Home
Add Document
Sign In
Register
IrElitfrf.ElEf il{er.lyoal pbm Dr skolah
Home
IrElitfrf.ElEf il{er.lyoal pbm Dr skolah
1 IrElitfrf.ElEf il{er.lyoal pbm Dr skolah t KEMAHTRv\AoINAAN TATwAuGAN RAe pendrdu(an nasar KCf.,SEP DASAR PROFESI TEMGA IGPENDIO{I...
Author:
Hadian Santoso
38 downloads
94 Views
586KB Size
Report
DOWNLOAD PDF
Recommend Documents
PBM
PBM)
Inhoud. PBM brochure PBM brochure 2014
PBM: gehoorbescherming
PBM: ademhalingsbescherming
PENERIMA HIBAH PBM 2015
Persoonlijke beschermingsmiddelen (PBM)
PERANGKAT PEMBELAJARAN (PBM) TAHUN PELAJARAN
L3G C17 Persoonlijke Beschermingsmiddelen (PBM)
MANUAL PROSEDUR EVALUASI PELAKSANAAN PBM
Persoonlijk beschermingsmiddel PBM
ADDITIONELE CATALOGUS PBM
SOSIALISASI PBM & TANYA JAWABNYA
Persoonlijke Beschermings-Middelen (PBM)
Een goed gedragen PBM
REPUBLIKA. PBM Tetap Penting
Chalydonia RPG, PBM alpha version
Abstract. Keywords: Satisfaction, Performance, PBM
MANUAL PROSEDUR EVALUASI PELAKSANAAN PBM
Rancangan PBM Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MIKROSENDOSKOPIK PBM
Productcatalogus Filtermaterialen Cabine producten PBM 2012
Circulaire PERSOONLIJKE BESCHERMINGSMIDDELEN. Persoonlijke beschermingsmiddelen (PBM)
PERBAIKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DALAM PBM SEJARAH SOSIAL
IrElitfrf.ElEf t
il{Er.lYoAL pBM Dr
J:rlfE@El
KEMAHTRv\AoINAAN TATwAuGAN
sKoLAH
RAe pENDrDu(AN nAsAR
KCf.,SEP DASAR PROFESI TEMGA IGPENDIO{I
MENINGKATXAN PRESTASI BELAIiAR IPS MELALUI METOOEJIGSAW
HUAUNGAN PENGTdIUH-II EMPENGARUHI DAtArvl PERUBAFI/AN SO.9I,AL
C{ElliEl+|il
ircMrus rExr MENcouMr
LEARNTNG DAN MDLs
MEI{YOAL DISAIN MriTERt PEI,EELA.IARAI'I Dl PERGURUAT{ ]Ii{GGl
UMYA MEMBANru KESULITAN BELA.IAR MELALUI BIIT,BINGAN BELAIAR
ME
-{IFjL.lil
r,tsAcA TEKs
BERI TA
MEtlLUt rEKNt
K
A[rAr,
TuLt
s. DAN Tr R ur
MBNYOAL PBM DI SEKOLAH Umbu Tagela Pengajar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Solatiga
Pada dasarnya proses pendidikan adalah
proses
transformasi atau proses perubahan kualitas tingkah laku individu. Perubahan tingkah laku yang diharapkan bukanlah sekedar
perubahan dalam penambahan jenis tingkah laku, tetapi perubahan struktural yang berkenaan dengan perubahan dalam pola tingkah laku atau pola kepribadian.yang makin sempurna. Transformasi pendidikan tidak tranyl dimaksudkan agar seseorang makin banyak mengerti tentang segala sesuatu, tetapi terutama agar orang tersebut makin memiliki kemampuan untuk
meningkatkan taraf hidupnya lahir batin dalam peranannya sebagai pribadi, warga masyarakat, warga negara dan warga gereja. Atas pijakan yang demikian, maka proses pendidikan dapat dipahami sebagai upaya manusia mentransformasikan atau mengubah kemampuan potensial seseorang menjadi kemampuan
nyata yang diperlukan dalam meningkatkan taraf hidup lahir batin. sebagai proses, maka di'd"alam pendidikan ada salingtindak fungsional antar komponen pendidikan yang juga berinterdependen satu sama lainnya. Sesuaifungsinya menyongsong hari esok,
maka pendidikan selayaknya dilandaskan bukan saja pada apa
yang diketahui oleh guru tentang hidup dan kehidupan, melainkan juga pada apa yang dikehendaki dari hidup dan kehidupan itu.
Rasanya, agak ironis jika andaian di atas dipadukan dengan praktek pendidikan/pengajaran yang terjadi, dimana
putusan - putusan dan tindakan- tindakan instruksional yang digagas dan dilaksanakan oleh guru tidak didasarkan pada andaian-andaian kependidikan yang eksplisit, melainkan diturunkan saja dari pengalaman pribadi, kalau tidak sepenuhnya
Menyoal PBM di Sekolah (Umbu T)
dikendalikan atau diombang ambingkan oleh rentetan kebetulan atau godaan pragmatis, sehingga sangat mudah mempengaruhi keputusan serta tindakan guru yang kurang mantap wawasan kependidikannya. Pada akhirnya proses pendidikan bukan lagi sebagai proses transformasi tingkah laku tetapi lebih menyerupai proses domestikasi yang menjebak para guru pada pekerjaan
rutin yang bersifat mekanistis. Realitas obyektif ini
agaknya
memiliki gayut dengan kepentingan subyektif masyarakat akan pendidikan formal. Misalnya dalam pendidikan tinggi, masyarakat kurang peduli terhadap proses pendidikan yang terjadi, dan yang penting putra/putrinya berhasil menyandang gelar sarjana. Pola pikir seperti di atas juga telah muncul pada abad 19 melalui pemikir-pemikir neo marxism yang dipelopori oleh Bowles, Gintis dan cain yang terkenal dengan teori Screening Hypothesis dan teori Dual Labor Market Hypothesis yang hanya melihat keluarannya sebagai aset, tanpa menghiraukan proses pendidikan. Tahapan selanjutnya setelah mahasiswa berhasil menyandang gelar sarjana merupakan dimensi baru yang lepas dari rangkaian proses pendidikan formal, dimana orang tua/masyarakat dan dosen tidak lagi ikut bertanggungjawab. Dalam kerampatan makna yang demikian banyak guru mendaku (claim) tindakannya sebagai tindakan profesional yang derajad akuntabilitasnya dapat ditakar berdasarkan pedoman teknis r;nengelola proses belajar mengajar yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Untuk melengkapi analisis di atas, penulis memberikan dua contoh, yakni: 1. Fada umumnya setelah ujian atau tes semester selesai, orang tua selalu menanyakan besaran indeks prestasi putra/putrinya. Pertanyaan ini menjadi sangat wajar, lantaran orang tua tidak mengetahui indikator lain untuk mengukur kemajuan pendidikan anaknya, Sayangnya para dosen juga terjebak pada pola pikir yang sama,
Widya Sari, Vol. 16, No. 1, Januari 2014: 1-10
lantaran cara ini dianggap paling mangkus dan sangkil karena memiliki bobot kebeningan (transparan) yang dapat dipeftanggungjawabkan. Memang dalam prinsip perencanaan dikatakan "recovery of cost principlel', tetapi persoalanya adalah apakah pengembalian investasi
oleh anak hanya dalam bentuk indeks prestasi yang dapat di kuantifikasi? Bagaimana dengan perubahan sikap, tingkah laku, tutur kata, nalar, logika, kepribadian? yang oleh pakar pendidikan sering dikemas dalam bahasa
pefformance intelectual, pefformqltce socia? Agak aneh jikalau kita temukan seorang.mahasiswi yang memiliki IP tinggi, tapi bertingkah laku seperti anak TK jika keinginannya tidak dituruti oleh orang tuanya. Kalau sudah demikian, siapa yang bertanggungjawab?
2.
Banyak ditemui Sarjana, yang tidak mampu membuat surat lamaran ,kerja, 'hingga mereka harus menyewa orang lain untuk membuatkan. Kenyataan ini memang sangat memilukan, tetapi apa lacur. Lal'u, apanya yang salah dalam proses pendidikan?. Apakah proses pendidikan kita berorientasi pada inarticulate genius, dimana mahasiswa menguasai konsep pengetahuan dengan baik tapi tidak mampu menyatakan secarc verbal,
atau orientasi pendidikan pada articulate rdieq dimana mahasiswa pandai menyatakan secara verbal tetapi kurang penguasaannya terhadap konsep pengetahuan secara benar.
Mestinya kedua hampiran di atas harus diramu dan dikemas dalam suatu anyaman proses belajar mengajar di kelas, karena disitulah mahasiswa dibentuk untuk mulai berkarya, kreatif, memiliki inisiatif, dinamis, menjadi inovator dan memiliki attitude dalam pembangunan. Bagaimana pembangunan atau kebudayaan bisa berkembang, kalau proses pembenahan SDM 3
Menyoal PBM di Sekolah (Umbu T)
kurang diletakkan secara proporsional dalam
bingkai
kependidikan yang tepat?
PBM
INTI AKTIVITAS PENDIDIKAN
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Orang yang paling bertanggungjawab dalam memanage PBM adalah guru. Tugas dan peranan guru antara lain "merencanakan, melaksanakan pelajaran, mengontrol dan mengevaluasi mahasiswa". Paparan di atas tidak serta merta berarti bahwa pola pengajaran menekankan pada peranan tenaga pengajar (teacher
centered education), tapi sebaliknya pola pengajaran harus memumpun pada peranan siswa (student centered education). Pola student centered education "memandang pendidikan dari arah siswa" siswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar. Siswa sebagai subyek yang berkembang melalui pengalaman belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi siswa. Guru membantu memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta merangsang
atau
memberikan dorongan sewaktu-waktu diperlukan. ini sesuai dengan karakteristik pendidikan seumur
Pandangan
hidup yang mengatakan, bahwa "secara paedagogis guru tidak mungkin lagi mengajar segala sesuatu di dalam kelas, karena itu tugas guru memotivasi siswa untuk terus belajar. Dalam konteks yang demikian, baik siswa maupun guru,
kedua-duanya mesti sama-sama aktif. Dalam interaksi yang demikian itu terjadi proses belajar pada siswa dan kegiatan mengajar pada guru yang disebut proses belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar membuahkan hasil sebagaimana diharapkan, maka siswa dan guru perlu memiliki sikap,
Sari, Vol. 16, No. 1, Januari 2014: 1-10
kemampuan dan ketrampilan yang mendukung proses belajar mengajar.
Bagaimana menyiasati program pengajaran yang mendidi( bukan semata-mata sebagai penerusan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang, melainkan penerjemahan nilai-nilai tersebut ke dalam latar masa kini dengan antisipasi masa depan secara bermakna bagi setiap peserta didik. Merujuk sudut pandang yang demikian, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
hanya mungkin membuahkan hasil yang dikehendaki apabila pendidikan terhayati oleh peserta didik sebagai kesempatan untuk " Answering questbn, questbning answer and questioning qttestions', sehingga kelas 'tbrwujud sebagai ua vigorous community of learnes'where intelectuat authority derives from evidence and argument and not from assertation".
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa mengajar pada hakekatnya adalah melakukan kegiatan belajar,
sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara mangkus dan sangkil.
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Batasan atau takrif tersebut mendeskripsikan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu transaksi personal antar guru dan siswa. Transaksi tersebut mengindikasikan bahwa guru dan siswa samasama memiliki kepentingan dan bersama-sama menyepakati cara untuk meraih kepentingan atau tujuan yang diharapkan.
Untuk memiliki kemampuan intelektual siswa harus memiliki juga pengetahuan mutakhir tentang berbagai aspek. Paling tidak dalam disiplin ilmunya sendiri seorang siswa tidak ketinggalan kereta. Persoalannya adalah seberapa lentur
Menyoal PBM di Sekolah (Umbu T)
kapasitas belajar seorang manusia? Toffler (1990) pernah mengatakan kesadaran berpikir manusia amat tergantung kepada kemampuan untuk mengabsorb, memanipulasi, menilai serta mempertahankan informasi yang diterima. Hal Ini menunjukkan
bahwa walaupun manusia adalah sumber yang terus menerus menemukan sehingga terjadi akumulasi pengetahuan baru, ia sendiri memiliki keterbatasan dalam memroses informasi tersebut. Hal ini berbeda dengan penemuan manusia akan komputer yang memiliki kapasitas "tidak terbatas" dalam menampung informasi. Apa yang perlu dimiliki oleh manusia untuk mempergunakan komputer tersebut bagi kepentingannya adalah menguasai tehnik untuk menarik keluar informasi tersebut dan
memperguanakan sesuai kebutuhan' Hal ini menunjuk pada kenyataan bahwa dunia ilmu pengetahuan akan turut menimbulka n " information overload' sehingga kalau dipaksakan maka daya tampung informasi yang terbatas pada manusia hanya akan menimbulkan distorsi bahkan kekeliruan. Permasalahan di dalam belajar adalah bukan bagaimana menguasai seluruh
informasi yang telah didokumenter, tetapi
bagaimana
memperolehnya dengan menggunakan tehnik-tehnik mutakhir yang tersedia serta pemilihan kemampuan untuk mengantisipasi hal-hal baru yang akan terjadi. Itulah sebabnya dalam menyiapkan siswa agar tidak terperangkap dalam "future schooK'nya Toffler, Werdell (1974) menganjurkan bahwa""fhe new styles of learning must prepare srudents for imagining possible futures, for predicting probable futures, and for deciding a bout preferable fittttres" Tanpa munculnya sikap guru yang
mendorong terlaksananya proses belajar demikian dapat disimpulkan bahwa ada ketidakpercayaan terhadap kemampuan serta kapasitas siswa. Konklusi semacam itu bisa saja dibiarkan oleh karena didalam kenyataannya pr,oses pendidikan hanyalah cenderung untuk menganalisis'informasi yang sudah ada bukan
Widya Sari, Vol. 16, No. 1, Januari 2014: 1-10
mendorong pemikiran yang sp€kulatif dan sintesis. yang masih terjadi sekarang adalah bahwa kurikulum sekolah belum dapat melepaskan diri dari tradisi yang sangat" teacher based, dan
text-book centred' Andaian yang dipeftahankan adalah bahwa pengetahuan yang hendak ditransmisi akan dikuasai dengan sendirinya oleh siswa apabila kontennya dapat diorganisir ke dalam format pengajaran. Hal iniTampak sekali dalam keyakinan yang berlaku bahwa apabila siswa telah dapat mengumpulkan pengetahuan yang banyak, apalagi jika menunjukkan adanya kemampuan analisis secara intelektual ryraka ia akan sanggup. Lebih dari itu siap untuk memasuki kehidupan masyarakat dengan segala tantangan dan permasalahannya. yang terjadi
dalam kenyataan adalah sebaliknya, siswa
menemukan
perbedaan yang besar antara yang dipelajari secara teoritik dengan realitas hidup. TUGAS SEKOI.AH
Tugas sekolah
di masa depan adalah
mengaktualkan
upaya yang (secara produktif dan " up to date ") memadukan kuantitas serta kualitas sumber daya manusia serta hasil karya pendidikan untuk memenuhi keperluan manusia sebagai individu
dan sebagai anggota masyarakat dalam konteks pembangunan ekonomi maupun pembangunan bangsa dan negara. likalau dihubungkan dengan uraian sebelumnya tentang ekspektasi siswa dari pendidikannya, maka, isu tentang kepenadan (relevansi) tersebut mengandung pertimbangan-perUmbangan prinsipil. Di satu pihak terdapat tanggung jawab sekolah untuk memenuhi harapan siswa agar setelah usai masa studinya ia akan mampu memperoleh, memenuhi atau menciptakan sendiri lapangan kerja yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang telah diikutinya. Tetapi, di pihak yang lain, kemiskinan, pertumbuhan pendudu( keterbelakangan, penyusutan sumber alam,
pencemaran lingkungan bahkan peperangan, semuanya
Menyoal PBM di Sekolah (Umbu T)
merupakan permasalahan yang merupakan sebagian saja dari permasalahan sosial yang dihadapi umat manusia didunia. Karena itu, penanaman dalam diri siswa akan kepekaan dan kesadaran terhadap lingkungan sosial dan lebih dari itu pengembangan kemampuan untuk memutuskan, jikalau perlu secara normatif, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat adalah aspek lain dari konsep kepenadan tersebut. Dalam era embaran (information) seperti sekarang ini, posisi dan peranan sains dan tehnologi amat menentukan dan
mempengaruhi arah perkembangan masyarakat. Hasil-hasil penelitian tentang bio tehnologi, microelectroniq information tec:hno/ogy dan material technology telah merambah kehidupan masyarakat. Dampak dari hasil-hasil penelitian tersebut ada yang bersifat positif, artinya telah terjadi eksplosi pengetahuan terutama dalam sains dan tehnologi. Seiring dengan hal itu muncul kesadaran baru yang mendorong bangsa-bangsa untuk meningkatkan kualitas hidup melalui proses pembangunan nasional. Selain itu, muncul juga spirit untuk mengakhiri marginalisasi dalam masyarakat melalui proses demokratisasi yang menumbuhkan interdependensi diantara bangsa-bangsa sehingga kelangsungan hidup bersama menjadi isu sentral yang menentukan. Pengaruh negatif yang timbul lebih disebabkan oleh aplikasi ilmu dan tehnologi untuk tujuan-tujuan yang menghancurkan sepefti degradasi lingkungan hidup, eksplosi penduduk, krisis nilai.
Tantangan yang serius bagi sistem pendidikan di negaranegara berkembang adalah bagaimana menemukan solusi untuk menyiapkan diri dan kemudian mengambil peran yang mangkus di dalam arus revolusi ilmu pengetahuan yang telah terjadi. Cara one small step at a time progression tidak lagi dapat ditempuh.
Dan yang mesti dilakukan adalah development leap (lompatan katak). Ketertinggalan kita dalam pendidikan saat ini tidak
I
Widya Sari, Vol. 16, No. 1, Januari 2014: 1-10
mungkin dikejar melalui closing a knowtedge gap. Kita mesti melompati berbagai bodies of knowledge maupun generasi tehnologi yang ketinggalan jaman berikut teori dan prilaku organisasi yang inheren Atas daSar itu kita mesti menguasai dan menyikapi perkembang6n ilmu dan tehnologi. Jika tidak-we are letting other forces play God", Saat ini sedang berkembang a new breed of graduate dari lembaga pendidikan kita. Kita sedang berhadapan dengan struktur ekonomi dunia kerja maupun kehidupan sosial yang didominasi oleh komputer dan sibernasi yang manajemennya memerlukan spesialiqasi.
Secara kultural dunia sedang mengalami suatu pergeseran paradigma dari post ideological culture kearah kebudayaan yang berkiblat pada overall plurality. Lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab untuk memerikan (elaboration) perubahan-perubahan itu dan mengembangkan prilaku peserta didiknya untuk berperan secara positif dalam proses transformasi. Dalam tautan yang demikian, Hans Kung (1994) menyebutkan nilai-nilai baru yang lahir karena berubahnya kultur masyarakat, yakni,'(1) ethic-free society kepada suatu ethially responsible society, (2) technocracy ke human technology, (3) an enviromental friendly industry ft) democracy, which is lived out".
Menyikapi kondisi obyektif seperti dipaparkan di atas, rasanya kita tidak mempunyai pilihan lain kecuali meningkatkan mutu proses belajar mengajar di dalam kelas. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S, 1983,
Manajemen Pengajaran Yang Manusiawi,
Jakarta, Rineka Cipta
Karo-karo Bukit.I, 1981. Metodologi Pengajaran, CV Saudara, Salatiga
Gafur, A, 191982, Disain Instruksional, SurakarLa, Tiga Serangkai 9
Gagne and Brigg L.J, 1979, Principles of Instruction Design, New York, Holt Rinehart and Winston
Ibrahim dan Nana Syaodin, 1992, Strategi Belajar mengajar, Jakarta, Depdikbud Idris Zahara, 1981, Dasar-dasar kependidikan, Bandung, Angkasa Mudhofir, 1987, Tehnologi Instruksional, Bandung, remaja karya Nasution, S, 1982, Tehnologi Pendidikan, bandung, jemmars
Muhammad,A, 1987, Guru Dalam proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru
Rakajoni,T, 1991, Potret Pendidikan Masa Kini Dan prospek Masa Mendatang, (Makalah pada Hardiknas, FKIp-UKSW 1991)
Sudjana, Nana, 1989, Dasar-dasar proses belajar mengajar, Bandung, Rosda Karya
Umbu Tagela, 2000a. Mengantisipasi Otonomi Daerah, (Dalam Majalah Kritis) Volume XII NO.3. Maret.
-----, 2000, Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Model Rate of Return, (Dalam Majalah Dian Ekonomi) Volume VI.NO.1. Maret.
----, 2000, Pengantar Ilmu Mendidik, Widyasari press, Salatiga
Wiles Kimball, L967, Supervision For better School, New Jersey, Prentice Hall, Engliwood Cliffs
10
×
Report "IrElitfrf.ElEf il{er.lyoal pbm Dr skolah"
Your name
Email
Reason
-Select Reason-
Pornographic
Defamatory
Illegal/Unlawful
Spam
Other Terms Of Service Violation
File a copyright complaint
Description
×
Sign In
Email
Password
Remember me
Forgot password?
Sign In
Our partners will collect data and use cookies for ad personalization and measurement.
Learn how we and our ad partner Google, collect and use data
.
Agree & close