ISBN: 978-602-14315-1-1
...
~~
.:
w
..
..... !~~
-
~ I
\t
_., I.~
SEMINAR NASIONAL PERHIMPUNAN TEKNIK PERTANIAN INDONESIA Yogyakarta, 5-6 September 2014
PROSIDING
Penanggung Jawab Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng. Dr. Ir. Hermantoro.
Dewan Editor Prof. Dr. Ir. Bambang Purwantana, M.Agr. Dr. Joko Nugroho Wahyu Karyadi, STP., M.Eng. Dr. Ngadisih STP., M.Sc.
Dewan Pelaksana Dr. Ir. Bayu Ow; Apri Nugroho, STP., M.Agr. Yulianto Eko Saputro Wuri Nuryani
Penerbit Jurusan Teknik Pertanian FTP UGM bekerjasama dengan Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia
OAFTAR lSI
TEMA
JUDUL DAN NAMA PENUltS MODEL PENGELOLAAN SERASAH TEBU SECARA MEKANIS PADA PERKEBUNAN TEBU LAHAN KERING Iqbal
Halaman 1-8
ENERGETIC USE OF RESIDUES FROM COFFEE ARABICA PRODUCTION IN SMALLHOLDER COFFEE PLANTATION IJEN PLATEU - EAST JAVA Soni Sisbudi Harsono, Mukhammad Fauzi, SUhardi
9-12
ANALISIS SIFAT DAN PROSES PENABUNGAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Daniel useng, M. Iqbal, Hikmah Ali, Darmawan, Yusran
13-21
IMPLEMENTASI PORTABLE KILN METAL TIPE VENTURI DRUM UNTUK KARBONISASI BERBAGAI L1MBAH BIOMASSA S.Endah Agustina dan Eris Saputra
22-26
STUDI UNJUK KERJA MESIN PEMANEN PADI TIPE SANDANG 01 KELURAHAN SITU GEDE, BOGOR, JAWA BARAT 8atot Pramuhadi dan Mohammad Ikhsan
27-31
SIMULASI GASIFIKASI SEKAM PADA REAKTOR TIPE DOWNDRAFT BERBASIS PEMODELAN KESEIMBANGAN TERMOKIMIA Leopold O. Nelwan, Dyah Wulandani, Dziyad Dzulfansyah
32-37
PENINGKATAN KINERJA TUNGKU BIOMASSA MELALUI PENAMBAHAN SIRIP DAN PIPA PENUKAR PANAS Wilson Palelingan Aman, Abadi Jading, Yustinus Meidodga
38-41
ANALISIS ENERGI KINERJA KETEL UAP TEKANAN RENDAH TIPE VERTIKAL Sri Markumningsih, Bambang Purwantana, Fajar Tsani Rahmatullah
42-47
PENGARUH JENIS RAGI TERHADAP HASIL ETANOL DARI NIRA BATANG SORGUM MANIS W. Trisasiwi dan K. Wijaya
48-52
MODIFIKASI UNIT PENGUPAS PADA PROTOTIPE MESIN PENGUPAS DAN PENYOSOH HANJELI (MPPH TEP-0114) Idham Ali Pribady; Ade M Kramadibrata; Asep Yusuf
53-64
RANCANG BANGUN DAN APUKASI PULSED ELECTRIC FIELD TIPE BATCH SEBAGAI PRETREATMENT PADA EKSTRAKSI TOTAL KAROTEN JUICE WORTEL Bambang Dwi Argo, D. Setiawan, Sumardi
65-72
PENGARUH TOPOGRAFI LAHAN DAN UMUR PEMANEN TERHADAP KAPASITAS KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT Tri Nugroho B. Santosa dan Andreas W. Krisdiarto
73-76
PENINGKATAN KINERJA GASIFIKASI TONGKOL JAGUNG MELALUI PERLAKUAN AWAL PENYANGRAIAN BAHAN Bambang Purwantana, Sri Markumningsih, Raudhah Asy Syarifah
77-83
TEMA
Halaman
JUOUL DAN NAMA PENULIS
"
PEMOOELAN LAJU RESPIRASI BUAH TOMAT TERLAPISI KITOSAN Sri Rahayoe, Rochmadi, Wiratni, Siti Syamsiyah, Willy D.H Hutapea
84-89
"
PENGGUNAAN PEMANAS OHMIK UNTUK EKSTRAKSI KARAGENAN MURNI OARI RUM PUT LAUT Euchema cottonii. Supratomo, Salengke, Mursalim dan Risal Nur Rahma Syahrir
90-95
"
PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GlLlNG (ORVZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris, Junaedi Muhidong and Supratomo
96-103
"
PENGARUH KOMPOSISI SARI JAGUNG MANIS DAN KARAGENAN TERHAOAP TEKSTUR DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK JELLY JAGUNG MANIS Rini Yulianingsih, Bambang Susilo, Arif Ashadi, Supriyono
104-109
"
KEANEKARAGAMAN PENUTUP TANAH KAITANNYA OENGAN PEMBENTUKAN BUAH KAKAO Yohana Th. Maria Astuti dan Samsuri Tarmadja
110-112
"
KAJIAN MUTU TANOAN BUAH SEGAR PAOA PROSES PASCA SAWIT DENGAN PENOEKATAN MODEL DINAMIS Andreas Wahyu Krisdiarto dan Lilik Sutiarso
PAN EN KELAPA
113-116
" "
PENGARUH SUHU PENGOVENAN TERHADAP SIFAT FISIK MI JAGUNG Devi Yuni Susanti, Lilik Sutiarso, Atris Suyanto Hadi, dan Kristina Irene
117-122
KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA PROSES PENGUKUSAN
123-128
ADONANKERUPUKRAMBAKMENGGUNAKANME~NPENGUKUSBERBAHAN
BAKARGAS Hanim Z. Amanah, Isnaillaila Paramasari, Sri Rahayoe
"
PENGARUH TINGGI KOLOM DAN DEBIT ALiRAN UDARA TERHADAP KINERJA FLASH DRYER UNTUK PENGERINGAN OKARA Joko Nugroho .W., Karyadi, A.N., Amalina dan N., Bintoro
129-135
'"
ANALISIS DEBIT BANJIR MAKSIMUN DENGAN HIDROGRAF SATUAN SINTETIK NAKAYASU DAS PAPPA SULAWESI SELATAN Sitti Nur Faridah, Abdul Waris, dan Nurbaya
136-139
'"
EFEKTIFITAS SISTEM IRIGASI KENOISEBAGAI SARANA IRIGASI UNTUK TANAMAN KAKAO DALAM PEMBENTUKAN PERAKARAN Suhardi, A. Munir, O.S. Hutabarat, D. Useng
140-143
'"
EVALUASI KAPASITAS TAMPUNG WAOUK TUNGGU PAMPANG KOTA MAKASSAR Totok Prawitosari, Daniel Useng and Ismailldris
144-149
'"
PENILAIAN KINERJA SISTEM IRIGASI 01 01 PENGASIH DAN 01 TEGAL MENGGUNAKAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR 32/PRT/M2007 Deta Rofiatul Badriyah, Murtiningrum, Sukirno, Wisnu Wardana
150-155
'"
APLIKASI MOOASDULIH SEBAGAI TOOLS PENENTUAN STATUS DAYA DUKUNG L1NGKUNGAN BERBASIS NERACA LAHAN 01 KOTA BATU Bambang Rahadi, Euis Elih Nurlaelih, Novia Lusiana, Farid Jauhari
156-160
'"
PEMETAAN NPK TANAH UNTUK PREOIKSI REKOMENDASI PEMUPUKAN
161-164
TEMA
JUDUL DAN NAMA PENULIS
Halaman
PRESISI PADA TANAMAN PADI Sari Virgawati , as. Padmini , Mofit Eko Poerwanto
III
APLIKASI MODASDULIH SEBAGAI TOOLS PENENTUAN STATUS DAYA DUKUNG L1NGKUNGAN BERBASIS NERACA AIR 01 KOTA BATU Bambang Rahadi, Euis Elih Nurlaelih, Novia Lusiana, Farid Jauhari
165-169
III
ANALISIS INDEKS ERODIBILITAS TANAH 01 DESA SUKOANYAR KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG Liliya Dewi S., Bambang Suharto
170-177
III
RANCANG BANGUN DAN APLIKASI SISTEM IRIGASI CURAH (SPRINKLER) PADA TANAMAN APEL PADA MUSIM KERING Bambang Suharto , Liliya Dewi Susanawati
178-183
III
PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI TETES UNTUK TANAMAN TEBU 01 BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Chandra Setyawan, Muhammad Rasyid Ridlo
184-189
III
PENINGKATAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT 01 PRENURSERY MELALUI PEMANFAATAN L1MBAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Pauliz Budi Hastuti ,Sri Manu Rohmiyati
190-194
III
STUDI PEMANFAATAN WATER REJECTED REVERSE OSMOSIS UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN SEBAGAI BOILER FEED WATER OJ PABRIK KELAPA SAWIT Hermantoro, Rengga AmaHs Renjani
195-199
III
ANALISIS KUALITAS RAW WATER TERHADAP KESTABILAN BERAT JENIS LARUTAN (SG) CaC03 PADA CLAYBATH Chairul Rasyid Harahap
200-205
III
PERAN TANAMAN CEMARA UDANG (Casuarina equisetifolia L) DALAM PENGENDALIAN KECEPATAN ANGIN DAN KADAR GARAM 01 LAHAN PASIR PANTAI SAMAS, KABUPATEN BANTUL Muhjidin Mawardi dan Kevin Fajar Pbs Pelawi
206-211
III
MODEL OF SUSTAINABLE PADDY FIELDS CHANGE, USING CELLULAR AUTOMATA IN KLATEN REGENCY, CENTRAL JAVA Arief Ika Uktoro and Hermantoro
212-217
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka SEMINAR NASIONAL TEKNIK PERTANIAN dapat terlaksana. Seminar Nasional Teknik Pertanian merupakan kegiatan rutin Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA) Indonesia. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai wadah penyebarluasan informasi hasil penelitian, ajang pertemuan ilmiah para peneliti, dan sarana tukar infromasi di kalangan penelitia dan masyarakat. Pada tahun ini Seminar Teknik Pertanian diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 6 September 2014 dibawah koordinasi PERTETA Yogyakarta. Selain seminar, PERTETA Yogyakarta bekerjasama dengan beberapa institusi (Fakultas Teknologi Pertanian UGM, INSTIPER Yogyakarta, ASTRA AGRO Lestari, Indosat, dan KPC Coal From Indonesia) juga menyelenggarakan International Workshop on Biomass Energy pada tanggal 5 September 2014. Workshop dan Seminar Nasional diharapkan dapat menjadi ajang untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan hasil penelitian anak bangsa yang mendukung pembangunan pertanian Indonesia. Peserta Seminar Nasional berasal dari beberapa daerah di pulau Jawa, Sulawesi, Papua, dan Sumatera. Jumlah peserta sebanyak 100 orang yang yang berasal dari berbagai institusi, baik perguruan tinggi maupun badan litbang serta praktisi dan institusi pemerintah. Jumlah makalah yang akan dipresentasikan adalah 48 judul, yang terbagi dalam tiga tema yakni: i) energy dan mesin pertanian (17 judul), ii) teknik pangan dan pascapanen (13 judul), dan iii) teknik sumber lahan dan air (18 judul). Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung terlaksananya SEMINAR NASIONAL TEKNIK PERTANIAN 2014. Kepada para peserta kami mengucapkan selamat berseminar.
Yogyakarta, 24 Oktober 2014
Panitia
Seminaf"NasionaL
I
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia I Yogyakarta, 5-6 September 2014 STUDI UNJUK KERJA MESIN PEMANEN PADI TIPE SANDANG 01 KELURAHAN SITU GEDE, BOGOR, JAWA BARAT Gatot Pramuhadi 1 dan Mohammad Ikhsan
2
1 Fakultas
2
Teknologi Pet1anian, Institut Pet1anian Bogor, gpramuhadi@yahoo.. com Fakultas Teknologi Pet1anian, Institut Pet1anian Bogor,
[email protected]
Tenaga kerja sektor pertanian dapat dibedakan menjadi Generasi Muda Pertanian berumur 15-29 tahun dan Bukan Generasi Muda Pertanian berumur 30-60 tahun. Jumlah tenaga kerja sektor peftanian tahun 2007 hingga tahun 2011 terus menurun, terutama pada kelompok Genef-asi Muda Pertanian rata-rata sebesar 3.18%/tahun. Perbandingan Generasi Muda Pertanian dan Bukan Generasi Muda Pertanian pada tahun 2011 sebesar 23.03% dan 76.97%. Hal ini menunjukkan minat generasi muda menurun untuk bekerja di sektor pertanian (Kementan 2012).
ABSTRAK Lahan sawah yang memiliki luas panen kurang dari 0.1 ha/petak dan berteras, tidak dapat dijangkau oleh mesin-mesin pertanian yang berukuran dan berkapasitas besar. Mesin pemanen padi tipe sandang (paddy mower) merupakan mesin pertanian yang dapat digunakan di lahan kecil dan berteras. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian atau studi unjuk kerja paddy mower dibandingkan dengan hasil unjuk kerja pemanenan padi secara manual menggunakan sabit bergerigi. Hasil pengukuran unjuk kerja pemanenan pada bulan Januari - April 2014 di Kelurahan Situ Gede, Bogar, Jawa Barat menunjukkan bahwa kapasitas lapang efektif pemanenan padi menggunakan paddy mower (223.34 m2/jam) rata-rata 1.67 kali lebih besar dibanding kapasitas lapang efektif pemanenan padi menggunakan sabit bergerigi (133.83 m2/jam). Pemotongan padi menggunakan paddy mower menghasilkan susut pemanenan (4.42%) yang lebih rendah dibanding menggunakan sabit bergerigi (7.89%). Biaya pokok pemanenan menggunakan paddy mower (Rp 554000/ha) lebih tinggi dibanding menggunakan sabit bergerigi (Rp 520833/ha). Unjuk kerja paddy mower perlu ditingkatkan agar kapasitas lapang efektif pemanenan padi meningkat dan susut pemanenan berkurang, yang dapat ditempuh dengan cara: (a) meningkatkan ketajaman pisau circular, (b) meningkatkan kecepatan putar pisau circular lebih besar dari 6600 rpm, dan (c) menggunakan plat screen pada komponen perebah.
Upaya diseminasi mekanisasi pertanian dftakukan untuk sebenarnya telah lama mengantisipasi kondisi tersebut. Secara umum mekanisasi dapat menjadi solusi tepat bagi kelangsungan produksi pertanian. Namun sayangnya pengembangan teknologi pertanian terutama di bidang mekanisasi pertanian belum dapat menyentuh petani-petani padi sawah Indonesia yang mayoritas merupakan petani yang kepemilikan lahannya kedl (kurang dari 0.2 ha). Ketidakmampuan petani menjangkau teknologi pertanian tersebut disebabkan mahalnya alat-alat dan mesin pertanian yang mayoritas merupakan alat dan mesin pertanian berkapasitas besar dan diperuntukkan bagi pertanian skala industri. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut diperlukan intensifikasi pertanian padi sawah skala kecil yang merupakan mayoritas pelaku pertanian Aplikasi mekanisasi padi sawah di Indonesia. pertanian harus dilakukan secara menyeluruh terutama pada kegiatan budidaya yang memerlukan banyak tenaga kerja (padat karya). Hal tersebut dilakukan untuk mengisi kekurangan tenaga kerja dan untuk meningkatkan produktivitas gabah kering panen (GKP) dengan menekan susut panen
Kata kunci: paddy mower, pemanenan, sabit, susut panen
PENDAHULUAN Beras merupakan makanan pokok beberapa negara Asia, termasuk Indonesia. Beras berasal dari tanaman padi yang merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Indonesia termasuk negara berpenduduk terbesar keempat dengan mayoritas penduduknya menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan beras yang begitu besar dan terus meningkat, produksi beras nasionalpun terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tercatat terjadi peningkatan produksi padi tahun 2010 mencapai 66.4 juta ton dengan luas panen 13.25 juta hektar atau produktivitas 5.02 ton/ha sampai tahun 2012 yang mencapai produksi 69 juta ton atau meningkat 3.7% (BPS 2012).
Pemanenan merupakan salah satu kegiatan yang memerlukan banyak tenaga kerja dan merupakan salah satu kegiatan yang menyebabkan susut produksi. Penggunaan mesin pemanen, seperti rice combine harvester dan reaper, dapat menurunkan susut pemanenan. Menurut Purwadaria et a!. (1994) rice combine harvester dapat menurunkan susut panen dan perontokan sebesar 2.5%. Pramudya (1996) menyebutkan bahwa penyerapan teknologi pertanian dalam bidang pemanenan padi sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik petani Indonesia yang khas, yaitu mempunyai lahan yang sempit dan berteras, lemah dalam penyediaan modal, dan tingkat pendidikan serta keterampilan yang rendah. 27
IW~~E
Semjna~NasjonaL
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia I Yogyakarta, 5-6 September 2014 Mesin pemanen padi tipe sandang (paddy mower) adalah salah satu alternatif solusi penerapan mekanisasi pertanian selektif. Teknologi mesin ini cukup sederhana dalam hal penggunaan dan perawatan, serta relatif lebih murah dibandingkan mesin-mesin pemanen lainnya. Bentuk dan ukuran mesin yang kecil dan ringan membuat mesin ini cocok digunakan di sawah yang sempit dan berteras yang tidak dapat dijangkau oleh mesin pemanen lainnya, seperti rice combine harvester dan reaper.
di Laboratorium Penelitian dilakukan Lapangan Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor, dan di areal lahan padi sawah di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian pada bulan Januari 2014 hingga bulan April 2014. Padi sawah varietas Ciherang siap panen dengan jarak tanam 50 cm x 25 cm x 20 cm, yang ditanam dengan sistem tanam jajar legowo 6: 1, dipanen dengan metode manual menggunakan alat sabit bergerigi dan mekanis menggunakan paddy mower.
Pada areal lahan sawah ukuran kecil (kurang dar! satu hektar) dan berteras hanya dapat dilakukan pemanenan secara manual dan mekanis menggunakan sabit dan mesin pemanen padi tipe sandang (paddy mower). Pemanenan padi menggunakan sabit dan paddy mower merupakan metode pemanenan yang memisahkan operasi pemotongan malai dan perontokan gabah. Adapun susut (losses) yang terjadi merupakan susut akibat pemotongan padi oleh sabit dan pisau paddy mower. Dengan demikian dapat diIakukan kajian atau studi unjuk kerja paddy mower dibandingkan dengan hasil unjuk kerja pemanenan padi secara manual menggunakan sabit.
Parameter penelitian terdiri atas: (1) kapasitas lapang efektif atau aktual, (2) susut pemanenan, dan (3) biaya pokok pemanenan. Metode penelitian untuk menghitung susut panen mengacu kepada metode sampling, yaitu dengan cara menghitung banyak butir gabah kering panen (GKP) tercecer pada saat dipanen dibandingkan dengan total gabah tanpa tercecer pada luasan petak yang sama, sebagaimana diformulasikan dalam persamaan 1 (Suismono et al. 1990).
BAHAN DAN METODE Alat, mesin, dan bahan penelitian, yaitu: (1) sabit bergerigi, (2) paddy mower TASCa - CG330, (3) peralatan dan instrumen ukur: stopwatch, digital tachometer, grain moisture tester, timbangan, gelas ukur, dan meteran, (4) bensin campur, dan (5) petak lahan padi sawah siap panen dengan varietas Ciherang. Dalam Gambar 1 ditunjukkan contoh sabit bergerigi dan paddy mower.
sp= (Xs-Xa) xlOO%
(1)
. X,s Keterangan: SP = susut pemanenan, % Xs
= produktivitas GKP kontrol, ton/ha
Xa = produktivitas GKP perlakuan, ton/ha Adapun luas petakan untuk sampling kontrol (AS) dan perlakuan (Aa) berukuran 2 m x 2 m = 4 2 m , sedangkan sisanya (AE) digunakan untuk mengukuf dan menghitung efisiensi lapang pemanenan, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.
A a1 (a) Sumber: Sulistiadji (2007)
Gambar 2. Contoh luas petakan untuk sampling kontrol (AS), perlakuan (Aa), dan untuk menghitung kapasitas lapang efektif pemanenan (AE)
(b) Sumber: Garuda Tasco Indonesia (2008) Gambar 1. Contoh sabit bergerigi (a) dan paddy mower (b) yang digunakan dalam penelitian
Besar bobot GKP kontrol dan perlakuan untuk menghitung susut pemanenan kedua metode panen 28
Seminaf'NasionaL
I
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia I Yogyakarta, 5-6 September 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN
telah terkonversi pada kadar air GKP yang sama, yaitu 14%wb, dengan menggunakan persamaan 2.
WTR = (100- KAaktuaJ (100 -
X!¥.4
... ... ... ... ... ...
Kondisi tanaman padi sawah saat sebelum dipanen disajikan pada Tabel 1.
(2)
KAre/erensi)
Tabel1. Kondisi tanaman padi sebelum dipanen
Keterangan: WTR WA KAaktual KAreferensi
Parameter
= bobot GKP pada kadar air 14%, kg
Nilai
Satuan
rata-rata
= bobot GKP aktual, kg = kadar air GKP aktual, % = kadar air GKP referensi (14%)
Tinggi tanaman
em
964
Panjang malai
em
23
em
25 I' 20
.. _
-..
-_
_.. _.-
Jarak tanam _ .
... _
Jarak baris
em
2 ·············
Kerapatan
Kapasitas lapang efektif pemanenan dan biaya pokok pemanenan dihitung dengan menggunakan persamaan 3 hingga persamaan 6.
"-'~-
Jumlah tanaman .
_
__ .
50
·rumpunim .
.. "- ".
40
._.---. * ".....
tanaman/rumpun
_ ..
Kadar air gabah
AE
KLE pM KLE. MS
BPP
TE
....
=
AE T. E 1~.1 \ P
=
B1' K/"lE" PM
PM
(3)
...
............................... ,.
Data kondisi tanaman padi sawah rata-rata sebelum dipanen (Tabel 1) menunjukkan bahwa tanaman padi memiliki ukuran fisik yang bisa dipanen, baik menggunakan sabit bergerigi maupun paddy mower.
(4)
Kapasitas lapang efektif (KLE) pemanenan padi menggunakan paddy mower rata-rata 1.67 kali lebih besar dibanding KLE pemanenan menggunakan sabit bergerigi, sebagaimana Hal ini disebabkan ditunjukkan pada Tabel 2. karena gabungan antara ayunan pemotongan dan putaran pisau paddy mower sebesar 5700 - 6600 rpm, mampu memotong padi 1.67 kali lebih cepat dibanding ayunan gerakan mengiris menggunakan sabit bergerigi.
(5)
J
..
(6)
Keterangan: KLE pM
= kapasitas
KLE MS
= kapasitas
lapang efektif pemanenan 2 menggunakan paddy mower, m Jjam
Tabel2. Kapasitas lapang efektif pemanenan padi
lapang efektif pemanenan 2 menggunakan sabit, m Jjam/orang
Waktu Efektif, TE
Kapasitas Lapang Efektif
Gamforang)
(m /jamforang)
BPP PM
= biaya
luas lahan, AE 2 (m )
BPP MS
= biaya
71.37
0.56
12745
28.35
0.18
154.92
81.00
0.68
119.12
pokok pemanenan menggunakan 2 paddy mower, Rp/m
pokok pemanenan menggunakan 2 sabit bergerigi , Rp/m
AE
= luas
TE
= waktu lapang efektif pemanenan, jam = jumlah tenaga pemanen menggunakan
MP
petak untuk menghitung kapasitas 2 lapang efektif pemanenan, m
Rata-rata (sabit bergerigi)
BT
= biaya total pemanenan, Rp/jam
133.83
Waktu Efektif, TE
Kapasitas Lapang Efektif
Gam)
(m /jam)
18.86
0.08
226.32
74.10
0.33
222.67
12.71
0.06
221.04
Luas lahan, AE 2 (m )
sabit ergerigi, orang
2
Rata-rata (paddy mower)
2
223.34
Susut pemanenan padi (pemotongan padi) disajikan pada Tabel 3.
29
w~
Seminaf'NasionaL
E
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia I Yogyakarta, 5-6 September 2014 HasH perhitungan biaya pokok pemanenan padi di atas (Tabel 4) menunjukkan bahwa biaya operasi paddy mower lebih tinggi dibanding metode manual menggunakan sabit bergerigi. Hal ini disebabkan akibat tidak terpenuhinya luas pemanenan minimum sebesar (Rp 22714/jam / Rp 520833/ha) x 8 jam = 0.352 ha (= 3520 m2 ). Agar penggunaan paddy mower menguntungkan maka paddy mower harus dioperasikan untuk memanen padi sawah berteras dengan luas panen lebih dari 0.352 halhari, atau lebih dari 3520 m2 /hari. Kondisi ini bisa ditempuh diantaranya adalah dengan cara meningkatkan kinerja operator paddy mower, yang mampu mencapai kapasitas lapang efektif (KLE) iebih dari Rp 22714/jam I Rp 520833/ha, atau lebih dari 0.044 ha/jam dengan tetap menjaga agar susut pemanenannya tidak lebih dari 4.42%.
Tabel3. Susut pemanenan padi Petak
Perlakuan
Lahan A
B
Kadar
WTR Air(%) (kg)
2
(%)
)
24.00
0.873
0.218
0.00
Sabit-1
24.00
0.804
0.201
7.90
24.33
0.875
0.219
Sabit-2
24.17
0.809
0.202
Sabit-3
24.00
0.803
0.201
8.23
P. Mower-1
23.83
0.833
0.208
4.80
P. Mower -2 24.07
0.836
0.209
P. Mower -3 24.07
0.837
0.209
0.858
0.215
Kontrol-2
- - - - - - _.
Kontrol-3
24.17
--------_._-- -_..-
P. Mower -4 24.33
------1----P. Mower -5 24.43 Ratarata
(kg/m
Kontrol-1
- - - - - - - --
C
Produktivitas Susut
0.00 -- - 7.54
- - -• . ._--_. __..._---.-
0.821
.
SNI 7600:2010 telah mensyaratkan bahwa unjuk kerja pengoperasian paddy mower yaitu mempunyai kapasitas lapang efektif minimum sebesar 0.04 haljam dan susut panen maksimum sebesar 1.2%. Dengan demikian, persoalan peningkatan kinerja (unjuk kerja) pemanenan menggunakan paddy mower merupakan fungsi dari faktor desain mesin dan ketrampilan operator, yaitu diantaranya desain ketajaman pisau yang mampu memotong padi lebih cepat (Iebih tajam) dan didukung oleh kecepatan putar pisau lebih besar dari 6600 rpm. Disamping itu untuk meningkatkan kapasitas lapang efektif pemanenan dan menurunkan susut pemanenan maka desain komponen perebah diubah, yaitu dengan menggunakan plat screen agar pengayunan menjadi lebih ringan (Iebih cepat) namun benturan (impact) terhadap padi berkurang.
__0.00 ._.
0.205
4.31
----+--.-----/----1
0.822
0.206
4.20
Kontrol
24.17
0.869
0.217
0.00
Sabit
24.06
0.805
0.201
7.89
Paddy Mower
24.15
0.830
0.207
4.42
Pemotongan padi menggunakan paddy mower ternyata menghasilkan susut pemanenan yang lebih rendah dibanding menggunakan sabit bergerigi. Gerakan pemotongan padi oleh paddy mower adalah gerakan memotong/memangkas dari pisau circular yang berputar dengan kecepatan tinggi, sedangkan gerakan pemotongan padi oleh sabit bergerigi adalah gerakan mengiris. Kondisi inilah yang disinyalir menimbulkan efek goncangan yang lebih besar dibanding oleh pisau circular sehingga lebih banyak GKP yang tercecer.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan:
Biaya pokok pemanenan menggunakan metode mekanis (paddy mower) lebih tinggi dibanding menggunakan metode manual (sabit bergerigi), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel4.
1.
Kapasitas lapang efektif pemanenan padi menggunakan paddy mower (223.34 m2/jam) rata-rata 1.67 kali lebih besar dibanding kapasitas lapang efektif pemanenan padi menggunakan sabit bergerigi (133.83 m2/jam).
2.
Pemotongan padi menggunakan paddy mower menghasilkan susut pemanenan (4.42%) yang lebih rendah dibanding menggunakan sabit bergerigi (7.89%).
3.
Biaya pokok pemanenan menggunakan paddy mower (Rp 554000/ha) lebih tinggi dibanding menggunakan sabit bergerigi (Rp 520833/ha)
Tabel4. Biaya pokok pemanenan Parameter
Satuan
Sa-bit Bergerigi
Paddy Mower
KLE pemanenan
haljam
0.012
0.041
Jam kerja
jam/hari
8
8
Upah tenaga kerja
Rp/hari
50000
50000
Upah tenaga kerja
Rp/jam
6250
6250
Biaya tetap
Rp/jam
1----------_.._---1------
_._--_._---_._-"._---------------_._- ---_._-------
Biaya tidak tetap Biaya total
1-···········································-········
Biaya pokok pemanenan
Rp/jam
+-
Rp/jam Rp/ha
------- ------..--_.
__.... __ ~.
7810
._~-_._
.._.-._- ... -------_.-."."-_.
2. Saran
6250
14904
6250
22714
520833
554000
-·+························-·············t·············
Kinerja (unjuk kerja) mesin pemanen padi tipe sandang (paddy mower) perlu ditingkatkan agar kapasitas lapang efektif pemanenan padi meningkat dan susut pemanenan berkurang, yang dapat ditempuh
-.
Catatan: Harga mesln paddy mower = Rp 1850000/unit
30
IW"!'
Seminaf'NasionaL
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia I Yogyakarta, 5-6 September 2014 Lampiran
dengan cara: (a) meningkatkan ketajaman pisau circular, (b) meningkatkan kecepatan putar pisau circular lebih besar dari 6600 rpm, dan (c) menggunakan plat screen pada komponen perebah.
lam~ran 1Spesifikasi teknik mesin pemanen padi tipe
Nama Merk/tipe Tipe mesin Daya maksimum Bahan bakar Kapasitas tangki bahan bakar Kecepatan puta! Kecepalan putar idie Panjang unit gagang Lebar Tinggi Bobol maksimum Arah putaran pisau
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada: (1) PT AML (Agrindo Maju Lestari) yang telah menyediakan mesin pemanen padi tipe sandang (paddy mower) merk TASCO - CG330 untuk penelitian ini (2) Kepala desa, para petani, dan kelompok tani di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogar Barat, Kota Bogar, Provinsi Jawa Barat yang telah bersinergi membantu pelaksanaan penelitian ini (3) PERTETA yang tetah memfasilitasi diskusi tentang agricultural engineering
dalam
(4) Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu sehingga penelitian ini terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman Pangan [Internet]; [diunduh 2013 8 Desember). Tersedia pada : www.bps.go.id
[2]
[GTI] Garuda Tasca International. 2008. Tasca Paddy Reaper. [Internet]; [diunduh 201421 Januari]. Tersedia pada: http://www.tactasco.com/
[3]
Kementrian Pertanian. 2012. Perencanaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian 2012-2014. [Internet]; [diunduh 2013 12 Desember]. Tersedia pada : http://www.deptan.go.id/pug/admin/file/GABU NGAN.pdf. .
[4]
Pramudya, Bambang. 1996. Strategi Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian untuk Usahatani Tanaman Pangan. Agrimedia : volume 2 NO.2 September. Hal 5-12.
[5]
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2010. Mesin Pemanen Padi Tipe Sandang, Syarat Mutu dan Cara Uji (SNI 7600:2010). Jakarta (ID): BSN
[6J
Suismono, Djoko SD, Sutrisno, Udin SN. 1990. Studi susut panen dan perontokan dengan menggunakan beberapa jenis sabit di Sukamandi. Reflektor [Internet], [diunduh 15 Januari 2014]; Vol. 3 No. 1-2. Tersedia pada: http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id
[7]
Sulistiadji, Koes. 2007. Alat dan Mesin Panen dan Perontokan Padi di Indonesia. Serpong (ID): Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 31
: : : : : : : : : : : . :
sandang
Mesin pemanen padi tipe sandang (padctj mower) Tasco CG330 motor bensin 2tak, berpendingin udara 1.25 kW (1.6 hpj Campuran bensin dan pelumas 2lak dengan perbandingan 25:1 1.2liler 6500 fJlfIl 2250-2750 rpm 1742 mm 585 mm 500 mm 9kg berlawanan arah jarum jam