ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 25-30
http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Utomo, B. et al. Iptek pada Perbaikan Jalan Desa yang Memiliki Sifat Licin Tanah Merah Kuning
IPTEK PADA PERBAIKAN JALAN DESA YANG MEMILIKI SIFAT LICIN TANAH MERAH KUNING Budi Utomo1, Darma Bakti2, Kasmir Tandjung3 Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20152 b Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20152 c Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20152 email:
[email protected]
a
Abstract Wilayah selatan perbatasan Provinsi Sumatera Utara-Aceh merupakan salah satu wilayah yang paling tertinggal. Karena rendahnya perhatian pemerintah Jarak ke ibu kota Provinsi Aceh yang jauh (18 jam perjalanan darat). Penduduk wilayah ini mayoritas suku Phak Phak dan Karo. Pemekaran wilayah sudah selayaknya mendapat respon postif bagi wilayah terdampak. Namun tidak demikian halnya dengan desa-desa yang letaknya di ujung wilayah. Desa-desa di wilayah Kabupaten Singkil tidak memiliki kejelasan batas baik secara konvensional maupun secara administrasi. Hal ini pula yang dihadapi oleh Dusun Lae Rambung yang berada di antara Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Kota Baharu. Masing-masing desa mengklaim namun juga meragukan status wilayah administrasi dusun ini. Oleh karena keraguan tersebut maka dusun ini terus ditinggalkan ketika setiap desa merencanakan pembangunan di wilayahnya karena khawatir dana pembangunan akan tersedot ke wilayah desa tetangganya. Buruknya akses jalan mengakibatkan biaya transport hasil bumi sangat tinggi. Sifat tanah di wilayah ini yang tergolong tanah merah dengan kandungan liat yang sangat tinggi menyebabkan jalan menjadi licin dikala hujan. Untuk mengatasi hal tersebut maka Tim PPM USU membantu dengan melakukan pengerasan jalan menggunakan pasir batu (sirtu) yang dikombinasi dengan iptek perguruan tinggi berupa campuran perekat (soil stabilizer) yang berfungsi menghilangkan sifat licin dari tanah merah sekaligus meningkatakan daya dukung beban jalan. Keywords: jalan rusak, tanah merah licin, sirtu, perbaikan Pemekaran wilayah sudah selayaknya mendapat respon postif bagi wilayah terdampak. Namun tidak demikian halnya dengan desa-desa yang letaknya di ujung wilayah. Desa-desa di wilayah Kabupaten Singkil tidak memiliki kejelasan batas baik secara konvensional maupun secara administrasi. Hasil penelitian Utomo, dkk. (2015)menunjukkan bahwa hampir seluruh batas desa belum tertata baik di Kabupaten Singkil, apalagi untuk wilayah-wilayah yang letaknya di ujung kabupaten/kecamatan. Hasil penelitian ke instansi terkait seperti Bappeda, BPN, Dinas PU kabupaten setempat maupun Kecamatan Singkohor menunjukkan belum ada peta batas desa di kebanyakan wilayah Kabupaten Singkil. Peta batas masih mencakup batas antar kecamatan saja. Hal ini pula yang dihadapi oleh Dusun Lae Rambung. Dusun ini terletak di ujung perbatasan antara 4 desa yakni Desa Singkohor dan Desa Mukti Jaya di Kecamatan Singkohor, serta Desa Mukti Lincir (Transmigrasi D-3) dan Desa Sumber Mukti (Transmigrasi Km-10) di Kecamatan Kuta Baharu. Masing-masing desa
1. PENDAHULUAN Analisis Situasi Wilayah perbatasan hingga kini menjadi wilayah tertinggal karena minimnya perhatian dan jauhnya jarak dari pusat administrasi di Provinsi. Desa Singkohor yang terletak di wilayah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh merupakan salah satu desa yang merasakan dampak tersebut. Sebagai ilustrasi wilayah ini termasuk wilayah administrasi Provinsi Aceh, namun terpaut jarak 14 jam perjalanan darat (800900 km) untuk mencapai ibukota provinsinya. Sementara ke Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara hanya berjarak < 200 km yang dapat ditempuh 4-5 jam perjalanan darat. Lamanya perjalanan disebabkan jalan yang melewati lereng gunung sehingga banyak tikungan tajam di sepanjang perjalanan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika hampir seluruh penduduk di wilayah ini merupakan suku phakphak yang berasal dari Sumatera Utara di perbatasan (BPS, 2014). berkembang. 25
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 25-30
http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Utomo, B. et al. Iptek pada Perbaikan Jalan Desa yang Memiliki Sifat Licin Tanah Merah Kuning
batas administrasi. Permasalahan kerusakan jalan desa ini kiranya menjadi sorotan tim PPM USU untuk dapat memberikan solusi khususnya bagi masyarakat desa agar perekonomiannya segera bangkit. Oleh Karena itu Tim PPM USU menawarkan solusi penyelesaian permasalahan berupa:
mengklaim namun juga meragukan status wilayah administrasi dusun ini. Oleh karena keraguan tersebut maka dusun ini terus ditinggalkan ketika setiap desa merencanakan pembangunan di wilayahnya karena khawatir dana pembangunan akan tersedot ke wilayah desa tetangganya. Asal penduduk yang berasal dari suku pendatang (Phakphak dan Karo) mengakibatkan jumlah penduduk di wilayah desa sasaran tergolong sedikit. Namun demikian Karena luasnya wilayah desa dan mata pencaharian penduduk yang berkebun maka jarak antar rumah penduduk juga sangat jarang. Akses jalan yang rusak mengakibatkan keengganan masyarakat untuk ke pasar kecamatan/keramaian, baik untuk memasarkan hasil bumi atau berbelanja. Jalan di dusun ini merupakan jalan alternatif yang menghubungkan antara Desa Singkohor dengan Desa Mukti Lincir di Kabupaten Singkil sekaligus merupakan jalan alternatif menuju ke Desa Darul Aman (Transmigrasi A-3) di Kecamatan Longkib Kota Subulussalam. Karena alasan yang telah disebutkan di atas maka jalan di wilayah ini hingga kini sangat memprihatinkan karena tidak mendapat perhatian pembangunan. Padahal jalan ini banyak digunakan oleh masyarakat setempat untuk bepergian dan mengeluarkan hasil panen masyarakat. Jika hujan turun praktis jalan sulit dilalui pengendara roda 2 dan 4 karena jalan masih berupa tanah kuning-merah yang licin, berlumpur dan rentan erosi. Mata pencaharian penduduk umumnya berkebun karet dan kelapa sawit, hanya sebagian penduduk yang bertani palawija. Buruknya akses jalan juga mengakibatkan biaya transport hasil bumi sangat tinggi. Akibatnya masyarakat harus menanggung biaya tersebut yang berakibat pada terpangkasnya harga hasil panennya yang berakibat pada penurunan pendapatan masyarakat (Arfianto dan Balahmar, 2014).
1. Untuk dapat memperbaiki jalan desa, masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membeli pasir batu (sirtu) dan menyewa apalagi membeli alat berat stump walls roller compactor yang harganya mencapai 1 milyar. Oleh Karena itu perlu dukungan dana Non PNBP USU akan dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan ini. Bantuan dana ini akan dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi perbaikan jalan di wilayah ini. 2. Sifat tanah di wilayah ini yang tergolong tanah merah dengan kandungan liat yang sangat tinggi menyebabkan jalan menjadi licin dikala hujan. Untuk mengatasi hal tersebut maka Tim PPM berencana untuk mengatasi permasalahan ini dengan melakukan pengerasan jalan menggunakan pasir batu (sirtu) yang dikombinasi dengan iptek perguruan tinggi berupa campuran perekat yang berfungsi menghilangkan sifat licin dari tanah merah ini. Hasil penelitian Tandjung, dkk. (2014) menyatakan pencampuran 30% pasir sungai telah dapat mengurangi sifat licin dari tanah liat. Kandungan batu kerikil yang diperoleh dari sungai turut menghasilkan ikatan pada tanah yang licin. Kombinasi pasir dan batu dengan perbandingan 70:30 akan menghasilkan ikatan yang kompak pada tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Walau demikian perbandingan 80:20 masih layak digunakan untuk menghilangkan sifat licin dari tanah liat. Selanjutnya Tandjung, dkk (2015) menambahkan untuk menambah kekompakan tanah, penggunaan bahan pengeras jalan tanah (soil stabilizer) perlu diberikan. Penelitian penggunaan soil stabilizer mampu memberikan kekuatan untuk menahan beban hingga 300% dibandingkan tanpa pemberian bahan ini. 3. Kebutuhan sirtu untuk pengerasan jalan selebar 5 m adalah 6.000m3 atau setara 200 dump truk setiap kilometernya. Ini berarti dengan panjang jalan yang akan diperbaiki sepanjang 5 km maka seharusnya dibutuhkan 30.000 m3 atau setara 1.000 dump truk sirtu. Namun dengan penerapan iptek perguruan tinggi maka penggunaan sirtu dapat dihemat hingga 50% nya. Karena
2. METODE Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa terutama yang tinggal dan mencari nafkah di wilayah pedalaman desa ini tentu akses jalan menjadi hal yang amat penting. Luasnya cakupan wilayah serta mahalnya biaya perbaikan jalan/ pengerasan mengakibatkan penduduk harus bersabar menanti datangnya perbaikan jalan. Sementara dari sisi pemerintahan desa sendiri enggan untuk meluangkan dana desanya bagi perbaikan jalan wilayah ini karena ketidak jelasan status 26
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 25-30
http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Utomo, B. et al. Iptek pada Perbaikan Jalan Desa yang Memiliki Sifat Licin Tanah Merah Kuning
kebutuhan perbaikan jalan sepanjang 5 km, maka Tim PPM USU berencana melakukan perbaikan jalan secara terputus-putus. Ini berarti hanya pada jalan-jalan yang rusak dan berpotensi rusak saja yang akan mendapat pengerasan sirtu ini. Penyerakan (penyebaran) dan perataan sirtu di badan jalan akan dilakukan oleh masyarakat desa secara bergotong royong. Ketebalan sirtu diupayakan setipis mungkin untuk menjangkau sejauh mungkin badan jalan yang dapat diakomodir. Diharapkan dengan 200 dump truk (6.000 m3) sirtu akan dapat memperbaiki dan menyelesaikan permasalahan jalan di wilayah ini. Hal ini diharapkan akan berdampak pada percepatan kemajuan perkembangan wilayah ini. Tim PPM juga akan melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat agar bersama-sama mensukseskan kegiatan PPM ini. Masyarakat telah menyatakan kesediaannya untuk bergotong royong, baik dalam hal menyebar dan meratakan sirtu ke badan jalan. Dengan kesepakatan kerjasama ini maka Tim PPM USU yakin pendanaan program PPM Non PNBP USU diharapkan dapat mengatasi permasalahan akses jalan desa di wilayah ini.
menggunakan roda dua ke jalan yang memungkinkan masuknya kendaraan roda empat.
Gambar 2. Proses pelebaran jalan alternatif yang selama ini hanya dapat dilewati kendaraan roda dua agar dapat dilewati kendaraan roda empat atau lebih. Panjang jalan yang harus diperlebar atau dibuat kembali berkisar 3 km. Tim segera melakukan pelebaran jalan sekalian pembentukan badan jalan (membentuk tempurung terbalik) menggunakan alat berat berupa motor grader (Gambar 2). Setelah dilakukan pelebaran jalan sepanjang 3 km menggunakan motor grader, maka pekerjaan dilanjutkan melakukan perbaikan jalan-jalan yang rusak terlebih dahulu agar dapat dilewati kenderaan dump truk pengangkut material pasir batu (sirtu). Perbaikan ini dilakukan menggunakan excavator (back hue). Badan jalan yang becek dan tergenang dibuatkan saluran pembuangan agar air dapat keluar dari badan jalan. Bagi badan jalan yang berlobang dalam akan ditimbun oleh material tanah atau sirtu menggunakan excavator. Pada bagian jalan tertentu yang terlalu menanjak juga akan diperlandai menggunakan excavator yang sama. Bagi jembatan kayu yang sudah lapuk dan terlalu kecil untuk dilewati kendaraan roda empat segera mendapatkan penggantian kayu dan pelebaran jembatan. Jembatan tetap dibuat menggunakan kayu mengingat ketersediaan kayu yang cukup melimpah di lokasi kegiatan. Karena pelaksanaan kegiatan jatuh pada bulan Oktober-Desember yang berarti berlangsung pada musim hujan, maka kegiatan terpaksa menunggu hingga cuaca
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah mendapatkan hasil pengumuman bahwa kegiatan ini telah disetujui untuk didanai pada program pengabdian pada masyarakat dari dana yang bersumber dari dana non PNBP, maka tim pelaksana melakukan serangkaian persiapan terkait pelaksanaan program di desa sasaran yakni Desa Singkohor Kecamatan Singkohor Kabupaten Singkil Provinsi Aceh. Selanjutnya tim pelaksana menyiapkan serangkaian izin desa dan izin LPM terkait pelaksanaan program. Tim pelaksana melakukan pertemuan dengan warga dan aparat desa setempat untuk menggali permasalahan lebih dalam agar nantinya saat pelaksanaan program kendala yang akan dihadapi dapat diprediksi dan dapat diselesaikan. Hasil pertemuan dengan warga didapatkan ternyata jalan alternatif yang akan diperbaiki sebahagian masih berupa jalan kendaraan roda dua karena kondisi medan yang berat sehingga tidak memungkinkan kendaraan roda empat untuk dapat melewatinya. Ini berarti selama ini hasil bumi masih di langsir (di bawa secara estafet) 27
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 25-30
http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Utomo, B. et al. Iptek pada Perbaikan Jalan Desa yang Memiliki Sifat Licin Tanah Merah Kuning
galian C di pinggir sungai. Ini berarti biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar dan berakibat pada berkurangnya pasokan sirtu bagi jalan desa yang akan diperbaiki. Sebagai perbandingan harga penggunaan sirtu sungai berkisar Rp 360.000,-/dump truk, sementara untuk sirtu insitu adalah Rp 175.000,-/dump truk. Ini menjadikan pembelian sirtu yang semula diusulkan dalam proposal adalah 175 dump truk, kini menjadi 400 dump truk. Walau demikian untuk lokasi yang dekat dengan jalan raya, tim pelaksana tetap menggunakan sirtu sungai karena jarak yang memungkinkan ke galian C terdekat (Gambar 9).
benar-benar memungkinkan untuk masuknya dump truk pembawa material sirtu. Pada saat musim hujan badan jalan yang masih berupa tanah merah sangat licin dan menyebabkan truk mudah terperosok sehingga menyulitkan kegiatan. Setidaknya diperlukan hari tanpa hujan selama 1-2 minggu agar badan jalan benar-benar kering dan dapat dilalui dump truk. Setelah cuaca memungkinkan, maka kegiatan dilanjutkan dengan memasukkan material sirtu menggunakan dump truk. Untuk efisiensi dana maka sirtu dipasok dari sekitar lokasi kegiatan yang mengandung material pasir batu. Pemanfaatan material insitu memungkinkan efisiensi dana sehingga jumlah sirtu yang semula dianggarkan 200 dump truk dapat dinaikkan menjadi 400 dump truk. Hal ini sangat membantu dalam peningkatan panjang jalan yang dapat diberi sirtu (Gambar 3).
Gambar 4. Penggunaan sirtu sungai pada jalan yang letaknya dekat dengan jalan raya dan ke galian C sungai
Gambar 3. Proses pengambilan pengangkutan sirtu insitu
Setelah penumpukan sirtu selesai, maka pekerjaan dilanjutkan dengan meratakan tumpukan sirtu ke badan jalan agar sirtu tersebar merata di badan jalan. Penyebaran sirtu ke badan jalan dilakukan menggunakan motor grader. Badan jalan dibentuk membentuk tempurung terbalik agar air hujan tidak menggenang di tengah jalan, namun akan mengalir di sisi kanan dan kiri jalan. Pada dasarnya setelah disebar secara merata ke badan jalan, badan jalan sudah cukup dapat dilewati kenderaan roda empat, namun sirtu yang berada di badan jalan masih rentan, mudah tererosi oleh air hujan.Selanjutnya setelah sirtu telah merata secara menyeluruh ke badan jalan, maka tindakan selanjutnya adalah pemadatan badan jalan. Pemadatan badan jalan dilakukan menggunakan alat berat road compactor machine (Bomag). Dengan penggunaan Bomag ini maka sirtu akan memadat mengisi ruang pori tanah dan basir di badan jalan sehingga badan jalan menjadi padat dan tidak mudah tererosi oleh air hujan.
dan
Pada lokasi yang terletak jauh dari sumber sirtu sungai, maka pengambilannya dilakukan dengan menggunakan sirtu insitu (quarry/sirtu yang diambil dari sekitar lokasi kegiatan) (Gambar 3). Kelebihan penggunaan sirtu ini adalah efisiensi jarak, waktu dan biaya, namun ditinjau dari segi kualitas tidak sebaik sirtu sungai karena memiliki kandungan tanah yang banyak. Sedangkan bila menggunakan sirtu sungai, kandungan sirtunya lebih baik dan tidak mengandung tanah, namun harus diambil dari jarak yang cukup jauh dan harus mengeluarkan biaya ekstra karena sirtu dibeli lagi dari pemilik 28
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 25-30
http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Utomo, B. et al. Iptek pada Perbaikan Jalan Desa yang Memiliki Sifat Licin Tanah Merah Kuning
USU atas perhatian dan bantuannya dalam keikutsertaan membangun perkembangan Desa Singkohor. Evaluasi Pelaksanaan dan Keberlanjutan Program Selama kegiatan berlangsung, tim pelaksana membentuk tim pemeliharaan jalan di kalangan masyarakat sebagai mitra. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan keberlanjutan program. Jalan yang sudah diperbaiki secara baik harus dijaga dari kerusakan agar tetap dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu mitra sebagai tim pemelihara jalan akan aktif melakukan perbaikan jalan walaupun secara konvensional menggunakan peralatan seadanya agar kerusakan dapat diperbaiki dan tidak bertambah parah. Setiap bulan mitra akan bergotong royong memperbaiki jalan yang rusak. Jika keadaan menjadi parah, maka tindakan pemeliharaan jalan menjadi lebih sering dilakukan terutama pada musim hujan. Hasil pengamatan tim pelaksana hingga bulan ke dua setelah kegiatan berakhir, mitra sebagai tim pemelihara jalan menjalankan tugasnya dalam gotong royong memelihara badan jalan yang waktunya jatuh pada hari minggu.
Gambar 5. Proses perataan kembali tumpukan sirtu oleh dump truk ke badan jalan menggunakan motor grader (kiri); pemadatan badan jalan menggunakan Bomag (motor road compactor) Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Program Mitra yang dalam hal ini adalah kelompok tani di sekitar wilayah terdampak sangat antusias dalam mengikuti pertemuan dan kegiatan yang diadakan oleh Tim Pelaksana PPM. Dalam hal ini Tim Pelaksana melakukan kegiatan berupa sosialisasi dan implementasi secara langsung di lapangan. Mitra yang dalam hal ini masyarakat asalnya dari masyarakat suku PhakPhak, Karo Jawa dan Aceh sangat mudah berkomunikasi dengan Tim Pelaksana PPM. Pada umumnya masyarakat menyambut baik kegiatan ini. Masyarakat berharap kegiatan serupa dapat lebih sering dilakukan di wilayah ini. Masyarakat mudah dimintai bantuannya khususnya dalam penyediaan tenaga untuk membantu kelancaran pekerjaan perbaikan jalan. Selain itu antusiasme warga juga ditunjukkan dengan kesediaan warga secara sukarela untuk menyediakan teh manis maupun gorengan untuk menyegarkan para pekerja dan tim pelaksana. Hal ini turut membantu memudahkan kelancaran pekerjaan perbaikan jalan desa tersebut. Selain mitra masyarakat dan kelompok tani, kepala desa juga menyatakan ucapan terima kasihnya kepada tim pelaksana dan kepada
4. KESIMPULAN Perkembangan penduduk memaksa masyarakat untuk pindah dan mencari peruntungan di wilayah perbatasan yang relatif masih jarang penduduknya. Namun sarana jalan menjadi faktor pembatas yang jamak ditemui. Perbaikan jalan desa di Dusun Lae Rambung, Desa Singkohor Kabupaten Singkil merupakan salah satu masalah yang mendesak dipenuhi mengingat masyarakat di wilayah ini umumnya merupakan penduduk pendatang dari Provinsi Sumatera Utara. Perbaikan jalan desa ini kini telah menyebabkan akses hasil produksi menjadi mudah karena masyarakat dapat menjual hasil buminya sebih mudah. Hasil PPM ini meningkatkan perkembangan pemukiman di wilayah akses jalan yang diperbaiki yang berdampak pada semakin ramainya penduduk di wilayah ini. Jalan yang semula mati kini hidup dan dilalui masyarakat siang dan malam. Masyarakat sangat senang dengan kegiatan ini dan berharap perhatian serupa tidak hanya datang dari pemerintah daerah, namun juga dari perguruan tinggi. Pemerintah kecamatan dan desa setempat juga sangat 29
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 25-30
http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Utomo, B. et al. Iptek pada Perbaikan Jalan Desa yang Memiliki Sifat Licin Tanah Merah Kuning
berterima kasih atas bantuan USU sebagai perguruan tinggi yang memiliki perhatian pada masyarakat terisolir khususnya di Desa Singkohor ini.
Tandjung K, EH. Kardhinata, M. Sembiring. 2014. Berbagai macam campuran pasir batu terhadap kemampuan menghilangkan sifat licin jalan tanah merah. [tidak dipublikasikan].
5. REFERENSI
Arfianto AEW dan Balahmar ARU.2014. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Ekonomi Desa.JKMP 2:1 1-93.
Tandjung K, I. Harahap, P. Hutabarat. 2015. Penggunaan berbagai dosis soil stabilizer terhadap daya dukung beban jalan tanah. Jurnal Akademia 2:25-31.
Badollahi A. 2013. Menuju Pembangunan Desa 2015-2019. Arah Kebijakan Nasional dan Strategi Pengembangan Wilayah Pedesaan. http://media.kompasiana.com/buk u/2014/10/31/menujupembangunan-desa-2015-2019684013.html
Tractor Supply Co. 2016.Tractor Parts http://www.tractorsupply.com/en/s tore/countylinereg%3B-rear-blade5-ft (tanggalakses 25 April 2016). Utomo B, CP. Manalu, A. Dalimunthe. 2015. Pengelolaan batas administrasi di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Jurnal Media Unika 3(2)33-38.
[BPS] Badan Pusat Statistik Aceh. 2014. Kabupaten Singkil dalam Angka tahun 2014.Seri Publikasi Tahunan BPS Kabupaten Singkil Provinsi Aceh.
30