dan mempu menemukan teori baru untuk setting kebudayaan yang diteliti. 23) Kekurangan, penelitian kualitatif hasilnya bersifat subjektif; temuan teori hanya berlaku untuk setting kebudayaan yang terbatas; dan kegunaan teori yang dihasilkan rendah, karena belum tentu dapat dimanfaatkan. D.
PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Memperhatikan sejumlah karakteristik dari penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, maka terlihat adanya perbedaan proses penelitian antara keduanya. Banyak pakar penelitian telah mengemukakan perbedaan tersebut sebagaimana paparan berikut. Metode Penelitian Pendidikan | 9
1. Penelitian kuantitatif a. Terlibat dalam penghitungan angka atau numerik. b. Melibatkan pengukuran tingkatan atau ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, maka pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. c. Menggunakan logika hipotetiko verificatif, yang dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis lalu melakukan pengujian di lapangan. d. Penelitian lebih banyak menekankan pada indeks dan pengukuran empiris. Penelitian kuantitatif merasa mengetahui apa yang tidak diketahui, sehingga desain penelitian yang dikembangkan merupakan rencana kegiatan penelitian yang bersifat apriori dan definitive. e. Menuntut pengusaan statistik sebagai alat analisis data. 2. Penelitian kualitatif a. Penelitian menunjukkan pada aspek alamiah (naturalistic) yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah. b. Perhatian penelitian lebih ditujukan pada pembentukan teori subtantif berdasarkan konsep yang timbul dari data empiris. Di sini peneliti merasa tidak tahu apa yang akan ditelitinya, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka dengan berbagai perubahan yang diperklukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya. c. Tidak mengadakan ukur mengukur dan hitung menghitung terhadap data, tetapi melakukan analisis induktif dan sintesis secara kreatif. d. Menuntut ketajaman dan kecermatan observasi, menca10 | Mundir
tat suatu proses dan aktivitas yang Nampak dalam realitas serta menganalisisnya dalam satu kesatuan yang bermakna, membutuhkan kesabaran, ketekunan dan keluwesan dari peneliti dalam melaksanakan penelitian. Perbedaan sebagaimana dipaparkan di atas, dapat lebih diperjelas dengan sejumlah perbedaan yang disejajarkan melalui visualisasi tabel berikut. Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif No 1.
2.
3.
4.
Penelitian KuantitaPenelitian Kualitatif tif Pendekatan Kuantitatif den- Kualitatif, dengan angka-angka gan verval/kata/kalimat Desain Specific, jelas, te- Umum rinci Fleksibel Ditentukan seca- Berkembang, ra mantap tampil dalam Menjadi peganproses penelitian gan langkah demi langkah Tujuan Menunjukkan Memperoleh hubungan antara pemahaman, variabel makna “verstehen” Menguji teori dan verifikasi Mengembangkan teori Mencari generalisasi yang Menggambarkan mempunyai nilai realitas yang predikat kompleks atau eksplanasi Teknik Peneli- Eksperimen, Observasi, obserFaktor
Metode Penelitian Pendidikan | 11
tian 5.
Instrumen Penelitian
survey Obsrvasi terstruktur Wawancara terstruktur Tes, angket, wawancara Skala
Peneliti sebagai instrument utama Buku catatan, tape recorder Deskriptif Dokumen pribadi Catatam lapangan Ucapan responden Dokumen, dll Diketahui bersama oleh peneliti dan subyek terteliti Kecil Tidak representative Purposive Terus menerus sejak awal hingga akhir penelitian Induktif Mencari pola
Empat, akrab
6.
Data
Kuantitatif Hasil pengukuran berdasarkan variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument
7.
Pengetahuan
Hanya diketahui oleh peneliti
8.
Sampel
9.
Analisis
Besar Representative Sedapat mungkin random Pada tahap akhir setelah pengumpulan data selesai Deduktif Menggukan statistik Berjarak, sering
10.
Hubungan
12 | Mundir
vasi partisipan Terutama wawancara mendalam
dengan responden
11.
Usulan desai (proposal penelitian)
tanpa kontak langsung Kedudukan tidak sama Jangka pendek Luas dan rinci serta banyak literature yang berhubungan dengan masalah Prosedur yang spesifik dan terinci langkahlangkahnya Masalah diuraikan dan ditujukan kepada focus tertentu.
Kedudukan sama dan setara Jangka lama
Singkat, sedikit literatur Pendekatan secara umum Masalah yang diduga relevan Tidak ada hipotesis Focus penelitian sering tulis setelah data dikumpulkan dari lapangan
Sumber data: Adopsi (Purwanto, 2010: 25-26; Kasiram, 2010: 172-174; Hamidi, 2004: 14-15; Moleong, 2005; 8-13; Fatchan, 2009: 15-21) Berdasarkan paparan tentang karakteristik dan perbedaan antara penelitian kuatitatif dengan penelitian kualitatif, maka dibuatlah perbandingan antara keduanya dalam rangka mempermudah pemahaman. Perbandingan biasanya berkisar sebelas aspek yang memang secara konsepsional membedakan kedua. Kesebelas aspek tersebut adalah a) pandangan ontologis, b) model logika yang digunakan, c) pola pikir logis, d) tujuan yang hendak dicapai, e) desain penelitian yang digunakan, f) strategi penelitian yang dipilih, g) teknik analisis data, h) fokus penelitian, i) instrument pengumpul data, j) paradigma penelitian, dan k) jenis ilmu yang ditentukan. Metode Penelitian Pendidikan | 13
Karakteristik, kelebihan dan kekurangan penelitian kuantitatif dan kualitatif sebagaimana dideskripsikan sebelumnya, mengilhami adanya perbandingan antara keduanya yang tervisualkan pada tabel berikut. Tabel 1.2 Perbandingan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Penelitian Kuantitatif 1. 2. 3. 4.
Ontologi: realitas tunggal Logika: positivistik Pola fikir: deduktif Tujuan: pembuktian empiris (verifikatif) 5. Desain: operasionalisasi konsep yang jelas 6. Strategi: pengukuran dan kuantifikasi data 7. Analisis: Uji statistik 8. Focus: besaran kejadian 9. Sumber teori: Up down 10. Instrument: paper and pencil 11. Paradigma: ilmiah 12. Hasil ilmu: nomotetik
Penelitian Kualitatif 1. 2. 3. 4.
Ontologi: realitas ganda Logika: fenomenologik Pola fikir: induktif Tujuan: menyusun konsep dan pemahaman (verstehen) 5. Desain: konseptualisasi realitas empirik 6. Strategi: memahami, dan mencari makna di balik data. 7. Analisis: analisis kualitatif 8. Focus: proses dan makna 9. Sumber teori: Bottom up 10. Instrument: peneliti sendiri 11. Paradigma: alamiah 12. Hasil ilmu: idiografik
Sumber Data: Adopsi (Kasiram, 2010: 188; Creswell, 2010: 261; dan Fatchan, 2009: 25)
14 | Mundir
BAB
2 HUBUNGAN FILSAFAT ILMU, LOGIKA DAN PENELITIAN
A.
FILSAFAT ILMU
Manusia adalah mahluk Allah yang diberi keistimewaan berupa akal-fikiran, atau sering disebut dengan kemampuan berfikir. Berfikir adakalanya berproses secara alamiah dan adakalanya secara ilmiah. Berfikir alamiah adalah berfikir untuk kepentingan memecahkan atau menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari, sedangkan berfikir ilmiah adalah berfikir dengan mengikuti metode tertentu, sistematis, terarah, dan cermat. Berfikir ilmiah ini dapat menghasilkan ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat (Kasiram, 2010: 55). Metode Penelitian Pendidikan | 15
Filsafat merupakan metode berfikir radikal dan menyeluruh, suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu se dalam-dalamnya (Susiasumantri, 2003; 4), berfikir menurut tata tertib tertentu, bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga samnpai ke dasar suatu persoalan. Berfilsafat adalah berfikir khusus dengan ciri-ciri analitis, pemahaman, deskriptif, evaluatif, interptretatif, dan spikulatif. Filsafat adalah ilmu yang mengkaji tentang akal fikiran manusia dan bagaimana kinerjanya mencari hakikat dan kebenaran sesuatu. Sebuah ilmu yang digunakan untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban terhadap sebuah masalah melalui jalan berfikir. Dari sini dapat dipahami bahwa filsafat adalah proses berfikir yang mempunyai unsur-unsur sistematis, bebas, radikal, dan berada dalam tataran makna. Sistematis berarti teratur menurut sistem tertentu, atau secara kronologis. Bebas berarti boleh memikirkan apa saja dan tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi orang lain dari berfikir, karena proses berfikir itu ada di otak. Radikal artinya berfikir mendalam sampai ke akarakarnya, bahkan melewati batas fisik yang ada. Berfikir dalam tahap tataran makna artinya mencari hakikat makna yang terdalam dari sesuatu yang berupa nilai-nilai, yaitu nilai keindahan, kebenaran, dan kebajikan. Nilai keindahan menjadi makna dalam karya seni, nilai kebenaran menjadi makna dalam suatu teori kelimuan, dan nilai kebajikan menjadi makna dalam suatu tindakan atau perbuatan. Dan hasil pemnikiran itu disebut filsafat. Ilmu filsafat mempunyai komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Ontololgi meliputi pembahasan tentang apa hakikat sesuatu yang ada, yang bersifat universal, yang tidak terikat oleh suatu model tertentu. Istilah ontologi diguna16 | Mundir
kan sewaktu membahas sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Epistimologi membahas tentang terjadinya dan kesahihan atau kebenaran ilmu. Oleh karena itu, epistimologi membahas tentang sumber, sarana dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai kebenaran pengetahuan tentang sesuatu itu. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang dengan metodologi yang ada, lebih banyak menjangkau kebenaran epistimologi, belum menjangkau kebenaran subtantif hakiki. Sedangkan aksiologi meliputi pembahasan tentang nilai-nilai yang besifat normatif yakni penilai tentang baik/buruk tindakan manusia dalam menggunakan teknologi sebagai aplikasi dari temuan pengetahuan tersebut. Oleh kerana obyek filsafat adalah segala sesuatu yang ada di dunia, yang ternyata tak terbatas jumlahnya, maka pada dasarnya obyek filsafat itu dapat menjadi obyek dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat dalam hal ini menjadi induk segala ilmu pengetahuan, artinya semua ilmu pengetahuan pada awalnya berinduk pada filsafat. Apabila suatu kajian obyek tertentu telah berhasil mengembangkan sebuah filsafat khusus dari kajian obyek itu, maka ilmu itu bisa mandiri, terpisah dari filsafat. Apabila suatu ilmu telah mendiri, maka ilmu pengetahuan itu telah mempunyai filsafat keilmuan sendiri sesuai dengan bidang garapan ilmu itu. Setiap ilmu mempunyai komponen filsafat masing-masing yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Cabang filsafat yang khusus membahas tentang bagaimana pembentukan dan pengembangan ilmu pengetahuan disebut filsafat ilmu. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah segenap pemikiran tentang apa dan bagaimana pembentukan dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta landasan, sifat, dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang ciri-ciri Metode Penelitian Pendidikan | 17
dan cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan bagian dari komponen filsafat yaitu komponen epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsfat yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik berupa landasarn ontology, epistimologi, maupun aksiologi. Dari semua pengetahuan yan gada, maka ilmu merupakan pengetahuan yang asoek ontologi, epistimologi, dan aksiologinya telah jauh berkembang dibandingkan dengan pengetahuan yang lain, karena telah dilaksanakan menurut tatacara tertentu secara konsekuen dan penuh disiplin. Dengan memahami filsafat ilmu, maka berarti dapat memahami seluk beluk ilmu yang paling mendasar sehingga dapat dipahami pula perspektif ilmu, kemungkinan pengembangannya, keterjalinan antara cabang ilmu yang satu dengan yang lain. Dengan memahami filsafat ilmu sebagai ilmu pengetahuan, maka wawasan menjadi semakin luas. Setiap pengetahuan dapat dibedakan dengan jenis-jenis pengetahuan lain berdasarkan tiga hal, yaitu: 1) apa yang diketahui, 2) bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut, dan 3) untuk apa ilmu itu digunakan. Secara filsafat, ketiga hal tersebut dikenal sebagai landasan ontologi, epistimologi, dan aksiologi keilmuan. 1.
Komponen Filsafat Ilmu Sebagaimana ilmu yang lain, filsafat ilmu memiliki tiga komponen yang menjadi landasarnnya, yaitu ontology, epistimologi, dan aksiologi. Berikut diuraikan satu per satu. 18 | Mundir
a.
Ontologi Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui, atau suatu pengkajian mengenai teori tentang apa yang ada. Dasar ontologi suatu ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi obyek kajiannya. Berdasarkan obyek yang telah dikajianya, maka ilmu dapat disebut sebagai pengetahuan empiris, karena obyeknya adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji atau diobservasi oleh panca indera manusia. Oleh karena itu, ilmju pengetahuan membatasi diri hanya mengkaji kejadian kejadian yang bersifat empiris, dan selalu berorientasi pada dunia empiris. (Tim Dosen filsafat Ilmu, 2001: 90). b.
Epistimologi Epistimologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mengkaji tentang asal, susunan, metode, serta kebenaran pengetahuan. Teori pengetahuan mengkaji hakikat pengetahuan, unsur pengetahuan, dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode dan batasan-batasannya (Salam, 1997: 97). Epistimologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Dengan kata lain pengetahuan itu diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan atau metode ilmiah. Kegiatan pencarian pengetahuan tentang apapun selama hal itu terbatas pada obyek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuan, maka disebut keilmuan. Kata sifat keilmuan lebih mencerminkan hakikat ilmu dari pada istilah ilmu sebagai kata benda. Hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut syarat keilmuan, Metode Penelitian Pendidikan | 19
yaitu bersifat terbuka dan menjunjung kebenaran di atas segala-galanya (Suriasumantri, 2003: 9). Epistimologi merupakan gabungan anara berfikir rasional dan empiris secara sintesa dan dialektis. Ilmu bertujuan untuk menyusun suatu pengetahuan secara sistematis yang bersifat konsisten dan berorientasi pada pengalaman mnusia. Kaum rasionalis cenderung untuk berfikir konsisten, sistematis, dan teoritis. Kaum empiris bergulat dengan fakta, tetapi tidak menyusun kerangka teoritis. Itulah sebabnya, secara epistimologi metode ilmiah adalah operasionalisasi epistimologi, sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh berbeda dengan pengetahuan yang lain. Jadi ciri ontologi ilmu adalah empiris dan ciri epistimologi ilmu adalah metode ilmiah. c.
Aksiologi Aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi adalah ilmu yang membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan alam. Misalnya dengan mempelajari sumber energy, maka manusia dapat memanfaatkan suber energiu tersebut bagi keselamatan manusia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia juga. Penciptaan bom nuklir, akan meningkatkan kualitas persenjataan dalam perang, sehingga jika senjata itu dipergunakan akan mengancam keselamatan umat manusia. Lalu apakah sebenarnya manfaat ilmu itu? Mula-mula ilmu bermanfaat untuk pengembangan ilmu itu sendiri yang bebas nilai, merdeka, dan tidak terikat oleh norma agama atau pengetahuan lain. Namun kini, ilmu pengetahuan 20 | Mundir
sudah mampu menganalisis masalah-masalah kehidupan semisal moral. Sementara itu perkembangan teknologi telah mempengaruhi peradaban manusia. Dari sinilah berkembang argumentasi bahwa peneliti masa kini harus meninggalkan paradigma penelitian abad pertengahan yang netral dan bebas nilai. Pendidikan keilmuan bukan semata-mata ditujukan untuk menghasilkan ilmuawan yang pandai dan terampil tetapi juga ilmuwan yang bermoral tinggi. 2.
Aliran Filsafat Ilmu Paling tidak terdapat lima aliran filsafat ilmu, yaitu empirisme, rasionalisme, realisme, positivisme, dan fenomenologi. Berikut uraian singkat tentang kelima aliran filsatat ilmu tersebut. (Kasiram, 2010: 65-69). a.
Empirisme Epirisme (dari bahasa Yunani: pengalaman inderawi) merupakan faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama. Pengalaman dimaksud adalah pengalaman lahiriah yang menuyangkut dunia maupun pengalaman bariniah yang menyangkut (pengalaman) pribadi manusia. Jelas hal ini bertentangan dengan rasionalisme (Praja, 1997: 71). Empirisme menyatakan bahwa pengetahuan atau keyakinan itu diperoleh melalui pengalaman panca indera, dimana subyek (manusia) yang mengetahui dengan obyek yang diketahui berada pada pengalaman indera. Pengalaman yang berulang-ulang akhirnya membentuk sebuah pengetahuan. Manusia lahir, jiwanya tak ubah seperti kertas putih yang siap ditulisi oleh pengalaman inderawinya. Akal berkedudukan sebagai penampung pasif terhadap pengalaman. Pengetahuan yang benar selalu dapat dikembalikan oleh akal kepada pengalaman inderawi, sebaliknya pengeMetode Penelitian Pendidikan | 21
tahuan yang tidak dapat dikembalikan kepada pengalaman inderawi atau bertentangan dengannya maka pengalaman itu merupakan pengalaman tidak benar atau palsu. b.
Rasionalisme Apabila empirisme berpegang teguh pada pengalaman inderawi, maka rasionalisme berpegang teguh pada akal fikiran. Aliran rasionalisme bukan menafikan adanya pengalaman inderawi, namun pengalaman dipandang sebagai stimulus bagi pemikiran. Kebenaran dan kesalahan terletak pada idea bukan pada atau di dalam obyek itu sendiri. Jika kebenaran mengandung makna dan memiliki idea yang sesuai dengan kenyataan, maka kebenaran itu hanya dapat ada di dalam pikiran dan hanya diperoleh dengan akal budi. Rasionalisme berusaha menemukan kebenaran yang tidak diragukan lagi dengan menggunakan metode deduktif. Kebenaran ini ditemukan dengan pembuktian causal relation dimana kebenaran itu tunduk pada bukti empirik (Muhajir, 2007: 71). Dengan akal, manusia dapat mengenal kebenaran tanpa adanya pengalaman yang mendahului. Misal, dalam ilmu ukur, setelah ditemukan dalil yang jelas, maka dapat dipikirkan kebenaran yang lainnya, dengan tidak perlu dibuktikan dengan pengalaman indera. Dengan demikian, pengalaman indera hanya berfungsi sebagai alat penyelidik kebenaran. c.
Realisme Aliran realism menyatakan bahwa obyek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri. Keberadaan obyek tidak bergantung pada subyek yang mengetahui. Obyek tidak berintegrasi dengan dunia luar. Obyek (dunia) tetap 22 | Mundir
ada sebelum pikiran menyadari adanya, dan tetap akan ada setelah pikiran berhenti menyadarinya. d.
Positivisme Kata positifisme berasal dari kata positif yang dalam hal ini berarti factual, yaitu sesuatu yang berdasarkan faktafakta. Bagi aliran positifisme, pengetahuan tidak boleh melebihi fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris merupakan contoh dalam bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, positifisme menolak cabang filsafat metafisika. Positifisme berpendirian, bahwa kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan pengalaman faktual. Apapun yang berada di luar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan. e.
Fenomenologi Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani fenomenon (berarti sesuatu yang ditempuh), yang dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan gejala. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membahas tentang fenomenon atau gejala sesuatu yang tampak atau menampakkan diri. Tokoh fenomenlogi adalah Edmund Husserl (1859-1938 M). Dia adalah pendiri fenomenologi yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang dan mereka dapat mencapainya. Manusia harus mengenal realitas dengan intuisi. Kenyataan (realita) tidak harus didekati dengan argument, konsep, dan teori, melainkan dengan metode yang dapat menyingkap dan memperlihatkan segala sesuatu tentang obyek atau realita tersebut, yaitu fenomenologi. Fenomenologi sanggup memberi bahan pengertian yang murni yang perlu dijadikan dasar pemikiran filsafat bagi para penganutnya. Fenomenologi merupakan ilmu daMetode Penelitian Pendidikan | 23
sar untuk memperoleh pengetahuan yang benar, yaitu dengan cara menggunakan intuisi langsung. 3.
Keunikan Filsafat Ilmu Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang berkategori unik, karena dirinya sendiri yang menjadi obyek kajian. Telaah filsafat ilmu diarahkan kepada upaya memberi jawaban secara filosofis dari sejumlah pertanyaan tentang hakikat ilmu, mulai dari aspek ontologis, epistimologis, hingga aspek aksiologis. Pertanyan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut (Susiasumantri, 2003: 33). a. Aspek Ontologis 1) Apa obyek yang digarap oleh ilmu itu? 2) Bagaimana wujud hakiki obyek tersebut? 3) Bagaimana hubungan obyek dengan daya tangkap manusia lewat berfikir tentang obyek tersebut? 4) Bagaimana hubungan obyek dengan daya tangkap manusia (seperti lewat berfikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan pengetahuan? b. Aspek Epistimologis 1) Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu? 2) Bagaimana prosedurnya? 3) Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? 4) Apa yang disebut kebenaran dan apa kriteria kebenaran yang diperoleh itu? 5) Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu itu?
24 | Mundir
c. Aspek Aksiologis 1) Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan? 2) Bagaimanakah kaitan antara penggunaan tersebut dengan kaidah moral? 3) Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan moral? 4) Bagaimana kaitan antara teknik proseduran yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau professional? B.
LOGIKA
Filsafat ilmu mempunyai keterkaitan dengan logika, keduanya sama-sama dalam bidang garapan ilmu sebagai obyeknya. Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang khusus membicarakan bagaimana memperoleh kebenaran itu lewat akal manusia. Sedangkan logika ialah ilmu tentang pikiran manusia. Kata “logika” berasal dari bahasa Yunani, dari kata sifat “logike” yang berhubungan dengan kata benda logos yang berarti perkataan atau kata sebagai manifestasi pikiran manusia. Secara etimologis dapat diartikan, bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa. Logika dilingkungan filsafat, dikenal sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran. Aktivitas berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan manifestasinya ialah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alsan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membandingbandingkan, menarik kesimpulan, meneliti sesuatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara realitas dan lainlain.
Metode Penelitian Pendidikan | 25
Berpikir atau bernalar adalah merupakan suatu bentuk kegiatan akal atau rasio manusia untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui pancaindra dan secara logis menunjukkan untuk mencapai suatu kebenaran. Oleh karena itu, suatu pengetahuan yang bertentangan dengan logika disebut tidak logis. Jadi logika adalah ilmu yang mempelajari aktivitas akal manusia dipandang dari sudut benar atau salah. Logika adalah cabang filsafat yang membicarakan bagaimana akal manusia bekerja untuk mencapai kebenaran. Perbedaan antara keduanya terletak pada proses pencarian kebenaran pengetahuan itu. Pada filsafat ilmu, proses pencarian diawali dengan perumusan masalah, menyusun hipotesis, mencari data sebagai bukti, dan mengambil kesimpulan. Sedangkan pada logika, titik berat diletakkan pada proses penarikan kesimpulan yang harus didasarkan premis-premis yang benar. Oleh karena itu, logika disebut juga ilmu tentang penarikan kesimpulan. Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Bila dilacak studi logika ini berangkat dari Yunani Kuno, ke Arabia lalu Eropa. Abad tengah ke era Pasca Renaissance yang matematik, dilanjutkan kea bad XIX dan abad XX (Muhadjir, 2001: 11).Istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium (334-262 SM) pendiri Mazab Stoic. Logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani “logikos” yang berasal dari kata benda “logos”. Kata logos berarti sesuatu yang diutarakan, sutu pertimbangan akal (pikiran) mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan bahasa. Dengan demikian, terdapatlah suatu jalinan yang kuat antara pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam bahasa. Jadi secara etimoligis dapat diartikan bahwa logika adalah suatu ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam 26 | Mundir
bahasa (Salam, 1997:1). Logika berarti suatu pertimbangan akal yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika didefinisikan sebagai cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, membahas asas, aturan formal dan prosedur normative, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan secara rasional (Rapar, 1996:56). Logika dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum–hukum yang digunakan untuk membedakan antara penalaran yang betul dengan penalaran yang salah (Mundir, 2013:2). Logika dapat digolongkan ke dalam ilmu normatif, yaitu ilmu yang membicarakan tentang sesuatu sebagaimana sesuatu itu harus ada, ilmu yang membicarakan sesuatu seperti apa adanya. Ilmu normatif adalah lawan dari ilmu positif yaitu ilmu yang membicarakan segala sesuatu sebagaimana sesuatu itu seperti apa adanya. Ilmu normatif tidak membicarakan bagaimana berpikir seharusnya, dan disamping itu logika juga membahas mengenai syarat apa yang harus dipenuhi dalam mengambil kesimpulan. Kebenaran yang dapat dicapai oleh logika, dibagi dalam dua yaitu kebenaran bentuk dan kebenaran materiil. Atas dasar itu, maka logika dapat juga dibagi dalam dua kategori yaitu logika formal (formal logic) atau logika tradisional (silogisme) dan logika materil (materil logic). Kebenaran bentuk dibicarakan dalam logika formal, sedangkan kebenaran materiil dibicarakan dalam logika materiil. Logika formal membicarakan ketepatan kesimpulan, sedangkan logika materiil membuktikan (menguji) isi kesimpulan itu. Keputusan itu benar bila kebenaran itu memang sesuai dengan obyeknya sesuai dengan kenyataan yang nyata (Praja, 1997:26-27). Metode Penelitian Pendidikan | 27
Logika memiliki lima model, yaitu model logika formil Aristoteles, model logika deduktif, model logika induktif, model logika probabilistik, dan logika reflektif. 1.
Model Logika Formil Aristoteles Logika Formil Aristoteles dikenal dengan silogisme, yaitu metode pengambilan kesimpulan yang terdiri dari tiga premis atau proposisi: 1) premis mayor (berisi proposisi umum), 2) premis minor (berisi proposisi khusus), dan 3) kesimpulan atau konklusi (konsekuensi hubungan dua premis mayor dan minor). Silogisme dibagi menjadi empat macam: silogisme kategorik, silogisme kondisional (hipotetik atau bersyarat), silogisme alternative (pilih salah satu), dan silogisme disjungtif atau melerai. a. Silogisme kategorik, contoh: 1) Semua manusia akan mati (premis mayor). 2) Anton adalah mansia (premis minor). 3) Jadi, Anton akan mati juga (konklusi). b. Silogisme kondisional (hipotetik atau bersyarat), contoh: 1) Jika pada jalan yang sangat menurun tajam ini bus remnya blong, maka penumpangnya dalam kondisi bahaya. 2) Bus itu remnya blong pada jalan yang sangat menurun tajam ini. 3) Jadi penumpang bus itu dalam kondisi bahaya. c. Silogisme alternatif (pilih salah satu), contoh: 1) Saya harus menikah atau meneruskan kuliah. 2) Saya tidak akan meneruskan kuliah. 3) Jadi, saya harus menikah. d. Silogisme disjungtif atau melerai 28 | Mundir
1) Tidaklah mungkin seseorang yang dalam kondisi miskin akan hidup bermewah-mewahan 2) Seseorang dalam keadaan miskin 3) Jadi, adalah tidak mungkin ia akan hidup bermewahmewahan. Silogisme adalah bentuk penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif. Silogisme kategorik mendasarkan kebenaran pada kebenaran formal. Logika Aristoteles menguji kebenaran kesimpulan dari proposisi khususnya (premis minor) berdasarkan kebenaran proposisi mayornya. Kebenaran formil tidaklah cukup, tetapi kebenaran materiil premis mayor mutlak diperlukan, dan premis minor harus masuk dalam lingkup, kelas atau jenis dari premis mayornya. 2.
Model Logika Deduktif Logika deduktif merupakan cara berfikir dengan menggunakan analsisi yang berpijak dari pengerian atau fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti secara empirik dan dianalisis dengan analisis yang dapat menghasilkan kesimpulan yang benar tentang persoalan khusus. Logika induktif adalah cara berfikir untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat dan benar yang dilandasi oleh dasar deduktif yang benar, karena kesimpulan yang diambil sangat bergantung pada deduksi ini. Dalam logika dedktif, penarikan kesimpulan dimulai dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio (berfikir rasional). Prinsip deduktif adalah bahwa apa yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam satu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwla yang termasuk dalam kelas atau jenis itu. Metode Penelitian Pendidikan | 29
3.
Model Logika Induktif Logika indduktif merupakan kebalikan dari logika deduktif. Logika induktif yaitu pengambilan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum. Proses berfikir induktif tidak dimulai dari teori yang bersifat umum, tetapi dari fakta-fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan data di lapangan atau pengalaman empiris. 4.
Model Logika Probabilistik Logika probabilistik adalah pola pikir yang dapat menghasilkan proposisi-proposisi dalam pernyataan-pernyataan kebenaran relative. Artinya dalam pernyataan tersebut terdapat peluang adanya kemungkinan benar dan kemungkinan salah. Proposisi dapat dibedakan menjadi prosisi universal dan proposisi subyektif. Proposisi universal merupakan pernyataan tentang kebenaran yang diakui, dan tidak terikat waktu, tempat, dan siapapun. Diakui kebenarannya atas dasar bukti empirik atau evidensi empirik. Adapun proposisi subyektif adalah pernyataan tentang kebenaran yang masih perlu diuji secara public (karena msih individual), secara teoritik (karena masih praduga yang belum teruji pada beragam teori), atau perlu diuji secara empirik (karena baru sampai tataran hipotetik). 5.
Logika Reflektif Logika reflektif adalah kombinasi dari logika deduktif dan induktif dengan jalan modar mandir dari kutub deduksi ke kutub induksi sampai memperoleh kesimpulan yang benar. Berfikir reflektif adalah berfikir modar mandir secara cepat antara deduktif dan induktif, antara abstraksi dan de30 | Mundir
skripsi (penjabaran). Dalam logika induksi dibutuhkan panyajian bukti empirik yang cukup untuk membuat abstraksi, dan dalam logika deduktif dibutuhkan penjabaran sistematis, spesifik, yang luas dan menyeluruh. C.
HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN LOGIKA
Terdapat hubungan dan keterkaitan yang erat antara filsafat ilmu dan logika. Keduanya memiliki konsentrasi yang mendasar dan sama yaitu berfikir, sehingga keduanya dapat menghasilkan kebenaran spesifik dan konkrit. Filsafat ilmu membahas bgaimana ilmu pengetahuan itu dapat dikembangkan dan dapat difungsikan. Ternyata perkembangan ilmu itu tidak akan memiliki arti jika ilmu tersebut tidak dikembangkan menurut logika yang benar. Filsafat ilmu dengan logika memiliki hubungan komplementer, dimana filsafat ilmu memberi jalan yang benar dalam menemukan pengetahuan, sedangkan logika mengontrol akal dalam menyimpulkan temuan pengetahuan. Sebab logika menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk mengontrol akal dalam menaarik kesimpulan berdasarkan premis-premis yang benar. Kebenaran yang dituntut logika tidak hanya kebenaran formil, akan tetapi juga kebenaran materiil. Suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan disebut penalaran. Manusia adalah makhuk yang berfikir, bnalar, beremosi, besikap dan beramal. Sikap dan pengalamannya bersumber pada pengetahuannya melalui aktivitas berfikir, bernalar dan beremosi. Produk penalarannya adalah pengetahuan yang berkaitan dengan aktivitas berfikir, bukan dengan aktivitas emosi. Namun demikian tidak semua aktivitas berfikir itu berlandaskan penalaran. Jadi penalaran adalah aktivitas berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan Metode Penelitian Pendidikan | 31
kebenaran. Berfikir adalah suatu aktivitas untuk menemukan pengetahuan yang benar (kebenaran). Aktivitas berfikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan manifestasinya adalah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membandingbandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara realitas, dan lain-lain. D.
HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN METODE PENELITIAN
Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu. Sebagai cabang filsafat, filsafat ilmu mengkaji hakikat ilmu untuk mencapai suatu kebenaran. Metodologi adalah ilmu tentang metode, sedangkan penelitian adalah aktivitas mengumpulkan data, lalu menganalisisnya secra sistematis dan objektif. Dengan demikian, metodologi penelitian dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pengumpulan data tentang suatu masalah tertentu, lalu dianalisis, disimpulkan dan selanjutnya dicarikan pemecahan atau penyelesaian terhadap masalah tersebut. Di dalam menjalankan fungsinya, metodologi penelitian menggunakan cara dan pembuktian kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah ini secara filsafat dibahas dalam epistimologi. Epistimologi membahas tentang bagaimana peneliti mendapatkan pengetahuan. Apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah hakikatnya? Bagaimana jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia mungkin mendapatkan pengetahuan? Sampai batas mana pengetahuan yang mungkin didapat atau ditangkap oleh manusia? Dari sini dapat dipahami bahwa metode ilmiah merupakan bagian dari metologi ilmiah, 32 | Mundir
bahwa filsafat ilmu dan metodologi penelitian memiliki kedudukan yang sama dalam cabang filsafat yaitu masuk dalam golongan epistimologi. Filsafat ilmu berfungsi untuk memberi petunjuk tentang cara pandang hakikat sesuatu yang manjadi obyek penelitian. Filsafat ilmu mempunyai empat bidang telaah subtntif, yaitu: a) tentang kenyataan, b) tentang kebenaran, c) tentang tingkat kepastian, atau konfirmasi eksplanasi, atau prediksi dan interpretasi, dan d) tentang logika inferensi (Noeng Muhajir, 1998: 5). Keempat subtansi ini dibahas dalam tiga komponen dasar filsafat ilmu, yaitu: a) teori hakikat (ontologi), b) teori pengetahuan (epistimologi), dan c) teori nilai (aksiologi). E.
HUBUNGAN FILSAFAT ILMU, LOGIKA, DAN PENELITIAN
Antara filsafat ilmu, logika, dan penelitian merupakan satu system atau rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, karena ketiga-tiganya merupakan suatu ilmu yang saling mendukung. Filsafat ilmu tidak akan menjadi filsafat tanpa logika, sebaliknya logika dapat menghasilkan suatu pemikiran yang terarah dengan adanya filsafat. Sementara itu penelitian merupakan kegiatan mencari kebenaran yang akurat dan dapat dipertanggungjawbkan tingkat validitasnya. Sehingga keududukan filsafat ilmu, logika, dan penelitian bersifat komplementer, saling melengkapi dan saling memiliki ketergantungan satu sama lain. Aliran filsafat akan menentukan model logika dan selanjutnya model logika akan menentukan jenis penelitian. Sebaliknya, model penelitian ditentukan oleh model logika yang digunakan dan pandangan filsafat tentang hakikat kebenaran. Filsafat ilmu dalam pembahasan ontologi, epistimologi, dan aksiologi, dikaitkan dengan logika berkembang menjadi beberapa aliran filsafat ilmu yang masing-masing dapat memMetode Penelitian Pendidikan | 33
pengaruhi jenis penelitian yang digunakan. Aliran filsafat ilmu dimaksud adalah empirisme, rasionalisme, realisme, positivism, dan phenomenologi. Kelima aliran filsafat ilmu ini telah dibahas pada kajian sebelumnya.
34 | Mundir
BAB
3 PROPOSAL DAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
Setelah ditentukan jenis penelitian, baik jenis penelitian kuantitatif maupun kualitatif, maka langkah berikutnya ialah menyusun rancangan penelitian atau desain penelitian menurut jenis penelitian yang dipilihnya. Proposal penelitian atau usulan penelitian (kualitatif maupun kuanti-tatif), pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran tentang hal hal yang akan dilakukan. Ia merupakan landasan berpijak dan dasar penilaian terhadap rencana kegiatan penelitian. Agar rancangan dapat memper-kirakan kegiatan kegiatan yang akan dilakukan dan dapat dijadikan pedoman selama kegiatan Metode Penelitian Pendidikan | 35
penelitian berlangsung, alangkah baiknya apabila perumusan proposal memperhatikan berbagai hal yang merupakan kriteria proposal penelitian yang baik, sebagai berikut (Mundir, 2013: 214). a. Mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan, seperti masalah, tujuan, sumber data, sarana prasarana, dan sebagainya. b. Disusun secara sistematis dan logis sehingga memberi kemudahan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dan bagi orang lain dalam penilaian. c. Harus dapat memperkirakan sejauh mana hasil yang akan diperoleh serta usaha yang mungkin dilakukan untuk memperoleh hasil secara efektif dan efisien. Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana dapat dimengerti bahwa proposal atau usulan penelitian tak ubahnya seperti laporan hasil penelitian, hanya saja dalam proposal belum terdapat penyajian data. Karena belum ada data tentu tidak ada analisa data, apalagi kesimpulan. Dengan kata lain proposal atau usulan penelitian adalah laporan hasil penelitian tanpa data Suatu desain atau rancangan penelitian yang baik baru dapat dibuat, apabila peneliti telah menguasai paling tidak tiga jenis pengetahuan, sebagai berikut (Kasiram, 2010: 209). 1. Mengetahui dengan benar, bahwa keputusan memilih salah satu jenis penelitian, kuantitatif atau kualitatif, telah didasari oleh kajian yang mendalam konsistensi antara filsafat ilmu, logika (pola pikir) dan paradigma yang dianutnya. 2. Menguasai denganbaik bidang ilmuyang akan digunakan untuk membedah fenomena atau untuk memecahkan masalah yang akan diteliti, sehingga memudahkan untuk 36 | Mundir
mengidentifikasi komponen teori yang melekat pada fenomena atau masalah yang akan dipecahkan. 3. Menguasai metodologi penelitian baik secara teori maupun praktek. Berdasarkan ketiga jenis ilmu tersebut, terutama ilmu pengetahuan yang terkait dengan fenomena atau masalah yang akan diteliti, maka peneliti dapat menentukan sasaran studi dan sekaligus sumber-sumber data serta menentukan jenis variabel berikut indicator yang akan dicari. Selanjutnya dengan mudah pula peneliti menentukan metode pengumpulan datanya, instrument pengumpulan data dan sekaligus metode analisis data yang akan digunakan. Dengan melalui studi pendahuluan dan kajian pustaka, maka peneliti dapat merancang desain penelitian, dimana peneliti berusaha menata hubungan organic antar variabel dan sekaligus bisa mengeliminasi variabel yang tidak diteliti, sehingga kerangka konseptualitasnya dapat ditata sebagai penjajakan, pengembangan, penkonstruksi teori, pendeskripsi fenomena atau hubungan kausalitas. Konseptualisasi tersebut, dapat ditata berdasarkan pemikiran logic dan dapat pula ditata berdasarkan pengalaman empirik (Muhadjir, 2007:40). Jadi jenis desain penelitian, mengikuti strategi penelitian yang digunakan, strategi penelitian menggunakan pola fikir yang dianut, pola fikir yang dianut mengikuti pradigma yang digunakan. Dengan demikian, maka desain penelitian dapat digunakan sebagai salah satu alat dan petunjuk konkrit bagaiamana melakukan penelitian, baik penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif. Maka dari itu, seorang peneliti perlu menyusun sebuah rancangan atau desain penelitian sesuai dengan tata konstruksi perencanaan dan kerangka konseptualiasi yang disusunnya. Metode Penelitian Pendidikan | 37
Menyusun rancangan penelitian adalah salah satu bagian penting dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan, sebab dia merupakan bagian integral dari tahap-tahap dalam proses penelitian. Rancangan penelitian baru disusun, setelah peneliti menetapkan masalah dan menetapkan jenis penelitian berdasarkan paradigma, pola fikir dan strategi penelitian yang akan digunakan. Dalam tahapan ini, peneliti sudah berhasil menyusun hipotesis (bagi penelitian kuantitatif) atau menetapkan fokus penelitian (pada penelitian kualitatif) sehingga jelas ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesis atau fokus penelitian inilah desain penelitian disusun. Desain penelitian (rancangan penelitian) dan proposal penelitian (usulan penelitian) memang masih diperselisihkan dan diperdebatkan di sekirar makna dan fungsi masing-masing. Proposal penelitian berisi rencana seluruh kegiatan penelitian yang akan dilakukan, mulai dari penentuan masalah penelitian sampai biaya dan waktu pelaksanaan penelitian. Sementa itu desain penelitian ditempatkan pada bagian metodologi dalam sebuah proposal penelitian. Desain penelitian akan menjelaskan secara rinci hal hal yang terkait dengan metode penelitian, miisalnya: konstruksi variabel penelitian, populasi dan sampel atau lokasi dan informan, instrument pengumpulan data atau teknik perekaman data, uji instumen atau uji hasil penelitian, teknik analisi data, dan makna internal dan eksternal hasil penelitian. Dengan demikian diketahui secara persis proses penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal ini meungkinkan peneliti atau orang lain melakukan penelitian ulang saat ditemukan keraguan terhadap hasil penelitian tersebut. Terdapat tiga istilah yang seringkali dikacaukan pengertiannya, yaitu Term of Reference (TOR) Penelitian, proposal pe38 | Mundir
nelitian, dan desain penelitian. TOR penelitian adalah petunjuk umum dan rambu-rambu tentang apa yang harus diteliti, yang diberikan oleh lembaga atau instansi penyandang dana kepada peneliti. Proposal penelitian adalah rancangan total dari suatu penelitian yang akan dilakukan peneliti. Format proposal biasanya sudah ditentukan oleh lembaga atau instansi terkait. Desain penelitian adalah rancangan khusus mengenai metodologi penelitian yang akan dilakukan terkait dengan masalah yang akan diteliti. Desain penelitian ada di dalam proposal penelitian pada bagiana metode penelitian. Pertanyaan berikut yang perlu dijawab adalah, memilih model penelitian. Pertimbangan apakah peneliti memilih model penelitian kuantittif atau model penelitian kualitatif, tergantung pada tindakan apa yang akan dilakukan peneliti terhadap data yang terkumpul. Apabila dia bermaksud melakukan ukur mengukur terhadap data yang ada, maka model yang tepat adalah model penelitian kuantitatif. Sebaliknya apabila dia bermaksud menemukan atau mencari makna di balik data, maka model penelitian kualitatif adalah model yang tepat atau cocok. Setiap proposal penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif secara umum memuat unsur-unsur berikut. 1. 2. 3. 4. 5.
Latar belakang masalah penelitian (konteks penelitian) Ruang lingkup atau fokus penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian Tinjauan pustaka, yang berisi kajian penelitian terdahulu dan kajian teori 6. Metode penelitian. Namun realitasnya, sistematika proposal penelitian selalu mengikuti gaya selingkung lembaga atau instansi dimana penelitian itu akan dilakukan. Gaya selingkung berdampak pada Metode Penelitian Pendidikan | 39
perbedaan sistematika antara lembaga pendidikan tinggi satu dengan pendidikan tinggi yang lain, bahkan boleh jadi antara program studi atau jurusan satu dengan program studi atau jurusan yang lain. Namun perbedaan itu sifatnya tidak subtantif, karena hanya muncul pada level urutan dan di luar subtansi isi atau materi proposal. Berikut ini disajikan sistematika proposal gaya selingkung Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. A.
PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Secara umum, proposal penelitian kuantitatif memiliki tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Berikut dipaparkan hasil elaborasi secara rinci, bagian-bagian proposal tersebut dengan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Sarjana (Skripsi) dan buku Pedoman Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Pascasarjana (Tesis) Institut Agama Islam Negeri Jember yang pada tahun akademik 2014/2015 masih menggunakan Buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah edisi tahun 2014 (Tim Penyusun, 2014: 35) sebagai berikut. 1.
Proposal Kuantitatif Skripsi Berikut ini dipaparkan sistematika atau format proposal penelitian kuantitatif model (gaya selingkung) IAIN Jember. a. Bagian Awal Halaman Judul Daftar Isi Daftar Tabel (jika ada) b. Bagian Inti A. Judul Penelitian B. Latar Belakang Masalah 40 | Mundir
C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Ruang Lingkup Penelitian, meliputi: 1) Variabel Penelitian 2) Indikator Variabel G. Definisi Operasional H. Kajian Kepustakaan, meliputi: 1) Penelitian terdahulu, dan 2) Kajian teori. I. Asumsi Penelitian (jika ada) J. Hipotesis K. Metode Penelitian, meliputi: 1) pendekatan dan jenis penelitian, 2) populasi dan sampel, 3) teknik dan instrumen pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) sistematika penulisan.
c. Bagian Akhir L. Daftar Pustaka M. Lampiran-lampiran (Matrik) 2.
Proposal Kuantitatif Tesis Berikut ini dipaparkan sistematika atau format proposal penelitian kuantitatif model (gaya selingkung) IAIN Jember. a. Bagian Awal Halaman Judul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Daftar Isi (Jika ada)
Metode Penelitian Pendidikan | 41
b. Bagian Inti A. Judul Penelitian B. Latar Belakang Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Asumsi Penelitian (jika ada) G. Ruang Lingkup Penelitian 1) Variabel Penelitian 2) Indikator Variabel H. Definisi Operasional I. Kajian Pustaka 1) Penelitian Terdahulu 2) Kajian Teori 3) Kerangka Konseptual 4) Hipotesis J. Metode Penelitian 1) Pendekatan dan Jenis Penelitian 2) Populasi dan Sampel 3) Instrumen Penelitian 4) Teknik Pengumpulan Data 5) Analisis Data 6) Uji Validitas dan Reliabilitas 7) Sistematika Penulisan c. Bagian Akhir K. Daftar Pustaka L. Lampiran-lampiran (Jika ada) B.
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
Secara umum, proposal penelitian kualitatif tidak berbeda dengan proposal penelitian kuantitatif. Proposal penelitian kua42 | Mundir
litatif juga memiliki tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Berikut dipaparkan hasil elaborasi secara rinci, bagian-bagian proposal tersebut dengan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Sarjana (Skripsi) dan buku Pedoman Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Pascasarjana (Tesis) Institut Agama Islam Negeri Jember yang pada tahun akademik 2014/2015 masih menggunakan Buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah edisi tahun 2014 (Tim Penyusun, 2014: 35) sebagai berikut. 1.
Proposal Kualitatif Skripsi Berikut proposal skripsi kualitatif gaya selingkung IAIN Jember. a. Bagian Awal Halaman Judul Daftar Isi Daftar Tabel (jika ada) b. Bagian Inti A. Judul Penelitian B. Latar Belakang Masalah C. Fokus Penelitian D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Definisi Istilah G. Kajian Kepustakaan, meliputi: 1) Penelitian terdahulu, dan 2) Kajian teori. H. Metode Penelitian, meliputi: 1) Pendekatan dan jenis penelitian, 2) Lokasi penelitian, 3) Subyek penelitian, Metode Penelitian Pendidikan | 43
4) 5) 6) 7) 8)
Teknik pengumpulan data, Analisis data, Keabsahan data Tahapan-tahapan penelitian, dan Sistematika penulisan.
c. Bagian Akhir I. Daftar Pustaka J. Lampiran-lampiran (Matrik) 2.
Proposal Kualitatif Tesis Berikut proposal skripsi kualitatif gaya selingkung IAIN Jember. a. Bagian Awal Halaman Judul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Daftar Isi (Jika ada) b. Bagian Inti A. Judul Penelitian B. Latar Belakang Masalah C. Fokus Penelitian D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Definisi Istilah G. Kajian Pustaka 1) Penelitian Terdahulu 2) Kajian Teori H. Metode Penelitian 1) Pendekatan dan Jenis Penelitian 2) Lokasi Penelitian 44 | Mundir
3) Kehadiran Peneliti 4) Subjek Penelitian 5) Sumber Data 6) Teknik Pengumpulan Data 7) Analisis Data 8) Uji Keabsahan Data 9) Tahapan-tahapan penelitian 10)Sistematika Penulisan c. Bagian Akhir I. Daftar Pustaka J. Lampiran-lampiran (Jika ada) C.
SUBTANSI ISI PROPOSAL PENELITIAN
Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang subtansi isi proposal kuantitatif dan kualitatif di atas, berikut dipaparkan penjelasannya, mulai dari bagian awal, bagian inti, hingga bagian akhir. 1.
Halaman Judul Halaman judul dimaksud di sini adalah halaman sampul luar dan halaman judul pada lembar setelah halaman sampul. Namun untuk memudahkan pemahaman, baik sampul luar maupun dalam sama-sama disebut halaman judul. Pada halaman judul diketik judul skripsi/tesis secara lengkap. Jika ada judul besar, maka diketik dengan huruf besar (kapital) semua, sedangkan subjudul ditulis dengan huruf besar (kapital) hanya huruf awal setiap kata (capitalize each word), kecuali kata sambung (tetap ditulis dengan huruf kecil). Penempatannya diatur simetris dan dalam posisi "center". Setelah itu, dicantumkan logo IAIN Jember, identitas mahasiswa (Nama dan NIM), lalu diikuti oleh (IAIN Jember dan nama program studi Metode Penelitian Pendidikan | 45
serta bulan dan tahun pembuatan/ujian, untuk skripsi) dan oleh (nama program studi pascasarjana, IAIN Jember, lalu bulan dan tahun pembuatan/ujian, untuk tesis). Contoh sampul skripsi dan tesis dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. 2.
Halaman Persetujuan Halaman Persetujuan adalah lembar yang menyatakan bahwa proposal telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk selanjutnya diuji dalam forum seminar proposal. Halaman persetujuan ini hanya diperuntukkan pada proposal tesis, sedangkan proposal skripsi tidak ada lembar persetujuan khusus. Persetujuan dapat diberikan dengan cara membubuhkan tanda tangan di lembar judul proposal sebagai bukti bahwa pembimbing telah memeriksa proposal skirpsi dan menyetujui untuk diseminarkan (bukan diuji). Mengapa skripsi tidak memiliki atau tidak diberi lembar persetujuan? Inilah yang dimaksud dengan gaya selingkung. Inilah gaya IAIN Jember dalam menentukan pedoman penulisan skripsi. Sejatinya, apabila proposal skripsi ingin diberi lembar persetujuan, boleh-boleh saja dan tidak ada masalah. Untuk lebih jelasnya, contoh lembar persetujuan tesis dapat dilihat pada lampiran 3. 3.
Halaman Pengesahan Seperti halnya dengan halaman persetujuan, skripsi IAIN Jember juga tidak memiliki halaman khusus. Namun lagi-lagi pengesahan dapat diberikan dengan memberikan rekomendasi langsung secara lisan setelah memeriksa hasil revisi proposal skripsi yang telah diseminarkan sebelumnya. Jadi halaman pengesahan di sini hanya diperuntukkan pada proposal tesis. 46 | Mundir
Halaman Pengesahan adalah lembar yang menyatakan bahwa proposal tesis yang telah diuji dalam forum seminar proposal, telah dilakukan revisi sesuai rekomendasi hasil ujian tesis dari tim/dewan penguji. Sebagai bukti, dewan penguji membubuhkan tanda tangan pada halaman pengesahan. Hal ini dilakukan setelah mereka memeriksa hasil revisi proposal tesis berdasarkan rekomendasi tersebut. Contoh dapat dilihat pada lampiran 4. 4.
Daftar Isi Daftar isi ditulis dengan spasi 1,5. Kata "daftar isi" diketik dengan huruf besar (kapital) di tengah (center). Daftar isi ditulis dengan tanpa mencantumkan Bab I, bab II, dan Bab III, tetapi ditulis secara berurutan berdasarkan subbab yang ada, dengn menggunakan urutan abjad A, B, C, D, dan seterusnya. Penulisan diawali dengan judul proposal dan diakhiri dengan daftar rujukan. Subbab ditulis dengan huruf kapital hanya pada huruf awal setiap kata (Capitalize Each Word). Daftar isi dibutuhkan dalam rangka mempermudah mencari bagian-bagian proposal yang dinginkan. Oleh karena itu, daftar isi lazimnya digutuhkan oleh atau disertakan pada skripsi/tesis yang jumlah halamannya lebih dari 25 halaman. Untuk proposal skripsi/tesis yang jumlah halamannya kurang dari itu, tidak lagi dibutuhkan daftar isi, karena pencarian bagian-bagian yang dibutuhkan masih dapat dilakukan dengan mudah. Daftar isi proposal tidak jauh berbeda dengan daftar isi skripsi/tesis. Oleh karena itu untuk daftar isi proposal sengaja tidak diberikan contohnya, tetapi pembuatannya dapat mendasarkan diri kepada daftar isi skripsi atau tesis.
Metode Penelitian Pendidikan | 47
5.
Daftar Tabel Jika dalam proposal tabel terdapat beberapa tabel, maka untuk mempermudah pencariannya diperlukan daftar tabel. Tabel dibuat atau disusun secara berurutan dengan penomoran berdasarkan pada bab dan urutan ke berapa tabel tersebut berada dalam bab yang bersangkutan. Secara rinci, penulisan daftar tabel dapat dilihat pada contoh di lampiran 5. 6.
Judul Penelitian Judul penelitian ditulis di bagian awal secara lengkap dan jelas dengan huruf kapital semua, baik judul maupun subjudul/anak judul (jika ada). 7.
Latar Belakang Masalah Penelitian kuantitatif. Latar belakang masalah dalam penelitian kuantitatif mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti sehingga dapat diketahui hal-hal yang melandasi dilakukannya penelitian. Masalah tersebut berisi tentang kesenjangan antara teori dan praktek, atau kesenjangan antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein), antara yang seharusnya (what shoud be) dan yang ada (what it is) (Purwanto, 2010: 72). Suatu misal, ada mahasiswa yang tampaknya memiliki fasilitas belajar lengkap, namun hasil ujian akhirnya rendah (namun ada juga yang hasilnya tinggi). Di sisi lain ada mahasiswa yang tampaknya hanya memiliki fasilitas belajar yang terbatas, ternyata hasil ujian akhirnya justru tinggi (sekalipun ada juga yang hasilnya rendah). Realitas ini menunjukkan ketidak pastian hubungan atau pengaruh antara fasilitas belajar dengan hasil ujian akhir. Inilah yang disebut dengan masalah dalam penelitian kuantitatif. Dan masih banyak lagi contoh yang lain. 48 | Mundir
Latar belakang masalah sejatinya hendak menjawab pertanyaan mengapa masalah itu yang diteliti atau yang menjadi pilihan untuk diteliti, atau mengapa judul tersebut yang dipilih sebagai judul penelitian? Menjawab pertanyaan tersebut menuntut adanya suatu penjelasan logis dan historis mengenai keberadaan masalah tersebut dalam masyarakat, lingkungan sosial, lembaga atau instansi tertentu yang manjadi setting penelitian (Kasiram, 2010: 218). Latar belakang masalah hendaknya disusun secara singkat dan mampu mencakup inti masalah yang akan dibahas. Masalah-masalah tersebut dapat bersumber dari bahan bacaan, seperti buku, koran, majalah, jurnal atau dapat juga berupa pengamatan peneliti tentang suatu peristiwa yang berlangsung di masyarakat dan berhubungan dengan obyek penelitian yang akan dilakukan. Penelitian kualitatif.Latar belakang masalah dalam penelitian kualitatif dapat juga disebut dengan konteks penelitian. Deskripsi tentang konteks penelitian sejatinya ingin menjawab pertayaan mengapa masalah itu yang menjadi pilihan untuk diteliti, atau mengapa judul tersebut yang dipilih sebagai judul penelitian? Menjawab pertanyaan tersebut menuntut adanya penjelasan logis dan historis mengenai keberadaan masalah di masyarakat, lingkungan sosial, lembaga atau instansi tertentu yang manjadi setting penelitian. Penjelasan dimaksud berisi tentang kondisi-kondisi umum atau kecenderungan umum dari permasalahan yang sedang dikaji. Di sini peneliti mencoba mendeskripsikan secara logis dan meyakinkan tentang fakta-fakta awal yang diketahui, didengar, dilihat, atau dibaca. Fakta-fakta tersebut dalam pandangan peneliti mengandung keunikan tertentu yang menarik dan penting untuk diangkat sebagai sasaran peneliMetode Penelitian Pendidikan | 49
tian. Keunikan tersebut mampu menjawab pertanyaan apa dan mengapa masalah itu dapat terjadi dalam konteks sosial yang bersangkutan, sehingga hal itu menjadi alasan penjelas yang kuat mengapa pokok masalah itu yang diteliti. Deskripsi tentang latar belakang diawali dengan mengemukakan sejumlah teori para pakar yang berfungsi untuk menjelaskan atau bahkan membedah dan menganalisis fenomena yang mengadung masalah dalam setting tertentu. Fenomena semacam ini sering disebut dengan temuan/data awal terkait dengan masalah yang sedang atau akan diteliti. Temuan awal biasanya diperoleh melalui studi pendahuluan dalam bentuk wawancara, observasi, atau studi dokumentasi. Temuan awal ini berperan penting dalam rangka menentukan ruang lingkup dan lokasi penelitian, dan lebih jauh berfungsi untuk menentukan metode penelitian yang akan digunakan. 8.
Rumusan Masalah Bagian ini mencantumkan semua rumusan masalah yang hendak dicari jawabannya melalui penelitian. Perumusan masalah disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, dan operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif dapat mempertanyakan tiga aspek: a) aspek deskriptif kuantitatif, b) aspek korelatif (hubungan), dan c) aspek komparatif (perbandingan). Rumusan masalah dalam (proposal) penelitian kuantitatif sering diganti dengan istilah fokus penelitian untuk (proposal) penelitian kualitatif. Bagian ini mencantumkan semua fokus penelitian yang hendak dicari jawabannya melalui penelitian. Perumusan fokus penelitian disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, dan operasional yang dituang50 | Mundir
kan dalam bentuk kalimat tanya. Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasanalasan mengapa hal tersebut ditampilkan. Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan naturalistik. Penentuan fokus penelitian biasanya diiringi dengan pembatasan ruang lingkup penelitian. Hal ini penting dilakukan agar peneliti dapat konsentrasi dan terfokus melakukan penelitian pada masalah yang benar-benar spesifik dan mengambil setting (situs) tertentu atau terbatas. Jadi fokus, ruang lingkup, dan setting penelitian merupakan tiga hal penting yang harus ditentukan. Penelitian kualitatif tidak mempersoalkan aspek representatif sebagaimana yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena penelitian kualitatif tidak bermaksud melakukan generalisasi hasil temuan penelitiannya pada setting yang berbeda. Prinsip tersebut sesuai dengan temuan ilmu dari sebuah penelitian kualitatif, yang disebut idiografik; artinya ilmu itu hanya berlaku pada setting penelitiannya saja. Berbeda dengan ilmu yang ditemukan dalam penelitian kuantitatif, yang disebut nomotetik; artinya ilmu itu diberlakukan kepada seluruh obyek yang menjadi populasinya (Kasiram, 2010: 231).
Metode Penelitian Pendidikan | 51
9.
Tujuan penelitian Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu dan konsisten dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Oleh karena itu, tujuan penelitian juga terdiri dari tiga aspek: a) mendeskripsikan (secara kuantitatif), b) menganalisis ada/tidaknya korelasi atau hubungan, c) menganalisis ada/tidaknya perbedaan. Dalam penelitian kualitatif, tujuan diarahkan untuk memahami (understanding) suatu fenomena. Tujuan penelitian didudukkan dalam kerangka filosofi yang bernuansa hermeneutik. Tidak diletakkan dan diarahkan untuk menjelaskan serentetan variabel. Karena itu penelitian kualitatif sering disebut dengan penelitian pemahaman, bukan penelitian penjelasan sebagaimana penelitian kuantitatif (Kasiram, 2010: 235). 10. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Manfaat dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis, tidak bombastis. Manfaat penelitian selalu dikaitkan dengan pengembangan ilmu terkait dan aplikasi hasil/temuan penelitian tersebut dalam praktik, baik untuk pemegang kebijakan (policy maker), perencana program, maupun pengguna hasil temuan penelitian. Manfaat penelitian dirumuskan untuk meyakinkan calon pengguna tentang manfaat penelitian. Di sini peneliti meng52 | Mundir
informasikan kepada pembaca atau pihak yang berkepentingan tentang manfaat yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang telah dilakukan (Purwanto, 2010: 73). Pada prinsipnya, manfaat penelitian dalam (proposal) penelitian kuantitatif dengan (proposal) penelitian kualitatif tidak ada perbedaan (Lihat penjelasannya pada proposal penelitian kuantitatif). Intinya, bahwa pada bagian ini ditunjukkan manfaat atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Uraian dalam subbab manfaat penelitian berisi tentang alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat difahami bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan Manfaat penelitian juga berisi tentang konstribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Manfaat dapat bersifat teoritis dan praktis, seperti manfaat bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan (Tim Penyusun, 2014: 11). 11. Ruang Lingkup Penelitian a.
Variabel Penelitian Pada bagian ini peneliti harus menentukan variabel secara jelas dan tegas. Mana yang menjadi variabel bebas dan mana variabel terikatnya. Variabel adalah masalah yang bervariasi. Pada contoh sebelumnya, fasilitas belajar dan hasil ujian akhir adalah variabel, dimana fasilitas belajar berperan sebagai variabel bebas dan hasil ujian akhir sebagai variabel terikat. Fasilitas belajar dalam contoh ini bervariasi ke dalam kategori lengkap dan tidak lengkap, sedangkan hasil ujian akhir bervariasi dalam kategori tinggi Metode Penelitian Pendidikan | 53
dan rendah. b.
Indikator Variabel Setelah varibel penelitian terpenuhi kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan indikator-indikator variabel yang merupakan rujukan empiris dari variabel yang diteliti. Indikator empiris ini nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam membuat butir-butir atau item pertanyaan dalam angket, interview, maupun observasi. Indikator adalah gejala atau tanda-tanda yang tampak yang menunjukkan eksistensi sebuah variabel. Pada contoh variabel bebas fasilitas belajar, maka indikator yang dapat dialamatkan kepadanya adalah a) referensi wajib, b) referensi pelengkap, c) laptop, d) komputer, e) jaringan internet, f) listrik (penerangan), g) kamus atau ensiklopedi, dan lain sebagainya. Sedangkan fariabel terikat hasil ujian akhir, indikatornya adalah skor setiap mata kuliah atau praktikum, misalnya 70, 75, 80, 85, 90, 95, dan lain sebagainya. 12. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang digunakan sebagai pijakan pengukuran secara empiris terhadap variabel penelitian dengan rumusan yang didasarkan pada indikator variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah pengertian sebuah konsep berdasarkan realitas yang ada di lapangan. Apabila diambil contoh pada penjelasan sebelumnya tentang fasilitas belajar yang dapat berupa tujuh macam fasilitas misalnya, maka fasilitas belajar yang dimiliki oleh mahasiswa yang sedang diteliti itu apa saja? Misalnya fasilitas yang mereka miliki ternyata hanya berkisar pada: a) referensi wajib, b) referensi pelengkap, c) laptop, d) komputer, e) jari54 | Mundir
ngan internet, dan f) listrik (penerangan). Ya itulah yang disebut fasilitas belajar secara operasional, yang berarti benarbenar terjadi dan ada di lapangan tempat penelitian. Begitu juga halnya dengan mata kuliah. Mata kuliah banyak macamnya, maka mata kuliah yang mana yang akan diteliti, maka mata kuliah itulah yang disebut dengan mata kuliah dalam definisi operasional. Definisi operasional digunakan dalam (proposal) peneltian kuantitatif, sementara dalam (proposal) penelitian kualiatif digunakan istilah definisi istilah.Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti. Definisi istilah adalah paparan tentang pengertian sebuah konsep dengan merujuk pendapat para pakar di bidangnya. 13. Kajian Pustaka a.
Penelitian Terdahulu Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya dalam bentuk perbandingan persamaan dan perbedaannya, baik penelitian terdahulu tersebut sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan. Dengan melakukan langkah ini, akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan. Penelitian terdahulu tidak harus dijelaskan temuan-temuan dan hasil-hasil penelitiannya. Namun yang penting adalah menyebutkan aspek yang menjadi objek atau fokus penelitiannya (Kasiram, 2010: 219). Metode Penelitian Pendidikan | 55
Deskripsi penelitian terdahulu yang serupa mengindikasikan keluasan wawasan peneliti mengenai masalah yang sedang di atau akan diteliti. Di samping itu, langkah ini juga memberi kejelasan tentang letak atau posisi penelitian yang akan dilakukan di tengah-tengah penelitian orang lain yang telah lebih dahulu meneliti. Dengan demikian penelitian yang sedang atau akan dilakukan bukan merupakan daur ulang atau duplikasi penelitian sebelumnya yang akhirnya tidak berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Dari sini dapat dipahami pula bahwa kajian terhadap penelitian terdahulu memiliki tujuan sebagai berikut (Gall & Borg, 2003: 47). 1) Menemukan penelitian lain yang memiliki kajian serupa (termasuk dalam kajian kritisnya) 2) Menemukan penelitian yang memiliki tingkat kesamaan relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. 3) Kesimpulan yang digambarkan oleh peneliti tedahulu ternyata memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. 4) Aplikasi atau penerapan, jika penelitian sebelumnya ternyata menemukan hasil b.
Kajian Teori Kajian teori dalam (proposal) penelitian kuantitatif, berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penelitian. Pembahasan secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dari kajian teori ini akan tampak posisi variabel penelitian dibandingkan dengan variabel penelitian yang lain; apakah ia berperan sebagai variabel bebas, variabel terikat, 56 | Mundir
variabel kontrol, variabel intervening, dan lain sebagainya. Dari sini peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya. Sama halnya dalam (proposal) penelitian kuantitatif, kajian teori dalam (proposal) penelitian kualitatif berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penelitian. Pembahasan secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan fokus penelitian dan tujuan penelitian. Namun perlu ditambahkan, bahwa kajian teori pada penelitian kualitatif tidak bermaksud memposisikan teori untuk diuji, atau menjadi jawaban terhadap fokus penelitian yang diajukan. Melainkan teori disini diposisikan sebagai perspektif yang diharapkan dapat membantu peneliti dalam memahami pokok persoalan yang diteliti (Kasiran, 2010: 236). Pencarian literatur atau referensi yang relevan dengan masalah juga dipandang penting, karena akan memberi kerangka teori dari topik atau judul yang sedang diteliti. Teori-teori yang relevan dengan masalah atau fokus penelitian akan memberi pengetahuan tentang seluk beluk topik atau judul penelitian. Apa saja masalah yang terkandung dalam judul, bagaimana proses terjadinya, faktor-faktor apa yang terkait, dan perkiraan alternatif pemecahan masalah. Pembahasan teori (dalam penelitian kuantitatif) akan menghasilkan kerangka teoritik atau kerangka berfikir yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan konsep, variabel, indikator, jenis data, ruang lingkup penelitian, dan metode penelitian yang tepat. Kerangka teoritik atau kerangka berfikir akan menjelaskan hubungan antar konsep Metode Penelitian Pendidikan | 57
atau antar variabel menurut teori yang dirujuk, sehingga dapat ditelusuri proses terjadinya masalah yang sedang diteliti, lalu mencari alternatif jawabannya (Kasiran, 2010: 251). Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan yang sestematis tentang fenomen dengan merinci hubunganhubungan antarvariabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan gejala itu (Kerlinger, 1990: 14). Setiap teori memiliki empat komponen pokok, yaitu proposisi, klasifikasi, konsep, dan variabel. 1) Proposisi Proposisi adalah penuturan yang utuh berupa kalimatkalimat yang mengungkap satu gagasan dalam rangka mengambil keputusan tentang kebenaran sesuatu, hubungan dua konsep, atau menyangkal sesuatu (Dimyati, 2002: 46) Proposisi adalah satu pernyataan mengenai hubungan satu atau lebih konsep, khususnya hubungan antara variabel-variabel. Dalam pernyataan ini peneliti secara tentatif mencoba menjawab pertanyaan mengapa. Oleh karenanya peneliti harus secara cermat mengidentifikasi sebab-sebab yang mungkin terjadi, kemudian meneliti sebab-sebab yang secara nyata menimbulkan akibat dengan bukti emprik di lapangan yang telah terkumpul dengan menggunakan seperangkat instrument pengumpulan data. Terdapat dua macam proposisi. a) Proposisi yang disebut aksioma, postulat, dalil, atau hukum; yaitu proposisi yang sudah dinggap benar secra umum, sehingga tidak perlu diteliti lagi, dan 58 | Mundir
digunakan sebagai pedoman deduksi. b) Proposisi yang disebut teorem, yaitu proposisi yang dibangun atas dasar aksioma, postulat, dalil, atau hokum, namun kebenarannya masih harus diteliti dan diuji dengan data empiris. Teorem banyak ditemukan dalam penelitian sosial. Dengan mencermati proposisi tersebut, peneliti akan mengenal pola fikir yang digunakan dari teori tersebut, dan akan menemukan strategi penelitian dan desain atau rancangan penelitian yang tepat. Bila proposisi mengatakan bahwa ada hubungan antara X dan Y, maka pola fikirnya adalah pola fikir korelasi, maka strategi yang tepat adalah strategi korelasi dan desain yang tepat adalah desain korelasi. Begitu seterusnya. a) Klasifikasi Klasifikasi yaitu penggolongan gejala atau fakta berdasarkan konsep atau variabel berdasarkan kategori-kategori yang ditunjukkan oleh konsep atau variabel tersebut: kategori yang bersifat diskrit atau kategori yang bersifat kontinum. Dengan demikian, klasifikasi dapat juga disebut variabel. Dari sinilah peneliti membangun pola fikir, apakah deskriptif, korelasional, atau komparatif. b) Konsep Konsep adalah nama yang digunakan untuk menunjuk sebuah gejala atau sekelompok gejala. Konsep merupakan abstraksi dari sekelompok gejala dan memungkinkan untuk membuat generalisasi terhadap gejala-gejala yang memiliki cirri-ciri khusus dan diberi nama tertentu. Dengan menuebut Metode Penelitian Pendidikan | 59
nama konsep itu, akan segera diperoleh pemahaman tentang apa (sekolompok gejala) yang dimaksud. Apabila gejala-gejala dimaksud bersifat observable, maka konsepnya disebut konsep konkrit, dan apabila bersifat non-observable, maka konsepnya disebut konsep terdefinsikan atau (kosntruk). c) Variabel Variabel adalah variasi dalam tiap komponen teori. Proposisi mempunyai variasi hipotesis dan tesis. Klasifikasi mempunyai variabel yaitu klasifikasi diskrit dan klasifikasi kontinum. Konsep mempunyai variabel yaitu konsep yang observable dan konsep yang konstruk (non-observable, terdefinisikan). Variabel juga bervariasi, ada variabel dependen, variabel independen, variabel intervening, variabel moderator, dan sebagainya. c.
Hipotesis Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan sementara terhadap hasil penelitian. Contoh: Jika rumusan masalahnya: Apakah ada hubungan antara keaktifan mengikuti pengajian dengan peningkatan pemahaman keagamaan? maka hipotesis alternatif (Ha): Keaktifan mengikuti pengajian mempunyai hubungan dengan peningkatan pemahaman agama. Sementara hipotesis nihil (Ho): Keaktifan mengikuti pengajian tidak mempunyai hubungan dengan peningkatan pemahaman agama. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang bersifat teoritik, karena kebenarannya masih berada pada tataran teori. Oleh karena itu, kebenaran hipotesis masih bersifat tentatif dan masih memerlukan pengujian melalui data yang terkumpul lalu dianalisis melalui analisis statistik. 60 | Mundir
Untuk kepentingan analisis statistik ini, maka Ha harus diubah lebih dahulu menjadi Ho, karena Ho inilah yang sejatinya akan diuji oleh statistik. Itulah tahapan-tahapan pengujian hipotesis yang diawali dengan merumuskan hipotesis secara benar, hingga mengujinya dengan data empirik yang terkumpul (Gall & Borg, 2003: 8). 14. Asumsi Penelitian Asumsi penelitian biasa disebut juga sebagai anggapan dasar atau postulat, yaitu sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Anggapan dasar harus dirumuskan secara jelas sebelum peneliti melangkah untuk mengumpulkan data. Anggapan dasar di samping berfungsi sebagai dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang diteliti juga untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian dan merumuskan hipotesis. 15. Metode Penelitian a.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian berintikan uraian tentang pendekatan penelitian yang dipilih, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif. Sementara jenis penelitian misalnya dapat mengambil jenis survey, eksprimen, pengembangan, dan atau jenis lainnya. Penentuan pendekatan dan jenis penelitian harus diikuti oleh alasan-alasan. b.
Populasi dan Sampel Istilah ini digunakan untuk penelitian yang menggunakan sampel. Sementara penelitian yang menggunakan seluruh populasi disebut dengan subyek penelitian. Penjelasan tentang karakterisktik populasi perlu diberikan agar jumlah sampel yang dipilih benar-benar representatif. HalMetode Penelitian Pendidikan | 61
hal penting dalam bagian ini berisi: (a) identifikasi dan batasan populasi, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel yang hendak dilakukan, dan (c) besarnya sampel yang diambil. c.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian menunjukkan di mana penelitian tersebut hendak dilakukan. Wilayah penelitian biasanya berisi tentang lokasi (desa, organisasi, peristiwa, teks, dan sebagainya) dan unit analisis. Contoh: Penelitian di desa ”X” dengan unit analisisnya ”individu”. d.
Kehadiran Peneliti Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup signifikan. Dia sebagai perencana, pelaksana pengumpu data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya dia menjadi pelapor hasil penelitian. Oleh karena itu, agar dia dapat melakukan peran semua itu secara maksimal dan tidak mendapat hambatan, dia harus menginformasikan kehadirannya di lapangan kepada subyek terteliti. Apakah dia hadir secara terang-terangan menginformasikan perannya sebagai peneliti atau secara tersembunyi, dalam arti perannya sebagai peneliti tidak diinformasikan kepada subyek terteliti. e.
Subyek Penelitian Pada bagian ini dilaporkan dan dijelaskan tentang pihak-phak yang hendak dijadikan informan atau subyek penelitian dan juga teknik penentuan informan atau subyek penelitian dan alasan-alasan mengapa mereka dipilih. f.
Sumber Data Sumber data sering digunakan dalam (proposal) penelitian kualitatif. Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan 62 | Mundir
sumber data. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang ingin diperoleh, bagaimana data akan dicari dan dijaring sehingga akurasi data dapat dijamin. Istilah sampel jarang digunakan dalam penelitian kualitatif, karena istilah ini biasanya digunakan untuk melakukan generalisasi dalam pendekatan kuantitatif. g.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang populer adalah observasi, angket, wawancara, dan dokumenter. Teknik observasi membutuhkan instrumen berupa lembar observasi (pedoman observasi); teknik angket membutuhkan daftar pertanyaan (daftar angket), teknik wawancara membutuhkan pedoman wawancara, dan teknik dokumentasi membutuhkan daftar dokumen yang dibutuhkan. Semua teknik itu tidak harus digunakan semua, namun digunakan sesuai jenis data yang akan dikumpulkan. Untuk menghasilkan data yang valid dan reliabel, penelitian kuantitatif memerlukan instrumen yang valid dan reliabel. Oleh karenanya, harus dipastikan bahwa instrumen tersebut sudah valid dan reliabel, berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul melalui wawancara akan dicroscheck kebenarannya melalui teknik observasi, dan dokumentasi, serta dari sumber yang berbeda, dan boleh jadi pada waktu yang berbeda pula. Inilah yang disebut triangulasi data, sebuah teknik untuk memastikan keabsahan data yang terkumpul. Keabsahan data, dalam penelitian kuantitatif sering disebut dengan validitas dan reliabilitas Metode Penelitian Pendidikan | 63
data. h.
Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data hanya dilakukan dalam penelitian kualitatif. Bagian ini memuat bagaimana usaha-usaha yang hendak dilakukan untuk memperoleh keabsahan data-data temuan di lapangan. Agar diperoleh temuan yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik-teknik keabsahan data seperti perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi secara lebih mendalam, triangulasi (sumber, metode, waktu, peneliti, atau teori), pembahasan oleh teman sejawat, analisis kasus lain (kasus negatif), melacak kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota (member check). i.
Analisis Data Bagian ini menguraikan jenis teknik analisis statistik yang akan digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dipilih, statistik deskriptif dan inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi kepada tujuan atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karenanya, yang penting bukan kecanggihan instrumen, tetapi ketepatan teknik analisisnya. Untuk penelitian kualitatif, pada bagian ini disebutkan teknik analisis data kualitatif yang digunakan, lalu diuraikan prosedur analisis data yang akan dilakukan.Hal ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana peneliti akan melakukan pengolahan data seperti proses pelacakan, pengaturan, dan klasifikasi data yang akan dilakukan.
64 | Mundir
j.
Tahap-tahap Penelitian Bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan k.
Sistematika Penulisan Berisi tentang deskripsi alur pembahasan tesis yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika penulisan adalah dalam bentuk deskriptif naratif, bukan seperti pada daftar isi. 16. Daftar Pustaka Sumber-Sumber yang dijadikan sebagai rujukan hendaknya dicantumkan dalam bagian ini. Bagian ini juga mencerminkan sejauh mana peneliti telah melakukan survey pustaka yang menunjang pelaksanaan penelitiannya. 17. Lampiran-lampiran Lampiran ini berisi tentang hal-hal atau keterangan yang dipandang penting untuk menunjang proposal penelitian seperti alat pengumpul data yang hendak digunakan, matrik penelitian dan sebagainya. Setelah proposal penelitian disetujuai oleh pembimbing, atau telah selesai disusun, biasanya ada saja kekurangan yang ditemukan, terutama setelah dilakukan seminar proposal. Di samping itu ada sejumlah persiapan yang harus dilakukan sebelum terjun ke lapangan dalam rangka pengumpulan data. Untuk itu, pada tahap pra lapangan ini ada baiknya bila dipersiapkan hal-hal berikut (Fatchan, 2009: 151).
Metode Penelitian Pendidikan | 65
a. b. c. d. e. f. D.
Merevisi proposal. Membuat jaringan kerja di lapangan. Mengurus perijinan. Menjajaki lapangan. Memilih dan memanfaatkan informan. Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
LAPORAN HASIL PENELITIAN KUANTITATIF
Kegiatan terakhir dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian adalah penyusunan laporan hasil penelitian. Kegiatan ini sangat penting karena dengan laporan ini hasil penelitian akan dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Di sisi yang lain, hasil penelitian dapat pula dinilai atau bahkan diuji kembali hasilnya oleh orang lain, sehingga hasil penelitian tersebut semakin jelas aspek manfaat, objektivitas dan validitasnya. Laporan hasil penelitian adalah media atau dokumen yang dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi antara peneliti dengan masyarakat ilmuwan yang berkepentingan atau yang menjadi target pembaca dari laporan hasil penelitian tersebut. Dengan laporan ini akan diketahui hasil penelitian yang dilakukan, sejak awal penentuan masalah, penentuan desain penelitian, hingga analisis data, pembahasan dan penarikan kesimpulan. Di sinilah kepakaran seorang peneliti dipertaruhkan. Kepakaran seorang peneliti salah satunya tampak dari laporan hasil penelitian yang disusunnya berdasarkan pedoman penulisan tertentu sesuai lembaga atau instansi dimana penelitian itu dilakukan. Karenanya, laporan hasil penelitian harus ditulis dengan mengikuti rambu-rambu penulisan karya ilmiah secara konsisten. Sekali peneliti menentukan pilihan 66 | Mundir
untuk mengikuti pedoman penulisan laporan hasil penelitian karya penulis tertentu, maka tidak dibenarkan untuk mencampur-aduknya dengan pedoman karya penulis yang lain, begitu pula apabila dia telah mengikuti gaya selingkung instansi atau lembaga tertentu, maka dia tidak diperkenankan pada saat yang sama juga mengikuti gaya selingkung instansi atau lembaga lain. Dalam tahap inilah seringkali muncul kegalauan dalam hal pemilihan kata atau kalimat yang akan menghiasi laporan penelitian (Danim, 2002: 230). Namun, menulis laporan hasil penelitian bukanlah hal yang mudah, terutama bagi peneliti yang masih memiliki persoalan di bidang tulis menulis atau merasa belum memiliki keterampilan di bidang menulis laporan hasil penelitian (Bungin, 2003: 210) Hal-hal yang disajikan dalam laporan penelitian kuantitatif pada umumnya bersifat kompleks, mulai dari isi kajian terhadap berbagai teori yang bersifat substantif dan mendasar sampai kepada hal-hal yang bersifat operasional teknis. Karena kompleksnya metode yang disajikan, maka laporan penelitian kuantitatif perlu diatur sebaik dan sejelas mungkin sehingga pembaca laporan dapat dengan mudah menemukan setiap bagian yang dicarinya dan dapat memahaminya secara tepat. Laporan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi dan tesis terutama ditujukan untuk kepentingan masyarakat akademik. Laporan untuk masyarakat akademik cenderung bersifat teknis, berisi apa yang diteliti secara lengkap, mengapa hal itu diteliti, cara melakukan penelitian, hasil-hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian. isinya disajikan secara lugas dan objektif. Format laporan cenderung baku, mengikuti ketentuan dari perguruan tinggi atau suatu kelompok masyarakat akademik tertentu. Metode Penelitian Pendidikan | 67
Dalam sub bab ini dipaparkan tentang laporan hasil penelitian (skirpsi dan tesis) gaya selingkung STAIN Jember (sekarang IAIN Jember) dengan mengacu pada buku Pedoman Peniulisan Karya Ilmiah Program Sarjana (2014: 56) dan Program Pascasarjana (2014: 26). 1.
Laporan Hasil Penelitian Kuantitatif untuk Skripsi Di dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah diungkapkan bahwa hasil laporan penelitian kuantitatif untuk skripsi di lingkungan IAIN Jember secara global terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai berikut. a. Bagian Awal Hal-hal yang termasuk dalam bagian awal. 1) Judul Penelitian (Sampul) 2) Persetujuan Pembimbing 3) Pengesahan 4) Motto 5) Persembahan (Jika ada) 6) Kata Pengantar 7) Abstrak 8) Daftar Isi 9) Daftar Tabel (Jika ada) 10) Daftar Gambar (Jika ada) b. Bagian Inti Bagian inti berisi seluruh bab dan subbab yang ada dalam skripsi.
68 | Mundir
BAB I A. B. C. D. E.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian (1) Variabel Penelitian (2) Indikator Variabel F. Definisi Operasional G. Asumsi Penelitian (Jika ada) H. Hipotesis I. Metode Penelitian (1) Pendekatan dan Jenis Penelitian (2) Populasi dan Sampel (3) Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data (4) Analisis Data (5) Sistematika Pembahasan BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu B. Kajian Teori C. Kerangka Konseptual D. Hipotesis BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian B. Penyajian Data C. Analisis dan Pengujian Hipotesis D. Pembahasan BAB IV PENUTUP atau KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran-saran
Metode Penelitian Pendidikan | 69
c. Bagian Akhir Bagian akhir ini mendeskripsikan hal-hal berikut. 1) Daftar Pustaka 2) Pernyataan Keaslian Tulisan 3) Lampiran-lampiran (a) Matrik Penelitian (b) Formulir Pengumpulan Data (checklist observasi atau pedoman observasi, rekaman, pedoman interview, dan lain-lain). (c) Foto (dokumen kegiatan penelitian) (d) Gambar/Denah (e) Surat Keterangan (surat izin penelitian dari kampus dan surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari lembaga atau instansi yang berwenang) (f) Biodata Penulis 2.
Laporan Hasil Penelitian Kuantitatif untuk Tesis Tim penyusun buku pedoman karya tulis ilmiah (2014) untuk program pascasarjana menjelaskan bahwa isi dan sistematika tesis sebagai laporan hasil penelitian kuantitatif dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai berikut. a. Bagian Awal Hal-hal yang termasuk dalam bagian awal. 1) Halaman Judul 2) Halaman Persetujuan 3) Halaman Pengesahan 4) Abstrak 5) Kata Pengantar 70 | Mundir
6) 7) 8) 9)
Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar /Bagan (Jika ada) Daftar Pedoman Transliterasi Arab – Latin
b. Bagian Inti Bagian inti berisi seluruh bab dan subbab yang ada dalam tesis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Asumsi Penelitian (Jika ada) F. Ruang Lingkup Penelitian (1) Variabel Penelitian (2) Indikator Variabel G. Definisi Operasional H. Sistematik Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu B. Kajian Teori C. Kerangka Konseptual D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Instrumen Penelitian D. Pengumpulan Data E. Analisis Data F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Metode Penelitian Pendidikan | 71
BAB IVHASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data B. Pengujian Hipotesis BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI DATA A. Pembahasan B. Interpretasi Data BAB VIPENUTUP A. Kesimpulan B. Saran c. Bagian Akhir Bagian akhir ini mendeskripsikan hal-hal berikut. 1) Daftar Rujukan 2) Pernyataan Keaslian Tulisan 3) Lampiran-lampiran 4) Riwayat Hidup E.
LAPORAN HASIL PENELITIAN KUALITATIF
Dalam sub bab ini dipaparkan tentang laporan hasil penelitian (skirpsi dan tesis) gaya selingkung STAIN Jember (sekarang IAIN Jember) dengan mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Sarjana (2014: 56) dan Program Pascasarjana (2014: 68). 1.
Laporan Hasil Penelitian Kualitatif untuk Skripsi Di dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah diungkapkan bahwa hasil laporan penelitian kuantitatif untuk skripsi di lingkungan IAIN Jember secara global terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai berikut.
72 | Mundir
a. Bagian Awal Hal-hal yang termasuk dalam bagian awal. 1) Judul Penelitian (Sampul) 2) Persetujuan Pembimbing 3) Pengesahan 4) Motto 5) Persembahan (Jika ada) 6) Kata Pengantar 7) Abstrak 8) Daftar Isi 9) Daftar Tabel (Jika ada) 10) Daftar Gambar (Jika ada) b. Bagian Inti Bagian inti berisi seluruh bab dan subbab yang ada dalam skripsi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Definisi Istilah F. Sistematika Pembahasan BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu B. Kajian Teori BAB II METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Subyek Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Analisis Data Metode Penelitian Pendidikan | 73
F. Keabsahan Data G. Tahap-tahap Penelitian BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian B. Penyajian Data dan Analisis C. Pembahasan Temuan BAB IV PENUTUP atau KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran-saran c. Bagian Akhir Bagian akhir ini mendeskripsikan hal-hal berikut. 1) Daftar Pustaka 2) Pernyataan Keaslian Tulisan 3) Lampiran-lampiran (a) MatrikPenelitian (b) Formulir Pengumpulan Data (checklist observasi atau pedoman observasi, rekaman, pedoman interview, dan lain-lain). (c) Foto (dokumen kegiatan penelitian) (d) Gambar/Denah (e) Surat Keterangan (surat izin penelitian dari kampus dan surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari lembaga atau instansi yang berwenang) (f) Biodata Penulis 2.
Laporan Hasil Penelitian Kualitatif untuk Tesis Tim penyusun buku pedoman karya tulis ilmiah (2014) untuk program pascasarjana menjelaskan bahwa isi dan sistematika tesis sebagai laporan hasil penelitian kuantitatif dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian 74 | Mundir
inti, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai berikut. a. Bagian Awal Hal-hal yang termasuk dalam bagian awal. 1) Halaman Judul 2) Halaman Persetujuan 3) Halaman Pengesahan 4) Abstrak 5) Kata Pengantar 6) Daftar Isi 7) Daftar Tabel 8) Daftar Gambar /Bagan (Jika ada) 9) Daftar Pedoman Transliterasi Arab – Latin b. Bagian Inti Bagian inti berisi seluruh bab yang ada dalam tesis. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian B. Fokus Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Definisi Istilah F. Sistematik Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu B. Kajian Teori 1. ............................................. 2. ............................................. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Kehadiran Peneliti Metode Penelitian Pendidikan | 75
D. Subjek Penelitian E. Sumber Data F. Teknik Pengumpulan Data G. Analisis Data H. Keabsahan Data I. Tahapan-tahapan penelitian BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan dan Hasil Analisis Data B. Hasil Penelitian C. Temuan Penelitian BAB V PEMBAHASAN (Disesuaikan dengan fokus penelitian) BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran c. Bagian Akhir Bagian akhir ini mendeskripsikan hal-hal berikut. 1) Daftar Pustaka 2) Pernyataan Keaslian Tulisan 3) Lampiran-lampiran 4) Riwayat Hidup F.
SUBTANSI LAPORAN HASIL PENELITIAN
Dalam sub bab ini dipaparkan tentang subtansi laporan hasil penelitian kualitatif (skirpsi dan tesis) gaya selingkung IAIN Jember dengan mengacu pada buku Pedoman Peniulisan Karya Ilmiah Program Sarjana (2014: 56) dan Program Pascasarjana (2014: 26). Laporan hasil penelitian kualitatif (skripsi dan tesis) tidak jauh berbeda dengan laporan hasil penelitian kuantitatif, karena 76 | Mundir
rambu-rambu penulisan untuk keduanya relatif sama. Oleh karena itu paparan masing-masing sub pada laporan hasil penelitian kualitatif kiranya dapat dijelasan secara bersamasama. Sistematika penulisan skripsi dan tesis, sejak bagian awal, bagian inti, hingga bagian akhir tersebut, selanjutnya dijelaskan sebagai berikut. 1.
Bagian awal Bagian awal mencakup halaman sampul (cover), halaman judul (lembar setelah cover), halaman persetujuan, halaman pengesahan, abstrak (bahasa Indonesia, Arab dan Inggris), kata pengantar, daftar isi, daftar tabel (jika ada), daftar gambar/bagan (jika ada), daftar lampiran, dan pedoman transliterasi.. a. Halaman sampul dan judul Halaman sampul memuat judul skripsi atau tesis secara lengkap. Judul ditulis dengan huruf besar (kapital) semua, kecuali anak judul atau sub judul, ia ditulis dengan huruf kapital hanya pada huruf awal setiap kata (Capitalise Each Word). Ukuran jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12-16 point dan dalam bentuk huruf besar (kapital). Komposisi huruf dan tata letak masing-masing bagian diatur secara simetris atau center. Simetris artinya kalimat itu apabila dilipan dapat berhimpitan secara tepat. Center artinya semua judul diketik di posisi tengah halaman. Namun maksud dari simetris dan center tidak harus seperti kerucut terbalik. Karena penempatan judul secara simetris dan center harus tetap memperhatikan pemenggalan frase kalimat (kumpulan Metode Penelitian Pendidikan | 77
beberapa kalimat), sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemenggalan frase yang dapat merancukan makna frase dan struktur kalimat. Kalimat pada halaman sampul ditulis secara berurutan mengikuti pendoman penulisan karya ilmiah IAIN Jember. Namun terdapat perbedaan urutan kalimat antara sampul skripsi dan sampul tesis. Untuk skripsi, urutan kalimat pada halaman judul (sampul luar dan dalam) adalah sebagai berikut: 1) Judul skripsi lengkap. 2) Tujuan penulisan skripsi. 3) Kata SKRIPSI. 4) Logo IAIN Jember. 5) Nama dan NIM Mahasiswa (tanpa gelar akademik maupun gelar non-akademik). 6) Institut Agama Islam Negeri Jember. 7) Fakultas, Jurusan, Program Studi. 8) Bulan dan tahun pembuatan atau penyusunan skripsi. Untuk skripsi, urutan kalimat pada halaman judul (sampul luar) adalah sebagai berikut: 1) Judul tesis lengkap. 2) Tujuan penulisan tesis (tidak ada, hanya ada di sampul dalam). 3) Kata TESIS. 4) Logo IAIN Jember. 5) Nama dan NIM Mahasiswa (tanpa gelar akademik maupun gelar nonakademik). 6) Institut Agama Islam Negeri Jember. 7) Konsentrasi, Program Studi, Pascasarjana, IAIN Jember. 8) Bulan dan tahun pembuatan tesis. Dengan demikian, halaman sampul dan halaman judul tidak ada perbedaan bagi skripsi, namun bagi tesis ada perbedaan pada point yang kedua, yaitu tujuan penulisan tesis. Tujuan penulisan tesis tidak dicantumkan pada halaman sampul, namun dicantumkan pada halaman judul. (Lihat lampiran 8, 9, dan 10). Judul penelitian kuantitatif mencerminkan sejumlah masalah atau variabel yang akan diteliti, termasuk subyek 78 | Mundir
dan tempat dilakukannya penelitian. Judul penelitian kuantitatif cenderung tidak mengalami perubahan sejak proposal direvisi setelah mendapat masukan saat seminar proposal hingga pengumpulan data, analisis data, penarikan kesimpulan dan penulisan laporan. Namun tidak demikian halnya dengan judul penelitian kualitatif. Judul dapat mengalami perubahan seperlunya dan berbeda (sedikit?) dengan judul proposalnya setelah mempertimbangkan sejumlah fenomena dan data yang ditemukan di lapangan (Bungin, 2003: 212). Di sinilah letak fleksibilitas penelitian kualitatif. Yang penting adalah judul tetap diusahakan singkat, padat, dan jelas. Artinya jika judul cukup diwakili oleh 10 kata misalnya, maka tidak perlu 11 kata dan seterusnya (Hamidi, 2004: 21). b. Halaman Persetujuan Halaman persetujuan pembimbing (skripsi dan tesis) memuat pernyataan bahwa naskah tesis mahasiswa yang bersangkutan telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dan dipertahankan di depan tim/dewan penguji. Persetujuan ini dibuktikan dengan tanda tangan pembimbing disertai tanggal, bulan, dan tahun persetujuan. (Lihat lampiran 11 dan 12). c. Halaman Pengesahan Halaman pengesahan memuat pernyataan bahwa skripsi atau tesis telah dilakukan revisi atau perbaikan berdasarkan rekomendasi dewan penguji tesis, dan karenanya skripsi atau tesis disahkan. Pengesahan ditanda-tangani oleh pembimbing, disahkan oleh Dekan Fakultas (Skripsi) dan oleh Direktur Pascasarjana (Tesis), dan diketahui oleh Rektor IAIN Jember, lengkap dengan tanggal, Metode Penelitian Pendidikan | 79
bulan dan tahun pengesahan (lihat lampiran 13 dan 14). d. Motto Motto hanya ada di lembar Skripsi, tesis tidak menggunakan motto. Halaman motto berisi tentang kata-kata bijak atau mutiara hikmah yang bersumber dari tokoh, hadits atau al-Qur’an yang relevan dengan isi laporan hasil penelitian (skripsi). Jadi bukan motto dari peneliti. Motto disusun dengan format dan bahasa (redaksi) yang menyenangkan. Contoh motto dapat dilihat pada lampiran. (Lihat lampiran 15). e. Persembahan (Jika Ada) Persembahan disusun dengan format dan bahasa (redaksi) yang menyenangkan juga, sebagaimana penyusunan motto. Contoh halaman persembahan dapat dilihat pada lampiran. (Lihat lampiran 16). f. Kata Pengantar Kata pengantar berisi ungkapan rasa syukur dan apresiasi atau terima kasih kepada perorangan, lembaga, organisasi dan/atau pihak-pihak lain atas selesainya penulisan Tesis (judul tesis ditulis dengan huruf kapital (besar) khusus setiap awal kata). Ucapan terima kasih ditulis sesudah rasa syukur kepada Allah SWT. Kata pengantar ditulis tanpa menggunakan kata salam dan ditandatangani oleh penulis. Ungkapan terimakasih dikemukakan secara wajar, tidak berlebihan, tidak terlalu merendahkan diri, dan tidak perlu ada ucapan permintaan maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam karya tulis (Tesis), karena Tesis tersebut dianggap sebagai karya ilmiah yang bersifat obyektif. (Lihat lampiran 17). 80 | Mundir
g. Abstrak Abstrak memuat uraian singkat yang dibahas dalam skripsi/tesis, meliputi latar belakang, perumusan masalah/fokus penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil dan kesimpulan. Isi abstrak tidak boleh lebih dari satu halaman (untuk skripsi) dan tidak lebih dari dua halaman (untuk tesis). Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia (skripsi dan tesis), dan juga dalam bahasa Arab dan Inggris (untuk tesis), diketik satu spasi, dengan font Times New Roman ukuran 12. (Lihat lampiran 18 s.d. 21). h. Daftar Isi Daftar isi memuat aspek-aspek atau sub topik bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Daftar isi dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pencarian bagian atau bab dan subbab tertentu. (Lihat lampiran 22). i. Daftar Tabel Sebagaimana daftar isi, daftar tabel dibuat juga dalam rangka mempermudah pencarian. Hanya saja lazimnya, tabel dibuat jika dalam skripsi atau tesis terdapat lebih dari 5 tabel. Daftar tabel memuat nomor tabel, judul tabel serta halaman untuk setiap tabel. (Lihat lampiran 23). j. Daftar Gambar/Bagan Pada daftar gambar/bagan dicantumkan nomor gambar, judul gambar/bagan dan halaman tempat pemuatannya dalam teks. Daftar tabel lazimnya juga dibuat apabila terdapat gambar/bagan lebih dari lima gambar/bagan. (Lihat lampiran 24). k. Pedoman Transliterasi Pedoman transliterasi memuat transliterasi huruf ArabMetode Penelitian Pendidikan | 81
Latin yang digunakan dalam penyusunan skripsi maupun tesis. Dalam hal ini, skripsi menggunakan pedoman transliterasi nasional, sementara tesis menggunakan transliterasi internasional. (Lihat lampiran 25 dan 26). 2.
Bagian inti Bagian inti skripsi kuantitatif terdiri dari empat bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II kajian kepustakaan, bab III penyajian data dan analisis, bab IV penutup atau kesimpulan dan saran. Sementara itu, bagian inti tesis kuantitatif terdiri dari enam bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan interpretasi data, dan penutup. Rincian isi dari masing-masing bab diuraikan sebagai berikut. a.
Bab I Pendahuluan Pendahuluan adalah bab pertama. Untuk skripsi bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian (variabel penelitian dan indikator variabel), definisi operasional, asumsi penelitian (jika ada), hipotesis, metode penelitian (terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data, analisis data, dan sistematika pembahasan). Untuk te-sis, bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masa-lah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian (jika ada), ruang lingkup penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Dari paparan ini dapat diketahui bahwa untuk skripsi, metode penelitian diletakkan pada bab pertama atau pendahuluan tepatnya sub bab terakhir. Sedangkan untuk tesis, metode penelitian menjadi bab sendiri yaitu bab tiga. Oleh 82 | Mundir
karena itu, penjelasan tentang metode penelitian di sini akan ditempatkan pada penjelasan bab III. 1) Latar Belakang Masalah Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, juga teori dan praktik. Di dalamnya dipaparkan secara ringkas teori, hasilhasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah, atau pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. 2) Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dan latar belakang pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Tsanwiyah di Kabupaten Jember?
Metode Penelitian Pendidikan | 83
3) Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dan latar belakang pendidikan dengan kinerja guru MTs di Kabupaten Jember. 4) Manfaat Penelitian Pada bagian ini ditunjukkan manfaat penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab ini berisi alasan kelayakan atas masalah. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan adanya kejelasan atau kemantapan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan. 5) Asumsi Penelitan Asumsi Penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal-hal yang diasumsikan, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Assumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan 84 | Mundir
permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian. 6) Ruang Lingkup Penelitian Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi dan sampel penelitian, teknik analisis data, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya dalam bentuk matrik atau model hubungan konseptual. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam tesis. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan. 7) Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau makna yang kurang jelas dan multi tafsir, seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Definisi operasional merujuk kepada pendapat para pakar di bidangnya dan teori utama (grand theory). Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konMetode Penelitian Pendidikan | 85
sep-konsep pokok yang terdapat di dalam judul tesis. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi operasional disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati yang terjadi di lapangan. Definisi operasional menjelaskan indikator sebagai alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatu variabel. Contoh definisi operasional dari variabel "keterampilan manajerial" adalah kompetensi dalam bidang manajemen yang meliputi keterampilan konseptual, hubungan manusia, dan keterampilan teknik. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. 8) Sistematika Penulisan Sistematika penulisan berisi tentang deskripsi alur pembahasan tesis yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika penulisan adalah dalam bentuk deskriptif naratif.
86 | Mundir
b.
Bab II Kajian Pustaka
1) Kajian Penelitian Terdahulu Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji hasilhasil penelitian dan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Bab II (Inilah yang disebut kajian penelitian terdahulu). 2) Kajian Teori Kajian teori memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoretis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan dalam Bab I. Untuk dapat memberikan deskripsi teoretis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian Metode Penelitian Pendidikan | 87
didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Terkait dengan deskripsi penelitian terdahulu dan kajian teori dapat dibaca pula pada Bab II Penyusunan Tesis sub A. Proposal, subbab 1. Proposal Penelitian Kuantitatif, sub Bagian Inti, point 8 Kajian Pustaka. 3) Hipotesis Penelitian Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kuantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu, subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam tesis hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka. 88 | Mundir
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas. Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif (direksional). Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antar variabel, melainkan telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu.Contoh: ada hubungan positif antara motivasi kerja dan latar belakang pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Tsanwiyah di Kabupaten Jember. Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa Sekolah Menengah Pertama yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam mata pelajaran Agama Islam dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam kalimat pernyataan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris. c.
Bab III Metode Penelitian Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian mencakup (1) pendekatan dan jenis penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) peMetode Penelitian Pendidikan | 89
ngumpulan data, (5) analisis data, dan (6) uji validitas dan reliabilitas instrumen. 1) Pendekatan dan jenis Penelitian Penjelasan mengenai pendekatan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan, untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabelvariabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya, apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survei, penelitian historis, korelasional, dan kausal komparatif. 2) Populasi dan Sampel Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian ekperimental. Dalam survei, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan (subjek) tergantung pada cara 90 | Mundir
pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benarbenar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan karakteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generaliaasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian populasi dan sampel adalah (a) identifikasi dan batasan tentang populasi dan sampel atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel. 3) Instrumen penelitian Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpul data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juga harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaMetode Penelitian Pendidikan | 91
porkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Oleh karena itu, setiap peneliti harus melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. 4) Pengumpulan Data Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, dan (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. 5) Analisis Data Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan statistik nonparametrik. Peneliti tesis lebih ditekankan pada statistik inferensial. Pemilihan jenis analisis data didasarkan kepada jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan kurang populer, maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara 92 | Mundir
lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows. 6) Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji validitas adalah suatu pengujian terhadap derajad ketepatan instrumen (alat ukur), apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur. Uji reliabilitas data adalah suatu pengujian terhadap derajat konsistensi data yang bersangkutan. Realibilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu data dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu data dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Uji validitas dan reliabilitas ini dapat dikerjakan dengan berbantuan program SPSS for Windows. d.
Bab IV Hasil Penelitian Pemapaparan hasil penelitian skripsi diawali dari gambaran obyek penelitian, semantara itu pemaparan hasil penelitian tesis langsung pad deskripsi data. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing subbab yang terdapat dalam pemaparan hasil penelitian. 1) Gambaran Obyek Penelitian Bagian ini mendeskripsikan gambaran umum obyek penelitian dan diikuti oleh sub-sub bahasan disesuaikan masalah yang diteliti. Diskripsi ini merupakan langkah awal untuk menunjukkan kebeadaan masalah yang sedang diteliti pada tempat dimana penelitian dilakukan. Metode Penelitian Pendidikan | 93
Oleh karena itu, gambaran objek penelitian dimaksud bukan sekedar menggambarkan objek yang ada, namun harus dipilih objek yang memiliki relavansi atau menunjukkan adanya persoalan yang kemudian diangkat menjadi masalah penelitian. 2) Deskripsi Data Deskripsi data dapat diartikan dengan paparan atu penyajian data. Penyajian data berisi tentang sejumlah data yang sudah terkumpul dari masing-masing variabel yang dituangkan secara sistematis dalam bentukbentuk tabulasi data, angka statistik, tabel, maupun grafik. Setiap variabel dilaporkan dalam sub tersendiri dengan merujuk kepada rumusan masalah ataupun tujuan penelitian. Dalam deskripsi data untuk masingmasing variabel dilaporkan hasil penelitian yang telah diolah dengan teknik statistik deskriptif, seperti distribusi frekuensi yang disertai dengan grafik yang berupa histogram, nilai rata-rata, simpangan baku, atau yang lain. Setiap variabel dilaporkan dalam subbab tersendiri dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan penelitian. Materi yang disajikan dalam subbab deskripsi data atau penyajian data adalah hasil penelitian yang penting dari variabel yang diteliti dan hendaknya dituangkan secara singkat namun bermakna. Rumus dan perhitungan yang digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan diletakkan dalam lampiran. Hasil penelitian yang sudah disajikan dalam bentuk angka-angka statistik, tabel, ataupun grafik tidak dengan sendirinya bersifat komunikatif. penjelasan tentang hal tersebut masih diperlukan. Namun, bahasan 94 | Mundir
pada tahap ini perlu dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual, tidak mencakup pendapat pribadi (interpretasi) peneliti. 3) Pengujian Hipotesis Pemaparan tentang hasil pengujian hipotesis pada dasarnya tidak berbeda dengan penyajian temuan penelitian untuk masing-masing variabel. Hipotesis penelitian dapat dikemukakan sekali lagi dalam bab ini, termasuk hipotesis nolnya, dan masing-masing diikuti dengan hasil pengujiannya serta penjelasan atas hasil pengujian itu secara ringkas dan padat. penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis ini terbatas pada interpretasi atas angka statistik yang diperoleh dari perhitungan statistik. e.
Bab V Pembahasan Pembahasan atas temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan di dalam bab paparan atau penyajian data mempunyai arti penting bagi keseluruhan kegiatan penelitian. Tujuan pembahasan adalah (1) menjawab masalah penelitian, atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai, (2) menafsirkan temuan-temuan penelitian, (3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, (4) memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru, dan (5) menjelaskan implikasi-implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan penelitian. Dalam upaya menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus disimpulkan secara eksplisit hasilhasil yang diperoleh. Sementara itu, penafsiran terhadap temuan penelitian dilakukan dengan menggunakan logika Metode Penelitian Pendidikan | 95
dan teori-teori yang ada. Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dilakukan dengan jalan menjelaskan temuan-temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu yang lebih luas. Hal ini dilakukan dengan membandingkan temuan-temuan penelitian yang diperoleh dengan teori dan temuan empiris lain yang relevan. Hal ini tidak berarti mengulang uraian yang telah ada di dalam bab atau subbab kajian teori. Membandingkan hasil penelitian yang diperoleh dengan temuan penelitian lain yang relevan akan mampu memberikan taraf kredibilitas yang lebih tinggi terhadap hasil penelitian. Tentu saja suatu temuan akan menjadi lebih dipercaya bila didukung oleh hasil penelitian orang lain. Namun sebaiknya tidak hanya hasil penelitian yang mendukung penelitian saja yang dibahas dalam bagian ini. Pembahasan justru akan menjadi lebih menarik jika di dalamnya dicantumkan juga temuan orang lain yang berbeda, dan pada saat yang sama peneliti mampu memberikan penjelasan teoritis ataupun metodologis bahwa temuannya memang lebih akurat. Pembahasan hasil penelitian menjadi lebih penting manakala hipotesis kerja (Ha) penelitian yang diajukan ditolak. Banyak faktor yang menyebabkan sebuah hipotesis kerja (Ha) ditolak. Pertama, faktor nonmetodologis, seperti adanya intervensi variabel lain sehingga menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan hipotesis yang diajukan. Kedua, karena kesalahan metodologis, misalnya instrumen yang digunakan tidak sahih atau kurang reliabel. Dalam pembahasan, perlu diuraikan lebih lanjut letak ketidaksempurnaan instrumen yang digunakan. Penjelasan tentang 96 | Mundir
kekurangan atau kesalahan-kesalahan yang ada akan menjadi salah satu pijakan untuk menyarankan perbaikan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang. Pembahasan hasil penelitian juga bertujuan untuk menjelaskan perihal modifikasi teori atau menyusun teori baru. Hal ini penting jika penelitian yang dilakukan bermaksud menelaah teori. Jika teori yang dikaji ditolak sebagian hendaknya dijelaskan bagaimana modifikasinya, dan penolakan terhadap seluruh teori harus disertai dengan rumusan teori baru. Apabila uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan terlalu pendek. maka bab pembahasan dapat digabungkan ke dalam bab paparan data dan temuan penelitian, sehingga "Pembahasan" menjadi sub-bab dari bab papaan data dan temuanpenelitian. f.
Bab VI Penutup Pada Bab VI atau bab terakhir tesis, dimuat dua hal pokok, yaitu kesimpulan dan saran. 1) Kesimpulan Isi kesimpulan penelitian lebih bersifat konseptual dan harus terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dengan kata lain, kesimpulan penelitian terikat secara substantif dengan temuan-temuan penelitian yang mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan, namun yang benar-benar relevan dan mampu memperkaya temuan penelitian yang diperoleh. Kesimpulan penelitian merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam bab Metode Penelitian Pendidikan | 97
paparan data dan temuan penelitian. Tata urutannya pun hendaknya sama dengan yang ada di dalam paparan data dan temuan penelitian. Dengan demikian, konsistensi isi dan tata urutan rumusan masalah, tujuan penelitian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian tetap terpelihara. 2) Saran Saran yang diajukan hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian. Saran hendaknya tidak keluar dari batasbatas lingkup dan implikasi penelitian. Saran yang baik dapat dilihat dari rumusannya yang bersifat rinci dan operasional. Artinya, jika orang lain hendak melaksanakan saran itu, ia tidak mengalami kesulitan dalam menafsirkan atau melaksanakannya. Di samping itu, saran yang diajukan hendaknya telah spesifik. Saran dapat ditujukan kepada perguruan tinggi, lembaga pemerintah ataupun swasta, atau pihak lain yang dianggap layak. 3.
Bagian akhir Bagian akhir tesis memuat daftar pusta atau daftar rujukan, pernyataan keaslian tulisan, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup atau biografi peneliti. a. Daftar Rujukan Daftar rujukan adalah daftar buku yang dikutip (dirujuk) dalam badan tulisan (body teks) yang memuat informasi tentang nama pengarang, judul karangan, tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
98 | Mundir
b. Pernyataan Keaslian Tulisan Pernyataan keaslian tulisan, berisi ungkapan penulis bahwa skripsi atau tesis yang ditulisnya bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang diaku sebagai hasil tulisan atau pemikirannya sendiri. Pengambilalihan karya orang lain untuk diaku sebagai karya sendiri merupakan tindak kecurangan yang lazim disebut plagiat. Contoh pernyataan keaslian tulisan dapat dilihat pada lampiran 27. c. Lampiran-Lampiran Lampiran-lampiran memuat dokumen-dokumen yang isinya tidak dapat dilepaskan dari bahasan skripsi atau tesis tetapi mengganggu jika dicantumkan di dalam tubuh karangan. Lampiran-lampiran berisi keteranganketerangan yang dipandang penting, misalnya instrumen penelitian, data mentah hasil penelitian, rumus-rumus statistik yang digunakan (bila perlu), hasil perhitungan statistik, surat ijin dan surat bukti telah melaksanakan pengumpulan data penelitian, dan lampiran lain yang dianggap perlu. Untuk mempermudah pemanfaatannya, setiap lampiran harus diberi nomor urut lampiran. d. Riwayat Hidup Peneliti Riwayat hidup peneliti tesis disajikan secara naratif dan menggunakan sudut pandang orang ketiga (bukan menggunakan kata saya atau kami). Hal-hal yang perlu dimuat dalam riwayat hidup adalah nama lengkap penulis, tempat dan tanggal lahir, alamat domisili (alamar rumah, e-mail, dan hand phone), riwayat pendidikan, pengalaman berorganisasi yang relevan, dan informasi tentang prestasi yang pernah diraih selama belajar di perguMetode Penelitian Pendidikan | 99
ruan tinggi ataupun pada waktu duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah. Yang sudah berkeluarga dapat mencantumkan nama suami/istri dan putraputrinya. Riwayat hidup diketik dengan spasi tunggal (satu spasi). Contoh riwayat hidup atau biografi dapat dilihat pada lampiran 28. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa proposal adalah rencana seluruh kegiatan penelitian yang akan dilakukan, mulai dari penentuan masalah penelitian sampai biaya dan waktu pelaksanaan penelitian. Sesuai namanya, rencana penelitian, itu berarti penelitian belum dilakukan, dan berarti pula pengumpulan data belum dilakukan, apalagi analisis data dan penarikan kesimpulan. Namun laporan hasil penelitian secara prinsip ditulis berdasarkan proposal penelitiannya, hanya saja ditambah dengan bab paparan data dan analisis data serta pembahasan dan kesimpulan. Dengan demikian, proposal merupakan bagian laporan hasil penelitian juga. Hanya saja beberapa kalimat “akan” yang menunjukkan rencana pelaksanaan penelitian, semuanya didelete (dihilangkan), karena sudah dilakukan. Proposal penelitian secara garis besar telah memaparkan tentang pendahuluan, kajian kepustakaan, dan metode penelitian. Sementara itu, laporan hasil penelitian masih memerlukan bab tambahan yang berisi tentang paparan data, analisis data, temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan & saran. Jadi laporan hasil penelitian itu sama dengan proposal plus (data, analisis data, pembahasan, dan simpulan).
100 | Mundir
BAB
4 CONTOH PROPOSAL DAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
Dalam sub bab ini disajikan contoh proposal dan laporan hasil penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif. Contoh ini semata-semata merupakan referensi bagi para pembaca atau pihak pihak yang berkepentingan. Proposal biasanya menggunakan kode abjad (A, B, C, dan seterusnya), bukan huruf romawi dan bukan pula bab I, bab II, bab III, dan seterusnya.
Metode Penelitian Pendidikan | 101
1. CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF A.
Judul
SERTIFIKASI, KOMPETENSI, DAN INOVASI PEMBELAJARAN DOSEN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI) DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN AKADEMIK 2013/2014 B.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara tiga komponen, yaitu input, proses, dan output. Dalam komponen proses, banyak pihak yang ikut bertanggung-jawab dan terlibat, baik langsung maupun tidak langsung. Orang tua yang di rumah, satpam, tukang kebun, karyawan tata usaha, pendidik, dan pimpinan, semua bertanggung-jawab dan terlibat atas kesuksesan, kelancaran, dan mutu proses pembelajaran. Dari sejumlah person tersebut, yang paling bertanggung jawab dengan proses pembelajaran adalah pendidik (dosen). Dosen merupakan salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Peran, tugas, dan tanggung-jawab dosen sangat bermakna dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk menjalankan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis itu, tentu diperlukan sosok dosen yang profesional dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamanatkan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1, butir 2 dan 4). Selanjutnya, pelaksanaan Undang-undang dimaksud dilakukan melalui sertifikasi. Dengan demikian, sertifikasi dosen sesungguhnya merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan mutu,
102 | Mundir
kreatifitas dan integritas dosen agar mampu melakukan aktualisasi potensi diri dan tugasnya secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara umum melalui pengembangan tridharma perguruan tinggi. Oleh karenanya, sertifikasi dosen diharapkan mampu menjadi mediasi dalam mewujudkan quality assurance (penjaminan mutu) tenaga pendidik, terutama yang berada di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), terkait dengan rendahnya mutu PTAI selama ini terlebih jika dikaitkan dengan delapan standar Badan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Jadi, sertifikasi dosen bukan sekedar untuk meningkatkan mutu kesejahteraan dosen melalui penerimaan tunjangan profesi, akan tetapi juga mengarah pada terwujudnya penjaminan mutu dosen yang kompeten dan profesional (Rahmad, 2007). Kualifikasi akademik dosen dan berbagai aspek unjuk kerja sebagaimana ditetapkan dalam SK Menkowasbangpan Nomor 38 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah RI No. 37 Tahun 2009 Tentang Dosen, merupakan salah satu elemen penentu kewenangan dosen mengajar di suatu jenjang pendidikan. Di samping itu, penguasaan kompetensi dosen juga merupakan persyaratan penentu kewenangan mengajar. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kualifikasi akademik dan unjuk kerja, tingkat penguasaan kompetensi sebagaimana yang dinilai orang lain dan diri sendiri, dan pernyataan kontribusi dari diri sendiri, secara berasama-
Metode Penelitian Pendidikan | 103
sama akan menentukan profesionalisme dosen. Profesionalisme seorang dosen dan kewenangan mengajarnya dinyata-kan melalui pemberian sertifikat pendidik. Sebagai penghargaan atas profesi-onalisme dosen, pemerintah menyediakan berbagai tunjangan serta maslahat yang terkait dengan profesionalisme seorang dosen (Kemendiknas, 2011:1). Dengan demikian, status kelulusan sertifikasi idealnya berbanding lurus dan liniear dengan mutu pembelajaran melalui sejumlah inovasi di bidang pembelajaran. Namun realitasnya tidak selalu demikian. Temuan awal melalui wawancara dengan pimpinan dan sebagian dosen di STAI Ibrahimy dan STAIDA Blok Agung menunjukkan fenomena yang paradoksal. Ditemukan adanya peningkatan ataupun stagnasi grafik inovasi pembelajaran yang tidak hanya didominasi oleh dosen yang telah lulus sertifikasi. Karena inovasi pembelajaran merupakan salah satu realisasi kondisi internal dosen yang dipengaruhi oleh banyak faktor. C.
Rumusan Masalah
1. Adakah perbedaan kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 2. Adakah perbedaan kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 3. Adakah perbedaan kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 4. Adakah perbedaan kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi?
104 | Mundir
5. Adakah perbedaan inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 6. Adakah perbedaan inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? D.
Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 2. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 3. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 4. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 5. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 6. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan inovasi di bi-
Metode Penelitian Pendidikan | 105
dang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. E.
Manfaat Penelitian
1. Mengungkap peran penting sertifikasi dalam peningkatan mutu pembelajaran, sarana refleksi terhadap kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap dosen yang profesional, dan sarana memperoleh pengalaman di bidang inovasi pembelajaran. 2. Menghayati secara langsung tentang perlunya pengembangan terhadap kompetensi minimal yang harus dilakukan oleh dosen. 3. Memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman di bidang kompetensi minimal yang harus dilakukan dosen secara berkelanjutan. 4. Sebagai referensi bagi pengembanganinovasi pembelajaran terkait dengan kompetensi dosen. F.
Ruang Ligkup Penelitian
1. Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki dua variabel penelitian. a. Variabel bebas (independent variable), terdiri dari sertifikasi dan kompetensidosen. b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu inovasi pembelajaran dosen. 2. Indikator Variabel a. Variabel bebas (independent variable), terdiri dari sertifikasi dan kompetensidosen.Sertifikasi dosen diindikasikan oleh status kelulusan program sertifikasi dosen yang diikuti. Jadi ada yang sudah lulus (lulus) dan ada
106 | Mundir
yang belum lulus (tidak lulus).Variabel kompetensi dibedakan ke dalam kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Variabel kompetensi diukur dengan sejumlah indikator yang terdapat pada Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen Terintegrasi Buku I Naskah Akademik Dirjen Dikti Kemendiknas (2011). Kompetensi pedagogik = 31 indikator, kompetensi profesional = 4 indikator, kompetensi sosial = 6 indikator, dan kompetensi kepribadian = 4 indikator. Variabel inovasi pembelajaran diukur dengan perencanaan pembelajaran = 5 indikator dan pelaksanaan pembelajaran = 8 indikator b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu inovasi pembelajaran dosen. Inovasi ini diindikasikan dengan ada/tidaknya inovasi di bidang perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. G.
Definisi Opersional
1. Sertifikasi merupakan program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidik dan kesejahteraannya. Bagi yang sudah lulus program sertifikasi, akan mendapatkan sertifikat pendidik professional dan mendapatkan tunjangan sertifikasi setiap bulan. Sertifikasi yang diteliti ini adalah program sertifikasi yang diikuti oleh dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di kabupaen Banyuwangi tahun akademik 2013/2014. 2. Kompetensi yang diteliti adalah kompetensi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di kabupaen Banyuwangi tahun akademik 2013/2014. Kometensi dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. 3. Inovasi pembelajaran dimaksud di sini adalah inovasi do-
Metode Penelitian Pendidikan | 107
sen Perguruan Tinggi Agama Islam di kabupaen Banyuwangi tahun akademik 2013/2014 dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. H.
Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu Terdapat tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Pertama, penelitian Anung Pramudyo (2010) berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri Dipekerjakan pada Kopertis Wilayah V Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dosen adalah faktor kompetensi disamping faktor motivasi, kepemimpinan, dan lingklungan kerja. Variabel kompetensi memiliki hubungan dengan kinerja dosen sebesar signifikan.
h
=6,325 sementara
t
=0,496, yang berarti
Kedua, penelitian Wisnu B. Nasutiyon, dkk. (2010) berjudul “Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik” Hasil penelitian menunjukkan bah-wa sertifikasi guru berpengaruh terhadap kompetensi mengajar guru sebesar h =0,306 sementara t =079, yang berarti signifikan. Meskipun penelitian ini mengambil populasi dan sampel guru, namun guru dan dosen samasama pendidik dan sama-sama mengikuti program sertifikasi. Dengan demikian, hasil penelitian ini juga dapat dianalogkan dan selanjutnya dijadikan dasar pijakan untuk penelitian yang dilakukan kepada dosen. Ketiga, penelitian Zainal Abidin (2005) berjudul “Strategi Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Optimalisasi Ki-
108 | Mundir
nerja Dosen Dalam Pembelajaran di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang harus dilakukan dosen adalah sebagai berikut. (1) Pembuatan course outline dan lesson plan. (2) Mempersiapkan alat-alat dan media pembelajaran. (3) Dosen menerapkan strategi-strategi pembelajaran aktif.(4) Dosen melakukan evaluasi dengan prinsip pembelajaran orang dewasa. Penelitian pertama dan kedua digunakan sebagai dasar pemilihan varaibel kompetensi dosen, sedangkan penelitian ketiga digunakan dasar pemilihan variabel inovasi pembelajaran. 2. Kajian Teori a)
Konsep Sertifikasi Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang bermutu. Figur sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Mutu atau mutu SDM tentunya dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu pula, termasuk penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Lalu siapa yang paling bertanggung-jawab terhadap kondisi mutu pendidikan tinggi di Indonesia? Tentunya di samping pemerintah, yang paling bertanggung jawab adalah civitas akademika lembaga tinggi yang bersangkutan, terutama dosen. Pemerintah telah berupaya meningkatkan kompetensi dosen melalui berbagai program edukatif semisal beasiswa studi lanjut, hibah penelitian, penulisan bahan ajar, short course, dan meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik melalui program sertifikasi pendidik, baik guru maupun dosen.
Metode Penelitian Pendidikan | 109
Sertifikasi pendidik untuk dosen (Serdos) merupakan program yang dijalankan berdasar pada (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (2) UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (3) Peraturan Pemerintah R.I No. 37 Tahun 2009 tentang Dosen, dan (4) Peraturan Mendiknas RI No. 47 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Pendidik untuk Dosen. Program Serdos merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional dan memperbaiki kesejahteraan dosen dengan mendorong dosen untuk secara berkelanjutan meningkatkan profesionalis-menya (Kemendiknas. 2011:iii). Menurut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Republik Indonesia, sebagaimana disinyalir oleh Nursyam (2012), bahwa di Indonesia secara diam-diam telah terjadi silent revolution di dalam dunia pendidikan. Revolusi pendidikan tersebut diindikatori lahirnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PP No. 37 tahun 2009 tentang Dosen, PP No. 47 tentang Sertifikasi Guru dan Dosen dan naiknya Anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Nursyam (2012), melalui silent revolution itu, banyak perubahan yang terjadi pasca munculnya berbagai peraturan tersebut. Di antara yang menonjol adalah tentang sertifikasi dosen. Melalui program ini sebenarnya ada tiga hidden agenda pemerintah. Pertama, untuk memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para guru dan dosen agar memperoleh reward ekonomi yang cukup memadai. Kedua, secara eksplisit guru dan dosen juga harus meningkat mutunya, baik mutu pembelajaran maupun mutu akademiknya. Ketiga,
110 | Mundir
memberikan status terhormat berupa status profesional. Makna sertifikasi adalah terkait dengan bagaimana dinamika keilmuan harus terjadi. Hidden agenda inilah yang tampaknya kurang dipahami oleh dosen. Tujuan tersembunyinya adalah agar dosen terus menulis dan mengembangkan ilmu. Tidak ada kata henti dalam pengembangan ilmu. Dosen apakah dia PNS atau Non-PNS, maka pasca disertifikasi haruslah memiliki kemampuan berubah. Melalui perubahan sistem pengajaran yang memang harus dilakukannya, maka kita berharap bahwa mutu pendidikan Indonesia di masa depan akan jauh lebih baik. b)
Inovasi Pembelajaran Era global, perdagangan bebas,dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan melakukan inovasi demi perbaikan mutu pembelajaran, dimana pembelajaran berjalan optimal dan kondusif, dan tidak ditemukan lagi mahasiswa yang bersikap pasif dalam pembelajaran. Pembelajaran di perguruan tinggi adalah pembelajaran orang dewasa. Pendidikan orang dewasa menurut Knowles (2004:8), disebut pendidikan androgogi. Ia menyatakan bahwa andragogi adalahthe art and science of helping adult learn. Sehingga inovasi pembelajaran pun harus disesuaikan dengan kondisi orang dewasa. Sebelum membahas pengertian inovasi pembelajaran ada baiknya dibahas lebih dahulu tentang pengertian diskoveri dan invensi. Diskoveri (discovery) adalah penemuan hal atau sesuatu yang sebenarnya benda itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Invensi (invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil
Metode Penelitian Pendidikan | 111
kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benarbenar belum ada sebelumnya, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Inovasi berasal dari kata innovation yang berarti suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Jadi dapat difahami bahwa inovasi pembelajaran adalah suatu ide tentang barang, metode atau strategi yang dirasakan sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik hasil invensi maupun diskoveri. Nah, dalam pembahasan kali ini inovasi pembelajaran yang dimaksud adalah inovasi yang berkaitan dengan metode atau strategi pembelajaran, sehingga tidak terjadi proses pembelajaran yang monoton dan tidak menyenangkan. Secara umum, Inovasi pembelajaran diilhami oleh pergeseran paradigma pembelajaran dari behavioristik menuju kognitif atau konstruktivistik, dari pembelajaran langsung yang bersifat ekspositorik ke pembelajaran tidak langsung yang bersifat interaktif (Muijs, 2008). Menurut Newby (2000:91), sejumlah metode pembelajaran tidak langsung yang bersifat interaktif tersebut terdiri atas: cooperative learning, discovery, problem solving, games, simulation, discussion, drill and practice, tutorial, demonstration, dan presentation. Agak berbeda dengan pendapat dua pakar di atas, Zaini (2002) melihat bahwa inovasi pembelajaran tersebut tidak saja berkaitan dengan strategi atau metode mengajar, tetapi secara umum bersentuhan dengan pembelajaran sejak perencanaan, proses pelaksanaan, hingga evaluasi
112 | Mundir
pembelajaran. Oleh karena itu, Zaini merekomendasikan bahwa inovasi pembelajaran secara makro dapat diwujudkan melalui perancangan (desain) yang terdiri atas: Course outline atau Satuan Perkuliahan (SAP) untuk satu semester, dan Lesson Plan atau rencana pengajaran dalam setiap kali tatap muka. c)
Hubungan Sertifikasi dengan Inovasi Pembelajaran Program sertifikasi dosen diselenggarakan dengan tujuan untuk (1) menilai profesionalisme dosen guna menentukan kelayakan dosen dalam melaksanakan tugas, (2) melindungi profesi dosen sebagai agen pembelajaran di perguruan tinggi, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan dan (4) mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional (Kemendiknas, 2011:3). Poin tujuan ketiga patut digaris bawahi, yaitu meningkatkan proses pendidikan. Dalam proses pendidikan tentu terdapat proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen bersama mahasiswa. Sehingga dengan program sertifikasi tersebut, secara moral tentunya dosen harus berinovasi di bidang pembelajaran. Di sisi lain, bagi dosen yang sudah lulus sertifikasi ada kekwajiban untuk mengembangkan kompetensi akademik, profesional, sosial, dan kepribadiannya secara berkelanjutan atau terus menerus (Kemendiknas, 2011:3). Oleh karena itu sangat tidak diharapkan apabila dosen yang sudah lulus sertifikasi dosen dan telah memiliki sertifikat pendidik justru mengalami stganasi atau bahkan kemunduran dan penurunan mutu dari kompetensi yang telah dimiliki sebelum lulus sertifikasi. Program sertifikasi juga dapat dipahami sebagai realisasi kemauan baik pemerintah untuk mengangkat marta-
Metode Penelitian Pendidikan | 113
bat pendidik melalui pemberian tunjangan kesejahteraan dan mengakui tugas mendidik sebagai profesi. Oleh karena itu tidak ada peluang bagi dosen yang sudah bersertifikasi pendidik untuk tidak meningkatkan mutu komptensi yang dimiliki secara terus menerus sesuai dengan keilmuan atau keahliannya. 3. Rumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori sebelumnya, maka pada sub bab ini dapat dirumuskan hipotesis penelitan sebagai berikut. a) Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. b) Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. c) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. d) Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. e) Terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi f) Terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di
114 | Mundir
bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. I.
Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mixed methods) sebagaimana yang direkomendasikan oleh Tassakkori dan Teddlie (2003). Rancangan yang digunakan adalah deskriptif korelasional komparatif. Pemikiran yang mendasari penelitian ini pada hakekatnya adalah bahwa kompetensi (kompetensi pedagogik,kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian) memiliki hubungan dengan inovasi di bidang pembelajaran (baik perencanaan maupun pelaksanaannya) dosen PTAI di Kabupaten Banyuwangi. Namun tidak dinafikan adanya faktor-faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap inovasi pembelajaran dosen di luar faktor kompetensi dan status lulus atau belum lulus sertifikasi. 2. Populasi dan Sampel Populasi ini terdiri dari 127 dosen yang berada di dua PTAI, yaitu STAI Ibrahimy Genteng dan STAIDA Gambiran. Sampel ditentukan dengan teknik quota proportional random sampling. Sampel ditentukan 100 dosen dan didistribusikan kepada para dosen secara proporsional antara dosen yang telah lulus dan yang belum lulus sertifikasi secara random (Kerlinger, 1986:187). Sebagian sampel selanjutnya dijadikan informan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling (Bog-
Metode Penelitian Pendidikan | 115
dan, 1998). Sementara itu, informan kunci (key informan) pada penelitian ini adalah ketua STAI Ibrahimy dan Ketua STAIDA. 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini menggunakan observasi, angket, wawancara, dan dokumenter. Namun instrumen utama adalah angket dan wawancara. Angket berisi pernyataan tentang status sertifikasi (lulus atau belum lulus), kompetensi dosen dan inovasi pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi), sedangkan wawancara terfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pembelajaran dosen. Uji Validitas dilakukan lebih dahulu untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi dan stabilitas skor atau skala pengukuran (Sugiyono, 2010). Untuk kepentingan validasi data hasil wawancara, dilakukanlah sejumlah strategi yang ditawarkan oleh Lincoln dan Guba (1985:225) sebagai berikut: (1) menunjukkan kredibilitas (pengamatan terfokus dan triangulasisumber, (2) membuat transferabilitas (thick description), dan (3) konfirmabilitas (audit melalui teknik member check dan teknik FGD. 4. Analisis Data Data kuantitatif pada penelitian ini akan dianalisis dengan analisis korelasi ganda dan T-Test (Sugiyono, 2010 & Nurgiyantoro, 2004). Sedangkan data kualitatif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pembelajaran akan dianalisis dengan anbalisis kualitatif.
116 | Mundir
Karena korelasi ganda dapat dijadikan alat analisis untuk mengetahui hubungan keempat kompetensi secara bersama-sama dengan inovasi pembelajaran. T-Test dapat dijadikan alat analisis untuk mengetahui perbedaan inovasi pembelajaran sebagai dampak dari status sertifikasi dosen (lulus atau belum lulus). Analisis kualitatif dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut (Gall, 2003): (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, meliputi reduksi fenomenologis, eidetis, dan transendental (Afesson, 2000:36-37; Fatchan, 2009: 144-145), (3) memilah-milah data hasil reduksi dalam satuan-satuan (segmentasi data) atau paragraf-paragram sebagai bagian dari fokus penelitian, (4) melakukan kategorisasi, dan (5) kesimpulan. J.
Daftar Pustaka Afesson, M. & Skoldberg, K. 2000. Reflexive Methodology: New Vistas for Qualitative Research. London: SAGE Publictions Inc. Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. 1998. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. 2003. Educational Research: An Introduction (Seventh Edition). New York: United States of America. Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donnelly Jr., and Robert Konopaske (2003), Organization: Behavior, Structure, and Processes, 11th Ed., New York: McGraw-Hill.
Metode Penelitian Pendidikan | 117
Karjantoro, Handoko (2004), Mengelola Kinerja: Suatu Tinjauan Praktis, Usahawan, Nomor 07, Tahun XXXIII, Juli 2004 (24-28). Kemendiknas. 2011. Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (Serdos) Terintegrasi, Buku I Naskah Akademik. Jakarta: Dirjen Dikti Kemendiknas. Kerlinger, Fred N. 1986. Fundations of Behavioral Research. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Asas-asas Penelitian Behavioral” oleh Drs. Landung R. Simatupang, pada tahun 1990. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Knowles, Malcom. 1997. The Modern Practice of Adult Education Andragogyversus Paedagogy. New York: Association Press. Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Sage Publication Inc. Muijs, Daniel & Reynolds, David. 2008. Effective Teaching (Evidence and Practice). Diterjemajhkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul: Effective Teaching (Teori dan Aplikasi) oleh: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasutiyon, Wisnu B. & Arthana, I Ketut Pegig. 2010. Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Artikel dalam Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (47-62). Newby, Timothy, J.; Stepich, Donald, R; Lehman, James, D; & Russell, James, D. 2000. Instructional Technology for Teaching and Learning: Desgning Instruction, Integrating
118 | Mundir
Computers, and Using Media. London: Prentice Hall International (UK) Limited. Nurgiyantoro, Burhan; Gunawan & Marzuki. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nursyam. 2012. Makna Sertifikasi Dosen Swasta. http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=1120. Diakses Minggu, 26 Februari 2012, jam 23:02. Peringkat Universitas di Indonesia | Daftar Universitas Terbaik 2012.http:/meeta bied.blogspot.com/2011/12/peringkat-universitas-diindonesia.html. diakses Minggu, 26 Februari 2012, jam 21:07. Pramudyo, Anung. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri Dipekerjakan Pada Kopertis Wilayah V Jogjakarta. Artikel dalam Jurnal JBTI, Vol. 1 No. 1 Februari 2010. Jogyakarta: Akademi Manajemen Administrasi (AMA) ‘YPK’ Yogyakarta. Presiden RI. 2005. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara RI. Rahmat, Adi. 2007. Sertifikasi Guru/Dosen dalam Meningkatkaninovasi Pembelajaran di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Artikel disajikan dalam seminar nasional “Pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” yang diselenggarakan oleh Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia: FP MIPA. Sugiyono.
2010.
Statistika
untuk
Penelitian.
Ban-
Metode Penelitian Pendidikan | 119
dung:Alfabeta. Tashakkori, A. & Teddlie, C. 2003. Handbook of Mixed Methods In Social & Behavioral Research. London: Sage Publication. Tjahjono, Heru K (2009), Metode Penelitian Bisnis 1.0, Yogyakarta, VSM – Magister Manajemen UMY. Undang-undang Guru dan Dosen dilengkapi dengan Undangundang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zaini, H., Munthe, B., Ayu, S.A., Djamaluddin, A., & Rosyad, R. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Centre for Teaching Staff Development (CTSD) IAIN Sunan Kalijaga.
120 | Mundir
2. CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF A.
Judul
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA UNGGULAN PONDOK PESANTREN BUSTANUL MAKMUR GENTENG BANYUWANGI B.
Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek pembelajaran yang senantiasa mendapat perhatian adalah aspek metodologi atau metode pembelajaran, termasuk pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Berbagai pihak pemerhati, terus berbenah dan berinovasi di bidang strategi pembelajaran demi tercapainya tujuan. Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk pribadi taqwa (Tafsir, 1997: 14), membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah (Depdiknas, 2003: 2). Permasalahan riil dewasa ini adalah pendidikan agama Islam di sekolah umum ternyata kurang berhasil untuk mengembangkan pribadi-pribadi yang taat dan berakhlak mulia. Bukti-bukti yang diajukan untuk memperkuat pernyataan tersebut antara lain kenyataan adanya siswa yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik meski sudah duduk di bangku SMP, belum dapat melaksanakan shalat dengan baik, tidak puasa di bulan Ramadhan, tidak menunjukkan perilaku yang terpuji, banyaknya perilaku asusila dan penggunaan obat terlarang dan minum minuman keras di kalangan pelajar. Pendidikan agama belum mampu untuk menumbuhkan sikap positif dalam diri anak yang berguna bagi kemaslahatan masyarakat (Daradjat, 2001: 49).
Metode Penelitian Pendidikan | 121
Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan masih tampak stagnan dan didominasi oleh pola-pola lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi. Sehingga aspek pengamalan atau praktik keseharian kurang mendapat perhatian serius. Namun tidak demikian halnya dengan pendidikan agama Islam di SMP Unggulan yang ada di pondok pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. PAI di SMP ini tidak hanya merupakan tanggung jawab personal guru agama Islam, melainkan tanggung jawab bersama tim pengembang pembelajaran agama Islam (PAI). Tim pengembang senantiasa berbenah diri dan berinovasi dalam rangka menerapkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Siswa dikondisikan sholat dhuha sebelum memulai pelajaran, sholat dhuhur dan ashar secara berjamaah, berlatih merawat dan mensholati janazah, manasik haji, bahkan berlatih berpidato. Namun yang unik dan menarik adalah sikap sopan santun siswa terhadap dewan guru dan karyawan dalam bentuk memberi salam dan berjabat tangan dengan mereka (Hasil Wawancara dengan kepala sekolah, Sabtu 20 Juli 2013). Tampaknya tim pengembang menyadari bahwa subtansi PAI adalah keimanan yang lebih berdimensi afektif dengan sasaran utama hati nurani (concience) yang harus diterapkan (psikomotor) dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran PAI diupayakan secara integral agar mampu menyentuh semua ranah. Mereka melakukan pengembangan program pembelajaran PAI dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka menarik kiranya untuk dilakukan penelitian tentang manajemen pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP unggulan pondok pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi”
122 | Mundir
C.
Fokus Penelitian
Penelitian berfokus pada “Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi”. Fokus ini selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sub fokus sebagai berikut. 1. Bagaimana proses perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi? 2. Bagaimana proses pelaksanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi? 3. Bagaimana proses pengendalian pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi? D.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan manajemen pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi.Secara spesifik, penelitian bertujuan untuk: 1) Menganalisis dan mendeskripsikan proses perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 2) Menganalisis dan mendeskripsikan proses pelaksanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan
Metode Penelitian Pendidikan | 123
3) Menganalisis dan mendeskripsikan proses pengendalian pengemba-ngan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. E.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yaitu: Pertama, sebagai bahan percontohan untuk sekolah lainnya di Kecamatan Genteng dan atau sekolah-sekolah di daerah lain terkhusus di lokasi penelitian yaitu SMP Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng tentang bagaimana proses manajemen pengembangan program pembelajaran PAI. Kedua, memberikan informasi kepada SMP Unggulan Bustanul Makmur sendiri agar lebih mengembangkan dan mempertahankan program-program unggulan dan sesegera mungkin dapat mengadakan pembenahan jika terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi dalam kaitannya dengan Proses pengembangan Program Pembelajaran PAI. Ketiga, hasil penelitian ini bisa digunakan bagi peneliti lain untuk mengkaji secara mendalam konsep-konsep teoritik manajemen dalam pengembangan program pembelajaran PAI yang berkualitas dan lebih luas. F.
Definisi Istilah
Dalam subbab ini akan dipaparkan definisi istilah terkait dengan manajemen pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi.
124 | Mundir
1. Manajemen pengembangan Terdapat dua kata dalam istilah manajemen pengembangan, yaitu manajemen dan pengembangan. Manajemen terkait dangan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, sedangkan pengembangan dimaksud di sini adalah pembaharuan atau inovasi. 2. Program pembelajaran pendidikan agama Islam Program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dimaksud adalah program-program terkait dengan pembelajaran PAI.Program-program inilah yang dilakukan pembaharuan atau inovasi. G.
Kajian Kepustakaan
1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai manajemen pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. Fatur Rahman (2008), penelitiannya yang berjudul Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah di Unggulan Pondok Pesantren, menekankan pada bentuk-bentuk pengembangan profesionalisme guru madrasah dan faktor-faktor sebagai pendukung dan penghambat dalam meningkatkan mutu Guru madrasah di Madrasah Unggulan Pondok pesantren. Nur Ali (2008), penelitiannya yang berjudul Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren, mengupas tentang latar belakang Diadakan pengembangan kurikulum SMK, bagaimana manajemen pengembangan kurikulum SMK, dan apa implikasinya terhadap citra
Metode Penelitian Pendidikan | 125
SMK di lingkungan Pesantren. Dalam penelitiannya telah diketahui latarbelakang perlunya diadakan pengembangan kurikulum SMK karena kurikulum yang sudah ada masih menerapkan kurikulum lama yang berasal dari Depdiknas saja padahal sekolah ini berada pada lingkungan pesantren maka kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum yayasan pesantren yang dikolaborasikan dengan kurikulum Depdiknas. Pengembangannya melalui proses manajemen modern dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan. hasilnya mampu mengangkat citra SMK di lingkungan Pesantren dengan ditandai semakin banyaknya siswa yang masuk dari tahun ke tahun dan alumninya banyak yang diterima di dunia kerja. Aini Firdaus (2009), penelitiannya yang berjudul Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan Studi multi kasus pada MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang, menekankan pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran model manajemen modern-religius dengan metode pembelajaran Quantum Teaching and Learning. Dari pemaparan hasil penelitian di atas, tampak perbedaannya dengan penelitian yang akan berjalan. Penelitian ini bermaksud mengungkap bagaimana proses manajemen pengembangan program pembelajaran PAI, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliannya. 2. Kajian Teori a. PembelajaranPendidikan Agama Islam 1)
Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan usaha
126 | Mundir
sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. PAI yang pada hakekatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi (Nazarudin,2007: 12). Kegiatan (pembelajaran) PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam peserta didik, disamping untuk membentuk keshalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau keshalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan bermasyarakat baik yang seagama maupun yang tidak serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan sesama agama, antar agama, dan antar bangsa di tingkat nasional maupun internasional (Muhaimin,2002: 75-76). 2)
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Pendidikan agama Islam (PAI) SMP mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dengan mata pelajaran lain sebagai berikut (Nazarudin, 2007: 13). a) PAI adalah rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam. b) PAI sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada (1) menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, (2) menjadi landasan untuk rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di sekolah; (3) mendorong peserta didik untuk kritis, krea-
Metode Penelitian Pendidikan | 127
tif dan inovatif dan; (4) menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam, Tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial) c) Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. d) Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu Aqidah, syari’ah dan akhlak. e) Output program pembelajaran PAI di sekolah adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti luhur). 3)
Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam (PAI) pada sekolah umum bertujuan meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Nazarudin, 2007: 13). Dari tujuan tersebut, terdapat beberapa dimensi yang hendak dituju dalam pembelajaran PAI yaitu: 1) keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; 2) pemahaman atau penalaran serta keilmuan siswa; 3) penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam menjalankan ajaran agama; 4) pengamalan (Nazarudin, 2007: 16), dalam arti bagaimana ajaran yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakan, mengamalkan
128 | Mundir
dan mentaati ajaran agama Islam dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4)
Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Prinsip pembelajaran PAI yang harus diperhatikan guru yaitu: 1) berpusat pada siswa (kegiatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subyek belajar dan mendorong mereka untuk mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara optimal); 2) belajar dengan melakukan. Belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku, akan tetapi belajar adalah proses beraktivitas, belajar adalah berbuat (learning by doing); 3) mengembangkan kecakapan sosial. Maksudnya strategi pembelajaran diarahkan kepada hal yang memungkinkan siswa terlibat dengan pihak lain; 4) mengembangkan fitrah ber-Tuhan. 5) mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah; 6) mengembangkan kreativitas siswa; 7) mengembangkan pemanfaatan ilmu dan teknologi; 8) menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik; 9) belajar sepanjang hayat; 10) perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas (Sanjaya, 2006: 30-32 dan Nazarudin,2007: 1920). 5)
Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) butir (a) disebutkan bahwa mata pelajaran agama dan akhlak mulia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
Metode Penelitian Pendidikan | 129
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai wujud dari pendidikan agama. 6)
Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa. Untuk terjadinya perubahan perilaku sudah tentu di dalam pembelajaran tersebut terdapat pengalaman belajar yang sistematis yang langsung menyentuh kebutuhan siswa (Nazarudin, 2007: 165). Untuk keperluan pembelajaran dalam konteks pemberian pengalaman belajar dimaksud, maka model pembelajaran yang monoton sudah saatnya diganti dengan model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, siswa mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan masalah. Misalnya, inquiry-discovery approach, expository teaching, mastery learning humanistic education, contectual teaching and learning, role playing, modular instruction, dan pembelajaran partisipatif dengan tetap mempertimbangkanmateri, kemampuan dasar dan keunikan siswa (Makmun, 2002: 232-236 dan Mulyasa, 2006: 137-157).
130 | Mundir
b. Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Konsep Manajemen Dalam Webster, News Collegiate Dictionary disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to manage berasal dari bahasa Italia “managgio” dari kata “managgiare” yang diambil dari bahasa Latin, dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman,2006: 3). 1)
Kata manage dalam kamus tersebut diberi arti: (1) to direct and control (membimbing dan mengawasi); (2) to treat with care (memperlakukan dengan seksama); (3) to carry on business or affair (mengurus perniagaan, atau urusan/persoalan); (4) to achieve one’s purpose (mencapai tujuan tertentu) (Syamsudduha, 2004: 16). Dari sini dapat dipahami bahwa manajemen adalah suatu kemampuan atau ketrampilan membimbing mengawasi dan memperlakukan/mengurus sesuatu dengan seksama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen banyak dikemukakan oleh beberapa pakar manajemen yaitu: manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang lain (Toha,1999: 32). Menurut Gurlick manajemen adalah suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama (Fattah,1999: 13).
Metode Penelitian Pendidikan | 131
Terry memberikan defenisi: “management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources” (Terry, 1997: 4). Maksudnya bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan dengan menggunakan sumber manusia dan sumber lain. Sedangkan Hersey dan Blanchard memberikan definisi management as working with and through individuals and groups to accomplish organizational goals (Hersey dan Blanchard, 1982: 3). Pengertian di atas mengandung arti bahwa manajemen diartikan sebagai suatu bekerja dengan dan melalui individu dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan beberapa pengertian manajemen di atas, maka manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang menyangkut aspek-aspek yang sistematis, suatu proses kerjasama dan usaha melalui orang lain, pengaturan, pengarahan, koordinasi, evaluasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan serta dengan memperhatikan sumber dana, alat, metode, waktu dan tempat pelaksanaan. Konsep Pembelajaran Sedangkan Konsep Pembelajaran Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pada Pasal 1 Bab pertama, menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi interakasi siswa dengan guru 2)
132 | Mundir
atau sumber belajar yang lain dalam lingkungan belajar disebut pembelajaran. Sedang menurut Uno (2006: 45) bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Menurut Reigeluth (dalam Surya, 2004: 10) manajemen program pembelajaran adalah berkenaan dengan pemahaman, peningkatan dan pelaksanaan dari pengelolaan program pengajaran yang dilaksanakan. Itu berarti manajemen program pembelajaran adalah proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai tujuan program pembelajaran. 3)
Sebagai seorang manajer dalam organisasi kelas pembelajaran, guru setidaknya melalakukan hal sebagai berikut: (1) merencanakan yaitu menyusun tujuan pembelajaran; (2) mengorganisasikan, yaitu menghubungkan seluruh sumber daya belajar mengajar dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien; (3) memimpin yaitu memotivasi para peserta didik untuk siap mengikuti pelajaran; (4) mengawasi yaitu apakah kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu harus ada proses evaluasi pengajaran sehingga diketahui hasil yang dicapai (Syafarudin dan Nasution,2005: 77).
Metode Penelitian Pendidikan | 133
c. Pendekatan Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Pendekatan merupakan cara pandang atau sudut pandang yang setelah dilakukan kajian memiliki tingkat kecocokan/relevansi yang tinggi (efektivitas dan efisiensi) untuk digunakan oleh satuan pendidikan dalam memecahkan permasalahan atau untuk mencapai visi, misi, tujuan dan hasil pendidikan (Muhaimin, dkk. 2009: 7). Untuk meningkatkan keberhasilan belajar para siswa dalam membentuk mental dan moralitas guna pembentukan kepribadiannya, maka setidaknya ada lima pendekatan yang dapat digunakan dalam melaksanakan program pembelajaran di kelas (Sjarkawi,2006: 114-115), yaitu pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), pendekatan analisis nilai (values analysis approach), pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), dan pendekatanpembelajaran berbuat (action learning approach). d. Model Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Manajemen pengembangan merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Bisa juga didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Muhaimin, dkk. 2009: 5). Sedangkan pengembangan merupakan aktifitas yang terus menerus dalam rangka mencapai program yang diinginkan bisa berarti kualitas dan bisa juga secara kuantitas (Muhaimin,2009).
134 | Mundir
Dengan demikian, manajemen pengembangan program pembelajaran adalah usaha sistematis dan terus menerus untuk memperbaiki program-program pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran yang ada mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian pada satuan pendidikan tersebut dengan syarat potensi yang sudah ada lebih memenuhi dari yang distandarkan. e. Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dilakukan melalui tahap perencanaan pengembangan program pembelajaran, pelaksanaan pengembangan program pembelajaran, dan pengendalian pengembangan program pembelajaran. H.
Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan rancangan studi kasus dengan pendekatan kualitatif fenomenologi (Fatchan, 2009: 130). Rancangan studi kasus merupakan rancangan penelitian yang lebih menitik-beratkan pertanyaan tentang bagaimanadan mengapa dibanding dengan pertanyaan apa, siapa, di mana, dan kapan (Yin, 1989). Informan penelitian terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru, karyawan dan sebagian siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahobservasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penentuan informan akan ditentukan dengan teknik purposive sampling dan teknik snowboll sampling (Moleong, 2005; Mulyana, 2002; Bungin, 2003; Bogdan & Biklen, 1998).
Metode Penelitian Pendidikan | 135
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instumen kunci (key instrument). Keberhasilan penelitian kualitatif fenomenologis dalam bentuk studi kasusini, amat bergantung pada peran peneliti. Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif, dengan tahap-tahap sebagai berikut: pengumpulan data (analisis data selama proses pengumpulan data), reduksi data, memilahmilah data hasil reduksi dalam satuan-satuan (segmentasi data), melakukan atau membangun kategorisasi, dan menarik kesimpulan (Gall, dkk., 2003; Miles, 1994; Hamidi, 2004; Danim, 2002). Sedangkan pengecekan keabsahan data, dilakukanlahteknik triangulasi, teknik member check dan teknik Focus Group Discussion (Lincoln dan Guba, 1985:225). I.
Daftar Pustaka Ali, N. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren. Malang: PPs Universitas Negeri Malang. Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. 1998. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Daradjat, Z.. 2001. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama.
136 | Mundir
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004. Jakarta: Rancang Grafis. Fatchan, H.A. 2009. Metode Penelitian Kualitatif: Beserta Contoh Proposal Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Malang: Jenggala Pustaka Utama. Fattah,N. 1999. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. 2003. Educational Research: An Introduction (Seventh Edition). New York: United States of America. Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UNMUH Press. Ismail. 2008.Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Semarang: Pustaka RaSAIL. Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. California: SagePublication Inc. Makmun,A.S. 2002.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya. Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1994. An Expanded Sourcebook: Qualitative Data Analysis (Second Edition). Sage Publication Thousan Oaks, CA. Moleong, J.L. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Metode Penelitian Pendidikan | 137
Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L. S. 2009.Manajemen Pendidikan : Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana. Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L.S. 2009. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Pers. Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya. Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Mulyana, D. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana,R. 2004.Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Mulyasa,E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosdakarya. Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2007), hal. 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang StandarNasional Pendidikan Permendiknas RI nomor 52 tahun 2008 tentang Standar Proses Sanjaya,W. 2006.Pembelajaran dalam Implementasi KBK. Jakarta: Kencana.
138 | Mundir
Sjarkawi. 2006. Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara. Syamsudduha. 2004. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Graha Guru. Tafsir. 1997. Berbagai Permasalahan dalam Pendidikan Agama Islam. Bandung: IAINSunan Gunung Jati. Terry, G.R. 1997. Principles of Management (3rd ed.) (Homewood IL: Richard D. Irwin, INC. Toha,M. 1999. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Press. Uno, H.B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Usman,H. 2006. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yin, R.K. 1989. Case Study Research: Design and Method (Rev.ed.) Newbury Park, CA: Sag
Metode Penelitian Pendidikan | 139
140 | Mundir
3. Contoh Laporan Hasil Penelitian Kuantitatif SERTIFIKASI, KOMPETENSI DAN INOVASI PEMBELAJARAN DOSEN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM DI KABUPATEN BANYUWANGI Laporan Penelitian
Oleh : Dr. H. Mundir, M.Pd NIP. 19631103 199903 1 002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER OKTOBER, 2013
Metode Penelitian Pendidikan | 141
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara tiga komponen, yaitu input, proses, dan output. Sebagai sebuah sistem, maka akan terjadi hubu-ngan interaktif dan saling ketergantungan antara satu komponen dengan komponen yang lain. Input yang bermutu akan mengkon-disikan proses yang bermutu, dan akhirnya menghasilkan output yang bermutu, dan begitu sebaliknya dan seterusnya. Namun dari ketiga komponen tersebut, komponen proses merupakan komponen yang paling menentukan terhadap kondisi mutu output dan mutu input di masa yang akan datang. Dalam komponen proses, banyak pihak yang ikut bertanggung-jawab dan terlibat, baik langsung maupun tidak langsung. Orang tua yang di rumah, satpam, tukang kebun, karyawan tata usaha, pendidik, dan pimpinan, semua bertanggung-jawab dan terlibat atas kesuksesan, kelancaran, dan mutu proses pembelajaran. Dari sejumlah person tersebut, yang paling bertanggung jawab dengan proses pembelajaran adalah pendidik, termasuk dosen. Dosen merupakan salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Peran, tugas, dan tanggung-jawab dosen sangat bermakna dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan mutu manusia Indonesia, meliputi mutu iman/taqwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengeta-huan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab.
142 | Mundir
Untuk menjalankan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis itu, tentudiperlukan sosok dosen yang profesional dan kompeten dalam melaksanakan tugasnyasebagaimana diamanatkan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,bahwa “Dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utamamengajarkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat” (pasal 1, butir 2). Pada butir berikutnya dijelaskan, profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (pasal 1 butir 4). Selanjutnya dalam implementasinya, pelaksanaan Undang-undang dimaksud dilakukan melalui sertifikasi. Dengan demikian, sertifikasi dosen sesungguhnya merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, kreatifitas dan integritas dosen agar mampu melakukan aktualisasi potensi diri dan tugasnya secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara umum melalui pengembangan tridharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat). Oleh karenanya, sertifikasi dosen diharapkan mampu menjadi mediasi dalam mewujudkan quality assurance (penjaminan mutu) tenaga pendidik, terutama yang berada di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), terkait dengan rendahnya mutu PTAI selama ini terlebih jika dikaitkan dengan delapan standar Badan Standar Nasional
Metode Penelitian Pendidikan | 143
Pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Jadi, sertifikasi dosen bukan sekedar untuk meningkat-kan mutu kesejahteraan dosen melalui penerimaan tunja-ngan profesi, akan tetapi juga mengarah pada terwujudnya penjaminan mutu dosen yang kompeten dan profesional. Profesional dimaksud bercirikan kejujuran atas kemampuan diri sendiri. Kejujuran pendidik dalam menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dirinya memberikan gambaran tentang upaya yang terus menerus dilakukan oleh seorang pendidik untuk memperbaiki dirinya. Kejujuran seyog-yanya tercermin dalam perilaku pendidik sehari-hari (Rah-mad, 2007:1). Dosen profesional adalah dosen yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai tridarma perguruan tinggi dalam diri dan pelaksanaan tugasnya. Peningkatan mutu dosen secara akademik juga harus mempertimbangan aspek-aspek pengetahuan yang sangat fundamental dan bersifat unifersal, antara lain: kemampuan matematika, kemampuan dalam science dan teknologi, dan readingcomprehension. Ketiga aspek ini merupakan aspek utama dalam kehidupan masyarakat sosial dalam aktifitas sehari-hari. Kualifikasi akademik dosen dan berbagai aspek unjuk kerja sebagaimana ditetapkan dalam SK Menkowasbangpan Nomor 38 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah RI No. 37 Tahun 2009 Tentang Dosen, merupakan salah satu elemen penentu kewenangan dosen mengajar di suatu jenjang pendidikan. Di samping itu, penguasaan kompetensi dosen juga merupakan persyaratan penentu kewenangan mengajar. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan se-
144 | Mundir
bagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepri-badian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Tingkat penguasaan kompetensi dosen menentukan mutu pelaksanaan Tridharma sebagaimana yang ditunjukkan dalam kegiatan profesional dosen. Dosen yang kompeten untuk melaksanakan tugasnya secara profesional adalah dosen yang memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial yang diperlukan dalam praktek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa, teman sejawat dan atasan dapat menilai secara persepsional terhadap tingkat penguasaan kompetensi dosen. Namun dalam penelitian ini penilaian akan dilakukan oleh dosen terhadap kompetensi diri sendiri. Kualifikasi akademik dan unjuk kerja, tingkat penguasaan kompetensi sebagaimana yang dinilai orang lain dan diri sendiri, dan pernyataan kontribusi dari diri sendiri, secara berasama-sama, akan menentukan profesionalisme dosen. Profesionalisme seorang dosen dan kewenangan mengajarnya dinyata-kan melalui pemberian sertifikat pendidik. Sebagai penghargaan atas profe-sionalisme dosen, pemerintah menyediakan berbagai tunjangan serta maslahat yang terkait dengan profesionalisme seorang dosen (Kemendiknas, 2011: 1). Dengan demikian, status kelulusan sertifikasi idealnya berbanding lurus dan liniear dengan mutu pembelajaran yang direalisasikan melalui sejumlahinovasi di bidang pembelajaran. Namun realitasnya tidak selalu demikian. Temuan awal melalui wawancara dengan pimpinan dan sebagian do-
Metode Penelitian Pendidikan | 145
sen di lembaga tinggi yang bernafaskan Islam di kabupaten Banyuwangi, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ibrahimy Genteng dan Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA) Blok Agung Gambiran menunjukkan feno-mena yang doksan. Ditemukan sebagian dosen yang setelah lulus sertifikasi menunjukkan peningkatan grafikinovasi pembelajarannya, namun ada pula sebagian yang justru fakum dalam kondisi pembelajaran yang sudah pernah dilakukan. Begitu pula halnya dengan dosen yang belum lulus sertifikasi; di antara mereka ada yang justru ber untuk melakukaninovasi pembelajaran karena didorong keinginan untuk meningkatkan kompetensi dan mutu pembelajaran demi menyambut sertifikasi. Namun ada pula yang kurang ber berinovasi dengan dalih belum lulus sertifikasi. Oleh karena itu, masalah tersebut perlu diteliti dan dicermati di bawah judul “Sertifikasi, Kompetensi dan Inovasi Pembelajaran Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Is-
146 | Mundir
lam di Kabupaten Banyuwangi? 4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? 6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi? C. Tujuan Penelitian 1. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang signifikan tentang kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 2. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang signifikan tentang kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 3. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang signifikan tentang kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 4. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang signifikan tentang kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi.
Metode Penelitian Pendidikan | 147
5. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 6. Ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi civitas akademika a. Mengungkap peran penting sertifikasi dalam peningkatan mutu pembelajaran. b. Sarana refleksi terhadap kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap dosen yang profesional. c. Mendorong untuk senantiasa berinovasi dalam melaksanakan perencanaan dan proses pembelajaran. 2. Bagi peneliti a. Memperoleh pengalaman di bidanginovasi pembelajaran. b. Menghayati secara langsung tentang perlunya pengembangan terhadap kompetensi minimal yang harus dilakukan oleh dosen. c. Memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman di bidang kompetensi minimal yang harus dilakukan oleh dosen secara berkelanjutan. 3. Bagi komunitas pembaca a. Sebagai informasi baru tentanginovasi di bidang pembelajaran.
148 | Mundir
b. Sebagai referensi bagi pengembanganinovasi pembelaja-ran terkait dengan kompetensi dosen. c. Sebagai informasi tentang keterkaitan antara kompetensi dengan inovasi pembelajaran dosen di Perguruan Tinggi Agama Islam Kabupaten Banyuwangi. E. Ruang Ligkup Penelitian 1. Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki dua variabel penelitian. a. Variabelbebas (independent variable), terdiri dari sertifikasi dan kompetensi dosen. b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu inovasi pembelajaran dosen. 2. Indikator Variabel a. Variabel bebas (independent variable), terdiri dari sertifikasi dan kompetensidosen.Sertifikasi dosen diindikasikan oleh status kelulusan program sertifikasi dosen yang diikuti. Jadi ada yang sudah lulus (lulus) dan ada yang belum lulus (tidak lulus). Variabel kompetensi dibedakan ke dalam kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Variabel kompetensi diukur dengan sejumlah indikator yang terdapat pada Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen Terintegrasi Buku I Naskah Akademik Dirjen Dikti Kemendiknas (2011). Kompetensi pedagogik = 31 indikator, kompetensi profesional = 4 indikator, kompetensi sosial = 6 indikator, dan kompetensi kepribadian = 4 indikator. Variabel inovasi pembelajaran diukur dengan perencanaan pembelajaran = 5 indikator dan pelaksanaan pembelajaran = 8 indikator b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu inovasi pem-
Metode Penelitian Pendidikan | 149
belajaran dosen. Inovasi ini diindikasikan dengan ada/tidaknya inovasi di bidang perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. F. Definisi Opersional 1. Sertifikasi merupakan program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidik dan kesejahteraannya. Bagi yang sudah lulus program sertifikasi, akan mendapatkan sertifikat pendidik professional dan mendapatkan tunjangan sertifikasi setiap bulan. Sertifikasi yang diteliti ini adalah program sertifikasi yang diikuti oleh dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di kabupaen Banyuwangi ta-hun akademik 2013/2014. 2. Kompetensi yang diteliti adalah kompetensi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di kabupaen Banyuwangi ta-hun akademik 2013/2014. Kometensi dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. 3. Inovasi pembelajaran dimaksud di sini adalah inovasi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di kabupaen Banyuwangi tahun akademik 2013/2014 dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
150 | Mundir
BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pada bab II ini akan dipaparkan dasar teoritik yang terkait dengan sertifikasi dosen, dan inovasi pembelajaran yang terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. A. Penelitian Terdahulu Terdapat tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Pertama, penelitian Anung Pramudyo (2010) berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri Dipekerjakan pa-da Kopertis Wilayah V Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dosen adalah faktor kompetensi disamping faktor motivasi, kepemimpinan, dan lingklungan kerja. Variabel kompetensi memiliki hubungan dengan kinerja dosen sebesar h
=6,325 sementara t =0,496, yang berarti signifi-kan.
Kedua, penelitian Wisnu B. Nasutiyon, dkk. (2010) berjudul “Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik” Hasil penelitian menunjukkan bah-wa sertifikasi guru berpengaruh terhadap kompetensi mengajar guru sebesar h =0,306 sementara t =079, yang berarti signifikan. Meskipun penelitian ini mengambil populasi dan sampel guru, namun guru dan dosen sama-sama pendidik dan sama-sama mengikuti program sertifikasi. Dengan demikian, hasil penelitian ini juga dapat dianalogkan dan selanjutnya dijadikan dasar pijakan untuk penelitian yang dilakukan kepada dosen.
Metode Penelitian Pendidikan | 151
Ketiga, penelitian Zainal Abidin (2005) berjudul “Stra-tegi Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Optimalisasi Kinerja Dosen Dalam Pembelajaran di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang harus dilakukan dosen adalah sebagai berikut. (1) Pembuatan course outline dan lesson plan. (2) Mempersiapkan alat-alat dan media pembelajaran. (3) Dosen menerapkan strategi-strategi pembelajaran aktif.(4) Dosen melakukan evaluasi dengan prinsip pembela-jaran orang dewasa. Penelitian pertama dan kedua diguna-kan sebagai dasar pemilihan varaibel kompetensi dosen, sedangkan penelitian ketiga digunakan dasar pemilihan variabel inovasi pembelajaran. B. Kajian Teori 1. Sertifikasi Dosen a. Konsep Sertifikasi b. Tujuan Sertifikasi Dosen c. Makna Sertifikasi 2. Kompetensi dosen a. Kompetensi Pedagogik b. Kompetensi Profesional c. Kompetensi Sosial d. Kompetensi Kepribadian 3. Inovasi Pembelajaran a. Pembelajaran di Perguruan Tinggi b. Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi c. Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung 1) Pembelajaran Langsung 2) Pembelajaran Tidak Langsung 4. Sertifikasi, Kompetensi, dan Inovasi Pembelajaran
152 | Mundir
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen a. Motivasi b. Kepemimpinan c. Lingkungan Kerja C. Rumusan Hipotesis 1. Hipotesis Kerja (Ha) 2. Hipotesis Nihil (Ho)
Metode Penelitian Pendidikan | 153
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan rancangan korelasional. Pemikiran yang mendasari penelitian ini pada hakekatnya adalah bahwa status lulus dan tidak lulus dalam program sertifikasi dosen amat ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki dosen yang bersangkutan, Kompetensi dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi ini selanjutnya memiliki hubungan dengan inovasi di bidang pembelajaran (baik perencanaan maupun pelaksanaannya) dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di Kabupaten Banyuwangi. Dengan demikian akan dapat diketahui perbedaan kompetensi dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus program sertifikasi. Begitu pula tentang perbedaan inovasi pembelajarannya. B. Populasi dan Sampel Populasi ini terdiri dari 129 dosen yang berada di dua PTAI, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Ibrahimy Genteng sebanyak 42 dosen, dan Sekolah Tinggi Agama Islam DarussalamTegalsari sebanyak 87 orang. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik quota random sampling. Besar quota ditentukan 50% terhadap dosen yang telah lulus program sertifikasi dan 50% terhadap dosen yang belum lulus. Jumlah ini dipandang sudah cukup representatif, karena sudah melebihi batas minimal jumlah yang direkomendasikan. Pada taraf signifikansi 5%, batas jumlah
154 | Mundir
sampel minimal yang direkomendasikan adalah 10% untuk populasi yang jumlahnya lebih dari 100 orang (Arikunto, 1992:107) atau 45% untuk populasi yang jumlahnya sama atau kurang dari 500 orang (Sevilla, 1993:162). Hasil teknik qouta random sampling memperoleh jumlah sampel sebanyak 65 dosen dengan rincian 41 dosen yang telah lulus program sertifikasi dan 24 dosen belum lulus. Perhatikan tabel berikut. Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Jumlah Dosen Lulus Belum
Sampel 50% Lulus Belum
No
Nama PTAI
1
STAI Ibrahimy
28
14
14
7
2
STAIDA
53
34
27
17
3
Jumlah
48
41
81 129
24 65
Sumber Data: Kantor TU STAI Ibrahimy dan STAIDA Sampel yang telah ditentukan selanjutnya diberi daftar angket untuk diisi setelah mengajar, atau dapat dibawa pulang dan selanjutnya ada yang dikembalikan kepada peneliti secara langsung dan ada yang dititipkan kepada karyawan tata usaha. C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini menggunakan angket, wawancara, dan dokumenter. Namun instrumen utama adalah angket yang berisi tentang pernyataan tentang kompetensi dosen dan inovasi pembelajaran (perencanaan dan pelaksanaan
Metode Penelitian Pendidikan | 155
pembelajaran). Wawancara digunakan untuk menggali data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dosen di luar faktor sertifikasi, sedangkan dokumenter digunakan untuk menggali data tentang nama dan status dosen dalam sertifikasi (lulus atau belum lulus sertifikasi). Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Kabupaten Banyuwangi dapat dipilah-pilah menjadi dua sebagai berikut. dosen lulus sertifikasi melalui jalur sertifikasi dosen (sekalipun juga berprofesi sebagai guru di tingkat SLTA ke bawah) dan dosen lulus sertifikasi melalui jalur sertifikasi guru, karena yang bersangkutan di samping sebagai dosen juga sebagai guru di lembaga SLTA ke bawah. Namun dalam analisis, perbedaan jalur kelulusan ini diabaikan Variabel sertifikasi dibedakan ke dalam status lulus dan belum lulus, sedangkan kompetensi dibedakan ke dalam kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Variabel kompetensi diukur dengan sejumlah indikator yang terdapat pada Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen Terintegrasi Buku I Naskah Akademik Dirjen Dikti Kemendiknas (2011). Kompetensi pedagogik = 31 indikator, kompetensi profesional = 4 indikator, kompetensi sosial = 6 indikator, dan kompetensi kepribadian = 4 indikator. Variabel inovasi pembelajaran diukur dengan perencanaan pembelajaran = 5 indikator dan pelaksanaan pembelajaran = 8 indikator, sebagaimana yang direkomendasikan oleh Zaini Hisyam, dkk (2002) dalam bukunya Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. D. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan alat ana-
156 | Mundir
lisis statistik inferensial. Analisis statistik inferensial yang dipilih adalah analisis uji beda dengan teknik uji T atau t-Test (Nurgiyantoro, 2004:180), karena tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui ada/tidaknya perbedaan kompetensi dan inovasi pembelajaran antara dosen yang sudah lulus dan dosen yang belum lulus program sertifikasi. Analisis uji beda yang digunakan di sini adalah uji T (tTest) untuk sampel bebas (dua kelompok sampel) yang antara keduanya tidak ada hubungan atau orangnya berbeda. Rumus yang direkomendasikan adalah sebagai berikut. X1 X 2
t
s2 =
=
s2 s2 N1 N 2
2 2 X 2 X 1 X 2 X 2 1 2 N1 N2 N1 N 2 2
Keterangan: t = nilai t (nilai perbedaan yang dicari) s2 = varians populasi
Metode Penelitian Pendidikan | 157
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini secara berurutan akan dideskrisikan tentang paparan data dan temuan penelitian terkait dengan program sertifikasi, kompetensi dan inovasi pembelajaran. Paparan diawali dengan memaparkan profil Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di kabupaten Banyuwangi, deskripsi data, analisis data dan pengujian hipotesis, dan pembahasan. A. Profil PTAI di Kabupaten Banyuwangi Dari hasil studi dokumen, dapat diketahui profil PTAI di kabupaten Banyuwangi. Di kabupaten Banyuwangi terda-pat dua Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), yaitu Seko-lah Tinggi Agama Islam (STAI) Ibrahimy Genteng dan Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA) Blok Agung Tegalsari. STAI Ibrahimy Genteng berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan dan Sosial Ibraimy dengan unit-unit pendidikan sebagai berikut: 1) Pendidikan agama (diniyyah) meliputi Madrasah Diniyyah Ula, Madrasah Diniyyah Wustho, Madrasah Diniyyah Ulya, dan Syawir. 2) Pendidikan umum, meliputi Roudlotul Athfat (TK) Bustanul Makmur, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Bustanul Makmur, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bustanul Makmur, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bustanul Makmur, Madrasah Aliyah (MA) Bustanul Makmur, dan STAI Ibrahimy. STAI Ibrahimy memiliki 2 (dua) jurusan, yaitu Jurusan Tarbiyah dengan Program Studi Pendidikan Agama Islam (S1 PAI) dan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1 PGMI) dan Jurusan Syariah dengan Program Studi Ahwal
158 | Mundir
Syakhsiyah atau Hukum Perdata Islam (S1 AS) dan Program Studi Ekonomi Syariah (S1 E.Sy). STAIDA Blok Agung Tegalsari berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Tegalsari Banyuwangi dengan unit-unit pendidikan sebagai berikut: 1) Pendidikan agama (diniyyah) meliputi: Madrasah Diniyyah Ula, Madrasah Diniyyah Wustho, dan Madrasah Diniyyah Ulya. 2) Pendidikan umum meliputi: Sekolah Dasar (SD) Darussalam, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Darussalam, Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam, Madrasah Tsanawiyah Al-Amiriyyah (MTsA), Madrasah Aliyah Al-Amiriyyah (MAA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Darussalam, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA). STAIDA Blokagung memiliki 3 (tiga) jurusan, yaitu Jurusan Tarbiyah dengan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Jurusan Dakwah dengan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (S1 KPI), dan Jurusan Syariah dengan Program Studi Ekonomi Syariah (S1 E.Sy). Pada Tahun Akademik 2013/2014, STAI Ibrahimy Genteng memiliki dosen berjumlah 42 orang, dengan rincian 28 dosen sudah lulus program sertifikasi dan 14 dosen be-lum lulus program sertifikasi. Sedangkan STAIDA Blok-agung memiliki dosen berjumlah 87 orang, dengan rincian 53 orang sudah lulus program sertifikasi dan 34 orang belum lulus program sertifikasi. B. Deskripsi Data Pada sub bab deskripsi data ini akan dipaparkan sejumlah data yang berhasil dihimpun melalui metode angket ter-
Metode Penelitian Pendidikan | 159
kait dengan kompetensi 65 dosen (pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian) dan inovasi pembelajarannya di PTAI kabupaten Banyuwangi, yaitu di STAI Ibrahimy Genteng dan di STAIDA Blokagung. Mereka itu terdiri dari 41 orang sudah lulus program sertifikasi dan 24 orang belum lulus program sertifikasi. 1. Hasil Angket Kompetensi Dosen (Yang Sudah Lulus dan Yang Belum Lulus Sertifikasi Hasil angket tentang kompetensi dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut.
160 | Mundir
Tabel 4.1 Rekapitulasi Kompetensi Dosen Yang Telah Lulus dan Yang Belum Lulus Sertifikasi
L
BL
Kompetensi Dosen Profesio Sosial nal L BL L BL
1
4,1
4,1
4,0
3,8
4,3
4,3
4,4
3,8
2
4,1
4,0
4,0
3,8
4,2
3,8
4,6
3,8
3
4,2
4,1
4,5
4,3
4,0
4,2
4,0
4,4
4
4,1
4,1
3,8
4,0
4,3
4,3
4,2
3,6
5
4,2
4,0
4,3
4,0
4,3
4,0
4,4
4,0
6
4,1
4,0
3,8
4,3
4,5
4,3
4,4
4,0
7
4,3
4,0
4,3
3,8
4,0
4,0
4,4
4,0
8
4,0
4,0
4,3
3,5
4,2
3,8
4,2
3,6
9
4,3
4,1
4,0
4,0
4,3
4,3
4,2
4,2
10
4,2
3,9
4,0
4,0
3,7
4,2
4,6
4,2
11
4,3
4,0
4,5
3,5
4,3
3,7
4,4
3,6
12
4,2
4,0
4,0
3,8
4,5
4,2
4,4
4,4
13
4,0
4,0
3,8
3,8
4,3
4,3
4,2
4,2
14
4,4
4,0
4,0
3,8
4,0
4,0
4,6
3,6
15
4,2
4,0
4,3
3,8
4,5
4,2
4,4
4,0
16
4,2
4,0
4,5
4,3
3,7
4,0
4,2
3,8
17
4,3
4,0
4,0
3,8
4,5
4,0
4,2
3,8
18
4,2
4,0
4,0
4,0
4,2
4,0
4,2
4,0
19
4,3
3,9
4,3
3,5
4,3
3,8
4,2
3,6
N o
Pedagogik
Kepribad ian L BL
Metode Penelitian Pendidikan | 161
BL
Kompetensi Dosen Profesio Sosial nal L BL L BL
Kepribad ian L BL
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,8
3,8
4,2
4,1
4,5
4,0
3,8
4,2
4,2
3,8
22
4,2
4,0
4,0
3,8
4,2
4,0
3,6
3,8
23
4,2
4,2
4,5
3,5
4,3
4,0
4,8
3,8
24
4,2
3,9
4,0
3,5
4,2
3,8
4,2
3,8
25
4,1
4,3
4,3
4,4
26
4,3
4,5
3,7
4,4
27
4,3
4,3
3,8
4,4
28
4,3
4,0
4,2
4,0
29
4,3
4,8
3,8
4,2
30
4,4
4,0
3,7
4,2
31
4,3
4,0
4,3
4,4
32
4,3
4,8
4,5
3,8
33
4,2
4,3
4,0
4,8
34
4,4
4,0
3,8
4,4
35
4,1
4,3
4,5
4,0
36
4,4
4,5
3,7
4,2
37
4,3
4,0
3,7
4,2
38
4,2
4,5
3,5
4,2
39
4,3
4,3
4,2
4,8
40
4,5
4,0
3,8
4,2
41
4,2
4,0
4,0
4,0
N o
Pedagogik L
20
4,1
21
162 | Mundir
Sumber Data: Angket Kompetensi Dosen PTAI Kab. Banyuwangi 2. Hasil Angket Inovasi Pembelajaran Dosen (Yang Sudah Lulus dan Yang Belum Lulus Sertifikasi Hasil angket tentang inovasi pembelajaran dosen (yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut. Tabel 4.2 Rekapitulasi Angket Inovasi Pembelajaran Dosen PTAI Kabupaten Banyuwangi No
Inovasi Pembelajaran Perencanaan PembePelaksanaan Pembelajalajaran ran Belum LuBelum LuLulus Lulus lus lus
1
2,4
1,6
2,5
2,0
2
2,6
2,6
2,8
2,8
3
2,4
2,2
2,5
2,4
4
2,0
2,0
2,8
2,4
5
2,4
2,2
2,4
2,4
6
2,4
1,8
2,9
2,5
7
2,8
2,8
2,4
2,4
8
2,8
2,0
2,5
2,4
9
2,4
2,2
2,9
2,8
10
2,2
2,2
2,8
2,6
11
2,6
2,4
2,5
2,0
12
2,4
2,2
2,5
2,4
13
2,6
2,2
2,6
2,5
Metode Penelitian Pendidikan | 163
No
Inovasi Pembelajaran Perencanaan PembePelaksanaan Pembelajalajaran ran Belum LuBelum LuLulus Lulus lus lus
14
2,6
2,2
2,5
2,5
15
2,6
2,2
2,8
2,8
16
2,6
2,2
2,4
2,3
17
2,2
2,0
2,8
2,6
18
2,4
2,0
2,5
1,9
19
2,8
2,6
2,6
2,6
20
2,4
2,2
2,6
2,4
21
2,2
2,2
2,8
2,5
22
2,6
2,2
2,6
2,5
23
2,6
2,2
2,4
2,1
24
2,4
2,4
2,8
2,6
25
2,6
2,8
26
2,2
2,5
27
2,6
2,5
28
2,8
2,9
29
2,8
2,3
30
2,4
3,0
31
2,4
2,8
32
2,4
2,5
33
2,4
2,8
34
2,2
2,6
164 | Mundir
No
Inovasi Pembelajaran Perencanaan PembePelaksanaan Pembelajalajaran ran Belum LuBelum LuLulus Lulus lus lus
35
2,6
2,8
36
2,4
2,4
37
2,6
2,6
38
2,6
2,5
39
2,6
2,8
40
2,4
2,5
41
2,4
2,8
Sumber Data: Angket Kompetensi Dosen PTAI Kab. Banyuwangi C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Sesuai dengan rumusan hipotesis penelitian dan tujuan penelitian sebagaimana terdeskripsikan pada bab I, maka analisis data akan dilakukan dengan mempertimbangkan urutan dan jumlah rumusan hipotesis penelitian dan tujuan penelitian tersebut. Analisis data dilakukan dengan urutan sebagai berikut. 1) Uji beda kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 2) Uji beda kompetensi profesional, antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 3) Uji beda kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 4) Uji
Metode Penelitian Pendidikan | 165
beda kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 5) Uji beda inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 6) Uji beda inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 1. Uji bedakompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi Dalam rangka melakukan uji beda kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi, berikut dipaparkan tabel hasil rekapitulasi angket kompetensi pedagogok dosen PTAI kabupaten Banyuwangi. Tabel 4.3 Hasil Angket Kompetensi Pedagogik Dosen PTAI Kab. Banyuwangi No
Yang Sudah Lulus
Yang Belum Lulus
X1
f
fX1
fX12
1
4,0
2
8
32
3,9
3
11,7
45,63
2
4,1
7
28,7
117,67
4,0
15
60
240
3
4,2
14
58,8
246,96
4,1
5
20,5
84,05
4
4,3
13
55,9
240,37
4,2
1
4,2
17,64
5
4,4
4
17,6
77,44
166 | Mundir
X2
f
fX2
fX22
6
4,5
Jml
1
4,5
20,25
41
173,5
734,69
24
96,4
387,32
Sumber Data: Rekapitulasi Angket Kompetensi Pedagogik Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.3 di atas, diketahui: N1 = 41 ΣX1 (ΣfX1) = 173,5 ΣX12 (ΣfX12) = 734,69 N2 = 24 ΣX2(ΣfX1) = 96,4 ΣX22 (ΣfX22) = 387,32 Selanjutnya, uji komparasi dengan alat analisis statistik t-Test dapat dilakukan sebagai berikut. 2 2 X 2 X 1 X 2 X 2 1 2 N1 N2 N1 N 2 2 s2 = 734,690 734,201 387,320 387,207 41 24 2 =
0,489 0,113 63 = X1 X 2
t =
s 2 s2 N1 N 2
= 0,006
4,232 4,017 0,006 0,006 41 24 =
0,215 = 0,003 = 3,999 (tempirik, te)
0,215 = 0,054
Hasil te = 3,999 ini selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata te > tt yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, makahipotesis nihil (Ho) “Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang kompetensi
Metode Penelitian Pendidikan | 167
pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” ditolak; sedangkan hipotesis kerja (Ha) “Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” diterima. 2. Uji beda kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi Dalam rangka melakukan uji beda kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi, berikut dipaparkan tabel hasil rekapitulasi angket kompetensi pedagogok dosen PTAI kabupaten Banyuwangi. Tabel 4.4 Hasil Angket Kompetensi Profesional Dosen PTAI Kab. Banyuwangi Yang Sudah Lulus
No
Yang Belum Lulus
X1
F
fX1
fX12
1
3,8
3
11,4
43,32
3,5
5
17,5
61,25
2
4,0
18
72
288
3,8
9
34,2
129,96
3
4,3
10
43
184,9
4,0
7
28
112
4
4,5
8
36
162
4,3
3
12,9
55,47
5
4,8
2
9,6
46,08
41
172
724,3
24
92,6
358,68
Jml
X2
f
fX2
fX22
Sumber Data: Rekapitulasi Angket Kompetensi Profe-
168 | Mundir
sional Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.4 di atas, diketahui: N1 = 41 ΣX1 (ΣfX1)= 724,3 ΣX12 (ΣfX12) = 358,68 N2 = 24 ΣX2(ΣfX1) = 172 ΣX22 (ΣfX22) = 92,6 Selanjutnya, uji komparasi dengan alat analisis statistik t-Test dapat dilakukan sebagai berikut.
s2 =
2 2 X 2 X 1 X 2 X 2 1 2 N1 N2 N1 N 2 2
724,300 721,561 358,680 357,282 41 24 2
= 2,739 1,398 63 = X1 X 2
t =
s2 s2 N1 N 2
0,337 = 0,011
=
1,341 = 63 = 0,021 4,195 3,858 0,021 0,021 41 24
0,337 = 0,103 = 3,273 (tempirik, te)
Hasil te = 3,273 ini dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata te > tt yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, makahipotesis nihil (Ho) “Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di
Metode Penelitian Pendidikan | 169
Kabupaten Banyuwangi” ditolak; sedangkan hipotesis kerja (Ha) “Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” diterima. 3. Uji beda kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi Dalam rangka melakukan uji beda kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi, berikut dipaparkan tabel hasil rekapitulasi angket kompetensi pedagogok dosen PTAI kabupaten Banyuwangi. Tabel 4.5 Hasil Angket Kompetensi Sosial Dosen PTAI Kab. Banyuwangi No
Yang Sudah Lulus
Yang Belum Lulus
X1
f
fX1
fX12
1
3,5
1
3,5
12,25
3,7
1
3,7
13,69
2
3,7
6
22,2
82,14
3,8
4
15, 2
57,76
3
3,8
5
19
72,2
4,0
9
36
144
4
4,0
6
24
96
4,2
5
21
88,2
5
4,2
7
4,3
5
21, 5
92,45
6
4,3
10
43
184,9
7
4,5
6
27
121,5 24
97, 4
396,1
Jml
41
29,4 123,48
168,1 692,47
X2
f
fX2
fX22
Sumber Data: Rekapitulasi Angket Kompetensi Sosial
170 | Mundir
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.5 di atas, diketahui: N1 = 41 ΣX1 (ΣfX1) = 692,47 ΣX12 (ΣfX12) = 396,1 N2 = 24 ΣX2(ΣfX1) = 168,1 ΣX22 (ΣfX22) = 97,4 Selanjutnya, uji komparasi dengan alat analisis statistik t-Test dapat dilakukan sebagai berikut. 2 2 X 2 X 1 X 2 X 2 1 2 N1 N2 N N 2 2 1 2 s =
692,470 689,210 396,100 395,282 41 24 2
= 3,260 0,818 63 = X1 X 2 2
t =
2
s s N1 N 2
0,042 = 0,019
=
2,442 = 63 = 0,039 4,100 4,058 0,039 0,039 41 24
0,042 = 0,138 = 0.302 (tempirik, te)
Hasil te = 0.302 ini selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63, taraf signifikansi 5%, ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata te < tt yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, makahipotesis nihil (Ho) “Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” diterima; sedangkan hipotesis kerja (Ha)
Metode Penelitian Pendidikan | 171
“Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” ditolak. 4. Uji beda kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi Dalam rangka melakukan uji beda kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi, berikut dipaparkan tabel hasil rekapitulasi angket kompetensi pedagogok dosen PTAI kabupaten Banyuwangi. Tabel 4.6 Hasil Angket Kompetensi Kepribadian Dosen PTAI Kab. Banyuwangi No
Yang Sudah Lulus
Yang Belum Lulus
X1
f
fX1
fX12
X2
f
fX2
fX22
1
3,6
1
3,6
12,96
3,6
5
18
64,8
2
3,8
1
3,8
14,44
3,8
9
34,2
129,96
3
4,0
4
16
64
4,0
5
20
80
4
4,2
16
67,2
282,24
4,2
3
12,6
52,92
5
4,4
12
52,8
232,32
4,4
2
8,8
38,72
6
4,6
3
13,8
63,48
7
4,8
4
19,2
92,16
41
176,4
761,6
24
93,6
366,4
Jml
Sumber Data: Rekapitulasi Angket Kompetensi Kepri-
172 | Mundir
badian Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.6 di atas, diketahui: N1 = 41 ΣX1 (ΣfX1) = 761,6 ΣX12 (ΣfX12) = 366,4 N2 = 24 ΣX2(ΣfX1) = 176,4 ΣX22 (ΣfX22) = 93,6 Selanjutnya, uji komparasi dengan alat analisis statistik t-Test dapat dilakukan sebagai berikut. 2 2 X 2 X 1 X 2 X 2 1 2 N1 N2 N N 2 1 2 s2 = 761,600 758,950 366,400 365,040 41 24 2 =
2,650 1,360 63 = X1 X 2
t =
s2 s2 N1 N 2
0,402 = 0,010
=
1,290 = 63 = 0,020 4,302 3,900 0,020 0,020 41 24
0,402 = 0,100 = 4.023 (tempirik, te)
Hasil te = 4.023 ini selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata te > tt yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, makahipotesis nihil (Ho) “Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus
Metode Penelitian Pendidikan | 173
sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” ditolak; sedangkan hipotesis kerja (Ha) “Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” diterima. 5. Uji beda inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi Dalam rangka melakukan uji beda inovasi di bidang perencanaan pembelajaranantara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi, berikut dipaparkan tabel hasil rekapitulasi angket kompetensi pedagogok dosen PTAI kabupaten Banyuwangi. Tabel 4.7 Hasil Angket Inovsi di Bidang Perencanaan Pembelajaran Dosen PTAI Kab. Banyuwangi No
Yang Sudah Lulus
Yang Belum Lulus
X1
f
fX1
fX12
1
2
1
2
4
1,6
1
1,6
2,56
2
2,2
5
11
24,2
1,8
1
1,8
3,24
3
2,4
16
38,4
92,16
2
4
8
16
4
2,6
14
36,4
94,64
2,2
13
28,6
62,92
5
2,8
5
14
39,2
2,4
2
4,8
11,52
0
0
2,6
2
5,2
13,52
2,8
1
2,8
7,84
6 7
174 | Mundir
X2
F
fX2
fX22
Jml
41
101,8
254,2
23
50
109,76
Sumber Data: Rekapitulasi Angket Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.7 di atas, diketahui: N1 = 41 ΣX1 (ΣfX1) = 254,2 ΣX12 (ΣfX12)= 109,76 N2 = 24 ΣX2(ΣfX1) = 101,8 ΣX22 (ΣfX22)= 50 Selanjutnya, uji komparasi dengan alat analisis statistik t-Test dapat dilakukan sebagai berikut. 2 2 X 2 X 1 X 2 X 2 1 2 N1 N2 N N 2 1 2 s2 =
254,200 252,762 (109,760 - 108,696) 41 24 2
=
1,438 1,064 0,374 63 = = 63
X1 X 2
t =
s 2 s2 N1 N 2
0,309 = 0,005
=
= 0,006
2,483 2,174 0,006 0,006 41 24
0,309 = 0,072 = 4,320 (tempirik, te)
Hasil te = 4,023 ini selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata te > tt yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Metode Penelitian Pendidikan | 175
Dengan demikian, makahipotesis nihil (Ho) “Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” ditolak; sedangkan hipotesis kerja (Ha) “Terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” diterima. 6. Uji beda inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi Dalam rangka melakukan uji beda inovasi di bidang perencanaan pembelajaranantara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi, berikut dipaparkan tabel hasil rekapitulasi angket kompetensi pedagogok dosen PTAI kabupaten Banyuwangi. Tabel 4.8 Hasil Angket Inovasi di Bidang Peelaksanaan PembelajaranDosen PTAI Kab. Banyuwangi No
Yang Sudah Lulus
Yang Belum Lulus
X1
f
fX1
fX12
2,3
1
2,3
5,29
1,9
1
1,9
3,61
2,4
5
12
28,8
2
2
4
8
3
2,5
12
30
75
2,1
1
2,1
4,41
4
2,6
6
15,6
40,56
2,3
1
2,3
5,29
1 2
176 | Mundir
X2
f
fX2
fX22
5 6 7
2,8
13
36,4
101,92
2,4
7
16,8
40,32
2,9
3
8,7
25,23
2,5
5
12,5
31,25
3
1
3
9
2,6
4
10,4
27,04
2,8
3
8,4
23,52
17
39,6
92,88
Jml
40
105
276,8
Sumber Data: Rekapitulasi Angket Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.8 di atas, diketahui: N1 = 41 ΣX1 (ΣfX1) = 276,8 ΣX12 (ΣfX12) = 92,88 N2 = 24 ΣX2(ΣfX1) = 105 ΣX22 (ΣfX22) = 39,6 Selanjutnya, uji komparasi dengan alat analisis statistik t-Test dapat dilakukan sebagai berikut. 2 2 X 2 X 1 X 2 X 2 1 2 N1 N2 N N 2 1 2 s2 =
276,800 275,625 (92,880 92,245) 41 24 2
=
1,175 0,635 63 = X1 X 2
t =
s2 s 2 N1 N 2
0,296 = 0,007
=
0,540 = 63 = 0,009 2,625 2,329 0,009 0,009 41 24
0,296 = 0,083 = 3,548 (tempirik, te)
Hasil te = 3,548 ini selanjutnya dikonsultasikan
Metode Penelitian Pendidikan | 177
dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata te > tt yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, makahipotesis nihil (Ho) “Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” ditolak; sedangkan hipotesis kerja (Ha) “Terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi” diterima. D. Pembahasan Pada sub bab ini akan dibahas atau didiskusikan tentang hasil analisis data dan pengujian hipotesis. Secara berurutan, akan dilakukan pembahasan tentang: 1) uji beda kom-petensi pedagogik, profesional, sosial, dak kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi; dan 2) uji beda inovasi di bidang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 1. Uji Beda Kompetensi Pedagogik, Profesional, Sosial, dan Kepribadian antara Yang Belum Lulus dan Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi
178 | Mundir
Hasil uji beda (t-Test) tentang kompetensi pedagogik menunjukkan hasil sebesar te = 3,999. Setelah dikon-sultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t pada db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5%, ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata nilai te (3,999) lebih besar dari pada nilai tt (2,000)yang berarti Ho ditolak dan Ha di-terima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) kabupaten Banyuwangi dalam hal kompetensi pedagogik. Hasil uji beda (t-Test) tentang kompetensi profesional menunjukkan hasil sebesar te = 3,273. Setelah dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t pada db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5%, ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata nilai te (3,273) lebih besar dari pada nilai tt (2,000) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) kabupaten Banyuwangi dalam hal kompetensi profesional. Hasil uji beda (t-Test) tentang kompetensi sosial menunjukkan hasil sebesar te = 0.302. Setelah dikonsultasi-kan dengan tabel nilai nilai kritis t pada db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5%, ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata nilai te (0.302) lebih kecil dari pada nilaitt (2.000) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) kabupaten Banyuwangi dalam hal kompetensi sosial. Hasil uji beda (t-Test) tentang kompetensi kepribadian
Metode Penelitian Pendidikan | 179
menunjukkan hasil sebesar te = 4.023. Setelah dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t pada db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000. Ternyata nilai te (4.023) lebih besar dari pada nilai tt (2000)yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) kabupaten Banyuwangi dalam hal kompetensi kepribadian. Dari keempat hasil analisis data dan uji hipotesis, ternyata hanya kompetensi sosial yang tidak memiliki perbedaan signifikan antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi. Sementara itu mereka memiliki perbedaan yang signifikan dalam ketiga kompetensi yang lain, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, dan kepribadian. Adanya perbedaan yang signifikan tersebut sesuai dengan pesan akan perlunya peningkatan kompetensi secara berkelanjutan pasca lulus srtifikasi, sebagaimana terdeskripsikan dalam Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (SERDOS) Terintegrasi Buku I Naskah Akademik, Lampiran 1 tentang Jenis-Jenis Kompetensi (2011: 21) dan diperkuat lagi dalam buku yang sama terbitan tahun 2012, yaitu Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen (Serdos) Terintegrasi Buku 1 Naskah Akademik, Lampiran 1 (2012: 20). Sementara itu, tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal kompetensi sosial, kiranya juga dapat dimaklumi. Karena apabila dicermati secara seksama, ter-
180 | Mundir
nyata kompetensi yang lebih erat kaitannya dengan tugas seorang pendidik adalah kompetensi pedagogik, profesional, dan kepribadian. Sedangkah kompetensi sosial tidak hanya terkait dengan tugas seorang pendidik di lembaga sekolah, melainkan juga terkait dengan intensitas komunikasi dan interaksi dengan masyarakat secara luas (Mulyasa, 2008: 75). Namun pada suatu ketika, sangat rasional apabila dosen yang masih belum lulus program sertifikasi justru lebih giat berbenah diri untuk mencapai status profesional. Dengan demikian kondisi mereka ini tidak akan jauh bebeda dengan kondisi para dosen yang sudah lulus sertifikasi. Disadari atau tidak, program sertifikasi hakikatnya merupakan penghargaan terhadap para dosen yang telah bekerja secara profesional dan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar (Rahmat, 2007:2). Dengan demikian, adanya perbedaan kompetensi secara signifikan antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus merupakan suatu hal yang wajar. Namun, apabila suatu ketika terdapat kasus yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kompetensi secara signifikan, dikarenakan dosen yang belum lulus justru amat bergairah untuk meningkatkan profesionalismenya dalam rangka menyambut program sertifikasi sehingga kelak dapat lulus sertifikasi juga. Sebaliknya juga merupakan sesuatu yang wajar, apabila dosen yang telah lulus sertifikasi justru secara kontinyu dan berkalanjutan meningkatkan kompetensinya.
Metode Penelitian Pendidikan | 181
2. Uji Beda Inovasi di Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran antara Yang Belum Lulus dan Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi Hasil uji beda atau uji T (t-Test) tentang inovasi di bidang perencanaan pembelajaran menunjukkan hasil te = 4,023. Setelah dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000, dan ternyata nilai te (4,023) lebih besar dari pada nilai tt (2,000)yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.Artinya, antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal perencanaan pembelajaran. Hal ini terjadi bagi dosen di Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. Hasil uji beda atau uji T (t-Test) tentang inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran menunjukkan hasil te = 3,548. Setelah dikonsultasikan dengan tabel nilai nilai kritis t dengan db = N1+N2–2 = 63 dan taraf signifikansi 5% ditemukan nilai tabel (tt) = 2,000, dan ternyata nilai te (3,548) lebih besar dari pada nilai tt (2,000)yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.Artinya, antara dosen yang sudah lulus dan yang belum lulus sertifikasi memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal perencanaan pem-belajaran. Hal ini terjadi bagi dosen di Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. Hasil analisis data dan uji hipotesis tersebut menunjukkan betapa signfikannya pengaruh atau hubungan fungsional program sertifikasi terhadap atau dengan inovasi pembelajaran. Dosen yang telah lulus sertifikasi, secara empirik dan teoritik akan memiliki perencanaan pem-
182 | Mundir
belajaran dan mampu melaksanakan pembelajaran dengan lebih sempurna dibandingkan dengan dosen yang belum lulus. Kompetensi yang dimiliki akan mengkondisikan mereka untuk membangun pembelajaran yang lebih bermakna dan berpusat pada mahasiswa (Eko, 2011:17). Dengan demikian disadari bahwa semakin kompeten dan semakin profesional seorang dosen maka semakin sempurna perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, dan begitu pula sebaliknya. Mengapa demikian? Karena inovasi pembelajaran (perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kompetensi dosen, khususnya kompetensi pedagogik dan profesional.
Metode Penelitian Pendidikan | 183
BAB V PENUTUP Pada bab penutup ini, akan dideskripsikan tentang kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil analsisi data dan uji hipotesis. A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil analisis data dan uji hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Ter perbedaan yang signifikan tentang kompetensi pedagogik antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi profesional antara yang belum lulus dan yang sudah lu-lus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi sosial antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 4. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang kompetensi kepribadian antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. 5. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang perencanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi
184 | Mundir
6. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang inovasi di bidang pelaksanaan pembelajaran antara yang belum lulus dan yang sudah lulus sertifikasi Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi. B. Saran-saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka disusun saran-saran sebagai berikut. 1. Dosen yang belum lulus sertifikasi hendaknya tetap semangat meningkatkan kompetensinya, baik pedagogik, profesional, sosial, maupun kepribadian, agar nanti saat sertifikasi gampang lulus, dan kualitas pembelajaran semakin meningkat. 2. Dosen yang sudah lulus sertifikasi hendaknya tetap berupaya meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan sebagai konsekwensi atas hak dan tanggung jawab yang diembannya setelah lulus program sertifikasi. 3. Lembaga tinggi STAI Ibrahimy dan STAIDA hendaknya memfasilitas terciptanya iklim akademik yang kondusif yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kompetensi para dosen, baik yang sudah lulus program sertifikasi maupun yang belum lulus. Demikian hasil penelitian yang dapat dilaporkan, semoga hasil ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya, amīn yā rabbal ‘ālamīn.
Metode Penelitian Pendidikan | 185
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2005. Strategi Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Optimalisasi Kinerja Dosen Dalam Pembelajaran di Fakultas Agama Islam Universitas Surakarta). Laporan Penelitian dalam Shuhuf, Vol. XVII, No. 1/Mei/2005, hal. 75-85 Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Melton Putra Depdiknas. 2005. Blue Print TIK Untuk Pendidikan: Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan TIK di Bidang Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2008. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum). Jakarta: Direktorat Akademik Ditjen Dikti Depdikbud RI. Eko, Richardus Indrajit. 2011. Teknologi Informasi dan Perguruan Tinggi: Menjawab Tantangan Pendidikan Abad Ke-21. http://issuu.com/ocwcon-sortium/ docs/buku-rei-tikperguruantinggi-semifinal. (Online), diakses 13 Juli 2012). Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE International Labour Office. 1986. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Jakarta : Erlangga. Junaidi; Salamah, Husniyatus, Z.; Supardi; Abidin, Zainal; Mukhlison & Mustamin. 2008. Strategi Pembelajaran (Edisi Pertama). Surabaya: Learning Assistance Program for Islamic
186 | Mundir
Scholls Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (LAPIS PGMI). Karjantoro, Handoko. 2004. Mengelola Kinerja: Suatu Tinjauan Praktis, Usahawan, Nomor 07, Tahun XXXIII, Juli 2004 (2428). Kemendiknas. 2011. Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (SERDOS) Terintegrasi Buku I Naskah Akademik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Kemendiknas. 2012. Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (Serdos) Terintegrasi, Buku I Naskah Akademik. Jakarta: Ditjen Dikti Kemendiknas. Knowles, Malcom. 1997. The Modern Practice of Adult Education Andragogyversus Paedagogy. New York : Association Press Muijs, Daniel & Reynolds, David. 2008. Effective Teaching (Evidence and Practice). Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul: Effective Teaching (Teori dan Aplikasi) oleh: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa. E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PR Remaja Rosdakarya. Mundarti. 2007. Faktor-Taktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar di Prodi Kebidanan Magelang Politeknik Kesehatan Semarang. Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Nasutiyon, Wisnu B. & Arthana, I Ketut Pegig. 2010. Pengaruh
Metode Penelitian Pendidikan | 187
Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Artikel dalam Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (47-62). Newby, Timothy, J.; Stepich, Donald, R; Lehman, James, D; & Russell, James, D. 2000. Instructional Technology for Teaching and Learning: Desgning Instruction, Integrating Computers, and Using Media. London: Prentice Hall International (UK) Limited. Nurgiyantoro, Burhan; Gunawan & Marzuki. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurhaeni, DS. 2010. Andragogi, Suatu Orientasi Baru dalam Pembelajaran. Artikel dalam jurnal PILAR. Makasar. Universitas Muhamadiyah Makasar, Edisi Desember 2010. Nursyam. 2012. Makna Sertifikasi Dosen Swasta. http://nursyam. sunan-ampel.ac.id./?p=1120. Diakses Minggu, 26 Februari 2012, jam 23:02. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara RI. Peringkat Universitas di Indonesia | Daftar Universitas Terbaik 2012. http:/meeta bied.blogspot.com/2011/12/peringkatuniversitas-di-indonesia.html. diakses Minggu, 26 Februari 2012, jam 21:07. Pramudyo, Anung. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri Dipekerjakan Pada Kopertis Wilayah V Jogjakarta. Artikel dalam Jurnal JBTI, Vol. 1 No. 1 Februari 2010. Jogyakarta: Akademi Manajemen Administrasi
188 | Mundir
(AMA) ‘YPK’ Yogyakarta. Qowaid. 2007. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Melalui Inovasi Pembelajaran. Artikel dalam “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Editor: Choirul Fuad Yusuf. Jakarta: PT. Pena Citasatria. Rahmat, Adi. 2007. Sertifikasi Guru/Dosen dalam Meningkatkan Inovasi Pembelajaran di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Artikel disajikan dalam seminar nasional “Pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” yang diselenggarakan oleh Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia: FP MIPA. Reksohadiprodjo, Sukanto dan T. Hani Handoko (1992), Organisasi Perusahaan : Teori, Struktur, dan Perilaku, Edisi Kedua, Yogyakarta : BPFE Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Fereferansi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Saefudin, U.S. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalan, T.G., Regala, B.P., & Uriarte, G.G. 1993. An Introduction to Research Methods. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Alimuddin Tuwu dan alam Syah dengan judul: Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Univ. Indonesia (UI-Press). Slavin, Robert E. 1994. Educational Psychology Theory and Practice.
Metode Penelitian Pendidikan | 189
Boston: Allyn and Bacon. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta Tjahjono, Heru K. 2009. Metode Penelitian Bisnis 1.0, Yogyakarta, VSM – Magister Manajemen UMY. Undang-undang Guru dan Dosen dilengkapi dengan Undang-un-dang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yukl, Gary A. 1998. Kepemimpinan Dalam Organisasi (Leadership In Organization), EdisiKelima. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Zaini, H., Munthe, B., Ayu, S.A., Djamaluddin, A., & Rosyad, R. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Centre for Teaching Staff Development (CTSD) IAIN Sunan Kalijaga.
190 | Mundir
Metode Penelitian Pendidikan | 191
192 | Mundir
Metode Penelitian Pendidikan | 193
194 | Mundir
DAFTAR ANGKET INOVASI PEMBELAJARAN PETUNJUK PENGISIAN 1. Isilah identitas diri dengan lengkap 2. Isilah angket ini dengan cara memberi tanda silang pada huruf jawaban a, b, atau c. 3. Jawaban yang benar adalah jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. IDENTITAS DIRI 1. Nama : ....................................... 2. Sertifikasi Pendidik : Lulus/Belum Lulus*) 3. No. HP : ....................................... PERTANYAAN A. Inovasi Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran) 1. Apakah bapak/ibu memiliki Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mengajar di kelas? a. Ya, lengkap per semester per kelas b. Ya, tetapi per matakuliah saja c. Ya, tetapi tidak semua matakuliah 2. Bagaimana proses pengadaan Satuan Acara Perkuliahan (SAP)? a. Menyusun setiap kali akan mengajar b. Menyusun per semester c. Menggunakan SAP semester yang lalu 3. Apakah SAP yang bapak/ibu pergunakan dilengkapi dengan kompetensi dasar dan indikator a. Ya, lengkap dengan kompetensi dasar dan indikator b. Kadang lengkap c. Sering tidak lengkap 4. Apakah SAP yang bapak/ibu pergunakan dilengkapi
Metode Penelitian Pendidikan | 195
dengan hari/tanggal dan pokok bahasan dan sub pokok bahasan materi perkuliahan? a. Ya, lengkap b. Seringkali hanya pokok bahasan materi dan hari/tanggal. c. Hanya pokok bahasan materi saja. 5. Apakah SAP dilengkapi dengan jenis tugas dan kriteria atau pembobotan penilaian? a. Ya, lengkap b. Yang kadang hanya jenis tugas. c. Tidak ada kedua-duanya. B. Inovasi Pembelajaran (Pelaksanaan Pembelajaran) 1. Apakah sebelum memulai mengajar, bapak/ibu melakukan pengecekan terhadap kesiapan kelas untuk pembelajaran? a. , selalu b. Kadang ya, kadang tidak c. Sering tidak 2. Apakah sebelum memulai mengajar, bapak/ibu melakukan apersepsi? a. Ya, selalu b. Kadang ya, kadang tidak c. Sering tidak 3. Apakah sebelum memulai mengajar, bapak/ibu berupaya menguasai materi pelajaran? a. Ya, selalu b. Kadang ya, kadang tidak c. Sering tidak 4. Bagaimana strategi pembelajaran yang bapak/ibu gunakan?
196 | Mundir
5.
6.
7.
8.
a. Variatif dan situasional b. Lebih banyak menggunakan student centered learning strategy c. Menggunakan teacher centered learning strategy Bagaimana bapak/ibu memanfaakan media/sumber belajar? a. Memaksimalkan media/sumber belajar yang ada di samping referensi wajib dan anjuran. b. Memaksimalkan referensi wajib dan anjuran. c. Memaksimalkan catatan. Apakah bapak/ibu melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang baru saja berakhir atau selesai? a. Ya, selalu. b. Kadang melakukan refleksi kadang tidak. c. Sering tidak Siapa yang membuat rangkuman terhadap materi (pokok bahasan) yang baru saja dibahas? a. Mengkondisikan mahasiswa untuk membuat rangkuman. b. Kadang merangkum bersama mahasiswa, kadang sendirian c. Dosen merangkum sendiri Apakah bapak/ibu melakukan evaluasi (post test) pada akhir pembelajaran? a. Ya, selalu b. Kadang ya, kadang tidak c. Sering tidak
Metode Penelitian Pendidikan | 197
198 | Mundir
4. Contoh Laporan Penelitian Kualitatif PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA UNGGULAN PONDOK PESANTREN BUSTANUL MAKMUR GENTENG BANYUWANGI Laporan Penelitian
Oleh: Dr. H. MUNDIR, M.Pd NIP. 19631103 199903 1 002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER NOVEMBER, 2014
Metode Penelitian Pendidikan | 199
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan formal adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Permasalahannya adalah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islamkurang berhasil dalam pembentukan perilaku positif siswa. Lemahnya aspekmetodologi yang dikuasai oleh guru juga merupakan penyebab rendahnyakualitas pembelajaran. Metode yang banyak dipakai adalah model konvensional yang kurang menarik. Apabila kualitas pembelajaran tidak dapat ditingkatkan, tidak menutup kemungkinan tujuan Pendidikan Agama Islam pun tidak akan sesuai dengan yang diharapan. Secara umum tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk pribadi taqwa.1 Di samping itu ada juga yang merumuskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah.2 Permasalahan nyata yang tampak dan diakui pula oleh para ahli pendidikan dewasa ini adalah pendidikan agama yang diajarkan di sekolahumum ternyata kurang berhasil untuk mengembangkan pribadi-pribadi yangtaat dan be1Tafsir, Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan Agama Islam, (Bandung: IAINSunan Gunung Jati, 1997), 14. 2Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004, (Jakarta: RancangGrafis, 2003), 2.
200 | Mundir
rakhlak mulia. Bukti-bukti yang diajukan untuk memperkuatpernyataan tersebut antara lain kenyataan adanya siswa yang tidak mampumembaca Al-Qur’an dengan baik meski sudah duduk di bangku SMP, belumdapat melaksanakan shalat dengan baik, tidak puasa di bulan Ramadhan, tidak menunjukkan perilaku yang terpuji, banyaknya perilaku asusila danpenggunaan obat terlarang dan minum minuman keras di kalangan pelajar.Kesimpulannya, pendidikan agama belum mampu untuk menumbuhkan sikappositif dalam diri anak yang berguna bagi kemaslahatan masyarakat.3 Dalam Islam, penggunaan metodologi yang tepat dalam rangka mempermudah proses pembelajaran adalah suatu keniscayaan sehingga keberadaanya sangat dinanti baik dari kalangan siswa maupun dari pemerhati dan pengguna lulusan keguruan. Ismail mengatakan bahwa metode sebagai seni dalam mentrasformasi ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebihsignifikan dibanding dari materi itu sendiri.4 Sebuah adagium mengatakanbahwa “At-Thariqatu Ahammu min al-Maddah” (metode jauh lebih pentingdibanding materi) Ini adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yangcukup menarik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik makamateri itu kurang dapat dicerna oleh siswa.Al-qur’an sebagai sumber hukum Islam telah memrintahkan untukmemilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran Perha3Daradjat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta : Ruhama, 2001), 49. 4Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: Pustaka RaSAIL, 2008), 12.
Metode Penelitian Pendidikan | 201
tikan al-Qur’an, surah an-Nahl, 16:125, dan al-Qur’an, surah Ali Imran, 3:159. Selama ini, metodologi pembelajaran agama Islamyang diterapkan masihmempertahankan cara-cara lama yang sudah menjadi tradisi (tradisional) seperti ceramah, menghafal dandemonstrasi yang tampak kering. Seperti halnya pada materi ilmu tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah dan membaca al-Qur’an sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama. Namun tidak demikian halnya dengan pendidikan agama Islam di SMP Unggulan Bustanul Makmur Genteng. PAI di SMP ini tidak hanya merupakan tanggung jawab personal guru agama Islam, melainkan tanggung jawab bersama tim pengembang pembelajaran agama Islam (PAI). Tim pengembang senantiasa berbenah diri dan berinovasi dalam rangka menerapkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM). Siswa dikondisikan sholat dhuha sebelum memulai pelajaran, sholat dhuhur dan ashar secara berjamaah, berlatih merawat dan mensholati janazah, manasik haji, bahkan berlatih berpidato (khitobah). Yang lebih unik adalah sikap sopan santun siswa sehari-hari terhadap dewan guru dan karyawan dalam bentuk memberi salam dan berjabat tangan dengan mereka saat awal bertemu dan atau secara kondisional.5 Tampaknya tim pengembang agama menyadari bahwa subtansiPAI adalah keimanan yang lebih berdimensi afektif dengan sasaran utamahati nurani (concience) yang harus dite-
5Hasil
Wawancara dengan kepala sekolah, Sabtu 20 Juli 2013.
202 | Mundir
rapkan (psikomotor) dalam kehidupansehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran PAI diupayakansecara integralistik yang mampu menyentuh semua ranah. Mereka memilih program-program pengembangan yang tepatdalam pembelajaran PAI dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka menarik kiranya untuk dilakukan penelitian tentang manajemen pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islamdi SMP unggulan pondok pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka penelitian ini memfokuskanpada “Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi”. Fokus penelitian iniselanjutnya dijabarkan dalam beberapa subfokus sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran pendidikan agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi? 2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi? 3. Bagaimana evaluasi program pembelajaranpendidikan agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi?
Metode Penelitian Pendidikan | 203
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis dan mendeskripsikan perencanaan program pembelajaranpendidikan agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. 2. Menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. 3. Menganalisis dan mendeskripsikan evaluasi program pembelajaran pendidikan agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut. Pertama, sebagai bahan percontohan untuk sekolah lainnya di Kecamatan Genteng dalam hal pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. Kedua, hasil penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti lain untuk mengkaji secara mendalam konsep-konsep teoritik terkait dengan pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam, maupun pembelajaran mata pelajaran yang lain.
204 | Mundir
E. Definisi Istilah Dalam subbab ini akan dipaparkan definisi istilah terkait dengan manajemen pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. 1. Manajemen pengembangan Terdapat dua kata dalam istilah manajemen pengembangan, yaitu manajemen dan pengembangan. Manajemen terkait dangan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, sedangkan pengembangan dimaksud di sini adalah pembaharuan atau inovasi. 2. Program pembelajaran pendidikan agama Islam Program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dimaksud adalah program-program terkait dengan pembelajaran PAI. Program-program inilah yang dilakukan pembaharuan atau inovasi.
Metode Penelitian Pendidikan | 205
BAB II KERANGKA TEORITIK A. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai manajemen pengembangan program pembelajaranPendidikan Agama Islam telah dilakukan oleh beberapa peneliti.Berikut hasil eksplorasi terhadap sejumlah penelitian yang relevan.. Hamid Supriyanto (2005), hasil penelitiannya yang berjudul Pengembangan Metode Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Kota Yogyakarta yang lebih menitik-beratkan pembahasannya pada aspek afektif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, terkhusus lagi dari segi metode pembelajaran yang yang diteliti adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru PAI (selanjutnya disingkat GPAI) di seluruh SMA Negeri Kota Yogyakarta.6 Dalam penelitian deskriptifnya tersebut, Hamid menyimpulkan bahwapara GPAI masih menggunakan metode mengajar yang terbatas dan belum menyentuh aspek afektif sehingga pembelajaran kognitif lebih mendominasi dalam proses pembelajarannya. Komarudin (2005), hasil penelitiannya yang berjudul Manajemen Peningkatan Mutu pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Delanggu Tahun Ajaran 2004/ 2005 yang disusun oleh Komarudin yang menitik-beratkan penelitiannya pada pendeskripsian penyusunan rencana program peningkatan mutu, pelaksanaan dan ketercapaian mutu yang dihasilkan di Sekolah Menengah Pertama Nege6Hamid
Supriyatno, Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diSMA Negeri Kota Yogyakarta,(Yogyakarta: PPs UIN Sunan Kalijaga, 2005), v
206 | Mundir
ri2 Delanggu.7 Dalam hasil penelitian kualitatif tersebut, Komarudin menyimpulkanbahwa di Sekolah Menengah Pertama yang ditelitinya telah menerapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) karena kemandirian sekolah dalam menggali dan mengelola sumber dana, kemandirian dalam meningkatkan partisipasi warga sekolah, orang tua dan masyarakat, kemandirian dalam pengadaan sarana prasarana, pembinaan ketrampilan pengelolaan kegiatan siswa, pembekalan dan penerapan kemampuan manajemen dalam skala jumlah siswa yang banyak dalam mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa. Fatur Rahman (2008), hasil penelitiannya yang berjudul Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah di Unggulan Pondok Pesantren, Tesis, PPs UIN Malang yang menekankan pada bentuk-bentuk pengembangan profesionalisme guru madrasah dan faktor-faktor sebagai pendukung dan penghambat dalam meningkatkan mutu Guru madrasah di Unggulan Pondok pesantren.8 Nur Ali (2008), penelitiannya yang berjudul “Manajemen Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Lingkungan Pesantren”, yang mengupas tentang latar belakang diadakannya pengembangan kurikulum SMK, bagaimana manajemen pengembangan kurikulum SMK, dan apa implikasinya terhadap citra SMKdi Pesant-
7Komarudin,Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2Delanggu Tahun Ajaran 2002/2003”(Yogyakarta: PPs Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2004), v. 8Fatur Rahman, Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah di Unggulan Pondok Pesantren, (Malang: PPs Universitas Islam Negeri, 2008), v.
Metode Penelitian Pendidikan | 207
ren.9 Dalam penelitiannya diketahui latarbelakang perlunya diadakan pengembangan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan karena kurikulum yang sudah ada masih menerapkan kurikulum lama dari Depdiknas saja padahal sekolah ini berada pada lingkungan pesantren maka kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum dari yayasan pesantren yang dikolaborasikan dengan kurikulum Depdiknas. Pengembangannya melalui proses manajemen modern dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan. Diketahui hasilnya mampu mengangkat citra Sekolah Menengah Kejuruan di lingkungan Pesantren dengan ditandai semakin banyaknya siswa yang masuk dari tahun ke tahun dan alumninya banyak yang diterima di dunia kerja. Aini Firdaus (2009), hasil penelitiannya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan Studi Multi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 dan Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Malang” yang menekankan pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran model manajemen modern-religius dengan metode pembelajaran Quantum Teaching and Learning.10 Dari pemaparan hasil penelitian di atas nampak perbedaan penelitian para peneliti terdahulu dengan penelitian penulis. Penelitian penulis bermaksud mengungkap bagaimanaPengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren 9Nur Ali, “Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren”(Malang: PPs Universitas Negeri Malang, 2008), v. 10Aini Firdausi, “Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan Studi Multi Kasus pada MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang, (Malang: PPs Universitas Negeri Malang, 2009), v.
208 | Mundir
Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi, sejak perencanaan program, pelaksanaan program, hingga evaluasinya. B. Kajian Teori Pada sub bab kajian teori sengaja tidak ditampilkan deskripsinya semata-mata untuk kepentingan efisiensi. 1. Pengembangan Program Pembelajaran 2. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam b. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP c. Tujuan Pendidikan Agama Islam d. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Islam e. Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP f. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 3. Pengembangan Program Pembelajaran a. Konsep Manajemen b. Konsep Pembelajaran c. Kegiatan Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran 4. Model Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran 5. Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Perencanaan Pengembangan Program Pembelajaran PAI b. Pelaksanaan Pengembangan Program Pembelajaran PAI c. Pengendalian Pengembangan Program Pembelajaran PAI
Metode Penelitian Pendidikan | 209
210 | Mundir
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dirancang dengan rancangan studi kasusdengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif berkiblat pada pemikiran Weber yang menyatakan bahwa penelitian-penelitian sosial bukan semata-mata memfokuskan pada gejala-gejala sosial yang tampak, tetapi pada makna-makna latent di balik perilaku dan interaksi sosial tersebut. Rancangan studi kasus merupakan rancangan penelitian yang lebih menitik-beratkan pertanyaan tentang bagaimana (how) dan mengapa (why) dibanding dengan pertanyaan apa (what), siapa (who), di mana (where), dan kapan (when). B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dengan observasi terkumpul data tentang pelaksanaan program pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur (SMP BUMA) Genteng Banyuwangi, dan evaluasi terhadap perencanaan program pengembangan pembelajaran PAI dan pelaksanaannya. Dengan wawancara terungkap data tentang perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasinya. Sedangkan dengan dokumentasi terungkap foto-foto kegiatan dan visi misi SMP BUMA yang menjadi dasar perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI, pelaksanaan, dan evaluasinya.
Metode Penelitian Pendidikan | 211
C. InstrumenPenelitian Terkait dengan instrumen penbelitian, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instumen kunci(key instrument). Keberhasilan penelitian kualitatif yang dirancang dalam bentuk studi kasus ini amat bergantung pada peran peneliti. Peran tersebut sudah diawali sejak proses pengumpulan data hingga penyimpulan. Informan penelitian terdiri dari kepala sekolah(Dwi Wahyu Hari Basuki, S.Pd), wakil kepala sekolah (Lukman Arif, S.Pd.I), dan tim pengembang agama Islam (Lukman Arif, S.Pd.I; Imamuddin, S.Pd.I., M.Pd.I; Ainur Rojikin, S.HI., M.Pd.I; dan Afin Masyhuri, S.Pd.I.). Penentuan informan ditentukan dengan teknik purposive sampling dan teknik snowboll sampling. D. Analisis Data dan Pengecekan Keabsahan Temuan Data tentang perencanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul MakmurGenteng Banyuwangi, pelaksanaan, dan evaluasinya dianalisis secara kualitatif dengan tahap-tahap sebagai berikut: pengumpulan data (analisis data selama proses pengumpulan data), reduksi data, memilah-milah data hasil reduksi dalam satuan-satuan (segmentasi data), melakukan atau membangun kategorisasi, dan menarik kesimpulan. Pengecekan keabsahan data yang terkumpul dilakukan melalui triangulasi metode, yaitu metode wawancara, metode observasi, dan studi dokumentasi. Hasil pengumpulan data melalui wawancara akan dicek kualitasnya melalui observasi dan studi dokumentasi.
212 | Mundir
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bab IV ini mendeskripsikan hasil pengumpulan data, analisis data, dan temuan penelitian. Paparan data dan analisis data tersebut terkait dengan fokus penelitian, yaitu perencanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam, pelaksanaan, dan evaluasnya. Sementara temuan penelitian memaparkan temuan-temuan data di luar fokus penelitian. Oleh karena itu, deskripsi tersebut dibagi ke dalam tiga subbab sesuai fokus penelitian, dan dilanjutkan dengan temuan penelitian. Namun sebelum mendeskripsikan semua itu, akan dideskripsikan lebih dahulu tentang profil Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. A. Profil SMP Bustanul Makmur Deskripsi tentang profil Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi (selanjutnya disebut SMP Buma) ini didasarkan pada hasil studi dokumentasi yang dilakukan pada hari Sabtu, 10Agustus 2013, dan dilengkapi dengan data hasil akses dari Error! Hyperlink reference not valid. pada hari Minggu, 11 Agustus 2013.11 SMP Buma didirikan pada tahun pelajaran 2003/2004 dibawah naungan pondok pesantren Bustanul Makmur dan di bawah yayasan pendidikan dan sosial ibrahimy. SMP ini didirikan dengan visi: ”Unggul dalam IMTAQ, handal dalam IPTEK, teguh dalam kepribadian, dan berdaya saing global”. Visi ini kemudian direalisasikan melalui sejumlah 11Lihat hasil studi dokumentasi dalam bentuk selayang pandang SMP Buma lampiran 3.
Metode Penelitian Pendidikan | 213
misi. Misi yang dicanangkan adalah (1) melaksanakan delapan standart pendidikan yang diperkaya dengan karakter RSBI, (2) mengembangkan kurikulum sekolah yang dinamis dan berwawasan global, (3) melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, inspiratif, menyenangkan, mengagumkan dan membanggakan, (4) mengembangkan wawasan keislaman, kebangsaan, dan kecendikiaan, dan (5) meningkatkan kualitas layanan pendidikan atas dasar kesetaraan, keadilan, multikultur, multiintelegensi dan belajar tuntas. Visi dan misi terebut dirumuskan relevan dengan tujuan pendidikan yang telah dicanangkan. Tujuan pendidikan SMP Buma adalah lulusan yang memiliki standar mutu pendidikan dengan 3 komitmen, yaitu (1) keislaman, (2) kebangsaan, dan (3) kecendikiaan. Komitmen keislaman; indikatornya (a) pemahaman yang luas dan benar tentang ajaran Islam, (b) keyakinan yang benar dan mantap terhadap ajaran Islam, dan (c) motivasi yang tinggi untuk menerapkan/mengamalkan ajaran Islam. Komitmen kebangsaan; indikatornya (a) pemahaman yang luas dan benar tentang falsafah dan budaya bangsa, (b) keyakinan yang benar dan mantap terhadap falsafah dan budaya bangsa, (c) motivasi yang tinggi untuk mengamankan, mengamalkan, dan mengembangkan falsafah dan budaya bangsa. Sedangkan komitmen kecendikiaan; indikatornya adalah keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Ketiga komitmen tersebut dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Sistem pendidikan SMP Buma mengacu pada standar mutu UNESCO, yaitu sekolah yang dapat menerapkan empat pilar pembelajaran sebagai gerbang pembebasan anak,
214 | Mundir
yaitu (1) bagaimana anak belajar untuk belajar (how learn to learn), (2) bagaimana anak belajar untuk berbuat (how learn to do), (3) bagaimana anak belajar untuk mengenal dan menjadi menurut dirinya sendiri (how learn to be), dan (4) bagaimana anak dapat belajar hidup berdampingan dalam kebersamaan dengan yang lain (how learn to life together). Untuk itu, pengembangan kurikulum dipandang sebagai sebuah keharusan, termasuk dalam hal ini adalah pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam. Di samping itu, SMP Buma sangat memperhatikan kebutuhan siswa tidak saja dalam aktivitas pembelajaran, namun juga dalam mengasah nalar kritisnya serta menyediakan kegiatan rekreatif dalam bentuk olah raga dan seni. Pembinaan kemampuan berorganisasi siswa menepati porsi yang cukup besar. Beberapa lembaga kesiswaan sebagai wadah berlatih berorganisasi yang bersifat internal sekolah tumbuh dan berkembang subur. Lembaga tersebut terdiri atas Student Council (SC) atau lebih dikenal dengan OSIS, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Remaja Masjid Um Du’a (Remas), Dewan Kerja Galang (DKG), Radio Utama FM, Palang Merah Remaja (PMR), Komunitas Musik (KOMSI), dan kelompok belajar (English Club, Math Science Club). Berdasarkan sistem pendidikan yang telah dikelolanya, kini SMP Bustanul Makmur memiliki 10 (sepuluh) karakteristik sebagai berikut. (1) Sekolah telah terakreditasi oleh BAN (Badan Akreditasi Nasional) dengan nilai A. (2) Sarana dan prasarana penbelajaran meliputi gedung yang memadai, perpustakaan, masjid, laboratorium keagamaan, laboratoryum sains, laboratorium komputer, dan sarana olah raga serta sarana pendukung lainnya. (3) Tenaga pendidik direkrut melalui mekanisme yang ketat dengan mempertimbangkan
Metode Penelitian Pendidikan | 215
akademik, integritas kepribadian, dan kompetensi. (4) Sistem pembelajaran yang menyenangkan dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) dan didukung oleh tenaga pendidik yang ramah sehingga siswa terasa nyaman/enjoy walau sekolah seharian. (5) Menerapkan model fullday school (masuk pk 07.00 sampai pk 16.00) dengan bimbingan dan pengawasan terprogram, sehingga memperkecil kemungkinan siswa berbuat negatif di luar sekolah. (6) Pembiasaan kebahasaan dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris setiap hari di lingkungan sekolah. Khusus komptensi bahasa Inggris, sekolah bekerja sama dengan Kangguru Radio English, sebuah lembaga pengembangan bahasa Inggris dari Australia. (7) Kultur keagamaan di sekolah yakni mengawali pembelajaran dengan membaca Alquran dan shalat Dhuha berjamaah dilanjutkan dengan pembelajaran keagamaan sampai pukul 07.30WIB, shalat Dhuhur dan Ashar berjamaah diawali dan diakhiri shalat Rawatib. Diharapkan dengan pembiasaan keagamaan akan memberikan dampak yang positif pada siswa ketika di tengah masyarakat, (8) secara tidak langsung anak belajar di SMP Bustanul Makmur akan melaksanakan program kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup ini dapat dijadikan bekal dalam menghadapi tantangan hidup dan kehidupan di tengah-tengah perkembangan zaman yang cepat berubah setelah mereka kelak menjadi anggota masyarakat. Kecakapan bekal hidup yang dikembangkan mengarah pada kecakapan intelektual, vocational, moral (social), dan lain-lain. (9) Layanan pendidikan secara terbimbing untuk membantu mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan baik menyangkut masalah pribadi, sekolah, dan bimbingan karir. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar anak pulang sekolah tanpa beban, tanpa pekerjaan rumah (PR), dan un-
216 | Mundir
tuk menghindari brainfac syndrome (kelelahan otak) akibat banyaknya beban. (10) Sekolah menjamin kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan berapresiasi secara wajar untuk menguatkan karakter kepribadian, sehingga tidak banyak aturan tetapi kaya prestasi dan berdaya saing global.12 1. Perencanaan Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi Sebagaimana terungkap dalam profil di atas, diketahui bahwa SMP Buma memiliki visi “Terwujudnya kualitas lulusan yang unggul dalam IMTAQ, handal dalam IPTEK, tangguh dalam kepribadian dan berwawasan keunggulan”. Visi ini diimplementasikan melalui misinya, yaitu: a) mengembangkan wawasan keislaman, kebangsaan dan kecendikiaan b) mengembangkan kurikulum sekolah yang dinamis dan berwawasan keunggulan sesuai perkembangan zaman; c) melaksanakan 8 standar pendidikan nasional yang diperkaya dengan pendidikan berkarakter; d) melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, menyenangkan dan menginspirasi; dan e) meningkatkan layanan pendidikan atas dasar kesetaraan, keadilan, multikultur, multiintelegensi dan belajar tuntas. Dari sinilah pengembangan program pembelajaran dilakukan. Pengembangan program pembelajaran juga dilakukan untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI). Pengembangan ini dilakukan oleh tim agama Islam yang 12Lihat
daftar prestasi 3 (tiga) tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa SMP Buma memang kaya prestasi, sebagai salah satu wujud riil dari pelaksanaan visi misi yang dibangunnya
Metode Penelitian Pendidikan | 217
terdiri dari Imamuddin, S.Pd.I, M.Pd.I, Lukman Arif, S.Pd.I, Ainur Rojikin, S.Hi, M.Pd.I, dan Afin Masyhuri, S.Pd.I. Pengembangan program pembelajaran PAI diawali dari perencanaan, dilanjutkan dengan pelaksanaan dan diakhiri dengan evaluasi. Terkait dengan pengembangan program pembelajaran, kepala SMP Buma, Dwi Wahyu Hari Basuki, S.Pd. “Dewan guru atau staf pengajar di SMP Bustanul Makmur, dikelompokkan menjadi 8 (delapan) kelompok tim pengembang program pembelajaran, yaitu tim pengembang keagamaan, tim pengembang bahasa Indonesia, tim pengembang bahasa Inggris, tim pengembang matematika, tim pengembang sains, tim pengembang sosial, dan tim pengembang olah raga, ICT” (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang kepala SMP Buma). Tim pengembang program pembelajaran biasanya bekerja setelah mereka melakukan rapat bersama dewan guru atau staf pengajar yang lain dalam rangka persiapan pembelajaran di semester yang akan datang sekaligus evaluasi proses pembelajaran yang lalu. Berikut penuturan Imamuddin, S.Pd.I., M.Pd.I., salah satu guru agama Islam, sekaligus anggota tim pengembang agama Islam. Di awal semester kami biasa bertemu dalam forum informal untuk membicarakan persoalan program pembelajaran yang sudah berjalan dan merencanakan program pembelajaran di semester yang akan datang (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang guru SMP Buma)
218 | Mundir
Informasi berikutnya adalah penuturan Lukman Arif, S.Pd.I, salah satu guru agama Islam yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Setiap menyambut awal semester baru, kita terbiasa melakukan rapat bersama seluruh dewan guru atau staf pengajar plus para karyawan dalam rangka mempersiapkan pembelajaran di semester yang akan datang dan evaluasi proses pembelajaran yang sudah berjalan. Dalam forum rapat ditegaskan bahwa seusai rapat, masing-masing tim pengembang disilahkan untuk melakukan pengembangan program pembelajaran. Program pembelajaran secara garis besar dibagi dua, yaitu program pembelajaran di dalam jam efektif dan di luar jam efektif (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang Wakil Kepala SMP Buma). Lalu seperti apa di dalam jam efektif dan di luar jam efektif itu? Lukman Arif, S.Pd.I, menambahkan. Program pembelajaran di dalam jam efektif berbentuk perencanaan pembelajaran yang benar-benar enjoy-learning dan student centered learning, yang implementasinya dapat di dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, di depan kelas, di laboratorium, atau di perpustakaan, atau di tempat-tempat lain yang dipandang nyaman untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran di luar jam efektif berbentuk pemberlakuan password (kata kunci) untuk memasuki pintu gerbang SMP Buma yang dijaga oleh guru piket, bersalaman dengan beliau, mengambil air wudlu, masuk masjid, sholat tahiyatul masjid, sholat
Metode Penelitian Pendidikan | 219
dhuha berjamaah, baru setelah itu para siswa masuk ke kelas masing-masing. Password dapat berupa ayat-ayat suci al-Qur’an, hadits Nabi Saw., atau nama-nama tokoh atau peristiwa-peristiwa penting sesuai kesepakatan antara tim pengembang agama dengan tim pengembang pelajaran non-agama. Menjelang waktu dhuhur tiba, jam pelajaran diistirahatkan. Beberapa saat kemudian para siswa melakukan persiapan sholat dhuhur berjamaah, sholat sunnah qobliyah ba’diyah, kultum oleh siswa. Kemudian para siswa melanjutkan pelajaran sesuai jadwal. Begitu menjelang waktu sholat ashar tiba, para siswa istirahat, lalu mempersiapkan sholat berjama’ah, sholat sunnah qobliyah, sholat ashar berjama’ah, dan pulang (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang Wakil Kepala SMP Buma).13 Selanjutnya, dengan nuansa agak berbeda, Ainur Rojikin, S.HI., M.Pd.I, menuturkan tentang perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI sebagai berikut. Kami tim agama berempat, memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk mengembangkan program pembelajaran PAI, baik pembelajaran di dalam maupun di luar jam efektif. Kami merencanakan pembelajaran PAI sebagai pembuka sekaligus sebagai penutup proses pembelajaran, di mulai dari masjid dan diakhiri di masjid pula. Lebih dari itu, kami berupaya pengkondisian lingkungan agamis senantiasa 13Hal ini diperkuat dengan hasil studi dokumentasi dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAI (Lihat lampiran 5).
220 | Mundir
terjaga. Misalnya dengan mengumandangkan secara sayup-sayup bacaan ayat ayat suci al-Qur’an atau nasyid (lagu-lagu Islami) selama proses pembelajaran berlangsung, atau lagu-lagu yang dapat memotivasi terbangunnya semangat patriotisme, misalnya lagu-lagu perjuangan (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang guru SMP Buma). Lalu apa yang dimaksud dengan pembelajaran yang diawali dari masjid dan diakhiri di masjid? Ainur Rojikin, S.HI., M.Pd.I, menambahkan. Maksudnya, kita merencanakan agar para siswa sebelum memulai pelajaran sesuai jadwal (di kelas maupun di luar kelas), mereka dikondisikan agar masuk masjid untuk sholat tahiyatul masjid, membaca al-Qur’an sambil menunggu sholat dhuha berjama’ah. Baru kemudian masuk kelas masingmasing (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang guru SMP Buma). Itulah sejumlah informasi yang diperoleh dari kepala sekolah dan ketiga guru agama. Di sini masih ada satu guru agama yang perlu dideskripsikan informasinya, yaitu Afin Masyhuri, S.Pd.I.sebagai berikut. Kami merencanakan pengembangan program pembelajaran di luar jam efektif dalam bentuk kegiatan ritual keagamaan dan budi pekerti, seperti pembacaan tahlil, surah yasin, al-barjanji, al-manaqib, pidato atau ceramah agama, dan memberi salam kepada para guru dan karyawan saat awal berjumpa. Kami juga merencanakan penguasaan keagamaan bagi
Metode Penelitian Pendidikan | 221
siswa, yang dipilah-pilah untuk tiap semester mulai dari semester ke-1 di kelas VII hingga semester ke-6 di kelas IX (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang guru SMP Buma). Dari sini, tampak bahwa kegiatan pembelajaran di luar jam efektif relatif banyak ragamnya dan menempati durasi waktu yang cukup panjang. Lalu bagaimana dengan pembelajaran di dalam jam efektif? Berikut penuturan Afin Masyhuri, S.Pd.I. Program pembelajaran PAI di dalam jam efektif menempati jam yang diatur secara hirarchis seperti kerucut terbalik sebagai berikut: kelas VII = 8 jam, kelas VIII = 6 jam, dan kelas IX = 4 jam. Hal ini dimaksudkan, bahwa kami perlu menanamkan pemahaman keagamaan kepada para siswa sejak dini secara maksimal di samping pembiasaan perilaku keagamaan di luar jam efektif. Lalu berangsur-angsur jam efektif dikurangi, namun pembiasaan keagamaan tetap diberlakukan dan tidak dikurangi (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang guru SMP Buma).14 Itulah sejumlah informasi terkait dengan pengembangan program pembelajaran PAI. Pertanyaan berikutnya adalah, siapa yang mendampingi para siswa saat mereka melakukan kegiatan keagamaan di luar jam efektif tersebut? Tim pengembang agama saja, atau juga diikuti oleh guru dari tim pengembang pelajaran di luar aga14Hal ini dapat dilihat dari hasil studi dokumentasi dalam bentuk jadwal pelajaran 2013/2014 (Lihat lampiran 6).
222 | Mundir
ma?Berikut penuturan wakil kepala sekolah yang sekaligus juga guru PAI, Lukman Arif, S.Pd.I. Sebagai pendamping utama adalah kami berempat sebagai tim pengembang agama, sementara dewan guru atau karyawan di luar tim pengembang agama, statusnya sebagai pendamping penyempurna. Kehadiran mereka tetap sangat diharapkan bahkan dihimbau oleh kepala sekolah, agar mereka dapat menjadi contoh yang baik (uswah hasanah) bagi para siswa (Hasil wawancara, Sabtu, 31 Agustus 2013, di ruang guru SMP Buma). Berdasarkan paparan data atau informasi hasil wawancara di atas, dapat dimengerti bahwa perencanaan pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di luar jam efektif, di dalam jam efektif, dan perencanaan pengembangan lingkungan sekolah yang religius. Secara visual, perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Metode Penelitian Pendidikan | 223
Tabel 4.1 Perencanaan Pengembangan Program Pembelajaran PAI
1.
2.
3.
4. 5.
6.
Di Luar Jam Efektif Memasuki pintu ger- 1. bang dengan password. Sholat tahiyatul mas- 2. jid, membaca atau alQur’an, dan sholat dhuha. 3. Sholat tahiyatul masjid, qobliyah dan ba’diyah dhuhur, 4. dan sholat dhuhur berjama’ah. 5. Kultum atau ceramah agama oleh siswa. 6. Sholat tahiyatul masjid, qobliyah ashar, 7. dan sholat ashar berjama’ah. Perencanaan penguasaan keagamaan yang dipilah-pilah untuk tiap semester.
Di Dalam Lingkungan Jam Efektif Sekolah Yg Religius Pembelajaran senya- Mengumandangkan seman mungkin (enjoy cara sayup-sayup learning). 1. Bacaan ayat-ayat suci Pembelajaran beral-Qur’an pusat pada siswa (stu- 2. Nasyid (lagu-lagu relident centered learning) gi) dan lagu-lagu Pembelajaran di halayang dapat memotiman sekolah atau devasi terbangunnya pan kelas semangat patriPembelajaran di perotisme, misalnya lapustakaan. gu-lagu perjuangan. Pembelajaran di Masjid. Pembelajaran di Laboratorium. Pembelajaran di Ruang Multimedia (ICT)
Sumber data: Hasil analisis data wawancara dan observasi. Semua kegiatan perencanaan tersebut menjadi wewenang dan tanggung jawab tim pengembang agama atau PAI. Sehingga tim agamalah yang menjadi pendamping utama, sementara para dewan guru atau karyawan selain tim agama menjadi pendamping penyempurna atau tambahan, yang kehadirannya sangat diharapkan atau dianjurkan, namun tidak sampai diwajibkan.
224 | Mundir
2. Pelaksanaan Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi Setiap kegiatan pembelajaran idealnya selalu didasarkan pada perencanaan yang telah tersusun sebelumnya. Tim pengembang agama SMP Buma telah melakukan perencanaan program pembelajaran agama (PAI) dan selanjutnya diupayakan untuk diimplementasikan sebagaimana mestinya. Sebagaimana paparan data sebelumnya tentang perencanaan program pembelajaran PAI yang terbagi ke dalam perencanaan di luar jam efektif, di dalam jam efektif, dan penetaan lingkungan, maka pada tahapan implementasinya juga terbagi ke dalam pelaksanaan di luar jam efektif, dalam jam efektif, dan penataan lingkungan. Berikut penuturan kepala SMP Buma, Dwi Wahyu Hari Basuki, S.Pd . Saya berupaya hadir tepat waktu, bahkan saya berupaya datang lebih awal. Karena dengan begitu saya dapat melihat langsung bagaimana pelaksanaan perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI yang sudah disusun atau disepakati sebelumnya. Di samping itu, saya juga dapat berpartisipasi dalam mendampingi dan sekaligus ikut praktik ubudiyah bersama-sama dewan guru dan siswa. Ini terkait dengan pelaksanaan perencanaan pembelajaran di luar jam efektif. Sementara itu, untuk pelaksanaan perencanaan pembelajaran di dalam jam efektif, saya memanfaatkan CCTV (Close Circuit Television) untuk memantau pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, sedangkan di luar kelas dapat saya dapat melakukan observasi langung atau tidak lang-
Metode Penelitian Pendidikan | 225
sung (Hasil wawancara, Sabtu, 14 September 2013, di ruang Kepala SMP Buma).15 Perencanaan pengembangan pembelajaran PAI yang sudah dilakukan oleh tim pengembang agama memang seyogyanya dilakukan semaksimal mungkin. Namun apakah hal itu dapat direalisasikan oleh tim pengembang agama? Berikut ini penuturan Lukman Arif, S.Pd.I. Saya sebagai anggota tim pengembang agama berupaya untuk dapat mengimplementasikan sejumlah perencanaan pembelajaran PAI yang telah dikembangkan. Untuk pelaksanaan program pembelajaran PAI di luar jam efektif, semua anggota tim agama bertanggung jawab. Sementara tim pengembang mata pelajaran lain membantu tim agama. Setelah mereka menempatkan kendaraan di tempat parkir, mereka langsung menuju pintu gerbang membantu tim agama dalam menerima password para siswa. Setelah memasuki pintu gerbang SMP Buma, siswa langsung menuju Masjid untuk melakukan kegiatan keagamaan berupa sholat tahiyatul masjid, baca alQur’an, dan sholat dhuha berjama’ah (Hasil wawancara, Sabtu, 14 September 2013, di ruang Wakil Ke-
15Saat memasuki ruang Kepala SMP Buma, peneliti melihat ada Closed Circuit Television (CCTV) yang berada di sudut ruangan Kepala SMP Buma, berdekatan dengan meja kursi tamu. Saat di-mohon untuk memperagakan, Kepala SMP Buma memperagakan bagaimana cara mengoperasikan CCTV untuk memantau proses pembelajaran di kelas yang dikehendaki. Monitor CCTV dapat diputar putar dan diarahkan ke sudut atau bagian mana dari kelas yang dikehendaki. Hal ini peneliti lakukan setelah melihat kondisi belajar siswa kelas VIII C yang sebagian duduk di kursi dan sebagian duduk di lantai depan kelas agak pojok (Hasil observasi, Sabtu, 14 September 2013)
226 | Mundir
pala SMP Buma).16 Informasi ini dikuatkan oleh Imamuddin, S.Pd.I, M.Pd.I sebagai berikut. Setiap hari siswa dikondisikan datang di sekolah sebelum jam 07.00 pagi dan masuk gerbang sekolah dengan mengucapkan password (yang setiap harinya diubah-ubah). Begitu pula dengan para guru dan karyawan. Karena pelaksanaan sholat dhuha dilaksanakan pada jam 07.00 sd. 07.10, maka biasanya sekitar jam 06.30 siswa sudah mulai berdatangan dan menuju Masjid. Tim agama mendampingi mereka selama sholat dhuha, sementara guru dan karyawan selain tim agama boleh ikut boleh tidak ikut kegiatan sholat dhuha (Hasil wawancara, Sabtu, 14 September 2013, di ruang guru SMP Buma).17 Sebenarnya, disamping kegiatan sholat dhuha yang diawali dengan sholat tahiyatal masjid dan membaca alQur’an ini, masih ada lagi kegiatan keagamaan di luar jam efektif, yaitu membaca tahlil, al-Barjanji, surah Yasin, 16Hasil observasi menunjukkan bahwa pada jam 06.35 sebagian siswa sudah mulai datang dan memasuki pintu gerbang SMP Buma dengan mengucapkan password di depan guru agama yang sedang piket. Selanjutnya berdatanganlah para siswa yang lain, begitu pula dewan guru dan karyawan juga mulai berdatangan. Setelah memarkir kendaraan di tempat parkir, para guru dan karyawan membantu guru agama yang piket untuk menerima password dari para siswa. Selanjutnya siswa menuju masjid untuk persiapan sholat dhuha (Hasil observasi, Sabtu, 14 September 2013). 17Jam 07.00 sholat dhuha dimulai. Sebelum sholat dhuha, para siswa sudah menjalankan sholat tahiyatul masjid, membaca al-Qur’an, atau menghafal ayat dan surah tertentu atau hadits-hadits tertentu. Bertindak sebagai bilal adalah salah seorang siswa kelas VII (Naufal Fadhil Muhammad) dan imam adalah salah seorang siswa kelas IX (Akhmad Kamaludin) (Hasil observasi Sabtu, 14/09/2013)
Metode Penelitian Pendidikan | 227
dan lain-lain. Berikut penuturan Ainur Rojikin, SH.I, M.Pd.I. Selain rutinitas sholat dhuha, kami tim agama juga mengadakan kegiatan keagamaan secara terjadwal: hari Selasa untuk kelas VII, Rabu untuk kelas VIII, dan Kamis untuk kelas IX. Kegiatan ini berbentuk pembacaan tahlil, al-barjanji, surah Yasin, atau almanaqib, dimulai setelah sholat dhuha selesai dan berakhir pada jam 08.00. Siswa kelas lain yang tidak mendapat giliran kegiatan ini langsung masuk ke kelas masing-masing dan disambut oleh wali kelas. Wali kelas terdiri dari dua guru yang sering dipanggil atau disebut dengan father and mother, yang mengisyaratkan ibu dan bapak wali kelas. Selama + 15-20 menit, wali kelas melakukan dialog dengan siswa tentang perkembangan belajar, kondisi psikologis, dan masalah-masalah lain yang sedang dialami para siswa (Hasil wawancara, Sabtu, 14 September 2013, di ruang guru SMP Buma).18 Itulah rangkaian kegiatan keagamaan di pagi hari di luar (sebelum) jam efektif. Jam efektif berlangsung mulai jam 7.30 hingga jam 11,40. Setelah itu, pada jam 11.40 – 12.50 berlakulah jam pembelajaran PAI di luar jam efektif. Berikut penuturan Afin Masyhuri, S.Pd.I. Jam 11.40 adalah batas pembelajaran jam efektif di dalam kelas sebelum sholat dhuhur. Seluruh siswa 18Setelah kegiatan sholat dhuha selesai, peneliti segera menuju salah satu rang kelas, yaitu kelas VIII B. di depan pintu kelas telah berdiri dua orang wali kelas (father and mother) menyambut kehadiran para siswa, yaitu bapak Zainul Imron, S.Pd. dan ibu Erni Hidayati, S.Pd (Hasil observasi, Sabtu 14 September 2013).
228 | Mundir
bersama dewan guru dan karyawan melakukan sholat dhuhur berjamaah, dengan diawali oleh sholat tahiyatul masjid dan sunnah qobliyah dhuhur. Setelah sholat dhuhur berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan ceramah agama (kultum), sunnah ba’diyah dhuhur, membaca al-Qur’an, hafalan surah atau ayat-ayat al-Qur’an dan hadits tertentu, lalu makan bersama di kantin sekolah. Jam efektif di dalam kelas masuk kembali pada jam 12.50 hingga jam 15.30 (Hasil wawancara, Sabtu, 14 September 2013, di ruang guru SMP Buma).19 Sejumlah informasi di atas adalah informasi terkait dengan pelaksanaan program pembelajaran PAI di luar jam efektif. Lalu bagaimana pelaksanaan program pembelajaran PAI di dalam jam efektif. Berikut penuturan Lukman Arif, S.Pd.I. Pelaksanaan program pembelarajan PAI di dalam jam efektif lebih ditekankan pada pembelajaran PAIKEM (enjoy-learning) dan tutor sebaya. Siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI boleh belajar dengan kondisi apapun yang mereka suka dan merasa 19Kamis, 26 September 2013, kira-kira jam 11.45, peneliti melihat sudah mulai ada siswa dan sebagian guru yang menuju masjid untuk melakukan sholat dhuhur berjamaah. Beberapa menit kemudian, berdatanganlah para siswa, para guru dan para karyawan ke masjid untuk sholat dhuhur berjama’ah. Mayoritas di antara mereka melakukan sholat tahiyatal masjid lebih dahulu, lalu membaca al-Qur’an dan ada yang membaca pujian. Namun ada juga yang sehabis berwudlu langsung masuk masjid dengan tidak melakukan sholat tahiyatal masjid, namun jumlahnya relatif sedikit, begitu juga yang tidak membaca al-Qur’an jumlahnya juga sedikir, karena para siswa diminta untuk menyetorkan kemajuan bacaan al-Qur’an kepada koordinator masing-masing (Hasil Observasi Kamis, 26 September 2013).
Metode Penelitian Pendidikan | 229
lebih nyaman belajar. Siswa boleh belajar dengan duduk di bangku, duduk di lantai, atau bahkan dengan tengkurap sekalipun. Yang penting adalah mereka tetap bisa dan mau belajar dengan kondisi apapun. Sementara itu, siswa yang dipandang sudah menguasai dalam hal membaca teks arab (al-Qur’an atau Hadits) dia diperankan sebagai tutor bagi teman yang lain (Hasil wawancara, Sabtu, 14 September 2013, di ruang guru SMP Buma). Jam 07.30, peneliti mendekati kelas VIII C. Dari pintu terlihat sejumlah siswa belajar dengan syik di bangku atau kursi, namun ada juga yang di atas lantai di depan kelas agak pojok menjauhi meja guru (Hasil Observasi, Sabtu, 14 September 2013). Lebih dari itu, pelaksanaan program pembelajaran PAI diupayakan dalam kondisi atau situasi yang membuat siswa dapat belajar dan dapat menampilkan kemampuan untuk kerjanya, dalam kondisi apapun. Berikut penuturan Imamuddin, S.Pd.I, M.Pd.I. Kami membiasakan pembelajaran dengan lebih memberdayakan siswa atau berpusat pada siswa dan melakukan pembelajaran secara demokratis. Kami jarang sekali menjelaskan materi pelejaran. Kami hanya menjelaskan materi yang memang memerlukan penjelasan. Artinya bila siswa sudah bisa memahami tanpa keterangan dari kami, maka kami tidak menjelaskan, tetapi cukup hanya memantapkan atau konfirmasi saja. Setelah itu, kami berupaya mengkondisikan situasi pembelajaran agar setiap siswa dapat menunjukkan performansinya atau kemampuan unjuk kerjanya sesuai materi yang se-
230 | Mundir
dang dipelajari. Kami memberi kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai keinginan atau kondisi yang diinginkan, misalnya sambil duduk di bangku, duduk di bawah atau di lantai, sambil tengkurap, atau bahkan sambil jalan-jalan (Hasil wawancara, Kamis, 26 September 2013, di ruang guru SMP Buma). Pembelajaran PAI di dalam jam efektif dilaksanakan secara fleksibel, tidak selalu di dalam kelas namun juga di luar kelas. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi materi, kondisi siswa, dan kondisi tempat yang akan dijadikan tempat belajar. Berikut penuturan Ainur Rojikin, SH.I, M.Pd.I. Apabila saya menemukan kondisi kelas kurang efektif utuk melakukan pembelajaran di dalam kelas, atau saya memandang bahwa materi PAI saat itu lebih tepat bila dibahas di luar kelas (misalnya di masjid, atau di perpustakaan), maka saya pun menawarkan kepada siswa atau mengajak mereka untuk belajar di luar kelas. Misalnya, materi tentang akidah, saat itu siswa perlu mencari ayat-ayat al-Qur’an atau hadits atau temuan para ilmuwan yang dapat menumbuhkan rasa iman kepada Allah Swt, maka saya mempersilahkan mereka untuk belajar di perpustakaan, atau di ruang ICT. Atau materi pelajaran terkait dengan sholat dengan segala macam sholat, maka saya mengajak mereka untuk belajar di masjid. Namun apabila materi terkait dengan haji dan segala rangkaian ibadah haji, maka saya mengajak mereka untuk belajar di halaman sekola (khsusus berlatih
Metode Penelitian Pendidikan | 231
manasik haji biasanya dilakukan secara bersamasama dengan semua kelas pada hari-hari dzul hijjah dan tasyrik). Sementara, apabila pembelajaran saat itu bersifat pemantapan materi melalui merangkum (membuat summary) atau mengerjakan soal-soal latihan, baik test maupun nontest, saya mempersilahkan mereka untuk belajar di halaman kelas. Khusus untuk belajar di perpustakaan, dan laboratorium komputer atau ICT, saya harus melihat jadwal pemanfaatan pembelajaran di dua tempat tersebut (Hasil wawancara, Kamis, 26 September 2013, di ruang guru SMP Buma).20 Pembelajaran PAI di kelas, prinsipnya diupayakan berjalan secara aktif, interkatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Realisasinya dapat dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab interaktif, refleksi diri dan lain-lain. Berikut penuturan Afin Masyhuri, S.Pd.I. Saya senantiasa berupaya melakukan pembelajaran secara inovatif. Metode pembelajaran saya upayakan interaktif dan menyenangkan bagi siswa. Saya mencoba membuat mereka belajar tetapi dari satu sisi seakan akan mereka bermain, namun bermain yang di dalamnya tetap belajar. Misalnya sambil melempar bola ke arah teman yang dituju dengan menyebut namanya. Nah, siapa yang tidak dapat menang20Kira-kira jam 08.50, peneliti mendatangi ruang ICT. Di sana telah berkumpul siswa kelas VII C di bawah binaan bapak Lukman Arif, S.Pd.I sedang brosing internet mencari artikel atau makalah terkait dengan tata cara pelaksanaan sholat tasbih (Hasil observasi, Kamis, 26 September 2013 di ruang ICT).
232 | Mundir
kap bola, maka dia siap menerima pertanyaan dari guru, atau pertanyaan dari sesama teman. Dan masih banyak lagi jenis permainan yang dapat dilakukan sambil belajar (Hasil wawancara, Kamis, 26 September 2013, di ruang guru SMP Buma). Lalu bagaimana dengan pengkondisian lingkungan sekolah agar dapat mendukung pelaksanaan program pembelajaran PAI. Berikut penuturan kepala sekolah, Dwi Wahyu Hari Basuki, S.Pd. Kami berupaya menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk belajar dengan menugaskan petugas kebersihan (cleaning service). Misalnya, halaman sekolah bersih dari sampah, setiap tempat di halaman kelas atau di halaman sekolah diupayakan bersih dari debu atau kotoran lain, lebih-lebih halaman masjid, serambi dan ruangan di dalam masjid. Itu terkait dengan lingkungan fisik. Untuk lingkungan nonfisik atau suasana sekolah, kami berupaya menciptakan situasi yang religius, misalnya dengan mengumandangkan ayat-ayat al-Qur’an, lagu-lagu religi setiap hari, atau lagu-lagu yang dapat membangkitkan semangat patriotisme khsusus di bulan Agustus. Semua itu disuarakan secara sayup-sayup (tidak terlalu keras), namun tetap dapat didengarkan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung (Hasil wawancara, Kamis, 26 September 2013, di ruang guru SMP Buma).21 21Sejak
peneliti memasuki pintu gerbang SMP Buma, tampak lingkungan yang bersih. Halaman sekolah dan lorong jalan di depan kelas tampak terbebas dari sampah atau kotoran. Iringan lantunan ayat suci al-Qur’an terden-
Metode Penelitian Pendidikan | 233
Dari paparan sejumlah informasi tersebut dapat dipahami bahwa pelaksanaan program pembelajaran PAI senatiasa mengacu pada perencanaan yang telah dilakukan. Sehingga pelaksanaan program pembelajaran PAI dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu pelaksanaan di luar jam efektif, di dalam jam efektif, dan penciptaan lingkungan yang kondusif.Perhatikan tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI Di Luar Jam Efektif 1. Siswa memasuki 1. gerbang dengan password, diterima oleh tim agama dan dibantu oleh dewan 2. guru atau karyawan. 2. Siswa melakukan sholat tahiyatul masjid, membaca atau al- 3. Qur’an, dan sholat dhuha, dengan didampingi oleh tim agama. 3. Jam 11.40 seluruh siswa, dewan guru, dan karyawan melaksana-kan sholat dhuhur diawali dengan sholat tahiyatul masjid, qobliyah dan
Di Dalam Jam Efektif Pembelajaran dikondi- 1. sikan senyaman mungkin (enjoy learning) dan demokratis 2. Pembelajaran dilakukan dengan berpusat pada siswa (student centered learning) Agar efektif dan tidak jenuh, pem-belajaran dilaksa-nakan tidak selalu dalam ruangan, tetapi juga di perpustakaan, laboratorium (ICT), dan di masjid.
Lingkungan Sekolah Yg Religius Menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman untuk belajar. Mengumandang- kan secara sayup-sayup bacaan ayat-ayat suci alQur’an; nasyid (lagulagu religi) dan lagulagu perjuangan yang dapat memotivasi terbangunnya semangat patriotisme.
gar dengan sayup-sayup yang dapat diterima dari seluruh penjuru kelas (Hasil observasi, Kamis, 26 September 2013).
234 | Mundir
4.
5.
6.
7.
Di Luar Jam Efektif ba’diyah dhuhur, lalu sholat dhuhur berjama’ah. Bertindak sebagai imam adalah siswa kelas IX, muadzin dan pembaca dzikir siswa kelas VII atau VIII secara bergantian. Kultum atau ceramah agama oleh siswa secara bergantian. Sholat tahiyatul masjid, qobliyah ashar, dan sholat ashar berjama’ah. Menghafalkan surah atau ayat-ayat tertentu sebelum sholat dhuha, dan sebelum atau sesudah sholat dhuhur
Di Dalam Jam Efektif
Lingkungan Sekolah Yg Religius
Sumber data: Hasil analisis data wawancara dan observasi. 3. Evaluasi Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi Perencanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Pertama Unggulan Bustanul Makmur (SMP Buma) serta pelaksanaannya telah dipaparkan pada subbab sebelumnya. Maka pada subbab ini akan dipaparkan tentang evaluasi terhadap
Metode Penelitian Pendidikan | 235
perencanaan program pembelajaran PAI dan pelaksanaannya. Berikut penuturan kepala sekolah Dwi Wahyu Hari Basuki, S.Pd. Setiap tim pengembang kami beri wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pengembangan mata pelajaran yang diampunya. Pengembangan tersebut dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Terkait dengan metode atau teknik yang digunakan untuk mengembangkan mata pelajaran dan mengevaluasi program pengembangan tersebut, saya sepenuhnya memberi kebebasan kepada tim pengembang untuk melakukan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab (Hasil wawancara, Sabtu, 12 Oktober 2013). Lalu bagaimana secara riil para tim pengembang agama melakukan evaluasi terhadap perencanaan program pembelajaran PAI dan pelaksanaan-nya? Berikut penuturan Lukman Arif, S.Pd.I. Saya bersama anggota tim agama setiap hari bertemu dan mendiskusikan peristiwa atau kasus yang perlu segera mendapatkan solusi. Dalam diskusi tersebut kami saling mengungkapkan ide atau solusi yang dipandang dapat menyelesaikan masalah, lalu kita sepakat untuk melaksanakannya. Pada sisi lain, kami telah membentuk tim kecil untuk memantau pelaksanaan kegiatan keagamaan (pembiasaan keagamaan) yang terdiri dari 6/7 siswa, dengan rincian 1 (satu) siswa sebagai koordinator dan 5 (lima) siswa sebagai anggota. Tugas koordinator adalah mencatat berbagai kasus yang dilakukan oleh siswa, serta me-
236 | Mundir
nerima laporan kemajuan belajar kelima siswa anggotanya termasuk mencatat kemajuan dirinya. Misalnya: hafalan surah atau ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits tertentu, atau halaman bacaan al-Qur’an yang telah ditempuhnya (Hasil wawancara, Sabtu, 12 Oktober 2013). Dalam evaluasi terhadap pelaksanaan program pembelajaran sangat mungkin ditemukan pelaksanaan yang tidak sama persis dengan perencanaan. Atau bisa jadi ditemukan siswa yang tidak mengikuti kegiatan pembiasaan keagamaan secara penuh. Terhadap siswa semacam ini, terdapat sejumlah perlakuan yang diterapkan kepadanya. Berikut penuturan Imamuddin, S.Pd.I, M.Pd.I. Perencanaan program pembelajaran PAI yang kami lakukan adalah merupakan rambu-rambu pelaksanaan semata, bersifat fleksibel, dan bukan harga mati. Apabila ternyata perencanaan dipandang kurang tepat, maka pelaksanaan boleh saja tidak persis seperti perencanaan yang ada. Begitu juga halnya dengan siswa. Ada saja satu atau dua siswa yang mengikuti pembiasaan keagamaan dengan setengah hati, atau bahkan cenderung melanggar rambu-rambu yang telah ditetapkan. Maka terhadap siswa yang demikian ini dikenakan sanksi yang dipandang dapat membuat dia merasa jera, namun tetap dalam koridor pendidikan. Misalnya disuruh hafalan atau membaca ayat-ayat atau surah al-Qur’an tertentu. Apabila hal ini diulang hingga 3 kali, maka dia harus membaca ayat-ayat atau surah al-Qur’an tertentu di
Metode Penelitian Pendidikan | 237
halaman sekolah dengan menggunakan pengeras suara yang dapat didengar dan dilihat oleh semua siswa SMP Buma (Hasil wawancara, Sabtu, 12 Oktober 2013). Sejumlah informasi di atas lebih erat kaitannya dengan evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran di luar jam efektif. Lalu bagaimana dengan evaluasi terhadap pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran di dalam jam efektif. Berikut penuturan Ainur Rojikin, SH.I, M.Pd.I. terkait dengan evaluasi tersebut. Terkait dengan evaluasi terhadap pelaksanaan program pembelajaran PAI di dalam jam efektif, kami melakukannya dalam bentuk refleksi di akhir pembelajaran. Suatu ketika refleksi kami lakukan sendirian, suatu ketika bersama dengan siswa, dan suatu ketika bersama tim agama. Hasil refleksi kami jadikan dasar perbaikan terhadap pembelajaran yang akan datang (Hasil wawancara, Sabtu, 12 Oktober 2013). Refleksi ternyata bukan satu-satunya teknik evaluasi yang dilakukan oleh tim agama, tetapi masih ada teknik yang lain. Afin Masyhuri, S.Pd.I. menambahkan sebagai berikut. Kami tim agama berupaya melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program pembelajaran di jam efektif dalam bentuk observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Selanjutnya, hasil observasi kami jadikan bahan diskusi bersama den-
238 | Mundir
gan tim agama, demi peningkatan atau perbaikan kualitas pembelajaran pada hari hari mendatang. Evaluasi juga kami lakukan dalam bentuk perbandingan antara prestasi akademik dan non akademik yang diperoleh siswa minggu ini dengan minggu kemarin, bulan ini dengan bulan kemarin dan semester ini dengan semester kemarin (Hasil wawancara, Sabtu, 12 Oktober 2013). Itulah sejumlah informasi terkait dengan evaluasi yang dilakukan oleh tim pengembang agama terhadap perencanaan dan pelaksanaan pengembangan program pembelajaran PAI di SMP Buma. Dari semua itu, dapat dipahami bahwa evaluasi yang dilakukan dapat dikelompokkan dari dua aspek, yaitu dari aspek waktu dan aspek metode. Dari aspek waktu, evaluasi yang dilakukan dapat berbentuk evaluasi harian, mingguan, bulanan, dan semesteran. Sedangkan dari aspek metode, evaluasi yang dilakukan dapat berbentuk: observasi, refleksi, perbandingan, dan diskusi. Secara visual, kedua jenis evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Evaluasi Program Pembelajaran PAI Aspek Waktu 1. Evaluasi harian. 2. Evaluasi mingguan. 3. Evaluasi bulanan. 4. Evaluasi semesteran.
Aspek Metode 1. Metode observasi. 2. Metode refleksi. 3. Metode perbandingan. 4. Metode diskusi.
Sumber data: Hasil analisis data wawancara dan observasi.
Metode Penelitian Pendidikan | 239
B. Temuan Penelitian Sekolah Menengah Pertama Unggulan Bustanul Makmur (SMP Buma) merupakan salah satu sekolah yang kaya dengan prestasi. Hal ini salahsatunya disebabkan oleh adanya pengembangan pembelajaran oleh para tim pengembang, termasuk pengembangan program pembelajaran agama Islam. Pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dimaksud diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan evaluasi. Berikut penjelasan satu per satu. 1. Perencanaan Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi (SMP Buma) Setiap awal semester, SMP Buma senantiasa melaksanakan perencanaan pengembangan program pembelajaran, termasuk perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Perencanaan itu dilakukan oleh tim pengembang masing-masing mata pelajaran. Hasil perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI oleh tim pengembang agama Islam dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di luar jam efektif, di dalam jam efektif, dan perencanaan penataan lingkungan yang kondusif. a. Perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di luar jam efektif Perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di luar jam efektif meliputi: mengharuskan siswa
240 | Mundir
memasuki pintu gerbang dengan password; melakukan sholat tahiyatul masjid, membaca atau al-Qur’an, dan sholat dhuha; melakukan sholat tahiyatul masjid, qobliyah dan ba’diyah dhuhur, dan sholat dhuhur berjama’ah; melakukan kultum atau ceramah agama oleh siswa; dan melakukan sholat tahiyatul masjid, qobliyah ashar, dan sholat ashar berjama’ah; serta penguasaan keagamaan yang dipilah-pilah untuk tiap semester. b. Perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di dalam jam efektif Perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di dalam jam efektif meliputi:pengkondisian pembelajaran senyaman mungkin (enjoy learning); pengkondisian pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning); pelaksanaan pembelajaran di halaman sekolah atau depan kelas; pelaksanaan pembelajaran di Perpustakaan, di Masjid, di Laboratorium, atau di ruang Multimedia (ICT). c. Perencanaan penataan lingkungan yang kondusif Perencanaan penataan lingkungan yang kondusif meliputi:perencanaan untuk mengumandangkan secara sayup-sayup bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an,Nasyid (lagu-lagu religi) dan lagu-lagu yang dapat memotivasi terbangunnya semangat patriotisme, misalnya lagulagu perjuangan. 2. Pelaksanaan Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi (SMP Buma)
Metode Penelitian Pendidikan | 241
Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi (SMP Buma) senantiasa mengacu pada perencanaan yang telah disusun secara arif dan bijaksana, serta fleksibel. Mengingat perencanaan yang ditulis terkait dengan perencanaan pengembangan program pembelajaran di luar kelas, di dalam kelas, dan penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif, maka paparan pelaksanaan program pembelajaranpun juga mengacu pada ketiga aspek tersebut. a. Pelaksanaan program pembelajaranPendidikan Agama Islamdi luar jam efektif Pelaksanaan program pembelajaranPendidikan Agama Islamdi luar jam efektif, meliputi: 1) siswa memasuki gerbang dengan password, diterima oleh tim agama dan dibantu oleh dewan guru atau karyawan; 2) siswa melakukan sholat tahiyatul masjid, membaca atau al-Qur’an, dan sholat dhuha, dengan didampingi oleh tim agama; 3) Jam 11.40 seluruh siswa, dewan guru, dan karyawan melaksanakan sholat dhuhur diawali dengan sholat tahiyatul masjid, qobliyah dan ba’diyah dhuhur, lalu sholat dhuhur berjama’ah; 4) bertindak sebagai imam adalah siswa kelas IX, muadzin dan pembaca dzikir siswa kelas VII atau VIII secara bergantian; 5) kultum atau ceramah agama oleh siswa secara bergantian; 6) sholat tahiyatul masjid, qobliyah ashar, dan sholat ashar berjama’ah; dan 7) menghafalkan surah atau ayat-ayat tertentu sebelum sholat dhuha, dan sebelum atau sesudah sholat dhuhur.
242 | Mundir
b. Pelaksanaan program pembelajaranPendidikan Agama Islamdi dalam jam efektif Pelaksanaan program pembelajaranPendidikan Agama Islamdi dalam jam efektif, meliputi: pembelajaran dikondisikan senyaman mungkin (enjoy learning) dan demokratis; 2) pembelajaran dilakukan dengan berpusat pada siswa (student centered learning); dan 3) agar efektif dan tidak jenuh, pem-belajaran dilaksa-nakan tidak selalu dalam ruangan, tetapi juga di perpustakaan, laboratorium, ruang multi media (ICT), dan di masjid. c. Pelaksanaan atau pengkondisian lingkungan sekolah agar kondusif Pelaksanaan atau pengkondisian lingkungan sekolah agar kondusif, meliputi: 1) menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman untuk belajar; dan 2) mengumandangkan secara sayup-sayup bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an; nasyid (lagu-lagu religi) dan lagu-lagu perjuangan yang dapat memotivasi terbangunnya semangat patriotisme. 3. Evaluasi Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi Evaluasi Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi dilakukan terhadap perencanaan program dan pelaksanaan program. Evaluasi ini membutuhkan waktu yang berbeda dan menggunakan metode yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, evaluasi program pembelajaran da-
Metode Penelitian Pendidikan | 243
pat dipilah dari aspek waktu dan dari aspek metode. Dari aspek waktu, evalusi dibedakan ke dalam evaluasi harian, mingguan, bulanan, dan semesteran. Sedangkan dari aspek metode, evaluasi dapat dibedakan ke dalam metode observasi, refleksi, perbandingan, dan diskusi. C. Pembahasan Sekolah Menengah Pertama Unggulan Bustanul Makmur (SMP Buma) merupakan salah satu sekolah yang kaya dengan prestasi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya pengembangan pembelajaran oleh para tim pengembang, termasuk pengembangan program pembelajaran agama Islam. Pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dimaksud diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan evaluasi. Berikut ini pembahasannya satu per satu. 1. Perencanaan Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi (SMP Buma) Setiap awal semester, SMP Buma senantiasa melaksanakan perencanaan pengembangan program pembelajaran, termasuk perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Perencanaan itu dilakukan oleh tim pengembang masing-masing mata pelajaran. Setiap pembelajaran senantiasa membutuhkan perencanaan lebih dahulu sebelum proses pembelajaran berlangsung. Perencanaan pembelajaran merupakan arah atau rambu-rambu bagi guru dalam melaksanaan pembe-
244 | Mundir
lajaran secara efektif dan efisien.22 Perencanaan pembelajaran memang penting adanya, karena dengan perencanaan pembelajaran, guru akan melakukan pembelajaran secara tertub, terstruktur serta terarah; guru akan terhindar dari kecemasan dan ketidakpastian; mendapatkan pengalaman pembelajaran yang jelas; dan mampu mengakomodasi perbedaan individu para siswa.23 Dengan melakukan atau menyusun perencanaan pembelajaran, guru telah melakukan suatu proses analisis dari kebutuhandan tujuan belajar, pengembangan materi, kegiatan belajar mengajar danpenilaian hasil belajar peserta didik, mencobakan semua kegiatanmengajar dan penilaian peserta didik.24 Perencanaan ini telah dilakukan oleh tim pengembang agama Islam. Mereka telah melakukan perencanaan pengembangan program pembelajaran dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di luar jam efektif, di dalam jam efektif, dan perencanaan penataan lingkungan yang kondusif. Perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di luar jam efektif meliputi: mengharuskan siswa memasuki pintu gerbang dengan password; melakukan sholat tahiyatul masjid, membaca al-Qur’an, dan sholat dhuha; sholat tahiyatul masjid, qobliyah dan ba’diyah dhuhur, dan sholat dhuhur berjama’ah; melakukan kultum atau ceramah agama oleh siswa; dan melakukan sholat tahiyatul masjid, qobliyah ashar, dan sholat ashar ber22Syafarudin
dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 91. dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran…, 94. 24Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 69. 23Syafarudin
Metode Penelitian Pendidikan | 245
jama’ah; serta penguasaan keagamaan yang dipilah-pilah untuk tiap semester. Dengan demikian, perencanaan program pembelajaran PAI di SMP Buma di luar jam efektif mutlak harus dilakukan. Karena perencanaan ini akan menjadi ramburambu atau dasar bagi pelaksanaan pembelajaran di luar jam efektif, baik sebelum atau sesudah jam pelajaran efektif PAI selesai. Perencanaan ini pula yang akan mewarnai variasi aktivitas pembiasaan keagamaan bagi siswa sejak awal masuk pintu gerbang SMP Buma dengan mengucapkan password, masuk masjid dengan sholat tahiyatal masjid, sunnah qobliyah dan ba’diyah, masuk kelas dengan disambut oleh wali kelas, hingga pulang meninggalkan sekolah setelah melakukan sholat ashar berjama’ah di masjid. Perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di dalam jam efektif meliputi:pengkondisian pembelajaran senyaman mungkin (enjoy learning); pengkondisian pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning); pelaksanaan pembelajaran di halaman sekolah atau depan kelas; pelaksanaan pembelajaran di Perpustakaan, di Masjid, di Laboratorium, atau di ruang Multimedia (ICT). Pembelajaran yang menyenangkan dan memberdayakan siswa dalam bentuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran merupakan pembelajaran yang dipandang paling kondusif untuk melakukan transformasi ilmu pengetahuan antara guru dan siswa. Terlebih lagi bila dalam pembelajaran guru mampu secara kreatif memanfaatkan berbagai sumber dan media. Dengan demikian berarti guru telah mampu melakukan proses pembelaja-
246 | Mundir
ran berbasis multimedia dan multisumber. Perencanaan penataan lingkungan yang kondusif meliputi:perencanaan untuk mengumandangkan secara sayup-sayup bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an,Nasyid (lagu-lagu religi) dan lagu-lagu yang dapat memotivasi terbangunnya semangat patriotisme, misalnya lagu-lagu perjuangan.Musik memiliki banyak manfaat bagi siswa seperti merangsang pikiran,memperbaiki konsentrasi dan ingatan (meningkatkan aspek kognitf). Musik juga dapatmenyeimbangkan antara otak kiri dan kanan, yang berarti menyeimbangkan perkembanganaspek intelektual dan emmosional. Dalam belajar memang dibutuhkan berfikir, baik menggunakan otak kanan maupun otak kiri. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa belajar matematika dengan diiringi musik dapat meningkatkan keberhasilan belajar. Sekalipun faktor di luar musik juga amat dominan dalam mempengaruhi keberhasilan tersebut.25 Diakuai atau tidak, bahwa semua yang ada di sekitar siswa itu memiliki pengaruh terhadap mutu belajar siswa dan mutu pembelajaran secara umum. Musik yang diperdengarkan selama proses pembelajaran berlangsung, media pembelajaran, situasi dan kondisi lingkungan kelas dan sekolah, kondisi keluarga, dan kompetensi guru. Oleh karena itu semua faktor tersebut layak kiranya untuk selalu diperhatikan oleh guru.
25Moh.
Mahsun Sudarman, Pengaruh Penggunaan Media Musik terhadap Minat Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika (Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 17 Cirebon). EduMa, Vol. 2, No.2, Desember 2010: 107 –113
Metode Penelitian Pendidikan | 247
2. Pelaksanaan Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi (SMP Buma) Pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di luar jam efektif, meliputi: 1) siswa memasuki gerbang dengan password, diterima oleh tim agama dan dibantu oleh dewan guru atau karyawan; 2) siswa melakukan sholat tahiyatul masjid, membaca atau al-Qur’an, dan sholat dhuha, dengan didampingi oleh tim agama; 3) Jam 11.40 seluruh siswa, dewan guru, dan karyawan melaksanakan sholat dhuhur diawali dengan sholat tahiyatul masjid, qobliyah dan ba’diyah dhuhur, lalu sholat dhuhur berjama’ah; 4) bertindak sebagai imam adalah siswa kelas IX, muadzin dan pembaca dzikir siswa kelas VII atau VIII secara bergantian; 5) kultum atau ceramah agama oleh siswa secara bergantian; 6) sholat tahiyatul masjid, qobliyah ashar, dan sholat ashar berjama’ah; dan 7) menghafalkan surah atau ayat-ayat tertentu sebelum sholat dhuha, dan sebelum atau sesudah sholat dhuhur. Pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi (SMP Buma) mengacu pada perencanaan yang telah disusun, serta fleksibel. Mengingat perencanaan yang ditulis terkait dengan perencanaan pengembangan program pembelajaran di luar kelas, di dalam kelas, dan penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif, maka paparan pelaksanaan program pembelajaranpun juga mengacu pada ketiga aspek tersebut.
248 | Mundir
Pelaksanaan program pembelajaran PAI di luar jam efektif dimulai sejak siswa memasuki pintu gerbang SMP Buma dengan menggunakan password yang bervariasi (setiap hari terjadi perubahan password), lalu menuju masjid untuk menunaikan sholat dhuha, sholat dhuhur, kultum (ceramah agama), hafalan ayat-ayat atau surah alQur’an tertentu, dan berakhir dengan sholat ‘ashar berjamaah. Semua itu merupakan salah satu bentuk pembiasaan keagamaan yang dapat mengkondisikan terbentuknya karakter siswa yang terimplementasikan dalam bentuk akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Ini semua sejatinya memang merupakan karakteristik mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI). Mata pelajaran PAI bukan sekedar dipelajari, tetapi lebih jauh ia menuntut untuk diamalkan. Pembelajaran PAI bukan saja berhenti pada ranah kognitif, melainkan hingga pada aspek afektif dan psikomotorik. PAI menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk etika sosial, baik dalam komunitas siswa di sekolah maupun di luar sekolah, di dalam jam efektif maupun di luar jam efektif. Pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam jam efektif, meliputi: pembelajaran dikondisikan senyaman mungkin dan demokratis; 2) pembelajaran dilakukan dengan berpusat pada siswa; dan 3) agar efektif dan tidak jenuh, pembelajaran dilaksanakan tidak selalu dalam ruangan, tetapi juga di perpustakaan, laboratorium, ruang multi media, dan di masjid. Oleh karena itu, pembelajaran PAI di dalam jam efektif dikondisikan berjalan secara inovatif, nyaman, dan komunikatif dengan berlandaskan etika sosial di bawah
Metode Penelitian Pendidikan | 249
rambu-rambu PAI. Komunikasi pembelajaran tidak hanya terjadi antara siswa dengan guru, melainkan juga terjadi antar siswa. Nalar kritis tetap dikembangkan, namun dikemas secara santun dan tidak menyakiti atau melukai perasaan sesama siswa, apalagi guru. Perbedaan pendapat pun tetap dihargai, selama perbedaan itu dikemas secara logis dan jauh dari unsur subyektivitas yang bersifat individual. Pelaksanaan program pembelajaran di luar jam efektif dan di dalam jam efektif tersebut sangat terbantu oleh kondisi lingkungan sekolah, sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran PAI. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengkondisikan lingkungan sekolah agar kondusif. Namun SMP Buma melakukan pengkondisian lingkungan sekolah agar kondusif, mellalui: 1) menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman untuk belajar; dan 2) mengumandangkan secara sayup-sayup bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an; nasyid dan lagu-lagu perjuangan yang dapat memotivasi terbangunnya semangat patriotisme. Kondisi kelas dan masjid yang bersih, halaman sekolah yang bersih dan rindang, serta iringan alunan musik religi, dapat membuat siswa mampu merasa nyaman belajar lebih lama. 3. Evaluasi Program PembelajaranPendidikan Agama IslamSekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi Evaluasi Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi dilaku-
250 | Mundir
kan terhadap perencanaan program dan pelaksanaan program. Evaluasi ini membutuhkan waktu yang berbeda dan menggunakan metode yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, evaluasi program pembelajaran dapat dipilah dari aspek waktu dan dari aspek metode. Dari aspek waktu, evalusi dibedakan ke dalam evaluasi harian, mingguan, bulanan, dan semesteran. Sedangkan dari aspek metode, evaluasi dapat dibedakan ke dalam metode observasi, refleksi, perbandingan, dan diskusi. a. Evaluasi dari aspek waktu Evaluasi harian dilakukan oleh tim agama dibantu oleh koordinator kelompok masing-masing kelas. Hal ini dilakukan dengan maksud agar pelaksanaan pembelajaran dan pembiasaan keagamaan dapat dideteksi se dini mungkin, dan persoalan yang muncul dapat segera terselesaikan. Hasil evaluasi harian dikumpulkan menjadi bahan evaluasi mingguan, dan mingguan menjadi dasar evaluasi bulanan, dan hasil evaluasi bulanan menjadi bahan evaluasi per semester. Tanpa evaluasi, sulit untuk diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program pengembangan agama Islam, dan sulit pula diketahui masalah yang mucul selama peleksanaan pembiasaan keagamaan, dan berujung pada sulitnya menentukan solusi yang tepat. b. Evaluasi dari aspek metode Dari aspek metode, evaluasi yang dilakukan dapat berbentuk: observasi, refleksi, perbandingan, dan diskusi. Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam di
Metode Penelitian Pendidikan | 251
luar jam efektif, di dalam jam efektif, maupun penataan lingkungan. Refleksi bermaksu mengidentifikasi sejumlah masalah, menemukan akar masalah, dan menemukan solusi yang tepat. Perbandingan bermaksud melihat keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran PAI di semester berjalan (sekarang) dibandingkan yang rlalu. Diskusi dilakukan untuk membangun komitmen bersama dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan program pembelajaran. Evaluasi dilakukan terhadap sejumlah perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI dan pelaksaannya, mulai dari program yang dilaksanakan di luar jam efektif, di dalam jam efektif, hingga penataan lingkungan sekolah.
252 | Mundir
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Perencanaan pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu perencanaan pengembangan program pembelajaran PAI di luar jam efektif, di dalam jam efektif, dan perencanaan pengembangan lingkungan sekolah yang religius. 2. Pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam senatiasa mengacu pada perencanaan yang telah dilakukan. Sehingga pelaksanaan program pembelajaran PAI dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu pelaksanaan di luar jam efektif, di dalam jam efektif, dan penciptaan lingkungan yang kondusif 3. Evaluasi yang dilakukan dapat dikelompokkan dari dua aspek, yaitu dari aspek waktu dan aspek metode. Dari aspek waktu, evaluasi yang dilakukan dapat berbentuk evaluasi harian, mingguan, bulanan, dan semesteran. Sedangkan dari aspek metode, evaluasi yang dilakukan dapat berbentuk: observasi, refleksi, perbandingan, dan diskusi. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan saran saran sebagai berikut. 1. Perencanaan pengembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam hendaknya dirancang secara integratif dengan pembentukan karakter dari berbagai mata
Metode Penelitian Pendidikan | 253
pelajaran. 2. Pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam, khusus yang di luar jam efektif, sedapat mungkin melibatkan dewan guru dan karyawan sehingga pelaksanaan program tampak didukung oleh semua pihak. 3. Pembiasaan keagamaan ini akan lebih bagus lagi manakala siswa juga melaksanakan di rumah saat libur sekolah, atau berada di rumah. Sehingga kebiasaan relegius tersebut tidak terkesan formalitas dan memenuhi kemauan guru atau sekolah. 4. Evaluasi hendaknya dilakukan tidak hanya terhadap perencanaan penembangan program pembelajaran pendidikan agama Islam dan pelaksanaannya di sekolah, melainkan juga dilakukan terhadap kebiasaan keagamaan atau budi pekerti dan perilaku siswa sehari-hari di rumah.
254 | Mundir
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren. Malang: PPs Universitas Negeri Malang Arikunto,S.. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: CV. Rajawali Daradjat, Z. 2001. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama Degeng, NS. 2000. Bahasan 2: Teori Belajar dan Pembelajaran dalamMateri Pelatihan Pekerti, (Malang: Departeman Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Departemen Agama RI. TT. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: Karya Toha Putra Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004. Jakarta: RancangGrafis Djamarah, S.B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.Jakarta: Rineka Cipta Djiwandono, S.E.W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo Fahruroji. 2012. Inovasi Pendidikan: Suatu Keniscayaan Perubahan yangBerkelanjutan. Literat, Majalah Ilmiah Kependidikan Universitas Islam Nusantara Bandung. No. 35 Tahun 2012 ISSN. 1411-2566, Hal. 35-44. Fattah, N. 1999. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Re-
Metode Penelitian Pendidikan | 255
maja Rosdakarya. Hamzah,U.B. 2007. Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hersey, P. & Blanchard K. 1982. Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources (New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall, INC) Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Semarang: Pustaka Rasail Juanidi, K.M. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jogjakarta: Pilar Media Komarudin. 2004.Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Delanggu Tahun Ajaran 2002/2003. Yogyakarta: PPs Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Makmun,A.S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidi-kan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya. Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam Dari Paradigma Pengemba-ngan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelaja-ran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Muhaimin; Suti’ah&Prabowo, L.S. 2009. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan
256 | Mundir
Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana. Mulyana, R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Mulyasa,E. 2006.Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Rosdakarya Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras. Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk SatuanPendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2006tentang pelaksanaan Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang StandarNasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Rahman,F. 2008. Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme GuruMadrasah di Unggulan Pondok Pesantren. Malang: PPs Universitas Islam Negeri Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Sagala, S.2005. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta Sanjaya,W. 2006.Pembelajaran dalam Implementasi KBK. Jakarta: Kencana Sumadinata. 2006. Pengendalian Mutu pendidikan Sekolah Menen-
Metode Penelitian Pendidikan | 257
gah; Konsep,prinsip dan Instrumen. Bandung: PT. Refika Aditama Supriyatno, H. 2005. Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Kota Yogyakarta. Yogyakarta: PPs UIN Sunan Kalijaga Surya, M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Bani Quraisy Sutopo. 1998. Administrasi manajemen Organisasi. Jakarta: LAN RI Syafarudin &Nasution, I. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching Syamsudduha. 2004. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Graha Guru Terry G.R. 1997. Principles of Management. Homewood IL: Richard D. Irwin, INC. Thoha, C. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Usman, H. 2006. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
258 | Mundir
Lampiran SELAYANG PANDANG
Kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi adalah suatu keharusan. Dalam konteks kekinian, kualitas SDM akan menjadi modal dasar persaingan bangsa. Modal kekayaan alam dan besarnya jumlah penduduk tanpa disertai kualitas SDM yang handal bukan merupakan jaminan untuk membawa kebesaran suatu negara. Singapura, Jepang, dan Korea menjadi bukti sebagai negara yang besar, rakyat makmur, karena didukung kualitas SDM yang bagus padahal tidak memiliki kekayaan alam berlimpah. Dengan demikian, persoalan penyiapan SDM yang berkualitas tidak perlu dipertanyakan lagi, lebih-lebih di era liberalisasi perdagangan
Metode Penelitian Pendidikan | 259
dan kehidupan global. Salah satu upaya antisipasi kebutuhan kehidupan global dan jaminan masa depan bangsa ialah membangun pendidikan yang berorientasi pada mutu. Pendidikan yang memiliki standar mutu ialah pendidikan yang senantiasa meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkpribadian unggul, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, trampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohani, memiliki rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan, serta berorientasi masa depan. SMP Bustanul Makmur Genteng RSBI berdiri sejak 2003, bertujuan mencetak manusia Indonesia yang unggul (berkualitas tinggi) seperti yang tercantum dalam tujuan Pendidikan Nasional tersebut di atas. Secara garis besar, SMP Unggulan Bustanul Makmur Genteng RSBI diarahkan untuk mencetak kader bangsa yang memiliki komitmen (1) keislaman, (2) kebangsaan, dan (3) kecendikiaan. Sekolah ini dibangun di atas tanah ± 2 ha dilengkapi dengan asrama siswa. Sistem pengelolaan SMP Bustanul Makmur Genteng RSBI mengacu pada standar mutu UNESCO, yaitu sekolah yang dapat menerapkan empat pilar pembelajaran sebagai gerbang pembebasan anak, yaitu: [1] Bagaimana anak belajar untuk belajar (how learn to learn) [2] Bagaimana anak belajar untuk berbuat (how learn to do) [3] Bagaimana anak belajar untuk mengenal dan menjadi menurut dirinya sendiri (how learn to be) dan [4] Bagaimana anak dapat belajar hidup berdampingan dalam kebersamaan dengan yang lain (how learn to life together) SMP Bustanul Makmur Genteng RSBI sangat memperhatikan kebutuhan siswa tidak saja dalam aktivitas pembelajaran, namun juga diasah nalar kritisnya serta disediakan kegiatan re-
260 | Mundir
kreatif dalam bentuk olah raga dan seni. Pembinaan kemampuan berorganisasi siswa menepati porsi yang cukup besar. Beberapa lembaga kesiswaan sebagai wadah berlatih berorganisasi yang bersifat internal sekolah tumbuh dan berkembang subur. Lembaga tersebut terdiri atas Student Council (SC) atau lebih dikenal dengan OSIS, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Remaja Masjid Um Dua (Remas), Dewan Kerja Galang (DKG), Radio Utama FM, Palang Merah Remaja (PMR), Komunitas Musik (KOMSI), dan kelompok belajar (English Club, Math Science Club).
Metode Penelitian Pendidikan | 261
262 | Mundir
Lampiran VISI MISI Visi dan Misi SMP Bustanul Makmur Genteng "Terwujudnya kualitas lulusan yang unggul dalam IMTAQ, handal dalam IPTEK, tangguh dalam kepribadian dan berwawasan keunggulan" MISI 1. Mengembangkan wawasan keislaman, kebangsaan dan kecendikiaan. 2. Mengembangkan kurikulum sekolah yang dinamis dan berwawasan keunggulan sesuai perkembangan zaman. 3. Melaksanakan 8 Standar Pendidikan Nasional yang diperkaya dengan pendidikan berkarakter. 4. Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, menyenangkan dan menginspirasi. 5. Meningkatkan layanan pendidikan atas dasar kesetaraan, keadilan, multikultur, multiintelegensi dan belajar tuntas
Metode Penelitian Pendidikan | 263
TUJUAN PENDIDIKAN SMP Unggulan Bustanul Makmur Genteng bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki standar mutu pendidikan. Profil lulusan memiliki komitmen (1) keislaman, (2) kebangsaan, dan (3) kecendikiaan. 1. Komitmen keislaman; indikatornya (a) pemahaman yang luas dan benar tentang ajaran Islam, (b) keyakinan yang benar dan mantap terhadap ajaran Islam, dan (c) motivasi yang tinggi untuk menerapkan / mengamalkan ajaran Islam. 2. Komitmen kebangsaan; indikatornya (a) pemahaman yang luas dan benar tentang falsafah dan budaya bangsa, (b) keyakinan yang benar dan mantap terhadap falsafah dan budaya bangsa, (c) motivasi yang tinggi untuk mengamankan, mengamalkan, dan mengembangkan falsafah dan budaya bangsa. 3. Komitmen kecendikiaan; indikatornya keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
264 | Mundir
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah
:
Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
: : : :
Indikator
Alokasi Waktu
:
SMP RSBI BUSTANUL MAKMUR GENTENG Pendidikan Agama Islam VIII/1 11. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah 11.3. Meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW Menjelasakan cara meneladani sifat-sifat para rasul (siddiq, amanah, tabligh, fathonah) Menjelasakan cara meneladani sifat rasul ulul azmi Membiasakan diri berperilaku seperti sifat para rasul Menunjukkan kesabaran meneladani sifat sabarnya para rasul ulul azmi 1 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat meneladani sifat-sifat para rasul dengan membiasakan diri berperilaku seperti sifat para rasul. Materi Pembelajaran Cara meneladani sifat-sifat para rasul (siddiq, amanah, tabligh, fathonah) Cara meneladani sifat rasul ulul azmi Pembiasaan diri berperilaku seperti sifat para rasul
Metode Penelitian Pendidikan | 265
Kesabaran para rasul ulul azmi
Metode Pembelajaran Ceramah, Diskusi, dan CTL Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Aprsepsi Kegiatan Inti Siswa berdiskusi mengenai aktualisasi cara meneladani sifat para rasul (siddiq, amanah, tabligh, fathonah. Siswa melakukan kegiatan pembiasaan menladani sifatsifat para rasul. Kegiatan Penutup Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini. Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ? Sumber Belajar Buku PAI Kelas VIII, Audio Vidio Buku cerita tentang para rasul Penilaian Teknik Penilaian diri
266 | Mundir
Bentuk Instrumen Lembar penilaian diri Instrumen Berilah tanda “cek” ( ) yang sesuai dengan suara hati kamu menanggapi pernyataan-pernyataan yang tersedia ! Suara Hati No.
Pernyataan
1
Para rasul merupkan manusia biasa, bukan dari golongan malaikat. Di akhirat kelak manusia akan bertemu dengan para rasul Selama hidupnya rasul tidak pernah berbohong Selama hidupnya rasul tidak pernah beruat kejahatan/kejelekan, termasuk tidak pernah berkatakata yang jelek (jorok) Para rasul juga makan, minum, dan mempunyai keluarga
2 3 4
5
Sangat Yakin Skor 3
Yakin Skor 2
Tidak Yakin Skor 1
Genteng, 08 Maret 2013 Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Dwi Wahyu Hari Basuki, S.Pd
Afin Masyhuri, S.Pd.I
Metode Penelitian Pendidikan | 267
Saran Kepala Sekolah : ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ....................................................................................................................
268 | Mundir
Lampiran THE LEARNING AND TEACHING TIME SCHEDULE 2013-2014 BUSTANUL MAKMUR JUNIOR HIGH SCHOOL
MONDAY N O
INTERVA L
-
07.00 - 07.50
1
07.50 - 08.30
2
08.30 - 09.10
3
09.10 - 09.50
4
09.50 - 10.30
--
10.30 - 10.40
5
10.40 - 11.20
6
11.20 - 12.00
---
12.00 - 12.50
7
12.50 - 13.30
8
13.30 - 14.10
9
14.10 - 14.50
10
14.50 - 15.30
----
15.30 - 16.00
YEAR 7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
9
9
9
9
A
B
C
D
E
A
B
C
D
E
A
B
C
D
3 1 3 1 1 9 1 9
1 9 1 9 1 2 1 2
1 0 1 0 2 8 2 8
1 1 1 1 1 4 1 4
1 4 1 4 1 8 1 8
Flag Ceremony 1 8 1 8 2 7 2 7
2 7 2 7 2 0 2 0
2 0 2 0
2 1 2 1
2 5 2 5
5
9
3
5
9
3
2 9 2 9
3 1 3 1
2 1 2 1
2 7 2 7
1 8 1 8
2 9 2 4 2 4 2 4
3 1 2 9 2 9 2 9
2 7 2 7
2 0 2 0
9
8
5
9
8
5
3 0 3 0 1 3 1 3
1 3 1 3 3 0 3 0
2 9 2 9 7 7
6 6 1 0 1 0
Recess 1 9 1 9
7 7
1 7 1 7
3 0 3 0
2 2
1 1 1 1
2 0 2 0
6 6
1 5 1 5
Dzuhur Prayer 8 8
1 2 1 2 2 2 2 2
2 8 2 8 1 0 1 0
3 0 3 0 3 1 3 1
1 7 1 7 4 4
9 9 1 7 1 7
1 4 1 4 1 6 1 6
2
1
3
2
1
3
3
6
3
6
1 1 1 1
Ashar Prayer
Metode Penelitian Pendidikan | 269
TUESDAY N O
INTERVA L
-
07.00 - 07.20
1
07.20 - 08.00
2
08.00 - 08.40
3
08.40 - 09.20
YEAR 7 A
7 B
7 C
7 D
7 E
8 A
3 0 3 0 2 0 2 0
1 2 1 2 1 1 1 1
1 6 1 6 1 8 1 8
2 0 2 0
2 1 2 1
2
9
2
9
1 8 1 8 2 9 2 9
1 1 1 1
1 8 1 8
2 9 2 9
1 6 1 6
3 1 3 1
1 5 1 5
1 3 1 3
2 9 3 1 3 1 3 1
1 8 1 8 1 2 1 2
3 1 2 4 2 4 2 4
2 7 2 7 1 6 1 6
4
09.20 - 10.00
--
10.00 - 10.20
5
10.20 - 11.00
6
11.00 - 11.40
---
11.40 - 12.50
7
12.50 - 13.30
9
8
13.30 - 14.10
9
9
14.10 - 14.50
10
14.50 - 15.30
----
15.30 - 16.00
270 | Mundir
1 3 1 3
9 9
8 8 8 B C D Dhuha Prayer 2 1 1 9 5 9 2 1 1 9 5 9 1 1 3 5 3 0 1 1 3 5 3 0 Recess 1 1 4 9 3 1 1 4 9 3 Dzuhur Prayer 1 8 5 6 1 8 5 6 2 2 5 7 2 2 2 5 7 2 Ashar Prayer
8 E 3 1 3 1 5 5
3 0 3 0 1 9 1 9 2 2 2 2
9 A
7 7 1 4 1 4
9 B
9 C
9 D
1 4 1 4
1 0 1 0 1 7 1 7
1 7 1 7 1 0 1 0
7 7
2 0 2 0
1 7 1 7
6
1
2
4
6
1
2
4
3
4
3
4
7 7
1 1 1 1
1 4 1 4
1 1
WEDNESDAY YEAR NO
INTERVAL
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
9
9
9
9
A
B
C
D
E
A
B
C
D
E
A
B
C
D
-
07.00 - 07.20
1
07.20 - 08.00
2
16
30
13
11
7
31
19
15
18
6
14
4
17
2
08.00 - 08.40
2
16
30
13
11
7
31
19
15
18
6
14
4
17
3
08.40 - 09.20
21
8
3
30
15
18
10
29
5
7
9
14
28
4
09.20 - 10.00
21
8
3
30
15
18
10
29
5
7
9
14
28
--
10.00 - 10.20
5
10.20 - 11.00
6
11.00 - 11.40
---
11.40 - 12.50
7
12.50 - 13.30
8
Dhuha Prayer
1 9 1 9
Recess 1 2 1 2
24
11
31
29
10
15
18
14
30
2
6
17
3
24
11
31
29
10
15
18
14
30
2
6
17
3
3
24
12
31
29
13
12
27
5
4
1
28
9
16
13.30 - 14.10
3
26
12
24
26
13
12
27
5
4
1
28
9
16
9
14.10 - 14.50
8
26
2
24
26
12
22
22
27
28
4
16
6
9
10
14.50 - 15.30
8
26
2
24
26
12
22
22
27
28
4
16
6
9
----
15.30 - 16.00
Dzuhur Prayer
Ashar Prayer
Metode Penelitian Pendidikan | 271
THURSDAY N O
YEAR INTERVAL
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
9
9
9
9
A
B
C
D
E
A
B
C
D
E
A
B
C
D
1 8 1 8 1 0 1 0
2 9 2 9 1 5 1 5
2 3 2 3 1 7 1 7
-
07.00 - 07.20
1
07.20 - 08.00
2
08.00 - 08.40
3
08.40 - 09.20
5
4
09.20 - 10.00
5
--
10.00 - 10.20
5
10.20 - 11.00
6
11.00 - 11.40
---
11.40 - 12.50
7
12.50 - 13.30
8
13.30 - 14.10
9
14.10 - 14.50
10
14.50 - 15.30
----
15.30 - 16.00
272 | Mundir
Dhuha Prayer 2 5 2 5
2 5 2 5
1 3 1 3 2 0 2 0
1 1 1 1 3 0 3 0
3 0 3 0 2 1 2 1
1 4 1 4 2 8 2 8
3 0 3 0
2 4 2 4
2 9 2 9
2 5 2 5
1 7 1 7
2 4 2 6 2 6 2 6
2 9 2 6 2 6 2 6
6 6
4
15
4
15
1 6 1 6
2 2
7 7 3 3
2 0 2 0 2 3 2 3
2 2 7 7
Recess 2 0 2 0
5
19
5
19
2 8 2 8
2 2
1 5 1 5
2 3 2 3
7
6
7
6
2 8 2 8
1 1 1 1 2 8 2 8
Dzuhur Prayer 2 1 2 1 1 6 1 6
3 3 1 9 1 9
6 6 2 7 2 7
1 0 1 0
1 4 1 4
5
9
12
4
5
9
12
4
9 9
Ashar Prayer
1 6 1 6
2 7 2 7 1 0 1 0
4 4 2 2 2 2
1 8 1 8 2 2 2 2
3 3
FRIDAY YEAR NO
INTERVAL
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
9
9
9
9
A
B
C
D
E
A
B
C
D
E
A
B
C
D
-
07.00 - 07.10
1
07.10 - 07.50
27
8
6
25
20
31
10
28
2
7
17
15
18
23
2
07.50 - 08.30
27
8
6
25
20
31
10
28
2
7
17
15
18
23
3
08.30 - 09.10
6
2
25
23
13
9
19
10
7
16
11
17
15
20
4
09.10 - 09.50
6
2
25
23
13
9
19
10
7
16
11
17
15
20
--
09.50 - 10.00
5
10.00 - 10.40
31
20
27
5
23
4
17
14
12
13
18
11
28
15
6
10.40 - 11.20
31
20
27
5
23
4
17
14
12
13
18
11
28
15
---
11.20 - 12.50
7
12.50 - 13.30
31
5
3
27
6
19
13
12
10
4
9
28
16
11
8
13.30 - 14.10
26
5
3
27
6
19
13
12
10
4
9
28
16
11
9
14.10 - 14.50
26
27
19
6
16
8
12
5
9
10
28
3
22
22
10
14.50 - 15.30
26
27
19
6
16
8
12
5
9
10
28
3
22
22
----
15.30 - 16.00
Dhuha Prayer
Recess
Dzuhur Prayer
Ashar Prayer
SATURDAY TIME
ACTIVITIES
COORDINATOR
06.30 - 07.00
Gymnastics
Drs. Heri
07.00 - 10.00
Talent and Interest
Tutors
Genteng, July 8th 2013 Director
Dwi Wahyu HB, S.Pd
Metode Penelitian Pendidikan | 273
TC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
TEACHERS Dwi Wahyu H.B, S.Pd H. Alfian, S.Pd, M.Pd Tato Octavianto, S.E Yuli Puspitasari, S.E, M.Pd Imamuddin, S.Pd.I, M.Pd.I Erni Hidayat, S.Pd M. Isnaiyulian MS, M.Pd Lukman Arif, S.Pd.I Ainur Rojikin, S.Hi, M.Pd.I Hudi Santoso, S.Pd Asroriyah, S.Pd Agus Purnomo, S.Pd Rohmulyati, S.Pd N. Farida Oktafianti, S.Pd
SUBJECTS English Indonesian Social Social Islamic Religion English Mathematics Islamic Religion Islamic Religion English Science Social Indonesian Indonesian
15
Ita Fatmawati, S.Pd
Mathematics
16
Afin Masyhuri, S.Pd.I
Islamic Religion
17
M. Musofa, S.Pd
Science
18
Yudi Indra Setyawan Ventiana Sari, S.P
Craft
19 20
Mikyal Zulva Aqta, S.Pd
Mathematics
21
Riski Murniasih, S.Pd
Indonesian
22
Haidhar Oktadianata, S.Pd
Sport
23
Maya Damayanti, S.Pd
Science
24
Luluk Alfiati
Art
25
Sasi Andriani, S.Pd
Social
26
Romi Ariesta
Sport
27
Bima Gilang Okjianto, S.Pd
English
28
Rina Setyawati, S.Si
Art/ Civics Education
29
Wahyu Dwi Martalia, S.Pd
Science
30
Pinken Vita Perdana, S.Pd
Mathematics
31
Andy Wahyu P, S.Pd, S.H
Civics Education
274 | Mundir
Science
Lampiran REKAPTULASI WAWANCARA HARI, TANGGAL, MATERI, TEMPAT, DAN INFORMAN No 1
2 3
Hari, Tanggal Sabtu, 31/08/2013 Sabtu, 31/08/2013 Sabtu, 31/08/2013
4
Sabtu, 31/08/2013
5
Sabtu, 31/08/2013
6
Kamis, 26/09/2013
7
Kamis, 26/09/2013
8
Kamis,
Materi Pengembangan program pembelajaran Program pembelajaran Persiapan awal semes-ter dan pengembangan program pembelajaran di dalam jam efektif dan di luar jam efektif Password Pendamping siswa Wewenang dan tanggung jawab tim pengemang agama Kegiatan ritual keaga-maan dan budi pekerti Kegiatan pembelajaran di dalam jam efektif Pembelajaran di dalam atau di luar ruangan kelas Pembelajaran in-
Tempat
Informan
Ruang kepala Dwi Wahyu Hari SMP Buma Basuki, S.Pd Ruang guru SMP Buma Ruang Wakil Kepala SMP Buma
Imamuddin, S.Pd.I., M.Pd.I Lukman Arif, S.Pd.I
Ruang guru SMP Buma
Ainur Rojikin, S.HI., M.Pd.I
Ruang guru SMP Buma
Afin Masyhuri, S.Pd.I.
Ruang guru SMP Buma
Imamuddin, S.Pd.I., M.Pd.I
Ruang guru SMP Buma
Ainur Rojikin, SH.I, M.Pd.I
Ruang guru
Afin Masyhuri,
Metode Penelitian Pendidikan | 275
9 10
26/09/2013 Kamis, 26/09/2013 Sabtu, 12/10/ 2013
11
Sabtu, 12/10/ 2013
12
Sabtu, 12/10/ 2013
13
Sabtu, 12/10/ 2013 Sabtu, 12/10/ 2013
14
276 | Mundir
ovatif Lingkungan sekolah yang kondusif Program pengembangan dan evaluasi terhadap program pengembangan Pembentukan tim kecil 6/7 siswa; 1 koordinator dan lainnya anggota Sifat pelaksanaan yang fleksibel Sanksi edukatif Pelaksanaan refleksi Evaluasi melalui observasi
SMP Buma Ruang guru SMP Buma Ruang Kepala SMP Buma
S.Pd.I Wahyu Hari Basuki, S.Pd Dwi Wahyu Hari Basuki, S.Pd
Ruang Wakil Kepala SMP Buma
Lukman Arif, S.Pd.I
Ruang guru SMP Buma
Imamuddin, S.Pd.I, M.Pd.I
Ruang guru SMP Buma Ruang guru SMP Buma
Ainur Rojikin, SH.I, M.Pd.I Afin Masyhuri, S.Pd.I
Lampiran REKAPTULASI OBSERVASI HARI, TANGGAL, MATERI, TEMPAT, DAN INFORMAN No 1
2 3
4
5 6
7
8
Hari, Tanggal Sabtu, 14/09/2013
Sabtu, 14/09/2013 Sabtu, 14/09/2013
Materi
Tempat
Siswa memasuki pintu gerbang SMP Buma dengan mengucapkan password, sementara dewan guru menerima atau memperhatikan password dari siswa. Pelaksanaan sholat dhuha
Pintu gerbang SMP Buma
Kedua wali kelas (father and mother): bapak Zainul Imron, S.Pd. dan ibu Erni Hidayati, S.Pd menyambut kehadiran para siswa di depan pintu kelas Sabtu, Kondisi belajar siswa, ada yang 14/09/2013 duduk di atas kursi atau bangku, dan ada yang duduk di atas lantai agak pojok menjauhi meja guru. Sabtu, Cara mengoperasionalkan 14/09/2013 Closed Circuit Television (CCTV) Kamis, Pelaksanaan sholat tahiyatal 26/09/ 2013 masjid dan sholat dhuhur berjamaah Kamis, Siswa sedang brosing internet 26/09/ 2013 di ruang ICT terkait dengan materi tata cara sholat tasbih Kamis, Kebersihan lingkungan dan 26/09/ 2013 iringan ayat-ayat al-Qur’an yang dapat didengar dari semua penjuru kelas
Masjid Kelas VIII B
Kelas VIII C
Ruang Kepala SMP Buma Masjid
Ruang ICT
Halaman sekolah dan lingkungan kelas
Metode Penelitian Pendidikan | 277
278 | Mundir
BAB
4 DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan, 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Perkasa. Bungin, Burhan. 2001. MetodologiPenelitianKualitatif: AktualisasiMetodologiskeArahRagam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada Creswell, John W. 2010. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Terjemahdalambahasa Indonesia olehAchmadFawaiddenganjudulResearch Design, PendekaanKualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: PustakaPelajar. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Metode Penelitian Pendidikan | 279
Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora. Bandung: Pustaka Setia Dimyati, Moh. 2002. MetodeFenomenologi& Action Research, ApadanBagaimanMelakukannya. Malang: PSSJ TeknologiPembelajaran Program PascasarjanaUniversitasNegeri Malang. Fatchan, A. 2009. MetodePenelitianKualitatif: BesertaContoh Proposal, Skripsi, Tesis, danDisertasi. Malang: JenggalaPustakaUtamakerjasamadenganLemlitUniversitasNegeri Malang Gall, Meredith, D., Gall, Joyce, P., & Borg, Walter, R. 2003. Educational Research: An Introcuction. Second Edition. New York: Pearson Education. Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Kasiram. 2010.MetodologiPenelitianKualitatif – Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press Kerlinger, Fred, N. 1990. Foundations of Behavioral Research, Third Edition. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Landung R. Simatupang dan H. J. Koesoemanto dengan judul Asas Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Moleong, Lexy J. 2005. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya Muhadjir, Noeng. 2001. FilsafatIlmu. Yogyakara: Rake Sarasin. Muhajir, Noeng. 2007. MetodologiKeilmuan: ParadigmaKualitatif, 280 | Mundir
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Rake Sarasin. Mundir. 2013.MetodePenelitianKualitatif&Kuantitatif. STAIN Press
Jember:
Patton, Michael Quinn. 2002. Qualitative Research & Evaluation Methods. New Delhi: Sage Publication. Praja, Juhaya, S. 1997. Aliran-aliranFilsafatdanEtika: SuatuPengamatan. Bandung: YayasanPiara. Purwanto.2010. MetodologiPenelitianKuantitatifuntukPsikologidanPendidikan. Yogyakarta: PustakaPelajar Rapar, Jan Hendrik. 1996. PengantarFilsafat. Yogyakarta: PustakaKanisius. Ratna,NyomanKutha. 2010.MetodologiPenelitian: KajianBudayadanIlmuSosialHumaniorapadaUmumnya (Yogyakarta: PustakaPelajar Salam, Burhanuddin. 1997. LogikaMateriil (FilsafatIlmuPengetahua). Jakarta: RinekaCipta. Susiasumantri, Jujun, S. 2003. FilsafatIlmuSebuahPengantaPopuler. Jakarta: PustakaSinarHarapan. Tim Penulis. 2014. PedomanPenulisanKaryaIlmiah Program SarjanaSekolahTinggi Agama Islam Negeri(STAIN) Jember. Jember: STAIN Press Tim Penulis.2014.PedomanPedomanPenulisanKaryaIlmiah Program PascasarjanaSekolahTinggi Agama Islam Negeri(STAIN) Jember. Jember: STAIN Press
Metode Penelitian Pendidikan | 281
282 | Mundir
BAB
4 TENTANG PENULIS
Mundir, nama lengkapnya Mundir Rosya dilahir di Banyuwangi, 03 November 1963. Anak keempat ini lahir dari pasangan suami istri H. Idris dan Hj. Siti Khodijah. Pendidikan Dasar ditempuh di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ath-har (MNA) Kebonsari Benculuk Cluring Banyuwangi, lulus 1976. Pendidikan menengah ditempuh di Madrasah Tsanawiyah Al-Amiriyyah (MTs A) dan Madrasah Aliyah Al-Amiriyyah (MAA), lulus tahun 1982 dan 1985. Pendidikan sarjana strata 1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah di Jember, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), lulus tahun 1990. Pendidikan strata 2 (program magister) dan strata 3 (program doctor) disMetode Penelitian Pendidikan | 283
elesaikannya di Universitas Negeri Malang (UM) dengan spesifikasi program Teknologi Pembelajaran (TEP), lulus tahun 2003 dan 2011. Tugas sehari-hari adalah sebagai dosen tetap Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) jember dengan mengampu mata kuliah Metode Penelitian dan Statistik Pendidikan. Sedangkan mata kuliah pilihan yang diampu adalah Media Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Media Pembelajaran. Sebagai tugas tambahan, ia dipercaya untuk mengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran PAI berbasis ICT, Pengembangan Kurikulum, dan Metode Penelitian di Pascasarjana IAIN Jember. Dalam rangka pengembangan karir dan keilmuan, ia aktif sebagai tutor di Universitas Terbuka UPBJJ-UT Jember, dan menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi swasta: Pasca sarjana Institut Agama Islam Ibrahimy Sukorejo Situbondo, Program S1 Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng Banyuwangi, dan Institut Agama Islam Darussalam Tegalsari Banyuwangi. Hasil karya dalam bentuk buku referensi yang sempat terpublikasikan adalah Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda Dalam Dunia Penelitian (Surabaya: Isan Cendekia, 2005), Statistik Pendidikan: Pengantar Analisis Data Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Stain Jember Press, 2012), Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Jember: STAIN Jember Press, 2013), dan Belajar dan Pembelajaran: Sebuah Kajian Kritis Konseptual (Jember: STAIN Jember Press, 2014) Sejumlah penelitian yang pernah dilakukan antara lain: 1) Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Mata kuliah Statistik Pendidikan Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif (Student As Teachers), 2009. 2) Pemanfaatan Teknologi Infor284 | Mundir
masi dan Komunikasi dalam Pembelajaran di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi, 2010. 3) Pengaruh Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan terhadap Semangat Inovasi Pembelajaran SDN di Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang, 2011. 4) Sertifikasi, Kompetensi dan Inovasi Pembelajaran Dosen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Banyuwangi, 2012. 5) Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Unggulan Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi, 2013. Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Unggulan Riyadlul Qori’in Ma’had Dirosatil Qur’aniyah Ajung Jember, 2014.
Metode Penelitian Pendidikan | 285
286 | Mundir
Lampiran 1 Halaman Sampul Skripsi PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG PROFESIONAL DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LABORATORIUM JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI
Oleh Hilda Maria Ulfa NIM. 084 063 209 INSTITU AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AGUSTUS, 2014
Lampiran 2 Halaman Sampul Tesis KINERJA TIM AGAMA DALAM INOVASI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMP SUNAN GIRI CLUTRING BANYUWANGI TESIS
Oleh Siti Nur Rohmah NIM 0849120033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER JUNI, 2015
Lampiran 3: Persetujuan Proposal Tesis
PERSETUJUAN Proposal Tesis dengan judul “..........................................................“ yang ditulis oleh ............................. ini, telah disetujui untuk diuji dalam forum seminar proposal tesis. Jember, ............................... Pembimbing I
..................................................... NIP. Jember, ............................... Pembimbing II
..................................................... NIP.
Lampiran 4 Pengesahan Proposal Tesis PENGESAHAN Proposal Tesis dengan judul “............................................................“ yang ditulis oleh ............................. ini telah diseminarkan dan disetujui untuk dijadikan acuan pelaksanaan penelitian dalam rangka menyusun tesis. Jember, ............................... Pembimbing I
..................................................... NIP. Jember, ............................... Pembimbing II
..................................................... NIP.
Lampiran 5: Contoh tabel skripsi
No. Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3
DAFTAR TABEL Uraian Indikator Sekolah Bermutu ............................... Review Penelitian Terdahulu ............................ Responden Penelitian ......................................... Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................... Rekapitulasi Uji Validitas................................... Gambaran Umum Lokasi Penelitian................ Distribusi Sampel Penelitian ............................. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................
Dan seterusnya.
Hal. 15 23 69 71 76 85 88 93
Lampiran 6: Bebas Plagiat Skripsi PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : MUTMAINAH NIM : 083 051 050 Fakultas/Jur. : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/Pendidikan Islam Progran Studi : Pendidikan Agama Islam Dengan ini menyatakan bahwa isi skripsi ini adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jember, 25 Juni 2015 Saya yang menyatakan, Materai 6000 MUTMAINAH NIM. 083 051 050
Lampiran 7: Bebas Plagiat Tesis PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama : ___________________________ NIM : ___________________________ Program : Magister Institusi : Program Pascasarjana STAIN Jember dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa tesis ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jember, …………………. Saya yang menyatakan, Materai 6000 _____________________ NIM
Lampiran 8Halaman Judul Skripsi PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG PROFESIONALDI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LABORATORIUM JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh Hilda Maria Ulfa NIM. 084 063 209 INSTITU AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JUNI, 2015
Lampiran 9 Halaman Judul Tesis KINERJA TIM AGAMA DALAM INOVASI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMP SUNAN GIRI CLURING BANYUWANGI
Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) Dosen Pembimbing 1. Dr. H. Mundir, M.Pd 2. Dr. Pujiono Abdul Hamid, M.Ag
Oleh Siti Nur Rohmah NIM 0849120033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER JUNI, 2015
Lampiran 10: Pengesahan Tesis
PENGESAHAN Tesis dengan judul “………………………………………………” yang ditulis oleh ………………… ini, telah dipertahankan di depan Dewan Peguji Tesis Pascasarjana IAIN Jember pada hari …………… tanggal …………….. dan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) DEWAN PENGUJI 1. Ketua Penguji 2. Anggota: a. Penguji Utama b. Penguji I c. Penguji II
Mengetahui STAIN Jember Ketua,
(.....................................) NIP. ………………….
: ……………………… : ……………………… : ……………………… : ……………………… Jember, ............................. Mengesahkan Pascasarjana IAIN Jember Direktur,
(......................................) NIP. ...............................
Lampiran 11 Persetujuan Skripsi PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG PROFESIONALDI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LABORATORIUM JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh Hilda Maria Ulfa NIM. 084 063 209
Disetujui Pembimbing
Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag NIP. 19730112 200112 2 001
Lampiran 12Persetujuan Tesis PERSETUJUAN Tesis dengan judul “......................................................................“ yang ditulis oleh ...................................... ini, telah disetujui untuk diuji dan dipertahankan di depan dewan penguji tesis. Jember, ............................... Pembimbing I
..................................................... NIP. Jember, ............................... Pembimbing II
..................................................... NIP.
Lampiran 13: Pengesahan Skripsi PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG PROFESIONAL DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LABORATORIUM JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan jurusan Pendidikan Islam program studi Pendidikan Agama Islam Hari: Selasa Tanggal: 17 Februari 2015 Tim Penguji Ketua
Sekretaris
Khoirul Faizin, M.Ag NIP. 19710612 200601 1 001 Anggota: 1. Abd. Rahim, M.Si 2. Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag
Suwarno, M.Pd NIP. 19780804 2011 1 002 ( (
Mengetahui Rektor IAIN Jember
Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM NIP. 19660322 199303 1 002
) )
Lampiran 14: Pengesahan Skripsi
PENGESAHAN
Tesis dengan judul “………………………………………………” yang ditulis oleh ………………… ini, telah dipertahankan di depan Dewan Peguji Tesis Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Jember pada hari …………… tanggal …………….. dan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) DEWAN PENGUJI 1. Ketua Penguji 2. Anggota: a. Penguji Utama b. Penguji I c. Penguji II
Mengetahui IAIN Jember Rektor,
(........................................) NIP. …………………….
: ……………………… : ……………………… : ……………………… : ……………………… Jember, ............................. Mengesahkan Pascasarjana IAIN Jember Direktur,
(........................................) NIP. ……………………
Lampiran 15: Motto إِﻟﱠﺎ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮاْ وَﻋَﻤِﻠُﻮاْ ٱﻟﺼﱠٰﻠِﺤَٰﺖِ وَﺗَﻮَاﺻَﻮۡاْ ﺑِﭑﻟۡﺤَﻖﱢ٢ ٍﺧﺴۡﺮ ُ إِنﱠ ٱﻟۡﺈِﻧﺴَٰﻦَ ﻟَﻔِﻲ١ ِوَٱﻟۡﻌَﺼۡﺮ ٣ ِوَﺗَﻮَاﺻَﻮۡاْ ﺑِﭑﻟﺼﱠﺒۡﺮ 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Lampiran 16: Persembahan
Kupersembahkan Kepada Almamaterku, Dosen dan Karyawan Tercinta Bapak/Ibu dan Saudara Sahabat/Sahabati Mahasiswa Kelas A 7 Pendidikan Agama Islam Nusa, Bangsa, dan Agama
Lampiran 17: Kata Pengantar KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Swt. atas limpahan taufiq, hidayah, dan inayah-Nya penulisan laporan penelitian dengan judul “Profil Guru Pendidikan Agama Islam yang Profesional di Sekolah Menengah Pertama LaboratoriumJenggawah Kabupaten Jember” ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad Saw, para sahabat, para pengikutnya, dan melimpah pula kepada seluruh ummatnya, amiin. Dengan berbagai keterbatasan dan kendala yang ada, akhirnya penulisan skripsi ini selesai juga. Hal ini tidak lain karena bimbingan dan motivasi berbagai pihak yang begitu berharga dan tidak dapat dinilai dengan materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perlu diucapkan terima kasih kepada mereka sebagai berikut. 1. Rektor IAIN Jember, Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. yang telah memfasilitasi proses pendidikan di IAIN Jember. 2. Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag. yang telah meberi bimbingan dalam rangka penulisan skripsi. 3. Kepala Sekolah Menengah Pertama LaboratoriumJenggawah Kabupaten Jember yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di lembaga pendidikan yang dipimpinnya. 4. Kedua Orang tua yang selalu mendoakan dan mensuport pendidikan di IAIN Jember. 5. Sahabat-sahabatku mahasiswa kelas A7 PAI yang saling memberi motivasi untuk segera menyelesaikan tulisan Skripsi. Akhirnya dari hati yang tulus dan dalam, diharapkan
hasil penelitian ini menjadi dasar dan motivator dalam pengembangan keilmuan dan profesionalisme bagi peneliti dan pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga karya ini bermanfaat juga adanya. Amiin. Jember, 20 Juni 2015 Peneliti
Lampiran 18 ABSTRAK Siti Nur Jamilah. 2014. Kinerja Tim Agama dalam Inovasi Pembelajaran Agama Islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. Pendidikan Agama Islam di sekolah merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar tahun 1945 agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta meningkatkan akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun demikian, kualitas Pendidikan Agama Islam di Sekolah pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi yang mencerminkan masih adanya penyimpangan prilaku siswa pada sekolah yang tidak sesuai dengan norma agama Islam. Menyadari hal itu, para guru agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur (SMP BUMA) Genteng Banyuwangi membentuk sebuah tim pengembang keagamaan yang bertugas untuk melakukan inovasi pembelajaran agama Islam. Penelitian ini memiliki dua fokus berikut: bagaimana perencanaan pembelajaran; dan bagaimana pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang dilakukan tim agama dalam rangka inovasi pembelajaran agama Islam? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah ingin menganalisis dan medeskripsikan perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan perencanaan pembelajaran. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus.
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi dengan sejumlah subyek terteliti yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data yang dibutuhkan dikupulkan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumenter. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah kegiatan sebagai berikut. 1) Perencanaan pembelajaran meliputi: a) menyusun penjaminan mutu PAI, b) menyusun jadwal praktik/pembiasaan keagamaan, c) menambah jam tatap muka d) membekali pengetahuan keagamaan yang aplikatif, e) pengetahuan pengajar atau pendidik tentang perencanaan pembelajaran diupgrade melalui kegiatan MGMPS dan MGMP, f) RPP tetap disusun oleh para guru, dan g) perencanaan pengembangan kegiatan dalam bentuk home stay, bakti sosial, dan serta pemilihan akhi dan ukhti unggulan. 2) Pelaksanaan perencanaan pembelajaran meliputi: a) menjadikan hasil penyusunan penjaminan mutu PAI sebagai dasar Pelaksanaan pembelajaran, b) menjadikan jadwal pembiasaan sebagai acuan kegiatan pembiasaan keagamaan, c) penambahan jam tatap muka, d) menambah pengetahuan keagamaan yang aplikatif, e) menjadikan MGMPS dan MGMP sebagai sarana aupgrade pengetahuan pengajar, f) membentuk jiwa sosial dan kemandirian melalui home stay, bakti sosial, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan melalui OSIS, pembelajaran out bond, pemilihan akhi dan ukhti unggulan. Lampiran 19: Abstrak Bahasa Indonesia Tesis
ABSTRAK Rohmah, Siti Nur, 2014. Kinerja Tim Agama dalam Inovasi Pembelajaran Agama Islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. Tesis. Program Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember. Pembimbing I: Dr. H. Mundir, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Pujiono Abdul Hamid, M.Ag Kata Kunci: Kinerja Tim Agama, Inovasi Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran,
Pendidikan Agama Islam di sekolah merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar tahun 1945 agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta meningkatkan akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab II pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun demikian, kualitas Pendidikan Agama Islam di Sekolah pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi yang mencerminkan masih banyak
penyimpangan prilaku siswa pada sekolah yang tidak sesuai dengan norma agama Islam. Menyadari betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa-siswi yang sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama, para guru agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi membentuk sebuah tim pengembang keagamaan yang bertugas untuk melakukan inovasi pembelajaran agama Islam. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Kinerja Tim Agama dalam Inovasi Pembelajaran Agama Islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi” Penelitian ini memiliki 3 fokus berikut: bagaimana perencanaan pembelajaran; bagaimana pelaksanaan perencanaan pembelajaran dan bagaimana evaluasi pembelajaran yang dilakukan tim agama dalam inovasi pembelajaran agama Islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah ingin menganalisis dan medeskripsikan perencanaan pembelajaran; pelaksanaan perencanaan pembelajaran; dan jenis instrumen evaluasi pembelajaran yang digunakan tim agama dalam inovasi pembelajaran agama Islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi dengan sejumlah subyek terteliti yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data yang dibutuhkan dikupulkan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumenter. Data yang terkumpul berikutnya dianalisis dengan analisis kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau kesimpulan. Sedangkan untuk uji keabsahan data, pada kesempatan ini dilakukan
dengan teknik triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah kegiatan sebagai berikut. 1) Perencanaan pembelajaran yang dilakukan tim agama dalam inovasi pembelajaran Agama Islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi meliputi: a) menyusun penjaminan mutu pendidikan agama Islam, b) menyusun jadwal praktik atau pembiasaan keagamaan, c) menambah jam tatap muka dari 3 jam menjadi 8, 6, atau 4 jam, d) membekali pengetahuan keagamaan yang aplikatif di masyarakat, e) upgrade pengetahuan pengajar atau pendidik tentang perencanaan pembelajaran melalui kegiatan MGMPS dan MGMP, f) RPP tetap disusun oleh para guru sesuai pokok /sub pokok bahasan dan jam tatap muka, dan g) perencanaan pengembangan kegiatan keagamaan dalam bentuk home stay, bakti sosial, dan peduli bencana; kegiatan organisasi sekolah (OSIS), pembelajaran out bond, serta pemilihan akhi dan ukhti unggulan. 2) Pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang dilakukan tim agama dalam inovasi pembelajaran agama islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi meliputi: a) melaksanakan pembelajaran di kelas dan pembiasaan keagamaan di luar kelas berdasarkan hasil penyusunan penjaminan mutu PAI, b) melakukan kegiatan pembiasaan keagamaan berdasarkan jadwal praktik atau pembiasaan keagamaan, c) pengembangan pembelajaran yang benar-benar berpusat pada siswa dan PAKEM berdasarkan penambahan jam tatap muka dari 3 jam menjadi 8, 6, atau 4 jam, d) menambah pengetahuan keagamaan yang aplikatif melalui pembiasaan keagamaan secara terjadwal, e) menjadikan MGMPS dan MGMP sebagai sarana untuk mengaupgrade pengetahuan pengajar, f) menyusun RPP dengan mengakomodir perencanaan pengembangan pembelajaran pada jam-jam efektif, g) membentuk jiwa sosial dan
kemandirian melalui home stay, bakti sosial, dan peduli bencana; dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan melalui OSIS, pembelajaran out bond, pemilihan akhi dan ukhti unggulan. 3) Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang dilakukan tim agama dalam inovasi pembelajaran Agama Islam di SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi, menggunakan 5 (lima) jenis instrumen evaluasi: yaitu refleksi, diskusi, chek list kelengkapan perangkat pembelajaran, catatan kemajuan pembiasaan keagamaan, dan rapat khusus evaluasi.
Lampiran 20: Abstrak Bahasa Arab Tesis
ﻣﻠﺨﺺ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺭﲪﺔ ،ﺳﱵ ﻧﻮﺭ .2014 ،ﺃﺩﺍﺀ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﰲ ﺍﻻﺑﺘﻜﺎﺭ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻲ ﺑﺎﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ .ﲝﺚ ﻋﻠﻤﻲ .ﺑﺮﻧﺎﻣﺞ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺎﺕ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺑﺎﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻻﺳﻼﻣﻴﺔ ﺍﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ﲨﱪ ﻗﺴﻢ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ .ﲢﺖ ﺍﻻﺷﺮﺍﻑ (1) :ﺍﻟﺪﻛﺘﻮﺭ ﺍﳊﺎﺝ ﻣﻨﺬﺭ ﺍﳌﺎﺟﺴﺘﲑ ،ﻭ) (2ﺍﻟﺪﻛﺘﻮﺭ ﻓﻮﺟﻴﻮﻧﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﳊﻤﻴﺪ ﺍﳌﺎﺟﺴﺘﲑ. ﺍﻟﻜﻠﻤﺎﺕ ﺍﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ :ﺃﺩﺍﺀ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﻭﺍﺑﺘﻜﺎﺭ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ،ﻭﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺇﻥ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﻫﻲ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺎﻧﻮﻥ ﺍﻷﺳﺎﺳﻲ ﳉﻤﻬﻮﺭﻳﺔ ﺇﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻴﺎ ﺍﻟﻌﺎﻡ 1945ﻳﻌﲏ ﺃﻥ ﺗﻘﻮﻡ ﺍﳊﻜﻮﻣﺔ ﺑﻨﻈﺎﻡ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻮﻃﲏ ﺍﻟﱵ ﳝﻜﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﲢﺴﱭ ﺍﻹﳝﺎﻥ ﻭﺍﻟﺘﻘﻮﻯ ﺇﱃ ﺍﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﱃ ،ﻭﺍﻷﺧﻼﻕ ﺍﻟﻜﺮﳝﺔ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺗﺜﻘﻴﻒ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻟﻔﻜﺮﻳﺔ ﰲ ﺍﻟﺒﻼﺩ .ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻟﻘﺎﻧﻮﻥ ﺭﻗﻢ 20 ﻟﺴﻨﺔ ،2003ﰲ ﺷﺄﻥ ﻧﻈﺎﻡ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻮﻃﲏ ،ﺍﻟﻔﺼﻞ ﺍﻟﺜﺎﱐ ،ﺍﳌﺎﺩﺓ 3ﻳﻘﺎﻝ ﺃﻥ ﻣﻬﻤﺔ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻟﻮﻃﻨﻴﺔ ﻫﻲ ﺗﻄﻮﻳﺮ ﺍﳌﻬﺎﺭﺓ ﻭﺗﻜﻮﻳﻦ ﺍﻟﺸﺨﺼﻴﺔ ﻭﺍﳊﻀﺎﺭﺓ ﺍﻟﺸﻌﺒﻴﺔ ﺍﻟﻜﺮﳝﺔ ﻷﺟﻞ ﺗﺜﻘﻴﻒ ﺣﻴﺎﺓ ﺍﻟﺸﻌﺐ ،ﻭﺍﻟﱵ ﺪﻑ ﺇﱃ ﺗﻄﻮﻳﺮ ﻃﺎﻗﺔ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﻟﻴﺼﺒﺤﻮﺍ ﻣﺆﻣﻨﲔ ﻭ ﻣﺘﻘﲔ ﺇﱃ ﺍﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﱃ ،ﻭﻟﺪﻳﻬﻢ ﺃﺧﻼﻕ ﻛﺮﳝﺔ ،ﻭﺻﺤﺔ، ﻭﻣﻌﺮﻓﺔ ،ﻭﻣﻬﺮﺓ ،ﻭﺇﺑﺪﺍﻋﻴﺔ ،ﻭﻳﺼﺒﺤﻮﻥ ﻣﻮﺍﻃﻨﲔ ﻣﺴﺌﻮﻟﲔ ﻭﺍﻟﺪﳝﻘﺮﺍﻃﻴﺔ. ﻭﺭﻏﻢ ﺫﻟﻚ ،ﻓﺈﻥ ﺟﻮﺩﺓ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﺍﳌﺪﺍﺭﺱ ﺑﺸﻜﻞ ﻋﺎﻡ ﻻ ﺗﺰﺍﻝ ﻣﻨﺨﻔﻀﺔ .ﻭﻫﺬﺍ ﻳﺒﺪﻭ ﻣﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﳌﺆﺷﺮﺍﺕ ﺍﻟﱵ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﺗﻮﺟﺪ ﻛﺜﲑﺍ ﻣﻦ ﺍﳌﺨﺎﻟﻔﺎﺕ ﻣﻦ ﺳﻠﻮﻙ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﰲ ﺍﳌﺪﺍﺭﺱ ﺍﻟﱵ ﻻ ﺗﻨﺎﺳﺐ ﺑﺎﻟﻘﻮﺍﻋﺪ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ .ﻭﺇﺩﺭﺍﻛﺎ ﻷﳘﻴﺔ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﲢﺴﲔ ﺃﺧﻼﻕ ﺍﻟﺸﺒﺎﺏ، ﻭﻻﺳﻴﻤﺎ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺘﻌﻠﻤﻮﻥ ﰲ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ،ﻓﺎﳌﺪﺭﺳﻮﻥ ﻟﻠﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺑﺎﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ )(SMP BUMAﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ ﻗﺎﻣﻮﺍ ﺑﺘﺸﻜﻴﻞ ﳉﻨﺔ ﺍﻟﺘﻄﻮﻳﺮ ﻟﻠﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺍﻟﱵ ﺪﻑ ﺇﱃ ﺃﺩﺍﺀ ﺇﺑﺘﻜﺎﺭ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ .ﻭﻟﺬﻟﻚ ،ﺃﺧﺬﺕ ﺍﻟﺒﺎﺣﺜﺔ ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻋﻨﻮﺍﻧﺎ "ﺃﺩﺍﺀ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﰲ ﺍﻻﺑﺘﻜﺎﺭ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻲ ﺑﺎﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ
ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ " ﳍﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺗﺮﻛﻴﺰ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ ﻫﻲ ﻛﻴﻒ ﲣﻄﻴﻂ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ؛ ﻛﻴﻒ ﺍﻟﺘﻨﻔﻴﺬ ﻟﺘﺨﻄﻴﻂ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ؛ ﻭﻛﻴﻒ ﻗﺎﻡ ﺍﻟﺘﻘﻮﱘ ﻟﻠﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻣﺖ ﺑﻪ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﳌﻨﺎﺳﺒﺔ ﺍﺑﺘﻜﺎﺭ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ؟ ﺃﻣﺎ ﺍﳍﺪﻑ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻫﻮ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﻮﺻﻒ ﳋﻄﺔ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ؛ ﻭﺗﻨﻔﻴﺬ ﺧﻄﺔ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ؛ ﻭﻧﻮﻉ ﻣﻦ ﺃﺩﻭﺍﺕ ﺍﻟﺘﻘﻮﱘ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻣﺖ ﺑﻪ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﳌﻨﺎﺳﺒﺔ ﺍﺑﺘﻜﺎﺭ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ. ﺍﺳﺘﺨﺪﻣﺖ ﺍﻟﺒﺎﺣﺜﺔ ﰲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﳌﺪﺧﻞ ﺍﻟﻜﻴﻔﻲ ،ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﳊﺎﻟﺔ .ﻭﻣﻴﺪﺍﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻫﻮ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ ﻣﻊ ﲢﺪﻳﺪ ﻋﺪﺩ ﻣﻦ ﺍﳌﺨﱪﻳﻦ ﺑﻄﺮﻳﻘﺔ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻌﻴﻨﺎﺕ ﺍﳍﺎﺩﻓﺔ ) .(purposive samplingﻭﲨﻊ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﻃﺮﻳﻘﺔ ﺍﳌﻼﺣﻈﺔ ﻭﺍﳌﻘﺎﺑﻼﺕ ﻭﺍﻟﻮﺛﺎﺋﻘﻴﺔ .ﻭ ﲢﻠﻴﻞ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﻟﱵ ﰎ ﲨﻌﻬﺎ ﻣﻊ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﻟﻜﻴﻔﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺘﻜﻮﻥ ﻣﻦ ﲣﻔﻴﺾ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ،ﻭﻋﺮﺿﻬﺎ ،ﻭﺍﻟﺘﺤﻘﻖ ﻭﺍﻻﺳﺘﻨﺘﺎﺝ .ﻭﺃﻣﺎ ﺍﺧﺘﺒﺎﺭ ﺻﺤﺔ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ،ﻓﺒﺎﺳﺘﺨﺪﺍﻡ ﺍﻟﺘﺜﻠﻴﺚ ﻣﻦ ﺍﳌﺼﺎﺩﺭ ﻭﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ. ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻨﺘﺎﺋﺞ ﺍﻟﱵ ﺣﺼﻠﺖ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﺒﺎﺣﺜﺔ ﻫﻲ (1) :ﺃﻥ ﲣﻄﻴﻂ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻣﺖ ﺑﻪ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﳌﻨﺎﺳﺒﺔ ﺍﺑﺘﻜﺎﺭ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ ﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ) :ﺃ( ﺇﻋﺪﺍﺩ ﺿﻤﺎﻥ ﺍﳉﻮﺩﺓ ﻟﻠﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ،ﻭ)ﺏ( ﺇﻋﺪﺍﺩ ﺍﳉﺪﻭﻝ ﳌﻤﺎﺭﺳﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻌﻮﻳﺪ ﺍﻟﺪﻳﲏ ،ﻭ)ﺝ( ﺯﻳﺎﺩﺓ ﺍﳋﺼﺺ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻴﺔ ﻣﻦ 3ﺧﺼﺺ ﺇﱃ 8ﺃﻭ 6ﺃﻭ 4ﺧﺼﺺ ،ﻭ)ﺩ( ﺗﺰﻭﻳﺪ ﺍﳌﻌﺮﻓﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﺍﳌﻄﺒﻘﺔ ﰲ ﺍﺘﻤﻊ ،ﻭ)ﻫـ( ﺍﳌﻌﺮﻓﺔ ﻣﻦ ﺍﳌﺪﺭﺳﲔ ﺃﻭ ﺍﳌﺮﺑﲔ ﻋﻠﻰ ﲣﻄﻴﻂ ﺍﻟﺘﺪﺭﻳﺲ ﺍﻟﻘﺎﺑﻞ ﻟﻠﺘﻮﺳﻴﻊ ﻣﻦ ﺧﻼﻝ MGMPSﻭ ، MGMPﻭ)ﻭ( ﺇﻋﺪﺍﺩ ﺧﻄﺔ ﺍﻟﺘﺪﺭﻳﺲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﳌﺪﺭﺳﲔ ﻭﻓﻘﺎ ﺑﺎﳌﻮﺿﻮﻉ ﺍﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ/ﺍﻟﻔﺮﻋﻴﺔ ،ﻭﺍﳋﺼﺺ ،ﻭ)ﺯ( ﺇﻋﺪﺍﺩ ﺍﻟﺘﺨﻄﻴﻂ ﻟﺘﻄﻮﻳﺮ ﺍﻷﻧﺸﻄﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﰲ ﺷﻜﻞ ﻣﱰﱄ، ﻭﺍﳋﺪﻣﺔ ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻴﺔ ،ﻭﺍﻟﺮﻋﺎﻳﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻮﺍﺭﺙ؛ ﻭﺃﻧﺸﻄﺔ ﲨﻌﻴﺔ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﺍﳌﺪﺭﺳﻴﺔ ) ،(OSISﻭﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻣﻦ ﺍﻷﻧﺸﻄﺔ ﺍﳋﺎﺭﺟﻴﺔ ،ﻭﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﺍﻷﺥ ﻭﺍﻷﺧﺖ ﺍﳌﺘﻔﻮﻕ .ﻭ) (2ﺃﻥ ﺗﻨﻔﻴﺬ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻣﺖ ﺑﻪ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﳌﻨﺎﺳﺒﺔ ﺍﺑﺘﻜﺎﺭ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ ﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ) :ﺃ( ﺟﻌﻞ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺇﻋﺪﺍﺩ ﺿﻤﺎﻥ ﺍﳉﻮﺩﺓ ﻟﻠﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻛﺄﺳﺎﺱ ﻟﺘﻨﻔﻴﺬ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﰲ ﺍﻟﻔﺼﻮﻝ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﻴﺔ ﻭﺍﻟﺘﻌﻮﻳﺪ ﺍﻟﺪﻳﲏ ﺧﺎﺭﺝ ﺍﻟﻔﺼﻮﻝ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﻴﺔ ،ﻭ)ﺏ( ﺟﻌﻞ ﺟﺪﻭﻝ ﺍﳌﻤﺎﺭﺳﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻌﻮﻳﺪ ﺍﻟﺪﻳﲏ
ﻛﻤﺮﺟﻊ ﻟﻸﻧﺸﻄﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ،ﻭ)ﺝ( ﺯﻳﺎﺩﺓ ﺧﺼﺺ ﻣﻦ 3ﺧﺼﺺ ﺇﱃ 8ﺃﻭ 6ﺃﻭ 4ﺧﺼﺺ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﳌﺴﺘﺨﺪﻡ ﻛﺄﺳﺎﺱ ﻟﺘﻄﻮﻳﺮ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺘﺮﻛﺰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﻭ ، PAKEMﻭ)ﺩ( ﺯﻳﺎﺩﺓ ﺍﳌﻌﺮﻓﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﺗﻄﺒﻴﻘﻴﺔ ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﺍﻟﺘﻌﻮﻳﺪ ﺍﻟﺪﻳﲏ ﺍﳌﻘﺮﺭ ،ﻭ)ﻫـ( ﺟﻌﻞ MGMPSﻭ MGMPﻛﻮﺳﻴﻠﺔ ﻟﺮﻓﻊ ﻣﺴﺘﻮﻯ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺍﳌﺪﺭﺳﲔ ،ﻭ)ﻭ( ﻭﺿﻊ ﺧﻄﺔ ﺍﻟﺘﺪﺭﻳﺲ ﻧﻘﻼ ﻣﻦ ﺧﻄﺔ ﺗﻄﻮﻳﺮ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﰲ ﺍﳋﺼﺺ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻴﺔ ،ﻭ)ﺯ( ﺗﻜﻮﻳﻦ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻴﺔ ﻭﺍﻻﺳﺘﻘﻼﻝ ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺍﳌﱰﻟﻴﺔ ،ﻭﺍﳌﻨﺎﺳﺒﺎﺕ ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻴﺔ، ﻭﺍﻟﺮﻋﺎﻳﺔ ﻛﺎﺭﺛﻴﺔ؛ ﻭﺗﻌﺰﻳﺰ ﻣﻬﺎﺭﺍﺕ ﺍﻟﻘﻴﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﲨﻌﻴﺔ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﺍﳌﺪﺭﺳﻴﺔ ) ،(OSISﻭﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻣﻦ ﺍﻷﻧﺸﻄﺔ ﺍﳋﺎﺭﺟﻴﺔ ،ﻭﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﺍﻷﺥ ﻭﺍﻷﺧﺖ ﺍﳌﺘﻔﻮﻕ .ﻭ) (3ﺃﻥ ﲣﻄﻴﻂ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻣﺖ ﺑﻪ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﳌﻨﺎﺳﺒﺔ ﺍﺑﺘﻜﺎﺭ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﰲ ﺍﳌﺪﺭﺳﺔ ﺍﳌﺘﻮﺳﻄﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺴﺘﺎﻥ ﺍﳌﻌﻤﻮﺭ ﺟﻴﻨﺘﻴﻨﺞ ﺑﺎﻧﻴﻮﻭﺍﳒﻰ ﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻧﻮﻋﲔ ﻣﻦ ﺃﺩﻭﺍﺕ ﺍﻟﺘﻘﻮﱘ ،ﳘﺎ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭﻱ ﻭﻏﲑ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭﻱ ﻳﻌﲏ ﺇﺳﺘﺨﺪﺍﻡ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭ ﻛﺄﺩﺍﺓ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭ ﺍﻟﺘﺤﺼﻴﻠﻲ )ﻳﻮﻣﻴﺎ( ،ﻭﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭ ﺍﻟﺘﻜﻮﻳﲏ )ﰲ ﻣﻨﺘﺼﻒ ﻭﺎﻳﺔ ﺍﻟﻔﺼﻞ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﻲ( ،ﻭﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻧﺎﺕ ﺍﳌﺪﺭﺳﻴﺔ .ﻭﺃﻣﺎ ﻏﲑ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭﻱ ،ﻓﻬﺬﺍ ﻳﻌﲏ ﺇﺳﺘﺨﺪﺍﻡ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭ ﻛﺄﺩﺍﺓ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭ ﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﺇﱃ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﻟﺘﻘﻮﱘ ﺃﻧﺸﻄﺔ ﺍﻟﺘﺨﻄﻴﻂ ﻭﺍﻟﺘﻨﻔﻴﺬ ﻭﺗﻄﻮﻳﺮ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻭﺍﻟﺘﻌﻮﻳﺪ ﻟﻠﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺑﺼﻮﺭﺓ ﺍﻟﺮﻭﺗﻴﻨﻴﺔ .ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻨﻮﻉ ﻣﻦ ﺃﺩﺍﺓ ﺍﻟﺘﻘﻮﱘ ﺍﳋﺎﻣﺲ ﻓﻤﺴﺘﺨﺪﻡ ﰲ ﺍﻷﻧﺸﻄﺔ ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻴﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﺼﻮﺭﺓ ﻏﲑ ﺍﻟﺮﻭﺗﻴﻨﻴﺔ.
Lampiran 21: Abstrak Bahasa Inggris Tesis ABSTRACT Rohmah, Siti Nur.2014. The Team Performance of Islamic Teachers on Islamic Learning Innovation in SMP Bustanul Makmur at Genteng Banyuwangi. Thesis. Studies Program of Islamic Education Management. Graduate School of STAIN Jember. Supervisors: (I) Dr. H. Mundir, M.Pd; (II) Dr. Pujiono Abdul Hamid, M.Ag. Keywords: Team Performance of Islamic Teachers, Learning Innovation, IslamicEducation Islamic education at schools was mandated in the1945 Constitution, that the government should establish and conduct the national education system in order to increase the faith and devotion to God Almighty and the noble morality, in improving the nation's intellectual life. In the Regulation No. 20 in the year of 2003 about the National Education System, at Chapter II, Article 3, it was confirmed that the national education serves to develop skills and builds the character in developing the students’ potential on their faith to God Almighty, which are noble, healthy, knowledge able, skilled, creative, independent, democratic and accountable. However, in general, the quality of Islamic Educationat Schoolsis low. It can be seen from the less behavior of the students. Recognizing the importance of Islamic education in fostering young noble character, especially the students of SMP Bustanul Makmur, the teachers of Islamic education built the team in developing the innovation of Islamic learning. Therefore, it was described in this study entitle The Team
Performance of Islamic Teachers on Islamic Learning Innovation in SMP Bustanul Makmur at Genteng Banyuwangi. The focuses of this study were: how was the team’s learning plan; how was the implementation of lesson plans; and how was the team performon evaluation of learning in the context of learning innovations?.While the purpose of this study was to analyze and describe the team’s learning plan; its implementation; and the type of team‘s evaluation instrument. This study was the case study research and it applied the qualitative approach. This study took place in the SMP Bustanul Makmur at Genteng Banyuwangi. The subjects were taken by the purposive sampling technique. The data were collected by the method of observation, interviews, and documentaries. The collected data were analyzed with the following qualitative analysis consisting of data reduction, data presentation, and verification or conclusions. Fortesting the validity ofthe data, it was done by using the triangulation of sources and methods. The result showed that the team had done the number of activities as follows: 1) the team had made the planning of activities that should be undertaken. It includes: a) developing the Islamic education quality assurance, b) drawing up the schedule of religious practice or habituation, c) adding the meeting time allocation from 3 to 8, 6, and 4 hours, d) providing the religious knowledge applied in the community, e) developing knowledge of teachers or educators on lesson planning through MGMPS, f) mandating for the teachers to prepare ,g) planning development activities in the form of home stay, social service, and care of disaster; internal student organization (OSIS) activities such as learning out bond; 2) the team implemented the lesson plan by: a) making
the results of the PAI preparation of quality assurance as the foundation for implementing the learning in the classroom and out side the classroom religious habituation, b) making the schedule of religious habituation as a reference for activities, c) the addition of meeting time allocation from 3 hours to 8, 6, or 4 hours of learning used as the basis for developing a truly student-centeredand CTL, d) adding an applicative religious knowledge through religious habituation scheduled, e) functionalizing MGMPS and MGMP as the means for knowledge upgrading, f) developing lesson plans to accommodate the learning development plan effectively, g) forming a social life and independence through home stays, social events, and catastrophic care; and fostering the leadership skills through student council, learning out bond, and the selection of experts. 3) Evaluation and execution of lesson plan by the team, using two types of evaluation instruments, namely test and non-test. The types of test instrument used for daily summative, middle formative and final semester formative and schoolexams. While the non-test instruments, instruments 1 to 4 were used to evaluate the credible form of planning and implementing the development of learning and habituation of PAI religiousrout ine. While this type of fifth evaluation instrument used for only the social activities, and not the routine one.
Lampiran 22: Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Sampul Lembar persetujuan pembimbing ............................................ Lembar pengesahan pembimbing ........................................... Abstrak ........................................................................................ Kata Pengantar ........................................................................... Daftar Isi ..................................................................................... Daftar Tabel ................................................................................. Daftar Lampiran ........................................................................ BAB I
PENDAHULUAN ................................................... A. Konteks Penelitian ............................................. B. Fokus Penelitian ................................................. C. Tujuan Penelitian ............................................... D. Manfaat/Kegunaan Penelitian ........................ E. Definisi Istilah .................................................... F. Sistematika Pembahasan ..................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................. A. Penelitian Terdahulu ......................................... B. Kajian Teori ......................................................... 1. Kinerja Guru .................................................. 2. Inovasi Pembelajaran .................................... 3. Pendidikan Agama Islam ............................. BAB III METODE PENELITIAN .......................................... A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................... B. Subyek Penelitian ............................................... C. Kehadiran Peneliti .............................................. D. Sumber Data ........................................................
E. F. G. H.
Metode Pengumpulan Data .............................. Analisis Data........................................................ Uji Keabsahan Data ............................................ Tahapan Tahapan Penelitian ............................
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN . A. Paparan Data dan Hasil Analisis Data ........... 1. Perencanaan Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi ................................................. 2. Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi ................................. 3. Evaluasi Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi B. Hasil Penelitian .................................................. 1. Perencanaan Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi ................................................. 2. Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran
yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi ................................. 3. Evaluasi Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi BAB V PEMBAHASAN .......................................................... A. Perencanaan Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi ....................... B. Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi ....................... C. Evaluasi Pembelajaran yang Dilakukan Tim Pengembang Keagamaan dalam Rangka Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi ....................... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................ A. Kesimpulan ......................................................... B. Saran .................................................................... Daftar Pustaka .............................................................................
Pernyataan Keaslian Tulisan Lampiran-lampiran Riwayat Hidup
Lampiran 23Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indikator Variabel Profesionalisme Guru .. 15 Tabel 1.2 Indikator Variabel Mutu Proses Belajar ..... 17 Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu....................... 23 Tabel 3.1 Responden Penelitian.................................... 69 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian...................... 71 Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Validitas ............................. 76 Tabel 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......... 85 Tabel 4.2 Distribusi Sampel Penelitian ........................ 88 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................... 93 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ........................................... 94 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Akreditasi ................................ 94 Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas .......................................... 95 Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ...................................... 98 Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Penelitian ............................ 98 Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel ......................... 104
Lampiran 24: Daftar Gambar/Bagan No Uraian Hal. 4.1 Peta Lokasi Penelitian 4.2 Kegiatan Pembelajaran Berbasis ICT ………… 4.3 Media Pembelajaran hasil karya siswa ……… Dan setgerusnya
35 40 45
Lampiran 25: Transliterasi Gaya Selingkung IAIN Jember Transliterasi Arab-Indonesia untuk Skripsi No Arab Indonesia Arab Indonesia ا ط 1 ‘ t} ب ظ 2 b Zh ت ع 3 t ‘ ث غ 4 ts gh ج ف 5 j F ح ق 6 h Q خ ك 7 kh K د ل 8 d L ذ م 9 dz M ر ن 10 r N ز و 11 z W س ه 12 s H ش ء 13 sy ‘ ص ي 14 sh y ض 15 dl Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang (mad), caranya dengan menuliskan coretan horizontal (macron) di atas huruf a> () آ, i> ( ) إيu> ( ) أو
Transliterasi Arab-Indonesia untuk Tesis
Lampiran 26: Transliterasi Nasional &Internasional PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI no. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988. 1. Konsonan Tunggal
2. Konsonan Rangkap Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh: أﺣﻤﺪﯾﮫditulis Ah}madiyyah 3. Ta’ marbutoh di akhir kata a. Biladimatikan ditulis h,kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya. Contoh: ﺟﻤﺎﻋﺔditulis jamā’ah b. Bila dihidupkan ditulis t. Contoh: ﻛﺰاﻣﺔ اﻻوﻟﯿﺂءditulis karāmatul-auliyā′ 4. Vokal Pendek Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan d}ommah ditulis u 5. Vokal Panjang A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū, masingmasing dengan tanda hubung ( - ) di atasnya (macron). 6. Vokal Rangkap
Fathah + ya’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai,dan fathah + wāwu mati ditulis au. 7. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof ( ′ ) Contoh: أأﻧﺘﻢditulis a′antum,ﻣﺆﻧﺚditulis mu′annaś 8. Kata Sandang Alif + Lam 1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh: اﻟﻘﺰآن ditulis Al-Qura′ān 2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf 1 diganti dengan huruf syamsiyyah yang mengikutinya. Contoh: اﻟﺸﯿﻌﺔ ditulis asy-Syī‛ah 9. Huruf Besar Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD 10. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat 1. Ditulis kata per kata, atau 2. 2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut. Contoh: ﺷﯿﺦ اﻻﺳﻼمditulis Syaikh alIslām atau Syaikhul-Islām